THE INFLUENCE OF NON PERFORMING LOANS, CAPITAL ADEQUACY RATIO AND EARNING ASSET QUALITY TO RETURN ON ASSET (A Census on Conventional Bank registered in BEI)
ELLYANA RIZKY AMALIA 123403004 Under Guidance : Dr. Jajang Badruzaman, S.E., M.Si., Ak., CA. Iwan Hermansyah, SE., M.Si., Ak., CA.
Abstract The purposes of this research are to know : (1) Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Earning Asset Quality and Return On Asset on the banking sector issuers in BEI. (2) The simultaneous influence of Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio and Earning Asset Quality to Return On Asset. (3) The partial influence of Non Performing Loan to Return On Asset. (4) The partial influence of Capital Adequacy Ratio to Return On Asset. (5) The partial influence of Earning Asset Quality to Return On Asset. This research uses a descriptive analysis method by using census. The analysis tool uses Regression Analysis. The result of the rsearch shows that : (1) Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio and Earning Asset Quality have a simultaneous significant influence on Return On Asset. (2) Non Performing Loan partially has not a significant influence to Return On Asset. (3) Capital Adequacy Ratio partially has not a significant influence to Return On Asset. (4) Earning Asset Quality partially has a significant influence to Return On Asset.
Keywords : Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Earning Asset Quality (EAQ), Return On Asset (ROA)
PENGARUH NON PERFORMING LOAN, CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP RETURN ON ASSET (Sensus Terhadap Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI)
ELLYANA RIZKY AMALIA 123403004 Dibawah bimbingan : Dr. Jajang Badruzaman, S.E., M.Si., Ak., CA. Iwan Hermansyah, SE., M.Si., Ak., CA.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif dan Return On Asset pada emiten sektor Perbankan di BEI. (2) Pengaruh secara simultan Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Return On Asset. (3) Pengaruh secara parsial Non Performing Loan terhadap Return On Asset. (4) Pengaruh secara parsial Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset. (5) Pengaruh secara parsial Kualitas Aktiva Produktif terhadap Return On Asset. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan sensus. Alat analisis yang digunkan adalah Analisis Regresi. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Aktiva Produktif secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset. (2) Non Performing Loan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset. (3) Capital Adequacy Ratio secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset. (4) Kualitas Aktiva Produktif secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Kata Kunci : Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Return On Asset (ROA)
I.
PENDAHULUAN
Dunia perbankan di Indonesia telah banyak meningkat dan berkembang pesat dari waktu ke waktu. Saat ini sistem keuangan merupakan suatu sarana yang penting bagi kebutuhan masyarakat modern. Oleh karena itu masyarakat tidak bisa terepas dari sistem keuangan perbankan. Sistem keuangan memiliki peranan yang mendasar dalam perekonomian dan kehidupan masyarakat (Abdullah, T dan Tantri, F: 2012). Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah. Bank juga adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Penyaluran kredit yang diberikan oleh bank merupakan bagian terbesar dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Saat ini penyaluran kredit selalu terjadi peningkatan setiap tahunnya. Oleh karena itu, kredit menjadi sumber pendapatan dan laba bagi pihak bank. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Meskipun dari waktu ke waktu penyaluran kredit semakin meningkat, tentu akan menghadapi masalah serta resiko yang harus diselesaikan oleh bank. Semakin banyak kredit yang disalurkan maka semakin besar resiko yang didapat atau yang disebut kredit bermasalah. Kredit bermasalah terjadi karena seringkali pengembalian kredit yang disalurkan tidak berjalan dengan lancar dan menunjukan bahwa bank tidak kompeten dalam mengelola kredit tersebut. Semakin tinggi kredit bermasalah yang dimiliki maka akan semakin besar pula kerugian yang akan dihadapi bank dan bank tersebut dapat tergolong tidak sehat. Kerugian yang yang didapat yaitu rentabilitas pada bank tersebut akan menurun akibat dari kredit bermasalah yang didapat. Suatu bank harus memiliki modal yang cukup demi menyeimbangkan keuangan bank. Permodalan sangat penting dalam menjalankan suatu operasional bank dan untuk menunjang kebutuhannya. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian (Y.Sri Susilo 2000:22). Kecukupan modal dapat menutupi kerugian yang akan dihadapi oleh Bank. Kecukupan modal minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 8%. Semakin besar tingkat kecukupan modal tersebut maka bank tersebut akan mampu dalam memenuhi standar serta menjaga kesehatan pada bank tersebut terutama pada indikator permodalan. Kecukupan modal yang tinggi dapat meningkatkan rentabilitas dari bank tersebut. Dengan pengelolaan dalam kegiatan semaikin membaik, maka bank dapat meningkatkan modal dan rentabilitas pun
akan meningkat. Apabila permodalan menurun maka rentabilitasnya pun akan ikut menurun. Kualitas aktiva produktif sangat berpengaruh dalam memperoleh tingkat pendapatan bank. Kualitas aktiva produktif menunjukan kualitas asset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat dari pemberian kredit. Semakin baik kualitas aktiva produktif maka peluang kredit tergolong lancar sehingga akan ada kontribusi pendapatan bagi bank yang berupa bendapatan bunga yang tentunya akan meningkatkan kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba. Bank diharuskan dapat megelola permodalan dengan baik dan dapat mengantisipasi resiko dari penyaluran kredit yang dilakukan agar kualitas aktiva produktif dari bank tersebut akan tetap terjaga. Semakin baik dari kualitas aktiva produktif, maka rentabilitas bank pun akan semakin baik. Tinggi rendahnya rentabilitas bisa dilihat dari resiko usaha yang dikeluarkan oleh bank tersebut. Perkembangan laba dari suatu bank akan dilihat dan diketahui melalui laporan keuangan bank. Dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA), bank akan mengetahui bagaimana kemampuan dalam mengelola aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan suatu pendapatan (laba). Jika bank dapat mengelola modal dan aktiva produktif pada penyaluran kredit yang dilakukan bank maka laba atau pendapatan yang didapatkan bank akan semakin baik. II.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyaluran kredit menjadi aktivitas pokok suatu bank karena dengan menyalurkan kredit kepada debitur, maka bank akan memperoleh bunga yang menjadi sumber utama bagi bank. Pemberian kredit harus dapat dikelola dengan baik oleh bank agar dapat mengatasi risiko kredit yang dapat timbul. Pengertian risiko kredit menurut Riyadi (2006: 161) yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya. Resiko kredit umumnya dapat timbul dari berbagai kredit yang masuk dalam kategori kredit bermasalah. Jika kredit bermasalah meningkat, maka bank harus menyediakan cadagan penghapusan piutang yang cukup besar, sehingga kemampuan bank dalam memberikan kredit menjadi sangat terbatas. Pengertian Non Performing Loan menurut Veitzhal (2007: 277) yaitu kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membyar kembali kredit sehingga belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan oleh bank. Perhitungan pada Non Performing Loan adalah dengan membandingkan kredit berstatus kurang lancar, diragukan dan macet dengan total kredit. Pada penilaian tingkat kesehatan rasio Non Performing Loan (NPL), Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%. Apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping dana-dana yang berasal dari sumber-sumber diluar bank seperti dana masyarakat, pinjaman dan lain-lain (Dendawijaya, 2009:121). Sedangkan menurut Khasmir (2010: 232) mengenai CAR yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan penghapusan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih. CAR adalah rasio kecukupan modal bank yang merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. CAR menunjukan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Perhitungan CAR menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP Tahun 2011 dihitung dengan membandingkan Modal Bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh bank Indonesia, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%. Aktiva yang produktif atau productive assets sering juga disebut dengan earning assets atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana bank tersebut diatas adalah untuk mencapai tingkat penghasilan (laba) yang diharapkan. Adapun pengertian dari aktiva produktif menurut SE BI Nomor 14/15/PBI 2012 tentang penilaian kualitas asset bank umum yaitu penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalm bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivative, penyertaan transaksi rekening administrative serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Menurut H.R. Daeng Naja (2005: 303) mengenai KAP yaitu penilaian aktiva produktif bank dengan beberapa penggolongan kesehatan berdasarkan aspek-aspek tertentu dan terukur yang ditetapkan oleh suatu peraturan perbankan dan menghasilkan kolektibilitas. Perhitungan terhadap Kualitas Aktiva Produktif adalah dengan membandingkan aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan total aktiva produktif. Bank akan dikatakan sehat apabila rasio KAP nya rendah. Pengertian rentabilitas menurut Hasibuan (2006:104) dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Setiap bank akan melakukan pengukuran terhadap rentabilitas yang diperolehnya. Laba yang diperoleh oleh suatu bank belum tentu dapat menjadi ukuran bahwa bank telah bekerja dengan efetif dan efisien atau kinerjanya dipandang baik. Dalam mengukur perhitungan rentabilitas pada bank maka dapat digunakaan rasio Return On Assets (ROA). Menurut Riyadi (2006: 156), Return On Assets (ROA) adalah rasio rentabilitas yang menunjukan perbandingan antara
laba (sebelum pajak) dengan total asset bank. Rasio ini menggambarkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan bank yang bersangkutan. Perhitungan rentabilitas bank dengan menggunakan menggunakan Return On Assets (ROA) yaitu dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total aktiva. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Menurut Nazir (2005: 89), metode deskriptif adalah studi untuk menentkan fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya termasuk studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu, secara studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalkan bias dan memaksimumkan reliabilitas. Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai seluruh variabel penelitian secara independen. Populasi penelitian adalah Bank-Bank yang listing go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara jumlah perusahaan yang di listing di BEI sampai tahun 2015 berjumlah 40 bank. Sampel yang digunakan adalah menggunakan metode sampling jenuh (sampling sensus). Pengertian jenuh (sampling sensus) menurut Sugiyono (3013: 96) yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berikut beberapa pengertian variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini : 1) Variabel Bebas / Independent (Variabel X) Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perusahaannya atau timbulnya variabel terikat. (Sugiyono, 2013: 4). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen atau variabel bebas yang diteliti yaitu Non Performing Loan (X1) dengan indikator kredit kurang lancar, kredit diragukan, kredit macet dan total kredit , Capital Adequacy Ratio (X2) dengan indikator modal bank dan aktiva tertimabng menurut risiko, dan Kualitas Aktiva Produktif (X3) dengan indikator aktiva produktif yang diklasifikasikan dan toatal aktiva produktif. 2) Variabel Terikat / Dependent (Variabel Y) Variabel Dependen adalah variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 4). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Assets (Y) dengan indikator laba sebelum pajak dan total aktiva. Untuk menanalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data diolah telebih dahulu kemudian dianalisis dengan teknik analisis yaitu dengan menggunakan analisis regresi berganda yang sebelumnya diuji terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik yang merupakan uji prasyarat jika akan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik.
Syarat-syarat tersebut adalah data harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung multikoliniearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. IV. PEMBAHASAN 1. Analisis Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif dan Return On Asset pada Sektor Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015, tampak bahwa nilai non performing loan, capital adequacy ratio, kualitas aktiva produktif dan return on asset yang dimiliki oleh setiap bank sangat bervariatif. Bank yang memiliki kondisi non performing loan tertinggi adalah Bank of India Indonesia dengan rasio NPL sebesar 8,90%, artinya bank tersebut memiliki risiko kredit yang tinggi karena adanya debitur yang tidak membayar kewajiban dari jangka waktu yang telah ditentukan dan tentunya akan mengakibatkan menurunnya pendapatan bunga bank dan mempengaruhi pada rentabilitas bank. Bank yang memiliki non performing loan terendah dimiliki oleh Bank National Nobu Tbk dengan rasio non performing loan 0%, artinya bank tersebut dapat menekan risiko kredit dan debitur mampu membayar kewajiban dari batas waktu yang telah ditetapkan serta bank mendapatkan bunga bank yang menjadi pendapatan dari bank tersebut. Setiap kegiatan perkreditan yang dilakukan bank tentunya bank tersebut harus memiliki modal yang mencukupi. Bank yang memiliki capital adequacy ratio tertinggi dimiliki oleh bank Dinar Indonesia Tbk dengan rasio capital adequacy ratio sebesar 30,50%, artinya bank tersebut mampu memenuhi kegiatan operasional bank terutama pada penyaluran kredit dan apabila penyaluran kredit tersebut bermasalah maka modal bank tersebut mampu untuk menaggung risiko dari kredit bermasalah tersebut. bank yang memiliki capital adequacy ratio terendah dipegang oleh Bank Pundi Indonesia Tbk, meskipun telah memenuhi standar yang ditetapkan namun belum tentu mampu memenuhi semua kegiatan operasional bank yang tentunya akan berpengaruh pada rentabilitas bank. Aktiva yang produktif atau productive assets sering juga disebut dengan earning assets atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana bank tersebut adalah untuk mencapai tingkat penghasilan (laba) yang diharapkan. Bank yang memiliki rasio kualitas aktiva produktif terendah dipegang oleh Bank Nationalnobu Tbk dengan persentase kualaitas aktiva produktif 0%, artinya bank tersebut mampu menekan kredit bermasalah dan debitur membayar kewajibannya sesuai jengan jangka waktu yang telah ditetapkannya. Bank yang memiliki rasio kualitas aktiva produktif tertinggi dimiliki oleh Bank J Trust Indonesia dengan rasio kualitas aktiva produktif sebesar 7,82%, artinya bank tersebut memiliki kredit bermasalah yang cukup besar dan debitur tidak mampu membayar kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkannya sehingga tergolong tidak lancar bahkan dapat tergolong macet. Setiap bank akan melakukan pengukuran terhadap rentabilitas yang diperolehnya Laba yang diperoleh oleh suatu bank belum tentu dapat menjadi ukuran bahwa bank telah bekerja dengan efetif dan efisien atau kinerjanya dipandang baik. Bank yang memiliki rasio return on asset tertinggi dipegang oleh Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan persentase return on aseet sebesar
4,19%, artinya bank tersebut dapat menghasilkan laba yang paling baik dibandingkan dengan bank lainnya. Sedangkan rasio return on asset terendah dipegang oleh Bank J Trust Indonesia dengan persentse sebesar -5,37%, artinya bank tersebut mengalami penurunan pendapatan sehingga bank tersebut mengalami kerugian. 2. Pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Asset Secara Parsial pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,500 yang berarti terdapat hubungan yang sedang antara non performing loan dengan return on asset pada sektor Perbankan. Nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa Non Performing Loan berpengaruh terhadap Return On Asset sebesar 0,25 atau (25%) sedangkan sisanya sebesar 0,75 atau (75%) Return On Asset dipengaruhi oleh faktor lain diluar model regresi ini. Nilai thitung yang didapat dari uji t untuk Non Performing Loan adalah 0,664 jika dibandingkan dengan ttabel dimana α = 0,05 dan df = 40-3-1 =36 didapat ttabel sebesar 2,028 maka thitung (0,664) < ttabel (2,028) dengan tingkat signifikansi 0,511 lebih besar dari 0,05. Karena thitung < ttabel maka H0 diterima dengan kata lain Non Performing Loan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan bahwa Non Performing Loan berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset . Rasio Non Performing Loan yang dalam keadaan stabil dan mayoritas diatas standar dapat menjadi faktor tidak signifikannya pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Asset. Artinya menunjukan bahwa variasi naik turunya Return On Asset hanya dipengaruhi sebesar 25% oleh Non Performing Loan sehingga naik turunnya Non Performing Loan berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nely Suryanti (2015) bahwa kredit bermasalah terdapat pengaruh positif tidak signifikan terhadap rentabilitas. Dengan kata lain naik turunnya Non Performing Loan berpengaruh tidak signifikan terhadap peningkatan Return On Asset. 3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset Secara Parsial pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,335 yang berarti terdapat hubungan yang rendah antara capital adequacy ratio terhadap return on asset pada sektor Perbankan. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS (lampiran) diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,335 yang berarti terdapat hubungan yang rendah antara capital adequacy ratio terhadap return on asset pada sektor Perbankan. Nilai thitung yang didapat dari uji t untuk Capital Adequacy Ratio adalah 1,610 jika dibandingkan dengan ttabel dimana α=0,05 dan df = 40-3-1 = 36 didapat ttabel sebesar 2,028 maka thitung (1,610) < ttabel (2,028) dengan tingkat signifikansi 0,116 lebih besar dari 0,05 karena thitung < ttabel maka H0 diterima yang artinya Capital Adequacy Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset . Bank yang tidak dapat mengoptimalkan modal karena harus bisa mempertahankan rasio CAR dari batas minimum yang kemungkinan dapat menjadi faktor tidak
signifikannya pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset. Artinya menunjukan bahwa variasi naik turunya Return On Asset hanya dipengaruhi sebesar 25% oleh Capital Adequacy Ratio sehingga naik turunnya Capital Adequacy Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Regina Rosario Sianturi (2012) bahwa Capital Adequacy Ratio terdapat pengaruh positif tidak signifikan terhadap rentabilitas. Dengan kata lain naik turunnya Capital Adequacy Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap peningkatan Return On Asset. 4. Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif terhadap Return On Asset Secara Parsial pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,653 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antara kualitas aktiva produktif terhadap return on asset pada sektor Perbankan. Nilai koefisien determinasi diatas menunjukan bahwa Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh terhadap Return On Asset sebesar 0,426 atau (42,6%) sedangkan sisanya sebesar 0,574 atau (57,4%) Return On Asset dipengaruhi oleh faktor lain diluar model regresi ini. Nilai thitung yang didapat dari uji t untuk Kualitas Aktiva Produktif adalah -3,382 jika dibandingkan dengan ttabel dimana α=0,05 dan df = 40-3-1 = 36 didapat ttabel sebesar 2,028 maka thitung (-3,382) < ttabel (-2,028) dengan tingkat signifikansi 0,02 lebih kecil dari 0,05 karena -thitung < -ttabel maka H0 ditolak yang artinya Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan bahwa Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Adanya pemberian kredit yang merupakan bagian dari aktiva produktif dapat menjadi faktor yang secara signifikan, sehingga jika perputaran kredit tidak lancar maka akan mempengaruhi kualitas aktiva produktif yang tentunya akan mempengaruhi terhadap rentabilitas. Artinya menunjukan bahwa variasi naik turunya Return On Asset dipengaruhi sebesar 42,6% oleh Kualitas Aktiva Produktif sehingga naik turunnya Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Mike Ineke Eman (2013) bahwa Kualitas Aktiva Produktif terdapat pengaruh signifikan terhadap rentabilitas. 5. Pengaruh Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, dan Kualitas Aktiva Produktif Secara Simultan Terhadap Return On Asset pada Sektor Perbankan Berdasarkan perhitungan yang penulis lakukan dengan menggunakan SPSS Versi 23 diperoleh koefisien korelasi berganda R sebesar 0,685. Sesuai dengan kriteria tingkat korelasi pada tabel 3.5, diketahui bahwa nilai korelasi 0,685 berada pada rentan nilai 0,60 - 0,799 dengan kriteria tingkat keeratan kuat. Artinya terdapat hubungan yang kuat antara Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, dan Kualitas Aktiva Produktif dengan Return On Asset. Untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Return On Asset dapat diketahui dengan mencari nilai koefisien determinasi dan diketahui bahwa nilai R sebesar 0,685. Berdasarkan output diperoleh angka R square
sebesar 0,469 atau (46,9%). Hal ini menunjukan bahwa persentase pengaruh variabel independen yaitu Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap variabel dependen yaitu Return On Asset sebesar 0,469 atau 46,9%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 0,469 atau 46,9% variasi variabel dependen. Sedngkan sisanya sebesar 0,531 atau 53,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. nilai Fhitung sebesar 10,590 dimana nilai tersebut akan diperbandingkan dengan nilai Ftabel dengan criteria pengujian H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel signifikansi 0,05 dan H0 ditolak jika Fhitung>Ftabel dengan signifikansi 0,05. Selanjutnya dengan melihat tabel statstik F (lampiran) diproleh nilai Ftabel signifikansi 0,05 dimana df1 = 3 dan df2 = 36 maka hasil perolehan Ftabel sebesar 2,866. Dikarenakan Fhitung (10,590) > Ftabel (2,866) dan signifikansi F hitung 0,00 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang artinya Non Performing Loan Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Aktiva Produktif secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. V.
PENUTUP
SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Dilihat pada data sektor Perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia, persentase Non Performing Loan (NPL) yang memenuhi standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia adalah sebesar 93% , Persentase Capital Adequacy Ratio (CAR) yang memenuhi standar sebesar 100%, Persentase Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang memenuhi standar adalah sebesar 45% dan persentase Return On Asset (ROA) adalah sebesar 45%. Sisanya masih belum memenuhi standar dan dikategorikan tidak sehat. 2. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial diketahui masing-masing pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA) sedangkan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA). 3. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diketahui pengaruh Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) memiliki pengaruh yang signifikan Return On Asset (ROA) pada sektor Perbankan. SARAN Setelah mengamati dan menganalisa hasil penelitian, penulis melihat terdapat babarapa hala yang dapat dijadikan masukan antara lain : 1. Bagi Perusahaan Penulis menyarankan bagi setiap perusahaan terutama pada sektor perbankan agar dapat mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat.
Untuk penyaluran kredit diharapkan perusahaan perbankan yang belum memenuhi standar dari yang telah ditetapkan agar mengoptimalkan modal yang dimiliki dengan meningkatkan kegiatan operasional bank terutama pada saat kegiatan penyaluran kredit dan untuk perusahaan perbankan yang sudah memenuhi standar yang ditetapkan agar dapat mempertahankan dan mengawasi setiap kegiatan sebelum dan sesudah kredit diberikan agar dapat menekan risiko kredit yang dapat terjadi dikemudian hari. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan kajian yang sama sebaiknya lebih diperdalam serta dikembangkan kembali penelitian ini atau dengan menambah variabel lain yang belum diteliti atau menggunakan indikator yang berbeda agar dapat memperluas wawasan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Thamrin dan Tantri, Francis, 2012. Bank dan Lembaga Keuangan, Raja Grafindo Persada: Jakarta. Daeng Naja, HR. 2005. Hukum Bisnis dan Bank Garansi. Citra Aditya Bakti : Bandung Duwi Priyanto. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Mediakom: Yogyakarta Danang Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Refika Aditama: Bandung Fahmi, Irham . 2011 . Analisa Laporan Keuangan. Alfabeta: Bandung Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Hasibuan, Malayu.P, 2005.Dasar – Dasar Perbankan. Bumi Aksara: Jakarta. Hendro, Tri,SP dan Tjandra, Conny,R , 2014. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia, UPP STIM YPKN: Yogyakarta. Indah Utaminingsih. 2015. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA) studi kasus pada PT Bank Negara Indonesia Tbk Periode 2010-2014) Khasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana Prenada Media Group : Jakarta Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia: Jakarta.
Mahmoeddin. 2002. Melacak Kredit Bermasalah. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta Moh. Nazir. 2005, Metode Penelitian Ghalia Indonesia : Bogor Rika Kartika. 2008. Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Profitabilitas di Sektor Perbankan. Jurnal Universitas Widyatama Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets and Liability Managenent. Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta Riyanto, Bambang. 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE : Yogyakarta Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. LPFE UI: Jakarta Siswanto, Sutojo. 2008. Menangani Kredit Bermasalah. Damar Mulia Pustaka: Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Administratif. Alfabeta : Bandung Suharno, 2003, Analisis Kredit. Penerbit Djambatan: Jakarta. Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori: Konsep dan Aplikasi. Ekonosia : Yogyakarta Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso, 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat: Jakarta. Taswan, 2010. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik dan Aplikasi, UPP STIM YPKN: Yogyakarta. Tia Melya Sari, Dhaniel Syam, Ihyaul Ulum. 2012. Pengaruh Non Performing Loan Sebagai Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan. Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 13 No.2 Universitas Muhammadiyah Malang . Veithzal, Rivai, 2006. Credit Management Handbook. Raja Grafindo Persada: Jakarta Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI 2012 UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tahun 2001 Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP Tahun 2011
Surat Edaran Bank Indonesia No.13/30/DPNP Tahun 2011 http://finansial.bisnis.com/read/20150217/90/403438/setelah-dicaplok-hsbc-bankekonomi-baek-bakal-delisting www.sahamok.com www.idx.co.id www.bi.go.id