1
TINJAUAN KONDISI FISIK ATLET PENCAK SILAT SINGOITAM MUARO SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG
SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang
Oleh DENI ABDURRAHMAN. S NIM. 85595
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012
1
2
3
4
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim.
Padang, Juli 2012 Yang Menyatakan,
Deni Abdurrahman. S 2007/85595
5
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila engkau telah selesai (mengerjakan sesudah pekerjaan) kerjakanlah pekerjaan lain, dan hanya kepada Tuhanmu kamu berharap (QS. Alam Nasyrah 6 - 8) ….Niscaya Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu yang orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Jasiyah:13) Alhamdulillah… Dengan menyebut asma-Mu Ya Allah,. Kini ku tlah sampai ke tepian Meski belum sampai ke tujuan Tlah ku lalui satu babak dalam hidupku Dengan penuh pengorbanan serta satu keyakinan “Aku akan berhasil” Dengan kerendahan hati, kupersembahkan Karya kecilku ini sebagai ungkapan terima kasihku Untuk Ayahanda Maino dan Ibunda Sri Mulyani Yang terus menyertai setiap langkahku Terima kasih ya Ibu atas tetesan keringat yang telah engkau berikan dan perjuangan untuk anakmu ini………… Dengan do’a dari kakak dan adik-adikku ( M. Nurdien, Rudi Hidayat, Luqman Nur Alim ) yang tak henti-hentinya memberikan semangat untuk terus berjuang... Terima kasih buat pembimbing ku Bapak Drs. Fauzan Hos dan Drs. Suwirman,M. Pd Atas bimbingan dan pertolongannya selama saya menyelesaikan skripsi ini..dan kepada Pak Afrizal Suki & seluruh atlet pencak Silat Singoitam Muaro Sijunjung. Terima kasih juga buat kawan-kawan kepel 07 Mulyadi, Rahmat Haryadi, Fauzan, M. Jais,Ari, Ori dan senior ku (bg fiki, bg monox,bg GP,Senior, Bg Met, bg Dede, da andri,Dll) serta seluruh keluarga besar FIK UNP Padang yang selalu memberikan semangat kepadaku dalam penyelesaian skripsi ini..
6
Buat rekan – rekan dan adik-adik kos ( Riki, david, Apri, pio,pio batu gunung, Haris, Kincay, Deri, Fikri, Aldy, yopi,evan,parga, Rido, ucox ) Terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini semoga keberhasilan ku ini menjadi kebanggaan bagimu.. Terima kasih sebesar2nya kepada Teman-teman Sekre Ambuih-ambuih yang telah mensuport ku & memberi dukungannya. Hari ini telah ku wujudkan harapan keluarga Hari ini telah kuraih segenggam asa Namun ini bukanlah akhir dari suatu perjuangan. Tapi merupakan awal dari perjuangan yang masih panjang... Wassalammu’alaikum Wr. Wb......
By: ” Deni Abdurrahman.S ”
ABSTRAK DENI ABDURRAHMAN. S (2012) : TINJAUAN KONDISI FISIK ATLET PENCAK SILAT SINGOITAM MUARO SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG Atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung diharapkan dapat menunjukkan prestasi yang baik. Namun dari beberapa kejuaraan yang pernah diikutinya, prestasinya menurun. Hal ini salah satu diduga disebabkan oleh faktor kondisi fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Populasi penelitianiniadalahatletperguruanpencaksilatSingiotamMuaroSijunjungKabupatenSij unjung. Atletputra 13 orang danputri 10 orang keseluruhannya berjumlah 23 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total Sampling, dimana seluruh populasi berjumlah 23 orang terdiri dari 13 orang atlet putra dan 10 orang atlet putri yang dijadikan sampel. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur masingmasing unsur kondisi fisik atlet. Kecepatan diukur dengan tes lari 30 meter, daya ledak otot tungkai diukur dengan tes lompat jauh tanpa awalan, daya tahan aerobik diukur tingkat VO2max dengan metodeBleepTest, dan kelincahan diukur dengan lari bolak balik (Shuttle-Run) 4 x10 meter. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif (tabulasi frekuensi). Dari analisis data dapat diperoleh hasil “tingkat kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yaitu terdiri dari: (1) rata-rata tingkat kecepatan atlet putra (4,84 detik) kategori sedang dan putri (5,48 detik) kategori sedang, (2) rata-rata tingkat daya ledak otot tungkai atlet putra (2,04 meter) kategori kurang sekali dan putri (1,6 meter) kategori kurang,(3) rata-rata tingkat daya tahan aerobic atlet putra (35,5 ml/kg berat badan/detik) kategori sedang dan putri (32,15 ml/kg berat badan/detik) kategori sedang, (4) rata-rata tingkat kelincahan atlet putra (13,71 detik) kategori sedang dan putri (15,09 detik) kategori sedang”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung perlu ditingkatkan, program Latihan kondisi fisik harus disusun secara terencana dan sistematis serta telaksana secara kontiniu dan teratur untuk menghasilkan kondisi fisik yang lebih baik lagi.
i
2
KATA PENGATAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal penelitian dengan judul “Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung”. Skripsi ini merupakan syarat untuk melakukan penelitian guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti banyak menemukan kesulitan, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan peneliti, baik pengalaman maupun pengetahuan. Untuk itu, peneliti harapkan atas kritik dan saran yang positif demi kesempurnaan skripsi ini . Penyelesaian skripsi ini tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Atas bimbingan dan bantuan semua pihak yang bersangkutan, peneliti ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Arsil, M.Pd selaku Dekan FIK UNP yang telah memberikan fasilitas pada penulisan dalam penyelesaian skripsi ini.
ii
3
2. Bapak Drs. Maidarman, M.Pd dan Drs. Hermanzoni, selaku ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Drs. Fauzan Hos selaku pembimbing I sekaligus sebagai penasehat akademik yang telah banyak meluangkan waktu dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk yang sangat membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Suwirman, M.Pd
selaku pembimbing II
yang telah banyak
meluangkan waktu memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs. Maidarman, M. Pd, Bapak Drs. Umar, MS. AIFO , dan Bapak Drs. M. Ridwan, sebagai dosen penguji yang telah banyak membantu, memberikan saran, masukan dan tambahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. 7. pengurus, pelatih dan seluruh atlet pencak silat Singo Itam Muaro Sijunjung yang telah meluangkan waktunya untuk penelitian ini. 8. Teristimewa buat kedua orang tua, Ayahanda Maino dan Ibunda Sri Mulyani yang telah banyak memberikan perhatian, semangat, dorongan dan biaya menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih pula kepadasahabat-sahabatkusenasibdanseperjuangan yang telahmemberikanwaktusertatenaganyadalampenyelesaianskripsiini. Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat pahala dari Allah SWT. Akhir kata peneliti
iii
4
mengharapkan, semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang, khususnya dalam Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Padang, Juli 2012
Peneliti
iv
5
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
6
D. Perumusan Masalah .....................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................
7
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori .................................................................................
9
B. Kerangka Konseptual ...................................................................
27
C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................. v
30
6
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
30
C. Defenisi Operasional .....................................................................
30
D. Populasi dan Sampel ....................................................................
32
E. Jenis dan Sumber Data ..................................................................
33
F. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
34
G. Instrumen Penelitian Dan Pelaksanaan Tes ..................................
34
H. Prosedur Penelitian........................................................................
46
I. Teknik Analisa Data .....................................................................
47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif .......................................................................
49
B. Pembahasan ..................................................................................
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................
69
B. Saran .............................................................................................
70
C. KeterbatasanPenelitian ..................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi Penelitian ..................................................................
32
Tabel 2. Norma Standarisasi Kecepatan ...............................................
36
Tabel 3. Norma Standarisasi daya ledak. ...............................................
37
Tabel 4. Form Perhitungan level dan shuttle .........................................
41
Tabel 5. Penilaian VO2 Max ..................................................................
41
Tabel 6. Norma Standarisasi VO2 Max .................................................
44
Tabel 7. Norma Standarisasi kelincahan ................................................
46
Tabel 8. Nama Tenaga Pengawas dan Pembantu...................................
47
Tabel 9. Data kecepatan atlet putra ........................................................
49
Tabel 10. Analisis data kecepatan atlet putra ........................................
50
Tabel 11. Data kecepatan atlet putri .......................................................
51
Tabel 12. Analisis data kecepatan atlet putri .........................................
52
Tabel 13. Data daya ledak atlet putra ....................................................
53
Tabel 14. Analisis data daya ledak atlet putra........................................
53
Tabel 15. Data daya ledak atlet putri .....................................................
55
Tabel 16. Analisis data daya ledak atlet putri ........................................
55
Tabel 17. Data daya tahan atlet putra .....................................................
56
Tabel 18. Analisis data daya tahan atlet putra........................................
57
Tabel 19. Data daya tahan atlet putri .....................................................
58
Tabel 20. Analisis data daya tahan atlet putri ........................................
59
vii
8
Tabel 21. Data kelincahan atlet putra .....................................................
60
Tabel 22. Analisis data kelincahan atlet putra .......................................
61
Tabel 23. Data kelincahan atlet putri .....................................................
62
Tabel 24. Analisis data kelincahan atlet putri ........................................
62
viii
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual ...............................................
29
Gambar 2. Pelaksanaan Tes kecepatan ..................................................
35
Gambar 3. Pelaksanaan Tes daya ledak .................................................
37
Gambar 4. Pelaksanaan Tes daya tahan .................................................
40
Gambar 5. Pelaksanaan Tes kelincahan .................................................
46
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Mentah Testee ........................................................................
74
2. Analisis data atlet putra .................................................................
76
3. Analisis data atlet putri ...................................................................
77
4. Dokumentasi Pelaksanaan Tes .......................................................
78
5. Surat Izin Penelitian........................................................................
79
6. Surat Keterangan Litera Alat ..........................................................
80
7. Surat Balasan Penelitian .................................................................
81
x
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah salah satu seni bela diri yang mempunyai akar sejarah dan merupakan warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia yang berkembang secara turun temurun. Sebagai kebudayaan yang mencerminkan kepribadian bangsa, pencak silat perlu dibina, dipelihara dan dikembangkan. Kegiatan olahraga pencak silat dewasa ini telah mengalami kemajuan yang pesat. Pertandingan dan perlombaan olahraga sudah dilakukan diberbagai daerah maupun ditingkat nasional mulai dari tingkat usia dini sampai tingkat dewasa. Pertandingan dan perlombaan yang diadakan tidak terlepas dari pembinaan-pembinaan yang dilakukan diberbagai cabang olahraga. Pembinaan tersebut dilakukan dengan mengembangkan perkumpulan-perkumpulan olahraga. Sesuai dengan UU RI No. 3 Tahun 2005 Pasal 20 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional : “pembinaan
dan
pengembangan
olahraga
prestasi
dilakukan
dengan
memberdayakan perkumpulan olahraga prestasi menumbuhkembangkan sentral pembinaan olahraga yang bersifat Nasional dan daerah dan menyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan”. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa pembinaan olahraga hendaklah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahraga dalam
2
rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa serta dilaksanakan melalui proses pembinaan pengembangan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Oleh karena itu, olahraga harus dibina dan dikembangkan dengan baik. Pembinaan dan pengembangan olahraga sudah menjadi tanggung jawab bersama mulai dari pusat sampai daerah agar tercapai prestasi olahraga yang membanggakan diantaranya prestasi olahraga pencak silat. Di Kabupaten Sijunjung sendiri, tepatnya di Nagari Muaro, terdapat perguruan pencak silat yang bernama perguruan pencak silat Singoitam. Perguruan pencak silat Singoitam ini merupakan perguruan yang membina atlet pencak silat yang pada umumnya berlatih adalah anak yang masih sekolah, mulai dari tingkat SLTP sampai SLTA dan yang masih aktif sebanyak 23 orang atlet, 13 orang atlet putra, dan 10 orang atlet putri. Pembinaan atlet pencak silat telah dilakukan latihan secara kontiniu dan teratur, dengan jadwal latihan 3 kali dalam seminggu (Senin, Kamis dan Jum’at). Pelaksanaan latihan di mulai dari pukul 16.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB, dilaksanakan di gedung serba guna SMA N 2 Muaro Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Perguruan ini dibimbing oleh 2 orang pelatih yang sudah berpengalaman membawa atlitnya dalam kejuaraan baik tingkat daerah maupun provinsi. Prestasi terakhir yang diraih oleh atletnya yaitu pada kejuaraan POPDA tahun 2008 dengan meraih 1 medali emas, 2 perak dan 1 perunggu dan dalam Porprov 2011 atletnya meraih 1 medali perunggu.
3
Keberhasilan atau prestasi seorang atlet merupakan hasil dari pembinaan yang diberikan kepada atlet melalui latihan-latihan yang terprogram dengan baik dan terarah. Pencapaian prestasi terbaik atlet ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak factor. Factor tersebut bisa datang dari dalam (internal) dan bisa datang dari luar (eksternal). Factor internal adalah factor yang yang berasal dari potensi yang ada pada atlet atau dari orang yang berlatih, dengan kata lain berasal dari kemampuan atlet itu sendiri. Secara menyeluruh baik menyangkut kemampuan fisiknya (kondisi fisik), teknik, taktik, maupun mental (psikis)nya. Sementara yang dimaksud dengan factor eksternal adalah factor yang dapat mempengaruhi atlet yang berasal dari luar diri atlet seperti; sarana prasarana, pelatih, Pembina, guru olahraga, keluarga, dana, organisasi, iklim, cuaca, makanan yang bergizi dan lain sebagainya. Jadi jelaslah bahwa, kondisi fisik merupakan salah satu factor yang mempengaruhi prestasi atlet. Semakin baik kondisi atau kemampuan fisik seseorang, maka semakin besar pula peluangnya untuk berprestasi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kondisi fisiknya, maka semakin sulit ia untuk meraih prestasi. Adapun pengaruh kondisi fisik terhadap pelaksanaan teknik, taktik, dan mental. Apabila kondisi fisik baik, maka pelaksanaan teknik, taktik, dan mental akan berjalan dengan baik pula. Namun, dalam kenyataan di lapangan, pembinaan atlit pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung sudah dilakukan latihan secara kontiniu dan teratur, akan tetapi prestasi atlet nya menurun dilihat dari perolehan medali dalam kejuaraan yang diikuti. Salah satu factor menurunya prestasi atlet tersebut tidak telepas dari kondisi
4
fisik atlet itu sendiri. Berdasarkan pantauan peneliti, tingkat kondisi fisik atlet perguruan Singoitam Muaro Sijunjung masih rendah. Hal ini terlihat dari atlet yang mudah lelah dalam melakukan latihan, serta hasil tes awal yang dilakukan. Latihan fisik merupakan cara yang lazim dan dianggap sangat efektif untuk memperoleh kondisi fisik yang baik. “Latihan adalah kegiatan atau aktivitas fisik yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan keterampilan gerak tertentu” (Hendri, 2011:8). Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa kondisi fisik sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang atlet. Artinya prestasi yang baik hanya akan diperoleh apabila memiliki kondisi fisik yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik yang prima sangat penting dan mutlak harus dimiliki oleh setiap atlet untuk memperoleh prestasi. Dalam cabang olahraga pencak silat kondisi fisik merupakan salah satu persyaratan seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai dasar olahraga prestasi. Faktor-faktor kondisi fisik yang mempengaruhi prestasi menurut Syafruddin (1999:36) antara lain: kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya ledak (power), kecepatan (speed), kelentukan (fleksibility), kelincahan (agility), koordinasi (coordination), keseimbangan (balance), ketepatan (acurasi), reaksi (reaction). Sementara dalam olahraga pencak silat kondisi fisik yang dominan dibutuhkan adalah kecepatan, daya ledak, daya tahan aerobic, dan kelincahan (Suwirman, 2004).
5
Dari uraian mengenai komponen kondisi fisik di atas, jelaslah bahwa kondisi fisik merupakan unsur yang penting dalam olahraga, termasuk olahraga pencak silat. Karena pada saat bertanding atlet harus mempunyai kecepatan dalam gerakannya, dan daya ledak otot yang tinggi pada saat menyerang baik berupa pukulan ataupun tendangan, harus mempunyai daya tahan aerobik yang baik untuk bisa menyelesaikan pertandingan dengan maksimal serta kelincahan untuk bisa menguasai arena dan gerakan dengan baik. Tanpa memiliki tingkat kondisi fisik yang baik maka seorang pesilat tidak akan mampu bertanding dengan makasimal, sehingga prestasi maksimal akan sulit dicapai. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas permasalahan ini dengan judul: “Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat dilakukan identifikasi masalah dalam penelitian ini. Identifikasi masalah adalah: 1. Apakah faktor kondisi fisik mempengaruhi prestasi atlet? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi fisik? 3. Apakah kekuatan (strength) mempengaruhi kondisi fisik? 4. Apakah daya tahan (endurance) mempengaruhi kondisi fisik? 5. Apakah daya ledak (power) mempengaruhi kondisi fisik? 6. Apakah kecepatan (speed) mempengaruhi kondisi fisik? 7. Apakah kelentukan (flexsibility) mempengaruhi kondisi fisik?
6
8. Apakah kelincahan (agility) mempengaruhi kondisi fisik? 9. Apakah koordinasi (cordination) mempengaruhi kondisi fisik? 10. Apakah keseimbangan (balance) mempengaruhi kondisi fisik? 11. Apakah ketepatan (accuracy) mempengaruhi kondisi fisik? 12. Apakah kecepatan reaksi (speeed reaction) mempengaruhi kondisi fisik? 13. Apakah latihan mempengaruhi kondisi fisik atlet? 14. Apakah teknik mempengaruhi kondisi fisik atlet? 15. Apakah taktik mempengaruhi kondisi fisik atlet? 16. Apakah mental mempengaruhi kondisi fisik atlet? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini akan dibatasi masalah yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu tentang elemen pada: 1. Bagaimana tingkat kecepatan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? 2. Bagaimana tingkat daya ledak atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? 3. Bagaimana tingkat Daya tahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? 4. Bagaimana tingkat Kelincahan. atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, pembatasan masalah, maka secara spesifik dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan tingkat kondisi fisik yang meliputi: 1. Sejauh mana tingkat kecepatan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? 2. Sejauh mana tingkat daya ledak atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
7
3. Sejauh mana tingkat daya tahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? 4. Sejauh mana tingkat kelincahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang meliputi: 1. Tingkat kecepatan atlet putra dan putri perguruan Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. 2. Tingkat daya ledak atlet putra dan putri perguruan pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. 3. Tingkat daya tahan aerobic atlet putra dan putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. 4. Tingkat kelincahan atlet putra dan putri perguruan pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. F. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan yang berarti yaitu : 1. Untuk memenuhi salah satu syarat bagi peneliti untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. 2. Sebagai bahan acuan bagi pelatih, atlet dan pengurus di Persatuan pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung..
8
3. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa pada perpustakaan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Pustaka Pusat Universitas Negeri Padang. 4. Dapat memberikan informasi bagi para peneliti selanjutnya.
9
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori 1. Pengertian Pencak Silat Pencak silat pada dasarnya adalah pembelaan diri dari insan Indonesia untuk menghindarka diri dari segala malapetaka. Istilah pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama PENCAK SILAT, dikukuhkan pada Seminar Pencak Silat tahun 1973 di Tugu Bogor. Suwirman (1999:8) “Pencak silat itu pada dasarnya adalah pembelaan diri dari insan Indonesia untuk menghindari diri dari segala mala petaka. Pencak mempunyai pengertian gerak dasar beladiri yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan”. PB. IPSI bersama Bakin dalam suwirman (2004), mendefinisikan “pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.. Johor (1992:7) menyatakan bahwa “olahraga pencak silat nasional adalah seni bela diri dengan penampilannya yang lebih dititik beratkan pada aspek olahraga tanpa meninggalkan aspek lainnya yaitu: seni, beladiri dan pembinaan mental spritual”
9
10
Pencak silat memiliki peran dan fungsi antara lain: 1. Pencak silat sebagai olahraga meliputi; olahraga pendidikan, olahraga prestasi, olahraga rekreasi atau missal. 2. Pencak silat sebagai seni : harus menurut ketentuan keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa, wiraga. 3. Pencak silat sebagai beladiri : usaha pembelaan diri dari serangan atau bahaya agar selamat. 4. Pencak silat sebagai sarana pendidikan mental : Melalui jalur olahraga, kesenian, dan beladiri, maka pencak silat merupakan suatu system dan wadah pendidikan jasmani dan rohani.
Melalui
latihan
yang teratur seorang
pesilat
dididik
untuk
mengembangkan keterampilan. Di samping itu, juga ditanamkan penghayatan pada alam kehidupan dan perjuangan hidup serta budi pekerti yang luhur. Adapun sikap dan gerak dasar dalam pencak silat. Sikap meliputi; sikap berdiri (sikap berdiri tegak, sikap kangkang, sikap berdiri kuda-kuda), sikap jongkok, sikap duduk, sikap berbaring, sikap khusus (sikap tegak satu kaki, sikap rimau / merangkak, sikap pancer, sikap mengurak sila), sikap pasang. Dan gerak dasar dalam pencak silat meliputi; arah, (delapan penjuru mata angin), cara melangkah, langkah dan posisi, dan bentuk / pola langkah.
11
Suwirman (2004), adapun kategori yang dipertandingkan dalam olahraga pencak silat ada 4 macam yaitu kategori: a) kategori tanding, b) kategori tunggal, c) kategori regu dan, d) Kategori ganda. Kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan 2 (dua orang pesilat dari kubu yang berbeda). Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur belaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, untuk mendapatkan nilai terbanyak. Yang dimaksud dengan kaidah adalah bahwa dalam mencapai prestasi teknik, seorang pesilat harus mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari sikap pasang, pola langkah serta mengukur jarak terhadap lawan dan koordinasi dalam melakukan serangan/ pembelaan serta kembali kesikap pasang. Kategori tunggal adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan
kemahirannya dalam jurus tunggal
baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam kategori ini. Kategori ganda adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan
12
jurus serang bela pencak silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaiaan seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan yang berlaku untuk kategori ini. Terakhir kategori regu adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan 3 (tiga) orang pesilat dari kubu yang sama memperagakan kemahirannya dalam jurus regu baku secara benar, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan yang berlaku untuk kategori ini. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat adalah suatu cabang olahraga bela diri yang bertujuan untuk membentuk keterampilan, budi pekerti seseorang olahragawan serta untuk menjaga seseorang dari suatu bala atau bencana. Oleh sebab itu, olahraga pencak silat sangat membutuhkan kondisi fisik yang baik, karena dalam latihan dan pertandingan setiap atlet dituntut untuk bergerak cepat, menendang dengan cepat dan kuat, lincah dalam menghindar dan menangkis, dan mampu bertahan dari babak-ke babak selama pertandingan. 1. Kondisi Fisik a. Pengertian Kondisi Fisik Istilah kondisi fisik terdiri dari dua kata yaitu kondisi dan fisik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kondisi diartikan sebagai keadaan, sementara
13
fisik berarti jasmani atau tubuh. Namun istilah kondisi fisik biasanya dikaitkan dengan kesehatan atau kebugaran. Maka, kondisi fisik merupakan kemampuan fisik atau kesanggupan tubuh seseorang. Kemampuan fisik yang dimaksud adalah berupa kesanggupan fisik seseorang dalam bekerja atau berolahraga, kemampuan fisik sering juga disebut dengan unjuk kerja (kinerja). Karena istilah kondisi fisik mempunyai makna yang sama dengan kemampuan fisik, maka kedua istilah ini akan digunakan secara bergantian pada uraian-uraian berikut. Kemampuan fisik yang dimaksud setidaknya bisa berupa daya tahan seseorang dalam bekerja, berupa kemampuan mengangkat atau menahan suatu beban,atau berupa kecepatan seseorang dalam bergerak. Dari uraian diatas jelaslah bahwa, kondisi fisik berhubungan erat dengan kesanggupan tubuh dalam menyelesaikan tugas kerja yang dilakukannya. Semakin baik kualitas kondisi fisik seseorang, maka akan semakin bagus pulalah hasil kerja yang dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian memang menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kondisi fisik dengan tingkat produktifitas. Penelitian di Amerika yang dilakukan pada tentara yang sedang mendapat pendidikan,menunjukkan bahwa siapa yang memiliki kondisi fisik yang baik juga memiliki prestasi akademik yang tinggi. Begitu juga,para pegawai perusahaan yang memiliki kondisi tubuh atau kebugaran yang lebih baik ternyata lebih produktif dibandingkan pegawai yang rendah tingkat kondisi fisiknya, seperti dikemukakan oleh Bucher dalam Hendri, (2011:1), bahwa “pegawai-pegawai yang diberikan kesegaran jasmani, ternyata memiliki kualitas kondisi fisik yang lebih baik dan mereka menjadi pekerja yang
14
segar, mempunyai kinerja yang tinggi, produktivitas dalam pekerjaannya, kurang absennya, serta lebih kreatif”. Pengaruh kemampuan fisik akan lebih jelas dan nyata terhadap prestasi olahraga, karena kegiatan olahraga umumnya sangat membutuhkan gerakan-gerakan yang menuntut kerja fisik yang kompleks dan lebih berat. Hanya orang-orang yang memiliki kondisi fisik yang baik yang mampu melakukan tugas-tugas gerakan tersebut dengan baik, yang akhirnya akan menghasilkan prestasi olahraga yang baik. Sajoto (1988:34) berpendapat ”kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dikatakan besar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”. Hal ini juga dikemukakan Sarumpaet (1986:34) yang menjelaskan bahwa, “Kondisi fisik adalah keadaan fisik seseorang pada saat tertentu untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya. Seseorang dapat dikatakan memiliki kondisi fisik yang baik apabila ia mampu melakukan pekerjaan yang dibedakan kepadanya tanpa terjadi kelelahan yang berlebihan”. Untuk mewujudkan prestasi yang maksimal, kondisi fisik yang baik merupakan suatu hal yang sangat diperlukan, Syafruddin (1999:32) mengatakan, “kondisi fisik dibedakan atas pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit kondisi fisik merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan, kecepatan dan daya tahan. Sedangkan arti luas adalah ketiga faktor kekuatan, kecepatan dan daya tahan, ditambah dengan faktor kelenturan dan koordinasi”.
15
Selanjutnya Frohner dalam Syafruddin, (1999:35) bahwa “latihan kondisi fisik umum berarti latihan-latihan yang beraneka ragam untuk mengembangkan prestasi dan untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik khusus. Sedangkan kondisi fisik khusus merupakan komponen yang langsung dikaitkan dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga”. Jonath dan Krempel dalam Syafruddin, (1999:36) menyatakan “bahwa kondisi fisik dihubungkan dengan kemampuan prestasi dalam suatu cabang olahraga tertentu, maka kondisi fisik disini disebut kondisi fisik khusus”. Dalam olahraga pencak silat salah satu contoh kondisi fisik khusus adalah kecepatan menendang. Dalam pertandingan pencak silat, kondisi fisik merupakan faktor utama dalam mencapai prestasi, karena dalam pertandingan pencak silat sangat dibutuhkan kecepatan untuk menendang, mengelak, daya ledak tendangan, lincah dalam pergerakan, baik serangan maupun elakan serta mempunyai daya tahan yang baik. Untuk itu, tanpa memiliki kondisi fisik yang baik, atlet pencak silat akan sulit untuk mencapai prestasi yang membanggakan. Untuk terwujudnya prestasi maksimal, kondisi fisik atlet yang baik merupakan suatu hal yang sangat diperlukan diantaranya adalah kekuatan atau power, daya ledak, kecepatan reaksi, kelincahan, dan daya tahan. Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (2011), mengemukakan “pengertian kondisi fisik dalam arti sempit dan dalam arti luas.Dalam arti sempit; kondisi fisik merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan (strength), kecepatan (speed), dan daya tahan (endurance). Dalam arti luas meliputi selain kelima faktor diatas ditambah dengan faktor kelentukan (fleksibility) dan koordinasi (coordination).”
16
Pengertian ini sependapat dengan Letzelter dalam Syafruddin, (1999), yang mengatakan bahwa kondisi fisik dalam arti luas mengandung unsure kekuatan, kecepatan, daya tahan kelentukan, dan koordinasi gerakan. Pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Rothing at al dalam Syafruddin, (1983) yang mengartiikan kondisi hanya sebagai unsure kemampuan prestasi olahraga manusia yang ditentukan oleh tingkat penguasaan kemampuan dasar motorik yang mencakup daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelentikan dan keseimbangan. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, terdapat perbedaan mengenai unsur atau elemen koordinasi dan keseimbangan, yang mana menurut Letzelter, dalam Syafruddin (2011), koordinasi merupakan salah satu unsure kondisi fisik yang juga termasuk didalamnya unsur kelentukan dan kelincahan. Kemampuan dasar inilah yang merupakan factor penentu prestasi fisik dan tingkat kemampuan motorik olahraga manusia yang kompleks. Dapat diakui bahwa, setiap cabang olahraga menuntut kebutuhan kondisi fisik yang spesifik dan berbeda satu sama lainya. Perbedaan itulah yang menunjukkan spesifikasi suatu cabang olahraga atau disiplin (nomor) tertentu, disamping juga berbeda dalam hal tekhnik dan taktik. Oleh karena itu, peneliti membatasi kondisi fisik yang dominan dalam pencak silat yaitu: kecepatan, daya ledak, daya tahan, dan kelincahan.
17
b. Faktor-faktor Kondisi Fisik 1) Kecepatan Kecepatan (Speed) diartiakan sebagai kemampuan seseorang dalam berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lainnya dalam waktu yang sesingkatsingkatnya Maidarman, (2011:46). Hal senada dikemukakan oleh Bompa & haff, dalam Hendri, (2009:62), bahwa “kecepatan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu jarak tertentu dengan cepat”. Perpindahan tempat bisa berupa perpindahan tubuh secara keseluruhan, bisa juga berupa perpindahan sebagian tubuh. Kecepatan berkaitan dengan waktu, frekwensi gerak, dan jarak perpindahan. Adapun pengertian kecepatan menurut Matthews dalam Arsil (1999) adalah “suatu kemampuan bersyarat untuk menghasilkan gerakan tubuh dalam keadaan atau waktu yang sesingkat mungkin”. Berdasarkan pengertian di atas, jelaslah bahwa kecepatan merupakan salah satu kemampuan biomotorik (unsure kondisi fisik) yang sangat penting dalam olahraga. Oleh sebab itu kecepatan perlu dimiliki dan dikembangkan. Hendri, (2011:65), adapun factor bawaan yang mempengaruhi kecepatan antara lain adalah; a) Jenis serabut otot Pada tubuh manusia terdapat dua jenis serabut otot, yaitu serabut otot yang berwarna merah, dan serabut otot yang berwarna putih. Serabut otot yang berwarna merah bereaksi lebih lambat (slow twitch fiber). Jenis ini sering disebut dengan otot kedut lambat. Sedangkan serabut otot berwarna purih, cendrung bereaksi lebih cepat (fast twitch fiber). Otot ini sering disebut dengan otot kedut cepat. Jadi orang yang memiliki banyak serabut otot merah cendru ng bergerak lebih lambat dibandingkan orang yang mempunyai serabut otot putih lebih banyak. ini berarti bahwa ada kecendrungan orang yang memiliki serabut otot merah lebih banyak berpotensi untuk memiliki daya
18
b)
c)
d)
e)
f) g)
h)
i)
tahan lebih baik. Sebaliknya orang yang memiliki serabut otot putih lebih dominan, maka cendrung untuk memiliki kecepatan yang lebih baik. Panjang otot Otot yang mempunyai serat lebih panjang daya kontraksinya lebih cepat dibandingkan otot yang mempunyai serat pendek. Kekuatan otot Otot yang lebih kuat bergerak atau bereaksi lebih cepat daripada otot yang lemah. Bentuk otot Otot yang berjalan sejajar atau parallel terhadap sumbu longitudinal, mempunyai daya kontraksi lebih tinggi daripada otot yang berjalan diagonal terhadap sumbu longitudinal. Suhu otot Otot yang berada pada suhu yang cukup panas akan bereaksi (berkontraksi) lebih cepat dibanding otot dalam suhu yang dingin, Jenis kelamin Laki-laki cendrung lebih cepat daripada perempuan. Kelelahan Kelelahan otot sangat mempengaruhi kontraksi otot. Otot yang berada dalam keadaan lelah bereaksi lebih lambat dibanding dengan otot dalam keadaan segar (tidak lelah). Koordinasi Koordinasi disini dimaksud adalah kerjasama antara system pernafasan pusat (Central Nervous System) dan otot yang bekerja. Tiap kerja otot memerlukan kerjasama antara kelompok otot yang terkait, dan kerjasama unsur-unsur yang ada dalam otot itu sendiri. Ciri antropometri Bangun tubuh seperti perbandingan panjang tungkai, badan, dan lengan turut mempengaruhi kecepatan. Namun factor ini tidak dapat dipengaruhi atau dilatih. Secara garis besar, kecepatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu;
kecepatan aksi, kcepatan reaksi, dan percepatan, Hendri (2011). Dalam pencak silat kecepatan sangat diperlukan, baik kecepatan aksi maupun kecepatan reaksi. Kecepatan aksi (gerakan) diartikan sebagai kemampuan dimana dengan bantuan kelentukan system syaraf pusat dan alat gerak ototndapat melakukan gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal (Letzelter, dalam hendri 2011:63).
19
Kecepatan aksi ini bisa terjadi dalam bentuk kecepatan gerakan bagian-bagian tubuh seperti gerakan tangan, gerakan kaki yang berlangsung secara terpisah. Kecepatan gerakan tubuh adalah kecepatan seluruh tubuh untuk bergerak kesemua arah (ke depan, kebelakang, ke samping) secara cepat. Sedangkan, kecepatan gerakan bagian tubuh adalah kemampuan anggota tubuh (kaki dan tangan) untuk melakukan gerakan dengan cepat seperti dalam olahraga tinju, karate, silat dan lain sebagainya. Pada kecepatan aksi ini tidak terjadi perpindahan atau pergeseran tubuh secara ruang (space), akan tetapi gerakan anggota tubuh tangan dan kaki dapat diamati dan diukur dalam dimensi ruang dan waktu karena gerakan tersebut menggunakan ruang yang dapat diukur. Seberapa cepat gerakan pukulan seorang petinju, dapat dipantau melalui waktu yang terpakai dan ruang yang digunakan dari awal gerakan sampai akhir gerakan (sasaran pukulan). Sehingga gerakan pukulan dalam olahraga tinju, gerakan tendangan dalam olahraga silat dapat diobservasi melalui dimensi ruang dan waktu. Berbeda halnya dengan kecepatan reaksi, hanya waktu reaksi yang bisa dipantau, sementara penggunaan ruang tidak bisa diukur karena prosesnya terjadi didalam tubuh dan tidak bisa dilihat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan tubuh dalam melakukan gerakan dengan satuan jarak dibagi waktu. Oleh sebab itu seorang atlet pencak silat harus memiliki kondisi kecepatan (kecepatan aksi) dalam bergerak, melangkah, kecepatan menedang dan memukul.
20
2) Daya Ledak Daya ledak (Eksplosive Power) merupakan gabungan beberapa unsure fisik yaitu unsure kekuatan dan unsure kecepatan. Artinya kemampuan daya ledak otot dapat dilihat dari hasil unjuk kerja yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan. Ehlenz, Grosser, dan Zimmermann, dalam Hendri (2011:96), mengartikan “daya ledak
sebagai kemampuan seseorang untuk
menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi”. Wujud nyata dari kempuan seseorang tergambar dalam kemampuan seseorang seperti: Kekuatan atau ketinggian loncatan, kekuatan tendangan, kekuatan lemparan, kekuatan
dorongan,
kekuatan
lemparan,
dan
kemampuan
lainnya
yang
menggambarkan kekuatan otot. Ini berarti bahwa kemampuan daya ledak otot tidak hanya pada otot tungkai, melainkan seluruh otot, terutama otot-otot besar. Hendri, (2011:98), adapun factor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot antara lain: a) Jenis serabut otot Pada tubuh manusia terdapat dua jenis serabut otot, yaitu serabut otot yang berwarna merah, dan serabut otot yang berwarna putih. Serabut otot yang berwarna merah bereaksi lebih lambat (slow twitch fiber). Jenis ini sering disebut dengan otot kedut lambat. Sedangkan serabut otot berwarna purih, cendrung bereaksi lebih cepat (fast twitch fiber). Otot ini sering disebut dengan otot kedut cepat. Jadi orang yang memiliki banyak serabut otot merah cendru ng bergerak lebih lambat dibandingkan orang yang mempunyai serabut otot putih lebih banyak. ini berarti bahwa ada kecendrungan orang yang memiliki serabut otot merah lebih banyak berpotensi untuk memiliki daya tahan lebih baik. Sebaliknya orang yang memiliki serabut otot putih lebih dominan, maka cendrung untuk memiliki kecepatan yang lebih baik. b) Panjang otot Panjang serat otot ternyata juga mempengaruhi kecepatan. Otot yang mempunyai serat lebih panjang daya kontraksinya lebih cepat dibandingkan otot yang mempunyai serat pendek. c) Kekuatan otot
21
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
Otot yang kuat bergerak atau bereaksi lebih cepat dari otot yang lemah. Bentuk otot yang berjalan sejajar atau parallel terhadap sumbu longitudinal, mempunyai daya kontraksi lebih tinggi daripada otot yang berjalan diagonal terhadap sumbu longitudinal. Suhu otot Otot yang berada pada suhu yang cukup panas akan bereaksi (berkontraksi) lebih cepat dibandingkan otot dalam suhu yang dingin. Jenis kelamin Orang yang berjenis kelamin laki-laki cendrung lebih cepat daripada perempuan. Kelelahan Otot yang berada pada keadaan lelah bereaksi lebih lambat dibandingkan dengan otot dalam keadaan segar (tidak lelah). Lama aktivitas turut mempengaruhi oleh intensitas kerja. Makin jauh jarak (atau lama aktivitas) maka semakin rendah intensitas kinerja, dan semakin meningkat pulalah proporsi system aerobic dalam pemenuhan energi untuk aktivitas tersebut, begitu juga sebaliknya. Ozolin dalam Hendri, (2011) menambahkan bahwa kapasitas anaerobic jiga dipengaruhi oleh cara kerja SSP dan hiperventilasi. Koordinasi intermusculer Koordinasi intermusculer, atau interaksi beberapa kelompok otot sewaktu melakukan aktivitas. Pada setiap aktivitas jasmani yang memerlukan kekuatan, biasanya melibatkan beberapa kelompok otot. Otot-otot yang bekerja secara terkoordinasi akan menghasilkan kekuatan maksimal, akan tetapi sering terjadi koordinasi yang tidak baik antara masing-masing kelompok otot sehingga unjuk kerja tidak maksimal. Koordinasi antarmuskuler Koordinasi intramuscular, dimana kekuatan (hasil gaya) juga tergantung pada fungsi syaraf otot yang terlibat dalam pelaksanaan tugas aktifitas fisik tersebut. Artinya semakin banyak serabut otot dalam suatu aktifitas maka semakin besar kekuatan yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Hasil maksimal diperoleh melalui cara pemberian beban maksimum dalam latihan. Reaksi terhadap rangsangan syaraf Otot akan memberikan reaksi terhadap rangsangan latihan sebesar 30% dari potensi yang dimiliki otot yang bersangkutan, Kuznetsov, dalam hendri (2011). Latihan dengan intensitas biasa hanya menghasilkan kekuatan secara proporsional saja. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik (peningkatan kekuatan), maka tingkat intensitas rangsangan dalam latihan harus lebih tinggi. Sudut sendi Beberapa penemuan mengatakan bahwa kekuatan maksimum akan dicapai apabila sendi yang terlibat saat aktifitas berada pada keadaan benar-benar lurus atau mendekati keadaan itu. Selanjutnya dijelaskan bahwa efisiensi otot yang lebih tinggi apabila sendi ditekuk antara 90-100 derajat. Otot akan
22
berkontraksi searah dengan gerakan apabila sendi ditekuk 90 derajat, dan ini berarti ia bekerja pada tingkat efisiensi mekanik yang lebih tinggi. Dalam pertandingan pencak silat daya ledak (Explosive power) merupakan kemampuan kondisi fisik yang sangat dominan dimana gerakan-gerakan tendangan dalam pertandingan merupakan gerak explosive power yaitu explosive power otot tungkai. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan untuk mengukur daya ledak otot tungkai adalah dengan menggunakan Lompat jauh tanpa awalan (Standing broad jump test). 3) Daya Tahan Daya tahan (Endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan intensitas tertentu dalam renyang waktu yang cukup lama, tanpa kelelahan yang berlebihan. Kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan seseorang tidak sanggup melanjutkan pekerjaannya. Jadi secara umum dapat diartikan bahwa, orang dianggap memiliki daya tahan, kalau ia masih sanggup bekerja terus menerus dalam periode waktu yang relative lebih lama. Bompa (1984), dalam Hendri, (2011:34) Mengelompokkan daya tahan menjadi dua jenis yaitu: Daya tahan khusus dan daya tahan umum. Daya tahan khusus diartikan sebagai daya tahan yang bersifat lebih khusus berdasarkan kecabangan. Daya tahan ini sering juga disebut dengan stamina. Stamina merupakan perwujudan kemampuan seseorang untuk tetap bertahan dalam aktivitas-aktivitas tertentu selama ia bermain/bertanding. Contoh: daya tahan yang diperlukan oleh seorang petenis adalah daya tahan memukul berulang-ulang, dan dilakukan dalam waktu cukup lama. Atau seorang petinju membutuhkan daya tahan otot lengan untuk memukul/meninju lawan selama beberapa ronde. Sedangkan daya tahan umum menurut Ozolin (1971), adalah “kapasitas untuk kerja suatu jenis kegiatan yang melibatkan berbagai macam kelompok otot dan
23
system persyarafan (system syaraf otot, jantung, peredaran darah, dan pernafasan)”. Daya tahan umum sering juga disebut dengan daya tahan aerobic, karena kemampuan daya tahan sangat tergantung pada peran oksigen (O2) dalam proses pembentukan energi selama aktivitas yang dilakukan. Hampir seluruh suplay energi selama melakukan aktivitas diperoleh malalui system energi aerobic dan kardovaskuler. Hendri, (2011:40), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan antara lain; a. System syaraf pusat (SSP) Merupakan sumber pengendalian kegiatan melalui peran yang diberikan oleh syaraf. Semakin baik peran dari syaraf-syaraf pusat dalam menjalankan atau mengkoordinasikan perintah untuk suatu kegiatan, maka semakin baik pulalah seharusnya hasil gerakan yang dilakukan. Sebaliknya, jika fungsi SSP tidak maksimal, maka kemungkinan perintahnya tidak sempurna, dan pada akhirnya gerakan yang dilakukan jadi tidak sempurna. b. Daya juang Dalam latihan atau bertanding tidak jarang seorang atlet mengalami rasa lelah atau capek, panasnya cuaca, guyuran hujan,dan lain sebagainya. Untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini sangat dibutuhkan daya juang atau semangat yang tinggi. Dan cara inilah yang akan mampu membuat seorang atlet dapat memiliki daya tahan yang baik. c. Kapasitas aerobic Kapasitas aerobic diartikan sebagai kemampuan system pernafasan. Semakin baik system pernafasan maka semakin baik cara kerja alat-alat pernafasan seperti paru dan jantung dalam mensuplai energi untuk kebutuhan aktifitas tubuh. System pernafasan yang baik tidak saja memperbaiki fungsi penyediaan energi untuk aktifitas, akan tetapi juga mempercepat dan memeperlancar pemulihan. Jadi kegiatan fisik yang membutuhkan waktu lama (seperti daya tahan) akan sangat tergantung pada kapasitas aerobic. d. Kapasitas anaerobic Kapasitas anaerobic diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk menghasilkan energi melalui system anaerobic pemecahan ATP-PC) atau O2. Semakin jauh jarak (atau lama aktifitas) maka semakin rendah intensitas kerja, dan semakin meningkat pulalah proporsi system aerobic dalam pemulihan energi untuk aktifitas tersebut.begitu juga sebaliknya. Ozolun (1971) menambahkan bahwa kapasitas anaerobic juga dipengaruhi oleh cara kerja SSP dan hiperventilasi. e. Cadangan kecepatan Cadangan kecepatan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan energi yang lebih sedikit dalam mempertahankan suatu kecepatan tertentu.
24
Semakin besar perbedaan indeks cadangan kecepatan, maka semakin tinggi cadangan kecepatan. Daya tahan umum (aerobic) merupakan unsure fisik yang mesti dimiliki oleh setiap orang yang ingin melatih unsure-unsur fisik yang lain. Artinya, sebelum melakukan
latihan
(seperti:
kekuatan,
kecepatan,
daya
ledak,
kelincahan,
keseimbangan dan sebagainya), daya tahan umum sudah harus dimiliki terlebih dahulu. Dalam olahraga pencak silat daya tahan yang sangat dominan adalah daya tahan umum (aerobic) yang berguna untuk meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh latihan maupun pertandingan. Sebab, apabila seorang atlet tidak memiliki daya tahan aerobic yang baik akan mudah lelah dalam pertandingan, sehingga prestasi yang baik akan sulit tercapai. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, daya tahan adalah kemampuan menahan kelelahan yang dilakukan dengan pembebanan relatif lama yang tujuannya meningkatkan kosumsi oksigen maksimal, untuk itu seorang atlet pencak silat harus memiliki kondisi fisik yang prima dalam melakukan pertandingan. Untuk itu, kondisi fisik yang harus dimiliki adalah daya tahan aerobic yang bagus, agar dalam pertandingan selalu prima dalam setiap waktu. Karena dalam sehari saja atlet itu banyak mengikuti nomor-nomor pertandingan dan sampai 3-4 kali tampil dalam sehari-hari, begitu pula dengan pencak silat. Oleh sebab itu kondisi fisik tersebut harus dilatih setiap latihan. 4) Kelincahan
25
Kelincahan (Agility) adalah kemampuan tubuh untuk bergerak cepat sambil mengubah arah tersebut. Menurut Poerwadarminta, dalam Hendri (2011:108), dalam kamus bahasa Indonesia, mengartikan” kata “lincah” dengan gesit atau cekatan”. Makna yang terkandung dalam kata gesit atau cekatan adalah dapat bergerak dengan mudah dan cepat. Kelincahan sangat penting dalam kegiatan olahraga yang memang sarat dengan gerakan. Kata “kelincahan” merupakan terjemahan dari kata “agaliti” yang diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam bergerak dan merubah arah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa kehilangan keseimbangan. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa dalam kelincahan ada dua unsure utama dalam aktivitas geraknya. Unsur yang pertama adalah unsure kecepatan bergerak, dan unsure yang kedua adalah unsure merubah arah gerak. Sehingga dengan demikian kelindahan biasanya diukur dengan bentuk-bentuk tes yang menuntut perpindahan dan perubahan gerak dalam waktu yang singkat. Dalam pertandingan pencak silat kelincahan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meraih kemenangan. Apabila atlet dapat menghindari lawan dengan lincah. Hendri, (2011:111), adapun factor- factor yang mempengaruhi kelincahan antara lain; a) System syaraf pusat Semakin baik peran dari syaraf-syaraf pusat dalam menjalankan atau mengkoordinasi perintah untuk suatu kegiatan, maka semakin baik pulalah seharusnya hasil gerakan yang dilakukan. Begitu pula sebaliknya. b) Kekuatan otot Otot yang kuat akan berkontraksi dengan baik sesuai dengan baik sesuai tuntutan gerak yang dilakukan, begitu juga sebaliknya gerak tidak akan sempurna manakala tidak ditopang oleh otot-otot yang kuat. c) Bentuk, jenis serabut otot, struktur sendi
26
d)
e)
f)
g)
h)
i) j)
Kondisi ini secara langsung akan mempermudah perpindahan gerak tubuhyang merupakan unsure yang sangat besar pengaruhnya terhadap kelincahan. Tingkat elastisitas otot Semakin elastis otot yang dimiliki, maka semakin baik pulalah tingkat kelentursn otot tersebut Keleluasan gerak sendi Gerak-gerak yang membutuhkan keluasan sendi banyak terjadi dalam perwujudan kemampuan kelincahan. Koordinasi intermuscular Koordinasi yang baik dari beberapa otot jelas dapat memperbaiki kelincahan secara umum. Koordinasi antarmuscular Tiap kerjasama otot memerlukan kerjasama antara kelompok otot yang terkait, dan kerjasama unsur-unsur yang ada dalam otot itu sendiri. Kerjasama ini sangat dibutuhkan dalam gerak yang berubah-ubah. Kelelahan Kelelahan otot sangat mempengaruhi kontraksi otot. Otot yang berada dalam keadaan lelah bereaksi lebih lambat dibanding dengan otot dalam keadaan segar (tidak lelah). Jenis kelamin Laki-laki cendrung lebih cepat dari pada perempuan. Suhu otot Otot yang berada pada suhu yang cukup panas akan bereaksi (berkontraksi) lebih cepat dibanding otot dalam suhu yang dingin. kelincahan merupakan, suatu komponen pengerak yang dibutuhkan
seorang atlet pencak silat untuk mengubah arah dari satu titik ketitik yang lain dalam pertandingan pencak silat lebih efisien. Perubahan arah secara cepat dalam pertandingan pencak silat sangat penting sekali, karena apabila seorang pencak silat memiliki kelincahan yang bagus dia akan sangat mudah untuk mengecoh lawan dalam pertandingan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa, kelincahan adalah kemampuan merobah arah dengan secepat mungkin. Dapat dicontohkan pada atlet dalam latihan dan pertandingan, yang mana seorang atlet
27
pecak silat harus bergerak, melangkah, maju mundur baik kesamping kiri dan kanan yang tujuannya untuk melakukan serangan dan elakan dari lawan pada saat pertandingan. B. Kerangka Konseptual Untuk mencapai prestasi dalam olahraga pencak silat banyak faktor yang mempengaruhi kesemua faktor saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan sangat menentukan prestasi seorang atlet adalah kondisi fisik. Berdasarkan kajian teori yang telah dibahas, kondisi fisik sangatlah penting bagi seorang atlet pencak silat. Karena dengan kondisi fisik yang baik maka seseorang akan mudah menguasai komponen yang lain seperti: teknik, taktik, dan strategi serta mental. Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (2011) mengemukakan pengertian kondisi fisik dalam arti sempit dan dalam arti luas. 1) Dalam arti sempit; kondisi fisik merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan (strength), kecepatan (speed), dan daya tahan (endurance). 2) Dalam arti luas meliputi selain kelima faktor diatas ditambah dengan faktor kelentukan (fleksibility) dan koordinasi (coordination). Unsur kondisi fisik yang dominan dalam pencak silat antara lain; kecepatan, daya ledak, kecepatan reaksi, daya tahan, dan kelincahan. Kecepatan diperlukan dalam bergerak, melangkah, kecepatan menendang dan kecepatan memukul. Daya ledak diperlukan dalam melakukan tendangan yaitu daya ledak otot tungkai, dan daya ledak otot lengan untuk melakukan pukulan. Daya tahan diperlukan
28
dalam melakukan pertandingan agar bisa mengatasi kelelahan baik dalam bertahan maupun menyerang. Kelincahan diperlukan dalam bergerak, melangkah, maju mundur (kesamping kanan atau kiri), yang tujuannya untuk melakukan serangan dan elakan dari lawan saat bertanding. Seluruh unsure kondisi fisik di atas mutlak harus dimiliki oleh atlet pencak silat dalam memperoleh prestasi maksimal. Untuk itu perlu dilihat bagaimana tingkat kemampuan kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung agar terwujudnya prestasi atlet pencak silat di Muaro Sijunjung yang lebih baik dimasa yang akan datang. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat tingkat kondisi fisik atlet pencak silat Perguruan Singoitam Muaro Sijunjung. Dalam penelitian ini ada empat variabel pokok yang dibahas dan diteliti yaitu: kecepatan, daya ledak, daya tahan, dan kelincahan. Deskripsi mengenai konseptual penelitian ini terlihat pada skema dibawah ini.
29
Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual
KONDISI FISIK
KECEPATAN
DAYA LEDAK
DAYA TAHAN
KELINCAHAN
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual maka pertanyaan untuk penelitian ini adalah: a. Bagaimana tingkat kecepatan atlet pencak silat perguruan Singoitam Muaro Sijunjung? b. Bagaimana tingkat kemampuan daya ledak atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? c. Bagaimana tingkat kemampuan daya tahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung? d. Bagaimana tingkat kemampuan kelincahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu apa adanya. Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (1990:310)
bahwa:
“penelitian
deskriptif
adalah
penelitian
yang
hanya
menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan tertentu”.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Gedung Serbaguna SMA N 2 Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung, pada tanggal 20 Juni s/d 16 Juli 2012.
C. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda, maka diperlukan definisi tentang variable yang diteliti. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Kecepatan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu jarak tertentu dengan cepat. Oleh karena itu, Seorang pesilat harus memiliki kecepatan yang baik agar dapat memperoleh prestasi yang maksimal. Tes yang digunakan ntuk mengukur kecepatan dalam penelitian ini adalah: Tes Lari 30 Meter diukur dengan menggunakan roll meter dan stopwatch (Sumber: Harsuki (Ed). 2003. Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta).
30
31
2. Daya ledak
sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh atau
bagian-bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi. Oleh karena itu, seorang pesilat harus memiliki daya ledak yang baik agar menghasilkan ptendangan maupun pukulan yang kuat. Tes yang digunakan untuk mengukur daya ledak ini adalah : Tes Lompat Jauh Tanpa Awalan (Standing Broad Jump Test), diukur dengan menggunakan roll meter (sumber: Johnson & Nelson, 2000). 3. Daya Tahan Daya tahan umum adalah kapasitas untuk kerja suatu jenis kegiatan yang melibatkan berbagai macam kelompok otot dan system persyarafan (system syaraf otot, jantung, peredaran darah, dan pernafasan). Daya tahan umum sering juga disebut dengan daya tahan aerobic. Dalam pencak silat seorang pesilat harus mampu bertahan dari babak ke babak dalam bertanding dengan tidak terjadi kelelahan yang berarti. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max Metode Bleep test, diukur dengan menggunakan form penilaian VO2 Max metode bleep tes (sumber: Preventive Medicine Center, Palo Alto Calif ). 4. Kelincahan Kelincahan merupakan terjemahan dari kata “agaliti” yang diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam bergerak dan merubah arah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa kehilangan keseimbangan. Seorang pesilat harus memiliki
kelincahan
agar
dalam
bertanding
mampu
menguasai
arena
pertandingan. Tes kelincahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes
32
Lari Bolak-balik (Shuttle Run) 4x10 meter, diukur dengan menggunakan stopwatch (sumber: Harsuki (Ed). 2003. Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta). D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Sudjana (1989:6) menjelaskan “Populasi adalah totalitas dari semua objek
atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian)”. Selanjutnya populasi dalam penelitian ini adalah pelatih sebanyak 2 orang, atlet putra 13 orang dan putri 10 orang. Agar lebih jelasnya populasi penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Populasi Penelitian No
Responden
Jumlah
1.
Atlet Putra
13 orang
2.
Atlet Putri
10 orang
Jumlah Atlet
23 orang
Sumber : Administrasi Perguruan Pencak Silat Singoitam Muaro Sijunjung (2012). Bertolak dari tabel distribusi di atas, di dapat jumlah populasi keseluruhan adalah sebanyak 23 orang. 2. Sampel Hermawan warsito (1992:51) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data dan data yang sebenarnya dalam
33
suatu penelitian dengan kata lain sampel adalah sebagai populasi yang mewakili seluruh populasi. Berdasarkan pada jumlah populasi yang hanya sedikit, maka sampel di ambil mengunakan teknik Total Sampling, dimana dari semua populasi dijadikan sampel keseluruhan atlet pencak silat Singitam muaro Sijunjung yang berjumlah sebanyak 23 orang, yaitu 13 orang atlet putra dan 10 orang atlet putri. E. Jenis dan Sumber Data 1.
Jenis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka jenis data
dalam penelitian ini adalah: a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan melakukan tes kondisi fisik terhadap atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang terpilih menjadi sampel, data tersebut meliputi : Tes kecepatan yaitu Tes Lari 30 meter), Tes Daya ledak otot tungkai adalah Tes Lompat jauh tanpa awalan (Standing Broad Jump), Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max Metode Bleep Test, dan Tes Kelincahan dengan Lari bolak-balik (Shuttle Run) 4x10 meter. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diberikan oleh pelatih Tim pencak silat atlet perguruan Singoitam Muaro Sijunjung yang bersangkutan. 2. Sumber Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil langsung dari Atlet Pencak Silat Singo Itam Muaro Sijunjung.
34
F. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes kemampuan kondisi fisik yang sering digunakan secara nasional yaitu: Tes kecepatan (Lari 30 meter), Tes Daya ledak otot tungkai (Lompat Jauh Tanpa Awalan), Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max Metode (Bleep Test), dan Tes Kelincahan Lari Bolak-balik (Shuttle Run) 4x10 meter. G. Instrumen Penelitian dan Pelaksanaan Tes 1.
Tes Kecepatan Kecepatan (Speed) diartiakan sebagai kemampuan seseorang dalam
berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lainnya dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur kecepatan pada penelitian ini adalah: Tes Lari 30 Meter. Pelaksana tes adalah 1 orang starter, 2 orang timer, dan dibantu oleh 1 orang pencatat scorer. a. Tujuan
: Mengukur kecepatan
b. Alat
: - Lintasan lurus, datar, rata. - Peluit - Stopwacth - Serbuk kapur - Alat pencatat waktu berupa formulir dan alat tulis.
c. Cara pelaksanaan Prosedur tes kecepatan reaksi dilakukan dengan cara berikut:
35
1. Testee siap berdiri dibelakang garis start 2. Dengan aba-aba “siap” testee berlari dengan start berdiri 3. Dengan aba-aba “ya” testee berlari secepat-cepatnya dengan menempuh jarak 30 meter sampai melewati garis finish 4. Kecepatan lari dihitung dari aba-aba “ya” 5. Pencatatan waktu dihitung sampai dengan persepuluh detik (0,1 detik), bila memungkinkan dicatat sampai perseratus detik (0,01 detik) 6. Test dilakukan dua kali, pelari melakukan test berikutnya setelah berselang minimal satu pelari. Kecepatan lari yang terbaik yang dihitung. 7. Testee dinyatakan gagal apabila melewati atau menyebrangi lintasan lainnya.
Gambar 4. Bentuk pelaksanaan tes kecepatan reaksi Sumber : http//www.yahoo.Briamach Colic/Wikepedia.htm.
Tabel 2. Norma Standarisasi Kecepatan (Lari 30 Meter) Laki-laki
36
NO 1 2 3 4 5
Norma Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
Prestasi (detik) 3,58 – 3,91 3,92 – 4,34 4,35 – 4,72 4,73 – 5,11 5,12 – 5,50
Perempuan NO Norma 1 Baik Sekali 2 Baik 3 Sedang 4 Kurang 5 Kurang Sekali
Prestasi (detik) 4,06 - 4,50 4,51 - 4,96 4,97 - 5,40 5,41 - 5,86 5,87 - 6,30
Sumber; Harsuki(Ed). 2003. Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta. 2. Daya Ledak Daya ledak (eksplosive power) merupakan gabungan beberapa unsure fisik yaitu unsure kekuatan dan unsure kecepatan. Artinya kemampuan daya ledak otot dapat dilihat dari hasil unjuk kerja yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur daya tahan pada penelituan ini adalah: Tes Lompat Jauh Tanpa Awalan. Pelaksana tes ini adalah : 1 orang Starter, 1 orang Scorer. a. Tujuan : Mengukur daya ledak otot tungkai b. Alat
: - Area / lapangan tempat melompat - Meteran - Peralatan mencatat jarak (blangko dan pena).
c. Cara pelaksanaan
37
Menggunakan tes lompat jauh tanpa awalan. Testee berdiri pada lantai (Tanah) tolakan dengan lutut ditekuk membentuk sudut lebih kurang 45 derajat, kedua lengan lurus ke depan, setelah itu Starter member aba aba “ya”, kemudian testee menolak ke depan tumpuan kedua kaki dengan sekuat-kuatnya dan mendarat dengan dua kaki, dilakuakan tiga kali kesempatan pada setiap testee. Scorer mencatat jarak lompatan terjauh dicapai setiap testee dan dicatat sebagai skor akhir. Jaraknya adalah mulai dari awal tolakan sampai dengan tumpuan kaki atau anggota badan lainnya yang terdekat dengan dasar tolakan.
Gambar 3: lompat jauh tanpa awalan Sumber : Herbert Hog & Hans Dassel (1981:74). Tabel 3. Norma standarisasi untuk Daya Ledak Otot Tungkai Kategori Sempurna Sangat Baik Baik
Skor dalam (meter) Putra > 2,50 2,41-2,50 2,31-2,40
Putri >2,00 1,91-2,00 1,81-1,90
38
Sedang 2,21-2,20 1,71-1,80 Kurang 2,11-2,20 1,61-1,70 Sangat Kurang <2,10 <1,60 Sumber: Hendri, 2011. Kondisi Fisik dan Pengukurannya. 3. Daya tahan Daya tahan (endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan intensitas tertentu dalam renyang waktu yang cukup lama, tanpa kelelahan yang berlebihan. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur daya tahan aerobic pada penelitian ini adalah: Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max metode Bleep Test. Pelaksana tes dalam penelitian ini adalah: 1 orang starter, 3 orang timer. a. Tujuan : Tes ini untuk mengetahui kemampuan daya tahan aerobic.
b. Alat
:
1. Lapangan dan bidang datar 2. Tape recorder 3. Kaset panduan MFT 4. Meteran 5. Stopwatch 6. Patok 7. Formulir 8. Pena dan alat tulis c. Cara pelaksanaan
39
Dalam pelaksanaan test ini dapat dilakukan terhadap beberapa orang dengan syarat pengetes dapat mencatat setiap tahapan lari bolak balik dengan cermat. Adapun langkah persiapan pelaksanaan test ini adalah sebagai berikut: a) Peserta test yang dijadikan test haruslah mereka yang berkondisi sehat. b) Motivasi dan perhatian test perlu digugah agar mereka melakukan test dengan sungguh-sungguh sehingga mereka akan berhenti benar-benar tidak dapat lagi dapat menyesuaikan dengan langkahnya dengan sinyal yang didiktekan lewat kaset. Langkah-langkah pelasanaany sebagai berikut : 1) Hidupkan Tape recorder mulai dari awal pita kaset. 2) Pada bagian permulaan, jarak antara dua sinyal “tut” memadai suatu interval satu menit yang terukur secara akurat. 3) Selanjutnya terdengar penjelasan ringkas mengenai pelaksanaan test yang mengantar pada perhitungan mundur selama lima detik menjelang dimulainya test. 4) Setelah itu akan keluar sinyal “tut” tunggal pada bberapa interval yang teratur. 5) Peserta test diharapkan berusaha agar dapat sampai keujung yang berlawanan bertepatan dengan sinyal “tut”. 6) Selanjutnya setiap sinyal “tut” berbunyi maka peserta test harus sudah sampai disalah satu ujung lintasan lari yang di tempuhnya. 7) Setelah mencapai interval satu menit disebut level satu yang terdiri dari 7 shutle.
40
8) Selanjutnya interval satu menit akan berkurang sehingga untuk menyelesaikan level berikutnya peserta harus lari lebih cepat. 9) Setiap peserta tes menyelesaikan jarak 20 meter, posisi satu kaki harus melewati batas 20 meter, selanjutnya berbalik dan menunggu sinyal berikutnya untuk melanjutkan lari kearah yang berlawanan, apabila peserta tes gagal mencapai dua langkah atau kurang dari garis 20 meter setelah sinyal “tut” berbunyi, pengetes memberikan toleransi1x20 meter, untuk memberikan kesempatan menyesuaikan kecepatannya, Apabila gagal maka pesrta tes di berhentikan. c) Formulir perhitungan level dan shuttle d) Menentukan besarnya VO2max dapat di hitung berdasarkan level (tingkatan) dan shuttle (balikan) yang dapat di capai oleh peserta tes, stelah dapat data mengenai level dan shuttle pserta tes lalu, dirujuk ke table VO2max. 20 m
1,5m
Gambar 5. Lintasan Bleep tes/lari Multi tahap Sumber : Penetapan parameter tes pusat pendidikan dan pelatihan pelajar dan sekolah khusus olahragawan. (2005)
41
Table 4. Form perhitungan level dan shuttle Tingkatan ke…….. Balikan ke…………….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Kemampuan maksimal Tingkatan Balikan VO2max
1234567 12345678 12345678 123456789 123456789 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 :…………………………………… :…………………………………… :…………………………………… :……………………………………
Tabel.5. Penilaian VO2 Max T K 2 2 2 2 2 2 2
BL K 1 2 3 4 5 6 7
VO2 Max 20,1 20,4 20,7 21,1 21,4 21,8 22,1
T K 3 3 3 3 3 3 3
BL K 1 2 3 4 5 6 7
VO2 Max 23,0 23,6 23,9 24,3 24,6 25,0 25,3
T K 4 4 4 4 4 4 4
BL K 1 2 3 4 5 6 7
VO2 Max 26,2 26,8 27,2 27,6 27,9 28,3 28,9
42
2
8
22,5
3
8
25,7
4 4
8 9
29,5 29,7
TK BLK VO2 Max 5 1 29,9 5 2 30,2 5 3 30,6 5 4 31,0 5 5 31,4 5 6 31,8 5 7 32,1 5 8 32,5 5 9 32,9
TK BLK VO2 Max 6 1 33,2 6 2 33,6 6 3 33,9 6 4 34,3 6 5 34,6 6 6 35,0 6 7 35,3 6 8 35,7 6 9 36,0 6 10 36,4
TK BLK VO2 Max
TK BLK
VO2 Max 40,2 40,5 40,8 41,1 41,4 41,8 42,1 42,4 42,7 43,0 43,3
TK BLK
TK BLK VO2 Max
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
VO2 Max 43,6 43,9 44,2 44,5 44,8 45,2 45,5 45,9 46,2 46,5 46,8
VO2 Max 50,4 50,6 50,8 51,4 51,6 51,9 52,2 52,5
TK
BL K 1 2 3 4 5 6 7 8
VO2 Max 54,1 54,3 54,5 54,8 55,1 55,4 55,7 56,0
TK BLK
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TK BLK 11 11 11 11 11 11 11 11
1 2 3 4 5 6 7 8
12 12 12 12 12 12 12 12
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
13 13 13 13 13 13 13 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8
36,7 37,1 37,4 37,8 38,1 38,5 38,8 39,2 39,5 39,9
47,1 47,4 47,9 48,4 48,5 48,7 49,0 49,3 49,6 49,9 50,2 VO2Max 57,5 57,6 57,9 58,2 58,4 58,7 59,0 59,3
43
11 11 11 11
9 10 11 12
52,9 53,3 53,7 53,9
12 12 12 12
9 10 11 12
56,2 56,5 57,1 57,3
13 13 13 13 13
9 10 11 12 13
59,5 59,8 60,2 60,6 60,8
TK 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
BLK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
VO2Max 61,0 61,1 61,3 61,6 61,9 62,2 62,4 62,7 63,0 63,3 63,6 64,0 64,2
TK 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
BLK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
VO2Max 64,4 64,6 64,8 65,1 65,4 65,6 65,9 66,2 66,4 66,7 67,0 67,4 67,6
TK 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
BLK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
VO2Max 67,8 68,0 68,2 68,5 68,8 69,0 69,2 69,5 69,8 70,0 70,2 70,5 70,7 70,9
VO2Max
TK BLK VO2Max
TK BLK VO2Max
71,1 71,4 71,6 71,9 72,1 72,4 73,6 72,9 73,1 73,4 73,6 73,9 74,1 74,3
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
TK BL K 17 1 17 2 17 3 17 4 17 5 17 6 17 7 17 8 17 9 17 10 17 11 17 12 17 13 17 14
TK BLK VO2Max
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
74,5 74,8 75,0 75,2 75,5 75,8 76,0 76,2 76,4 76,7 77,0 77,2 77,4 77,7 77,9
TK BLK VO2Max
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
78,1 78,3 78,5 78,8 79,0 79,2 79,4 79,7 80,0 80,2 80,4 80,6 80,8 81,0 81,3
TK BLK VO2Max
44
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
81,5 81,8 82,0 82,2 82,4 82,6 82,8 83,0 83,2 83,5
20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 21
11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5
83,7 83,8 84,0 84,3 84,6 84,8 85,0 85,2 85,4 85,6 85,8
21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
6 7 8 19 10 11 12 13 14 15 16
86,1 86,3 86,5 86,7 86,9 87,1 87,4 87,6 87,8 88,0 88,2
Untuk mengetahui tingkat klasifikasiVO2max dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Norma standarisasi untuk volume oksigen maksimum (VO2max) Kategori Putra Putri (Cc/Kgberatbadan/menit) (Cc/Kgberatbadan/menit) Baik Sekali >53 >49 Baik
43 – 52
38 – 48
Sedang
34 – 42
31 – 37
Kurang
25 – 33
24 – 30
Kurang Sekali
<24
<23
Sumber: Preventive Medicine Center, Palo Alto Calif. 4. Tes Kelincahan Kelincahan (agility) adalah kemampuan tubuh untuk bergerak cepat sambil mengubah arah tersebut. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur kelincahan adalah : Tes lari bolak-balik (shuttle-run) 4x10 meter. Pelaksana tes kelincahan pada tes ini adalah: 1 orang starter, 2 orang timer, dan 1 orang scorer. a. Tujuan : Mengukur Kelincahan
45
b. Alat
: Lintasan panjang 10m, patok (corn), pluit, stopwatch, alat
mencatat waktu (blangko, pena). c. Cara pelaksanaan 1. Pada aba-aba “bersedia” testee berdiri dibelakang garis lintasan 2. Pada aba-aba”siap” testee start dengan star berdiri 3. Dengan aba-aba “ya” testee segera berlari menuju garis kedua setelah kedua kaki melewati garis kedua segera berbalik dan menuju garis pertama 4. Testee berlari dari garis pertama menuju garis kedua dan kembali ke garis pertama dihitung satu kali 5. Pelaksanaan lari dilakukan sampai empat kali bolak balik sehingga menempuh jarak 40 meter 6. Setelah melewati finish di garis kedua, pencatat waktu dihentikan 7. Catatan waktu untuk menentukan norma kelincahan dihitung sampai persepuluh detik (0,1 detik) atau perseratusdetik (0,01).
46
10m
5cm
Garis pertama
Garis kedua
Gambar 6. Lintasan lari bolak balik (shuttle-run 4x10 meter) Sumber: evaluasi pendidikan jasmani dan olahraga (Arsil& Aryadie Adnan;2010)
Tabel 7. Norma Standarisasi tes kelincahan lari bolak-balik (shuttle run) 4x10 meter Waktu (detik) Klasifikasi Putra Putri Baik Sekali 12.10 > 12.42 > Baik 12.11 – 13.53 12.43 -14.09 Sedang 13.54 – 14.96 14.10 – 15.74 Kurang 14.97 – 16.39 15.75 – 17.39 Kurang sekali < 16.40 < 17.40 Sumber: Arsil & Aryadie Adnan, 2010. Evaluasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga. H. Prosedur Penelitian a) Mengurus Surat izin dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang
47
b) Mendapat Rekomendasi dari pengurus untuk melakukan penelitian terhadap atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung. c) Menyiapkan tenaga pengawas dan pembantu. Untuk kelancaran penelitian ini, peneliti perlu menyiapkan pengawas yang berguna untuk mengawasi dan melihat kelancaran peneliti dalam mengambil data dan menyiapkan tenaga pembantu yang bertugas membantu peneliti dalam pengambilan data. Nama-nama tenaga pengawas dan pembantu tersebut adalah : Tabel 8. Nama-nama tenaga pengawas dan pembantu No Nama 1 Pak Afrisal Suki S. Pd
Keterangan Pelatih
2
Novrizam ori Neldo S. Pd
Alumni FIK UNP
3
Riki Teguh S. Pd
Alumni FIK UNP
4.
Deni Abdurrahman.S
Peneliti
Tugas Pengawas, Timer Pembantu, Timer Pembantu, Scorer Pembantu, Starter
I. Teknik Analisis Data Setelah semua data dikumpulkan, kemudian data diolah. Karena jenis penelitian ini bersifat deskriptif maka, teknik analisa yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan Teknik distribusi frekwensi (statistik deskriptif) dengan perhitungan persentase, seperti dijelaskan oleh (Arikunto, 1990): “bila suatu penelitian bertujuan mendapatkan gambaran atau menemukan sesuatu sebagaimana adanya tentang sesuatu objek yang diteliti, maka teknik analisis yang dibutuhkan
48
cukup dengan perhitungan persentase seperti rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah seperti sebagai berikut: F P= ─── χ 100% N Keterangan: P= persentase F= frekuensi N= jumlah sampel Sumber: (Arikunto,1993)
49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan. Data yang dianalisis sesuai dengan hasil temuan faktual di lapangan seperti apa adanya. Hasil analisis ini merupakan gambaran tingkat kondisi fisik yang dimiliki oleh atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung tahun 2012. A. Analisis Deskriptif Analisis data penelitian dilakukan secara berurutan sesuai dengan urutan pada pertanyaan dan tujuan penelitian. Semua data dianalisis secara statistik deskriptif dengan tabulasi freguensi. Adapun variabel-variabel yang diteliti tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kecepatan Kecepatan diukur dengan mengunakan Tes lari 30 meter . Untuk lebih jelasnya mengenai hasil pengukuran kecepatan reaksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Data kecepatan atlet putra No Nama 1 Hartono 2 Yayan 3 Thoib 4 Riski Hariyanto 5 Ikhsan Yosari 6 Iqbal Agusteen 7 Rahmat Novriandi 8 Zikri Novitra 9 Faris leon rovi
Kecepatan (detik) 3,94 4,69 4,81 4,90 4,62 5,36 4,56 6,42 4,61
49
Kategori B S K K S KS S KS S
50
10 Zulkarnaen 11 Wahyu Dwi Sumantri 12 Riski kencana Putra 13 Belaji Zatofa Ummay Jumlah Mean SD Max Min Varian
4,31 4,69 5,42 4,70 63.03 4.848462 0.608411 6.42 3.94 0.370164
B S KS S
Tabel. 10. Analisis Data Tes Kecepatan Atlet Putra Kategori % Jumlah Testee BS 0 0 B 15.38 2 S 46.15 6 K 15.38 2 KS 23.08 3 Jumlah 100 13
PERSENTASE KECEPATAN ATLET PUTRA 60 PERSENTASE
50 40 %
30
Jumlah Testee
20 10 0 BS
B
S
K
KS
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 13 orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang memiliki kategori kecepatan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 2
51
orang (15,38%), kategori sedang sebanyak 6 orang (46,15%), kategori kurang sebanyak 2 orang (15,38%), dan kategori kurang sekali sebanyak 3 orang (23,08%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan kecepatan dengan rata-rata 4,84 detik pada tingkat sedang yaitu sebesar 46,15% dari 13 orang atlet putra. Sementara itu untuk atlet putri yang diukur tingkat kecepatan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11. Data kecepatan atlet putri No Nama Kecepatan (detik) 1 Haina Mafaza Siti Maisarah 4,92 2 Yeyen Yunita 5,35 3 Pegi Agma Putri 5,38 4 Oktasari Heppy Putri 5,35 5 Lutfiah Hendriani 6,28 6 Sonia Elsa Aprianti 5,83 7 Fauza El Izati 5,35 8 Qatrum Nada Nadiva 5,80 9 Lathyfah 5,25 10 Sherly Oktavia 5,33 Jumlah 54.84 Mean 5.484 SD 0.382163 Max 6.28 Min 4.92 Varian 0.146049
Kategori B S S S KS K S K S K
52
Tabel. 12. Analisis Data Kecepatan Atlet Putri Kategori % Jumlah Testee BS 0 0 B 10 1 S 50 5 K 30 3 KS 10 1 Jumlah 100 10
PERSENTASE KECEPATAN ATLET PUTRI 70 PERSENTASE
60 50 40
%
30
Jumlah Testee
20 10 0 BS
B
S
K
KS
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang memiliki kategori kecepatan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 1 orang (10%), kategori sedang sebanyak 5 orang (50%), kategori kurang sebanyak 3 orang (30%), dan kategori kurang sekali tidak ada 1 orang (10%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan kecepatan dengan rata-rata 5,48 detik pada tingkat sedang yaitu sebesar 50% dari 10 orang atlet putri.
53
2. Daya Ledak Daya ledak otot tungkai diukur dengan Lompat Jauh Tanpa Awalan (Standing Broad Jump). Adapun deskripsi data daya ledak tersebut dilihat pada tabel berikut: Tabel 13. Data daya ledak atlet putra No Nama Daya Ledak (meter) 1 Hartono 2,35 2 Yayan 2,18 3 Thoib 2,28 4 Riski Hariyanto 2,18 5 Ikhsan Yosari 2,38 6 Iqbal Agusteen 2,11 7 Rahmat Novriandi 2,33 8 Zikri Novitra 1,60 9 Faris leon rovi 1,35 10 Zulkarnaen 2,38 11 Wahyu Dwi Sumantri 1,89 12 Riski kencana Putra 1,70 13 Belaji Zatofa Ummay 1,83 Jumlah 26.56 Mean 2.043077 SD 0.337253 Max 2.38 Min 1.35 Varian 0.11374
Tabel. 14. Analisis Data Tes Daya Ledak Atlet Putra Jumlah Kategori % Testee BS 0 0 B 30.76 4 S 7.69 1 K 23.07 3 KS 38.46 5 Jumlah 100 13
Kategori B K S K B K B KS KS B KS KS KS
54
PERSENTASE DAYA LEDAK ATLET PUTRA 60,00
PERSENTASE
50,00 40,00 %
30,00
Jumlah Testee
20,00 10,00 0,00 BS
B
S
K
KS
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 13 orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang memiliki kategori daya ledak baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 4 orang (30,76%), kategori sedang sebanyak 1 orang (7,69%), kategori kurang sebanyak 3 orang (23,07%), dan kategori kurang sekali sebanyak 5 orang (38,64%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan daya ledak dengan rata-rata 2,04 meter pada tingkat kurang sekali yaitu sebesar (38,64%) dari 13 orang atlet putra. Sementara itu untuk atlet putri yang diukur tingkat daya ledak dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 15. Deskripsi data daya ledak atlet putri No Nama Daya Ledak (meter) 1 Haina Mafaza Siti Maisarah 1,80 2 Yeyen Yunita 1,60
Kategori S KS
55
3 Pegi Agma Putri 4 Oktasari Heppy Putri 5 Lutfiah Hendriani 6 Sonia Elsa Aprianti 7 Fauza El Izati 8 Qatrum Nada Nadiva 9 Lathyfah 10 Sherly Oktavia Jumlah Mean SD Max Min Varian
1,28 1,70 1,48 1,31 1,72 1,75 1,65 1,71 1,60 1,60 1.83303 1,80 1,28 3,36
Tabel. 16. Analisis Data Daya ledak Atlet Putri Jumlah Kategori % Testee BS 0 0 B 0 0 S 40 4 K 30 3 KS 30 3 Jumlah 100 10
KS K KS K S S K S
56
PERSENTASE DAYA LEDAK ATLET PUTRI 70 PERSENTASE
60 50 40
%
30
Jumlah Testee
20 10 0 BS
B
S
K
KS
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang memiliki kategori daya ledak baik sekali tidak ada (0%), kategori baik tidak ada (0%), kategori sedang sebanyak 4 orang (40%), kategori kurang sebanyak 3 orang (30%), dan kategori kurang sekali sebanyak 3 orang (30%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat Singoitam Muaro sijunjung memiliki kemampuan daya ledak dengan rata-rata 1,60 meter pada tingkat kurang yaitu sebesar 40% dari 10 orang atlet putri. 3. DayaTahan Aerobik Daya tahan aerobic dilihat dengan Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max metode Bleep Test. Untuk mengukur daya tahan aerobic (VO2 Max) tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 17. Data VO2Max atlet putra No Nama Waktu (Cc/Kg berat badan/menit) 1 Hartono 42,4
Kategori S
57
2 Yayan 3 Thoib 4 Riski Hariyanto 5 Ikhsan Yosari 6 Iqbal Agusteen 7 Rahmat Novriandi 8 Zikri Novitra 9 Faris leon rovi 10 Zulkarnaen 11 Wahyu Dwi Sumantri 12 Riski kencana Putra 13 Belaji Zatofa Ummay Jumlah Mean SD Max Min Varian
34,3 32,5 32,1 42,4 32,5 41,4 32,1 32,9 32,9 32,5 32,1 41,4 461.5 35.5 4.485904 42.4 32.1 20.12333
S K K S K S K K K K K S
Tabel. 18. Analisis Data Tes Daya Tahan Aerobik Atlet Putri Kategori % Jumlah Testee BS 0.00 0 B 0.00 0 S 38.46 5 K 61.54 8 KS 0.00 0 Jumlah 100.00 13
58
PERSENTASE DAYA TAHAN AEROBIC ATLET PUTRA
PERSENTASE
60,00 50,00 40,00 30,00
%
20,00
Jumlah Testee
10,00 0,00 BS
B
S
K
KS
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat VO2max yang dimiliki dari 13 orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung, dan selanjutnya dianalisis dengan statistik deskriptif, serta dihubungkan dengan standar VO2max, maka dapat disimpulkan bahwa: tingkat VO2max baik sekali tidak ada (0%), kategori baik tidak ada (0%), kategori sedang sebanyak 5 orang (38,46%), kategori kurang sebanyak 8 orang (61,54%), dan kategori kurang sekali tidak ada (0%). Dengan demikian, secara keseluruhan untuk kondisi fisik daya tahan umum yang dilihat pada tingkat VO2max dengan rata-rata 35,5 Cc/Kg berat badan/detik, berada kondisi sedang yaitu sebesar 61,54% dari 13 orang atlet. Sementara itu untuk tingkat dayatahan aerobic yang dilihat dengan mengukur VO2max yang dimiliki atlet putri, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 19. Data VO2max atlet putri No Nama Waktu (Cc/Kg berat badan/detik) 1 Haina Mafaza Siti Maisarah 36,7 2 Yeyen Yunita 35,3 3 Pegi Agma Putri 35,7
Kategori S S S
59
4 Oktasari Heppy Putri 5 Lutfiah Hendriani 6 Sonia Elsa Aprianti 7 Fauza El Izati 8 Qatrum Nada Nadiva 9 Lathyfah 10 Sherly Oktavia Jumlah Mean SD Max Min Varian
29,9 29,5 30,6 32,5 30,6 31,0 29,7 321.5 32.15 2.739931 36.7 29.5 7.507222
K K K S K S K
Tabel. 20. Analisis Data Tes Daya tahan Aerobic atlet Putri Kategori % Jumlah Testee BS 0 0 B 10 1 S 50 5 K 30 3 KS 10 1 Jumlah 100 10
PERSENTASE DAYA TAHAN ATLET PUTRI
PERSENTASE
60 50 40 30
%
20
Jumlah Testee
10 0 BS
B
S
K
KS
60
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang memiliki VO2max kategori baik sekali tidak ada (0%), kategori baik tidak sebanyak 1 orang yaitu
(10%), kategori sedang sebanyak 5 orang (50%), kategori kurang
sebanyak 3 orang (30%), dan kategori kurang sekali sebanyak 1 orang (10%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung memiliki tingkat VO2max dengan rata-rata 32,15 Cc/Kg berat badan/detik pada kategori sedang yaitu sebesar 50% dari 10 orang atlet. 4. Kelincahan Kelincahan diukur dengan menggunakan Lari bolak balik (shuttle run test )4x10 meter. Waktu yang dilihat pada stopwatch merupakan tingkat kelincahan yang dimiliki oleh atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung. Tabel 21. Data kelincahan atlet putra No Nama Waktu (detik) 1 Hartono 12,98 2 Yayan 13,56 3 Thoib 12,65 4 Riski Hariyanto 13,60 5 Ikhsan Yosari 13,11 6 Iqbal Agusteen 13,72 7 Rahmat Novriandi 12,90 8 Zikri Novitra 15,02 9 Faris leon rovi 14,56 10 Zulkarnaen 14,03 11 Wahyu Dwi Sumantri 13,66 12 Riski kencana Putra 14,98 13 Belaji Zatofa Ummay 13,54 Jumlah 178.31 Mean 13.71615 SD 0.757854
Kategori B S B S B S B K S S S K S
61
Max Min Varian
15.02 12.65 0.574342
Tabel. 22. Analisis Data Tes Kelincahan Atlet Putra Kategori % Jumlah Testee BS 0.00 0 B 30.77 4 S 53.85 7 K 15.38 2 KS 0.00 0 Jumlah 100.00 13
PERSENTASE
PERSENTASE KELINCAHAN ATLET PUTRA 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
% Jumlah Testee
BS
B
S
K
KS
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 13 orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang memiliki kategori kelincahan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 4 orang (30,77%), kategori sedang sebanyak 7 orang (53,85%), kategori kurang sebanyak 2 orang (15,38%), dan kategori kurang sekali tidak ada (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putra pencak silat
62
Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan kelincahan dengan rata-rata 13,71 detik pada tingkat sedang yaitu sebesar 53,85% dari 13 orang atlet putra. Sementara itu untuk atlet putri yang diukur tingkat kelincahannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 23. Data kelincahan atlet putri No Nama 1 Haina Mafaza Siti Maisarah 2 Yeyen Yunita 3 Pegi Agma Putri 4 Oktasari Heppy Putri 5 Lutfiah Hendriani 6 Sonia Elsa Aprianti 7 Fauza El Izati 8 Qatrum Nada Nadiva 9 Lathyfah 10 Sherly Oktavia Jumlah Mean SD Max Min Varian
Waktu (detik) 14,05 14,35 15,20 15,66 15,90 15,81 13,92 15,02 15,56 15,43 150.9 15.09 0.734166 15.9 13.92 0.539
Tabel. 24. Analisis data Tes kelincahan Atlet Putri Kategori % Jumlah Testee BS 0 0 B 20 2 S 60 6 K 20 2 KS 0 0 Jumlah 100 10
Kategori B S S S K K B S S S
63
PERSENTASE KELINCAHAN ATLET PUTRI 70
PERSENTASE
60 50 40
%
30
Jumlah Testee
20 10 0 BS
B
S
K
KS
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang memiliki kategori kelincahan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 2 orang (20%), kategori sedang sebanyak 6 orang (60%), kategori kurang sebanyak 2 orang (20%), dan kategori kurang sekali tidak ada (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan kelincahan dengan rata-rata 15,09 pada tingkat sedang yaitu sebesar 60% dari 10 orang atlet. B. Pembahasan Berdasarakan analisis dan olahan data mengenai “ Kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung”, maka pada bab ini akan dijawab pertanyaan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditujukan sebelumnya yaitu bagaimana tingkat kondisi fisik yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang berkenan dengan : kecepatan, daya ledak otot
64
tungkai, daya tahan aerobic, dan kelincahan. Untuk lebih jelasnya jawaban dari pertanyaan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tingkat kecepatan yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (4,84) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet putri (5,48) dikategorikan sedang. 2. Tingkat daya ledak yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (2,04) dikategorikan kurang sekali. Sedangkan atlet putri (1,6) dikategorikan kurang. 3. Tingkat daya tahan aerobic
yang dimiliki atlet putra pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (35,5) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet putri (32,15) dikategorikan sedang. 4. Tingkat kelincahan yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (13,71) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet putri (15,09) dikategorikan sedang. Olahraga pencak silat merupakan cabang olahraga beladiri yang membutuhkan banyak gerakan dan beraktifitas tinggi. Oleh sebab itu kondisi fisik sangat berperan sekali dalam membantu perkembangan keterampilan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung, dimana kondisi fisik merupakan unsur utama bagi seseorang baik untuk kesegaran jasmani maupun pencapain prestasi. Oleh karena itu, kesiapan kondisi fisik sangatlah penting. Semakin baik kondisi atau kemampuan fisik seseorang, maka semakin besar pula peluangnya untuk berprestasi. Begitu juga
65
sebaliknya, semakin rendah tingkat kondisi fisiknya, maka semakin sulit ia untuk meraih prestasi. Adapun pengaruh kondisi fisik terhadap pelaksanaan teknik, taktik, dan mental. Apabila kondisi fisik baik, maka pelaksanaan teknik, taktik, dan mental akan berjalan dengan baik pula. Berdasarkan uraian di atas, untuk menjamin kesiapan seseorang atlet pencak silat, kesiapan kondisi fisik sangatlah penting yang mana juga berfungsi untuk menghindari terjadinya cidera. Oleh karena itu, jika kondisi fisik seorang atlet pencak silat tidak terpelihara, kemungkinan terjadinya cidera pada waktu pertandingan cukup besar. Untuk itu sangatlah dibutuhkan kondisi fisik yang berkenan dengan kecepatan, daya ledak otot tungkai, daya tahan dan kelincahan atlet. Dalam kondisi fisik terlihat sangat berpengaruh adalah perkembangan kemampuan individu atlet dalam pencak silat, antara lain : 1. Kecepatan. Pada keterampilan pencak silat atlet yang memiliki kecepatan bagus akan mampu melakukan serangan dengan cepat dan dapat
mengendalikan
tempo
pertandingan.
Hal
ini
sangat
menguntungkan bagi atlet memperoleh nilai dalam pertandingan, sehingga tingkat kecepatan yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dikategorikan sedang. Hal ini walaupun sedang, namun belum dapat dipastikan untuk mencapai target individu atlet mencapai prestasi maksimal. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan dengan melatih tingkat kecepatan yang tinggi serta melalui proses
66
latihan yang disusun berdasarkan program latihan yang sudah terencana dan sitematis agar menjadi lebih baik. 2. Daya ledak otot tungkai. Pada keterampilan pencak silat seseorang atlet yang memiliki daya ledak otot tungkai yang bagus akan mampu melakukan teknik bertanding dengan tendangan kaki yang kuat, melakukan ayunan ataupun gerakan mendorong, menahan dan sebaginya sangat dibutuhkan daya ledak otot tungkai. Jadi daya ledak otot tungkai yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dikategorikan kurang. Hal ini tentunya belum optimal dalam pencapaian prestasi. Oleh sebab itu harus ditingkatkan dengan adanya peningkatan terhadap proses latihan. 3. Daya tahan aerobic, jika daya tahan aerobik yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung masih pada kategori sedang, maka tingkat kesegaran jasmani atlet perlu ditingkatkan. Dengan meningkatkan kesegaran jasmani atlet akan dapat meningkatkan kondisi fisik atlet sehingga dapat bertahan lama dalam bertanding. Sebaliknya, jika daya tahan aerobik yang dimiliki atlet kurang, berarti dalam hal ini kesegaran jasmaninya kurang sehingga tidak dapat bertahan lama dan dapat mempengaruhi tempo gerakan keterampilan dalam bertanding seperti kelelahan, kurang semangat, sering terjadinya kesalahan - kesalahan teknik dan identitas keterampilan pencak silat
67
menjadi lambat. Sementara rata-rata tingkat dayatahan aerobik yang dimiliki oleh atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dikategorikan sedang. Walaupun dalam kategori sedang, hal ini belum mampu memberikan pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi. Oleh karena itu,perlu adanya proses latihan yang terprogram dan sistematis agar menjadi lebih baik. 4. Kelincahan. Dalam keterampilan pencak silat sangat diperlukan kelincahan yang berguna untuk mengayunkan tendangan kaki, memutar badan (berbalik), maju-mundur, mengelak, dan meyerang pada saat bertanding. Untuk melakukan semua gerakan-gerakan itu sangat dibutuhkan kelincahan dari seorang atlet pencak silat. Rata-rata tingkat kelincahan yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dikategorikan sedang. Hal ini belum mencapai prestasi maksimal. Oleh sebab itu harus perlu ditingkatkan dengan melatih tingkat kelincahan yang tinggi serta melalui proses latihan yang disusun berdasarkan program latihan yang sudah terencana dan sistematis agar menjadi lebih baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang dimiliki sekarang perlu ditingkatkan dengan cara melakukan proses latihan yang terencana dan sitematis serta dilaksanakan secara continue, berkesinambungan, serta menambah intensitas latihan
68
untuk menghasilkan kondisi fisik masuk kedalam kategori baik. Latihan fisik merupakan cara yang lazim dan dianggap sangat efektif untuk memperoleh kondisi fisik yang baik. “Latihan adalah kegiatan atau aktivitas fisik yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan gerak tertentu” (Hendri, 2011:8).
fisik
dan
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab terdahulu dapat dikemukan kesimpulan bahwa : 1. Hasil tes kecepatan dengan tes lari 30 meter yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (4,84 detik) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet puteri (5,48 detik) dikategorikan sedang. 2. Hasil tes daya ledak dengan tes lompat jauh tanpa awalan yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (2,04 meter) dikategorikan
kurang
sekali. Sedangkan
atlet
puteri
(1,60
meter)
dikategorikan kurang. 3. Hasil tes daya tahan aerobic VO2 Max metode bleep test yang dimiliki atlet putra pencak silat singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (35,5 ml/Kg berat badan/detik) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet putri (32,15 ml/Kg berat badan/detik) dikategorikan sedang. 4. Hasil tes kelincahan dengan tes lari bolak balik (shuttle run) 4x10m yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (13,71 detik) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet puteri (15,09 detik) dikategorikan sedang. 69
70
Dari keseluruhan hasil tes kondisi fisik yang dilakukan dari unsure kecepatan, daya ledak, daya tahan aerobic, dan kelincahan disimpulkan pada tingkat sedang. Sehingga untuk perkembangan kedepannya atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung perlu peningkatan kondisi fisik dengan program latihan yang perlu ditingkatkan. B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan, maka penulis dapat memberikan saransaran yang dapat membantu mengatasi masalah yang ditemui dalam kemampuan kondisi fisik atlet pencak silat. 1. Untuk meningkatkan prestasi atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung disarankan para pelatih pencak silat untuk tidak mengabaikan kondisi fisik atlet terlebih dahulu, karena kondisi fisik merupakan dasar semua cabang olahraga khususnya pencak silat dengan cara melatih kondisi fisik atletnya. 2. Agar dapat berprestasi dengan baik, bagi para pesilat hendaknya harus meningkatkan kedisiplinan serta menjunjung tinggi sportifitas disetiap melakukan proses latihan maupun pertandingan. Para pesilat harus bisa menjaga kondisi / stamina tubuh dengan istirahat yang cukup, mengkosumsi makanan yang bergizi dan harus memiliki satu tujuan yang bulat dan motivasi yang tinggi agar dapat mencapai prestasi yang baik. 3. Penelitian ini hanya terbatas pada atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung, untuk itu perlu dilakukan penelitian pada atlet pencak silat lain di
71
tempat atau daerah yang berbeda dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi. C. Keterbatasan Penelitian Dalam pencapaian prestasi pencak silat, kecepatan reaksi juga termasuk factor kondisi fisik yang dominan. Karena, dalam pencak silat membutuhkan kemampuan untuk menjawab rangsangan atau respons secara cepat dari lawan, baik melalui akustik (pendengaran), optic (penglihatan), dan taktil (kulit). Dalam pencak silat rangsangan yang terjadi adalah rangsangan melalui mata. Namun, dengan keterbatasan instrument tes yang lebih akurat yaitu Body Whole Reaction merupakan alat untuk mengukur rangsangan mata. Alat tersebut hanya tersedia di Labor FIK UNP Padang, sementara penelitian dilakukan yang jaraknya cukup jauh dari UNP Padang. Oleh karena itu, peneliti tidak memasukkan factor tersebut kedalam skripsi ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arsil. (1999). Pembinaan Kondisi Fisik. Padang : FIK UNP Padang. Arsil & Aryadi. (2010). Evaluasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga. FIK UNP Padang. Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka cipta Bafirman. (1999). Sport Medicine. Padang: FIK UNP Padang Harsono. (1996). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: PIO-KONI Pusat Harsono. (1988). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: Koni Pusat Harsuki (Ed). (2003). Perkembangan Olahraga Terkini: Kaftan Para Pakar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. HP,Suharno (1985). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yokyakarta: FPOK IKIP Yokyakarta. Irawadi, Hendri. (2011). Kondisi Fisik dan Pengukurannya. FIK UNP Iskandar, M.Atok. Soemardjono, & M.S, Soegiyanto. (1992). Pencak Silat. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Joni. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. FIK UNP Padang. Maidarman. (2011). Tes Pengukuran dan Evaluasi Melatih Kondisi Fisik: FIK UNP Padang. Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Dirjen DIKTI P2LPK. Suwirman. (1999). Pencak Silat Dasar. Padang: FIK UNP Padang. Syafruddin. (2011). Ilmu Kepelatihan Olahraga. FPOK UNP Padang. Syafruddin. (1992). Pengantar Ilmu Melatih. Jilid I. FPOK IKIP Padang.
73
Syafruddin. (1996). Pengantar Ilmu Melatih.. FPOK IKIP Padang. Syafruddin. (1999). Dasar-Dasar Kepelatihan. Padang FIK UNP. Umar. (2008). Fisiologi Olahraga. Padang: FIK UNP Padang. Widiastuti. (2010). Tes dan Pengukuran Olahraga. UNP Padang Zulman (1995). Pencak Silat Dasar: FIK UNP Padang.
74
DATA MENTAH DATA PENELITIAN (ATLET PUTRA)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kecepatan Hasil Tes 7,85 8,03 8,42 8,55 7,85 9,27 7,94 9,58 8,49 8,45 8,33 9,12 8,21
Kategori B B S S B S B S S S B S B
Daya Ledak Hasil Tes 2,35 2,18 2,28 2,18 2,38 2,11 2,33 1,60 1,35 2,38 1,89 1,70 1,83
Kategori B K S K B K B KS KS B KS KS KS
Daya tahan Hasil Tes 42,4 34,3 32,5 32,1 42,4 32,5 41,4 32,1 32,9 32,9 32,5 32,1 41,4
Kategori S S K K S K S K K K K K S
Kelincahan Hasil Tes 12,98 13,56 12,65 13,60 13,11 13,72 12,90 15,02 14,56 14,03 13,66 14,98 13,54
Kategori B S B S B S B K S S S K S
75
DATA PENELITIAN(ATLET PUTRI)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecepatan Hasil Tes 9,74 10,01 11,45 10,85 13,52 12,03 10,54 11,21 10,55 11,08
Kategori B S K S KS K S S S S
Daya Ledak Hasil Tes 180 160 128 170 148 131 172 175 165 171
Kategori S KS KS K KS K S S K S
Daya tahan Hasil Tes 36,7 35,3 35,7 29,9 29,5 30,6 32,5 30,6 31,0 29,7
Kategori S S S K K K S K S K
Kelincahan Hasil Tes 14,05 14,35 15,20 15,66 15,90 15,81 13,92 15,02 15,56 15,43
Kategori B S S S K K B S S S
76
Analisis data penelitian atlet putra Kecepatan No hasil tes Kategori 1 7.85 B 2 8.03 B 3 8.42 S 4 8.55 S 5 7.85 B 6 9.27 S 7 7.94 B 8 9.58 S 9 8.49 S 10 8.45 S 11 8.33 B 12 9.12 S 13 8.21 B Jumlah 110.09 Jumlah 8.4684615 Mean 4 Mean 0.5503611 SD 9 SD Max 9.58 Max Min 7.85 Min 0.3028974 Varian 4 Varian
Daya Ledak hasil tes 2.35 2.18 2.28 2.18 2.38 2.11 2.33 1.6 1.35 2.38 1.89 1.7 1.83 26.56
Kategori B K S K B K B KS KS B KS KS KS Jumlah
Daya tahan hasil tes 42.4 34.3 32.5 32.1 42.4 32.5 41.4 32.1 32.9 32.9 32.5 32.1 41.4 461.5
Kategori S S K K S K S K K K K K S Jumlah
Kelincahan hasil tes 12.98 13.56 12.65 13.6 13.11 13.72 12.9 15.02 14.56 14.03 13.66 14.98 13.54 178.31
2.04307692
Mean
35.5
Mean
13.71615
0.33725323 2.38 1.35
SD Max Min
4.48590385 42.4 32.1
SD Max Min
0.757854 15.02 12.65
0.11373974
Varian
20.1233333
Varian
0.574342
Kategori B S B S B S B K S S S K S
77
Analisis data penelitian atlet putri Kecepatan No hasil tes Kategori 1 9.74 B 2 10.01 S 3 11.45 K 4 10.85 S 5 13.52 KS 6 12.03 K 7 10.54 S 8 11.21 S 9 10.55 S 10 11.08 S Jumlah 110.98 Jumlah Mean 11.098 Mean SD 1.083849108 SD Max 13.52 Max Min 9.74 Min Varian 1.174728889 Varian
Daya Ledak hasil tes 1.8 1.6 1.28 1.7 1.48 1.31 1.72 1.75 1.65 1.71 16 1.6 0.183303028 1.8 1.28 0.0336
Kategori S KS KS K KS K S S K S Jumlah Mean SD Max Min Varian
Daya tahan hasil tes 36.7 35.3 35.7 29.9 29.5 30.6 32.5 30.6 31 29.7 321.5 32.15 2.7399311 36.7 29.5 7.5072222
Kategori S S S K K K S K S K Jumlah Mean SD Max Min Varian
Kelincahan hasil tes 14.05 14.35 15.2 15.66 15.9 15.81 13.92 15.02 15.56 15.43 150.9 15.09 0.734166 15.9 13.92 0.539
Kategori B S S S K K B S S S
78 Lampiran 6 Dokumentasi ALAT UKUR
ALAT UKUR PANJANG
Penjelasan Cara Pelaksanaan Tes Kepada Testee
STOPWATCH
79
Tes Kecepatan (lari 60 meter)
80
Tes Daya Ledak Otot Tungkai (Lompat Jauh Tanpa awalan)
Tes Kecepatan Reaksi (Lari 30 meter)
81
Tes Daya Tahan Metode Bleep (multi Tahap) VO2 Max
Tes Kelincahan Shuttle Run (lari Bolak-balik 4x10 meter)
82
Sampel Putra
Populasi Penelitian
Sampel Putri
83
84
85