Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur Darmin Nasution
Gubernur
Hartadi A. Sarwono
Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad
Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo
Deputi Gubernur
Budi Mulya
Deputi Gubernur
Halim Alamsyah
Deputi Gubernur
Ronald Waas
Deputi Gubernur
1
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter......................................................3 II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter.......................................5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.......................................................5
Neraca Pembayaran Indonesia...........................................................8
Inflasi...............................................................................................10
Nilai Tukar Rupiah............................................................................12
Perkembangan Sektor Keuangan ....................................................14
Pasar Keuangan Internasional ......................................................14 Suku Bunga..................................................................................14 Kredit...........................................................................................16 Uang Beredar...............................................................................17 Pasar Saham.................................................................................18 Pasar Surat Berharga Negara (SBN)...............................................19 Pasar Reksadana...........................................................................19 Kondisi Perbankan........................................................................20 III. Respons Kebijakan Moneter........................................................21
2
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
I. Statement kebijakan moneter Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 November 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Sejalan dengan dinamika perekonomian dan sejumlah kebijakan yang ditempuh selama ini, tekanan ketidakseimbangan eksternal mulai mereda dengan defisit transaksi berjalan yang telah menurun dan neraca pembayaran yang kembali mengalami surplus. Nilai tukar rupiah juga bergerak sesuai kondisi pasar dengan intensitas depresiasi yang menurun. Sementara itu, perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik, meskipun sedikit melambat akibat menurunnya ekspor karena dampak berlanjutnya pelemahan ekonomi global. Ke depan, Bank Indonesia mengarahkan kebijakannya untuk mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional. Dewan Gubernur menilai bahwa perekonomian domestik sejauh ini masih tumbuh cukup baik walaupun mengalami sedikit perlambatan. Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2012 tumbuh 6,2%, sedikit lebih rendah dari prakiraan akibat penurunan kinerja ekspor yang masih berlanjut. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan kembali meningkat, ditopang oleh konsumsi dan investasi domestik yang tetap kuat. Ekspor diprakirakan juga akan mengalami perbaikan sejalan dengan membaiknya perekonomian beberapa negara mitra dagang utama, meskipun masih dibayangi ketidakpastian kondisi perekonomian global. Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh 6,3% dan pada tahun 2013 meningkat menuju kisaran 6,3%-6,7%. Keseimbangan eksternal dalam perekonomian juga mengalami perbaikan sebagaimana yang diharapkan. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 turun menjadi 2,4% dari PDB, lebih rendah dari
3
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
triwulan II 2012 sebesar 3,5% dari PDB. Perbaikan defisit transaksi berjalan ini disebabkan oleh membaiknya kinerja neraca transaksi perdagangan yang didorong oleh penurunan impor yang cukup tajam, khususnya barang-barang konsumsi, sementara beberapa komoditas ekspor non migas seperti CPO mulai tumbuh positif. Transaksi Modal dan Finansial (TMF) mencatat peningkatan surplus yang lebih besar, terutama didorong oleh investasi langsung (FDI), sehingga secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2012 kembali mencatat surplus. Ke depan, NPI pada triwulan IV 2012 diprakirakan akan mengalami surplus yang lebih besar, ditopang oleh membaiknya transaksi berjalan dan meningkatnya surplus TMF, khususnya investasi langsung. Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Oktober 2012 meningkat sehingga mencapai 110,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Perkembangan nilai tukar rupiah pada Oktober 2012 bergerak sesuai kondisi pasar dengan intensitas depresiasi yang menurun. Hal ini sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya. Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,36% (mtm) ke level Rp9.605 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,41% (mtm) menjadi Rp9.593 per dolar AS. Intensitas tekanan terhadap rupiah menurun sejalan dengan menurunnya defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran yang kembali mencatat surplus. Aliran masuk modal asing, baik FDI maupun investasi portofolio, terus meningkat ditopang oleh imbal hasil yang masih menarik, kondisi fundamental, dan prospek perekonomian Indonesia yang cukup baik. Inflasi tetap terkendali dan diperkirakan pada akhir tahun akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 2012 sebesar 4,5%±1%. Inflasi IHK pada Oktober 2012 tercatat 0,16% (mtm) sehingga secara tahunan sebesar 4,61% (yoy). Inflasi inti masih terkendali, meskipun sedikit meningkat menjadi 4,59% (yoy), terutama didorong oleh kenaikan sewa dan kontrak rumah. Secara fundamental, terkendalinya inflasi inti dipengaruhi oleh turunnya imported inflation sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan energi global, relatif terjaganya stabilitas rupiah, stabilnya ekspektasi inflasi, serta respons sisi penawaran yang memadai. Sementara itu, perkembangan harga bahan pangan (volatile food) mencatat deflasi didorong oleh koreksi harga komoditas pangan seiring dengan meningkatnya pasokan. Di sisi lain, inflasi administered prices juga terjaga pada level yang rendah seiring dengan tidak adanya
4
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis. Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir September 2012 mencapai 22,9% (yoy), melambat dari 23,6% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 21,9% (yoy) sementara kredit konsumsi tumbuh relatif stabil sebesar 19,6% (yoy). Namun, kredit investasi tumbuh tinggi sebesar 30,4% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ketahanan perekonomian Indonesia di tengah kondisi kerentanan perekonomian global masih cukup baik. Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2012 tercatat sebesar 6,17% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan akibat penurunan kinerja ekspor. Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2012 berasal dari peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga sejalan dengan peningkatan keyakinan konsumen dan terjaganya daya beli masyarakat. Sementara masih tingginya pertumbuhan investasi didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tinggi dan iklim usaha yang kondusif. Hal tersebut juga didukung oleh optimisme pelaku usaha. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor terkontraksi akibat tekanan kondisi perekonomian global yang menyebabkan menurunnya daya serap negara mitra dagang utama dan rendahnya harga komoditas. Laju pertumbuhan impor juga mengalami kontraksi yang cukup signifikan yang terutama disebabkan oleh penurunan ekspor.
5
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2012 masih bersumber dari sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sejalan dengan masih kuatnya aktivitas ekonomi domestik. Kinerja subsektor industri makanan dan minuman yang meningkat serta industri semen yang tumbuh tinggi sejalan dengan maraknya pertumbuhan sektor bangunan menopang kenaikan pertumbuhan industri pengolahan. Perbaikan kinerja subsektor pupuk, kimia, dan barang dari karet turut mendukung meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor PHR masih mencatat pertumbuhan yang tinggi meski menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sejalan dengan impor yang menurun. Sektor pengangkutan dan komunikasi masih tetap tumbuh tinggi didukung oleh peningkatan sub sektor angkutan, khususnya angkutan udara, dan subsektor komunikasi yang masih tetap tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap baik, terutama didukung oleh perekonomian domestik yang tetap kuat. Sumber pertumbuhan ekonomi terutama berasal dari investasi dan konsumsi rumah tangga. Kinerja ekspor diprakirakan berpotensi membaik pada akhir tahun, sejalan dengan potensi perbaikan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama dan kenaikan harga komoditas. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh tinggi seiring dengan kuatnya keyakinan konsumen dan terjaganya daya beli masyarakat. Kinerja investasi diprakirakan masih tumbuh tinggi pada triwulan IV 2012 didukung oleh kondusifnya iklim usaha dan prospek ekonomi ke depan. Sementara itu, belanja pemerintah berpotensi membaik pada triwulan laporan seiring dengan pemenuhan serapan anggaran pada akhir tahun. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap tumbuh kuat sejalan dengan masih kuatnya keyakinan konsumen. Hal tersebut tercermin dari hasil survei keyakinan konsumen yang menunjukkan tren penguatan optimisme konsumen. Dorongan meningkatnya keyakinan akan ketersediaan lapangan kerja baik saat ini maupun pada 6 bulan yang akan datang serta ekspektasi konsumen ke depan mendukung Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI pada Oktober 2012 terus menguat (Grafik 2.1). Searah dengan hal tersebut, Indeks Tendensi Konsumen BPS pada triwulan III 2012 juga menguat
6
������ ��� ����������������
��� ���
����������
���
��
���
��
���������
�� ��
�� �� �� � �� ���
�� �� �� �� �� � �� ���
����
�� �� �� �� �� ��� ��� ��� ��� �� � �� ��� ���
����
����
����
���������������������������������������������������
Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen
������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���������������������������������������������� ����������������������������������������������
��� ���
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � �
����
����
���������������������������
Grafik 2.2 Indeks Ekspektasi Harga Ke Depan - SK BI
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ekonomi konsumen pada triwulan IV 2012 diperkirakan membaik dengan tingkat optimisme konsumen yang relatif stabil. Penjualan mobil pada Oktober 2012 kembali meningkat didorong oleh tingginya transaksi saat pameran Indonesian International Motor Show (IIMS) pada September lalu. Namun, penjualan sepeda motor diprakirakan masih terkontraksi dan diprakirakan di bawah target tahun 2012.
������ ��� �� �� ���������������� �������������
�� ��
��������� �����
� ����
��������� ������ �����
���� ����
��
��
��
��
��
��
����
��
��
���
����
���
���
����
���������������������������������
Grafik 2.3 Penjualan Eceran dan Kendaraan Bermotor
��������������
������ ���
�� ����������������
���
��
���
�� ��������������� ������ ����������
��
���
��
��
��
��
�
��
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ����
��������������������������������������������
Grafik 2.4 Nilai Investasi - SKDU
������
������
���
���
���
��� ���
���
�� ���
��
��
��
��
��
�
��
��� ����
��
�
��
��� ����
��
�
�� ���� ����
����������������������������������
�������������������
����������
���������
������������
Grafik 2.5 Indeks Tendensi Bisnis - BPS
Pertumbuhan investasi pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap tumbuh kuat terutama sejalan dengan masih solidnya konsumsi rumah tangga. Positifnya pertumbuhan investasi juga tidak lepas dari dukungan optimisme pelaku usaha yang masih kuat di tengah iklim usaha yang masih kondusif. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI menunjukkan nilai investasi pada semester II 2012 diprakirakan masih tinggi meski sedikit menurun (Grafik 2.4). Investasi tersebut terutama dalam bentuk investasi baru. Optimisme pelaku usaha menurut Indeks Tendensi Bisnis BPS juga terus meningkat pada triwulan III 2012 (Grafik 2.5). Perspektif positif investasi juga turut didukung oleh kenaikan peringkat Indonesia menjadi petingkat layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat Rating & Investment (R&I) pada Oktober 2012. Kinerja investasi didukung oleh masih tingginya investasi bangunan dan nonbangunan. Kapasitas utilisasi menurut hasil SKDU secara agregat mengalami peningkatan, meskipun untuk industri pengolahan sedikit menurun. Potensi perbaikan ekspor pada triwulan IV 2012 diprakirakan akan meningkatkan rencana investasi baru. Sementara itu, masih tingginya pertumbuhan investasi bangunan tercermin dari indikator rata-rata penjualan semen yang meningkat meskipun impor bahan bangunan melambat. Selain itu, pola serapan belanja modal pemerintah khususnya pada akhir tahun turut mendukung tumbuhnya investasi. Dari sisi pembiayaan, kredit investasi riil masih tumbuh tinggi didukung oleh menurunnya suku bunga kredit investasi riil. Selain itu, tetap stabilnya suku bunga deposito riil satu bulan pada level yang rendah diprakirakan akan berpengaruh pada peningkatan investasi. Ekspor pada triwulan IV 2012 berpotensi meningkat meskipun masih lemah. Harga komoditas yang berangsur meningkat menjelang akhir tahun (Grafik 2.6) serta prospek perbaikan ekonomi beberapa negara mitra dagang, berpeluang meningkatkan pertumbuhan ekspor meskipun terbatas. Namun di sisi lain, terdapat risiko yang perlu dicermati berupa masih lemahnya daya serap negara tujuan ekspor seperti Eropa.
7
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Upaya pemerintah memotong bea keluar minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menjadi 9% pada November 2012 dari sebelumnya sebesar 13,5% diprakirakan berpotensi memperbaiki kinerja ekspor. Selain itu, mulai menurunnya pasokan batubara di pasar global serta masuknya musim dingin di sebagian negara belahan bumi bagian utara diprakirakan dapat meningkatkan kembali harga batu bara pada akhir tahun. Sementara itu, terkait dengan penurunan harga karet, tiga negara produsen karet terbesar dunia yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia, yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat untuk memangkas volume ekspor karet untuk mendorong harga karet internasional. Kendati masih relatif rendah, kinerja impor pada triwulan IV 2012 diprakirakan berpotensi membaik. Ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik dan pemulihan ekspor pada akhir tahun, impor diperkirakan akan meningkat. Perkiraan masih kuatnya permintaan domestik, terutama investasi, diperkirakan akan mendorong peningkatan impor dalam bentuk impor barang modal. Impor bahan baku dan barang konsumsi diperkirakan juga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian domestik. Dari sisi penawaran, kinerja sektoral pada triwulan IV 2012 masih tumbuh baik. Sumber utama pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan diprakirakan masih tumbuh kuat didukung oleh permintaan domestik yang masih kuat dan potensi perbaikan kinerja ekspor. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan masih tumbuh tinggi didorong oleh aktivitas ekonomi domestik yang masih baik dan adanya faktor musiman liburan di akhir tahun. Sementara itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh kinerja subsektor pengangkutan yang masih baik, khususnya angkutan udara, serta subsektor komunikasi terutama yang berasal dari komunikasi data.
������
8
�� ���������
��
��
��
�� ������������ �����������
�
��
�
��
��
� �����
���
���
���
���� ���� ���� ��
�� �� �� �� �� �� �� �� �� ��
����
����
���
����
�����������
Grafik 2.6 Indeks Harga Komoditas Ekspor Non Migas
������ �� ��
������������
��
������������
�� ��
Keseimbangan eksternal dalam perekonomian juga mengalami perbaikan sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut ditunjukkan oleh defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2012 yang turun menjadi 2,4% dari produk domestik bruto (PDB), lebih rendah dari
�� ����������
��
��
Neraca Pembayaran Indonesia
������
��
�
������ �������� ���� ���� ���� ���� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ����
��� ����
���
�����
���
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��
����
����
�����������
Grafik 2.7 Nilai Impor Riil Non Migas
���� ���� ����
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
triwulan sebelumnya yang sebesar 3,5% dari PDB. Perbaikan defisit transaksi berjalan disebabkan oleh membaiknya kinerja transaksi perdagangan yang didorong oleh penurunan impor yang cukup tajam, sementara ekspor nonmigas, seperti CPO mulai tumbuh positif. Di sisi lain, neraca transaksi modal dan finansial (TMF) mencatat peningkatan surplus, terutama didorong oleh investasi langsung (FDI). Dengan demikian kinerja neraca pembayaran Indonesia pada triwulan III 2012 kembali mencatat surplus. Memasuki triwulan IV 2012, perbaikan kinerja NPI diprakirakan terus berlanjut dengan surplus yang semakin meningkat. Suplus tersebut ditopang oleh membaiknya transaksi berjalan dan meningkatnya surplus TMF, khususnya investasi langsung. Kembali meningkatnya harga komoditas global pada triwulan tersebut diprakirakan dapat mengurangi tekanan defisit neraca transaksi berjalan (TB). Aliran masuk modal asing, baik FDI maupun investasi portofolio, diperkirakan akan terus meningkat ditopang oleh imbal hasil yang masih menarik, kondisi fundamental, dan prospek perekonomian Indonesia yang cukup baik serta kebijakan moneter global yang tetap akomodatif. Kondisi tersebut diharapkan akan meningkatkan surplus transaksi modal dan finansial (TMF) pada triwulan IV 2012. sehingga surplus NPI menjadi lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya..
���������������
��������������� ���
��
���
��
���
��
��� ���
�
����
��� ��� ���
����
����������� ������������ ������������������������������ ���
���
����
���
���
���
����
��������������� ���������������� ���
���
���
���� ���� ���
����
Grafik 2.8 Perkembangan Neraca Perdagangan
Neraca transaksi berjalan pada triwulan IV 2012 diprakirakan akan mencatat defisit yang lebih rendah. Perkembangan ini didukung oleh kinerja neraca perdagangan pada triwulan IV 2012 yang diperkirakan akan lebih baik dari triwulan sebelumnya (Grafik 2.8). Perbaikan tersebut lebih disebabkan oleh melambatnya impor sementara ekspor diperkirakan meningkat, meskipun masih terbatas. Perbaikan ekspor tersebut didorong antara lain oleh membaiknya harga komoditas dan prospek perbaikan ekonomi beberapa negara mitra dagang. Selanjutnya, sejalan dengan perlambatan impor, aktivitas pengangkutan diprakirakan mengalami penurunan. Kondisi tersebut berdampak pada lebih rendahnya defisit neraca jasa. Sementara itu, defisit neraca pendapatan diprakirakan lebih tinggi sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk dana asing. Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan akan mencatat surplus yang meningkat. Meningkatnya surplus TMF tersebut disebabkan besarnya aliran masuk dana asing, terutama dalam bentuk investasi langsung, sejalan dengan masih berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik. Di sisi lain, aliran dana dalam bentuk portofolio diperkirakan
9
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
masih akan cukup tinggi. Aliran masuk modal asing ditopang oleh imbal hasil yang masih menarik, kondisi fundamental, dan prospek perekonomian Indonesia yang cukup baik serta kebijakan moneter global yang tetap akomodatif Pada Oktober 2012, kepemilikan asing pada instrumen Surat berharga Negara (SBN), termasuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), mengalami kenaikan. Di pasar saham, investor asing juga mencatat beli neto. Dengan perkembangan di atas cadangan devisa masih berada pada level yang aman. Cadangan devisa pada akhir Oktober 2012 meningkat menjadi sebesar 110,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor barang dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
Inflasi Inflasi tetap terkendali dan diperkirakan pada akhir tahun akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 2012 sebesar 4,5±1%. Laju inflasi IHK pada Oktober 2012 tercatat sebesar 0,16% (mtm) sehingga secara tahunan sebesar 4,61% (yoy) (Grafik 2.9). Kelompok volatile food tercatat masih mengalami deflasi pada bulan laporan, sedikit berbeda dari pola historis pada akhir tahun yang cenderung mengalami inflasi. Deflasi pada kelompok tersebut disebabkan oleh membaiknya pasokan dan koreksi harga pangan. Secara fundamental, inflasi inti masih terkendali dipengaruhi oleh turunnya tekanan inflasi impor sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan energi, serta terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah, stabilnya ekspektasi inflasi dan respons sisi penawaran yang masih memadai. Sejalan dengan hal tersebut, inflasi administered prices tetap rendah karena tidak ada kebijakan pemerintah yang berdampak pada harga barang dan jasa yang strategis. Koreksi harga pangan yang masih berlanjut mendorong kembali terjadinya deflasi pada kelompok volatile food. Pada Oktober 2012, kelompok volatile food mencatat deflasi sebesar 0,41% (mtm). Deflasi volatile food yang terjadi didorong oleh koreksi harga beberapa komoditas pangan yang masih berlanjut. Penyumbang utama terjadinya deflasi kelompok tersebut adalah telur ayam, ikan segar, aneka bawang dan minyak goreng. Ikan segar mengalami penurunan harga yang cukup signifikan di wilayah Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Selain itu, deflasi juga terjadi pada beberapa komoditas aneka bumbu (bawang merah dan bawang putih) serta sayur-mayur disebabkan pasokan yang
10
������ ��� ���� ������������� ������������ ������
�� �� �
���� ���� ���� ����
� �� ���
� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � ��
����
����
����
����
����
����
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi
������ �� ����� �������������������������
�� �� �� �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
Grafik 2.10 Inflasi Beras
����
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Tabel 2.1 Penyumbang Inflasi Volatile Food Oktober 2012 Komoditas
Inflasi (%, mtm)
Kontribusi (%, mtm)
Deflasi Minyak Goreng Bawang Putih Telur Ayam Bawang Merah
1,57 5,08 2,11 4,68
0,02 0,02 0,01 0,01
Inflasi Daging Ayam Cabe Merah Wortel Cabe Rawit Daging
1,28 5,34 13,18 8,05 0,67
0,02 0,02 0,01 0,01 0,01
Sumber : BPS
������ �� ��������������������������� ������������� ��������������
�� �� �� � �
membaik. Sementara itu, inflasi beras juga tercatat lebih rendah akibat terjaganya pasokan beras (Grafik 2.10). Rendahnya inflasi beras didorong oleh produksi beras tahun ini yang jauh lebih tinggi dari rata-rata kenaikan produksi beberapa tahun terakhir yang sebesar 3,3%. Inflasi inti pada Oktober 2012 relatif masih terkendali. Inflasi inti mencapai 0,33% (mtm), relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,34% (mtm), dan secara tahunan mencapai 4,59% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,12% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan sewa dan kontrak rumah. Secara fundamental, terkendalinya inflasi inti dipengaruhi oleh turunnya imported inflation, stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga, stabilnya ekspektasi inflasi serta respons sisi penawaran yang memadai. Dari sisi eksternal, inflasi impor selama Januari-Oktober mereda akibat penurunan harga komoditas global (pangan dan minyak) serta terbatasnya depresiasi rupiah. Penurunan harga komoditas global khususnya CPO, jagung, dan minyak selama bulan laporan memberikan dampak pada penurunan harga berbagai komoditas terkait dan mengurangi dampak depresiasi nilai tukar dan tekanan dari kenaikan harga emas. Terjadinya badai Sandy di AS yang menyebabkan beberapa kilang penyulingan mengurangi produksinya, diperkirakan akan memberikan tekanan kenaikan harga minyak dunia.
� � �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
����
Grafik 2.11 Inflasi Inti Pangan dan Non Pangan
������
������
���
������������������� ������������������� ������������
���
���������������� �������������� �����������
��� ��� ��� ��
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �
����
����
����
����
Grafik 2.12 Inflasi Inti & Harga Global
����
�� � � � � � � � � � �
Dari sisi domestik, respons penawaran yang masih memadai dan ekspektasi inflasi yang terjaga mendukung stabilnya inflasi inti. Terpenuhinya peningkatan permintaan tercermin dari stabilnya kapasitas utilisasi serta stabilnya harga barang-barang hasil industri pengolahan di tingkat konsumen. Sementara itu, tetap terjaganya ekspektasi inflasi tercermin dari hasil survei penjualan eceran dan Consensus Forecast yang menunjukkan arah ekspektasi inflasi yang masih stabil untuk tahun 2012 (Grafik 2.13 dan 2.14). Ekspektasi inflasi terindikasi meningkat pada tahun 2013 terkait rencana pemerintah meningkatkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) sebesar 4,3% secara bertahap tiap triwulan sejak awal tahun depan. Inflasi administered prices Oktober 2012 masih terjaga pada level yang rendah, meski sedikit meningkat. Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,23% (mtm) atau 2,82% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,28% (mtm) atau 2,74% (yoy). Meningkatnya inflasi kelompok ini dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan tarif parkir di DKI Jakarta sebesar 50%. Namun, dampak kenaikan tarif parkir tersebut tidak signifikan memberikan tekanan
11
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
inflasi karena bobotnya dalam IHK yang relatif rendah. Selain tarif parkir, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada kelompok administered prices pada bulan laporan adalah rokok.
������ �
����������������������� �����������������������
�
Nilai Tukar Rupiah Tekanan depresiasi nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Oktober 2012 namun dengan intensitas yang cenderung menurun. Melemahnya rupiah dipicu oleh masih tingginya permintaan valuta asing untuk kebutuhan impor serta kondisi perekonomian global yang masih bergejolak. Masih tingginya ketidakpastian terkait prospek penanganan krisis utang dan fiskal di Eropa di tengah kondisi makroekonomi yang terus menurun, belum solidnya pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS), perlambatan pertumbuhan ekonomi China, serta melemahnya harga komoditas sebagai basis utama ekspor Indonesia turut menekan pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, terus berlanjutnya aliran dana asing ke pasar keuangan domestik paska kebijakan stimulus oleh negara maju dan perolehan status investment grade Indonesia mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Nilai tukar rupiah selama bulan laporan secara rata-rata melemah sebesar 0,41% ke Rp9.593 per dolar AS dari Rp9.554 per dolar AS (Grafik 2.15). Sementara secara point-topoint (ptp), nilai tukar melemah sebesar 0,36% menjadi Rp9.605 per dolar AS dari Rp9.570 per dolar AS. Pergerakan rupiah tersebut diiringi oleh volatilitas yang lebih terjaga. Hal ini sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya. Pemulihan ekonomi global yang belum solid serta ketidakpastian prospek penanganan krisis utang dan fiskal di kawasan Eropa tetap memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah. Beberapa perkembangan global yang terjadi selama Oktober 2012 memberikan pengaruh pada pergerakan nilai tukar diantaranya yaitu : (1) semakin dalamnya dampak krisis di Eropa sebagaimana tercermin pada rilis data perkembangan makroekonomi yang terus mengonfirmasi terjadinya perlambatan aktivitas ekonomi di kawasan Eropa; (2) pemulihan ekonomi AS yang belum solid meskipun perkembangan data terkini pada Oktober menunjukkan perbaikan; (3) perlambatan pertumbuhan ekonomi China; (4) melemahnya kinerja ekspor negara kawasan seperti China, Jepang, dan Korea Selatan seiring dengan melambatnya permintaan global. Sementara
12
����
���� ����
���� ����
���� ����
����
����
� ����
�
����
�
���� ����
�
�
�
�
����
�
����
�
����
����
����
����
�
����
�
��
Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
������
������
���
��
�������������������������������� ����������������������������������������� ����������������������������������������� �������������������������������������������������
���
��
��� � ��� ���
� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � ��
����
����
����
�
����
Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran
������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
���� ����
���� ����
����
���� ���� ���� ���� ����
����
�������������� �����������������
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � � � � � � ��� ����������������������������
����
����
�������
Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
�
���������������
������
���������������������
��
����
��
����
��
����
��
����
�� ��
����
��� ��������������������������������������� � ������ � ���� � �������� �� � ���� � ���� � �� �� ��� �� ��� �� ��� �� ��� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
Grafik 2.16 Indeks Risiko Global (VIX, MSCI World) � �
��������� ���������
�
��������� ����������
� � � � �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
�������������������������
Grafik 2.17 Premi Swap � ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���������������
���
���������������
��� ��� ���
itu, faktor risiko global relatif stabil. Pernyataan European Central Bank (ECB) yang akan segera melaksanakan kebijakan pembelian Surat-surat Berharga (SSB) berdampak positif pada faktor risiko global seperti terlihat pada penurunan NDF negara kawasan Eropa dan indeks VIX yang relatif stabil (Grafik 2.16). Faktor risiko domestik mengalami perbaikan seiring dengan membaiknya risiko global. Hal tersebut tercermin pada perkembangan premi swap dan Credit Default Swap (CDS) selama Oktober 2012. Premi swap bergerak dalam tren yang menurun selama Oktober 2012 meskipun masih pada level yang tinggi (Grafik 2.17). Premi swap mengindikasikan persepsi pasar terhadap pergerakan rupiah ke depan. Sementara itu, CDS berada pada tren yang menurun meski sempat meningkat pada akhir bulan (Grafik 2.18). Imbal hasil investasi pada instrumen berdenominasi rupiah yang masih relatif lebih kompetitif dibandingkan dengan negaranegara sekitar, masih memberikan daya tarik bagi investor. Hal tersebut tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (Uncovered Interest Parity/UIP) yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional (Grafik 2.19). Posisi imbal hasil Indonesia juga akan semakin kompetitif seiring dengan kebijakan bank sentral lain seperti Korea Selatan dan Filipina yang menurunkan suku bunga kebijakannya selama Oktober 2012. Dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah relatif masih tetap menarik.
��� ��� ��� ���
����������� ������������������� ���
��� ��� ��� ��� ��� ����
���
���
��� ���
��� ���
������������������
Grafik 2.18 CDS Indonesia & Selisih Imbal Hasil � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �����
���������
�����
���������
��������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
Grafik 2.19 UIP (Uncovered Interest Parity)
13
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Perkembangan Sektor Keuangan Pasar Keuangan Internasional Perkembangan pasar keuangan internasional pada Oktober 2012 mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara umum, kinerja bursa saham di Asia tercatat positif dan mata uang Asia mengalami penguatan terhadap dolar AS. Namun, perbaikan tersebut sedikit tertahan oleh kekhawatiran akan memburuknya prospek ekonomi dunia serta krisis utang Eropa. Di sisi lain, harga minyak dunia tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya sejalan dengan perbaikan pasokan. Penurunan harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh sentimen negatif pelemahan ekonomi dunia yang mendorong berkurangnya permintaan dunia. Sejalan dengan itu, tekanan inflasi dunia relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Respons kebijakan di beberapa negara baik negara maju maupun negara berkembang cenderung semakin akomodatif. Di negara maju, negaranegara seperti AS, Eropa dan Jepang masih terus melakukan pelonggaran moneter seperti The Fed yang meluncurkan kebijakan Quantitative Easing 3 (QE 3) dan Bank of Japan (BoJ) yang meluncurkan kebijakan bondbuying.
Suku Bunga Suku bunga di pasar uang antar bank (PUAB) Rupiah relatif stabil dengan risiko yang tetap terjaga. Rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N pada Oktober 2012 meningkat tipis sebesar 5 bps menjadi 4,13%. Sejalan dengan itu, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang turut bergerak searah. Suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang bergerak pada kisaran 4,08% - 6,00% Di sisi risiko, persepsi risiko di pasar uang antar-bank masih tetap terjaga. Persepsi risiko di PUAB sebagaimana tercermin pada selisih (spread) suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada Oktober 2012 tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 8 bps. Sementara itu, volume transaksi di PUAB pada Oktober 2012 juga meningkat dari bulan sebelumnya sejalan dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas masyarakat.
14
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Dari sisi operasi moneter, Bank Indonesia masih konsisten untuk terus melakukan upaya penguatan operasi moneter. Upaya penguatan operasi moneter dilakukan melalui optimalisasi instrumen Term Deposit (TD) dan Reverse Repo SUN (RR-SUN). Pada Oktober 2012, rata-rata suku bunga instrumen moneter meningkat sebesar 6 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan suku bunga PUAB O/N yang juga meningkat tipis sebesar 5 bps. Suku bunga kredit dan suku bunga deposito bergerak stabil. Ratarata suku bunga kredit dan suku bunga deposito 1 bulan pada September 2012 tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya masing-masing sebesar 12,2% dan 5,4%. Stabilnya pergerakan suku bunga kredit dan suku bunga deposito tersebut turut menyebabkan selisih (spread) antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya sebesar 6,84%. Hal tersebut menggambarkan masih adanya ruang bagi penurunan suku bunga kredit yang lebih besar sejalan dengan perbaikan efisiensi operasional perbankan dan efisiensi penyaluran dana perbankan. Suku bunga kredit konsumsi (KK) dan suku bunga kredit modal kerja (KMK) mengalami sedikit penurunan, sedangkan suku bunga kredit investasi relatif stabil dari bulan sebelumnya. Suku bunga KK, KMK dan KI pada September 2012 masing-masing tercatat sebesar 13,7%, 11,7% dan 11,4% (Tabel 2.2 dan Grafik 2.20).
Tabel 2.2 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%)
BI Rate Penjaminan Deposito Dep 1 bulan (rata-rata tertimbang) Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Investasi (KI)
2011 Sep Okt
6,75 7,25 6,83 12,39 12,06 14,25
6,50 7,00 6,75 12,36 12,02 14,02
2012 Nov
6,00 6,75 6,56 12,31 11,97 14,18
Des Jan
Feb
Mar Apr
Mei Jun Jul Ags
Sep
6,00 6,75 6,35 12,16 12,04 14,15
5,75 6,00 5,97 12,11 11,69 14,15
5,75 5,50 5,66 12,01 11,62 14,13
5,75 5,50 5,35 11,78 11,51 14,03
5,75 5,50 5,40 11,70 11,36 13,67
6,00 6,50 6,26 12,14 11,73 14,14
5,75 5,50 5,42 11,86 11,56 14,10
5,75 5,50 5,39 11,79 11,46 13,90
5,75 5,50 5,39 11,78 11,42 13,92
5,75 5,50 5,42 11,73 11,35 13,69
Penurunan suku bunga kredit juga tercermin pada suku bunga dasar kredit (SBDK) yang terus menurun. Penurunan SBDK terjadi di hampir seluruh segmen, kecuali segmen Korporasi yang tercatat sedikit meningkat. SBDK pada September 2012 untuk korporasi dan ritel masing-
15
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
masing tercatat sebesar 9,75% dan 11,03%. Sementara itu, SBDK untuk jenis KPR dan non KPR masing-masing tercatat sebesar 10,45% dan 10,67%.
� �� �� ��
Kredit Pertumbuhan kredit mengalami perlambatan namun masih tetap pada level yang tinggi. Pada September 2012, pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit chaneling) tercatat sebesar 22,9% (yoy), melambat dari bulan sebelumnya yang men capai 23,6% (yoy) (Grafik 2.21). Perlambatan pertumbuhan kredit terutama dikontribusi oleh perlambatan penyaluran kredit modal kerja (KMK) sejalan dengan penurunan ekspor dan impor sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global serta perlambatan penyaluran kredit konsumsi (KK). KMK dan KK tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 21,9% (yoy) dan 19,6% (yoy). Sementara itu, kredit investasi (KI) tetap tumbuh kuat mencapai 30,4% (yoy) sehingga diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan kapasitas ekonomi (Grafik 2.22). Secara sektoral, perlambatan kredit terutama terjadi di sektor perdagangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa sosial. Perlambatan kredit yang terjadi pada sektor perdagangan sekaligus mengonfirmasi kinerja sektor perdagangan yang mengalami penurunan cukup signifikan pada triwulan III 2012. Sementara itu, sampai dengan September 2012 penyaluran kredit terbesar tercatat pada sektor pertanian dan konstruksi yang mencapai 35% dan 32% (yoy). Kredit pada masingmasing sektor tersebut tumbuh tinggi sejalan dengan kinerja di kedua sektor yang meningkat pada triwulan III 2012. Selain itu, pertumbuhan pada sektor pengangkutan (transportasi) juga masih tercatat tinggi sebesar 30% (yoy), stabil dari bulan sebelumnya. Berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan kredit baik dalam valuta asing (valas) maupun dalam rupiah mengalami perlambatan. Pada September 2012, kredit valas dan rupiah tumbuh menjadi sebesar 20,5% (yoy) dan 23,4% (yoy) atau melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 22,6 % (yoy) dan 23,85 (yoy). Hal tersebut selain dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang kurang kondusif, juga sejalan dengan penurunan pertumbuhan KMK yang cukup besar. Dari sisi simpanan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat. Pertumbuhan DPK pada September 2012 tercatat sebesar 19,8% (yoy),
16
�� ������� �������������� ������������������
�� �
���������������� ���������������
� �
� �� ����
�
� � �� ����
� � � �� ����
�
� � �� ����
� � � ����
Grafik 2.20 Perkembangan Berbagai Suku Bunga
������
� �
�� ����
�� ��
������ ����������������� �������������������
�� ��
����
� ������������
�� ��
���
���
���
���
���
���
���
���
����
���
���
���
�
����
Grafik 2.21 Perkembangan BI Rate, Kredit dan DPK
������ ��
������������ ����������������
��
������������������ ��������������� ����
��
����
��
����
�� � ���
����������������� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
����
Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 21,3% (yoy) (Grafik 2.21). Perlambatan tersebut dikontribusi oleh perlambatan giro dan deposito di tengah pertumbuhan tabungan yang relatif stabil. Berdasarkan valutanya, perlambatan DPK terutama disumbang oleh pertumbuhan DPK rupiah yang menurun. Sampai dengan September 2012, pertumbuhan DPK rupiah melambat menjadi 18,7% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 19,9% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan pola historis DPK terkait pola konsumsi masyarakat pasca lebaran. Sementara itu, pertumbuhan DPK valas juga menurun menjadi 26,9% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 29,7% (yoy).
Uang Beredar ������ �� ��
������������ ��������
��
����������� �� �����������
������� �������� �������� ��������
�� �� � ���
����������������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Primer
������
�
�� ��
�����
�� ��
��
�� �� �������������������
���� ����
�����
�� �
��
�
� ������������ �
��
�������������������������������� ��������������������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
Pertumbuhan uang primer meningkat. Pada Oktober 2012, pertumbuhan uang primer meningkat sebesar 14,4% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 13,0% (yoy) (Grafik 2.23). Dengan pertumbuhan tersebut, jumlah uang primer sampai dengan Oktober 2012 menjadi Rp648,1 triliun. Peningkatan uang primer terutama didukung oleh pertumbuhan uang kartal yang juga meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 17,2% (yoy) menjadi Rp329,6 triliun. Pada September 2012, likuiditas perekonomian kembali meningkat setelah bulan sebelumnya melambat akibat pergeseran pola hari raya Idul Fitri. Pertumbuhan M1 dan M2 pada September 2012 meningkat masing-masing menjadi sebesar 21,3% (yoy) dan 18,2% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 16,5% (yoy) dan 17,8% (yoy) (Grafik 2.24). Pertumbuhan M1 kembali meningkat terutama terkait dengan pola uang kartal yang meningkat setelah bulan sebelumnya mengalami perlambatan akibat pergeseran pola lebaran. Sementara itu, pertumbuhan M2 juga meningkat sejalan dengan pertumbuhan M1. Dari sisi faktor-faktor yang memengaruhi, peningkatan pertumbuhan M2 didorong oleh meningkatnya sumbangan Net Claim Government (NCG) yang mengalami ekspansi neto sebesar Rp38 triliun (per September 2012). Sementara itu, pertumbuhan Net Foreign Asset (NFA) yang meningkat lebih disebabkan oleh dasar penghitungan pada periode yang sama tahun sebelumnya (September 2011) yang cenderung rendah.
�
����
Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Beredar
17
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Pasar Saham Kinerja pasar saham domestik menguat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Oktober 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,1% ke level 4.350,29 dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Grafik 2.25). IHSG bahkan sempat mencapai level tertinggi sepanjang sejarah yakni pada level 4.364,60 pada 30 Oktober 2012. Kenaikan tertinggi terjadi di sektor aneka industri sebesar 6,5% (mtm) yang diikuti oleh sektor infrastruktur sebesar 5,7% (mtm), sedangkan pelemahan terjadi pada sektor pertambangan dan pertanian yang menurun sebesar 6,3% (mtm) dan 5,3% (mtm) yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas dan permintaan eksternal, terutama China (Grafik 2.26). Penguatan bursa domestik selama Oktober 2012 dipicu oleh sentimen positif eksternal dan domestik. Sentimen positif eksternal antara lain berasal dari rilis berbagai data indikator ekonomi AS dan China yang membaik, serta beberapa langkah kebijakan yang diambil oleh bank sentral Eropa maupun Pemerintah di negara-negara Uni Eropa dalam menanggulangi dampak krisis. Sementara itu, sentimen positif domestik antara lain berasal dari laporan kinerja emiten triwulan III 2012 yang masih positif serta optimisme investor akan prospek ekonomi Indonesia sejalan dengan perbaikan rating Indonesia1. Penguatan indeks juga ditopang oleh kondisi makro ekonomi domestik yang kondusif dan kebijakan perekonomian yang akomodatif serta kinerja emiten domestik yang positif. Namun, sejumlah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia yang diindikasi oleh penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh IMF serta masih tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis di Eropa menahan laju peningkatan indeks lebih lanjut. Kinerja saham yang menguat diikuti oleh pembelian saham oleh investor asing. Pada Oktober 2012, investor asing kembali mencatat beli neto sebesar Rp2,65 triliun, setelah bulan sebelumnya juga mencatat beli neto.
1 Berdasarkan penilaian lembaga rating R&I yang meningkatkan rating Indonesia masuk pada peringkat layak investasi (investment grade) menjadi BBB- dengan outlook stabil dari sebelumnya BB+.
18
������
�
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��� �
�� �� � � � � ���� �������������������
�
��� ������ ��� ������������������ ������ ������������������������������������ ������������������ ���������������
����
����
����
����
����
�
����
Grafik 2.25 IHSG dan BI Rate
�������� ��������� ����������� �������� ���������������� �������������� �������� ������������ ������������� ����
���� ����� ���� ����
��������� �������
���� ���� ����
����� ���� ����
���
��
�
�
Grafik 2.26 Perkembangan Indeks Sektoral
�� �
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)
�� ��
�������������
�������
��������������
��������������
�������������
�� �� � �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
����
����
Grafik 2.27 Imbal Hasil SBN dan BI Rate
�
��� ��
� ���������������������������� �������������� ������������
���
�� ��
�
�� �
���
���
�
���
��� �
��� �
�
�
�
�
�
� � �����
�
�� �� �� ��
���
Grafik 2.28 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan
Kinerja pasar SBN sejalan dengan kinerja pasar saham domestik. Pada Oktober 2012, imbal hasil SBN tercatat menurun pada seluruh tenor. Secara keseluruhan, imbal hasil SBN turun sebesar 21 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi sebesar 5,65%. Imbal hasil SBN untuk tenor pendek, menengah, dan panjang masing-masing menurun sebesar 22 bps, 26 bps, dan 12 bps. Imbal hasil SBN dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,71% dibandingkan dengan September 2012 sebesar 5,97% (Grafik 2.27 dan Grafik 2.28). Penurunan imbal hasil SBN didorong oleh berbagai sentimen positif baik dari eksternal maupun domestik. Membaiknya prospek perekonomian AS dan China menyebabkan masuknya aliran dana asing ke pasar SBN. Selain itu, penurunan imbal hasil SBN juga didorong oleh kondusifnya kondisi ekonomi domestik sebagaimana tercermin pada inflasi yang terjaga rendah dan neraca perdagangan yang mengalami surplus serta kenaikan peringkat Indonesia ke level peringkat layak investasi. Meskipun mengalami penurunan, namun jika dibandingkan dengan imbal hasil di negara kawasan, imbal hasil SBN masih tercatat cukup menarik bagi investor. Investor asing menambah porsi kepemilikannya pada pasar SBN. Pada Oktober 2012, investor asing mencatat beli neto sebesar Rp9,35 triliun dibandingkan dengan September 2012 yang mencatat beli neto sebesar Rp7,82 triliun. Aksi beli investor asing tersebut terjadi pada seluruh instrumen SBN baik tenor jangka pendek, menengah, maupun panjang sejalan dengan sentimen positif global dan fundamental ekonomi domestik yang membaik dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stabil serta imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan negara kawasan.
Pasar Reksadana Kinerja reksadana sampai dengan September 2012 terus menunjukkan peningkatan. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB meningkat sebesar 1,2% dibandingkan dengan September 2012. Peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. Dalam hal ini, portofolio aset untuk produk reksadana membukukan kinerja dibawah kinerja IHSG.
19
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Tabel 2.3 Perkembangan Reksadana Periode 2012
Jenis Reksadana Jan Saham Pasar Uang Mixed Fixed Income Terproteksi Indeks ETF-Saham ETF-Fixed Income Syariah-Mixed Syariah-Mixed Syariah-Fixed Income Syariah-Terproteksi Syariah-Indeks RDPT-Saham RDPT-Mixed RDPT-Fixed Income
58,04 10,19 20,69 31,69 42,16 0,24 0,03 0,56 0,92 1,71 0,68 0,55 0,00 0,17 0,82 0,14 168,60
Feb 59,35 11,07 21,43 33,44 41,44 0,25 0,06 0,60 0,97 1,83 0,69 0,54 0,00 0,17 13,52 8,99 194,34
Mar Apr
Mei Jun Jul Ags
Sept Bulanan TW-III
58,46 11,92 21,33 33,32 40,64 0,29 0,05 0,60 1,02 1,79 0,69 0,48 0,00 1,06 16,13 9,24 197,01
58,23 12,03 21,01 31,40 41,50 0,30 0,05 1,10 1,10 1,80 0,74 0,19 0,00 0,17 13,23 8,52 191,36
62,57 4,59% 0,67% 2,26% 11,71 -9,58% 5,04% 19,12% 21,24 3,21% -0,34% 1,75% 32,32 -1,46% 2,03% 11,70% 41,80 -0,89% -0,62% -0,09% 0,34 12,35% 8,79% 40,22% 0,07 5,51% 11,38% 108,92% 1,15 4,72% 1,91% 116,26% 2,12 8,08% 81,69% 127,99% 1,72 14,64% -9,25% 3,57% 0,73 1,88% 10,74% 19,70% 0,18 -0,62% -1,58% -68,51% 0,00 0,00% 0,00% 0,00% 0,17 0,14% -84,83% -83,83% 0,69 -0,28% -84,07% -95,73% 0,25 0,00% -18,21% -97,28% 177,05 1,17% -1,36% -8,60%
58,64 12,67 21,97 33,62 41,31 0,33 0,05 1,13 1,14 1,88 0,73 0,48 0,00 0,17 13,90 8,99 196,99
62,15 11,15 21,31 31,67 42,06 0,31 0,06 1,13 1,17 1,89 0,66 0,18 0,00 1,11 4,32 0,31 179,49
63,36 12,23 21,70 32,97 42,18 0,32 0,08 1,12 1,17 2,10 0,67 0,18 0,00 0,17 0,79 0,28 179,32
59,82 12,95 20,58 32,79 42,17 0,30 0,07 1,10 1,96 1,50 0,71 0,18 0,00 0,17 0,69 0,00 175,00
Ytd
Kondisi Perbankan Kinerja perbankan domestik tetap solid di tengah perlambatan akselerasi pertumbuhan ekonomi. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih terjaga pada kisaran 17% - 18%, jauh di atas angka persyaratan minimum sebesar 8%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) selain kredit channeling baik gross maupun neto tercatat sedikit menurun dari bulan sebelumnya sebesar 2,1% dan 0,6%. Di sisi profitabilitas perbankan, indikator Return on Asset (ROA) mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 3,1% (Tabel 2.4). Tabel 2.4 Kondisi Umum Perbankan 2011
Indikator Utama
Total Aset DPK Kredit * LDR* NPLs Gross* NPLs Net * CAR NIM ROA
* tanpa channeling
20
(T Rp) (T Rp) (T Rp) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Sep 3.371,5 2.544,9 2.079,3 81,7 2,7 0,6 16,7 0,5 3,1
2012 Des Jan 3.651,8 2.784,1 2.199,1 79,0 2,2 0,4 16,1 0,5 3,0
3.598,7 2.742,3 2.160,2 78,8 2,4 0,5 18,4 0,5 3,7
Feb
Mar Apr
Mei Jun Jul Ags
Sep
3.628,1 2.763,9 2.203,0 79,7 2,3 1,0 18,5 0,4 3,4
3.708,7 2.826,0 2.266,2 80,2 2,3 0,6 18,3 0,5 3,1
3.827,5 2.909,0 2.386,1 82,0 2,3 0,6 17,9 0,5 3,0
4.009,4 3.050,0 2.555,9 83,8 2,1 0,6 17,3 0,5 3,1
3.745,1 2.841,4 2.317,2 81,6 2,3 0,6 18,0 0,5 3,0
3.891,1 2.955,8 2.452,9 83,0 2,2 0,6 17,5 0,5 3,2
3.902,5 2.961,4 2.470,1 83,4 2,2 0,6 17,3 0,5 3,1
3.923,8 2.984,1 2.510,6 84,1 2,2 0,7 17,2 0,5 3,0
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 November 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Sejalan dengan dinamika perekonomian dan sejumlah kebijakan yang ditempuh selama ini, tekanan ketidakseimbangan eksternal mulai mereda dengan defisit transaksi berjalan yang telah menurun dan neraca pembayaran yang kembali mengalami surplus. Nilai tukar rupiah juga bergerak sesuai kondisi pasar dengan intensitas depresiasi yang menurun. Sementara itu, perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik, meskipun sedikit melambat akibat menurunnya ekspor karena dampak berlanjutnya pelemahan ekonomi global. Ke depan, Bank Indonesia mengarahkan kebijakannya untuk mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
21
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012
Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor Lainnya Tagihan pada Sektor Swasta
2012 Jan
Feb
Mar Apr
Mei Jun Jul Ags
Sep Okt
Nov
4,88 6,26 6,68 4,43 3.942
3,82 5,97 6,52 3,93 3.985
3,83 5,66 6,31 3,81 4.122
3,93 5,42 6,00 3,81 4.181
4,24 5,35 5,89 3,83 3.833
4,32 5,39 5,76 4,10 3.956
4,46 5,39 5,67 4,17 4.142
4,54 5,42 5,61 4,29 4.060
4,67 5,40 5,69 4,24 4.263
- - - - 4.350
-
594.078 696.323 286.242 410.082 2.854.978 2.145.246 1.842.815 993.655 849.160 141.171 161.260 13.409 2.854.978
578.964 683.253 280.103 403.150 2.849.796 2.150.808 1.848.124 998.643 849.481 145.623 157.061 15.735 2.849.796
586.034 714.258 287.046 427.212 2.911.920 2.182.891 1.875.257 1.022.038 853.219 148.649 158.984 14.771 2.911.920
596.592 720.924 290.861 430.064 2.927.259 2.190.885 1.887.124 1.020.792 866.332 148.486 155.275 15.450 2.927.259
604.979 749.450 294.768 454.682 2.992.057 2.227.527 1.900.824 1.027.151 873.673 159.186 167.516 15.081 2.992.057
627.359 779.416 314.670 464.746 3.050.355 2.254.329 1.915.625 1.016.060 899.565 164.762 173.942 16.610 3.050.355
634.993 771.792 315.375 456.417 3.054.530 2.269.805 1.926.042 1.017.021 909.020 170.722 173.041 12.932 3.054.530
657.955 783.478 327.059 456.418 3.100.060 2.304.474 1.960.339 1.030.262 930.077 171.517 172.617 12.108 3.100.060
638.869 762.658 306.238 456.419 3.091.753 2.317.638 1.967.141 1.030.243 936.898 180.380 170.117 11.457 3.091.753
- - - - - - - - - - - - -
-
2.374.862 2.106.449
2.403.464 2.138.727
2.464.483 2.189.236
2.519.946 2.586.786 2.230.960 2.289.504
2.653.871 2.361.812
2.667.448 2.377.917
2.696.876 2.406.188
2.757.704 2.470.605
- -
-
HARGA Inflasi bulanan (%. mtm) Inflasi tahunan (%. yoy)
0,76 3,65
0,05 3,56
0,07 3,97
0,21 4,50
0,07 4,45
0,62 4,53
0,70 4,56
0,95 4,58
0,01 4,31
0,16 4,61
-
9.000 12.414 11.715 88,84
9.085 12.594 11.894 87,74
9.180 13.565 12.296 89,93
9.190 12.698 12.381 94,46
9.565 13.315 13.363 92,55
9.480 12.422 12.937 85,58
9.485 13.257 13.249 -
9.560 10.594 10.337 -
9.588 - - -
9.615 - - -
- -
SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode. nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
2012
INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor
Tw. I
6,3 5,0 10,0 164,1 7,9 8,0
* angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
22
Tw. II
Tw. III
6,4 5,5 12,3 108,7 2,2 10,9
6,2 4,6 10,0 -9,5 -2,8 -0,5