TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Perilaku Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia iu berprilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masin. Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap oganisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.
Respondent respons atau reflxive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
2.
Operant respons atau Instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemusian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang
ini disebut
reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.
Perilaku tertutup (covert behaviour)
Universitas Sumatera Utara
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung ata tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behaviour. 2.
Perilaku terbuka (overt behaviour) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavoiur. Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pednidikan dalam
Notoatmodjo (2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga domain tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice). 2.1.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Universitas Sumatera Utara
Kedalaman Pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni : 1. Tahu (know) Merupakan mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan,
menyebutkan contoh,
menyimpulkan,
meramalkan,
dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application) Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (analysis) Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponenkomponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. 5. Sintesis (synthesis) Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluasi (evaluation) Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005). 2.1.2. Sikap Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni : − Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek − Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep − Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, anatara lain : 1. Menerima (receiving) Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan. 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
Universitas Sumatera Utara
4. Bertanggung jawab (responsible) Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon teerhadap suatu objek. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku. 2.1.3. Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (Guided Response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (Mecanism)
Universitas Sumatera Utara
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. 2.1.4. Proses Adopsi Perilaku Menurut penelitian Rogers (1947) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut telah terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awarness
: Menyadari akan suatu stimulus atau objek.
b. Interest
: Dimana seseorang mulai tertarik terhadap suatu stimulus atau
objek. c. Evaluation
: Membandingkan baik tidaknya suatu stimulus atau objek terhadap dirinya sendiri.
d. Trial
: Mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption
: Telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap suatu stimulus.
2.2.
Internet Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang
mendunia (Word Wide Network), yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari yang mulai statis hingga yang dinamis dan interaktif (Purwanto,
Universitas Sumatera Utara
E. 2007). Sedangkan menurut Alwi (1998), internet adalah jaringan komputer yang sangat besar, terdiri dari jutaan perangkat komputer yang terhubung sebagai pertukaran informasi diantara pemakai komputer. Komputer merupakan salah satu media elektronik yang sangat canggih, yang mana dikomputer terdapat program yang dikenal dengan nama internet. Dengan komputer program internet dapat dioperasikan, bahkan hampir semua orang di seluruh dunia menggunakan komputer sebagai sarana mengoperasikan internet. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari internet, terutama dalam proses komunikasi dan penggalian informasi, namun tidak sedikit yang menyalahgunakan penggunaan internet tersebut. Ketidakterbatasan ruang lingkup internet yang mampu menembus seluruh jaringan komputer yang ada diseluruh dunia telah membawa peradaban baru manusia yang mengarah pada suatu perkembangan pengetahuan dan teknologi yang lebih pesat atau cepat. Layanan yang diberikan pun beraneka ragam, seperti situs (Homepage), email, dan sebagainya. Namun realita yang ditemukan ketika maraknya warung-warung internet, fasilitas yang lebih digemari untuk dimanfaatkan adalah membuka berbagai jenis situs porno yang mana dapat membangkitkan syahwat manusia. Bahkan pemakainya (user) lebih mengarah pada kalangan remaja. Komunikasi melalui internet sering digunakan untuk mengeksploitasi yang melibatkan anak-anak dan remaja serta alat-alat yang dipakai untuk menyamarkan identitas seksual seseorang dengan tujuan tertentu. Tidak sedikit pula remaja yang menghabiskan waktunya hanya untuk keperluan hura-hura melalui internet. Terlebih lagi pada remaja atau pelajar yang tanpa rasa malu atau rasa takut untuk membuka
Universitas Sumatera Utara
situs porno. Selain itu banyak manfaat-manfaat yang dapat diambil dari internet. Semua tergantung oleh orang-orang yang memanfaatkan media internet tersebut. Keberadaan internet juga dapat memberi dampak positif bagi seluruh masyarakat pengguna internet termasuk remaja. Dengan internet remaja dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Kebanyakan remaja menggunakan internet untuk mencari teman, chatting, kirim e-mail dan mencari tugas-tugas sekolah. Adapun dampak positif lain dari penggunaan internet, yaitu: 1. Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia. 2. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, atau jaringan situs web lainnya sehingga para pengguna internet diseluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan mudah. 3. Kemudahan dalam memperoleh informasi yang ada di internet sehingga manusia tahu apa saja yang terjadi. 4. Kemudahan dalam bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi ke tempat penawaran/penjualan. Banyaknya dilema yang dihadapi para pengguna internet sekarang ini adalah tanpa batas tersebut rentan terhadap dampak negatif seperti penyalahgunaan internet. Para orang tua maupun guru di sekolah masih merasakan bahaya internet untuk anak didik mereka. Siswa dengan leluasa dapat mengakses situs-situs pornografi maupun perjudian. Pembatasan yang sampai saat ini dilakukan oleh para orang tua dan guru
Universitas Sumatera Utara
disekolah adalah dengan memberikan bekal pengetahuan keagamaan berupa keimanan dan perbuatan yang baik guna mencegah perbuatan yang tercela. Hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan siswa-siswi tersebut akan berbuat di luar jalur yang baik dan benar dan karena usia mereka tergolong remaja dimana rasa keingintahuan mereka sangat besar, oleh karena itu kondisi yang dihadapi saat ini tidak cukup untuk memberikan rasa aman bagi orang tua dan guru di sekolah dalam memberikan kebebasan berinternet (Zakiah, 2007). Dampak negatif dari penggunaan internet, antara lain : 1. Mengetahui sifat sosial karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung. 2. Dilihat dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi. 3. Kejahatan seperti menipu dan mencuri juga dapat juga dilakukan di internet 4. Dapat membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut. 2.3.
Situs Porno Pokok materi yang terdapat di internet yang secara spesifik menjual gambar-
gambar erotik dan informasi porno yang isinya tidak senonoh atau cabul dan sengaja dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu seksual para pengaksesnya disebut dengan situs porno (Anonim, 2006). Segala sesuatu yang dinilai porno jika berada dalam situasi-situasi berikut : 1. Isolasi seks
Universitas Sumatera Utara
Seksualitas personal hanya sebatas pada alat kelamin genital untuk merangsang nafsu birahi. Seks dipentaskan hanya untuk hiburan saja, akan tetapi tidak diceritakan sebagai sarana untuk ungkapan cinta dalam perkawinan dan cara untuk melanjutkan keturunan. 2. Perangsangan nafsu birahi Pornografi menonjolkan kelamin genital untuk merangsang nafsu birahi, tanpa memperhitungkan kelemahan-kelemahan emosional-psikis dari seksualitas. 3. Tidak adanya hormat terhadap lingkungan intim Manusia membutuhkan lingkungan intim, khususnya dalam perkawinan. Hubungan seksual personal yang intim antara suami-istri disajikan secara terbuka dalam pornografi atau pornoteks tanpa hormat sama sekali. 4. Membangkitkan dunia khayal Pornografi yang mempertontonkan gambar telanjang dan pornoteks yang menceritakan kisah-kisah hubungan seksual dengan tujuan tidak untuk menjelaskan secara benar fungsi alat kelamin, melainkan lebih untuk membuat remaja berkhayal (Tukan, 1993). Menurut Bungin (2003), situs porno yang terdapat di internet terkandung dua bentuk porno, yaitu: 1. Pornografi, yaitu gambar-gambar porno yang dapat diperoleh dalam bentuk foto maupun gambar video. 2. Pornoteks, yaitu karya pencabulan yang mengangkat cerita dari berbagai versi hubungan seksual yang disajikan dalam bentuk narasi ataupun pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, sehingga si pembaca merasa ia menyaksikan
Universitas Sumatera Utara
sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks tersebut. 2.4.
Efek Situs Porno Terhadap Remaja Adapun efek yang ditimbulkan dari situs porno, yaitu:
1. Dalam kegiatan belajar disekolah, situs porno membuat turunnya konsentrasi belajar siswa, karena setelah melihat situs porno remaja jadi lebih suka berkhayal. 2. Dari segi finansial Remaja akan menghabiskan banyak waktu untuk mengakses situs porno tersebut yang secara otomatis akan meningkatkan biaya akses internet. 3. Pornografi merusak perkembangan kepribadian remaja. Jika stimulus (pendorong) awal adalah foto-foto, remaja akan terkondisikan untuk terangsang dengan foto-foto. Jika ini terjadi beberapa kali, besar kemungkinan akan menjadi permanen. Akibatnya, remaja tersebut akan tumbuh menjadi orang yang susah membangun hubungan yang normal dengan lawan jenis yang normal, tanpa pengaruh foto-foto porno. 4. Situs porno mendorong terjadinya perilaku seksual menyimpang pada remaja. 5. Pornografi di internet dapat menyebabkan tindakan kriminal Ada teori yang mengatakan bahwa belajar dapat dilakukan melalui pengamatan (observational learning theory) yang dikembangkan oleh Bandura (1963). Teori ini diasumsi bahwa anak-anak maupun orang dewasa dapat belajar mengenai perilaku tertentu dengan cara mengamati perilaku orang lain dan mencontoh film, sinetron atau tayangan televisi termasuk games online dan situs porno di
Universitas Sumatera Utara
internet. Khusus anak laki-laki yang kerap membuka situs porno akan cenderung merendahkan derajat kaum perempuan. Beberapa faktor yang menyebabkan remaja ingin melihat situs porno, yaitu: 1. Keingintahuan tentang seks merupakan faktor utama remaja dalam melihat situs porno. 2. Agar menjadi lebih bergairah. 3. Ingin meningkatkan kehidupan seksual mereka dengan pacar dikehidupan sebenarnya dengan mencontohkan berbagai hal yang ada di situs porno tersebut. 4. Kurangnya pemberian informasi tentang pendidikan seksual secara benar. 2.5.
Pornografi Pornografi kini tersedia lebih beragam dan dapat dijangkau dengan sangat
mudah bahkan murah oleh siapa pun termasuk anak-anak dan remaja. Bicara masalah pornografi, berarti kita harus menyiapkan diri untuk mengetahui mulai dari efek kecanduan sampai efek pelampiasan hasrat seksual yang diakibatkan materi-materi pornografis. Itu berarti, bicara pornografi tidak bisa kita lepaskan dari masalahmasalah perilaku-perilaku seksual sampai kejahatan-kejahatan seksual (Soebagijo, 2008). Media pornografis yang saat ini banyak berkembang telah menjadi referensi pengetahuan dan pemahaman anak-anak dan remaja, juga telah menjadi sumber pembelajaran utama mengenai seks dan kehidupan seksual. Pesan-pesan kehidupan seksual, seperti gaya hidup seks bebas, yang banyak terdapat di media perlahan membentuk remaja dan anak-anak menjadi pribadi yang terobsesi secara seksual.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Soebagijo (2008), pornografi adalah segala bentuk produk media yang bernuansa seksual atau yang mengeksploitasikan perilaku seksual manusia. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia merumuskan pornografi sebagai : (1) gambaran tingkah laku yang secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi; (2) bahan bacaan yang sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi/seks. Selanjutnya kita akan melihat wujud pornografi yang telah berkembang di masyarakat. Hal ini dikarenakan bentuk pornografi sesungguhnya tidaklah tunggal akan tetapi bisa sangat beragam. Jenis muatan pornografi yang terdapat di masyarakat, diantaranya: 1. Sexually violent material, yaitu materi pornografi dengan menyertakan kekerasan. 2. Nonviolent material depiciting degradation, domination, subordinaton or humiliation. Meskipun tidak menguanakan unsur kekerasan dalam materi seks yang disajikan akan tetapi di dalamnya terdapat unsur melecehkan perempuan. 3. Nonviolent and nondegrading materials, dimana produk media yang memuat adegan hubungan seksual tanpa unsur kekerasan ataupun pelecehan terhadap perempuan. 4. Nudity, yaitu materi pornografi dalam bentuk fiksi. 5. Child Pornography adalah materi pornogarafi yang menampilkan anak-anak dan remaja sebagai modelnya (Soebagijo, 2008). Cara paling mudah untuk bebas dari pornografi adalah menghindari mediamedia yang menjajakan pornografi. Pornografi jika dituruti, lama-lama akan
Universitas Sumatera Utara
menjerumuskan kita dan jika kita terjebak ke dalamnya akan sangat sulit untuk melepaskan diri dari cengkramannya. Seseorang yang telah dibelit pornografi akan terus tergoda mencari petualangan-petualangan baru. Hal kongkret yang dapat dilakukan untuk menghindari media-media pornografi : 1. Menjauhkan mata, telinga dan hati dari poduk-produk yang berbau pornografi, meskipun itu yang bisa diperoleh tanpa mengeluarkan biaya. 2. Menyadari akan hal bahwa produk-produk pornografi hanya akan menguras uang. 3. Menyadari bahwa media-media pornografi hanya akan menimbulkan penyakit dalam diri (Nusantri, 2005). 2.6.
Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi Salah satu efek negatif pengaruh globalisasi yang mengusung kebebasan
adalah wilayah “gelap” budaya, seperti masalah pornografi. Berbagai kasus tindakan asusila dan meningkatnya masalah pornografi yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia belakangan ini menunjukkan adanya kegagalan dalam penanaman normanorma dan nilai-nilai luhur. Konsekuensi logisnya pornografi juga bisa dikaitkan dengan peningkatan jumlah kasus maupun ragam resiko kesehatan reproduksi/seksual, termasuk kekerasan seksual. Tumbuh pesatnya ketersediaan serta keterjangkauan materi pornografis diberbagai produk media komunikasi dan lebih dari itu belum ada hukum yang menjangkau pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi seperti pada perkembangan internet dan selain internet juga maraknya jasa layanan seks diberbagai daerah. Faktanya, di Indonesia media internet adalah sumber materi
Universitas Sumatera Utara
pornografi yang tidak hanya mudah diakses, tetapi juga mudah diproduksi (Soebagijo, 2008). Banyaknya kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak dengan alasan pelaku terangsang akibat sebelum melakukan kekerasan melihat atau menonton materi pornografi. Munculnya kebutuhan di masyarakat akan undangundang yang dapat mencegah meluasnya pembuatan dan penyebaran materi pornografi. Pemerintah pun merespon kebutuhan tersebut dengan menyusun Rancangan Undang-undang anti pornografi. Rancangan Undang-undangan menyebutkan, pornografi adalah substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan tentang seks dengan cara mengeksploitasi seks, kecabulan dan/atau erotika. Sedangkan pornoaksi adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja mempertontonkan atau mempertunjukkan eksploitasi seksualitas kecabulan, dan/atau erotika. 2.7.
Masa Remaja Berdasarkan program pelayanan, defenisi remaja yang digunakan DEPKES
adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Sementara menurut BKKBN, remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 21 tahun. Menurut WHO yang dikutip Sarwono (2005), remaja adalah masa transisi pada diri individu dengan batasan usia antara usia 12 sampai 24 tahun, Serta akan mengalami suatu masa dimana: 1. Individu akan berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
Universitas Sumatera Utara
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sarwono (2005) bahwa terdapat empat tahapan perkembangan yang terjadi pada setiap individu, yaitu : 1. Umur 0-4 tahun
: Masa kanak-kanak.
2. Umur 5-12tahun : Masa bandel (savage stage). 3. Umur 12-15 tahun :
Bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan
kesadaran diri (self consciousness). 4. Umur 15-20 tahun : Masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) yang merupakan puncak dari perkembangan emosi. Gejala lain yang juga timbul pada tahap ini adalah dorongan seks. 2.8.
Kesehatan Reproduksi Remaja Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI (2001), adalah keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. membawa remaja ke dalam masalah yang lebih kompeks lagi khususnya remaja laki-laki. Dimana remaja laki-laki sangat rentan terinfeksi penyakit menular seksual seperti gonorhe (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS. Penyakit menular
Universitas Sumatera Utara
seksual (PMS) akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun anal seks. 2.9.
Perilaku Seksual Remaja Menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindak perilaku seksual bila dibandingkan dengan remaja perempuan. Hal ini di karenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki untuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja perempuan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, antara lain : 1) Faktor Internal a. Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis) Dimana perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
b. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Universitas Sumatera Utara
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya. c. Motivasi Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya pekerja seks seksual (PSK). 2) Faktor Eksternal a. Keluarga Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja. b. Pergaulan Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya. c. Media massa Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh remaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya.
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi (2004), beberapa perilaku seksual secara rinci dapat berupa: a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba perilaku lain. c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual seperti leher, dada, paha, alat kelamin dan lain-lain. f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (apabila mengenai daerah sensitif) g. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri. h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis. i.
Petting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse (hanya sebatas pada menggesekkan alat kelamin).
Universitas Sumatera Utara
j.
Intercourse (senggama) merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
2.10. Pendidikan Seksual Menurut Sarlito (2005), pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang di lazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan sekaual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih (1991), pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya perbedaan kelamin antara dirinya dengan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan, umur serta daya tangkap anak. Idealnya pendidikan seksual diberikan pertama kali oleh orang tua dirumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Pendidikan seks yang benar harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat, guna mengurangi konflik dan mitos-mitos yang salah selama ini berkembang dimasyarakat. Tentunya setelah mengetahui kesehatan reproduksi dan resiko-resiko serta konsekuensi yang harus ditanggung jika melakukan hubungan seks pra nikah,
Universitas Sumatera Utara
yang akan membuat remaja lebih berhati-hati dan menjaga dirinya, termasuk ketika memutuskan untuk berpacaran. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan intelektualisai remaja. 2.10.1. Tujuan Pendidikan Seksual Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksual. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sebagai suatu yang menjijikan dan kotor. Dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, akan tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibatakibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. 2.11. Keluarga Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat (Nasution, 2004). Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan anatar ayah dengan ibu, ayah dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati dan memberi tanpa diminta. Orang tua sebagai koordiantor keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam
Universitas Sumatera Utara
keluarga terdapat aturan-aturan dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman, walaupun tidak selalu disadari. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan bersama. Keutuhan orang tua dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang yang besar bagi anak untuk mebangun kepercayaan terhadap kedua orangtuanya. Kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak akan menyatu dan memudahkan untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan (Shochib, 1998). Menurut Hawari (2006), kondisi keluarga yang tidak baik atau disfungsi keluarga yang dimaksud adalah : 1.
Keluarga tidak utuh, misalnya salah seorang dari orang tua meninggal, kedua orang tua bercerai atau berpisah.
2.
Kesibukan orang tua, misalnya : kedua orang tua telah sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas lain, sehingga waktu untuk anak kurang. Keberadaan orang tua di rumah juga mempunya pengaruh, misal : orang tua jarang dirumah menyebabkan komunikasi atau waktu bersama dan perhatian untuk anak juga kurang bahkan tidak ada sama sekali.
3.
Hubungan interpersonal yang tidak baik, yaitu hubungan antara anak dengan kedua orang tuanya, anak dengan sesama saudaranya (anak sesama anak) dan hubungan antara ayah dan ibu yang ditandai dengan sering cekcok, bertengkar,
Universitas Sumatera Utara
masing-masing tidak saling bicara dan lain sebagainya sehingga suasana menjadi tegang dan kurang kehangatan. Menanggulangi bahaya pornografi harus dimulai dari institusi keluarga. Bila keluarga kuat, dan punya sikap untuk membendung pornografi, maka akan mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Selain itu, keluarga juga merupakan pintu pertama pendidikan bagi anak. Membebaskan keluarga dari media pornografi merupakan upaya yang tidak dapat ditawar lagi. Kenyataannya banyak orang tua yang tidak peduli terhadap nasib anak. Bila ada remaja atau anak-anak yang terjerumus masalah, terutama seks, banyak juga yang disebabkan oleh lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Kondisi ini membuat anak-anak dan remaja tidak biasa mengungkapkan masalah mereka langsung kepada orang tuanya. Keluarga khususnya para orang tua, hendaknya mulai melakukan tindak pencegahan agar media pornografi tidak meneror anggota keluarganya. Adapun langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain : 1.
Pengetahuan Agama. Agama dapat membantu untuk mengerem seseorang dari godaan-godaan maksiat yang hadir di sekitar mereka.
2.
Pendidikan Seks Sejak Dini Orang tua juga penting untuk membekali pendidikan seks kepada anak-anak mreka sejak dini. Dapat dilakukan mulai dari yang sederhana, seperti memisahkan kamar anak-anak perempuan dan laki-laki sejak mereka berusia
Universitas Sumatera Utara
dini. Dan terutama mengajarkan tentang fungsi-fungsi alat-alat reproduksi saat mereka memasuki usia baligh. 3.
Komunikasi Menumbuhkan suasana komunikasi yang sehat, yaitu setiap anggota keluarga merasa nyaman dan aman bila mengungkapkan perasaannya dan sikap saling menghargai. Masing-masing anggota keluarga siap menjadi pendengar yang baik.
4.
Menumbuhkan Sikap Asertif Kemampuan untuk bersikap tegas terhadap ancaman yang datang. Para orang tua penting untuk membekali anak-anak mereka kemampuan ini. Hal ini karena orang tua tidak selamanya dapat berada setiap saat disamping anakanaknya (Sobagijo, 2008).
2.12. Kelompok Sebaya Ketika seorang anak akan menjauh dari orang tuanya dan lebih dekat dengan teman sebayanya, sehingga pengaruh teman sebaya ini akan sangat lebih kuat dalam menentukan perilaku yang akan dipilih. Masa ini juga merupakan masa pencarian identitas diri dan membina sosialisasi dengan teman-teman sebaya dalam memperluas lingkungan pergaulannya. Dalam kesehariannya remaja cenderung mengikuti kata-kata teman sebayanya daripada kata-kata orang tuanya, sehingga kontrol dirinya menjadi berkurang. Penyebab kurangnya kontrol pada diri remaja antara lain; kurang percaya diri, kurangnya keterampilan berkomunikasi (misalnya: kesulitan menolak teman), kurang
Universitas Sumatera Utara
dapat bersifat tegas serta rendahnya kemampuan dalam mengambil keputusan (Anonim, 2003). Teman sebaya adalah orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok sosial sama, seperti teman sekolah atau tetangga. Jenis-jenis tekanan pada kelompok sebaya ada dua macam yaitu : 1. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau beberapa orang yang menyetujui dan berperilaku seperti mereka inginkan, tetapi dalam kegiatan yang baik atau positif. 2. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan kuat dari seseorang atau beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan namun kegiatannya negatif (Nasution, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.13. Kerangka Konsep Karakteristik :
− − − −
Umur Tempat tinggal Uang saku Pendidikan terakhir orang tua − Pekerjaan orang tua − Penghasilan orang tua
SIKAP
PENGETAHUAN
TINDAKAN PENGAKSES SITUS PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN SEKSUAL
Sumber informasi situs porno di internet :
− Keluarga − Kelompok sebaya − Media massa Keterangan : Skema diatas menjelaskan karakteristik (umur, tempat tinggal, uang saku, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua) siswa SMKTI Swasta Raksana dan sumber informasi (keluarga, kelompok sebaya dan media massa), sumber informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap si anak misalnya orang tua, sebagai orang terdekat bagi si anak akan menjelaskan pengaruh negatif dari situs porno dan lebih menganjurkan untuk tidak membukanya ketika sedang mengakses internet. Kemudian karakteristik dan sumber informasi tersebut akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap, dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.
Universitas Sumatera Utara