TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis) termasuk golongan tumbuhan palma. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi (Kamaruddin, 2004). Disamping itu, kelapa sawit juga merupakan suatu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting, yang dahulu sebagai tanaman liar yang kemudian dibudidayakan sehingga menjadi komoditi yang diunggulkan (Risza, 1994). Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) termasuk famili Arecacease. dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Klass
: Liliopsida
Ordo
: Arecales
Famili
: Arecaceae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis
(Kamaruddin, 2004)
Universitas Sumatera Utara
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000 – 2.500 mm/Tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah antara lain: tanah padsolik coklat, padsolik kuning, padsolik coklat kekuningan, padsolik merah kuning, hidromorfik kelabu, alluvial, regosol, gley humik, organosol (tanah gambut). Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4 – 6,5 sedangkan pH optimum berkisar 5 – 5,5. Permukaan air tanah dan pH sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan daun (Risza, 1994). A. Bagian Vegetatif 1. Akar Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman selain itu sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyongkong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan.
Universitas Sumatera Utara
2. Batang Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian batang. Diameter batang dapat mencapai 90 cm. Tinggi batang untuk tanaman komersial tidak lebih dari 12 meter. Jika tanaman telah mencapai ketinggian lebih dari 12 meter sudah sulit dipanen, maka pada umumnya tanaman di atas umur 25 tahun sudah diremajakan. 3. Daun Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter; jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai mencapai 60 pelepah (Risza, 1994). B. Bagian Generatif 1. Bunga Bunga jantan maupun betina tumbuh di ketiak daun, keduanya tumbuh dalam pohon yang sama, berumah satu, tetapi tidak lazim terdapat bunga majemuk jantan dan betina sekaligus dalam satu pohon. Bunga hermaprodit sering terdapat pada tanaman kelapa sawit, terutama pada masa awal pembungaan (Balai Penelitaian Perkebunan, 1988). 2. Buah Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari pertanaman biji kecambah di
Universitas Sumatera Utara
pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe, yakni: - Tipe Dura
:
tempurung sangat tebal, kandungn minyak dalam buah rendah.
- Tipe Pisifera
:
tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin.
- Tipe Tenera
:
merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan pisifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi
(Risza, 1994). Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit antara lain ditentukan oleh faktor bahan tanaman atau bibit yang memiliki sifat-sifat unggul. Bibit yang unggul akan menjamin suatu pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang tinggi apabila perlakuan dilaksanakan secara optimal. Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang paling menentukan masa depan pertumbuhan kelapa sawit di lapangan. Bibit yang unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Standar bibit yang baik dapat dilihat dari diameter batang (tegap), tinggi bibit (jagur), jumlah daun (cukup) dan tidak terlihat terserang hama dan penyakit (sehat). Seleksi bibit harus dilakukan dengan ketat secara bertahap yaitu 2 bulan sekali dimulai dari penerimaan kecambah sampai seleksi yang terakhir pada saat pemindahan ke lapangan (Risza, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Peremajaan atau tanaman ulang untuk budidaya kelapa sawit juga tidak memerlukan pengolahan tanah yang intensif seperti budidaya lainnya, khususnya untuk areal bekas tanaman kelapa sawit atau kelapa yang pernah terserang penyakit gonoderma berat sebaiknya diolah dengan alat berat (traktor). Tanah diluku sedalam + 40 cm sehingga sisa-sisa akar keluar dan terjemur matahari. Pembangunan
penutup
tanah
kacangan
tujuannya
adalah
untuk
mengurangi erosi permukaan tanah, menambah bahan organik dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, menjaga kelembaban tanah, menekan perkembangan gulma sekaligus menghemat biaya penyiangan dan biaya pemupukan serta menekan gangguan kumbang Oryces (Risza,1994). Pada umumnya kelapa sawit ditanam dengan jarak 9 x 9 m segitiga sama sisi. Dengan jarak tanam ini maka dalam satu hektar terdapat 143 pohon tanaman. Penanaman sebaiknya diusahakan pada permulaan musim hujan. Bibit yang dianggap standar dan normal dapat ditanam di lapangan antara umur 10 – 12 bulan. Jika dalam keadaan terpaksa tidak boleh lebih dari umur 20 bulan,penggunaan bibit yang terlalu muda, dibawah umur 8 bulan, sering mendapat gangguan hama akibatnya banyak yang menyisip dan tanaman tidak homogen. Akibatnya selanjutnya adalah pertumbuhan tanaman terganggu dan produktivitas di masa depan akan terancam (Balai penelitian perkebunan, 1988). Tujuan dilakukan pemeliharaan yang tetap dan teratur sejak penanaman sawit sampai TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) umur 3 tahun adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan tanaman yang sehat, jagur, tegap dan homogen. Pupuk yang dipakai dapat berupa pupuk majemuk (compound) atau campuran dari beberapa macam pupuk tunggal (ZA, TSP, KCL, Kieserit), dengan
Universitas Sumatera Utara
perbandingan
kadar
hara
yang
setara
dengan
pupuk
majemuk
(Balai penelitian perkebunan, 1988). Kakao Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobrom, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman ini sebagai berikut : Divisi
: Spermathophyta
Anak divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae Bangsa
: Malvales
Suku
: Sterculiaceae
Marga
: Theobroma
Jenis
: Theobroma cacao L.
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Faktor iklim merupakan salah satu syarat utama pembudidayaan tanaman kakao. Tanaman kakao tumbuh di daerah yang berada pada 100 LU - 100 LS, namun dilihat dari penyebaran pertanaman kakao terdapat pada daerah dengan penyebaran curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Oleh karena itu, Indonesia yang terletak diantara 50 LU dan 100 LS merupakan daerah pengembangan
yang
cocok
untuk
melaksanakan
perkebunan
kakao
(Poedjiwidodo, 1996). Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0 – 8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 – 7,5 dimana unsur-unsur hara dalam tanah
Universitas Sumatera Utara
cukup tersedia bagi tanaman. Pada pH yang tinggi misalnya lebih dari 8,0 kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara, dan akan keracunan Al, Mn dan Fe pada pH yang rendah, misalnya kurang dari 4,0 (Susanto, 1994). Tanaman kakao terdiri dari beberapa bagian antara lain yaitu : 1. Akar Akar kakao adalah akar tunggang (Radix primaria). Pertumbuhan akar kakao bisa sampai 8 m kearah samping dan 15 m kearah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. 2. Batang Batang kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 m dari pangkal batangnya pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila ditanam tanpa pohon pelindung (Siregar,dkk, 2004). 3. Daun Daun kakao bersifat dimorfisme. Pada tunas ototrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 m. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). 4. Bunga Bunga kakao tumbuh pada batang atau cabang yang secara physiologis telah dewasa. Pada umumnya bila kondisi lingkungan baik bunga akan muncul pada tanaman yang berumur 2 tahun (PT. Perkebunan Nusantara IV, 1996).
Universitas Sumatera Utara
5. Buah Buah kakao berupa buah buni yang daging dan bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang anak-anak biji akan terlepas dari kulit buah (Susanto, 1994). Sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi kakao secara besar-besaran hanya 3 jenis yaitu: a. Jenis Criollo Kakao jenis ini terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasilkan biji kakao yang bermutu sangat baik dan dikenal dengan kakao mulia. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. b. Jenis Forastero Kakao jenis ini diusahakan oleh berbagai negara produsen kakao dan menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang atau dikenal juga sebagai ordinary cocoa. Buahnya berwarna hiaju, kulitnya tebal. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah. c. Jenis trinitariao Kakao ini merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo.Dengan jenis forasteto alami, sehingga kakao jenis ini sangat heteregon. Kakao Trinitario menghasilkan biji kakao yang termasuk fine flavour cocoa dan
Universitas Sumatera Utara
ada yang termasuk bulk cocoa. Berdasarkan bentuk buahnya Trinitario dapat dibedakan menjadi 4 golongan: 1. Angoleta 2. Cundeamor 3. Amelonado 4. Calabacillo (Sunanto, 1992). Tanaman kakao dikenal sebagai inang berbagai jenis hama dan penyakit. Adanya hama penyakit dapat menjadi kendala penting dalam budidaya kakao. Untuk mengatasi kendala tersebut, penggunaan bahan unggul yang toleran (salah satu komponen dalam pengendalian hama penyakit secara terpadu) akan memiliki peran yang penting alasannya, selain cepat mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit, penggunaan bahan unggul yang toleran dapat mengurangi penggunaan pestisida sehingga akan mengurangi biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan (Anonimus, 2004). Panen dan pascapanen kakao merupakan kegiatan yang penting, karena berpengaruh terhadap mutu biji kakao yang dihasilkan. Produktivitas yang tinggi tanpa diikuti cara panen dan pascapanen yang benar tidak akan menjamin pendapatan yang tinggi. Pada saat panen buah kakao harus diperhatikan tingkat kemasakan dan cara panennya. Sedangkan pada masa pasca panen kakao kegiatan yang dilaksanakan adalah pemeraman buah, fermentasi, pencucian, penuntasan, pengeringan/penjemuran, sortasi, dan penyimpanan (Poedjiwidodo, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Karet Ada dua jenis karet yang pertama yaitu karet sintesis yang merupakan karet olahan pabrik yang sebagian besar dibuat dengan mengandalkan minyak bumi dan yang kedua adalah karet alam yang berasal dari tanaman Hevea brasiliensis. Tanaman
karet
(Hevea
brasiliensis
Muel.Agr)
termasuk
famili
Euphorbiaceae. Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut : Divisio
: Spermatophyta
Klass
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasilensis
(Tim penulis, 2004). Tanaman karet adalah tanaman tropis, secara geografis tersebar antara 10 LU sampai 10 LS. Zona paling cocok dan paling produktif adalah 6 LU sampai 6 LS. Penyebaran pertanaman karet sangat dipengaruhi oleh penyebaran hujan dan tinggi tempat dari permukaan laut. Itu sebabnya, tidak semua propinsi di Indonesia memiliki perkebunan rakyat (Sianturi, 2001). Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi pertumbuhan karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari hujan. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-300 C. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-600 m dpl (Tim Penulis, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga tanah laterik merah dan padsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat (Syamsulbahri, 1996). Tanaman karet dapat diperbanyak dengan cara generatif maupun vegetatif, dimana tanaman karet terdiri dari beberapa bagian antara lain : 1. Batang Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. 2. Daun Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. 3. Bunga Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. 4. Buah Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami (Tim Penulis, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Adapun kelebihan dari karet alam adalah : 1. Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna. 2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah. 3. Mempunyai daya aus yang tinggi. 4. Tidak mudah panas. 5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Disamping itu karet alam memiliki kelemahan, walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut ilmiah dan bisnisnya, akan tetapi karet alam memiliki pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam ini (Sianturi, 2001). Karet banyak digunakan dalam industri-industri barang antara lain aneka ban kendaraan( sepeda motor, traktor hingga pesawat terbang), sepatu karet, peralatan rumah tangga dan lain-lain. Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Pengumpulan lateks dilaksanakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah: -
Faktor kebun ( jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
-
Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan.
-
Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
-
Kualitas air dalam pengolahan.
-
Komposisi lateks.
(Tim Penulis, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Bibit karet yang dianjurkan dalam budidaya karet adalah bibit yang berasal dari klon-klon unggul untuk batang atas dalam okulasi bibit karet. Ferweda (1969) membuktikan bahwa penggunaan klon dapat menaikkan produksi yang mencolok dibandingkan dengan asal biji (Setyamidjaja,1993). Adapun beberapa klon tanaman karet yang dihasilkan oleh lembagalembaga penelitian di Indonesia adalah sebagai berikut: -
Dari lembaga penelitian di Sumatera: AVROS 33,AVROS 36,AVROS 49, AVROS 80, Serial klon TM seperti TM 2, TM 6, TM 8 dan TM 9.
-
Dari lembaga penelitian di Jawa : BD 5, WAR 4, TJIR 1, GT 1, LCB 497, LCB 510(PR 107), LCB 1320, dan WR 101.( Tim Penulis, 2004). Ada beberapa macam karet yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet yang dikenal luas adalah: -
Bahan olahan karet(lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar).
-
Karet olahan konvensional (sheet dan crepe).
-
Lateks pekat.
-
Karet bongkah atau block rubber.
-
Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
-
Type rubber
-
Karet rekin
(Tim Penulis, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2001). Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input (faktor produksi atau korbanan produksi) dalam menghasilkan output (hasil atau produksi) menjadi perhatian yang utama. Peranan input bukan saja dilihat dari macam atau ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga dari segi efisiensi penggunaan faktor tersebut (Sianipar, 1998). Dalam usahatani, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksipun ikut sebagai penentu pencapaian produksi (Daniel, 2002). Produksi itu terjadi karena adanya perpaduan antara faktor-faktor alam, tenaga, dan modal dibawah asuhan atau usaha pengelolaan (petani). Fungsi unsur alam dalam usahatani atau usaha pertanian dipandang dari sudut sosial ekonomis sangat tergantung daripada sifat atau tujuan dari usaha pertanian (Tohir, 1991). Analisis usahatani merupakan suatu analisis pendapatan usahatani sehingga salah satu cara untuk mengetahui keuntungan atau kerugian dari suatu proses produksi, analisis usahatani hendaknya diketahui atau dimengerti oleh para
Universitas Sumatera Utara
petani sehingga mereka mengetahui keadaan usahataninya, yaitu apakah mereka memperoleh keuntungan atau sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana mereka mengelola usahatani. Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi (1) luas lahan yang dimiliki, (2) jumlah benih yang digunakan, (3) jumlah tenaga kerja yang digunakan, (4) banyaknya pupuk yang digunakan, (5) banyaknya pestisida yang digunakan, (6) keadaan pengairan, (7) tingkat pengetahuan dan keterampilan petani atau tingkat teknologi, (8) tingkat kesuburan tanah, (9) iklim atau musim, (10) modal yang tersedia (Soekartawi, 2002). Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakam yang mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaiknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedia. Modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien (Soekartawi, 2002). Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangan pada nilai produksi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini, hasil pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Modal petani yang berupa barang diluar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, bibit dan hasil panen yang belum dijual (Mubyarto, 1989). Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal, sudah pasti usaha tidak dapat dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketetapan takaran dalam pembinaan masukan (Daniel, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif suatu daerah antara lain adalah kedudukan geografi, topografi, faktor pedologi atau dalam hubungannya dengan faktor-faktor ekonomi atau pun sosial budaya. Dengan memperhatikan keungulan komparatif tersebut maka setiap petani tidak akan kecewa dalam usahataninya, karena kemungkinan untuk mengalami kegagalan secara agroekonomis kecil sekali, kecuali mengalami bencana alam yang kejadiannya secara tiba-tiba sehingga petani tidak mampu untuk menghindarinya dengan cepat (Rodjak, 2002). Analisis komparasi atau perbedaan merupakan prosedur statistik untuk menguji perbedaan diantara dua data (variabel) atau lebih. Analisis perbedaan atau uji perbedaan ini sangat tergantung pada jenis data (nominal, ordinal, interval, dan rasio) dan kelompok sampel yang diuji. Jenis teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif harus sesuai dengan jenis data atau variabel berdasarkan skala pengukuran (Hasan, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau uasahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991). Tenaga kerja manusia terdiri atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja ketiga jenis tersebut berbeda-beda. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah menggunakan satuan HKP. Pengukuran tenaga kerja dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: 1. Untuk tenaga kerja pria
: jam kerja 1 x 1 HKP
2. Untuk tenaga kerja wanita
: jam kerja x 0,8 HKP
3. Untuk tenaga kerja anak-anak
: jam kerja x 0,5 x 1 HKP
(Hernanto, 1993). Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Seperti dijelaskan sebelumnya skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tidak perlu tenaga kerja ahli (skilled). Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan sering dijumpai diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja yang mampu mengerjakan traktor, dan sebagainya (Soekartawi, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut: TRi = Yi . Pyi Dimana: TR
= Total penerimaan
Y
= Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py
= Harga y
Bila jenis tanaman yang ditanam adalah lebih dari satu maka rumus diatas berubah menjadi: TR =
n
Yi . Pxi
i 1
Yaitu n = jumlah jenis tanaman yang diusahakan Oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: (1). Analisi parsial usahatani (2) Analisis keseluruhan usahatani (Soekartawi, 2001). Biaya usahatani biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Biaya tetap (fixed cost) 2. Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya adalah biaya untuk sarana produksi. Cara menghitung biaya tetap adalah: FC =
n
Xi Pxi
i 1
Dimana : FC
= Biaya tetap
Xi
= Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi
= Harga input
n
= Macam input
Rumus diatas dapat digunakan untuk menghitung biaya variabel, karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC). TC = FC + VC Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya jadi : Pd = TR - TC Dimana: Pd
= Pendapatan usahatani
TR
= Total penerimaan
TC
= Total biaya
(Soekartawi, 2001). Total pendapatan tenaga adalah jumlah penerimaan dikurangi ongkos terkecuali tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Sehingga dari defenisi diatas dapat diartikan bahwa total pendapatan tenaga/HK adalah total
Universitas Sumatera Utara
pendapatan tenaga dibagi jumlah HK yang dikorbankan.hal ini perlu melihat Labour Income dan intensif atau tidaknya pencurahan tenaga kerja (Butar - butar, 1991). 2.3. Kerangka Pemikiran Usahatani adalah suatu usaha yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang terdiri dari lahan, modal untuk pembiayaan sarana produksi serta tenaga kerja yang seluruhnya ditujukan untuk proses produksi sehingga akan dihasilkan output usahatani. Keberhasilan suatu usahatani akan sangat tergantung pada kemampuan petani dalam mengelola usahataninya Pengelolaan usahatani kelapa sawit, kakao dan karet merupakan kemampuan petani bertindak sebagai pengelola atau sebagai manajer dari usahataninya. Dalam hal ini petani harus pandai mengorganisasikan penggunaan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik mungkin untuk memperoleh produksi secara maksimal. Studi komparatif merupakan suatu kajian mengenai perbedaan antara satu usahatani dengan usahatani lainnya. Dalam hal ini membandingkan input dan output faktor produksi, produksi, penerimaan dan pendapatan petani dari kegiatan usahatani tanaman perkebunan. Melalui analisis usahatani komoditas perkebunan di Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat seberapa jauh adanya perbedaan usahatani yang dilaksanakan didaerah penelitian tersebut. Kelapa sawit, kakao dan karet merupakan komoditi Kabupaten Labuhan Batu populer yang banyak diusahakan dalam perkebunan rakyat, perkebunan negara maupun perkebunan swasta. Ketiga komoditi ini mempunyai prospek yang cerah bila dikembangkan dengan baik dan menguntungkan untuk diusahakan
Universitas Sumatera Utara
seperti kelapa sawit karena selain banyak manfaatnya, juga sebagai penyumbang terbesar untuk devisa negara. Faktor produksi merupakan faktor utama bagi petani dalam melaksanakan usahataninya. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka petani harus mampu memanajemen faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor produksi adalah lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi. Di dalam suatu usahatani, kepemilikan lahan yang merupakan salah satu faktor produksi umumnya sangat mendukung untuk pengembangan usahatani tersebut. Hal ini dikarenakan, semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka akan semakin besar potensi petani tersebut untuk mengembangkan usahataninya. Modal, sebagai salah satu faktor produksi di dalam suatu usahatani juga memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan modal sangat berperan besar dalam pembiayaan usahatani terutama untuk pengadaan sarana produksi. Modal di dalam usahatani biasanya digunakan untuk pembelian berbagai sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta mengubah tenaga kerja di dalam suatu kegiatan usahatani. Tenaga kerja yang digunakan di dalam proses produksi berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Tenaga kerja tersebut digunakan untuk melakukan proses pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Sarana produksi dalam produksi sangatlah penting. Sarana produksi meliputi pupuk, pestisida, bibit, alat-alat pertanian dan lain sebagainya mempengaruhi produktivitas komoditi perkebunan seperti kelapa sawit, kakao dan karet. Tinggi rendahnya produktivitas tergantung pada hasil produksi per luas
Universitas Sumatera Utara
lahan yang diusahakan. Produksi (panen) yang diperoleh petani diharapkan tinggi. Karena hal ini sangat berkaitan dengan penerimaan. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara produksi dikalikan dengan harga jual. Dan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi inilah yang disebut dengan pendapatan usahatani. Dengan melihat pendapatan yang diperoleh petani di dalam suatu usahatani, akan dapat diketahui layak tidaknya usahatani tersebut untuk dilaksanakan. Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang diinginkan. Oleh karena itu dalam pengelolaan usahatani haruslah efisien, baik dalam penggunaan input maupun dalam penggunaan modal. Dilain pihak manakala petani dihadapkan pada keterbatasan faktor input, misalnya modal dalam melakukan faktor produksi, maka mereka juga tetap mencoba bagaimana meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala modal yang terbatas yaitu dengan penghematan input sehingga biaya dapat ditekan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Skema Kerangka Pemikiran
Usaha Tani
Kakao
K. Sawit
F. Produksi - Modal - TK - Lahan - Saprodi
Karet
Produksi Harga Jual Penerimaan
B. Produksi
Pendapatan
Layak
Tak Layak
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan landasan teori diatas maka dapat disusun beberapa hipotesis sebagai berikut : 1) Ada perbedaan sistem produksi usahatani budidaya komoditi kelapa sawit, kakao dan karet di daerah penelitian. 2) Ada perbedaan volume penggunaan input antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet di daerah penelitian. 3) Ada perbedaan curahan tenaga kerja antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet di daerah penelitian. 4) Ada perbedaan total biaya produksi antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet di daerah penelitian. 5) Ada perbedaan produksi antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet di daerah penelitian. 6) Ada perbedaan pendapatan usahatani antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet di daerah penelitaian. 7) Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani setiap komoditi adalah: luas lahan, modal dan tenaga kerja di daerah penelitian. 8) Ada perbedaan tingkat pengembalian modal antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara