TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi
Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum menetas. Telur memiliki panjang 0,75 - 1,25 mm dengan rata-rata 0,95 mm. Masa inkubasi berkisar antara 4 - 6 hari dengan rata-rata sebesar 5,13 ± 0,78. Telur yang baru diletakkan berbaris di atas permukaan daun, (9-12 butir/cm) (Yalawar et al., 2010).
Gambar 2. Larva C. sacchariphagus instar 4
Universitas Sumatera Utara
Larva yang baru menetas panjangnya 2,5 mm, dan berwarna kelabu. Semakin tua umur larva, warna badan berubah menjadi kuning coklat dan kemudian kuning putih, disamping itu warna garis-garis hitam membujur pada permukaan abdomen sebelah atas juga semakin jelas (Pratama et al., 2010). Periode larva berlangsung selama 35-54 hari. Larva instar 1 dan 2 lebih menyukai jaringan pelepah daun selama 7-8 hari dan menjelang instar 3 akan turun dari pelepah dan mulai menggerek batang. Larva berganti kutikula sebanyak 5 kali dan memiliki 6 instar. Larva berwarna kekuningan dengan bergaris hitam. Panjang larva di setiap instar (I sampai VI) kira-kira instar I dengan panjang 7,81 mm, instar II dengan panjang 13,1 mm, instar III dengan panjang 18,28 mm, instar IV dengan panjang 23,28 mm, instar V dengan panjang 28,29 mm dan instar VI dengan panjang 32,86 mm. Larva ini sangat aktif bergerak dan mengakibatkan kerusakan semakin besar (Capinera, 2009).
Gambar 3. Pupa C. sacchariphagus Pupa penggerek batang agak keras dan berwarna coklat kehitaman. Pupa betina biasanya mempunyai badan lebih besar daripada yang jantan. Panjangnya
Universitas Sumatera Utara
antara 3-4 cm dan pada dorsal terdapat bintik-bintik halus seperti pasir dan garis membujur
ditengah-tengah
ruas.
Masa
pupa
berkisar
antara
6-7
hari
(Way et al., 2004). Larva menjelang pupa akan keluar dari liang gerekan dan memilih tanaman yang agak kering kemudian setelah 10-18 jam pupa terbentuk. Garis-garis akan semakin jelas dan setelah 1-2 hari warna pupa berubah dari coklat cerah menjadi coklat tua. Pupa terletak di dekat lubang atau pintu keluar pada tebu bekas gerekan (Way et al., 2004).
Gambar 4. Imago C. sacchariphagus (Sumber : http://google.com/imago+chilo+sacchariphagus) Ngengat bergerak lamban dengan betina lebih besar daripada ngengat jantan. Imago mempunyai sayap dan dada berwarna kecoklatan dengan lebar sayap 18-28 mm pada jantan dan 27-39 mm pada betina. Abdomen imago betina biasanya juga lebih besar daripada yang jantan. Jantan memiliki masa 4-8 hari dan betina 4-9 hari dengan rata-rata 6,37 dan 7,22 hari. Jumlah maksimum telur yang diletakkan oleh betina adalah 400. Siklus hidup total dari ngengat sekitar 43-64 hari dengan rata-rata 53,5 hari (Capinera, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Gejala Serangan Serangan hama ini dimulai dari larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lubang gerekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek. Daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun (Yuniarti and Yulianto, 2013) serta jumlah sari gula yang di ekstrak dari gula akan berkurang ketika penggerek ini muncul dan menyebabkan hasil sukrosa berkurang 10-20% (Capinera, 2009).
Gambar 5. Gejala serangan C. sacchariphagus Salah satu faktor yang mempengaruhi serangan hama penggerek batang adalah musim kemarau. Musim kemarau selain berdampak pada pertumbuhan tanaman, juga berpengaruh terhadap serangan hama penggerek batang bergaris
Universitas Sumatera Utara
(C. sacharipagus). Bila curah hujan rendah maka serangan hama penggerek batang akan meningkat dan efek terhadap tanaman tebu akan semakin terlihat jelas. Bila serangan hama penggerek batang tinggi tapi curah hujan masih cukup maka tanaman tebu relatif masih bisa bertahan hidup. Tapi bila serangan hama penggerek batang tinggi dan curah hujan rendah maka tanaman tebu akan sulit bertahan hidup. Akan tetapi juga tergantung dari karakteristik varietas tebu (Pratama et al., 2010). Pengendalian C. flavipes merupakan salah satu musuh alami penting yang berpotensi untuk mengendalikan hama penggerek C. sacchariphagus. Parasitoid ini diketahui juga dapat memarasit penggerek batang tebu berkilat C. auricilus. Hal ini terbukti pula pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Purnomo (2006) yang menunjukkan bahwa C. flavipes dapat memarasit 10 ekor larva dari 80 ekor larva C. sacchariphagus yang disediakan, juga dari inang C. auricilius, C. flavipes dapat memarasit 3 larva dari 80 larva yang disediakan. Selain itu pengendalian penggerek batang bergaris dapat menggunakan perangkap berupa feromon buatan. Sedangkan pengendalian dengan menggunakan parasitoid telur adalah antara lain dengan menggunakan parasitoid Trichogramma austalicum dan Tumidiclava sp. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa telur yang terparasit adalah 64,8% dengan nilai maksimum 99-100% selama bulan Juni, Juli, Agustus dan Desember (Way et al., 2004).
Universitas Sumatera Utara
Cotesia flavipes Cam. (Hymenoptera: Braconidae) Biologi
Gambar 6. Kokon C. flavipes (Sumber : http://google.com/kokon+cotesia+flavipes) C. flavipes meletakkan telur berkisar 30 - 40 telur pada 4 atau 5 ekor inang. Lama siklus hidup C. flavipes adalah sekitar 20 hari dan Cotesia nonagriae sekitar 24 hari. Ini merujuk pada lamanya stadia larva (17 dibanding 21 hari). Setelah 14-15 hari C. nonagriae keluar dari inang dan membentuk pupa putih, yang biasanya masih diselimuti bangkai inangnya, sedang pada C. flavipes setelah 12-16 hari C. flavipes keluar dari inang dan membentuk pupa berwarna putih (Sallam et al., 2002). Seperti juga pada C. nonagriae dewasa, C. flavipes dapat bertahan hidup 1 sampai 3 hari tanpa makanan, tetapi C. flavipes dapat hidup sampai 6 hari bila diberi pakan madu. Hal ini menguntungkan jika C. flavipes diperbanyak di laboratorium. Dengan adanya pertambahan umur imago maka menguntungkan untuk perbanyakan dan pelepasan di lapangan. Seekor parasitoid betina dapat meletakkan telur 3-4 kali dengan jumlah peletakkan 66,4 butir pada larva penggerek bergaris. Lama stadia telur 4,40 hari dan bebentuk hymenopterform. Lama stadia larva 4-6 hari. Stadia pra-pupa
Universitas Sumatera Utara
adalah satu hari dan 5,20 hari pada stadia pupa. Umur parasitoid jantan 5,20 hari dan betina 5,60 hari (Muirhead et al., 2010).
(a)
(b)
Gambar 7. (a) Imago C. flavipes jantan, (b) Imago C. flavipes betina (Sumber : http://google.com/imago+cotesia+flavipes) Panjang tubuh sekitar 2 mm. Antena betina kuat dan lebih pendek dari tubuh dan antena jantan lebih panjang dari tubuh. Mesosoma lebih pipih pada bagian dorsal, lebih lebar dari tinggi pada batas tubuh. Tegulae kekuningan, piringan skutelum cerah, setidaknya sebagian belang-belang tapi tidak kasar dan koksa posterior lebih kekuningan (Scaglia et al., 2005). Perilaku Anggota kelompok spesies kompleks C. flavipes adalah parasitoid yang paling berhasil dalam upaya pengendalian hayati penggerek batang di seluruh dunia. Endoparasitoid ini telah mengembangkan perilaku dan karakter morfologi yang menyesuaikan dengan cara hidup inangnya. Keberhasilan mereka umumnya didasarkan pada kemampuan untuk mengenali petunjuk kimia dan fisik saat mengenali habitat dan lokasi inang serta kemampuan untuk menjangkau inang di
Universitas Sumatera Utara
dalam lubang gerekan. Parasitoid C. flavipes betina dalam meletakkan telur pada permukaan kulit inang atau dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan kedalam tubuh inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan tubuh inangnya dan menyelesaikan perkembangannya dapat dari luar tubuh inang (ektoparasitoid) dan sebagian besar dari dalam tubuh inang (endoparasitoid) (Soviani, 2012). Peletakan telur dapat berlangsung 3-4 kali dengan selang waktu 2-3 jam. Parasitoid betina yang telah kawin dapat segera memarasit larva penggerek. Inang yang lebih disenangi adalah larva penggerek bergaris yang berukuran panjang 2-3 cm atau instar 4-5. Bila dalam keadaan normal larva tersebut berumur 21-24 hari. Pada kondisi tertentu parasitoid dapat juga memparasit larva penggerek berkilat (Pinheiro, 2010).
Universitas Sumatera Utara