TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun sistematika tanaman sawi (Brassica sinensis L.) adalah: Kingdom: Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsid
Ordo
: Capparales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica sinensis L.
(Anonimusa, 2010).
Gambar 1: Tanaman Sawi (Brassica sinensis L.) Sumber: Foto Langsung Sawi hijau (Brassica sinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae) merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, caisin, atau sawi bakso,
Universitas Sumatera Utara
sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air panas) atau diolah menjadi asinan. Sawi hijau (Brassica juncea) umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan karena sawi mentah rasanya pahit karena ada kandungan alkaloid carpaine. Salah satu bentuk olahan sawi hijau adalah sayur asin. Sayur asin adalah produk yang punya cita rasa khas yang dihasilkan melalui proses fermentasi spontan bakteri asam laktat (Pradani dan Hariastuti, 2010). Batang tanaman sawi yakni tegak, masif, silindris, licin, hijau dan pada umumnya batangnya pendek dan tegap. Daun tanaman sawi lebar berwarna hijau keputih-putihan dan bertangkai pipih. Daun sawi tanah berbentuk bulat telur atau ulat, memanjang, tunggal dan tersebar. Ujung daun lancip dan tepinya bergerigi. Tunggal silang berhadapan, lonjong, tepi rata ataun bergerigi, ujung tumpul, pangkal meruncing, panjang 7-15 crn, lebar 3-6 cm, dan berwarna hijau. (Mangoting,dkk, 2005). Bunga berukuran kecil dan berwarna kuning. Bunga tersusun dalam tandan diujung-ujung batang. Umumnya bunga majemuk, berkelamin dua, di ujung batang, tangkai silindris, panjang -t 1 cm, hijau, kelopak pipih memanjang, halus, hijau kekuningan, kepala sari empat persegi panjang, coklat muda, tangkai putik silindris, panjang + 1 cm, hijau, kepala putik bulat, coklat muda, mahkota silindris, lain dan kuning (Anonimusb, 2010). Buah berupa buah lobak. Jika buah masak akan membuka dua katub. Berupa polong, bulat memanjang, panjang + 3 cm, berwarna hijau
(Mangoting, dkk,
2005). Akar tanaman sawi mempunyai perakaran yakni berakar tunggang, putin dan semak. Serta bijinya bulat pipih agak kuning kecoklatan (Anonimusb, 2010). Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
Universitas Sumatera Utara
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat dan kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan. Kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Di harapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Pradani dan Hariastuti, 2010). Sawi hijau mengandung folat, mineral (mangan dan kalsium), sawi hijau juga mengandung asam amino triptofan dan juga serat pangan. Sawi hijau juga merupakan sayuran yang bermanfaat untuk membantu mencegah dari terserangnya penyakit kanker, hal ini di sebabkan karena dalam sawi hijau mengandung senyawa fitokimia khususnya glukosinolat yang cukup tinggi. Dengan rutin mengkonsumsi sawi hijau mampu menurunkan resiko terserangnya kanker prostat (Yul, 2010).
Syarat Tumbuh Iklim Sawi bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Asia. Dikembangkan di Indonesia karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya. Tanaman sawi dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter diatas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pertumbuhan tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan (Pradani dan Hariastuti, 2010).
Tanah Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak 7 mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Pradani dan Hariastuti, 2010). Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 100 m diatas permukaan laut, tanaman ini dapat bertelur tetapi daerah rendah tidak dapat bertelur. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air (AAK, 1992). Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m sampai dengan 1.200 m dpl. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 m sampai 500 m dpl. Tanah yan cocok untuk ditanamin sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Anonimousb, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Biologi Hama
Salah satu hama utama yang sering muncul pada pertanaman sayuran dan hortikultura adalah ualat grayak. Ulat grayak sebenarnya merupakan serangga hama yang bersifat polifag. Serangan ulat grayak biasanya relatif cepat, serentak dan dalam areal yang cukup luas. Oleh karena itu apabila pelaksanaan program pemantauan kebun tidak rutin, maka tidak mustahil kerusakan dan kerugian akibat ulat grayak ini akan sangat besar. Gejala tanaman terserang hama ulat grayak mirip akibat serangan hama belalang. Daundaun digerek ulat dari arah tepi daun menuju tulang daun. Pada serangan berat, daun tebu tinggal tulang-tulang daunnya saja (Pramono, 2009). Adapun sistematika ulat grayak (Spodoptera litura L.) menurut (Deptan, 2010) ialah: Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Noctuidae
Genus
: Spodoptera
Spesies
: Spodoptera litura L.
Gambar 2 : Siklus Hidup Spodoptera litura L. Sumber: http://www.forestryimages.org/images
Universitas Sumatera Utara
Hama ini bersifat polifag, selain cabai tanaman inang lainnya yaitu kubis, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacangkacangan (kedelai, kacang tanah), kangkung, bayam, pisang, tanaman hias juga gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp. dan Trema sp (Deptan, 2010). Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25 - 500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina (Deptan, 2010). Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian tergantung ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2 minggu panjang ulat sekitar 5 cm (Deptan, 2010). Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 - 60 hari (lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 - 46 hari, pupa 8 - 11 hari) (Deptan, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur. Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh 5 kilometer (Deptan, 2010). Salah satu hama utama yang sering muncul pada pertanaman sayuran dan hortikultura adalah ualat grayak. Ulat grayak sebenarnya merupakan serangga hama yang bersifat polifag. Serangan ulat grayak biasanya relatif cepat, serentak dan dalam areal yang cukup luas. Oleh karena itu apabila pelaksanaan program pemantauan kebun tidak rutin, maka tidak mustahil kerusakan dan kerugian akibat ulat grayak ini akan sangat besar. Gejala tanaman terserang hama ulat grayak mirip akibat serangan hama belalang. Daundaun digerek ulat dari arah tepi daun menuju tulang daun. Pada serangan berat, daun tebu tinggal tulang-tulang daunnya saja (Pramono, 2009).
Gejala serangan Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau
(Deptan, 2010).
Pengendalian 1. Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam serentak, tumpang sari atau monokultur, penggunaan benih unggul bermutu dan sehat, sanitasi/pengendalian gulma di sekitar pertanaman dan saluran,
Universitas Sumatera Utara
pengolahan tanah yang sempurna, pengelolaan air yang baik, pengaturan jarak tanam, penanaman tanaman perangkap. 2. Pemanfaatan musuh alami dengan memanfaatkan parasit Diadegma semiclausum dan Cotesia plutellae serta cendawan Zoophthora radicans. 3. Pengendalian fisik, dilakukan antara lain dengan memasang perangkap feromoid seks sebanyak 1 buah per 50 m2 digunakan memantau populasi ngengat jantan. Bila dalam 7 malam tertangkap 20 ngengat per perangkap maka perlu dilakukan aplikasi insektisida.. 4. Pengendalian dengan insektisida bahan alami, dengan menggunakan minyak dari ekstrak biji buah srikaya, dan sirsak dengan konsentrasi
10 %. Bahan
alami lain yang bias digunakan sebagai insektisida bahan alami adalah ekstrak biji nimba dan tembakau. 5. Pengendalian kimia, dapat diaplikasi dengan insektisida yang diizinkan oleh Menteri Pertanian.
Pestisida Nabati Kulit Ubi Kayu Dan Daun Tomat
A. Kulit Ubi Kayu Tanaman pangan yaitu sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun demikian, beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta predator. Yang dimaksud dengan tanaman pangan adalah kelompok tanaman yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh
Universitas Sumatera Utara
manusia. Racun alami yang terkandung pada tanaman pangan dan cara mengolahnya agar bahaya keracunan dapat dihindarkan. Dengan demikian tanaman pangan yang sangat dibutuhkan kandungan nutrien, vitamin, dan mineralnya dapat tetap dikonsumsi dengan terhindar dari kandungan racunnya (Anonimusc, 2010).
Salah satu sumber daya lokal potensial yang belum dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam yaitu limbah kulit ubi kayu yang merupakan limbah dari mata rantai proses produksi pembuatan tapioka. Limbah tersebut sebaiknya dalam keadaan kering (dijemur) atau ditumbuk dijadikan tepung tetapi salah satu faktor penghambat dalam penggunaan limbah kulit ubi kayu yaitu adanya kadar asam sianida (HCN) yang merupakan faktor anti nutrisi yakni sebesar 143,3 mg/kg. Limbah ubi kayu termasuk salah satu bahan pakan ternak yang mempunyai energi (Total Digestible Nutrient =TDN) tinggi dan kandungan nutrisi tersedia dalam jumlah memadai (Rukmana, 1997). Singkong mengandung senyawa yang berpotensi racun yaitu linamarin dan lotaustralin. Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong dibedakan atas dua tipe, yaitupahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi, maka 3 racun tersebut akan berubah menjadi senyawa kimia yang dinamakan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram, sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg per kilogram. Meskipun sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari. Gejala keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian. Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan dan
Universitas Sumatera Utara
pemasakan untuk mengurangi kadar sianida ke tingkat non toksik. Singkong yang umum dijual di pasaran adalah singkong tipe manis (Anonimus c, 2010). Kadar HCN pada kulit ubi kayu sangat bervariasi sesuai dengan jenis atau varietasnya. Begitu pun dengan setiap proses perlakuan memberikan tingkat penekanan kadar HCN yang berbeda. Proses dengan pencucian ternyata masih memberikan nilai HCN yang tinggi (89,32 mg/100 g) dan masuk pada kategori jenis ubi kayu yang beracun. Kandungan zat racun ubi kayu dikategorikan beracun, bila kadar HCN antara 80-100 mg/kg ubi yang diparut (Purwati, 2010).
B. Daun Tomat Daun tomat berupa daun dan batang mengandung senyawa yang rasanya tidak disenangi oleh hama sehingga efektif untuk mengendalikan hama pada tanaman dan juga sebagai fungisida ringan (Kuruseng, 2008). Tomat mengandung racun alami yang termasuk golongan glikoalkaloid. Racun ini menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya keracunan,
sebaiknya
hindari
mengkonsumsi
mengkonsumsi daun dan batang tanaman tomat
tomat
hijau
dan
jangan
pernah
(Anonimus c, 2010).
Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk. Cara membuatnya sebagai berikut: Pertama, ambil daun tomat kira-kira seberat 1 (satu) kilogram. Pakai sarung tangan ketika memetik daun tomat. Kedua, daun tomat dimasak dalam 2 (dua) liter air selama 30 menit. Ketiga, tambahkan lagi potonganpotongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak 2 (dua) genggam, dan tambahkan pula 2 (dua) liter air. Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama 6 jam
Universitas Sumatera Utara
(1/2 hari). Keempat, disaring dan tambahkan 1/4 batang sabun. Cairan telah bisa digunakan sebagai insektisida dan fungisida alami (Sobirin, 2010).
Universitas Sumatera Utara