Jakarta Vertical Kampung (International Event) Ahad Pahing, 7 Juli 2013 / 28 Sya’ban 1434, pk. 14.10 – 20.20 Auditorium Utama Erasmus Huis, Jl. HR Rasuna Said Kav. S-3 Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12950 Agenda: Konfrensi dan Pembukaan Ekshibisi JVK Hadir : Yu Sing Lim (akanoma studio), Yogi Ferdinand (SHAU), Wiyoga Nurdiansyah (SUB), Wiriyatmoko (DKI Jakarta), Willis Kusuma (WK Architects), Umar Hadi (Ministry of Foreign Affair), Ton van Zeeland (Erasmus Huis), Tjeerd de Zwaan (Emmbassy of the Netherlands), Suhadi Hadiwinoto, Stephen Cairns (FutureCitiesLab, Singapore), Sri Probo Sudarmo, Robin Hartanto, Robert Manan, Jack Raymond (Supermachinestudio, Thailand), Paulus Mintarga (Rempah Rumah Karya), Parwoto Tjondro Sugianto, Nenek Della (warga Muara Baru), Nanne de Ru (Berlage, Netherlands), Mudji Sutrisno, Mari Pangestu (Ministry of Tourism & Creative Economy), Ivana Lee, Ivan Kurniawan (NUS), Herlily, Gunawan Tjahjono, Florian Heinzelmann (SHAU), Fify Manan, Eko Prawoto (UKDW), Dian Tri Irawati, David Hutama (UPH), Daliana Suryawinata (SHAU, IAI-EU), Christianto Wibisono, Bin Kim (UniversityofSeoul, Korea), Avianti Armand (AA Studio), Astaja Syawal, Ary Indra (ABODAY), Ariel Sepherd, Antonio Ismael Risianto, Anita Syafitri Arif, Andra Martin (andramartin), Agus Marsudi, Adjie Negara, Adi Purnomo (mamostudio), Achmad D Tardiyana (ITB-Urbane), dan masih banyak lagi (peserta masterclass dan audiens lainnya)
CATATAN DISKUSI SEHUBUNGAN EVENT KONFRENS & PEMBUKAAN EKHIBISI JVK
No 0
Isu/Pembahasan Adanya event Jakarta Vertical Kampung yang terdiri dari tiga bagian, yaitu Master Class (25 Juni 2013 sampai dengan 6 Juli 2013), Conference (7 Juli 2013) dan Exhibition (7 Juli 2013 sampai dengan 14 Agustus 2013). Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann sebagai kurator ‘Jakarta Vertical Kampung,’ pendiri SHAU Rotterdam | Munich | Jakarta, menyelenggarakan event ini didukung oleh beberapa pihak, antara lain Pemprov. DKI Jakarta, IAI Jakarta, IAI EU, Kerajaan Belanda, Erasmus Huis (sebagai tuan rumah). Jakarta Globe, Media Indonesia, Archienesia, Venus Tile dan Trans TV
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan www.jakartaverticalkampung
Dengan tema JAKARTA VERTICAL KAMPUNG: CLIMATIC, COMMUNITY-BASED, CULTURALLY CONTEXTUAL, BEYOND SOCIAL HOUSING, event ini mengemukakan bahwa: isu perumahan merupakan masalah bagi Indonesia dan negara-
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
1| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
negara berkembang. Tidak seperti di Eropa, tidak ada budaya dalam merancang perumahan yang terjangkau di Jakarta. Dalam beberapa tahun terakhir, didesak oleh peningkatan populasi dan kebutuhan untuk mengakomodasi penghuni liar (squatter), Kota Jakarta, dan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, melihat kebutuhan untuk menyediakan perumahan yang terjangkau. Namun, ada sedikit pemahaman tentang apa yang bisa menjadi nilai tambah desain arsitektur untuk domain ini. Untuk alasan ini, lokakarya ingin bertindak sebagai pembuka mata terhadap pentingnya desain dalam perumahan yang terjangkau. Arsitek muda dari Indonesia dan internasional peserta akan bekerja sama dengan yang arsitek Jakarta terbaik untuk memberikan desain yang inovatif. Tapak diberikan oleh DKI Jakarta, dan desain akan diteruskan ke DKI Jakarta untuk langkah berikutnya.
I.
Beberapa Isu Yang Memerlukan Elaborasi, Sehubungan Peran Arsitek, PL = Pemerintah Lokal, A = Arsitek (Parwoto Tjondro Sugianto)
1.
Kelompok Sasaran Siapa kelompok sasaran dan siapa klien. Beberapa tugas (pembangunan perumahan) berada di lahan kosong dan beberapa lainnya di kampung yang sudah ada.
Selain PL sebagai klien, sebenarnya klien utama adalah masyarakat. Di kampung eksisting, sangat jelas bahwa kelompok sasaran dan klien adalah penghuni kampung tapi bagaimana di lahan kosong dan bukan proyek relokasi? Lantas siapa klien kita nantinya? Dalam situasi ini PL dan A harus pertama-tama merumuskan kriteria kelompok sasaran dan diedarkan secara terbuka dengan pendaftaran terbuka. Dari pendaftaran ini maka kita memiliki sasaran yang jelas
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Di kampung yang ada akan mudah karena kelompok sasaran dan klien adalah sama dan mereka sudah ada sebagai penduduk tetapi pada kampung baru /lahan baru, kelompok sasaran dapat ditentukan oleh kriteria, tetapi mereka belum ada, solusinya adalah membangun captive target dan kemudian mengatur mereka sebagai klien kita dalam kelompok. Setiap kelompok untuk setiap blok dan rencana
2| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut (captive market). Atur mereka dalam kelompok sebagai klien Anda dan mulai melakukan perencanaan partisipatif dengan mereka. Hanya dengan begini A memiliki kesempatan untuk "bekerja dengan" tidak "bekerja untuk".
2.
Membuat acara yang memiliki dampak ekonomi yang tinggi bagi masyarakat miskin seperti: mengatur pasar terbuka murah mingguan atau dua kali seminggu di mana orang miskin dapat membuka kios di sana, dan mengubah rute transportasi, memberikan kemudahan dasar yang layak, dsb.
Penyediaan Lahan PL seharusnya tidak menghindari untuk menyediakan lahan bagi perumahan orang miskin.
4.
tapaknya akan dibagi dalam beberapa blok (block plan).
Lokasi Kampung / daerah-daerah pemukiman MBR Sangat sering ketika PL mengalokasikan lahan untuk perumahan orang miskin, selalu di tempat-tempat terpencil di mana tidak ada peluang bisnis bagi masyarakat miskin. Karenanya orang miskin harus membayar biaya komuter berlebihan untuk mengatur kehidupan mereka.
3.
Keterangan
Upaya ini dapat dilakukan melalui:
Sertifikasi kumuh yang ada jika masyarakat setuju untuk mengatur ulang plot dan membangun kembali tempat tinggal di konformasi dengan peraturan yang ada (pengalihan tanah bersyarat);
Mengalokasikan lahan untuk perumahan orang miskin dan jelas diatur dalam perencanaan tata ruang.
Skala Kampung Kampung eksis di Jakarta biasanya terdiri dari 1 atau 2 RW, dulunya RW disebut RK (rukun kampung) yang terdiri dari beberapa RT (rukun tetangga); 1 RW terdiri dari 8 sd 18 RT dan 1 RT terdiri dari 40 sd 50 rumah tangga.
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Untuk kampung vertikal, 1 RW bisa diwadahi oleh 1 blok atau 1 blok kembar; Untuk membangun jejaring sosial-ekonomi kampung, dan
3| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
memposisikan kampung dalam cakupan layanan utilitas dan infrastruktur kota, perencanaan/pembangunan kembali kampung perlu ditinjau dalam skala kota (city wide scale atau skala kecamatan (RDTR)
5.
Kepastian Bermukim vs Gentrifikasi Sangat sering ketika kita memberikan keamanan yang kuat berupa kepemilikan dampaknya tidak selalu baik. Masyarakat miskin kemudian menjual properti, terjadi gentrifikasi, dll.
6.
Unit sewaan bukan kepemilikan. Jika berupa kepemilikan, itu harus berupa dokumen akta khusus (warna yang berbeda, ukuran yang berbeda, dll), dan secara terbuka diumumkan (diketahui semua orang) bahwa jenis properti tidak dijual dan jika Anda membeli ini Anda harus membayar pajak yang tinggi dan denda. (seperti AX untuk mobil)
Peraturan Orang miskin membangun tempat tinggal mereka secara bertahap sementara izin bangunan selalu berorientasi pada produk akhir.
Merumuskan peraturan pembangunan gedung baru untuk mengakomodasi praktek-praktek yang ada (rumah swadaya). Mengembangkan peraturan zoning untuk kampung di mana perlakuan khusus harus diterapkan, bangunan dan pajak tanah, pendapatan, dll.
♥
Kesimpulan Peran arsitek dalam konteks perbaikan kawasan kumuh dapat disimpulkan dalam satu kalimat sederhana: “bekerja dengan” bukan “bekerja untuk”.
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Bekerja dengan masyarakat, juga dengan pemangku kepentingan lainnya. Secara rinci dapat dirumuskan sebagai berikut:
Parwoto Tjondro Sugianto
4| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
1)
Memfasilitasi untuk mencapai sesuatu yang mustahil tanpa Anda (Arsitek); 2) Menengahi di antara mereka untuk bekerja sama agar lebih banyak capaian; 3) Mengadvokat semua pemangku kepentingan untuk berpikir inline (sistem) II.
Yang dibangun adalah bukan “House Building” tetapi “COMMUNITY BUILDING” (Antonio Ismael)
1.
Lokasi Apa kiranya Kriteria dalam pemilihan “lokasi” Kampung Vertical di masa depan ?
Kriteria Pemilihan Lokasi : Perlu dapat menunjang kehidupan khusus ekonomi sosial politik bagi KOMUNITAS PENGGUNA (baru/eksisting penduduk setempat). Perlu ditata sebagai bagian sistem industri perkotaan , khususnya lapangan kerja dan sistem transportasi. Perlu mengupayakan pertahankan kampung eksisting yang sudah hidup berputar ke “informal sektoran” khusus yang sudah eksist tumbuh menjadi bagian dari sistem kota lebih dari 20 tahun .= “Pemutihan Bersyarat” untuk Hak TInggal (Secure Tenure).
2.
Keberlanjutan Hunian MBR Apa kiranya masalah yang dihadapi pembangunan “Kampung Susun” dalam upaya dapat berkesinambungan dan mencegah tidak terulang kembali masalah klasik RUSUN PUSO (tidak digunakan atau dimana kelompok target tidak betah dan
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Pentingnya (dianggap unsur terpenting) membangun dalam pola “COMMUNITY-based” , khusus dimana disiapkan dulu “TARGET GROUP” / “Captive Target” dan meminimalkan membangun “Unit Rumah” sebagai suatu
Tidak dilihat sebagai UNIT HUNIAN tetapi lebih sebagai UNIT EKONOMI. Yang dibangun adalah bukan “Rumah Building” tetapi “COMMUNITY BUILDING”.
5| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
kembali melakukan squatting di daerah-daerah terlarang atau terulang kembali suatu investasi “salah sasaran”) secara langsung ataupun tidak langsung dalam proses “Gentrifikasi”¹ ?
COMMODITY yang diisi , kecuali jika unit hunian adalah dalam konsep SEWA (lihat pula butir 4, Zoning dan Mixed Use Settlement Development).
Perlu diupayakan/didorong/distimulasikan proses “COMMUNITY PARTICIPATION” para penghuni “Kampung Vertikal” dalam semua proses (pengorganisasian warga /komunitas, mobilisasi, perencanaan, pembangunan, pertumbuhan, dan operasi/pemeliharaan).
Keterangan The SPIRIT budaya kolektif, gotongroyong, karakter utama dan budaya kampung (inti Pancasila) 1
Mencegah adanya “gentrifikasi”, yaitu peralihan status secara perlahan dari warga ekonomi lemah ke warga ekonomi lebih kuat sehingga investasi anggaran dengan tujuan housing the poor hanya menjadi sia-sia/puso/malah back fire. Membangun KAMPUNG VERTIKAL dari basis KOMUNITAS rasa himberdani, “COLLECTIVISM” dalam pemberian hak untuk mengelola sendiri dalam bentuk organisasi komunitas. Colored Certificate sebagai identifikasi mempersulit penjualan/pengambil alihan HAK. Tetap HUMAN PROPORTIONAL/HUMAN SCALE.
3.
Skala Kampung Pertanyaan masalah skala, proporsi, dan ketinggian bangunan mencegah kesalahan terjadinya pembangunan “FUTURE SUPER SLUMS” karena massive-nya upaya “mengsumpelkan” warga miskin di suatu tempat.
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Perlunya membangun “SOCIAL BALANCE Settlement Development” dari sisi sosial-ekonomi sebagai bagian dari TATA RUANG yang dapat hidup dalam subsistem yang “SELF SUFFICIENCY”/ “Self Reliance”.
Pembangunan yang mixed use , mixed economic strata.
Dalam skala Sub District (Kecamatan): pengembalian peraturan strata penghasilan, minimal 1 : 3 : 6
Untuk apa kita membangun? Apa arti “development” ? Just for acomodating a House Stock or Building a Community? Happiness Index vs Robot Culture? (Singapore case). Pembelajaran kasus “Korea”: How far do we go dalam membangun “towers” vs “building communities” (Co Housing).
6| 27 H a l a m a n
No 4.
Isu/Pembahasan
Keterangan
Kebijakan Inovatif (DPR & Pemerintah Pusat) untuk Efisiensi Pertanyaan “efisiensi” dalam realita keterbatasan sumberdaya (anggaran) dan waktu? Apa peran DPR, peran Pemerintah Pusat?
5.
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Perlu diberlakukan ZONING EKSPLISIT kampung (sebagai cagar budaya), ZONING EKSPLISIT “kampung vertikal” dengan segala syarat-syarat , termasuk adanya “rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) khusus “kampung vertikal” yang memperbolehkan membangun secara INCREMENTAL.
Mendapat akses pembiayaan yang “bankable” bagi warga sektor informal dalam proses membangun secara swadaya/gotongroyong/inkremental dalam sistem/lembaga keuangan.
Memastikan HAK BERMUKIM (Secure Tenure), termasuk pelaksanaan “Program Pemutihan Zoning Kampung Eksisting Bersyarat”.
Dianjurkan memaksimalkan penataan KONVERSI kampung eksisting yang dilakukan oleh masyarakat sendiri “secara misal, se RT, se-RW, se-Kampung” dalam pendekatan “Community-based”, dari komunitas untuk komunitas existing dalam menata permukiman mengikuti syarat syarat TATA RUANG dan pembangunan yang mengarah pada “COMPACT CITY”.
Keterkaitan program penganggaran “infrastructure” financial pembangunan oleh warga (banking system), stimulus, resource centers, tata ruang, subsidy investasi “ruang public”, pendidikan, dsb.
Peran Pemda Apa peran Pemda untuk dapat mendorong proses membangun “KAMPUNG VERTIKAL” ?
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Peran Pemerintah Lokal adalah lebih menjadi STIMULATOR, pendorong, pengayom, pemampu warga komunitas yg aktif dalam menata kampung eksisting ataupun kampung baru, begitu juga campuran urban renewal/urban revitalisasi/urban redevelopment (program membangun kampung bersama)
“Co –development”, Guided Land Development (GLD), Kampung Improvement Program (KIP) generasi III, rusun generasi baru = Vertical Kampung/Kampung Deret Susun . Realita Kemampuan Financial Negara dan Kemampuan Skala Managerial
7| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut Stimulus bersyarat bagi open CITY WIDE. Mendorong terjadinya “CROSS SUBSIDY” bersama pihak CSR dalam membangun “SOCIAL BALANCE in VERTICAL SETTLEMENTS”.
Keterangan dalam mengelola “Centra Approach vs John Turner approach”.
Memberlakukan suatu frame prinsip-prinsip “GAME PLAY” bagaimana “TOP-DOWN dapat bersama ditemukan dengan proses BOTTOM-UP”.
6.
Peran Arsitek Apa peran ARSITEK dalam membangun “KAMPUNG VERTIKAL”?
7.
Sebagai fasilitator, menjembatani pemangku kepentingan , khusus KOMUNITAS yang akan menghuni “kampung vertikal” tersebut.
Menggabungkan ilmu sosil, ekonomi, dan “desain fisik dan teknologi” dalam membangun optimalisasi “kampung vertikal”.
Pengadaan “KLINIK ARSITEKTUR Kampung bagi warga miskin”.
Peran Universitas, IAI, dan mahasiswa arsitektur dalam ikut mewujudkan “Kampung Vertikal”; Menjadikan kampung sebagai laboratorium universitas fakultas arsitektur, planologi, engineering, teknik bangunan, teknik lingkungan, antropologi, sosial, ekonomi, hukum, dsb. “learning by doing together” dalam program studi dan/atau program pertukaran mahasiswa (international exchange programs).
Hak Bermukim dalam Zoning Eksplisit
SKS, KUM, Sertifikasi.
Pertanahan dan Hak Bermukim Pertanyaan mengenai sisi PERTANAHAN dan HAK BERMUKIM
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
8| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan bagi warga masyarakat ekonomi lemah/miskin: Apa kendala terbesar dalam Penataan Kampung dan pembangunan KAMPUNG VERTIKAL?
8.
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Konsolidasi lahan 3 dimensi (konsolidasi tanah vertikal/konsolidasi ruang) berbasis masyarakat.
Land Barter Game.
Land on land (tanah susun)
Jika tidak ada tanah, maka bisa BANGUN TANAH = LAND BUILDING, “land on land”, “site and service susun” dengan core home, shaft system, external and internal growth/saturation.
Frame system dalam memampukan pembangunan partisipatif oleh warga/komunitas lokal.
Sisi desain dalam memberi “RUANG” jelas dalam mendorong karakteristik kolektif, khusus membuka pengelompokan warga senasib dari sisi fisik, dan proses organisasi bermukim/ bekerja dan pengelolaan bersama;
Membangun Trust Building Collective, dapat berupa Badan Keswadayaan Masyarakat, seperti yang sudah dipraktekkan dalam PNPM Mandiri Perkotaan;
Community Mapping sebagai alat bergabung, mencari kelompok senasib, mengidentifikasikan kebutuhan dasar, dan aspirasi bersama;
Hak adil, dengan menyusun skala prioritas (sudah berapa lama bermukim/senioritas, status kemiskinan, jompo, diffable, anak-anak), hak bersuara dalam keterlibatan sebagai warga;
Membangun kebersamaan untuk saling berbagi (sumberdaya, peralatan, ilmu pengetahuan, pengalaman,
Keterangan
Bangunan Komunitas Bagaimana “MEMBANGUN KOMUNITAS”?
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
9| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
industri), “kampung as an ekonomic unit/fabric ”;
9.
Membangun jejaring ekonomi dalam sinergi dengan pihak swasta (khusus dalam bentuk “kampung vertical buruh pabrik”).
Bersyarat dengan program pembersihan kali (sampah dan endapan); Industri energi terbarukan bersama; Produksi makanan bersama; Transportasi udara (gantung) : becak gantung, taksi gantung, kereta gantung;
Penemuan program bola tenis biologis M4 dari Jepang? Bendungan kecil / Peraturan tanggul, penampungan air. Lubang rembesan air untuk mempertahankan ribuan aliran air vs banjir.
Perlu membentuk suatu “Task Force Team” (Tim Kerja) bagi pembentukan ACTION PLAN termasuk membangun SISTEM INSTITUSI dan GAME PLAY;
dasar kepedulian dan political will.
Implementasi Pembangunan Kampung Vertikal Bagaimana kita dapat memulai mengimplementasikan dan mewujudkan “Kampung Vertikal” (khusus di DKI)?
10.
Daur ulang, komposting, biogas, pertanian vertikal, gerakan “green roof”.
Implementasi Pembangunan Kampung Vertikal Bagaimana kita dapat memulai mengimplementasikan dan mewujudkan “Kampung Vertikal” (khusus di DKI)?
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Tim terdiri dari Pemda, pakar yang dapat berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan lainnya. Khusus untuk berkolaborasi bersama wadah-wadah eksisting multi sektor antar kementerian dan lembaga (umpama SAPOLA, dewan multi sektor urusan kampung) dalam membuka Development Policy sebagai landasan peraturan/hukum;
Membentuk forum-forum komunikasi bersama, sebagai wadah komunikasi interaktif di antara para pihak (masyarakat pemeduli, lembaga kemasyarakatan, pemda, pemerintah pusat dari berbagai kementerian/lembaga
multi sectoral approach = holistic system approach.
10| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
terkait, universitas, asosiasi profesi, praktisi/profesional, LSM kemanusian dan lingkungan, dunia usaha/swasta, media) untuk upaya belajar dan membangun sistem bersama;
Membuat suatu rangka format stimulus bersyarat dalam mengerakan masyarakat di lokasi-lokasi uji coba “Membangun Komunitas dalam Permukiman Kampung Susun Vertikal”;
Masing masing kasus uji coba sebaiknya ditentukan koordinasinya oleh suatu wadah universitas/institusi riset yang fokus permasalah “kampung” bersama para pendamping yang sudah terbentuk (community board of trustees/BKM/LKM) di lokasi sasaran;
Mengawali dengan “invitasi penataan kampung vertikal bersyarat” dalam aneka konteks;
Mengupayakan, kemudian menjadi suatu program Penataan Kampung Vertikal CITY WIDE berpola “Community-based” yang dikelola oleh suatu “dewan pemangku kepentingan”.
III
Komunikasi Adalah Kunci Dalam Menghadapi Tantangan Desain Kampung Vertikal (Sri Probo Sudarmo)
1.
Modal Sosial Warga kampung bisa bertahan dan menikmati hidup di kampung eksisting, terutama karena adanya MODAL SOSIAL yang tidak ditemui di kompleks perumahan formal ataupun di apartemen; Bagaimana agar kekuatan berupa modal sosial ini juga bisa menjadi “penjamin” keberlangsungan, keberlanjutan kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi di kampung
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Komunikasi dengan klien menjadi sangat penting; dan klien utama kita dalam mendesain kampung susun adalah warga atau komunitas yang akan menghuni kampung susun; Komunikasi juga terjalin dan menjadi perekat di antara warga sehingga terbangun modal sosial : kebersamaan, keterbukaan dan gotong-royong;
11| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
vertikal ?
2.
Tantangan kita dalam menciptakan kehidupan vertikal di kampung vertikal adalah bagaimana membuat modal sosial yang ada di tengah penduduk kampung horisontal bisa tumbuh dan berkembang, dan bertransformasi menjadi sebuah kekuatan untuk hidup bersama di kampung vertikal;
Untuk menghasilkan suatu desain yang sesuai dengan kehidupan sosial calon penghuni kampung susun, arsitek perlu melakukan komunikasi dengan komunitas calon penghuni kampung susun, untuk memahami bagaimana kehidupan mereka berlangsung dalam kebersamaan dan keterbukaan;
Tantangan bagi teman-teman arsitek dalam desain kampung vertikal, adalah bagaimana menciptakan ruang dan hubungan ruang yang dapat menjamin keberlanjutan modal sosial, karakter hidup di kampung, Misalnya, pada setiap ujung koridor ada ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang komunal, ada banyak solusi desain untuk memberikan ruang sesuai dengan cara hidup masyarakat kampung.
Tantangan Desain Bagaimana menghasilkan suatu desain yang sesuai dengan kehidupan sosial calon penghuni kampung vertikal ?
IV.
Lahan Artifisial pada Kampung Susun, Bagaimana mengimplementasikannya? (Suhadi Hadiwinoto)
1.
Proses Partisipatif Kita perlu berhati-hati dan selektif dalam menentukan lokasi dan site sebagai kasus percontohan; Kita jangan mengambil
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Proses pembangunan, mulai dari perencanaan sebaiknya dilakukan secara partisipatif yang melibatkan calon pengguna
12| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan keputusan yang tergesa-gesa dengan menghasilkan desain yang tidak melalui proses partisipatif.
2.
Keterangan
desain.
Kondisi Kampung pada Perumahan Vertikal Perumahan vertikal berupa rusunawa dan rusunami sudah banyak dibangun dan didiami. Ada beberapa yang lumayan baik, namun banyak yang tidak berhasil dalam hal keberlanjutan kehidupan warga MBR yang tadinya hidup di kampung. Persoalan utama kita dalam menyediakan perumahan yang terjangkau bagi MBR dan miskin adalah penyediaan lahan. Namun, lahan tidak mungkin lagi ditambah (secara horizontal) dan populasi terus bertambah. Bisakah menambah lahan secara vertikal ?
3.
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Kampung bertumbuh dan berkembang secara inkremental dan dibangun secara swadaya, rumah setiap keluarga pun bertumbuh dan berkembang sesuai pertambahan jumlah anggota keluarga; Hal ini bisa terjadi di kampung eksisting atau kampung horizontal; Hal inkremental dan swadaya hanya dimungkinkan terjadi jika makna vertikal itu lebih ditekankan pada penyediaan lahan secara vertikal atau bersusun; Untuk kampung vertikal, bangunan bisa berupa penyediaan lahan artifisial beberapa lapis di atas lahan eksisting; Pembangunan unit huniannya bisa dilakukan secara swadaya dan bertahap (inkremental), namun penentuan dan penataan kavling serta utilitas bangunan (sites & services) perlu diatur oleh komunitas secara konsensus dalam perencanaan ruang secara partisipatif.
Bagaimana Menerjemahkan Gagasan2 dalam Event ini ke dalam suatu Program Kita harus mengambil peran mediator antara pemerintah dan akar rumput tersebut. Pada kenyataannya itu tidak begitu sederhana karena beberapa manajer tingkat kedua tidak begitu dinamis dan responsif, sedangkan manajer puncak begitu sibuk dengan 1001 masalah perkotaan mendesak, dan mereka tidak
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Mediasi antara pemerintah dan masyarakat akar rumput bukanlah tindakan satu tembakan. Ini adalah berulang pakan dan umpan balik. Ini perlu komunikasi yang baik dan konsisten. Ini perlu waktu, perlu energi, perlu perawatan dan pengembangan untuk mencapai hasil
13| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
memiliki cukup waktu untuk hati-hati membahas kebijakan dan strategi yang kompleks .
IV.
Masukan lain dari Lecture, Panel, dan Speech
1.
Nanne de Ru, Netherlands (Lecture) Perumahan yang terjangkau: kondisi hidup dalam kaitannya
yang bermanfaat. Kita tidak bisa berharap untuk mendapatkannya melalui satu pertemuan tergesa-gesa.
Mungkin kita perlu mengembangkan suatu sistem, alat komunikasi yang efektif yang menghasilkan kerangka operasional, bukan hanya slogan yang bagus. Saya pikir kita perlu cukup waktu untuk duduk bersama dan mencari formula yang tepat, dan untuk berkomunikasi bersama-sama dengan (keseluruhan) instansi pemerintah dan masyarakat akar rumput.
Anda harus meletakkan masalah perumahan sosial dalam skala perkotaan.
Air bersih (layak minum), toilet umum, dll disediakan untuk masyarakat di lingkungan hidup.
Kampung = budaya pedesaan di perkotaan, ditandai dengan informalitas dan elastisitas dalam penggunaan ruang; Kita harus melihat dengan perspektif yang berbeda: ruang-ruang yang multi guna, ‘tidak beraturan’, dan kegiatan ekonomi kecil sangat dominan. Kampung adalah sebuah proses negosiasi terus menerus
dengan penelitian Belanda di kota;
2.
Keterangan
Eko Prawoto, Indonesia (Lecture) Tampaknya bahwa tidak banyak menyadari fakta bahwa kampung merupakan bagian yang dominan dalam menentukan kehidupan kota; Hal ini lebih dari sekedar "latar belakang" dari pembangunan perkotaan; Kampung adalah hasil dari proses panjang yang terus berlangsung, jejak perjuangan manusia dalam memenuhi
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
14| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan harapan dan kebutuhan mereka; Kita harus melihat dengan perspektif yang berbeda: ruangruang yang multi guna, ‘tidak beraturan’, dan kegiatan ekonomi kecil sangat dominan.
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
kehidupan manusia; Merupakan dialog konstan pertumbuhan dan keterbatasan baik secara spasial dan temporal dari kehidupan manusia;
It’s about community building, not simply building something for the community (Pat Benincasa)
3.
Stephens Chairn, Singapore (Lecture) Kampung adalah proyek inkremental.
semakin besar keterlibatan calon pengguna akan semakin baik hingga ke tahap selanjutnya.
Dalam upaya penyediaan perumahan yang terjangkau bagi MBR, perlu sinergi antara pemerintah lokal, swasta dan komunitas (calon pengguna).
Matriks ini menunjukkan bahwa jika pemerintah lokal (PL=Pemda) cukup berperan dan memberi peran yang lebih besar pada masyarakat (calon pengguna) pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan, maka peran dan tanggungjawab PL akan berkurang atau mengecil di tahap pelaksanaan dan tahap pengelolaan, sedangkan peran dan tanggungjawab masyarakat pengguna perumahan akan maksimal pada tahap pengelolaan. Ini menunjukkan keberdayaan komunitas yang baik. Situasi kepadatan perkotaan menuntut optimasi yang semakin
Ruang umum memainkan peran penting dalam menjaga
besar dalam penggunaan lahan pada skala perkotaan, tapak
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
15| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan dan bangunan. Hal ini, pada gilirannya, menempatkan tekanan pada keseimbangan antara efektifitas fungsional dan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
keseimbangan ini:
Pertama, melalui kapasitasnya untuk struktur interaksi
kelayakhunian bangunan perumahan sehari-harinya.
penduduk, ruang tersebut memiliki efek regulasi pada
Ruang umum memainkan peran penting dalam menjaga
rasa kepadatan di lingkungan tempat tinggal yang
keseimbangan ini.
langsung.
Kedua, ruang umum berdampak positif pada kualitas layak-huni ruang-ruang domestik, standar hidup penduduk yang independen.
4.
Jack Raymond, Thailand (Lecture) Thailand termasuk negara yang sering kebanjiran.
Membangun kota baru dan waduk untuk menyimpan air selagi musim hujan.
Terjadi 50% kegagalan dan korupsi dalam pembangunan perumahan sosial oleh pemerintah. Kami membutuhkan jaringan perangkat hidrolik yang efisien mengelola jumlah kelebihan air. Pertanyaan audiens : Bagaimana dengan sistem pengelolaan limbah dan sampah pada desain kota baru yang bebas banjir
Dengan sistem daur-ulang, apa yang dibuang/dikeluarkan dalam aktifitas hidup akan digunakan atau dikonsumsi kembali.
itu?
5.
Bin Kim, Korea (Lecture) a˜pa:r-t pemerintah sangat dominan dalam pembangunan
Perumahan yang terjangkau mengacu pada sejumlah bentuk
perumahan di Korea, ada banyak kisah sedih di balik
yang ada di sepanjang kontinum - dari “tempat penampungan
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
16| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan pembangunan kota Seoul yang terlihat megah.
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
darurat”, ke “perumahan sementara”, ke “perumahan sewa non-pasar” (juga dikenal sebagai perumahan sosial atau
a˜pa:r-t perumahan menjadi keinginan, namun tidak
bersubsidi), ke “perumahan sewa formal dan informal harga
terjangkau lagi
pasar” (tidak bersubsidi), dan berakhir dengan “kepemilikan rumah yang terjangkau”.
6.
Florian (Moderator di Sesi Panel) Pertanyaan mendasar adalah apa solusi untuk Jakarta tentang perumahan yang terjangkau bagi masyarakat, khususnya MBR.
7.
Gunawan Cahyono (Panel) Sebagai penghuni kampung, saya bisa berbagi tentang prioritas dalam hidup: rumah yang layak, air bersih, keamanan lingkungan, dst. Ada gejala sosial yang berlangsung di kampung, seperti premanisme; Hal ini ada sisi positif-nya namun banyak juga sisi negatif-nya; Bagaimana Anda mengelola hal-hal ini di kampung vertikal ...?
8.
Christian Wibisono (Panel) Dalam kaitannya dengan kampung, Jakarta sudah mengalami
Jadi kita perlu lembaga yang mengatur penggunaan tanah
KIP, namun kurang dalam pengontrolan tanah; Indonesia lebih
perkotaan; Ini tentang isu-isu kebijakan.
liberal dari Singapura soal tanah. Jadi kita perlu lembaga yang mengatur penggunaan tanah perkotaan; Ini tentang isu-isu
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
17| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
kebijakan.
9.
Romo Mudji Sutrisno (Panel) Ini tentang kebetawian, yang senantiasa termarjinalisasi; untuk siapa Anda membangun kampung vertikal ? Jangan seperti yang terjadi di Rusun Tanah Abang, atau Klender. Seniman mengkritik tajam pembangunan tersebut, dan yang terjadi saat ini kabel-kabel listrik dan saluran air yang tidak karuan
10.
Untuk siapa kampung susun ini dibangun. Untuk rakyat, atau kepentingan pemerintah? Jangan bangun rumah sebelum tahu siapa yang akan menempatinya.
Warga yang nantinya akan menempati rusunawa atau kampung vertikal tersebut harus dilibatkan secara aktif.
ini merupakan momentum untuk membenahi DKI Jakarta. Dikatakan, warga Ibukota harus membantu pemerintah dengan memberikan masukan kepada Jokowi.
Agus Marsudi (Panel) Arsitek punya tanggung jawab sosial, sehingga perlu berperan aktif dalam pembangunan perumahan sosial.
11.
Perlu menindak lanjuti event ini untuk kesiapan arsitek dalam peran sosial-nya di tengah komunitas.
Nenek Della (Audiens, Warga Waduk Pluit di sesi Panel) Ada hak kami utk rumah, dan bukan kami penyebab banjir...
12.
H e r l i l y (Panel) Kami dari UI bersama UPC dan Arkom telah mencoba
Upaya menemukan solusi yang lebih baik masih dilanjutkan.
menerjemahkan aspirasi warga waduk pluit. Ada banyak
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
18| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
pertemuan dan rembug dengan warga di RW 17 (Waduk Pluit, Kel. Muara Baru); Awalnya mereka mau landed house, atau bangunan susun dua lantai, tapi dari hasil studi, simulasi desain, hal tersebut tidak bisa dipenuhi; Warga sudah mempresentasikan alternatif solusi hunian di balaikota DKI Jakarta.
13.
Adji Negara (Panel) Kampung vertikal adalah tantangan bagi arsitek.
14.
Kita harus melakukan ini dengan serius ... Untuk mendukung perumahan yang terjangkau ...
Robert Manan (Panel) Kampung vertikal adalah tantangan bagi kita semua
Setuju dengan Romo Sandy dan Romo Mudji bahwa semangat gotongroyong dan bhinneka tunggal ika adalah kunci keberlanjutan kampung kota.
15.
Daliana Suryawinata (Moderator di Sesi Panel) Jakarta memiliki kampung-kampung yang unik sekali. Seharusnya arsitek bisa mendesain kampung yang terinspirasi dari kehidupan kampung itu tapi dibuat vertikal.
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
Untuk membangun kampung yang demikian, warga harus dilibatkan agar menjadi sumber inspirasi bagi arsitek dalam membuat desain.
Tidak hanya sekadar rumah, tapi juga ada ruang usaha, fasilitas umum seperti tempat bermain, olahraga, tidak perlu pakai AC tapi bisa nyaman, dan sebanyak mungkin ruang hijau dan ruang interaksi warga. Dicoba apa yang
19| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
menurut kita bagus lalu warga inginnya seperti apa dan dipertemukan dengan sebaik mungkin.
16.
Tjeerd de Zwaan (Duta Besar Belanda untuk Indonesia) Arsitek harus bisa membuat perumahan yang terjangkau dengan keseimbangan antara persyaratan Pemda dan kebutuhan warga.
17.
Mari Pangestu (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) Jakarta adalah kota di mana terjadi pencampuran banyak budaya. Kampung bisa menjadi daya tarik kota Jakarta jika bisa menonjolkan keragaman budaya yang bisa hidup harmonis dalam kebersamaan.
Kampung vertikal merupakan tantangan bagi para arsitek Garmen, kerajian, pertanian perkotaan, dll untuk pariwisata, yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat (komunitas kampung urban).
Banyak ekonomi kreatif yang bisa ditumbuh kembangkan di tengah kehidupan kampung kota Jakarta ini.
11.
Daftar Pertanyaan di Layar infokus : 1) Apa yang dibutuhkan, dan apa saja kendala untuk membuat desain perumahan yang terjangkau?
Jawabannya bisa dalam berbagai perspektif ...
2) Apa solusi untuk menyediakan tempat bagi penduduk berpenghasilan rendah di kota: Kampung Improvement Program (KIP), Perumahan yang Terjangkau (Rusun) atau keduanya? Ada alternatif lain? 3) Apa yang menjadi kegagalan dari perumahan yang terjangkau di Jakarta?
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
20| 27 H a l a m a n
No
Isu/Pembahasan
Solusi/Kesepakatan/Tindak Lanjut
Keterangan
4) Bagaimana membuat lahan tersedia untuk perumahan yang terjangkau? 5) Bagaimana membiayai perumahan yang terjangkau? 6) Rusunawa (perumahan yang terjangkau sewa) atau Rusunami (perumahan yang terjangkau dimiliki)? 7) Apakah kita perlu lembaga pemerintah khusus yang akan bertanggung jawab atas perumahan yang terjangkau? 8) Jika pemerintah tidak berfungsi, bisakah kita / LSM / masyarakat melewati mereka atau bekerja sama dengan pihak lain misalnya pihak swasta? Ada contoh? 9) Bagaimana mencegah penduduk dari menyewakan unit hunian mereka di perumahan yang terjangkau, kontrol, dll? 10) Bagaimana dengan masalah urbanisasi yang tidak pernah berakhir, dapatkah Jakarta menjaga pasokan perumahan yang terjangkau di masa depan?
Catatan bersama (Parwoto, Antonio, Sriprobo, Suhadi, Anita) Lampiran Foto :
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
21| 27 H a l a m a n
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
22| 27 H a l a m a n
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
23| 27 H a l a m a n
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
24| 27 H a l a m a n
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
25| 27 H a l a m a n
Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
26| 27 H a l a m a n
The End ♥ Jakarta Vertical Kampung – Erasmus Huis – 7 Juli 2013
27| 27 H a l a m a n