TINJAUAN PUSTAKA
Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal.
Cara
budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta menjadi identitas pertanian intensif dan pertanian industrial.
Monokultur
menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), seperti hama dan penyakit tanaman (Departemen Pertanian, 2009). Monokultur mengakibatkan dampak yang besar terhadap hubungan sosial dan budaya.
Bentuk jiwa masyarakat yang tradisional seperti gotong
royong telah melemah dan produk tradisional seperti pisang raja, sirih, dan kegiatan ekonomis seperti merawat peternakan hewan sedang menghilang (Sabirin dan Hamdan, 2009) Produk Produk monokultur tidak bisa langsung diperuntukkan bagi konsumsi rumah tangga atau kerajinan rumah tangga. Petani yang berumur lebih tua merasakan kesulitan untuk mempertahankan diri disistem produksi, dan sistem produksi sendiri tidak dapat disesuaikan dengan kondisi dan keperluan masyarakat lokal (Sabirin dan Hamdan, 2009)
Universitas Sumatera Utara
Diversifikasi Pada
dasarnya
yang
dimaksud
dengan
diversifikasi
atau
penganekaragaman pertanian adalah usaha untuk mengganti atau meningkatkan hasil pertanian yang monokultur (satu jenis tanaman) kearah pertanian yang bersifat multikultur (banyak macam). Diversifikasi yang demikian diversifikasi horizontal. Disamping itu dikenal pula diversifikasi vertikal yaitu usaha untuk memajukan industri industri pengolahan hasil hasil pertanian yang bersangkutan (Mubyarto, 1986). Diversifikasi merupakan salah satu strategi pembangunan pertanian, di samping strategi lainnya seperti intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi. Tujuan dari diversifikasi adalah menuju kepada keseimbangan struktur ekonomi pertanian sehingga penggunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia mencapai optimal.
Diversifikasi pertanian meliputi diversifikasi komoditi,
teknologi usahatani dan perluasan kesempatan kerja di luar pertanian (Hasyim,1994). Diversifikasi di sektor pertanian mempunyai beberapa dampak positif. Diversifikasi horizontal yang merupakan diversifikasi ditingkat usahatani, dituntut adanya kebebasan petani untuk mengalokasikan sumber daya yang ada secara optimal sesuai dengan kondisi yang ada.
Diversifikasi vertikal terutama
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan hasil dan peningkatan mutu produk. Dalam diversifikasi ini dituntut adanya keterkaitan suatu kegiatan lain baik ditingkat petani maupun ditingkat kelembagaan, sedangkan diversifikasi regional perlu didasarkan pada prinsip comperative adventages atau perbandingan keuntungan (Hasyim, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Diversifikasi berguna untuk mendapatkan hasil hasil yang optimal dari lahan yang sempit. Juga menjamin tersedianya bahan makanan sepanjang tahun, mendorong petani untuk mengisi waktu waktu kosong.
Bila sepesialisasi
dijalankan terlampau jauh, suatu daerah dapat menjadi terlampau tergantung pada satu jenis hasil pertanian saja. Faktor faktor lain membenarkan kecenderungan kearah diversifikasi antara lain: 1.
Prospek jangka panjang yang kurang menentu dari satu jenis hasil utama dari usahatani.
2.
Tersedianya sumber sumber alam lain yang mempunyai prospek baik, dan permintaan hasil yang lebih elastis sifatnya.
3.
Biaya transportasi yang tinggi antar daerah. (Mubyarto,1986). Pakpahan dalam Tarigan (1992) juga mengatakan bahwa program
diversifikasi termasuk penting, dapat dilihat dari berbagai segi pandang. Secara teoritis perluasan produksi dengan diversifikasi akan meningkatkan kemampuan sektor pertanian menanggulangi resiko dan ketidakpastian yang bersumber dari perubahan perubahan dalam permintaan hasil pertanian ataupun yang disebabkan oleh bencana alam seperti hama penyakit, perubahan cuaca dan lainnya. Juga perbaikan teknologi pertanian pada tanaman padi menjadikan surplus hasil yang telah berada pada kisaran swasembada beras. Walaupun telah ditampilkan beberapa segi yang menguntungkan dalam diversifikasi, bukan berarti tanpa faktor penghambat dalam pengembangan diversifikasi itu. Menurut Bunasor dalam Tarigan (1992) beberapa kendala utama dalam mengembangkan diversifikasi itu adalah:
Universitas Sumatera Utara
1.
Hak dan pengusahaan sumberdaya, terutama lahan pertanian.
2.
Tingakat adopsi teknologi baru yang lambat dari masyarakat desa.
3.
Tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat desa masih rendah. Faktor faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan diversifikasi
menurut Tarigan (1992) diantaranya adalah : 1.
Dapat memperoleh uang lebih berkelanjutan.
2.
Mencegah tidak ada masa menganggur.
3.
Tersedianya pupuk dan pestisida yang mudah didapat.
4.
Kondisi lahan dan iklim/cuaca yang sesuai.
5.
Mencegah serangan hama penyakit tanaman. Keunggulan
dan
kelemahan
yang
dapat
diperoleh
petani
yang
menggunakan monokultur atau diversifikasi menurut Limbong, dkk.(1992) adalah: 1.
Nilai produksi pola usahatani diversifikasi lebih besar dari nilai produksi pola usahatani monokultur/ha.
2.
Pendapatan bersih pola usahatani diversifikasi lebih besar dari pendapatan bersih pola usahatani monokultur/ha. Hal ini bisa terjadi karena kepastian berproduksi pola usahatani diversifikasi lebih terjamin.
3.
Pencurahan tenaga kerja pola usahatani diversifikasi lebih besar dari pencurahan tenaga kerja pola usahatani monokultur/ha. Disebabkan karena pemeliharaan pola usahatani diversifikasi lebih intensif dibandingkan dengan pemeliharaan pola usahatani monokultur sehingga pencurahan tenaga kerja lebih banyak digunakan untuk diversifikasi.
Universitas Sumatera Utara
4.
Tingkat biaya pola usahatani diversifikasi lebih besar dari tingkat biaya pola usahatani monokultur. Yang disebabkan karena pola usahatani diversifikasi memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak.
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani 1. Umur Menurut Soekartawi (1999), rata rata petani Indonesia yang cenderung tua dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi perubahan terhadap inovasi teknologi.
Berbeda halnya dengan petani yang
berusia muda. Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim,2006). Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara hidupnya.
Mereka ini bersikap apatis terhadap
adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).
Universitas Sumatera Utara
2. Pendidikan Singarimbun dan Penny dalam Soekartawi (1999) mengemukakan bahwa banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu.
Sudah tentu
kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga. Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan bertindak.
Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra,1994). 3. Lamanya berusahatani Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan dimikian pula dengan penerapan teknologi. Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).
Universitas Sumatera Utara
4. Frekuensi menggikuti penyuluhan Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluh pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula.
Frekuensi petani
dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar benar bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Hasyim, 2003). 5. Luas lahan Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin tidak efisien.
Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan
mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang.
Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap
penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien.
Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung
menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. 6. Jumlah tanggungan Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi.
Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999). 7. Produksi Suatu pengguna faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisien teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimal. Usahatani
dikatakan
efektif
bila
petani
atau
produsen
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya.
dapat
Dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input.
Pengertian efisien sangat relatif, efisien
diartikan sebagai penggunaan input sekecil kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya (Soekartawi, 2001). 8. Produktivitas Menurut Soekartawi, dkk. (1986), produktivitas petani umumnya masih rendah.
Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga
mengusahakan kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah. Faktor lain yang juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan menurut Mardikanto (1996) yaitu faktor sosial terdiri dari: -
Umur
-
Tingkat pendidikan
Universitas Sumatera Utara
-
Tingkat mobilitas
-
Tingkat partisipasi dalam kelompok atau organisasi
-
Sikap kekeluargaan
-
Sikap terhadap penguasa
-
Kosmopolitan
-
Pengalaman bertani
-
Luas lahan
-
Tingkat pendapatan
-
Jumlah tanggungan
Teori Pengambilan Keputusan Faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Nasution (1989) antara lain: 1. Faktor pribadi - Kontak dengan sumber sumber informasi di luar masyarakatnya. - Keaktifan mencari sumber informasi. - Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan. - Kepuasan pada cara cara lama. 2. Faktor lingkungan - Tersedianya media komunikasi. - Adanya sumber informasi secara rinci. - Pengaruh pengalaman dari petani lain. - Faktor faktor alam. - Tujuan dan minat keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani meliputi faktor faktor yang kompleks, termasuk ciri ciri biofisik usahatani, ketersedian dan kualitas input luar dan jasa serta proses sosial ekonomi dan budaya di dalam masyarakat. Di samping itu, selama terjadi perubahan lingkungan ekologis, sosial ekonomi, dan budaya maka sistem usahatani harus pula disesuaikan. Dengan demikian, pertanian mencakup suatu proses pengambilan keputusan tanpa akhir, baik itu untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Proses pengambilan keputusan juga berubah dari waktu ke waktu (Reijntjes, dkk. 1999). Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani tentang tujuan dan cara mencapainya dengan sumber daya yang ada yaitu jenis dan kuantitas tanaman yang dibudidayakan dan ternak yang dipelihara serta teknik dan strategi yang diterapkan. Cara yang ditempuh suatu rumah tangga petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani tergantung pada ciri ciri rumah tangga yang bersangkutan,
misalnya
jumlah
laki
laki,
perempuan
(jumlah
anggota
keluarganya), usia, kondisi kesehatan, keinginan, kebutuhan, pengalaman bertani, pengetahuan, dan keterampilan serta hubungan antar anggota rumah tangga (Reijntjes, dkk. 1999). Kebanyakan ketentuan ketentuan mengenai pertanian dibuat oleh petani sebagai individu, tetapi ia mengambil keputusan itu dalam hubungan keanggotaannya dalam suatu keluarga.
Hasrat untuk berbuat apa yang dapat
diperbuatnya demi kepentingan anggota keluarganya dan dalam hubungan pengaruh anggota keluarganya terhadap dirinya, karena ketergantungan mereka pada hasil hasil usahatani, maka anggota keluarganya mungkin mendesak sang
Universitas Sumatera Utara
petani untuk mengambil keputusan tertentu atau melakukan teknik tertentu (Mosher, 1997). Kerangka Pemikiran Petani dikategorikan memegang dua peranan yaitu sebagai juru tani dan sekaligus sebagai orang pengelola dalam usahataninya. Sebagai seorang juru tani, petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakan dalam usahataninya, sebagai juru tani petani menggunakan keterampilan tangan, otot, dan mata untuk kegiatan pemeliharaan dalam usahataninya yang mencakup menyiapkan persemaian, penyediaan benih, melindungi tanaman dari hama penyakit, dan sebagainya. Sedangkan sebagai pengelola petani harus mempunyai keterampilan
berupa
pengetahuan
serta
kemauan
yang
berguna
untuk
pengambilan keputusan dalam menjalankan usahataninya. Dalam Pengambilan keputusan monokultur atau diversifikasi, Petani dipengaruhi oleh dua hal yaitu: karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi, dan produktivitas. Kemudian faktor pribadi, faktor lingkungan dan faktor lain, dalam pengambilan keputusan petanilah yang paling berhak menentukan apa dan bagaimana tindakan yang harus mereka lakukan. Di dalam mengambil keputusan untuk menerapkan monokultur atau diversifikasi tentunya harus berdasarkan pertimbangan yang lebih baik yang mengarah kepada keuntungan yang dapat diperoleh petani dalam pelaksanaannya.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 :
umur
pendidikan
Lama berusahatani
Frekuensi mengikuti penyuluhan Karakteristik sosial ekonomi
Pengambilan keputusan Luas lahan
Jumlah tanggungan
produksi
produktifitas
Gambar 1 :
Hubungan Karakteristik Pengambilan Keputusan.
Sosial
Ekonomi
Terhadap
Di dalam mengambil keputusan monokultur atau diversifikasi tentunya harus berdasarkan pertimbangan yang lebih baik yang mengarah kepada keuntungan yang dapat diperoleh petani dalam pelaksanaannya.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Sosial Ekonomi 1. Umur 2. Pendidikan 3. Lama berusahatani 4. Frekuensi mengikuti penyuluhan 5. Luas lahan 6. Jumlah tanggungan 7. Produksi 8. Produktifitas
PETANI PENGAMBIL KEPUTUSAN
MONOKULTUR
Faktor faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor pribadi - Kontak dengan sumber informasi - Keaktifan mencari sumber informasi - Pengetahuan keuntungan relatif - Kepuasan cara lama 2. Faktor lingkungan - Tersedianya media komunikasi - Adanya sumber informasi secara rinci - Pengaruh pengalaman dari petani lain - Faktor faktor alam - Tujuan dan minat keluarga 3. Faktor lain - Memperoleh uang lebih berkelanjutan - Mencegah masa menganggur - Tersedia pupuk & pestisida - Kondisi lahan & iklim sesuai - mencegah hama penyakit
DIVERSIFIKASI
Keterangan: : Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh
Gambar 2:
Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur atau diversifikasi
Universitas Sumatera Utara