perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Biologi
Oleh : Sumiati S830809222
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh : Sumiati S830809222 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001
____________ ______
Pembimbing II : Prof. Drs.Sutarno, M.Sc., Ph.D NIP. 196008091986121001
____________
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001 commit to user ii
______
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh : Sumiati S830809222 Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal, ………………………. Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Ashadi
………………………
Sekretaris
Dra. Suparmi , MA.Ph.D
.……………………...
Anggota Penguji 1.Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M .Pd. 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D
……………………… ……………………....
Surakarta,…………………. Ketua Program Studi Pend. Sains
Mengetahui Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 195708201985031004
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116198003100 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Sumiati
NIM
: S830809222
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments) MenggunakanPermainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Sumiati
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN BOLOGI DENGAN METODE TGT (Teams Games Tournaments) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Sistem koordinasi pada manusia, Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2010/2011) Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. 5. Pembimbing kedua
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing
kedua yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. 6. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis. 7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis. 8. Kepala Sekolah SMPN 2 Tambakrejo yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 9. Kepala Sekolah SMPN 2 Purwosari yang telah memberi kesempatan penulis untuk mengadakan try out penelitian. 10. Siswa Kelas IX-B dan IX-C SMP N 2 Tambakrejo atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data. 11. Suamiku dan putriku tersayang Qirania Zhafira, yang telah memberikan dorongan, kasih sayang yang tulus dan doanya selama proses penyusunan tesis. 12. Bu Sri Rahayu, Bu Agin. serta Bu Puji yang talah menjadi semangat seperjuangan dalam menempuh program pasca sarjana dan senasip sepenanggungan dalam menyelesaikan tesis ini. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana atas kerja sama dan kekompakannya. 14. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik di sisi Allah SWT. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Biologi.
Surakarta, Januari 2011 Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman JUDUL...............................................................................................................
i
PERSETUJUAN ..............................................................................................
ii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iii
PERNYATAAN ...............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
ABSTRAK ........................................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
10
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
11
D. Perumusan Masalah .....................................................................
12
E. Tujuan Penelitian..........................................................................
13
F. Manfaat Penelitian ........................................................................
14
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................
16
A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran ..............................................................
16
2. Pembelajaran Kooperatif.......................................................... commit to user
30
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT...................................
35
4. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Ular Tangga ............
41
5. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Teka-Teki Silang....
42
6. Media Pembelajaran .................................................................
45
7. Memori ......................................................................................
46
8. Kreatifitas ..................................................................................
53
9. Prestasi Belajar .........................................................................
55
10. Karakteristik Materi ...............................................................
57
B. Penelitian yang Relevan ..............................................................
74
C. Kerangka Berpikir ........................................................................
79
D. Hipotesis .......................................................................................
88
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
89
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
89
B. Metode Penelitian ........................................................................
89
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..............
91
D. Variabel Penelitian.......................................................................
92
E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
94
F. Instrumen Penelitian .....................................................................
95
G. Uji Coba Instrumen.................................................................. .
95
H. Teknik Analisis Data ................................................................... 106 BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................... 111 A. Deskripsi Data ............................................................................... 111 B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 117 commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 128 D. Pembahasan................................................................................... 133 E. Keterbatasan Penelitian.............................................................. 149 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 150 A. Kesimpulan.................................................................................... 150 B. Implikasi ........................................................................................ 153 C. Saran .............................................................................................. 153 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 155 LAMPIRAN ..................................................................................................... 158
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL halaman 1.
Nilai Rata-Rata Ulangan Harian dan Mid Semester II Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010..............................5
2.
Sembilan Fase Belajar..............................................................................
27
3.
Hubungan Media dengan Tujuan Pembelajaran ....................................
46
4
Macam-macam Syaraf .............................................................................
68
5.
Fungsi Syaraf Simpatik dan Syaraf Parasimpatik .................................
70
6.
Kelainan Pada Mata .................................................................................
71
7.
Tahap Penelitian .......................................................................................
89
8.
Rancangan Penelitian ...............................................................................
90
9.
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif .............
97
10.
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif .........
98
11.
Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif ........
99
12.
Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian Kognitif . 100
13.
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas ......................... 102
14.
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreatifitas ...................... 103
15. Skor Penilaian Afektif.......................................................................... 104 16.
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif ............... 105
17.
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen penilaian Afektif ........... 106
18.
Deskripsi data nilai prestasi belajar Biologi. .......................................... 112
19.
Distribisi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Ular Tangga dan Teka-Teki Silang ...................................................................................... 112 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
20.
digilib.uns.ac.id
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan Teka-Teki Silang ...................................................................................... 114
21.
Jumlah Siswa Yang Mempunyai Memori tinggi dan Rendah............... 116
22. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Kreatifitas tinggi dan Rendah........... 117 23.
Rangkuman Anava tiga jalan................................................................... 129
24.
Rangkuman Hasil Komputasi Anova General linear model ................. 129
25. Rangkuman Hasil Uji Komparsi ganda (Uji Scheffe’) .......................... 131
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR halaman 1.
Tahapan proses mengingat ......................................................................
47
2.
Sel syaraf...................................................................................................
60
3.
Otak pada manusia ...................................................................................
64
8.
Mata pada manusia ...................................................................................
70
9.
Telinga pada manusia..........................................................................
71
10.
Kulit pada manusia.............................................................................
72
11.
Lidah pada manusia.............................................................................
73
12.
Diagram batang Prestasi Belajar kelas Ular Tangga ............................
113
13.
Diagram batang Prestasi Belajar kelas Teka-teki Silang.....................
113
14.
Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Ular Tangga................
115
15.
Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Teka-teki Silang.........
115
16.
Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi................................................
118
17.
Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Ular Tangga..................
119
18.
Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Teka-teki Silang............
120
19.
Uji Normalitas nilai afektif kelas Ular Tangga.....................................
121
20.
Uji Normalitas nilai afektif kelas Teka-teki Silang...............................
121
21.
Uji Normalitas nilai Memori Tinggi.....................................................
122
22.
Uji Normalitas nilai Memori Rendah....................................................
123
23.
Uji Normalitas Kreativitas Tinggi.........................................................
124
24.
Uji Normalitas Kreativitas Rendah.......................................................
125
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25.
Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Metode...............................
26.
Uji Homoginitas nilai Afektif menurrut Metode.................................... 126
27.
Uji Homoginitas Prestasi Belajar Biologi menurut Memori.................. 127
28.
Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Kreatifitas............................ 128
29.
Diagram ANOM pengaruh permainan terhadap Prestasi Belajar........... 132
30.
Diagram ANOM pengaruh memori terhadap Prestasi Belajar................. 133
commit to user xiv
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN halaman 1.
Silabus .......................................................................................................158
2.
Skenario Pembelajaran.............................................................................160
3.
Hubungan Indikator, Nomor Soal dan Tingkat Kemampuan Kognitif pada Tes Obyektif sistem Koordinasi pada manusia ...........................174
4.
Instrumen Penilaian Kognitif ..................................................................176
5.
Kunci Jawaban Soal-Soal Kognitif ........................................................185
6.
Lembar Jawaban ......................................................................................186
7.
Indikator penilaian angket Afektif .........................................................187
8.
Instrumen penilaian Afektif sistem koordinasi pada manusia .............189
9.
Instrumen Memori ...................................................................................192
10.
Lembar Jawaban Memori .......................................................................193
11.
Indikator Penilaian tes Kreatifitas verbal .............................................194
12.
Instrumen Penilaian tes Kreatifitas .........................................................195
13.
Aturan Permainan Ular Tangga ..............................................................206
14.
Lembar Pertanyaaan Ular Tangga ...........................................................208
15. Aturan Permainan Teka-teki Silang .......................................................221 16.
Lembar Pertanyaaan Teka-teki Silang ...................................................222
17.
Lembar Kegiatan Diskusi ........................................................................233
18.
Daftar Nilai Ulangan Harian dan Mid Semester 2 Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 TambakrejoTahun Pelajaran 2009/2010 ........................266 commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
19.
digilib.uns.ac.id
Daftar Nilai Ulangan Harian dan Mid Semester 2 Siswa Kelas IXC SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010 ......................267
20.
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda danTaraf Kesukaran Soal Kognitif.............................................................................................268
21.
Uji Validitas dan Reliabilitas Afektif......................................................276
22.
Uji Validitas dan Reliabilitas Memori ...................................................279
23.
Uji Reliabilitas Kemampuan kreatifitas ..................................................286
24.
Data Induk Penelitian ..............................................................................289
25.
Deskriptif Data .........................................................................................291
26. Grafik perbandingan nilai ........................................................................292 27.
Uji Normalitas ..........................................................................................293
28.
Uji Homogenitas ......................................................................................298
29.
Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama .............................304
30.
Uji Lanjut Pasca Anava ...........................................................................307
31.
Perijinan .................................................................................................... 309
32. Gambar Proses Pembelajaran ..................................................................310
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sumiati. “Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments) Menggunakan Permainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa”. (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2010. Pembimbing 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi. (2) Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (3) Pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 3 kelas. Sampel diambil dengan teknik claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel memori, kreativitas dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif digunakan metode angket. Pengujian hipotesis dengan ANOVA dengan desain faktorial 2x2x2 dengan sel yang tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi baik kogninitif maupun afektif. (2) Terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, akan tetapi tidak terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar biologi. (3) Tidak terdapat pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Tidak ada interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan Kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi. Kata kunci: TGT, Teka-teki silang, Ular Tangga, memori, kreativitas, prestasi belajar, sistem koordinasi pada manusia. commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sumiati. “Biology Learning by applying Team Games Tournaments (TGT) Method through Ladder Games and Crossword Puzzle Overviewed from The Memory and Creativity students. (A Case study on Human Coordination System for 9 th grade student, SMPN 2 Tambakrejo, academic year 2010/2011. Thesis, science education program, post graduate program,sebelas maret University, Surakarta: 2010. Advisor 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd. 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. The objectives of the research were to know: (1) the effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the student’s achievement in biology. (2) the effect of high and low memory toword the student’s achievement in biology. (3) the effect of high and low creativity toword the student’s achievement in biology . (4) interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) interaction between learning method and student’s creativity to the student’s achievement in biology. (6) interaction between student’s memory and creativity ability to the student’s achievement in biology. (7) interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology. The research used experimental method. The population was all students in grade IX, SMP Negeri 2 Tambakrejo in the academic year 2010/2011, consisted of 3 classes. Sample was taken by claster random sampling technique, consisted 2 classes. The 1 st experiment class was treated ladder games and the 2nd one was treated using Crosswords. The data was collected using test for student academic, student’s memory and creativity, and questioner for affective student academic. The hypothesis were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design with unequal cell number, and continued GLM test. Based on the analysis result can be concluded that: (1) there was an effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the cognitive and affective student’s achievement in biology. (2) there was an effect of high and low memory toword the cognitive student’s achievement but there word no effect of high and low memory toword the affective student’s achievement in biology. (3) There was no effect of high and low creativity to the student’s achievement in biology. (4) There was no interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) There was no interaction between learning method and creativity toword the student’s achievement in biology. (6) There was no interaction between creativity and memory to the student’s achievement in biology. (7)There was no interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology. Key word: TGT, Crossword, ladder games, memory, creativity, achievement, Human coordination system. commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai
dan
mengevaluasi peserta didik. Untuk mengemban tugas tersebut, guru profesional saat mengajar harus pandai memilih model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan karakter siswa dapat mendukung tercapainya tujuan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan kreativitas para pendidik dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Sehingga tercipta sumber daya manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelajaran IPA biologi (sains) diserap bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, 2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tehnologi dan masyarakat, 4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5. Meningkatkan commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, 6. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7. Meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidika kejenjang selanjutnya (Depdiknas:2003). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang saat ini dikembangkan oleh pemerintah, dimana kurikulum ini merupakan pengembangan kurikulum 2004. Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan karangka dasar, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan, dalam rangka pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini. Sedangkan pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. Kurikulum baru ini tetap memberikan
tekanan
pada
pengembangan
kompetensi
siswa.
Prinsip
pengembangan KTSP adalah 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; 2. Beragam dan terpadu; 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan; 5. Menyeluruh dan berkesinambungan; 6. Belajar sepanjang hayat; 7. Dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Dengan berlakunya kurikulum ini, guru sebagai pengajar dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai untuk peserta didiknya dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
juga materi yang diajarkannya. Akan tetapi, belum semua guru mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan metode yang berorientasi pada student centered. Model pembelajaran yang selama ini diaplikasikan di SMPN 2 Tambakrejo adalah model pembelajaran konvensional, seperti ceramah, open book, penugasan, bahkan tidak jarang guru menyuruh siswa untuk mencatat. Banyak guru di SMPN 2 Tambakrejo yang belum menggunakan variasi model pembelajaran, mereka terbiasa menggunakan model konvensional, Belum adanya penerapan pembelajaran kooperatif pada SMPN 2 Tambakrejo terutama dengan metode TGT (Team Game Tournament)
pada jenjang pendidikan akan
membangun pribadi-pribadi siswa yang suka bekerja sama, menghormati perbedaan, menjunjung tinggi nilai gotong royong yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Guru di SMPN 2 Tambakrejo sebelum melakukan proses pembelajaran, belum melakukan penggalian memori awal terlebih dahulu yang berkaitan tentang tujuan dan materi pelajaran, dalam silabus pelajaran biologi kurikulum KTSP pada kompetensi dasar 1.3 mengenai sistem koordinasi, terdapat empat indikator mengenai sistem koordinasi pada manusia yaitu a) Membandingkan bentuk/ bangun bagian organ dan/ atau organ penyusun sistem koordinasi pada manusia, b) Mendeskripsikan fungsi otak, fungsi sumsum tulang belakang, dan sel syaraf dalam dalam sistem koordinasi, c) Menunjukkan bagian-bagian alat indera dan fungsinya, d) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Materi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
sistem koordinasi pada manusia yang diberikan pada siswa kelas IX semester satu perlu disignifikasi dengan suatu metode yang menarik dan sesuai. Materi sistem koordinasi pada manusia menuntut siswa untuk mengetahui berbagai hal tentang sistem koordinasi pada manusia, pada materi ini bersifat abstrak yang berarti tidak dapat dilihat langsung oleh siswa, sulit dan sangat penting bagi kehidupan seharihari, serta banyak konsep-konsep yang penting, sehingga membutuhkan pemahaman dan hafalan yang cukup. Kendalanya adalah terkadang siswa kurang bisa memahami materi sistem koordinasi pada manusia. Oleh sebab itu, materi ini perlu diajarkan dengan metode yang sesuai dengan karakteristik materi . Metode yang diharapkan siswa mampu mengingat terus dalam memorinya, metode yang sesuai adalah metode TGT melalui ular tangga dan teka-teki silang, disini siswa belajar sambil bermain. Kondisi siswa belajar merupakan masukan mentah (raw input)yang berpengaruh dalam proses belajar, kemampuan memori siswa merupakan salah satu
faktor
raw
input
yang
akan
berinteraksi
dengan
masukan
instrumen(instrumen input) dan masukan lingkungan (environmental input) yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar. Kemampuan memori berkaitan dengan kemampuan menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering). Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut, harus memahami mengapa hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan memori baik. Menurut Mahesh kapadia (2003: 5) daya ingat akan bekerja pada empat tahap: 1. Daya ingat mengenali sesuatu, 2. Kesan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
yang tinggal didaya ingat, 3. Daya ingat yang dapat menyimpan kesan, 4. Daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan. Dengan banyaknya istilah latin dalam materi biologi, kemungkinan diperlukan kemampuan memori siswa yang tinggi, untuk mendapat prestasi belajar yang tinggi,serta mendapat prestasi belajar biologi yang optimal. Selain itu pelajaran IPA juga memerlukan kreativitas untuk mengukur pemikiran divergen, yaitu mencari macam-macam alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diketahui. Selama ini guru di SMPN 2 Tambakrejo juga belum menggali kreativitas anak dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar belum maksimal untuk menggali potensi dari siswa. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa prestasi belajar IPA untuk siswa SMPN 2 Tambakrejo masih memprihatinkan, terbukti nilai rata-rata kelas ulangan harian dan mid semester kurang dari KKM yaitu 58. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajarnya perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari data nilai rata-rata ulangan harian dan tengah semester untuk mata pelajaran IPA Biologi pada tahun 2009/2010, diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Nilai Rata-rata ulangan harian dan mid semester SMPN 2 Tambakrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010.
No Kelas
UH
1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8.
52 45 42 55 54 50 48 49
7A 7B 7C 8A 8B 9A 9B 9C
Mid SMT 50 48 44 52 56 55 50 55
UH < UH> KKM KKM 80% 20% 90% 10% 60% 40% 92% 8% 85% 15% 69% 21% 87% 13% 93% 7%
Mid< Mid KKM KKM >KKM 85% 15% 58 75% 25% 58 65% 35% 58 88% 12% 58 77% 23% 58 86% 14% 58 90% 10% 58 70% 30% 58 Sumber : dokumen nilai guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Dari data didalam tabel dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai IPA biologi masih dibawah KKM. Kemungkinan lain prestasi belajar siswa tidak dapat optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode pembelajaran biologi, selain itu rendahnya prestasi belajar dapat disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain: motivasi, kesehatan, dan kemampuan awal. Motivasi belajar merupakan faktor yang sangat berpengaruh di SMPN 2 Tambakrejo, berdasarkan hasil observasi yang saya peroleh siswa cenderung malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, ini dapat dilihat dari kegiatan siswa pada waktu KBM (kegiatan belajar mengajar) ada yang mengantuk, ramai sendiri, bergurau dengan teman, bahkan ada yang tidur pada saat guru menerangkan. Menurut Dawson R. Hancock dalam jurnalnya yang berjudul Effects of performance assessment on the achievement and motivation of graduate students (2007: 220): “In academic environments, motivation to learn is oftenviewed as a student’s tendency to find academic activities meaningful and worthwhile deriving the intended benefits of those activities”. Di lingkungan pelajar, motivasi sering dipandang sebagai kecenderungan siswa yang menemukan aktifitas pelajar yang berguna dan bermanfaat dikarenakan motivasi dan pembelajaran saling berhubungan. Siswa SMPN 2 Tambakrejo cenderung pasif dalam pembelajaran, ini dapat terlihat bahwa siswa tidak antusias terhadap pelajaran IPA. Incame yang rendah dari SMPN 2 Tambakrejo juga sangat berpengaruh, kemungkinan faktor ekstern yang berpengaruh dapat berasal dari guru, media pembelajaran, model pembelajaran, sarana prasarana, dan lingkungan hal ini menyebabkan prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
belajar siswa tidak dapat optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode pembelajaran IPA. Pada umumnya pembelajaran IPA di SMP masih didominasi pendekatan konvensional dengan metode ceramah. Untuk membangkitkan semangat belajar siswa diperlukan metode pembelajaran yang baru. Bermain didefinisikan
sebagai
suatu
aktivitas
yang
membantu
anak
mencapai
perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional (Andang Ismail, 2006 : 15-16). Fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada diambang ketegangan. Bermain sambil belajar dapat dijadikan metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi. Ada beberapa pendekatan metode pembelajaran biologi seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, PBL,CTL dan lain sebagainya. Menurut Kemal Doymus dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Effects of Two Cooperative Learning Strategis on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry (2009: 34) . “These methods and structures can be categirizet into the following models a)Student Teams and Achievement Divisions (STAD), b) Teams – Tournaments (TGT), c) Learning Together(LT), d) Jigsaw Technique(JT), e) Group Investigation Technique (GIT), f) Team Accelerated Instruction (TAI) and g) Cooperative Integrated Reading and composition (CIRC). Pembelajaran kooperative ini ada beberapa metode dan struktur antara lain STAD, TGT, LT, JT, GIT, TAI, CIRC. Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta penguasaan kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal dan membangkitkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
motivasi siswa supaya senang dengan pelajaran IPA, sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, diharapkan juga model pembelajaran yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar semaksimal mungkin yaitu
dengan cara siswa menerapkan
pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Selama ini, dalam kegiatan belajar individual masih cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. Pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Disini, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahua yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Model pembelajaran kooperatif merupakan contoh model pembelajaran yang dapat membantu peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang ada, hal inidikarenakan adanya interaksisiswa didalam kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga menghasilkan
akibat-akibat
positif
lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tema belajar sambil bermain adalah metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments). Salah satu contoh pembelajaran kooperatif yang tepat untuk materi sistem koordinasi pada manusia adalah metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) merupakan contoh model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang mempunyai tema belajar sambil bermain. Metode pembelajaran TGT kemungkinan tepat diterapkan untuk materi biologi, karena TGT lebih tepat diterapkan untuk mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan. Yang membedakan TGT dengan metode dari model cooperatif learning yang lain adalah, metode TGT menambah dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam
mempersiapkan
diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan maslah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu-waktu siswa bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti Ular tangga, Scrambel, Roda impian, TTS dan Piramid, tetapi sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah Teka-teki silang (Cross Word) dan Ular tangga. Untuk proses pembelajaran biologi pada materi perkembangbiakan pada tumbuhan, dimana dengan permainan teka-teki silang siswa dapat belajar memecahkan suatu permasalahan dengan cara serta usahanya sendiri, sedangkan dengan permainan ular tangga dapat meningkatkan motivasi siswa karena untuk mencapai finish (mencapai kemenangan) dapat diperoleh dengan keberuntungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
mengocok dadu. Kedua permainan ini memiliki kelebihan dan kelemahan masingmasing. Perbedaan jenis permainan pada metode TGT kemungkinan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam metode pembelajaran ini siswa diharapkan dapat bermain sambil belajar dalam suasana kerja sama, sehingga siswa tertarik dan tidak bosan dalam belajar materi sistem koordinasi pada manusia, yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan pada uraian diatas, penulis memperoleh pemikiran bahwa, prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model, metode dan media pembelajaran ditinjau dari memori dan kreativitas siswa. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang pembelajaran biologi dengan metode TGT (Teams Games Tournaments) menggunakan permainan ular tangga dan teka-teki silang ditinjau dari memori dan kreativitas siswa yang melibatkan peran aktif siswa dalam belajar sambil bermain.
B. Identifikasi Masalah Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah: 1. Rata-rata prestasi belajar siswa di SMPN 2 Tambakrejo belum memadai karena guru melaksanakan proses pembelajaran secara monoton; 2. Adanya beberapa model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran biologi (standar kompetensi Pada materi sistem koordinasi pada manusia) seperti : TGT, GI, STAD, TPS dan lain sebagainya, namun guru cenderung mengajar dengan ceramah; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3. Adanya beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran biologi seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, PBL, dan lain sebagainya, namun guru mengajar selalu dengan monoton; 4. Karakteristik siswa adalah selalu aktif dan suka bermain, namun dalam proses pembelajaran selalu berorientasi teacher centered; 5. Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti ular tangga, TTS, Scrambel, Roda Impian, Wordsquare dan lain sebagainya, namun belum banyak guru yang mengaplikasikannya; 6. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal siswa seperti motivasi, kreatifitas, sikap ilmiah, keterampilan proses, memory dan lain sebagainya, dalam proses pembelajarannya; 7. Penyampaian materi biologi di kelas IX sangat padat seperti: sistem Ekskresi, sistem Reproduksi, kelangsungan hidup organisme, hereditas dan sistem koordinasi pada manusia namun guru belum mampu menunjukkan saling keterkaiatan konsep tersebut; 8. Guru hanya cenderung menitik beratkan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal penilaian biologi terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian mempunyai arah yang jelas dan terfokus pada masalah yang diteliti. Pembatasan masalah penelitian ini dititik beratkan pada:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
1. Metode Pembelajaran Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya model TGT menggunakan permainan Teka-teki silang dan ular tangga. 2. Materi Pembelajaran Materi Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi sistem koordinasi pada manusia. 3. Memori Memori siswa dibatasi hanya pada tinggi dan rendah. Memori yang diukur merupakan memori spesial. 4. Kreativitas Kreativitas siswa dibatasi untuk kategori tinggi dan rendah 5. Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang dan permainan ular tangga terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? 2. Apakah ada pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? 4. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? 5. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? 6. Apakah ada interaksi antara memori dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? 7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan tekateki silang dan Ular Tangga terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. 2. Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. 3. Pengaruh kreativitas belajar tinggi dan rendah biologi materi sistem koordinasi pada manusia. commit to user
terhadap prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. 5. Interaksi antara metode
pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. 6. Interaksi antara memori dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. 7. Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
F. Manfaat Penelitian Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan atau sebagai bahan pemikiran kepada guru maupun tenaga-tenaga kependidikan lainnya agar lebih cermat dalam menentukan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. b. Memberikan masukan bagi para pendidik dalam pemilihan strategi pembelajaran, bahwa perlu adanya inovasi metode dalam pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan efektifitas dala pembelajaran. c. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara memilih metode pembelajaran yang tepat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
d. Hasil penelitian diharapkan dapat menumbuh kembangkan kreativitas dan apresiasi guru dalam pembelajaran yang berkualitas , yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi, khususnya pada materi pokok sistem koordinasi pada manusia.
2. Manfaat Teoris a. Menambah wawasan bagi para pendidik dalam menggunakan model TGT dengan menggunakan permainan teka-teki silang dan ular tangga. b. Informasi sumbangan tentang memori terhadap prestasi belajar siswa. c. Informasi sumbangan tentang kreativitas belajar terhadap prestasi siswa. d. Menambah khasanah teori dalam bidang penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran Belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi manusia, Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, apakah belajar itu?. Menurut Ratna wilis Dahar (1989: 21), belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan prilaku akibat dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus yang terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh untuk mengeluarkan respon terkondisi. Belajar seperti ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontinuitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, hal ini sering kita alami dan kita kenal sebagai belajar “drill”. Ketiga, belajar adalah konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan beberapa besar pengulangan itu, belajar ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian, kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi yang lain dalam belajar commit to user 16
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami pengertian. Sedangkan
pembelajaran
adalah
menanamkan
pengetahuan
pada
seseorang dengan cara paling singkat dan tepat (Slameto, 2003: 30). Sehingga model pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa struktur cara menanamkan pengetahuan pada seseorang. Dapat juga diartikan pula sebagai pola yang yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk guru dikelas. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
pembelajaran, dan
pengelolaan
kelas.
Model
ini sebagai kerangka koseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran membuat para pengembang pembelajaran memahami dan merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran (Agus Supriyono 2009: 46) Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang dapat kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain: a.
Teori Belajar Konstruktivistik Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. (Asri Budiningsih, 2005: 58). Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Menurut Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul “Between Constructivism and Connectedness ”(2008: 325): “Thus, constructivist teacher education programs typically agree on the following four principles formulated: a). Constructivist learning is about constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist learning is about understanding and applying, not recall.; c). Constructivist learning is about thinking and analyzing, not accumulating and memorizing; d). Constructivist learning is about being active, not passive. Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a). Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c). Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan menganalisis bukan untuk mengumpulkan dan menghafalkan pengetahuan, d). Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan pembelajaran yang bersifat pasif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Paul suparno (2001: 122-130), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan (kontruksi) orang itu sendiri. Piaget menyatakan secara ekstrim bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang dianggap tahu bila murid tidak mengolah dan membentuknya sendiri. Pembentukan pengetahuan ini itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan orang itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan atau lingkungan baru. Orang itu sendiri yang membentuk pengetahuannya. Namun, ini bukan tidak berarti bahwa orang lain atau lingkungan sosial lain tidak mempunyai peranan. Orang-orang atau lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan tersebut, sebagai yang memacu, mengkritik dan menantang, sehingga proses pembentukan pengetahuan lebih lancar. Dengan berhadapan dan berkontak dengan orang lain, gagasan seseorang ditantang, diluruskan serta diyakinkan. Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan (Asri Budiningsih, 2005: 57), yaitu: 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. 1) Piaget Jean Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkrit ke abstrak. Menurut Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan spontan namun umur kronologis yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama selama masa transisi dari periode yang satu ke periode berikutnya. Umur kronologis itu dapat saling tindih tergantung kepada individu. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung. Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkontruksi pengetahuan secara terusmenerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru. Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif, adalah pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu dan secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas. Paul Suparno (2007: 10-11) menyatakan kontruktivisme psikologis diawali oleh penelitian Piaget yang meneliti bagaimana seorang anak membangun kognitifnya. Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentik pengetahuannya sendirian. Penelitian ini menyoroti bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget menekankan bagaimana individu secara mandiri mengkonstruksikan pengetahuannya dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Dalam pembentukan pengetahuan lewat skema-skema itu, seorang anak mengerjakan sendiri tanpa orang lain. Jelas pendekatan Piaget ini lebih personal dan individual, kontruktivisme personal inilah yang dalam banyak tempat dan negara memunculkan adanya sekolah individual. Piaget juga mengungkapkan tata perkembangan siswa melalui teori-teori perkembangan berpikir, Piaget membedakan antara dua aspek berpikir yang saling melengkapi: aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan tiruan (imitasi)keadaan sesaat dan statis. Aspek operatif berkaitan dengan transformasi dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat transformasi tertentu atau sebagai titik tolak commit to pemikiran user transformasi lain. Dengan kata lain, aspek yang lebih esensial adalah
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
aspek operatif, aspek inilah yang sangat berperan dalam pembentukan pengetahuan seseorang. Aspek berfikir figuratif memunculkan pengetahuan yang figuratif, yaitu pengetahuan hafalan atau pengetahuan representasi , misalnya pengetahuan seorang anak akan nama-nama barang dan kota merupakan pengetahuan figuratif, disini anak dapat menyebutkan nama-nama akan tetapi dapat terjadi bahwa anak tidak memahami konsep nama-nama itu. Berfikir operatif memunculkan pengetahuan operatif, yang merupakan pengetahuan yang sesungguhnya. Ciri pengetahuan ini adalah anak mengerti konsep-konsep dan strukturnya yang lebih umum sehingga dapat digunakan untuk memahami pengalaman-pengalaman lain yang senada. Pengetahuan figuratif adalah pengetahuan
yang pasif, sedangkan
pengetahuan yang operatif adalah
pengetahuan yang aktif di mana seorang anak sungguh-sungguh mengolah dan membentuk pengetahuan. Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan manusia itu pada dasarnya adalah aktif, mengetahui adalah mengasimilasikan realitas dan sistem-sistem transformasi. Mengetahui adalah mentransformasi realitas agar dapat dimengerti bagaimana satu realitas tertentu terbentuk, dengan kata lain mengetahui sesuatu adalah membentuk sistem transformasi yang dapat menjelaskan sistem tersebut.
2) Vygotsky Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu: (a) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran, (b) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten, (c) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya, (d) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. . Vygotsky sangat yakin bahwa ”kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni : ”(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan commit to userpetunjuk, peringatan, dorongan, yang diberikan siswa dapat berupa
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori Vygotsky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanan perancahan dalam pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggungjawab terhadap belajar. b. Teori Belajar Ausubel Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau
guru
dalam
menyajikan
materi
pelajaran
yang
baru
dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Menurut
Ausubel
dalam Ratna Willis
Dahar ( 1989: 117)
teori belajar bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur awal ( Advance organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat”. a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi informasi
yang
berhubungan
yang dapat
digunakan
dalam
membantu
menanamkan pengetahuan baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru. Contoh: handout sebelum perkuliahan, b) Diferensiasi progresif: Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan konsep – konsep yang umum dulu, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh, sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada materi hidrokarbon terlebih dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan menunjukan mengapa senyawa itu disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan ada dua macam senyawa karbon yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini dijelaskan berdasarkan perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan menjadi beberapa golongan yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation. Kemudian hidrokarbon diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna berdasarkan sifat – sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh – contoh yang terdapat dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif: Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, d) Belajar superdinat: terjadi bila konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau
guru
dalam
menyajikan
materi
pelajaran
yang
baru
dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS dan TGT-UT adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru. c.
Teori Belajar menurut Gagne Definisi belajar menurut Gagne (1984) yang dikutip oleh Ratna Wilis
(1989:11), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalamam. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar biologi yang penting adalah pengalaman yang dapat membuat perubahan tingkah laku, bentuk tingkah laku yang diamati (observabel) dan dapat diukur. Masukan atau input yang berupa stimulus merupakan bentuk pengalaman yang diperoleh siswa, sedangkan keluaran atau output yang berupa respon merupakan bentuk tingkah laku hasil belajar, yang dapat dilihat dari prestasi belajar biologi. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa seperti metode pembelajaran untuk membantu siswa dalam menyerap apa yang diberikan oleh guru, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan sisswa terhadap stimulus. Bentuk stimulus berupa pengalaman yang diperoleh siswa akan mempengaruhi tingkat perubahan perilaku. Semakin menarik pengalaman yang diberikanguru seperti metode pembelajaran yang inovatif
akan memberikan
respon yang tinggi pula, sehingga akan membantu siswa memperoleh prestasi yang tinggi. Fase belajar menurut Gagne (1983)dalam Margaret E. Bell Gleder (1994: 199) ditunjukkan tabel 2.1
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1. Sembilan Fase Belajar
Perincian
Fase
1. Persiapan untuk 1. Mengarahkan belajar (attending)
Fungsi perhatian Belajar peka stimulus
2. Penghargaan (expectancy)
terhadap
Membawa si belajar tahu tujuan belajar.
Mengingat kembali. 3. Mendapatkan kembali/ retrieval dari memori kerja 2. Pemerolehan 4. Persepsi seleksi atas sifat Penyimpan sementara dan untuk stimulus dalam memori kerja. pembuatan (performansi) 5. Sandi semantik(semantic Pengalihan sifat stimulus dan informasi ke memori enconding) jangka panjang.
3. Alih belajar
6. Retrival dan respon
Mengembalikan informasi yang disimpan ke pembangkit respon.
7. Penguatan (reinforcement)
Konfismasi belajar.
tujuan
8. Pengisyaratan untuk Mengingat kembali retrieval 9. Pemberlakuan secara umum Alih belajar ke situasi baru (generalizability)
Berdasarkan teori Gagne diatas proses perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar ditunjukkkan dengan prestasi hasil belajar yang diperoleh melalui fase-fase belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pengarahan perhatian (attending) sebagai stimulus yang akan diseleksi untuk disimpan dalam memori kerja. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar yang dapat ditangkap melalui alat indera. Seleksi didasarkan atas sifat stimulus, semakin kuat sifat perhatian/ stimulus, semakin kuat informasi yang dibawa ke commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyimpan sementara dalam memori kerja, yang selanjutnya akan dibawa ke memori jangka panjang. Yang akan muncul atau retrieval bila dipanggil atau yang disebut mengingat kembali. Dalam proses belajar biologi dapat diartikan bahwa peranan guru sangat penting dalam hal pengarahan perhatian, misalnya penentuan jenis metode pembelajaran yang mempunyai stimulus tinggi yang mampu memberikan kekuatan besar penyimpanan dalam memori kerja dan memori jangka panjang untuk disimpan sebagai bentuk respon ingatan. Sehingga dengan metode pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan kepekaan stimulus akan mempermudah siswa d. Teori Motivasi Perspektif
motivasional
pada
pembelajaran
kooperatif
terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja (Slavin, 2005: 34). Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok (penjumlahan pencapaian individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers (seperti dorongan dan pujian) sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
e. Teori Belajar Sosial Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27), menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan - determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan. Pernyataan ini didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh Bandura yang menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku pro sosial dan juga tingkah laku anti sosial. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar secara global dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (Muhibbin Syah, 2006: 132), faktor internal meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat rokhaniah): (1) Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat tubuh (tonus jasmani, mata dan telinga), (2) Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar, sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. (1) Faktor keluarga, berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; (3) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2. Pembelajaran Kooperatif Menurut Renante P.Manlunas menyatakan bahwa “ICT and Cooperative Learning : Renventing the Classroom: (2006:4) “Cooperative learning (CL) is The instructional use of small groups through which students work together to maximize their own and each others learning” In this type of classroom, the students interact with their groups and perform task-oriented activities designed by the teacher”. Pembelajaran kooperatif (CL) adalah penggunaan pembelajaran melalui
kelompok-kelompok
kecil
dimana
siswa
bekerja
sama
untuk
memaksimalkan mereka sendiri dan masing-masing orang lain belajar. Dalam hal ini jenis kelas ,siswa berinteraksi dengan kelompok mereka dan melakukan kegiatan berorientasi tugas yang dirancang oleh guru. Menurut Slavin (2005: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang terdiri dari
kelompok
kecil,
masing-masing
terdiri
dari
siswa
yang
tingkat
kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran jenis ini dapat meningkatkan pemahaman mereka akan setiap pelajaran. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggungjawab terhadap pengajaran yang diajarkan, tetapi mereka juga ikut membantu belajar teman kelompoknya. Selain itu juga, untuk menciptakan pencapaian dari sebuah suasana yang diharapkan, para siswa mengerjakan semua tugas-tugas sampai semua anggota kelompok benar-benar memahami secara lengkap dengan baik. Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul
“The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviour Discourse and Learning During a Science-Based Learning Activity” (2008: 332) : “This includes ensuring that the group task is established so that all members realize that they are required to contribute and to assist others to do likewise. It also includes ensuring that students are taught the interpersonal and small-group skills that are required to help students communicate effectively with their peers, manage conflict, allocate resources fairly and make decisions democratically. When these elements have been embedded into the small group structure, students are more likely to feel included and accepted as part of the ‘group’, and this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to achieve and contribute to both their own and the group’s goals”. Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir dan saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga commit to user berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu,
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima sebagai bagian dari ‘group’ itu. Untuk Selanjutnya, siswa akan terdorong untuk merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai tujuan belajar dari dalam diri siswa maupun dari kelompoknya. Usaha kerjasama tersebut menghasilkan keuntungan bagi para peserta sehingga semua anggota kelompok: a. meraih dari setiap usahanya masing-masing (keberhasilannmu menguntungkanku dan keberhasilanku menguntungkanmu), b. mencatat bahwa semua anggota kelompok berbagi keyakinan pada umumnya (ikut tenggelam atau berenang bersama-sama), c. mengetahui kualitas penampilan setiap orang karena dirinya sendiri dan anggota kelompoknya (kita tidak bisa melakukan itu tanpa kamu), d. merasakan kebanggaan dan merayakan bersamasama ketika sebuah anggota kelompok berhasil dalam pencapaian (selamat buat keberhasilanmu). Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan dalam jurnalnya yang berjudul “Promoting Cooperatif Learning in Scince and Mathematic Education : A Malaysian Perspectif”(2006:2) “Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both an instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.” Pembelajaran
kooperatif
berdasarkan
atas
kepercayaan
bahwa
pembelajaran yang paling efektifcommit ketika siswa to userterlibat aktif dalam mengeluarkan
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran kooperatif menggunakan perpaduan antara metode pembelajaran dan alat atau media pembelajaran. Pembelajaran kooperatif hanya berdasarkan keadaan yang meyakinkan bahwa usaha bekerjasama diharapkan menjadi lebih produktif daripada persaingan dan usaha individual. Kondisi tersebut antara lain: a. ketergantungan yang positif,
(tenggelam/ berenang bersama-sama): 1) setiap
usaha anggota kelompok diharapkan dan sangat diperlukan untuk keberhasilan kelompoknya, 2) masing-masing anggota kelompok memiliki kontribusi yang unik untuk membuat usaha bersama, karena sumbernya atau aturannya dan bertugas untuk bertanggung jawab; b. Interaksi secara langsung (meningkatkan keberhasilan satu sama lain): 1) penjelasan secara lisan tentang cara mengatasi masalah-masalah, 2) mengajari pengetahuan satu sama lain, 3) menguji pemahaman, 4) membahas konsep yang diajarkan, 5) menghubungkan pelajaran sekarang
dengan
masa lalu;
c.
individu
dan
kelompok yang dapat
dipertanggungjawabkan (tidak tergantung, tidak bermalas-malasan): 1) menjaga ukuran kelompok kecil. Kelompok yang lebih kecil merupakan kelompok yang dapat dipertanggungjawabkan lebih besar, 2) memberikan tes secara individu untuk setiap siswa, 3) menguji siswa dalam ucapan dengan memanggil satu siswa untuk mempresentasikan pekerjaan sendiri/kelompoknya kepada guru. (presentasi dalam kelompok / untuk segala kelas), 4) observasi masing-masing kelompok dan merekam frekuensi dari kontribusi setiap anggota terhadap tugas kelompok, 5) menetapkan satu siswa dalam setiap aturan kelompok dari pengecek. Pengecek meminta
anggota
kelompok
lain untuk menjelaskan commit to user
sebab-sebab
dan
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
perbandingan jawaban kelompok, 6) Beberapa siswa mengajarkan apa yang telah mereka pelajari terhadap orang lain; d. keahlian kelompok kecil dan perseorangan: 1) Kehalian sosial harus diajari, 2) Kepemimpinan, 3) Membuat keputusan, 4) Membangun kepercayaan, 5) Komunikasi, 6) Keahlian mengatur konflik; e. proses kelompok: 1) Anggota kelompok membahas bagaimana mereka mencapai tujuannnya dan menjaga hubungan kerja yang efektif, 2) Menggambarkan tindakan anggota yang membantu dan tidak membantu, 3) Membuat keputusan tentang perilaku yg berkelanjutan atau yang harus dirubah. Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul “The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviour Discourse and Learning During a Science-Based Learning Activity” (2008: 332) : “This includes ensuring that the group task is established so that all members realize that they are required to contribute and to assist others to do likewise. It also includes ensuring that students are taught the interpersonal and small-group skills that are required to help students communicate effectively with their peers, manage conflict, allocate resources fairly and make decisions democratically. When these elements have been embedded into the small group structure, students are more likely to feel included and accepted as part of the ‘group’, and this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to achieve and contribute to both their own and the group’s goals”. Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir dan saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu, dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah commit to user ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai bagian dari ‘group’ itu. Untuk Selanjutnya, siswa akan terdorong untuk merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai tujuan belajar dari dalam diri siswa maupun dari kelompoknya.
3. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Ada beberapa pendekatan metode pembelajaran biologi seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, PBL,CTL dan lain sebagainya. Menurut Kemal Doymus dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Effects of Two Cooperative Learning Strategis on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry (2009: 34) . “These methods and structures can be categirizet into the following models a)Student Teams and Achievement Divisions (STAD), b) Teams – Tournaments (TGT), c) Learning Together(LT), d) Jigsaw Technique(JT), e) Group Investigation Technique (GIT), f) Team Accelerated Instruction (TAI) and g) Cooperative Integrated Reading and composition (CIRC). Pembelajaran kooperative ini ada beberapa metode dan struktur antara lain STAD, TGT, LT, JT, GIT, TAI, CIRC. Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif metode TGT. Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode TGT merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins (Slavin, 2005: 13). Perbedaan metode TGT dengan metode lain dari model pembelajaran kooperatif yaitu, dalam metode TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan Terdapat lima komponen dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif metode TGT, yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
a. Presentasi Kelas/ Pengamatan Langsung Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun presentasi audiovisual. Guru membagi kelompok sesuai dengan nilai ujian SMP siswa serta menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. b. Belajar Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Menurut Renante P.Manlunas dalam jurnalnya yang berjudul “ICT and Cooperative Learning : Renventing the Classroom: (2006:4): “In TGT, students are assigned to three or four–member teams that are mixed in performance and gender”. Dalam TGT, siswa ditugaskan untuk tiga atau empat anggota tim yang dicampur dalam kinerja dan gender. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembarkegiatan atau meteri lainnya. Pembelajaran tim sering melibatkan pembahasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Pada metode TGT ini, poin penting yang perlu ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream. c. Permainan/Game Permainan disusun untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dalam pembelajaran koopertaif metode TGT dapat berupa permainan yang mudah dan banyak dikenal. Dalam penelitian ini permainan yang digunakan adalah Teka-Teki Silang (Cross Word) dan Ular tangga. d. Tournament/ Pertandingan Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan dilaksanakan setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Menurut Renante P.Manlunas dalam jurnalnya yang berjudul “ICT and Cooperative Learning : Renventing the Classroom: (2006:4) “The teacher presents the lesson and then students work with their teams to ensure that all the members have mastered the lesson. The students then play academic gamescommit and tournaments either weekly or at the end to user of the unit. Here, the students play games at three to four–person
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
tournament tables with members from the other teams who have comparable past performances and have contributed tournament points to their team total.” Guru menyajikan pelajaran dan kemudian karya siswangan tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota sudah menguasai pelajaran. Para siswa kemudian bermain game akademis dan turnamen baik mingguan atau pada akhir unit. Disini para siswa bermain game di meja turnamen tiga sampai empat orang dengan anggota dari tim-tim lain yang memiliki kinerja masa lalu sebanding dan telah memberikan kontribusi total poin turnamen untuk tim mereka. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka, jika mereka melakukan yang terbaik. Dalam tournament mengilustrasikan hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen. Setelah tournament selesai maka dilakukan penilaian. e. Penghargaan Tim Tim yang mendapat nilai tertinggi pada permainan teka-teki silang dan mencapai finish pada permainan ular tangga adalah sebagai pemenang dan akan diberikan reinforcement atau penghargaan. Penghargaan atau pengakuan kelompok diberikan oleh guru dengan menggunakan laporan berkala, majalah dinding atau bentuk lain untuk pengakuan umum dan hadiah untuk tim yang mempunyai prestasi tinggi individu mingguan tinggi atau kedudukan kumulatif tinggi. Penghargaan ini tidak hanya sekedar memberikan hadiah besar, tapi yang lebih penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
lakukan (Slavin, 2005: 160). Menurut Fengfeng ke dalam jurnalnya yang berjudul “Alternative Gool Structures for Computer game-based learning ”(2008:432). “Although cooperative learning theory suggests individuals, regardless of gender and ability, should experience enhancements in learning and attitudes toward a subject: 1) Learners perceive that they will be rewaded based on comparison with other individual learners and their sense of self-determination decreases.2) Learners perceive that they are working together with other students to gain rewards or perceive themselves as working for their own rewards;their sense of selfdetermination increases”. Meskipun teori pembelajaran kooperative dipercaya secara individu, dengan mengabaikan jenis kelamin dan kemampuan. 1) pelajar akan melihat mereka akan memberikan penghargaan berdasarkan perbandingan dengan individu lain dan mereka rasa hak menentukan itu menurun.2). pelajar akan melihat mereka bekerja sama dengan pelajar lain untuk menperoleh penghargaan, dan mengamati mereka belajar untuk mendapatkan penghargaan diri sendiri memberikan penghargaan berdasarkan perbandingan dengan individu lain dan mereka rasa hak menentukan itu meningkat. Menurut Yolanda Sarason dan Catherine Banbury dalam jurnalnya yang berjudul “Active Learning Facilitate by Using a Game-Show Format or Who Doesn’t Want to be a Millionaire Malaysian Perspective”(2004:513) : “The use of the game show in the classroom is consistent with the underlying assumption of active learning that porrtray students as actively engagad in their learning and their world. this simple tool can help facilitate learning that draws on the higher cognitive skills that are involved with the analysis, synthesis, and evaluation of material. The use of games is particularly effective if the intellectual engagement high and if students are more motivated to learn”. Dalam menggunakan permainan pertunjukan di kelas tetap dengan commit to user mendasari pengambil-alihan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran.
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Permainan dapat membantu memudahkan dalam belajar dan menggambarkan pengetahuan yang lebih tinggi bagi orang yang bersangkutan dengan adanya analisis, perpaduan, dan evaluasi bahan. Penggunakan permainan akan efektif jika perikatan berkenaan dengan akal budi yang tinggi dan jika pelajar lebih termotivasi mempelajarinya. Jika kita dapat dengan mudah belajar di permainan itu maka akan
menyenangkan dan menarik. Dalam pembelajaran kooperatif
metode TGT, meskipun belajar mengajar secara berkelompok namun prestasi belajar yang diukur merupakan prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa akan terpacu untuk lebih siap belajar khususnya belajar ilmu kimia, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya. Selain itu, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok, sehingga diharapkan setiap siswa dalam kelompok dapat belajar dengan sungguhsungguh. Dalam pembelajaran kooperatif metode TGT, meskipun proses belajar mengajar dilakukan secara berkelompok, akan tetapi prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh karena terpacu untuk lebih siap belajar khususnya belajar ilmu biologi sistem syaraf, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya. Peran guru dalam metode TGT ini hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pembelajaran Kooperatif Metode Ular tangga Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan
kotak
lain.
Permainan
ini
diciptakan
pada
tahun
1870
(http://id.wikipedia.org). Setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Kotak yang terdapat dalam ular tangga yang digunakan dalam pembelajaran ini berjumlah 80. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Permainan ular tangga merupakan salah satu teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini. Ular tangga yang digunakan dalam pembelajaran ini dinamakan ular tangga SS (Sistem saraf), yaitu modifikasi dari permainan ular tangga tetapi pada kotak-kotak angka diubah dengan pertanyaan atau tugas yang berkaitan dengan konsep sistem saraf. Dengan penerapan teknik pembelajaran seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
belajar siswa di kelas. Ular tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permainan yang digunakan sebagai media pembelajaran metode TGT berbentuk papan yang dibagi dalam kotak-kotak kecil dan digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain, dimana setiap kotak berisi pertanyaan yang berhubungan dengan konsep struktur atom. Adapun kelebihan dan kekurangan dari permainan ular tangga ini adalah: a. Kelebihan permainan Ular tangga: 1) kerjasama kelompok dalam mencapai finish sangat ditekankan; 2) anak tidak selalu dituntut untuk berpikir, sehingga suasana turnamen cenderung lebih menyenangkan; 3) dengan keberuntungan mengocok dadu, memberikan motivasi lebih besar pada siswa untuk mencapi finish (mencapai kemenangan); 4) memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi, karena siswa dituntut untuk aktif dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat; 5) dapat memuat pertanyaan dengan berbagai jenis jawaban (tidak hanya sebuah konsep hafalan, tetapi juga konsep hitungan); b. Kelemahan permainan Ular tangga: kurang dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena kemenangan dipengaruhi oleh adanya keberuntungan (adanya ular dan tangga).
5. Pembelajaran Kooperatif Metode Teka-teki silang (Cross word) Teka Teki Silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya biasanya dibagi ke dalam kategori 'Mendatar' dan 'Menurun' tergantung posisi kata-kata yang harus diisi. (http://id.wikipedia.org) commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TTS alias teka-teki silang bukan hanya membuat anak meningkat memfokuskan pikiran dan bersikap sabar dan teliti dalam mengerjakan apapun. Mengisi TTS dapat menjadi pilihan bermain bagi anak, jika dilakukan dalam keadaan
menyenangkan.
Anak
diajak
memainkan
imajinasinya
untuk
menghasilkan sebuah kata yang tepat sesuai pertanyaan melalui stimulus satu huruf baik di awal, tengah maupun akhir. Mengisi TTS ini memerlukan kesabaran, fokus serta pengetahuan umum yang memadai sesuai tingkatan usia dan kemampuan anak. Saat anak mulai mencocokan urutan pertanyaan dengan letak kotak secara mendatar atau menurun sesungguhnya hal tersebut pun dapat mengasah kecekatan, dimana kegiatan ini memerlukan koordinasi mata dan tangan. Pada saat itulah anak membiasakan diri untuk fokus serta berkonsentrasi agar menuliskan jawaban pada kotak yang tepat. Dalam mengerjakan TTS, tentu anak tidak selalu mulus dalam menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada. Ada kalanya anak menemukan pertanyaan yang sangat mudah namun bukan tak mungkin dia terhadang kesulitan. Hal ini tentu dapat dijadikan keuntungan jika mereka jeli melihatnya. Karena di tengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi ke dalam deretan kotak tersebut, sesungguhnya tanpa disadari anak tengah belajar mengendalikan emosi dan bersabar dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Dalam hal ini adalah jawaban dari TTS yang sedang dia kerjakan. Seiring waktu berjalan, perlahan anak akan mengerti bahwa tak selalu yang diinginkan bisa didapat dengan mudah bahkan terkadang harus didapatkan dengan usaha yang keras. Di sini pun anak commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat belajar memecahkan suatu permasalahan dengan cara serta usahanya sendiri. Permainan teka-teki silang merupakan salah satu teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, teka-teki silang digunakan sebagai media pembelajaran metode TGT, jelasnya digunakan sebagai alat pertandingan siswa sebagai sebuah permainan. Teka-teki silang yang digunakan dalam pembelajaran ini dinamakan teka-teki silang SS (Sistem saraf) , yaitu modifikasi dari permainan teka-teki silang tetapi pada ruang-ruang kosong (kotak putih) diubah dengan pertanyaan atau tugas yang berkaitan dengan konsep sistem saraf. Dengan penerapan teknik pembelajaran seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa di kelas. Jadi, teka-teki silang yang dimaksud disini adalah permainan yang digunakan sebagai media pembelajaran metode TGT, dimana siswa harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) yang dibagi dalam kategori mendatar dan menurun dengan huruf-huruf yang membentuk jawaban dari soal sistem saraf. Adapun kelebihan dan kelemahan permainan teka-teki silang yang digunakan ini, antara lain: a. Kelebihan: 1) Dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena tidak ada faktor keberuntungan dalam mencapai kemenangan; 2) Diperlukan pengetahuan yang cukup, karena siswa harus aktif mencari jawaban sendiri dengan tepat; b. Kekurangan : 1) Tidak dapat memuat pertanyaan hitungan dengan jenis jawaban yang komplek; 2) Jawaban lebih mudah ditebak, karena ada huruf-huruf yang menghubungkan sebuah kata. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Beberapa definisi mengenai media pembelajaran: 1) Schramm (1977), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, 2) Briggs (1977), berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya, 3) National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk
teknologi
perangkat
keras
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya: a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya: 1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, 2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya, 3) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya, 4) Projected motion media : film,
televisi,
video
(VCD,
DVD,
VTR),
(http://akhmadsudrajat. wordpress.com). commit to user
komputer
dan
sejenisnya
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.2. Hubungan Media dengan Tujuan pembelajaran Jenis Media
1
2
3
4
5
6
Gambar Diam
S
T
S
S
R
R
Gambar Hidup
S
T
T
T
S
S
Telivisi
S
S
T
S
R
S
Obyek tiga dimensi
R
T
R
R
R
R
Rekaman Audio
S
R
R
S
R
S
Programmed instruction
S
S
S
T
R
S
Demonstrasi
R
S
R
T
S
S
Buku teks tercetak
S
R
S
S
R
S
Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T= Tinggi 1 = Belajar Informasi faktual, 2 = Belajar pengenalan visual, 3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan, 4 = Prosedur belajar, 5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik, 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan
tujuan
pembelajaran
atau
kompetensi
yang
ingin
dicapai(http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
7. Memori a.
Pengertian Memori Memori atau ingatan adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan
otak dalam pengambilan informasi (http://id.wikipedia.org). Menurut Wood Worth dan Marquis (1957) dalamcommit Bimo walgito to user (2003: 145), memori atau ingatan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Istilah lain yang sering digunakan dalam materi pelajaran biologi adalah memasukkan (encoding), menyimpan (storage) dan menimbulkan kembali (retrieval). Tahapan proses mengingat menurut Atkinson dan Shiffrin (1968), morgan dkk (1984) dalam Bimo Walgito (2003: 147) ditunjukkan pada skema gambar 2.1 berikut: Memory output
Sensori register
sensori input
attention
retrieval Rehearsal buffer
short term store (hold only a few items )
storage
A,A’,A” etc B,B’,B” etc Etc Etc Etc long term store
(hold atremendous amount Of information in organized Categories)
Gambar 2.1 Tahapan proses mengingat (Atkinson dan Shiffrin, 1968) dan Morgan (1984).
Stimulus sebagai sensory input dipersepsi melalui alat indera (sensory register), untuk mengadakan persepsi perlu adanya perhatian misal dalam proses pembelajaran dengan pemberian metode yang menarik dan inovatif. Dalam waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
yang singkat apa yang dipersepsi itu dapat ditimbulkan kembali memory output, yang disebut short term memory atau disebut juga short term store. Apabila persepsi tidak segera ditimbulkan dalam alam kesadaran sebagai memory output, tetapi disimpan dalam ingatan melalui encoding, apabila diperlukan melalui retrieval apa yang ada dalam gudang atau ingatan itu ditimbulkan kembali sebagai memory output. Retrieval kebalikan dari encoding yaitu mencari informasi yang ada dalam gudang ingatan. Apa yang dipersepsi atau dipelajari itu disimpan dalam ingatan dalam waktu yang lama, apabila dibutuhkan dapat ditimbulkan kembali, inilah yang disebut long term memory atau disebut juga long terms store. Ada banyak klasifikasi ingatan berdasarkan durasi, alam, dan pengambilan sesuatu yang diinginkan. Tahapan utama dalam pembentuk dan pengambilan memori adalah: 1) Encoding: proses dan penggabungan informasi yang diterima; 2) Penyimpanan: penciptaan catatan permanen dari informasi yang telah diencode; 3) Pengambilan: memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan dalam suatu proses atau aktivitas. Memori atau daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat pengalaman terdahulu yang kemudian bisa menggunakannya kembali pada situasi yang berikutnya atau disebut (merecall). memori berkaitan dengan konsentrasi dan sebaliknya, karena anak membutuhkan daya konsentrasi yang cukup agar informasi tersebut dapat tertanam dalam diri anak. Saat anak menerima informasi baru, harus disertai kemampuan menyimpan informasi tersebut. Agar ketika berhadapan dengan kondisi yang mirip dengan pengalaman sebelumnya maka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
anak dapat merecall memori tersebut. Pengalaman – pengalaman itu tak hanya berupa akademis, namun juga berisi norma-norma. Dengan pengalaman yang kaya akan mempengaruhi pola pengembangan daya pikirnya saat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Memori menjadi salah satu hal yang mempengaruhi pembentukan intelegensi anak. Kemampuan memori yang baik mempengaruhi aspek intelegensi tapi juga pengelolaan emosi dan interaksi sosial. Memori setiap orang ternyata bukanlah semata-mata hasil genetika, tetapi juga karena adanya rangsangan dan pembentukan yang dimulai sejak dini. Seperti diketahui, kemampuan memori memegang peranan yang krusial dalam proses pembelajaran dan bagi banyak orang menjadi salah satu tolak ukur dalam intelektualitas. Bahkan, hal ini merupakan aset berharga sepanjang hidup. Tidak heran bila banyak orang pun berusaha terus untuk meningkatkan daya ingat dan mengasah ketajamannya. Dengan melakukan pengulangan, lama-lama anak pun akan terbiasa untuk mendengarkan dan merekamnnya dalam memori mereka. Dalam belajar hal yang menentukan adalah kemampuan ingatan dari peserta didik, karena sebagian besar pelajaran di sekolah adalah mengingat. Mengingat juga memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang lebih penting dalam peranan proses belajar adalah kemampuan peserta didik untuk mereproduksi kembali pengetahuan yang sudah diterimanya, misalnya pada waktu ujian para peserta didik harus mereproduksi kembali pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh selama mengikuti pelajaran. Dalam menghafal peserta didik mempelajari sesuatu dengan tujuan mereproduksi kembali kelak dalam bentuk harfiah, sesuai dengan perumusan dan kata-kata yang terdapat dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
materi asli. Dengan demikian peserta didik dapat belajar bagaimana cara-cara menghafal yang baik sehingga materi cepat dihafal dan tersimpan dalam keadaan siap direproduksi secara harafiah pada saat dibutuhkan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa memori adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. b. Tiga Bagian Memori Tehnik mengingat yang banyak dilakukan orang adalah dengan mengulang informasi yang masuk. Pengulangan informasi akan tersimpan lebih lama dan lebih mudah untuk diingat kembali. Proses pengulangan tersebut berkaitan erat dengan sistem ingatan yang ada pada manusia. Sistem ingatan manusia dibagi 3 bagian yaitu, sensori memori (sensory memory), ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan jangka panjang (long term memori). Sensori memori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah satu atau kombinasi panca indra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit. Bila informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan, namun bila diperhatikan maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan infromasi atau stimuli selama kurang lebih 30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi dapat dipelihara dan dapat disimpan di sistem ingatan jangka pendek dalam suatu saat. Setelah berada di sistem ingatan jangka pendek, informasi tersebut dapat ditransfer lagi melalui proses rehearsal ke sistem ingatan jangka panjang untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan karena tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi yang baru. c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori Menurut Bimo Walgito (1990: 107-115), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi memori, diantaranya sebagai berikut: 1) sesuatu yang mempunyai makna akan lebih mudah diingat daripada yang tidak bermakna, 2) lama interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan informasi sampai ditimbulkannya kembali informasi itu. Semakin lama interval akan semakin berkurang kemampuan memori seseorang, 3) isi interval, yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi interval. Jika mempelajari suatu materi kemudian mempelajari materi lain, maka materimateri itu akan saling mengganggu dalam proses memori, 4) situasi sesorang, istirahat akan memperkuat daya retensi, 5) perulangan, makin sering informasi diulang akan makin baik diingat, 6) emosi dapat memberikan blocking dalam mengeluarkan kembali informasi yang telah dimasukkan dalam memori, 7) amnesia, yaitu gangguan pada otak sebagai pusat kesadaran. b. Metode Pengukuran Kemampuan Memori Menurut Bimo Walgito (2004: 161-165), pengukuran memori atau ingatan seseorang dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu: 1) Metode Dengan Melihat Waktu Belajar. Metode ini untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat berapa lama waktu yang diperlukan oleh subyek untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik; misalnya dapat menimbulkan kembali materi tersebut tanpa kesalahan, 2) Metode Mempelajari Kembali. Metode ini merupakan metode yang berbentuk di mana subyek disuruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu kriteria tertentu seperti pada saat mempelajari materi tersebut yang pertama kali, 3) Metode Rekonstruksi. Dalam metode ini subyek diminta mengkonstruksikan kembali materi yang telah diberikan, setelah itu dinilai hasilnya berdasarkan waktu yang telah digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria tertentu, 4) Metode Mengenal Kembali. Metode ini menggunakan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar salah atau pilihan ganda, 5) Metode Mengingat Kembali. Metode ini menggunakan cara pengingatan kembali. Subyek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misal ujian yang berbentuk essay, 6) Metode Asosiasi Berpasangan. Dalam metode ini subyek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya. c. Pelatihan-pelatihan yang dapat Meningkatkan Memori Para ahli masih memperdebatkan apakah memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan. Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain: 1) Mnemonic: menciptakan asosiasi antar hal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
yang harus diingat; 2) Method of loci: berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat; 3) Peg word/ irama: mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama; 4) menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu; 5) memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar kepala; 6) konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity); 7) memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi; 8) menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu; 9) memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam. 10) memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja (http://rumahbelajarpsikologi.com).
8. Kreatifitas Siswa Kreativitas artinya daya cipta. Daya cipta sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali baru adalah hal yang hampir tidak mungkin, oleh karena itu kreativitas merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
sebelumnya. Menurut Munandar (1999:47-50), menyatakan bahwa kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas adalah kemampuan yang berdasarkan pada data atau informasi yang tersedia, untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Dari pendapat ini makin banyak kemungkinan jawaban yang diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang diberikan untuk menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga mutu atau kualitas jawabannya. Kreatifitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek-aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Kreativitas verbal Rhode (dalam Akbar, dkk., 2001:4) mendefinisikan kreativitas ke dalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s of Creativity, yaitu dimensi Person, Process, Press dan Product. Guilford (dalam Akbar, dkk.,2001) menyatakan bahwa Creativityrefer to the abilities that are charactheristic of creative people. Definisikan kreativitas yang menekankan dimensi proses. Kreativitas verbal menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan atau menjawab masalah dan cerminkan kemampuan operasiaonal anak kreatif. Ketiga tekanan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Kemampuan untuk membuat kombinasi atau unsur-unsur yang ada,b. Kemampuan berdasarkan data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban, c.Kemampuan yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi( mengembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan. Kesimpulan kreativitas verbal merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya dalam berbicara, menyimak, membaca, dan menulis tentang hal-hal yang konkrit ditemui di sekitar lingkungan individu.
9. Prestasi Belajar Belajar menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang dihasilkan dari belajar ini disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar dinilai atau dinyatakan dengan angka yang disebut sebagi prestasi belajar. . Prestasi belajar merupakan fungsi yang penting dalam suatu pembelajaran. Kemampuan hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar, pada proses ini siswa menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dalam belajarnya. Menurut Eliyas tri Bagyo dalam Nicolaus Dolly simon K (2008: 49), prestasi belajar adalah tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
usaha belajar. Tanda atau simbol tersebut biasanya dinyatakan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengetahui siswa berprestasi perlu adanya suatu evaluasi, yaitu suatu pengukuran dan penilaian yang dilaksanakan oleh pengajar secara berkesinambungan. Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai : a. indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa, b. lambang pemuasan hasrat ingin tahu, c. bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan, d. indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagai tingkat produktivitas dan sebagai kesuksesan siswa, e. untuk mengetahui daya serap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diprogramkan kurikulum. Menurut Nana Syaodih (2005: 102), “Hasil belajar merupakan realisasi atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa yang berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari ketiga bentuk ini, bentuk kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Aspek psikomotor biasanya digunakan untuk materi yang menggunakan praktikum, sedangkan materi yang berupa teori saja tanpa ada praktikum tidak diwajibkan menilai aspek psikomotor siswa. Hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar tersebut selalu commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja). Hasil belajar atau pembelajaran sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ada hasil nyata dan diinginkan. Hasil belajar biasa disebut juga sebagai prestasi belajar. Sehingga prestasi belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dapat berbentuk kognitif, afektif dan psikomotor. Bloom dalam Suharsimi Arikunto (2009: 117) ”prestasi belajar dibagi tiga kategori yaitu : kognitif, afektif, psikomotorik”. Prestasi belajar diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan belajar siswa yang dapat diamati atau pencerminan proses belajar yang telah berlangsung.
10.
Karakteristik Materi Pelajaran IPA atau (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan ilmu yang
mempelajari alam semesta beserta isinya, berbagai cabang ilmu ipa telah kita ketahui seperti:fisika, biologi dan kimia. Pelajaran IPA biologi (sains) diserap bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, 2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat
dan
dapat
diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tehnologi dan commit to user masyarakat, 4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berfikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam 6. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7. Meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya. Kompetensi dasar 1.3 mengenai sistem koordinasi pada manusia , terdapat empat
indikator
mengenai
sistem
koordinasi
pada
manusia
yaitu
a)
Membandingkan bentuk/ bangun bagian organ dan/atau organ penyusun sistem koordinasi pada manusia, b) Mendeskripsikan fungsi otak, fungsi sumsum tulang belakang, dan sel syaraf dalam dalam sistem koordinasi, c) Menunjukkan bagianbagian alat indera dan fungsinya, d) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Materi sistem koordinasi pada manusia yang diberikan pada siswa kelas IX semester satu perlu disignifikasi dengan suatu metode yang menarik dan sesuai. Materi sistem koordinasi pada manusia menuntut siswa untuk mengetahui berbagai hal tentang sistem koordinasi pada manusia, pada materi ini bersifat abstrak yang berarti tidak dapat dilihat langsung oleh siswa, sulit dan sangat penting bagi pengetahuan siswa, dimana sistem koordinasi mengkoordinasikan seluruh bagian organ tubuh, sehingga membutuhkan pemahaman dan hafalan yang cukup. a.
Sistem Koordinasi Pada Manusia
Menurut Istamar syamsuri (174: 183), sistem saraf sangat berperan dalam commit to user iritabilitas tubuh (kemampuan tubuh untuk menanggapi rangsang). Kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
ini memungkinkan manusia beradaptasi dan menanggapi berbagai perubahan yang terjadi di sekitarnya. Secara umum sistem saraf berfungsi : 1) Mengatur semua alat-alat tubuh agar dapat bekerja dengan serasi. 2) Menerima dan menanggapi rangsang yang ada disekitar tubuh. Perubahan lingkungan dapat merupakan rangsangan atau stimulus bagi organisme. Untuk dapat bereaksi terhadap perubahan lingkungannya, organisme memerlukan tiga komponen utama yaitu reseptor, sistem saraf, dan efektor. 1) Reseptor Reseptor atau penerima merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. 2) Sistem saraf Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan tepi, berfungsi menerima, mengolah dan meneruskan rangsangan ke efektor. 3) Efektor Efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban terhadap impuls yang datang padanya.
1) Sel Saraf (neuron) Sel saraf adalah sel-sel yang memiliki kepekaan terhadap rangsang dan mampu menghantarkannya. Sebuah sel saraf memiliki satu badan sel yang lengkap dengan inti sel dan sitoplasmanya, dendrit dan neurit (akson), didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir Nissl yang berfungsi mensintesis protein. Sel commit to user syaraf atau neuron adalah sel yang peka terhadap rangsang dan mampu
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghantarkan rangsang. Bentuk dan ukuran sel syaraf bermacam-macam tergantung pada letak dan fungsinya didalam tubuh. Untuk mengenal bentuk dan bagian-bagian sel saraf. Perhatikan gambar sel syaraf dibawah ini:
Gambar 2.2. Gambar Sel Saraf Manusia
Sel syaraf disebut juga neuron. Sel syaraf memiliki bagian-bagian sebagai berikut: a. Badan sel syaraf , merupakan pengendali kerja sel syaraf, mempunyai inti sel dan sitoplasma yang banyak mengandung mitokondria. b. Dendrit, tonjolan Protoplasma
pada badan sel dan bercabang-cabang,
berfungsi untuk menerima dan menghantarkan impuls saraf dari luar ke sel syaraf . c. Neurit, disebut juga akson, merupakan juluran yang panjang dari badan sel. Neurit berfungsi menghantarkan rangsang dari badan sel ke sel saraf lainnya. Neurit disebut pula serabut syaraf. Neurit dibungkus oleh selubung meilin. Selubung meilin tersusun dari lemak dan dekat permukaan luarnya terdapat sel-sel Schwann. Selubung meilin tidak membungkus sepanjang neurit.Ada
bagian-
bagian tertentu yang tidak terselubungi dan terjadi suatu penyempitan yang commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebut nodus Ranvier. Selubung meilin juga tidak menyelubungi bagian ujung neurit. Ujung neurit sel syaraf lain akan bersambung dengan ujung dendrit persambungan tersebut disebut sinapsis. 2) Macam-macam sel saraf Berdasarkan pada struktur dan fungsinya terdapat tiga macam sel saraf, yaitu sel saraf sensori, motor dan konektor (interneuron). a) Sel saraf sensori Sel saraf sensori merupakan sel saraf yang berfungsi untuk menghantarkan impuls saraf dari alat indera menuju ke otak atau kesumsum tulang belakang. b) Sel saraf motor Berfungsi untuk menyampaikan perintah dari otak atau sum-sum tulang belakang menuju ke otak atau sum-sum tulang belakang menuju ke otot atau kelenjar tubuh. c) Sel saraf konektor (interneuron) Berfungsi untuk meneruskan rangsangan dari neuron sensori ke neuron motor. 3) Mekanisme jalannya impuls Saraf Impuls dapat dikatakan sebagai ”aliran listrik” yang merambat pada serabut saraf. (a) Impuls melalui Sel saraf Impuls dapat mengalirkan melalui serabut saraf karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf yaitu selaput mielin dan diameter serabut serabut saraf.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Impuls melalui sinapsis Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit atau akson dari suatu neuron dengan ujung dendrit dari neuron lainnya. Pada bonggol sinapsis terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis yang berisi zat
kimia
neurotransmitter yang berperan merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain. 4) Terjadinya gerak Biasa dan Gerak Refleks Pada gerak biasa impuls yang diterima oleh reseptor berjalan kesaraf sensori, selanjutnya dibawa ke otak untuk diolah. Hasilnya olahan diotak berupa tanggapan akan dibawa oleh saraf motor menuju ke efektor. Gerak refleks melalui jalan pendek yaitu dari reseptor sebagai penerima rangsang dibawa oleh saraf sensori ke pusat saraf. Impuls tersebut selanjutnya diterima sel saraf penghubung (neuron perantara) tanpa diolah otak. 5) Sistem saraf pusat Sistem syaraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak dilindungi tengkorak. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sistem syaraf pusat tersebut dilindungi oleh selaput meningia. Meningia terdiri dari tiga lapisan (dari dalam keluar), yaitu piameter, arakhnoid, dan durameter. (a) Piameter Merupakan selaput paling dalam yang menyelubungi permukaan otak dan sumsum tulang belakang. Lapisan Piameter banyak mengandung prmbuluh darah. Piameter berperan memberi oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan sisa metabolisme. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Arakhnoid Berupa selaput jaringan yang lembut. Arkhnoid terletak diantara piameter dan durameter. (c) Durameter Merupakan lapisan terluar yang padat dan keras serta menyatu dengan tengkorak. Rongga antara lapisan arakhnoid dan piameter berisi cairan serebrospinal. Cairan ini berfungsi sebagai bantalan bagi otak untuk melindungi otak terhadap benturan pada tengkorak. (a) Otak Menurut Kimmbal (1996:673-676) Otak merupakan pusat saraf yang paling utama, terletak didalam rongga tengkorak. Berat otak orang dewasa sekitar 1,4 kg. Otak manusia terdiri atas dua belahan (hemisfer) yang besar. Belahan otak kiri mengendalikan sisi kanan tubuh dan sebaliknya belahan otak kanan mengendalikan sisi kiri tubuh. Volume otak orang dewasa sekitar 1.500 cm3. Pada waktu embrio, otak manusia dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia, otak pun berkembang. Otak depan berkembang dan membentuk otak besar (serebrum). Otak tengah berukuran kecil dan merupakan penghubung antara otak depan dengan otak belakang. Otak belakang terdiri dari otak kecil (serebelum) dan sumsum lanjutan. Pada orang dewasa, yang tampak adalah bagian otak besar, otak kecil, dan sumsum lanjutan. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Otak depan atau otak besar Merupakan bagian terbesar dari otak manusia. Otak besar tersusun atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) dan lapisan dalam. Lapisan Luar (korteks) merupakan lapisan tipis berwarna abu-abu. Lapisan ini berisi badan sel saraf. Permukaan lapisan korteks berlipat-lipat, sehingga permukaannya menjadi lebih luas. Pada lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf. Lapisan Dalam merupakan lapisan yang berwarna putih.lapisan dalam banyak mengandung serabut saraf, yaitu dendrit dan neurit. Fungsi Otak Besar Otak besar merupakan pusat saraf utama yang mengendalikan kegiatan tubuh. Otak besar berfungsi untuk: Berpikir, pusat kesadaran dan kemauan kita, Pusat ingatan, Pengendalian kesadaran kita misalnya untuk bergerak, mendengar, membau, dan bereaksi. Berikut ini adalah gambar otak :
commit to user
Gambar 2.3. Gambar otak pada manusia
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
Otak besar (cerebrum) yang disebut juga otak depan. Terdiri dari 2 belahan besar yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan. Masing-masing belahan otak besar dibagi menjadi empat lobus yaitu frontal, parietal, oksipital dan temporal. Antara lobus frontal dan lobus parietal dipisahkan oleh sulkus sentralis (celah tengah) atau celah roalndo. Otak depan memiliki fungsi yang penting dalam pengaturan semuaaktifitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memory), kesadaran dan pertimbangan. Didepan lekuk tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berfikir. Dibelakang (posterior) sulkus sentralis merupakan daerah sensori. Pada daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan. Daerah pendengaran (auditori) terletak pada lobus okispital yang menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat penecapan dan pembau terletak dilobus temporal bagian ujung enterior. (c) Otak tengah Otak tengah (dienselafon) manusia cukup kecil dan tidak menyolok, terletak didepan. Otak kecil dan jembatan varol. Bagian terbesar dari otak tengah sebagian vertebrata adalah lobus obticus yang ukurannya berbeda-beda. Selain itu otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan serabut saraf yang menghubungkan bagian otak belakang dan bagian otak depan juga antara otak depan dengan mata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
(d) Otak Belakang Otak belakang meliputi jembatan varol (pons varolli), sumsum lanjutan (medulla oblongata) dan otak kecil (serebelum). Jembatan varol ( Pons varolli ). Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan korteks otak besar. Sumsum lanjutan (Medulla oblongata). Sumsum lanjutan atau medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan pons varolli dengan sumsum tulang belakang
(medulla spinalis) berperan sebagai pusat pengatur
pernapasan dengan cara meneruskan impuls saraf yang merangsang otot antara tulang rusuk dan diafragma, sebagai pusat pengatur refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, pelebaran/penyempitan pembuluh darah, gerak alat pencernaan dan sekresi kelenjar pencernaan. Fungsi lainnya yaitu mengatur gerak refleks seperti batuk, bersin dan berkedip. Otak kecil (Serebelum) Otak kecil terdiri atas dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Belahan kanan dan belahan kiri dihubungkan oleh jembatan Varol yang terletak dibagian depan otak kecil. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan
tubuh
dan
mengkoordinasikan otot-oto sebagai alat gerak. Benturan pada otak kecil dapat mengganggu keseimbangan seseorang. Jika otak kecil terpukul, keseimbangan seseorang akan terganngu. 1.
Sumsum Lanjutan Sumsum lanjutan merupakan penghubung antara otak kecil dengan
sumsum tulang belakang. Oleh karena itu sumsum lanjutan disebut juga sumsum commit to user penghbung. Sumsum lanjutan terletak dibagian bawah otak besar, didepan otak
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
kecil. Bagian luar sumsum lanjutan berwarna putih yang berisi dendrit dan neurit. Bagian dalam berwarna abu-abu dan mengandung sel saraf. Fungsi Sumsum lanjutan adalah mengatur denyut jantung, kecepatan pernafasan, suhu tubuh, tekanan darah dan kegiatan tubuh lain yang tidak disadari. 2.
Sumsum Tulang Belakang (Sumsum Spinal) Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang
belakang. Sumsum tulang belakang memanjang mulai dari ruas tulang leher sampai dengan tulang pinggang yang kedua. Susunan sumsum tulang belakang sama seperti susunan sumsum lanjutan, yakni tersusun atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna putih berisi dendrit dan neurit, sedangkan lapisan dalam berwarna abu-abu dan mengandung banyak sel syaraf. Dibagian dalam sumsum tulang belakang terdapat bagian yang berbentuk seperti sayap kupu-kupu mengarah ke depan dan kebelakang. Bagian sayap depan disebut akar ventral, dan bagian sayap belakang disebut akar dorsal. Akar ventral banyak mengandung sel syaraf motor. Sedangkan akar dorsal banyak mengandung sel saraf sensori. Sel saraf sensori dan sel saraf motor dihubungkan oleh sel saraf konektor. Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak reflek, penghantar impuls sensori dari indera ke otak, penghantar impuls motor dari otak ke otot tubuh. 6) Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi merupakan saraf penghubung antara sistem saraf pusat (yaitu otak dan sumsum tulang belakang) dengan organ-organ tubuh. Sistem saraf tepi terdiri atas urat saraf dan ganglion. Sistem saraf tepi meliputi alur saraf sensori dan saraf motor. Alur saraf motor dibagi menjadi sistem saraf sadar commit to user (somatik) dan sistem saraf tak sadar (autonom).
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(a) Sistem saraf sadar Sistem saraf sadar menghantarkan impuls berdasarkan perintah kesadaran dan kemauan kita. Sistem saraf sadar terdiri atas sistem saraf kepala (kranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal). Sistem saraf kranial terdiri atas 12 pasang saraf otak yang keluar dari otak dan menuju ke alat tubuh atau otot tertentu, misalnya menuju ke indera pendengar, penglihatan, pembau, pengecap, dan kulit. Sistem saraf spinal terdiri atas 31 pasang saraf sumsum tulang belakang yang keluar secara berpasangan dari sela-sela ruas tulang belakang. Saraf sumsum tulang belakang merupakan gabungan saraf sensori dan saraf motor yang menjadi satu berkas saraf. Tiap saraf menghubungkan sumsum tulang belakang dengan alat tubuh, misalnya tangan dan kaki. Menurut Istamar Samsuri (2005: 69), berdasarkan asal saraf tersebut dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang sarang pinggang, 5 saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor, yang ditunjukkan tabel 2.3. Tabel 2.3. Macam-Macam Saraf
No Saraf I
Nama Saraf
Jenis Saraf
Dari saraf sensory
Olfaktori
Sensori
II III
Optik Okulomotori
Sensori Motor
Selaput lendir hidung Retina mata otot penggerak bola mata
IV
Troklear/ phetenik
V VI
Trigeminal Abdusen
VII
Rasial
Dari saraf motorik Tidak ada
Tidak ada Otot penggerak bola mata, pupuil mata, lensa mata Motor otot penggerak bola Otot lain penggerak mata bola mata Gabungan Gigi dan kulit muka Otot pengunyah Motor otot penggerak bola Otot lain penggerak mata bola mata Sensori Lidah bagian ujung Otot muka, commit to user kelenjar ludah
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VIII IX
Auditori (vertibulokoklear) Glossofaringeal
Sensori Gabungan
X
Vagus
Gabungan
XI
Spinal / asesori
Motor
XII
Hipoglosal
Motor
Koklea dan saluran Tidak ada setengah lingkaran Lidah bagian Kelenjar ludah, belakang tonsil otot penelan di faring Laring, paru-paru, Saraf simpatetik ke jantung, lambung, faring, esofagus, pankreas, hati paru-paru, jantung, lambung, pankreas otot dibelikat, Otot laring, faring laring, faring, dan dan langit-langit langit-langit halus halus Otot lidah Otot lidah
(b) Sistem saraf tak sadar (Saraf autonom) Saraf tak sadar (autonom) bekerja secara otomatis dan tidak dibawah kehendak saraf pusat. Saraf tak sadar terletak disumsum tulang belakang. Sistem saraf autonom terdiri atas sitem saraf simpatetik dan sistem saraf parasimpatetik. 1.
Saraf Simpatetik Sistem saraf simpatetik terdiri atas 25 pasang simpul saraf (ganglion).
Ganglion terletak disepanjang tulang belakang sebelah depan, mulai dari ruas tulang leher sampai dengan tulang ekor. Ganglion-ganglion itu bersambungan membentuk dua deretan, yaitu deretan kiri dan deretan kanan. Pada sistem saraf simpatetik ini, tiap-tiap ganglion mempunyai urat saraf yang keluar menuju ke paru-paru, ginjal, jantung, pembuluh darah, dan alat pencernaan. Fungsi sistem saraf simpatetik antara lain: mempercepat denyut jantung, memperkecil diameter, memperlebar pupil mata, menghambat kerja lambung, memperbesar bronkus, menghambat pankreas. 2.
Saraf parasimpatetik Menurut Istamar Samsuri (2005: 69), susunan saraf parasimpatetik berupa
jaringan susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion-ganglion yang tersebar commit to user diseluruh tubuh.
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.4. Fungsi Saraf Simpatetik dan Saraf Parasimpatetik
Bagian tubuh
Saraf Simpatetik
Saraf Parasimpatetik
yang dipengaruhi iris (pupil)
Memperbesar pupil
Mengecilkan pupil
Bronkus
Memperbesar bronkus
Mengecilkan bronkus
Jantung
Mempercepat detak jantung
Memperlambat detak jantung
Arteri
kontriksi
(memperkecil Dilatasi
diameter) Kantung seni
(memperbesar
diameter)
Menghambat
kontraksi Mengerutkan kandung kemih
kantung
(relaksasi
seni
kandung kemih) Lambung
Menghambat kerja lambung
Memacu kerja lambung
Penis
Mengontrol ejakulasi
Merangsang ereksi
7) Indera (a) Indera Penglihatan (mata) Error!
Gambar 2.4. Mata pada manusia 1) Lapisan Bola mata: Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu, sklera, koroid, dan retina.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2)
Reseptor Mata :pada retina terdapat dua macam sel reseptor (fotoreseptor) yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus).
Tabel 2.5. Kelainan pada Mata
Jenis kelainan Hipermetrop (rabun dekat) Miop (rabun jauh) Presbiop
Astigmatisma
Katarak
Penyebab Lensa mata tidak dapat mencembung atau bola mata terlalu pendek sehingga bayangan jatuh dibelakang retina Lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan jatuh didepan retina Elastisitas lensa mata berkurang karena usia tua
Ditolong dengan Lensa cembung (konvergen/positif) Lensa cekung (divergen / Negatif)
Dibantu dengan lensa rangkap (dua macam lensa) Permukaan lensa mata tidak sama Lensa silindris sehingga fokusnya tidak sama dan (silinder) bayangan benda yang terbentuk tidak sama Lensa mata buram, tidak elastis akibat Operasi pengapuran sehingga daya akomodasi berkurang
(b) Indera Pendengaran (Telinga) Perhatikan gambar telinga dibawah ini
commit to user Gambar 2.5. Telinga pada manusia
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Telinga merupakan alat pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu, telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Proses mendengar, gelombang suara masuk : 1) Telinga luar: saluran telinga, gendang telinga; bergetar 2) Telinga tengah:Tiga tulang kecil:martil,Landasan,dan sanggurdi, Tingkat oval 3) Telinga dalam : Kohlea (rumah siput) : berisi perlimfa, Organ Corti : berisi selaput basilar penuh sel saraf, PONSO tak samping (temporal lobe). (c) Indera Peraba (kulit) Kulit memiliki daya reseptor yang berbeda-beda, berikut ini gambar kulit:
Gambar 2.6. Kulit pada Manusia
1) Ujung saraf bebas (permukaan kulit) à rasa sakit dan panas 2) Korpuskula pacini à rasa tekanan,3). Ujung ruffini à panas dan tekanan 3) Ujung kraose à Rasa dingin,5). Korpus kulameissner à peka sentuhan (d) Indera Pengecap (lidah) Pada permukaan lidah terdapat reseptor pengecap berupa kuncup pengecap. Kuncup rasa manis terdapat diujung lidah, kuncup rasa asam ditepi commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belakang lidah, kuncup rasa asin ditepi depan kiri kanan lidah dan kuncup rasa pahit dipangkal lidah.
Gambar 2.7. lidah pada manusia
(e) Indera Pembau (hidung) Sel-sel sensori penerima rangsang gas kimia (kemoreseptor) terdapat pada lapisan epitel yang terletak disebelah dorsal rongga dan terlindung oleh lendir. Molekul-molekul yang larut dalam air dan lemak yang ada diudara akan larut dalam lapisan lendir tersebut dan menimbulkan sensasi bau. (f) Hormon Hormon merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu). 1) Hipotalamus Hipotalamus mempunyai sel-sel khusus yang memproduksi neuro hormon. Neurohormon berfungsi sebagai hormon penggiat dan ada pula yang berfungsi sebagai penghambat. Hormon penggiat yang dihasilkan diangkut melalui pembuluh kapiler menuju hipofisis. Kemudian hipofisis mengeluarkan hormon hormon yang sesuai. Neurohormon yang bekerja sebagai faktor penghambat, commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
misalnya prolaktin inhibiting faktor yang berfungsi menghambat pengeluaran prolaktin. 2) Hipofisis atau Pitvitari 3) Kelenjar tiroid Berfungsi
mengatur
reaksi
metabolisme
karbohidrat,
mengatur
penggunaan O2 dan CO2 mempengaruhi perkembangan tubuh dan mental. 4) Kelenjar anak gondok ( Paratiroid) Kelenjar ini menghasilkan hormon paratiroid yang berfungsi mengatur kandungan ion fosfat (PO4) dan ion kalsium (Ca) dalam darah dan tulang. 5) Kelenjar anak ginjal (adrenal) Kelenjar ini terdiri atas dua bagian yaitu sebelah luar berwarna kekuningkuningan yang disebut korteks dan disebelah dalam disebut medula. 6) Pankreas Berfungsi sebagai kelenjar endoktrin yang menghasilkan hormon insulin, hormon yang mengubah gula menjadi glikogen pada hati dan otot lurik.
B. Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Murni (2007) dengan judul “Pengaruh pembelajaran Kimia dengan Metode TGT Menggunakan Permainan Ular tangga dan Pyramid terhadap Prestasi Belajar Sistem Koloid dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Siswa”. Dalam penelitian ini, sebagai populasi adalah siswa kelas XI SMA Negeri Mojolaban tahun pelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
2006/2007, pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk variabel prestasi belajar dan kemampuan awal serta metode angket untuk mengukur aspek afektif. Teknik analisis data menggunakan analisis variasi 2 jalan dengan frekuensi sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi rerata pasca analisis variansi dengan metode scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular tangga lebih baik dibandingkan dengan menggunakan permainan pyramid terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem koloid, b) kemampuan awal berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar kimia pada pokok bahasan sistem koloid. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah, c) tidak ada interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular tangga dan menggunakan permainan pyramid dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kimia pada pokok bahasan sistem koloid. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Erlika setyaningsih (2009) dengan Judul “Pembelajaran kooperatif metode TGT (Teams Games Tournament) menggunakan permainan ular tangga dan teka-teki silang dalam bentuk media flash dengan memperhatikan memori dan EQ (Emotional Quotient) Materi Pokok struktur atom”. Metode penelitian ini adalah metode
eksperimen
menggunakan anava 2 jalan dengan desain faktorial 2 x 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa klas X SMA Negeri 2
Karanganyar. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
Teknik pengumpulan data dengan metode tes untuk prestasi belajar, metode angket untuk memori dan EQ. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode belajar TGT dengan ular tangga dan teka-teki silang dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada materi pokok struktur atom. Siswa yang memiliki EQ tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki EQ rendah pada materi pokok struktur atom. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Gillies Roby M. Dengan judul “ The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviours: Disccourse and Learning During a science based learning activity“. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan membandingkan antara kelompok belajar kooperatif tersruktur dan tidak terstruktur serta bertujuan untuk mengetahui efek pembelajaran kooperatif terstruktur dan tidak terstruktur pada perilaku siswa dan hasil belajar selama proses pembelajaran berbasis pengetahuan di SMP, sampel yang diambil dari 9 kelas dan berjumlah 164 0rang. Pada saat penelitian tersebut siswa belajar secara kooperatif dengan 3-4 orang dengan memperhatikan perbedaan gender dan kemampuan awal yang dimiliki sebelum mengikuti pelajaran tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif terstruktur memberikan efek yang lebih baik terhadap perilaku dan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan padakelompok belajar kooperatif terstruktur siswa yang menguasai konsep lebih cepat bisa membantu rekan-rekannya dalam menyelasaikan masalah dan penugasan kosep dibanding pada kelompok belajar tidak terstruktur. commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Penelitian yang dilakukan oleh Feng-feng Kee (2008) yang berjudul “Alternatif Goals Struktur For Computer Based Learning”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan tujuan penelitian ini adalah meneliti tentang penerapan struktur kelas kooperatif, kompetitif dan individual pada pembelajaran matematika berbasis permainan komputer terhadap performa dan sikap siswa pada pelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan sampel 160 orang di 8 kelas. Sampel adalah siswa kelas 5 SD Negeri di Pensylvania dan masing-masing diberikan pembelajaran berbasis permainan komputer dengan struktur kelas kooperatif, kompetitif dan individualis serta kelompok kontrol tidak diberikan pembelajaran berbasis permainan komputer. Penelitian ini menggunakan perbedaan gender dan status sosial ekonomi siswa sebagai variabel moderator. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan penggunaan struktur kelas pada pembelajaran berbasis
permainan
komputer terhadap
performa matematika, tetapi
pembelajaran kooperatif pada pembelajaran berbasis permainan komputer. Memberikan hasil paling positif terhadap sikap siswa pada pembelajaran matematika, perbedaan gender tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap performa dan sikap siswa pada pembelajaran matematika sedangkan perbedaan sosial ekonomi siswa memberikan
perbedaan pengaruh pada
struktur kelas pembelajaran matematika berbasis permainan komputer. 5. Muhammad Irianto Mewal, S8311071 (2009) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran
STAD
(Student
Achievement
Divisions)
dan
Model
Pembelajaran TGT (Team Game Tournament) Terhadap Sikap Ilmiah Siswa commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditinjau dari Kemampuan Interpersonal Siswa (Studi kasus Pembelajaran Memahami Wujud zat dan Perubahannya pada Kompetensi Dasar Massa Jenis dalam Kehidupan sehari-hari pada siswa SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Tujuan penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terhadap sikap ilmiah siswa, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan interpersonal siswa tinggi atau rendah terhadap sikap ilmiah siswa, 3) untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan interpersonal dan pengaruhnya terhadap sikap ilmiah siswa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2009/2010. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII sebanyak 182 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Dengan menggunakan teknik cluster random sampling dipilih dua kelas sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang melibatkan dua kelas, satu kelas dalam pembelajarannya menggunakan model STAD dan kelas lain menggunakan model TGT. Data kemampuan interpersonal diambil dengan menggunakan angket tertutup sedangkan
data
sikap
ilmiah
diambil
dengan
lembar
observasi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa kelompok STAD dan TGT, untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa model pembelajaran TGT masih lebih baik dari model pembelajaran STAD; 2) ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang kemampuan interpersonalnya tinggi dengan siswa yang kemampuan interpersonalnya rendah. Sikap ilmiah siswa yang kemampuan interpersonalnya tinggi masih lebih baik dari siswa commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang kemampuan interpersonalnya rendah; 3) antara model pembelajaran dengan kemampuan interpersonal tidak ada interaksi.
C. Kerangka Berpikir Adapun kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode pembelajaran TGT menggunakan Teka-Teki Silang terhadap prestasi belajar Biologi Materi sistem koordinasi pada manusia
merupakan salah satu materi
pokok dalam pelajaran Biologi siswa kelas IX SMP yang diberikan pada semester pertama. Materi ini memerlukan daya pemahaman dan daya hafalan yang cukup, dari karakteristik materi sistem koordinasi sulit dan bersifat abstrak dan dapat dirasakan oleh siswa maka metode yang tepat untuk karakteristik materi tersebut adalah metode TGT (Team Game Tuornament) bermain sambil belajar melalui kelompok-kelompok kecil dan diskusi, dengan belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil dan diskusi diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi, selain itu materi yang sulit juga memerlukan pemahaman yang lebih diperlukan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran materi sistem koordinasi pada manusia adalah ular tangga dan teka teki silang, adapun keunggulan dan kelebihan permainan Ular tangga: 1) kerjasama kelompok dalam mencapai finish sangat ditekankan; 2) anak tidak selalu dituntut untuk berpikir, sehingga suasana turnamen cenderung lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
menyenangkan; 3) dengan keberuntungan mengocok dadu, memberikan motivasi lebih besar pada siswa untuk mencapi finish (mencapai kemenangan); 4) memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi, karena siswa dituntut untuk aktif dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat; 5) dapat memuat pertanyaan dengan berbagai jenis jawaban (tidak hanya sebuah konsep hafalan, tetapi juga konsep hitungan); b. Kelemahan permainan Ular tangga: kurang dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena kemenangan dipengaruhi oleh adanya keberuntungan (adanya ular dan tangga). Adapun kelebihan dan kelemahan permainan teka-teki silang yang digunakan ini, antara lain: a. Kelebihan: 1) Dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena tidak ada faktor keberuntungan dalam mencapai kemenangan; 2) Diperlukan pengetahuan yang cukup, karena siswa harus aktif mencari jawaban sendiri dengan tepat; b. Kekurangan : 1) Tidak dapat memuat pertanyaan hitungan dengan jenis jawaban yang komplek; 2) Jawaban lebih mudah ditebak, karena ada huruf-huruf yang menghubungkan sebuah kata. Penggunaan metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Ini sesuai dengan teori-teori ausebel yaitu belajar bermakna, belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGTTTS dan TGT-UT adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru. Dengan
pembelajaran
kooperatif
metode
TGT
(Teams
Game
Tournaments) dengan menggunakan permainan Teka-teki silang dan Ular tangga yang dapat membantu mempermudah cara belajar siswa. Belajar tim yang kompak dapat menjadikan pemahaman materi lebih mudah, siswa lebih mudah menerima informasi dari teman sebaya dibandingkan dengan menbaca sendiri. dengan TGT siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya dan siswa dituntut untuk aktif dalam bermain dan belajar. Penggunaan permainan Teka-teki silang dan Ular tangga dalam penelitian ini dipilih, karena permainan tersebut memiliki daya tarik tersendiri dalam teknik menjawab pertanyaan. Suasana turnament dalam permainan ular tangga lebih menyenangkan dari pada permainan teka-teki silang, karena pada permainan ular tangga tidak selalu dituntut untuk berfikir, selain itu motivasi siswa juga lebih besar, karena untuk mencapai finish dapat diperoleh dengan keberuntungan mengocok dadu. Sedangkan teka-teki silang merupakan permainan yang sudah umum dimasyarakat sehingga siswa diasumsikan akan merespons yang biasa saja. Berdasarkan pemikiran diatas diduga metode pembelajaran TGT dengan menggunakan permainan ular tangga dapat lebih meningkatkan prestasi belajar commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia dari pada siswa yang diajar dengan menggunakan permainan teka-teki silang. 2.
Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi Karakteristik materi sistem koordinasi pada manusia adalah sulit, bersifat
abstrak dan dapat dirasakan, selain itu banyak konsep-konsep penting yang memerlukan ingatan lebih untuk mengingatnya, karena banyak istilah latin pada sistem koordinasi pada manusia. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah memori. Memori merupakan kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. Materi yang banyak istilah latin dan konsep-konsep
penting
diperlukan
memori.
Memori
jangka
pendek
memungkinkan mengingat selama beberapa detik sampai satu menit tanpa latihan, memori jangka pendek tergantung pada daerah lobus frontal (terutama korteks prefrontal dorsolateral) dan lobus parietalis yang juga merupakan konsep dari sistem koordinasi pada manusia, sedangkan memori jangka panjang dapat menyimpan jumlah yang jauh lebih besar dari informasi potensial jangka waktu terbatas sebagai contoh diberikan nomor tujuh angka random kita mungkin mengingatnya hanya beberapa detik saja mengingatnya hanya beberapa detik sebelum lupa, menunjukkan hal itu tersimpan dalam memori jangka pendek kita. Disisi lain, kita dapat mengingat nomor telepon selama bertahun-tahun melalui pengulangan, informasi ini dikatakan disimpan dalam memori jangka panjang. Dalam proses mengajar terjadi transfer informasi baik dari guru ke siswa ataupun dari siswa ke siswa lain. Oleh karena itu memori diperlukan oleh siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
dalam proses belajar mengajar. Semakin tinggi memori siswa terhadap suatu informasi, akan semakin mudah dalam belajarnya. Dimungkinkan siswa yang memiliki tingkat memori tinggi memiliki prestasi belajar biologi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki tingkat memori rendah sehingga diduga akan terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi Materi sistem koordinasi pada Manusia. 3.
Pengaruh Kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi Materi sistem koordinasi pada manusia adalah sulit, bersifat abstrak dan
dapat dirasakan, selain itu banyak istilah latin dalam bentuk kata maupun kalimat yang sulit dipahami. Materi yang memiliki karakteristik tersebut memerlukan kreativitas siswa. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk menghubungkan dan mengkaitkan kadang-kadang dengan cara yang ganjil namun mengesankan kreatifitas merupakan dasar pendayagunaan kreatif dan daya rohani manusia dalam bidang manapun. Jadi kreatifitas merupakan proses proses mental dari berbagai jenis ketrampilan keras manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda dan orisinil. Kreativitas adalah kemampuan yang berdasarkan pada data atau informasi yang tersedia, untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Dari pendapat ini makin banyak kemungkinan jawaban yang diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang diberikan untuk menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga mutu atau kualitas jawabannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
Dari uraian di atas diduga kreatifitas siswa yang tinggi dan rendah diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar Biologi Materi Sistem Koordinasi pada Manusia. 4.
Interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan ular tangga dan menggunakan permainan Teka-Teki silang dengan memori siswa terhadap prestasi belajar Biologi Siswa yang memiliki memori tinggi apabila dikenai pengajaran dengan
metode TGT menggunakan permainan ular tangga akan mempunyai perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai memori tinggi tetapi dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan teka-teki silang. Sebaliknya siswa yang mempunyai memori rendah yang diajar dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang karena suasana turnamen dalam permainan ular tangga lebih menyenangkan
dan dalam bermain ular tangga
motivasi siswa lebih besar. Dilihat juga dari karakteristik permainannya, pada permainan teka-teki silang siswa dituntut untuk memiliki daya ingat yang tinggi, hal ini dikarenakan dalam permainan teka-teki silang, siswa harus bisa menghubungkan antara huruf-huruf yang tersedia membentuk kata yang di inginkan yang jumlah hurufnya sudah ditentukan, jika ada kesalahan sedikit saja dalam penulisan jawaban, maka jawabannya dianggap salah. Berbeda halnya dengan permainan ular tangga, dimana dalam permainan ini, siswa tidak dituntut untuk memberikan jawaban yang jumlah hurufnya sudah ditentukan seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
jawaban yang ditentukan seperti jawaban yang diinginkan dalam teka-teki silang. Hal ini juga dapat dilihat, bahwa materi sistem koordinasi pada manusia merupakan materi yang perlu dihafalkan dan ingatan, materi sistem koordinasi pada manusia terdiri dari konsep - konsep misalnya sel syaraf (neuron), dimana dalam neuron terdiri dari bagian-bagian neurit, dendrite, badan sel, dan ujung syaraf . Misalkan saja diinginkan jawaban dari salah satu bagian neuron, maka dalam permainan teka-teki silang siswa harus benar-benar bisa menulis jawaban yang tersusun dari huruf-huruf yang diinginkan sedangkan dalam permainan ular tangga, meskipun jawabannya tidak lengkap tapi jawaban yang dimaksud benar, maka jawaban tersebut akan dianggap benar. Dari uraian pemikiran diatas, diduga terdapat interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan tekateki silang dan ular tangga dengan memori siswa terhadap prestasi belajar pada materi sistem koordinasi pada manusia. 5.
Interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular tangga dan menggunakan permainan Teka-teki silang dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi Siswa yang memiliki kreatifitas tinggi apabila dikenai pengajaran dengan
metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang akan mempunyai perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi tetapi dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan ular tangga. Sebaliknya siswa yang memiliki kreatifitas rendah yang diajar dengan metode TGT menggunakan ular tanggaakan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik commit to userpengajaran dengan metode TGT dibandingkan dengan siswa yang dikenai
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan
permainan
teka-teki
silang.
Interaksi
penggunaan
model
pembelajaran kooperatif metode TGT dengan kreatifitas siswa terlihat pada saat diskusi permainan. Dalam mengisi teka-teki silang ini, siswa memerlukan kemampuan untuk menghubungkan dan mengkaitkan kata-kata. Saat siswa mulai mencocokkan urutan pertanyaan dengan letak kotak secara mendatar atau menurun sesungguhnya hal tersebut mengasah kecekatan, dimana kegiatan ini memerlukan koordinasi tangan dan mata. Pada saat itulah siswa membiasakan diri untuk berkonsentrasi agar menuliskan jawaban pada kotak yang tepat. Adakalanya siswa menemukan pertanyaan yang sangat mudah namun bukan tak mungkin dia terhadang kesulitan. Hal ini tentu dapat dijadikan keuntungan jika mereka jeli melihatnya. Karena ditengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi kedalam deretan kotak tersebut sesungguhnya tanpa disadari siswa tengah belajar memacu kreatifitas dalam dirinya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Jadi siswa yang memiliki kreatifitas tinggi ini lebih cocok menggunakan metode pembelajaran TGT teka-teki silang dibandingkan dengan metode pembelajaran TGT menggunakan ular tangga, sedangkan siswa yang memiliki kreatifitas rendah kemungkinan tepat diterapkan dengan metode pembelajaran TGT menggunakan ular tangga, karena dalam permainannya sangat menarik. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diduga kemungkinan terdapat interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular tangga dan teka-teki silang dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi materi sistem koordinasi pada manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6.
87 digilib.uns.ac.id
Interaksi antara memori dan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi Pada materi sistem koordinasi pada manusia dengan memperhatikan
memori dan kreatifitas siswa, dimungkinkan terdapat interaksi antara memori dengan kreatifitas siswa. Karena siswa dengan kreatifitas yang tinggi, dimungkinkan juga akan memiliki memori yang tinggi, karena dengan kreatifitas tinggi, siswa dapat lebih kreatif membuat kata atau kalimat. Jadi diduga terdapat interaksi antara tingkat memori dan tingkat kreatifitas terhadap prestasi belajar Biologi materi sistem koordinasi pada manusia. 7.
Interaksi
antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular
tangga dan menggunakan permainan Teka-teki silang, memori serta kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi. Siswa yang menerima pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang dan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah, serta dilihat dari karakteristik kedua metode pembelajaran yang mana faktor memori dan kreatifitas memiliki peran yang sama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga dimungkinkan apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT menggunakan permainan ular tangga atau metode TGT menggunakan teka-teki silang, siswa yang memiliki memori tinggi akan memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki memori rendah. Sebaliknya berapapun tingkat memori, baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
tinggi maupun rendah, siswa yng menerima pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga akan memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik dari pada model pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang. Begitu pula dengan kreatifitas siswa, apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT menggunakan permainan ular tangga atau metode TGT menggunakan teka-teki silang, siswa yang memiliki kreatifitas tinggi akan memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreatifitas rendah. Sebaliknya berapapun tingkat kreatifitas baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga akan memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang. Sehingga dapat diduga bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang dengan ular tangga terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia; commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Ada pengaruh memori siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
3.
Ada pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
4.
Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
5.
Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
6.
Ada interaksi antara memori dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
7.
Ada interaksi anatar metode pembelajaran dengan memori serta kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di kelas 1X semester 1 SMP Negeri 2
Tambakrejo pada tahun pelajaran 2010/ 2011. 2.
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 – Januari 2011. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1. Tahap Penelitian Kegiatan
Bu lan 5
Proposal penelitian
6
7
√
√
9
√
√
√
√
10
11
12
1
√
√
√
√
√
Permohonan ijin
√
Pembuatan dan uji instrumen Pengambilan data penelitian Penyusunan laporan & konsultasi
8
√
√
√
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Dengan menggunakan anava tiga jalan dengan rancangan faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif dengan commit to user metode TGT menggunakan permaianan ular tangga dan TGT menggunakan 81 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
permainan teka-teki silang. Faktor kedua adalah memori yang dikategorikan kedalam memori tinggi dan rendah. Faktor ketiga kreativitas siswa yang dibagi menjadi kreativitas tinggi dan rendah. Rancangan Penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Rancangan Penelitian B (Memori) B
Metode Pembelajaran (A)
B1
B2
Kreativitas (C)
C1
C2
C1
C2
A1
A1B1C1
A1B1C2
A1B2C1
A1B2C2
A2
A2B1C1
A2B1C2
A2B2C1
A2B2C2
A
Keterangan : A1 : Metode TGT menggunakan permainan Ular Tangga A2 : Metode TGT menggunakan permainan Teka-Teki Silang B1 : Memori tinggi B2 : Memori rendah C1 : kreativitas tinggi C2 : kreativitas rendah A1B1C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori Siswa Tinggi dan kreativitas tinggi A1B1C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori Siswa Tinggi dan kreativitas Rendah A1B2C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori commit to user Siswa Rendah dan kreativitas Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
A1B2C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori Siswa Rendah dan kreativitas Rendah A2B1C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada Memori Siswa Tinggi dan kreativitas Tinggi A2B1C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada Memori Siswa Tinggi dan kreativitas Rendah A2B2C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada Memori Siswa Rendah dan kreativitas Tinggi A2B2C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada Memori Siswa Rendah dan kreativitas Rendah
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1.
Penetapan Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1X SMP Negeri 2
Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. 2.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah claster random
sampling atau sampel acak dengan cara undian kelas (Saifudin azwar, 2001: 81). Dalam penenlitian ini sebagai sampel diambil 2 kelas dari 4 kelas 1X yang ada di SMP Negeri 2 Tambakrejo. Dengan cara ini diperoleh sampel penelitian yaitu kelas 1X-A sebagai kelompok eksperimen pertama, dikenai metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan kelas 1X-B sebagai kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
eksperimen kedua, dikenai metode pembelajaran TGT menggunakan teka-teki silang.
D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu metode pembelajaran, memori dan kreativitas siswa. Kemudian sebagai variabel terikat yaitu prestasi belajar. 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian a.
Variabel bebas
1) Metode pembelajaran Metode TGT menggunakan ular tangga adalah metode belajar-mengajar yang menekankan kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam mencari jawaban yang dipengaruhi pengetahuan dan keberuntungan adanya ular dan tangga. Metode TGT menggunakan teka-teki silang adalah metode belajarmengajar yang menekankan kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam mencari jawaban dalam permainan teka-teki silang yang dipengaruhi pengetahuan semata 2) Memori Memori adalah kemampuan menghafal seseorang yang terdiri dari proses memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
3) Kreativitas. Kreativitas adalah suatu proses menciptakan gagasan yang baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang telah dimiliki. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengkaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil namun mengesankan merupakan dasar pendayagunaan kreatif dan daya rohani manusia dalam bidang manapun. Jadi kreatifitas merupakan proses mental dari berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda dan orisinil. Kreatifitas yang dimaksudkan didalam penelitian ini adalah kreatifitas verbal, yaitu kemampuan siswa dalam berfikir secara divergen dengan menggunakan kata-kata verbal sebagai aktualisasi pemikirannya. Kemampuan ini tergambar setelah siswa mampu menyelesaikan tes kreatifitas yang diujikan oleh peneliti dengan indikator (1) mampu menyusun permulaan kata, (2) menyusun kata, (3) membentuk kalimat tiga angka, (4) sifat-sifat yang sama, (5) macammacam penggunaan, (6) apa akibatnya. b. Variabel terikat Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran biologi materi struktur atom yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
2. Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian Variabel metode pembelajaran berupa metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang berskala pengukuran nominal. Variabel memori dan kreativitas siswa berskala pengukuran ordinal yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor sama dan diatas skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.
E. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, angket, dan dokumentasi. 1.
Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data skor memori, kreativitas
dan nilai prestasi belajar kognitif pada kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010 / 2011. 2.
Metode Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data dan nilai prestasi belajar afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
3.
Metode Dokumentasi Dokumen dalam penelitian ini adalah data nilai mata pelajaran IPA
kelas VIII pada semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1.
Instrumen dalam pelaksanaan penelitian yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2. Instrumen dalam pengambilan data pokok, yaitu tes memori, tes kreatifitas, pedoman pensekoran tes kreatifitas, tes prestasi belajar ranah kognitif dan angket prestasi belajar ranah afektif. 3. Instrumen dalam pengambilan data pendukung, yaitu tugas kelompok proses diskusi, kuis dalam permainan teka-teki silang dan ular tangga.
G. Uji Coba Instrumen Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes prestasi belajar ranah kognitif, tes memori, tes kreatifitas dan angket prestasi belajar afektif diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan instrumen yang baik, diantaranya instrumen yang valid dan reliabel, serta untuk mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran dan daya pembeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
1. Instrumen Penilaian Kognitif Pada penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif, terdiri dari 55 butir soal yang berupa pilihan ganda dengan empat pilihan. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian jumlah jawaban benar dikalikan empat. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penilaian kognitif diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. a. Uji Validitas Sebuah instrumen tes dikatakan valid, apabila dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item. Validitas item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut :
rxy =
N å XY - (å X)(å Y)
{Nå X - (å X) }{Nå Y - (å Y) } 2
2
2
2
Keterangan : X: skor butir item nomor tertentu, Y : skor total, rxy: koefisien validitas, N: jumlah subjek. Kemudian diuji t pada taraf signifikan 5% dengan derajat bebas n – 2. Rumusnya adalah: t=
n-2
rxy 1 - rxy 2
Item dikatakan valid bila harga t > ttabel. commit to user
(Nana Sudjana, 2005: 146)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Hasil uji validitas instrument penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Soal Materi Sistem koordinasi pada
55
Kriteria Valid Drop 48 7
manusia
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18. b. Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut: 2 é n ù é S t - å pq ù ú 2 ê úê û rtt = ë n - 1û ë S t
Keterangan : rtt : koefisien reliabilitas, n : jumlah item, St : standar deviasi, p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar, q: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah, Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrumen tersebut adalah reliabel. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel (Anas Sudijono, 2005: 254) Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Soal-soal Materi Sistem koordinasi pada
55
0,954
Reliabel
manusia
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18. c. Uji Taraf Kesukaran Soal Indeks kesukaran item digunakan untuk menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Untuk menentukan indeks kesukaran item digunakan rumus sebagai berikut : P=
Np N
Keterangan : P : indeks kesukaran item Np : banyaknya siswa yang menjawab benar dari suatu item N : jumlah siswa yang mengikuti tes Adapun kriterianya adalah sebagai berikut : 1) Kurang dari 0,30: terlalu sukar, 2) 0,30 – 0,70: cukup (sedang), 3) lebih dari 0,70 : terlalu mudah (Anas Sudijono, 2009: 372) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Hasil uji taraf kesukaran soal instrument penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif Taraf kesukaran soal Jumlah soal Terlalu sukar
Cukup (sedang)
Teralalu mudah
21
25
9
55
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18. d. Daya Pembeda Soal Taraf pembeda item adalah kemampuan suatu item untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang pandai), (Anas Sudijono, 2005:385). Bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi dengan rumus: D = P A – PB Di mana: D : indek diskriminasi item PA : proporsi siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar dari suatu item PB : proporsi siswa kelompok bawah yang dapat menjawab benar dari suatu item Adapun klasifikasinya sebagai berikut: 1) Bertanda negatif: jelek sekali, 2) kurang dari 0,20 : jelek, 3) 0,20– 0,40 : sedang, 4) 0,40 – 0,70 : baik, 5) 0,70 – 1,00 : baik sekali commit to user
(Anas Sudijono, 2005: 389)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Hasil uji daya beda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian Kognitif Daya pembeda soal
Jumlah soal
Jelek sekali
Jelek
Sedang
Baik
Baik sekali
55
0
2
23
21
9
Hasil uji daya beda soal instrument penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18. 2. Tes Memori Tes memori menggunakan metode asosiasi berpasangan. Dalam prakteknya siswa diminta untuk mengingat materi selama beberapa saat, berupa kata yang berpasangan dengan kode. Kemudian materi ditarik dan siswa diminta untuk mengungkapkan kembali materi yang telah diingat, dengan cara memilih kode yang sesuai pasangannya dengan disertai pengecoh dalam waktu yang telah ditentukan. Jumlah soal tes kemampuan memori sebanyak 50 butir, dengan teknik penskoran jumlah jawaban benar sama dengan skor yang diperoleh siswa. Standarisasi tes dilakukan dengan uji reliabilitas. a.
Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas menggunakan formula Spearman-Brown, dengan membelah dua menjadi bagian yang sama berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Waktu yang digunakan dalam uji ini dibagi menjadi empat bagian, skor waktu pertama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
dan keempat dikorelasikan dengan skor waktu kedua dan ketiga. Adapun rumusnya sebagai berikut :
é 2rhh ù rtt = ê ë1 + rhh úû Keterangan : rtt
: koefesien reliabilitas tes
rhh
: koefesien korelasi product moment antara skor waktu ke-1 dan 4 dengan waktu ke-2 dan 3 dari tes memori.
1 & 2 : Bilangan konstan. Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel (Anas Sudijono, 2005: 216)
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 21, diperoleh koefesien reliabilitas sebesar 0,804. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal kemampuan memori reliabel. 3. Tes Kreatifitas Siswa a. Uji Validitas Untuk menghitung validitas butir tes kreaivitas dicari dengan menghitung indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut :
rxy =
[(N S X
N (S XY ) - (S X )(S Y )
)(
- (S X ) N S Y 2 - (S Y ) commit to user 2
2
2
)]
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan, X = skor butir item nomor tertentu, Y = skor total, N = jumlah subyek Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel. Hasil uji validitas instrument kreativitas yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas Variabel
Jumlah Soal
Kreativitas verbal
24
Kriteria Valid Drop 18 6
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18. b. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut:
r11
=
2 é n ù é Ss i ù 1 ú êë n - 1úû ê s t2 û ë
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Keterangan : r11
= reliabilitas yang dicari
n
= banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
åσ
2
= jumlah varians skor tiap-tiap item
i
( X) å X - åN
2
σ σ
2
=
i
2
σ
i
2 i
N
= varians total
t
2
=
t
åX N
2 t
æ X - çç å t è N
ö ÷ ÷ ø
2
(Suharsimi Arikunto, 2006: 108-112) Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel (Anas Sudijono, 2005: 254) Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen kreativitas Variabel Kreativitas verbal
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
24
0,852
Reliabel
4. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala penskoran digunakan skala likert, adapun ketentuannya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Tabel 3. 3. Skor Penilaian Afektif Nilai
Skor untuk aspek yang dinilai (+)
(-)
SS (Sangat setuju)
4
1
S (Setuju)
3
2
TS (Tidak setuju)
2
3
STS (Sangat tidak setuju)
1
4
(Depdiknas, 2003: 14) Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen penilian afektif diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket, dengan menguji validitas dan realibilitas. a.
Uji Validitas Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung
indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut : rxy =
[(N S X
N (S XY ) - (S X )(S Y ) 2
- (S X
)2 )(N S Y 2 - (S Y )2 )]
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan
X
= skor butir item nomor tertentu
Y
= skor total
N
= jumlah subyek Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria
validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel. Tabel 3.10. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif Variabel
Jumlah Soal
Angket Afektif
Kriteria Valid
Drop
17
3
20
Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19. b. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut: r11
2 é n ù é Ss i ù 1 ú êë n - 1úû ê s t2 û ë
=
Keterangan : r11
= reliabilitas yang dicari
n
= banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
åσ
2
= jumlah varians skor tiap-tiap item
i
( X) å X - åN
2
σ σ
2
=
i
2
σ
t
N
= varians total
t
2
i
2 i
=
åX N
2 t
æ X ö - çç å t ÷÷ è N ø commit to user (Suharsimi Arikunto, 2006: 108-112) 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel (Anas Sudijono, 2005: 254) Tabel 3.11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
20
0,751
Reliabel
Angket Penilaian Afektif
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji, normalitas, dan homogensitas. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. a.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan software minitab. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: data tidak terdistribusi normal
H1
: data terdistribusi normal
2) Statistik Uji to user Statistik uji menggunakan commit normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika P-Value < 0,1 selain itu H1 akan ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi – variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji normalitas ini dihitung menggunakan software minitab. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0 : data tidak homogen H1: data homogen 2) Statistik Uji Statistik
uji
menggunakan
test
for
equal
variances. Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika P-Value < 0,05 selain itu H1 akan ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. 2. Uji Hipotesis a.
Uji Anava Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. 1) Uji Hipotesis: a) H0A : Tidak ada pengaruh penggunaan metode TGT menggunakan Ular Tangga dengan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi materi sistem syaraf pada manusia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
b) H1A : Ada pengaruh penggunaan metode TGT menggunakan Ular Tangga dengan teka-teki silang terhadap prestasi belajar siswa. c) H0B : Tidak ada pengaruh memori tinggi dengan kemampuan memori rendah terhadap prestasi belajar siswa. H1B : Ada pengaruh memori tinggi dengan kemampuan
memori rendah
terhadap prestasi belajar siswa. d) H0C
: Tidak ada pengaruh kreativitas tinggi dengan kreativitas
rendah
terhadap prestasi belajar siswa. H1C : Ada pengaruh kreativitas tinggi dengan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa. e) H0AB : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa H1AB
:
Ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan memori
siswa terhadap prestasi belajar siswa. f)
H0AC : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa H1AC : Ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
g) H0BC : Tidak ada interaksi antara penggunaan memori dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa H1BC
:
Ada interaksi antara penggunaan memori dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
h) H0ABC
: Tidak ada interaksi antara penggunaan metode, memori serta
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa H1ABC
:
Ada interaksi antara penggunaan metode, memori dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar siswa. 2) Statistik Uji Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika P-Value < 0,05 selain itu H1 akan diterima. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b. Uji Lanjut Anava Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil analisis menunjukkan bahwa pengecekan hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris, dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana saja terdapat rerata yang berbeda. Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode Komparasi Ganda dengan uji Scheffe dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. b) Menentukan tingkat signifikansi a c) Mencari nilai statistik uji F dan menentukan daerah kritik dengan menggunakan formula berikut: Uji scheffe untuk komparasi rataan antar baris.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Fi.- j. =
(X
i.
- X j.
)
2
é1 1 ù RKG ê + ú êë ni. n j . úû
dengan: Fi.-j.= Nilai F pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
X i. = Rataan pada baris ke-i X j . = Rataan pada baris ke-j RKG= Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi ni. = Ukuran sampel baris ke-i nj. = Ukuran sampel baris ke-j Dk = {F / F > (p – 1) F a ;p-1, N-pq} d) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda. e) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada. Semua persamaan sebagaimana tertera di atas digunakan untuk menganalisa data secara manual. Untuk menghemat waktu dan meminimalisir kesalahan hitung, memudahkan membuat interval distribusi frekuensi data dan histogram, serta meningkatkan akurasi hasil perhitungan, maka pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsof Excel dan Minitab 15.
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi skor memori, skor perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kreativitas dan nilai prestasi belajar siswa materi sistem koordinasi pada manusia. Data diperoleh dari kelas IX-B sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan IX-C sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang. 1. Data Prestasi Belajar Biologi 1) Prestasi Belajar Kognitif Data prestasi belajar biologi siswa pada aspek kognitif diperoleh dari tes prestasi belajar pada materi pokok system koordinasi pada manusia yang diberikan kepada masing-masing kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan penerapan model pembelajaran TGT menggunakan teka-teki silang dan ular tangga yang berbeda. Kelas eksperimen I dengan menerapkan model pembelajaran TGT menggunakan ular tangga dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran TGT menggunakan teka-teki silang. Rangkuman data prestasi belajar biologi pada materi pokok system koordinasi pada manusia yang diperoleh siswa pada masingmasing kelas disajikan dalam tabel berikut :
111
commit to user
112
Tabel 4.1. Diskripsi data nilai prestasi belajar Biologi.
Kelas
Jumlah Data 40 40 80
Ular tangga Teka-teki silang Total perpustakaan.uns.ac.id
Nilai Tertinggi 70 83 83
Nilai Terendah 38 40 38
Rata-rata
Standar Deviasi 52,13 7,57 64,40 10,23 58,27 8,90 digilib.uns.ac.id
Selanjutnya nilai tes prestasi belajar Biologi dari masing-masing kelas dapat dibuat daftar distribusi frekwensi sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Biologi Kelas Ular Tangga
Kelas Teka-Teki Silang
Interval
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Frekuensi
Frekuensi Relatif
36,0-42,0
4
10%
1
2,5%
43,0-49,0
9
22,5%
2
5%
50,0-56,0
16
40%
5
12,5%
57,0-63,0
8
20%
7
17,5%
64,0-70,0
3
7,5%
14
35%
71,0-77,0
0
0%
7
17,5%
78,0-84,0
0
0%
4
10%
Jumlah
40
100
40
100
Perbandingan prestasi belajar Biologi antara kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran TGT menggunakan ular tangga dan kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TGT menggunakan teka-teki silang dapat dilihat pada gambar berikut.
commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1 Diagram Batang Prestasi Belajar Biologi Kelas Ular tangga
Gambar 4.2 Diagram Batang Prestasi Belajar Biologi Kelas Teka-teki silang
Dari tabel maupun gambar perbandingan prestasi belajar Biologi kelas Ular tangga dan Teka-teki silang dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas teka-teki silang pada nilai kognitif kelas interval tinggi yaitu 64-70, 71-77 dan 78-84 lebih besar dari pada kelas Ular tangga. Berdasarkan rata-rata nilai tes prestasi belajar Biologi juga
commit to user
114
terlihat bahwa rata-rata nilai kelas Teka-teki silang (64,40) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas ular tangga (52,13). Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id 2) Prestasi Belajar Afektif Perbandingan
prestasi
digilib.uns.ac.id belajar
afektif
antara
kelas
eksperimen
menggunakan metode pembelaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang dapat dilihat pada Gambar 4.3. Berdasarkan data dari masing-masing kelas dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan Teki-Teki Silang
Interval
Kelas Ular Tangga Frekuensi Frekuensi Relatif
Kelas Teka-Teki Silang Frekuensi
Frekuensi Relatif
54-57
1
2,5%
0
0%
58-61
9
22,5%
7
17,5%
62-65
10
25%
13
32,5%
66-69
10
25%
9
22,5%
70-73
7
17,5%
7
17,5%
74-77
3
7,5%
2
5%
78-80
0
0%
2
5%
Jumlah
40
100
40
100
commit to user
115
GRAFIK NILAI AFEKTIF KELAS ULAR TANGGA 12
FREKWENSI
10 8 6
4 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 0 54-57
58-61
62-65
66-69
70-73
74-77
78-81
INTERVAL
GRAFIK NILAI AFEKTIF KELAS TEKA-TEKI SILANG 14
FREKWENSI
12 10 8 6 4 2 0 54-57
58-61
62-65
66-69
70-73
74-77
78-81
INTERVAL
Gambar 4.3. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan Teka-teki silang.
Dari tabel maupun gambar perbandingan prestasi belajar afektif kelas ular tangga dan teka-teki silang dapat dilihat jumlah siswa kelas teka-teki silang pada nilai afektif kelas interval tertinggi yaitu 62-65 dan 78-81 lebih besar daripada kelas ular tangga.
commit to user
116
2. Data Skor Memori Data penelitian mengenai memori siswa diperoleh dari tes memori. Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori ini berdasarkan pada skor rataperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rata kedua kelas. Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya dikelompokkan dalam kategori tinggi, dan siswa yang mempunyai skor di bawah skor rata-rata dikelompokkan dalam kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas eksperimen menggunakan metode TGT dengan permainan ular tangga dan 40 siswa kelas eksperimen menggunakan metode TGT dengan permainan teka-teki silang, terdapat 42 siswa mempunyai memori tinggi dan 38 siswa mempunyai memori rendah. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4. Jumlah Siswa yang Mempunyai Memori Tinggi dan Rendah. Kelas IX-B (Ular tangga)
Kelas IX-C (TTS)
Memori Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Rendah
14
35,00
24
60,00
Tinggi
26
65,00
16
40,00
Jumlah
40
100,00
40
100,00
3. Data Skor Kreatifitas Data Kreatifitas siswa diperoleh dari angket Kreatifitas. Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas.
commit to user
117
Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya dikelompokkan dalam kategori tinggi, dan siswa yang mempunyai skor di bawah rata-rata dikeelompokkan dalam kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas eksperimen menggunakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id metode TGT dengan permainan ular tangga dan 40 siswa kelas eksperimen menggunakan metode TGT dengan permainan teka-teki silang, terdapat 42 siswa mempunyai Kreatifitas tinggi dan 38 siswa mempunyai Kreatifitas rendah. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kreatifitas Tinggi dan Rendah. Kelas IX-B (Ular tangga)
Kelas IX-C (TTS)
Kreatifitas Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Rendah
20
50,00
18
45,00
Tinggi
20
50,00
22
55,00
Jumlah
40
100,00
40
100,00
B. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan beberapa uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas dan uji homogenitas. Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut : 1. Uji Normalitas Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka harus normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah dipenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki
commit to user
118
apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Sudjana, 1996: 291-292).
1) Uji normalitas Prestasi Belajar kognitif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Uji normalitas data prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan Anderson Darling normality test perhitungannya dengan bantuan software Minitab 15. Jika nilai P atau p-value lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05) maka data mengikuti distribusi normal. Hasil uji normalitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut: Probability Plot of prestasi Normal 99,9
Mean StDev N AD P-Value
99 95
Percent
90
58,26 10,87 80 0,590 0,120
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
20
30
40
50
60 prestasi
70
80
90
100
Gambar 4.3. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai AD = 0,590 dengan p =0,120 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar Biologi terdistribusi normal.
commit to user
119
Hasil tersebut dipertegas dengan pengujian normalitas data prestasi belajar pada masing-masing kelompok eksperimen, kelas eksperimen I (kelas ular tangga t) dan Kelas eksperimen II (kelas teka-teki silang) yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut: perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Summary for prestasi metode = Ular Tangga A nderson-D arling Normality Te st
40
50
60
70
A -S quared P-V alue
0,39 0,357
M ean StD ev V a riance Ske wness Kurtosis N
52,125 7,573 57,343 0,041787 -0,298393 40
M inimum 1st Q ua rtile M edia n 3rd Q uartile M aximum
80
38,000 45,000 53,000 58,000 70,000
95% C onfidence Interv al for M ean 49,703
54,547
95% C onfidence Interv a l for M edian 50,000 9 5 % C onfidence Inte r v als
56,000
95% C onfidence Interv al for StD ev 6,203
Mean
9,723
Median 50
51
52
53
54
55
56
Gambar 4.4. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi Kelas Ular tangga
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,357 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar Biologi kelas Ular tangga terdistribusi normal.
commit to user
120
Summary for prestasi metode = Teka Teki Silang A nderson-D arling Normality Te st
perpustakaan.uns.ac.id 40
50
60
70
A -S quared P-V alue
0,52 0,178
M ean StD ev V a riance Ske wness Kurtosis N
64,400 10,233 104,708 -0,486610 -0,311803 40
M inimum 1st Q ua rtile M edia n 3rd Q uartile M aximum
80
digilib.uns.ac.id 40,000 58,000 65,000 73,000 83,000
95% C onfidence Interv al for M ean 61,127
67,673
95% C onfidence Interv a l for M edian 61,232 9 5 % C onfidence Inte r v als
70,000
95% C onfidence Interv al for StD ev 8,382
Mean
13,139
Median 60
62
64
66
68
70
Gambar 4.5. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi Kelas Teka-teki silang
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,178 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar biologi kelas Teka-Teki silang terdistribusi normal. Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Uji normalitas nilai Afektif Pengujian normalitas data prestasi belajar afektif pada masing-masing kelompok eksperimen, kelas eksperimen I (kelas ular tangga) dan Kelas eksperimen II (kelas teka-teki silang) yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:
commit to user
121
Summary for Nilai Afektif metode = Ular Tangga A nderson-Darling Normality Test
perpustakaan.uns.ac.id 55
60
65
70
A -Squared P -V alue
0,26 0,694
Mean StD ev V ariance Skewness Kurtosis N
65,900 5,143 26,451 0,198702 -0,369619 40
Minimum 1st Q uartile Median 3rd Q uartile Maximum
75
55,000 digilib.uns.ac.id 61,250 65,500 69,750 77,000
95% C onfidence Interv al for Mean 64,255
67,545
95% C onfidence Interv al for Median 63,411 9 5 % Confidence Inter va ls
68,000
95% C onfidence Interv al for S tD ev 4,213
Mean
6,604
Median 63
:
64
65
66
67
68
Gambar 4.6. Uji Normalitas nilai afektif Kelas Ular tangga
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,694 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data nilai Afektif biologi kelas Ular tangga terdistribusi normal.
Summary for Nilai Afektif metode = Teka Teki Silang A nderson-D arling Normality Test A -S quared P -V alue Mean StD ev V ariance Skew ness Kurtosis N
55
60
65
70
75
0,46 0,252 66,675 5,308 28,174 0,385101 -0,548728 40
Minimum
58,000
1st Q uartile Median 3rd Q uartile Maximum
62,250 66,000 70,000 78,000
95% C onfidence Interv al for Mean 64,977
68,373
95% C onfidence Interv al for M edian 64,000 9 5 % Confid ence In ter v als
68,000
95% C onfidence Interv al for StD ev 4,348
Mean
6,816
Median 64
65
66
67
68
69
Gambar 4.7. Uji Normalitas nilai afektif Kelas Teka-teki silang
commit to user
122
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,252 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data nilai afektif kelas Teka-Teki Silang terdistribusi normal. Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 3) Uji normalitas nilai memori Pengujian normalitas nilai memori pada masing-masing kelompok eksperimen, kelas eksperimen I (kelas ular tangga) dan Kelas eksperimen II (kelas teka-teki silang) yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Summary for prestasi memori = tinggi A nderson-Darling Normality Test
40
50
60
70
A -Square d P-V a lue
0,52 0,177
M ean StDe v V a riance Skew ness Kurtosis N
59,119 11,210 125,668 0,051388 -0,721806 42
M inimum 1st Q uartile M edian 3rd Q uartile M aximum
80
38,000 53,000 58,000 70,000 83,000
95% C onfidence Interv al for Mea n 55,626
62,612
95% C onfidence Interv al for Me dian 53,000 95 % C onfide nce Inter va ls
9,224
Mean Median 52
54
56
58
60
63,841
95% C onfidence Interv al for S tD ev
62
64
Gambar 4.8. Uji Normalitas nilai memori tinggi
commit to user
14,295
123
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,177 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data nilai memori tinggi terdistribusi normal. Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Summary for prestasi memori = rendah A nderson-D arling N ormality Test
40
50
60
70
A -Squa red P-V alue
0,48 0,226
M ean StDev V ariance Skew ness Kurtosis N
57,316 10,547 111,249 0,267374 -0,605430 38
M inimum 1st Q uartile M edian 3rd Q uartile M aximum
80
38,000 49,500 57,000 65,000 78,000
95% C onfidence Interv al for M ean 53,849
60,783
95% C onfide nce Interv al for M edia n 51,739 9 5 % Confidence Inter vals
63,841
95% C onfidence Interv al for StDev 8,599
Mean
13,646
Median 50,0
52,5
55,0
57,5
60,0
62,5
65,0
Gambar 4.9. Uji Normalitas nilai memori rendah
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,226 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data nilai memori rendah terdistribusi normal Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
124
4) Uji normalitas data kreatifitas Pengujian normalitas nilai kreatifitas pada masing-masing kelompok eksperimen, kelas eksperimen I (kelas ular tangga) dan Kelas eksperimen II (kelas teka-teki silang) yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut: perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Summary for prestasi kreativitas = tinggi A nderson-Darling Normality Test
40
50
60
70
A -Square d P-V a lue
0,47 0,232
M ean StDe v V a riance Skew ness Kurtosis N
60,357 11,268 126,967 0,132279 -0,800735 42
M inimum 1st Q uartile M edian 3rd Q uartile M aximum
80
38,000 53,000 58,000 70,000 83,000
95% C onfidence Interv al for Mea n 56,846
63,868
95% C onfidence Interv al for Me dian 53,695 95 % C onfide nce Inter va ls
65,000
95% C onfidence Interv al for S tD ev 9,271
Mean
14,369
Median 55,0
57,5
60,0
62,5
65,0
Gambar 4.10. Uji Normalitas nilai kreativitas tinggi
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,232 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data nilai kreativitas tinggi terdistribusi normal Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
125
Summary for prestasi kreativitas = rendah A nderson-Darling Norm ality Test A -S quared
0,38
P -V alue Mean S tD ev V ariance S kew ness Kurtosis N
perpustakaan.uns.ac.id 40
50
60
70
80
0,380 55,947 10,054 101,078 0,037240 -0,915764 38
Minimum
38,000
1st Q uartile Median 3rd Q uartile Maximum
49,500 56,000 65,000 73,000
digilib.uns.ac.id
95% C onfidence Interv al for M ean 52,643
59,252
95% C onfidence I nterv al for Median 50,000 9 5 % Confidence Inter vals
60,000
95% C onfidence Interv al for S tDev 8,196
Mean
13,007
Median 50
52
54
56
58
60
Gambar 4.11. Uji Normalitas nilai kreativitas rendah
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab diperoleh nilai p = 0,380 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data nilai kreativitas rendah terdistribusi normal Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Syarat berikutnya yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis varians adalah varians populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini menggunakan perhitungan Minitab 15. Hasil uji homogenitas telah terangkum dalam gambar berikut:
commit to user
126
Test for Equal Variances for prestasi F-Test Test Statistic P -Value
metode
Teka Teki Silang
1,83 0,064
Leven e's Test Test Statistic P -Value
U lar Tangga
perpustakaan.uns.ac.id
6
8 10 12 9 5% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
14
2,63 0,109
digilib.uns.ac.id
metode
Teka Teki Silang
U lar Tangga
40
50
60 prestasi
70
80
Gambar 4.8. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Biologi menurut Metode
Dari grafik ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai p (p-value) untuk F-test 0,064 dan Levene’s test 0,109 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelas ular tangga dan teka-teki silang homogen. Test for Equal Variances for Nilai Afektif F -Test Test Statistic P-Value
metode
Teka Teki Silang
1,07 0,845
Levene's Test Test Statistic P-Value
Ular Tangga
4,0
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
7,0
metode
Teka Teki Silang
Ular Tangga
55
60
65 70 Nilai A fek tif
75
80
Gambar 4.9. Uji Homogenitas nilai Afektif menurut Metode
commit to user
0,16 0,686
127
Dari grafik ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai p (p-value) untuk F-test 0,845 dan Levene’s test 0,686 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelas ular tangga dan teka-teki silang perpustakaan.uns.ac.id homogen
digilib.uns.ac.id Test for Equal Variances for prestasi F -Test Test Statistic P-Value
rendah
0,89 0,710
memori
Levene's Test Test Statistic P-Value
ting gi
8
9
10 11 12 13 14 95% Bonferr oni Confidence Intervals for StDevs
0,03 0,864
15
memori
rendah
ting gi
40
50
60 prestasi
70
80
. Gambar 4.10. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Biologi menurut Memori
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai p untuk F-test 0,710 dan Levene’s test 0,864 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai memori tinggi dan rendah homogen.
commit to user
128
Test for Equal Variances for prestasi
kreativitas
F -Test Test Statistic P-Value
rendah
Levene's Test Test Statistic P-Value
tinggi
8
9 10 11 12 13 14 95% Bonferroni Confidence Interv als for StDevs
perpustakaan.uns.ac.id
kreativitas
0,80 0,485 0,38 0,541
15
digilib.uns.ac.id
rendah
tinggi
40
50
60 prestasi
70
80
Gambar 4.11. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut kreatifitas
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai p untuk F-test 0,485 dan Levene’s test 0,562 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi dan rendah homogen. Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji homogenitas atau uji perbandingan dua varians diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini mempunyai varians yang sama.
C. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji Hipotesis Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama dan komputasinya dapat dilihat pada lampiran. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan disajikan sebagai berikut :
commit to user
129
Tabel 4.6. Rangkuman Anava Tiga Jalan Sumber JK Efek Utama A 3264.8650 B 445.9878 C 96.7974 perpustakaan.uns.ac.id Efek Interaksi AB 92.9294 AC 6.6589 BC 0.4240 ABC 119.3295 Galat 5396.9558 Total 9423.9479
dk
RK
1 1 1
3264.8650 445.9878 96.7974
Fobs 43.5561 5.9499 1.2914
Fα
p
keputusan
3.9200 3.9200 3.9200
< 0.05 < 0.05 > 0.05
ditolak ditolak diterima
digilib.uns.ac.id 1 1 1 1 72 79
92.9294 6.6589 0.4240 119.3295 74.9577
1.2398 0.0888 0.0057 1.5920
3.9200 3.9200 3.9200 3.9200
> 0.05 > 0.05 > 0.05 > 0.05
diterima diterima diterima diterima
Berdasarkan sajian data tersebut dapat diambil keputusan hipotesis 1 dan 2 tidak ditolak (Ho ditolak) karena dilihat dari harga Fobs yang lebih besar dari harga F tabel pada taraf signifikansi α = 0,05, yaitu F α = 3,92.
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linier Model No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Terhadap Prestasi Belajar Media Memori Kreatifitas Media*Memori Media * Kreatifitas Memori *Kreatifitas Media *Memori *Kreatifitas
Fobs 43,6 5,95 1,29 1,24 0,09 0,00 1,59
P
Keputusan
0,000 0,017 0,260 0,269 0,767 0,940 0,211
Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima
Kesimpulan : 1. P-value media 0,000 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran model TGT menggunakan media ular tangga dan teka-teki silang ) ditolak (P > 0,05 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang.
commit to user
130
2. P-value memori 0,017 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai memori tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,05 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai memori tinggi dan rendah. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. P-value kreatifitas 0,260 > 0,05, maka Ho ( tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi dan rendah) diterima ( P < 0,05 ditolak) berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi dan rendah 4. P-value interaksi antara media dan memori siswa 0,269 > 0,05, maka Ho ( tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang dengan memori siswa) diterima (P < 0,05 ditolak) berarti tidak ada interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang dengan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi. 5. P-value interaksi antara media dan kreatifitas 0,767 > 0,05, maka Ho ( tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang dengan kreatifitas siswa) diterima (P < 0,05 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi. 6. P-value interaksi antara memori dan kreatifitas 0,940 > 0,05, maka Ho ( tidak terdapat interaksi antara memori siswa dengan kreatifitas siswa) diterima (P < 0,05 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara memori siswa dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi.
commit to user
131
7. P-value interaksi antara media, memori dan kreatifitas 0,211 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang dengan memori dan kreatifitas siswa) diterima (P < 0,05 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan ular tangga dan teka-teki silang dengan memori dan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi. 2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama, ketiga dan keempat. Pada hipotesis kedua, kelima, keenam dan ketujuh tidak diperlukan uji komparasi ganda karena keputusan Ho tidak ditolak atau diterima. Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda (Uji Scheffe’) Ho
F obs
v1
v2
F tabel
DK
p
Keputusan
< 0.05
ditolak
< 0.05
ditolak
> 0.05
diterima
Komparasi Antar Kolom Permainan (A1 Vs A2) µ1 = µ2
782.5302
1
76
3.9100
3.9100
Komparasi Antar Kolom Memori (B1 Vs B2) µ1 = µ2
106.6281
1
76
3.9100
3.9100
Komparasi Antar Baris Kreativitas (C1 Vs C2) µ1 = µ2
1.4464
1
76
3.9100
3.9100
Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda dengan menggunakan uji Scheffe diperoleh
kesimpulan
bahwa permainan, dan memori keduanya
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fobs yang masih lebih besar dari daerah kritik DK = 3,91 pada taraf signifikansi α = 0,05,
commit to user
132
sehingga Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara kelas yang diajar dengan model pembelajaran TGT menggunakan ular tangga dan tekateki silang ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan memori tinggi dan rendah juga ditolak. Tetapi Ho yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreatifitas tinggi dan rendah diterima. Kesimpulan di atas dipertegas dengan paparan diagram analysis of means (ANOM) pada program Minitab 15 berikut : One-Way Normal ANOM for prestasi Alpha = 0,05 66 64
Mean
62 60
60,27
58
58,26
56
56,26
54 52 50 T eka T eki Silang
Ular Tangga met ode
Gambar 4.12. Diagram ANOM pengaruh permainan terhadap prestasi belajar
Pada diagram di atas, garis vertikal biru untuk teka-teki silang mengarah ke atas melewati garis merah, berarti permainan teka-teki silang berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar biologi dibandingkan dengan permainan ular tangga. Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh memori terhadap prestasi belajar terlihat ada garis biru yang mendekati garis merah. Ini menunjukkan bahwa memori
commit to user
133
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi. memori tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan memori rendah.
One-Way Normal ANOM for prestasi Alpha = 0,05
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 61
60,906
60
Mean
59 58,262
58 57 56
55,619
55 54 rendah
tinggi memori
Gambar 4.13. Diagram ANOM pengaruh memori terhadap prestasi belajar
D. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode TGT dengan ular tangga dan teke-teki silang, ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai memori tinggi dan memori rendah, ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan kreativitas rendah. Ada atau tidaknya interaksi motode pembelajaran TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi belajar ditinjau dari memori dan kreativitas siswa.
commit to user
134
Pengukuran
memori dan kreativitas siswa
dilakukan sebelum
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan tes memori dan tes kreatifitas siswa. Setelah selesai pembelajaran materi pokok system koordinasi pada manusia dilakukan tes untuk mengukur prestasi belajar biologi dan angket untuk penilaian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id afektif. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran TGT dengan menggunakan ular tangga dan teka-teki silang , suatu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan mengaktifkan siswa, agar siswa lebih aktif tidak pasif. 1. Hipotesis Pertama Kesimpulan yang diperoleh dari hipotesis pertama yaitu, ada pengaru prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang. Dari anava tiga jalan dengan sel tidak sama prestasi belajar biologi aspek kognitif diperoleh harga F = 43,56 > Fα untuk faktor metode atau P-value 0,00 < 0,05, maka Ho (tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode TGT menggunakan Ular tangga dan Teka-Teki Silang ditolak, (P > 0,005 tidak ditolak). Berarti ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran model TGT menggunakan Ular tangga dan Teka-Teki Silang. Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran TGT menggunakan Ular Tangga dan Teki-Teki Silang memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar Biologi pada materi pokok sistem koordinasi pada manusia.
commit to user
135
. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode pembelajaran TGT menggunakan permaianan teka-teki silang berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga, hal ini dikarenakan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga, yaitu permainan teka-teki silang yang digunakan ini, antara lain: 1) Dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena tidak ada faktor keberuntungan dalam mencapai kemenangan; 2) Diperlukan pengetahuan yang cukup, karena siswa harus aktif mencari jawaban sendiri dengan tepat; b. Kekurangan : 1) Tidak dapat memuat pertanyaan hitungan dengan jenis jawaban yang komplek; 2) Jawaban lebih mudah ditebak, karena ada huruf-huruf yang menghubungkan sebuah kata. Pada permainan teka-teki silang berbeda dengan ular tangga dimana dalam kolom jawaban sudah tersedia beberapa huruf sebagai bantuan jawaban, sehingga siswa termotivasi untuk berpikir mencari jawaban yang tepat , karena daya pikir siswa sudah terarah untuk mencari satu jawaban yang benar. Sedangkan pada ular tangga suasana pembelajaran cenderung lebih ke permainan untuk mencapai finish dapat diperoleh dengan keberuntungan mengocok dadu. Selain itu, permainan ular tangga juga menuntut siswa lebih aktif dan dituntut lebih berfikir menggunakan kemampuan ingatannya dalam berdiskusi untuk
commit to user
136
menjawab pertanyaan yang ada, karena tidak terdapat bantuan jawaban dalam permainan ini, Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang lebih baik dari pada metode pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TGT menggunakan permainan ular tangga untuk siswa SMPN 2 Tambakrejo pada materi sistem koordinasi pada manusia terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif materi sistem koordinasi pada manusia. Ular tangga dan teka-teki silang merupakan metode TGT yang mempunyai kelemahan dan keunggulan berbeda. Keunggulan menggunakan ular tangga adalah :1) kerjasama kelompok dalam mencapai finish sangat ditekankan; 2) anak tidak selalu dituntut untuk berpikir, sehingga suasana turnamen cenderung lebih menyenangkan; 3) dengan keberuntungan mengocok dadu, memberikan motivasi lebih besar pada siswa untuk mencapi finish (mencapai kemenangan); 4) memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi, karena siswa dituntut untuk aktif dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat; 5) dapat memuat pertanyaan dengan berbagai jenis jawaban (tidak hanya sebuah konsep hafalan, tetapi juga konsep hitungan); b. Kelemahan permainan Ular tangga: kurang dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena kemenangan dipengaruhi oleh adanya keberuntungan (adanya ular dan tangga). Dua metode pembelajaran yang karakteristiknya berbeda akan memberikan perbedaan pula terhadap prestasi belajar. Teka-teki silang memberikan pengaruh lebih baik terhadap prestasi belajar Biologi materi pokok sistem koordinasi pada manusia, karena dengan teka-teki silang siswa termotivasi untuk lebih kreatif
commit to user
137
mempelajari materi sistem koordinasi dengan mencari jawaban dan mencocokkan dengan kotak-kotak yang telah tersedia. Meskipun selama proses pembelajaran kedua metode TGT ini terlihat sama-sama menarik dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, tetapi dalam hal pencapaian hasil metode TGT perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan Teki-teki Silang lebih baik. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar biologi kelas Teka-teki silang (64,40) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas ular tangga (52,13). Demikian pula rata-rata prestasi belajar aspek afektif kelas Teka –teki silang (66,67) dan kelas ular tangga (65,90). Pada proses pembelajaran model TGT menggunakan Teka-Teki Silang siswa tertarik untuk mencoba menjawab pertanyaan dan mencocokkannya dengan kotak-kotak yang tersedia agar siswa lebih kreatif karena siswa selama ini cenderung kurang kreatif dan cenderung pasif mempelajari materi sistem koordinasi. Kesimpulan yang diperoleh dari hipotesis pertama yaitu, metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia, baik prestasi belajar kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai dengan teori yang telah diungkapkan bahwa metode pembelajaran merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua model pembelajaran yang karakteristiknya berbeda akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Menurut Renante P.Manlunas menyatakan bahwa “ICT and Cooperative Learning : Renventing the Classroom: (2006:4) “Cooperative learning (CL) is The instructional use of small groups through which students work together to maximize their own and each others learning” In this type of classroom, the students interact with their groups and
commit to user
138
perform task-oriented activities designed by the teacher”. Pembelajaran kooperatif (CL) adalah penggunaan pembelajaran melalui kelompok-kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk memaksimalkan mereka sendiri dan masing-masing orang lain belajar. Dalam hal ini jenis kelas ,siswa berinteraksi dengan kelompok mereka perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan melakukan kegiatan berorientasi tugas yang dirancang oleh guru. Dengan kerja sama antar kelompok didapatkan pemahaman belajar yang lebih. Meskipun model pembelajaran yang digunakan sama, yaitu cooperative learning dan metode pembelajaran yang digunakan juga sama, yaitu metode pembelajaran TGT, akan tetapi jenis permainan yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil presatsi belajar siswa.
2. Hipotesis kedua Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama untuk hipotesis kedua diperoleh harga F = 5,95 > Fα untuk memori siswa atau P-value = 0,017< 0,05, maka Ho (tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang mempunyai memori tnggi rendah) ditolak, (P > 0,005 tidak ditolak) berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang mempunyai memori tinggi dan rendah. Berarti ada pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Dari hipotesis kedua, disimpulkan bahwa ada pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif. Dari hasil anava tiga jalan dengan sel tak sama
memori
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia sebaiknya sebelum pembelajaran guru harus memperhatikan memori siswa terlebih dahulu sebelum pembelajaran dengan lakukan tes memori siswa termasuk
commit to user
139
tinggi atau rendah. Siswa yang memiliki memori rendah sebelum pembelajaran dapat diberikan latihan-latian yang sesuai dengan materi, setelah itu bisa mendapatkan pengembangan materi lebih lanjut. Dari uji lanjut pasca anava dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id signifikan antara memori siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia, (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28). Untuk aspek afektif diperoleh PValue > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara memori siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada Tabel 4.16. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada kelompok memori kategori tinggi dan kelompok memori kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif akan tetapi tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada kelompok memori kategori tinggi dan kelompok memori kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif. Memori atau daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat pengalaman terdahulu yang kemudian bisa menggunakannya kembali pada situasi yang berikutnya atau disebut (merecall). memori berkaitan dengan konsentrasi dan sebaliknya, karena siswa membutuhkan daya konsentrasi yang cukup agar informasi tersebut dapat tertanam dalam diri siswa. Memori menjadi salah satu hal yang mempengaruhi pembentukan intelegensi siswa. Memori yang baik mempengaruhi aspek intelegensi tapi juga pengelolaan emosi dan interaksi sosial. Semakin tinggi
commit to user
140
tingkat memori siswa akan semakin banyak informasi yang dapat diingat dan pada akhirnya akan semakin banyak pula konsep yang dipahami. Sehingga siswa yang memiliki memori tinggi akan lebih mudah menjawab soal kognitif dibanding siswa yang memiliki memori rendah. Menurut Ungerleider dan Desimone (1986) dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Larry R. Squire (1987:119) ringkasan hubungan dalam area visual cortex dinyatakan sebagai berikut: “There are two major routes from striate cortex (V1): One follows a ventral route into the temporal lobe via area V4, and the other follows a dorsal route into the parietal lobe via MT. Heave arrowheads indicate “forward” projections, light arrowheads indicate”backward” projections. “intermediate”projections are indicated by two heavy arrowheads. ‘d’ indicates that the projection is limited to the dorsal portion of the area, ‘m’ that is limited to the medical portion. Other potential pathways into the parietal lobe include those carrying input from the peripheral visual field (dotted lines)”. Penerimaan rangsang visual dapat disimpan dalam memori melalui dua jalur yaitu langsung ke otak dan melalui jalur yang tidak langsung ke otak. Jaur tidak langsung lebih lambat dalam merespon dan kurang dapat terekam dalam memori, sedangkan yang langsung lebih cepat dalam respon dan dapat langsung terekam dalam memori. Menurut Ericsson, Chase dan Faloon (1980) dalam Larry R.Squire (1987:133): “ Aquisition of a memory skill.During 20 months involving about 230 hours of practice (1 hour a day, 3 to 5 days a week, a college student increased his
commit to user
141
digit span from 7 to 79 digits. Random digits were read to him at the rate of 1 per second. If a sequence was recalled correctly, I digit as added to the next sequence”. Perulangan berkali-kali dari stimulus, yang ditangkap oleh indera pertama perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kali adalah stimulus yang berupa media visual, semakin cepat perulangan dan lama perulangan semakin cepat diterima oleh reseptor atau indera dan terekam baik dalam ingatan. Akan tetapi memori tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar afektif, karena dalam prestasi belajar afektif yang dinilai hanyalah sikap siswa. Disini siswa tidak dituntut memiliki daya konsentrasi yang cukup dalam mengingat untuk menjawab pertanyaan angket afektif.
3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar biologi menunjukkan F = 1,29 > Fα atau P-value kreativitas, 0,260 > 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar biologi siswa yang memiliki kreativitas tinggi (60,36) lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nilai siswa yang memiliki kreativitas rendah (55,95). Menurut Matthijs Bass, dkk dalam jurnalnya “ A Meta- Analysis of 25 Year of Mood-Creativity Research: Hedonic Tone, Activation, or Regulatory Focus? ”
commit to user
142
(2008:781),“Creative Performance as a Multicomponent Construct Creativity is generally conceived of as the generation of ideas, insights, or problem solutions that are both novel and potentially useful ”. Kreativitas umumnya dipahami sebagai gagasan, wawasan atau solusi masalah yang baru baik dan berpotensi berguna. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Matthijs Bass, dkk dalam jurnalnya “ A Meta- Analysis of 25 Year of Mood-Creativity Research: Hedonic Tone, Activation, or Regulatory Focus? ” (2008:780): “People in a positive mood are more likely to have richer associations within existing knowledge structures, and thus are likely to be more flexible and original. Those in a good mood will excel when the task is complex and past learning can be used in a heuristic way to more efficiently solve the task or when creativity and flexibility are re- quired”. Orang-orang dalam suasana hati yang positif lebih cenderung lebih memiliki asosiasi yang lebih kaya dalam struktur pengetahuan yang sudah ada dan lebih cenderung fleksibel . mereka yang unggul dalam mood yang baik akan unggul ketika tugas belajar kompleks, fleksibelitas mengacu hasil ide-ide yang muncul. Orang yang memiliki mood tinggi menghasilkan kreativitas tinggi ide-ide yang baru dan lebih banyak. Berbagai penelitian pada berbagai murid sekolah dasar dan menengah menunjukan bahwa seperti halnya pada mereka dengan intelegensi tinggi, kelompok yang kreatifitasnya tinggi juga menonjol prestasi belajarnya. Ini menunjukkan bahwa seperti intelegensi, kreatifitas juga berperan terhadap prestasi sekolah. Munandar (1999:47-50), menyatakan bahwa kreativitas sebagai kemampuan untuk
commit to user
143
membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.kreativitas adalah kemampuan yang berdasarkan pada data atau informasi yang tersedia, untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jawaban. Dari pendapat ini makin banyak kemungkinan jawaban yang diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang diberikan untuk menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga mutu atau kualitas jawabannya.
Kreativitas
dapat
dirumuskan
sebagai
kemampuan
yang
mencerminkan aspek-aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan orisinalitas
dalam
(mengembangkan,
berpikir,
serta
memperkaya,
kemampuan
memperinci)
suatu
untuk
mengelaborasi
gagasan
Ia
juga
mengemukakan bahwa ciri orang kreatif adalah bersifat ingin tahu dan mencari pengalaman baru, mempunyai daya imajinasi, inisiatif, dan minat luas, serta merasa bebas dalam bepikir dan berpendapat.
4. Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi metode dengan memori menunjukkan bahwa interaksi antara faktor metode dan memori siswa diperoleh harga F = 1,24 > Fα atau P-value 0,269 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara pembelajaran motode TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang belajar siswa) tidak ditolak (P > 0,005 diterima) berarti tidak ada interaksi antara pembelajaran metode TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang
commit to user
144
dengan memori siswa. Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh P-Value > 0,05, sehingga Ho tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sistem koordinasi pada manusia. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada Tabel 4.14. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28). Untuk aspek afektif diperoleh P-Value > 0,05, sehingga Ho tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada Tabel 4.16. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan tingkat memori siswa terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif. Dari hipotesis keempat, disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar Biologi, baik prestasi belajar kognitif maupun afektif. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan hipotesis pertama, metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan teka-teki silang, baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. Sedangkan pada hipotesis kedua peran memori sangat dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif, pada proses pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga maupun TGT menggunakan teka-teki
commit to user
145
silang, semakin tinggi tingkat memori, akan semakin tinggi pula prestasi belajar kognitif siswa. Sehingga apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT menggunakan permainan ular tangga atau metode TGT menggunakan teka-teki silang, siswa yang memiliki memori tinggi akan memiliki prestasi belajar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang lebih baik daripada siswa yang memiliki memori rendah. Sebaliknya berapapun tingkat memori, baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang akan memiliki prestasi belajar biologi yang lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan memori. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dalam maupun luar diri siswa diluar faktor metode pembelajaran dan memori siswa yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
5. Hipotesis kelima Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode dengan kereativitas siswa menunjukkan harga F = 0,09 > Fα atau P-value interaksi antara metode dan kreativitas 0,769 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara pembelajaran metode TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang dengan kreativitas siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara pembelajaran metode TGT
commit to user
146
menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa. Dari hipotesis kelima, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran metode TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan permainan teka-teki silang dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang lebih baik dari pada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga untuk siswa SMPN 2 Tambakrejo pada materi sistem koordinasi pada manusia terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif materi sistem koordinasi pada manusia. Guilford (Prabu, 1999) menyatakan bahwa faktor kreativitas verbal dapat berperan kuat, karena dengan kemampuan secara lancar dan luwes dalam bentuk yang asli yang diikuti dengan kemampuan mengurai dan merumuskan kembali secara benar dapat membuat seseorang cekatan, terampil, dan mampu menyesuaikan tugas pekerjaannya dengan lebih baik dan lebih cepat. Charles (Puspo, 2003)menyatakan bahwa dari segi intelegensi, dapat dijelaskan bahwa terlepas dari faktor kreativitas dan atau faktor psikologi lainnya, kadar intelegensi merupakan faktor yang berperan kuat. Dalam kadar intelegensi tertentu dalam pengertian tingkat kemampuan potensial seseorang untuk dapat menggunakan pemikirannya dalam mempelajari, menyesuaikan diri dalam pemecahan suatu masalah baru secara cepat dan berhasil, maka seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan tugasnya secara tepat dan cepat. Dari dua pendekatan bahwa kedua-duanya baik kreativitas maupun intelegensi dapat menjadi faktor yang
commit to user
147
menyebabkan seseorang dapat atau tidak dapat mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik, cepat dan tepat. Itu semua tergantung dari sejauh mana seseorang memiliki tingkat kreativitas dan intelegensi tertentu, yang setiap orang berbeda secara individual. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Hipotesis keenam Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara memori dan kreativitas siswa menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi antara memori dan kreativitas siswa 0,940 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara memori dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi) diterima (P < 0,05 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara memori dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi. Dari hipotesis kedua didapatkan ada pengaruh yang signifikan pada kelompok memori kategori tinggi dan kelompok memori kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa materi sistem koordinasi pada manusia. Tetapi tidak ada pengaruh kreativitas tinggi ataupun kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara memori dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses
pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor memori dan kreativitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam
commit to user
148
penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.
7. Hipotesis Ketujuh perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis
digilib.uns.ac.id interaksi antara metode,
memori, dan kreativitas siswa menunjukkan harga F = 1,59 > Fα atau P-value interaksi antara metode, memori, dan kreativitas siswa 0,211 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode, memori, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode, memori, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi. Dari hipotesis pertama dan kedua diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang diberi pembelajaran dengan motode TGT menggunakan permainan teka-teki silang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa menggunakan permainan ular tangga dan siswa yang memiliki memori tinggi memiliki prestasi belajar biologi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki memori rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode, memori, dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi. Hal ini
dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor metode, memori dan kreativitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.
commit to user
149
E. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu terkendala dengan waktu Dalam model pembelajaran kooperatif seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menuntaskan dari langkah awal sampai langkah akhir. Sehingga perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jalannya proses pembelajaran yang seharusnya menyesuaikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, namun kenyataannya justru berjalan menyesuaikan waktu. Selain itu kendala yang di temukan adalah fasilitas ruang media yang terbatas atau sangat sempit, padahal dalam permainan TGT diperlukan pembentukan kelompokkelompok dan menyita tempat,sehingga menyita tempat. Media pembelajaran yang terbatas seperti LCD yang hanya satu buah dan dalam pemakaiannya harus bergiliran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : Pembelajaran biologi menggunakan metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) melalui permainan ular tangga dan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang terdapat pengaruh terhadap prestasi belajar biologi siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011, yaitu prestasi belajar kognitif yang diperoleh dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang lebih baik dari pada prestasi belajar kognitif yang diperoleh dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga dengan nilai rataan prestasi kognitif berturut-turut 64,40 dan 58,27 sedangkan untuk prestasi belajar afektif yang diperoleh dengan metode TGT menggunakan teka-teki silang lebih baik daripada prestasi belajar afektif yang diperoleh dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga dengan nilai rataan prestasi afektif berturutturut 66,68 dan 65,90. Hal ini berarti guru harus menyiapkan pembelajaran dengan membuat LKS dan mencoba LKS tersebut sebelum pembelajaran, guru harus benar-benar lihai dalam pembelajaran . Guru membagi sisa dalam commit to user 150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
kelompok-kelompok siswa, selain itu penggunaan konsep-konsep yang akan digunakan dalam teka-teki silang harus lebih lengkap. Terdapat pengaruh memori kategori tinggi dan memori kategori rendah pada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode TGT dengan permainan teka-teki silang terhadap prestasi kognitif, akan tetapi tidak terdapat pengaruh memori kategori tinggi dan memori kategori rendah pada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode TGT dengan permainan teka-teki silang terhadap prestasi afektif pada materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang memiliki memori tinggi mempunyai prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki memori rendah. Nilai memori kelas TGT dengan permainan ular tangga dan kelas TGT dengan permainan teka-teki silang secara berurutan adalah 59,12 dan 57,32. Tidak Terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan kreativitas rendah pada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode TGT dengan permainan teka-teki silang terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif pada materi sistem koordinasi pada manusia kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah mempunyai prestasi belajar kognitif maupun afektif. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang serta tinggi rendahnya memori siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
tahun pelajaran 2010/2011. Artinya tingkat memori dan penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang serta tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. Artinya kreativitas tinggi maupun rendah dan penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. Tidak ada interaksi antara tinggi rendahnya memori serta tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. Artinya tingkat memori dan tingkat kreativitas siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang, tinggi rendahnya memori dan tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/20119. Artinya tingkat memori, tingkat kreativitas dan penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan adalah : 1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada pembelajaran biologi, materi sistem koordinasi pada manusia. 2. Pada pembelajaran biologi materi sistem koordinasi pada manusia sebaiknya disajikan dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan metode
TGT
menggunakan
permainan
teka-teki
silang
lebih
baik
dibandingkan dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga pada pembelajaran biologi materi sistem koordinasi pada manusia 3. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari faktor memori siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada semua tingkatan memori, baik tinggi maupun rendah. 4. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari faktor kreativitas siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada semua tingkatan kreativitas, baik tinggi maupun rendah.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Dalam penggunaan metode pembelajaran TGT, hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
dengan rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga antara lain: a. Siapkan semua media pembelajaran yang akan digunakan, seperti LKS, LKS dibuat oleh guru, sebelum digunakan di uju cobakan terlebih dahulu dan digunakan oleh siswa dan semua guru mata pelajaran IPA, b. Kuasai materi yang akan disampaikan, c. Bagi kelompok secara heterogen mungkin sehingga terjadi interaksi siswa diantara kelompoknya. 2. Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap memori dan kreativitas siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi sistem koordinasi pada manusia. 3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kreatifitas siswa, hendaknya tidak hanya dengan tes, tapi juga dapat dilakukan dengan pengamatan langsung. 4.
Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.
commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Andang Ismail. 2006. Education Game. Yogyakarta: Pilar Media Akbar, R, Hawadi, R.S.D.W, dan Mardi W.2001. Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Anonim. 2008. http://massofa.wordpress.com. Diakses tanggal 15 Januari 2009 Anonim. 2008. Media Pembelajaran. http: //akhmadsudrajat.wordpress.com. Anonim. 2008. Teka-Teki Silang. http://id.wikipedia.org. Anonim. 2008. Ular tangga. http: // id.wikipedia.org/wiki Anonim. 2008. Memori. http: // id.wikipedia.org/wiki Anonim. 2008. Memori. http: //rumahbelajarpsikologi.com
Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Asdi Mahasatya Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum Revisi ketiga. Yogyakarta: Andi Offset. . 1990. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Dahar, Ratna wilis . 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta. Effandi Zakarria and Zanaton Iksan 2006. Promoting Cooperative Learning in Science and Matematis Education: A Malaysian Perspective. Malaysia : Universiti Kebangsaan. Erlika Setyaningsih. 2009. Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan peramainan Ular Tangga dan Teka-teki silang dalam bentuk media flash dengan memperhatikan memori dan EQ (Emotional Quotion) materi pokok commit user struktur atom . Tesis UNS Tidakto Diterbitkan.
perpustakaan.uns.ac.id
156 digilib.uns.ac.id
Feng Feng Kee 2008. Alternatif goal Struktures For Computer Game-Based Learning : International Society of the learning Science. University of New Mexico. (dikases tanggal 6 september 2008) Gillies M. Robbin. 2008. The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students Behaviours, Discourse and Learning During a Science Based Learning Activity : Journal international School Psychology Association. Vol 29 Hal 332 (dikases tanggal 3 Februari 2010). . Gredler, Margaret E.Bell.1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada. Gordon, Mordechai.2008. Between Contructivisme and Connectednes. Journal of teacher education. Vol 59.no 4 Hal 325:AACTE (diakses tanggal 14 Januari 2010) Hancock, Dawson R. 2007. Effec of performance assessment on the achievement and motivation of graduate students. Journal active learning assessment on the achievement and motivation of graduate students. Vol 8 no 3 Hal 220 (diakses tanggal 12 Desember 2009). Istamar Syamsuri. Biologi untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga. Kapida, Mahesh.2003. Daya Ingat: Bagaimana Mendapatkan yang Terbaik. Jakarta: Obor. Kemal Doymus, Umit Simsek, Ataman Karacop and Sukru Ada, 2009. Effec of Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry”. Journal world Applied Sciences.vol 1 hal3 4 (diakses 2009). Kimmball, John W 1996. Biologi : Edi Kelima: Jilid 2.Bogor: Erlangga. Matthijs Bass, Carsten K.W. De Dreu, and Bernard A. 2008. A Meta- Analysis of 25 Year of Mood-Creativity Research: Hedonic Tone, Activation, or Regulatory Focus?”.journal Americane Psychological Association vol 134, No. 6,779-806 (diakses 2008) Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya Munandar, S.C.U (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah . Jakarta.PT Gramedia Widiasarana Indonesia. commit to user
157 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nana Sudjana.2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo.2008. Pengaruh Pembelajaran Físika Dengan Media Power Point Disertai Animasi Dan Modul Dilengkapi Alat Peraga Terhadap Prestasi Relajar Física Ditinjau Dari Kreativitas Siswa.Tesis . Surakarta:Universitas Sebelas Maret. Paul Suparno.2001. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius Prabu, C. 1999. Perkembangan Taraf Intelegensi Anak. Bandung : Angkasa. Puspo, G.2003. Motivasi dan Kreativitas dalam Pembelajaran. Surabaya: Usaha Nasional. Renante P. Manlunas. 2006. ICT and Cooperative Learning : Renventing the Classroom . University of the Philippines in the Visayas Cebu College profesional Education Division. Saifuddin Azwar. 2001. Metode Penelitian . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R.E. 2004. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. , R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Squire, Larry R. 1986. Memory and Brain. New York:Oxford University Press.
Yolanda Sarason, Catherine Banbury. 2004. Active Learning Facilitated by Using a Game-Show Format or Who Doesn’t Want to be a Millionaire?. Journal of Management Education . Vol 28 Hal 513 (dikases tanggal 30 April 2009).
commit to user