Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur Darmin Nasution
Gubernur
Hartadi A. Sarwono
Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi
Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad
Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo
Deputi Gubernur
Budi Mulya
Deputi Gubernur
Halim Alamsyah
Deputi Gubernur
1
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3 II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 5 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 5 Neraca Pembayaran Indonesia ..................................................... 7 Inflasi .......................................................................................... 8 Nilai Tukar Rupiah ........................................................................ 9 Transmisi Kebijakan Moneter ..................................................... 10 Suku Bunga .......................................................................... 10 Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 11 Pasar Saham ......................................................................... 13 Pasar SBN ............................................................................. 13 Pasar Reksadana ................................................................... 14 Kondisi Perbankan ................................................................ 15 III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 16
2
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Dewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestik membaik. Pada triwulan II-2011, ekspansi menunjukkan kinerja yang terus membaik ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan lebih kuat dari prakiraan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan kinerja ekspor seiring dengan tingginya volume perdagangan dunia dan kenaikan harga komoditas internasional. Sementara itu, kegiatan investasi dan konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh tinggi didukung oleh optimisme yang masih kuat serta kenaikan daya beli masyarakat. Secara sektoral, ekspansi ekonomi masih ditopang oleh pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri, dan sektor keuangan. Terus meningkatnya aktivitas ekonomi domestik mengonfirmasi prakiraan pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mengarah ke batas atas kisaran 6,0%-6,5% untuk keseluruhan tahun 2011. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakan besar. Menguatnya kegiatan masih akan mencatat surplus yang relatif besar ekonomi domestik dan eksternal telah mendorong kenaikan impor terutama migas untuk memenuhi konsumsi BBM dalam negeri. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan surplus transaksi berjalan dibanding triwulan sebelumnya. Di sisi transaksi modal dan finansial, persepsi positif investor terhadap semakin kuatnya fundamental perekonomian Indonesia di tengah menariknya imbal hasil mendorong tingginya penanaman modal asing langsung (FDI) serta aliran investasi portofolio. Tingginya aliran masuk modal asing tersebut mendorong surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari triwulan I-2011 dan dapat mengimbangi penurunan surplus transaksi berjalan. Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada akhir Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Tren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing. Pada bulan Mei 2011, nilai tukar Rupiah menguat 0,33% (ptp) ke asing level Rp 8.536 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Tren apresiasi nilai tukar Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meredam tekanan inflasi, khususnya dari imported inflation, dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia memandang bahwa penguatan Rupiah yang
3
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
sejalan dengan tren apresiasi mata uang di kawasan Asia tersebut sejauh ini tidak memberikan tekanan pada kinerja ekspor, seperti terlihat pada tetap kuatnya pertumbuhan ekspor sejalan dengan masih tingginya harga komoditas internasional dan kuatnya permintaan luar negeri. Tren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi inti meningkat. Inflasi IHK pada Mei 2011 tercatat sebesar 5,98% cenderung meningkat (yoy), atau 0,12% (mtm), terutama karena berlanjutnya koreksi inflasi bahan pangan. Sementara itu, inflasi administered prices relatif rendah seiring dengan tidak adanya kebijakan harga komoditas strategis dari Pemerintah. Namun, kelompok inflasi inti masih dalam tren meningkat, tercatat sebesar 4,64% (yoy) atau 0,27% (mtm) pada Mei 2011. Masih terus meningkatnya inflasi inti didorong oleh peningkatan harga komoditas global, meningkatnya permintaan domestik, serta masih relatif tingginya ekspektasi inflasi. Bank Indonesia terus mewaspadai berbagai faktor risiko terhadap tekanan inflasi inti tersebut maupun tekanan inflasi yang dapat terjadi sehubungan dengan kebijakan Pemerintah terkait subsidi BBM dan listrik. Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasi kredit. Industri perbankan menunjukkan perkembangan pertumbuhan kredit yang tetap stabil sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit yang hingga akhir Mei 2011 mencapai 23,3% (yoy). Bank Indonesia akan tetap mencermati kondisi industri perbankan dan mendorong peningkatan efisiensi agar fungsi intermediasi dapat terus dioptimalkan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011 6,75%. Dewan memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75% Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang disertai dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan nilai tukar Rupiah meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan inflasi cenderung menurun, khususnya dengan berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Bank Indonesia akan terus memperkuat penerapan bauran kebijakan
4
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
moneter dan kebijakan makroprudensial lanjutan, dengan penekanan pada pengendalian aliran masuk modal asing dan likuiditas domestik, di samping apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai tukar kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga stabilitas makro dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%+1% pada tahun 2011 dan 4,5%+1% pada tahun 2012.
Indeks 140,0 130,0 120,0
Optimis
110,0 100,0 90,0 80,0
Pesimis
70,0 60,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5*
2008
2009
2010
2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini (Terbobot)
Ekspektasi Ekonomi 6bln Mendatang (Terbobot) Indeks Keyakinan Konsumen
Ekspektasi Ekonomi 6bln
IKK (Terbobot)
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber : BI
Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen - SK BI
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Indeks 200,0
Indeks Ekspektasi Harga (3bln) Indeks Ekspektasi Harga (3bln) Terbobot Indeks Ekspektasi Harga (6bln) Indeks Ekspektasi Harga (6bln) Terbobot
190,0 180,0 170,0 160,0 150,0 140,0 130,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5* 7 9 11
2008
2009
2010
2011
Sumber : BI
Grafik 2.2 Indeks Harga 6 Bulan Mendatang - SK BI
Indeks
Indeks
140
115
120
110
100
105
80
100
60
95
40
90
20
85
0
I
II III IV 2008
I
II III IV 2009
Pendapatan RT Kaitan Inflasi dg Konsumsi sehari-hari
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER
I
II III IV I II* 2010 2011
80
Tk Konsumsi Beberapa Kom. Makanan ITK (rhs)
Grafik 2.3 Indeks Tendensi Konsumen - BPS
PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. Dari sisi permintaan, sumber utama pertumbuhan PDB diprakirakan berasal dari kinerja ekspor yang meningkat didukung oleh kinerja investasi yang tetap kuat. Kinerja ekspor diprakirakan tetap tumbuh tinggi terkait dengan masih meningkatnya volume perdagangan dunia, membaiknya sentimen bisnis negara-negara Eropa, dan peningkatan harga komoditas. Seiring dengan kinerja ekspor, impor juga diprakirakan akan tumbuh tinggi. Konsumsi rumah tangga diprakirakan juga tetap kuat sejalan dengan optimisme konsumen yang masih tinggi. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II 2011 diprakirakan akan meningkat. Investasi diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan I 2011 sejalan dengan masih kuatnya permintaan, baik domestik maupun eksternal. Sementara itu, dari sisi produksi, sektor utama yang menyumbang pertumbuhan PDB adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuh kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. Konsumen masih menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap ekspektasi ekonomi enam bulan mendatang maupun terhadap kondisi ekonomi saat ini (Grafik 2.1). Hal tersebut juga sejalan dengan hasil Survei Tendensi Konsumen dari BPS. Indeks Tendensi Konsumen untuk triwulan I 2011 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan diperkirakan berlanjut pada triwulan II 2011 (Grafik 2.3). Penjualan mobil dan sepeda motor pada April 2011 masing-masing tumbuh sebesar 6,94% dan 7,53%
5
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
(Grafik 2.4). Penjualan mobil tersebut menurun apabila dibandingkan dengan triwulan I 2011 terkait keterbatasan pasokan pasca bencana tsunami Jepang. Keterbatasan pasokan mobil tersebut diperkirakan hanya bersifat temporer. Penjualan motor juga mengalami perlambatan pada April 2011 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 17,58%. Sementara itu, indeks penjualan eceran cenderung stabil hingga April 2011 untuk semua kelompok barang.
120,00
Penjualan Mobil Penjualan Speda Motor Penjualan Eceran
100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 (20,00)
Kinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggi didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. Permintaan domestik dan eksternal masih berpotensi mendorong pertumbuhan investasi. Hal tersebut sejalan dengan tren peningkatan utilisasi kapasitas sektor industri pengolahan mulai awal tahun 2010, baik yang didasarkan pada hasil Survei Produksi dan SKDU (Grafik 2.5). Dari hasil Survei Produksi, kapasitas produksi terpakai industri pengolahan tanpa migas pada Maret 2011 berada pada level 78,22%, sedikit diatas rata-rata historis tahun 2010 yang sebesar 76,55%. Kenaikan kapasitas terpakai terutama ditopang oleh kenaikan utilisasi pada subsektor kertas dan barang cetakan. Namun, investasi kelompok bangunan mengalami perlambatan (Grafik 2.6).
(40,00)
Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan dunia dan harga komoditas serta membaiknya sentimen bisnis negara-negara Eropa. Kinerja ekspor yang masih solid diprakirakan akan terjadi terutama untuk ekspor nonmigas (Grafik 2.7). Secara sektoral, ekspor yang tumbuh tinggi tersebut akan tercermin pada sektor industri pengolahan yang merespons membaiknya tren sentimen bisnis di Eropa, serta di sektor pertambangan yang merespons peningkatan harga komoditas internasional. Kapasitas produksi di kedua sektor ini diprakirakan masih mampu merespons peningkatan permintaan terkait dengan utilisasi kapasitas yang masih memadai.
60
Sejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. Masih tingginya prakiraan pertumbuhan impor terkait dengan masih kuatnya permintaan eksternal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal, kenaikan impor BBM, serta respons terhadap menguatnya nilai tukar. Selain itu, potensi kenaikan pertumbuhan impor juga akan muncul dari penghapusan bea masuk. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 80/2011 (13 April 2011), Pemerintah menghapus Bea Masuk 182 pos tarif yang terkait dengan kelompok bahan baku dan barang modal. PMK ini bertujuan
6
yoy
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4*
2008
2009
2010
2011
Sumber : CEIC
Grafik 2.4 Penjualan Eceran, Mobil dan Motor
% 80
70 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30
Total Kapasitas Utilisasi PMTB Non Bangunan (sk.kanan)
75 70 65
55 50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2003 2004
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 2.5 PMTB Non-Bangunan & Kapasitas Utilisasi
% yoy
% yoy
100
30
80
25
60
20 15
40
10
20
5
0
0
-20
-5
-40
-10
-60
I
II III 2008
IV
I
II III 2009
Pert. Bangunan (sk.kanan) Impor Manuf. Produk Mineral Non Metal Konsumsi Listrik Bisnis Impor Manuf. Kaca dan Produk Kaca Konsumsi Semen (sk.kanan)
Grafik 2.6 PMTB Bangunan
IV
I
II III 2010
IV
I 2011
-15
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
% yoy
% yoy 80
80 Total Non Migas Migas (sk.kanan)
60 40
60 40
20
20
0 0
-20
-20
-40
-40
-60 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.7 Ekspor Riil Migas & Non Migas
untuk mempertahankan daya saing produk-produk manufaktur yang banyak menggunakan bahan baku maupun barang modal. Perekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untuk 2011. Hal tersebut ditopang oleh tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011 prakiraan akan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertambangan, serta sektor keuangan, persewaan, serta jasa-jasa. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan tersebut yaitu kondisi permintaan eksternal dan permintaan domestik yang solid. Selain itu, perbaikan cuaca dan pergeseran puncak panen juga berpengaruh positif pada sektor tradables terutama sektor pertanian dan sektor pertambangan.
Neraca Pembayaran Indonesia % yoy 100
% yoy 150
Total
80
Non Migas
60
Migas (sk.kanan)
100
40
50
20 0
0 -20
-50
-40 -100
-60 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.8 Impor Riil Migas & Non Migas
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakan masih akan mencatat surplus yang besar. Surplus tersebut ditopang oleh derasnya aliran investasi asing (Transaksi Modal dan Finansial - TMF), terutama dalam bentuk investasi portfolio, yang dapat mengimbangi penurunan surplus Transaksi Berjalan (TB) akibat tingginya impor migas. Prospek positif perekonomian domestik disertai besarnya selisih imbal hasil, menjadikan aset dalam rupiah masih menarik bagi investor asing dan mendorong masih derasnya aliran masuk modal asing sehingga mampu menopang neraca TMF. Kinerja ekspor diperkirakan tetap solid sejalan dengan masih kuatnya permintaan dan tingginya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor diperkirakan juga akan tumbuh tinggi, terutama impor migas, sejalan dengan masih kuatnya permintaan terutama untuk komoditas minyak. Cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar AS atau setara dengan 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Kinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetap mencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulan sebelumnya akibat tingginya impor. Laju pertumbuhan impor minyak diprakirakan lebih tinggi karena tingkat konsumsi BBM yang meningkat sedangkan harga minyak masih berada pada level tinggi. Selain itu, gangguan produksi minyak domestik juga menjadi faktor pendorong lonjakan impor. Namun, penurunan surplus tersebut masih tertahan oleh kinerja ekspor yang masih positif terutama di sektor nonmigas.
7
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
Neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakan akan mencatat surplus yang besar. Surplus yang besar tersebut didorong oleh faktor fundamental domestik yang kuat dan selisih imbal hasil yang masih menarik. Struktur aliran modal masih didominasi oleh aliran portofolio. Meski demikian, prospek usaha dan investasi yang positif memicu aliran pada investasi langsung (FDI) meningkat lebih besar.
%, yoy 24
IHK Inti Volatile Food Administered Prices
18 12 6
11,00 5,56 5,47 4,46
-1
Inflasi Sampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namun tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. Laju inflasi IHK Mei 2011 tercatat sebesar 0,12% (mtm) atau 5,98% (yoy) (Grafik 2.9). Inflasi pada bulan laporan tersebut sejalan dengan pola historisnya meski realisasi tersebut lebih rendah karena masih terjadi koreksi harga pada sejumlah komoditas bahan makanan. Tekanan inflasi pada Mei didorong oleh kelompok inti dan administered prices, sementara kelompok volatile food masih memberikan sumbangan deflasi (Grafik 2.10). Kenaikan inflasi inti antara lain didorong oleh kecenderungan masih meningkatnya harga komoditas global di tengah tren apresiasi rupiah, serta membaiknya perekonomian domestik.
-7
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi
0,55 0,35
Inti 0,27
Vol. Food
Adm. Prices
0,29 0,2
0,24
0,14
0,15 -0,05 -0,25
Kelompok volatile food (VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi. Kelompok tersebut mencatat deflasi sebesar -0,44% (mtm) di tengah harga beras yang mulai mencatat kenaikan terutama pada dua minggu terakhir pada bulan Mei. Dengan kondisi tersebut, secara tahunan kelompok VF mencapai inflasi sebesar 11,00% (yoy) atau melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 12,14% (yoy). Deflasi pada kelompok ini disebabkan oleh koreksi yang berlanjut dari komoditas aneka cabai (Grafik 2.11) serta masih berlangsungnya deflasi pada komoditas bawang merah. Sumbangan deflasi komoditas aneka cabai dan bawang masing-masing sebesar 0,15% dan 0,01%. Hal tersebut didukung oleh deflasi aneka bumbu (cabai dan bawang merah) di sentra produksi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang dan jasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasi dari kelompok administered prices. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 0,20% (mtm) atau 5,47% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Komoditas administered yang berkontribusi pada inflasi bulan laporan adalah bensin dan rokok yang masing-masing memberikan sumbangan sebesar 0,01% (mtm) dan 0,12% (mtm). Inflasi bensin
8
-0,44
-0,45
Mei»2011 Rata-rata Mei»2011 Rata-rata Mei»2011 Rata-rata Inflasi Mei *) Inflasi Mei *) Inflasi Mei *)
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm)
%, mtm 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 -10,0 -20,0 -30,0 -40,0
Rata-rata Inflasi Cabai Merah (2002-2010) Inflasi Cabai Merah Th 2010 Inflasi Cabai Merah Th 2011
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Grafik 2.11 Inflasi Cabai Merah
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
% 12,0
Core Tradeable Core Non-Tradeable Core Tradeable oxcl. emas
10,0 0,0 6,0 4,0 2,0 0,0
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
2003 2004
2005 2006 2007 2008
2009 2010 2011
Grafik 2.12 Inflasi Inti: Tradable Vs Non-Tradable
9450 9350 9250 9150 9050 8950 8850 8750 8650 8550 8450
9335
Secara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi inti tercatat sebesar 0,27% (mtm) atau 4,64% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,25% (mtm) atau 4,62% (yoy). Penyumbang inflasi dari kelompok inti antara lain didorong oleh emas perhiasan sejalan dengan harga emas internasional yang masih cenderung meningkat. Namun, dampak kenaikan harga emas internasional lebih jauh dapat diredam sejalan dengan nilai tukar yang masih cenderung menguat. Terkait sisi permintaan, kenaikan permintaan ditengarai belum memberikan tekanan yang signifikan pada inflasi yang didukung oleh respons sisi penawaran yang masih memadai, baik yang bersumber dari domestik maupun impor.
Nilai Tukar Rupiah
9175 9048 8949
8708 8560 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr 2 3 4 5 6 91011121316171819202324252627
2010
2011
Mei
Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
% 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 -
disebabkan oleh kenaikan harga BBM non subsidi pada bulan Mei sebanyak dua kali yaitu pada awal dan pertengahan bulan sejalan dengan meningkatnya harga minyak internasional.
IDR/USD Vol harian Rata2 Volatilitas Kurs Harian (Rp/USD)-rhs
9350 9250 9150 9050 8950 8850 8750 8650
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2010
2011
Grafik 2.14 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
8550
Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meski dengan laju yang melambat. Kuatnya sentimen positif apresiasi nilai tukar menyebabkan secara umum rupiah bergerak menguat di tengah risiko ketidakpastian global yang meningkat. Fundamental domestik yang kondusif, indikator risiko yang relatif stabil, dan imbal hasil berinvestasi yang relatif tinggi merupakan beberapa faktor yang menopang laju penguatan rupiah. Sementara sentimen risiko global yang meningkat seiring dengan kekhawatiran penanganan krisis Eropa yang berdampak pada aksi portfolio switching investor ke safe heaven asset berdominasi dolar mengakibatkan sedikit tertahannya penguatan rupiah. Nilai tukar rupiah selama Mei 2011 secara rata-rata menguat 1,06% dari level Rp8.649 per dolar AS ke level Rp8.559 per dolar AS (Grafik 2.13). Pada akhir bulan Mei, rupiah ditutup pada level Rp8.536 per dolar AS atau menguat 0,33% dari penutupan bulan sebelumnya. Penguatan tersebut diikuti dengan level volatilitas yang menurun. Tingkat volatilitas rupiah pada bulan laporan menjadi 0,25% dari 0,30% pada bulan sebelumnya (Grafik 2.14). Penguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masuk dana asing. Melimpahnya likuiditas global pasca pelonggaran kuantitatif di masa krisis masih menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang. Indikator imbal hasil rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam
9
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
negeri dan luar negeri (UIP - Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik 2.15). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih tetap tinggi. Hal tersebut tercermin dari tren indikator CIP (Covered Interest Parity) yang terus meningkat sejak tahun 2010 (Grafik 2.16). Penguatan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh ekspektasi stabilnya pergerakan rupiah ke depan terlihat dari pergerakan premi swap di berbagai tenor yang relatif stabil. Hal tersebut mengakibatkan minat investor asing terhadap rupiah masih cukup tinggi. Membaiknya minat investor juga ditopang oleh perbaikan risiko secara keseluruhan yang terlihat dari indikator Credit Default Swap (CDS) yang terus bergerak menurun (Grafik 2.17).
% 11,0 9,0 Indonesia
7,0 5,0
Korea
3,0 Malaysia
1,0
Filipina
-1,0 -3,0
Feb Apr Jun Ags Okt Des Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.15 UIP (Uncovered Interest Parity )
Transmisi Kebijakan Moneter % 8,0
Suku Bunga
6,0
Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Sejak April 2011 hingga periode laporan, rata-rata suku bunga PUAB O/N masih tercatat stabil pada level 6,19%. Suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang juga bergerak stabil. Rata-rata seluruh tenor hanya meningkat 1 bps dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 6,62%. Persepsi risiko likuiditas (counterparty risk) PUAB masih terjaga sebagaimana tercermin pada rata-rata spread suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang berada pada level 29 bps, atau relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 27 bps.
2,0
Berbagai perkembangan tersebut tak lepas dari strategi operasi moneter yang terus difokuskan untuk menjaga suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter tetap berada di sekitar BI Rate. Berbagai langkah penguatan manajemen moneter juga dilakukan terutama terkait dengan manajemen capital inflow, seperti optimalisasi penyerapan likuiditas melalui Term Deposit (TD) jangka pendek dan jangka panjang menggantikan SBI, penerapan 6-month holding period SBI serta perubahan karakteristik TD menjadi lebih likuid sejak tanggal 13 Mei 2011. Selain itu, upaya perpanjangan maturity profile juga terus dilakukan khususnya pada instrumen TD dan SBI. Berbagai strategi operasi moneter tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat manajemen moneter. Suku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dari bulan sebelumnya. Data realisasi per April 2011 menunjukkan rata-rata
10
Indonesia Philippinnes
Malaysia Korea
4,0
0,0 -2,0 -4,0 -6,0
Feb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt DesFeb AprJun AgsOkt DesFeb AprJun AgsOkt Des Feb Apr
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.16 CIP ( Covered Interest Parity)
% 3,0 2,8 2,6 2,4 2,2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0
bps Risk Worsen
Risk Worsen
400
250
Yield Spread CDS Ind (RHS) EMBIG Spread (RHS) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
2010
2011
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.17 Indikator Persepsi Risiko Indonesia
100
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
suku bunga deposito 1 bulan turun tipis sebesar 3 bps dari bulan sebelumnya (Grafik 2.18), sementara rata-rata suku bunga kredit (ratarata dari suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK)) hanya turun sebesar 2 bps dari bulan sebelumnya (Tabel 2.1). Hal tersebut selain disebabkan oleh masih tingginya ekses likuiditas perbankan, juga dipengaruhi oleh pemberlakuan kebijakan pengumuman ≈Prime Lending RateΔ dan himbauan untuk menurunkan suku bunga kartu kredit. Berdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan suku bunga KI dan KK nya. Pada April 2011, Bank Asing Campuran menurunkan suku bunga KI sebesar 32 bps dan suku bunga KK sebesar 80 bps. Besarnya penurunan suku bunga KK pada kelompok Bank Asing dan Campuran tersebut diindikasi terkait dengan himbauan untuk menurunkan suku bunga kartu kredit bank. Sementara itu, suku bunga kredit dan deposito pada kelompok bank lainnya tercatat relatif stabil. Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga 2010
Suku Bunga (%) BI Rate Penjaminan Deposito Dep 1 bulan (Weighted Average) Base Lending Rate Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Investasi (KI) Kredit Konsumsi (KK)
2011
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
6,50 7,00 6,89 12,62 13,42 12,62 15,34
6,50 7,00 6,76 12,58 13,26 12,59 15,23
6,50 7,00 6,79 12,50 13,17 12,70 14,99
6,50 7,00 6,79 12,39 13,21 12,60 14,92
6,50 7,00 6,75 12,38 13,19 12,40 14,83
6,50 7,00 6,72 12,21 13,00 12,41 14,75
6,50 7,00 6,81 12,07 13,01 12,38 14,65
6,50 7,00 6,78 11,98 12,96 12,35 14,53
6,50 7,00 6,83 11,98 12,83 12,28 14,53
6,50 7,00 6,72 12,03 12,75 12,25 14,48
6,75 7,25 6,72 11,84 12,72 12,20 14,50
6,75 7,25 6,83 12,21 12,32 12,18 14,83
6,75 7,25 6,80 12,06 12,30 12,16 14,81
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
% 20 18 16
14.81
14 12.3 12.16
12 10 8
6.8
6
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2005 2006 BI Rate Kredit Investasi
2007
2008 2009 Deposito 1 Bulan
2010 2011 Kredit Modal Kerja
Kredit Konsumsi
Grafik 2.18 Perkembangan Berbagai Suku Bunga
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terus berlanjut. Pada April 2011, DPK tercatat tumbuh 18,2% (yoy) tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya sebesar 18,6% (yoy) (Grafik 2.19). Di sisi lain, penyaluran kredit (termasuk kredit channeling) pada April 2011 tetap tinggi mencapai 23,5% (yoy). Pertumbuhan kredit yang tetap tinggi tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia yang menerapkan kebijakan GWM (Giro Wajib Minimum) berdasarkan rasio Loan to Deposit (LDR) bagi perbankan per 1 Maret 2011. Data sementara pertumbuhan kredit hingga akhir Mei 2011 mencapai 23,3% (yoy).
11
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan akhir tahun 2011 angka pertumbuhan kredit diperkirakan dapat melebihi Rencana Bisnis Bank 2011 yang berkisar 23,5%. Namun, ekspansi kredit tersebut patut diwaspadai terkait dengan risiko kredit perbankan, terutama dari sisi Non Performing Loan (NPL). Pertumbuhan kredit tersebut sebagian besar masih ditopang oleh KMK dengan pertumbuhan sebesar 27,2% (yoy), relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 27,1% (yoy). Sejalan dengan itu, pertumbuhan KK tercatat sebesar 19,2% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 19,6% (yoy). Sementara itu, ekspansi pada KI belum tampak sebagaimana tercermin pada porsinya yang terkecil dari total kredit dengan pertumbuhan sebesar 24,8% (yoy) atau melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 26,8% (yoy) (Grafik 2.20). Jika dilihat berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kredit sektor lainnya. Kredit di sektor lainnya pada April 2011 tumbuh sebesar 28,0% (yoy), sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 28,8% (yoy). Selain itu, kredit untuk sektor perdagangan, industri pengolahan dan jasa dunia usaha juga merupakan penopang utama pertumbuhan kredit. Pertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada dalam tren yang meningkat. Sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada dalam tren yang meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang membaik. Namun, secara bulanan pertumbuhan uang kartal tercatat menurun menjadi sebesar-17,5% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 19,1% (yoy). Uang primer juga tumbuh melambat pada Mei 2011 menjadi 34,2% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 35,1% (yoy) (Grafik 2.21). Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Pada April 2011 pertumbuhan M1 dan M2 masing-masing tercatat sebesar 18,2% (yoy) dan 15,0% (yoy) mencapai Rp584,6 triliun dan Rp2.435 triliun (Grafik 2.22). Meskipun masih berada pada tren yang meningkat, pertumbuhan M1 dan M2 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh menurunnya DPK (giro dan uang kuasi) terkait dengan pola penyerapan pajak yang besar di awal tahun (khususnya pajak perusahaan pada April 2011). Pertumbuhan M1 terutama disumbang oleh pertumbuhan giro yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan uang kartal. Hal tersebut menunjukkan indikasi yang positif bagi kegiatan ekonomi di sektor riil
12
% 40
10 Kredit DPK BI Rate
35 30
9 23.5
25
8 7
20 15
18.2 6
10
5
5
4
0
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar
2008
2009
2010
3
2011
Grafik 2.19 Pertumbuhan Kredit, DPK, dan BI Rate
% yoy 60 KMK KI KK
50 40 30
27.1 24.8 19.2
20 10 0 -10
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan
2005
2006
2007
2008
2009
2010 2011
Grafik 2.20 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
% yoy 50
GWM LDR GWM 8%
40 GWM SR
30 20 10 0 -10 -20
M0 (GWM 5%) M0 Currency
Data DSM, olah Tim 4-BKM
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.21 Pertumbuhan Uang Primer dan Uang Kartal
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
%, yoy
%, yoy
35
14
M2 M1 BI Rate (RHS)
30 25
12 18.2
10
20 15
15.0 8
10 6
5 0
sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus ekspansif. Sementara itu, likuiditas M2 yang sebagian besar merupakan komponen deposito dan tabungan rupiah menunjukkan besarnya likuiditas perekonomian yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Per April 2011 4
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan
2005
2006
2007
2008
2009
2010 2011
Grafik 2.22 Pertumbuhan Uang Beredar
4500
11
IHSG
4000
10
BI RATE
3500
9
3000 2500
8
2000
7
1500
6
1000
5
500 0
4 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
2007
2008
2009
2010
2011
Perubahan Bulanan
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)
0,5%
Pertanian Perdagangan 0,4%
Industri Lai-lain
5,5%
Industri Dasar Keuangan
1,2% -1,9%
Pertambangan
-0,6%
Infrastruktur
-0,7%
-10%
8,3%
3,4%
Konsumsi
-5%
0%
Kebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% dan realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif oleh pelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan daya tarik pasar saham bagi investor. Pada Mei 2011, IHSG bergerak pada kisaran level 3.700 - 3.800 sebelum akhirnya ditutup pada level 3.836 atau mencatat penguatan sebesar 0,5% secara bulanan (Grafik 2.23). IHSG bahkan sempat mencatat rekor tertinggi pada level 3.872 pada 20 Mei 2011. Penguatan IHSG terutama bersumber dari persepsi investor terhadap perekonomian domestik yang terus membaik, prospek kinerja emiten ke depan yang baik serta sentimen positif investor yang didorong oleh realisasi data inflasi yang melambat. Pertumbuhan IHSG sempat terkendala oleh isu eksternal seperti berlarutnya krisis utang eropa, rilis data perekonomian AS yang menunjukkan kinerja lebih rendah dari perkiraan, kekhawatiran krisis Jepang, dan penurunan credit rating Yunani. Secara sektoral, pertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang oleh hampir seluruh sektor. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor pertanian dan aneka industri yang mengalami penguatan masing-masing sebesar 8,3% dan 5,5% (Grafik 2.24). Penguatan indeks sektoral tersebut didukung oleh kondisi fundamental kinerja ekonomi dan mikro emiten yang cukup baik pada masing-masing sektor.
Grafik 2.23 IHSG dan BI Rate
Properti
Pasar Saham
5%
Grafik 2.24 Pertumbuhan Indeks Saham berdasarkanSektor
10%
Kinerja pasar SBN terus membaik. Penurunan yield SBN terjadi pada seluruh tenor terkait dengan kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia yang cukup solid, nilai tukar yang relatif stabil serta meredanya tekanan inflasi. Secara bulanan, yield SBN dengan tenor jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang masing-masing tercatat menurun sebesar 3 bps, 22 bps dan 7 bps, atau secara rata-rata turun sebesar 11 bps.
13
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
Berbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukan SBN. Pembelian neto asing di pasar SBN pembelian neto pada instrumen SBN diikuti oleh perilaku investor asing yang cenderung keluar dari tenor jangka pendek dan masuk ke tenor jangka panjang. Motivasi asing tersebut terkait dengan optimisme investor terhadap perekonomian domestik yang masih tinggi, premi risiko yang relatif terjaga, tingginya imbal hasil yang ditawarkan, serta ekspektasi inflasi yang stabil.
11
25 Yield SBN BI RATE (RHS)
20
10 9
15
8 7
10
6 5 0
5 4 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.25 Yield SBN dan BI Rate
Pasar Reksadana Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam (Nilai Aktiva Bersih) NAB tumbuh sekitar 7,3% dibandingkan dengan akhir tahun 2010 (Tabel 2.2). Peningkatan NAB reksadana tersebut terutama ditopang oleh produk reksadana berbasis saham. Dalam hal ini, portofolio asset bentukan manajer investasi untuk produk reksadana saham mampu membukukan kinerja yang lebih terjaga dibandingkan kinerja IHSG. Sementara itu, untuk reksadana pendapatan tetap, kinerja justru dibawah underlying asset-nya.
14 12 10
1,00 Deviasi Mei dan April May 31, 2011 December 31, 2010 April 30, 2011
0,80 0,60
8
0,40
6
0,20
4
0,00
2
-0,20
0
1YR 2YR 3YR 4YR 5YR 6YR 7YR 8YR 9YR 10YR15YR 20YR30YR
-0,40
Grafik 2.26 Perubahan Yield SBN Bulanan
Tabel 2.2 Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk) Bulan
2010
2011
Apr»2011 Des»2010
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
Saham
Pasar Uang
-2,8% 1,7% 0,8% 5,2% -1,6% -4,4% -1,8% -1,1% 9,4% 5,5% 2,1% 8,6% 1,8% 3,7% 8,0% 3,6%
16,7% 3,7% 10,4% 10,1% -2,5% -1,2% 2,1% 0,7% 0,8% -2,2% -2,0% 0,6% 5,9% -1,0% -2,5% 2,5%
-11,4% 1,0% 5,9% 4,1% 0,9% -1,6% -1,8% 0,7% 7,8% 3,4% 5,1% -0,1% 3,9% 2,7% 6,0% 0,6%
-9,7% -0,1% 2,1% 11,1% -0,1% 10,8% -0,6% 7,5% 6,4% 10,5% -4,5% -3,3% -3,1% -0,9% 0,9% 0,8%
-0,7% 0,1% -3,9% 6,7% 1,5% 2,8% 0,3% 6,0% 4,4% 1,1% 2,8% -0,8% -1,9% 1,1% 0,5% 1,2%
18,2%
4,9%
13,7%
-2,3%
0,9%
Campuran
ETFSaham
ETFPendapatan Tetap
-0,8% -34,1% 4,3% 5,1% -5,8% -5,1% -3,6% 10,8% 14,2% 9,2% 3,1% -30,6% 42,8% 0,5% 9,0% 3,9%
-20,4% -2,9% 8,8% 6,3% -5,2% 4,8% 4,7% -1,5% 10,3% -11,4% -21,1% 0,0% -24,1% 1,4% 7,2% 3,3%
2,4% -39,6% 3,6% 2,9% -1,2% 3,2% 2,4% 0,6% 2,3% 3,2% -15,4% 0,0% -6,5% -0,4% 5,8% 4,2%
0,7% 0,8% -2,9% 4,8% -6,4% 3,6% 0,9% -2,8% 2,8% -1,8% -1,0% 17,1% -13,8% 0,9% 3,6% 1,0%
-3,5% 0,6% 0,6% 6,7% -0,3% 1,1% -0,6% 2,9% 6,3% 4,2% 0,9% 2,1% -0,1% 1,7% 3,7% 1,9%
62,5%
-14,9%
2,7%
-9,0%
7,3%
Pendapatan Terproteksi Indeks Tetap
Syariah
Total
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
Kondisi Perbankan Kondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjaga terjaga. Berbagai indikator utama perbankan seperti angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/ CAR) meningkat dari bulan sebelumnya menjadi 17,8%. Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross masih tetap terjaga di bawah level 5% (Tabel 2.2). Di samping indikator-indikator utama yang baik tersebut, fungsi intermediasi perbankan juga semakin membaik. Pertumbuhan kredit per April 2011 telah mencapai 23,5% (yoy) dan pada akhir tahun diperkirakan dapat melampaui Rencana Bisnis Bank 2011 sebesar 23,5%.
Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan
Total Aset DPK Kredit * LDR* NPLs Gross* NPLs Net * CAR NIM ROA
2 0 11
2 0 10
Indikator Utama
Apr (T Rp) (T Rp) (T Rp) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
2.576,3 2.604,4 2.678,3 2.683,5 2.700,2 2.758,1 2.769,4 2.856,3 3.008,9 2.990,7 2.993,1 1.980,5 2.013,2 2.096,0 2.082,6 2.092,8 2.144,1 2.173,9 2.212,2 2.338,8 2.302,1 2.287,8 1.516,0 1.561,2 1.615,8 1.627,4 1.670,6 1.689,1 1.705,8 1.736,1 1.796,0 1.776,1 1.803,9 76,5 77,5 77,1 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 3,5 3,6 3,3 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 0,9 1,0 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 19,2 17,8 17,4 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 2,9 2,9 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8
Mar
Apr
3.065,8 2.351,4 1.844,2 78,4 3,2 0,9 17,6 0,6 3,1
3.069,1 2.340,2 1.872,6 80,0 3,2 0,9 17,8 0,5 3,0
* dengan channeling
15
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011 6,75%. Dewan memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75% Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang disertai dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan nilai tukar Rupiah meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan inflasi cenderung menurun, khususnya dengan berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Bank Indonesia akan terus memperkuat penerapan bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial lanjutan, dengan penekanan pada pengendalian aliran masuk modal asing dan likuiditas domestik, di samping apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai tukar kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga stabilitas makro dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%+1% pada tahun 2011 dan 4,5%+1% pada tahun 2012.
16
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 6 bln 1) Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3)
2010 Mei
Jun
Jul
Ags
2011
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
6,76 6,95 6,30 2.797
6,79 6,95 6,34 2.914
6,79 6,95 6,32 3.069
6,83 6,75 6,96 6,33 3.082
6,84 6,72 6,69 6,30 3.501
6,84 6,81 6,99 6,16 3.635
6,70 6,78 7,03 5,68 3.531
6,60 6,83 7,06 5,83 3.704
6,50 6,72 6,88 5,97 3.409
6,71 6,72 6,82 6,25 3.470
6,72 6,83 6,91 6,40 3.679
7,18 6,48 3.820
3.837
BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah
391.848 514.005 214.695 299.310 2.011.683 1.497.677 1.373.918 789.142 584.776 123.759 1.887.923
401.435 545.405 222.828 322.577 2.082.394 1.536.988 1.412.917 808.099 604.818 124.072 1.958.322
408.967 539.746 228.239 311.507 2.070.257 1.530.511 1.402.699 792.881 609.818 127.812 1.942.445
426.867 555.495 241.166 314.328 2.097.385 1.541.891 1.410.754 789.119 621.635 131.137 1.966.248
423.809 549.528 229.871 319.657 2.132.063 1.582.535 1.450.485 809.958 640.527 132.050 2.000.013
418.884 555.525 235.698 319.827 2.170.461 1.614.935 1.480.067 834.274 645.793 134.868 2.035.592
483.922 571.352 238.515 332.837 2.206.524 1.635.172 1.500.890 842.690 658.200 134.282 2.072.242
518.447 605.899 260.715 345.184 2.323.439 1.717.541 1.587.407 872.921 714.487 130.133 2.193.306
512.192 604.704 248.016 356.688 2.290.917 1.686.212 1.562.083 864.039 698.044 124.129 2.166.787
502.190 585.981 245.418 340.563 2.260.122 1.674.141 1.550.021 854.852 695.168 124.121 2.136.002
506.785 581.057 242.074 338.984 2.291.288 1.710.230 1.581.592 884.802 696.789 128.639 2.162.649
520.673 584.820 252.199 332.621 2.281.650 1.696.830 1.574.884 869.117 705.767 121.945 2.159.704
-
Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum
1.660.942 1.721.286 1.722.911 1.774.363 1.795.954 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.963.698 1.992.605 1.461.528 1.511.482 1.518.049 1.561.226 1.583.468 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.726.751 1.761.335
-
HARGA Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy)
0,29 4,16
0,97 5,05
1,57 6,22
0,76 6,44
0,44 5,80
0,06 5,67
0,60 6,33
0,92 6,96
0,89 7,02
0,13 6,84
-0,32 6,65
-0,31 6,16
0,12 5,98
9.180 10.032 8.136 68,54
9.083 10.538 9.045 69,68
8.952 10.815 10.067 70,86
9.041 11.841 9.939 73,93
8.924 10.106 7.478 76,76
8.928 11.924 9.315 79,69
9.013 12.439 10.051 80,72
8.991 13.482 10.723 83,59
9.057 11.824 9.468 82,18
8.823 11.677 9.276 85,05
8.709 13.472 11.445 88,61
8.574 92,87
8.573 96,95
SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (%, yoy)** Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Impor
2010 6,1 4,0 8,5 463,1 14,9 17,3
2011 Tw.I 6,5 4,3 7,3 89,0 12,3 15,6
Tw.II* 6,4 5,3 10,0 8,0 8,3
* angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
17