4
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis di Indonesia disebut dengan nama binahong, sedangkan di Cina disebut dengan nama dheng shan chi dan di Inggris disebut dengan nama heartleaf madeira vine. Tanaman ini masih satu famili dengan gendola (Basella rubra Linn) dan satu ordo dengan bayam. Tanaman ini diklasifikasikan dalam Familia Basellaceae, Genus Anredera, Spesies Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Sinonim dari tanaman Anredera cordifolia (Ten) Steenis, di antaranya Boussingaultia gracilis Miers, Boussingaultia cordifolia, Boussingaultia basselloides (Mus, 2008).
Gambar 1. Binahong (Anredera cordifolia [Ten.] Steenis) Morfologi Binahong Tanaman binahong merupakan tanaman tahunan, tumbuh menjalar, dan tanamannya dapat mencapai panjang ± 5 m. Binahong mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dan banyak ditanam di dalam pot sebagai tanaman hias dan obat. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropika dan sub-tropika. Tanaman binahong diperbanyak secara generatif (biji), tetapi lebih sering diperbanyak secara vegetatif dengan akar atau rhizoma. Bagian tanaman binahong terdiri atas daun, batang, bunga, akar, dan rhizoma (Mus, 2008). Tanaman binahong berdaun tunggal dan bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, dan berbentuk jantung (cordata). Daun binahong memiliki panjang sekitar 5-10 cm dan lebar sekitar 3-7 cm. Tanaman binahong memiliki batang yang lunak, berbentuk silindris,
5 batang berwarna merah, dan permukaannya halus. Tanaman binahong yang sudah cukup tua, membentuk umbi pada ketiak daun bertekstur kasar dengan beberapa mata tunas (Mus, 2008). Tanaman binahong memiliki bunga majemuk berbentuk tandan dan bertangkai panjang yang tumbuh pada ketiak daun. Mahkota bunga binahong berwarna krem keputih-putihan, berjumlah lima helai yang tidak berlekatan, dan berukuran sekitar 0.5-1 cm. Tanaman binahong mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan berwarna coklat (Mus, 2008). Tanaman binahong memiliki rhizoma. Rhizoma adalah struktur batang khusus yang sumbu utamanya terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang, tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah. Rhizoma berfungsi sebagai alat perkembangbiakan dan tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan (Tjitrosoepomo, 1999). Kandungan Kimia dan Manfaat Binahong Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu. Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder. Menurut Lenny (2006), senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu atau lingkungannya. Manoi (2009) menyatakan bahwa daun binahong dalam kultur in vitro mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder antara lain flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin. Kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin dilaporkan mampu menyembuhkan luka bakar dan analgesik (mengurangi rasa nyeri). Aktivitas farmakologi flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi, dan antioksidan, alkaloid sebagai hipoglikemik. Terpenoid dapat membantu tubuh dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh, sedangkan saponin berperan untuk menurunkan kolesterol dan anti karsinogenik (Manoi, 2009). Pada umumnya binahong digunakan masyarakat sebagai penyembuh luka setelah operasi, tipus, radang usus, asam urat, disentri, dan ambeien.
6 Perbanyakan Binahong Perbanyakan tanaman binahong dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dilakukan dengan biji sedangkan perbanyakan vegetatif dengan setek batang dan rimpang. Perbanyakan dengan menggunakan biji relatif lebih lama dan lebih sulit untuk ditumbuhkan karena harus menunggu biji yang cukup matang dari tanaman induk. Selain itu, bibit yang dihasilkan dari benih memerlukan waktu lama (sekitar 1 bulan dan telah memiliki 4-6 helai daun) untuk dapat dipindahkan ke lapangan (Manoi, 2009). Perbanyakan dengan menggunakan setek batang dilakukan dengan memilih batang dari tanaman induk yang memiliki kriteria tertentu antara lain karakteristik induk, ketahanan terhadap hama dan penyakit, dan daya adaptasi terhadap lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999). Terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam memilih setek batang yaitu umur batang. Apabila batang yang digunakan terlalu tua, maka batang akan sulit membentuk akar, sedangkan apabila terlalu muda maka proses transpirasi akan cepat sehingga setek akan lemah dan mati (Wudianto, 2002). Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek batang, yaitu asal setek, panjang setek, dan lingkungan (media pengakaran, kelembaban, suhu, dan cahaya) (Harjadi, 1989). Perbanyakan dengan menggunakan rimpang dilakukan dengan mencabut, memisahkan, dan memilih rimpang yang cukup tua dari tanaman induk. Sebagai bahan perbanyakan, rimpang dapat digunakan utuh atau dipotongpotong dengan syarat setiap potongannya mengandung calon tunas. Rimpang ditanam pada media tanah yang telah dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Rimpang yang telah ditanam sebaiknya diberi naungan sampai 50 %. Sampai saat ini perbanyakan tanaman umumnya lebih banyak menggunakan cara vegetatif dengan menggunakan rimpang karena lebih cepat tumbuh dan sifatnya sama dengan induknya. Binahong tumbuh baik pada tempat teduh dan agak lembab (Manoi, 2009).
7 Pupuk Organik Menurut Foth (1990), pupuk adalah bahan organik atau anorganik, alami maupun buatan yang ditambahkan dan dapat meningkatkan kesuburan media tanam dengan menambahkan satu atau lebih hara esensial. Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari bahan dasar bahan organik. Bahan organik dihasilkan dari tumbuhan atau kotoran hewan melalui proses dekomposisi dimana senyawa-senyawa polisakarida menjadi penyusun utama dari bahan organik tersebut. Stephens (2001) menyatakan bahan organik yang terkandung dalam pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan hara serta aktivitas mikroba tanah. Syukur dan Nur (2006) menyatakan karakteristik yang dimiliki pupuk organik ialah mengandung hara yang bervariasi meliputi hara makro dan hara mikro. Sebagian hara langsung tersedia bagi tanaman dan sebagian lagi dilepas secara perlahan. Selain itu pupuk organik dapat menunjang pertumbuhan organisme tanah yang berguna bagi kesuburan tanah. Kondisi demikian pada akhirnya akan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diusahakan. Kompos Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alangalang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Penggunaan kompos sangat baik karena dapat memberikan manfaat baik bagi tanah maupun tanaman (Soepardi, 1983). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), kompos dapat menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan porositas tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan mencegah lapisan kering pada tanah. Kompos juga menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah beberapa penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk buatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia.
8 Menurut Rismaneswati (2006), pemberian kompos dapat memperbaiki beberapa sifat fisik tanah antara lain memperbesar pori drainase, menstabilkan agregat tanah, dan memperbaiki permeabilitas tanah. Kompos yang digunakan sebagai bahan pembenah tanah memiliki banyak keuntungan. Menurut Sutanto (2002) unsur nitrogen dalam kompos diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Nitrogen sebagai unsur hara tanaman merupakan unsur untuk pembentuk protein, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Selain itu, kompos lebih aman diberikan untuk tanaman karena tidak merusak perakaran, tidak seperti bahan organik yang melepaskan energi panas yang besar. Sejalan dengan tingkat kematangan kompos, maka semakin matang kompos semakin banyak pula unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Dick dan McCoy (1993) kompos memberikan hasil yang lebih baik bila digunakan di daerah tropis dibanding di daerah temperate (iklim sedang) karena dekomposisi bahan organik terjadi lebih cepat. Pupuk Kandang Sapi Wiwik dan Widowati (2008) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah semua produk buangan (limbah) ternak padat atau cair yang digunakan untuk menambah unsur hara dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tergantung dari jenis ternak, makanan dan air yang diberikan, umur ternak, dan bentuk fisik ternak. Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Kandungan pupuk kandang sapi dalam tiap ton adalah 85 % H2O, 2.22.6 % N, 0.26-0.45 % P, 0.13-1.37 % K (Sutanto, 2002). Di antara jenis pupuk kandang, pupuk kandang sapi yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa. Hal ini terbukti dari hasil pengukuran rasio C/N yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pupuk kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi
9 harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pupuk kandang sapi dengan rasio C/N di bawah 20 (Hartatik et al., 2005). Tidak semua pupuk kandang sapi berasal dari kotoran murni, namun biasanya telah bercampur dengan sisa pakan, air kencing, dan alas ternak (jerami). Mutu pupuk kandang sapi sangat tergantung dari cara penanganannya. Penanganan pupuk kandang sapi yang benar harus memperhatikan keadaan alas kandang dan cara penyimpanannya, sehingga akan menentukan jumlah hara yang dapat digunakan tanaman (Atmojo, 2003). Kandungan hara dalam pupuk kandang sangat menentukan kualitas pupuk kandang (Tabel 1). Tabel 1. Kandungan Hara Beberapa Pupuk Kandang Sumber pukan Sapi perah Sapi daging Kuda Unggas Domba
N
P
K
0.53 0.65 0.70 1.50 1.28
0.35 0.15 0.10 0.77 0.19
0.41 0.30 0.58 0.89 0.93
Ca % 0.28 0.12 0.79 0.30 0.59
Mg
S
Fe
0.11 0.10 0.14 0.88 0.19
0.05 0.09 0.07 0.00 0.09
0.004 0.004 0.010 0.100 0.020
Sumber : Tan (1993)
Pupuk Kandang Ayam Salah satu jenis kotoran hewan yang banyak digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman adalah kotoran unggas. Kotoran unggas yang sering dijadikan sebagai pupuk yaitu pupuk kandang ayam. Pupuk kandang ayam mengandung 60-70 % bahan organik, 3-40 % air, 1.5-2 % N, 0.5-1 % P2O5, dan 0.5-1 % K2O (Atmojo, 2003). Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ayam tergolong lengkap, tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena sebagian besar hilang oleh pencucian dan dekomposisi anaerob terutama unsur-unsur N, P, dan K. Pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan jenis pupuk kandang lain karena mengandung kadar air yang lebih rendah. Pupuk kandang ayam mempunyai kandungan hara (terutama unsur N dan P) serta bahan organik yang tinggi (Tisdale dan Nelson, 1975). Raihan et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan pupuk kandang ayam mempunyai beberapa keuntungan, antara lain sebagai pemasok hara tanah dan
10 meningkatkan retensi air. Apabila kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik. Anion dari asam organik dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan pupuk kandang ayam berpengaruh positif pada tanah masam berkadar bahan organik rendah karena pupuk organik mampu meningkatkan kadar P, K, Ca, dan Mg tersedia. Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dibanding pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu, dalam pupuk kandang ayam tersebut tercampur sisa pakan serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup dibanding jenis pupuk kandang lainnya (Widowati et al., 2005).