TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap jumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang (Kotler, 1987 ). Pasar tradisional dikenal sebagai pasar yang bangunannya relatif sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan penerangan kurang baik). Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang diperhatikan, harga barang relatif murah, dan cara pembelanjaanya dengan sistem tawar menawar. Para pedagangnya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dan cara berdagangnya kurang profesional ( Pangestu, 2007). Sementara itu pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini berada dalam bangunan dan barang-barang yang
dijual
Universitas Sumatera Utara
biasanya adalah barang tahan lama. Pasar modern
adalah toko yang besar,
berbiaya rendah, volume tinggi, dan melayani segala kebutuhan pelanggan berupa makanan, barang-barang pencuci pakaian, serta barang-barang perawatan rumah tangga. Salah satu contohnya adalah hypermarket, supermarket, minimarket, dan departemen store ( Kotler, 1987). Penurunan pertumbuhan pasar tradisional dan makin berkembangnya pasar modern lainnya makin memperlihatkan adanya pergeseran preferensi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jika dulu masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar-pasar tradisional, maka sekarang masyarakat cenderung berbelanja di pasar modern.Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan besar. Apa sebenarnya yang terjadi sehingga sekarang ini masyarakat cenderung memilih pasar modern ketimbang pasar tradisional. Pada dasarnya harga produk di pasar tradisional memang lebih murah, namun selisih harganya tidak terlalu jauh ketimbang harga di pasar modern.Kenyataan ini didukung pula dengan kondisi pasar tradisional yang semraut dan jorok. Sehingga tidak heran bila hal ini membuat masyarakat lebih memilih belanja di pasar modern seperti Hypermarket, mall, atau pasar modern lainnya ketimbang di pasar tradisional. Sebagai pusat bertemunya pedagang dan pembeli, keberadaan pasar tradisional sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sayangnya, tidak jarang konsep penataan pasar menjadi semraut yang mengakibatkan minimnya tingkat kedisiplinan para pedagang. Diperparah pula dengan bermunculannya sejumlah pedagang liar, sehingga kesan kumuh pun menjadi pemandangan sehari-hari di beberapa pasar tradisional (Mahyuni, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Jika pasar tradisional bisa dikelola dengan baik dan menarik, maka tidak perlu ada pertentangan antara pasar modern dan pasar tradisional.Keduanya berkembang dengan nuansa serta dayatariknya sendiri-sendiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa golongan yang berpendapatan tinggi dan menengah atas akan juga menjadi tertarik untuk sesekali mengunjungi pasar tradisional untuk menikmati berbagai hal yang tidak tersedia di pasar modern (Napitupulu, 2007). Pasar modern dan pasar tradisional sudah dibedakan dengan sangat tegas oleh para pembeli atau konsumen. Keduanya belum bisa digabung karena keduanya dibutuhkan oleh penduduk. Idealnya, semua pasar menjadi pasar modern dan ini juga menjadi impian semua penduduk, tetapi karena kondisi kehidupan penduduk yang masih mayoritas berpendapatan rendah dengan tingkat pengetahuan yang masih rendah pula, maka masih jauh kemungkinan untuk memikirkan agar semua pasar menjadi modern (Wikipedia, 2005). Secara umum, tempat yang nyaman, aman dan memadai akan menjadi pilihan utama bagi kebanyakan pembeli. Kondisi ini harus bisa menjadi perhatian serius dari para pedagang di pasar tradisional. Walaupun tradisional tetap memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh para calon pembeli. Pedagang harus mengetahui bahwa persaingan tidak hanya terbatas pada kualitas dan harga produk, tetapi juga sudah pada tataran lain yaitu bagaimana memuaskan pelanggan dari faktor yang lainnya, seperti adanya kenyamanan berbelanja dan adanya nuansa khusus menarik lainya yang tidak dimiliki oleh pasar modern (Pangestu, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Landasan Teori
Pasar tradisional dan pasar modern Menurut Pangestu (2007) dalam penelitiannya, mencoba mendefenisikan pasar tradisional yang merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, dalam hal ini organisasi pasar yang masih ada dan masih sangat sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, lingkungan fisik yang kotor dan pola bangunan yang sempit. Beliau mengajukan beberapa potensi dan ciri-ciri dari pasar tradisional, seperti lemampuan pasar tradisional dalam menyerap Komoditi lokal dari kawasan sekitarnya. Berfungsi sebagai supplier bagi berbagai input pertanian dan perumahan serta kebutuhan masyarakat yang luas, dimana pasar tradisional memiliki segmentasi pasar tersendiri yang membedakannya dengan pasar modern. Sedangkan pasar Modern didefenisikan sebagai pasar besar, lengkap yang menspesialisasikan dirinya dalam keanekaragaman bahan makanan dan barangbarang di luar bahan makanan sangat terbatas. Pasar Modern didefenisikan sebagai sesuatu yang lengkap, pelayanan sendiri dan berkenaan dengan toko makanan.
Konsumen Konsumen
merupakan
individu-individu
dan
organisasi
yang
membutuhkan suatu produk atau jasa dari sebuah organisasi untuk dikonsumsi, bukannya dijual atau diproses lagi. Seorang knsumen dalam memilih dan membeli
Universitas Sumatera Utara
suatu produk, umumnya dipengaruhi juga oleh orang lain yang menjadi referensinya, keluarga, maupun kelompok lainnya (Mahyuni, 2007).
Konsep keputusan pembelian konsumen Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dakam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang dan jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Harga Harga, nilai, maupun manfaat merupakan konsep yang saling berkaitan. Manfaat adalah atribut barang yang mempunyai kemampuan untuk memuaskan konsumen. Nilai adalah ukuran kuantitatif bobot sebuah produk yang dapat dipertukarkan dengan produk lainnya. Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Kepercayaan konsumen terhadap ekonomi, psikologi konsumen dan perilaku beli konaumen ditentukan terutama oleh naik turunnya harga. Konsumen sangat tergantung pada harga sebuah indicator kualitas sebuah produk terutama pada waktu mereka harus membuat keputusan membeli sedangkan informasi yang dimliki tidak lengkap (Stanton, 1996).
Lokasi Masalah lokasi merupakan masalah penting harus dipertimbangkan oleh pengecer. Masalah lokasi tersebut antara lain meliputi masalah banyaknya lokasi,
Universitas Sumatera Utara
strategi pengecer dalam memilih lokasi dan penetapan lokasi yang strategis sesuai dengan produk yang dijual. Tiga tingkat keputusan mengenai lokasi yang dihadapi oleh para ahli strategi pemasaran adalah seleksi pasar, analisis area, dan evaluasi tempat, ketiga hal ini penting untuk membedakan suatu usaha dengan para pesaingnya dalam benak konsumen yang ingin dilayani sehingga memungkinkan untuk mencapai keuntungan diferensial yang dapat dipertahankan atas para pesaingnya (Pangestu, 2007).
Produk Produk merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran yang dapat memuaskan atau memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Diharapkan melalui pembelian produk tersebut konsumen dapat terpenuhi kepuasannya. Menurut Stanton (1996) mendefenisikan produk sebagai pemahaman subjektif produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi dan daya beli pasar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke konsumen dan bisa mendapatkan perhatian konsumen untuk dibeli dan digunakan sehingga bisa menciptakan sebuah kepuasan bagi konsumen. (Stanton, 1996).
Pelayanan Dalam sebuah usaha, pelayanan juga harus dipertimbangnkan untuk diprioritaskan mengingat pelayanan berpengaruh langsung terhadap kepuasan
Universitas Sumatera Utara
pembeli. Maksud dari layanan diatas adalah bahwa layanan merupakan sebuah aktifitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan lepada konsumen (Stanton, 1996).
Faktor sosial Karakteristik sosial konsumen dipengaruhi oleh : a) Umur Umur dan tahapan siklus hidup dapat membentuk pola konsumsi orang dewasa, niasanya mengalami perubahan dan transformasi (perubahan bentuk, rupa, sifat) tertentu pada saat menjalani hidupnya. b) Pendidikan Pendidikan seseorang juga mempengaruhi perilaku seseorang. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka konsumen akan lebih memilih barangbarang yang berkualitas baik (Setiadi, 2003).
Faktor ekonomi a) Penghasilan Penghasilan
sangat
mempengaruhi
konsumsi
konsumen.
Apabila
penghasilan meningkat maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan semakin besar. c) Jumlah tanggungan Jumlah tanggungan sangat mempengaruhi keputusan konsumen saat pembelian, semakin banyak jumlah anggota keluarga konsumen maka
Universitas Sumatera Utara
tingkat konsumsi juga meningkat, sehingga anggota keluarga berpengaruh besar terhadap keputuasan konsumen (Setiadi, 2003).
Faktor psikologis Psikologis adalah faktor kejiwaan (psikologi) yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam proses pengambilan keputusan. Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen berbelanja dibagi menjadi 3 yaitu : yaitu: comfortable (kenyamanan), prestige (gengsi). a) Kenyamanan berbelanja (comfortable) Kenyamanan merupakan salah satu nilai jual yang utama dari supermarket/
hypermarket,
karena
tanpa
faktor
kenyamanan
supermarket/hypermarket tidak jauh berbeda dari pasar tradisional. b) Gengsi (prestige) prestige adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa mempunyai kebanggan tersendiri, pada saat mengkonsumsi barang dan jasa tertentu yang dihasilkan oleh perusahaan.Salah satu nilai jual dari pasar modern adalah faktor gengsi, karena seorang konsumen merasa lebih prestige berbelanja di pasar modern dari pada di pasar tradisional, karena selama ini pasar tradisional selalu identik dengan segmen kalangan bawah, dan supermarket/hypermarket identik dengan kalangan menengah ke atas. (Winardi, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran Konsumen merupakan individu-individu yang membutuhkan suatu produk untuk dikonsumsi, bukan untuk dijual atau diproses lagi, konsumen dapat memperoleh produk yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di pasar. Sekarang ini ada dua jenis pasar yang menjadi pilihan bagi konsumen dalam berbelanja yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Ada beberapa karakteristik pasar yang dimiliki pasar tradisional dan pasar modern yang menjadi daya tarik bagi konsumen. Pertama harga, hal ini menjadi pertimbangan utama bagi kebanyakan konsumen sebelum memilih untuk berbelanja di pasar tersebut, biasanya jika suatu pasar menetapkan harga yang murah untuk produk yang dijual, maka kebanyakan konsumen akan memilih berbelanja di tempat tersebut. Kelengkapan produk, biasanya hal ini juga menjadi pertimbangan bagi konsumen, dengan jenis produk yang beragam dan tersedia dalam jumlah yang banyak maka konsumen akan memiliki banyak pilihan dalam memilih produk yang diinginkan. Pelayanan juga sering menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen, sebagian besar konsumen menginginkan pelayanan yang bagus dan ramah sehingga mereka merasa dilayani dengan baik sewaktu berbelanja. Lokasi juga menentukan keputusan konsumen dalam berbelanja, untuk beberapa konsumen mungkin memilih berbelanja di pasar yang lebih dekat dengan tempat tinggal atau tempat kerjanya. Keputusan konsumen dalam memilih tempat berbelanja juga dipengaruhi oleh karakteristik konsumen yaitu faktor sosial yang terdiri dari umur dan pendidikan, faktor sosial yang terdiri dari tingkat penghasilan dan jumlah
Universitas Sumatera Utara
tanggungan serta faktor psikologis yang terdiri dari gengsi, kenyamanan dalam berbelanja. Apabila keputusan konsumen telah ditetapkan, maka akan dilakukan keputusan berbelanja di pasar yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu di pasar tradiisonal dan pasar modern. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
KONSUMEN
Karakteristik Pasar : 1. harga 2. produk 3. lokasi 4. pelayanan
KEPUTUSAN KONSUMEN
Karakteristik konsumen : 1. faktor sosial a. umur b. pendidikan 2. faktor ekonomi a. penghasilan b. jumlah tanggungan 3. faktor psikologis a. gengsi b. kenyamanan
BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN
Keterangan : = Menyatakan ada hubungan = Menyatakan saluran
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis 1) Terdapat hubungan tingkat umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan jumlah tanggungan dengan tingkat keputusan konsumen dalam berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. 2) Terdapat hubungan tingkat daya tarik pasar (harga, kelengkapan produk, pelayanan, lokasi) dengan tingkat keputusan konsumen dalam berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern.
Universitas Sumatera Utara