SURVEY TENTANG FAKTOR-FAKTOR KEHADIRAN DAN KETIDAKHADIRAN PEMILIH DI TPS DI WILAYAH KOTA ADMINSTRASI JAKARTA PUSAT PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014
Disusun oleh:
TIM PENELITI KPU KOTA ADMINSTRASI JAKARTA PUSAT 2015
ABSTRAK Bahwa dengan adanya Amandemen Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 seluruh rakyat Indonesia yang telah memenuhi syarat memilih telah diberikan hak politiknya untuk memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum. Untuk mengevaluasi partisipasi politik rakyat dan mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 mengadakan penelitian dengan judul Survey tentang Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS di Wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 “ Menurut Herbert McCloscy (1972 : 252) : “The term political partisipation will refer to choise voluntary activities by which members of a society share in the selection of rules and, directly or indirectly, in the formation of public policy” . (Partispasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum). Hal yang utama dilihat adalah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan dan keputusan-keputusan pemerintah, dengan cara mempengaruhi alokasi nilai secara otoritas untuk masyarakat. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries memberikan tafsiran yang lebih luas dengan memasukkan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan (1997 : 3), “By political paticipation we mean activity by private citizens design to influence government decision making. Participation mybe individual or collective, organize or spontaneous, sustain or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, effective or ineffective”. (Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan
i
keputusan oleh pemerintah. Partispasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif). Namun demikian tidak semua ahli menganggap apathi sebagai masalah yang perlu dirisaukan. Mc Closky (1972 : 23 ) : “dalam pendapatnya mengatakan bahwa sikap apathi ini malahan dapat diartikan sebagai hal yang positif karena memberi fleksibilitas kepada sistem politik, dibanding dengan masyarakat yang mengalami partispasi berlebih-lebihan dan di mana warganya terlalu aktif, sehingga menjurus ke pertikaian, fragmentasi dan instabilitas sebagai manifestasi ketidakpuasan”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Studi survey adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak. Van Dalen mengatakan bahwa survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan
fenomena
dan
menentukan
kesamaan
status
dengan
cara
membandingkan dengan standar yang sudah ditentukan (Suharsimi Arkunto 2000: 24) yang termasuk dalam studi survey adalah, survey sekolah, job analysis, analisa dokumen (konten analisis) publik opinion (opini publik) dan komunitas. Data penelitian yang di kumpulkan adalah data yang bersifat primer maupun sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya terhadap sampel yang sudah diacak secara random dari tingkat kota sampai tingkat RT setempat. Sampel yang di wawancarai sejumlah 450 sampel yang tersebar di seluruh Kecamatan seluruh Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan margin error 5%. Dari beberpa analisa diatas dapat disimpulkan bahwa kehadiran pemilih di TPS karena faktor-faktor berikut : 1. Keramahan petugas TPS sebanyak 75,1 % 2. Karena ajakan penyelenggara pemilu sebanyak 74 % 3. Karena sosialisasi penyelenggara pemilu sebanyak 73 %
ii
4. Kedekatan dengan lokasi TPS sebanyak 72 % 5. Karena kesadaran untuk memilih (berpartisipasi) 68 % Dari beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tidak hadir di TPS saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014, dapat disimpulkan secara garis besar bahwa faktor yang dominan yang menyebabkan mereka tidak hadir adalah : 1. Tidak terdaftarnya pemilih di daftar pemilih di TPS 54 % responden 2. Menunggu antrian panjang 35 % 3. Tidak sempat mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat 34 %, 4. Tidak mau mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat, sebanyak 26 % 5. Sedang sakit 25 %
iii
BAB I
ABSTRAK PENELITIAN
i
KATA PENGANTAR
v
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
1
B.
PERUMUSAN MASALAH
3
C.
TUJUAN PENELITIAN
3
D.
SISTEMATIKA PENULISAN
4
BAB II
KERANGKA TEORI
A.
TEORI PARTISIPASI POLITIK
6
B.
TEORI APATHI (TIDAK BERPARTISIPASI)
9
C.
BATASAN PENELITIAN
10
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
B.
KONDISI UMUM MASYARAKAT DI WILAYAH KOTA ADMINSTRASI JAKARTA PUSAT. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN
C.
METODE PENENTUAN SAMPEL DAN RESPONDEN
15
D.
METODE PENGUMPULAN DATA
18
E.
METODE PENGOLAHAN DATA
19
F.
METODE ANALISIS DATA
23
A.
BAB IV A.
BAB V
11 14
ANALISIS HASIL PENELITIAN ANALISIS DATA DAN TEMUAN - TEMUAN DI LAPANGAN
24
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
59
B.
SARAN
60
C.
DAFTAR PUSTAKA
61 iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan kesehatan dan keberkahan pada kami semua, sehinga kami dapat melaksanakan kewajiban kami yaitu melakukan penelitian yang di perintahkan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia sesuai dengan SE KPU RI No 155/KPU/IV/2014, yaitu kewajiban bagi Komisi Pemilihan Umum Tingkat Kota/ Kabupaten se-Indonesia untuk melakukan penelitian guna memahami masalahmasalah apa saja yang muncul pada pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Waki Presiden tahun 2014, kemudian di buatkan solusi pemecahan dari masalah tersebut. Komisi Pemilihan Umum Kota Administrasi Jakarta Pusat mendapat amanah untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan partisipasi pemilih dalam hal ini penelitian yang menitikberatkan pada faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan penelitian di mulai pada bulan April 2014 dan selesai pada bulan Juli 2014 dengan laporan hasil penelitian berupa dokumen penelitian. Atas selesainya penelitian ini kami tim peneliti dari Komisi Pemilihan Umum Kota Adminstrasi Jakarta Pusat mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Adminstrasi Jakarta Pusat yang telah memberikan kepercayaan kepada tim peneliti untuk mengadakan penelitian sesuai dengan SE KPU no 155/KPU/IV/2015. 2. Sekretaris, Kepala Sub.Bagian dan beserta jajaran Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kota Adminstrasi Jakarta Pusat, yang telah membantu
v
secara maksimal tidak kenal lelah dalam membantu Penelitian ini baik dari tahap persiapan, pembuatan hingga penyelsaian. 3. Ketua dan Anggota KPU Provinsi DKI Jakarta yang telah membimbing kami dalam penyusunan penelitian ini. 4. Teman-teman mantan anggota Panitia Pemungutan Kecamatan (PPK) dan mantan Panitia Pemungutan Suara (PPS) pada Pilpres 2014 yang telah meluangkan waktu untuk membantu mewawancarai responden di wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat. 5. Warga masyarakat Kota Adminstrasi Jakarta Pusat yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 6. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini sehingga berjalan lancar serta hasil yang sesuai dengan yang kami harapkan..
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan keterbatasan yang peneliti temukan dalam menyusun laporan penelitian ini terutama
dan
segi
waktu,
sumber
daya
dan
pembiayaan.
Jika
ada
ketidaksempurnaan kami mohon maaf dan mohon diberikan masukan kedepannya agar ada perbaikan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
Tim Peneliti : Pengarah
: Arif Bawono, ST
Supervisor
: Wahyudinata, S.IP
Ketua
: Drs. Ferid Nugroho, MM
Anggota
: Imam Hidayat, SH Jose Rizal, ST
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam hal ini diartikan sebagai penjelmaan kedaulatan demokrasi dari seluruh rakyat Indonesia. Aplikasi dari sistem ini dapat diartikan bahwa demokrasi dilakukan dengan sistim perwakilan, sehingga dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tidak dipilih langsung oleh rakyat melainkan dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sedangkan untuk Anggota DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan dipilih oleh Presiden. Selanjutnya, dengan adanya
Amandemen Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sistem demokrasi di Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar karena
telah menempatkan kedaulatan rakyat
sepenuhnya berada di tangan rakyat. Rakyat diberikan kedaulatan penuh dan menentukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam membentuk pemerintahan negara secara demokratis melalui pemilihan umum. Realisasi dari amandemen tersebut maka pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004, 2009 dan 2014, khususnya dalam Pemilihan Umum 1
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 seluruh rakyat Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana ketentuan yang berlaku diberikan hak pilih secara langsung untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Bahwa dengan adanya Amandemen Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 seluruh rakyat Indonesia yang telah memenuhi syarat memilih telah diberikan hak politiknya untuk
memilih
langsung Presiden dan Wakil Presiden yang
dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum. Untuk mengevaluasi partisipasi politik rakyat dan mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014, KPU Kota Administrasi Jakarta Pusat berpedoman pada ketentuan : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 3. Peraturan-peraturan teknis yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum. Dalam kaitannya dengan Evaluasi penyelenggaran Pemilihan Umum Presiden dan Wakil PresidenTahun 2014 sebagaimana ketentuan Pasal 8 ayat (2) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011, KPU Kota Jakarta Pusat juga berpedoman pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden serta Peraturanperaturan teknis pelaksanaan pemilihan umum yang ditetapkan oleh Komisi 2
Pemilihan Umum, melakukan kegiatan penelitian tentang kehadiran dan ketidak hadiran pemilih di TPS pada waktu pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden tahun 2014, kegiatan ini diperintahkan oleh KPU
Republik Indonesia
melalui Surat Edaran KPU SE/155/KPU/IV/2015 tanggal 6 April 2015 dengan pembebanan anggaran pada RKAKL KPU Kota Adminstrasi Jakarta Pusat tahun 2015
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarakan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka tim peneliti KPU Kota Adminstrasi Jakarta Pusat merumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS di Wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 “
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk memenuhi kewajiban yang dibebankan oleh KPU Republik Indonesia kepada KPU Kota Adminstrasi Jakarta Pusat dengan adanya Surat Edaran KPU Republik Indoensia no 155/KPU/IV/2015. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014
3
D. SISTEMATIKA PENULISAN DAFTAR ISI ABSTRAK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH B. PERUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PENELITIAN D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II KERANGKA DASAR TEORI A. TEORI PARTISIPASI POLITIK B. TEORI APATHI (TIDAK BERPARTISIPASI) C. BATASAN PENELITIAN
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. KONDISI UMUM MASYARAKAT DI WILAYAH KOTA ADMINSTRASI JAKARTA PUSAT. B. SEBARAN
PENDUDUK
BERDASAR
DATA
PEMILIH
PADA
PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 C. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN D. METODE PENENTUAN SAMPEL DAN RESPONDEN E. METODE PENGUMPULAN DATA F. METODE PENGOLAHAN DATA G. METODE ANALISIS DATA 4
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. ANALISI
HASIL
PENELITIAN
DI LAPANGAN
BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN B. SARAN C. DAFTAR PUSTAKA
5
DAN
TEMUAN
-
TEMUAN
BAB II KERANGKA DASAR TEORI
A. TEORI PARTISIPASI POLITIK Semenjak reformasi bergulir hingga sekarang dalam setiap kegiatan Pemilu Presiden dan Waki Presiden selalu ramai diperbincangkan mengenai partisipasi politik masyarakat Indonesia. Secara umum partisipasi masyarakat Indonesia dari tahun ketahun pada pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden cenderung menurun. Tingkat parisipasi tertinggi ada pada pemilihan Presiden tahun 1999 yang secara langsung digulirkan di negara Indonesia. Semenjak ada amandemen Undang-Undang Dasar 1945, sudah empat kali diadakan amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Banyak perubahan yang sangat substansial dalam ketatanegaraan kita yang berubah akibat amandemen tersebut, diantaranya adalah adanya penyelenggaraan pemilihan umum presiden dan wakil presiden secara langsung. Dalam analisis politik moderen partisipasi politik merupakan suatu masalah yang penting. Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partispasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan atau lobby dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai politik atau salah satu gerakan sosial dengan aksi langsung. 6
Menurut Herbert McCloscy (1972 : 252) : “The term political partisipation will refer to choise voluntary activities by which members of a society share in the selection of rules and, directly or indirectly, in the formation of public policy” . (Partispasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum). Hal yang utama dilihat adalah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan dan keputusan-keputusan pemerintah, dengan cara mempengaruhi alokasi nilai secara otoritas untuk masyarakat. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries memberikan tafsiran yang lebih luas dengan memasukkan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan (1997 : 3), “By political paticipation we mean activity by private citizens design to influence government decision making. Participation mybe individual or collective, organize or spontaneous, sustain or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, effective or ineffective”. (Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partispasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif). Di negara-negara demokrasi, konsep partisapasi politik bertolak dari paham kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan
7
orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelanggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Anggota masyarakat yang berpatisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan tersalurkan atau sekurang-kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata lain mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik. Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat lebih baik. Dalam alam pikiran ini tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatanitu. Hal itu juga menunjukkan bahwa rezim yang bersangkutan memiliki kadar keabsahan yang tinggi. Sebaliknya tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan. Lagi pula dikahwatirkan bahwa jika pelbagai pendapat dalam masyarakat tidak di kemukakan, pemimpin negara akan kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat, dan cenderung melayani kepentingan beberapa kelompok saja. Pada umumnya partispasi yang rendah dianggap menunjukkan legitimasi yang rendah pula. Beberapa ahli berpendapat bahwa partisipasi politik mencakup kegiatan yang bersifat positif, akan tetapi Huntington dan Nelson menganggap bahwa kegiatan yang ada unsur destruktifnya seperti demontrasi, teror, pembunuhan politik, dan lainlain merupakan suatu bentuk partispasi (1997 : 13). 8
B. APATHI (TIDAK TERLIBAT DALAM PARTISPASI POLITIK) Disamping mereka yang ikut serta dalam satu atau lebih partisipasi, ada warga masyarakat yang sama sekali tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Hal ini adalah kebalikan dari partisipasi dan disebut apathi. Mengapa demikian, ada beberapa kemungkinan orang apathi dalam partisipasi. Mereka tidak ikut pemilihan karena acuh tak acuh dan tidak tertarik, atau kurang paham mengenai masalah politik. Ada juga yang karena tidak yakin bahwa usaha untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah akan berhasil, dan ada juga yang sengaja tidak memanfaatkan kesempatan memilih karena kebetulan berada di lingkungan di mana ketidak ikut sertaan merupakan hal yang diangggap biasa. Namun demikian tidak semua ahli menganggap apathi sebagai masalah yang perlu dirisaukan. Mc Closky (1972 : 23 ) : “dalam pendapatnya mengatakan bahwa sikap apathi ini malahan dapat diartikan sebagai hal yang positif karena memberi fleksibilitas kepada sistem politik, dibanding dengan masyarakat yang mengalami partispasi berlebih-lebihan dan di mana warganya terlalu aktif, sehingga menjurus
ke
pertikaian,
fragmentasi
dan
instabilitas
sebagai
manifestasi
ketidakpuasan”. Sebaliknya ada kemungkinan bahwa orang itu tidak ikut memilih karena berpendapat bahwa keadaan tidak terlalu buruk dan bahwa siapa pun yang akan dipilih tidak akan mengubah keadaan itu. Dengan demikian ia tidak merasa perlu memanfaatkan hak pilihnya. Jadi apathi dalam pandangan ini tidak menunjuk pada rasa kecewa atau frustasi, tetapi malahan sebagai manifestasi rasa puas dan kepercayaan pada sistem politik yang ada. 9
Seymour Martin Lipset (1960 : 83) mengemukakan: ”Gejala tidak memberikan suara dapat diartikan sebagai mencerminkan stabilitas dan sistem politik yang bersangkutan”. Sedangkan Galen A. Irwin (1975 : 35): ”Beberapa keadaan tertentu, perasaan puas menyebabkan partisipasi lebih rendah”. Dalam hal penelitian yang kami lakukan bahwa partispasi politik dan apathi politik masyarakat di wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat diartikulasikan dalam bentuk kehadiran dan ketidakhadiran mereka ke TPS pada saat pelaksannaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kehadiran dan ketidak hadiran mereka ke TPS
C. BATASAN PENELITIAN Penelitian ini dibatasi pada masalah partispasi politik dan apathi politik masyarakat kota Adminstrasi Jakarta Pusat, khususnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih ke TPS pada saat pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahuh 2014.
10
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. KONDISI UMUM MASYARAKAT DI WILAYAH KOTA ADMINSTRASI JAKARTA PUSAT Gambaran umum masyarakat Jakarta Pusat adalah terdiri dari berbagai elemen masyarakat dan berbagai karakter masyarakat yang ada menjadi satu padu tinggal di wilayah Jakarta Pusat, termasuk didalamya wilayah geografis yang bermacam-macam dengan karekter tersendiri. Karakter ini terbentuk akibat dari perkembangan kota Adminstrasi Jakarta Pusat yang sangat pesat. Sebagai Kota tempat Pusat Pemerintahan dan hampir sebagian besar kantor pemerintah berada di wilayah Jakarta Pusat, menjadikan masyarakatnya dituntut untuk memahami dan mengetahui perkembangan tersebut, baik perkembangan sosial, ekonomi, budaya, politik, keuangan, keagamaan dan sektor lainnya. Keunikan yang terdapat di Kota Administrasi Jakarta Pusat diantaranya adalah, secara ekonomi terdapat beberapa pusat kegiatan ekonomi berskala kecil hingga besar. Wilayah pusat kegiatan ekonomi itu ada di wilayah Kecamatan Tanah Abang, dengan ikon ekonominya adalah Pasar Tanah Abang yang sudah terkenal di seluruh Indonesia bahkan sampai negara-negara Asia dan Afrika. Selain itu kegiatan pusat kegiatan ekonomi ada di Wilayah Kecamatan Sawah Besar, terutama di Kelurahan Pasar Baru. Disitu ada pasar yang sudah terkenal dari jaman Belanda, yaitu Passer Baroe. Pusat kegiatan ekonomi lainnya yaitu pusat-pusat perbelanjaan baik yang tradisional maupun yang moderen.
11
Secara politik keberadaan gedung parlmen yang menampung kegiatan legislatif, dan kegiatan eksekutif ada di wilayah Kota Administrasi jakarta Pusat. Gedung DPR, MPR, dan DPD serta Istana Prsiden dan Wakil Presiden juga ada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat, termasuk pusat pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Secara adminstratif Kota Adminstrasi Jakarta Pusat terbagi menjadi 8 kecamatan dan 44 kelurahan, yaitu : 1. Kecamatan Gambir, tertdiri atas 6 kelurahan, yaitu a. Kelurahan Gambir b. Kelurahan Cideng c. Kelurahan Petojo Utara d. Kelurahan Petojo Selatan e. Kelurahan Kebon Pala f. Kelurahan Duri Pulo 2. Kecamatan Sawah Besar terdiri atas 5 kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Pasar Baru b. Kelurahan Karanganyar c. Kelurahan Kartini d. Kelurahan Gunung Sahari Utara e. Kelurahan Mangga Dua Selatan 3. Kecamatan Kemayoran terdiri atas 8 kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Kemayoran b. Kelurahan Kebon Kosong c. Kelurahan Harapan Mulia 12
d. Kelurahan Serdang e. Kelurahan Gunung Sahari Selatan f. Kelurahan Cempaka Baru g. Kelurahan Sumur Batu h. Kelurahan Utan Panjang 4. Kecamatan Senen, terdiri atas 6 Kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Senen b. Kelurahan Kenari c. Kelurahan Paseban d. Kelurahan Karmat e. Kelurahan Kwitang f. Kelurahan Bungur 5. Kecamatan Cempaka Putih, terdiri atas 3 Kelurahan yaitu : a. Kelurahan Cempaka Putih Timur b. Kelurahan Cempaka Putih Barat c. Kelurahan Rawasari 6. Kecamatan Menteng terdiri atas 5 kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Menteng b. Kelurahan Gondangdia c. Kelurahan Cikini d. Kelurahan Kebon Sirih e. Kelurahan Pegangsaan 7. Kecamatan Tanah Abang terdiri atas 7 kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Gelora 13
b. Kelurahan Bendungan Hilir c. Kelurahan Kebon Kacang d. Kelurahan Kebon Melati e. Kelurahan Karet Tengsin f. Kelurahan Petamburan g. Kelurahan Kampung Bali 8. Kecamatan Johar Baru, terdiri atas 4 kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Johar baru b. Kelurahan Tanah Tinggi c. Kelurahan Galur d. Kelurahan Kampung Rawa
B. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Studi survey adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak. Van Dalen mengatakan bahwa survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan fenomena dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah ditentukan (Suharsimi Arkunto 2000: 24) yang termasuk dalam studi survey adalah, survey sekolah, job analysis, analisa dokumen (konten analisis) publik opinion (opini publik) dan komunitas. Dalam
hal
ini
Peneliti
ingin
mengetahui partisipasi publik terhadap kehadiran dan ketidak hadiran pemilih di TPS merupakan salah satu bagian dari opini publik. Dalam metode ini melakukan kegiatan
14
penelitian dengan cara wawancara dengan petunjuk kuesioner ke seluruh sampel yang berada di wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat, yaitu sebanyak 450 sampel yang terbagi dalam 8 kecamatan, 44 kelurahan. Kuisioner terbentuk dari masukan-masukan yang diberikan oleh para ahli melalui Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) yang dihadiri oleh Pemangku Kebijakan (Kesbangpol, Dinas Dukcapil, Bawaslu, Ex-Panwaslu Jakarta Pusat, KPU Provinsi) dan NGO, Pengamat Kepemiluan dan Media (Perludem, KoDe Inisiatif, KIPP Jakarta, IPC, RumahPemilu.com dll)
C. METODE PENENTUAN SAMPEL DAN RESPONDEN Secara pupulasi pemilih pada saat pemilihan Presiden dan wakil Presiden di wiilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat berdasar Daftar Pemilih Tetap Pemilhan Umum Presiden dan Wakil Presiden sebanyak 773.962 pemilih. Populasi sebanyak itu kemudian diambil sampel sebanyak 450 dengan metode penentuan sampel dan sebaran sampel seperti berikut ini. 1. Dalam survey ini, responden dipilih/ ditentukan secara acak melalui beberapa tahap (multistage random sampling) 2. Prinsip-prinsip random sampling : a. Adil Responden ditentukan sedemikian rupa sehinga setiap unsur populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih. b. Konsisten
15
Metode yang digunakan oleh setiap orang yang terlibat dalam penelitian yang
sama untuk memilih atau menentukan responden
adalah sama, meskipun hal itu dilakukan di daerah yang berbeda-beda. c. Jelas Sampel atau responden yang dipilih memiliki batas populasi atau kerangka yang jelas. Dalam surve iini, data populasi mengunakan hasil data pemilih pilres 2014 3. Pemilihan responden dalam survey ini mengikuti alur bagan di bawah ini : Tabel III. 1
JAKARTA PUSAT
KECAMATAN
KECAMATAN
KELURAHAN
TPS
KECAMATAN
KELURAHAN
TPS
RT
RT
RESPONDEN PEREMPUAN
RESPONDEN LAKI-LAKI
16
Tabel III. 2 Sebaran responden di seluruh kelurahan se Kota Adminstrasi jakarta Pusat
NO
SEBARAN RESPONDEN DI KELURAHAN % Jumlah Respoden %
KELURAHAN
01
GAMBIR
4%
2
02
5%
CIDENG
20%
8
20%
03
PETOJO UTARA
22%
9
23%
04
PETOJO SELATAN
16%
6
15%
05
KEBON KELAPA
13%
5
13%
06
DURI PULO
25%
10
25%
GAMBIR
9%
40
100%
01
PASAR BARU
13%
7
13%
02
KARANG ANYAR
24%
13
24%
03
KARTINI
21%
12
22%
04
GUNUNG SAHARI UTARA
16%
9
16%
05
MANGGA DUA SELATAN
26%
14
25%
II
SAWAH BESAR
12%
55
100%
01
KEMAYORAN
10%
9
9%
02
KEBON KOSONG
13%
12
13%
03
HARAPAN MULIA
11%
10
11%
04
SERDANG
14%
13
14%
05
GUNUNG SAHARI SELATAN
10%
10
11%
06
CEMPAKA BARU
16%
16
17%
07
SUMUR BATU
12%
12
13%
08
UTAN PANJANG
14%
13
14%
III
KEMAYORAN
22%
95
100%
01
SENEN
6%
4
7%
02
KENARI
10%
6
11%
03
PASEBAN
23%
12
22%
04
KRAMAT
27%
15
27%
05
KWITANG
15%
8
15%
06
BUNGUR
18%
10
18%
IV
SENEN
12%
55
100%
01
CEMPAKA PUTIH TIMUR
28%
11
28%
I
17
02
CEMPAKA PUTIH BARAT
03
39%
16
40%
RAWASARI
33%
13
33%
V
CEMPAKA PUTIH
9%
40
100%
01
MENTENG
34%
12
34%
02
PEGANGSAAN
31%
11
31%
03
CIKINI
12%
4
11%
04
GONDANGDIA
6%
2
6%
05
KEBON SIRIH
18%
6
17%
VI
MENTENG
8%
35
100%
01
GELORA
2%
2
3%
02
BENDUNGAN HILIR
15%
11
15%
03
KARET TENGSIN
13%
10
13%
04
PETAMBURAN
23%
17
23%
05
KEBON MELATI
22%
17
23%
06
KEBON KACANG
15%
11
15%
07
KAMPUNG BALI
9%
7
9%
VII
TANAH ABANG
15%
75
100%
01
JOHAR BARU
32%
17
31%
02
KAMPUNG RAWA
19%
10
18%
03
GALUR
16%
9
16%
04
TANAH TINGGI
34%
19
35%
12%
55
100%
VIII
KEC. JOHAR BARU JAKARTA PUSAT
450
Sumber : data diolah D. METODE PENGUMPULAN DATA Data penelitian yang di kumpulkan adalah data yang bersifat primer maupun sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya terhadap sampel yang sudah diacak secara random dari tingkat kota sampai tingkat RT setempat. Sampel yang di wawancarai sejumlah 450 sampel yang tersebar di seluruh Kecamatan seluruh Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan margin error 5%.
18
Sedangkan data sekunder didapat melalui data yang sudah tersedia, di perpustakaan, buku-buku penelitian, hasil evaluasi kegiatan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden di wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat. Gunanya untuk mendukung kelengkapan data primer yang didapat langsung dari sampel.
E. METODE PENGOLAHAN DATA Data yang dikumpulkan berhubungan dengan beberapa pertanyaan yang berkisar pada kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS pada saat pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 di Kota Administrasi Jakarta Pusat yang di kategorikan sebagai berikut : 1. Pertimbangan pemilih untuk hadir di TPS 2. Pertimbangan pemilih untuk tidaK hadir ke TPS 3. Pertimbangan pemilih untuk memberikan suara 4. Pertimbangan pemilih untuk tidak memberikan suara 5. Kinerja penyelenggara Pemilu mulai dari KPU Kota Admnistrasi Jakarta Pusat (tingkat kota), Panitia Pemilihan Kecamatan (Tingkat Kecamatan), Panitia
Pemungutan
Suara
(tingkat
Kelurahan)
dan
Kelompok
Penyelenggara Pemilihan Setempat (KPPS) Setelah semua kuesioner terkumpul, maka data diolah dengan cara : 1. Mengumpulkan jawaban dari semua sampel penelitian 2. Setelah terkumpul dipilah jawaban yang sama pada item pertanyaan no 1 sampai 18 pada pertanyaan yang berhubungan dengan seberapa penting faktor berikut bagi anda untuk hadir ke TPS dalam pelaksanaan pemilihan Umum Presiden dan
19
Wakil Presiden tahun 2014 di Kota Administrasi Jakarta Pusat. Kuesioner tersebut adalah: 1. Karena ajakan dari petugas penyelenggara Pemilu 2. Karena sosialisasi penyelenggara Pemilu 3. Karena sosialisasi kandidat 4. Karena sosialisasi tim sukses 5. Kedekatan dengan lokasi TPS 6. Keramahan petugas di TPS 7. Sovenir dari petugas TPS 8. Hadiah dari petugas TPS 9. Kesadaran untuk memilih (berpartisipasi) 10. Karena kesamaan ideologi 11. Uang yang diberikan oleh tim sukses 12. Barang yang didistribusikan oleh tim sukses 13. Intimidasi 14. Hubungan keluarga dengan calon/kandidat 15. Persamaan latar belakang etnis (suku) dengan calon/kandidat 16. Ajakan keluarga/saudara 17. Ajakan teman 18. Ajakan tetangga
3. Di pilah pula jawaban dari semua sampel penelitian untuk item pertanyaan no 1 sampai dengan 14 tentang seberapa besar faktor-faktor berikut yang menyebabkan anda tidak hadir ke TPS dalam pelaksanaan pemilihan Umum
20
Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 di wilayah kota Adminstrasi jakarta Pusat. Kuesioner tersebut adalah: 1. Tidak terdaftar di daftar pemilih di TPS terdekat 2. Tidak sempat mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat 3. Tidak mau mengurus sebagai pemilih di TPS 4. Karena kesibukan pekerjaan 5. Sedang keluar kota 6. Sedang berlibur 7. Karena sakit 8. Karena menunggu orang sakit 9. Antrian panjang di TPS 10. Petugas TPS tidak ramah 11. Tidak tahu / lupa jadwal pencoblosan 12. Karena apatis 13. Karena tidak mendapatkan imbalan dari tim sukses 14. Ketidaksamaan ideologi dengan kandidat 4. Memilah jawaban dari sampel penelitian jawaban yang berhubungan dengan adanya pengaruh individu dan organisasi dalam pemberian suara di TPS pada item pertnyaan nomor 1 sampai 9. 1. Serikat Buruh 2. Perkumpulan Profesi 3. Tokoh Agama 4. Pejabat-pejabat setempat (misalnya, lurah, camat, walikota)
21
5. Pengurus partai politik 6. Komunitas yang berbasis etnis 7. Tokoh Masyarakat 8. Pemilik Kontrakan dan Kost-kost-an 9. LSM lokal 5. Dipilah jawaban dari sampel penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan sampel memutuskan pilihan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 dari item pertanyaan nomor 1 sampai nomor 9. Kuesioner tersebut adalah: 1. Visi dan Misi kandidat 2. Pengalaman kandidat 3. Kharisma kandidat 4. Partai-partai yang mendukung kandidat 5. Adanya imbalan Uang dan barang-barang konsumsi yang didistribusikan oleh kandidat 6. Intimidasi 7. Harapan memperoleh keuntungan pribadi dari calon (pekerjaan, peluang bisnis, dsb) 8. Hubungan keluarga 9. Persamaan latar belakang etnik (suku) dengan kandidat 6. Dipilah jawaban dari sampel penelitian yang berhubunghan dengan kinerja penyelenggara Pemilu Presiden danWakil Presiden tahun 2014. Kuesioner tersebut adalah:
22
1. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan pendaftaran pemilih 2. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan kampanye 3. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan sosialisasi 4. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan rekapitulasi penghitungan suara 5. Kinerja PPK pada Pilpres 2014 di Kecamatan anda 6. Kinerja PPS pada Pilpres 2014 di Kelurahan anda 7. Kinerja KPPS pada Pilpres 2014 di TPS anda Setelah hal tersebut dilakukan maka peneliti melihat dari masing-masing kategori tersebut berapa banyak faktor-faktor penyebabnya
F. METODE ANALISIS DATA Metode analisis data menggunakan metode deskripsi, dimana metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data dan mengintepretasi data penelitian
23
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. ANALISIS DATA DAN TEMUAN –TEMUAN DI LAPANGAN Setelah dilakukan wawancara secara mendalam kepada seluruh responden yang berjumlah 450 responden, di dapat temuan-temuan yang dapat dianalisis. Tabel IV.1
Sumber :Data diolah Dari delapan Kecamatan yang ada di wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat, Kecamatan Kemayoran merupakan kecamatan dengan jumlah kelurahan yang paling banyak, dan jumlah responden yang diteliti
juga paling banyak, menyusul
kecamatan Tanah Abang, Johar baru dan Sawah Besar. Jumlah responden yang
24
diambil sebanyak 450 orang yang tersebar di 8 kecamatan dengan prsentase seperti diatas. Analisis berikutnya adalah : Diagram IV. 2
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Apakah anda menggunakan hak pilih anda pada Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Ketika di tanya apakah anda menggunnakan hak pilih pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014, sebanyak 96% responden menjawab memilih, tidak menjawab 3% dan tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya sebanyak 1%.
Hal ini menunjukkan bahwa warga masyarakat di wilayah Kota
Administrasi Jakarta Pusat sebagian besar menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Presiden dan Wakil Presdiden tahun 2014. Penggunaan hak pilih ini dapat diartikan bahwa sebenarnya tingkat partisipasi masyarakat Kota Administrasi Jakarta Pusat cukup tinggi.
25
Diagram IV. 3
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Dari penilaian respoden tentang faktor yang menyebabkan kehadiran ke TPS, terkait dengan adanya ajakan dari penyelenggara pemilu di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat, ternyata mencapai 74 %. Ini menggabarkan bahwa lewat ajakan yang dilakukan oleh penyelenggara dari tingkat KPPS sampai dengan KPU Kota Administrasi Jakarta Pusat ternyata sampai ke warga masyarakat dan di terima dengan baik, sehingga kehadiran mereka di TPS saat Pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 cukup tinggi.
26
Diagram IV. 4
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Kehadiran masyarakat di TPS saat pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang disebabkan oleh adanya sosialisai penyelenggara pemilu yang ada di wilayah KPPS sampai dengan KPU Kota ternyata mencapai angka 73 %, mereka menganggap bahwa sosialisasi penting dilakukan untuk memberikan informasi yang jelas tentang tata cara pelaksanaan, aturan-aturan dan siapa kandidat yang diusung oleh partai politik. Sebanyak 16 % dari responden menyatakan bahkan sangat penting untuk dilakukan sosialisasi yang masif ke seluruh warga masyarakat yang tinggal di wilayah Kota Administrasi JakartaPusat
27
Diagram IV. 5
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Ketika di mintai penilaian tentang faktor kehadiran yang dikarenakan sosialisasi dari kandidat, sebanyak 47 % responden menyatakan penting, 21 % menyatakan agak penting, 14 % menyatakan sama sekali tidak penting, dan 10 % menyatakan sangat penting. Angka tersebut menggambarkan bahwa kehadiran mereka ke TPS saat pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 sebagian besar bukan karena sosialisasi yang dilakukan oleh kandidat presiden, melainkan hal lain yang menyebabkan mereka datang ke TPS.
28
Diagram IV. 6
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Ketika di minta Pertimbangan lain menurut responden mengapa mereka hadir ke TPS adalah karena adanya sosialisasi dari tim sukses kandidat, ternyata penilaian mereka memberikan angka 46 % menyatakan penting, 24 % menyatakan agak penting, 22 % menyatakan sama sekali tidak penting, dan 11 % menyatakan sangat penting. Ada hal yang menarik disini, yaitu bahwa mereka hadir bukan karena sosialisasi dari tim sukses, mereka manganggap sama sekali tidak penting sosialisasi tim sukses, ada juga yang menyatakan penting juga tim sukses mengadakan sosialisasi.
29
Diagram IV. 7
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Dalam beberapa hal yang menyebabkan mengapa pemilih hadir di TPS pada saat pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014, salah satu yang paling mempengaruhi adalah kedekatan pemilih dengan lokasi TPS. Angka 72 % menunjukkan bahwa mereka milih karena dekat dengan lokasi TPS. Hal ini bisa saja diusahakan oleh penyelenggara pemilu pada tingkat KPPS. Dalam pembuatan TPS diharapakan dapat memenuhi beberpa unsur antara lain: dekat dengan pemilih, tidak sulit di datangi, nyaman. Dll. Bahkan 14 % mnenyakan hal tersebut sangat penting, bahwa kedekatan pemilih dengan TPS akan meningkatkan partisipasi mereka di dalam pelaksanaan pemilihan umum.
30
Diagram IV. 8
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : Data diolah Keramahan petugas di TPS juga menjadi faktor yang menyebabkan pemiih datang untuk berpartisipasi. Angka 75 % menyatakan hal tersebut. Dengan demikian ini akan menjadi tantangan untuk penyelanggara pemilu di tingkat kelurahan ( PPS) untuk lebih hati-hati dan teliti dalam memilih anggota KPPS, yang akan menyelenggarakan proses pemilihan umum di TPS. Petugas yang ramah dapat membawa dampak yang bagus bagi pemilih untuk mau hadir di TPS.
31
Diagram IV. 9
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Ketika di beberapa TPS dalam pelaksanaannya kadang ada souvenir yang diberikan kepada pemilih untuk kriteria tertentu, ternyata ketika hal tersebut ditanyakan terdapat jawaban sebanyak 43 % menyatakan hal tersebut sama sekali tidak penting, artinya bahwa mereka datang ke TPS bukan karena souvenir dari petugas melainkan karena yang hal lain. Sebanyak 22 % menyatakan tidak tahu apakah hal tersebut penting apa tidak, 19 % menyatakan penting, dengan alasan untuk menarik warga agar mau menggunakan hak pilih dalam pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2914. Sebanyak 13 % menyatakan agak penting juga adanya sovenir dari penyelenggara pemilu.
32
Diagram IV. 10
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Selain sovenir ditanyakan juga apakah pemberian hadiah kepada pemilih oleh petugas di TPS pentimg, ternyata sebanyak 52 % menyatakan sama sekali tidak penting. Untuk hadir ke TPS bukan karena hadiah, melainkan hal lain. Responen yang menjawab tidak tahu sebanyak 22 %, mereka tidak tahu atau tidak manganggap apakah pemberian hadiah itu penting apa tidak. Sebabnya 12 % menganggap agak penting, dan 11 % menganggap hal tersebut adalah penting. Penting untuk menarik warga agar menggunakan hak pilihnya dalan pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014. 33
Diagram IV.11
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014? kesadaran untuk memilih (berpartisipasi) 70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
sama sekali tidak penting Series1 2%
agak penting
penting
sangat penting
luar biasa penting
5%
68%
16%
7%
tidak tahu/tidak menjawab 1%
Sumber : data diolah Faktor kesadaran memilih bagi warga masyarakat Kota Administrasi Jakarta Pusat mencapai 68 %, hal ini menggambarkan bahwa hal lain yang menyebabkan warga datang tidak menjadi faktor penentu. Faktor penentunya adalah kesadaran untuk memilih adalah penting. Sebanyak 16 % bahkan menyatakan bahwa kesadara memilih merupakan hal yang sangat penting dalam berpartisipasi di pelaksanaan pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2014.
34
Diagram IV. 12
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Ideologi kandidat yang bersaing dalam pemilihan presiden dan wakil prseiden ternyata juga mempengaruhi pemilih untuk hadir di TPS. Ketika ditanya apakah kesamaan ideologi juga merupakan salah faktor mereka hadir di TPS, sebanyak 52 % responden menyatakan bhawa hal tersebut penting, karena ideologi yang sama dengan kandidat akan membuat mereka semangat untuk hadir ke TPS. Bahkan sebanyak 15 % menyatakan agak penting mempunyai kesamaan ideologi dengan kandidat. Tetapi ternyata 21 % menyatakan ideologi tidak harus sama kalau mau memilih kandidat dalam pemilihan Presiden dan wakil Presiden.
35
Diagram IV. 13
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data yang diolah Pertimbangan kehadiran lain adalah uang yang diberikan oleh kandidat. Ternyata sebanyak 58 % responden menyatakan bahwa hal tersebut sama sekali tidak penting. Ada uang apa tidak ada uang mereka akan tetap hadir ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Sedangkan sebanyak 23 % responden menyatakan tidak tahu, apakah uang merupakan pertimbangan kehadiran di TPS. Sebanyak 10 % responden menyatakan hal tersebut agak penting, bahwa uang yang diberikan oleh kandidat juga mempengaruhi kehadiran mereka di TPS. Bahkan sebanyak 7 % menyatakan bahwa uang merupakan hal yang penting untuk datang ke TPS.
36
Diagram IV.14
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014? barang yang didistribusikan oleh tim sukses 60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
sama sekali tidak penting Series1 55%
agak penting
penting
sangat penting
luar biasa penting
12%
8%
1%
1%
tidak tahu/tidak menjawab 23%
Sumber : data yang diolah Kehadiran pemilih di TPS ternyata juga tidak dipengaruhi oleh barang pemberian yang didistribusikan oleh tim sukses agar mereka mau memilih kandidat tertentu. Sebanyak 55 % responden menyatakan bahwa hal tersebut sama sekali tidak penting untuk datang ke TPS. Sebanyak 23 % menyatakan tidak tahu apakah hal tersebut penting apa tidak penting. 12 % menyatakan bahwa hal tersebut penting untuk memacu seseorang fatang ke TPS, dan 8 % menyatakan bahwa hal tersebut memang penting unntuk membuat orang mau datang ke TPS.
37
Diagram IV.15
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014? karena intimidasi 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0%
Series1
sama sekali tidak penting 60,7%
agak penting
penting
sangat penting
luar biasa penting
tidak tahu/tidak menjawab
14,4%
2,2%
0,2%
0,2%
22,2%
Sumber : data yang diolah Kehadiran pemilih ke TPS juga tidak ditentukan oleh adanya intimidasi dari pihak tertentu agar mereka mau datang ke TPS. Sebanyak 60,7 % responden menyatakan bahwa intimidasi merupakan suatu hal yang sama sekali tidak penting dalam mempengaruhi orang untuk datang di TPS, sedangakan sebanyak 22,2 responden menyatakan tidak tahu apakah intimidasi merupakan hal penting untuk mempengaruhi mereka datang ke
TPS, sebanyak 14,4 % menyatakan bahwa
intimidasi merupakan hal yang agak penting dalam mempengaruhi mereka datang ke TPS. Mungkin intimidasi akan efektif ketika pemilihan dilaksanakan pada jaman Orde Lama dan Orde Baru, sedangkan dalam orde Reformasi ini intimidasi yang berkaitan dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden kelihatannya sudah tidak ada lagi.
38
Diagram IV.16
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Hubungan kekeluargaan dengan kandidat ternyata merupakan hal sama sekali tidak penting dalam hubungannya dengan kehadiran pemilih di TPS. Hubungan keluarga menurut mereka tidak dapat di sangkut pautkan dengan kehadiran di TPS. Hal ini di jawab oleh 34,4 % responden. Sedangkan sebanyak 30,7 % menyatakan bahwa hubungan keluarga merupakan hal yang agak penting dalam menentukan kehadiran di TPS, seganyak 22 % responden menyatakan tidak tahu apakah hubungan keluarga merupakan hal yang penting untuk hadir di TPS. sedangkan 9,3 % responden menyatakan bahwa hal tersebut merupakan hal penting untuk hadir di TPS.
39
Diagram IV.17
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014?
Sumber : data diolah Dalam masyarakat yang masih bersifat primordial, hal-hal yang bersifat etnik akan menentukan hal-hal tertentu dlam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pertimbangan apakah seseorang hadir di TPS karena adanya kesamaan etnik dengan kandidat ternyata di temukan jawaban sebanyak 33 % menyatakan bahwa kesamaan etnik mrerupakan hal luar biasa penting dalam menentukan kehadiran di TPS. Tetapi masyarakat di wilayah Kota Adminstrasi jakarta Pusat ternyata bukan masyarakat yang primordialisme lagi. Buktinya sebanyak 33 % menjawab bahwa kesamaan etnik dengan kandidat sama sekali tidak penting dalam menentukan kehadiran di TPS. sebanyak 20 % menjawab tidak tahu apakah hal tersebut penting apa tidak penting dalam menentukan kedatangan di TPS. Sebanyak 10 % menyatakan bahwa kesamaan etnik dengan kandidat merupakan hal yang penting dalam menentukan kehadiran di TPS. 40
Diagram IV.18
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda untuk hadir ke TPS dalam penyelenggaraan Pilpres 2014? ajakan keluarga/saudara 3% 1% 3%
sama sekali tidak penting 33%
agak penting
36% penting sangat penting
24%
luar biasa penting tidak tahu/tidak menjawab
Sumber : data diolah Ajakan keluarga untuk datang ke TPS juga menjadi hal yang penting bagi warga untuk datang ke TPS, hal ini dibuktian bahwa sebanyak 36 % ternyata keluarga mempunyai peranan penting untuk mengajak pemilih untuk hadir di TPS. Sebanyak 24, menyatakan agak penting, sedangkan sebanyak 33 % menyatakan bahwa ajakan keluarga merupakan hal yang sama sekali tidak penting dalam menentukan kehadiran seseorang di TPS.
41
Dari beberpa analisa diatas dapat disimpulkan bahwa kehadiran pemilih di TPS karena faktor-faktor berikut : 1. Keramahan petugas TPS sebanyak 75,1 % 2. Karena ajakan penyelenggara pemilu sebanyak 74 % 3. Karena sosialisasi penyelenggara pemilu sebanyak 73 % 4. Kedekatan dengan lokasi TPS sebanyak 72 % 5. Karena kesadaran untuk memilih (berpartisipasi) 68 % Setelah dianalisis faktor-faktior apasaja yang menyebabkan pemilih datang ke TPS, berikut ini dianalisis faktor-faktor apasaja yang menyebabkan pemilih tidak datang di TPS saat pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2014
42
Diagram IV.19
Sumber : data diolah Ketidakhadiran pemilih di TPS pada saat pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden di wilayah Kota Adminstrasi jakarta Pusat yang dikarenakan oleh tidak terdaftarnya pemilih di daftar pemilih di TPS menyebar dengan 54 % responden menyatakan penting, sebanyak 23 % menyatakan sangat penting, artinya bahwa faktor tidak terdaftar menjadi hal yang sangat urgen mempengaruhi pemilih untuk tidak hadir di TPS saat pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 silam.
43
Diagram IV.20
Sumber : data diolah Selain karena tidak terdaftar di daftar pemilih, ternyata ketidak hadiran pemilih disebabkan oleh tidak sempat mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat. Ini dapat dilihat dari hasil yang di peroleh sebesar 34 % responden menyatakan penting, sebanyak 20 % menyatakan sama sekali tidak penting, yang dapat diartikan bahwa tidak mengurus sebagai pemilih itu hanya alasan mereka untuk tidak datang di TPS, sedangkan 20 % lainnya menyatakan agak penting, yang berarti bahwa memang tidak sempat mengurus menjadi hal memungkinkan seseorang untuk tidak hadir ke TPS pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014.
44
Diagram IV.21
Sumber : data diolah Ketika ditanya apa penilaian responden terhadap ketidak hadiran di TPS, yang menyatakan seberapa penting tidak mau mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat, jawaban responden yang mengatakan itu penting sebanyak 28 % , sedangkan yang menyatakan itu sama sekali tiudak pentging ada 26 %, yang menyatakan tidak tahu 20 % dan yang menyatakan sangat penting sebanyak 18 %. Dapat diartikan bahwa yang menyatakan sama sekali tidak penting menurut mereka tidak mau mengurus itu hanya alasan bagi mereka untuk tidak mau berpartisipasi sdalam pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden, sedangkan yang menyatakan penting dan sangat penting, bahwa mereka tidak hadir memang karena ida tidak mau mengurus dirinya sebagai pemilih di lokasi TPS terdekat, untuk yang menyatakan tidak tahu, mereka menganggap bahwa hal itu sebagai hak mereka untuk tidak hadir atau hadir di pemilihan presiden dan wakil poresiden. 45
Diagram IV.22
Sumber : data diolah Di kota-kota besar biasanya kesibukan seseorang sering cukup tinggi dan menigkat, ketika hal ini dimintakan penilaian kepada responden apakah kesibukan juga merupakan faktor yang penting dari ketidak hadiran mereka di TPS, terdapat jawaban 23 % menjawab sama sekali tidak penting, merekla beranggapan bahwa alasan kesibukan dapat dibuat-buat agar mereka dapat menghindari kewajiban dan tanggung jawab untuk menentukan pilihan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, yang menjawab agak penting sebanyak 18 %, mereka manyatakan bahwa memang kesibukan yang di lakukan pada pekerjaan kadang-kadang menjadikan mereka tidak sempat memilih. Jawaban penting mancapai 20 %, bahwa mereka memang betul-betul sibuk sehingga tidak punya waktu untuk datang ke TPS, responen yang menjawab sangat penting mencapai 15 %, ini memang gambaran dari 46
sebagian besar masyarakat kota besar yang mempunyai kesibukan dalam pekerjaan yang sangat tinggi. Responden yang menjawab tidak tahu sebesar 21 %, ini menandakan bahwa penting gak penting kesibukan pada pekerjaan apakah merupakan faktor yang menyebabkan mereka tidak hadir di TPS pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014. Diagram IV.23
Sumber : data diolah Mobilitas yang tinggi yang dilakukan oleh warga masyarakat di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat menyebabkan mereka banyak yang mengadakan kegiatan
47
di luar kota. Ketika ditanya sebarapa petingkah faktor ke luar kota merupakan hal yang menyebabkan pemilih untuk tidak hadir di TPS sebanyak 22 % responden menyatakan itu sama sekali tidak penting, artinya ke luar kota dapat ditunda setelah pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden, sehingga mereka dapat menggunakan hak pilihnya. Responden yang menjawab agak penting ketika mereka tidak hadir di TPS karena ke luar kota sebanyak 16 %, sedangkan yang menyatakan bahwa hal tersebut penting untuk tidak hadir di TPS karena sedang ke luar kota sebanyak 21 %. Yang menyatakan sangat penting untuk tidak hadir di TPS pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden karena ke luar kota adalah sebanyak 27 %, sedangkan yang menyatakan tidak tahu apakah itu penting atau tidak penting hadir di TPS karena pergi ke luar kota sebanyak 25 %. Diagram IV.24
48
Sumber : data diolah Berlibur merupakan kebutuhan seseorang untuk dapat istirahat setelah melakukan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Ketika ditanya apakah berlibur merupakan hal yang penting sebagai faktor ketidak hadiran pemilih di TPS saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014, didapat jawaban responden yang menyatakan agak penting sebanyak 19 %, ini manggambarkan bahwa perlu waktu untuk berlibur saat pemilihan presiden dan wakil presiden sedang dilaksanakan. Sebamyak 25 % menyatakan sangat penting untuk berlibur walau harus meninggalkan dan tidak mempergunakan hak pilih mereka. Sebanyak 50 % responden menyatakan tidak tahu, apakah pergi berlibur saat pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden merupakan hal yang penting dfan berpengaruh dalam ketidak hadiran di TPS. Diagram IV.25
49
Sumber : data diolah Saat sakit sering kali membuat seseorang segan untuk berkativitas. Ketika ditanyakan kepada responden seberapa pentingkah alasan sakit ini menyebabkan pemilih tidak hadir di TPS, didapatkan jawaban sebagai berikut, sebanyak 25 % menyatakan tidak tahu, apakah alasan sakit yang menyebabkan seseorang enggan datang di TPS. Sebanyak 15 % menyatakan bahwa sakit sangat penting untuk tidak hadir di TPS. Sedangkan yang menyatakan sangat luar biasa penting bahwa sakit merupakan alasan yang menyebabkan seseorang tidak hadir di TPS sebanyak 15 %, agak penting merupakan jawaban responden sebanyak 10 % yang menyatakan bahwa sakit dapat dijadikan alasan untuk tidak hadir di TPS. Sedangkan yang menyatakan bahwa sakit sama sekali tidak penting untuk menjadi alasan tidak datang di TPS sebanyak 12 %. Diagram IV.26
50
Sumber : data diolah Menunggu orang yang sedang sakit merupakan alasan orang untuk tidak datang di TPS, menjadi faktor seberapa penting hal tersebut. Ketika ditanyakan kepada responden, dijawab oleh 35 % responden menyatakan bahwa menungu orang sakit merupakan hal peting untuk menjadi faktor orang tdak hadir di TPS. Sebanyak 39 % menyatakan tidak tahu bahwa menunggu orang sakit merupakan hal yang penting atau tidak penting dalam mempengaruhi orang untuk tidak datang di TPS. Sebanyak 19 % menyatakan sama sekali tidak penting menunggu orang sakit sebagai alasan untuk tidak hadir di TPS., sebanyak 16 % menyatakan sangat penting untk tidak hadir di TPS karena mennuggu orang sakit. Sebanyak 9 % responden menyatakan agak penting juga menunggu orang sakit merupakan faktor tidak datang di TPS. Yang menjawab luar biasa pentnig sebanyak 12 %, bahwa menunggu orang sakit merupakan hal penting dibanding dengan datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Diagram IV.27
Sumber : data diolah 51
Dalam pelaksanaan kegiatan pemilihan di TPS sering terlihat antrian yang panjang sebelum seseorang menggunakan hak pilihnya. Ketika hal tersebut ditanyakan seberapa penting menunggu antrian panjang menyebabkan pemilih tidak hadir di TPS, di dapat jawaban sebanyak 35 % menyatakan bahwwa penting untuk tidak datang ke TPS karena antrian panjang. mereka malas untuk menunggu antrian yang panjang. Sebanyak 33 % menyatakan sama sekali tidak penting menunggu antrian yang panjang. Hal ini dimaksudkan bahwa antrian yang panjang bukan menjadi alasan mengapa orang tidak datang di TPS. Sebanyak 24 % menyatakan agak penting menunggu antrian yang penting menjadi faktor penyebab tidak hadir di TPS. Mereka ingin tidak antri ketika akan menggunakan hlk pilihnya di TPS, karena mengantri membuang-buang waktu. Diagram IV.28
Sumber : data Diolah
52
Dalam pelaksanaan kegiatan pemilihan presiden dan wakil prsesiden di TPS, banyak karakter KPPS yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Ketika ditanyakan kepada responden seberapa pentingkah petugas TPS yang tidak ramah mempengaruhi pemilih untuk tidak hadir di TPS, didapat jawaban sebanyak 48 % responden menyatakan penting. Artinya petugas yang TPS yang tidak ramah menyebabkan seseorag enggan datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Sedangkan sebanyak 26 % menyatakan agak penting bahwa petugas TPS yang tidak atau kurang ramah memungkinkan seseorang enggan datang ke TPS. Sedangkan sebanyak 15 % menyatakan sama sekali tidak penting. Artinya bahwa petugas TPS yang tidak ramah bukan hal penting mempengaruhi orang untuk tidak datang ke TPS Diagram IV.29
Sumber : data diolah
53
Sifat lupa atau tidak tahu sesorang kadang kala muncul seiring banyaknya kegiatan yang dia jalankan. Ketika ditanya kepada responden seberapa penting tidak tahu atau lupa jadwal pencoblosan merupakan faktor yang menyebabkan pemilih untuk tidak datang di TPS, didapat jawaban sebanyak 31 % responden menyatakan bahwa hal tersebut penting. Ini artinya orang yang lupa dan tidak tahu jadwal pencoblosan menyebabkan mereka tidak hadir di TPS. Sebanyak 28 % menyatakan bahwa lupa tau tidak tahu jadwal pencoblosan sama sekali tidak penting dalam mempengaruhi orang untuk datang ke TPS. Sebanyak 14 % responden menyatakan agak penting bahwa lupa dan tidak tahu jadwal pencobolsan menyebabkan orang enggan datang di TPS. Dari beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tidak hadir di TPS saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014, dapat disimpulkan secara garis besar bahwa faktor yang dominan yang menyebabkan mereka tidak hadir adalah: 1. Tidak terdaftarnya pemilih di daftar pemilih di TPS 54 % responden 2. Menunggu antrian panjang 35 % 3. Tidak sempat mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat 34 %, 4. Tidak mau mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat, sebanyak 26 % 5. Sedang sakit 25 %
54
Tabel IV.30
serikat buruh perkumpulan prefesi (petani pedagang dll) tokoh agama pejabat-pejabat negara setempat pengurus parpol komunitas berbasis etnis tokoh masyarakat pemilik kontrakan/kos-kosan LSM lokal
tidak Tidak Ada ada edikit sangat luar biasa berpengaruh tahu/tidak Pengaruh pengaruh berpengaruh berpengaruh menjawab 38,0% 20,0% 16,0% 0,7% 1,3% 24,0% 32,0% 13,8% 23,6% 14,8% 22,9% 24,7% 40,0% 34,9%
27,8% 15,8% 24,0% 38,4% 17,1% 16,2% 8,2% 16,9%
14,9% 47,8% 42,0% 34,4% 29,6% 12,0% 32,7% 10,4%
2,0% 19,3% 4,2% 9,1% 7,6% 13,6% 15,1% 13,1%
0,0% 0,0% 5,8% 2,2% 1,3% 11,6% 0,0% 0,0%
23,3% 3,3% 0,4% 0,9% 21,6% 22,0% 4,0% 24,7%
Dalam tabel di atas ketika ditanyakan kepada responden, apakah individu, kelompok atau organisasi tertentu yang berpengaruh terhadap pertimbangan pemberian suara bagi pemilih, ternyata di dapat hasil : 1. Sebanyak 47,8 % responden manyatakan bahwa tokoh agama masih memiliki pengaruh terhadap pertimbangan pemberian suara di TPS 2. Sebanyak 42 % responden menyatakan bahwa pejabat-pejabat setempat dari mulai Lurah, Camat hingga walikota jugha berpengaruh dalam pemberian suara di TPS 3. Golongan lain adalah pengurus partai politik juga mempengaruhi dalam pemberian suara sebanyak 34 %
55
Tabel IV. 31
PERTIMBANGAN PEMILIH HADIR KE TPS Menurut penilaian Anda, seberapa pentingkah faktor berikut ini bagi anda dalam memutuskan pilihan pada Pilpres 2014? 1. Sama sekali 2. Agak tidak penting penting B2a. visi dan misi kandidat
3. Penting
4. Sangat penting
5. Luar biasa penting
6. Tidak tahu
1,8%
7,1%
65,3%
18,9%
4,7%
2,2%
0,9%
6,4%
72,7%
14,9%
4,7%
0,4%
5,8%
6,0%
56,9%
22,7%
7,6%
1,1%
7,8%
22,9%
46,7%
16,9%
2,4%
3,3%
58,2%
5,1%
12,2%
2,0%
0,7%
21,8%
60,9%
11,1%
5,8%
0,7%
0,2%
21,3%
43,6%
21,6%
10,7%
2,2%
0,2%
21,8%
25,6%
35,1%
14,9%
1,6%
1,6%
21,3%
31,6%
28,4%
15,8%
3,3%
1,1%
19,8%
B2b. Pengalaman kandidat B2c. Kharisma kandidat B2d. partai-partai yang mendukung kandidat B2e. adanya imbalan Uang dan barangbarang konsumsi yang didistribusikan oleh kandidat B2f. Intimidasi B2g. Harapan memperoleh keuntungan pribadi dari calon (pekerjaan, peluang bisnis, dsb.) B2h. Hubungan keluarga B2i. Persamaan later belakang etnik (suku) dengan kandidat
Sumber : data diolah Ketika responden dimintai penilaian tentang seberapa pentingkah faktorfaktor ini berpengaruh dalam memutuskan pilihan pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014, didapat jawaban responden sebagai berikut : 1. Faktor yang pentig mempengaruhi dalam memutuskan pilihan adalah pengalaman kandidat, sebanyak 72,7 % responden menyatakan penting 2. Untuk faktor visi dan misi kandidat mencapai angka 65,3 % atas penilaian responden 56
3. Faktor kharisma kandidat memenuhi angka 56,9 % 4. Sedangkan faktor partai yang mendukung dinilai oleh responden sebesar 46,7% pentingnya. Tabel IV. 32
EVALUASI KINERJA KPU KOTA JAKARTA PUSAT Menurut penilaian Anda, bagaimana kinerja penyelenggara pemilu di wilayah Jakarta Pusat pada Pilpres 2014?? sangat tidak memuaskan
tidak memuaskan
memuaskan
sangat memuaskan
Tidak tahu/tidak menjawab
Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat Pada Tahapan Pendaftaran Pemilih
1,0%
14,0%
76,0%
8,0%
1,0%
Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat Pada Tahapan Kampanye
1,0%
11,0%
79,0%
8,0%
1,0%
Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat Pada Tahapan Sosialisasi
1,0%
15,0%
76,0%
8,0%
0,0%
Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat Pada Tahapan Rekapitulasi Penghitungan Suara
0,9%
6,9%
82,9%
8,7%
0,7%
Kinerja PPK Pada Pilpres 2014 di Kecamatan anda
0,0%
6,0%
85,0%
9,0%
0,0%
Kinerja PPS Pada Pilpres 2014 di Kecamatan anda
0,2%
5,1%
82,0%
12,0%
0,4%
KinerjaK PPS Pada Pilpres 2014 di Kecamatan anda
0,0%
7,0%
83,0%
10,0%
0,0%
Sumber : data diolah Setiap
penyelenggaraan
pemilihan
umum
biasanya
penyelenggara
mengadakan evaluasi terhadap kinerjanya. Kinerja penyelenggara pemilihan umum ini terdiri atas penyelenggara tingkat Kota/Kabupaten, tingkat Kecamatan, tingkat kelurahan dan tingkat KPPS. KPU kota Administrasi Jakarta Pusat dalam menyelenggarakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 juga 57
mengadakan evaluasi kinerjanya dengan menanyakan kepada 450 responden yang tersebar di 8 kecamatan dan 44 kelurahan. Adapun hasilnya adalah : 1. Pada penyelanggara tingkat Kota yaitu KPU kota adminsitrasi aspek yang dinilai kinerjanya adalah : a. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan Pendaftaran Pemilih dengan hasil penilaian sebanyak 76 % responden menyatakan puas b. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan kampanye dengan hasil penilaian sebanyak 79 % responden menyatakan puas c. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan sosialisasi dengan hasil penilaian sebanyak 76 % responden menyatakan puas d. Kinerja KPU Kota Jakarta Pusat pada tahapan rekapitulasi penghitungan suara dengan hasil penilaian sebanyak 81 % responden menyatakan puas 2. Kinerja Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dengan 85 % responden menyatakan puas 3. Kinerja Panitia Pemilihan Setempat (PPS) dengan 81 % responden menyatakan puas 4. Kinerja Kelompok Penyelenggara Pemilihan Setempat (KPPS) dengan 83 % responden meyatakan puas.
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah dianalisis dari jawaban responden sebanyak 450, dan temuan-temuan di lapangan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kehadiran pemilih di TPS karena faktor-faktor berikut : 1. Keramahan petugas TPS sebanyak 75,1 % 2. Karena ajakan penyelenggara pemilu sebanyak 74 % 3. Karena sosialisasi penyelenggara pemilu sebanyak 73 % 4. Kedekatan dengan lokasi TPS sebanyak 72 % 5. Karena kesadaran untuk memilih (berpartisipasi) 68 % Dari beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tidak hadir di TPS saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014, dapat disimpulkan secara garis besar bahwa faktor yang dominan yang menyebabkan mereka tidak hadir adalah: 1. Tidak terdaftarnya pemilih di daftar pemilih di TPS 54 % responden 2. Menunggu antrian panjang 35 % 3. Tidak sempat mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat 34 %, 4. Tidak mau mengurus sebagai pemilih di TPS terdekat, sebanyak 26 % 5. Sedang sakit 25 %
59
B. SARAN Untuk lingkup internal, baik dari KPU tingkat Kotamadya, Provinsi sampai dengan tingkat Pusat: 1. Sosialisasi yang masif sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengenal dan mengetahui peraturan apa saja yang dipakai dalam pelaksanaan kegiatan pemilihan umum 2. Harus terjalin koordinasi yang baik antara KPU RI, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota serta dengan sekretariat di masing- masing tingkatan Untuk peneliti yang akan meneliti dengan fokus yang sama, disarankan : 1. Menggali lebih dalam lagi dengan depth interview untuk menggali pendapat, penilaian, dan sikap responden di wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Pusat 2. Agar di gali lagi faktor-faktor lain yang dominan apa saja yang mempengaruhi pemilih hadir dan tidak hadr di TPS pada saat pemilihan umum.
60
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Yogyakarta, Rineka Cipta 2000 Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik edisi revisi, Jakarta, Gramedia 2010 Huntington, Samuel, Political Order in Changing Societies, New Haven : Yale University Press, 1968 Irwin, Galen A. “Political Efficacy, Satisfaction, and partisipation.” Mens en Maatschappij, winter, 1975 Lipset, SeymourMartin, Political Man : The Sosial Bases of Politics, Bombay : Vakila, Feffer an Simons Privte, Ltd, 1960 Mc Closky, Hebert, “ Political Paticipation”. International Ensiclopedia of the Social Sciences, Ed 2, New York : The Macmillan Company, 1972
61