Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur Darmin Nasution
Gubernur
Hartadi A. Sarwono
Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi
Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad
Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo
Deputi Gubernur
Budi Mulya
Deputi Gubernur
Halim Alamsyah
Deputi Gubernur
1
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3 II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 6 Perkembangan Ekonomi Dunia .................................................... 6 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 9 Inflasi ........................................................................................ 11 Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 13 Kebijakan Moneter .................................................................... 14 Suku Bunga .......................................................................... 14 Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 16 Pasar Saham ......................................................................... 18 Pasar SBN ............................................................................. 18 Pasar Reksadana ................................................................... 19 Kondisi Perbankan ................................................................ 19 III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 21
2
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Prospek ekonomi dunia yang membaik mendukung kinerja ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan semula yang didukung oleh membaiknya ekonomi negara maju, sementara ekonomi negara berkembang khususnya emerging market masih tumbuh tinggi. Kecenderu ngan ini memperkuat keyakinan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 2010 dapat tumbuh sekitar 6% dan terus membaik sehingga pada akhir tahun 2011 diperkirakan mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2011 diperkirakan dapat mencapai 6,4%, ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik dan membaiknya sisi ekstenal. Kinerja ekspor masih cukup tinggi sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Sementara itu, impor juga meningkat terutama impor barang modal yang diperlukan untuk mendukung peningkatan kapasitas perekonomian. Dengan perkembangan tersebut, transaksi berjalan pada triwulan I 2011 diperkirakan masih akan mencatat surplus yang cukup besar. Transaksi modal dan finansial (TMF) diperkirakan juga masih mencatat surplus cukup besar, terutama didukung oleh kuatnya aliran modal masuk investasi langsung (PMA). Sementara itu, portofolio investasi asing pada SUN, saham, dan SBI yang sempat mendapat tekanan arus modal keluar pada Minggu II dan III Januari karena sentimen terhadap risiko tekanan inflasi dan penguatan dolar AS telah mereda pada Minggu IV Januari. Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2011 diperkirakan masih akan mencatat surplus yang cukup besar. Posisi cadangan devisa pada 31 Januari 2011 tercatat sebesar 95,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Nilai tukar rupiah sempat mengalami tekanan sebagai akibat aliran modal keluar. Rupiah mengalami pelemahan disertai volatilitas yang sedikit keluar meningkat, dipicu antara lain oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap meningkatnya tekanan inflasi di dalam negeri. Nilai tukar rupiah pada Januari 2011 melemah rata-rata 0,1% menjadi Rp9.034 per dolar AS. Bank Indonesia meyakini bahwa aliran keluar modal asing dan pelemahan rupiah tersebut lebih bersifat temporer karena faktor fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat, sebagaimana penilaian lembaga Rating Moody»s yang menaikkan Sovereign Credit Rating Indonesia menjadi Ba1 dengan outlook stabil. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia
3
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
melalui stabilisasi nilai tukar juga mendorong cepat pulihnya kestabilan nilai tukar rupiah. Ekspektasi inflasi mulai meningkat. Inflasi IHK pada Januari 2011 mencapai 0,89% (mtm) atau 7,02% (yoy). Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh tingginya inflasi kelompok volatile foods yang mencapai 18,25% (yoy) karena berlanjutnya gangguan produksi dan distribusi bahan pangan, khususnya beras dan bumbu-bumbuan. Sementara itu, kelompok administered prices menunjukan inflasi yang moderat sebesar 5,21% (yoy) dan inflasi inti relatif terkendali pada tingkat yang cukup rendah yakni sebesar 4,18% (yoy). Meskipun demikian, ekspektasi inflasi cenderung mulai meningkat sebagaimana tercermin pada berbagai indikator ekspektasi inflasi seperti survei ekspektasi konsumen, survei produsen, dan harga aset finansial. Di samping dipicu oleh kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi, meningkatnya ekspektasi inflasi juga didorong oleh kenaikan harga komoditas global dan rencana kebijakan Pemerintah khususnya pembatasan subsidi BBM. Bank Indonesia menilai bahwa meningkatnya ekspektasi inflasi tersebut perlu direspons secara tepat agar tidak menimbulkan tekanan inflasi ke depan. Kinerja pasar keuangan domestik juga mengalami tekanan akibat kekhawatiran investor khususnya asing terhadap meningkatnya inflasi. Tekanan pasar keuangan terjadi baik di pasar uang, saham maupun SBN. Pasar saham mengalami koreksi yang cukup dalam sebagaimana dicerminkan dari IHSG yang menurun sekitar 7,9%. Namun, penurunan bursa saham juga dialami negara-negara lain di kawasan seperti China, India dan Filipina. Kondisi ini juga berimbas pada pasar SBN yang ditunjukkan oleh kenaikan yield yang terjadi secara signifikan. Dari sisi transmisi kebijakan moneter, suku bunga perbankan masih terus mengalami penurunan meskipun terbatas dengan spread yang cenderung menurun. Sementara itu, suku bunga PUAB O/N mulai meningkat mendekati level BI Rate. Hal tersebut sejalan dengan optimalisasi instrumen kebijakan yang dilakukan untuk memperkuat efektifitas kebijakan moneter. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Industri perbankan tetap solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari pertumbuhan kredit yang terus meningkat yang pada tahun
4
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
2010 mencapai 22,8% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh jenis kredit termasuk kredit kepada UMKM. Berdasarkan asesmen terkini dan prospek ekonomi tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Februari 2011 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 6,75%. Keputusan tersebut diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi, di samping kenaikan harga komoditas global termasuk minyak, serta rencana kebijakan Pemerintah di bidang komoditas strategis. Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan inflasi ke depan dan memperkuat kebijakan nilai tukar rupiah yang sesuai dengan upaya mengurangi tekanan inflasi ke depan, serta kebijakan makroprudensial untuk pengendalian likuiditas yang telah ditempuh sejak tahun 2010 yang lalu. Melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut, serta langkah-langkah Pemerintah untuk mengatasi tingginya harga komoditas pangan, inflasi diperkirakan dapat dijaga pada sasarannya yakni 5% ±1% untuk 2011 dan 4,5% ± 1% di 2012.
5
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER
%
thousands
11,0
800
Monthly Change Nonfarm Payrolls (RHS) Unemployment Rate
10,0
600
Perkembangan Ekonomi Dunia Pemulihan ekonomi global terus berlanjut diikuti dengan tekanan inflasi yang meningkat. Perekonomian negara-negara emerging market masih tumbuh ekspansif. Di sisi lain, walaupun masih relatif moderat, aktivitas ekonomi di negara maju terus membaik dan bahkan lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Hal tersebut mendorong lembaga internasional IMF dan World Bank merevisi naik proyeksi (outlook) ekonomi globalnya. Berlanjutnya pemulihan ekonomi global tersebut mendorong peningkatan tekanan inflasi global, baik di negara berkembang maupun negara maju. Peningkatan tekanan inflasi, selain didorong oleh kenaikan harga komoditas internasional akibat tingginya permintaan global juga dipicu oleh buruknya kondisi cuaca dan meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah. Dari sisi kebijakan, negara maju masih cenderung mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif guna menopang upaya pemulihan ekonomi. Sementara itu, negara emerging market mulai melakukan pengetatan kebijakan moneter. Perekonomian Amerika Serikat (AS) menunjukkan perkembangan yang positif. Konsumsi rumah tangga AS menunjukkan penguatan didorong positif oleh membaiknya kondisi pasar tenaga kerja. Tren pemulihan konsumsi tercermin dari indikator penjualan eceran, belanja rumah tangga, dan menguatnya keyakinan konsumen. Membaiknya kondisi pasar tenaga kerja terindikasi dari tren positif nonfarm payroll, meskipun tingkat pengangguran masih berada pada level yang tinggi (Grafik 2.1). Sementara itu, merespons peningkatan permintaan rumah tangga, sektor industri juga mengalami perbaikan. Meningkatnya permintaan mendorong aktivitas sektor produksi yang terlihat dari indeks produksi dan Purchasing Manager Index (PMI) Desember 2010 yang berada pada fase ekspansi. Indeks PMI manufaktur AS pada Desember 2010 mengalami kenaikan ke level 57,0 dari level 56,5 bulan sebelumnya.
400
9,4
9,0
200
8,0
0
7,0
-200
6,0
-400
5,0
-600 ...sd Des 2010
4,0 Jan
Jul
Jan
2006
Jul
Jan
2007
Jul
2008
Jan
Jul
2009
Jan
-800
Jul
2010
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.1 Nonfarm Payrolls dan Unemployment AS
Indeks
Indeks 70
60 PMI Manufacture (RHS) Richmond Fed Empire State Philadelphia Fed
40 20
65 60 55 50
0
45
-20
40 -40
Perekonomian negara Eropa melanjutkan pertumbuhan ditopang oleh ekpansi sektor industri. Aktivitas sektor industri Eropa meningkat didorong oleh tingginya permintaan eksternal khususnya dari negara emerging markets. Peningkatan kegiatan industri Eropa juga terlihat dari indikator manufaktur Eropa di Januari 2011 yang masih berada pada level ekspansi.
6
...sd Jan 2011 -60
Jan Jul 2007
Jan Jul 2008
Jan Jul 2009
Jan Jul 2010
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.2 Survei PMI Manufaktur dan Produksi di Berbagai Distrik di AS
35
30 Jan 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Kinerja konsumsi ekonomi Jerman masih menjadi penopang utama perekonomian Eropa yang disebabkan oleh tren penurunan angka penggangguran dan meningkatnya kinerja ekspor. Meskipun demikian, konsumsi Eropa secara umum masih lemah akibat tingginya tingkat pengangguran dan pelaksanaan program pengetatan fiskal. Perekonomian China masih berada dalam tren pertumbuhan yang didukung oleh investasi dan produksi. Aktivitas perekonomian China kembali meningkat pada triwulan IV 2010 tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang tumbuh sebesar 9,8% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut didukung aktivitas industri yang meningkat, ditopang oleh ekspansi kredit perbankan,di tengah berbagai kebijakan pengetatan yang diterapkan oleh pemerintah China. Konsumsi juga melanjutkan tren pertumbuhan yang meningkat tercermin dari indikator penjualan eceran yang meningkat hampir 20% (yoy) pada Desember 2010. Harga minyak terus mengalami peningkatan yang dipengaruhi baik oleh faktor fundamental maupun nonfundamental. Faktor fundamental yang memengaruhi kenaikan harga komoditas minyak di antaranya yaitu tingginya pertumbuhan permintaan dunia akibat cuaca ekstrim yang terjadi di beberapa negara Eropa dan sebagian besar wilayah AS. Sementara itu, faktor nonfundamental yang memengaruhi kenaikan harga komoditas minyak berasal dari aktivitas spekulasi di pasar komoditas sebagaimana tercermin dari melonjaknya nilai kontrak nonkomersial akibat tren pelemahan dolar AS. Harga komoditas dunia (IMF) bulan Desember juga kembali meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas bahan bakar (minyak). Selama Desember 2010, indeks total harga komoditas IMF naik sebesar 24,8% (yoy) atau 5,9% (mtm) yang dipicu oleh kenaikan indeks bahan bakar sebesar 26,1% (yoy) sementara indeks non bahan bakar hanya tumbuh sebesar 22,7% (yoy). Meningkatnya aktivitas perekonomian mengakibatkan tekanan inflasi juga cenderung meningkat. Consensus Forecast Januari 2011 memprakirakan inflasi global untuk keseluruhan tahun 2010 dan 2011 mencapai 3,41% (yoy) dan 3,23% (yoy). Meningkatnya inflasi global terutama didorong oleh inflasi di negara berkembang. Untuk tahun 2010, Consensus Forecast memprakirakan inflasi di kelompok negara maju sebesar 1,70% (yoy) sementara inflasi di negara berkembang diprakirakan mencapai 5,57% (yoy). Tekanan inflasi di kawasan Asia juga semakin kuat didorong oleh masih tingginya permintaan domestik dan melonjaknya harga komoditas.
7
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Kondisi pasar keuangan global masih menunjukkan tren yang menguat seiring dengan indikator ekonomi global yang menunjukkan perbaikan. Secara umum, bursa saham global terus mengalami peningkatan tercermin dari indeks komposit harga bursa saham dunia (MSCI World) yang masih berada dalam tren menguat. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa rilis data ekonomi global yang mengindikasikan masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi. Keputusan bank sentral di negara maju yang mempertahankan kebijakan akomodatif juga menjadi faktor pendorong pemulihan bursa saham global. Di sisi lain,, bursa saham Asia sempat melemah akibat kekhawatiran terhadap pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh otoritas moneter di kawasan Asia yang diperkirakan akan berdampak terhadap melambatnya ekspansi ekonomi. Kekhawatiran tersebut tercermin dari memburuknya indikator persepsi risiko (Credit Default Swap Asia) dan menurunnya pembelian neto investor asing ke bursa saham Asia. Secara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masih akomodatif. Beberapa bank sentral di negara maju masih mempertahankan suku bunga rendah untuk memfasilitasi upaya pemulihan ekonomi. Selain mempertahankan suku bunga pada level yang rendah, beberapa bank sentral seperti Bank of England (BOE) dan Bank of Japan (BoJ) juga melanjutkan kebijakan quantitative measures dengan membeli surat-surat berharga Pemerintah. Beberapa bank sentral negara berkembang kembali melanjutkan kebijakan moneter yang ketat disertai dengan penerapan berbagai kebijakan untuk meredam aliran masuk modal asing (capital inflow). Beberapa bank sentral di kawasan emerging market yang menaikkan suku bunganya sepanjang Januari 2011 ialah BoT-Thailand (+25 bps), BoK-Korea (+25ps), BCB-Brazil (+50bps) dan CRBP-Peru (+25 bps). Kebijakan yang berbeda dilakukan oleh bank sentral Turki yang melanjutkan kebijakan penurunan suku bunga seiring dengan tekanan inflasi domestik yang masih rendah. Namun, di sisi lain, bank sentral Turki menaikkan reserve requirements berdasarkan jangka waktu simpanan. Pengetatan kebijakan yang dilakukan beberapa bank sentral di emerging market juga diikuti dengan penerapan berbagai kebijakan lainnya untuk meredam aliran masuk modal (capital inflows).
8
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
(%,yoy) 110,00
PY_Mobil
90,00 70,00 50,00 30,00
PY_Motor
10,00 -10,00 -30,00 -50,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008
2009
2010
Sumber : CEIC
Grafik 2.3 Pertumbuhan Penjualan Mobil & Sepeda Motor
% yoy
% yoy 140
50
120 100
40 30
80
20
60 40
10
20
0
0 -20
-10
-40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11* 12**
2009
-20
2010
Makanan & Tembakau
Perlengkapan rumah tangga
Pakaian & Perlengkapannya
INDEKS TOTAL (rhs)
Sumber : DSM
Grafik 2.4 Indeks Penjualan Eceran Beberapa Kelompok Komoditas
%, yoy 200 150
M Konsumsi makanan M Konsumsi non makanan
100 50 0 -50 -100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008
2009
2010
Grafik 2.5 Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan akan tumbuh meningkat pada triwulan I 2011. Sumber peningkatan pertumbuhan tersebut berasal dari terus membaiknya kinerja investasi serta masih kuatnya dukungan dari konsumsi rumah tangga dan ekspor. Meningkatnya investasi sejalan dengan semakin baiknya fundamental perekonomian dan persepsi pasar, meningkatnya pembiayaan, relatif rendahnya harga barang impor, dan penerapan berbagai kebijakan yang mendukung investasi. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh kuat. Kinerja ekspor diprakirakan masih akan tumbuh tinggi namun melambat sejalan dengan melambatnya volume perdagangan dunia. Impor juga diprakirakan akan tumbuh melambat sejalan dengan permintaan yang melambat. Dari sisi penawaran, perkembangan kinerja sektoral menunjukkan pertumbuhan yang membaik. Kinerja sektor industri pengolahan cukup baik terutama didorong oleh peningkatan aktivitas di subsektor makanan dan minuman, serta subsektor kimia. Sektor penting lain yang memegang peran utama perkembangan ekonomi sisi penawaran yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pangangkutan dan komunikasi. Kedua sektor tersebut, dalam perkembangannya, menunjukkan peran yang semakin kuat dalam dinamika perekonomian Indonesia. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2011 diprakirakan masih akan tumbuh cukup kuat. Dorongan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh masih kuatnya daya beli masyarakat, harga barang impor yang relatif rendah, dan terjaganya persepsi konsumen seiring dengan stabilnya ekspektasi penghasilan ke depan. Indikasi masih kuatnya konsumsi terlihat dari perkembangan berbagai indikator dini seperti penjualan mobil dan motor serta penjualan eceran pada triwulan IV 2010 (Grafik 2.3 dan 2.4). Selain itu, impor barang konsumsi nonmakanan juga masih cukup kuat (Grafik 2.5). Di sisi lain, konsumsi nonmakanan berupa jasa dan konsumsi makanan diperkirakan masih akan meningkat. Hal tersebut terindikasi dari meningkatnya konsumsi jasa khususnya di bidang komunikasi dan transportasi. Konsumsi makanan terindikasi meningkat terlihat dari impor konsumsi makanan yang meningkat pada triwulan IV 2010 dan kinerja sektor penawaran terkait makanan yang terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2011 diperkirakan juga didukung oleh sisi pembiayaan. Sampai dengan triwulan IV 2010, transaksi dengan menggunakan kartu kredit
9
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
masih menunjukkan peningkatan (Grafik 2.6), begitu pula dengan kredit konsumsi yang masih tumbuh tinggi. Pertumbuhan investasi pada triwulan I 2011 diprakirakan meningkat didukung oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Indikasi peningkatan investasi terlihat dari beberapa indikator dini. Dukungan peningkatan investasi diantaranya berasal dari masih tingginya permintaan, persepsi terhadap iklim investasi yang membaik, pembiayaan yang meningkat terutama dari pasar modal, serta penerapan berbagai kebijakan yang mendukung peningkatan kegiatan investasi. Hingga triwulan IV 2010, aktivitas investasi terus mengindikasikan perbaikan didorong oleh pertumbuhan investasi mesin yang terus meningkat (Grafik 2.7). Di sisi lain pertumbuhan investasi bangunan dan alat angkut cenderung melambat. Investasi nonbangunan diprakirakan meningkat pada triwulan I 2011 didukung oleh kenaikan investasi mesin sebagaimana tercermin dari impor mesin yang masih tinggi pada akhir tahun 2010 (Grafik 2.8). Peningkatan impor mesin terjadi baik untuk telekomunikasi, transportasi, maupun kegiatan produksi. Minat terhadap investasi masih tinggi sebagaimana tercermin dari realisasi PMA dan PMDN (Grafik 2.9). Berdasarkan data BKPM, peningkatan realisasi investasi hingga triwulan IV2010 terutama bersumber dari realisasi investasi PMA yang terus menunjukkan peningkatan sejak triwulan I-2010, sementara realisasi PMDN mulai terlihat membaik sejak triwulan II-2010. Tingginya investasi juga tercermin dari perkembangan Foreign Direct Investment (FDI) yang juga terus menunjukkan perkembangan positif sampai dengan triwulan III 2010 (Grafik 2.10). Kinerja ekspor diprakirakan masih mencatat pertumbuhan yang tinggi, meskipun dengan laju yang melambat. Masih kuatnya kinerja ekspor sejalan dengan perkiraan masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi dunia. Secara umum, kecenderungan apresiasi nilai tukar rupiah tidak mengurangi daya saing produk-produk ekspor Indonesia. Selain karena apresiasi rupiah yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di kawasan, sebagian produk ekspor nonmigas Indonesia masih memerlukan barang input dari luar negeri. Selain itu, kecenderungan peningkatan harga komoditas internasional juga diharapkan dapat menjaga pertumbuhan ekspor pada tingkat yang cukup tinggi. Impor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih kuat, seiring dengan masih kuatnya permintaan. Masih kuatnya impor didukung oleh impor mesin yang masih tumbuh meningkat. Impor berupa mesin ini diharapkan dapat
10
yoy
Rp Miliar
80
16
70
14
60
12
50
10
40
8
30
6
20
4
10
2 -
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2008 Nominal K. Kredit (rhs)
2009
Nominal K. Debit (rhs)
2010 g_Nominal K. Kredit g_Nominal K. Debit
Grafik 2.6 Pertumbuhan Nilai Transaksi Kartu Debit/ATM & Kartu Kredit
% yoy
% yoy 30
150
25 100
20 15
50
10 0
5 0
-50 -100
-5 -10 I II III IVI II IIIIV I II IIIIVI II IIIIV I II IIIIV I II III IVI II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV
2001 20022003 20042005 2006 20072008 20092010 yoy Mesin
IPI Machinery and Equipments (s/d Agust)
M Suku Cadang & Perlengkapan Barang Modal (s/d Okt)
M Barang Modal Kecuali Alat Angkutan (s/d Okt)
Grafik 2.7 PMTB - Mesin
% yoy
% yoy
500
2.000
400
1.500
300 1.000
200 100
500
0 0
-100 -200
-500 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008
2009
2010
71-Power Generating Mach. & Eqp
78-Road Vehicles
74-General Industrial Mach.&Eqp
73-Metalworking Machinery
77-Electrical Mach., Apparatus
76-Telecommunication & Rep. App
72-Mach.Special For Partic.Inds 75-Office Mach.& Aut.Data Proc.
79-Other Transport Equipment (Rhs)
Grafik 2.8 Impor Mesin
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
yoy,nom
yoy,nom 500
70 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40
PMTB
Total PMA dan PMDN
PMA
PMDN (rhs)
400 300 200 100 0 -100 -200
I
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2007 2008 2009 2010
Grafik 2.9 Realisasi PMA - PMDN
Juta USD
%, yoy
4000
200
3500
150
3000 2500
100
2000
50
1500
0
1000 -50
500 0 I
II III 2008
IV
I
II III 2009
IV
I
II III 2010
FDI-Equity capital & Reinvested earnings g_FDI-Equity capital & Reinvested earnings (rhs) FDI-Other Capital, Drawings g_FDI-Other Capital, Drawings (rhs)
Grafik 2.10 Realisasi Foreign Direct Investment
-100
menunjang peningkatan kapasitas produksi guna merespons tingginya permintaan. Selain itu, impor barang konsumsi juga masih meningkat. Di sisi lain impor barang modal dan bahan baku diprakirakan akan mengalami perlambatan, walaupun masih relatif tinggi. Kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha pada triwulan I 2011 diprakirakan masih berpeluang tumbuh membaik. Pada sektor tradable, sektor industri diprakirakan tumbuh membaik didorong oleh subsektor industri nonmigas yaitu subsektor makanan dan minuman serta subsektor kimia. Optimisme tersebut didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2010 yang menunjukkan prakiraan kegiatan usaha yang meningkat, dan pertumbuhan konsumsi listrik industri serta kredit sektor industri yang masih menunjukkan perkembangan positif sampai dengan pertengahan triwulan IV 2010. Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh membaik sejalan dengan produksi minyak dan gas yang menunjukkan perbaikan memasuki akhir tahun 2010. Sementara itu, sektor pertanian diprakirakan tumbuh membaik namun terdapat beberapa risiko seperti banjir dan serangan hama. Pada sektor nontradable, sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan masih tumbuh tinggi seiring dengan masih baiknya kegiatan domestik dan impor. Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan masih tumbuh tinggi. Hal tersebut terindikasi dari beberapa indikator yaitu meningkatnya pertumbuhan kargo, pertumbuhan jumlah penumpang yang masih menunjukkan perbaikan, serta meningkatnya pertumbuhan layanan data. Sektor bangunan diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi. Pada sektor keuangan, pemberian kredit yang meningkat oleh bank dan lembaga keuangan non bank berpotensi untuk mendorong sektor ini tumbuh membaik. Sementara itu, kinerja sektor listrik, gas, dan air bersih diperkirakan juga tumbuh membaik seiring dengan adanya tambahan suplai listrik pada awal tahun 2011.
Inflasi Memasuki tahun 2011, laju inflasi IHK masih berada pada tingkat yang tinggi, didorong oleh pengaruh inflasi bahan pangan. IInflasi IHK Januari 2011 tercatat sebesar 0,89% (mtm) atau 7,02% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,96% (yoy). Kenaikan harga beberapa komoditas bahan pangan akibat gangguan iklim mengakibatkan penurunan produksi dan terhambatnya distribusi. Sesuai dengan pola musimannya, periode awal tahun merupakan masa paceklik
11
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
pada komoditas beras yang menyebabkan kenaikan tekanan inflasi bahan makanan. Pada bulan Januari ini, tekanan inflasi juga didorong oleh berlanjutnya gejolak harga pada komoditas aneka bumbu. Hal tersebut pada akhirnya mendorong inflasi volatile food. Selain faktor domestik, perkembangan harga komoditas pangan internasional juga turut memengaruhi harga komoditas dalam negeri, khususnya komoditas minyak goreng seiring kenaikan harga CPO. Dari kelompok administered prices, tekanan inflasi pada Januari 2011 masih minimal kendati terjadi kenaikan cukai rokok pada awal Januari 2011. Tekanan inflasi inti masih relatif terbatas ditopang oleh nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan sisi penawaran yang masih memadai dalam merespons kenaikan permintaan. Namun demikian, Bank Indonesia senantiasa mewaspadai ekspektasi inflasi yang terindikasi meningkat akibat tingginya tingkat inflasi.
%, yoy 24 18
%, yoy CPI Core
Volatile Food Administered Prices
18.25
12 5.21
6
7.02
4.18
-1 -7 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi
Laju inflasi volatile food pada awal tahun 2011 masih menjadi pendorong IHK. Kendala sisi pasokan masih menjadi pemicu utama utama laju inflasi IHK terjadinya gejolak harga kelompok pangan. Berdasarkan komoditasnya, aneka komoditas bumbu-bumbuan (cabe rawit, cabe merah, bawang merah), ikan segar, dan beras menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi kelompok ini. Gangguan cuaca serta musim paceklik yang mengakibatkan menurunnya pasokan menjadi pemicu inflasi pada bulan laporan. Selain itu, kenaikan harga komoditas internasional seperti CPO, gandum, jagung, kedelai, dan beras yang menunjukkan tren meningkat juga memberikan andil pada peningkatan harga di dalam negeri, walaupun relative terbatas. Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok volatile food pada Januari 2011 mencapai 2,42% (mtm) atau 18,25% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 17,74% (yoy). Tekanan inflasi administered prices relatif rendah terkait minimalnya kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan oleh Pemerintah. Inflasi administered prices pada Januari 2011 tercatat sebesar 0,26% (mtm) atau 5,21% (yoy), relatif tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,18% (mtm) atau 5,40% (yoy). Kebijakan pemerintah yang dilakukan pada Januari 2011 adalah kenaikan cukai rokok sebesar 5%, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 15%. Kenaikan cukai tersebut berpotensi memberikan dampak pada kenaikan harga rokok. Komoditas rokok pada bulan laporan menyumbang inflasi sebesar 0,02%. Secara umum, tekanan inflasi inti pada awal tahun 2011 masih moderat. Stabilnya nilai tukar rupiah mampu menahan tekanan inflasi inti dari jalur
12
3 Inti
Vol. Food
Adm. Prices
2,5 2 1,5 1 0,5 0 Jan»11 Rata-rata Jan»11 Rata-rata Jan»11 Rata-rata (mtm,%) inflasi (mtm,%) inflasi (mtm,%) inflasi 2002-2010 2002-2010 2002-2010
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm)
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
%, yoy
%, yoy 6,0
20
5,0
Inflasi Mitra Dagang (rhs)
15
4,0
Inflasi Inti (lhs)
3,0
10 5
2,0 1,0
Core Tradeable (lhs)
0
0,0 -1,0
-5
-2,0 -3,0
-10
1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111
2005
2006
2007
2008
2009
20102011
Grafik 2.13 Inflasi Inti dan Mitra Dagang
inflasi impor. Perkembangan beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa tekanan inflasi dari luar negeri mulai meningkat tercermin pada peningkatan inflasi negara mitra dagang dan kenaikan harga-harga komoditas global baik pangan, energy, maupun material input untuk industri. Lebih lanjut, relative moderatnya inflasi inti juga ditopang oleh masih baiknya sisi penawaran merespons kenaikan permintaan. Namun, perlu diwaspadai ekspektasi inflasi masyarakat yang mulai menunjukkan peningkatan. Berbagai hasil survei menunjukkan ekspektasi inflasi jangka pendek (3 bulan ke depan sampai dengan akhir tahun 2011) yang cenderung meningkat. Inflasi inti pada Januari 2011 mencapai 0,49% (mtm) atau 4,18% (yoy), relatif tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya (0,38%, mtm atau 4,28%, yoy).
Nilai Tukar Rupiah 9400 9335
9300 9200
9175
9100
9060 9035
9000
9013 8949
8900
9034
8925
9090
8938
Jan FebMarArpMeiJunJulAgsSepOktNovDes 3 4 5 6 7 10 11 12 13 14 17 18 19 20 21 24 25 26 27 28 31 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan
2010
Grafik 2.14 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
%
IDR/USD
2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 -
Vol harian Rata2 Volatilitas Kurs Harian (Rp/USD)-rhs
Jan
Mar
Mei
Jul 2010
Sep
Nov
Jan 2011
Grafik 2.15 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
9400 9350 9300 9250 9200 9150 9100 9050 9000 8950 8900
Nilai tukar Rupiah sempat mengalami tekanan sebagai akibat aliran modal keluar. Rupiah mengalami pelemahan disertai volatilitas yang sedikit keluar meningkat, dipicu antara lain oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap meningkatnya tekanan inflasi di dalam negeri. Nilai tukar Rupiah pada bulan Januari 2011 melemah rata-rata 0,1% menjadi Rp9.034 per dolar AS. Pelemahan rupiah tersebut bersifat temporer karena faktor fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat, sebagaimana penilaian lembaga Rating Moody»s yang menaikkan Sovereign Credit Rating Indonesia menjadi Ba1 dengan outlook stabil. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia melalui stabilisasi nilai tukar juga mendorong kestabilan nilai tukar rupiah. Dari sisi eksternal, melemahnya rupiah juga dipicu oleh tren penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia dan terhadap mata uang kawasan. Membaiknya berbagai indikator ekonomi AS selama Januari kawasan 2011 sempat mendorong penyesuaian penempatan dana investor global dari negara emerging market ke AS. Penyesuaian ini juga didorong oleh semakin tingginya risiko inflasi di negara emerging market yang berujung pada langkah pengetatan kebijakan yang dilakukan berbagai negara emerging market baik di Asia maupun Amerika Latin. Meskipun demikian, secara keseluruhan kondisi eksternal akan tetap kondusif mendorong aliran modal masuk ke negara emerging market termasuk Indonesia. Dari sisi domestik, tingginya inflasi serta ekspektasinya ke depan telah menimbulkan sentimen negatif yang memicu naiknya risiko berinvestasi di Indonesia. Indikator persepsi risiko negara berkembang, termasuk Indonesia
13
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Indonesia, Credit Default Swap (CDS) sempat meningkat, yang dipicu oleh meningkatnya yield spread obligasi Indonesia dengan US T-Notes. Lonjakan risiko juga terlihat pada indikator premi swap yang merupakan salah satu indikator ekspektasi arah pergerakan rupiah, meskipun kemudian kembali bergerak stabil menjelang akhir Januari 2011. Namun, solidnya fundamental ekonomi domestik dan kinerja positif neraca pembayaran Indonesia mampu menjadi penopang kekuatan nilai tukar terhadap berbagai tekanan.
% yoy
Skala Kiri
30 26
9 Malaysia
7
22
Singapura
18
India
14
5
Korea
3
Indonesia
1
10 6
-1
2
Cina
Philippines
-3
Thailand
...sd Des 2010
-2 2009
2010
2008
2009
2010
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.16 Inflasi Inti dan Mitra Dagang
IDR/USD 9500
bps
IDR Depredates
Risk Worsen
9400 9300
240
IDR USD
220
CDS Ind (RHS)
180
9200
160
9100
140
9000
120
8900
100 Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
2009
Kebijakan Moneter
-5
JanMarMeiJulSepNovJanMarMeiJulSepNovJanMarMeiJulSepNov JanMarMeiJulSepNovJanMarMeiJulSepNovJanMarMeiJulSepNov
2008
Tingginya imbal hasil investasi rupiah diprakirakan masih menjadi daya tarik masuknya modal asing ke depan. Indikator imbal hasil rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP Uncovered Interest Parity) tetap berada dalam level tinggi di kawasan regional Asia. Dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih tetap tinggi. Hal tersebut tercermin dari tren indikator Covered Interest Parity (CIP) yang terus meningkat sejak tahun 2010. Masih solidnya fundamental ekonomi domestik serta aliran masuk modal asing ke Indonesia mengakibatkan posisi cadangan devisa tetap mencatat level yang tinggi. Cadangan devisa hingga akhir Januari 2011 mencapai 95,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
% yoy
Skala Kanan
Vietnam
Jan 2011
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.17 Indikator Persepsi Risiko Indonesia Grafik
Suku Bunga Bank Indonesia memandang pentingnya pengelolaan likuiditas dalam upaya mengendalikan kestabilan makro. Dalam kaitan ini, kegiatan operasi moneter untuk mengelola likuiditas akan terus diperkuat untuk mendukung efektivitas kebijakan moneter. Hal ini antara lain dilakukan melalui operasi moneter yang diarahkan untuk membawa suku bunga Pasar Uang antar Bank (PUAB) O/N mendekati BI Rate. Operasi moneter yang dilakukan cukup berhasil menggerakkan suku bunga PUAB O/N bergerak mendekati BI Rate. Pada bulan Januari 2011, rata-rata suku bunga PUAB 5,75%, atau 75bps di bawah BI Rate, yang berarti lebih tinggi dari rata-rata bulan sebelumnya sebesar 5,57%. Dengan peningkatan tersebut, kisaran deviasi (relative spread) antara suku bunga PUAB O/N dengan BI Rate menyempit menjadi 74,7% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 92,6%. Sementara itu, rata-rata spread
14
% 24
19
Premi 1 M
Premi 3 M
Premi 6 M
Premi 12 M
14
9 4 Okt NovDesJanFebMarAprMeiJun Jul AgsSepOktNovDesJanFebMarAprMeiJunJulAgsSepOktNovDesJan
2008
2009
2010
Sumber : Reuters (diolah)
Grafik 2.18.Premi Swap Berbagai Tenor
2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah meningkat menjadi 37bps, meningkat dibandingkan dengan rata-rata spread bulan sebelumnya sebesar 12bps. Suku bunga PUAB O/N yang meningkat juga diiringi dengan peningkatan suku bunga PUAB bertonor lebih panjang. Rata-rata suku bunga PUAB bertenor lebih panjang dari O/N selama Januari 2011 berada pada kisaran 5,82%-6,22%. Meskipun suku bunga PUAB O/N mulai meningkat, namun suku bunga PUAB O/N masih berada di sekitar koridor bawah suku bunga. Hal tersebut mengonfirmasi kondisi likuiditas pasar uang yang masih melimpah.
% 11,0 9,0 Indonesia
7,0 5,0
Filipina
3,0 1,0
Korea
-1,0 -3,0
Malaysia Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan
2005
2006
2007
2008
2009
2010 2011
Suku bunga kredit masih terus menurun, meski pergerakannya terbatas. Suku bunga kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI) pada bulan Desember 2010 masing-masing turun sebesar 13 bps dan 7bps menjadi 12,83% dan 12,28%. Sementara itu suku bunga kredit konsumsi (KK) bulan Desember 2010 tidak berubah dari bulan sebelumnya yaitu pada level 14,53%. Respons penurunan suku bunga kredit yang masih terbatas menunjukkan perilaku perbankan yang masih berhati-hati. Perilaku perbankan tersebut tercermin pada implied premi risk (selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga risk free asset /SBI) yang masih tinggi. Suku bunga deposito sudah mulai menunjukkan peningkatan. Hal itu diiindikasi terkait dengan meningkatnya ekspektasi inflasi. Pada bulan Desember 2010 suku bunga deposito 1 bulan naik sebesar 5bps menjadi 6,83%, dan rata-rata suku bunga deposito seluruh tenor naik sebesar 10bps menjadi 7,42%. Dengan perkembangan tersebut, spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito terus menurun menjadi 6,38% dibandingkan dengan bulan sebelumnya 6,50%.
Grafik 2.19 UIP (Uncovered Interest Parity)
Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%)
2009 Des
2010 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
BI Rate
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
6,50
Penjaminan Deposito
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
Dep 1 bulan (Weighted Average)
6,87
7,09
6,93
6,77
6,89
6,76
6,79
6,79
6,75
6,72
6,81
6,78
6,83
Base Lending Rate
12,83
12,65
12,66
12,58
12,62
12,58
12,50
12,39
12,38
12,21
12,07
11,98
11,98
Kredit Modal Kerja (KMK)
13,69
13,75
13,68
13,54
13,42
13,26
13,17
13,21
13,19
13,00
13,01
12,96
12,83
Kredit Investasi (KI)
12,96
13,24
13,21
12,72
12,62
12,59
12,70
12,60
12,40
12,41
12,38
12,35
12,28
Kredit Konsumsi (KK)
16,42
16,32
16,36
15,42
15,34
15,23
14,99
14,92
14,83
14,75
14,65
14,53
14,53
15
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
% 20
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan menunjukkan simpanan. Pada peningkatan, sejalan dengan peningkatan suku bunga simpanan bulan Desember 2010 DPK bertambah sebesar 126,6 triliun rupiah, atau tumbuh sebesar 18,5% (yoy) (Grafik 2.20). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,6% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK bersumber dari peningkatan pertumbuhan uang kuasi, terutama deposito. Porsi deposito mencapai 45,7% dari total DPK. Tingginya pertumbuhan deposito, yang mencapai 18,6%(yoy) berpengaruh cukup besar pada peningkatan pertumbuhan DPK. Sebagaimana halnya dengan deposito, DPK dalam bentuk giro juga meningkat mencapai 15,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 10,2% (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan tabungan sedikit menurun, yaitu dari 21,6% pada bulan November 2010 menjadi 21,1% (yoy) di Desember 2010 Penyaluran kredit perbankan terus mengalami ekspansi ekspansi. Pada bulan Desember 2010, pertumbuhan kredit (termasuk channeling) mencapai 22,1% (yoy) (Grafik 2.21), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 21,3%, (yoy). Dengan demikian penyaluran kredit (termasuk channeling) pada Desember 2010 bertambah sebesar 59,9 triliun rupiah, dan selama tahun 2010 bertambah sebesar 325,2 triliun rupiah. Suku bunga kredit yang masih bergerak menurun meningkatkan permintaan pembiayaan kegiatan ekonomi terhadap perbankan. Peran kredit modal kerja (KMK) dalam total kredit kian meningkat meningkat. Pada Desember 2010 penyaluran kredit sebagian besar dalam bentuk KMK. Pertumbuhan KMK pada Desember 2010 meningkat mencapai 25,2% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 24,8% (yoy). Sementara itu, penyaluran dalam bentuk kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) relatif lebih rendah. Pada Desember 2010 pertumbuhan KI dan KK mencapai 17% dan 22,9% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 15% dan 22,5% (yoy) (Grafik 2.22).
18
BI Rate
Deposito 1 bulan
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
Kredit Modal Kerja
16
14.53
14
12.83
12
12.28
10 8
6.83
6 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2008 2009 2010
Grafik 2.20 Perkembangan Berbagai Suku Bunga
%
%
40
10 Kredit
35
9
DPK
30
8
BI Rate
25
22.1
20
6
15
18.5
10
5
5
4
0 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2008
2009
2010
Grafik 2.21 Pertumbuhan Kredit, DPK, dan BI Rate
% yoy 60 KMK
50
KI
40
KK 22.9
30 20
Penyaluran kredit untuk sektor produktif masih meningkat, meskipun terbatas. Dari sisi sektoral, pertumbuhan kredit pada Desember relative terbatas 2010 yang ditujukan ke sektor-sektor produktif seperti sektor industri pengolahan, perdagangan jasa dunia usaha, dan pertanian meskipun meningkat, namun relatif rendah dibandingkan dengan sektor lainnya.
16
7
10
17.0
25.2
0 -10
JanApr Jul Okt JanApr Jul Okt JanApr Jul Okt JanApr Jul Okt JanApr Jul Okt JanApr Jul Okt
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
3
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
% yoy 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10
Average ccy:20,5% Average Mo:19,7%
M0 (GWM 5%) 36.0
M0 Currency
21.6
15.5
Data DSM, olah Tim 4-BKM Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan
2006
2007
2008
2009
2010 2011
Grafik 2.23 Pertumbuhan Base Money dan Currency
Pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor pertanian masing-masing sebesar 11,3%, 12,7%, 18,9% dan 17,6% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya masing-masing sebesar 8,3%, 12,2%, 16,6% dan 16,1% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan sektor lainnya yang merupakan cerminan dari kredit konsumsi masih cukup tinggi mencapai 37,2% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya (35,5%, yoy). Dengan perkembangan tersebut, penopang utama ekspansi kredit di bulan Desember 2010 masih dari kredit sektor lainnya. Berdasarkan valuta, pertumbuhan kredit valas masih tetap tinggi tinggi. Pada bulan Desember 2010, pertumbuhan kredit valas mencapai 30,7% (yoy) sedikit menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya (31,3%, yoy) namun masih pada level yang tinggi. Meskipun level pertumbuhan kredit valas cukup tinggi, namun berdampak minimal terhadap pertumbuhan kredit total karena porsi kredit valas yang relatif rendah, yaitu hanya 15% dari total kredit. Sementara itu, kredit rupiah, dengan porsi 85% dari kredit total, terus meningkat mencapai sebesar 21,5% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya (20,6%, yoy). Pertumbuhan uang primer dan uang kartal meningkat meningkat. Kondisi tersebut mengindikasikan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat di awal tahun 2011. Uang primer pada Januari 2011 tumbuh sebesar 36% (yoy) meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 29,4% (yoy). Sementara itu uang kartal tumbuh sebesar 15,5% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya 15,2% (yoy) (Grafik 2.23). Tingginya pertumbuhan uang primer dan uang kartal tersebut merupakan cerminan dari tingginya aktivitas perekonomian, terutama yang terkait dengan konsumsi rumah tangga.
Y-o-Y%
%
M1:21.5% 28 average average M2:15,6% 24
M1 M2
20
18.8
16 12
17.8
8 4 0
1 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3 5 7 9 11123 5 7 9 11
2005
2006
2007
2008
2009
Grafik 2.24 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian Pasar Saham
2010
Likuiditas perekonomian, yang tercermin dari perkembangan M1 dan M2, akseleratif. Pada bulan Desember 2010, menunjukkan peningkatan yang akseleratif likuiditas perekonomian M1 tumbuh sebesar 17,8% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 14,7% (yoy). Perkembangan tersebut lebih banyak didorong oleh meningkatnya giro, sebagai cerminan transaksi di sektor riil dan pertumbuhan kredit yang meningkat. Sementara itu, pertumbuhan M2 juga melaju hingga mencapai 18,8% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 16,9% (yoy). Pertumbuhan M2 antra lain terkait dengan derasnya arus masuk modal asing.
17
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Pasar saham
IHSG
Pasar saham selama Januari 2011 mengalami tekanan yang cukup besar baik dari eksternal maupun domestik. Dari eksternal, sentimen negatif yang memengaruhi pergerakan IHSG selama Januari 2011 antara lain penguatan dolar AS secara global yang mendorong fenomena flight to quality, kekhawatiran proses pemulihan ekonomi Eropa yang lambat akibat krisis fiskal, dan meningkatnya inflasi global. Dari sisi domestik, investor juga dihadapkan pada kekhawatiran akan kenaikan laju inflasi. Berbagai kondisi tersebut mendorong IHSG bergerak volatile sepanjang Januari 2011. IHSG pada Januari 2011 ditutup melemah sebesar 7,9% ke level 3.409,2. Situasi tersebut mendorong investor cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking). Aksi ambil untung tersebut terutama dilakukan oleh investor asing. Dengan kondisi tersebut pada Januari 2011 investor asing membukukan jual neto sebesar 2,6 triliun rupiah (Grafik 2.25). Meski demikian, capaian positif dari sisi makro ekonomi dan mikro emiten seperti stabilitas nilai tukar, prospek positif pertumbuhan ekonomi, perbaikan rating menuju investment grade dan laporan keuangan emiten yang masih cukup solid diyakini mampu menahan pelemahan IHSG lebih.
Net Beli/Jual Asing (Rp, T) 8,0
4.000
Net Beli/Jual Asing (Akumulasi)
3.500
6,0
IHSG
3.000 4,0
2.500 2.000
2,0
1.500
-
1.000 (2,0)
500 -
(4,0) 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2008
2009
2010
2011
Sumber : BEI dan Bloomberg
Grafik 2.25 IHSG dan Net Beli/Jual Asing
% 0 -2 -4 -6 -8
Dari sisi sektoral, kinerja seluruh sektor mengalami koreksi, dengan besaran yang tidak merata. Sektor perdagangan, sektor infrastruktur dan sektor pertambangan mengalami koreksi masing-masing sebesar 0,1%, 5,2% dan 7,0%. Koreksi paling dalam terjadi pada sektor industri dasar yaitu sebesar 12,6% (Grafik 2.26).
-10 -12 -14 Industri Property Agro Aneka Keua Dasar bisnis Industri ngan
IHSG Barang Pertam Infras Perda Konsumsi bangan truktur gangan
2010 Sumber : BEI
Grafik 2.26 Pertumbuhan IHSG Sektoral (ytd)
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Tingkat imbal hasil SBN pada Januari 2011 meningkat cukup signifikan. Sentimen pelaku pasar terhadap risiko tingginya prospek inflasi yang dipicu oleh administered prices dan volatile food mulai memengaruhi perilaku pelaku di pasar SBN. Penilaian pelaku pasar tersebut juga didasarkan pada kebijakan Bank Sentral lain yang telah melakukan kenaikan suku bunga. Meskipun demikian, minat investor terhadap SBN masih cukup tinggi, seiring dengan imbal hasil yang masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara kawasan. Dengan perkembangan tersebut, imbal hasil jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing meningkat sebesar 153bps, 134bps, dan 81bps (Grafik 2.27, dan 2.28). Sehinga secara umum imbal hasil SBN meningkat 127bps dan ditutup pada level 8,6%.
20 18
Yield SUN 10 Tahun
16
BI Rate
14 12 10 8 6 4 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep NovJan
2008
2009
Sumber : Depkeu
Grafik 2.27 Yield SBN dan BI Rate
18
2010 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Pasar Reksadana %
100bps 20,0 18,0 16,0 14,0
11 Perubahan Bulanan (RHS) 31 Januari 2011
10
31 Desember 2010
9
Kinerja reksadana menunjukkan peningkatan. Hal tersebut tercermin dari nilai aktiva bersih (NAB) reksadana yang meningkat sekitar 4,1% dibandingkan dengan NAB bulan lalu yang tumbuh sebesar 2,1%. Pertumbuhan tersebut terutama disokong oleh produk reksadana campuran yang tumbuh sebesar 23,9%. Sementara itu, reksadana terproteksi, yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di tahun 2010, kini mengalami koreksi sebesar 0,3%.
12,0 10,0 8,0 6,0 4,0
8 7 6 5
2,0 0,0
4 1yr 2yr 3yr 4yr 5yr 6yr 7yr 8yr 9yr 10yr 15yr 20yr 30yr Sumber : Depkeu
Grafik 2.28 Struktur Yield SBN
Tabel 2.2 Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per Produk) Saham
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
2010
2011 YTD
Pasar Uang
Campuran
Pendapatan Terproteksi Indeks Tetap
ETFSaham
ETFPendapatan Tetap
Syariah
Total
-2,8 1,7 0,8 5,2 -1,6 -4,4 -1,8 -1,1 9,4 5,5 2,1 8,6 2,0
16,7 3,7 10,4 10,1 -2,5 -1,2 2,1 0,7 0,8 -2,2 -2,0 0,6 4,5
-11,4 1,0 5,9 4,1 0,9 -1,6 -1,8 0,7 7,8 3,4 5,1 -0,1 23,9
-9,7 -0,1 2,1 11,1 -0,1 10,8 -0,6 7,5 6,4 10,5 -4,5 -3,3 3,3
-0,7 0,1 -3,9 6,7 1,5 2,8 0,3 6,0 4,4 1,1 2,8 -0,8 -0,3
-0,8 -34,1 4,3 5,1 -5,8 -5,1 -3,6 10,8 14,2 9,2 3,1 -30,6 47,5
-20,4 -2,9 8,8 6,3 -5,2 4,8 4,7 -1,5 10,3 -11,4 -21,1 0,0 -17,0
2,4 -39,6 3,6 2,9 -1,2 3,2 2,4 0,6 2,3 3,2 -15,4 0,0 -0,6
0,7 0,8 -2,9 4,8 -6,4 3,6 0,9 -2,8 2,8 -1,8 -1,0 17,1 -10,8
-3,5 0,6 0,6 6,7 -0,3 1,1 -0,6 2,9 6,3 4,2 0,9 2,1 4,1
28,8
26,8
58,5
50,4
22,2
-9,3
-26,3
-40,0
1,8
32,4
Sumber: BAPEPAM (diolah)
Kondisi Perbankan Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan baik ditopang oleh solid. Kondisi perbankan perkembangan sektor perbankan semakin solid berada pada level yang cukup kuat dalam menghadapi berbagai risiko dengan fungsi intermediasi yang terus berjalan dengan baik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/ Capital Adequacy Ratio) perbankan per Desember 2010 mencapai 17%
19
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
per Desember 2010 dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5,0%. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan tercermin pada angka pertumbuhan kredit yang meningkat mencapai 22,8% (yoy) sampai dengan akhir Desember 2010.
Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan 2 0 10
Indikator Utama Total Aset
Feb
Mar
2.501,8
2.517,0
2.563,7
Apr
Mei
2.576,3 2,.604,4
Jun 2.678,3
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
2.683,5
2.700,2
2.758,1
2.769,4
2.856,3
Des 3.008,9
DPK
(T Rp)
1.948,6
1.931,6
1.982,2
1.980,5
2.013,2
2.096,0
2.082,6
2.092,8
2.144,1
2.173,9
2.212,2
2.338,8
Kredit
(T Rp)
1.435,7
1.459,7
1.485,9
1.516,0
1.561,2
1.615,8
1.627,4
1.670,6
1.689,1
1.705,8
1.736,1
1.796,0
LDR
(%)
73,7
75,6
75,0
76,5
77,5
77,1
78,1
79,8
78,8
78,5
78,5
76,8
NPLs Gross*
(%)
3,9
4,0
3,8
3,5
3,6
3,3
3,4
3,4
3,3
3,6
3,4
2,9
NPLs Net *
(%)
1,1
1,0
1,0
0,9
1,0
0,8
0,9
0,7
0,7
0,9
1,0
0,7
CAR
(%)
19,2
19,3
19,1
19,2
17,8
17,4
16,5
16,2
16,4
16,4
16,3
17,0
NIM
(%)
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
ROA
(%)
3,1
2,9
3,0
2,9
2,9
2,9
2,9
2,8
2,8
2,9
2,8
2,7
* dengan channeling
20
(T Rp)
Jan
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Februari 2011 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) atau 6,75%. Keputusan tersebut diambil sebagai langkah 0,25% menjadi 6,75% antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi, di samping karena kenaikan harga komoditi global termasuk minyak dan rencana kebijakan Pemerintah di bidang komoditi strategis. Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan inflasi ke depan, dan memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan upaya mengurangi tekanan inflasi ke depan, serta kebijakan makroprudensial untuk pengendalian likuiditas yang telah ditempuh sejak tahun 2010 yang lalu. Melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut, serta langkah-langkah Pemerintah untuk mengatasi tingginya harga komoditi pangan, Dewan Gubernur meyakini inflasi dapat dijaga pada sasarannya yakni 5% ±1% untuk 2011 dan 4,5% ± 1% di 2012. Dewan Gubernur memandang pentingnya upaya memperkuat koordinasi Pemerintah. Menghadapi risiko tekanan inflasi ke depan kebijakan dengan Pemerintah yang diperkirakan masih bersumber dari gangguan produksi dan permasalahan distribusi komoditi pangan dan energi, pengendalian kestabilan harga akan terus dilakukan dengan dukungan kebijakan Pemerintah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat Pusat maupun Daerah (TPID).
21
Tinjauan Kebijakan Moneter - Februari 2011
Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 6 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3)
2010 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2 0 11
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
6,70 7,09 7,31 6,45 2.611
6,69 6,93 7,08 6,40 2.549
6,68 6,77 6,99 6,38 2.777
6,67 6,89 6,98 6,30 2.971
6,68 6,76 6,95 6,30 2.797
6,72 6,79 6,95 6,34 2.914
6,72 6,79 6,95 6,32 3.069
6,72 6,75 6,96 6,33 3.082
6,73 6,72 6,69 6,30 3.501
6,73 6,81 6,99 6,16 3.635
6,42 6,78 7,03 5,68 3.531
6,26 5,83 3.704
-
BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah
384.176 496.527 211.811 284.716 1.942.999 1.446.473 1.317.461 736.999 580.462 129.011 1.813.988
380.145 490.084 211.708 278.376 1.936.273 1.446.189 1.317.102 744.823 572.280 129.086 1.807.186
374.406 494.461 205.083 289.378 1.972.683 1.478.222 1.347.094 772.718 574.376 131.128 1.841.555
385.431 494.718 211.390 283.327 1.981.457 1.486.739 1.359.591 780.475 579.116 127.148 1.854.309
391.848 514.005 214.695 299.310 2.011.683 1.497.677 1.373.918 789.142 584.776 123.759 1.887.923
401.435 545.405 222.828 322.577 2.082.394 1.536.988 1.412.917 808.099 604.818 124.072 1.958.322
408.967 539.735 228.228 311.507 2.070.246 1.530.511 1.402.699 792.881 609.818 127.812 1.942.434
426.867 555.495 241.166 314.328 2.097.385 1.541.891 1.410.754 789.119 621.635 131.137 1.966.248
423.809 549.490 229.832 319.657 2.129.985 1.580.495 1.448.446 808.463 639.983 132.050 1.997.935
418.884 555.931 236.104 319.827 2.170.197 1.614.266 1.479.398 833.819 645.579 134.868 2.035.329
483.922 571.874 239.036 332.837 2.206.025 1.634.151 1.499.869 842.061 657.808 134.282 2.071.743
518.447 267.735 -
-
Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum
1.530.3381.557.5201.592.4101.616.5411.658.263 1.718.368 1.728.382 1.771.390 1.794.187 1.807.847 1.842.465 1.350.803 1.378.227 1.399.757 1.411.582 1.460.007 1.509.671 1.521.268 1.559.824 1.583.371 1.598.263 1.625.732
-
-
HARGA Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy)
0,84 3,72
0,30 3,81
-0,14 3,43
0,15 3,91
0,29 4,16
0,97 5,05
1,57 6,22
0,76 6,44
0,44 5,80
0,06 5,67
0,60 6,33
0,92 6,96
0,89 7,02
9.365 8.399 7.522 61,59
9.335 9.058 7.490 62,14
9.115 11.054 8.981 63,60
9.012 9.727 8.737 70,75
9.180 10.032 8.136 68,54
9.083 10.538 9.045 69,68
8.952 10.815 10.067 70,86
9.041 11.841 9.939 73,93
8.924 10.106 7.552 76,76
8.928 11.455 9.427 79,69
9.013 13.151 10.138 80,72
8.991 83,59
-
SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
2010
INDIKATOR KUARTALAN Tw-I* Pertumbuhan PDB (%, yoy)** Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Impor
5,7 2,5 7,8 187,1 14,5 18,4
Tw-III* 6,2 3,1 7,9 43,0 11,3 11,0
Tw-III* 5,8 4,9 8,9 13,1 9,2 10,7
Tw-IV*** 6,1 4,8 9,3 20,0 22,6 2010
* angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
22