Pembinaan Prestasi Pencak Silat.....(Girindra Kusuma Wardani) 1
PEMBINAAN PRESTASI ATLET PENCAK SILAT DEWASA DI KABUPATEN KLATEN THE PROCESS OF FOSTERING ADULT MATERIAL ARTS AT THE DISTRICT OF KLATEN. Oleh : Girindra Kusuma Wardani, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembinaan atlet pencak silat dewasa di kabupaten Klaten dan memberi rekomendasi dari sistem pembinaan atlet pencak silat dewasa di kabupaten Klaten. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif presentase. Key informan pada penelitian ini adalah Pengkab IPSI Klaten yang masih aktif, pelatih, atlet pencak silat dewasa, dan orang tua atlet. Data diperoleh melalui observasi langsung, dokumentasi, dan wawancara. Teknik menentukan subjek penelitian menggunakan purposive sampling. Untuk menguji keabsahan dan penafsiran data penelitian, digunakan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik analisis data dilapangan model Milles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembinaan prestasi atlet pencak silat dewasa di kabupaten Klaten terbagi dalam beberapa aspek, yaitu: pada bidang keorganisasian, pada kegiatan latihan, dan dukungan pihak lain (2) Faktor yang mempengaruhi pembinaan prestasi atlet pencak silat dewasa di kabupaten Klaten adalah faktor organisasi sebesar 23,8%, faktor atlet sebesar 22,1%, faktor pelatih sebesar 20,4%, faktor sarana dan prasarana sebesar 17%, faktor program latihan sebesar 13,6%, dan faktor pertandingan sebesar 3,10%. Kata kunci: sistem pembinaan, atlet dewasa, pencak silat, kabupaten Klaten. Abstract
This research was conducted to determine the process of fostering adult martial arts at the district of Klaten and gave recommendation from the fostering adult martial arts at the district of Klaten. This research was a qualitative descriptive and quantitative percentage study. Key informants in this research are administrators of IPSI Klaten, trainers, adult martial arts athletes, and the athletes' parents. Data obtained through direct observation, documentation, and interviews. The data taken by using purposive sampling. To test the validity and interpretation of research data, used source triangulation. Data analysis using data analysis techniques in Milles and Huberman field are data reduction, data presentation, conclusion/verification and percentage. The findings of this research show that (1) the process of fostering adult martial arts at the district of Klaten divided into several aspects are organization, training activities, and the support of others. (2) Factor affecting of process of fostering adult martial arts at the district of Klaten are organization of 23,8%, athlete of 22,1%, coach of 20,4%, facilities and infrastructure of 17%, training program of 13,6%, and competition of 3,10%. Keywords: process of fostering, adult athlete, martial arts, Klaten district. cenderung mengarah pada olahraga prestasi
PENDAHULUAN
seni
Pencak silat merupakan budaya dan
yang memiliki iklim kompetisi yang tinggi,
bela
sehingga mendorong para atlet untuk selalu
diri
warisan
mempunyai
nilai
perkembangan
pencak
bangsa
luhur. silat
yang Dalam
saat
ini
berlatih Kegiatan
meningkatkan olahraga
kemmapuan.
prestasi
selalu
Pembinaan Prestasi Pencak Silat…..(Girindra Kusuma Wardani) 3
mengandung unsur persaingan yang di
yang sama, memperagakan kemahiran dan
akhiri dengan penilaian “menang-kalah”
kekayaan teknik jurus serang bela pencak
terhadap pihak-pihak yang ikut serta dalam
silat yang dimiliki. Gerakan serang bela
pertandingan tersebut. Dengan demikian
ditampilkan
latihan menjadi sangat penting dalam
estetis,
pencapaian prestasi atlet.
rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga
Menurut
dalam
jumlah
pertandingan pencak silat dibagi dalam
penjiwaan dengan tangan kosong dan
empat kategori, yaitu: kategori tanding,
dilanjutan dengan bersenjata dalam waktu 3
tunggal, ganda, dan regu. Kategori tanding
menit serta tunduk terhadap peraturan yang
adalah
yang
berlaku. Adapun kategori regu adalah
menampilkan dua orang pesilat dari kubu
kategori pertandingan pencak silat yang
berbeda yang saling berhadapan dengan
menampilkan tiga orang pesilat dari kubu
menggunakan
yang
pertandingan
unsur
yaitu
(2012:
mantap
efektif,
dan cepat maupun gerakan lambat penuh
kategori
IPSI
logis,
terencana,
1)
serangan,
Munas
secara
pembelaan
sama
memperagakan
kemahiran
mengelak,
dalam jurus regu baku secara benar, tepat,
menghindar, menyerang pada sasaran dan
mantap, penuh penjiwaan dan kompak
menjatuhkan lawan dengan menggunakan
dengan
taktik dan teknik bertanding, ketahanan
terhadap peraturan dan ketentuan yang
stamina
berlaku.
dan
menangkis,
dan
kosong
serta
tunduk
juang
dengan
langkah
yang
Pada awalnya prestasi pencak silat
memanfaatkan kekayaan teknik jurus untuk
Indonesia merupakan acuan bagi negara-
mendapatkan
menggunakan
kategori
semangat
tangan
pola
nilai
terbanyak.
Adapun
negara Asia Tenggara. Namun dewasa ini
adalah
kategori
prestasi pencak silat Indonesia cenderung
tunggal
pertandingan menampilkan
pencak
silat
seorang
yang pesilat
mengalami
fluktuatif,
khususnya
pada
kategori tanding. Artinya, pencak silat
memperagakan kemahirannya dalam jurus
Indonesia
tunggal baku secara benar, tepat, mantap,
pencapaian prestasi pada setia pertandingan
penuh penjiwaan, baik dengan tangan
yang diikuti. Hal tersebut tentunya menjadi
kosong
tunduk
tantangan bagi bangsa Indonesia untuk
terhadap peraturan dan ketentuan yang
kembali meningkatkan prestasi pencak silat
berlaku.
khususnya di kawasan Asia Tenggara dan
dan
Kategori pertandingan
bersenjata
ganda pencak
serta
adalah silat
kategori yang
menampilkan dua orang pesilat dari kubu
belum
konsisten
dalam
Dunia pada umumnya. Berbagai
upaya
sudah
banyak
dilakukan untuk meningkatkan prestasi
4 Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2017 pencak silat, di antaranya: (1) memasukkan
diperhatikan dalam proses pembinaan, di
pencak silat sebagai muatan lokal dan
antaranya: pemanfaatan IPTEK olahraga,
ekstrakurikuler di sekolah baik tingka SD,
sarana dan prasarana, serta menejemen
SMP, maupun SMA, (2) menyelenggarakan
keorganisasian
Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Pelajar
akibatnya pembinaan yang dilakukan masih
dan Mahasiswa, salah satunya cabang
belum menghasilkan prestasi yang optimal.
pencak silat (PPLP dan PPLM), (3)
Pembinaan atlet-atlet berbakat yang
menyelenggarakan
Pusat
yang
baik.
sebagai
Pelatihan
kurang diperhatikan khususnya di tingkat
Kabupaten, Daerah dan Nasional bagi atlet
daerah akan berdampak negatif pada
dewasa (PELATKAB, PELATDA dan
kemajuan
PELATNAS),
menyelenggarakan
daerah itu sendiri. Kabupaten Klaten,
pelatihan bagi pelatih pencak silat (5)
dengan penerapan pembinaan yang belum
meningkatkan intensitas penyelenggaraan
maksimal, berdampak pada kurangnya
kejuaraan pencak silat dari tingkat daerah
pencapaian
sampai dengan tingkat internasional, dan
khususnya
(6) pembinaan bagi atlet-atlet berprestasi.
dewasa.
Namun pada kenyataannnya upaya tersebut
prestasi dipengaruhi oleh beberapa hal,
belum
yang
diantaranya: fisik, teknik, taktik, dan
memuasakan bagi peningkatan prestasi
mental. Olahraga pencak silat merupakan
pencak silat di Indonesia. Untuk itu perlu
olahraga body contact, sehingga ketegaran
pembinaan yang dilakukan intensif dan
mental
terprogram dengan menerapkan sistem
pertandingan, karena saat bertanding atlet
pelatihan secara kontinyu, bertahap, dan
harus memusatkan perhatian pada lawan
berkelanjutan.
bertanding, instruksi pelatih dan gangguan
(4)
menunjukkan
hasil
Pembinaan olahraga merupakan hal yang
kompleks
penanganan
sehingga
yang
memerlukan
dilakukan
perkembangan
prestasi prestasi
yang atlet
Keberhasilan
sangat
olahraga
di
dihasilkan, pencak
dalam
silat
meraih
menentukan
hasil
dari luar arena yang dapat mengganggu konsentrasi atlet itu sendiri.
secara
Atlet dapat berprestasi salah satunya
terprogram dan terpadu berdasarkan hasil
dengan mempunyai pengalaman bertanding
pengamatan,
prestasi
yang banyak. Semakin banyak kesempatan
olahraga pencak silat di Indonesia pada
bagi atlet untuk mengikuti pertandingan akan
kenyataannnya belum diikuti dengan pola
dapat meningkatkan mental dan kematangan
pembinaan yang terarah. Artinya, masih
bertanding.
banyak faktor penentu keberhasilan dalam
merupakan muara dari pembinaan prestasi,
pencapaian
kompetisi dapat digunakan sebagai sarana
pengembangan
prestasi
yang
belum
Pertandingan
atau
kompetisi
Pembinaan Prestasi Pencak Silat…..(Girindra Kusuma Wardani) 5
mengevaluasi hasil latihan serta meningkatkan
atlet pencak silat di kabupaten Klaten,
kematangan bertanding bagi olahragawan
khususnya pada tingkat dewasa.
(Djoko Pekik Irianto 2002: 11). Pertandingan
METODE PENELITIAN
sebagai
Jenis Penelitian
upaya
untuk
meningkatkan
kematangan bertanding bagi atlet, nampaknya
Pendekatan penelitian yang digunakan
di kabupaten Klaten masih belum optimal
dalam
dalam penyelenggaraannya. Dengan tidak
kualitatif.
adanya pertandingan dalam setahun, hal ini
permasalahan belum jelas, holistik, komplek,
menyebabkan atlet-atlet pencak silat dewasa
dinamis dan penuh makna sehingga perlu
kabupaten
dipahami
Klaten
kurang
mendapatkan
penelitian Pada
secara
ini
adalah
pendekatan
penelitian
kualitatif
mendalam
apa
yang
kesempatan untuk bertanding. Sehingga hal
sebenarnya terjadi pada situasi sebenarnya.
tersebut menjadikan atlet-atlet pencak silat
Waktu dan Tempat Penelitian
dewasa di kabupaten Klaten masih kurang
Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten
akan pengalaman dan kematangan bertanding.
Klaten pada bulan Juli sampai Agustus 2016.
Pencapaian prestasi yang belum optimal
Adapun kegiatan penelitian ini dilakukan
dari atlet-atlet pencak silat dewasa Kabupaten
dalam beberapa tahapan, yaitu dengan cara
Klaten ini dipengaruhi penyusunan program
observasi,
latihan yang belum maksimal oleh para
terhadap responden yang akan diteliti.
pelatih,
Subjek Penelitian
hal
ini
yang
menjadi
kendala
mendasar dalam pencapaian prestasi. Para
wawancara,
Teknik
dan
menentukan
subjek
penelitian
mengaplikasikan
bertanding
sampling. Menurut Sugiyono (2011: 85)
dalam program latihan yang diterapkan.
purposive sampling adalah teknik penentuan
Namun pada pelaksanannya tidak sesuai
sampel
dengan sasaran latihan yang diharapkan.
Adapun karakteristik subjek pada penelitian
Sehingga kualitas atlet pencak silat dewasa
ini adalah: (1) pengurus Pengkab IPSI Klaten
kabupaten Klaten kurang begitu berkembang.
yang masih aktif, (2) pelatih yang menangani
Berdasarkan
pertimbangan
purposive
tertentu.
.
peneliti,
atlet pencak silat dewasa, (3) atlet pencak silat
prestasi yang dicapai pesilat dewasa kabupaten
dewasa yang sudah pernah meraih prestasi di
Klaten masih jauh dari harapan, itu semua
tingkat provinsi, dan (4) orang tua atlet pencak
mestinya
silat dewasa yang anaknya pernah mewakili
banyak
penghambat.
Untuk
pengamatan
dengan
menggunakan
pada
pelatih kabupaten Klaten sebetulnya telah teknik-teknik
ini
dokumentasi
faktor itu
yang perlu
menjadi diadakan
penelitian yang berkaitan dengan pembinaan
Klaten di tingkat provinsi. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data
6 Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2017 Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh
dengan
cara:
(1)
Klaten
sendiri
kehilangan
atlet,
proses
pengamatan
pembibitan atlet dewasa yang sangat kurang
(observation), (2) wawancara yang mendalam
sehingga jumlah atlet dewasanya belum sesuai
(in-depth
yang diharapkan, atlet yang tidak memiliki
interview),
dan
dokumentasi
(documentation). Dalam
rasa percaya diri saat latihan di IPSI Klaten
penelitian
ini
analisis
data
sehingga tidak bisa latihan dengan enjoy, dan
menggunakan komponen dalam analisis data
juga
mode alir
yang diklafisikasikan sebagai
mendukung anaknya untuk berlatih pencak
berikut Reduksi Data (Data Reduction),
silat sehingga anaknya tidak dapat mencapai
Penyajian Data (Data Display), Penarikan
prestasi secara optimal. Masih banyaknya
Kesimpulan/Verifikasi
kendala yang dihadapi oleh atlet-atlet pencak
HASIL
PENELITIAN
DAN
dari
silat
orang
dewasa
tua
atlet
kabupaten
yang
Klaten
tidak
yang
PEMBAHASAN
menyebabkan atlet masih kesulitan dalam
a. Organisasi
mengikuti proses latihan.
Ketidakharmonisan kepengurusan
yang
c. Pelatih Kurangnya pelatihan-pelatihan bagi pelatih
Klaten menjadi penghambat dalam proses
dan pelatih masih belum professional dalam
pembinaan atlet pencak silat dewasa di
melatih sehingga masih banyak pelatih yang
kabupaten
pembinaan
dalam melatih masih kurang memahami dan
terhambat dengan terbukti masih kurangnya
menguasai materi yang diajarkan. Bagi pelatih
loyal suatu pengurus
yang
Klaten.
menempatkan
IPSI
di
kabupaten
bidangnya.
Pengkab
terjadi
Proses
pengurus Disamping
dan tidak pasnya sesuai itu
dengan
ada
pelatihan
diharapkan yang
untuk
dapat
mengikuti
mengembangkan
kurangnya
kemampuan dalam melatih, sehingga metode
komunikasi antara pengurus yang satu
dalam melatih menjadi bervariatif. Dan bagi
dengan pengurus yang lain juga menjadi
Pengkab IPSI sebagi penanggung jawab
penghambat dalam pencapaian prestasi atlet
hendaknya memperbanyak kegiatan pelatihan
pencak silat dewasa di kabupaten Klaten.
untuk para pelatih dalam rangka meningkatkan
b. Atlet Banyak kendala yang dihadapi oleh para atlet dalam mengikuti proses latihan. Mulai dari terbenturnya latihan dengan kegiatan
kualitas
para
pelatih
yang
akan
terjun
latihan
masih
langsung dalam proses latihan. d. Program Latihan Dari
segi
program
kerja ataupun kuliah yang menjadikan atlet
mengalami kendala, hal ini dikarenakan
masih belum fokus terhadap latihan, mutasi
pelatihan-pelatihan bagi pelatih yang masih
perpindahan atlet yang menyebabkan IPSI
kurang
di
kabupaten
Klaten
sehingga
Pembinaan Prestasi Pencak Silat…..(Girindra Kusuma Wardani) 7
berakibat pada kurangnya kompetensi pelatih
pelatih sebesar 20,4%, faktor sarana dan
dalam penyusunan program latihan. Maka dari
prasarana sebesar 17%, faktor program
itu, hal ini menjadi masalah tersendiri bagi
latihan
pelatih. Kurangnya pelatihan-pelatihan bagi
pertandingan sebesar 3,10%
pelatih haruslah menjadi masalah bersama
SIMPULAN DAN SARAN
yang harus dicari pemecahannya, sehingga
Simpulan
pelatih dapat lebih menguasai materi dan
sebesar
13,6%.
Dan
faktor
Kesimpulan dari hasil peneliti ini
metode latihan yang baik.
ialah:
e. Sarana dan Prasarana
1. Pembinaan prestasi atlet pencak silat
Sarana
dan
prasarana
sebagai
dewasa di kabupaten Klaten terbagi
pendukung dalam proses latihan nampaknya
dalam beberapa aspek, yaitu: pada
masih banyak yang kekurangan, sehingga
bidang keorganisasian, pada kegiatan
atlet maupun pelatih sangat kesulitan untuk
latihan, dan dukungan pihak lain.
melakukan proses latihan. Hal ini hendaknya
2. Faktor yang mempengaruhi pembinaan
menjadi suatu perhatian bagi semua pihak
prestasi atlet pencak silat dewasa di
yang terkait dan harus dicari jalan keluarnya
kabupaten
agar proses latihan dapat berjalan dengan
organisasi sebesar 23,8%, faktor atlet
baik.
sebesar 22,1%, faktor pelatih sebesar
f. Pertandingan
20,4%, faktor sarana dan prasarana
Klaten
adalah
faktor
Kualitas dan kuantitas pertandingan
sebesar 17%, faktor program latihan
yang ada di kabupaten Klaten masih di rasa
sebesar 13,6%, dan faktor pertandingan
sangat kurang dan ini menjadi permasalahan
sebesar 3,10%.
pembinaan sendiri. Atlet menjadi kurang akan
pengalaman
akibatnya
bertanding
pencapaian
prestasi
sehingga atlet-atlet
pencak silat dewasa kabupaten Klaten masih
Saran Berdasarkan
kesimpulan
di
atas,
saran yang dapat disampaikan antara lain: 1. Pengadaan sarana dan prasarana untuk
belum memuaskan.
proses berlatih atlet pencak silat dewasa
Analisis Data
IPSI Klaten sesegera mungkin dilengkapi.
Untuk mengetahui kontribusi masing-
2. Pelatih bisa sekreatif mungkin dalam
masing faktor pembinaan prestasi atlet
melatih dan membuat program latihan.
pencak silat dewasa di kabupaten Klaten
3. Mengadakan pertandingan khusus atlet
dilakukan
dengan
deskriptif
kuantitatif
presentase. Pada faktor organisasi sebesar 23,8%, faktor atlet sebesar 22,1%, faktor
dewasa.
8 Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2017 DAFTAR PUSTAKA Munas
IPSI
XIII.
(2012).
Peraturan
Pertandingan Pencak Silat. Jakarta: PB IPSI. Djoko
Pekik
Irianto.
Kepelatihan.
(2002).
Dasar
Yogyakarta:
IKIP
Yogyakarta. Sukadiyanto. (2002). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK Yogyakarta. Sugiyono.
(2007).
Metode
Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
dan
Penelitian Kuantitatif,
R&D.
Bandung:
(2002).
Prosedur
Alfabeta. Suharsimi
Arikunto.
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno
Hadi.
(1990).
Metodologi
Research 1, 2, 3. Yogyakarta: Andi Offset.