PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL: KOMITMEN ORGANISASI DAN PERSEPSI INOVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi empiris pada Pemerintah Kota Surakarta)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Minat Utama : Akuntansi Sektor Publik
Oleh: Niken Dyah Prameswari NIM : S4308002
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL: KOMITMEN ORGANISASI DAN PERSEPSI INOVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi empiris pada Pemerintah Kota Surakarta)
Disusun oleh: NIKEN DYAH PRAMESWARI NIM : S4308002
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal, 05 Januari 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak. Ak. NIP. 196804011993032001 197203051997021001
Sri Suranta, S.E., M.Si., NIP.
Mengetahui : Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak. NIP. 196411201991031002
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL: KOMITMEN ORGANISASI DAN PERSEPSI INOVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi empiris pada Pemerintah Kota Surakarta)
Disusun oleh: NIKEN DYAH PRAMESWARI NIM : S4308002
Telah disetujui Tim Penguji Pada tanggal,
Ketua Tim Penguji
Maret 2010
: Dr. Payamta, M.Si., Ak. CPA.
....................
Sekretaris Tim Penguji : Dra. Y. Anni Aryani, M.Prof. Acc., Ph.D., Ak.
....................
Anggota
: Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak.
....................
Anggota
: Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak.
....................
Mengetahui : Direktur PPs UNS Akuntansi
Ketua Program Studi Magister
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP.195708201985031004
Dr. Bandi, M.Si., Ak. NIP. 196411201991031002
PERNYATAAN
Nama
: Niken Dyah Prameswari
NIM
: S4308002
Program Studi
: Magister Akuntansi
Konsentrasi
: Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi Sebagai Variabel Intervening” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citiasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.
Surakarta, 2010 Yang menyatakan,
Februari
Niken Dyah Prameswari
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: Alloh SWT yang selalu memberikan kekuatan, memberikan petunjuk ketika aku lemah dan selalu mengiringi setiap langkah dalam perjalanan hidupku, Ibu dan Bapakku tercinta yang selalu memberikan semangat, mengasihi aku, menyayangi aku dan mendoakan aku dengan penuh rasa ikhlas, Seseorang yang terkasih untuk kerelaannya memberikan dorongan, menemani hari-hariku menjadi sangat luar biasa indah, Sahabatku dan teman-temanku untuk dukungannya yang tiada henti, Almamaterku.
HALAMAN MOTTO
“Pendidikan bukan hanya cuma urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu adalah upaya menghubungkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri” (Anatole France)
“Hal yang benar-benar kuyakini pasti akan selalu terjadi, dan keyakinan akan suatu hal menyebabkannya terjadi”. (Frank Floyd Wright)
“Tak ada resep sukses. Yang ada hanya kerelaan diri untuk menerima hidup dan segala konsekuensinya dengan apa adanya”. (Arthur Rubeinstein)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, anugerah dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul “ Pengaruh Partisipasi Peyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi Sebagai Variabel Intervening” ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Tesis ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Universitas Sebelas Maret dan Fakultas Ekonomi selaku pimpinan kami yang telah memberikan fasilitas yang sangat memadai. 2. Magister Akuntansi selaku program studi yang telah memberikan pelayanan untuk penyelesaian tesis ini.. 3. Bapak Dr. Bandi, M. Si., Ak selaku ketua program studi magister akuntansi yang telah memberikan toleransi dan kemudahan dalam segala hal untuk kelancaran tesis ini.
4. Ibu
Prof. Dr. Rahmawati, M.Si.,Ak., selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan pikiran, memberikan segala kemudahan, masukan dan arahan serta bimbingan dalam penyusunan tesis ini. 5.
Bapak Sri Suranta S.E., M.Si.,Ak, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu dan kesabaran untuk mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Ibu Dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi. 7. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas segala dukungan, doa, kritik serta saran yang selalu diberikan. Setiap hari bersama kalian membuat aku menyadari betapa aku mengasihi kalian berdua. 8. Rendra Agung Prabowo, S.Pd, terima kasih atas segala perhatian, doa, senyuman, dan segala dukungan daya dan dana. Semua tidak akan bisa tercapai tanpa kau disampingku. Masa depan luar biasa indah telah menunggu kita. 9. Keluarga besar Bapak Sri Widodo yang selalu menyemangati, menghibur, membesarkan hati serta mendidikku tentang banyak hal dalam hidup ini. 10. Teman-teman seperjuangan meraih gelar M.Si (Mbak Eny, Mbak Fatma, Mbak Ita, Mbak Endang, Mbak Retno, Mbak Santi, Mbak Arta, Mbak Suci, Pak Hermawan, Mas Bayu, Mas Budi dan seluruh teman-teman kelas ”A” Akuntansi angkatan 2007). Kebanggaan besar menjadi bagian dalam orang-
orang yang hebat seperti kalian. Terima kasih atas persahabatan yang indah selama ini. 11. Sahabatku Farida Puspa Ningrum, S.E, Lia Ekawati, S.Pd, Eko Rini S.H, yang selalu ada mendengar cerita senang dan sedihku. Kau slalu ada dalam setiap langkah perjuangan hidupku. Semangat kita wujudkan mimpi kita menjadi wanita sukses yang berbahagia. 12. Mbak Ari ”sang suhuku” yang selalu siap membantu dalam penulisan tesis ini. Terima kasih atas bantuannya. Sukses untukmu sekarang dan masa yang akan datang. 13. Semua pihak yang telah membantu atas terselesainya tesis ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang akan memberikan anugerah atas segala kebaikan dan kemurahan hati semuanya. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat.
Surakarta, Februari 2010 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN MOTTO...................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI
............................................................................................ x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi ABSTRAK
............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 A.
Latar Belakang Masalah ...................................................................
1 B.
Rumusan Masalah.............................................................................
7 C.
Tujuan Penelitian ..............................................................................
7 D.
Manfaat Penelitian ............................................................................
8
BAB II TINJAUAN LITERATURDAN HIPOTESIS ................................... 9
A.
Anggaran…………………………………………………………… 9 A.1 Konsep dan Fungsi Anggaran…………………………………. 9 A.2 Konsep Anggaran Sektor Publik………………………………... 10 A.3 Pengertian Anggaran Sektor Publik…………………………… 10 A.4 Pentingnya Anggaran Sektor Publik………………………….. 11 A.5 Fungsi Anggaran Sektor Publik……………………………….. 11 A.6 Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik………………………. 14
B.
Siklus Perencanaan Anggaran Daerah............................................... 17
C.
Proses Penyusunan Rancangan APBD ..............................................
20
D.
Penelitian Terdahulu..........................................................................
24
E.
Pengembangan Hipotesis...................................................................
26
E.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi…. .....................................................................................
26
E.2 Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Persepsi Inovasi………....................................................................................
27
E.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial… ......................................................................................
28
E.4 Komitmen Organisasi dan Kinerja
F.
Manajerial………………… ..............................................................
30
E.5 Persepsi Inovasi dan Kinerja Manajerial…….............................
32
Pendekatan
Kontijensi......................................................................................................... G.
Kerangka Hipotesis ............................................................................ 34
BAB III METODA PENELITIAN A.
Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel........................................ 36
B.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................ 39 B.1 Partisipasi Penyusunan anggaran………………………………. 40 B.2 Komitmen Organisasi………………………………………… . 40 B.3 Persepsi Inovasi………………………………………………... 41 B.4 Kinerja Manajerial…………………………………………… .. 42
33
C. Pengujian Reliabilitas dan Validitas................................................... 42 D. Analisis Data...................................................................................... 43 1. Uji Kecukupan Sampel................................................................ .. 44 2. Uji Normalitas................................................................................ 44 3. Uji Outliers.................................................................................. .. 44 E.
Pengujian Hipotesis............................................................................ 48
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...................................... 49 A. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 49 A.1 Karakteristik Responden.............................................................. . 50 A.2 Tanggapan Responden Terhadap Kuesioner................................. 54 B. Uji Instrumen Penelitian ...................................................................... .............................................................................................................. 62
C. Analisis Data Penelitian ...................................................................... .............................................................................................................. 66 1. Asumsi Kecukupan Sampel.............................................................. 66 2. Asumsi Normalitas............................................................................ 67 3. Asumsi Outlier.................................................................................. 70 4. Analisis Kesesuaian Model............................................................... 71
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.................................................. .. .............................................................................................................. 74 1. Uji Hipotesis....................................................................................... 74 2. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................. 76
BAB V PENUTUP .......................................................................................... . 83 A. Kesimpulan .......................................................................................... . 83
B. Keterbatasan......................................................................................... . 85 C. Saran...................................................................................................... 86 D. Implikasi................................................................................................ 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Deskripsi Responden Penelitian berdasarkan gender....... 50 Tabel IV.2 Deskripsi Responden Penelitian berdasarkan umur ......... 51 Tabel IV.3 Deskripsi Responden Penelitian berdasarkan jabatan ...... 51 Tabel IV.4 Deskripsi Responden berdasarkan lama jabatan .............. 52 Tabel 1V.5 Deskripsi Responden berdasarkan pendidikan terakhir.... 53 Tabel IV.6 Deskripsi Responden berdasarkan latarbelakang pendidikan......................................................................... 53 Tabel IV.7 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran .................................... 56 Tabel IV.8 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Komitmen Organisasi ...................................................... .......................................................................................... 57 Tabel IV.9 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Persepsi Inovasi ................................................................ 59 Tabel IV.10 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap
Kinerja Manajerial............................................................ .......................................................................................... 61 Tabel IV.11 Hasil Uji Validitas Awal.................................................. 63 Tabel IV.12 Hasil Uji Vaiditas Akhir .................................................. 64 Tabel IV.13 Hasil Reliabilitas………………………………………... 65 Tabel IV.14 Hasil Uji Normalitas………………………………….... 67 Tabel IV.15 Jarak Mahalanobis Data Penelitian................................... 70 Tabel IV.16 Hasil Goodness of Fit Model........................................... 72 Tabel IV.17 Regression Weights.......................................................... 75 Tabel IV.18 Standardized direct dan indirect effect............................ 75
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat ijin penelitian Pemerintah Kota Surakarta................................ Lampiran 2. Kuesioner Penelitian..........................................................................
94
3. Data Demografi Responden...............................................................
101
4. Data Tanggapan Responden..............................................................
108
5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas......................................................
124
6. Structural Equation Modelling (SEM) Amos versi 6………………
133
ABSTRACT The Effect of the Budgetary Arrangement Participation on the Managerial Performance: Organizational Commitment and Innovative Perception as Intervening Variables (An Empirical Study at the City Government of Surakarta) The aim of this research is to investigate the effect of the budgetary arrangement participation on the managerial performance both directly and indirectly through the intervening variables of organizational commitment and innovative perception at an organization of public sector. The samples of this research were 167 public officials at the levels of head, head of division/of field /of sub-office, head of sub-section/of sub-field/of sub-office/of section at the agencies/headquarters/offices of the local apparatus
work units of the City Government of Surakarta. The research used primary data through a survey method. The data were gathered through questionnaire, which was directly extended to the respondents so as to get the high level of questionnaire returning. They were then analyzed by using a descriptive statistic one, the reliability test, the validity test, and the technique of analysis towards the data were approached by using a Structural Equation Modelling (SEM). Based on the results of the analysis with SEM, a conclusion is drawn that the budgetary arrangement participation has both a direct effect as indicated by 0.208 (p-value = 0.005) and an indirect effect on the managerial performance through the intervening variables of organizational commitment and innovative perception at an organization of public sector as shown by 0.177 (p-value = 0.005) at the local apparatus work units of the City Government of Surakarta. The result of the research bears an implication that at the City Government of Surakarta, the commitment of managers towards the organization of the local apparatus work units at the City Government of Surakarta increases due to their participation and involvement in the budgeting process. Besides, the innovative perception of the managers also contributes to a better managerial performance. The top managements (heads of agencies/headquarters/offices) need to understand the positive impacts of the budgetary arrangement participation on the managerial performance both directly and as a consequence of the involvement of management in the budgeting process. Keywords: Budgeting process, commitment, perception, Surakarta
managerial
performance,
organizational
INTISARI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening (Studi empiris pada Pemerintah Kota Surakarta) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel intervening komitmen organisasi dan persepsi inovasi di organisasi sektor publik. Sampel dalam penelitian ini yaitu pejabat setingkat kepala, kabag/bidang/sub dinas, kasubag/sub bidang/seksi pada badan/dinas/kantor satuan kerja perangkat daerah di Pemerintah Kota Surakarta yang berjumlah responden
yang diambil 167 sampel penelitian. Data yang digunakan penelitian ini adalah data primer melalui metode survey. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagikan kuesioner langsung kepada responden agar tingkat pengembalian kuesioner besar. Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskiptif statistik, uji reliabilitas dan uji validitas serta teknik analisis penelitian ini dengan pendekatan SEM (Structural Equation Modelling). Dari hasil analisis SEM (Structural Equation Modelling) dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial 0,208 (p-value 0.005) maupun pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening komitmen organisasi dan persepsi inovasi 0,177 (p-value 0.005) di satuan kerja perangkat daerah di Pemerintah Kota Surakarta. Implikasi hasil penelitian ini adalah di Pemerintah Kota Surakarta komitmen manajer terhadap organisasi di satuan kerja perangkat daerah meningkat akibat partisipasi dan keterlibatan mereka dalam proses anggaran. Demikian pula persepsi inovasi manajer juga menyumbangkan kinerja manajerial yang lebih baik. Manajemen puncak ( kepala dinas/ badan/ kantor) perlu memahami dampak positif dari partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial bekerja, baik secara langsung maupun sebagai konsekuensi keterlibatan manajemen dalam proses anggaran. Kata kunci: Proses anggaran, kinerja manajerial, komitmen organisasi, persepsi, Surakarta
BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN HIPOTESIS
A. Anggaran Anggaran merupakan usaha untuk mengalokasikan sumber-sumber keuangan melalui proses usulan kebutuhan dari masing-masing unit kerja.
Kebutuhan tersebut nantinya dapat melayani masyarakat yang berbeda-beda. Anggaran merupakan alat utama yang digunakan organisasi untuk perencanaan dan pengendalian. Anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharapkan, direncanakan atau diperkirakan terjadi dalam periode tertentu pada masa yang akan datang. Di samping itu juga anggaran tidak hanya sebagai rencana keuangan yang menetapkan biaya dan pendapatan, pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi, tetapi juga merupakan alat bagi manajer tingkat atas untuk mengendalikan, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi bawahannya (Kenis 1979). A.1 Konsep dan Fungsi Anggaran Secara umum pengertian anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara kualitatif dalam satuan uang untuk periode tertentu, yang sudah berlaku biasanya satu tahun. Dalam pengertian ini, mencakup anggaran perusahaan, anggaran negara maupun anggaran untuk lembaga lainnya. Anggaran sebagai suatu rencana menyeluruh dan terkoordinasi yang dinyatakan dengan istilah 9 keuangan untuk operasional dan sumber-sumber perusahaan untuk periode khusus di masa yang akan datang. Anggaran yang dilihat dari pandangan Pemerintah Daerah sebagai suatu estimasi dari pengeluaran yang dihubungkan dengan penerimaan yang meliputi suatu periode tertentu dalam Mardiasmo (2002 : 64). A.2 Konsep Anggaran Sektor Publik Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan
uang publik. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Mardiasmo (2002 : 61) menyatakan bahwa aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi: 1. aspek perencanaan; 2. aspek pengendalian;dan 3. aspek akuntabilitas publik. A.3 Pengertian Anggaran Sektor Publik Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi organisasi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran sektor publik merupakan suatu rencana finansial yang dinyatakan dalam Mardiasmo (2002 : 62) : 1. berapa biaya yang diperlukan untuk rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja). 2. berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan). A.4 Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang dibuat. Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat, uang yang dimiliki pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkan rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat tersebut. Anggaran merupakan cetak biru (blue print) keberadaan sebuah negara dan merupakan arahan di masa yang akan datang dalam Mardiasmo (2002 : 62).
A.5 Fungsi Anggaran Sektor Publik Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama yaitu: sebagai alat perencanaan, pengendalian, kebijakan fiskal, politik, koordinasi dan komunikasi, penilaian kinerja, motivasi dalam Mardiasmo (2002 : 63) diantaranya sebagai berikut: 1. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (coordination and communication tool) Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran publik merupakan alat koordinasi antara bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai
alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan. 2. Anggaran sebagai alat pengendalian (control tool) Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana secara detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Anggaran sebagai instrumen pengendalian yang digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending dan salah sasaran (missappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah. Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan dalam empat cara, yaitu:
1)
Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan.
2)
Menghitung selisih (favourable dan unfavourable).
3)
Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atau suatu variance.
4)
Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
3. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja (performance measurement tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan yang berhasil dicapai dikaitkan dengan anggaran yang ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
A.6 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik Prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2002 : 67) meliputi: 1.
Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendasarkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2.
Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
3.
Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general fund). 4.
Nondiscretionary Appropriation Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efesien, dan efektif.
5.
Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multi tahunan.
6.
Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan efesiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
7.
Jelas Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat dan tidak membingungkan.
8.
Diketahui publik Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka peluang yang luas bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Dengan berlakunya kedua undang-undang tersebut di atas membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efisien dan efektif, khususnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD) seperti yang disebut dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 19 (1) dan (2) yaitu, pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menetapkan bahwa APBD disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai. Untuk mendukung kebijakan ini perlu dibangun suatu sistem yang dapat menyediakan data dan informasi untuk menyusun APBD dengan pendekatan kinerja. APBD berbasis kinerja yang disusun oleh Pemerintah Daerah harus didasarkan pada SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk dapat membuat APBD berbasis kinerja Pemerintah Daerah harus memiliki
perencanaan stratejik (Renstra). Renstra disusun secara obyektif dan melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan. Dengan adanya sistem tersebut Pemerintah Daerah akan dapat mengukur kinerja keuangannya yang tercermin dalam APBD. Agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat menentukan yaitu, standar harga, tolok ukur kinerja dan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Pemerintah Daerah. Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja Pemerintah Daerah adalah aspek keuangan berupa anggaran berbasis kinerja. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikatorindikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metode kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran ASB sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Untuk memenuhi pelaksanaan otonomi di bidang keuangan dengan terbitnya berbagai Peraturan Pemerintah yang baru, diperlukan sumber daya manusia yang mampu untuk menyusun APBD berbasis kinerja. Dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia tersebut, BPKP berusaha berperan aktif membantu Pemerintah Daerah dengan menyusun Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja. Dengan adanya
pedoman ini diharapkan Pemerintah Daerah dapat menyusun anggaran berbasis kinerja berdasarkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. B. Siklus Perencanaan Anggaran Daerah Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup penyusunan Kebijakan Umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 serta Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsurunsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan/atau menyerap aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha. 2. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
3. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD. 4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah bersama DPRD. 5.
RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.
6. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun berikutnya. 7. Pemerintah Daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya. 8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
C. Proses Penyusunan Rancangan APBD
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Kebijakan Umum APBD
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Rancangan Perda APBD
Perda APBD
Dalam siklus pengelolaan keuangan daerah, tahap perencanaan merupakan tahap yang paling krusial, karena peran DPRD dan masyrakat dalam tahap perencanaan ini sangat besar. Kualitas (outcome) dari pengelolaan keuangan daerah sangat dipengaruhi oleh seberapa bagus perencanaan yang dibuat. Input
dalam tahap perencanaan ini berupa dokumen perencanaan yang dimiliki Pemerintah Daerah. Perencanaan itu sendiri pada dasarnya juga terdapat proses yang harus dilakukan sehingga menghasilkan output perencanaan berupa dokumen perencanaan daerah. Dokumen perencanaan Pemerintah Daerah dalam Mahmudi (2007 : 14) tersebut meliputi : 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). 4. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). 5. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja). 6. Kebijakan Umum APBD (KUA). 7. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Dokumen perencanaan daerah dapat dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu : 1. Dokumen perencanaan pembangunan daerah berupa RPJPD, RPJMD, dan RKPD yang memuat visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan. 2. Dokumen perencanaan keuangan daerah berupa Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran, serta RAPBD. Perencanaan pembangunan daerah disusun berdasarkan jangka waktu perencanaan, yaitu 20 tahun untuk RPJPD, 5 tahun untuk RPJMD, dan 1 tahun
untuk RKPD, sedangkan untuk perencanaan keuangan daerah berupa RAPBD berlaku untuk satu tahun (Mahmudi, 2007 : 16). Jadi, Output dari tahap perencanaan ini adalah berupa RAPBD hal ini karena bagi Pemerintah Daerah APBD merupakan tulang punggung (backbone), atau cetak biru (blue print) pembangunan daerah. APBD memiliki fungsi penting dalam melakukan distribusi, alokasi, dan stabilisasi keuangan daerah. Oleh karena itu, RAPBD menjadi sangat penting bagi daerah, arah dan orientasi pembangunan daerah dapat tergambar di RAPBD tersebut. Sebelum menjadi RAPBD, terdapat proses yang harus dilalui yaitu proses perencanaan anggaran terdiri dari dua pendekatan, yaitu pendekatan perencanaan dari atas (top down) dan partisipatif (bottom up). Pendekatan top down adalah berupa penentuan Kebijakan Umum APBD serta penetapan prioritas dan plafon anggaran, sedangkan perencanaan bottom up adalah berupa usulan program, kegiatan, dan anggaran dari masingmasing unit kerja (SKPD) (Mahmudi, 2007). Dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja, proses penyusunan anggaran dilakukan melalui pengisian formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) oleh setiap satuan kerja yang ada di Pemerintah Daerah. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) untuk setiap kegiatan di Satuan Kerja Perangkat Daerah tersebut kemudian direkapitulasi sehingga menghasilkan RAPBD SKPD. RAPBD SKPD tersebut akan dievaluasi dan dibahas lebih lanjut oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Kompilasi dari seluruh RKA SKPD akan menjadi RAPBD yang nantinya segera disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan menjadi APBD.
Kepala Daerah merupakan satu-satunya pihak yang berkepentingan (stakeholder) kunci terhadap keberadaan organisasi pemerintahan daerah, pada saat ini terdapat berbagai pihak yang juga merupakan stakeholder kunci. Pihakpihak ini adalah kepala Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya. Keterlibatan pihak-pihak ini dalam model manajemen dan kontrol keputusan sumber daya dalam pemerintahan daerah diperlakukan sebagai pihak yang paling penting (critical) dalam mencapai tingkat survival organisasi Pemerintah Daerah. Baik berkaitan dengan tingkat efisiensi, efektifitas, maupun kinerja organisasi Pemerintah Daerah secara keseluruhan sangat bergantung pada manajemen tingkat Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya. Sebagai contoh dalam UU No. 33/2004, pasal. 72 dan PP 58/2005 pasal. 36 dinyatakan bahwa Satuan Kerja Perangakat Daerah (SKPD) bisa Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang kemudian disebut RKA SKPD. Dalam realisasi APBD, RKA SKPD merupakan basis bagi manajer (Pimpinan) SKPD dalam menjalankan tanggung jawab kinerjanya.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai partisipasi anggaran dan kinerja dilakukan di Kementerian Pertahanan Malaysia (MIDEF) yang dikembangkan oleh Yahya dan Fatima (2008). Kementerian ini merupakan sebuah organisasi mekanistik yang kompleks dan besar dengan struktur administrasi yang birokratis. Thompson (1967), seperti yang dikuti dalam Williams et al. (1990) menantang para peneliti untuk meneliti perilaku anggaran dalam organisasi sektor publik, karena perilaku anggaran mungkin berbeda pada organisasi-organisasi sektor publik dibandingkan dengan perilaku di organisasi yang mencari keuntungan dan kurang birokratis. Lagipula, perilaku anggaran dalam organisasi sektor publik di negara-negara maju mungkin berbeda dengan apa yang di amati di negara berkembang. Selanjutnya, banyak penelitian terdahulu seperti hasil penelitian Brownell (1982), Milani (1975) serta Kenis (1979) mengenai hubungan partisipasi anggaran dan kinerja yang telah memberikan hasil yang bertentangan. Menurut Nouri dan Parker (1998), Temuan yang tidak konsisten mendorong para peneliti menguji variabel-variabel intervensi yang mungkin lebih menjelaskan hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja. Akibatnya, sejumlah variabel intervensi diteliti juga. Demikian halnya, penelitian ini meliputi variabel-variabel intervensi komitmen organisasi dan persepsi inovasi. Penting sekali untuk memahami efek intervensi dari komitmen organisasi terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja. Pengujian persepsi inovasi diperlukan dalam pelayanan sipil Malaysia untuk sebuah budaya yang inovatif pada sektor publik (Yahya dan Fatima 2008).
Penelitian ini berfokus meneliti mengenai partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial khususnya di Pemerintah Kota Surakarta yang merupakan
karesidenan yang membawahi kabupaten-kabupaten di sekitarnya, dengan variabel intervening komitmen organisasi dan persepsi inovasi. Peneliti mereplikasi penelitian terdahulu yang meneliti di organisasi sektor publik Kementerian Pertahanan Malaysia (MIDEF). Akan tetapi, dalam penelitian ini ingin menerapkan di Indonesia khususnya di instansi-instansi Pemerintah Kota Surakarta yang struktur organisasinya birokratis. Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 setiap daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) diharuskan membuat Peraturan Daerah tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai landasan hukum di dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Peraturan tersebut di dukung dengan Permendagri (Peraturan Menteri Dalam Negeri) Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
Pengembangan dari penelitian terdahulu adalah peneliti ingin menerapkan di Pemerintah Kota Surakarta yang sudah diwajibkan menyusun APBD berbasis kinerja yaitu APBD yang penyusunannya harus dengan model anggaran partisipatif. Dengan model APBD berbasis kinerja, struktur kekuasaan (otoritas) penyusunan APBD tidak hanya bergantung pada Kepala Daerah (model terdahulu tersentralisasi), bahkan harus didasarkan pada kekuasaan (otoritas terdesentralisasi) yang lebih bawah, yaitu pimpinan Badan, Dinas, Kantor, dan unit-unit lainnya.. Karena terbukti dari penelitian terdahulu persepsi inovasi manajer tidak menyumbangkan kinerja manajerial yang lebih baik, maka hal ini
memerlukan penelitian lebih lanjut guna mengindentifikasi kemungkinan alasannya.
Ada tiga inovasi yang perlu dilakukan dalam organisasi Pemerintah Daerah, yaitu : (1) inovasi dalam struktur organisasi agar mampu menghasilkan output yang memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat; (2) inovasi untuk mengurangi pengaruh red tape (hambatan birokrasi); dan (3) inovasi dalam pembuatan keputusan.
E. Pengembangan Hipotesis E.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi Beberapa penelitian di bidang akuntansi misalnya Nouri dan Parker, 1996; Chong dan Chong, 2002; Wentzel, 2002 mengemukakan bahwa para manajer tingkat bawah mempunyai informasi yang lebih akurat daripada para atasannya mengenai kondisi-kondisi lokal pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Penelitian ini didasarkan pada gagasan bahwa para manajer bawah (manajer pusat pertanggungjawaban) seringkali memiliki informasi yang lebih baik mengenai level anggaran yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan aktivitas-aktivitas unit organisasinya daripada atasannya (manajer puncak) dalam (Bambang dan Osmad: SNA 10). Oleh karena itu, para manajer bawahan akan berusaha untuk memberikan informasi tersebut ke dalam usulan anggarannya untuk menjamin bahwa mereka memperoleh sumber-sumber yang mencukupi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitasnya
dalam. Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para manajer bawahan berusaha keras mencapai tujuan organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu untuk berbuat bagi kepentingan pribadinya. Selain itu, komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan (Nouri dan Parker, 1996; Chong dan Chong, 2002; Wentzel, 2002). Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula (Randall, 1990) dalam Nouri dan Parker (1998). Berdasarkan temuan penelitian di atas yang menguji hubungan antara partisipasi anggaran dengan variabel komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Berdasarkan hal tersebut, rumusan hipotesis yang akan diuji adalah: H1: Terdapat pengaruh positif dan signifikan partisipasi penyusunan anggaran terhadap komitmen organisasi. E.2 Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Persepsi Inovasi Persepsi para manajer tentang inovasi telah diselidiki dalam beberapa penelitian partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja terbaru. Akan tetapi variabel ini telah dinyatakan secara sedikit berbeda pada masing-masing penelitian tersebut. Subramanian dan Mia (2001) menggunakan istilah orientasi nilai manajer terhadap inovasi. Subramanian dan Ashkanasy (2001) menggambarkannya sebagai “perception of innovation”, sementara sebuah
penelitian yang berikutnya oleh Subramanian dan Mia (2003) menggunakan istilah “manfaat inovasi yang terkait dengan pekerjaan”. Meskipun ada perbedaan pada istilah yang digunakan, makna dan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur konsep ini dalam penelitian partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja tetap sama. Dari ketiga penelitian terkini yang disebutkan di atas, penelitian yang dilakukan oleh Subramanian dan Ashkanasy (2001) merupakan yang paling relevan karena mereka menguji hubungan partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja dengan menggunakan variabel persepsi inovasi. Peneliti tersebut memprediksikan sebuah interaksi tiga arah antara partisipasi anggaran, persepsi inovasi dan perhatian kepada hal-hal kecil, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja manajerial, Yahya dan Fatima (2008). Berdasarkan hal tersebut, rumusan hipotesis yang akan diuji adalah H2: Terdapat pengaruh positif dan signifikan partisipasi penyusunan anggaran terhadap persepsi inovasi. E.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial Ada banyak penelitian kritis mengenai hubungan antara partisipasi dengan anggaran kinerja. Penelitian perintis dalam bidang ini meliputi penelitian yang dilakukan oleh Argyris (1953), Hopwood (1972), Milani (1975) dan Otley (1978). Penelitian-penelitian tersebut terutama berkaitan dengan dampak anggaran terhadap kinerja pekerjaan individu. Penelitian dalam bidang ini meneliti bahwa tekanan untuk memenuhi target anggaran dapat mengakibatkan perilaku disfungsional seperti ketegangan pekerjaan dan
motivasi yang rendah. Perilaku semacam itu, nantinya dapat menghasilkan kinerja individu yang rendah. Hopwood (1972) menemukan sebuah efek serupa dari anggaran terhadap perilaku manajerial pada saat anggaran digunakan untuk mengevaluasi kinerja. Baik Argyris (1953) maupun Hopwood (1972) mengungkapkan bahwa partisipasi anggaran dapat mengurangi dampak dari anggaran yang tidak menguntungkan terhadap kinerja individu. Otley (1978) tidak menemukan bukti untuk mendukung efek negatif anggaran terhadap kinerja. Otley (1978) juga menemukan bahwa penggunaan anggaran tergantung kepada jenis setting lingkungan. Ia menyimpulkan bahwa kinerja manajerial merupakan kesatuan dari seting lingkungan dan mengemukakan penggunaan teori kontingensi sebagai sebuah kerangka untuk penelitian di masa yang akan datang dalam perilaku anggaran. Argumen pokok dari Otley (1978) adalah bahwa partisipasi anggaran mungkin memiliki efek positif maupun negatif terhadap kinerja, yang tergantung kepada jenis seting lingkungan. Hasil yang bertentangan dari penelitian-penelitian partisipasi penyusunan anggaran juga telah membuat para peneliti menyelidiki keberadaan variabel pemoderasi dan intervensi dalam hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja. Berdasarkan hal tersebut, rumusan hipotesis yang akan diuji adalah : H3 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. E.4 Komitmen Organisasi dan Kinerja Manajerial
Komitmen organisasi mencerminkan besarnya keterlibatan individu dalam hal apapun yang dia lakukan. Dengan komitmen organisasi yang tinggi maka individu akan memiliki pandangan positif dan akan berusaha berbuat yang terbaik untuk kepentingan organiasinya. Mowday et al. (1979), mengemukakan bahwa komitmen organisasi merupakan kekuatan relatif identifikasi seseorang serta keterlibatannya pada organisasi tertentu. Seseorang dikatakan memiliki komitmen terhadap organisasi jika: a) percaya dan menerima tujuan dan nilai dalam organisasi, b) rela berusaha mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi, dan c) memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota/ bagian organisasi. Komitmen menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh organisasi (Mowday et al., 1979). Komitmen dibagi menjadi dua yaitu: 1) komitmen internal, berasal dari diri pekerja yang menyelesaikan berbagai tugas, tanggungjawab, dan wewenang berdasarkan pada alasan dan motivasi yang dimiliki, dan 2) komitmen eksternal, dibentuk oleh lingkungan kerja dimana muncul karena adanya tuntutan terhadap penyelesaian tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh para pekerja. Setiap pegawai dalam organisasi harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Seorang yang memiliki komitmen organisasi tinggi akan memberikan upaya yang kuat terhadap keberhasilan organisasi. Sebaliknya, seseorang yang memiliki komitmen organisasi rendah akan memilki upaya yang rendah dalam mencapai tujuan organisasi.
Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam dirinya untuk mengabdi kepada organisasi. Komitmen organisasi yang kuat dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sesuai dengan tujuan dan kepentingan organisasi dan kemauan mengerahkan usaha atas nama organisasi akan meningkatkan kinerja manajerial (Nouri dan Parker, 1998). Penelitian mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja masih sedikit dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Meyer et al.(1989, 1993), dimana penelitian mereka memberikan hasil yang sama yakni terdapat hubungan yang positif antara komitmen organisasi dengan kinerja. Hasil penelitian (Somers dan Birnbaum 1988 dalam Dwianasari 2004) yang menguji komitmen pekerjaan, komitmen karier, dan komitmen organisasi memberi bukti bahwa ketiganya mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kinerja. Sedangkan (Keller 1997 dalam Muhsin 2004) meneliti tentang keterlibatan pekerjaan dan komitmen organisasi sebagai prediksi job performance menunjukkan bahwa komitmen organisasi sebagai salah satu predictor yang baik terhadap kinerja. Berdasarkan hal tersebut, rumusan hipotesis yang akan diuji adalah : H4 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial. E.5 Persepsi Inovasi dan Kinerja Manajerial
Keberadaan Pemerintah Daerah di mana pun juga adalah dimaksudkan untuk menghasilkan output. Output penyelenggaraan pemerintahan oleh daerah adalah berupa percepatan kesejahteraan masyarakat yang dicapai melalui pemberdayaan masyarakat, peran serta masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah. Oleh karena itu inovasi kelembagaan atau inovasi dalam bidang organisasi menjadi penting dalam praktek penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Ada tiga inovasi yang perlu dilakukan dalam organisasi Pemerintah Daerah, yaitu: (1) inovasi dalam struktur organisasi agar mampu menghasilkan output yang memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat, (2) inovasi untuk mengurangi pengaruh red tape (hambatan birokrasi), dan (3) inovasi dalam pembuatan keputusan (www.setneg,go.id). Williams et al. (1990) berpendapat bahwa inovasi juga penting pada sektor publik, karena hal ini meningkatkan kualitas, meningkatkan reputasi suatu departemen dan kinerja organisasi. Akan tetapi, ada keterbatasan bukti empiris yang mendukung pendapat ini. Damanpour et al. (1989) mengkaji hubungan antara inovasi dengan kinerja organisasi. Organisasi yang memiliki tingkat pengadopsian yang tinggi terhadap inovasi administratif maupun teknis akan memiliki kinerja yang lebih tinggi daripada organisasi dengan tingkat pengadopsian yang rendah terhadap inovasi tersebut. Borins (2001) menyelidiki inovasi di organisasi sektor publik, penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar responden percaya bahwa inovasi tergantung kepada kerjasama antar organisasi dan sebuah pendekatan sistem
terhadap penyelesaian masalah. Sebagian besar ide inovasi adalah dari mereka yang muda, terdidik dan proaktif terhadap inovasi. Inovasi sangat penting karena hal itu membantu dalam menyelesaikan masalah dan menangani sumber daya yang terbatas, hal ini juga dapat menghasilkan kinerja yang semakin baik. Berdasarkan hal tersebut, rumusan hipotesis yang akan diuji adalah: H5: Terdapat pengaruh positif dan signifikan persepsi inovasi terhadap kinerja manajerial. F. Pendekatan Kontinjensi Hasil temuan dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial menunjukkan adanya ketidakkonsistenan. Govidarajan (1986) menyarankan bahwa untuk menyelesaikan pertentangan dari berbagai hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kontinjensi (contingency approach). Pendekatan kontijensi memungkinkan variabel-variabel lain menjadi faktor moderating dan intervening mempengaruhi partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial (Brownell 1982a, Murray 1990, Shield dan Young 1993). Menurut Murray (1990), faktor moderating adalah faktor atau variabel yang mempengaruhi hubungan antara dua variabel, sedangkan faktor intervening adalah faktor atau variabel yang dipengaruhi oleh suatu variabel dan mempengaruhi variabel lainnya. G. Kerangka Hipotesis
Para manajer yang berpartisipasi dalam proses anggaran akan memiliki persepsi inovasi yang tinggi dan hal ini juga akan melahirkan kinerja manajerial yang semakin baik. William et al. (1990) menemukan hasil yang serupa pada sektor publik yang menguji hubungan antara partisipasi anggaran dengan inovasi. Dalam konteks penelitian ini, inovasi sulit untuk diukur di Pemerintah Kota Surakarta karena merupakan sebuah organisasi mekanistik, maka inovasi dapat dianggap relatif rendah dibandingkan dengan organisasi swasta. Meskipun demikian, karena ada langkah-langkah baru yang diambil oleh Pemerintah Kota Surakarta guna memfasilitasi inovasi, persepsi inovasi manajer dapat memberikan gambaran yang berbeda. Memperbolehkan partisipasi anggaran akan menanamkan persepsi manajer bahwa mereka inovatif karena ide-ide mereka tampaknya dihargai oleh organisasi. Persepsi semacam itu menjadi ramalan yang lengkap dan mengaktualisasi dalam kinerja manajer. Singkatnya, hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial dimediasi oleh komitmen organisasi dan persepsi inovasi.
Komitmen Organisasi H1
H4
H3 Partisipasi Penyusunan Anggaran
Kinerja Manajerial
H2
H5
Gambar 1: Kerangka penelitian pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial: komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening.
BAB III METODA PENELITIAN
A. Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dengan pendekatan structural equation modelling (SEM), dimana jumlah sampel yang memenuhi tidak dapat ditentukan sebelum dilakukan analisis uji kecukupan sampel, maka jumlah sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah 100 hingga 200 sampel atau 5 kali parameter variabel latent yang digunakan (Ferdinand, 2006 : 46). Jumlah indikator yang digunakan adalah 30 item. Sehingga jumlah sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah 30 x 5 = 150. Supaya lebih aman, maka pengambilan sampel yang diambil sebanyak 200 responden. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel sebanyak 200 responden yang menjadi manajer tingkat menengah dan tingkat bawah dari Pemerintah Kota Surakarta yaitu pejabat setingkat Kepala, Kepala bagian/bidang/subdinas dan Kepala subbagian/subbidang/seksi dari Badan, Dinas dan Kantor pada Pemerintah Kota Surakarta. Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti melakukan penyebaran kuesioner, yaitu memberikan daftar pernyataan kepada responden dan responden memilih beberapa alternatif jawaban yang sudah tersedia. Pengisian kuesioner 36 akan didampingi oleh peneliti untuk memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer melalui
metode survey. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagikan kuesioner langsung kepada responden, agar tingkat pengembalian kuesioner (rate response) besar. Instansi Pemerintah Daerah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Pelayanan paling mendasar yang diberikan oleh Pemerintah Daerah antara lain kesehatan, pendidikan, perhubungan yang hal tersebut merupakan pondasi dasar untuk membangun perekonomian dan masyarakat di daerah. Pertimbangan pertama, responden penelitian ini merupakan manajer tingkat menengah dan tingkat bawah dari Pemerintah Daerah yaitu pejabat setingkat kepala, Kepala bagian/bidang/subdinas dan Kepala subbagian/subbidang/seksi dari Badan, Dinas dan Kantor pada Pemerintah Kota Surakarta. Pemilihan Badan, Dinas dan Kantor dilakukan dengan alasan yaitu instansi tersebut merupakan satuan kerja pemerintah, yang berarti menyusun, menggunakan dan melaporkan realisasi anggaran atau sebagai pelaksana anggaran dari Pemerintah Daerah (Abdullah, 2004). Pertimbangan kedua adalah manajer tingkat atas pada Pemerintah Daerah tidak termasuk dalam responden penelitian ini. Bupati atau walikota merupakan jabatan politis yang dipilih melalui DPRD dan partai politik pada kurun waktu tertentu. Pertimbangan ketiga adalah pejabat struktural pada satuan kerja Sekretariat Daerah tidak termasuk sebagai responden. Hal ini dengan pertimbangan yaitu Sekretariat Daerah tidak berhubungan secara langsung dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dibandingkan badan/dinas/kantor (Darma, 2004).
Pengambilan dinas/badan/kantor sebagai obyek penelitian dikarenakan dinas/badan/kantor mempunyai tugas berat khususnya dalam rangka memberikan kontribusi terhadap Pemerintah Daerah untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai obyek penelitian Pemerintah Kota Surakarta badan/kantor/dinas sesuai Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 terdiri dari : Dinas Daerah, yang terdiri dari : 1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; 2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 4. Dinas Perhubungan; 5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 6. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 7. Dinas Pekerjaan Umum; 8. Dinas Tata Ruang Kota; 9. Dinas Kebersihan Dan Pertamanan; 10. Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); 11. Dinas Perindustrian Dan Perdagangan; 12. Dinas Pengelolaan Pasar; 13. Dinas Pertanian; 14. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; 15. Dinas Komunikasi dan Informatika. Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari : 1. Inspektorat;
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 3. Badan Kepegawaian Daerah; 4. Badan Lingkungan Hidup; 5. Badan
Pemberdayaan
Masyarakat,
Pemberdayaan
Perempuan,
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana; 6. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; 7. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah; 8. Kantor Ketahanan Pangan; 9. Kantor Penanaman Modal; 10. Rumah Sakit Umum Daerah. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu; Satuan Polisi Pamong Praja; Kecamatan-Kecamatan; Kelurahan-Kelurahan.
B. Definisi Operasional dan Pengukuran variabel Kuesioner dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan demografi. Bagian-bagian yang tersisa direplikasi dari penelitian sebelumnya dan partisipasi anggaran, organisasi komitmen, persepsi inovasi dan kinerja manajerial yang diukur. Sub bagian berikut ini menjelaskan pengukuran masing-masing variabel. B.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran (Budget Participation)
Partisipasi anggaran. Partisipasi anggaran adalah berhubungan dengan luasnya manager terlibat dan memiliki pengaruh dalam penentuan anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan dihargai atas pencapaian target anggaran mereka (Brownell, 1982). Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislatif dan masyarakat bekerja sama dalam pembuatan anggaran. Instrumen enam item pernyataan yang dikembangkan oleh Milani (1975) dan Parker dan Kyj (2006) yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggaran. Tujuan instrumen ini adalah untuk meneliti tingkat partisipasi dan pengaruh manajer dalam aktivitas penetapan anggaran inti. Para responden diminta untuk menilai respon mereka pada skala likert lima poin, yang berkisar antara “1” (partisipasi rendah) sampai “5” (partisipasi tinggi). Sebuah pertanyaan sampel untuk skala ini adalah: “Seberapa sering anda menyatakan permintaan, opini, dan/atau saran tentang anggaran kepada atasan anda tanpa ditanya?” B.2 Komitmen Organisasi Komitmen organisasi. Komitmen organisasi adalah ikatan keterkaitan individu dengan organisasi (Mathieu dan Zajac, 1990 dalam Supriyono, 2003) sehingga individu tersebut merasa “memiliki” organisasinya. Walaupun tidak ada penelitian terbitan saat ini, yang secara khusus terfokus kepada organisasi komitmen pada proses penetapan anggaran di sektor publik, namun penelitian yang dilakukan oleh Dick dan Metcalfe (2001) memberikan suatu wawasan mengenai peran organisasi komitmen secara umum pada sektor publik. Mereka melakukan sebuah survey terhadap para petugas polisi dan staf sipil. Hasilnya mengungkapkan bahwa organisasi komitmen berkaitan erat dengan kinerja
individu. Skala sembilan pernyataan yang dikembangkan oleh Parker dan Kyj (2006) digunakan untuk menguji seberapa besar komitmen manajer terhadap organisasinya. Skala tipe likert lima point berkisar antara “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju). Sebuah pertanyaan sampel adalah “Bagi saya ini adalah yang terbaik dari semua organisasi tempat bekerja” dan “organisasi ini benar-benar sangat mengilhami saya dalam kaitannya dengan hasil pekerjaan”. B.3 Persepsi Inovasi Persepsi manajer tentang inovasi. Pengertian inovasi di sini mulai dari perubahan-perubahan kecil hingga perubahan radikal yang sama sekali baru. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikembangkan oleh O’Reilly, Chatman dan Caldwell (1991) memberikan dasar untuk memahami persepsi manajer tentang budaya organisasi. Untuk penelitian ini, inovasi dan perhatian terhadap hal-hal kecil merupakan dimensi dua fokus budaya organisasi, karena mereka menggambarkan komponen-komponen yang kritis dari strategi dan praktek manajerial modern, termasuk perbaikan yang terus menerus, penetapan anggaran yang fleksibel, dan manajemen kualitas total. Persepsi inovasi manajer diukur melalui enam pernyataan yang diadaptasi dari Penelitian O’Reilly et al. (1991), Windsor dan Ashkanasy (1996) serta Subramaniam dan Mia (2001). Pernyataanpernyataan tersebut terdiri atas soal-soal mengenai inovasi, kesempatan, percobaan/experiment, pengambilan resiko, berhati-hati dan orientasi terhadap aturan-aturan. Dengan menggunakan skala likert lima poin yang berkisar dari “1” (tidak sama sekali) sampai “5” (sangat besar). B.4 Kinerja Manajerial
Kinerja merupakan kontribusi yang diberikan anggota organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengetahui tingkat kinerja, perlu diketahui faktor-faktor yang dapat diukur dari seseorang dalam menjalankan tugas/pekerjaannya (Johns, 1996 dalam Vebyana Siegers, 2004). Kinerja dalam penelitian ini adalah persepsi para manajer tentang kegiatan manajerial, yang terdiri dari sembilan dimensi kegiatan yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, penentuan staf, negosiasi, perwakialan, serta kinerja secara keseluruhan. (Mahoney et al., 1963) Kinerja manajerial diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Parker dan Kyj (2006). Sembilan pernyataan digunakan untuk mengukur kinerja manajerial dengan menggunakan skala likert, yang berkisar dari “1” (sangat rendah) sampai “5” (sangat tinggi). C. Pengujian Reliabilitas dan Validitas Pengujian reliabilitas dan validitas dilakukan untuk menunjukkan tingkat reliabilitas dan kevalidan instrument-instrument yang digunakan dalam penelitian ini. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil/pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Estimasi reliabilitas variabel dalam penelitian ini menggunakan koefisien cronbach’s alpha menurut Hair et al. (1998). Suatu variabel dikatakan reliable jika Cronbach Alpha ( a ) > 0,60 (Sekaran, 2006 : 182). Uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa valid instrument yang digunakan. Menurut Hair et al. (1998) validitas berkenaan dengan seberapa baik
suatu konsep/konstruk dapat didefinisikan oleh suatu ukuran. Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan confirmatory factor analysis (CFA). Pengujian CFA ini dilakukan untuk menduga apakah instrumentinstrument tersebut merupakan kesatuan alat ukur yang mengukur konstruk yang sama. Masing-masing factor loading yang diestimasi dari suatu item lebih besar dari 0,50 dan signifikan pada taraf signifikan yang telah ditetapkan. D. Analisis Data Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Struktural Equation Modelling (SEM). SEM dilakukan dengan menggunakan AMOS 6. Alat analisis ini mempunyai kemampuan untuk menggabungkan measurement model dan structure model secara simultan dan efisien (Hair et al., 1998). Penelitian SEM berguna untuk penelitian yang dilakukan terhadap hubungan variabel dependen terhadap variabel independen, dimana variabel dependen juga berkedudukan menjadi variabel independen pada hubungan yang lain. Analisis SEM yang akan direncanakan digunakan untk menguji kelima hipotesis dalam penelitian ini. SEM merupakan pengimbang dari teknik analisis statistic multivariate, khususnya analisis regresi ganda/path analysis dan analisis faktor, sehingga cocok digunakan pada kajian mengenai hubungan antara konstruk laten (unobserved) dalam model yang melibatkan variabel intervening. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengujian ini adalah: 1. Uji Kecukupan Sampel
Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam model ini minimum berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi untuk setiap parameter estimasi (Ferdinand, 2006: Hair et al, 1998). 2. Uji Normalitas Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik (Ferdinand, 2006 : 54). Dalam Hair et al (1998) disebutkan SEM terutama bila diestimasi dengan maximum likelihood estimation technique mensyaratkan sebaiknya asumsi normalitas pada data dipenuhi. Nilai statistik untuk menguji normalitas disebut z value (Critical Ratio atau C.R pada output AMOS 6) dari ukuran skewness dan kurtosis sebaran data. Bila nilai C.R lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 1% yaitu sebesar
± 2.58. 3. Uji Outliers Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariate dan multivariate yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2006 : 59). Dalam analisis
( )
multivariate adanya outlier dapat diuji dengan statistik chi square c 2 terhadap nilai mahalanobis distance squared pada tingkat signifikansi
0.001 dengan tingkat degree of freedom sejumlah pola yang digunakan dalam penelitian (Hair et al., 1998).
4. Uji Goodness-of-Fit Model Struktural a. χ2 Chi Square Statistic Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan apabila nilai chi-square statistiknya rendah. Semakin kecil nilai chisquare-nya semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10 (Hullad et al, dalam Ferdinand 2006). b. RMSEA. The Rool Mean Square Error of Approximation Nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi (Hair et al., 1998). Nilai RMSEA yang lebih kecil dari 0,08 merupakan indeks dapat diterimanya sebuah model.
c. GFI- good of fit index GFI adalah sebuah ukuran non ststistik yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”. d. AGFI- adjusted goodness- of – fit indeks AGFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Fit indeks ini dapat disesuaikan dengan degree of freedom yang tersedia untuk
menguji diterima/ditolaknya suatu model . Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan 1 atau lebih besar dari 0,90 (Hair et al., 1998). e. CMIN/DF- the minimum sample discrepancy fuction CMIN dibagi dengan degree of freedom- nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF sehingga disebut χ2 – relatif. Nilai χ2 relatif kurang dari 2 atau kadang kurang dari 3 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. f. TLI- tucker lewis index TLI adalah sebuah alternative incremental fit indeks yang membandingkan sebuah model yang dibagi terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0.95 (Hair et al, 1998) dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit. g. CFI- comparative fit index Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, imana semakin mendekati 1 mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95. Keunggulan indeks ini adalah besaran indeks tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel. Karena itu sangat baik untiuk mengukur
tingkat penerimaan sebuah model (Hulland et al, dalam Ferdinand 2006). Ringkasan dalam tabel: Goodness of Fit indeks 2 c - Chi Square Probabilitas CMIN/df GFI AGFI TLI CFI RMSEA Ferdinand, 2006
Nilai yang Diharapkan Diharapkan kecil > 0,05 <2/<3 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≤ 0,08
E. Pengujian Hipotesis Setelah model dinyatakan fit atau diterima secara statistik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan AMOS 6 untuk menganalisis hubungan di antara variabel. SEM juga dapat mengestimasi nilai-nilai path dari setiap hubungan variabel. Dengan menggunakan analisis SEM, hipotesis dalam studi ini dapat diuji dengan melihat nilai probability yang ditunjukkan oleh output AMOS 6. Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kausalitas antar variabel dilakukan dengan uji satu sisi pada tingkat signifikansi sebesar 1%, 5%, dan 10%. Hal ini didasarkan pada pernyataan Hair et al (1998) yang menyebutkan bahwa penentuan nilai kritis tergantung pada penentuan teoritis mengenai hubungan yang diprediksi.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan pembahasannya. Penjelasan pada bab ini akan difokuskan pada 4 sub bahasan, yaitu: analisis statistik deskriptif, analisis instrumen penelitian, analisis data penelitian (analisis model struktural), dan analisis hipotesis serta pembahasannya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai analisis statistik deskriptif. A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan responden terhadap item-item pertanyaan dalam kuesioner. Jumlah responden yang diteliti untuk pengisian kuesioner adalah 200 sampel. Responden dalam penelitian ini merupakan manajer tingkat menengah dan tingkat bawah dari Pemerintah Kota yaitu pejabat setingkat Kepala, Kepala bagian/bidang/subdinas dan Kepala subbagian/subbidang/seksi dari Badan, Dinas dan Kantor pada Pemerintah Kota Surakarta. Sampel yang berhasil terkumpul hingga batas akhir pengujian adalah 167 data sampel, karena setelah dicek kembali ada 33 data sampel yang datanya tidak bisa diolah karena tanggapan atas kuisoner tidak lengkap,. Data berasal dari 84 SKPD dengan tingkat pengembalian kuisioner adalah 82,5% (75 dari 84 yang ditargetkan). Kuisioner itu sendiri diisi oleh pejabat pengguna anggaran atau pejabat yang dikuasakan oleh pejabat pengguna anggaran yang memahami anggaran berbasis kinerja yang mereka terapkan pada masing-masing Satuan Kerja 49 Perangkat Daerah Pemerintah Kota Surakarta.
A.1 Karakeristik Responden Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik responden, yang meliputi jenis gender, umur, jabatan, lama menjabat, pendidikan terakhir dan latar belakang pendidikan yang disajikan pada tabel IV.1, IV.2, 1V.3, IV.4, IV.5, IV.6 berikut ini: Tabel IV.1 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin/Gender Jenis Kelamin Jumlah Responden Laki-laki 102 Perempuan 65 TOTAL 167
Prosentase 61,1% 38,9% 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Tabel IV.1 di atas menunjukkan bahwa dari 167 responden, 102 atau 61,1% berjenis kelamin laki-laki dan 65 atau 38,9% berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebanyakan responden dalam penelitian ini adalah laki-laki.
Tabel IV.2 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Umur Umur
Jumlah Responden
Prosentase
20-29 tahun
31
18,6%
30-39 tahun
62
37,1%
40-49 tahun
61
36,5%
>50 tahun
13
7,8%
TOTAL
167
100%
Sumber : Data primer yang diolah$, 2009
Berdasarkan Tabel IV.2 di atas dapat diketahui bahwa umur responden 2029 tahun berjumlah 31 orang (18,6%), umur 30-39 tahun berjumlah 62 orang (37,1%), umur 40-49 tahun berjumlah 61 orang (36,5%), dan umur > 50 tahun berjumlah 13 orang (7,8%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah umur berkisar dari 30-39 tahun.
Jabatan
Tabel IV.3 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jabatan Jumlah Responden
Prosentase
Kepala
29
17,4%
Kabag/bidang/subdinas
77
46,1%
Kasubag/subbidang/seksi
61
36,5%
TOTAL
167
100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel IV.3 di atas dapat diketahui bahwa jabatan responden sebagai Kepala berjumlah 29 orang (17,4%), Kepala bagian/bidang/subdinas berjumlah 77 orang (46,1%), dan Kepala subbagian/subbidang/seksi berjumlah 61 orang (36,5%) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah dari jabatan Kepala bagian/bidang/subdinas. Tabel IV.4 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Lama Menjabat Lama Menjabat <10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun >30 tahun TOTAL
Jumlah Responden 41 51 60 15 167
Prosentase 24,6% 30,5% 35,9% 9,0% 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel IV.4 di atas dapat diketahui bahwa lama menjabat responden mulai <10 tahun berjumlah 41 orang (24,6%), 11-20 tahun berjumlah 51 orang (30,5%), 21-30 tahun berjumlah 60 orang (35,9%), dan > 30 tahun berjumlah 15 orang (9,0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah dari lama menjabat berkisar dari 21-30 tahun.
Tabel IV.5 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir
Jumlah Responden
Prosentase
Diploma
22
13,2%
S1
98
58,7%
S2
47
28,1%
TOTAL
167
100%
Sumber : Data primer yang diolah,2009
Berdasarkan Tabel IV.5 di atas dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir responden mulai diploma berjumlah 22 orang (13,2%), S1/sarjana berjumlah 98 orang (58,7%), S2/magister berjumlah 47 orang (28,1%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah dari pendidikan terakhir adalah S1/sarjana. Tabel IV.6 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Latarbelakang Pendidikan
Latarbelakang Pendidikan
Jumlah Responden
Prosentase
Ekonomi
21
12.6 %
Teknik
23
13.8 %
Sastra
21
12.6 %
Sosial
33
19.8 %
Hukum
24
14.4 %
Psikologi
21
12.6 %
Lainnya
24
14.4 %
167
100 %
Tabel IV.6 (Lanjutan)
TOTAL Sumber : Data primer yang diolah,2009
Berdasarkan Tabel IV.6 di atas dapat diketahui bahwa
latarbelakang
pendidikan responden jurusan ekonomi berjumlah 21 orang (12,6 %), teknik berjumlah 23 orang (13,8 %), sastra berjumlah 21 (12,6 %), sosial berjumlah 33 orang (19,8 %), hukum berjumlah 24 orang (14,4 %), psikologi berjumlah 21 orang (12,6 %), dan lainnya berjumlah 24 orang (14,4 %). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah dari
latarbelakang
pendidikan adalah sosial. A.2 Tanggapan Responden Terhadap Kuesioner Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti ini nampak pada jawaban responden. Dalam analisis ini akan diuraikan mengenai kecenderungan pendapat dan tanggapan dari masing-masing pejabat setingkat Kepala, kepala bagian/bidang/subdinas dan kepala subbagian/subbidang/seksi
pada Badan, Dinas dan Kantor yang ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Surakarta selaku responden penelitian ini. Karena kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, maka data informasi dan keterangan yang diberikan responden harus dikuantitatifkan dengan menggunakan format alternatif jawaban dengan likert 5 poin. Pernyataan-pernyataan responden mengenai variabel penelitian dapat dilihat pada jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti. a.
Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 167 responden terhadap item pernyataan partisipasi penyusunan anggaran. Sebanyak enam item instrumen pernyataan yang dikembangkan Milani (1975) digunakan untuk mengukur partisipasi anggaran. Menurut tanggapan responden terhadap partisipasi penyusunan anggaran mengemukakan bahwa tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran sangat baik. Ini dapat dilihat dari tabel IV.7 rata-rata responden menjawab tinggi dan sangat tinggi. Maka dapat disimpulkan perhatian atasan terhadap aspirasi bawahan untuk partisipasi penyusunan anggaran lebih memungkinkan bawahan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang dapat mereka capai. Dari data kuesioner dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel 1V.7 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran Sumber : Data primer yang diolah, 2009 1= partisipasi sangat rendah, 2= rendah, 3= agak tinggi, 4= tinggi, 5= partisipasi sangat tinggi Mean 1.
STD
Saya sering terlibat dalam penyusunan anggaran pada organisasi ini.
Jumlah 3,72
1,101
Persentase (%) 2.
Saya sering memberikan revisi pada anggaran yang dibuat dengan alasan yang masuk akal.
3,21
1,366
Persentase (%) 3.
Jumlah Jawaban Responden
Pernyataan
No
Saya sering memberikan pendapat atau usulan tentang anggaran ke atasan tanpa diminta
3,29
1,332
Persentase (%) 4.
Saya memberikan banyak input/masukan yang tercermin dalam penyusunan anggaran final Presentase (%)
3,41
5.
Saya memandang kontribusi saya terhadap anggaran sangat penting. Presentase (%)
3,52
6.
3,51
Atasan saya sering meminta usulan pendapat atau usulan dalam penyusunan organisasi Presentase (%)
b.
1,213
1,181
1,236
SR 3
R 22
AT 46
T 43
ST 53
167
1,8
13,2
27,5
25,7
31,7
100
26
22
51
27
41
167
15,6
13,2
30,5
16,2
24,6
100
22
24
44
37
40
167
13,2
14,4
26,3
22,2
24,0
100
14
24
45
48
36
167
8,4
14,4
26,9
28,7
21,6
100
10
23
46
46
42
167
6
13,8
27,5
27,5
25,1
100
14
20
43
46
44
167
8,4
12,0
25,7
27,5
26,3
100
Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Komitmen Organisasi. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 167 responden terhadap item pernyataan komitmen organisasi. Sebanyak 9 item instrumen pernyataan dikembangkan oleh Parker dan Kyj (2006) yang digunakan untuk menguji seberapa besar komitmen manajer terhadap organisasinya. Menurut tanggapan responden pada tabel IV.8 rata-rata responden menjawab
pernyataan komitmen organisasi dengan jawaban setuju dan sangat setuju ini membuktikan bahwa komitmen organisasi mendorong seseorang untuk berperilaku positif, disiplin dalam bekerja, menaati kebijakan dan peraturan organisasi, menjalin hubungan baik dengan rekan kerja serta meningkatkan prestasi kerja. Dari data kuesioner dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item pernyataan adalah sebagai berikut: Tabel 1V.8 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Komitmen Organisasi Mean No
Pernyataan
1.
Saya berkeinginan memberikan segala upaya yang ada untuk membantu keberhasilan instansi ini.
4,24
STD
0,785
Presentase (%) 2
Saya membicarakan instansi ini kepada teman-teman saya sebagai suatu organisasi yang baik untuk bekerja.
Presentase (%) 3. Kepedulian saya terhadap masa depan organisasi tempat saya bekerja sangat besar.
Jumlah Jawaban Responden STS TS Netral S
SS
Jumlah
0
6
18
73
70
167
0
3,6
10,8
43,7
41,9
100
4,04
0,946
1
13
26
65
62
167
3,78
0,894
0,6 0
7,8 16
15,6 41
38,9 74
37,1 36
100 167
0
9,6
24,6
44,3
21,6
100
Tabel IV.8 (Lanjutan) Presentase (%) 4.
Saya akan menerima hampir setiap jenis penugasan pekerjaan agar selalu bekerja pada instansi ini. Presentase (%) 5. Saya menemukan bahwa sistem nilai (value) saya sama dengan sistem nilai (value) organisasi ini. Presentase (%) 6. Saya bangga mengatakan pada orang lain bahwa saya bekerja pada instansi ini. Presentase (%)
4,05
0,856
0
11
24
78
54
167
4,24
0,722
0 0
6,6 0
14,4 28
46,7 71
32,3 68
100 167
4,08
0,807
0 0
0 7
16,8 27
42,5 79
40,7 54
100 167
0
4,2
16,2
47,3
32,3
100
7.
4,05
0
5
35
74
53
167
0
3,0
21,0
44,3
31,7
100
Instansi ini memberikan peluang yang terbaik bagi saya dalam meningkatkan kinerja organisasi
Presentase (%)
0,805
8.
Saya merasa pilihan saya bekerja pada instansi ini sangat tepat dibandingkan dengan organisasi lain yang sudah saya pertimbangkan sebelumnya
Presentase (%) 9. Bagi saya instansi ini adalah yang terbaik dari semua kemungkinan organisasi yang dipilih untuk bekerja.
3,87
0,997
2
18
29
69
49
167
3,85
0,967
1,2 2
10,8 11
17,4 47
41,3 57
29,3 50
100 167
1,2
6,6
28,1
34,1
29,9
100
Presentase (%)
Sumber : Data primer yang diolah, 2009 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= netral, 4= setuju, 5= sangat setuju
c. Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Persepsi Inovasi Deskripsi tanggapan responden sebanyak 167 responden terhadap item pernyataan persepsi inovasi. Sebanyak 6 item pernyataan tentang persepsi inovasi manajer yang diadaptasi dari penelitian O’Reilly et al. (1991) dan Windsor dan Ashkanasy (1996) serta Subramaniam dan Mia (2001). Para responden diminta untuk mengindikasikan seberapa besar mereka menganggap dirinya inovatif. Menurut tanggapan responden pada tabel IV.9 rata-rata responden menjawab pernyataan persepsi inovasi dengan jawaban besar dan sangat besar. Jadi bisa disimpulkan persepsi inovasi pada responden merupakan penerapan ide-ide baru dalam implementasi, dicirikan oleh perubahan langkah yang cukup besar, berlangsung cukup lama dan berskala cukup umum sehingga dalam proses implementasinya berdampak cukup besar terhadap perubahan organisasi dan tata hubungan organisasi. Responden menggambarkan komponen-komponen yang kritis dari strategi dan praktek manajerial modern yang diterapkan, termasuk perbaikan yang terus menerus, penetapan anggaran yang fleksibel, dan manajemen kualitas total. Dari data kuesioner dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel 1V.9 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Persepsi Inovasi Mean No 1.
STD
Pernyataan Inovatif, Saya sering menciptakan ide-ide baru untuk instansi ini.
3,88
0,856
Presentase (%) 2.
Kesempatan, Saya cepat dalam mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada.
3,47
1,298
Presentase (%) 3.
Percobaan, Saya memiliki suatu kemauan untuk mencoba/berexperiment dengan ide/gagasan baru.
3,80
0,933
Presentase (%)
Jumlah Jawaban Responden TSS 1
R
Jumlah
7
AB 45
B 72
SB 42
167
0,6
4,2
26,9
43,1
25,1
100
24
11
31
65
36
167
14,4
6,6
18,6
38,9
21,6
100
4
8
44
72
39
167
2,4
4,8
26,3
43,1
23,4
100
2
12
49
71
33
167
1,2
7,2
29,3
42,5
19,8
100
0
8
33
66
60
167
0
4,8
19,8
39,5
35,9
100
0
6
30
78
53
167
0
3,6
18,0
46,7
31,7
100
Tabel IV. 9 (Lanjutan) 4.
Pengambilan resiko, Saya berani mengambil resiko terhadap keputusan-keputusan yang sudah saya tetapkan.
3,72
0,903
Presentase (%) 5.
Berhati- hati, Saya akan berhati-hati dengan keputusan- keputusan yang saya ambil.
4,07
0,856
Presentase (%) 6.
Orientasi terhadap aturan, Dalam menetapkan ide-ide baru saya senantiasa berpegang teguh terhadap aturan-aturan yang berlaku, misal: Sesuai dengan bidang pekerjaan, sesuai dengan anggaran , sesuai dengan PERDA. Presentase (%)
4,07
0,800
Sumber : Data primer yang diolah, 2009 1= Tidak sama sekali, 2= Rendah, 3= agak besar, 4= besar, 5= sangat besar
d. Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Kinerja Manajerial Deskripsi tanggapan responden sebanyak 167 responden terhadap item pernyataan kinerja manajerial. Kinerja manajerial diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Parker dan Kyj (2006). Sebanyak 9 item pernyataan digunakan untuk mengukur kinerja manajerial. Para responden diminta untuk mengevaluasi kinerja mereka pada sembilan dimensi kinerja yaitu
perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, kepegawaian/pengaturan staff, negosiasi, representasi dan seluruh kinerja mereka yang dirasakan. Menurut tanggapan responden pada tabel IV.10 ratarata jawaban responden tinggi dan sangat tinggi ini membuktikan bahwa mereka mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik pada organisasi yang dikelolanya karena sudah mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Mereka menilai bahwa kinerja manajerial merupakan faktor yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Tabel 1V.10 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Manajerial No
Pernyataan
1.
Mean
STD
ST 50
1,8
10.2
25,1
32,9
29,9
100
Jumlah
Perencanaan, misal: menentukan tujuan dan kebijakan, penjadwalan kerja, penyusunan anggaran, merancang prosedur, pemograman Persentase (%)
3,79
2
Investigasi, misal: mengumpulkan dan menyiapkan informasi berbentuk catatan/laporan/rekening, menentukan persediaan kantor, analisis pekerjaan Presentase (%) 3. Koordinasi, misal: tukar menukar informasi dengan pihak dari bagian lain untuk menyesuaikan program Presentase (%)
4,03
0,810
0
9
25
85
48
167
3,80
0,926
0 0
5,4 20
15,0 31
50,9 78
28,7 38
100 167
0
12,0
18,6
46,7
22,8
100
4.
3,81
1
15
37
76
38
167
0,6
9,0
22,2
45,5
22,8
100
Evaluasi, misal: penilaian pegawai, penilaian hasil/ laporan kerja pegawai
1,040
Jumlah Jawaban Responden SR R AT T 3 17 42 55
0,911
Presentase (%) 5.
Pengawasan,misal:mengarahkan/memimpin dan, mengembangkan bawahan, membimbing, melatih, dan menjelaskan peraturan kerja kepada bawahan, memberikan tugas pekerjaan.
Presentase (%) 6. Penentuan staf, misal: mempertahankan angkatan kerja, turut berperan (minimal dapat berupa usulan) dalam merekrut/ mewawancarai (memilih pegawai baru dan menempelkan/ mempromosikan/ memutasi pegawai Presentase (%) 7. Negosiasi, misal: dalam pembelian/penjualan (jika ada), melakukan kontrak untuk barang/jasa/kegiatan, menghubungi/ tawar menawar dengan wakil dari pihak lain secara individu/ kelompok
167
3,91
0,835
0
12
30
86
39
167
3,73
0,966
0 4
7,2 15
18,0 37
51,5 77
23,4 34
100 167
3,83
0,889
2,4 2
9,0 12
22,2 34
46,1 83
20,4 36
100 167
Presentase (%)
1,2
7,2
20,4
49,7
21,6
100
3
14
38
76
36
167
1,8
8,4
22,8
45,5
21,6
100
4
17
41
44
61
167
2,4
10,2
24,6
26,3
36,5
100
Tabel IV.10 (Lanjutan) 8.
Perwakilan, misal: menghindari pertemuan dengan kantor lain, pertemuan dengan perkumpulan rekanan, mengisi sambutan dalam acara kemasyarakatan, melakukan pendekatan dengan masyarakat, mempublikasikan tujuan umum kantor. Presentase (%)
3,77
9.
3,84
Penilaian kinerja manajerial secara menyeluruh untuk instansi ini.
0,944
1,103
Presentase (%)
Sumber : Data primer yang diolah, 2009 1= sangat rendah, 2= rendah, 3= agak tinggi, 4= tinggi,5= sangat tinggi
B. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menjelaskan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dianggap memiliki validitas tinggi jika dapat memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan tujuannya. Pengujian validitas dilakukan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading yang ≥ 0,50 (Hair et al., 1998). Confirmatory Factor Analysis (CFA) harus dipenuhi, karena merupakan salah satu syarat untuk dapat menganalisis model dengan Structural Equation Modelling (SEM). Pada pengujian semua variabel melalui confirmatory factor analysis, menunjukkan convergent validity yang dapat diterima bila semua item mempunyai factor loading ≥ 0,50. Adapun hasil pengujian validitas dengan faktor analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.11 Hasil Uji Validitas Awal
Rotated Component Matrix Component 1
Sumber: Data
PPA1 PPA2 PPA3 PPA4 PPA5 PPA6 KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 PI1 PI2 PI3 PI4 PI5 PI6 KM1 KM2 KM3 KM4 yang primer KM5 KM6 KM7 KM8 KM9
2
3
4
.772 .809 .873 .862 .794 .886 .680 .566 .588 .542 .668 .513 .736 .667 .699 .641 .614 .551 .544 .717 .669 .539 .712 .512 .694 .616 .650
diolah, 2009
Hasil analisis pada Tabel IV.12 dibawah ini menunjukkan bahwa ada 5 item pernyataan yang belum valid yaitu KO4, KO5, PI2, KM1, dan KOM9. Analisis faktor dilakukan kembali dengan menghilangkan 5 item pernyataan tersebut. Hasil analisis pada Tabel IV.12 menunjukkan bahwa semua item pernyataan dinyatakan valid, karena setiap item pernyataan yang menjadi indikator masing-masing variabel telah ekstrak secara sempurna dan mempunyai factor loading ≥ 0,50.
Tabel IV.12 Hasil Uji Validitas Akhir Rotated Component Matrix Component 1 PPA1 PPA2 PPA3 PPA4 PPA5 PPA6 KO1 KO2 KO3 KO6
2
3
.779 .830 .861 .872 .809 .861 .683 .589 .604 .686
4
Sumber: Data primer yang diolah, 2009
2.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk menjelaskan kekonsistenan hasil
pengukuran bila dilakukan dua kali pengukuran atau lebih terhadap gejala yang sama. Hasilnya ditunjukkan oleh sebuah indeks yang menunjukkan tingkat keandalan alat ukur. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha Cronbach dengan menggunakan program komputer SPSS 11.5. Jika nilai alpha dari tiap variabel di atas 0,6 maka dapat dikatakan variabel yang diuji telah memenuhi syarat reliabilitas (Sekaran, 2006 : 182). Pengujian reliabilitas pada tiap variabel dalam penelitian ini ditunjukkan oleh tabel IV.13. Tabel IV.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach's Alpha
Partisipasi penyusunan anggaran (PPA) Komitmen organisasi (KO) Persepsi inovasi (PI) Kinerja manajerial (KM)
0,9303 0,7967 0,6228 0,7731
Sumber: Data primer yang diolah, 2009
Tabel IV.13 menunjukkan bahwa nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,9303 mengindikasi bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran memiliki
nilai yang reliabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel ini mempunyai konsistensi internal yang tinggi. Variabel komitmen organisasi m€emiliki koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,7967, mengindikasi bahwa variabel ini mempunyai nilai yang reliabel. Dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas teknis mempunyai konsistensi internal yang tinggi. Hasil pengujian menjelaskan bahwa variabel persepsi inovasi memiliki koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,6228. Hal ini mengindikasi variabel ini mempunyai nilai yang reliabel. Dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas fungsional mempunyai konsistensi internal yang tinggi. Variabel kinerja manajerial memiliki koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,7731, mengindikasi variabel ini mempunyai nilai yang reliabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel kepercayaan mempunyai konsistensi internal yang tinggi. Sub bahasan berikut menjelaskan analisis data penelitian yang menggunakan metode Structural Equation Model (SEM). C. Analisis Data Penelitian Analisis ini dilakukan untuk menguji asumsi kecukupan sampel, asumsi normalitas, asumsi outliers dan analisis kesesuaian model (goodness of fit). Analisis ini dapat digunakan untuk menjelaskan kelayakan data yang diperoleh untuk diuji menggunakan metode statistik multivariate Structural Equation Modelling (SEM). Berikut adalah penjelasannya: 1. Asumsi Kecukupan Sampel
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 167 responden. Jumlah tersebut sudah dinilai memenuhi kriteria jumlah sampel minimal bagi penelitian yang menggunakan alat statistik SEM dengan prosedur Maximum Likehood Estimation (MLE), yaitu sebesar 5 – 10 observasi untuk setiap parameter yang diestimasi atau 100 – 200 responden (Ferdinand, 2006 : 46).
2. Asumsi Normalitas Syarat lain yang harus dipenuhi dalam menggunakan Path Analysis yaitu normalitas data (Hair et al., 1998). Nilai statistik untuk menguji normalitas tersebut menggunakan z value (Critical Ratio atau C.R pada output AMOS 6) dari nilai skewness dan kurtosis sebaran data. Bila nilai C.R lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan nilai kritis dari C.R skewness dibawah 2 dan C.R kurtosis dibawah 7. Normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang digunakan dalam analisis ini diuji dengan menggunakan AMOS 6. Hasil Uji asumsi normalitas secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.14.
Variabel km8 km7 km6 km5 km4 km3 km2 pi1
Min 1.000 1.000 1.000 2.000 1.000 2.000 2.000 1.000
Tabel IV.14 Hasil Uji Normalitas Max Skew c.r. 5.000 -.641 -3.384 5.000 -.697 -3.678 5.000 -.687 -3.627 5.000 -.579 -3.054 5.000 -.523 -2.762 5.000 -.511 -2.696 5.000 -.669 -3.529 5.000 -.405 -2.136
kurtosis .121 .364 .176 -.061 -.231 -.514 .150 -.184
c.r. .319 .960 .464 -.162 -.610 -1.356 .394 -.485
Variabel pi3
Min 1.000
Max 5.000
Skew -.670
Tabel IV. 14 ( Lanjutan) pi4 1.000 5.000 pi5 2.000 5.000 pi6 2.000 5.000 ko9 1.000 5.000 ko8 1.000 5.000 ko7 2.000 5.000 ko6 2.000 5.000 ko3 2.000 5.000 ko2 1.000 5.000 ko1 2.000 5.000 ppa1 1.000 5.000 ppa2 1.000 5.000 ppa3 1.000 5.000 ppa4 1.000 5.000 ppa5 1.000 5.000 ppa6 1.000 5.000 Multivariate
c.r. -3.536
-.416 -.575 -.543 -.459 -.685 -.434 -.625 -.362 -.810 -.896 -.363 -.169 -.272 -.371 -.391 -.476
kurtosis .438
-2.195 -3.032 -2.866 -2.422 -3.611 -2.289 -3.299 -1.912 -4.275 -4.729 -1.913 -.891 -1.437 -1.959 -2.063 -2.510
-.104 -.470 -.215 -.417 -.234 -.495 -.050 -.581 -.021 .456 -.886 -1.086 -1.029 -.753 -.717 -.704 10.035
c.r. 1.155
-.274 -1.239 -.567 -1.099 -.616 -1.307 -.133 -1.533 -.055 1.203 -2.337 -2.866 -2.714 -1.987 -1.891 -1.857 1.765
Sumber: Data primer yang diolah, 2009
Tabel IV.14 menjelaskan hasil pengujian normalitas yang selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi normalitas baik secara univariate maupun multivariate. Secara univariate data dalam penelitian ini termasuk non-normal karena memiliki nilai C.R. skewness > 2 dan memiliki nilai C.R. kurtosis < 7. Nilai yang tertera di pojok kanan bawah pada Tabel IV.14 menandakan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal secara multivariate dengan nilai C.R kurtosis 1,765. Asumsi kenormalan data diperlukan dalam SEM sebab data yang tidak normal diperkirakan mengakibatkan pembiasan interpretasinya karena nilai chisquare hasil analisis cenderung meningkat sehingga nilai probability level akan mengecil. Namun demikian, teknik Maximum Likelihood Estimates (MLE) yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu terpengaruh (robust) terhadap penyimpangan normality (Ghozali dan Fuad, 2008 : 30). Hal ini dikarenakan data yang digunakan merupakan data primer berdasarkan jawaban responden yang sangat beragam sehingga sulit untuk memperoleh data yang mengikuti distribusi normal secara sempurna. 3. Asumsi Outliers Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat berbeda dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et al., dalam Ferdinand, 2006). Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p<0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2006 : 54). Dalam penelitian ini, ada 25 variabel yang digunakan. Oleh karena itu, semua nilai yang mempunyai Mahalanobis Distance lebih besar dari c2 (25, 0,001) = 52,61966 (Insert function =CHIINV dari Microsoft excel) adalah multivariate outliers. Mahalanobis Distance dapat dilihat pada tabel IV.15. Tabel IV.15 Jarak Mahalanobis Data Penelitian Nomor
Jarak Mahalanobis
Observasi 99 155 118 140 60 . .
Jarak Mahalanobis Kritis (25, 0,001)
41,443 41,191 40,797 39,767 39,685 . .
52,61966
.
.
Sumber: Data primer yang diolah, 2009
Dari tabel IV.15 dapat disimpulkan bahwa tidak ada nilai yang dikategorikan sebagai outliers karena nilai Mahalanobis Distance tidak melebihi nilai c2 (25, 0,001) = 52,61966.
MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL: KOMITMEN ORGANISASI DAN PERSEPSI INOVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
e71 e81 e91 e10 1 e11 1 e12 1 e13 1 ko1 ko21 ko3 ko6 ko7 ko8 ko9 KO
1
z1 1
1
1 z31
e11 ppa1 e21 ppa2 e31 ppa3 PPA e41 ppa4 1 e51 ppa5 e6 ppa6
KM
PI
1
km21 km31 km41 km51 km61 km71 km8
e19 e20 e21 e22 e23 e24 e25
1z2
1pi1 1pi3 1pi4 1pi5 1pi6
e14 e15 e16 e17 e18
Gambar: Structural Equation Modelling
4. Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit) Sebelum melakukan pengujian hipotesis, langkah pertama adalah menilai kesesuaian goodness of fit. Hasil evaluasi nilai goodness of fit dari model penelitian yang dilakukan dapat dilihat dibawah ini pada tabel IV.16.
Tabel IV.16 Hasil Goodness-of-Fit Model
Goodness of Fit indeks c2 - Chi Square Probabilitas CMIN/df GFI AGFI TLI CFI RMSEA
Nilai yang Diharapkan Diharapkan kecil > 0,05 <2/<3 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≤ 0,08
Hasil
Evaluasi
346,676 0,001 1,284 0,862 0,833 0,942 0,948 0,041
Tidak Fit Fit Dapat diterima Dapat diterima Fit Fit Fit
Sumber: Data primer yang diolah, 2009
Tabel IV.16 menjelaskan hasil goodness of fit dari model penelitian yang dilakukan. Dalam pengujian ini nilai c2 menghasilkan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 mengindikasikan ada perbedaan yang signifikan antara matriks kovarian data dan matriks kovarian yang diestimasi. Nilai c2 pada penelitian ini sebesar 346,676 dengan probabilitas 0,001 menunjukkan bahwa model penelitian yang diajukan buruk. Chi-Square sangat sensitif terhadap ukuran sampel, sehingga diperlukan indikator-indikator lainnya untuk menghasilkan suatu justifikasi yang pasti mengenai model fit (Ferdinand, 2006 : 59). Normed Chi-Square (CMIN/DF) adalah ukuran yang diperoleh dari nilai Chi-Square dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur hubungan goodness-of-fit model dengan jumlah koefisien-koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai CMIN/DF pada model ini adalah 1,284 menunjukkan bahwa model penelitian ini baik. Goodness of Fit Index (GFI) menunjukkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai yang mendekati 1 mengisyaratkan
model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik. Dengan tingkat penerimaan yang direkomendasikan > 0,9 dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang marginal dengan nilai GFI sebesar 0,862. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah GFI yang disesuaikan dengan rasio antara degree of freedom dari model yang diusulkan dan degree of freedom dari null model. Nilai AGFI dalam model ini adalah 0,833 menunjukkan bahwa model memiliki kesesuaian yang marginal. Tucker Lewis Index (TLI) adalah indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan baseline model. TLI merupakan indeks kesesuaian model yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel. Nilai yang direkomendasikan > 0,9. Dapat disimpulkan bahwa model yang diajukan menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai TLI sebesar 0,942. Comparative Fit Index (CFI) adalah indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan null model. Besaran indeks ini dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif dengan besarnya sampel tidak dipengaruhi oleh kerumitan model. Dengan memperhatikan nilai yang direkomendasikan yaitu > 0,9; maka nilai CFI sebesar 0,948 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang baik. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) adalah indeks yang digunakan untuk mengkompensasi nilai Chi-Square dalam sampel yang
besar. Nilai penerimaan yang direkomendasikan < 0,08; nilai RMSEA model sebesar 0,041 menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik. Dari keseluruhan pengukuran goodness of fit tersebut di atas mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Setelah model penelitian dapat diterima, sub bahasan berikutnya akan menjelaskan pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. D. Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan 1. Uji Hipotesis Setelah kriteria goodness of fit model struktural yang diestimasi dapat terpenuhi, selanjutnya analisis terhadap hubungan struktural model (pengujian hipotesis) dapat dilakukan. Hubungan antar konstruk dalam hipotesis ditunjukkan oleh nilai regression weights. Pengujian hipotesis tabel IV.17 dilakukan dengan menganalisis tingkat signifikansi hubungan kausalitas antar konstruk dalam model yang didasarkan pada p-label menunjukkan nilai regression weights dari variabel-variabel yang diuji hubungan kausalitasnya. Tabel IV.17 Regression Weights
Estimate S.E. C.R. Komitmen Organisasi
Partisipasi penyusunan anggaran Partisipasi penyusunan Persepsi inovasi <--anggaran Kinerja Partisipasi penyusunan <--manajerial anggaran <---
.184 .040 4.670
P ***
.049 .024 2.013 .044** .099 .049 2.006 .045**
Label
Kinerja manajerial Kinerja manajerial
<--- Komitmen Organisasi
.287 .143 2.013 .044**
<--- Persepsi inovasi
.631 .302 2.090 .037**
Sumber: Data primer yang diolah, 2009 Ket: ***signifikan pada alpha 0,01; ** signifikan pada alpha 0,05; * signifikan pada alpha 0,1
Analisis ini juga menunjukkan besaran dari efek langsung (direct effect) dan efek tidak langsung (indirect effect) dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.18 berikut ini: Tabel IV.18 Sandardized direct dan indirect effect
PI KO KM
direct 0,239 0,499 0,208
PPA Indirect 0,000 0,000 0,177
Direct 0,000 0,000 0,273
PI Indirect 0,000 0,000 0,000
direct 0,000 0,000 0,224
KO indirect 0,000 0,000 0,000
Sumber: Data primer yang diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat efek langsung dari partisipasi penyusunan anggaran (PPA) pada persepsi inovasi (PI) sebesar 0,239, pada komitmen organisasi (KO) sebesar 0,499 dan pada kinerja manajerial (KM) sebesar 0,208. Efek langsung persepsi inovasi (PI) pada kinerja manajerial (KM) sebesar 0,273 dan efek langsung komitmen organisasi (KO) pada kinerja manajerial (KM) sebesar 0,224. Efek tidak langsung dari partisipasi penyusunan anggaran (PPA) pada kinerja manajerial (KM) sebesar 0,177. Hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajerial secara langsung sebesar 0,208, dan secara tidak langsung melalui komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebesar 0,177. Itu berarti bahwa komitmen organisasi dan persepsi inovasi memediasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. 2. Pembahasan Hasil Penelitian
a.
Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif pada komitmen organisasi. Beberapa penelitian di bidang akuntansi mengemukakan bahwa para
manajer tingkat bawah mempunyai informasi yang lebih akurat daripada para atasannya mengenai kondisi-kondisi lokal pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Penelitian ini didasarkan pada gagasan bahwa para manajer bawah (manajer pusat pertanggunjawaban) seringkali memiliki informasi yang lebih baik mengenai level anggaran yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan aktivitas-aktivitas unit organisasinya daripada atasannya (manajer puncak). Oleh karena itu, para manajer bawahan akan berusaha untuk memberikan informasi tersebut ke dalam usulan anggarannya untuk menjamin bahwa mereka memperoleh sumber-sumber yang mencukupi untuk melaksanakan aktivitasaktivitasnya. Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para manajer bawahan berusaha keras mencapai tujuan organisasi. Partisipasi anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial para anggota organisasi jika atasan setingkat kepala dinas/badan/kantor peduli dan perhatian terhadap komitmen para bawahan dalam berpartisipasi untuk menyusun anggaran maka tujuan sasaran anggaran yang akan dapat dicapai. Hasil pengujian mengindikasi bahwa terdapat pengaruh dari partisipasi penyusunan anggaran pada komitmen organisasi (β=0,184; CR=4,670). Fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran, semakin tinggi komitmen organisasi. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis pertama
diterima pada (nilai p < 0,01) ini sesuai dengan hasil penelitian Yahya dan Fatima (2008). b. Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif pada persepsi inovasi Pemerintah kota Surakarta melakukan inovasi yang cukup radikal. Konsep pengembangan pegawai diarahkan agar pegawai itu inovatif, mampu bekerja secara teamwork, dapat dipercaya, mampu bekerja cepat dan akurat, serta dapat menciptakan kemakmuran daerah. Terobosan yang dilakukan adalah menciptakan nilai-nilai kerja untuk membangun entrepreneurial spirit dalam birokrasi pemerintahan yang mengutamakan pada inovasi, teamwork, trustworthiness, prosperity, dan speed. Ini adalah inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta yaitu menciptakan semacam corporate culture seperti yang ada pada sektor swasta. Manajemen keuangan daerah merupakan aspek penting yang mempengaruhi kinerja daerah karena merupakan unsur yang sangat vital dalam membentuk kapasitas manajemen Pemerintah Daerah. Inovasi yang dilakukan adalah menyempurnakan sistem pengelolaan keuangan daerah agar sistem tersebut menjamin terwujudnya akuntabilitas publik. Hasil pengujian mengindikasi bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari partisipasi penyusunan anggaran pada persepsi inovasi (β=0,049; CR=2,013). Fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran, semakin tinggi persepsi inovasi. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis kedua diterima pada (nilai p < 0,05) ini sesuai dengan hasil penelitian Yahya dan Fatima (2008).
c. Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif pada kinerja manajerial Partisipasi banyak menguntungkan bagi suatu organisasi, hal ini diperoleh dari hampir penelitian tentang partisipasi. Partisipasi telah ditunjukkan berpengaruh secara positif terhadap sikap pegawai, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, dan meningkatkan kerja sama diantara manajer. Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislatif dan masyarakat bekerja sama dalam pembuatan anggaran. Anggaran dibuat oleh kepala daerah melalui usulan dari unit-unit kerja yang disampaikan kepada kepala bagian dan diusulkan kepada kepala daerah, dan setelah itu bersama-sama DPRD menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku. Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Permendagri nomor 13 tahun 2006 memuat Pedoman Penyusunan Rancangan APBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah (unit kerja). Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Seiring dengan peranan anggaran tersebut, kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan
partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan tersebut. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan keterlibatan seluruh manajer (baik kepala sampai kasubag) dalam suatu instansi untuk melakukan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran. Dengan adanya keterlibatan tersebut akan mendorong para kabag/kasub untuk bertanggung jawab terhadap masing-masing tugas yang diembannya sehingga para kabag akan meningkatkan kinerjanya agar mereka dapat mencapai sasaran / target yang telah ditetapkan dalam anggaran. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan yang positif antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Hasil pengujian mengindikasi bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari partisipasi penyusunan anggaran pada kinerja manajerial (β=0,099; CR=2,006). Fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran, semakin tinggi kinerja manajerial. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis ketiga diterima pada (nilai p < 0,05) ini sesuai dengan hasil penelitian Yahya dan Fatima (2008). d. Komitmen organisasi berpengaruh positif pada kinerja manajerial Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu untuk berbuat untuk kepentingan pribadinya. Selain itu, komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan (Nouri dan Parker, 1996; Chong dan Chong, 2002; Wentzel, 2002). Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan
kinerja yang tinggi pula (Randall ,1990) dalam Nouri dan Parker (1998). Komitmen yang rendah dari aparat Pemerintah Daerah akan berimplikasi pada rendahnya kinerja komitmen untuk bertanggung-jawab terhadap tujuan sasaran anggaran yang hendak dicapai. Hasil pengujian mengindikasi bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari komitmen organisasi pada kinerja manajerial (β=0,287; CR=2,013). Fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi komitmen organisasi, semakin tinggi kinerja manajerial. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis keempat diterima pada (nilai p < 0,05) ini sesuai dengan hasil penelitian Yahya dan Fatima (2008).
e. Persepsi inovasi berpengaruh positif pada kinerja manajerial Pemimpin organisasi mempunyai andil yang cukup besar atas keberhasilan menciptakan suatu inovasi. Dimulai dari penciptaan atmosfer lingkungan yang kreatif mungkin akan banyak berbenturan dengan kepentingan-kepentingan sekelompok status quo yang mengganggu kenyamanannya (comfort zone). Pentingnya peran kinerja manajerial dalam organisasi adalah untuk memacu kreatifitas antara lain menjadi contoh bagi bawahan, selalu ada bersama bawahan, mampu memotivasi dan mengingatkan, dan menjadi generator timbulnya ide-ide baru setiap saat. Seorang pemimpin harus mampu menunjukkan loyalitas pada institusi, berada ditengah-tengah yang dipimpin, mendengarkan bawahannya, menatap matanya, memotivasinya dan membimbingnya untuk menjadi yang
terbaik setiap saat. Konsep ini akan menimbulkan keragaman pemikiran maupun ide-ide. Pimpinan harus mendengarkan dan menerima berbagai macam pemikiran dari para bawahan. Dari keragaman pemikiran serta ide tersebut dapat memperkaya dan menumbuhkan kreatifitas. Konflik akan hadir dalam keberagaman ide namun konflik yang fungsional dan membangun, karena pada dasarnya setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam melihat masalah dan memecahkannya. Fungsi dari pemimpin yang sangat penting adalah untuk mensinergikan ”alignment” berbagai macam ide tesebut menjadi sebuah cara merumuskan strategi baru. Pimpinan juga bisa menggunakan commonsense yang didasarkan latarbelakang pendidikan dan pengalaman. Salah satu hal yang dapat pimpinan berikan adalah penanaman disiplin dan batasan waktu. Itulah salah satu cara bagaimana suatu organisasi memacu kreatifitas anggota organisasinya untuk menciptakan inovasi baru. Hasil pengujian mengindikasi bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari persepsi inovasi pada kinerja manajerial (β=0,631; CR=2,090). Fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi persepsi inovasi, semakin tinggi kinerja manajerial. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis kelima diterima pada (nilai p < 0,05) ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Yahya dan Fatima (2008) karena dalam penelitian ini pemerintah sudah melakukan suatu terobosan baru yaitu otonomi daerah dengan asas desentralisasi yaitu pemberian wewenang pemerintahan dari pemerintah ke daerah otonom untuk mengelola urusan pemerintah daerahnya sendiri. Terkait dengan hal itu juga anggaran pemerintah daerah sekarang di susun dengan anggaran partisipatif. Penyusunan anggaran
dengan prestasi kinerja maka jelas berbeda dengan penelitian sebelumnya yang baru menuju ke arah desentralisasi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut: Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Surakarta. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran secara tidak langsung mempengaruhi kinerja manajerial melalui variabel intervening komitmen organisasi dan persepsi inovasi pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Surakarta. 1. Hipotesis pertama mengungkapkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Surakarta. 2. Hipotesis
kedua mengungkapkan
bahwa partisipasi
penyusunan
anggaran
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap persepsi inovasi pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Surakarta. 3. Hipotesis ketiga mengungkapkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja 83 perangkat daerah Pemerintah Kota Surakarta.
ii
4. Hipotesis keempat mengungkapkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Surakarta. 5. Hipotesis kelima mengungkapkan bahwa persepsi inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Surakarta. B. Keterbatasan Ketebatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian kali ini bertujuan untuk menjelaskan efek intervensi dari komitmen organisasi dan persepsi inovasi tentang hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Walaupun pencantuman variabel intervensi berfungsi sebagai kekuatan dalam penelitian kali ini, namun variabel lain yang mungkin juga mempengaruhi hubungan tersebut tidak diteliti. Sebagai contoh, kepuasan kerja dan motivasi. Penelitian di masa yang akan datang dapat mempertimbangkan untuk memadukan variabel-variabel terserbut. 2. Penelitian kali ini adalah penelitian tentang sebuah organisasi Pemerintah Daerah, sehingga kemampuan penggeneralisasian hasil kepada Pemerintah Daerah lainnya dapat dipertanyakan. 3. Penggunaan skala penilaian diri bagi kinerja manajerial mungkin menghasilkan kesalahan kelonggaran atau bias personal yang lebih tinggi. Hal ini akan mengurangi obyektivitas data, maka pada penelitian di masa yang akan datang dapat
iii
memanfaatkan penilaian yang terbaik bagi kinerja manajerial untuk meminimalisir subyektivitas dan bias personal. 4. Penelitian ini tidak mencoba menilai dua bias respon yang memungkinkan; yaitu bias respon urutan dan tanggapan keinginan sosial.
C. Saran Saran dalam penelitian ini adalah: 1. Diharapkan Pemerintah Kota Surakarta memberikan semacam penghargaan (reward) kepada SKPD atas upaya inovatif dan kreatifitas yang mereka sumbangkan atas keterlibatan mereka dalam proses anggaran. 2. Penelitian kali ini hanya menggunakan sebuah survey angket untuk mengumpulkan data, untuk penelitian pada masa yang akan datang, seharusnya menggunakan triangulasi antar data dan memperoleh data melalui berbagai metode yaitu survey dan wawancara secara lisan maupun tulisan untuk menjamin data yang lebih banyak dan lebih terpercaya. 3. Penelitian ini hanya menggunakan pandangan model variabel intervensi untuk menjelaskan hubungan tersebut, penelitian di masa mendatang dapat menggunakan teori-teori lain seperti teori penetapan tujuan atau teori motivasi untuk menjelaskan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. D. Implikasi Implikasi yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
iv
Penelitian kali ini memiliki beberapa implikasi penting bagi manajemen puncak (Kepala dinas/badan/kantor) pada Pemerintah Kota Surakarta. 1.
Hasilnya mengungkapkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran memiliki efek positif terhadap kinerja manajerial. Pemerintah Kota Surakarta menyusun anggaran dengan pendekatan top down (dari atas ke bawah) yaitu berupa penentuan Kebijakan Umum APBD serta penetapan prioritas dan plafon anggaran, sedangkan perencanaan bottom up (dari bawah ke atas) adalah berupa usulan program, kegiatan, dan anggaran dari masing-masing unit kerja (SKPD). Penyusunan anggaran harus dilakukan dengan pendekatan partisipasi antara atasan atau pimpinan dan bawahan. Penyusunan anggaran dengan partisipasi ini memungkinkan adanya negosiasi antara pimpinan sebagai atasan dengan karyawan sebagai bawahan untuk menyusun anggaran berbasis kinerja.
2.
Hasilnya mengungkapkan bahwa apabila manajer dibiarkan memberikan input kepada proses penetapan anggaran, mereka akan bertanggung jawab kepada organisasi, dan komitmen semacam itu juga akan melahirkan peningkatkan kinerja manajerial. Maka dari itu Pemerintah Kota Surakarta perlu menjamin bahwa SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terus mempraktekkan penetapan anggaran partisipatif dan mencoba untuk lebih meningkatkan tingkat keterlibatan dan partisipasi manajer anggarannya dalam proses anggaran karena hal ini memiliki efek positif terhadap kinerja manajerial. Dengan demikian, manajemen puncak (Kepala dinas/badan/kantor) perlu memahami bahwa dampak positif dari partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial bekerja baik secara langsung sebagai konsekuensi dari keterlibatan manajemen dalam proses anggaran
v
maupun tidak langsung karena komitmen manajer terhadap organisasi meningkat akibat partisipasi dan keterlibatan mereka dalam proses anggaran. 3.
Persepsi inovasi manajer juga menyumbangkan kinerja manajerial yang lebih baik. Salah satu alasan yang memungkinkan adalah struktur organisasi SKPD Pemerintah Kota Surakarta sudah berupaya inovatif dan kreatif dalam penerapan (upaya membawa) ide-ide baru dalam implementasi, dicirikan oleh adanya perubahan langkah yang cukup besar, berlangsung cukup lama dan berskala cukup umum sehingga dalam proses implementasinya berdampak cukup besar terhadap perubahan organisasi dan tata hubungan organisasi. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menjadikan pertimbangan bagi
Pemerintah Daerah lain. Karena penelitian di Pemerintah Kota Surakarta belum tentu sama dengan organisasi sektor publik lain. Penelitian-penelitian yang serupa dengan menggunakan populasi yang berbeda dan variabel yang berbeda, akan sangat bermanfaat.
vi
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, H. 2004. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM: Yogyakarta. Argyris, C. 1953. Human problems with budgets, Harvard Business Review. Vol. 31 No. 1, pp. 97-110. Borins, S. 2001. Encouraging innovation in the public sector, Journal of Intellectual Capital, Vol. 2 No. 3, pp. 310-9. Brownell, P. 1981. Participation in budgeting, locus of control and organizational effectiveness. The Accounting Review 56 (4): 844–860. P. and Hirst, M. 1986. Reliance on Accounting Information, Budgetary Participation, and Task Uncertainty. Journal of Accounting Research, vol 24. Pp 241-249. P. 1982. A Field Study Examination of Budgetary Participation and Locus of Control. The Accounting Review, Vol. LVII (4). October: 766-777. P and Mc Innes. 1986. Budgetary Participation, Motivation and managerial Performance. The Accounting Review, Vol LXI no.4 Oktober pp. 587-600. Chong, V.K. and Chong, K.M. 2002. Budget goal commitment and informational effects of budget participation on performance: a structural equation modeling approach, Behavioral Research in Accounting, Vol. 14, pp.65-86. Darma, E. S. 2004. Pengaruh Kejelasan Sasaran dan Sistem Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi pada Pemerintah Daerah. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM: Yogyakarta. Dick, G. and Metcalfe, B. 2001. Managerial factors and organizational commitment. A comparative study of public officers and civilian staff, International Journal of Public Sector Management, Vol.14 No. 2, pp.111-28. Dwianasari Ririn. 2004. Pengaruh Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Struktur Desentralisasi terhadap Kinerja Pimpinan Dinas: Peran Komitmen Organisasi sebagai variabel intervening,Thesis UGM, Yogyakarta. Ferdinand, A. 2006. Structural Equation Modelling dalam Penlitian Manajemen, Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
vii
Gul, F.A., Tsui, J.S.L., Fong, S.C.C and Kwok, H.Y.L. 1995. Decentralization as a moderator factor in the budgetary participation-performance relationship: some Hong Kong evidence, Accounting and Business Research, Vol. 25 No. 98, pp.10713. Govindarajan,V. 1986. Impact of participation in the budgetary process on managerial attitudes and performance: universalistic and contingency perspectives, Decision Science, Fall, pp. 496-516. Ghozali Imam. 2005. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver. 5.0, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Ghozali, Fuad. Structural Equation Modeling Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.80, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Hair J.F, Rolph E. A, R.L.T Athan, W. C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis, Edisi kelima, Prentice- HALL International. Inc. Haryanti, W dan M, Nasir. 2002. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Peran Kecukupan Anggaran dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening”: SNA Semarang. Hopwood, A.G. 1972. An empirical study of the role of accounting data in performance evaluation, Journal of Accounting Research, Vol. 10 No. 3, pp. 156-82. Kenis, I. 1979. Effects on Budgetary Goal Characteristic on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review, LIV (4). 707-721. Mahoney, I.A., Jerdee, T.H. and Carroll, S.J. 1963. Development of Managerial Performance”: A Research Approach, South Western Publishing, Cincinnati, OH. Mahmudi, 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN: Yogyakarta. Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Pertama, Penerbit Andi Yogyakarta.
Meyer, J. P., Paunonen, S. V., GeRatIy, I. R., GoBin, R. D. &Jackson, D. N. 1989. OrganizationaI commitment and job performance: it’s the nature of the commitment that counts. Journul of Applfed Psycbology, 152-156. , J. P., Allen, N.J., 1993. Commitment to organization and occupation: extensions and test of three component conceptualization, Journal of Applied Psychology, Vol.78 No. 4,538-351 Milani, K.R. 1975. The relationship of participation in budget setting to industrial supervisor performance and attitude, The Accounting Review, Vol. 50 No.2, pp. 274-84. M.N. Yahya dan A.H. Fatima. 2008. Budgetary participation and performance: some Malaysian evidence, Public Sector Management, Vol. 21 No. 6, pp.658-673.
viii
Mowday, R., Steers, R. Porter, L. 1979. The measurement of organizational commitment, Journal of Vocational Behavior, Vol. 14 No. 2, pp. 224-47. Muhammad Fadel. 2006, Pembangunan Daerah Fakus pada Keunggulan Daerah, Diarsipkan dibawah: Konsep Pembangunan Pemda. http/irf4n.wordpress.com. Muhammmad Fadel. 2007. Meneropong Ide di Balik Visi Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo Dalam RPJMD 2007-2012. www.setneg.go.id. Muhsin, 2004. Pengaruh Desentralisasi, Sistem Pengendalian Akuntansi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial Pemda (Studi Empiris Pemda Kota dan Kabupaten Propinsi DIY),Thesis S2, Tidak Dipublikasikan, UGM, Yogyakarta. Murray, D. 1990. The Performance Effects of Participative Budgeting: An Integration of Intervening and Moderating Variables. Behavioral Research in Accounting. pp. 104-123.
Nouri, H. and Parker, R.J. 1996. The effect of organizational commitment on the relation between budgetary participation and budgetary slack, Behavioral Research in Accounting, Vol. 8, pp. 74-91. Nouri, H. and Parker, R.J. 1998. The relationship between budget participation and job performance: the role of budget adequacy and organizational commitment, Accounting, Organizations and Society, Vol. 23 Nos 5/6, pp. 467-83. Nur Indriantoro, Bambang Supomo. (2002). Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi dan manajemen, Penerbit BPFE: Yogyakarta. Nurlan Darise. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah, Indeks Kelompok Gramedia: Gorontalo. O’Reilly, C.A., Chatman, J. and Caldwell, D.F. 1991. People and organizational culture: a profile comparison approach to assessing person organization fit, Academy of Management Journal, Vol. 34 No.3, pp.487-516. Otley, D.T. 1978. Budget use and managerial performance, Journal of Accounting Research, Vol. 16 No. 1, pp 122-49. Parker, R.J. and Kyj, L. 2006. Vertical information sharing in the budgeting process, Accounting, Organizations and Society, Vol. 31 No. 1, pp 27-45. Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah. Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Randall, D.M. (1990), ``The consequences of organisational commitment: methodological investigation'', Journal of Organisational Behaviour, Vol. 11, pp. 361-78. Sardjito Bambang dan Osmad Mathaher. 2007. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah: budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai variable intervening, SNA 10, Makasar, Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Bussiness. New York: John Wiley & Sons, Inc.
ix
Shields, M.D. and S.M. Young. 1993. Antecedence and Consequences of Partisipative Budgeting: Evidence on the Effect of Asymmetrical Information. Journal of Management Accounting, Vol. 5, pp 265 – 280. Subramaniam, N. and Ashkanasy, N.M. 2001. The effect of organizational culture perceptions between budgetary participation and managerial job-related outcomes, Australian Journal of Management ,Vol. 26 No. 1, pp. 35-55. , N. and Mia, L. 2001. The relation between decentralized structure, budgetary participation and organizational commitment, the moderating role of managers’ value orientation towards innovation, Accounting, Auditing and Acoountability, Vol. 14 No. 1, pp.12-39. , N. and Mia, L. 2003. A note on work related values, budget emphasis and manager’s organizational commitment, Management Accounting Research, Vol. 14 No. 4, pp. 389-408. Suharno. 2008. Kajian Inovasi Kecamatan sebagai Organisasi Publik, Project Working Paper Series no. 5, Institut Pertanian Bogor. Supomo, Bambang dan Indriantoro, Nur. 1998. Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasional terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif dalam Peningkatan Kinerja Manajerial : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Kelola No. 18/VII : 61-84.
Supriyono, R.A. 2003. Hubungan Partisipasi dan Kinerja Manajer: Peran Kecukupan Anggaran, Komitmen Organisasi, Asimetri Informasi, Slack Anggaran dan Peresponden Keinginan Sosial, Disertasi, Program Doktor Universitas Indonesia. Thompson, J.D. 1967. Organizations in Action, McGraw Hill, New Jersey, NJ. Vebryana, Siegers. 2004. Hubungan Partisipasi Anggaran dengan Job Relevan, serta Pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial di Lingkungan Pemda, Thesis. Tidak Dipublikasikan, UGM, Yogyakarta. Wentzel, K. 2002. The influence of fairness perceptions and goal commitment on manager’s performance in a budget setting, Behavioural Research in Accounting, Vol. 14, pp. 247-71. Williams, J.J., Macintosh, N.B. and Morce, I.C. 1990. Budget related behavior in public sector organizations: some empirical evidence, Accounting, Organizations and Society, Vol. 15 No. 3, pp. 221-46. Windsor, C. and Ashkanasy, N.M. 1996. Auditor independence decision-making: the role of organizational culture perceptions, Behavioural Reseacrh in Accounting, Vol. 8 (supplement), pp. 80-97.
x
xi