TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kucing Kucing termasuk ke dalam Famili Felidae dan terdiri dari tiga genus yaitu Phantera, Felis dan Acinonyx. Pembagian genus ini bukan berdasarkan perbedaan ukuran tubuh namun berdasarkan perbedaan anatomi tubuh mereka. Kucing yang termasuk ke dalam genus Phantera merupakan kucing yang dapat mengaum diantaranya singa dan harimau. Genus Felis merupakan genus dari kucing domestik. Kucing yang termasuk ke dalam genus Phantera dan Felis dapat menarik atau menyimpan kukunya saat tidak digunakan namun hal ini tidak dapat dilakukan oleh kucing dari genus Acinonyx (Edwards 2005). Kucing dari Genus Acinonyx merupakan kucing yang tidak dapat menyimpan kukunya walaupun tidak sedang digunakan (Edwards 2005). Contoh kucing dari genus Acinonyx adalah cheetah sehingga kucing ini tidak meninggalkan jejak kuku di atas tanah. Semua kucing memiliki empat jari pada kaki belakang dan lima jari pada kaki depan dengan ibu jari yang kecil. Pada umumnya, kaki depan berukuran lebih besar daripada kaki belakang (Ario 2010 ). Genus Felis memiliki beberapa spesies diantaranya Felis manul, Felis sylvestris libyca (African wild cat) dan Felis sylvestris sylvestris (European wild cat). Felis manul merupakan kucing berambut panjang sedangkan Felis sylvestris libyca dan Felis sylvestris sylvestris merupakan kucing berambut pendek. Felis sylvestris libyca merupakan nenek moyang kucing domestik yang kemudian di Indonesia disebut kucing lokal (Edwards 2005). Kucing yang bukan berasal dari Felis sylvestris libyca dapat disebut kucing non domestik. Semua kucing yang ada di dunia memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan kucing domestik. Mereka juga memiliki jumlah gigi yang sama yaitu 2830 gigi. Ciri-ciri yang membedakan kucing ini yaitu ukuran tubuh, panjang ekor, pola warna, dan penyebarannya. Kucing non domestik memiliki ukuran tubuh yang bervariasi. Ukurannya mulai dari seukuran kucing domestik hingga besar seperti harimau dan macan tutul. Panjang ekor pun bervariasi, mulai dari ekor sangat pendek sampai yang panjang ekornya melebihi panjang tubuh kucing itu sendiri (Ario 2010). Secara umum, jenis kucing yang termasuk ke dalam genus Felis dapat dikelompokkan berdasarkan rambutnya, yaitu: short hair, medium hair dan long hair (Suwed 2009). Kucing domestik yang terdapat di Indonesia termasuk ke
5
dalam kelompok kucing short hair. Hal ini didukung dengan pernyataan Edwards (2005) bahwa nenek moyang kucing domestik yaitu Felis sylvestris libyca yang merupakan kucing berambut pendek. Kucing domestik dapat dilihat pada Gambar 1. Kucing telah mengalami domestikasi yang begitu sempurna dan mampu berhubungan erat dengan manusia. Contoh kucing yang telah didomestikasi yaitu Felis catus. Klasifikasi kucing ini menurut LaBruna (2001) yaitu:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Carnivora
Famili
: Felidae
Genus
: Felis
Spesies
: Felis catus
Gambar 1 Kucing domestik.
Parameter Kesehatan Kucing Pemeriksaan kucing secara umum dilakukan dengan cara inspeksi dan adspeksi yaitu memeriksa dengan cara melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu. Parameter yang diperiksa diantaranya frekuensi nadi, frekuensi napas, suhu tubuh, warna dan kelembaban membran mukosa, ukuran dan konsistensi limfonodus (Boddie 1962).
6
Frekuensi nadi atau frekuensi denyut jantung kucing normal yaitu 120 kali per menit dengan denyut jantung yang bersuara “lub dub” (Foss 2008). Kucing nomal memiliki frekuensi napas 25-30 kali per menit (Eldredge 2008) dan memiliki suhu tubuh 37.6-39.4 °C. Membran mukosa kucing normal berwarna merah muda. Limfonodus yang terdapat pada kucing normal memiliki konsistensi kenyal dan dapat digerak-gerakkan ketika dipalpasi (Boddie 1962).
Struktur dan Fungsi Spermatozoa Spermatozoa dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, midpiece dan ekor. Morfologi spermatozoa dapat dilihat pada Gambar 2. Ujung kepala spermatozoa merupakan bagian yang disebut akrosom. Di sana terdapat dua enzim yang paling berperan pada proses reaksi akrosom yaitu hyaluronidase dan acrosin. Enzim hyaluronidase akan mencerna asam hialuronat yang terdapat di antara cumulus oophorus sehingga spermatozoa dapat menembus cumulus oophorus dan kemudian berikatan dengan zona pellucida. Enzim acrosin merupakan enzim yang melisiskan zona pellucida sehingga spermatozoa dapat masuk ke dalam sitoplasma ovum (Noakes 2001). Spermatozoa
melakukan
metabolisme
terhadap
molekul-molekul
sederhana terutama senyawa gula dan turunannya, misalnya: fruktosa, glukosa dan piruvat mannosa. Metabolisme ini dilakukan untuk menyediakan energi yang digunakan untuk bergerak (Noakes 2001).
Gambar 2 Morfologi spermatozoa normal (Noakes 2001).
7
Perpindahan spermatozoa dari suatu tempat ke tempat lain dikarenakan adanya gelombang yang dihasilkan dari gerakan leher dan ekor dari spermatozoa tersebut (Noakes 2001). Motilitas dari spermatozoa memiliki peran kecil untuk bisa melalui cervix dan uterus. Kontraksi dari saluran reproduksi betina itu sendiri yang memiliki peran penting bagi spermatozoa untuk masuk ke dalam cervix dan uterus (Hunter 1980). Motilitas spermatozoa tidak diperlukan dalam perjalanannya melalui oviduct. Motilitas spermatozoa akan sangat berperan penting untuk melakukan penetrasi ke dalam cumulus oophorus dan zona pellucida (Noakes 2001).
Koleksi Semen Kucing Koleksi semen bertujuan memperoleh hasil ejakulasi dengan konsentrasi dan motilitas spermatozoa yang memadai. Koleksi semen harus memiliki tingkat stres yang minimal pada hewan yang dikoleksi semennya (Zambelli et al. 2007). Metode yang umum dilakukan di lapangan untuk mengoleksi semen yaitu dengan menggunakan vagina buatan dan elektroejakulator. Penggunaan vagina buatan dapat menghasilkan semen yang berkualitas baik pada suatu peternakan, namun koleksi semen dengan vagina buatan sulit dilakukan pada kucing terkait dengan temperamen hewan tersebut.
Koleksi Semen Kucing Menggunakan Vagina Buatan Penggunaan vagina buatan untuk koleksi semen memiliki beberapa keuntungan diantaranya biaya untuk membuat vagina buatan tidak mahal, tidak menggunakan pengendalian kimia dan hanya sedikit melakukan pengendalian fisik. Koleksi semen kucing dengan vagina buatan membutuhkan pejantan yang terlatih serta menggunakan teaser queen (betina estrus atau betina steril yang diberi esterogen). Tiga dari lima pejantan yang dipilih secara acak dan dirawat dengan baik selama 2 minggu berhasil dikoleksi semennya dengan vagina buatan (Zambelli & Cunto 2006). Vagina buatan dibuat dari bulb karet pipet 2 mL dan tabung eppendorf. Kedua peralatan ini kemudian dimasukkan ke dalam botol polyethylene yang diisi air hangat sampai temperatur vagina buatan mencapai 52 °C. Temperatur ini disesuaikan dengan suhu vagina kucing yang sebenarnya. Setelah vagina buatan telah siap, pengoleksi semen memasukkan penis pejantan saat mount ke dalam vagina buatan. Mount merupakan perilaku
8
pejantan menaiki betina saat kawin. Koleksi semen akan selesai dalam waktu 1-4 menit. Koleksi semen yang dilakukan tiga kali dalam seminggu akan menghasilkan semen dengan volume konstan (Zambelli & Cunto 2006).
Koleksi Semen Kucing Menggunakan Elektroejakulator Koleksi semen kucing dengan menggunakan elektroejakulator tidak membutuhkan teaser queen atau pelatihan pejantan terlebih dahulu. Metode ini dapat dilakukan pada semua pejantan yang belum dikastrasi serta layak untuk dianestesi. Jumlah stimulasi yang diberikan saat melakukan elektroejakulasi dapat mempengaruhi
konsentrasi
spermatozoa
maupun
volume
semen
yang
diejakulasi, sedangkan voltase yang digunakan untuk melakukan elektroejakulasi hanya mempengaruhi konsentrasi spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dengan voltase 4 atau 8 volt lebih banyak jika dibandingkan dengan konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dengan voltase 1 atau 2 volt. Plasma semen akan dikeluarkan pada saat stimulasi sebesar 0 atau 1 volt sedangkan spermatozoa dikeluarkan pada stimulasi di atas 2 volt. Persentase motilitas spermatozoa tidak dipengaruhi oleh voltase stimulasi, pengulangan koleksi semen atau metode yang digunakan dalam koleksi semen. Semen yang dikoleksi dengan menggunakan elektroejakulator memiliki pH yang lebih tinggi daripada pH semen yang dikoleksi dengan menggunakan vagina buatan (Zambelli & Cunto 2006). Koleksi semen dengan menggunakan elektroejakulator dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan anestesi terhadap kucing yang akan dikoleksi semennya. Kucing yang telah dianestesi dibaringkan dengan posisi lateral recumbency. Rektal probe dengan tebal 1 cm, panjang 12 cm dan memiliki 3 elektroda dimasukkan ke dalam rektum sejauh kurang lebih 9 cm. Tabung eppendorf hangat diposisikan di dekat penis sebelum stimulasi mulai diberikan (Baran et al. 2004). Menurut Howard et al. (1990), koleksi semen dengan menggunakan elektroejakulator dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama dilakukan dengan memberikan tegangan 2 volt, 3 volt dan 4 volt. Tahap kedua dilakukan dengan memberikan tegangan 3 volt, 4 volt dan 5 volt. Tahap ketiga dilakukan dengan memberikan tegangan 4 volt dan 5 volt. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 stimulus dan setiap tahap diberikan waktu istirahat 2-3 menit.
9
Pengulangan dalam mengoleksi semen kucing dengan menggunakan elektroejakoulator dilakukan dengan jarak waktu minimal 4 hari dengan tujuan menghilangkan efek anestesi pada hewan coba (Zambelli et al. 2007).
Sediaan Anestesi Kombinasi ketamin dan diazepam dapat digunakan untuk anestesi kucing sebelum koleksi semen menggunakan elektroejakulator. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman. Senyawa ini memilki sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja yang singkat. Sifat analgesik yang dimiliki sangat kuat untuk sistem somatik namun lemah untuk sistem visceral. Sifat anestetiknya akan bekerja lebih baik jika dikombinasikan dengan diazepam. Ketamin menyebabkan tekanan darah, frekuensi nadi dan curah jantung mengalami peningkatan sampai 20%. Refleks faring dan laring juga mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit. Senyawa ini tidak menyebabkan terjadinya relaksasi otot lurik bahkan terkadang sedikit meningkatkan tonus otot (Ganiswara 1995). Dosis penggunaan ketamin pada kucing jika diaplikasikan melalui intravena yaitu 2-4 mg/kg berat badan (Plumb 2005). Diazepam merupakan senyawa yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran namun tidak memiliki efek analgesik. Senyawa ini juga tidak menimbulkan potensiasi terhadap efek dari penghambat neuromuskular serta efek analgesik obat lain. Pemberian diazepam secara intra vena untuk mendapatkan efek sedasi tidak menyebabkan penurunan tekanan arteri dan curah jantung namun dapat menyebabkan terjadinya takikardi dan depresi napas ringan. Biasanya, diazepam digunakan untuk medikasi preanestetik dan untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan oleh ketamin (Ganiswara 1995). Dosis sediaan ini jika diaplikasikan pada kucing yaitu 0.05-0.4 mg/kg berat badan (Plumb 2005).
Pengolahan Semen Semen segar hasil ejakulasi biasanya diolah dengan tujuan memiliki daya simpan yang lebih lama dengan kualitas yang dipertahankan. Biasanya semen segar diolah menjadi semen cair dan semen beku bergantung dengan daya simpan yang diinginkan. Semen yang telah diolah umumnya digunakan untuk keperluan inseminasi.
10
Pembuatan Semen Cair Pengenceran semen adalah penambahan bahan pada spermatozoa yang dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa lebih lama daripada ketahanan aslinya (Junaidi 2006). Bahan pengencer yang baik harus dapat menyediakan nutrisi bagi spermatozoa sebagai sumber energi, melindungi spermatozoa dari cold shock saat dilakukan preservasi pada suhu rendah, bersifat buffer untuk mencegah perubahan pH terkait dengan sifat spermatozoa yang tidak tahan asam, mempertahankan tekanan osmotik dengan menyediakan lingungan yang isotonik bagi spermatozoa, serta mengandung antibiotik untuk mematikan bakteri yang terbawa saat koleksi semen dan mencegah timbulnya bakteri selama preservasi (Kostaman & Sutama 2006). Karbohidrat merupakan komponen penting yang harus ada di dalam bahan pengencer, karena karbohidrat merupakan senyawa yang akan dimetabolisme oleh spermatozoa untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas. Bahan pengencer yang umum digunakan dalam membuat semen cair kucing domestik diantaranya adalah buffer Tris dengan fruktosa (Baran et al. 2004, Ganan et al. 2009), Tris dengan glukosa (Axnér et al. 2004) dan Tris dengan laktosa (Axnér & Linde-Forsberg 2002). Pada bahan pengencer ini, yang berperan sebagai sumber energi yaitu fruktosa, glukosa dan laktosa.
Pembuatan Semen Beku Pengolahan
semen
cair
menjadi
semen
beku
yang
berkualitas
membutuhkan bahan pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses pendinginan, pembekuan maupun pada saat thawing (Aboagla & Terada 2004). Salah satu komponen penting yang harus ditambahkan pada pengencer untuk membuat semen beku adalah krioprotektan. Gliserol merupakan krioprotektan yang umum digunakan untuk membuat semen beku (Arifiantini et al. 2007). Senyawa ini akan melindungi spermatozoa pada saat pembekuan dari kristal es tajam yang dapat merusak membran spermatozoa (Park & Graham 1992). Pengolahan semen segar kucing menjadi semen beku telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Baran et al. (2004) yang telah membuat semen beku kucing dengan menambahkan gliserol pada bahan pengencer Tris fruktosa
11
dan Axnér dan Linde-Forsberg (2002) yang menambahkan gliserol pada bahan pengencer Tris glukosa. Sebagai antibakteri pada semen cair dan semen beku digunakan antibiotik. Antibiotik yang sering ditambahkan ke dalam pengencer yaitu penisilin dan streptomisin, baik digunakan secara bersamaan maupun terpisah (Laing 1979). Penisilin merupakan antibiotik golongan betalaktam yang bekerja pada bakteri gram
positif,
sedangkan
streptomisin
merupakan
antibiotoik
golongan
aminoglikosida yang bekerja pada bakteri gram negatif (Ganiswara 1995). Menurut Martin (1989), kombinasi dari penisilin dan streptomisin dapat bekerja secara sinergis dalam mengatasi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.