Tim Peneliti Puslitbang BMKG
I.PENDAHULUAN A.Type gempabumi beruntun B.History gempabumi beruntun di berbagai tempat. II.KONDISI DAERAH PENELITIAN A.Kondisi Geografi,Tatanan Tektonik,Struktur Geologi dan Geomorpologi III.METODE PENELITIAN IV.HASIL ANALISA DATA A.Data seismogram B.Disritbusi spasial epicenter C.Hub.Frekuensi vs Magnitudo ( b value) D.Time dan Magnitude Histogram V. KESIMPULAN
9
9
9
Fenomena gempabumi beruntun dengan skala kecil yang diikuti suara dentuman yang terjadi di sekitar Trenggalek dan Ponorogo, Jawa Timur telah meresahkan masyarakat di sekitar tempat kejadian Menimbulkan perbedaan hipotesa: PVMBG menduga fenomena tersebut terjadi akibat gerakan tanah rayapan LIPI menduga akibat aktivitas tremor yang berasosiasi dengan aktivitas magmatik BMKG menduga adanya gempabumi tektonik yang berasosiasi dengan aktivitas sesar
Suara Dentuman Misterius Resahkan Warga Trenggalek
Senin, 07 Pebruari 2011 21:49 WIB REPUBLIKA.CO.ID,TRENGGALEK--Masyarakat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, selama dua pekan terakhir ini diresahkan oleh suara dentuman misterius yang terdengar pada tengah malam dan diduga berasal dari bawah tanah.
"Hampir semua warga mendengar suara dentuman mirip gemuruh itu, tapi kami tidak tahu dari mana sumbernya," kata Panut (40), salah seorang tokoh nelayan di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Senin. Terlepas dari berbagai rumor yang kini beredar, sebagian besar warga berharap pemerintah maupun aparat segera bertindak untuk mengidentifikasi sumber suara dentuman tersebut. Warga khawatir jika terlambat diantisipasi, suatu saat terjadi bencana serius yang mengancam keselamatan mereka.
Berita koran Jawa Pos pagi ini, bhw suara gemuruh juga terdengar di daerah Kare - Madiun (lereng barat G. Wilis). Suara terdengar lbh jelas pada malam hari. Konon suara itu terdengar juga di Sedudo - Nganjuk (lereng timur G. Wilis). Selain itu, baru saja sy ditelepon seorang pejebat Pemkab Tulungagung yg kebetulan orang geologi, bhw di Tulungagung juga mulai terdengar suara gemuruh yaitu di daerah Besuki - Watulimo, terdengar paling nyaring di daerah Sedayu Gunung. Melihat perkembangan terakhir, setelah Ponorogo dan Trenggalek, kami di Pemprov Jatim akan kembali berkoordinasi dg Stasiun Geofisika Tretes utk dapat melakukan pemantauan lapangan di Tulungagung dan kemungkinan Madiun/ Nganjuk.
Ternyata ada laporan lagi dr Bojonegoro sbb : "Menindak lanjuti lap masy kec Sekar kab Bojonegoro tgl 21 Pebr 2011 ttg suara ledakan , setelah di koordinasikan dg Cmt Sekar dan Gondang bhw terjadinya suara ledakan terjadi siang/malam hr dan tdk tentu waktunya sdh berlangsung 1 bln sumber ledakan diduga dr Gunung Pandan, masy kawatir terjadinya bencana dan secara dini P. Camat menghimbau masy agar waspada DUMP". Kok semakin meluas ya? Apakah ada sesar yg membentang dr Trenggalek/ Tulungagung Bojonegoro ya?( diskusi mailing list HAGI)
Sabtu, 19/02/2011 16:54 WIB PVMBG: Getaran dan Dentuman di Trenggalek Bukan Gempa Tektonik Samsul Hadi - detikSurabaya Trenggalek - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung mementahkan hasil penelitian Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes, terkait getaran dan dentuman di 4 kecamatan di Kabupaten Trenggalek. Kejadian tersebut dipastikan bukan gempa tektonik, melainkan sebuah dampak dari terjadinya pergerakan tanah lambat. "Kalau istilah teknisnya, kami biasa menyebut kriting. Di Indonesia, khususnya yang memiliki kemiringan tanah sedang, itu biasa terjadi," kata Kepala PVMBG Surono kepada detiksurabaya.com saat dihubungi, Sabtu (19/2/2011).
Dalam catatan PVMBG, kejadian yang sama di Kabupaten Trenggalek pernah terjadi di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan Bandung Utara, Jawa Barat. Kejadian itu biasanya akan selalu terjadi saat musim penghujan, dan akan berhenti dengan sendirinya saat kemarau tiba. "Itu adalah gesekan antara tanah dengan kelembapan tinggi karena air hujan, dengan lapisan dalam yang kedap air. Gesekan dan gerakannya sangat lambat, makanya disebut pergerakan tanah lambat dan getarannya tidak begitu keras," jelas Surono. Untuk mempermudah penjelasan, Surono mencontohkan sebuah meja dengan beban berat di atasnya, bila ditarik secara tiba-tiba dapat dipastikan akan memunculkan suara yang merupakan hasil pergesekan antara kaki meja dengan lantai. Getaran juga dipastikan muncul di bagian atas meja, juga sebagai akibat gesekan tersebut. Ditanya mengenai hasil penelitian Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes, Pasuruan, yang menyebut kejadian tersebut adalah gempa tektonik, dengan tegas Surono membantahnya. "Gempa tektonik tidak mungkin ada di kedalaman 33 Km," sangkalnya. Dalam penjelasannya Surono juga membantah adanya kemungkinan tanah longsor dalam skala besar, sebagai akibat getaran dan dentuman di Kabupaten Trenggalek tersebut. Ancaman tanah longsor tetap ada, namun tidak perlu terlalu dikhawatirkan. "Dampak yang paling mungkin terjadi adalah tanah retak. Kalau longsor kemungkinannya kecil, kecuali daerah tempat kejadiannya memiliki kemiringan yang curam," tandasnya. Sebelumnya, dalam 2 pekan terakhir masyarakat di 4 kecamatan di Kabupaten Trenggalek, masing-masing Watulimo, Munjungan, Kampak, dan Panggul, dikagetkan dengan munculnya suara dentuman menyerupai bom dan getaran ringan di permukaan tanah. Kejadian yang juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo tersebut, berdasarkan penelitian oleh Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes, Pasuruan, dianggap sebagai gempa tektonik di kedalaman kurang dari 33 Km.
Getaran Fenomena alam itu diduga berasal dari gejala :
1.Aktifitas tektonik ? 2.Aktifitas Vulkanik ? 3.Aktifitas Gerakan Tanah Rayapan ?
BMKG melalui Pusat Gempa Nasional merilis bahwa: Tanggal 10 Pebruari 2011, terjadi gempabumi dengan parameter: Kekuatan 2.6 SR, waktu 22 46 49 WIB, lokasi 7.90LS-111.63BT (31 Km Tenggara Madiun), kedalaman 10 Km, dirasakan di Trenggalek dan Ponorogo I-II MMI
5 sd 8 Februari 2011
15 sd 19 Februari 2011
Dalam diskusi terbatas di mailing list IAGI dan HAGI, Dr Danny Hilman (LIPI) menduga gempa beruntun atau Earthquake swarm ini menunjukkan gejala akibat aktifitas vulkanik. Menunjuk gunungapi terdekatnya, yaitu Gunung Wilis. Namun tentusaja dugaan Pak Danny Hilman ini juga belum final, perlu penelitian lebih lanjut.
Fenomena gempa kecil yang terjadi terus menerus dalam jangka cukup lama biasa disebut earthquake swarm. Ini banyak terjadi di Sumatra dan daerah lainnya. Yang aneh, biasanya tidak disertai suara-suara seperti yg dilaporkan. Saya curiga apakah ini berhubungan dengan aktifitas volkanik (bukan tektonik)? ( Danny Hilman) Gunung Wilis adalah gunung berapi massif tunggal dikelilingi oleh dataran rendah elevasi pada semua namun sisi selatan. Ini dibentuk selama tiga episode dating kembali ke pertengahan Pleistosen. Setelah penghancuran bangunan 2, kerucut paling baru tumbuh selama Holosen. Tidak ada letusan sejarah dikonfirmasi diketahui dari Gunung Wilis, meskipun ada laporan dari sebuah letusan pada tahun 1641 M, tahun yang sama sebagai letusan besar gunung berapi Kelut di dekatnya. Fumarol dan lumpur pot terjadi di dekat Danau Ngebel di sisi barat Gunung Wilis yang lebih rendah.
Kalo mau solusi tepat, ya harus memasang jaringan seismik lokal (sementara) yang cukup rapat sehngga analisisnya, dan khususnya penentuan lokasi hiposenter, bisa akurat. Hanya mengandalkan jaringan statsiun seismograf BMKG permanen saja tentu tidak cukup. Kalo tidak, ya kita akan berdebat kesana-kemari tanpa ujung (Danny Hilman, dalam diskusi mailing list HAGI)
Gejala rayapan tanah ini sering ditandai dengan bentuk pohon yang miring atau bahkan melengkung. Profil tanahnya akan terlihat melengkung pada bagian permukaan. Pelengkungan tanah bagian atas (soil) ini terjadi karena proses pemanasan (pemuaian) dan pendinginan (penyusutan) yang terjadi secara berulang-ulang.
Ternyata ketiga hipotesa ini menjadi menarik kalau dilihat sepintas semua memang meyakinkan. Hanya saja perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesa ini. Mana yang benar ?
BMKG dengan plotting episenternya yang menyebar bahkan hingga ada
d laut tentunya sangat meyakinkan kemungkinan gejala tektonik.
Namun disisi lain munculnya pernyataan orang-orang di Trenggalek Ponorogo di sisi barat G Wilis juga mengindikasikan adanya kemungkinan aktifitas volkanik. Apalagi kalau getarannya berupa tremor. Juga swarm earthquake paling sering berasosiasi denganvolkanik ketimbang tektonik. Pendapat Pak Surono yg dikutip media cukup menggelitik juga. Karena memang kebanyakan pusat getaran ini dijumpai di pegunungan selatan yang tentusaja rawan gerakan tanah. apakah creep ini akan menghasilkan getaran yang besar sehingga dirasakan cukup jauh ? Ataukah karena terjadi massive slow earth movement (creeping) ini sehingga dirasakan dibanyak tempat. Bahkan sudah ada laporan retakan-retakan tanah.
Swarms are especially common in volcanic areas.
The number of events (N) per unit time versus time is schematically shown for the three types of earthquake sequences. The mainshock (MS) indicates the sharp increase in rate for the upper two distributions.
Sumber: www.earthmax.wordpress.com
seismic activity is common around volcanoes as volcanoes can produce various types of earthquakes-tectonic-type or volcanic-type. Tectonic-type earthquakes around a volcano occur when rocks break along faults or fractures around the volcano. Seismologists must determine if an earthquake near a volcano is tectonic or volcanic as the differences are very subtle. According AVO: "Most seismic swarms are not precursors to eruptions."
Increased earthquakes near Lawu volcano started on 10th December 1978 and the number of tremors increased to a swarm around 14-15 May 1979, when over 1000 earthquakes were recorded over 24 hours, 50 of which were felt. Although the swarm is likely due to magma movements inside the volcano (i.e. an intrusion), no visible changes or eruptions occurred BMKG waktu itu namanya PMG melalukan riset Swarm di Gunung Lawu oleh Subid Riset Geofisika.Dan datanya digunakan penulis untuk tugas akhir/Skripsi AMG dg judul”Hubungan Frekuensi – Magnitudo Gempabumi Swarm sekitar Gunung Lawu”
Several small earthquakes ranging in magnitude from 1.8 to 3.8 have rattled the north-central Arkansas cities of Greenbrier and Guy this week, and the cause is unknown. The U.S. Geological Survey has reported more than 30 earthquakes in the area since Sunday, including a magnitude 3.8 quake Thursday morning and at least 16 others occurring Wednesday, two of which were magnitude 3.2 and 3.5. More than 700 quakes have occurred in the region over the past six months. Scott Ausbrooks, geohazards supervisor for the Arkansas Geological Survey, said the quakes are part of what is now called the Guy earthquake swarm. a series of mild earthquakes that have been occurring periodically since 2009. A similar swarm occurred in the early 1980s when a series of quakes hit Enola, Ark. Michael Hamburger, a professor of geological sciences at Indiana University. "This is a slow, developing swarm of activity, starts with some fairly small earthquakes," he said. "The size gradually increases, and there are many of a similar size, and they die down within a few weeks, a few months time."
1. Apabila ini berasosiasi dengan sesar aktif, rangkaian dari kegempaan ini tidak lazim apabila bukan shadow dari past earthquake (susulan gari gempa besar), walaupun untuk beberapa kasus khusus bisa juga terjadi.
2. Kemungkinan lainnya yaitu berasosiasi dengan intrusi fluida. Intrusi fluida bisa berbagai macam, misalnya magmatik atau geothermal. Contoh swarm yang terkenal yaitu swarm yang berhubungan dengan intrusi fluida magmatik di sekitar izu-miyakejima di jepang tahun 2004, yang berlangsung selama 2 bulan. ( Irvan Meilano,dalam diskusi di mailing list HAGI))
Gempa bisa menghasilkan suara, tetapi bukan sebagai akibat proses rupture (robekan) bidang gempa, yang apabila magnitudnya sekitar 3, maka slip-nya hanya beberapa cm saja. Suara tersebut ditimbulkan oleh goyangan (shaking) dari permukaan tanah sebagai respon rambatan gelombang gempa. Goyangan ini akan mem-vibrasi udara disekitar kita, sehingga getaran udara ini yang untuk beberapa kasus memiliki rentang frekuensi yang bisa didengar oleh telinga. Dan terdengar sebagai suara, beberapa saat sesudah gempa ( Irvan Meilano,dalam diskusi di mailing list HAGI)
PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH
PETA SESAR DAERAH PENELITIAN
G. Lawu
G. Arjuno-Welirang G. Wilis G. Kelud
G. Bromo
G. Lamongan G. Argopuro
G. Semeru
GUNUNGAPI AKTIF
G. Kawah Ijen G. Raung
9 9 9 9 9 9
9 9 9
Survei awal dilakukan pada bulan Pebruari Survei lanjutan dilakukanpada tanggal 1 sampai 5 Maret 2011. Pengukuran seismik dilakukan dengan pemasangan jaringan short period digital seismograph di enam lokasi yaitu di Kec. Jetis (Kab. Ponorogo) Kec. Pulung (Kab. Ponorogo) Kec. Gandusari (Kab. Trenggalek) Kec. Bendungan (Kab. Trenggalek) Kec. Watulimo (Kab. Trenggalek) Kec. Sawahan (Kab. Nganjuk). Tiga tempat di Kab. Trenggalek dilengkapi dengan PWS (portable automatic weather station) untuk mengukur parameter meteorologi wilayah pantai (Kec. Watulimo) wilayah urban (Kec. Gandusari) wilayah rural (Kec. Bendungan)
SWHM
PLNG BDGN
JTIS
LOKASI PENGAMATAN
GDSR
WTLM
WAVEFORM SEBARAN EPICENTER DATA PARAMETER CURAH HUJAN
TECTONIC
ROCK FALLS
ROCK BREAKS
GEMURUH
FRACTURES
WAVE FORM HASIL PENELITIAN
Event gemuruh jam 17.08 utc tanggal 1 maret 2011
Event Tanggal 3 Maret 2011
Rockfalls Tanggal 3 Maret 2011
Power Spectrum
BACKGROUND NOISE
TECTONIC ROCKFALLS
Time Histogram
Magnitude Histogram
20
16
18 14
16 12 10 Number
12 10 8
8 6
6 4
4 2
2 0 2011.08
0
2011.1
2011.12 2011.14 Time
2011.16
-1
2011.18
180 160 140 Cumulative Number
Number
14
120 100 80 60 40 20 0 2011.08
2011.1
2011.12 2011.14 Time in years
2011.16
2011.18
0
1
2 Magnitude
3
4
5
10
2
2
Mc
b-value
1.5
10
1
1
0.5
10
0 0
0
1
2 Magnitude
0
3
0.5
1
1.5 2 Magnitude
2.5
0.5 mean 95% 5%
Maximum Likelihood Solution b-value = 0.797 +/- 0.07, a value = 3.17 Magnitude of Completeness = 1.6 0.45 Range of b-value
Cumulative Number
2.5
0.4
0.35 50
100
150 Number of eqs
200
3
3.5
Perbandingan pola curah hujan rata-rata TRMM 10 tahun (1998 – 2009) dengan data curah hujan TRMM tahun 2010
Gempabumi beruntun yang terjadi di sekitar Ponorogo dan Trenggalek pada bulan pebruari – maret 2011 berasosiasi dengan aktivitas SESAR setempat Suara dentuman pada saat gempabumi diduga akibat di sekitar episenter terdapat goa-goa kapur yang dapat menimbulkan resonansi suara gemuruh Curah hujan diatas normal memicu terjadinya longsor beberapa lokasi di daerah penelitian.
TERIMA KASIH
apabila dimungkinkan dilakukan penelitian kegempaan dan deformasi yang memiliki frekuensi tinggi (mis gps 1hz) untuk melihat respon permukaan dan kemudian dimodelkan sumbernya. ( Irvan Meilano)
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
3-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.95
111.98
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
3-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.88
112.00
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
3-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.89
111.95
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
3-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.92
111.92
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
3-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.84
111.99
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
3-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.84
111.98
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
3-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.85
111.99
1.4
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
5-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.86
111.83
1.3
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
9
6-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.90
112.02
1.4
±22.7 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
6-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.85
111.89
2.2
±22.1 km Timur Laut Pulung Ponorogo
11
6-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.87
111.82
0.9
±14.0 km Tenggara Pulung Ponorogo
12
6-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.85
111.92
1.8
±25.5 km Timur Laut Pulung Ponorogo
13
6-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.84
111.97
2
±30.9 km Timur Laut Pulung Ponorogo
14
6-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.84
111.81
1.1
±14.0 km Timur Laut Pulung Ponorogo
15
6-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.84
111.83
1.4
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
Hasil Survey di Trenggalek 15– 18 Pebruari 2011 No.
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
16‐Feb‐11
23.16.13 WIB
‐8.39
111.51
2.4
±31.9 km Barat daya Timahan Trenggalek
2
16‐Feb‐11
23.17.42 WIB
‐8.19
111.49
2.7
±19.7 km Barat daya Timahan Trenggalek
3
16‐Feb‐11
23.16.49 WIB
‐8.16
111.56
2.4
±11.4 km Barat daya Timahan Trenggalek
4
16‐Feb‐11
23.17.30 WIB
‐8.16
111.53
2.5
±14.3 km Barat daya Timahan Trenggalek
5
16‐Feb‐11
23.16.57 WIB
‐8.14
111.58
2.3
±8.3 km Barat daya Timahan Trenggalek
6
16‐Feb‐11
23.17.58 WIB
‐8
111.78
3.2
±20.5 km Timur Laut Timahan Trenggalek
7
16‐Feb‐11
23.17.43 WIB
‐8.17
111.52
2.5
±15.7 km Barat Daya Timahan Trenggalek
8
17‐Feb‐11
01.50.47 WIB
‐8.16
111.63
0.6
±4.2 km Barat Daya Timahan Trenggalek
9
17‐Feb‐11
02.08.57 WIB
‐8.19
111.59
0.7
±9.7 km Barat Daya Timahan Trenggalek
10
17‐Feb‐11
02.09.03 WIB
‐8.19
111.58
0.7
±9.9 km Barat Daya Timahan Trenggalek
11
17‐Feb‐11
02.09.25 WIB
‐8.16
111.61
0.7
±6.1 km Barat Daya Timahan Trenggalek
12
17‐Feb‐11
02.28.45 WIB
‐8.14
111.42
2
±26.7 km Barat Timahan Trenggalek
13
17‐Feb‐11
02.29.10 WIB
‐8.16
111.57
1.2
±26.7 km Barat daya Timahan Trenggalek
14
17‐Feb‐11
02.29.13 WIB
‐8.16
111.37
2.1
±31.4 km Barat Timahan Trenggalek
15
17‐Feb‐11
02.30.02 WIB
‐8.12
111.58
1.3
±9.4 km Barat Laut Timahan Trenggalek
16
17‐Feb‐11
02.49.28 WIB
‐8.23
111.56
0.8
±14.9 km Barat Laut Timahan Trenggalek
17
17‐Feb‐11
02.49.43 WIB
‐8.1
111.68
0.8
±4.9 km utara Timahan Trenggalek
18
17‐Feb‐11
01.50.46 WIB
‐8.19
111.59
0.7
±9.2 km Barat daya Timahan Trenggalek
19
17‐Feb‐11
02.09.25 WIB
‐8.16
111.56
0.8
±13.2 km Barat daya Timahan Trenggalek
20
17‐Feb‐11
02.29.37 WIB
‐8.26
111.56
1.2
±16.6 km Barat daya Timahan Trenggalek
21
17‐Feb‐11
02.50.03 WIB
‐8.18
111.6
0.7
±7.5 km Barat daya Timahan Trenggalek
22
17‐Feb‐11
03.19.23 WIB
‐8.11
111.56
0.6
±9.1 km Barat Laut Timahan Trenggalek
23
17‐Feb‐11
03.22.41 WIB
‐8.19
111.59
0.9
±9.2 km Barat Laut Timahan Trenggalek
24
17‐Feb‐11
04.43.28 WIB
‐7.88
111.9
2.6
±39.8 km Timur Laut Timahan Trenggalek
25
17‐Feb‐11
04.51.47 WIB
‐8.25
111.5
1.3
±21.2 km Barat Daya Timahan Trenggalek
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
17-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.82
111.82
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
17-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.803
111.83
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
17-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.78
111.98
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
17-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.785
111.98
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
17-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.82
111.84
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
17-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.7
111.87
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
17-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.81
111.87
1.4
±12.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
18-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.801
111.83
1.3
±11.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
9
18-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.802
111.835
1.4
±15.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
18-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.8
111.84
2.2
±16.4 km Tenggara Sawahan Nganjuk
11
18-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.82
111.86
0.9
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
12
19-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.817
111.824
1.8
±15 km Tenggara Sawahan Nganjuk
13
19-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.79
111.838
2
±18 km Tenggara Sawahan Nganjuk
14
19-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.75
111.89
1.1
±16.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
15
19-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.8
111.83
1.4
±18.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
3-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.95
111.98
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
3-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.88
112.00
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
3-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.89
111.95
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
3-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.92
111.92
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
3-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.84
111.99
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
3-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.84
111.98
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
3-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.85
111.99
1.4
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
5-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.86
111.83
1.3
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
9
6-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.90
112.02
1.4
±22.7 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
6-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.85
111.89
2.2
±22.1 km Timur Laut Pulung Ponorogo
11
6-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.87
111.82
0.9
±14.0 km Tenggara Pulung Ponorogo
12
6-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.85
111.92
1.8
±25.5 km Timur Laut Pulung Ponorogo
13
6-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.84
111.97
2
±30.9 km Timur Laut Pulung Ponorogo
14
6-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.84
111.81
1.1
±14.0 km Timur Laut Pulung Ponorogo
15
6-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.84
111.83
1.4
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo