Jln. M.H. Jln. M..H. Tha TThha w w w.bi.go.id
Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2017 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Gubernur Mirza Adityaswara Deputi Gubernur Senior Perry Warjiyo Deputi Gubernur ERWIN RIJANTO Deputi Gubernur SUGENG Deputi Gubernur ROSMAYA HADI Deputi Gubernur
Bank Indonesia
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
1
Daftar Isi
2
Tinjauan Kebijakan Moneter
1. Statement Kebijakan Moneter
03
2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter
06
Perkembangan Ekonomi Global
06
Pertumbuhan Ekonomi
08
Neraca Pembayaran Indonesia
10
Nilai Tukar Rupiah
12
Inflasi
13
Perkembangan Moneter
15
Industri Perbankan
18
Pasar Saham dan Pasar Surat Berharga Negara
20
Pembiayaan Nonbank
22
3. Respons Kebijakan Moneter
24
Maret 2017
Bank Indonesia
1
Statement Kebijakan Moneter Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Maret 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%, berlaku efektif sejak 17 Maret 2017. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah semakin meningkatnya ketidakpastian global. Bank Indonesia tetap mewaspadai dan mencermati sejumlah risiko dalam jangka pendek ke depan, baik yang bersumber dari global maupun domestik. Risiko yang berasal dari global antara lain terkait kenaikan inflasi global, arah kebijakan ekonomi dan perdagangan AS, dan dampak lanjutan kenaikan Fed Fund Rate (FFR), serta risiko geopolitik di Eropa. Sementara itu, risiko dari domestik yang tetap perlu dicermati terutama terkait dengan dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Selanjutnya, Bank Indonesia terus melakukan penguatan koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus pada pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan kelanjutan program reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan terus membaik, meskipun diliputi oleh sejumlah risiko yang perlu dicermati. Perekonomian global tetap tumbuh terutama didukung oleh perbaikan ekonomi AS dan negara-negara emerging serta harga komoditas yang meningkat. Ekonomi AS terus tumbuh didorong oleh konsumsi dan investasi, diikuti dengan ketenagakerjaan dan pendapatan yang membaik. Selain itu, harga komoditas dunia termasuk harga minyak dan komoditas ekspor Indonesia tetap meningkat. Di sisi lain, sejumlah risiko global perlu terus diwaspadai, termasuk tekanan inflasi yang mulai meningkat di negara maju yang dapat memicu pengetatan kebijakan moneter di negara-negara tersebut. Sementara itu, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) lebih lanjut akan berpotensi mendorong penguatan mata uang AS dan meningkatkan cost of borrowing. Permasalahan Brexit dan risiko geopolitik di sejumlah negara Eropa terkait menguatnya gelombang populism serta risiko penyelesaian utang Yunani dapat meningkatkan ketidakpastian global. Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya diperkirakan tumbuh relatif tetap kuat didorong oleh investasi yang meningkat, konsumsi yang masih tinggi dan kinerja ekspor yang membaik. Investasi nonbangunan diperkirakan akan terus membaik tercermin dari berlanjutnya penjualan alat berat yang meningkat, serta penjualan semen yang mulai tumbuh positif. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tinggi sebagaimana terindikasi dari penjualan ritel yang tumbuh stabil dan ekspektasi konsumen yang positif. Sementara itu, kontribusi Pemerintah terhadap konsumsi dan investasi cenderung membaik. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor juga diperkirakan tetap meningkat seiring dengan kenaikan
Bank Indonesia
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
3
harga komoditas. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,0-5,4% (yoy). Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada Februari 2017, terutama didukung oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar 1,32 miliar dolar AS pada Februari 2017, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,43 miliar dolar AS, namun lebih tinggi dibandingkan surplus pada Februari 2016 sebesar 1,14 miliar dolar AS. Surplus tersebut antara lain didukung oleh kenaikan ekspor kelapa sawit, batubara, karet, dan bahan kimia. Di sisi lain, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia hingga Februari 2017 telah mencapai 2,2 miliar dolar AS (ytd). Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2017 tercatat sebesar 119,9 miliar dolar AS, atau setara 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Nilai tukar rupiah tetap menguat pada Februari 2017 sejalan dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian keuangan global. Secara rata-rata, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,17% (mtm) menjadi Rp13.338 per dolar AS. Penguatan rupiah didukung oleh berlanjutnya penjualan valuta asing oleh korporasi eksportir sejalan dengan kinerja ekspor yang membaik, dan aliran modal masuk ke pasar keuangan Indonesia terutama dalam rangka pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sejalan dengan persepsi positif investor terhadap terjaganya kondisi perekonomian domestik. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko yang dapat timbul terkait arah kebijakan AS dan dampak lanjutan kenaikan FFR, serta risiko ketidakpastian politik di sejumlah negara Eropa. Untuk itu, Bank Indonesia akan terus melakukan langkah-langkah stabilisasi yang diperlukan agar nilai tukar rupiah tetap sejalan dengan fundamental dan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar. Inflasi pada Februari 2017 tetap terkendali. Inflasi IHK bulan Februari 2017 tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih rendah dari bulan lalu yang sebesar 0,97% (mtm). Inflasi bulan Februari terutama disumbang oleh peningkatan kelompok administered prices dan kelompok inti, sementara kelompok volatile food tercatat mengalami deflasi. Ke depan, koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dalam pengendalian inflasi terus diperkuat guna merespons sejumlah risiko terutama terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, serta risiko kenaikan harga volatile food. Dengan strategi tersebut, inflasi diproyeksikan tetap dapat terjaga pada sasaran 4±1%. Kondisi sistem keuangan tetap stabil didukung oleh ketahanan industri perbankan dan stabilitas pasar keuangan yang terjaga. Pada Januari 2017, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tercatat sebesar 23,0%, dan rasio likuiditas (AL/ DPK) berada pada level 21,8%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 3,1% (gross) atau 1,4% (net). Pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial telah dapat menurunkan suku bunga deposito sebesar 128 bps (yoy) dan suku bunga kredit sebesar 80 bps (yoy). Berdasarkan jenis kreditnya, suku bunga kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar (112 bps, yoy), disusul suku bunga kredit investasi (95 bps, yoy) dan suku bunga kredit konsumsi (30 bps, yoy).
4
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
Bank Indonesia
Pertumbuhan kredit Januari 2017 tercatat sebesar 8,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,9% (yoy). Pertumbuhan kredit masih terbatas karena terus berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan masih terbatasnya permintaan kredit. Selanjutnya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Januari 2017 tercatat sebesar 10,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 9,6% (yoy). Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, seperti penerbitan saham (IPO dan right issue), obligasi korporasi, dan medium term notes (MTN) terus mengalami peningkatan. Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya, pertumbuhan kredit dan DPK pada tahun 2017 diperkirakan lebih baik, masing-masing dalam kisaran 10-12% dan 9-11%.
Bank Indonesia
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
5
2
Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter Perkembangan Ekonomi Global Perekonomian global tetap tumbuh terutama didukung oleh perbaikan ekonomi AS dan negara-negara emerging serta harga komoditas yang meningkat. Ekonomi AS terus tumbuh didorong oleh konsumsi dan investasi, diikuti dengan ketenagakerjaan dan pendapatan yang membaik. Selain itu, harga komoditas dunia termasuk harga minyak dan komoditas ekspor Indonesia tetap meningkat. Di sisi lain, sejumlah risiko global perlu terus diwaspadai, termasuk tekanan inflasi yang mulai meningkat di negara maju yang dapat memicu pengetatan kebijakan moneter di negara-negara tersebut. Sementara itu, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) lebih lanjut akan berpotensi mendorong penguatan mata uang AS dan meningkatkan cost of borrowing. Permasalahan Brexit dan risiko geopolitik di sejumlah negara Eropa terkait menguatnya gelombang populism serta risiko penyelesaian utang Yunani dapat meningkatkan ketidakpastian global. Ekonomi AS terus tumbuh didorong oleh konsumsi dan investasi, diikuti dengan ketenagakerjaan dan pendapatan yang membaik. Rilis kedua estimasi pertumbuhan PDB AS triwulan IV 2016 tercatat sebesar 1,9% atau sama dengan rilis pertama sebelumnya. Pertumbuhan PDB AS pada triwulan IV tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, didorong oleh konsumsi dan investasi yang masih cukup solid. Konsumsi AS tetap kuat pada triwulan IV 2016 (Grafik 2.1). Pertumbuhan konsumsi yang solid tersebut didukung oleh kondisi ketenagakerjaan yang membaik, antara lain tercermin dari menurunnya tingkat pengangguran dan meningkatnya pendapatan rata-rata (Grafik 2.2).
6
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
% (SAAR) 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
3,8
3,7
% (yoy, SA)
4,6
2,4
2,9
2,7
2,3
1,6
4,3
3,0
4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 3,0 -0,5
Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2014 2015 2016 Konsumsi Riil (qtq, SAAR) Konsumsi Riil (yoy, skala kanan) Penjualan Ritel Riil (yoy, skala kanan) Pendapatan Riil Rata-rata (yoy, skala kanan)
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
Grafik 2.1 Konsumsi, Penjualan Ritel, dan Pendapatan
% (yoy)
% (yoy)
10
4,0
9
3,5
8
3,0
7 6
2,5
5
2,0
4 3
2
1,5
Tingkat Pengangguran Pendapatan Rata-rata (skala Kanan)
MeiAgsNovFebMeiAgsNovFebMeiAgsNovFebMeiAgsNovFebMeiAgsNovFebMeiAgsNovFebMeiAgsNovFebMeiAgsNovFebMeiAgsNovFeb 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 20162017
1,0
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
Grafik 2.2 Tingkat Pengangguran dan Rata-rata Pendapatan AS
Bank Indonesia
Perbaikan sektor tenaga kerja terus berlanjut hingga Februari 2017, tercermin dari tingkat pengangguran yang tercatat sebesar 4,7 persen (sama dengan NAIRU) dan rata-rata pendapatan yang tumbuh sebesar 2,8 persen. Dari sisi investasi, perbaikan tercermin dari kenaikan pertumbuhan menjadi 0,3 persen (yoy) pada triwulan IV 2016, didorong oleh peningkatan investasi nonresidensial (Grafik 2.3). Dengan perkembangan tersebut, perekonomian AS pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh meningkat dengan sumber pertumbuhan utama pada konsumsi dan investasi. Sementara itu, perekonomian negara emerging, di antaranya India, juga menunjukkan perbaikan. Perekonomian India masih ditopang oleh aktivitas konsumsi, didukung oleh perbaikan musim panen dan peningkatan upah. Meningkatnya aktivitas konsumsi antara lain tercermin dari indikator penjualan mobil yang tumbuh stabil. Di sisi lain, pertumbuhan Ekonomi Tiongkok diperkirakan melambat menjadi 6,5% pada tahun 2017. Kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya risiko di sektor keuangan Tiongkok, tercermin dari rasio utang terhadap PDB yang terus meningkat, dari 243% pada akhir 2015 menjadi 255% per Juni 2016 (Grafik 2.4). Selain itu, tekanan aliran keluar modal asing dari pasar keuangan juga turut memengaruhi perekonomian Tiongkok. Hal ini terindikasi dari cadangan devisa Tiongkok yang terus turun menjadi sekitar 3 triliun dolar AS bulan Februari 2017 (Grafik 2.5). Sementara itu, harga komoditas dunia termasuk minyak tetap tinggi. Harga Brent sedikit meningkat ke level 55,5 dolar AS per barrel pada Februari 2017, didorong oleh keberhasilan pemotongan produksi yang disepakati negaranegara OPEC dan non-OPEC (Grafik 2.6). Secara keseluruhan, negara OPEC dan non-OPEC yang ikut dalam kesepakatan telah melaksanakan kurang lebih 82% dari pemotongan produksi yang disepakati. Negara OPEC merealisasikan
Bank Indonesia
%
%
7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0
Investasi (YOY) Investasi (Kontribusi) (Skala Kanan)
0,0 -1,0
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2013
2014
2015
2016
1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 -0,20 -0,40 -0,60
2nd
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
Grafik 2.3 Konsumsi, Penjualan Ritel, dan Pendapatan
% To Total 300 Korporasi (NFI) Pemerintah
250
254,9
Rumah Tangga Total NFI
45,6
200 25,7 10,8
100
167,6
106,5
50 0
41,8
143
150
Des Mei Okt MarAgs Jan Jun Nov Apr Sep Feb Jul Des Mei Okt Mar Ags Jan Jun Nov Apr Sep Feb 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : BIS, Bloomberg, diolah
Grafik 2.4 Rasio Utang Terhadap PDB Tiongkok Miliar Dolar AS 3.900
Delta FX
3801,5
40
Cadangan Devisa (Skala Kiri)
3.700
6,92
3.500
-12,32
20 0 -20 -40
3.300
3230,89
-60
3.100 2.900
2998,2 3005,12 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
2015
2016
-80 -100 -120
2017
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.5 Cadangan Devisa Tiongkok Dolar AS/barrel 60
56 52
54,8
50 40 Sep 2016 OPEC setuju membatasi produksi
30 20
Des 2016 OPEC dan non-OPEC setuju melakukan pemotongan produksi 1,8 mbpd
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2016
2017
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Minyak Brent
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
7
91% dari kesepakatan pemotongan, dengan Arab Saudi sebagai kontributor utama pemotongan. Di sisi lain, produksi minyak AS pada tahun 2017 dan 2018 juga diperkirakan meningkat. Hal ini tercermin dari jumlah rig AS yang naik 364 buah selama 10 bulan terakhir, atau meningkat 90% dibandingkan titik terendahnya di bulan Mei 2016 (Grafik 2.7). Namun demikian, sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai. Sejalan dengan kenaikan harga komoditas, risiko inflasi di berbagai negara diperkirakan mulai meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya Indeks Harga Produsen dan Indeks Harga Konsumen di beberapa negara utama, didorong oleh kenaikan harga komoditas global yang tercermin dari indeks harga komoditas global yang tumbuh meningkat menjadi 41% pada Januari 2017 (Grafik 2.8 dan 2.9). Peningkatan tekanan inflasi ini sejalan dengan pemulihan ekonomi dunia yang terus berlanjut. Inflasi yang mulai meningkat di negara maju tersebut dapat memicu pengetatan kebijakan moneter di negara-negara tersebut. Sementara itu, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) lebih lanjut akan berpotensi mendorong penguatan mata uang AS dan meningkatkan cost of borrowing. Permasalahan Brexit dan risiko geopolitik di sejumlah negara Eropa terkait menguatnya gelombang populism serta risiko penyelesaian utang Yunani juga dapat meningkatkan ketidakpastian global.
mbpd 1950 9,5
1750 1550
9
1350 1150
8,5
950
8 7,5
750
Produksi Minyak AS Jumlah Rig AS (Skala Kanan) Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt
2014
2015
550 Jan Apr Jul Okt Jan
2016
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.7 Perkembangan Minyak dan Jumlah Rig AS
YoY % 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10
YoY % 80 60 40 20 0
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya diperkirakan tetap tumbuh membaik didorong oleh konsumsi yang tetap tinggi, investasi yang meningkat dan kinerja ekspor yang membaik. Ekspektasi konsumen dan penjualan ritel yang positif mendorong konsumsi tetap kuat. Di sisi lain, investasi meningkat terutama ditopang oleh investasi nonbangunan. Sementara itu, harga komoditas yang tetap tinggi mendukung kinerja ekspor untuk terus membaik.
8
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
-20
Tiongkok AS Japan Jerman Indeks Harga Global IMF, Semua Komonditas - (Skala Kanan)
-40
Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov
2012
2013
2014
2015
-60
2016
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 2.8 Perkembangan Indeks Harga Produsen dan Indeks Harga komoditas
YoY %
Pertumbuhan Ekonomi
350
2017
YoY %
5
80
4
60
3
40
2
20
1
0
0
-20
-1
-40
-2 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan
2012
2013
2014
2015
-60
2016 2017
Tiongkok AS Japan Jerman Indeks Harga Global IMF, Semua Komonditas - (Skala Kanan) Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 2.9 Perkembangan Indeks Harga Konsumen dan Indeks Harga komoditas
Bank Indonesia
Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tinggi sejalan dengan optimisme konsumen yang meningkat. Perkiraan konsumsi yang tetap kuat didukung oleh keyakinan konsumen yang meningkat sebagaimana tercermin dari indeks ekspektasi konsumen (Grafik 2.10). Optimisme yang meningkat tersebut diperkirakan tetap mampu mendorong solidnya konsumsi rumah tangga sehingga tetap tumbuh cukup kuat pada triwulan I 2017. Belanja konsumen juga didukung dari sisi pembiayaan yaitu dalam bentuk kredit konsumsi yang meningkat. Selain itu, inflasi yang terjaga dalam target sasaran Bank Indonesia diperkirakan mampu menjaga daya beli konsumen. Sementara itu, penjualan ritel yang tumbuh positif dan cukup stabil pada Februari 2017 turut mendukung tetap kuatnya pertumbuhan konsumsi (Grafik 2.11). Konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan I 2017 ditopang oleh membaiknya realisasi belanja pegawai. Kenaikan harga komoditas berdampak positif terhadap penerimaan pemerintah, dan juga mendorong sisi belanja. Menurut jenisnya, belanja pegawai dan belanja barang diperkirakan tumbuh positif. Investasi pada triwulan I 2017 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja investasi ditopang oleh investasi nonbangunan seperti tercermin dari penjualan alat berat yang tetap meningkat di Januari 2017 (Grafik 2.12). Selain itu, PMI Bank Indonesia menunjukkan perbaikan pada triwulan I 2017, terutama didorong oleh kenaikan volume produksi (Grafik 2.13). Di sisi lain, investasi bangunan tumbuh terbatas dikonfirmasi oleh data penjualan semen yang mulai tumbuh neskipun masih rendah. Namun, belanja modal pemerintah melalui proyek infrastruktur pemerintah hingga Februari 2017 masih terbatas. Di sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan membaik seiring dengan harga komoditas yang tetap tinggi. Tren peningkatan harga ekspor berlanjut pada triwulan I 2017 dengan
Indeks 140 120 100 80 60 40 20 0
I
II
III
IV
I
II
III
IV
2015 2016 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen
Sep Okt Nov Des Jan Feb
I
2017 2016 Indeks Keyakinan Saat ini
2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.10 Indeks Keyakinan Konsumen
Persen, yoy 40 30 20 10 0 -10 -20
I
II
III
2015
IV
I
II
III
2016
IV
Total Makanan Minuman & Tembakau Sandang
I
2017
Sep Okt Nov Des Jan Feb
2016
2017
Suku Cadang dan Aksesoris Peralatan Informasi dan Komunikasi Perlengkapan Rumah Tangga Lainya
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.11 Penjualan Eceran
Unit 300 250
49
62
200
35
150
76
100
31
75 33
50
85
-
I
49 22
17 25
26 36 56
12
80 101 78
50
15
61
24 26
13 33
II
III
IV
2015 Pertambangan
35
35
8 45
I
II
26
56 III
74 25
43
105
92 69
16
20 90
10 41 105 16 16
14
33
88 100
77
72
IV
Sep Okt Nov Des Jan
I
2016 2017 Pertanian Konstruksi
25 130 61
2016 Kehutanan
100
2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.12 Penjualan Alat Berat United Tractors 35 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20
PMI BI Volume produksi Volume total pesanan Total Jumlah Karyawan Penerimaan barang pesanan input
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III
2016
IV
I
2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.13 Indikator PMI Bank Indonesia
Bank Indonesia
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
9
pertumbuhan sebesar 17,4% (yoy) pada Februari 2017 (Grafik 2.14). Peningkatan kinerja ekspor ditopang oleh harga komoditas yang terus membaik. Indeks harga produk pertanian terus meningkat terutama ditopang oleh harga minyak nabati. Harga produk pertambangan dan industri pengolahan juga tumbuh tinggi. Kenaikan harga tersebut berpotensi terus mendorong kinerja ekspor (Grafik 2.15). Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,0-5,4% (yoy). Pada tahun 2017, fase pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut terutama didorong oleh membaiknya kinerja ekspor, dan mulai menggeliatnya investasi yang didukung oleh meningkatnya pembiayaan. Sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih cukup stabil.
Persen, yoy 50 Manufaktur Pertambangan Total Pertanian
40 30 20 10 0 -10 -20
I
II
III
IV
I
II
2015
III
IV
I 2017
2016
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.14 Indeks Harga Ekspor
Persen, yoy 30 20 10
Neraca Pembayaran Indonesia Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada Februari 2017, terutama didukung oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar 1,32 miliar dolar AS pada Februari 2017, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,43 miliar dolar AS, namun lebih tinggi dibandingkan surplus pada Februari 2016 sebesar 1,14 miliar dolar AS (Grafik 2.16). Surplus yang lebih rendah dibanding bulan sebelumnya dipengaruhi oleh kenaikan defisit neraca perdagangan migas yang melampaui peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Februari 2017 tercatat sebesar 2,55 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,99 miliar dolar AS. Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas sebesar 1,31
10
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
0 -10 -20 -30
Total Pertambangan I
II III 2014
IV
I
II III 2015
Pertanian Manufaktur IV
I
II III 2016
IV
I 2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.15 Perkembangan Ekspor Riil
Miliar Dolar AS 3 3 2 2 1 1 0 -1 -1 -2 -2 -3
Nonmigas
Migas
Total
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
2014
2015
2016
2017
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.16 Neraca Perdagangan
Bank Indonesia
miliar dolar AS, melebihi penurunan ekspor nonmigas yang sebesar 0,75 miliar dolar AS. Penurunan impor nonmigas terutama bersumber dari turunnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, senjata dan amunisi, serta perhiasan/permata. Sementara itu, penurunan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh turunnya ekspor lemak dan minyak hewan/nabati bahan bakar mineral, besi dan baja, bijih, kerak, dan abu logam, serta tembaga.
Juta USD 4000 3000 2000 1000 0 -1000 -2000 -3000 -4000 -5000
SBI
SUN
Saham
SBSN
1-Jan 1-Apr 1-Jun 1-Okt 1-Jan 1-Apr 1-Jun 1-Okt 1-Jan 1-Apr 1-Jun 1-Okt 1-Jan 1-Apr 1-Jun 1-Okt 1-Jan
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: Bank Indonesia, IDX, Bloomberg, diolah
Grafik 2.17 Aliran Dana Nonresiden Pada Aset Rupiah
Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas naik dari 0,56 miliar dolar AS pada Januari 2017 menjadi 1,23 miliar dolar AS pada Februari 2017. Kenaikan defisit neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh peningkatan impor migas 0,60 miliar dolar AS, sementara ekspor migas mengalami penurunan sebesar 0,07 miliar dolar AS. Sementara itu, aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan Indonesia hingga Februari 2017 tercatat sebesar 389 juta dolar AS atau secara kumulatif mencapai 2,2 miliar dolar AS (Grafik 2.17). Pada Februari 2017, investor nonresiden meningkatkan kepemilikan aset domestik yaitu pada instrumen SUN sebesar 418 juta dolar AS. Di sisi lain, investor nonresiden melakukan penurunan kepemilikan saham yakni sebesar 60 juta dolar AS, lebih rendah dibandingkan penurunan yang terjadi di bulan sebelumnya (72 juta dolar AS). Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2017 tercatat sebesar 119,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2017 yang sebesar 116,9 miliar dolar AS (Grafik 2.18). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui
Bank Indonesia
Miliar Dolar AS
Bulan
120
9,0
100
8,0
80
7,0
60 6,0
40
5,0
20 0
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Jan Mai Jun Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
2014
2015
2015
4,0
2017
Bulan Impor Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)
Cadangan Devisa Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.18 Cadangan Devisa
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
11
kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. Posisi cadangan devisa pada akhir Februari 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Rupiah
13,600
Data s.d 28 Feb-17
13,500
13412
13,400 13,200 13,200
Nilai tukar rupiah tetap menguat pada Februari 2017 sejalan dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian keuangan global. Secara ratarata, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,17% (mtm) menjadi Rp13.338 per dolar AS dan secara point-to-point terapresiasi sebesar 0,12% dari Rp13.352 per dolar AS menjadi Rp13.336 per dolar AS (Grafik 2.19). Secara year to date, penguatan rupiah tercatat sebesar 1,02% (Grafik 2.20). Penguatan rupiah tersebut didukung oleh aliran modal masuk ke pasar keuangan Indonesia terutama dalam rangka pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Faktor eksternal dan domestik mendorong penguatan rupiah. Dari eksternal, terutama berasal dari ketidakpastian arah kebijakan Pemerintah AS yang menyebabkan sentimen negatif terhadap dolar AS. Sedangkan dari domestik, penguatan rupiah dipengaruhi sentimen positif terhadap perbaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 dibanding 2015, serta peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia dari stable menjadi positive oleh lembaga pemeringkat Moody’s. Penguatan rupiah diikuti dengan penurunan volatilitas. Secara year to date (ytd), volatilitas rupiah lebih rendah dari rata-rata negara peers. Selain itu, rupiah hingga akhir Februari 2017 memiliki volatilitas yang terendah dibandingkan Lira (Turki), Real (Brazil), Won (Korea Selatan), Rand (Afrika Selatan), Dolar Singapura (Singapura), Peso (Filipina), Rupee (India), Bath (Thailand), dan Ringgit (Malaysia) (Grafik 2.21).
12
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
13352
13,100
12,900
13338
13247
13,000
Nilai Tukar Rupiah
13361
13315
13336
Rata-rata per dolar AS Rata-rata per bulan Rata-rata per triwulan
13018
3 8 13182328 2 7 12172227 2 7 12172227 1 6 11162126 31 5 10152025
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.19 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
YDT 2017 vs 2016 -2,56 TRY -1,33 PHP -18,51 -4,74 EUR -4,09 MYR -6,83 IDR -0,34 INR -0,58 THB ZAR BRL data s.d 28 Feb-17 KRW -0,21
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
point-to-point Rata-rata
0,75 1,03 1,02 1,85 2,73 0,12
5,49
9,72
4,66 6,68
5,0
10,52 %
10,0
15,0
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.20 Nilai Tukar Kawasan
% 30,0 2016 YTD 2017 Rata -rata YTD 2017
25,0 20,0 15,0
data s.d 28 Feb 2017
10,0 5,0 0,0 TRY
BRL KRW ZAR
SGD
PHP
INR
THB MYR
IDR
Sumber : Reuters, Bloomberg, diolah
Grafik 2.21 Volatilitas Nilai Tukar – Peers Group
Bank Indonesia
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko yang dapat timbul terkait arah kebijakan AS dan dampak lanjutan kenaikan FFR yang lebih agresif pada tahun ini serta risiko ketidakpastian politik di sejumlah negara Eropa. Untuk itu, Bank Indonesia akan terus melakukan langkah-langkah stabilisasi yang diperlukan agar nilai tukar rupiah tetap sejalan dengan fundamental dan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
% yoy 20 16
IHK
Inti
Volate Food
Administered Prices
12 8
4,74 4,46 3,41 3,83
4 0 -4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 2015 2016 2017
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.22 Perkembangan Inflasi
Inflasi Inflasi pada Februari 2017 tetap terkendali dengan realisasi yang lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Inflasi IHK bulan Februari 2017 tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,97% (mtm). Inflasi pada bulan Februari 2017 terutama disumbang oleh peningkatan kelompok administered prices (AP) dan kelompok inti, sementara kelompok volatile food (VF) tercatat mengalami deflasi. Dengan demikian, inflasi IHK secara tahunan tercatat sebesar 3,83% (yoy) (Grafik 2.22) dan berada dalam kisaran sasaran inflasi, yaitu sebesar 4±1% (yoy). Inflasi kelompok inti bulan Februari 2017 tercatat melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi kelompok inti pada bulan Februari 2017 tercatat sebesar 0,37%(mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,56% (mtm), dan secara tahunan tercatat sebesar 3,41% (yoy). Perkembangan inflasi inti tersebut masih relatif sejalan dengan pola historisnya dalam lima tahun terakhir. Lebih rendahnya realisasi inflasi inti bersumber dari melambatnya inflasi kelompok nontraded, sementara inflasi kelompok traded mengalami kenaikan (Grafik 2.23). Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang inflasi inti nontraded antara lain tarif pulsa ponsel, upah pembantu rumah tangga, kontrak rumah, dan sewa rumah (Tabel 2.1). Sementara itu, inflasi inti traded dipengaruhi oleh meningkatnya harga komoditas global, terutama besi baja, gandum, gula, dan emas. Hasil survei bulan
Bank Indonesia
% mtm 1,0 Core
Core traded
Core nontraded
0,8 0,6 0,4 0,2 0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2015
2016
2017
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.23 Inflasi Inti Tabel 2.1 Penyumbang Inflasi/Deflasi Inti No. 1 2 3 4 5
Inflasi (% mtm) 2,32 2,61 1,39 0,33 0,23
Komoditas Tarif Pulsa Ponsel Emas Perhiasan Upah Pembantu RT Kontrak Rumah Sewa Rumah
Sumbangan (%) 0,05 0,03 0,02 0,01 0,01
Sumber: BPS, diolah
Indeks 200 180
% yoy 20
Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bulan yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bulan yad
15
160 10 140 5
120 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
2015
2016
0
2017
Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.24 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
13
Februari 2017 juga mengindikasikan mulai meningkatnya ekspektasi inflasi konsumen dan pedagang eceran untuk 3 dan 6 bulan ke depan (Grafik 2.24). Inflasi administered prices (AP) pada Februari 2017 juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi kelompok AP pada Februari 2017 tercatat sebesar 0,58% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,97%), sehingga secara tahunan inflasi AP tercatat sebesar 4,74% (yoy) (Grafik 2.25). Rendahnya inflasi komoditas AP disebabkan oleh deflasi tarif angkutan udara. Inflasi kelompok AP pada Februari 2017 lebih bersumber pada kenaikan biaya tarif listrik, bensin, dan aneka rokok (Tabel 2.2). Di sisi lain, kelompok VF pada bulan Februari 2017 mengalami deflasi. Deflasi VF pada Februari 2017 tercatat sebesar 0,36% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, sehingga secara tahunan inflasi VF tercatat sebesar 4,46% (yoy) (Grafik 2.26). Deflasi kelompok ini terutama bersumber dari turunnya harga beberapa komoditas seperti cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Meski demikian, deflasi VF lebih lanjut tertahan oleh kenaikan harga beberapa komoditas VF seperti cabai rawit dan bawang merah (Tabel 2.3). Secara spasial, tekanan inflasi di berbagai daerah tercatat cukup rendah (Gambar 2.1). Inflasi berbagai daerah di Jawa dan KTI secara agregat masing-masing tercatat sebesar 0,36% (mtm) dan 0,31% (mtm). Sebagian besar daerah di Sumatera bahkan tercatat mengalami deflasi sehingga secara agregat wilayah ini mengalami deflasi sebesar 0,20% (mtm). Deflasi di Sumatera terutama dipengaruhi oleh penurunan harga cabai merah seperti di Jambi, Aceh dan Sumut seiring dengan melimpahnya pasokan dari sentra produksi. Sementara itu, rendahnya inflasi di wilayah KTI dan Jawa dipengaruhi oleh minimalnya tekanan kenaikan inflasi pangan disertai turunnya harga komoditas daging ayam ras, telur ayam ras dan beras.
14
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
%
%
10
Administered Prices (%,mtm) Administered Prices (%,yoy)-skala kanan
8 6
15 10
4
5
2
0
0
-5
-2 -4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2015
2016
-10
2017
Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.25 Inflasi Administered Prices Tabel 2.2 Penyumbang Inflasi/Deflasi Administered Prices No.
Komoditas
INFLASI 1 2 3 4 5 DEFLASI 1
Inflasi/Deflasi Sumbangan (% mtm) (%)
Tarif Listrik Bensin Rokok Kretek Filter Rokok Kretek Rokok Putih
2,97 0,36 0,58 0,75 0,92
0,11 0,01 0,01 0,01 0,01
Angkutan Udara
-3,52
-0,04
Sumber: BPS, diolah
%, mtm 4,00
2,00
0,00
-2,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Inflasi VF 2015
Inflasi VF 2016
Jul
Ags Sep Okt Nov Des
Inflasi VF 2017
Rata-rata 2010-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.26 Inflasi Volatile food Tabel 2.3 Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile food No. INFLASI 1 2 3 DEFLASI 1 2 3 4
Komoditas
Inflasi/Deflasi Sumbangan (% mtm) (%)
Cabai Rawit Bawang Merah Ikan Segar
15,54 5,23 0,50
0,05 0,03 0,01
Cabai Merah Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Beras
-11,17 -6,04 -4,34 -0,06
-0,09 -0,08 -0,03 -0,01
Sumber: BPS, diolah
Bank Indonesia
ACEH -0,08 RIAU -0,32
SUMUT -0,59
KEP. RIAU 0,16 JAMBI -1,27 SUMSEL 0,11 KEP. BABEL -0,82
SUMBAR -0,17 BENGKULU 0,21
BANTEN 0,47
Inf > 3,0%
KALTIMRA SULTENG -0,03 0,29
JABAR 0,35
DIY 0,36
2,0% < Inf < 3,0%
KALTENG 0,27
JATIM 0,25
SULUT 1,2 PAPBAR -0,04
MALUT 0,03
SULBAR 1,1
DKI JAKARTA 0,33 JATENG 0,51
LAMPUNG 0,54
Inflasi Nasional: 0,23% (mtm)
KALBAR 0,33
PAPUA -0,45
GORONTALO 0,32
KALSEL 0,21 SULSEL BALI 0,75 0,48
NTT 0,15
SULTRA 0,31
MALUKU -0,59
NTB 0,23
1,0% < Inf < 2,0%
0,5% < Inf < 1,0%
0% < Inf < 0,5%
Inf < 0%
Sumber: BPS, diolah
Gambar 2.1 Peta Inflasi Daerah Februari 2017 (%, mtm)
Ke depan, inflasi tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4±1%. Untuk itu, koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food.
Perkembangan Moneter Transmisi pelonggaran kebijakan moneter baik melalui jalur suku bunga maupun jalur kredit terus berlanjut. Transmisi melalui jalur suku bunga berlanjut dengan magnitude yang berbeda antara suku bunga simpanan dan kredit. Penurunan suku bunga deposito lebih dalam daripada penurunan suku bunga kredit. Sementara itu, transmisi melalui jalur kredit membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan kredit. Di sisi lain, likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) tumbuh melambat karena dipengaruhi oleh kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat pada awal tahun. Di pasar keuangan, pasar saham dan pasar obligasi negara menguat didorong oleh
Bank Indonesia
% 8,3 7,8 7,3 6,8 6,3 5,8 5,3 4,8 4,3 3,8
LF Rate BI Rate 7Days RR rPUAB O/N DF Rate
81726 4 13 22 2 112029 7 16 25 4 13 22 31 918 27 615 24 211 20 29 716 25 4 1322 31 9 18 276 15 24 2 11 20 29 71625
Jan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Ags Sep
Okt Nov Des Jan Feb
2016
2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.27 BI 7DRR, DF Rate dan Suku Bunga PUAB O/N
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
15
sentimen positif investor global. Pembiayaan nonbank juga masih berada dalam tren yang meningkat. Suku bunga PUAB O/N meningkat pada Februari 2017 seiring dengan bergesernya pola penempatan likuiditas perbankan. Ratarata harian suku bunga PUAB O/N tercatat sebesar 4,24% pada Februari 2017 meningkat 10 bps dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,14%. Kenaikan suku bunga PUAB tersebut terjadi pada tenor-tenor berjangka pendek yaitu overnight sampai dengan 1 minggu. Pada tenor yang lebih panjang, suku bunga PUAB justru tercatat menurun. Hal ini merupakan indikasi awal dari pergeseran pola penempatan likuiditas perbankan ke instrumen operasi moneter dengan durasi lebih panjang (Grafik 2.27). Meningkatnya keyakinan perbankan terhadap kecukupan likuiditas di pasar uang dan stabilnya kebutuhan uang dalam jangka pendek merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran pola penempatan tersebut. Likuiditas di PUAB masih terjaga sebagaimana tercermin dari volume PUAB yang meningkat dan spread suku bunga maks-min PUAB O/N yang terjaga. Pada Februari 2017, rata-rata total volume PUAB adalah sebesar Rp7,81 triliun, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp6,88 triliun (Grafik 2.28). Kenaikan volume PUAB mengindikasikan semakin aktifnya transaksi di pasar uang seiring pergeseran penempatan likuiditas bank ke instrumen berjangka panjang. Perbankan lebih aktif memanfaatkan PUAB untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya. Sementara itu, spread suku bunga maks-min PUAB O/N melebar 4 bps dibandingkan bulan sebelumnya sehingga menjadi 14 bps di tengah meningkatnya rata-rata harian PUAB O/N. Spread pada Februari 2017 ini juga tercatat masih lebih rendah dibandingkan di periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 26 bps. Sementara itu, transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial masih terus
16
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
%
Rp Triliun
11,00
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 -
10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00
Feb 2017: AVG PUAB O/N: 4,24% AVG DF Position: 44,82% AVG PUAB Position: 11,53 T
4,00 3,00
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
2013
2014
Vol DF (rhs) rDF
Vol PUAB ON (rhs) BI Rate
2015
2016
2017
rPUAB ON 7 Days RR
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.28 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N
% 14,5
rKK
14,0
RRT Sb Kredit
rKMK
rKI 13,58
13,5 13,0 12,5 12,0
12,03
11,5
11,34 11,17
11,0
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.29 Suku Bunga KMK, KI dan KK
Bank Indonesia
berlanjutnya tercermin dari penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Pada Januari 2017, rata-rata tertimbang suku bunga deposito kembali turun sebesar 6 bps menjadi 6,66% setelah pada bulan sebelumnya sempat naik akibat motif perbankan untuk meningkatkan posisi deposito menjelang akhir tahun. Penurunan terutama terjadi pada tenor panjang 24 bulan dan 12 bulan masing-masing sebesar 24 bps dan 4 bps menjadi 7,14% dan 7,27%. Penurunan suku bunga deposito sejak Januari 2016 secara agregat sudah mencapai 128 bps.
%
Bank Indonesia
12,03
11,5 10,5 9,5 8,5
5,5 4,5
7,0 6,0 5,0 4,0
Selisih rKredit - rDepo: 537 bps
3,0
7,5 6,5
6,66
2,0 1,0
Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
2013 2014 Spread Kredit - Depo (rhs) BI Rate RRT Sb Depo
2015 7 Days RR LF Rate RRT Sb Kredit
2016
0,0
2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.30 Selisih Suku Bunga Perbankan
Di sisi lain, suku bunga kredit turun 1 bps pada Januari 2017 menjadi 12,03%. Penurunan ini lebih rendah dibanding penurunan di bulan sebelumnya yang sebesar 12 bps (Grafik 2.29). Sejak Januari 2016, penurunan suku bunga kredit secara agregat mencapai 80 bps, dengan penurunan terbesar terjadi pada suku bunga kredit modal kerja (112 bps), disusul suku bunga kredit investasi (95 bps) dan suku bunga kredit konsumsi (30 bps). Dengan demikian, selisih suku bunga antara deposito dan kredit pada Januari 2017 kembali melebar menjadi 537 bps atau lebih besar 4 bps dari bulan sebelumnya (Grafik 2.30). Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) melambat dipengaruhi oleh melambatnya M1 dan Uang Kuasi. Pada Januari 2017, pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) tercatat sebesar 9,2% (yoy), lebih rendah dari 10,0% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari komponen M1 dan Uang Kuasi yang masing-masing tumbuh sebesar 15,0% (yoy) dan 7,4% (yoy) (Grafik 2.31). Pertumbuhan M1 dan uang kuasi tersebut lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2016 yang tercatat masing-masing sebesar 17,3% (yoy) dan 7,9% (yoy). Di sisi lain, surat berharga selain saham tumbuh menjadi 6,89% (yoy), meningkat dari 0,94% (yoy) di bulan sebelumnya.
%
13,5 12,5
% M1
20
Kuasi
M2
15 10 5 0
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan
2012
2013
2014
2015
2016 2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.31 Pertumbuhan M2 dan Komponennya
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
17
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 yang melambat disebabkan oleh perlambatan Net Domestic Asset (NDA). Pada Januari 2017, NDA tumbuh sebesar 7,56%, melambat dibandingkan pertumbuhan bulan Desember 2016 yang sebesar 9,90% (yoy). Melambatnya NDA tersebut sejalan dengan kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus) sebagaimana tercermin pada peningkatan kewajiban BI kepada Pemerintah Pusat (simpanan Pemerintah Pusat di Bank Indonesia) yang tumbuh sebesar 32,8% (yoy). Peningkatan simpanan Pemerintah Pusat di Bank Indonesia pada awal tahun 2017 didorong oleh meningkatnya realisasi penerimaan pajak. Di sisi lain, Net Foreign Asset (NFA) tumbuh meningkat dari sebesar 10,39% pada Desember 2016 menjadi 13,89% pada Februari 2017 (Grafik 2.32).
% 20
NFA
NDA
M2
15 10 5 0
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan
2012
2013
2014
2015
2016 2017
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.32 Pertumbuhan M2 dan Faktor yang Mempengaruhi
Industri Perbankan Ketahanan industri perbankan tetap kuat didukung oleh memadainya rasio kecukupan modal dan terkendalinya risiko kredit. Pada Januari 2017, rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level 21,8% dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 23,0%, jauh berada di atas ketentuan minimum 8%. Kondisi ini mencerminkan resiliensi perbankan terhadap tekanan dan gejolak di perekonomian. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat rendah yakni sebesar 3,1% (gross) dan 1,4% (net) pada Januari 2017. Pertumbuhan kredit pada bulan Januari 2017 membaik didorong oleh semua jenis kredit dalam rupiah maupun valas. Pertumbuhan kredit pada Januari 2017 tercatat sebesar 8,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,9% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi di seluruh jenis kredit (Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, Kredit Konsumsi) (Grafik 2.33).
18
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
% 40 Total KMK KI KK
35 30 25 20 15 10 5 0
Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.33 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan
Bank Indonesia
Pertumbuhan kredit pada Januari 2017 juga didukung oleh perbaikan kredit valas yang terus tumbuh positif sejak triwulan IV 2016. Namun, perbaikan penyaluran kredit tersebut secara umum masih cenderung terbatas sejalan dengan terus berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan masih terbatasnya permintaan kredit. Secara sektoral, perbaikan pertumbuhan kredit pada Januari 2017 terjadi paling signifikan pada sektor Pertambangan. Kredit sektor Pertambangan tumbuh sebesar 5,1%% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan bulan lalu yang masih terkontraksi 6,6% (yoy). Selain itu, sektor Industri yang memiliki pangsa cukup besar tumbuh sebesar 3,8% (yoy), membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,8% (yoy). Perbaikan pertumbuhan kredit juga dikontribusi oleh kredit sektor Jasa Sosial dan kredit sektor Konstruksi (Grafik 2.34). Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat terutama didorong oleh tabungan dan deposito. DPK tumbuh 10,0% (yoy) pada Januari 2017, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 9,6% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada jenis tabungan dan deposito, sementara giro tumbuh melambat. Tabungan dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 11,9% (yoy) dan 7,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 11,2% (yoy) dan 6,5% (yoy) pada bulan sebelumnya. Sementara itu, giro tumbuh 12,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 13,8% (yoy) (Grafik 2.35). Pertumbuhan kredit dan DPK di tahun 2017 diperkirakan lebih baik. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya. Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit dan DPK pada tahun 2017 masing-masing diperkirakan masing-masing dalam kisaran 1012% dan 9-11%.
Bank Indonesia
Listrik Pertambangan Jasa Sosial Jasa Dunia Usaha Pertanian Konstruksi Pengangkutan Industri Lain-lain Perdagangan
29,36 36,21 -6,61
1,27
5,10 15,59 13,75 11,18 9,14
-3,24 -4,27
2,85 3,84
0
24,18 25,44
Jan-17
Dec-16
8,27 7,97 6,40 5,70
-10
23,01
%
10
20
30
40
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.34 Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi
% 35 Giro
30
Tab
Deposito
25 20 15 10 5 0 -5
Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.35 Pertumbuhan DPK
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
19
Pasar Saham dan Berharga Negara
Pasar
Surat
Pasar saham domestik pada Februari 2017 menguat dibandingkan bulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh sentimen global. Meski diwarnai aksi profit taking investor, IHSG mampu tumbuh positif dan ditutup di level 5.386,69 (per 28 Februari 2017) atau naik 93 poin (1,75%, mtm) dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya. Kinerja positif IHSG ini terutama dipengaruhi oleh sentimen positif baik dari sisi global maupun domestik. Dari sisi global, sentimen positif terutama terkait ekspektasi pasar terhadap rencana kenaikan FFR yang masih akan tergantung pada prospek ekonomi AS. Rilis beberapa indikator ekonomi AS pada Februari 2017 menunjukkan kinerja yang belum menggembirakan, seperti data terkait perumahan dan upah pekerja AS yang masih tumbuh melambat. Hal-hal tersebut menguatkan sinyal bahwa kebijakan normalisasi suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) masih akan dilakukan secara bertahap. Penguatan di pasar saham domestik juga dipengaruhi oleh sentimen positif global lainnya seperti menguatnya harga minyak dunia serta rilis data manufaktur Tiongkok yang lebih baik dari ekspektasi pasar. Sementara itu, dari sisi domestik penguatan pasar saham didukung oleh ekspektasi positif pasar terhadap prospek ekonomi nasional. Optimisme domestik di antaranya berasal dari rilis beberapa laporan yang sesuai ekspektasi pasar seperti laporan keuangan emiten tahun 2016, rilis data pertumbuhan ekonomi 2016, inflasi yang terkendali, dan rilis data neraca perdagangan yang lebih baik dari ekspektasi pasar. Selain itu, suku bunga acuan yang diputuskan tetap pada level 4,75% dan peningkatan outlook rating Indonesia menjadi positif oleh Moody’s turut memelihara sentimen positif. Perkembangan positif bursa saham domestik juga sejalan dengan perkembangan bursa sama
20
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
World EM ASIA US (Dow Jones) Japan (Nikkei) England (FTSE) India (SENSEX) Hong Kong (Hang Seng) Shanghai (SHCOMP) Strait Times (STI) Kuala Lumpur (KLCI) -0,2% Philippine Thailand (SET) -1,1% Vietnam Indonesia (IHSG)
2,8% 2,4% 0,4%
4,8%
2,3% 1,6% 1,6% 1,3%
3,9%
2,6%
1,9% 1,75%
-2% -1% 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.36 IHSG dan Indeks Bursa Global
Properti Pertanian Perdagangan Konsumsi Aneka Industri Industri Dasar Keuangan Pertambangan Infrastruktur IHSG -10%
-0,9% -5,7% 0,2% 2,2% 5,0% 1,2% 3,2% 1,4% 1,0% 1,75% -5%
0%
5%
10%
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.37 Indeks Sektoral Februari 2017
Bank Indonesia
global yang bergerak positif (Grafik 2.36). Kinerja positif IHSG pada bulan Februari 2017 masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara kawasan lainnya seperti Singapura (STI), Hongkong (Hang Seng), dan Kuala Lumpur (KLCI). Meski demikian, kinerja IHSG masih berada di bawah kinerja bursa Vietnam yang tumbuh cukup tinggi hingga mencapai 1,9% (mtm). Menguatnya IHSG didukung oleh kinerja positif sebagian besar indeks sektoral. Kenaikan tertinggi terjadi pada sektor aneka industri yang tumbuh 5,0% (mtm) disumbang utamanya oleh kenaikan saham perusahaan otomotif dan peralatan otomotif. Kenaikan juga terjadi pada saham-saham di sektor keuangan yang tumbuh 3,2% (mtm) meski sempat diwarnai sejumlah aksi profit taking pada emiten besar perbankan. Di sisi lain, koreksi terjadi pada saham-saham sektor pertanian dan sektor properti yang mencatat kinerja menurun masing-masing sebesar 5,7% (mtm) dan 0,9% (mtm) (Grafik 2.37). Pada Februari 2017, investor nonresiden tercatat membukukan net jual di pasar saham. Investor nonresiden tercatat melakukan neto jual tipis sebesar Rp0,81 triliun pada Februari 2017 atau membaik dibandingkan neto jual sebesar Rp0,97 triliun pada bulan sebelumnya (Grafik 2.38). Dengan perkembangan tersebut, porsi investor nonresiden di pasar saham tercatat meningkat menjadi sebesar 31,2% dari sebelumnya 27,8% (Grafik 2.39). Sejalan dengan kinerja pasar saham, kinerja pasar SBN juga menguat. Pada Februari 2017, yield SBN turun sebesar 8 bps dari 7,60% menjadi 7,52%. Adapun yield jangka pendek tetap di level 7,05% sementara yield jangka menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 12 bps dan 11 bps menjadi 7,53% dan 8,13%. Sementara itu, yield benchmark 10 tahun turun sebesar 11 bps dari 7,65% menjadi 7,54% (Grafik 2.40).
Bank Indonesia
Indeks
Rp T
5600
14,0
5400
9,0
5200
4,0
5000
(1,0)
4800
(6,0)
4600
(11,0)
4400 4200 4000
Net Beli/Jual Asing, rhs
(16,0)
IHSG
Feb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt Des Feb
2013
2014
2015
2016
(21,0)
2017
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.38 Kinerja IHSG dan Net Beli/Jual Asing
% 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
2013 Residen
2014 Non-residen
2015
2016
2017
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.39 Porsi Kepemilikan Saham Asing
Rp T
%
10,00
45
9,00
35 25
8,00
15
7,00
5
6,00
-5
5,00 4,00
Net Beli Jual Asing - rhs 10YR
-15
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
2013
2014
2015
2016
-25
2017
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.40 Yield SBN dan Neto Jual/Beli Asing
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
21
Investor nonresiden tercatat melakukan neto beli SBN. Berbeda dengan pasar saham, pada Februari 2017 investor nonresiden tercatat melakukan neto beli sebesar Rp6,40 triliun di pasar SBN. Angka ini turun dibandingkan aliran dana masuk pada bulan sebelumnya yang mencapai Rp19,7 triliun. Dengan perkembangan tersebut, porsi kepemilikan investor nonresiden di pasar SBN pada Februari 2017 tercatat turun menjadi 36,5% dari sebelumnya 37,0% (Grafik 2.41).
Rp T
% 40
2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0
35 30 25 20 15 10 5 0 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
2013
2014
Pangsa Asing - rhs
2015
Total Asing
2016
2017
Total SBN
Sumber: Bloomberg, BI
Grafik 2.41 Perubahan Kepemilikan SBN Asing
Pembiayaan Nonbank Pembiayaan ekonomi nonbank terus meningkat. Hingga Februari 2017 (ytd), total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana (IPO), rights issue, obligasi korporasi, medium term notes (MTN), Negotiable Certificate Of Deposit (NCD) dan instrumen keuangan lainnya mencapai Rp19,0 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp18,2 triliun. Angka ini bahkan merupakan capaian tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir, setelah rekor sebelumnya terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp26,1 triliun (Tabel 2.4). Tren positif pembiayaan nonbank dipengaruhi oleh dinamika eksternal. Peningkatan pembiayaan nonbank pada awal tahun terutama dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2017. Pelaku pasar juga berspekulasi bahwa kenaikan FFR terdekat akan terjadi pada Maret Tabel 2.4 Pembiayaan Nonbank Total Pembiayaan (ytd Feb -17, Rp T) IPO + Rights Issue o/w Emiten Sektor Keuangan Obligasi o/w Emiten Sektor Keuangan MTN + NCD o/w Emiten Sektor Keuangan Total Total o/w Emiten Sektor Keuangan
2011 18,0 12,7 8,0 8,0 0,2 0,0 26,1 20,7
2012 2,4 9,6 8,3 0,7 0,4 12,7 8,7
2013 2,1 8,7 7,3 0,5 0,4 11,3 7,7
2014
2015 2,2 2,2 2,8 1,1 0,7 0,6 5,7 3,9
0,2 7,9 7,6 3,9 2,6 12,0 10,2
2016 0,4 0,3 13,5 13,5 4,4 3,9 18,2 17,6
2017 1,4 0,7 13,2 11,6 4,5 3,2 19,0 15,4
Sumber: OJK, diolah
22
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
Bank Indonesia
2017. Kenaikan FFR ini dapat berdampak pada terkoreksinya pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, yield SUN yang menjadi acuan besaran kupon obligasi korporasi berpotensi meningkat. Mempertimbangkan hal tersebut, korporasi cenderung melakukan aksi korporasi (penerbitan obligasi) pada awal tahun untuk menghindari kenaikan yield dan menekan biaya pendanaan (cost of fund). Di samping itu, kondisi fundamental ekonomi domestik saat ini juga dinilai kondusif bagi emiten untuk melakukan pembiayaan dari pasar keuangan. Beberapa hal yang mendukung penilaian positif terhadap kondisi fundamental adalah keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan, rilis data PDB 2016 yang sesuai ekspektasi pasar, rilis data neraca perdagangan Januari 2017 yang lebih baik dari ekspektasi, dan upgrade terhadap outlook rating Indonesia menjadi positif oleh Moody’s.
Bank Indonesia
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
23
3
Respons Kebijakan Moneter Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Maret 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%, berlaku efektif sejak 17 Maret 2017. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah semakin meningkatnya ketidakpastian global. Bank Indonesia tetap mewaspadai dan mencermati sejumlah risiko dalam jangka pendek ke depan, baik yang bersumber dari global maupun domestik. Risiko yang berasal dari global antara lain terkait kenaikan inflasi global, arah kebijakan ekonomi dan perdagangan AS, dan dampak lanjutan kenaikan Fed Fund Rate (FFR), serta risiko geopolitik di Eropa. Sementara itu, risiko dari domestik yang tetap perlu dicermati terutama terkait dengan dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Selanjutnya, Bank Indonesia terus melakukan penguatan koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus pada pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan kelanjutan program reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
24
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
Bank Indonesia
INDIKATOR TERKINI SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3)
2015
2016
2017
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb 6,65 6,75 7,10 7,10 7,10 7,10 6,65 6,55 6,60 6,60 6,60 6,40 6,40 6,40 6,15 5,90 5,90 5,90 5,90 5,50 7,77 7,65 7,62 7,48 7,50 7,60 7,51 7,32 7,06 6,95 6,79 6,80 6,66 6,67 6,63 6,46 6,36 6,46 6,46 8,13 8,06 7,95 7,99 7,90 7,99 7,90 7,97 7,75 7,27 7,21 7,00 6,98 6,94 6,84 6,75 6,69 6,69 6,75 6,99 7,10 8,17 8,23 8,21 8,55 7,80 6,65 6,06 6,04 6,07 6,74 6,19 6,20 6,24 6,05 6,11 7,80 5,81 5,85
4.803
4.510
4.224
4.455
4.446
4.593
4.615
4.771
4.845
4.839
4.797
5.017
5.216
5.386
5.365
5.423
5.149
5.297
5.294
5.387
BESARAN MONETER (miliar Rp) Uang Primer M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S)
908.529 888.006 886.497 891.189 895.171 945.916 884.788 880.077 864.248 886.034 898.768 990.242 931.372 923.063 930.783 930.538 943.432 989.565 950.992 948.398 1.031.906 1.026.323 1.063.039 1.036.311 1.051.191 1.055.440 1.046.257 1.035.551 1.064.738 1.089.212 1.118.768 1.184.329 1.144.501 1.135.548 1.126.046 1.142.786 1.182.730 1.237.643 1.191.582
-
431.460 423.101 428.860 435.065 437.756 469.379 439.872 422.149 420.214 435.296 440.660 511.295 474.246 466.502 469.542 467.318 476.850 508.124 470.333 465.925 600.446 603.222 634.178 601.246 613.435 585.906 606.385 613.401 644.524 653.916 678.108 673.034 670.255 669.047 656.504 675.468 705.880 729.519 721.249
-
4.973.654 5.007.307 5.142.782 5.044.324 5.065.759 5.134.706 5.104.747 5.135.352 5.206.397 5.235.794 5.292.170 5.410.486 5.400.635 5.415.073 5.394.135 5.453.946 5.574.531 5.734.496 5.657.681
-
3.325.908 3.362.148 3.426.343 3.391.260 3.386.209 3.479.961 3.436.492 3.473.033 3.483.694 3.479.713 3.483.442 3.539.326 3.573.997 3.596.408 3.599.248 3.622.679 3.671.427 3.753.809 3.730.560
-
2.787.381 2.805.535 2.852.941 2.852.002 2.859.515 2.948.518 2.916.324 2.959.962 2.985.889 2.997.759 3.017.408 3.067.791 3.105.374 3.120.686 3.112.018 3.137.724 3.164.911 3.233.997 3.210.630
-
1.567.873 1.583.437 1.593.854 1.600.315 1.583.419 1.586.851 1.607.377 1.656.983 1.683.264 1.687.799 1.698.979 1.681.578 1.727.385 1.726.690 1.715.576 1.742.419 1.740.212 1.726.439 1.753.274
-
1.219.508 1.222.098 1.259.087 1.251.686 1.276.097 1.361.667 1.308.947 1.302.979 1.302.625 1.309.960 1.318.429 1.386.212 1.377.989 1.393.995 1.396.442 1.395.306 1.424.698 1.507.557 1.457.356
-
259.944 264.484 270.403 256.193 251.997 257.745 256.081 242.092 236.613 227.926 221.668 216.207 219.857 228.021 223.908 228.948 243.755 260.393 253.066
-
278.583 292.128 302.999 283.065 274.697 272.678 264.086 270.979 261.192 254.028 244.366 255.328 248.766 247.702 263.323 256.007 262.762 259.420 266.864
-
15.394 15.615 19.221 15.508 14.925 13.399 15.613 13.368 13.441 12.952 11.852 13.796 11.882 14.070 12.336 13.014 14.494 13.525 14.289
-
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar Aktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya
4.373.208 4.404.085 4.508.603 4.443.078 4.452.325 4.548.800 4.498.361 4.521.951 4.561.873 4.581.878 4.614.062 4.737.451 4.730.380 4.746.027 4.737.631 4.778.479 4.868.651 5.004.977 4.936.432
-
1.177.586 1.178.638 1.232.071 1.124.765 1.128.848 1.176.638 1.143.188 1.146.190 1.186.803 1.180.527 1.163.191 1.221.949 1.216.908 1.269.008 1.270.287 1.274.844 1.262.883 1.298.938 1.305.453
-
3.195.623 3.225.447 3.276.533 3.318.314 3.323.476 3.372.162 3.355.173 3.375.761 3.375.069 3.401.351 3.450.871 3.515.502 3.513.471 3.477.019 3.467.344 3.503.635 3.605.768 3.706.039 3.630.979
-
407.278 420.750 482.396 495.480 520.858 491.127 532.951 563.544 517.322 513.239 542.179 511.217 502.255 486.277 410.538 442.064 508.968 519.065 507.187
-
4.155.066 4.213.016 4.270.057 4.239.637 4.244.290 4.318.126 4.276.987 4.271.323 4.309.736 4.310.149 4.365.857 4.451.853 4.483.642 4.473.940 4.535.305 4.543.160 4.622.284 4.711.239 4.672.328
-
PERTUMBUHAN BESARAN MONETER (%,YOY) Uang Primer M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S)
1,84 7,85 8,48 4,85 4,69 2,99 3,54 3,40 1,88 1,41 2,68 12,26 2,51 3,95 5,00 4,42 5,39 4,61 7,48 7,76 12,34 14,56 12,00 10,20 10,01 12,02 13,96 11,61 11,19 13,53 14,05 13,93 10,91 10,64 5,93 10,27 12,51 17,26 13,89
-
-4,71 5,97 8,51 9,83 7,90 11,95 12,43 8,83 10,00 10,01 8,40 24,79 9,92 10,26 9,49 7,41 8,93 8,25 6,92 10,37 28,91 21,48 14,49 10,48 11,57 12,04 15,10 13,60 11,98 16,01 18,05 6,86 11,63 10,91 3,52 12,34 15,07 24,51 18,94
-
28,02 28,88 12,68 10,41 9,49 9,34 8,57 7,93 7,97 8,19 8,83 8,46 8,58 8,14 4,89 8,12 10,04 11,68 10,83 12,37 12,72 12,53 10,59 9,26 8,43 6,27 5,92 6,36 5,38 5,78 7,07 7,46 6,97 5,05 6,82 8,42 7,87 8,56 11,10 10,93 15,35 14,17 9,33 8,80 7,67 7,55 8,85 8,38 9,84 11,58 11,41 11,23 9,08 10,02 10,68 9,68 10,09 14,87 13,36 12,40 10,79 8,71 7,55 5,49 5,53 7,07 6,21 7,66 7,87 10,17 9,05 7,64 8,88 9,90 8,80 9,08 6,59 7,93 10,15 9,90 10,11 10,29 10,48 10,24 11,24 11,32 12,78 16,45 13,00 14,07 10,91 11,47 11,65 10,71 11,34
-
11,51 13,73 9,12 8,47 5,87 1,28 -3,30 -12,49 -14,62 -16,58 -20,84 -20,03 -15,42 -13,79 -17,19 -10,63 -3,27 1,03 -1,18
-
28,00 32,17 28,42 14,66 11,72 11,29 1,40 8,32 2,34 -3,41 -8,11 -10,72 -10,70 -15,21 -13,09 -9,56 -4,34 -4,86 1,05
-
-12,95 -7,46 19,12 -12,48 -31,49 -38,05 -31,72 17,98 1,20 -8,34 -17,16 1,12 -22,82 -9,89 -35,82 -16,08 -2,89 0,94 -8,48
-
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar Aktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya
Bank Indonesia
12,25 13,06 12,43 10,40 9,21 9,00 7,75 7,20 7,43 7,16 7,59 8,69 8,17 7,76 5,08 7,55 9,35 10,03 9,74 11,47 10,26 10,58 2,60 2,41 6,41 -4,28 -5,09 -0,20 1,70 -2,17 2,66 3,34 7,67 3,10 13,34 11,87 10,39 14,19 12,54 14,12 13,14 13,32 11,74 9,93 12,57 12,13 10,40 9,19 11,34 10,95 9,95 7,80 5,82 5,58 8,49 9,90 8,22 38,68 37,35 39,52 30,39 32,02 17,89 46,63 47,27 21,31 22,95 48,51 25,23 23,32 15,57 -14,90 -10,78 -2,28 5,69 -4,83
-
10,86 12,14 11,68 10,27 8,45 9,00 8,66 7,90 8,25 7,05 7,01 7,08 7,91 6,19 6,21 7,16 8,91 9,10 9,24 -
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
25
SEKTOR KEUANGAN
2015
2016
2017
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
HARGA Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy)
0.93 0.39 -0.05 -0.08 0.21 0.96 0.51 -0.09 0.19 -0.45 0.24 0.66 0.69 -0.02 0.22 0.14 0.47 0.42 0.97 0.23 7.26 7.18 6.83 6.25 4.89 3.35 4.14 4.42 4.45 3.60 3.33 3.45 3.21 2.79 3.07 3.31 3.58 3.02 3.49 3.83
SEKTOR EKSTERNAL 13.528 14.050 14.650 13.688 13.835 13.785 13.775 13.372 13.260 13.188 13.660 13.213 13.099 13.300 12.998 13.051 13.563 13.436 13.343 13.347 Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) 10.046 11.217 11.084 10.767 9.614 10.587 9.390 10.199 10.571 10.584 10.556 11.787 8.532 11.610 11.507 11.687 12.401 12.579 12.130 11.376 Ekspor Barang Nonmigas (f.o.b, juta USD) 4) 7.406 9.636 9.115 8.932 8.706 9.512 9.245 9.053 9.749 9.452 9.472 10.323 7.511 10.589 9.531 9.962 10.945 11.081 10.140 8.830 Impor Barang Nonmigas (c & f, juta USD) 4) 2015 2016 INDIKATOR KUARTALAN Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Pertumbuhan PDB (%, yoy) 4,74 5,04 4,92 5,18 5,01 4,94 Konsumsi (RT dan LNPRT) 5,26 5,39 5,00 5,10 5,04 5,03 Konsumsi Pemerintah 7,11 7,31 3,43 6,23 -2,95 -4,05 Investasi 4,79 6,90 4,67 4,18 4,24 4,80 Ekspor -0,60 -6,44 -3,29 -2,18 -5,65 4,24 Impor -5,90 -8,05 -5,14 -3,20 -3,67 2,82 1) minggu terakhir 2) rata-rata 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber: Bank Indonesia, kecuali IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
26
Tinjauan Kebijakan Moneter
Maret 2017
Bank Indonesia
Jln. M.H. Jln. M..H. Tha TThha w w w.bi.go.id