TINJAUAN LITERATUR Jeruk Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Oleh karena itu tidaklah mengherankan, jika perkembangan tanaman jeruk pada dekade 1970 hingga 1980 mengalami perubahan populasi yang cukup tajam. Pada saat itu sebagian besar petani buah menyadari, bahwa komoditas buah jeruk memang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Disamping itu buah jeruk banyak mengandung jenis vitamin, terutama vitamin C dan vitamin A (AKK, 1994). Sehubungan dengan tingginya kadar vitamin C pada buah jeruk, maka buah jeruk dapat diolah menjadi tablet-tablet vitamin C atau dimakan langsung untuk menyembuhkan penyakit ging givatis (gusi berdarah) dan penyakit influensa. Tabel 1 di bawah ini merupakan kandungan kadar vitamin dan zat mineral lainnya, pada setiap 100 gram buah jeruk. Tabel 1. Kandungan Vitamin dan Zat Mineral Lainnya Setiap 100 gram Buah Jeruk Kandungan Jenis Jeruk Kadar Vitamin A (I. U.) Vitamin B (I. U.) Vitamin C (I. U.) Protein (gram) Lemak (gram) Hidrat arang (gram) Besi (mgr) Kapur (mgr) Phosphor (mgr)
Keprok
Manis
Nipis
Grape Fruit
400,0 60,0 60,0 0,5 0,1 8,0 40,0 20,0
200,0 60,0 30,0 0,5 0,1 10,0 0,3 40,0 20,0
60,0 40,0 0,5 3,0 0,1 10,0 10,0
60,0 50,0 0,5 4,0 0,1 20,0 20,0
Menurut AKK (1994) jenis-jenis jeruk yang ada di Indonesia cukup banyak, antara lain sebagai berikut :
15
Universitas Sumatera Utara
•
Jenis jeruk manis (Citrus aurantium L)
•
Jenis jeruk keprok (Citrus reticula B. atau Citrus nobilis)
•
Jenis jeruk besar (Citrus maxima M., Citrus grandis O.)
•
Jenis jeruk lemon (Citrus limon L.)
•
Jenis jeruk lime (Citrus aurantifolia S.)
•
Jenis jeruk sitrun (Citrus medica L.)
•
Jenis jeruk grape fruit (Citrus paradisi M.)
•
Jenis jeruk hybrid. Jeruk manis disebut juga jeruk peras, mempunyai nama ilmiah Citrus
auratium L. Menurut ilmu tumbuh-tumbuhan (botani) jeruk diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dycotiledonae (biji berkeping satu)
Ordo
: Rutales
Famili
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Species
: Citrus aurantium L.
(AKK, 1994). Menurut Akk (1994) jenis-jenis jeruk manis dapat dibagi lagi menjadi : Untuk dataran rendah : Kwatt 22 dari Suriname, Blod Orange, Rubby. Jenis-jenis jeruk ini dagingnya tidak berbintik-bintik.
Universitas Sumatera Utara
Untuk daerah basah dan pegunungan: Valencia Late Orange, Pineapple, jeruk manis Betawi, Washington Navel Orange, Jeruk Punten, Valensia Itali (di Jawa Barat dikenal dengan nama jeruk Palangsia) Khusus Jeruk Kerotan (Citrus unshu) : Berasal dari Jepang yang dikembangkan di tanah Karo (Sumatera Utara) pada tahun 1985, yakni di desa Getaran, Kabanjahe, kabupaten Karo. Pada saat masih muda buahnya berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kuning agak kemerahan. Kulit jeruk ini mulus sehingga mirip sekali dengan jeruk sunkist. Kulitnya tebal, kurang lebih 3 mm, tetapi mudah sekali dipisahkan dari daging buahnya.
Gambar 1. Buah jeruk manis Jeruk Jepang ini termasik jenis jeruk genjah. Berbuah pada umur 3 tahun, ketinggian pohon hanya 1,5-2 meter dengan garis tengah batang sekitar 6-7 cm.
Universitas Sumatera Utara
Percabangannya cenderung ke samping dan cabang terbawah hanya setinggi 1520 cm dari tanah. Setiap cabang ada yang dapat menghasilkan sekitar 10-15 buah jeruk. Karena itu penanaman jenis jeruk ini perlu diadakan penjarangan supaya buahnya dapat berkembang baik. Mulai terbentuknya buah siap petik (matang) hanya memerlukan waktu 5-6 bulan. Setiap pohon dapat menghasilkan rata-rata 35 kilogram. Dalam satu tahun jeruk ini dapat berbuah dua kali. Menurut Hadiwiyoto dan Soehardi (1980) penanganan buah jeruk, seperti halnya pada buah yang lain, melewati tahap-tahap sebagai berikut: Pemanenan Pengangkutan Pembersihan/sortasi Pengepakan/pengemasan Penyimpanan Gambar 2. Diagram alir tahapan penanganan buah jeruk Pemungutan Hasil (Pemanenan) Mutu baik akan diperoleh jika pemanenan dilakukan pada tingkat kematangan buah yang tepat. Panen buah jeruk yang belum matang akan menghasilkan mutu jelek dan proses pematangan yang salah. Sebaliknya penundaan waktu panen yang terlalu lama akan menghasilkan kepekaan buah jeruk terhadap pembusukan. Akibatnya mutu dan nilai jualnya rendah. Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat. Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab diantaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu, harus
Universitas Sumatera Utara
dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut : •
Kulit buah harus sudah berubah warna, yaitu kulit buah sudah orange atau agak kekuningan.
•
Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.
•
Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah tidak berbunyi nyaring lagi.
•
Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama
(AKK, 1994). Pemenan dapat dilakukan baik dengan merenggut atau memotong dari pohon. Perenggutan berlangsung lebih cepat dan kurang memacu terjadinya pembusukan ujung batang. Buah dipuntir sampai sudut tertentu dan direnggut ke bawah untuk melepaskannya. Kelopak buahnya tertinggal di pohon. Jeruk-jeruk manis dengan kulit yang mudah lepas (loose-skined) mungkin mudah koyak bila direnggut dengan tangan. Bila dipotong, digunakan gunting kecil atau gunting besar. Untuk ini yang paling sesuai adalah gunting pendek yang agak melengkung (Pantastico, 1993). Sortasi dan Penggolongan Mutu Sesudah panen lalu diadakan seleksi , yang sudah busuk atau sakit jangan dicampur karena bisa menular. Jeruk yang terlalu tua atau muda dipisahkan, dibuat seragam besarnya dan kemasakannya. Seleksi bisa dilakukan di kebun atau sesudah dibawa ke gudang. Seleksi di kebun lebih baik karena buah yang terkena penyakit tidak akan terbawa (Pracaya, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Buah jeruk biasanya diperdagangkan dengan dikelompokkan menurut ukuran dan warna buah. Untuk mendapatkan buah yang seragam, perlu dilakukan sortasi baik menurut ukuran fisik maupun kualitasnya (persentase kematangan dan kerusakan) (Anonim, 2004). Petani di indonesia jarang melakukan sortasi dan penggolongan mutu terhadap hasil panen buahnya. Hal ini disebabkan umumnya petani menjual buah dengan cara borongan. Kegiatan sortasi dan penggolongan mutu umumnya dilakukan oleh pedagang pengumpul, atau petani yang merangkap sebagai pedagang pengumpul, dan pedagang grosir. Dengan melakukan penggolongan mutu sebenarnya akan diperoleh nilai tambah karena buah dan sayur dapat dijual dengan harga
yang tidak
sama tergantung
pada jenisnya masing-masing
(Satuhu, 1996 ). Sortasi diperlukan apabila hasil panen akan dijual. Sortasi dilakukan berdasarkan keseragaman ukuran, kematangan buah, kesehatan, bentuk, dan kerusakan. Buah-buah bermutu akan dapat dipasarkan ke pasar luar negeri atau ke pasar swalayan. Sebaliknya golongan buah yang kurang bermutu hanya dapat dipasarkan di pasar tradisional (Prihmantoro dan Indriani, 1999). Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan buah sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya yang cacat. Penggolongan mutu atau grading adalah klasifikasi mutu komoditi ke dalam kelompok menurut standard yang secara komersil dapat diterima. Proses penggolongan mutu dalam suatu bangsal pengemasan meliputi kegiatan utama berikut, yakni : 1. Memisahkan hasil buah yang berkualitas tinggi, sedang dan rendah. 2. Melakukan klasifikasi dari hasil tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Satuhu (1996) tujuan dilakukannya penggolongan mutu adalah sebagai berikut : 1. Mendapatkan buah yang mempunyai keseragaman baik dalam ukuran maupun kualitas. 2. Mempermudah penyusunan dalam kemasan. 3. Mendapatkan harga yang tinggi di pasaran. 4. Mempermudah dalam perhitungan, dan 5. Mempermudah pembeli untuk mendapatkan buah seperti yang diinginkan juga dalam upaya perlindungan konsumen. Pada dasarnya penggolongan mutu dimaksud untuk memudahkan informasi pasar, memberikan pengertian antara pembeli dan penjual sehingga memudahkan pemasarannya, juga memudahkan konsumen untuk membeli buah sesuai dengan kualitas yang disenangi dan kemampuan daya beli. Hal ini berdampak positif karena itu merangsang petani untuk meningkatkan buah yang dihasilkan. Mutu buah untuk pasar lokal, swalayan, dan untuk ekspor tidak sama. Mutu buah ekspor harus baik dan standar yang diinginkan umumnya ditentukan negara
tujuan. Standar ini bisa berbeda antara satu dengan negara lain
(Satuhu, 1996). Mutu buah jeruk dibedakan menjadi empat kelas, diantaranya : 1. Kelas A, yaitu jeruk yang memiliki diameter 4-5 cm 2. Kelas B, yaitu jeruk yang memiliki diameter 5,1-6 cm 3. Kelas C, yaitu jeruk yang memiliki diameter 6,1-7 cm 4. Kelas D, yaitu jeruk yang memiliki diameter >7 cm (Anonim, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Alat Sortasi Buah Jeruk Pada dewasa ini alat sortasi buah sudah dikembangkan oleh PT. Argo Surya Perdana yaitu berupa mesin sortasi jeruk yang memisahkan jeruk berdasarkan ukuran jeruk (4 kelas), dimana tingkat ukuran tiap grade dapat diatur. Mesin sortasi terdiri dari beberapa bagian yaitu hopper, meja sortasi, 4 outlet, penggerak dan transmisi serta frame. Meja sortasi diputar oleh motor, dan disekeliling meja sortasi terdapat lubang yang dibatasi oleh strip ss (statis) dengan jarak lubang yang dapat diatur. Jeruk yang memiliki ukuran kecil akan keluar terlebih dahulu pada outlet pertama lalu diikuti oleh jeruk untuk grade berikutnya. Alat ini memiliki kapasitas sebesar 450 kg/jam ( Anonim, 2006). Untuk keperluan sortasi buah jeruk, Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong, Tanggerang, telah merancang bangun prototipe alat/mesin (alsin) sortasi buah berdasarkan bobot tipe BSM 1 yang dibuat dari rangka besi dan digerakkan oleh motor listrik sebagai sumber tenaga. Alat ini dapat menyortir jeruk menjadi 4 kelas atau sesuai dengan kebutuhan dengan kapasitas alat sebesar 400 kg/jam. Bagian utamanya terdiri dari kerangka utama, penampung (hopper), meja sortasi, power supply dan kotak penampung (Anonim, 2004). Alat sortasi lain juga telah dirancang oleh Mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Sumatera Utara berupa Alat Sortasi Jeruk Tipe Meja Ayakan Bertingkat yang menggunakan motor bakar. Alat ini memiliki kapasitas sebesar 580,38 kg/jam. Namun secara teknis operasional, alat ini sebaiknya dioperasikan oleh orang yang memahami kelistrikan dan elemen mesin agar jika alat ini mengalami gangguan kerusakan, alat ini dapat diperbaiki (Yohanes, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Maka dengan itu dikembangkan lagi alat sortasi untuk buah jeruk yang memiliki sistem yang sama dengan alat sortasi jeruk yang dikembangkan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. Namun tanpa menggunakan motor bakar sebagai sumber tenaga. Alat penyortir buah jeruk yang ramah lingkungan ini merupakan Alat Sortasi Jeruk Tipe Gravitasi. Berdasarkan penelitian dari Roland (2010) bahwa alat ini terdiri dari bagian penting yaitu kerangka (beam), saluran bahan, bak tempat bahan (hopper) dan bak penampungan bahan hasil sortasi. Prinsip Kerja Alat Sortir Buah Jeruk Alat sortir buah jeruk ini bekerja berdasarkan prinsip gravitasi. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, buah jeruk dicurahkan pada bak paling atas tempat bahan yang akan disortir. Buah jeruk tadi akan menggelinding dengan posisi diameter vertikal buah jeruk sejajar dengan permukaan saluran bahan. Buah menggelinding menyusuri saluran bahan sampai berakhir pada bak tempat penampungan bahan hasil sortasi. Buah jeruk yang diameter vertikalnya lebih kecil dari diameter lubang saluran akan lolos atau jatuh akibat beratnya sendiri menuju saluran bahan yang terdapat di bawahnya. Sedangkan buah jeruk yang diameternya lebih besar akan terus menggeliding ke bawah sampai jatuh pada bak penampungan akhir. Begitu pula hal yang terjadi pada buah yang jatuh pada saluran bagian bawah akan disortir lagi mengikuti sistem yang pertama, dimana buah yang diameter vertikalnya lebih kecil dari diameter lubang saluran akan lolos atau jatuh akibat beratnya sendiri dan menuju ke tempat atau bak penampungan bahan akhir.
Universitas Sumatera Utara
Kemiringan Alat Menurut Daryanto (2000), benda seberat W di atas bidang miring dengan sudut kemiringan diuraikan menjadi Wsinα dan Wcosα. Yang menyebabkan benda bergerak adalah gaya yang sejajar
bidang miring, yaitu Wsinα. Dari
Hukum Newton kedua didapatkan: a = F/m = Wsinα/m a = g sinα dimana : α = sudut yang dibentuk antara bidang miring dengan bidang datar g = gaya gravitasi (980 cm/detik2) gaya yang mendorong adalah : F = mg sin α Waktu yang dibutuhkan benda bergerak pada bidang miring dipengaruhi oleh jarak dan besarnya sudut kemiringan bidang. Semakin besar sudut kemiringan bidang maka waktu yang dibutuhkan benda untuk menempuh jarak tertentu semakin kecil. Menurut Sanlohat (2008), besar sudut (θ) pada bidang miring sama di semua titik di sepanjang lintasan, sehingga percepatan grafitasi (g cos θ) yang bekerja pada bidang miring tersebut sama besar. Karena terdapat percepatan grafitasi yang sama di sepanjang lintasan (g cos θ), maka kecepatan benda bertambah secara teratur. Perubahan kecepatan benda tersebut sama dengan g cos θ. Dapat disimpulkan bahwa benda yang bergerak pada bidang miring menunjukkan kecepatan meningkat secara teratur dan percepatannya tetap.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Kecepatan benda pada bidang miring Menurut Anonim (2009), ketika sebuah benda berada pada bidang miring di ketinggian tertentu, maka benda tersebut akan mendapatkan gaya sebesar berat benda tersebut dikalikan dengan sin dari sudut kemiringan bidang. Ketika gaya tersebut lebih besar dari gaya gesek yang terjadi antara permukaan benda dan permukaan bidang miring maka benda tersebut akan meluncur dengan mendapatkan percepatan tertentu. Semakin lama kecepatan benda tersebut akan semakin besar. Benda bergerak pada bidang miring diakibatkan oleh adanya komponen gaya berat yang sejajar dengan permukaan bidang miring (W sin θ). Sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Semakin besar sudut kemiringan bidang (θ), maka gaya berat benda akan semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Besar gaya berat benda pada bidang miring Lebar Lubang Saluran Menurut Anonim (2005), mutu buah jeruk dapat dibedakan menjadi empat kelas (grade) yaitu kejas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Sesuai dengan literatur tersebut maka lebar lubang saluran yang digunakan untuk menentukan diameter jeruk berdasarkan kelas (grade) yang ditentukan adalah sebagai berikut: •
Kelas A memiliki lebar lubang saluran 4-5 cm
•
Kelas B memiliki lebar lubang saluran 5,1-6 cm
•
Kelas C memiliki lebar lubang saluran 6,1-7 cm
•
Kelas D memiliki lebar lubang saluran 7,1-8 cm.
Universitas Sumatera Utara