19
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunannya untuk Indonesia adalah sebagai devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk perikanan biasanya harus mengalami perpindahan pemilikan dari nelayan atau petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan pemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran adalah mata rantai yang penting dalam suatu pembangunan perikanan. (Evi,2001). Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang berkecimpung dalam dunia bisnis Perikanan. (Daniel, 2002) Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, Ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral. (Junianto, 2003) Perikanan masih mendominasi hasil produksi dan perolehan devisa di sektor perikanan, pada tahun 2003 produksi ikan dari hasil penagkapan ikan di laut 5,179 juta ton pertahu Jumlah ini masih relatif rendah di bandingkan dengan yang tersedia (Yaqin dkk, 2003).
Universitas Sumatera Utara
20
Pertumbuhan yang amat cepat dari jumlah nelayan ternyata mempunyai dampak negatif bagi produktifitas nelayan termasuk juga menurunnya volume ikan yang di tangkap. Ini berarti bahwa mungkin motorisasi yang berjalan cukup cepat mengakibatkan segera tercapai MSY (Maximum suistanable yield) sehingga sumberdaya milik bersama ini perebutkan oleh lebih banyak nelayan. Menurunnya produksi dan produktifitas sebagai akibat motorisasi di sebabkan oleh dua faktor sebagai berikut : 1. Dengan motorisasi, ikan-ikan yang sebelumnya dapat ditangkap oleh nelayan tradisional akan disedot oleh nelayan dengan kapal-kapal modren bermesin dengan alat-alat yang berdaya tangkap besar. Apabila masih banyak nelayan tradisional, maka dapat terjadi kenaikan tingkat produktifitas beberapa orang pedagang menerapkan teknologi baru, terkalahkan dengan menurunnya tingkat produktifitas dan karena menurunnya sumber hidup di tarik masuk oleh trwl,trwl mini, kapal besar bermini dan lain-lain kapal bermesin. 2. Karena Faktor-Faktor alamiah, kenaikan produksi hanya terjadi sementara, tetapi diikuti oleh penurunan segera setelah tercapai MS (Mubyarto,1989). Kegiatan usaha penangkapan produksi ikan akan terus berkembang pada masa sekarang dan yang akan datang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan. Daerah operasi nelayan yng semula hanya berada di sepanjang pinggiran pantai, berubah ke perairan laut yaitu kesuatu daerah penangkapan yang lebih jauh lagi, bahkan mencapai daerah lain, propinsi atau berbatasan dengan mancanegara. Keadaan semacam ini sering kali menyebabkan rawan konflik antar nelayan pendatang dengan nelayan setempat, walaupun pada
Universitas Sumatera Utara
21
dasarnya laut tidak bisa di bagi-bagi karena merupakan satu kesatuan yang utuh (Tribawono, 2002). Daerah penangkapan ikan di laut berkembang dari perairan dekat pantai hingga laut lepas,terdapat zona penangkapan menurut surat Menteri Pertanian tahun 2000, yakni jalur I hingga jalur III (Effendi dan Oktoriza,2006). Dalam pembangunan untuk perikanan nasional ada lima tujuan yang harus di capai yaitu : 1. Pemenuhan kebutuhan konsumsi produk perikanan untuk dalam negeri. 2. Peningkatan perolehan devisa. 3. Peningkatan perolehan perikanan sesuai dengan potensi lestari dan daya lingkungan. 4. Pemeliharaan kelestarian stok ikan dan daya dukung lingkungannya. 5. Peningkatan kesejahteraan nelayan dan petani ikan (Mulyadi, 2005). Tinjauan Ekonomi Prinsip ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam seharusnya dapat memberikan gambaran bagaimana mengambil keputusan penggunaan sumber daya alam yang terbatas baik yang bersifat dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui, mampu memberikan informasi yang baik dan berguna untuk mengambil keputusan baik perorangan, maupun kelembagaan, meberikan kerangka pengelolaan sumber daya alam. Yang bersifat dapat diperbaharui dan terbatas secara berkelanjutan. Selain itu juga prinsip ekonomi dapat memberikan alternatif cara penggunaan sumber daya alam yang habis terpakai secara tepat waktu dan sebagai masukkan bagi pengambilan keputusan dalam membuat perencanaan yang berkaitan dengan sumber daya alam.
Universitas Sumatera Utara
22
Landasan Teori Produksi penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Indonesia terutama pada periran pantai masih didominasi (85%) oleh armada penangkapan yang relatif kecil atau tradisional. Beberapa informasi dan data juga menyebutkan bahwa jumlah kapal yang beroperasi di perairan Indonesia oleh kapal-kapal asing yang diketahui tanpa surat izin beroperasi semakin meningkat, akibat lemahnya pengawasan dan penegakan hukum dilaut dalam kekuasaan untuk kelautan Indonesia (Mulyadi, 2005). Daerah untuk menghasilkan ikan bagi nelayan tergantung pada besar kecilnya kapal, alat tangkap dan jenis ikan laut yang akan di tangkap. Nelayan yang mengunakan kapal tanpa motor umumnya menangkap ikan laut di pinggir pantai sekitar pantai, sedangkan nelayan yang menggunakan kapal motor < 5 GT melakukan menangkap ikan setelah kapal berlayar kearah tengah laut sejauh 100 m dari pantai dan daerah penangkapan dengan rata-rata sejauh 5760 m. Nelayan yang menggunakan kapal motor > 5 GT menangkap ikan setelah kapal bergerak ke tengah laut sejauh 500 m dari pantai dan daerah menangkap ikan dengan ratarata sejauh 30.000 m (Simanjuntak, 2002). Ongkos produksi dalam usaha nelayan terdiri dari dua kategori, yaitu ongkos berupa pengeluaran nyata (actual cost) dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran nyata (inputed cost) Dalam hal ini pengeluaran- pengeluaran kontan adalah bahan Bakar, dan oli, bahan pengawet (es dan garam), pengeluaran untuk makanan /konsumsi awak , pengeluaran untuk reparasi , pengeluaran untuk retribusi dan pajak. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak kontan adalah upah / gaji
Universitas Sumatera Utara
23
awak nelayan, pengeluran–pengeluaran yang tidak nyata ialah penyusutan dari boat/ sampan, mesin-mesin dan alat-alat penangkapan (Mulyadi,2005). Rincian jenis biaya tetap, dan biaya variabel bidang usaha perikanan untuk produksi ikan : 1. Biaya investasi terdiri dari : -
kapal
-
Mesin
-
Alat tangkap
-
Alat bantu penangkapan produksi.
2. Biaya tetap terdiri dari : -
Siup
-
Pas Biru
-
Biaya perawatan kapal,mesin alat tangkap
-
Biaya penyusutan
3. Biaya variabel terdiri dari : -
Oli
-
Solar/bensin
-
Minyak tanah
-
Es
-
Garam
-
Bekal Melaut
(Effendi dan Oktoriza, 2006). Dalam sistem bagi hasil, bagian yang dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi ongkos-ongkos eksploitasi yang dilkeluarkan pada waktu beroperasi
Universitas Sumatera Utara
24
ditambah dengan ongkos penjulan hasil, termasuk ongkos bahan bakar, oli, es dan garam, biaya lain yang masih termasuk ongkos eksploitasi seperti biaya reparasi seluruhnya tanggungan dari perikanan alat dan boat (Mulyadi, 2005). Permasalahan dalam pembangunan perikanan dalam hal ini, di defenisikan sebagai segenap perbedaan antara kondisi yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Kondisi (sosok dan profil) pembangunan perikanan Indonesia yang diinginkan adalah suatu pembangunan perikanan yang dapat dimanfaatkan sumberdaya perikanan beserta ekosisitem perairanya untuk kesejahterahan umat manusia, terutama nelayan dan petani ikan secara berkelanjutan (Mulyadi,2005). Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembangunan bidang perikanan dan kelautan dapat di kategorikan dalam empat aspek utama : 1. Aspek Fisik dan Prasarana 2. Aspek Ekonomi 3. Aspek Sosial Aspek Fisik dan Prasarana meliputi : 1. Kualitas dan kuantitas dan sarana prasarana bidang perikanan dan kelautan yang belum memadai dalam mendukung laju pembangunan bidang perikanan dan kelautan . 2. Belum adanya integrasi secara terpadu antara pembangunan wilayah yang satu dengan lainya karena pada prinsipnya terdapat keterpaduan dan keterkaitan antara pembangunan kota dengan pembangunan wilayah lainya yang terletak di sekitar wilayah kota khususnya wilayah utara Kota Medan yang saling mendukung satu sama yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
25
3. Belum adanya pemanfaatan, pengelolaan,dan pengendalian tata ruang lahan yang dijalankan dengan baik antara pemangku dan kepentingan di daerah pesisir dan pantai sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku sehingga pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir/ pantai belum dapat dilaksanakan dengan baik. 4. Pemanfaatan sumber daya perikanan yang berlebihan mempercepat berkurangnya spesies tertentu, hal ini terjadi pada hasil produksi nelayan di Belawan secara jenis telah mengalami penurunan.
Aspek Ekonomi : 1. Keterbatasan informasi pemasaran informasi produk perikanan dan kelautan, keterbatasan teknologi serta minimnya permodalan usaha merupakan faktor penghambat dalam bersaing dengan produk perikanan dan kelautan dengan sejenis dengan negara lain. 2. Kecenderungan terjadi konversi lahan dan pencemaran limbah menuju ke perairan laut yang mengakibatkan degradasi fisik di wilayah pesisir pantai, mengakibatkan penurunan produksi perikanan tangkap dan budidaya. 3. Sikap kewirausahaan masyarakat pesisir relatif sangant rendah sehingga mempengaruhi kengganan investor untuk berinvestasi mengakibatkan rendahnya iklim usaha dan mempengaruhi tingkat lapangan kerja.
Universitas Sumatera Utara
26
Aspek Sosial : Tingkat pendidikan,Pengalaman melaut, jumlah tenaga kerja yang berpengaruh dalam membantu perkembangan produksi ikan dan mempengaruhi tingkat produktifitas sehari-hari. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, 2006). Keadaan sosial ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan sehari-hari. Maka untuk menutupi kebutuhan ekonomi diperlukan kondisi sosial ekonomi yang memadai. Adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi keluarga akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam. Status sosial ekonomi masyarakat
yang telah memadai
merupakan salah satu faktor
dalam
perkembangan sosial, tingkat status sosial ekonomi ini sangat berkaitan dengan tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang atau anggota masyarakat (Mulyadi, 2005). Pembangunan perikanan masih jauh dari harapan. Dikatakan demikian karena nelayan dan petani ikan sebagian masih merupakan penduduk miskin, perolehan devisa yang relatif masih kecil, sumbangan terhadap PDB nasional yang masih rendah, sementara beberapa stok ikan di beberapa kawasan perairan sudah mengalami kondisi tangkap lebih. Hal tersebut dapat terjadi terutama pada pengelolaan pembangunan yang selama ini yang di terapkan kurang besar. Dengan kata lain, selama ini telah terjadi mis manajemen pada pembangunan nasional (Mulyadi, 2005). Dalam upaya meningkatkan laju pembangunan perikanan dan kelautan secara langsung ataupun tidak langsung membutuhkan dukungan yang aktif dari
Universitas Sumatera Utara
27
masyarakat dan stake holder terkait di sekitarnya.Untuk itu dalam pencairan di rumuskan kebijakan bidang perikanan dan kelautan yang mengarahkan bagaimana program dan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang di rencanakan sebagai berikut: 1. Mendorong peningkatan produksi perikanan dan kelautan serta komoditi ekspor baik secara kualitatif maupun kuantitatif sehingga meningkatkan kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. 2. Mendorong terciptanya kualitas sumberdaya masyarakat perikanan dan kelautan dalam penguasaan IPTEK bidang perikanan dan kelautan. 3. Mendorong terselenggaranya
pemafaatan,pengelola
dan
pengendali
sumber daya hayati perikanan dan kelautan secara efisien, lestari dan berbasis kerakyatan. 4. Mendorong terselenggaranya pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana bidang perikanan dan kelautan. 5. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang pesisir dan laut secara maksimal. 6. Mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) bidang perikanan dan kelautan. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, 2006). Istilah faktor produksi
sering disebut sebagai “Korbanan Produksi”,
karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa inggris faktor produksi disebut sebagai “Input”, macam faktor produksi ini perlu diketahui kualitasnya dan jumlahnya oleh produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
28
hubungan antara faktor produksi (Input) dan produk (Output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan faktor relationship (FR). Dalam rumus matematis, FR ini ditulis dengan : analisis statistik Uji Regresi linier berganda sebagai berikut : Y = f (X1,X2, X3,………Xn) Dimana : Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y (Sudjana,1975). Dalam proses produksi perikanan, maka Y dapat berupa Produksi Perikanan dan dapat berupa Lama melaut, umur peralatan, jumlah tenaga kerja. namun demikian dalam praktek ketiga faktor produksi tersebut belum cukup untuk dapat menjelaskan Y. Faktor-faktor dalam produksi, dan lain-lain berperan dalam mempengaruhi tingkat produksi (Sudjana,1975). Pendapatan untuk produksi adalah selisih antara penerimaan dengan biayabiaya produksi. Pernyataan ini dapat di tuliskan sebagi berikut: Pd Dimana :
= TR – TC
Pd
= Pendapatan/ kuntungan (Rp)
TR
= Total Revenue / Total Penerimaan (Rp)
TC
= Total Cost / Total Biaya (Rp)
Untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan suatu produksi ikan pada nelayan, harus dilihat input yang masuk dalam proses produksi. Dengan demikian akan dapat mengetahui tingkat efisiensi yaitu dengan melihat tingkat kenaikan ROI ( Return of invesment) dari masing-masing hasil produksi nelayan (Soekartawi, 1995 : 54-57).
Universitas Sumatera Utara
29
Kerangka Pemikiran Perikanan merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk di daerah penelitian yang terletak di pantai timur Sumatera Utara. Dalam menangkap ikan nelayan mengunakan kapal dengan berbagai macam jenisnya yang akan mempengaruhi jumlah tangkapan nelayan. Semakin besar kapal maka semakin sedikit jumlah tripnya dan semakin besar kapal maka semakin lama berada di laut. Peningkatan produksi dan hasil yang baik bergantung pada penggunaan faktor- faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi ikan. Laut adalah sebagai faktor produksi utama di samping faktor produksi yang lain seperti kapal, dan sarana dan prasarana seperti kapal motor ,alat tangkap dan sebagainya sangat mempengaruhi terhadap produksi ikan terhadap nelayan, serta faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi seperti pengalaman melaut, jumlah tenaga kerja, modal jumlah tangkapan nelayan yang bersifat tidak tetap dan juga sangat bergantung kepada musim, dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan seperti cuaca. Besar kapal dan sarana produksi yang berbeda dalam menjalankan usaha untuk produksi ikan laut akan mempengaruhi jumlah produksi tangkapan nelayan. Nelayan dengan kapal yang lebih besar akan mempunyai jumlah tangkapan yang menghasilkan produksi akan lebih besar di bandingkan dengan kapal yang kecil, namun belum tentup roduktifitasnya baik, Produktifitas adalah perbandingan jumlah produksi yang dihasilkan nelayan denagn besarnya kapal. Perbedaan dalam pengguanaan faktor-faktor produksi yang tersedia mempengaruhi terhadap produksi ikan.
Universitas Sumatera Utara
30
Hasil tangkapan yang di dapat nelayan dijual kepada konsumen untuk mendapatkan penerimaan. Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan nelayan untuk menjalankan hasil produksi ikan yang merupakan pengeluaran untuk memperoleh faktor- faktor produksi. Penerimaan dari hasil penjualan hasil produksi setelah dikurangi biaya produksi adalah pendapatan nelayan dari hasil produksi ikan laut yang di usahakan. Untuk tingkat keberhasilan suatu produksi ikan pada nelayan dapat dilihat input yang masuk dalam proses produksi. Dengan demikian akan dapat mengetahui tingkat efisiensi yaitu dengan melihat tingkat efisiensi kenaikan ROI ( Return of invesment) dari masing-masing hasil produksi terhadap nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut
Universitas Sumatera Utara
31
Nelayan
Kapal yang di gunakan
Jumlah trip
Produksi ikan tangkap
Faktor mempengaruhi Sosial Ekonomi 1. Pengalaman melaut 2. Jumlah Tenaga Kerja 4. Modal
Penerimaan Total Biaya
Pendapatan Bersih
Produksi
Tingkat Efisiensi
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran keterangan : Saling berpengaruh .............
: Kurang
Universitas Sumatera Utara
32
Hipotesis Penelitian : 1. Semakin besar kapal maka semakin rendah jumlah trip menangkap ikan di daerah penelitian. 2. Biaya produksi dan pendapatan bersih nelayan cukup besar di daerah penelitian 3. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi ( pengalaman melaut, jumlah tenaga kerja, modal ) secara serempak dan parsial Terhadap Produksi Ikan tangkap di daerah Penelitian. 4. Tingkat Efisiensi usaha penangkapan ikan di laut cukup besar di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara