TINJAUAN PUSTAKA
Motif Motif merniliki padanan kata dalam ballasa Inggris 'motive' yang l n e ~ n p ~ ~ n y a i arti suatu pernyataan batin yang berw~jud daya kekuatan untuk bertindak atau
bergerak baili secara langsung ataupun rnelalui saluran perilaku yang mengarah terhadap sasaran (Soewarno, 1980 : 81). Gerungan (1991 : 140) mendefinisikan motif sebagai suatu pengertian yang rnelingkupi semua penggerak. alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang ~nenyebabkan ia berbuat sesuatu. Definisi itu menjelaslcan betapa selnua tingliah laltu manusia pada hakikatnya mempunyai motif, karena motif itu memberi tujuan dan arah ltepada tingliah laku manusia. Dharma ( 1 992) mengartikan motif sebagai kebuiuhan, keinginan, dorongan ataupun geralc hati dalaln diri seseorang, motif inilal~ kemudian yang akan mellentultan seberapa besar tingkat motivasi seseorang. Dengan kata lain motivasi seseorang akan bergantung pada ltuat lemah~lyamotif. Scott (I964 : 82) mengemukakan bahwa motif adalah ltebutuhan yang belu~n terpuasltan yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Handoko ( 1905 :
9 ) mengatakan motif'sebagai suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu atau melakukan suatu tindakan. Dalan motif tersebut terdapat dua unsur poltok, yaitu unsur dorongan dan unsur tujuan yang ingin dicapai. Sela~l.jutnyaterjadilah proses interalisi antara ltedua unsur ini (unsur dorongan dan unsur tujuan yang ingin dicapai ) dalam diri manusia yang dipengaruhi oleh faktor
intcrnal dan faktor eltslernal sehingga menimbulkan motivasi untult melakultan srsuatn. Morgan dan King (1996 : 204) menjelaskall bahwa motif muncul dari hcberapa penyebab, yaitu dari adanya kebutuhan yang disebabkan oleh ltekura~lgan sesuatu untuk kelangsnngan hidup, kesehata11 atau kesejahteraan seseorang dan dari adanya rangsangan baik dari dala~nmaupun dari luar tubuh. Ditinjau dari sudut asalnya, motif pada diri lnanusia digolongkall ke dalam tiga bagian (Gerungan, 1991 : 142-143). (1)
Motif biogenesis Motif biogenesis adalah motif-motif yang berasal dari Itebutuhan-ltebutuhan
organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenesis ini bercoralt universal dan kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tenipat manusia ilu kebetulan berada dan berltembang. Motif ini merupakan motif yang asli berada di dalam diri manusia dan berkembang dengan sendirinya. (2) Motif sosiogenesis Motif sosiogenesis adalah motif yang berasal dari lingkungan ltebudayaan (empal orang itu berada dan berkembang. Motif ini tidak berkernbang dengall sendirinya, tetapi berdasarltan pada interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil ltebudayaan orang. (3) Motif teogenesis Motif teogenesis adalah motif yang berasal dari interaksi a~itaramanusia cizngan Tuhan, seperti yang liyata dalam ibadalinya dan dalam kehidupannya seharihari di mana ia berusalia ~nerealisasikannor~na-normaagarna tertentu.
Kekuatan motif pada ~nanusiaberbeda-beda. ltarena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan pengaruh dari beberapa faktor itulah menyebabkan ~iiotifpada manusia dapat diukur. tlandolto (1995 : 59) dalam ha1 ini 111eli.jelaslta11untuk mengetahui keltuatan relatif motif-motif yang berada pada diri seseorang dapat dilihat nlrlalui lima hal. Kelima ha1 itu antara lain ; ( I ) kuatnya ltemauan untuk berbuat. ( 2 ) ,iumlah waktu yang disediakan, (3) kerelaan ~neninggalkankewajiban atau tugas yang lain. ( 4 ) kerelaan untuk mengeluarkan biaya demi perbuatan itu, dan ( 5 ) ketekunan dalain mengerjakan tugas tersebut.
Motivasi Handoko (1995 : 9 ) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakltan dan rnengorganisasikan tingkal~ lakunya. Brata (1971 : 7 2 ) rnendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan alttivitas-aktivitas tertentu guiia mencapai suatu sasaran. McClelland (1987) ~ne~lgartilcan motivasi sebagai motor penggerak perilaku manusia. Schiffman dan Kanuk (1992) mendefinisikan motivasi sebagai daya gerak dalam diri individu yang mendorongnya untuk inelakukan tindakan yang disebabkan ~rdanyategangan yang diakibatltan oleh beluln terpenuhinya suatu kebutuhan. 'Terry (1997) menjelaskan bahwa motivasi adalah keingi~~an yang terdapat pada seseorang individu untuk melakukan tindaltan-tindakan. Motivasi terdiri dari dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi eltstl.insik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dala~ndiri seseorang,
selan~utnyaadalah motivasi eltstrinsik sebagai dorongan dari luar diri seseorang schingga melakultan sesuatu ha1 (Reece dan Brandt, 1981 : 126). Kajian terhadap ~notivasi yang dilakukan oleh para ahli pada althirnya ~nembawakepada terbentuknya beberapa teori motivasi. Berdasarkan pada siapa yang ~ne~npopulerkannya terdapat beberapa teori motivasi sebagaima~~a dikeinukakan oleh Sutarto (1998 : 311-325). (1) Teori Motivasi
"
Klasik dari Frederick W Taylor "
Menurut teori ~notivasiltlasik, seseorang akan bersedia bekerja apabila ada imbalannya. Konsepsi dasar teori motivasi klasik adalah seseorang akan bersedia belte~jadengan baik apabila orang itu berkeyakinan akan memperoleh imbalan yang ada kaitannya langsung dengan pelaksanaan kerjanya. Lebih lanjut teori ini ~~lengemultakanbahwa penIberian
imbalan
yang paling tepat yang dapat
menumbuhkan semangat untult bekerja lebih baik adalah apabila diberikan pada saat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) 'Teori Motivasi " Kebutuhan " dari Abraham H Maslow Teori motivasi
"
Kebutuhan " ini berpendapat bahwa seseorang berperilaku
liarella adanya dorongan untult memperoleh pemenuhan dalam bernacam-macam kebutuhan. Berbagai ltebutuhan itu bermacam-macam dan menurut teori ini seseorang akan membutuhlta~i jenjang kebutuhan selanjutnya bila kebutuhan scbelumnya sudah tercapai. Sedikitnya ada lima macam kebutuhan yang berjenjang dari ltebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan lanjutan, yaitu physiologicul needy, suf21y needs, love needs, esteenz needs dan .selfuctuulizution need.^. Landasan dari teori ini inenyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan, yang selalu
ingin dan ingin lebih lagi dalarn suatu proses yang tiada henti. Selain itu. suatu krbur~~han yang telah terpuaskan tidak alian menjadi motivator perilaltu, tetapi yang altan lnenjadi motivator perilaltu hanyalah k e b u t u h a ~ i - k e b ~ t ayang i beluni terpuaskan. ( 3 ) 'l'eori Motivasi " Dua Faktor " dari Frederick Herzberg Teori motivasi
"
Dua Faktor
"
ini menyatakan bahwa dalam setiap
pelaltsanaan pelterjaan akan terdapat dua faktor penting yang nlempengaruhi pekerjaan akan dilaksanaltan dengan baik atau tidak, yaitu syarat lterja da11 faktor pcndorong. Apabila ltedua falttor tersebut diperhatikan dengan baik, maka pelaltsanaan pekerjaan altan berjalan dengall baik pula. (4) Teori Motivasi
"
Human Relation " dari Rensis Likert
Sesuai denga~listilali lluman relation, maka teori inotivasi " Hunlan Relation " ini berkaitan erat dengan hubungan kemanusiaan. Inti dari teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu jilta dianggap penting atau berguna.
(5) Teori Motivasi " Preference Exfectation " dari Victor H Vrooin Konsep dasar teori motivasi " Preference Exfectation
"
menyatakan,
seseorang aka11 terdoro~ig untuk bekerja dengan baik apabila akan n~emperoleh sesuatu imbalan yang pada saat itu sedang dirasaltan sebagai ltebutuhan poltok yang 11arus segera dipenuhi. (6) 'Teori Motivasi " X dan Y " dari Douglas McGregor Teori motivasi
"
X dan Y
"
mulai ~nunculsejak adanya pendapat bahwa ada
ciua ltelonipok sifat orang, yaitu kelompok orang yang bersifat baik dan kelompolt orang yang bersifat buruk. Sehubungan dengall adanya orang yang bersifat buruk
ditumbuhkan oleh teori X dan sehubungan dengan adanya orang yang bersifat baik ditumbuhkan teori Y . Secara singkat teori X berbunyi bahwa orang pada ulnulnnya altan belteja sesediltit mungltin, mereka tidak ~nemililti a~nbisi untuk nlaju, tidak menyukai tanggung jawab, ~nerekajuga melakukan pekerjaan dengan mengutamaltan imbalan materi. Oleh karena itu, pengarahan yang sebailtnya dilakukan adalah bersifat keras, selain harus dilakukan pengontrolan secara ketat dan rnenerapkan cara otoriter. Teori Y berbunyi pada dasarnya orang senang bekerja ltarena Inenganggap pelterjaan mereka sebagai hobi, sehingga akan bekerja dengan penuh pengabdian, nlalia pengarahan yang dilakukan nlenjadi lebih longgar dan dapat menerapltan cara
( 7 ) Teori Motivasi Alderfer
"
Kebutuhan Existence, Relatedness dan Growth " dari Clayton P
Alderfer mengemultaltan bahwa manusia ~nemilikitiga rnacam kebutuhan. yaitu ; kebutuhan altan keberadaan, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan altan keberadaan berkaitan dengan kebutuhan akao kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan berhubungan bertalian dengan ltebutuhan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain baik berupa hubungan antar pribadi maupun hubungan sosial. Kebutuhan pertunlbuhan berkaitan dengan kebutuhan untuk ~nengembanglcandiri. (8) Teori Motivasi
"
Kebutuhan Berprestasi " dari David C McClelland
Teori McClelland ini mengatakan bahwa individu rnemiliki tiga macam kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan untuk
berltuasa. Dengan demiltian menurut teori ini seseorang altan terdorong berbuat dengan sungguh-sungguh apabila liierasa akan memperoleh kese~npatanuntuk dapat
men~~~i~jultkan sepenuh lteniampuan yang dimilikinya hingga dapat diperoleh hasil terbaili. Seseorang juga akan terdorong berbuat dengan sunggull-sungguh apabila Inerasa bahwa dari hasil ker.ianya akan diperoleh persahabatan dengan orang lain dan meorang akan terdoroug untuli berbuat sesuatu apabila merasa altan me~nperoleh kedudukan yang diinginltan. (9) Teori Motivasi
"
Keadilan " dari Strecy Adams
Teori motivasi " Keadilan
"
menyatakan bahwa orang altan cenderung bekerja
dengan baik apabila akan ~ne~iiperoleh keadilan. Dengan demikian ltetidakadilan altan melemahka~isemangat kerja seseorang.
Berdasarltan teori di atas, para ahli me~nbagialiran teori motivasi ke dalam enam kelompok (Handoko, 1995 : 10-23). Pertama adalah Teori Kognitif. 'l'eori ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak digerakkan oleh motivasi tetapi oleh rasio. Teori ini memililti kelemahan, yaitu tidak menyadari bahwa ltadang-kadang tindakan manusia berada di bawah kontrol rasio, sehingga teori ini sultar untuk dipertanggunaawabkan. Kedua adalah Trori Hedonistis yang ~nengernultaltanbahwa setiap tindaltan manusia pada dasarnya melnpuuyai suatu tujuan yaitu u n t ~ ~mencari k hal-ha1 yang menyenangkan serta ~iienghindarihal-ha1 yang ~nenyaltitltan. 'l'eori ini melnililti kelemahan dan dipandang kurang ilmiah karena hanya melandasi diri pada pcngalaman subjektif sa,ja. Masalah keadaan menyenangkan dan menyakitkan yarlg
dialami seseorang akan sangat terga~ltungpada adaptasi seseorang dengan rangsangan yang mendaliuluinya.
Teori Insting sebagai teori ketiga menyatakan bahwa setiap orang telah ~nembawapoteusi biologis sejak dia dilahirltan. Dengan demiltiau potensi inilah yang menuntun seseorang uutuk bertindak. Teori ini mempunyai kelemahan karena sangat sukar untuk membuat daftar-daftar insting dasar yang nlencaltup segala bentuk tingkah laku manusia. Teori Psikoanalitis ~nerupakanteori yang lieempat. Teori Psiltoanalitis pada lialtiltatnya merupakan kelanjutan dari teori insting. Teori ini rnenyataltan bahwa tingkah laku rnanusia dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu insting kehidupan yang mendorong seseorang
L I I I ~ L I tetap ~
hidup dan insting kematian yang mendorong
seseorang untuk menghancurkan dirinya sendiri. Selain itu, teori ini juga melihat bahwa motif tidak sadar dapat menampakkan diri dalaln berbagai bentuk, misalnya dalam bentulc mimpi dan salah ucap. Kritik terhadap teori ini berkisar pada lieraguali bahwa mimpi dan salah ucap nierupakan akibat dari motif yang tidak disadari. Teori yang kelima y a i t ~Teori ~ Keseimbangan. leori ini berpendapat bahwa tingltah laku manusia terjadi ltarena adanya ketidakseimbangan dalam diri manusia. I'rinsip teori ini adalah diawali dari keadaan tidak seimbaug kemudian menemuka~i keseimbangan, setelah itu menimbulkan ketidakseinibangan baru yang diikuti dengan Iteseimbangan yang bar^^ dan begitu seterusnya. Teori keenam adalah Teori Dorongau. Timbuluya dorongan, bertambah dan berkurangnya dorongan dapat diukur secara objektif. Teori Dorongan ini semakin
diakui setelah mu~iculTeori Keseimbangan karena dorongan merupakan salah satu usaha untuk dapat menge~nbaliliankepada keadaan seimbang dalarn diri seseorang. Melihat ltepada berbagai teori di atas, dapat diketahui bahwa tingkah laku ~nanusiadisebabkan oleh adanya kebutuhan dan dita~nbahdengan adanya dorongan tertentu. Dengall adanlya kebutuhm d m doro~igalli ~ i iseseorang tnerasa siap untuk melaltukan suatu perilaku tertentu. Jika keadaan siap itu mengarah kepada suatu kegiatan konkrit disebut sebagai motif. Selanjutnya usaha menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tingkah laku konltrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi. Manusia akan termotivasi bila didahului dengan adanya suatu keinginan. Keinginan tersebut muncul melalui proses persepsi yang diterima olehnya dengan dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan seseorang untuk Itemudian sesuatu yang diterima tersebut diberi arti oleh orang yang bersangkuta~l menurut minat dan keinginannya. Motivasi dengall de~niltian bersuniber kepada lhktor psikologis manusia yang menyangkut emosi dan perasaan, atau clalam istilah Krech et al. (1962 : 69) ~notivasimerupakan bagian dari proses kognitif. Faktor tersebut sangat sulit diamati d a ~ idiketahui akan tetapi selalu ada pada setiap diri ~nanusia.
Penyuluhan Penyuluhan adalah keterlibatan seseorang u~ituk melaltultan lton~unikasi ~nformasisecara sadar dengall tujuan membantu sesalnanya me~nberikanpendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar (van den Ban dan HS. Hawkins, 1')C)9).Selama seseorang berkehendak, bertindak membantu sesamanya memberikan,
15
mengltomuniltasiltan informasi yang berguna bagi orang lain. berarti telah memerankan diri sebagai penyuluh. Menurut Chambers (Kartasasmita, 1996) prnyuluhan adalah upaya memahami, nienibimbing dan membantu petani dalam ~ncngliadapipersoalannya guna memecahltan sendiri cara pemecahan masalahnya. pcnguatan posisi masyarakat petani dari segi ekonomi, sosial dan polilik. Dengan deniikian penyuluhan sebagai upaya terenca~la untuk menumbuhkan kemandirian petani dalam kaitannya dengan segi ekonomi, sosial maupuli politik. Diltaitltan dengan konsep pemberdayaan, Bookma11 dan Morgen (Priyono dan I'ranarka,
1996) mengatakan bahwa pemberdayaan mengacu kepada usaha
menumbuhkan keingi~iaii pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri rnelalui ~iiobilitaske atas serta meniberikan pengalaman psikologis yang membuat seseorang merasa berdaya. Keinginan untuk mengubah keadaan yang akan datang dalam diri tersebut muncul jika seseorang merasa berada dalam situasi tertekan dan kemudian menyadari dan mengetahui surnber tekanan tersebut. Penyuluhan adalah sistem pendidikan bagi masyarakat agar merelta menjadi tahu, mau dan mampu berswadaya melaksanakan peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga dan masyarakat
(Mardikanto.
1993).
I'enyuluhan dalam pengertian ini bermakna menghasilkan perubahan perilaku d a ~ i tindaltan sasaran yang nienguntungkan sasaran dan masyarakatnya. Hampir serupa dengan pendapat di atas, Rejeki (1998) menambahkan bahwa penyuluhan memiliki peranan dalam membantu masyarakat untuk me~lgadaltan pel.ubaha11-perubd~anke arah yang lebih baik. Dari pe~idapattersebut dapat dikataltan perubahan ke arah yang lebih baik merupaltan salah satu tujuan penyuluhan,
sedangltan tujuan penyuluhan yang lain dapat ~nencakuptujuan sosial dan ekonomi, Ithusus dalam tujuan ekono~ni seperti upaya pemenuhan kebutuhan pokok atau peningkatan pendapatan. Pengembangan sumberdaya manusia di sektor industri kecil begitu penting, itarena akan meningkatkan output produksi, akses terhadap pasar yang lebih luas dan ltcmampuan untuk melakulian persaingan bisnis. Agar pengembangan sumberdaya rnanusia itu dapat terwujud, diperlukan sistem pendidikan yang dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih menunjang kemampuan berwirausahanya. Penyuluhan merupakan bentuk pendidikan yang tepat untuk mencapai tujuan pengembangan sumberdaya manusia tersebut. Dalam konteks industri kerajinan sepatu sandal, sasaran penyuluhan adalah pengrajin sebagai komunitas. Organisasi yang melaksanakan penyuluhan industri lterajinan adalah organisasi yang rnemberiltan jasa penyuluhan, biasanya datang dari pemerintah melalui Dinas Industri dan Perdagangan. Kegiatan penyuluhan pada dasarnya rnerupakan upaya merubah perilaku dengan cara memanipulasi lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun sosial. Oleh liarella itu cara yang dapat dilakukan penyuluh adalah bagaimana memanipulasi lingkungan sehingga dapat menunjang terjadinya proses belajar pada pengrajin. Salah satu upaya dalam menciptakan proses belajar yang kondusif dapat menggunakan pendeliatan berbasis masyarakat. dalam keranglta ini sasaran penyuluhan diajak bersama mengkaji problem apa yang perlu segera pe~necahanr~yaatau dalani ~nenerapkansuatu teknologi dan lainnya.
lndustri Kerajinan Dilihat dari bentuknya, industri kerajinan merupakan industri sltala kecil. Oleh ltarenanya, definisi yang tepat tentang industri lterajinan altan didapatkan dcngan mengetahui definisi tentang industri skala kecil. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak ditemukan definisi yang jelas inengenai apa itu ind~rstrisltala kecil. vang ada hanyalah pengklasifikasian industri secara resmi menjadi. tiga kelompok (Rahardjo dan Fachry, 1992 : 17). yaitu : (1)
lndustri sltala besar dan sltala menengah
(2) Industri skala kecil, dan (3) lndustri rumah tangga.
Dari klasifikasi itu akan ~nenjadilebih rurnit lagi manakala dilihat berada pada sektor apakah industri yang ada, apaltah dalam sektor pertanian, industri, perdagangan atau jasa. Mengakibatkan pendefinisian industri kecil semakin sulit dilaltukan. Walaupun demiltian, definisi yang lebih mendekati kepada keanekaragaman definisi industri kecil yang ada, dapat dilihat dari jumlah pekerjanya (Rahardjo dan Fachry, 19'92 : 17), yaitu : ( 1)
Perusahaan skala besar ~nernpekerjakan50 pelterja atau lebih
( 7)
I'erusahaan skala menengah niempekerjakan 10-50 pelterja
(3) I'erusahaan skala kecil niempekerjakan 1- 10 pelterja.
Berdasarkan kepada definisi menurut jumlali pekerjanya, industri lcerajina~i sama dengim industri rumah tangga merupakan bagian dari industri skala kecil. Hal i t u menjadi lebih jelas lagi dengan keterangan dari S.jaifudian et ul. (1995 : 22) bahwa
usaha kecil ini dala~li banyak kasus sebagai usaha keluarga. Juga pernyataan Ilaha~.d,jo ~ l a n Fachry (1992 : 19) yang rnenyatakan bahwa pernbagian alitara perusahaan industri skala kecil dan industri rumah tangga tidalc dapat diketahui dengan jelss. Industri kerajinan merupakan suatu bentuk usaha ekonomi produktif yang dilaltukan oleh rakyat. Oleh karenanya tergolong kepada ekono~nirakyat. Rustiani (1996) lebih jauh melige~nukakanbahwa ekonomi rakyat adalah sebuali tatanan clconomi y.mg terdiri atas sejumlah usaha-usaha kecil dengan orientasi usaha masih sekitar pemenuhan kebutuha~l subsistensi, dikelola oleh rakyat, modal dan akomodasinya terbatas, teknologi dan manajemen masih bersifat tradisional, padat ltarya serta output produksi yang diperuntukkan bagi rakyat kembali. Mengacu kepada perkembangan ekonomi kerakyatan ini, nunc cull ah konsep ekoru yank: dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan sosial ekonomi masyarakat.
I<esenjangim itu tampak pada perbedaan pendapatan dan kesejahteraan hidup yang mencolok antara kelompok manusia, yaitu ada kelompok yang tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidupnya tinggi tetapi di sisi lain ada pula kelompok yang memiliki lirlglcat pelidapatan yang rendah bahkan miskin sama sekali (Kartasasmita, 1996). Deligan demikian sebagai suatu pendekatan, konsep ekono~nirakyat dapat dikenali pada ciri-c~ripokoknya yang ruasih bersifat tradisional dan berskala kecil.
Di Indonesia, usaha lterajinan sebagai bagian dari usaha liccil telah 111~1lai mendapat perhatian untuk diltembangkan. Upaya pengenibangan usaha kecil sesungguhr~ya sangat relevan dengan tema pe~iibangunan berkelanjutan yang ~nemherikan prioritas ltepada mereka yang miskin. 1nemperlu;is pilihan dan Ikcsempatan bagi mereka. serta melibatkan partisipasi mereka dali~rnpenganlbilan Iceputusan :fang mempengaruhi diri mereka sendiri (Sjaifudian et ul., 1.995 : 22). Industri skala kecil hanipir terdapat di nianapun bailc di daerah perkotaan luaupun pc:desaan, tetapi ada perbedaan tentang sektor garapan industri ltecil di daerah per1;otaan dan pedesaan (Rahardjo dan Fachry. 1992 : 21). Jika di perkotaan sektor yanf: paling mencolok adalah sektor perdagangan dan jasa, maka di pedesaan sektor yank; paling mencolok adalah sektor pertanian dan perdagangan. Ind.~striskala kecil memiliki beberapa karakteristik dorninan, sebagaimana dilte~nukakanSjaifudian et 611. (1995 : 74-78), yaitu : (
I ) Padat karya
Ussha ltecil selaln ditandai oleh penggunaan banyak tenaga 1tt:rja. Penggunaan banyak tenaga kerja ini ~liemilikikaitan dengan jenis teknologi yang digunakan. Pada Icebanyakan kasus, industri skala kecil menggu~~akanteltnik manual yang inemerlukan banyak tenaga kerja.
( 2 ) Nilai talnbah rendali Usilha kecil meraih nilai tambali yang relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh 2 (dua) hal. .pertarnu, usaha ltecil mengisi pasar produk bagi masyarakat lnenengah ke hawah. Keduu, nsaha kecil menghadapi rantai tata niaga yang relatif panjang.
( 3 ) Diferensiasi usaha yang luas
Durlia usaha skala kecil diwarnai adanya diferensiasi bul
(5) Strategi usaha jangka pendek Usaha kecil memiliki strategi usaha jangka pendek, yaitu ingin mendapatkan keuntungar~ dalam waktu singkat. Strategi ini lnerupakan akibat dari kondisi lillgltungan yang diwarnai oleh ltetidakpastian. Dalam uraian karakteristik tersebut di atas ternyata tidak diternukan gambaran secara lengkap adanya kekuatan dan kelemahan industri skala kecil, padahal unsur kekuatan clan kelemahan ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
1...,~~,~ltteristilt .' utuh yang dimililti industri sltala kecil. Secara ritici Wibowo : (
el
a/. (I990
I-;) menj.ebutkan beberapa kekuatan dan kelemahan usaha ltecil, yaitu ; 1 ) Keliuatzm
Usaha lcecil memiliki strategi tersendiri dengan menibuat produk k h ~ ~ s udan s unik agar tidak bersaing dengan usaha besar, mempunyai daerah pemasaran yany tidal< terlalu jauh sehingga tabiat konsumennya dapat dipahami benar, koniunikasi tlengan ltor~sumenberjalan cepat dan seringkali berlangsung kepada pemilik, dengall permodalarn yang tidak begitu besar usaha kecil bersifat lucves dan sering mcng1iasilk.an inovasi-inovasi.
( 2 ) Kelemahan Usaha kecil memiliki Itelemahan di bidang keorganisasian pada umuninya heritpa tidal<jelasnya struktur organisasi, pe~nbagiantugas dan wewenang yang tidal: jelas. status karyawan, sistem penggajian dan kepegawaian yang tidak heres. Di hidang keuangan biasanya lernah dalam membuat anggaran, tidak adanya pencatatan dan pembvkuan yang niemadai dan tidak adatlya batasan tegas antara milik pribadi dengan milik perusahaan. Kelemahan di bida~ig pemasaran lazimnya berupa ltetidaliserssian antara program produksi dan penjualan karena kurangnya penelitian ~ > ~ ~ s a r s e h i r tidak ~ g g a tahu bagaimana posisi pasarnya. cara menghadapi persaingan clan apa gutla promosi dan lain-lain. Kelemahan lain adalah perluasan yang emosional tanpa didul~ungdata d a ~fakta i yang aktual.
Motivasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi sangatlah beragam. Menurut Petri (
I O X I ) , motivasi disebabkan oleh lima faktor, yaitu ; faktor kekuatan dalam tubuh
yang menimbulkan rangsangan untuk melakultan suatu kegiatan tertentu. faktur Iteti~runanyang menimbulkan Iteinginan-keingina naluriah, hasil proses belajar, hasil dari interaksi sosial dan sebagai akibat dari proses kognisi. Wijaya (1986) menyebutkan kematangan, latar belakang kehidupan, usia, kelebihan fisik, mental &an pikiran, so:jial budaya serta lingkungan sebagai faktor yang memper~garuhimotivasi seseorang. Fokus penelitian ini terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas ; usia, tingkat pendidikan formal, pengalaman, tingkat kekosmopolitan dan tingltat ltebutuhan. Faktor eksternal terdiri atas ; jumlah langgungar~keluarga, tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha, ketersediaan modal, tin:;kat permintaan pasar, ukuran bengkel kerja dan intensitas penyuluhan. liraian satit persatu dari variabel yang diteliti dapat dilihat berikut ini. (I j
llsia BaE.ir dan maning (1984 : 24) mengatakan usia produktif nntuk bekerja di
negara-negara berkembang berada pada kisaran usia antara 15 hlngga 55 tahun. I'admowih;irdjo (1994) dalam ha1 belajar mengungkapkan usia y;mg paling baik L I ~ I L belajar I~
adalah pada kisaran usia 22 hingga 50 tahun. Maka diduga usia
pengrajin rnemiliki hubungan dengan motivasi pengrajin dalam usaha meningkatkan pendapatar melalui industri lterajinan.
(7-1Tingkat Pendidikan Formal Padmowihardjo (1994) mengemukakan bahwa proses belajar menjadi faktor penting dalam membentuk kernampuan seseorang. Blanckenburg dan Sach
( I lohnholz. 1990 : 43) berpendapat bahwa elemell pendidikan dan kemungkinan infonnasi yang lebih baik rnenghadapkan petani pada pengaruh sistem nilai yang asing dan menyadarkan mereka akan relativitas kekuatan sendiri. Setidaknya pendidikan yang dicapai seseorang akan memunculkan bentuk k.ekuatan sendiri herupa bertambahnya kelnampuan tertentu yang secara tidak langsung akan cenderung berpengaruh terhadap motivasinya dala~nnlelakukan suatu pekerjaan. Malta terdapat kecenderungan adanya hubungan antara tingkat pendidikm lormal dengan motivasi pengrajin dalam usaha meningkatkan pendapatan melalui industri kerajinan. ( 3 ) Pengalaman Padmowihardjo (1994) lnengemukakan bahwa pengalaman, baik yang me~~yenangkan maupun yang mengecewakan berpengaruh terhadap proses belajar. Orang yang telah herpengalaman terhadap sesuatu yang menyenangkan, apabila pada suatu saat diberi kesempaan u~itukmempelajari ha1 yang sama, maka ia sudah ~nemilikiperasaan optimis untuk berhasil. Sebaliknya, jika orang yang mempunyai pengalaman mengecewakan suatu saat diberi lteesempatan untuk mempelajari ha1 tersebut lagi, maka ia sudah memiliki perasan pesimis untuk berhasil. Dalam penelitian ini diduga terdapat hubungan antara ketersediaan modal (dengan motivasi pengrajin sepatu sandal.
(4) 'l'ingkat Kekosmopolitan
Loomis (1976 : 3-5) menyatakan bahwa individu rnerupaltan bagian dari ~iiasyarakatsecara luas dan saling mengadakan interaksi yang terpola dengan individu lainnya. Blancltenburg dan Sach (Hohnholz, 1990 : 43) mengataka11 media lkomuniltasi terutama radio transistor telah turut membantu perluasan wawasan informasi dan perubahan sistem nilai. Maka tingkat kekosmopolitan yang mereka miliki cenderung dapat menambah cakrawala berpikirnya yang berimbas pada peningkatan motivasinya.
( 5 ) Tingkat Kebutuhan Maslow (1954) berpendapat bahwa seseorang berperilaltu karena adanya dorongan untuk memperoleh pemenuhan dalam bermacam-macam kebutuhan. Seseorang akan membutuhkan jenjang kebutuhan selanjutnya bila kebutuhan sehelumnya sudah tercapai. Sedikitnya ada lima macam kebutuhan yang berjenjang dari kebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan lanjutan, yaitu phjisilogicul needs, .s~fL;lyneeds, love
needs, esteem needs dan self'uctuulization needs. Ilalam penelitian
ini diduga terdapat hubungan antara tingkat kebutuhan dengan motivasi pengrajin. (6) Jumlah Tanggungan Keluarga Penelitian Go11011g (1993 : 24) di Kabupaten Kapuas, menemukan bahwa ukuran keluarga akan memberikan motivasi bagi rumah tangga untuk lebih banyak lnenggali sumber pendapatan lainnya. Dengan dernikian sedikit banyaknya anggota keluarga akan menentukan motivasi bagi rumah tangga tersebui:. Maka diduga terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan motivasi pengrajin.
( 7 ) 7 ingkat Dukungan Sarana dan Lembaga Usaha
Hernanto (1989) menyataltan bahwa barang atau uang beserta faktor produltsi lainnya akan menghasilkan barang baru. Dalam kerangka ini faktor produksi meliputi peralatan, baik untuk proses produksi maupun pemasaran me~nerlukanperalatan yang dapat menjamin kelancaran dalam menyalurkan barang kepada mereka yang membutuhltan. Peran dukungan sarana dan lembaga usaha ini sebagai suatu sumberdaya hegitu penting dalam suatu kegiatan usaha. Sebagairnana dikatakan Meredith et ul. ( 1995 :
193) bahwa para wirausaha haruslah mengetahui bagaimana mempergunakan
pelbagai sumberdaya dalam lingkungannya untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan wirausaha mereka. Maka diduga terdapat hubungan antara tingkat clukungan sarana dan lembaga usaha dengan motivasi pengrajin sepatu sandal. (8) Ketersediaan Modal
Meredith et al. (1995 : 205) mengatakan bahwa cepat atau lambat, semua hisnis kecil akan memerlukan dana-dana luar. Seseorang dengan demikian akan termotivasi untuk melakukan suatu pekerjaan manakala tersedia modal. Dalam penelitian ini diduga terdapat hubungan antara ketersediaan modal deugan motivasi pengrajin sepatu sandal. ( 9 ) Tingkat Permintaan Pasar
Berbagai perusahaan kecil berlomba untuk mengembangkan pasar-pasar potensial inereka agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan besar. Dengan deinikian sukses dari perusahaan kecil akan sangat tergantung kepada seberapa besar produk mereka direspon pasar. Oleh karena itu, dapat dikatakan begitu pentingnya
pern~intaanpasar bagi perusahaan kecil. Hal tersebut sesuai dengan lteterallga~ldari Meredith et al. (1995 : 231) yang menyebutkan bahwa keberhasilan bisnis ditentukall oleh permintaan pelanggan. Tingkat permintaan pasar dengan demikian diduga memiliki kecenderungan mempengaruhi motivasi pengrajin sepatu sandal. ( 10) Ulcuran
Bengkel Kerja
Bengkel kerja merupakan salah satu aset produksi yang sangat penting dalam industri kerajinan sepatu sandal. Besar atau kecilnya ukuran bengkel kerja (dalam penelilian ini pengukurannya digunakan jumlah tenaga kerja I bengkel kerja) altan menjadi beban dalan~penge~nbanganusaha kerajinannya, yang dapat mempengaruhi lnotivasi untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam sektor pertanian, yang dapat disamakan dengan bengkel kerja sebagai faktor produksi adalah lahan garapan. Hasil penelitian Agussabti (1997) di Kabupaten Aceh Tilnur menemukan bahwa luas lahan garapan berpotensi dapat meningkatkan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan terbuka di antara pohon kelapa. Maka terdapat kecenderungan bahwa ukuran bengkel kerja akan mempengaruhi motivasi pengrajin sepatu sandal. (
11) Intensitas Penyuluhan
Intensits penyuluhan berpengaruh nyata terhadap motivasi petani kelapa di [Cabupaten Aceh Timur (Agussabti, 1997). Bukannya tidak rnungkin bahwa penyuluhan
dapat
mempengaruhi
motivasi
pendapatannya melalui industri kerajinan.
pengrajin
untuk
meningkatkan
Tingkat Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diduga mempengaruhi tingkat pendapatan terdiri atas variabel bebas yang terdiri atas faktor internal dan faktor eltstemal. serta variabel atitara. Variabel faktor internal terdiri atas ; usia, tingkat pendidikan formal, pengalaman, tingkat kekosmopolitan dan tingltat Itebutuhan. Variabel faktor eksternal terdiri atas ;jumlah tanggungan keluarga, tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha, ketersediaan modal, tingkat permintaan pasar, ukuran bengltel kerja dan intensitas penyuluhan. Variabel antara, yaitu motivasi. Uraian satu persatu dari variabel yang diteliti dapat dilihat berikut ini. ( 1 ) Usia
Usia mempengaruhi perolehan pendapatan pada nelayan usia produktif de~iganmeningkatnya pendapatan dan sebaliknnya pendapatan menurun pada nelayan usia lion produktif di Kabupaten Deli Serdang (Rangkuti, 1995). Maka terdapat kecenderungan usia mempengaruhi tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.
(2)Tingkat Pendidikan ~ o r ~ i a l Apabila pembangunan pertanian hendak dipercepat, maka diperlukan pendidikan pembangunan yang meliputi pendidikan dasar dan lanjutan serta pendidikan umum (Mosher. 1973). Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat lnempercepat peruhahan sikap rnanusia tradisional menjadi maliusia modern, atau dari sikap tradisional ke mentalitas komersial (lnkeless, 1996). Kartasasmita (1996) mengatakan bahwa salali satu upaya yang amat pokok dalam ranglta pemberdayaan masyarakat adalah peningltatan taraf pendidikan. Tingkat
pendidikan formal dengan demikian diduga memiliki ltecenderungan mempengaruhi tingltat pendapatan pengrajin sepatu sandal. ( 3 ) Pengalaman
Menurut Fayol (Sigit, 1982), syarat-syarat kualitas untuk seorang lnanajer di antal-anya adalah pengalaman, yang timbul dari kerja yang wajar. PengalanIan merupakan salah satu falttor yang berpengaruh dalam mengambil keputusan berusaha (Meredith et al., 1995 : 56). Dikaitkan dengan pengrajin sepatu sandal, maka pengalaman yang rnereka peroleh telah membawa pengrajin untuk mengambil berbagai keputusan-keputusan penting yang akan rneningkatkan kemampulabaan bisnis di bidang industri kerajinan sepatu sandal. Dengan begitu terdapat liecenderungan bahwa pengalaman memiliki hubungan dengan tingltat pendapatan pengrajin. (4) Tingkal Kekosmopolitan
Pada petani, hubungan-hubungan atau interaltsi mereka dengan pihak luar sangat era1 mempengaruhi kesediaan menerima hal-ha1 baru. Hal-ha1 yang dapat ~nempengaruhi petmi seperti gemar membaca buku atau surat kabar, mendengar radio. keaktifan di masyarakat, keeratan hnbungan dengan pihak luar, semuanya itu dapat menarnbah wawasan pengetahuannya (Wiriaatmadja, 1983). Melalui sifat kosmopolit, dimungkinkan terjadinya peningkatan wawasan dan belajar di kalangan petani atas keberhasilan orang yang berada di luar daerahnya sehingga petani tersebut dapat terpacu, di samping lebih tanggap terhadap peluang pasar yang berpotensi dapat meningkatltan pendapatannya dengan banyaknya output produksi yang dihasilkan.
Maka terdapat kecenderungan bahwa tingkat kekos~iiopolitandapa~.~ ~ i e m ~ e n g a r u h i tinglcat pendapatan pengrajin sepatu sandal. (5)Tingkat Kebutuhan Untuk meningkatkan pendapatannya, petani melakukan jenis kegiatan lain sebagai tanibahan, ternyata bukan tertarik kepada jenis kegiatan terr.ebut yang dapat ~nemberikanpendapatan yang lebih tinggi persatuan waktu, tetapi terdorong oleh desakan kebutuhan yang belu~ndapat dipenuhi (Kasryno el al.,
1981). Tingltat
kebutuhan dengan demikian diduga memiliki kecenderungan mempengaruhi tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal. (6) Jumlah Tanggungan Keluarga
Menurut Blanckenburg dan Sach (Hohnholz, 1990 : 32) jumlah tanggungan keluarga ikut berperan dalam masalah fungsi ekonomi keluarga pada keluarga petani di negara sedang berkembang. Lebih lanjut dilcatakan bahwa di negara sedang berkembang belum mempunyai sistem jaminan sosial umum, sehingga keluarga punya tugas dalam menyediakan jaminan sosial. Hal itu dalani implementasinya herbentuk kerjasama ekononii. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi curahan jam kerja keluarga baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung karena semakin besar jumlah jam kerja anggota keluarga yang bekerja sehingga semakin tinggi total penc~~rahan keluarga. Secara tidak langsung karena banyaknya anggota keluargi.~mempengaruhi tingltat pendapatan yang dibarapkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (Saefudin dan Yuni, 1984 : 27). Dalam penelitian ini diduga terdapat hubungan antara .innilah tanggungan keluarga dengan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.
(7) Tingkat Dukungan Sarana dan Lembaga Usaha
Dalam rangka meningkatkan pendapatan usahatani, para petani memerlukan heberapa sarana di antaranya lembaga pelayanan, lembaga perkreditan dan lembaga pemasaran (Kasryno el ul., 1981). Tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha d~dugacenderung rnempengaruhi tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal. (8) Ketersediaan Modal
Mubyarto (1977 : 91) mengungkapkan bahwa karena modil menghasilkan barang-barang baru, maka ia merupakan alat untuk memupuk pendapatan. Maka ketersediaan modal diduga memiliki hubungan dengan tingkat pend(3patan pengrajin sepatu sandal. (9) Tingkat Permintaan Pasar Faktor penting yang mempengaruhi sifat kewirausahaan adalah rangsangan ekonomi seperti peluang pasar dan permintaan yang bersifat elastis (Mayrowant, 1998). Dalam penelitian ini diduga terdapat hubungan antara tingkat permintaan pasar dengan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal. ( 10)
Ukuran Bengkel Kerja Uknran bengkel kerja ini dapat disamakan dengan luas lahan pada sektor
pertaman. Hernanto (1988) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan petani adalah luas penguasaan lahan. Hasil penelitian Syafrin (1993) di Kota Padang menunjukkan bahwa pendapatan nelayan penggarap ditentukan oleh lulnlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha penangkapan ikan. Bukannya tidak ~ n ~ ~ n g kbahwa in ukuran bengkel kerja dapat rnempengaruhi tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.
( 1 1)
Intensitas Penyuluhan Dalam ranglta peningltatan pendapatan usal~atani,para petani meinerlultan
penyuluhan (Kasryno et ul., 1081). Penyuluhaii dinas dan penyuluhan swasta berpeiigaruh sangat nyata terhadap perilaku agribisnis peternalt di proviiisi Jawa 'l'imur dan Bali (Suparta, 2001). Intensitas penyuluhan dengan demikian diduga memililci kecenderungan menipengaruhi tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal. ( 12) Motivasi
Motivasi merupakan motor penggerak perilaltu manusia (McClelland, 1987). Lebih lanjut diltatakan individu yang sukses dikarenakan merelta mempunyai need fbr achievement yang tinggi, sehingga berani inenghadapi tantangan Icehidupan.
Dengan demikian, need,for achievement yang tinggi akan iltut menentulcan seberapa besar kesuksesan seseorang dalam melakukan aktivitas kerjanya yang akan berpengaruh terhadap tingltat pendapatannya. Maka motivasi diduga memililci ltecenderungan mempengaruhi tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.