Dampak Pasca Penambangan Emas Bagi Kerusakan Lahan di Sekitar Aliran Batang Palangki di Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Oleh: Lia Junita*), Helfia Edial**), Erna Juita**)
[email protected] *) Student of Geography Departement Of STKIP PGRI West Sumatera. **) Lecturer at Geography Departement Of STKIP PGRI West Sumatera.
ABSTRACT This research aims to describe and analyze The Impact of Pasca Gold Mining for Damage of Land in Flow Around Batang Palangki in the Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung, as seen from the extensive damage to land, land use changes, changes in the direction of flow of the river. This research is descriptive quantitative. The object of research is the area around the flow Batang Palangki be found in the Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. The sample in this research was taken by purposive sampling technique, the research sample consisted of three sample areas. Materials and tools used in this research is in the form of GPS, maps and gauges. Data analysis methods used in this research to calculate the area damage of land is by using the grid method. Results of the research include: (1) The land area is changing, 2.25 ha in sample I. 4.5 ha in sample II and III. (2) many ex-mining land into wasteland after being abandoned. (3) The effect of mining, cause the direction of the river flow moving and wide.
Key words: gold mining, land damage
PENDAHULUAN Indonesia sudah terkenal akan kekayaan emasnya. Pusat tambang emas tertua di Indonesia diantaranya berada di Sumatera. Menurut M.J. Crow dan T.M. van Leeuwen dalam buku Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution (2005), jalur emas Sumatra berhimpitan dengan garis patahan karena adanya peristiwa geologi. Proses mineralisasi emas ini terjadi berbarengan dengan munculnya busur magma sepanjang Bukit Barisan. Interaksi magma dengan batuan dasar pada tekanan tertentu sehingga membentuk zona ubahan pada batuan induk lava dan tufa yang kemudian berperan sebagai batuan induk kaya mineral, termasuk emas. Logam mulia tersebut banyak ditemukan disekitar kawasan Bukit Barisan seperti Martabe, Rawas, Bangko, Lebong, dan Mandailing (Haryani, 2012). Menurut laporan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumbar (2004) dalam Refles (2012), emas terdapat pada wilayah daerah Kabupaten Sijunjung, 50 Kota, Pasaman, dan Pesisir Selatan. Pada wilayah Kabupaten Sijunjung, deposit emas diperkirakan terdapat di sejumlah lokasi seperti: Bukit Kabun, Batu Manjulur, Silokek, Tanjung Ampalu, Palangki, Mundam Sakti, Muaro Sijunjung dan Lubuk Karia. Lokasi – lokasi yang memiliki kandungan emas ini, secara tradisional sudah sejak lama di eksploitasi oleh masyarakat dengan menggunakan cara mendulang emas dan dilakukan penyaringan secara mekanis dengan menggunakan tenaga mesin pompa dan sedot. Perkembangan tambang emas rakyat tidak lagi hanya dilakukan pada aliran Batang Palangki di Kenagarian Muaro, tetapi juga sudah dilakukan pada pinggiran/tebing sungai, berlanjut ke lokasi sawah, kebun dan ladang. Pendulangan sudah berganti dengan penambangan yang menggunakan alat mekanis penggalian dan penyaringan/ pengayakan. Untuk penggalian sudah dilakukan dengan menggunakan alat berat traktor maupun escavator. Dampak yang dihasilkan oleh pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus berpotensi untuk perusak lingkungan. Sebagai sumber kemakmuran sektor penambangan emas
illegal ini menyokong pendapatan masyarakat. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan emas illegal dapat merubah total iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan. Tanah yang dulu jadi lahan pertanian dan perkebunan, seperti karet dan sawah sekarang sudah banyak dimanfaatkan sebagai lahan pertambangan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan dari yang sebelumnya sebagai lahan pertanian dan perkebunan beralih menjadi lahan pertambangan. Perubahan penggunaan lahan tersebut juga berdampak terhadap perubahan luas lahan. Lahan pertanian dan perkebunan akan semakin berkurang akibat lahan pertambangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa data tentang dampak pasca penambangan emas bagi kerusakan lahan di sekitar aliran batang palangki di Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Novi Mitra Sari (2011) dengan judul studi tentang perubahan arah aliran batang palangki akibat aktivitas manusia di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Sedangkan metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Daerah penelitiannya adalah Nagari Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Objek penelitian adalah daerah di sekitar aliran Batang Palangki berupa sawah dan perkebunan bekas daerah pertambangan.
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, peta dan meteran. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini untuk menghitung luas kerusakan lahan adalah dengan menggunakan metode grid Menghitung dengan menggunakan sistem grid adalah dengan membuat petak-petak pada gambar peta dalam bentuk bujur sangkar yang berukuran sama. Penentuan panjang sisi bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm, tetapi dapat dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian menghitung jumlah kotak yang memenuhi wilayah dengan ketentuan: 1. Satu kotak terpenuhi oleh wilayah dihitung satu kotak. 2. Bagian wilayah memenuhi setengah kotak dihitung satu kotak. 3. Bagian wilayah memenuhi lebih dari setengah kotak dihitung satu kotak. 4. Bagian wilayah memenuhi kurang dari setengah wilayah tidak dihitung. Contoh perhitungan jumlah kotak seperti pada gambar berikut:
Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan rumus berikut: L =(Jumlah Kotak × Luas 1 Kotak dalam cm2 ) × ( Penyebut Skala)2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, dampak penambangan emas bagi luas kerusakan lahan di sekitar aliran Batang Palangki Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung, berdasarkan kondisi di lapangan perubahan yang ditemukan berbeda pada setiap daerah sampel. Setelah dilakukan perhitungan data primer hasil GPS (Global positioning System) dan diolah dengan menggunakan system grid, diperoleh data Pada sampel 1 perubahan luas lahan yang terjadi sekitar 2,25 Ha. Sedangkan pada sampel 2 dan 3 perubahan luas lahan yang terjadi sekitar 4,5 Ha.
Dari perhitungan di atas menjelaskan bahwa terjadinya penyempitan pada lahan. Lahan perkebunan dan pertanian menjadi berkurang karena sebagian dari lahan tersebut digunakan sebagai lokasi pertambangan. Lahan yang menjadi lokasi pertambangan mengalami kerusakan, karena proses pembersihan lahan (land clearing) pada saat operasi tambang dimulai menghasilkan dampak lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Pengelolaan lahan yang seperti ini tidak sesuai dengan pendapat manik (2007), karena menurutnya pengelolaan lahan adalah upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan sebidang lahan sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara lestari (dalam waktu yang tidak terbatas, jangka panjang). Dalam pengelolaan lahan, yang diupayakan adalah mencegah penurunan kualitas (kerusakan) lahan dengan cara memulihkannya (misalnya pembuatan terasering, rorak, pemupukan, dan lain-lain) sehingga produktivitas lahan tetap tinggi untuk jangka panjang. Kedua, dampak penambangan emas bagi perubahan penggunaan lahan di sekitar aliran Batang Palangki Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung ditemukan seragam, dari ketiga titik sampel yang merupakan daerah kebun campuran dan sawah yang dijadikan lokasi pertambangan mengalami kerusakan. Daerah tersebut tidak dapat lagi berfungsi seperti sebelumnya. Setelah kegiatan penambangan dihentikan daerah yang menjadi lokasi pertambangan ditinggalkan tanpa adanya rehabilitasi dan reklamasi lahan. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Yang menjelaskan bahwa, reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Kenyataan yang ditemukan di lapangan tidak adanya usaha yang dilakukan pihak pertambangan dalam melakukan rehabilitasi lahan. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lahan. Karena lahan yang menjadi bekas pertambangan tersebut tidak bisa lagi diolah secara maksimal. Menurut Manik (2007), degradasi lahan adalah hasil
dari suatu proses yang mengakibatkan turunnya kualitas dan produktivitas lahan. Pada dasarnya degradasi lahan terjadi karena pemanfaatan lahan tidak di ikuti dengan tindakan konservasi tanah dan air. Ketiga, perubahan arah aliran sungai yang terjadi pada aliran Batang Palangki dilihat dari segi perpindahan aliran sungai dan pelebaran aliran sungai ditemukan berbeda-beda. Pada sampel 1 terbentuk dua aliran sungai akibat kegiatan penambangan yang dilakukan pada aliran sungai, pada sampel 2 terdapat perpindahan aliran sungai 10 meter dari aliran sebelumnya, sedangkan pada sampel ketiga tidak terdapat perpindahan aliran sungai. Pelebaran aliran sungai merata terjadi pada setiap daerah sampel, hal ini disebabkan oleh kegiatan penambangan yang dilakukan pada dasar sungai dan juga tebing sungai. Penggunaan lahan atau vegetasi penutup daerah penelitian berdasarkan kenyataan analisa di lapangan, semua penggunaan lahan pada umumnya berjarak kurang dari 100 meter dari daerah pengaliran air sungai. Penggunaan lahan yang demikian menurut Asdak (1995), di katakan tidak sesuai arahan penggunaan lahan yang dianjurkan. Sebab menurutnya, untuk lahan yang berjarak kurang dari 100 meter dari sumber-sumber air seperti sungai, danau dan laut diarahkan untuk tidak dirusak secara besar-besaran. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pada sampel 1 luas kerusakan lahan yang terjadi sekitar 2,25 Ha. Sedangkan pada sampel 2 dan 3 luas kerusakan lahan yang terjadi sekitar 4,5 Ha. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya penyempitan pada lahan perkebunan dan pertanian sebagai dampak dari kegiatan penambangan yang dilakukan pada lahan tersebut. 2. Setelah kegiatan penambangan dihentikan, daerah bekas pertambangan tersebut dibiarkan menjadi lahan kosong (terlantar). 3. Akibat penambangan, maka badan aliran sungai sering berpindah-pindah yang dapat menyebabkan erosi tebing dan pelebaran badan sungai.
Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan: 1. Untuk daerah perkebunan dan pertanian agar tidak dilakukan eksploitasi secara besar-besaran, karena dapat merusak lahan tersebut. Untuk daerah bekas pertambangan agar dilakukan rehabilitasi lahan. Untuk daerah yang berpotensi terhadap perubahan arah aliran sungai, sebaiknya dipelihara vegetasi yang ada pada aliran sungai tersebut. 2. Kepada instansi terkait seperti Dinas Pertambangan dan Dinas Pengelolan Sumber Daya Air agar dilakukan pengawasan dan pencegahan seperlunya untuk kegiatan penambangan yang bisa mengancam terhadap rusaknya Daerah Aliran Sungai. 3. Untuk peneliti lanjutan agar melanjutkan penelitian ini dengan variabel yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 1995. Hidrologi Dan Pengeloaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gajah mada university press. Haryani, Siti. 2012. Makalah geologi dan geomorfologi Indonesia “proses tektonik dan endogen gunung yang mengandung emas”. FIS Universitas Negeri Semarang. Manik, K.E.S. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : Djambatan. Refles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Implikasinya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kenagarian Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Padang: Universitas Andalas. Sari, Novi Mitra. 2011. Studi tentang perubahan arah aliran batang palangki akibat aktivitas manusia di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta