69
TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan
Setiawan
dan
Andoko
(2005),
sistematika
tanaman
karet adalah sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensis Muell Arg. Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggiannya dapat mencapai 30-40 m. Sistem perakarannya adalah kompak/padat, akar tunggangnya dapat menembus tanah hingga kedalaman 1-2 m disertai akar lateralnya dapat menyebar 10 m. Batangnya bulat silindris, kulit kayunya halus rata berwarna pucat hingga kecokelatan dan sedikit bergabus (Syamsulbahri, 1996). Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau dengan panjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong atau oval, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001). Tanaman karet termasuk tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina terdapat di dalam satu karangan bunga yang berbentuk malai. Pada ujung ranting atau cabang yang telah menggugurkan daun, kadang-kadang malai muncul pada ketiak daun yang lama, sebelum gugur daun. Pada satu karangan bunga umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30, umumnya 4-6 bunga betina terbentuk di ujung-ujung sumbu malai. Jumlah bunga betina dalam satu pohon bervariasi dan pada keadaan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 buah per pohon (Siagian, 2005).
70
Biji besar, bulat bersegi 4, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna cokelat nuda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5-3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm (Sianturi, 2001). Stump Karet Bibit okulasi yang dapat digunakan sebagai bahan tanam terdiri dari: stump mata tidur, stump mini, bibit dalam polybag dan stump tinggi. Stump
mata
belum tumbuh.
tidur
adalah
Stump
bibit
ini
okulasi
mempunyai
yang
mata
tunas
okulasinya
kelebihan persiapannya lebih
cepat disertai harganya murah, hanya saja persentase kematian cukup tinggi (15-20%) (Asni dan Yanti, 2013). Bibit stump mata tidur adalah bibit yang diokulasi di lahan pesemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan, dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Damanik et al., 2010). Kriteria bibit stump mata tidur yang baik yaitu : memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm, tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm, bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin, apabila ditoreh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (BPPP, 2008).
71
Dibandingkan
okulasi
cokelat,
okulasi
hijau
memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan bisa lebih awal, 2) Masa hidup pembibitan
lebih
pendek,
di
sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat,
3) Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan, 4) Pertautan okulasi lebih baik, 5) Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan. Kekurangannya adalah, kayu entres atau batang atasnya tidak dapat disimpan dan dikirim ke tempat lain. Selain itu, persentase kematian bibit okulasi hijau juga lebih besar (Damanik et al., 2010). Entres (scion) adalah mata tunas pada batang atas yang berasal dari klon yang dianjurkan. Entres yang baik adalah entres yang memiliki daya gabung (compatible) dengan batang bawah. Entres merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan besaran produksi pada saat tanaman karet sedang berproduksi (tanaman dewasa) (Lasminingsih et al., 2006). Kemampuan
mata
okulasi
untuk
menempel
pada
batang
bawah
merupakan penggabungan antara kambium yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan kayu batang bawah (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Growtone Growtone adalah salah satu ZPT yang dapat membantu pertumbuhan tanaman. ZPT adalah senyawa organik selain zat hara yang dalam jumlah kecil dapat mendorong (promote), menghambat (inhibit) maupun merubah berbagai proses fisiologi tanaman. ZPT dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel (Sunandar 2006). Penggunaan ZPT efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi
72
yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak efektif. (Harahap, 2010). Cara yang sering digunakan dalam pengaplikasian ZPT yaitu:
1)
Commercial Powder Preparation (pasta), 2) Dilute Solution Soaking Method (perendaman), 3) Concentrated Solution Dip Method (pencelupan cepat). (Weaver, 1972). Metode perendaman adalah metode praktis yang paling awal ditemukan dan sampai saat ini masih dipandang paling efektif. Growtone berbentuk tepung, berwarna abu-abu, mengandung asam asetik naftalen 3,0%, naftalen asetik amid 0,75%. Penggunaan Growtone
mampu
meningkatkan pertumbuhan stump, panjang tunas, diameter tunas dan bobot kering akar tanaman karet pada konsentrasi 500 mg/10 stum. Penggunaan Growtone yang efesien karena hanya membutuhkan 20-25 mg/tanaman. Growtone juga berfungsi untuk
melindungi
bekas
luka
potongan
akar
sehingga
terhindari
dari
cendawan/jamur. Nakamura et al,1978 dalam Tomita et al (1984) menambahkan bahwa naftalen asam asetat (NAA) adalah agen anti jamur potensial. ZPT dari kelompok auksin dapat merangsang pembentukan akar. Auksin sintetik seperti Indole Asetic Acid (IAA) dan Indole Butirat Acid (IBA) banyak digunakan untuk mendorong pertumbuhan berbatang lunak.
Mekanisme
stek dari tanaman berkayu dan
kerja dari auksin tersebut diantaranya adalah
merangsang pembelahan sel (Goenawan, 2006). Penggunaan metode tepung atau bubuk merupakan metode yang paling sederhana, tidak memerlukan perendaman dan jumlah auksin yang diaplikasikan
relatif
konstan tetapi sifat fisik zat pembawa (carrier) berpengaruh besar terhadap bahan
73
aktif dan zat pembawa yang berbeda dapat menyebabkan respon tanaman yang sangat berbeda walaupun pada konsentrasi yang sama. Disamping itu, hasil yang seragam sulit diperoleh mengingat adanya keragaman dalam jumlah tepung atau bubuk yang dilekatkan pada stek (Weaver, 1972). Menurut Balai Informasi Pertanian Irian Jaya (2010), luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump. Dalam penelitian Goenawan (2006), perlakuan
metode
aplikasi
zat
pengatur tumbuh secara pasta merupakan metode aplikasi terbaik dalam menginduksi akar dan tunas stek dadap merah, hal ini ditunjukan dengan nilai peubah persentase stek hidup, persentase stek berakar, persentase stek bertunas, panjang tunas, jumlah tunas, panjang akar, jumlah akar dan jumlah daun tertinggi. Dalam penelitian Sunandar (2006) perlakuan Rootone-F memberikan pengaruh nyata pada 4 MST terhadap persentase stek hidup tanaman sonokeling dan jumlah akar, sedangkan pada 8 MST berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tunas dan bobot kering tunas serta berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan bobot basah akar. Pemberian Rootone-F menghasilkan rataan nilai yang lebih baik terhadap beberapa tolok ukur seperti persentase stek hidup, panjangtunas, jumlah akar, bobot basah tunas, bobot basah aka dm bobot kering tunas dibandingkan tanpa Rootone-F, konsentrasi rootone-F 100 ppm memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi Rootone-F 200 ppm. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya (1992) menambahkan luka potongan akar tunggang dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.
74
Growtone yang diproduksi oleh PT. DELTAGRO merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang mengandung bahan aktif asam asetik naftalen 3,0%, naftalen asetik amid 0,75%. NAA yang terkandung dalam Growtone merupakan golongan auksin. Prasetriyani (2014) mengatakan bahwa pertumbuhan stek tanaman jarak pagar dapat dipercepat dengan pemberian zpt sintesis yaitu Growtone dengan dosis 10 mg/tanaman yang diaplikasikan berbentuk pasta. Dalam penelitian Yuniarti (2009) tentang studi posisi ruas batang dan konsentrasi Growtone terhadap pertumbuhan setek batang Dieffenbachia (Dieffenbachia var. Green Magic) hasil penelitian menjelaskan konsentrasi Growtone berpengaruh nyata terhadap persentase setek tumbuh pada konsentrasi 100-300 ppm sebesar sebesar 85,7195,24%, pada konsentrasi 200-300 ppm dapat meningkatkan jumlah akar dan penggunaan konsentrasi 100-300 ppm mampu menghasilkan akar terpanjang. Dalam penelitian Harahap (2012) tentang pengaruh konsentrasi dan lama perendaman
Growtone
terhadap
pertumbuhan
setek
pucuk
kemenyan
(Styrax tonkinensis), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa konsentrasi Growtone 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l dengan pasta dan lama perendaman 10 menit, 20 menit, 30 menit dengan celup dan interaksi keduanya tidak berpengaruh pada pertumbuhan setek pucuk kemenyan, dengan begitu tidak ada perbedaan nyata. Berdasarkan hasil dari masing-masing parameter, perlakuan tertinggi pada persen tumbuh
terdapat
pada
perlakuan
konsentrasi Growtone 30 g/l dengan
perendaman 20 menit yaitu 11,11%, jumlah daun terdapat pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l dengan perendaman 20 menit tinggi tunas
terdapat
yaitu
1,5 helai,
pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l dengan
75
perendaman 10 menit yaitu 4,2 mm, panjang akar terdapat pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l air dengan perendaman 10 menit yaitu 2,6 mm. Media Tanam Tanah
merupakan
medium
yang
dinamis
tempat
tanaman
dan
mikroorganisme hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Lapisan atas atau olah atau disebut juga top soil suatu penampang
tanah yang
kedalamannya ± 10-20 cm biasanya mengandung banyak bahan organik dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik. Lapisan ini juga merupakan daerah utama bagi pertumbuhan perakaran, dan banyak mengandung
unsur
hara dan air tersedia bagi tanaman. Lapisan di bawah lapisan olah dikenal dengan lapisan bawah yang kedalamannya lebih dari 20 cm, dimana kandungan bahan organik, unsur hara, dan air tersedia menurun dengan kedalaman tanah (Nadalia, 2009). Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk hasil yang optimal. Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan air. Kondisi fisik tanah sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman menjadi dewasa (Fatimah et al., 2008). Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya, tersedia dipasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan
76
jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Acquaah, 2002 dalam Hanum, 2010). Lapisan atas tanah atau top soil cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik. Sedangkan tanah sub soil adalah tanah yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena ditentukan oleh keadaan subsoil tersebut (Buckman dan Brady, 1982). Top soil adalah tanah yang berwarna gelap yang memiliki ketebalan minimal 10 cm. Mengandung C organikk 1-17% dan perbandingan C/N kurang dari 17%. Ciri khasnya struktur baik (remah) sehingga tanah tidak mengeras dan kaku ketika kering (Foth dan Schafer, 1980). Umumnya media yang digunakan untuk pembibitan berasal dari top soil. Namun pengambilan top soil dalam skala besar dapat berdampak negatif bagi ekosistem di areal tersebut. Oleh karena itu penggunaan bahan lain untuk media pertumbuhan bibit perlu dilakukan (Kurniati et al., 2009). Pasir digunakan sebagai media alternatif yang menggantikan tanah. Pasir dianggap sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang tanaman. Pasir berukuran antara 0,5 sampai 0,2 mm sehingga cukup baik digunakan sebagai media tanam karena media tanam menjadi lebih mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan (Husniati 2010). Kekurangan dari pasir adalah miskin hara bagi tanaman. Hal ini disebabkan (1) tanah pasir mempunyai kemampuan perkolasi dan drainase air secara bebas sehingga membantu proses pencucian garam-garam mineral (2) bahan induk tanah
77
pasir tidak mengabsorbsi kation-kation (3) tanah pasir mempunyai sedikit bahan organik. Sedangkan kelebihannya memiliki kondisi aerase yang baik sehingga membantu dekomposisi bahan organik secara cepat (Foth, 1988). Semakin tinggi persentase pasir dalam tanah semakin banyak ruang poripori di antara partikel tanah, semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air. Dalam tata udara, hal ini sangat penting karena udara dalam tanah meningkat. Jika udara dalam tanah terbatas akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, menghambat pernafasan akar, menghambat penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah (Hakim et al., 1986).