TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai prospek yang cukup cerah, dimana setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Tanaman pisang dapat hidup dengan baik di daerah yang mempunyai iklim tropis sampai ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. Pada keadaan kering pun masih bisa hidup, ini hubungannya dengan batangnya yang mengandung air (Sumartono, 1981). Pisang barangan merupakan jenis buah pisang yang sangat terkenal sebagai pisang meja atau segar yang dinikamti setelah makan nasi. Ciri-ciri buah pisang barangan adalah bentuk buah lurus, pangkal bulat, panjang buah 12-18 cm, diameter buah 3-4 cm. Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bintik-bintik cokelat, warna daging buah agak orange. Rasa daging buah enak dan aromanya harum (Mulyanti, 2005). Manfaat pisang bagi kesehatan cukup potensial karena buah pisang mengandung makanan yang bergizi lengkap. Menurut ilmuwan dari Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat bahwa potasium (kalsium) dalam pisang sangat membantu memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga akan cepat menurunkan tekanan darah (Mulyanti, 2005). Pisang barangan termasuk buah meja yang populer di Indonesia. Pertandan terdiri dari 6-12 sisir, dengan berat 12-20 kg. Setiap sisir terdiri dari 12-20 buah. Bentuk buah lurus, pangkal bulat, panjang 11 cm, diameter 2,9 cm. Daging buah
10
Universitas Sumatera Utara
kuning keputihan, tidak berbiji, manis, kering dan beraroma. Berat per buah 60 gram (Anonimus, 2005). Kandungan gizi buah pisang mengandung energi, protein, lemak, berbagai vitamin dan mineral, komposisi zat gizi pisang per 100 gram bahan. Tabel 3 : Kandungan Gizi Buah Pisang, per 100 gram bahan Senyawa
Kompetensi
Air (gram) Energi (K) Karbohidrat (gram) Protein (gram) Lemak (gram)
75,00 88,00 23,00 1,20 0,20
Ca (mg) P (mg) Fe (mg) Vitamin A
8,00 28,00 0,60 439,00
Vitamin B-1 (mg) Vitamin C (mg) ( Mulyanti, 2005)
0,04 78,00
Tinjauan Agronomis Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang (Astuti, 1989). Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis. Negara-negara penghasil pisang yang terkenal di antaranya adalah: Brasilia, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia,
11
Universitas Sumatera Utara
Columbia, Mexico, Venezuela,
dan Hawai. Indonesia merupakan negara
penghasil pisang nomor empat di dunia. Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Keluarga
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa spp.
Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan. Di sentra-sentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15° C dengan jangka waktu yang cukup lama; suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27° C, dan suhu maksimumnya 38° C. Di dataran tinggi daerah ekuator, pisang tak dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1600 m dpl. Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan menyebabkan terbakar-matahati (sunburn). Dalarn keadaan cuaca berawan atau di bawah naungan ringan, daur pertumbuhannya sedikit panjang dan tandannya lebih kecil. Pisang sangat sensitif terhadap angin kencang, yang akan merobek-robek daunnya, menyebabkan distorsi tajuk dan dapat merobohkan pohonnya. Diperlukan pasokan air yang cukup; untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan hendaknya 200-220 mm, dan kelembapan tanahnya jangan kurang dari 6070% dari kapasitas lapangan, jadi sebagian besar lahan memerlukan pengairan tambahan. Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur, yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Kesuburan yang tinggi akan sangat menguntungkan dan kandungan bahan
12
Universitas Sumatera Utara
organiknya hendaknya 3% atau lebih. Tanaman pisang toleran terhadap pH 4,5-7,5 (Sumartono, 1981). Tinjauan Ekonomis Tanaman pisang memang banyak di manfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Bunga dan bonggol pisang biasanya dimanfaatkan untuk dibuat sayur, manisan, acar, dan lalapan. Daun pisang banyak dimanfaatkan untuk membungkus. Daun-daun yang tua dan kulit buah pisang digunakan untuk pakan ternak dan biasa pula dibuat kompos. Batangnya digunakan untuk membuat lubang pada bangunan, dan buahnya banyak digunakan sebagai makanan. Pisang bisa disebutkan sebagai buah kehidupan. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat dalam buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Selain itu, kandungan Vitamin A yang tinggi dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ISPA, kulit bersisik, dan kebutaan. Manfaat lain, pisang bisa menjadi pengganti makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras. Selain buahnya, tanaman pisang juga dapat dimanfaatkan dari bagian bonggol hingga daunnya. Bonggol tanaman pisang (berupa umbi batang) dan batang muda dapat diolah menjadi sayuran. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya lazim digunakan untuk pembungkus makanan, yang dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas (Astuti, 1989).
13
Universitas Sumatera Utara
Jenis Pisang Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas tiga macam, yaitu pisang serat, pisang hias dan pisang buah. Pada pisang serat (Musa textilis), yang dimanfaatkan bukan buahnya, tetapi serat batangnya untuk pembuatan tekstil. Pisang hias umumnya ditanam bukan untuk diambil buahnya tetapi sebagai hiasan yang cantik, contohnya adalah pisang kipas dan pisang-pisangan. Pisang buah (Musa paradisiaca) ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan atas empat golongan. Golongan pertama adalah yang dapat dimakan langsung setelah matang (disebut juga pisang meja), contohnya adalah: pisang kepok, susu, hijau, mas, raja, ambon kuning, ambon lumut, barangan, serta pisang cavendish. Golongan kedua adalah yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, contohnya pisang tanduk, oli, kapas, dan pisang bangkahulu. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun setelah diolah terlebih dahulu, contohnya pisang kepok dan pisang raja. Golongan keempat adalah pisang yang dapat dimakan sewaktu masih mentah, misalnya pisang klutuk (pisang batu) yang berasa sepat dan enak untuk dibuat rujak. Pisang klutuk beserta kulitnya sering ditambahkan ke dalam rujak untuk mencegah sakit perut atau mules setelah makan rujak (Cahyono, 1995). Budidaya Pisang Barangan Dengan Sistem Double Row Meliputi : 1. Pengolahan Lahan Lahan
yang
mempunyai
rumputan
tebal
sebaiknya
dilakukan
pembabatan kemudian dibersihkan. Tanah yang padat dilakukan pembajakan
14
Universitas Sumatera Utara
(dengan traktor) kemudian penggaruan atau pentraktoran dua kali dengan jalur yang berbeda (memotong). Lahan yang gembur (tidak padat) siap untuk ditanam. 2. Pemilihan Bibit Bibit yang baik adalah berasal dari kultur jaringan, tetapi jika tidak ada maka dapat saja dipergunakan dari anakan dari pohon induk yang sudah cukup tua (sudah tebang beberapa kali dalam satu rumpun) dan mempunyai batang dan buah yang masih bagus. Bibit yang demikian pada umumnya sudah terseleksi secara alamiah (unggul). Anakan yang dijadikan bibit yang bersumber dari pohon induk dapat dikelompokkan menjadi (anakan dewasa ”maiden sucker” dan rebung ”peeper”). Anakan dewasa (berdaun 2 helai) dan anakan sedang (berdaun satu helai) sudah siap ditanam di lapangan. Ukuran bibit yang berasal dari anakan sebaiknya berkisar antara 60-70 cm (seragam). Sebelum ditanam disterilkan dengan menggunakan bayclin dosis 30 cc per liter air. Anakan muda dan rebung maka sebaiknya disemaikan terlebih dahulu dengan menggunakan polybag hingga tinggi anakan mencapai 60-70 cm baru siap ditanam di lapangan. 3. Penanaman Bibit yang berasal dari perbanyakan kultur jaringan atau anakan yang sudah berada di dalam polybag, maka terlebih dahulu dikeluarkan dari polybag dengan hati-hati agar tanah jangan pecah. Bibit yang sudah dikeluarkan dari polybag ditanam pada lubang yang sudah disediakan. Bibit yang berasal dari anakan setelah disterilisasi dapat ditanam pada lubang yang dipersiapkan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 cm atau disesuaikan dengan ukuran bibit. Lubang ditutup kembali dengan tanah galian.
15
Universitas Sumatera Utara
4. Pengaturan/Penjarangan Anakan Penyeleksian anakan dalam satu rumpun dilaksanakan 7-8 minggu sekali. Dalam satu rumpun hanya dibiarkan maksimum 3 batang, yakni membentuk sebuah rentetan 1 batang mama(induk), 1 batang anak dan 1 batang cucu. Anakan yang berlebih dalam satu rumpun dikurangi dengan cara memotong miring keluar dan jangan sampai merusak tanaman utama (MAMA-ANAKCUCU). Anakan yang dikeluarkan dari rumpun masih mempunyai bonggol dan sudah berukuran 60-70 cm dapat ditanam di lapangan sedangkan yang masih kecil dimasukkan ke dalam polybag untuk dijadikan bahan bibit. 5. Pemupukan Pupuk yang dipergunakan adalah pupuk UREA = 36 gr/batang/bulan, KCL = 42 gr/batang/bulan dan Dolomit = 63 gr/batang/bulan. Metode pemberian pupuk sistem tabur melingkar dengan jarak 0-30 cm dari batang pada tanaman muda dan setengah lingkaran pada tanaman yang sudah pernah ditebang. Bila tanaman terlihat kekurangan unsur hara mikro maka pemupukan ditambah dengan pupuk daun seperti Growmore dengan dosis 1 gr/liter air dengan frekuensi 2 minggu sekali. 6. Penyuntikan Ontong Penyuntikan ontong dilakukan dengan insektisida dengan dosis maksimum 0,02 gr/ontong dilarutkan dalam air 20 cc untuk kebutuhan setiap ontong. Penyuntikan dilakukan pada saat ontong baru keluar dan tegak ke atas dan disuntik 1/3 bagian atas ontong.
16
Universitas Sumatera Utara
7. Pemeliharan Adapun pemeliharaan yang dianjurkan oleh USAID-AMARTA adalah sebagai berikut: Pemotongan Kuku Pemotongan kuku buah berfungsi untuk menjadikan buah mulus dan penyerapan unsur hara optimal oleh bakal buah. Dilakukan dengan cara memetik kuku buah dengan tangan pada saat buah masih muda. Dilakukan tiga kali seminggu (tutup buah dibawahnya belum jauh) dan dimulai dari buah yang paling atas. Pemotongan Ontong Pemotongan ontong bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Dilaksanakan pada saat buah di sisir terakhir sejajar dengan tanah. Dilakukan dengan tangan tanpa alat seperti pisau. Pada saat pemotongan ontong, buah yang tidak sempurna juga turut dibuang dan ditinggalkan 1-2 buah dalam satu sisir. Pembersihan Batang Alat yang dipergunakan harus benar-benar bersih dengan menggunakan desinfektan. Batang pisang harus dibersihkan dari daun-daun yang kering ataupun daun-daun yang sudah sakit. Bagian daun yang sakit sebaiknya dipotong untuk mengurangi serangan penyakit dan tetap menjaga jumlah daun (minimal 6). Daun yang telah tua (kering lebih dari 50%) sudah dapat dipotong dan dibuang, karena dianggap tidak berfungsi lagi bagi tanaman. Metode pemotongan daun relatif dekat dengan batang.
17
Universitas Sumatera Utara
8. Hama dan Penyakit Tanaman yang terkena penyakit kerdil, diatasi dengan membongkar tanaman yang sakit, alat yang digunakan disterilkan dengan disinfektan dan diganti dengan tanaman baru. Penyakit layu fusarium dapat dicegah dengan pemilihan bibit yang sehat, pengunaan alat yang steril, dan menghindari mobilitas yang tinggi. Bila sudah terserang maka tanaman yang sakit sebaiknya dibongkar dan dibakar dan bila tidak memungkinkan maka tanaman sebaiknya dibunuh dengan menyuntikkan herbisida sistemik (seperti Round Up) dengan dosis 1 cc per 5 cm lingkar batang pada ketinggian 30 cm dari tanah. Maksimum penggunaan 15 cc per rumpun pisang. Pengendalian terhadap penggerek batang dapat dilakukan dengan sanitasi, karena hama ini hidup dan berkembang biak pada sampah-sampah yang membusuk. Tanaman yang sudah terserang, bila sudah tidak memungkinkan untuk dibiarkan tumbuh maka sebaiknya tanaman dipotong, dan bagian titik tumbuh dicongkel agar anakan cepat tumbuh. Pengendalian terhadap Ulat pengulung daun yaitu secara mekanis dengan memangkas bagian-bagian daun yang terserang kemudian dihancurkan. Pengendalian terhadap Thrips dilakukan dengan penyuntikan ontong pisang dengan insektisida dengan dosis maksimum 0,02 gr Bahan Aktif per ontong atau dengan pembungkusan tandan pisang dengan plastik warna biru atau putih. Pengendalian terhadap Sigatoka yaitu dengan menjaga kesuburan tanah dan daun-daun yang menunjukkan gejala dipotong (dioperasi).
18
Universitas Sumatera Utara
9. Panen Tingkat kematangan buah yang sudah dapat dipanen berkisar antara 7585%. Penentuan saat panen dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan menggunakan kliper yang terbuat dari kayu dan yang kedua melalui umur buah. Kliper dibuat dengan ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk Pisang Barangan umumnya ukuran kliper 3,3 cm dan ini sebagai penentu dengan mencocokkan pada buah pisang di sisir kedua bagian tengah. Sedangkan jika menggunakan umur buah maka buah tersebut dapat dipanen dan dinyatakan sudah tua setelah umur 11-12 minggu dari keluar bunga. 10. Pasca Panen Pengangkutan dilakukan dengan hati-hati agar jangan terjadi gesekan yang menyebabkan kulit buah pisang memar. Setelah buah disisir sebaiknya dicuci dan disusun bagian tandan di sebelah bawah. Setelah kering maka dapat dilakukan pengepakan. Untuk melihat sejauh mana perbedaan budidaya pisang barangan sistem Double Row dengan sistem Konvensional secara ringkas di kemukakan dalam tabel 4. Tabel 4. Perbedaan Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Row. No. Perbedaan
Konvensional
1 Jarak Tanam 3m x 3m 2 Populasi 1.100-1.300 batang 3 Sistem Penjarangan Anakan Mama 4 Pemupukan 1 x 4 bulan 5 Pemupukan Daun Tidak Ada 6 Pensterilan Alat Tidak Ada 7 Penyuntikan Ontong Tidak Ada 8 Pemasangan Pita Tidak Ada 9 Pemotongan Kuku Tidak Ada 10 Pemotongan Ontong Tidak Ada Sumber: Koordinator Lapangan USAID-AMARTA.
19
Sistem Double Row 1m x 2m x 4m 2.000-2.200 batang Mama-Anak-Cucu 1 x 1 bulan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa perbedaan budidaya pisang barangan antara sistem Double Row dengan konvensional yang paling berbeda adalah jarak tanam dimana Double Row 1 x 2 x 4m, konvensional 3 x 3m, jumlah populasi Double Row 2.000-2.200 batang per hektar sedangkan konvensional 1.100-1.300 batang per hektarnya, sistem penjarakan anakan, pemupukan dan cara pemeliharaan.
3 meter
3 meter
Gambar 1. Pola Jarak Tanam Pisang Barangan dengan Sistem Tanam Konvensional
Utara 1,75 atau 2 meter
3 atau 4 meter
1 meter
Gambar 2. Pola Jarak Tanam Pisang Barangan dengan Sistem Double Row
20
Universitas Sumatera Utara
Landasan Teori Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi, sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dan dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan dimensi waktu. Pada penyuluhan pertanian, banyak kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk tahapan mereka mau menerima ide-ide tersebut diperlukan waktu yang relatif lama. Suatu keputusan untuk melakukan perubahan dari semula hanya mengetahui sampai sadar dan merubah sikapnya. Untuk melaksanakan suatu ide baru tersebut, biasanya juga merupakan hasil dari urutan-urutan kejadian dan pengaruh tertentu berdasarkan dimensi waktu, dengan kata lain suatu perubahan sikap yang dilakukan oleh petani adalah merupakan proses yang memerlukan waktu dimana tiap-tiap petani berbeda – beda satu sama lainnya. Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi tersebut ( Levis, 1996 ). Usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan suatu teknologi baru
(
inovasi ) kepada seseorang, maka sebelum orang tersebut mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Pada proses ini terdapat tahapan-tahapan yang meliputi tahapan dari belum diketahui sesuatu oleh seseorang sampai dengan diterapkannya inovasi tersebut. Proses penerimaan
21
Universitas Sumatera Utara
inovasi terdapat lima ( 5 ) tahapan yang dilalui sebelum seseorang bersedia menerapkan suatu inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu: 1. Sadar, adalah seorang belajar tentang ide baru, produk atau praktek baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus. 2. Tertarik, adalah seorang tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, tapi ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendetail: apa itu, apa yang dapat dikerjakan dan cara kerja ide baru tersebut, mendengar dan membaca informasi mengenai ide baru tersebut. 3. Penilaian, adalah seorang menilai semua informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru itu baik untuknya. 4. Mencoba, adalah seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama dan dalam skala yang terbatas. 5. Adopsi atau menerapkan, adalah tahap seseorang menyakini akan kebenaran atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena: -
Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani.
-
Sesuai dengan nilai-nilai sosial/adat setempat.
-
Tidak rumit.
-
Dapat dicoba dalam skala kecil.
-
Mudah diamati ( Ginting, 2002 ).
22
Universitas Sumatera Utara
Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman pribadi, tekanan dalam kelompoknya serta sikap dan kondisi petani pada saat inovasi tersebut diperkenalkan. Menurut para pakar sosiologi berdasarkan atas kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan ke dalam lima macam kelompok masyarakat, yaitu: 1. Kelompok Inovator adalah kelompok yang berpikir maju dan selalu mencari inovasi baru serta menerapkan inovasi tersebut dalam usahataninya. 2. Kelompok Penerap dini ( early adopters ) adalah kelompok petani yang cepat mengikuti inovator. 3. Kelompok Penerap mayoritas awal ( early majority ) adalak sekelompok petani penerap menengah setelah melihat kelompok penerapan dini menerapkan inovasi itu. 4. Kelompok Penerap mayoritas akhir ( late mayority ) adalah kelompok petani yang lambat dalam menerima suatu inovasi ( teknologi atau praktek-praktek baru ). 5. Kelompok penentang ( laggard ) adalah sekelompok petani yang tidak mau menerima inovasi ( Suhardiyono, 1992 ). Penyebaran teknologi baru memiliki waktu untuk diterapkan oleh petani disebabkan karena setiap hal atau pemikiran baru untuk dapat diterima oleh seseorang
lebih
dahulu
mengalami
proses
yaitu
proses
adopsi
( Van Den Ban dan Hawkins, 2000).
23
Universitas Sumatera Utara
Perubahan perilaku melalui penyuluhan pertanian pada diri petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan: 1. Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani. 2. Penyuluhan yang disampaikan hanya akan diterapkan apabila setelah para petani mendapat gambaran nyata atau berkeyakinan bahwa hal-hal yang diterima dari penyuluhan akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekkan dan tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan ( Kartasapoetra, 1994 ). Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperi ini tentu akan menekan sikap dan mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui: 1. Penarikan Minat Teori mendidik yang tingkat intelegensinya masih rendah dan mental yang tertekan, hanya dapat dijalankan dengan cara mengajak untuk dapat melihat, mendengar dan ikut melakukan sendiri dengan baik apa yang menjadi materi dalam penyuluhan tersebut. 2. Mudah dan Dapat Dipercaya Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian ( objek/materi ) mudah dimengerti, berguna secara nyata dan menarik kepercayaan petani, bahwa
24
Universitas Sumatera Utara
benar sejak diperlihatkan, diperdengarkan ( diajarkan ) dapat dilakukan para petani dan benar-benar dapat meningkatkan hasil dan kesejahteraannya. 3. Peragaan dan Disertai Dengan Sarana Penyuluhan harus disertai dengan peragaan yang didukung dengan sarana/alat-alat peragaan yang mudah didapat, murah dan mudah dikerjakan oleh para petani apabila mereka berniat untuk mempraktekkannya. 4. Waktu dan Tempatnya Harus Tepat Para penyuluh harus pandai memperhitungkan kapan petani bersantai/ada di rumah, kapan biasanya mereka berkumpul dan dimana kebiasaan mereka berkumpul dilakukan ( Sastraadmadja, 1993 ). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan diantara keberhasilan agen pembaharuan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi dengan kerja usaha yang ia lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi atau mempromosikan inovasinya, maka proses adopsi akan semakin cepat ( Negara, 2000 ). Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani di pedesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan struktur komunikasi informasi di pedesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus-menerus dalam cara kerja ( teknik kerja ) pada petani jika mereka melakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat ( Negara, 2000 ). Peran media komunikasi menjadi sangat penting terutama dalam proses pendekatan dalam menyampaikan suatu maksud agar dapat diterima oleh
25
Universitas Sumatera Utara
masyarakat petani. Sukses atau gagalnya serta untung atau ruginya hasil-hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh para petani ( Ginting, 2002 ). Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial-ekonomi petani yaitu: umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga. 1. Umur Petani Makin tua ( umur produktif 22-55 tahun ) petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi inovasi. 2. Tingkat Pendidikan Petani Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi ( Soekartawi, 1986 ). 3. Pengalaman Bertani Petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan inovasi dibanding dengan membuat perbandingan dalam mengambil keputusan dibandingkan yang masih pemula dalam berusaha tani
(
Soekartawi, 1986 ).
26
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan lebih sulit dalam menerapkan teknologi baru karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi, sehingga mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut tidak berhasil ( Soekartawi, 1986 ). 5. Luas Lahan Petani yang mempunyai lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibanding dari pada petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efesiensi dalam penggunaan sarana produksi ( saprodi ) ( Soekartawi, 1986 ). Kerangka pemikiran Petani pisang barangan dalam melakukan budidaya pisang melakukan tahapan seperti, pembibitan, pengolahan lahan, atau persiapan lahan, penanaman, pemberian pupuk, penyiangan, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi pada petani karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan lebih cepat diterima oleh petani. Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial-ekonomi petani, yaitu: umur petani, pendidikan petani, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. Seorang petani dalam mengadopsi teknologi budidaya pisang barangan tidaklah sama, ada yang cepat, ada yang lambat bahkan ada yang menunda atau
27
Universitas Sumatera Utara
tidak menerima ( menolak ), oleh karena itu tingkat adopsi dapat dikategorikan rendah, sedang dan tinggi. Tingkat adopsi teknologi budidaya pisang barangan diukur dengan pemanfaatan budidaya anjuran yang disarankan oleh penyuluh dari USAIDAMARTA. Tingkat adopsi teknologi budidaya pisang barangan dikategorikan kedalam tiga tingkatan adopsi yaitu tingkat adopsi tinggi, tingkat adopsi sedang dan tingkat adopsi rendah. Dan dalam proses mengadopsi Teknologi Double Row, petani menghadapi masalah-masalah dan dari masalah tersebut petani mencari upaya untuk menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapinya.
28
Universitas Sumatera Utara
Secara ringkas uraian diatas dapat digambarkan pada skema kerangka pemikiran berikut:
Petani Pisang Barangan
Faktor Sosial-Ekonomi: 1.Umur Petani 2.Tingkat Pendidikan 3.Pengalaman Bertani 4.Luas Lahan 5.Jumlah Tanggungan Keluarga
Masalah-Masalah Usahatani Pisang Barangan Upaya untuk mengatasi masalah Teknologi Double Row
Tingkat Adopsi
Rendah
Sedang
Tahapan Teknologi Double Row: 1. Pengolahan Lahan 2. Pemilihan Bibit 3. Penjarangan Anakan (Mama-Anak-Cucu) 4. Penanaman 5. Pemupukan 6. Penyuntingan Ontong 7. Pemeliharaan 8. Pengendalian Hama dan Penyakit 9. Panen 10. Pasca Panen
Tinggi
Keterangan: : Ada hubungan Gambar 3: Skema Kerangka Pemikiran
29
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis penelitian Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian adalah sebagai berikut: 3. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi Double Row budidaya pisang barangan di daerah penelitian tinggi. 4. Ada hubungan faktor sosial-ekonomi petani meliputi: f. Umur terhadap tingkat adopsi teknologi Double Row budidaya pisang barangan secara parsial di daerah penelitian. g. Tingkat pendidikan terhadap tingkat adopsi teknologi Double Row budidaya pisang barangan secara parsial di daerah penelitian. h. Pengalaman bertani terhadap tingkat adopsi teknologi Double Row budidaya pisang barangan secara parsial di daerah penelitian. i. Luas lahan terhadap tingkat adopsi teknologi Double Row budidaya pisang barangan secara parsial di daerah penelitian. j. Jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat adopsi teknologi Double Row budidaya pisang barangan secara parsial di daerah penelitian.
30
Universitas Sumatera Utara