Tim MKWU Pilih Kediri sebagai Tempat Study Excursie UNAIR NEWS – Sebagai upaya pengembangan karakter kebangsaan bagi para mahasiswa, tim Mata Kuliah Wajib Universitas (MKWU) UNAIR mengadakan Study Excursie atau yang lebih dikenal dengan sebutan SE. Kali ini, SE yang diselenggarakan rutin tiap tahun ini mengangkat tema “Kejayaan Sejarah Bangsa dalam Membangun Kehidupan Kebhinekaan dan Wawasan Kebangsaan”. Kabupaten dan Kota Kediri dipilih sebagai tempat dilangsungkan Study Excursie tahun ini, hal ini dikarenakan kediri memiliki potensi yang kuat dibidang sejarah, budaya, pariwisata, serta kerukunan umat beragama. “Kediri merupakan salah satu kota tua yang meninggalkan jejak historis pahlawan masa kerajaan. Ada jejak-jejak pahlawan yang bisa kita pelajari di sana,” ujar Listiyono Santoso, S.S., M.Hum., saat memberikan sambutan dalam pengarahan dan technical meeting SE 2016, Rabu (11/5). Menurut dosen pengampu MKWU tersebut, SE diadakan dalam rangka internalisasi nilai-nilai karakter kebangsaan. Internalisasi nilai karakter kebangsaan tersebut bukan hanya berlangsung di ruang kelas, namun melalui pengalaman langsung di lapangan. SE diupayakan dalam rangka membangun harmonisasi sosial. Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., Ph.D., FINASIM., selaku Wakil Rektor I UNAIR dalam pengarahannya mengatakan bahwa SE ini merupakan the real experience, karena mahasiswa akan berinteraksi langsung dengan kehidupan lokal masyarakat Kediri. “Ini adalah studi kehidupan. Tidak berhenti sampai di sini, pondasi berbangsa harus kuat karakter kebangsaannya,” ujar Prof. Djoko. Di lokasi SE nanti, mahasiswa akan melakukan observasi di
berbagai tempat, seperti Museum Gunung Kelud, Komplek Petilasan Joyoboyo, Sendang Kamandanu, dan Candi Tegowangi. Peserta juga akan diajak ke Simpang Lima Gumul, dan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Ada 262 mahasiswa dari beragam fakultas di UNAIR yang akan mengikuti SE kali ini. 25 mahasiswa diantaranya merupakan mahasiswa program AMERTA UNAIR, yang sebagian besar berasal dari Negara Malaysia. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Di Era Global, Pustakawan Mesti Siap Menerima Masukan Customer UNAIR NEWS – Dewasa ini, pertumbuhan teknologi dan informasi berkembang begitu pesat. Sejalan dengan hal tersebut, perpustakaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan globalisasi. Supaya, dapat menjadi penyedia layanan yang menyenangkan bagi para customer. Sebagai rangkaian peringatan Hari Ulang Tahunnya ke-61, perpustakaan UNAIR mengadakan seminar bertajuk Personal Branding for Librarian. Hadir sebagai pembicara, Drs. Suko Widodo, M.Si (Ketua Pusat Informasi dan Humas UNAIR), Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., (Psikolog, dosen UNAIR), dan Drs. Koko Srimulyo, M.Si., (Sekretaris UNAIR). Seminar yang diadakan di Ruang Parlinah, Perpustakaan UNAIR Kampus B, ini diikuti oleh puluhan pustakawan dari berbagai institusi di Indonesia.
“Dibutuhkan branding yang baik untuk mengubah persepsi masyarakat tentang perpustakaan. Masyarakat juga mesti mendapat perspektif baru yang lebih segar tentang pustakawan. Karena, reputasi menjadi cara baru seseorang untuk sukses di masa yang akan datang,” kata Suko. Ditambahkan dosen FISIP UNAIR tersebut, pustakawan harus membuat perpustakaan menjadi sarana gaya hidup (life style) modern. Dengan demikian, tugasnya bukan sekadar pencatat judul dan jumlah buku. Lebih dari itu, harus ada terobosan yang dilakukan pustakawan. Para pengemban profesi ini harus berkenan menjadi pendengar yang baik agar mengetahui apa yang diinginkan publik. Termasuk, sehubungan dengan kebutuhan masyarakat mengenai pengembangan fasilitas perpustakaan. “Kuncinya, selalu membangun komunikasi dengan pemakai jasa perpustakaan. Know your self, know your room, know your client, know how to communicate,” ujar Suko yang diiringi anggukan paham nyaris semua hadirin. Dijelaskan pula, para pustakawan setidaknya harus memiliki lima sikap dasar. Yakni, respek, empati, terbuka, jelas, dan ramah. Semua itu harus melekat sebagai identitas diri. Sementara itu, Koko Srimulyo mengatakan, pustakawan harus mengubah mindset tentang makna karir. Karir bukan hanya terletak pada jabatan struktural. Perolehan pengalaman dan kesempatan juga termasuk elemen penting dari karir. “Pustakawan harus mengembangkan networking yang efektif, kolaboratif dan sinergis, multi skilled specialist, serta mengembangkan adversity quotient. Bukan hanya IQ, EQ, dan SQ. Pustakawan harus bisa memberikan pelayanan yang mempermudah customer mendapatkan informasi,” ungkap dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan FISIP UNAIR tersebut. Bila sudah demikian, imbuh dia, customer akan loyal kepada pustakawan. Sehingga, pustakawan bisa bersaing dengan memberikan pelayanan yang menyenangkan kepada setiap pengguna
perpustakaan. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Rio F. Rachman
Akademisi Dituntut Memberikan Masukan kepada Pihak Legislatif UNAIR NEWS – Banyak masyarakat yang belum mengetahui tugas utama dan fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Sally Atyasasmi, S.KM., M.KM., dalam kuliah tamu yang bertajuk “Penganggaran Daerah di Bidang Kesehatan”, Rabu (11/5). “Legislatif itu turun langsung ke bawah dan menampung aspirasi masyarakat kemudian didiskusikan dan dibacakan di sidang paripurna, jadi tupoksi kita itu adalah mengusulkan aspirasi di ranah kebijakan,” Ujar Sally yang juga merupakan Alumni FKM UNAIR tersebut. Pada acara yang dilaksanakan di Aula Sumarto Danusughondo Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR, Sally yang merupakan Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro mengungkapkan tentang betapa pentingnya bagi mahasiswa untuk mengenal perwakilan legislatif yang telah dipilih oleh rakyat di masing-masing daerah. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi insan akademisi agar bisa memberikan masukan kepada pihak legislatif. Pasalnya, tidak semua wakil rakyat ahli dalam bidang tertentu, sehingga tetap membutuhkan masukan-masukan yang dapat membantu.
“Para wakil dari masyarakat itu kan memiliki latar belakang tertentu, misalnya saja ekonomi, maka dia bukan seorang ahli di bidang kesehatan, maka dari itu kita sebagai akademisi harus memberikan masukan yang dapat membantu para wakil kita, terutama dibidang kesehatan,” imbuhnya dihadapan para mahasiswa FKM yang mengikuti kuliah tamu. Lulusan FKM UNAIR tahun 2011 tersebut juga menyayangkan kepada para pemegang kebijakan yang lebih banyak mengartikan perkembangan dan pembangunan hanya dari bukti fisik, misalnya sebuah gedung. “Kita ini juga butuh pembangunan SDM, salah satunya ya di bidang kesehatan,” ujar perempuan asli Bojonegoro tersebut. Menurut
Sally,
banyak
sekali
hambatan
dalam
pembiayaan
kesehatan seperti kurangnya SDM, kurangnya dana yang tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan yang tidak tepat, dan biaya kesehatan yang makin meningkat. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan ketidakadaannya konsistensi dari program pemerintah. “Setiap kali pemilihan wakil, mereka punya program yang berbeda jadi tidak bisa konsisten, padahal konsistensi ini penting supaya kita bisa maju ke langkah berikutnya,” terang Sally. Di akhir acara, Sally berharap bahwa mahasiswa sebagai kalangan akademisi ikut serta dalam pembangunan Indonesia. “Kita harus turut serta dalam pembangunan. Karena besar perannya dari teman-teman akademisi,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan
Dekan Fakultas Hukum UNAIR Tutup Usia UNAIR NEWS – Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga Prof. Dr. Eman, S.H., MS., meninggal dunia pada usia 56 tahun. Kabar meninggalnya almarhum diterima oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR pada pukul 16.18 WIB, Rabu (11/5). Salah satu kolega akademik FH UNAIR, Dr. Hadi Subhan, S.H., M.H., C.N., mengatakan bahwa almarhum merupakan sosok yang sederhana dan memiliki kapabilitas yang tinggi, terutama di bidang ilmu hukum. “Sebagai seorang dosen, beliau merupakan sosok yang sederhana. Dari segi kapabilitas, kemampuan beliau di bidang ilmu hukum tak diragukan karena beliau meraih gelar profesor, yang merupakan jenjang akademik tertinggi. Beliau juga dapat dengan mudah menyampaikan materi kuliahnya kepada mahasiswa sehingga materi dapat dipahami,” tutur Direktur Kemahasiswaan UNAIR tersebut. Semasa hidupnya, almarhum kelahiran 25 Juli 1959 tercatat sebagai dosen FH UNAIR pada tahun 1983. Almarhum juga pernah dua kali menjabat sebagai Wakil Dekan I FH UNAIR. Terakhir, beliau mendapat amanah sebagai pimpinan tertinggi FH UNAIR yang dilantik di akhir tahun lalu. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan
Tingkatkan Eksistensi, UKM PSUA Adakan Kompetisi Paduan Suara Nasional UNAIR NEWS – Untuk meningkatkan eksistensi di level nasional, Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Universitas Airlangga (UKM PSUA) menyelenggarakan “Lomba Paduan Suara Universitas Airlangga 2016” tingkat nasional. Lomba diadakan pada tanggal 4 – 7 Mei 2016 di Hall Kantor Manajemen UNAIR. Kompetisi ini diikuti oleh 21 peserta dari kalangan mahasiswa dan siswa sekolah menengah atas. Peserta yang berasal dari Surabaya, Semarang, Salatiga, Yogyakarta, Sidoarjo, Bandung dan Banjarmasin ini saling memperebutkan juara dalam setiap kategori. Lomba paduan suara ini terdiri dari kategori musik kontemporer, musik religi, musik folk, musik chamber, dan historical program. Sebelum masuk ke ajang grand prix di UNAIR, setiap calon peserta mengirimkan rekaman audio. Setiap calon yang dinyatakan lolos oleh tim artistik baru resmi dianggap sebagai peserta lomba. Melalui proses seleksi yang ketat, peserta setiap kategori kembali diseleksi hingga akhirnya dinyatakan lolos ke babak grand prix. Pada babak grand prix, setiap peserta bersaing untuk mendapatkan gelar juara dengan medali emas, perak, dan perunggu. Melihat antusiasme para peserta, Ketua UKM PSUA Aditya Sahrul Bagaskara mengatakan bahwa kompetisi berikutnya yang akan dilangsungkan pada tahun 2018, akan mendatangkan juri dari luar negeri. “Pada tahun 2018, kami bisa kembali menyelenggarakan lomba ini dengan konsep yang berbeda dan jauh lebih memukau dari tahun ini. Rencananya, juri tidak hanya dari Indonesia tetapi dari luar negeri,” tutur Aditya yang juga mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis tahun angkatan 2013. (*) Berikut daftar pemenang lomba setiap kategori: Kategori musik kontemporer: Vocalista Harmonic Choir (Institut Seni Indonesia Yogyakarta), Kategori musik religi: Octava (grup alumni Universitas Parahyangan, Universitas Padjajaran, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Indonesia) Kategori musik folk: Voca Erudita (Universitas Negeri Sebelas Maret) Kategori musik chamber: Paduan Suara Universitas Mercubuana Kategori historical program: Voca Erudita (Universitas Negeri Sebelas Maret) Grand champion: Voca Erudita (Universitas Negeri Sebelas Maret). Penulis: Disih Sugianti Editor: Defrina Sukma S.
Terbuka Lebar Kesempatan untuk Menjadi Mahasiswa UNAIR UNAIR NEWS – Universitas Airlangga tak henti-hentinya menerima kunjungan dari siswa-siswi SMA. Seperti yang diterima pada hari Selasa (10/5) kemarin, sebanyak 90 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Al-Muttaqin Tasikmalaya, Jawa Barat, berkunjung ke UNAIR. Dengan didampingi beberapa guru pembimbing, mereka diterima di Aula Kahuripan Gedung Rektorat Universitas Airlangga. Mewakili guru pendamping dari SMA Al-Muttaqin, Tabi’in, S.Pd
menjelaskan bahwa program kunjungan ke universitas-universitas terkemuka seperti ini selalu diagendakan setiap tahun oleh sekolah ini. Tujuan utamanya untuk memberi pembekalan kepada siswa agar memiliki gambaran tentang studi lanjut nanti selepas lulus SMA. “Dengan melakukan kunjungan langsung seperti ini, anak-anak dapat secara langsung mendengar dan mengetahui apa saja program studi di suatu universitas dan bagaimana cara masuknya ke perguruan tinggi tersebut,” ujar Tabi’in. Mewakili Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR, Drs. Bambang Edy Santoso dalam penerimaan itu menyampaikan bahwa kesempatan untuk memasuki perkuliahan di UNAIR terbuka lebar bagi siapapun. Dengan bermodalkan prestasi, sikap rajin dan ditambah dengan niat sungguh-sungguh dari calon mahasiswa, tidak menutup kemungkinan kelak bisa menjadi mahasiswa UNAIR. “Syaratnya hanya dua; belajar untuk menjadi pandai, dan lulus seleksi. Apalagi SMA Al-Muttaqin ini merupakan boarding school dan fullday school, pasti siswa-siswinya rajin-rajin, maka ini merupakan modal yang bagus untuk bersaing amsuk UNAIR,” ujar Bambang ES yang menerangkan tentang “Ada apa saja di UNAIR”. Penjelasan senada dengan itu, Drs. Djoko Adi Prasetyo, M.Si., yang mewakili Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR menambahkan bahwa semua lulusan SMA, baik dari jurusan eksakta dan sosial humaniora, berhak untuk bersaing “meraih tiket” masuk menjadi mahasiswa UNAIR. “UNAIR tidak memberlakukan blacklist bagi sebuah sekolah yang kinerja lulusannya tahun lalu kurang baik. Siapapun berhak menjadi mahasiswa UNAIR asalkan dia lolos seleksi masuk,” tambah Pak Djodi, sapaan akrab dosen FISIP UNAIR itu. Menjawab pertanyaan seorang siswa tentang syarat meraih beasiswa di UNAIR, Pembina Resimen Mahasiswa UNAIR ini mengatakan bahwa syarat utama adalah prestasi akademik dengan beragam pertimbangan, misalnya kemampuan ekonomi. Di UNAIR
terdapat puluhan beasiswa. Ada yang diberikan dari kalangan perbankan, perusahaan swasta, perusahaan asuransi, pemerintah daerah, hingga beasiswa yang adanya sudah sejak lama. Demikian juga bagi calon mahasiswa yang mempunyai hoby kegiatan ekstra, bisa dilanjutkan di UNAIR jika ia diterima sebagai mahasiswa. Misalnya kepecintaalaman, kepramukaan, kepalangmerahan, futsal, penalaran ilmiah, seni musik dan tari, paduan suara, dsb. ”Mereka yang memiliki hoby seperti itu akan ditampung di UKM – Unit Kegiatan Mahasiswa,” kata Djoko Adi Prasetyo. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Bambang Bes
Galakkan Kerja Sama demi Wujudkan Kampus Mandiri UNAIR NEWS – Berbagai upaya terus digalakkan oleh UNAIR untuk mewujudkan Visi University Holding. Berbagai kerja sama untuk merealisasikan langkah kampus yang mandiri pun telah dijajaki. Selasa (10/5), UNAIR melalui anak perusahaannya Airlangga Global Travel kembali menggandeng perusahaan maskapai penerbangan terbaik di Indonesia, PT Garuda Indonesia Tbk, setelah beberapa pekan lalu menerima tawaran kerja sama dari PT Citilink Indonesia. Bertempat di Ruang Wakil Rektor IV, perwakilan PT Garuda Indonesia Tbk melakukan diskusi penjajakan kerjasama kepada pihak UNAIR, nantinya diskusi perencanaan kerjasama ini akan berlanjut dengan penandatanganan MoU. Erina Damayanti selaku Agency Corporate Sales Manager PT Garuda Indonesia Tbk mengatakan bahwa kerja sama tersebut
sebenarnya sudah terjalin, namun akan diperbaharui kembali dengan konsep yang lebih baik. “Sebenarnya kerja sama dengan UNAIR sudah kamin jalin, hanya saja kurang adanya sosialisasi ke semua fakultas di UNAIR, ke depan dengan penjajakan kerja sama yang baru ini, kami bisa melayani semua unit di UNAIR, baik untuk perjalanan dinas atau keperluan pribadi,” jelasnya. Senada dengan Erina, Wakil Rektor IV UNAIR, Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., mengatakan bahwa kerja sama dalam bidang pelayanan jasa penerbangan ini akan dijadikan satu pintu, yakni anak usaha Airlangga Global Travel, hal tersebut karena dianggap akan memudahkan banyak pihak. “Empat bulan berjalan Airlangga Global Travel ini sudah kami rasakan manfaatnya. Dengan adanya layanan satu pintu ini, otomatis akan memudahkan kinerja dan controling dari universitas,” jelasnya. Diakhir diskusi perencanaan kerja sama tersebut, Warek IV menegaskan bahwa dengan terlaksananya Visi University Holding ini, ke depan UNAIR bisa memberikan keringanan pembiayaan kepada mahasiswa. Bersama enam anak perusahaan yang telah dimiliki UNAIR, harapannya selain untuk hilirisasi produk akademik, keuntungan bisa digunakan untuk pengelolaan kampus dan pembiayaan kebutuhan mahasiswa. “Jadi kalau kampus sudah mengandalkan pembiayaan misi panjang untuk kami semua pihak,” pungkasnya.
mandiri, kita tidak sepenuhnya akan dari pemerintah dan mahasiswa, ini bersama, tujuannya untuk memudahkan (*)
Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
USU Jadikan Majelis Wali Amanat UNAIR sebagai Benchmark UNAIR NEWS – Sebanyak 12 orang delegasi asal Universitas Sumatera Utara melakukan studi banding ke Universitas Airlangga, Selasa (10/5). Delegasi USU itu diterima oleh Sekretaris Majelis Wali Amanat (MWA) UNAIR Iman Prihandono, S.H., M.H., LL.M., Ph.D, Wakil Rektor III Prof. Ir. Amin Alamsjah, Ph.D., Wakil Rektor IV Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt., dan Ketua Komite Audit Drs. Ec. Supardi, MM. Dalam pernyataannya, Fahmi selaku Sekretaris MWA USU, mengatakan bahwa UNAIR menjadi patokan bagi USU dalam pengelolaan otonomi perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN – BH). Perihal yang diajukan dalam studi banding ini diantaranya tatakelola internal MWA UNAIR, manajemen badan usaha, pemberian gelar doktor kehormatan, dan hak kekayaan intelektual. “Oleh pemerintah, USU ditetapkan sebagai PT–BHMN (Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara red) terlebih dahulu daripada UNAIR. Apabila melihat perkembangan sekarang ini, UNAIR justru lebih kencang maju dalam mengapresiasi PTN-BH itu. Ini yang harus menjadi contoh bagi kami kan? Tentu saja ini menjadi benchmark kenapa UNAIR berlari lebih kencang daripada kami,” tutur Fahmi. Dalam struktur organisasi, Iman mengatakan bahwa organ UNAIR dibentuk dengan menggunakan prinsip share governance. Prinsip share governance yang dimaksud dalam organ UNAIR adalah unsur
yang terdiri dari MWA, Rektor, dan Senat Akademik. Menurut Iman, prinsip share governance memiliki keuntungan dalam rangka penyelesaian berbagai masalah di UNAIR. “Keuntungannya adalah kalau kita bisa memikirkan kendala yang ada. Tiga unsur itu mikir masalah yang sama. Ada masalah bersama, kita mencari solusi bersama, dan diselesaikan bersama. Tantangannya adalah kita perlu mekanisme transparansi dan akuntabilitas yang lebih kuat agar tidak permisif dan tidak ada subordinasi,” tutur Iman. Wakil Rektor III UNAIR, Prof. Amin, mengatakan bahwa prinsip share governance itu adalah kunci kemajuan dan pengembangan UNAIR. Setiap badan maupun direktorat yang dibentuk memiliki struktur dan fungsi masing-masing. Namun, tiap badan organisasi tersebut akan saling berkait untuk mencapai visi dan misi UNAIR. “Keterikatan kerjasama itu ada, tidak hanya tentang kamu dan saya. Sehingga dengan adanya koordinasi, kita dapat bekerjasama dan membuktikan bahwa sistem kita bisa berjalan,” tutur Prof. Amin. Wakil Rektor IV UNAIR, Junaidi, juga turut menjelaskan tentang adanya satuan unit usaha akademik dan satuan unit usaha komersial di lingkungan UNAIR. Sejak predikat berbadan hukum melekat pada status UNAIR, kemandirian di sektor keuangan menjadi perhatian sivitas akademika. Pasalnya, pimpinan saat ini tak ingin terlalu membebani mahasiswa dalam urusan finansial. Oleh karena itu, dibentuklah unit-unit usaha yang bisa berkontribusi terhadap keuangan kampus. Junaidi mengatakan, sesuai dengan rencana strategis UNAIR, bidang university holding yang diampunya harus mampu menghasilkan 30% dari pemasukan kampus. “Kami memiliki cita-cita agar para pelajar yang ingin masuk UNAIR tidak lagi perlu pusing dengan urusan finansial. Dengan
begitu, UNAIR bisa mendapatkan bibit-bibit potensial yang berdampak pada reputasi akademik,” tutur Junaidi. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila
Usung Topik MiRNA, Mahasiswa FKUA Raih Prestasi di Lomba Poster Ilmiah UNAIR NEWS – Makin maju teknologi di bidang kedokteran, makin kompleks pula efek samping yang dihasilkan ragam terapi pengobatan. Kondisi ini berseberangan dengan harapan banyak orang. Yakni, kesembuhan total tanpa efek samping berkepanjangan. Untuk memenuhi keinginan tersebut, inovasi teknologi kedokteran terus dilaksanakan. Salah satu yang sedang dikembangkan di berbagai negara adalah metode terapi gen atau Micro RNA (disingkat MiRNA). Walau metode itu masih terbilang awam di Indonesia, sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FKUA) justru menjadikannya inspirasi berkreasi. Mereka menggagas inovasi pengobatan menggunakan terapi gen dan mengaplikasikannya pada sejumlah kasus di Indonesia. Ide itu mereka tuangkan pula dalam bentuk poster ilmiah. Baru-baru ini, karya mereka berhasil menyabet sejumlah tropi dari beberapa ajang ilmiah berskala nasional. Contohnya, yang diraih oleh Maria Arni Stella dan Rizqy Rahmatyah. Mereka menjuarai Scientific Poster Competition di
ajang Hipotalamus Competition 2016. Ajang kompetisi ilmiah tahunan ini diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Dua sekawan ini menawarkan gagasan tentang alternatif pengobatan menggunakan metode genetik berupa MiRNA 34a untuk penderita kanker paru. Tepatnya, dalam bentuk terapi inhalasi atau terapi hirup melalui nanobubble chitosan. Sejauh ini, metode terapi penderita kanker paru umumnya melalui kemoterapi. Dalam prosesnya, bahan kimia dimasukkan melalui pembuluh darah. Ada pula terapi menggunakan radiologi. Pancaran sinar gelombang tertentu diarahkan ke titik tertentu untuk merusak sel kanker. Sayang, dua cara tersebut berpotensi menyebabkan efek samping yang sistemik. Antara lain, mual, muntah, kerontokan rambut, hingga kerusakan sel normal. Kondisi ini kerap membuat pasien merasa tidak nyaman. Akibatnya, penderita memilih putus obat dan berhenti melakukan terapi. Ringankan beban pengidap kanker Untuk meminimalkan efek samping terapi, Maria dan Rizqy memodifikasi metode terapi gen. Yakni, dengan menggabungkan mikroRNA 34a dengan nanobubble chitosan. Chitosan merupakan sebuah polisakarida yang dapat dimodifikasi dalam bentuk nanobubble. Dalam hal ini, nanobubble chitosan dimodifikasi agar bekerja lebih spesifik ke kanker sel paru. Maria menjelaskan, terapi genetik ini menggunakan MiRNA 34a yang dimasukkan ke bubble berukuran nano. Selanjutnya, bubble berukuran nano tersebut dimasukan ke tubuh secara inhalasi atau dihirup langsung oleh penderita. Harapannya, setelah rutin terapi dengan cara ini, sel kanker ditekan pertumbuhannya hanya di area yang rusak. Sehingga, tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain. “Karena sifatnya pengobatan biomolekuler, targetnya lebih spesifik. Efek sampingnya minim. MiRNA ini banyak sekali
macamnya dan sedang dikembangkan untuk berbagai macam penyakit seperti jantung koroner , diabetes, kanker,virus, penyakit autoimun, dan sebagainya” jelas Maria. Seperti karakternya, secara spesifik metode Micro-RNA mampu mengaktifkan kematian sel yang berkelainan, serta mampu menekan pertumbuhan sel kanker. Tentu saja, dalam penyusunan gagasan tersebut, mereka berpedoman pada literatur dan hasil penelitian yang sudah banyak dilakukan di luar negeri. Di Indonesia, metode terapi gen belum banyak digunakan. Sementara di luar negeri, sudah gencar dilakukan penelitian dan uji klinis. Maria mengaku ingin melakukan pendalaman lebih lanjut tentang hal tersebut. (*) Penulis: Sefya Editor: Rio F. Rachman
Tak Perlu Dicolok, Deteksi Kanker Usus Lebih Nyaman dengan Tes Darah UNAIR NEWS – Deteksi dini kanker usus menjadi topik besar yang diusung tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) bernama Zaufy Verlieza, Binarri Augustya, dan Fauzi Abdillah, ketika mengikuti lomba poster ilmiah Halu Oleo Scientific Competition (HOLISTIC 2016) di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo (FKU UHO), Kendari, Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu. Dalam kompetisi tingkat nasional tersebut, mereka meraih peringkat tiga kategori poster ilmiah. Ada banyak kampus yang turut serta. Antara lain, Universitas Indonesia, Universitas Udayana, Universitas
Brawijaya, Universita Islam Indonesia, dan Universitas Halu Oleo. Dalam kesempatan itu, tim FK UNAIR menampilkan gagasan tertulis mengenai deteksi dini dan terapi Non-Invasi berbasis micro-RNA untuk menekan mortalitas pasien. Lebih tepatnya, deteksi dini untuk kasus kanker kolon melalui tes darah. Tujuannya, mengetahui ada tidaknya kerusakan pada usus. Seperti diketahui, kanker kolon adalah kanker yang menyerang bagian usus besar dan rektum. Kanker ini disebut sebagai penyakit mematikan nomor dua. Kanker kolon, sebagaimana sifat kanker lain, bisa tumbuh relatif cepat. Pun, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan di sekitar dan merusaknya. Kanker ini mampu menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah. Bergerak menuju organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh. Misalnya, ke liver, paru-paru, yang pada akhirnya, dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik. Umumnya, kanker kolon dimulai dengan pembengkakan seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian, kanker akan memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa kena papar. Karena darah dari dinding usus dibawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati. Sayang, deteksi penyakit ini sering terlambat. Sering kali, baru terdeteksi ketika keadaan sudah relatif parah. Modifikasi pemeriksaan dengan metode miRNA Tim FK UNAIR yang dikomandani Zaufy memikirkan, bagaimana cara agar deteksi dini dapat diterapkan dengan lebih mudah. Mengingat, sejauh ini pemeriksaan dilakukan dengan cara colok dubur dan pemeriksaaan colonoscopy. Mereka memodifikasi pemeriksaaan menggunakan metode miRNA, untuk deteksi dini sebelum metastase, melalui tes darah. Dalam
prosesnya, darah dipisahkan dari bagian plasma. Kemudian, diisolasi menggunakan polymerase chain reaction untuk menggandakan gen. Selain tim Zaufy, delegasi FK UNAIR lainnya juga memenangkan perlombaan dalam ajang Holistic FK UHO 2016. Mereka adalah Bella Patricia, Patricia Tjiongnata, dan Anthomina Maya, sebagai peringkat 2 poster publik . Sedangkan Made Angga meraih peringkat tiga poster ilmiah tunggal dan peringkat tiga lomba karya tulis. (*) Penulis: Sefya Editor: Rio F. Rachman