HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, PROSES PEMBELAJARAN AKTIF DAN HASIL BELAJAR PAI SISWA SMP NEGERI 49 JAKARTA
Tesis
Oleh : Muhamad Ubaidillah Karim NIM. 21140110000012
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H
LEPIBAR PENGESAⅡ AN PENGUJI Tcsis yang be]udul `猛 ″b″
gα /“ ″rα Pし 埒叩 sJ Sお を ■ rЙ αα tt ffa“ Pι″κSJ “ “ G“ ″ ″ Pι 醜漁 a4/な α αお滋 ,Pr・ θsι s Pι zbclttα″ “∠たtr Jα Iαs〃 BιJ″αr “ リカ ル“ “ ″ ISお ″“ αSyPハ 睦rriイ αr′ α't yang ditulis olch “ Muhamad Ubaidillal■ Kttm
dengan Nolllor lnduk Mahasiswa 21140110000012itclah dttikall pada sidal■ g promosi tcsis olch Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Kcgul■ lan(F「 K)■ lIN Syanf Hidayatullah Jakarta, pada htti 」um'at, Tallgga1 05 Ⅳlci 2017.Tcsis ini tclah dipcrbaiki scsuai s領狙 ¨ saranpenttji. Jakalta,
Tirn Pcng刀 1
Tanggal
Kctua Prograln DI.II.Sapiuddin Shidiq,M.ノ ヘg
NIP: 196703282000031001 Pcllgll11 1
DF H Sapiuddin Shidiq,M Ag NIP: 196703282000031001 Pcng円 12
Prof Dr.H.A Syaflic Noor,M.A NIP i 19470902196712 1 001 Pcllgtl11 3
り Mマ f20r7
Dr Sita Ratnaningsih,M.Pd Pclllbilllbing D「
H Zaimudin,MA
NIP: 195907051991031002
Mengetahui,
Dckan Fakul
Ilmu Tarbiyah
Keguruan
UIN S
ib Ra
NIP.
55042
MA
031007
Nllci 2017
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama
Muhamad Ubttdillah Kanm
NIM
21140110000012
TTL
Jakarta,1l Juli 1991
Alamat
Jl.PLK 2 NO.35 Kcc/KcllⅥ akasar Jakarta Timur.
Mewatalcan dengan Sebenamya bahwa tesis dengan judul.“
Hubungan
Antara Persepsi Sislwa Terhadap Kompetensi Guru Pendidikan Agama lslam,Proses Pembelaiaran Aktif dan Ⅱasil Belaiar PAI Siswa SMP Negeri 49 Jakarta'' adalah bentt karya asli saya,kecuali kutipan―
yang diielaSkan sumberllya.Apabila terdaptt keSdahan―
kutipan
kesalallalll dan
aWab saya dan kekcliruan didalallmya, Sepenuhnya mcllJadi tallggung 」 berdampak terhadap gelar akadcnlik saya. Dcmikian surat pen■ yataall ini sa_ya buat dengan sesungglllmya.
Jalcarta,17 Ap五 12017
ⅣI■ lamad Ubaidillal■
Karim
ABSTRAK Muhamad Ubaidillah Karim, NIM : 21140110000012 Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru PAI, Proses Pembelajaran Aktif dan Hasil Belajar PAI Siswa SMP Negeri 49 Jakarta Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar siswa. Untuk itu diadakan penelitian pada guru PAI SMPN 49 Jakarta sebanyak 3 pendidik dan peserta didik sebanyak 210 siswa dari kelas VIII dengan menggunakan metode survey serta teknik korelasi dan regresi data, dalam pengolahan data tersebut, penulis menggunakan SPSS 22 Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan teknik analisis korelasi, yaitu mencari hubungan dan pengaruh antara tiga variabel. Metode ini memberikan gambaran tentang variabelvariabel yang ditemukan, sekaligus menyelidiki hubungan dan pengaruh antar variabel, karena itu metode ini akan mengungkapkan data faktual berdasarkan informasi yang ditemukan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara hubungan kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI siswa di SMPN 49 Jakarta dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti persepsi siswa bahwaguru yang memiliki kompetensi guru PAI sudah pasti mampu melakukan proses pembelajaran aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa di SMPN 49 Jakarta. Kata kunci : Kompetensi Guru PAI, Proses Pembelajaran Aktif, Hasil Belajar Siswa.
iii
SPSS 22
iv
ABSTRACT Name : Muhamad Ubaidillah Karim Nim : 21140110000012 The Relationship Between Islamic Education Teacher’s Competence and Active Learning Student’s Learning Achievement. This research was aimed to analyze the relationship between Islamic education teachers competence and active learning with students learning achievement thus, an investigation on Islamic education teachers at public junior high school 49 Jakarta with samples of 3 teachers and 210 students of the 8th grade. The method that was used was survey method and correlational research design, then regression was used for data analysis using SPSS 22. The method used in this study is a survey method using correlational and regression analysis techniques is looking for relationship and influence between the two independent variables with the dependent variable. This method provides an overview of the variables were found, as well as investigating the relationship and influence between variables, therefore this method will reveal the factual data based on information found. The result showed that there was a positive and significant effect between Islamic education teachers competence and active learning on students learning achievement at public junior high school 49 Jakarta, with the value of sig 0,000 with the significant level of 0,05.
Keyword : Islamic Education Teacher’s Competence , Active Learning Student’s , Learning Achievement.
v
KATA PENGANTAR Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahiim
Alhamdulillah, penulis senantiasa bersyukur berkat rahmat Allah dan kasih sayang-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir tesis, sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister PAI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada baginda Nabi Muhammad SAW hingga akhir kelak. Dalam menulis karya Ilmiah Tesis ini, tentu banyak kekurangan yang ada pada diri penulis hingga hasil karya ini masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan demikian, penulis tetap bersyukur karena hasil kaya ilmiah ini dapat terselesaikan, semua itu tidak lepas dari bantuan baik berupa moril maupun non-moril. Rasa terima kasih ini terutama penulis sampaikan pada : 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr Dede Rosyada, MA atas kesempatan dan ilmu yang telah beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswanya. 2. Dekan FITK Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya , MA yang telah memberikan ilmu dan pandangan kepada penulis hingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini. 3. Ketua Jurusan Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag atas dukungan dan arahan beliau, tesis ini dapat terselesaikan. 4. Pembimbing Tesis, Dr. Zaimuddin, MA, atas kesabaran dan bimbingan beliau, tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Para Dosen Program Magister FITK atas ilmu dan arahannya, hingga penulis mendapatkan ilmu yang bermanfaat. 6. Teman-teman angkatan 2014 Program Magister PAI dan yang lainnya, terimakasih atas bantuan dan dukungan moril nya. 7. Kepada Orang tua, Kasmui, dan Rimi yang selalu memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
vi
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan semuanya, dengan pahala dan keridhoan-Nya, akhir kata mohon maaf, Assalamualaikum Wr. WB
Jakarta, 17 April 2017
Penulis,
M. Ubaidillah, K
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI A. PADANAN AKSARA Huruf Arab Huruf Latin ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع
B T Ts J H Kh D Dz R Z S Sy S D T Z „
غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي
Gh F Q K L M N W H A Y
B. VOKAL TandaVokal Arab
Keterangan Tidak dilambangkan Be Te Tedanes Je Ha dengan garis bawah Kadan Ha De De dan Zet Er Zet Es Esdan Ye Es dengan garis bawah De dengan garis bawah Te dengan garis bawah Zet dengan garis bawah Koma terbalik di atas hadap kanan Ge dan Ha Ef Ki Ka El Em En We Ha Apostrof Ye
TandaVokal Latin
Keterangan
A I U Ai Au
Fathah Kasrah Dammah A dani A dan u
ـَـ ِــ ُــ ــَ ي ــُ و viii
C. VOKAL PANJANG TandaVokal Arab
TandaVokal Latin
َا-ي ِ - ُو--
 ΠÛ
Keterangan A dengan topi di atas I dengan topi di atas U dengan topi di atas
D. KATA SANDANG Kata sandangdalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال, dialih aksarakan menjadi huruf (l), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsu bukan asy-syamsu dan al-rahim bukan arrahim. E. SYADDAH/TASYDID Syaddah / tasydid dalam tulisan Arab dilambangkan dengan ّــ, dalam alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberitanda syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyyah yang didahului kata sandang. Misalnya kata النّومtidak ditulis an-naum melainkan al-naum. F. TA MARBÛTAH Ta marbûtah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at) dialihaksarakan menjadi huruf (h). namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf (t). Contoh: No Kata Arab AlihAksara 1 2 3
مدرسة الجامعة اإلسالمية وحدة الوجود
Madrasah Al-jâmi‟ah al-islâmiyyah Wihdat al-wujud
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ............................................
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................
ii
ABSTRAK .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................ vi PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................
x
DAFTAR TABEL............................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B.
Identifikasi Masalah ..............................................................
8
C.
Pembatasan Masalah .............................................................
8
D. Perumusan Masalah ..............................................................
9
E.
Tujuan Penelitian ..................................................................
9
F.
Manfaat Penelitian ................................................................
9
G. Penelitian yang Relevan ........................................................ 10 BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................. 12 A. Persepsi Siswa ......................................................................... 12 1. Persepsi Dalam Islam ....................................................... 12 2. Prinsip Dasar Persepsi ...................................................... 13 B. Hasil Belajar PAI .................................................................... 14 1. Hasil Belajar Kognitif ...................................................... 21 2. Hasil Belajar Afektif ........................................................ 28 3. Hasil Belajar Psikomotorik .............................................. 34 C. Kompetensi Guru PAI ............................................................. 41 1. Kompetensi Pedagogik .................................................... 48 2. Kompetensi Kepribadian ................................................. 53 3. Kompetensi Sosial ........................................................... 58 x
4. Kompetensi Profesional ................................................... 59 D. Pembelajaran PAI ................................................................... 65 1. Hakikat Pembelajaran PAI ............................................... 65 2. Proses Pembelajaran Aktif................................................ 70 3. Dasar dan Tujuan PAI ...................................................... 82 E.
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ........................... 86
BAB IIIMETODE PENELITIAN .................................................... 89 A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 89 B. Waktu dan Tempat .................................................................. 89 C. Populasi dan Sample ............................................................... 89 D. Definisi Operasional Variabel ................................................. 90 E. Instrumen Penelitian................................................................ 91 F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 98 G. Hipotesis Penelitian................................................................. 99 H. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 100 I.
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian....................................... 101
J. Teknik Analisis Data ............................................................... 106 1. Analisis Deskriptif .............................................................. 106 2. Analisis Uji Normalitas ...................................................... 107 3. Analisis Uji Linearitas ........................................................ 108 4. Uji Hipotesis ....................................................................... 108 BAB IV HASIL PEMBAHASAN ..................................................... 111 A. Profil SMPN 49 Jakarta .......................................................... 111 1. Biografi SMPN 49 Jakarta ................................................. 111 2. Biografi Guru SMPN 49 Jakarta ........................................ 113 B. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 115 1. Uji Validitas Data ............................................................... 115 2. Uji Reliabilitas Data ........................................................... 120 C. Uji Prasyarat Analisis Data ..................................................... 123 1. Analisi Deskriptif Data ....................................................... 123 xi
2. Uji Normalitas .................................................................... 133 3. Uji Linearitas ...................................................................... 132 4. Uji Hipotesis ....................................................................... 137 D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 140 1. Hubungan Persepsi Siswa antara Kompetensi Guru PAI (X1) dengan Proses Pembelajaran Aktif (X2) ........... 140 2. Hubungan Persepsi Siswa antara Kompetensi Guru PAI (X1) dengan Hasil Belajar Siswa (X3) ...................... 141 3. Hubungan Persepsi Siswa antara Proses PembelajaranAktif (X2) dengan Hasil Belajar Siswa (X3)................... ........... 142 E. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 143 F. Diskusi Hasil ........................................................................... 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 146 A. Kesimpulan ............................................................................ 146 B. Implikasi.................................................................................. 146 C. Saran ....................................................................................... 147 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 149 DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 155
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa SMPN 49 Jakarta..............................................
7
Tabel 2.1 Indikator Kognitif dan Deskripsinya.................................................
25
Tabel 2.2 Kisi-kisi Soal PAI.............................................................................
27
Tabel 2.3 Indikator Ranah Afektif dan Deskripsinya........................................
33
Tabel 2.4 Indikator Ranah Psikomotorik dan Deskripsinya..............................
38
Tabel 2.5 Aspek-aspek Ranah Pembelajaran dan KKO....................................
39
Tabel 2.6 Indikator Kompetensi Pedagogik......................................................
52
Tabel 2.7 Indikator Kompetensi Kepribadian...................................................
55
Tabel 2.8 Indikator Kompetensi Sosial.............................................................
59
Tabel 2.9 Indikator Kompetensi Profesional............................................... ......
63
Tabel 2.10 Prosedur Pembelajaran PAKEM............................................... ......
78
Tabel 2.11 Sintaks Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan.....
80
Tabel 2.12 Aspek Kegiatan Pembelajaran Aktif................................................
81
Tabel 3.1 Indikator Penelitian Kompetensi Guru..............................................
92
Tabel 3.2 Sintaks Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Menyenangkan............
95
Tabel 3.3 Indikator dan Kisi-kisi Hasil Belajar PAI.........................................
97
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas......................................................................
105
Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas........................................................................
105
Tabel 3.6 Pedoman Koefisien Korelasi.........................................................
109
Tabel 4.1 Biografi Guru SMPN 49 Jakarta......................................................113 Tabel 4.2 Hasil Validitas Kompetensi Guru PAI............................................
116
Tabel 4.3 Hasil Validitas Proses Pembelajaran Aktif..................................... 117 Tabel 4.4 Hasil Validitas Hasil Belajar PAI................................................... 118 Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas..................................................................... 123 xiii
Tabel 4.6 Analisi Deskriptif Kompetensi Guru PAI..................................... 124 Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Proses Pembelajaran Aktif.............................
127
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Hasil Belajar PAI Siswa................................
130
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas...................................................
134
Tabel 4.10 Intepretasi Hasil Uji Linearitas..................................................
136
Tabel 4.12 Korelasi antara X1, X2, danX3……………….......................
138
Tabel 4.13 Nilai r antara X1, X2 dan X3..………………………………..
139
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Diagram Hasil Kompetensi Guru PAI...................
126
Gambar 4.2 Diagram Hasil Proses Pembelajaran Aktif............
129
Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar PAI Siswa.........................
132
xv
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah UUD No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 8 telah menjelaskan kepada kita bahwa “seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Kompetensi guru yang sebagaimana dimaksud adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profes. Persyaratan tersebut pada dasarnya harus dimiliki bagi guru atau calon guru karena dalam menjalankan keprofesian keguruan, sudah pasti ada tujuan pendidikan nasional yang harus diraih. Banyak sebagian guru yang tidak memiliki kompetensi yang telah dipersyaratkan oleh pemerintah, hingga pada akhirnya guru sulit untuk mengetahui apakah ia telah berhasil dalam mendidik pada arti sesungguhnya atau belum. Nizar (2001, h. 85) memberikan pandangan terhadap PAI, yakni pendidikan, digunakan pada beberapa istilah , antara lain, alTa‟lim()التعلينal-Tarbiyah)(الترتيح, al-Ta‟dib) (التأدية. Namun demikian , ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pada pengertian pendidikan. Banyak beberapa tokoh pakar pendidikan yang memberikan argumen tersendiri terkait istilah tersebut, salah satunya yakni Naquib Al-Attas yang lebih memilih Al-Ta‟dib)(التأديةdalam definisi PAI. Al-Qur‟an telah menerangkan mengenai kewajiban belajar, sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Alaq (96) :1-5 berikut ini:
1
2
Artinya 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Pendidikan yang berhasil dapat dikatakan bila pendidikan tersebut bersungguh-sungguh dalam tataran proses, manajemen dan segala aspek yang terkait untuk di kemas dalam satu tujuan yang sama yakni menciptakan hasil output, generasi penerus yang kamilah. Arifin (1987, h. 14) menjelaskan, adanya kelembagaan pendidikan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak dengan tugas dan tanggung jawabnya yang kultural-edukatif terhadap anak didik dan masyarakatnya. Tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya, menurut pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha menyukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup seseorang muslim, yaitu sebagai berikut. 1. Pembebasan manusia dari ancaman api neraka, sesuai dengan perintah Allah Q.S (At-Tahrim, Ayat 6)
Artinya, “wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari ancaman api neraka”. 2. membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, Firman Allah Q.S (Al-Mujadalah, Ayat 11)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa darajat”. Pendidikan Islam pada sesungguhnya mengajarkan manusia untuk menjadi insan yang kamilah dan cakap dalam sisi pengetahuan, sikap, keterampilan.semua itu tidak lepas dari peranan seorang
3
pendidik yang harus profesional dalam mendidik agar hasil dari buah pendidikan dapat terasa matang dan baik. Tingkat pengetahuan, kepercayaan manusia terhadap agama akan melahirkan sikap dan perilaku tertentu, baik dalam menghubungkan dirinya dengan Tuhan (Ibadiyah Ilahiyah) atau penerjemahan dalam kehidupan keseharian (amaliyah). (Tumanggor, 2014, h. 23). Guru agama Islam haruslah memiliki jiwa beragama yang dalam terhadap agamanya, karna berdasarkan kepercayaan itu, guru agama tersebut akan berbuat dan berkata dengan baik, sesuai dengan pedoman agama. Dengan demikian, guru agama Islam haruslah orang yang memiliki keberagamaan yang baik, dan sesuai dengan keahliannya dan searah dengan jalur pendidikan yang ia kuasai. Banyak institusi yang unggul, menarik visi dan misi nya namun kualitas guru nya belum sesuai dengan yang diharapkan, ada juga sekolah yang standar, namun memiliki guru yang berkualitas hingga mampu melahirkan output yang baik dan sesuai dengan perencanaan pendidikan, dengan demikian diperlukan penelitian untuk melihat kualitas guru, agar pendidikan dapat berkembang baik dan sesuai dengan visi sekolah. SMPN 49 Jakarta merupakan sekolah favorit di Jakarta Timur, nilai acuan sebagai persyaratan masuk siswa baru di sekolah tersebut cukup bersaing, yakni dengan skor UN sebesar 27 untuk kategori 3 mata pelajaran UN yang diujikan. Disamping itu terdapat banyak prestasi-prestasi yang diraih oleh peserta didiknya, terutama dalam keagamaan, dengan demikian apakah majunya sekolah tersebut dipicu oleh baiknya kualitas guru yang mengajar di sana? Terutama guru PAI Guru adalah pelukis bagi muridnya, guru dapat membentuk pola pikir siswanya menjadi warna yang ia inginkan, maka peranan guru di dalam pembangunan SDM amatlah penting. Guru PAI di SMPN 49 Jakarta telah lulus sertifikasi dari instansi pemerintah, namun belum tentu juga dengan telah disertifikasinya guru, maka kualitas pengajaran akan meningkat secara signifikan, apakah kinerja mereka telah baik? Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan Islam? Jika kompetensi guru rendah, maka para muridnya kelak akan menjadi generasi yang bermutu rendah. Jangankan mampu bersaing,
4
mencari pekerjaan pun sulit, tentu menambah beban sosial dan pengangguran (Musfah, 2015, h. 3) Ibarat sebuah kereta yang berjalan di atas rel, jika guru sebagai masinis kemudi tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, maka bagaimana dengan anak gerbong yaitu peserta didik, sudah pasti tidak akan berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Di Indonesia, banyak guru yang belum profesional dalam menjalankan tugasnya, menurut suatu penelitian Fathurohman dan suryana (2012, h. 5) mengemukakan penelitian hasil Konsorium Ilmu Pendidikan pada tahun 2000, menyatakan bahwa 40% guru SMP dan 33% guru SMA mengajar bidang study diluar bidang keahliannya. Hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru di Indonesia masih jauh dari profesionalitasnya, bagaimana mau maju pendidikan kita, jika gurunya saja belum memiliki kompetensi yang dipersyaratkan. Permasalahannya adalah bagaimana guru dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan baik jika profesionalismenya masih dipertanyakan. Pada prinsipnya guru yang profesional yakni harus mampu memiliki empat kompetensi yang telah dipersyaratkan dan ahli dibidang teori dan praktik keguruan. Dari output yang dihasilkan dari guru yang tidak profesional tentu berdampak buruk bagi anak didik, akhir-akhir ini sudah banyak media yang menyebutkan terdapat pergaulan bebas yang terjadi di tengah masyarakat sehingga muncul kenakalan-kenakalan remaja. Seperti halnya terdapat anak usia remaja yang berada di club malam, atau pun terdapat siswa yang merokok dan masih banyak macam hal lain, hal ini adalah berkat kurang pembinaan mental jiwa beragama dan pendidikan, apalagi usia remaja adalah usia dimana peserta didik mudah terpengaruh serta didorong adanya rasa keingintahuan yang tinggi sehingga menjadi sasaran empuk bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kenakalan remaja dapat terselesaikan jika pendidikan yang disampaikan tepat dan sesuai pada anak, serta menanamkan nilai akhlak, sebagaimana Rasulullah yang dapat merubah kaum jahiliyah menjadi Islamiyah. Akhir-akhir ini banyak guru yang pandai namun mereka belum memiliki sikap yang baik, Di dalam sebuah seminar, Drost. J &
5
Sunario. A (2008, h. 67), Memudahkan Anak Belajar. Makalah disampaikan dalam seminar “Pengembangan Pola Pikir Efektif, Tantangan Orangtua Menghadapi Pendidikan Anak, Jakarta 5 Juni 1996, mereka sama-sama sependapat mengenai potensi anak yakni, banyak anak-anak yang tak tergali potensinya, karena mereka diperlakukan sebagai anak tak mampu sejak kecil, akibatnya mereka selalu dianggap lemah, mereka meyakini itu dan pada akhirnya mereka memang menjadi orang lemah. Menurut Drost “Tidak ada orang bodoh, tetapi mereka malas dan ini perlu dicari tahu penyebabnya”. Seiring ucapan Drost, Agus Sunario pun berpendapat, ”Bagi saya tidak ada anak malas, tapi anak tidak melakukan sesuatu karena tidak ada motivasi”. Kita sering menjumpai pendidik yang kurang mengerti dampak psikologis anak jika mereka menanamkan perkataan yang salah terhadap anak, contoh, ada pendidik yang kecewa melihat anaknya tidak mengerti cara berwudhu atau pun tidak bisa cara mengepel rumah walaupun sudah diajarkan sebelumnya, karena kecewa, akhirnya pendidik tersebut mengatakan bodoh kepada anaknya, secara tidak langsung ucapan tersebut dapat mengakar ke diri anak, sehingga sulitlah bagi si anak untuk bangkit dan semangat untuk bisa, karena tidak ada motivasi yang diberikan melainkan perkataan hinaan. Tidak seharusnya orang tua atau pendidik mengeluarkan perkataan tersebut karena pola pikir yang dimiliki pendidik acapkali menular kepada anak. Ini merupakan suatu contoh bahwasanya faktor verbal para pendidik dapat mempengaruhi pola pikir anak atau peserta didik. Pendidik dituntut selain memiliki pengetahuan yang cukup, ia juga harus memiliki sikap dan teladan yang baik, sebagaimana sikap pendidik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, Beliau sangat cakap dalam bersikap dan bertutur kata sehingga pengajaran dan pendidikan yang Beliau sampaikan dapat diterima pada akhirnya di berbagai kalangan. Kemerosotan kualitas pendidikan di Indonesia menurut Fathurohman dan Suryana, (2012, h. 39), kemerosotan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, pada dasarnya bukan disebabkan oleh kurikulum yang silih berganti, namun kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan kurangnya minat belajar pada siswa. Kondisi kemerosotan kualitas pendidikan seperti saat ini, sudah sepatutnya para guru dan instansi-instansi yang terkait harus berbenah
6
diri dan menjalankan alur pendidikan sebagaimana mestinya, mungkin saja penyebab kurangnya minat belajar PAI disebabkan oleh metodologi yang kurang sesuai atau faktor guru yang belum kompeten. Menurut Kunandar (2007, h. 37), seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tugas guru sebagai komponen utama pendidikan makin berat karena guru dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan. Guru yang tidak siap dengan tantangan zaman, maka sudah pasti murid yang dibimbingnya akan kesulitan dalam memproyeksikan masa depannya, maka dibutuhkan guru yang terampil dan profesionalitas, lebih-lebih guru agama Islam yang turut andil dalam pembinaan akhlak dan moral anak. Penulis tertarik meneliti bagaimanakah kompetensi guru PAI dan proses pembelajarannya di SMPN 49 Jakarta, serta hasil belajar siswa di sana. Sekilas lembaga pendidikan di SMPN 49 telah mengantungi akreditasi A. Sekolah ini termasuk salah satu sekolah menengah pertama yang cukup diminati oleh sebagian siswa di jakarta timur. Penulis tertarik mengadakan penelitian di sana untuk melihat kompetensi guru PAI proses pembelajaran aktif di sekolah tersebut agar dapat memajukan kualitas hasil belajar siswanya. Dalam proses pembelajaran, sudah tentu ada siswa yang aktif dan pasif, namun bagaimana proses pembelajaran aktif dapat dilakukan agar siswa yang pasif dapat termotivasi untuk menjadi aktif dalam pembelajaran tersebut. Ini sudah tugas guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, baik dengan diskusi kelompok, tanya jawab, maupun dengan game yang dapat membuat anak termotivasi. Daftar nilai PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri 49 Jakarta masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) secara kumulatif, KKM yang ditetapkan disana adalah 75 untuk mata pelajaran PAI, berikut tabel daftar nilai PAI di SMP Negeri 49 Jakarta.
7
Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 49 Jakarta No
1 2 3 4 5 6 7
Kelas
VIII 1 VIII 2 VIII 3 VIII 4 VIII 5 VIII 6 VIII 7
Nilai KKM 75 75 75 75 75 75 75
Nilai Rata-rata kelas 77 73 75 76 70 72 73
Keterangan
Sudah mencapai KKM Belum mencapai KKM Sudah mencapai KKM Sudah mencapai KKM Belum mencapai KKM Belum mencapai KKM Belum mencapai KKM *Dokumen sekolah
Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI dapat disebabkan juga karena usaha guru PAI yang belum maksimal dalam mengajar, mungkin karena keterbatasan kemampuan guru atau karena guru belum memahami teknik pengajaran yang baik dan sesuai dengan materi. Dalam peningkatan mutu pendidikan, sudah tentu guru harus mampu mengkonsep pengajarannya agar lebih mudah dipahami siswa, maka proses pembelajaran aktif diharuskan diterapkan oleh guru agar siswa dapat termotivasi untuk ikut andil dalam menjawab, bertanya ataupun berdiskusi terkait pengajaran. Teknik pembelajaran aktif dapat dilakukan dengan konsep PAIKEM, Pengajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dimungkinkan tujuan pembelajaran akan dapat tercapai jika guru memiliki kompetensi dan mampu menjalankan proses pembelajaran aktif. Dari masalah yang telah diuraikan di atas, penulis akan melakukan analisa tentang hubungan kompetensi guru PAI dan Proses Pembelajaran Aktif yang dituliskan dalam karya ilmiah tesis dengan judul”Hubungan Antara Persepsi Siswa TerhadapKompetensi Guru PAI, Proses Pembelajaran Aktif dan Hasil Belajar Siswa di SMPNegeri 49 Jakarta ”.
8
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalahdi atas, penulis dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Masih adanya sikap bully yang dilakukan beberapa pendidik, seperti menganggap anak itu lemah atau bodoh di SMPN 49 Jakarta. 2. Masih banyaknya peserta didik yang kurang berminat dalam pelajaran Islam di SMPN 49 Jakarta. 3. Masih rendahnya sebagian kompetensi guru PAI di SMPN 49 Jakarta. 4. Masih rendahnya kualitas pendidikan Islam di SMPN 49 Jakarta. 5. Belum tercapainya tujuan pendidikan agam Islam di SMPN 49 Jakarta 6. Masih rendahnya kualitas hasil belajar PAI siswa di SMPN 49 Jakarta.
C. Pembatasan Masalah Setelah melihat permasalahan dan identifikasinya, penulis perlu memberikan batasan masalah pada penelitian ini agar tidak melebar, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Persepsi Siswa terhadap kompetensi guru PAI” yang akan diteliti yakni meliputi persepsi siswa terhadap pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional pada guru PAI di sekolah SMPN 49 Jakarta 2. Persepsi Siswa terhadap proses pembelajaran aktif yang akan diteliti adalah perrsepsi siswa terhadap pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan guru PAI selama berada di kelas. 3. Persepsi siswa terhadap hasil belajar PAI yang dimaksud adalah daya kognitif siswa dengan materi pokok Pendidikan Agama Islam kelas VIII Semester 1 Tahun ajaran 2016-2017.
9
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis memberikan rumusan masalah menjadi : 1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan proses pembelajaran aktif di SMPN 49 Jakarta ? 2. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta ? 3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif dengan hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta ?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran dan besarnya hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan proses pembelajaran aktif di SMPN 49 Jakarta ? 2. Mengetahui gambaran dan besarnya hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta ? 3. Mengetahui seberapa besarnya hubungan antara persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif dengan hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta ?
F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memahami pentingnya kompetensi guru dan proses pembelajaran aktif sehingga dapat diketahui aspek-aspek yang harus dikembangkan dari masing-masing lembaga guna meningkatkan hasil belajar siswa, dan sebagai masukan bagi guru, dan pemangku kepentingan di lembaga pendidikan agar dapat mengimplementasikan kompetensi guru dan proses pembelajaran aktif dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas.
10
G. Penelitian yang Relevan 1. Jurnal penelitian yang ditulis oleh Saepul Anwar dengan judul “Studi Realitas Tentang Kompetensi Kepribadian Guru PAI SMA di Kabupaten Bandung Barat” Sumber : diambil dari jurnal Ta‟lim vol. 9, no. 2. Menjelaskan data penelitian sebagai berikut: No Kompetensi 1 Integritas 2 Kemampuan Intepersonal 3 Kepemimpian 4 Kestabilan Emosi 5 Keterbukaan Rata-rata
Rata-rata 3.6 3.8 3.9 3.8 4.0 3.8
Intepretasi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Gambaran ini menerangkan bahwa Guru PAI di SMA sekabupaten Bandung barat tersebut memiliki kompetensi kepribadian yang unggul, karna pendidik mampu berinovatif, kreatif dalam memajukan kualitas pendidikan. 2. Tesis yang ditulis oleh Arlina dengan judul “Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam”. Adapun hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berkut : Terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran koperatif learning dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar PAI, adapun nilai (R) = 0,665, dan R square = 0,442, berarti sekitar 44,2% hasil belajar PAI dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran koperatif dan motivasi belajar siswa. 3. Tesis yang ditulis Eko Nursalim dengan judul “ Studi Korelasi Antara Kreatifitas Guru PAI da Pembelajaran Kooperatif dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam”, adapun hasil penelitian diperoleh sebagai berikut : a. Terdapat hubungan yang signifikan antara kreatifitas guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa, yaitu diketahui rx1y = 0,461 dengan taraf signifikansi 0,01 (r tabel = 0,424) dan memberikan sumbangan efektif sebesar 22%, artinya semakin tinggi tingkat kreatifitas guru PAI, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa. b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar PAI siswa, yaitu diketahui rx2y = 0,458 dengan taraf signifikansi 0,01 (r tabel= 0,424)
11
dan memberikan sumbangan efektif 21%, artinya semakin tinggi pembelajaran kooperatif digunakan, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa. c. Sebagai jawaban hipotesis yaitu terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kreatifitas guru PAI dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi hasil belajar siswa. Hasil ini dapat dilihat dari hasil uji F = 6,792 dengan taraf signifikansi 0,01 (Ftabel = 2,904) dan pada uji regresi ganda (F reg = 5,216) dengan taraf signifikansi 0,05 (fF tabel = 3,287) dan memberikan sumbangan efektif 25% terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. 4.
Hasil penelitian yang ditulis oleh mahasiswi Universitas Negeri Semarang Umi Habibah dengan judul “Korelasi Kompetensi Guru PAI Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hikmah Kota Tegal”. adapun hasil penelitian diperoleh sebagai berikut; Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru PAI dengan hasil hasil belajar PAI siswa. Hasil ini dapat dilihat dari hasil uji R = 0,671, sedangkan R square sebesar 0,403, maka dapat diartikan bahwa sebesar 40,3% kompetensi g uru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
5. Tesis penelitian oleh Tati Sumiati yang berjudul Profesionalisme Guru PAI di SDN Kelurahan Tanah Sereal. Dalam tesis tersebut peneliti menjelaskan bahwa guru PAI di sekolah tersebut sesuai dengan standar keprofesionalan sebagaimana yang dipersyaratkan oleh UUD. Yang membedakan penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Tati Sumiati adalah karakteristik guru PAI serta tujuan PAI nya. 6. Tesis pengembangan profesionalisme guru madrasah di pondok pesantren oleh Fathurahman, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa dengan aplikasi profesionalisme guru PAI ada peningkatan terhadap mutu dan kualitas terhadap pengembangan guru PAI . Yang membedakan pada penelitian ini adalah, Fathurahman memberikan jenis-jenis aplikasi untuk mengembangkan daya profesionalisme guru PAI, sedangkan penulis lebih merujuk pada UUD No. 14 tahun 2005.
BAB II Kajian Teoritis A. Persepsi Siswa 1. Persepsi dalam Islam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005, h. 863) dijelaskan makna persepsi adalah tanggapan (penerimaan) dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera nya. Menurut Muhaimin ( 2002, h. 142) persepsi dapat dikatakan sebagai suatu proses yang bersifat kompleks, kemudian meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya hingga muncul pemikiran atau pendapat dari proses tersebut. Informasi yang sering kita peroleh dari lingkungan tersebut biasanya akan menjadi buah pikir yang muncul dari hasil pengamatan kita, itulah persepsi. Adakalanya anggapan kita itu benar, atau bisa jadi salah, semua itu tergantung dari hasil penelitian yang kita lakukan. Seorang siswa yang beranggapan guru itu santun dan baik, tentu anggapan tersebut tidak muncul dengan sendirinya, atau karena paksaan, melainkan siswa tersebut pasti dengan panca indera nya, melalui pengamatan, perasaan, dan hal-hal lain yang ia dapat terkait informasi mengenai guru yang santun tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung itu lah persepsi, atau buah pemikiran yang muncul dari proses pengamatan si siswa. Adapun benar atau salahnya suatu persepsi, perlu adanya pengkajian dan penelitian ulang agar suatu persepsi tersebut dapat dijadikan ilmu pengetahuan dan fakta integritas dari suatu cabang ilmu. Dalam Islam, proses munculnya persepsi juga dibahas dalam AlQur‟an, yakni QS An-Nahl ayat 78:
12
13
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Dalam surat An-Nahl ayat 78 tersebut, menggambarkan bahwa proses munculnya suatu pemikiran atau persepsi, yakni berasal dari panca indera yang kita rasakan, kemudian informasi tersebut sampailah ke akal dalam keadaan sadar tentang apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan kita rasakan.
2. Prinsip Dasar Persepsi Persepsi memiliki prinsip-prinsip dasar, menurut Slameto (2010, h. 103) prinsip dasar dari persepsi yakni sebagai berikut: a. b. c. d.
Persepsi itu relatif, bukannya absolut Persepsi itu selektif Persepsi itu memiliki tatanan Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan) e. Persepsi itu berbeda-beda, baik kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, walaupun dalam keadaan dan kondisi yang sama. Prinsip dasar persepsi tersebut dapat kita yakini bahwa belum tentu persepsi seseorang itu benar, butuh pengkajian dan penelitian agar kiranya suatu persepsi itu dapat dijadikan ilmu pengetahuan. Persepsi dianggap sebagai tingkatan awal struktur kognitif seseorang, jika persepsi siswa terhadap apa yang ia pelajari salah, maka akan kurang baik hasil belajarnya, sebaliknya, jika persepsi siswa benar terhadap suatu pelajaran, maka akan baik hasil belajarnya. Guru harus menuntun siswa menuju pemahaman yang benar, dan meluruskan persepsi siswa jika itu dianggap tidak benar, maka guru harus memiliki kompetensi yang baik, yang telah dipersyaratkan oleh pemerintah, agar guru tersebut tidak kesulitan dalam menjalankan proses pembelajaran. Dengan demikian, dalam prinsip persepsi, adakalanya persepsi itu benar, dan adakalnya persepsi itu salah, maka dibutuhkan guru yang memahami ilmu di bidangnya, agar siswa dapat diarahkan dalam membangun suatu persepsi hingga menjadi benar.
14
B. Hasil Belajar PAI Prestasi belajar merupakan hal yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan di dunia pendidikan. Karena prestasi belajar merupakan simbol dari keberhasilan seorang siswa dalam studinya. Sehingga prestasi yang tinggimerupakan dambaan setiap siswa, guru, juga orang tua. Prestasi menurut Purwodarminto (1976, h. 768) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Dalam pengertian prestasi ini, Al-Qur‟an juga telah menjelaskan bahwasanya Allah akan memberikan balasan dari apa yang sudah dikerjakan manusia sebesar usaha yang mereka lakukan, yakni tertera dalam Q.S Al-Ahqaf ayat 19 yang berbunyi:
َّل دَرَجَاخٌ هِوَا عَوِلُىا وَلِيُىَفِّيَهُ ْن أَعْوَالَهُنْ وَهُنْ ال يُظْلَوُىى ٍ ُوَلِك Artinya : ”dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan” (Q.S Al-Ahqaf :19). Dari sini sudah dapat diketahui secara jelas bahwasanya manusia diperintahkan untuk memacu diri dalam rangka peningkatan prestasi yang maksimal, sehingga akhirnya akan dapat merasakan hasil dari usaha dan jerih payahnya sendiri. Demikian pula halnya seorang siswa, prestasi yang diperoleh juga dapat dilihat dari usaha-usahanya dalam belajar. Karena pada dasarnya yang membuat seseorang maju atau mundur adalah dirinya sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Ar-Ra‟d ayat 11, sebagai berikut:
15
Artinya “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Sedangkan belajar sebagaimana yang diungkapkan Mulyasa (2004, h. 189), pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhanya, sehingga setiap kegiatan belajar yang dilakukan seseorang akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya, dan perubahan tersebut meliputi kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dari apa yang dilakukan dan dikerjakan selama dalam kegiatan belajar mengajar, yang ditandai adanya perubahan-perubahan dalam diri siswa meliputi ke tiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam belajar. Menurut Syah (1999, h. 192),prestasi belajar merupakan pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Robert F. Mager dalam (Rachmawati dan Daryanto, 2015, h.39) memberikan pendapat bahwa tujuan dari hasil belajar adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Fred Percival dan Henry Ellington dalam (Yamin, 2004, h. 25) memberikan pendapat mengenai tujuan instruksional hasil belajar yakni suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Ramayulis (2015, h. 175) memberikan pandangan, seorang muslim tidak akan sempurna agamanya jika akhlaknya tidak baik, sebab tujuan tertinggi pendidikan agama Islam adalah pembinaan akhlak karimah atau terwujudnya insan yang kamil.
16
Dari beberapa pendapat di atas mengungkapkan suatu makna esensi yang sama mengenai tujuan hasil belajar, yakni agar dapat mengubah peserta didik dengan berbagai proses kependidikan sehingga terbentuk insan yang kamilah, baik kamilah dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ciri-ciri hasil belajar sebagaimana yang di kemukakan oleh Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 37-38) adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai hasil belajar : a.
Adanya perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran, ia menyadari bahwa pengetahuannya, keterampilannya telah brtambah. Sehingga menjadikan dirinya lebih percaya diri.
b.
Perubahan yang bersifat kontinyu (berkesinambungan), perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambugan artinya perubahan yang telah terjadi menyebabkan perubahan tingkah laku yang lain seperti seorang anak yang tidak dapat menaiki sepeda setelah ia belajar naik sepeda, ia akan merasa bahwa dirinya bisa menaiki sepeda dengan baik dan lancar, hingga memotivasi dirinya agar kontinyu belajar naik sepeda motor dan seterusnya.
c.
Perubahan yang bersifat fungsional artinya perubahn yang diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan seperti seorang anak yang lancar berkomunikasi bahasa arab karena adanya proses pembelajaran tersebut.
d.
Perubahan yang berisfat positif artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam individu Perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya, misalnya ilmunya menjadi lebih banyak, prestasinya meningkat, akhlaknya bertambah baik.
e.
f.
Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi melalui aktifitas individu dan adanya motivasi untuk terus lebih baik lagi. misalnya jika seorang anak sudah sampai pada usia tertentu maka dengan sendirinya anak tersebut dapat berjalan meskipun belum belajar. (Hamalik, 2014, h. 80).
17
g.
Perubahan yang bersifat permanen artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara permanen atau kekal dalam diri individu, setidaknya untuk masa tertentu, misalnya kecakapan kemahiran menulis merupakan hasil pembelajaran karena bersifat menetap dan berkembang terus.
h.
Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena adanya sesuatu yang akan dicapai. Misalnya seorang individu belajar bahasa inggris dan dapat mengkaji bacaan-bacaan yang ditulis dalam bahasa inggris. Semua aktivitas pembelajarannya terarah kepada tujuan itu. sehingga perubahan-perubahan yang terjadi akan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
i.
Adanya kecermatan penguasaan tingkah laku dan tingkatan dalam belajar (Uno, 2010, h. 21).
Sebagaimana yang telah di sampaikan di atas, bahwa pendidikan Agama Islam menghendaki agar para peserta didiknya memiliki kepemahaman agama yang baik yang pada akhirnya diaplikasikan dalam perwujudan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sriyanti (2011, h. 16-25) memberikan pendapat mengenai perwujudanhasil belajar yang dapat dilihat dari beberapa wujud perubahan pada diri peserta didik,yaitu: a. Kebiasaan Salahsatu bentuk wujud hasil belajar adalah denganadanya perubahan kebiasaandalamdiriindividu.Pembiasaan peserta didik yang berhasil dalam belajarnya sudah tentu akan mengubah kebiasaan tidak baik dan meminimalisirnya menjadi perbuatan yang baik, keberhasilanbelajar akanmenjadikansiswaberperilaku positifyangrelatif menetap dan otomatis. b. Keterampilan Keterampilanadalahkegiatanyang berhubungandengan uratsyarafdanototyang bersifatmotorik.Kegiatanini membutuhkan koordinasigerakyangtelitidanmemerlukan kesadaranyangtinggi. Olehsebabitu,hasilbelajardapatdilihat dari tingkat keterampilanyang adadalam diri individu.
18
c. Pengamatan Pengamatandapat diartikan prosespenerimaan, menafsirkandanmengartikanrangsanganyang masukmelalui pancaindra,terutamamatadantelinga.Seseorangyangbelajar akan menghasilkan pengamatanyangobjektif dantepat, ia akan menggunakan pengamatannya untuk dijadikan pengetahuan yang akan membimbingnya ke arah yang lebih baik lagi. Dengan pengamatan tersebut, maka diharapkan peserta didik agar mampu menerapkan apa yang diamati tersebut dalam memecahkan suatu masalah, (Uno, 2010, h. 36). d. Berpikirassosiatif dan dayaingat Seseorangyang belajarakanmenjadikandirinya mampu berpikir assosiatif dan mengoptimalkan dayaingat, bepikir asosiatif ini maksudnya adalah berpikir untukmenghubungkan suatu haldengansesuatulainnya. Keberhasilan salah satu peserta didik dalam belajarnya adalah bagaimana ia dapat mengoptimalkan akalnya hingga mampu mengingat suatu hal yang pernah dialaminya, serta mampu mengintegrasikan sesuatu hal hingga menjadi kesatuan ilmu. Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komprehensif, agar peserta didik seiring berfikir asosiatif yang terarah dalam kebaikan, (Hamalik, 2014, h. 93). e. Berpikirrasional dan kritis Prosesbelajarakanmenjadikanseseorang dapatberpikir rasionaldankritis.Berpikir rasionalberartimampumenggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat,menganalisis, menyimpulkan dan sebagainya. Peserta didik yang berhasil dalam proses pembelajaran akan terlihat dari cara berfikirnya yang kritis dan rasional, ia akan mampu membedakan mana fiksi dan mana yang benar fakta, f. Sikap Sikapadalahkecenderunganyang relatifmenetapuntuk mereaksiterhadapsesuatuhal.Hasilbelajar akanditandai munculnyakecenderunganbarudalam diriseseorang dalam menghadapi suatu objek,tatanilai danperistiwa.
19
Sikap yang tumbuh karena pendidikan, akan melahirkan respons terbimbing seperti meniru, mengikuti, dan melakukan kegiatan sesuai arahan dalam pendidikan. (Uno, 2010, h. 39). g. Inhibisi Inhibisidalamkonteksbelajar dapatdiartikankesanggupan individuuntukmengurangiataumenghentikantindakanyang tidak perludanmampumemilihdanmelakukantindakanlainyang lebih baik. Peserta didik yang mengembangkan ilmunya akan memilah mana perbuatan yang baik yang akan dilakukan dengan perbuatan yang sia-sia baginya, karnanya pembelajaran PAI menghendaki tujuan agar para peserta didik memiliki sikap yang kamilah. h. Apresiasi Hasilbelajar dapat dilihatadanyaapresiasidalamdiri individu orang yang belajar. Peserta didik akan memberikan apresiasi pada dirinya setelah mengetahui bahwa dirinya telah berhasil dan sukses melewati rintangan dalam proses memahami pelajaran itu. Kebahagiaan tentunya akan muncul ketika kita merasa bahwa kita bisa melewati ujian dan rintangan yang ada di depan kita, atau keberhasilan kita dalam mencapai target. Pada dasarnya manusia memiliki rasa kebutuhan agar dihargai, maka jika guru mampu menghargai anak didiknya, maka akan memunculkan motivasi dan daya belajarnyang kuat. (Ramayulis, 2015, h. 168).
i. Tingkah lakuefektif Peserta didik yang telah memiliki ilmu akanmemilikitingkahlakuyang efektif, tingkahlakuyangefektif inidapatdilihatsebagaiwujuddari hasil belajar. Tingkah laku yang efektif akan terlihat dari peserta didik yang mengembangkan ilmunya, tutur kata yang baik, sikap yang santun, dan seterusnya merupakan salah satu kesuksesan dari program pendidikan. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dengan beberapa kriteria di atas sebagamana yang telah disampaikan, guru yang baik
20
adalah guru yang mampu mengubah karakter peserta didik dan mengasah kemampuannya menjadi sesuatu yang lebih baik bagi masa depannya. Menurut Hamalik (2014, 93) ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam perkembangan peserta didik, yakni pertumbuhan, kematangan, kedewasaan, dan perkembangan. Perubahan-perubahan yang terjadi dari stimulus perkembangan tersebut, dapat dilihat dari sisi kognitif anak, afektif dan psikomotorik. Apabila ada perubahan yang baik dalam ke-3 ranah tersebut pada anak, maka sudah dipastikan proses pembelajaran yang telah berjalan itu sudah benar, begitupun dengan sebaliknya. Dalam Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2001 : 75). Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa, proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah, akan terbentuk dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, karena penghayatan dan keyakinan siswa akan menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Pendidikan harus dapat membina dan mengembangkan potensi peserta didik, bakat, dan kemampuan dasar manusia seperti sehat fisik, akal, sikap, serta hati. (Nata, 2014, h. 19). Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (sebagai tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
21
1. Hasil Belajar Kognitif Belajar dapat dikatakan sebagai suatu langkah menuju perubahan dan pemahaman, perubahan dan pemahaman tersebut tidak hanya terjadi pada sikap dan fisik yang dapat diamati. Pengertian belajar menurut aliran kognitif ini adalah perubahan persepsi dan pemahaman pada pengetahuan anak yang disebabkan oleh adanya stimulus proses yang melibatkan cakupan ingatan, pengolaan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya yang sangat kompleks. (Rachmawati dan Daryanto, 2015, h. 61). Hasil belajar kognitif dapat dilihat dengan adanya perubahan pada pola pengetahuan anak didik, yang tidak tahu menjadi tahu, dengan demikian pengetahuan anak telah berkembang kearah yang lebih baik lagi. Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir anak yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yakni mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode hingga kepada prosedur yang menjadi pola pemecahan masalah tersebut. (Yamin, 2004, h. 27). Kawasan kognitif yakni kawasan yang berkaitan dengan aspek –aspek intelektual atau berfikir nalar seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir. Dengan demikian tujuan pembelajaran kognitif menurut Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 40) yakni diharapkan peserta didik dapat : a. Mengetahui, yakni mempelajari dan mengingat fakta, kata-kata, istilah, peristiwa, konsep, aturan, kategori, metodologi, teori dan sebagainya. b. Memahami, yakni menafsirkan sesuatu, menterjemahkannya dalam bentuk lain, menyatakannya dengan kata-kata sendiri, mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang diketahui, menduga akibat sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan sebagainya.
22
c. Menerapkan, yakni menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi baru (mentransfer). Siswa juga dapat memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Uno, 2010, h. 36) d. Menganalisis, yakni menguraikan sesuatu keseluruhan dalam bagian-bagian untuk melihat hakikat bagian-bagiannya serta hubungan antara bagian-bagian itu. e. Mensintesis, yakni menggabungkan bagian-bagian dan secara kreatif membentuk sesuatu yang baru. f. Mengevaluasi, yakni menggunakan kriteria untuk menilai sesuatu. Siswa dapat membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. (Uno, 2010, h. 36). Tidak berbeda pula dengan hasil pengamatan menurut Yamin (2004, h. 27) yang membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan aspek belajar yang berbeda, yakni : 1) Tingkat pengetahuan Pada tingkatan ini, siswa di tuntut untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti : Fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya. Contoh : siswa dapat menyebutkan, menggambarkan, mengurutkan kembali nama-nama menteri dalam kabinet gotong royong. 2) Tingkat pemahaman Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Siswa mampu melakukan penafsiran, penerjemahan, dan analisis terhadap masalah sesuatu. (Uno, 2010, h. 36). Contoh : siswa dapat menjelaskan, mengkaji ulang, menggambarkan tentang cara menanggulagi bahaya banjir. 3) Tingkat penerapan Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan sistem informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan
23
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari hari. Contoh : siswa dapat mendemonstrasikan, mengerjakan, mengoperasikan cara menendang bola dengan benar. 4) Tingkat analisis Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponena tersebut untukmelihat ada tidaknya kontradiksi. Siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuannya, (Uno, 2010, h. 36). Dalam hal ini siswa diharapkan mampu untuk menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh : siswa dapat menginfentarisir, menganalisis kewajiban sebagai warga negara indonesia. 5) Tingkat sintesis Sintesis disini yang dimaksudkan yakni sebagai kemempuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahun yang ada sehinga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Dalam prosesi sintesis tersebut, siswa mampu membentuk pola baru yang lebih kompleks, (Uno, 2010, h. 37). Contoh : siswa dapat mengumpulkan, menyiapkan, merancangkan bahan pelajaran yang akan di diskusikan. 6) Tingkat evaluasi Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan agar siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi yang dimaksudkan disisni lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi. Contoh : siswa dapat memilih, mengoreksi, menilai kegiatan sesuai dengan bakatnya dan kegiatan pilihan yang telah ditetapkan sekolah.
24
Guru dituntut agar dapat mendesign satuan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional, bagaimana cara guru untuk merancang suatu program pendidikan agar di dalamnya dapat tersentuh tahapantahapan tingkatan kognitif dari sisi aspek belajar yang berbeda beda. Prinsip-prinsip dalam konsep belajar kognitif menurut Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 67) adalah : a). Mengukur kesiapan peseta didik seperti minat, kemampuan dan struktur kognitifnya mel;alui tes awal, interview, review, pertanyaan-pertanyaan dan lain-lain teknik. b). Memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya dimulai dengan contoh-contoh kongkrit. c). Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi baru itu. d). Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari. e). Memakai advance organizers. f). Mengajar peserta didik memahami konsep-konsep dari prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada. Dalam merancang dan mendesign program pembelajaran yang bersifat kognitif, guru mesti menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dengan kata kerja operasional ke dalam tingkatan kognitif tersebut agar peserta didik dapat dengan mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru tersebut. Dalam menerapkan ke enam tingkat kognitif, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah atau sederhana hingga pada tingkatan yang paling tinggi atau abstrak (tingkat evaluasi). Sebagaimana menjadi tujuan pendidikan agama Islam, yakni untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama, (Nata, 2014, h. 258).
25
Maka untuk mampu melakukan pengamalan nilai-nilai agama bagi murid, guru harus memastikan terlebih dahulu mengenai pemahaman murid, bahwa ia mampu dan menguasai pemahaman dasar untuk melaksanakan pengamalan nilai-nilai agama. Untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan, tentu dibutuhkan pembiasaan-pembiasaan yang harus sering dilakukan oleh siswa, diantaranya dalam bentuk kegiatan kecil seperti, guru mencontohkan memungut sampah yang ada di lantai sekolah, lalu membuangnya di tempat sampah, atau bisa juga misalnya guru selalu hadir pada pagi hari, tanpa telat datang ke sekolah, hal ini dimaksudkan agar dapat mencontohkan kepada siswa tentang perilaku hidup bersih, dan disiplin, sebagaimana yang telah dicontohkan dalam kehidupan agama Islam. Dengan adanya pembiasaan tersebut, sudah pasti siswa akan mencontohkan perilaku gurunya disekolah, dengan harapan pembiasaan perilaku-perilaku tersebut dapat selamanya dilakukan siswa dimana pun ia berada. Dengan demikian nilai-nilai agama sudah pasti dapat tertanam dalam diri siswa, Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 40) mengutip Anderson dkk dalam memberikan rancangan indikator-indikator kognitif, diantaranya adalah sebagai berikut di bawah ini : Tabel 2.1 Indikator Kognitif dan Deskripsinya No 1
Indikator Kognitif Mengingat : Mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahannya.
2
Memahami : Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik,
Deskripsi Pengetahuan hafalan : ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa diubah/ berubah. Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/istilah lain yang sama
26
tabel, gambar, foto tidak berubah.
3
Menerapkan : Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum dipelajari.
4
Menganalisis: Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu infomasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokan informasi, menentukan keterhubungan antara yang satu kelompok dari informasi dengan kelompok dari inforamsi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumen degnan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan yang lainnya Mengevaluasi: Menetukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria.
5
maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf tulisan dengan tulisan sendiri tanpa mengubah makna aslinya. Kemampuan menggunakan pengetahuan seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik, hukum permintaan dan penawaran, hukum Boyle, hukum Archimedes, membagi/ menggali/ menambah/ mengurangi/ menjumlah, menghitung modal dan harga, hukum persamaan kuadrat , menentukan arah kiblat, menggunakan jangka, menggunakan jarak tempat di peta dll. Kemmapuan mengelompokan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya, memberinya nama bagi kelompok tersebut, menentukan apakah satu kelompok sejajar/ lebih tinggi/ lebih luas dari yang lainnya, menentukan mana yang lenih dulu mana yang belakangan muncul, menentukan mana yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, dll
Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/ benda menarik/ menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpagnan dari suatu pekerjaan/ keputusan/
27
peraturan, memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/ salah/ bagus/ jelek dan sebagainnya 6 Mencipta : Kemampuan membuat suatu Membuat sesuatu yang cerita/ tulisan dari berbagai baru dari apa yang sudah sumber yang dibacannya, ada sehingga hasil tersebut membuat suatu benda dari merupakan suatu kesatuan bahan yang tersedia, utuh dan berbeda dari mengembangkan fungsi baru komponen yang digunakan dari suatu benda, untuk membentuknya mengembangkan berbagai bentuk kreatifitas. Sumber: Rachmawati dan Daryanto (2015) dalam buku teori belajar dan proses pembelajaran yang mendidik. Adapun soal yang akan diujikan untuk mengetahui daya kognitif siswa yakni sebagai berikut: Tabel 2.2 Kisi-kisi Soal PAI N0
KOMPETENSI DASAR 1.2 Meyakini kitab suci al-Qurān sebagai pedoman hidup seharihari.
INDIKATOR PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah dengan benar.
3.4 Memahami makna beriman kepada kitabkitab Allah Swt.
2. Menyebutkan kitab-kitab dan Rasul penerimanya dengan benar.
4.4 Menyajikan dalil naqli tentang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.
3. Menunjukkan dalil naqli tentang kitab Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya Muhammad SAW 4. Menunjukkan dalil naqli bukti kemurnian al-Qurān dengan benar.
28
1.4 Menunaikan śalat sunnah. 3.6 Memahami hikmah śalat sunnah berjamaah dan munfarid. 4.6.1 Memahami hikmah śalat sunnah berjamaah dan munfarid. 4.6.2 Mempraktikkan śalat sunnah berjamaah dan munfarid. 4.6.3 memahami macam-macam sujud
5. Menjelaskan perbedaan kitab dan suhuf dengan benar. 1. Menjelaskan pengertian śalat sunnah dengan benar. 2. Menjelaskan macam-macam śalat sunnah berjamaah dengan benar. 3. Mempraktikkan śalat sunnah berjamaah sesuai dengan ketentuan syara‟.
4. Menjelaskan macam-macam śalat sunnah munfarid dengan benar.
5. Mempraktikkan śalat sunnah munfarid sesuai dengan ketentuan syara‟. Sumber : Olahan Kisi-Kisi LKS kls VIII 2. Hasil Belajar Afektif Hasil pembelajaran yang menyentuh ranah afektif biasanya proses pembelajaran yang akan mengukur pada perubahan sikap dan perilaku anak didik, peserta didik yang memiliki sikap buruk, tentu akan menjadi baik seiring dengan teknik pembelajaran yang akan mempengaruhinya menjadi lebih baik.
Menurut Yamin (2004, h. 32), tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan ranah afektif ini dapat ditinjau dari perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Paling sederhananya, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek dari faktor internal seseorang seperti kepribadian, hati nurani, minat, sikap hati, sikap
29
menghargai, sistem nilai serta kecenderungan emosi. Menurut Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 45), tujuan dari pembelajaran afektif agar peserta didik : a. Menyadari untuk menerima aturan ( penerimaan) b. Menyadari untuk melaksanakan aturan ( tanggapan) c. Menghayati nilai atau forma ( penghargaan) d. Mengatur nilai, sehinga peserta didik memiliki sistem nilai ( organisasi). Tujuan dari pembelajaran afektif ini tentu agar siswa dapat menyadari, menerima, melaksanakan aturan dan berorganisasi, karenanya sikap pada peserta didik tersebut harus baik dan mencerminkan nilai-nilai akhlak terpuji agar ketika ia berada di tengah masyarakat dan lingkungannya ia dapat beradaptasi dengan baik disekitarnya sebagaimana makhluk sosial pada umumnya. Bersosialisasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, untuk dapat menjalin jiwa sosial yang baik maka perlu pengajaran dan ilmu yang cukup, sebagaimana contoh jika seseorang sedang berbicara mengenai IPA, maka yang diajak bicara sedikit lebihnya perlu mengetahui materi IPA agar komunikasi menjadi terhubung, begitupun dengan pembahasan yang lainnya. Tutur kata juga menjadi penilaian penting dalam menjalin komunikasi dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya, maka dengan alasan-alasan tersebut, peserta didik yang menjadi cikal bakal pemimpin penerus harus memiliki bekal sosial yang cukup, pendidikanlah yang akan mampu mewarnai jiwa peserta didik tersebut. Ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berkembang di masyarakat itu terjadi karena adanya kegiatan pendidikan dengan berbagai komponennya. (Nata, 2014, h. 75). Dengan pendidikan, jiwa sosial atau afektif siswa akan tertata baik, banyak hal sisi afektif yang dihasilkan guru dalam mendidik siswa-siswanya, seperti cara guru berperilaku, bertutur kata, memberikan materi akhlak, dan lain sebagainya yang kedepan ilmu tersebut akan amat bermanfaat bagi kehidupannya kelak.
30
Tidak beda dengan pendapat Rachmawati di atas, Yamin (2004, h. 33) memberikan tanggapan mengenai tujuan pembelajaran afektif, yakni: 1). Tingkat menerima Menerima dalam pengertian ini dapat diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika. Contoh : kemauan seorang siswa untuk mendengar berita di televisi dengan sungguh-sungguh tentang bencana banjir yang melanda negara filipina. 2). Tingkat tanggapan Tanggapan dapat diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik (siswa) sebagai manivestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar. Jika dilihat dari sisi psikologi tingkat tanggapan dapat diartikan sebagai segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul karena adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat diamati. Siswa berani menanggapi sesuatu untuk menyatakan keinginannya dan partisipasinya, hal ini merupakan hasil dari pendidikan (Uno, 2010, h. 38) Contoh : para siswa tingkat 1 SMA hadir pada diskusi yang dilaksanakan oleh kakak kelas mereka dengan topik bahaya narkoba dan pengaruhnya terhadap masa depan remaja. 3). Tingkat menilai Pada tingkatan ini penilaian dapat diartikan sebagai pengakuan secara objektif ( jujur ) bahwa siswa itu objek, sistem, atau benda tertentu yang mempunyai kadar manfaat. Pada arti lain menilai juga dapat diartikan kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku
31
positif/negatif. Siswa sadar akan kelebihan dan kekurangan dirinya, sadar akan tanggung jawab dan haknya. (Uno, 2010, h. 38) Contoh : seorang siswa sedang memilih bahan baju dari sekian banyak corak dan warna yang ada serta ia anggap sesuai untuk dipakai dihari ulang tahunnya. 4). Tingkat organisasi Tingkatan organisasi dapat diartikan sebagai proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubunga antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan.
Pengertian lain dari tingkatan ini adalah suatu kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, mentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang lain apabila kepadanya diberikan berbagai nilai. (Uno, 2010, h. 38). Contoh : seorang siswa memutuskan untuk hadir pada pertemuan kelompok, walaupun pada jam yang sama di televisi ada program film horor yang menarik. Padahal ia seorang penggemar film tersebut. 5). Tingkat karakteristik Tingkatan karakteristik dapat diartikan sebagai sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolaholah telah menjadi ciri-ciri perilakunya dan berusaha melaraskannya. (Uno, 2010, h. 38). Contoh : walaupun Pak Anton sebagai pimpinan proyek non-fisik yang terbuka kemungkinan membuat kwitansi fiktif untuk pembelian barang, tetapi ia tetap tidak mau berbuat tidak jujur sekalipun tidak ada orang yang mengetahuinya.
32
Dari kelima tingkatan di atas merupakan suatu rumusan perencanaan dalam membuat jiwa afektif siswa menjadi lebih baik. Dimulai dari adanya pelatihan sikap solidaritas siswa, kepedulian siswa, tutur kata siswa, estetika siswa, perencanaan matang siswa hingga pada konsistensi terhadap perilaku. Pelatihan tersebut akan menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi dan kematangan emosional peserta didik. Guru perlu melakukan program dan perencanaan mengenai strategi mendidik agar pembelajaran sikap afektif dapat benar-benar terserap oleh siswa dengan baik. Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 45) memberikan tujuan pembelajaran afektif yang lain, yaitu agar peserta didik mampu : a) Memperhatikan, menunjukkan minat, sadar akan adanya suatu gejala, kondisi, situasi, atau masalah tertentu, misalnya keindahan dalam musik gamelan atau arsitektur gedung lama. Ia menunjukkan kesediaannya untuk mendengarkan atau melihat dan tidak mengelakannya. b) Merespons atau memberi reaksi terhadap gejala, situasi, atau kegiatan itu dengan merasa suatu kepuasan. c) Menghargai, menerima suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruh komitmen terhadap nilai itu. ia percaya akan kebaikan nilai itu dan rela untuk mempertahankannya. d) Mengorganisasi nilai dengan mengkonseptualisasi dan mensistematisasinya dalam pikiran. Siswa yang pandai mengorganisasi nilai-nilai, terlebih sikap, maka sudah pasti pendidikan akhlak akan membentuk manusia yang bermoral baik (Ramayulis, 2015, h. 175). e)
Mengkarakterisasi nilai-nilai, menginternalisasinya, menjadikannya bagian dari suatu pribadi dan menerima sebagai suatu falsafah hidupnya.
f) Hubungan timbal balik antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.
33
Pada tujuan afektif ini, Rachmawati dan Daryanto menambahkan tujuan lain dari ranah afektif, yakni adanya responsif timbal balik dari tujuan, materi, proses, samapai kepada hasil pembelajaran. Dalam hal ini proses pembelajaran memiliki peranan sangat penting dalam pengembangan ranah afektif siswa. Adapun tingkatan (spiritual dan sosial) dan deskripsinya menurut olahan Krathwohl dkk, sebagaimana yang dikutip oleh Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 46) yakni sebagai tabel berikut: Tabel 2.3 Indikator Ranah Afektif dan Deskripsinya No 1
Indikator Ranah Afektif Menerima nilai
Deskripsi
Kesediaan menerima suatu nilai dan meberikan perhatian terhadap nilai tersebut 2 Menanggapi nilai Kesediaan menjawab suatu nolai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut 3 Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut baik, menyukai nilai tersebut, dan komitmen terhadap nilai tersebut 4 Menghayati nilai Memasukan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem dirinya 5 Mengamalkan nilai Mengembangkan nilai tersebut sebagain ciri dirinya dalam, berfikir, berkata, berkomunikasi, bertindak (karakter) Sumber: Rachmawati dan Daryanto (2015) dalam buku teori belajar dan proses pembelajaran yang mendidik. 3. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa terkadang ada yang bisa menciptakan jenis sesuatu peralatan atau teknologi yang dapat bermanfaat bagi manusia, ada juga siswa yang ahli dalam bidang musik, pandai dalam memainkannya. Pada contoh gambaran di atas, menunjukan bahwa dalam syaraf dan diri siswa terdapat sensor motorik yang dapat menyimpan segala sesuatu dari apa yang dipandang,
34
dipelajarinya, dan dapat diaplikasikan dengan sentuhan belajar, itulah yang dinamakan sebagai ranah psikomotorik. Menurut Yamin (2004, h. 37), kawasan psikomotorik adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan demikian maka kawasan psikomotorik ini berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Misalnya keterampilan dalam membongkar dan memasang mesin dan lain sebagainya. Segala jenis bakat keterampilan dan kreativitas yang didapat oleh siswa merupakan stimulus yang dihasilkan dari prosesi pembelajaran dan pendidikan, siswa mampu untuk menunjukan keterampilannya dan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari seperti bermain alat musik, seni olahraga, sains dan lain sebagainya. Tujuan pembelajaran dalam ranah psikomotorik ini menurut Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 43) adalah sebagai berikut: a. Persepsi, Mampu memilah dan memilih bagian organ tubuh yang mau digunakan. Contoh: ketika kita akan bermain bola kita akan menyiapkan organ tubuh tangan dan kaki. b. Kesiapan, Mampu untuk menyiapkan organ tubuh yang akan digunakan (pemanasan). c. Gerakan terbimbing, Mampu untuk dibimbing. Contoh : anak umur satu tahun perlu dibimbing untuk memakai celana atau cara makan, begitu juga peserta didik yang perlu dibimbing dalam prosesi pembelajarannya. Adanya gerakan terbimbing akan membentuk akhlak yang tertanam di dalam diri peserta didik, menurut imam Ghazali yang dikutip oleh Ramayulis (2015, h. 175) membagi akhlak yang muncul dari tabiat manusia menjadi 2 bagian : yakni tabiat fitrah dan tabiat yang muncul dari suatu perangai pembiasaan amal
35
perbuatan.Tabiat baik akan memunculkan perbuatan baik. d. Gerakan terbiasa, Mampu belajar sendiri tanpa ada bimbingan. Contoh: anak umur 6 tahun tidak perlu dibimbing lagi untuk belajar mandiri seperti cara makan dan sebagainya. Begitupun dengan peserta didik yang sudah besar tidak perlu dibimbing lagi karena sudah mulai terbiasa dalam belajar mandiri. e. Gerakan kompleks, Mampu luwes dalam satu waktu peserta didik mampu mengerjakan banyak aktifitas. Misalnya menghafal sambil menulis dalam keadaan berjalan. f. Penyusuaian, Mampu menyesuaikan situasi dan kondisi. Misalnya peserta didik berhadapan dengan gurunya, peserta didik tersebut mampu menyesuaikan dengan siapa ia berbicara, sehingga peserta didik tersebut tidak salah dalam berucap dan bertingkah laku. g. Kreativitas, Mampu menciptakan pola gerakan baru/gaya baru. Sifatnya khas, tidak dimiliki oleh kebanyakan orang dan tidak meniru orang lain. Siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan pengamatannya yang ia dapat untuk dijadikan sebagai bahan kreatifitas, seperti menanam hidroponik dengan toples, mampu melakukan dan menemukan perubahan baru, dan sebagainya. Menurut Yamin (2004, h. 38), kawasan psikomotorik dapat diidentifikasi pengenalannya dan dikelompokan menjadi beberapa kelompok : 1) Gerakan seluruh badan (gross body movement) Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh. Contoh: siswa sedang senam mengikuti irama musik.
36
2) Gerakan yang terkoordinasi Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan. Gerakan yang terkoordinasi pun termasuk dalam usaha pembentukan akhlak yang baik karena tabiat pembiasaan dari suatu perangai amalan-amalan yang dilakukan. (Ramayulis, 2015, h. 175). Contoh: seorang siswa yang sedang membuang sampah pada tempatnya tanpa diperintah oleh guru. 3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication) Komunikasi non-verbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya isyarat dengan tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah dan lain-lain. Contoh: perilaku seseorang yang mengancungkan ibu jarinya tanda kagum kepada pertunjukan penampilan bagus temannya. 4) Kebolehan dalam berbicara ( speech behaviour) Kebolehan dalam berbicara pada hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara. Contoh: perilaku seorang siswa yang bahagia ketika mendapatkan penghargaan dari sekolah. Psikomotorik pada kelompok di atas telah menjelaskan bahwa seluruh aspek yang berkaitan dengan adanya gerak fisik, bakat, komunikasi dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sensor syaraf motorik maka itulah yang dinamakan pembelajaran dalam ranah psikomotorik. Sejalan dengan pengelompokan dalam usaha pengidentifikasi ranah psikomotorik di atas, Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 45) memberikan tujuan konkrit yang diharapkan pada hasil pembelajaran psikomotorik itu yakni agar siswa mampu melaksanakan:
37
a) Melaksanakan gerakan fisik seperti berjalan, melompat, berlari, menarik, mendorong dan memanipulasi. b) Menunjukan kemampuan perseptual secara visual, auditif, taktial, kinestetik, serta mengkoordinasi seluruhnya. b) Memperlihatkan kemampuan fisik yang mengandung ketahanan, kekuatan, kelenturan, kelincahan dan kecepatan bereaksi. d) Melakukan gerakan yang terampil serta terkoordinasi dalam permainan, olahraga, dan kesenian. e) Mengadakan komunikasi non-verbal, yakni dapat menyampaikan pesan melalui gerak muka, gerakan tangan, penampilan dan ekspresi kreatif seperti tarian. Guru di samping mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, guru juga harus menanamkan afektif dan skill yang baik pula. Layaknya seorang petani dalam menanam jagung dilahannya, diperlukan tanah yang subur, bibit yang unggul, perawatan dan pupuk yang cukup agar tanaman jagung tersebut dapat tumbuh berkembang menjadi tanaman yang bermanfaat bagi lingkungan dan sekitarnya.Dalam pandangan Islam, sejak lahir manusia telah mempunyai jiwa agama, jiwa yang mengakui adanya zat yang Maha Pencipta dan Maha Mutlak yaitu Allah swt (Ramayulis, 2015, h. 174). Demikian halnya dengan pendidikan, guru harus mengolah dan merancang dengan signifikan mengenai pemilihan metode, strategi pembelajaran, media dan sebagainya agar peserta didik yang sedang di asuh dan diberikan pendidikan dapat berkembang baik dan tumbuh menjadi insan yang kamilah, baik dari fisik, sikap dan pengetahuannya agar kedepan mereka dapat menjalankan kehidupan masa depan dengan lebih baik lagi. Dengan adanya modal dasar tersebut, guru harus mampu membentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didik agar dapat menjadi insan yang kamil sebagaimana tujuan hasil belajar PAI. Adapun tingkatan (keterampilan /psikomotorik) dan deskripsinya menurut olahan Dyers, sebagaimana yang dikutip oleh Rachmawati dan Daryanto (2015, h. 44) yakni sebagai tabel berikut:
38
Tabel 2.4 Indikator Ranah Psikomotorik dan Deskripsinya No 1
Indikator Psikomotorik Mengamati
Deskripsinya Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu yang digunakan untuk mengamati. 2 Menanya Jenis, kualitas dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural dan hipotentik) 3 Mengumpulkan Jumlah dan kualitas sumber yang informasi / mencoba dikaji/ digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan dan instrumen alat yang dikumpulkan untuk memperoleh data 4 Menalar / mengasosiasi Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, argumentasi, dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep \/ teori dan mensistesis dan sebagainya. 5 Mengomunikasikan Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan lainlain. Sumber: Rachmawati dan Daryanto (2015) dalam buku teori belajar dan proses pembelajaran yang mendidik. Guru yang baik sudah tentu mampu mengelolah seperangkat alat dan unsur pendidikan dengan baik, agar dapat membentuk karakter peserta didik sebagaimana rumusan tujuan pendidikan itu sendiri.
39
Pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, Fathurahman dan Sutikno (2007, h. 53) memberikan rumusan sesuai dengan KKO pada aspek-aspek tersebut : Tabel 2.5 Aspek-Aspek Ranah Pembelajaran dan KKO
No 1
Aspek-Aspek Ranah Pembelajaran Aspek Kognitif Pengetahuan
Pemahaman
Menerapkan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
2
Aspek Afektif Penerimaan
Partisipasi
KKO
Menyebutkan, mengidentifikasi, menjodohkan, memilih, mendefinisikan Menjelaskan, menguraikan, merumuskan, merangkum, mengubah, menyadur, meramalkan, menyimpulkan, menarik kesimpulan. Menghitung, menghubungkan, menghasilkan, melengkapi, menyediakan, menyesuaikan. Memisahkan, menerima, menyisihkan, menghubungkan, memilih, membandingkan, mempertentangkan, membagi, membuat diagram, menunjukan hubungan, membagi. Mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendesain, mengatur, menyusun kembali, menyimpulkan, merangsang, membuat pola. Memperbandingakn, menyimpulkan, mengkritik, mengevaluasi, membuktikan, menafsirkan, membahas, menaksir, memilih, menguraikan, membedakan, melukiskan, mendukung, menolak. Menanyakan, memilih, menjawab, melanjutkan, memberi, menyatakan, menempatkan. Melaksanakan, membantu, menawarkan diri, menyambut,
40
Penilaian
Organisasi
Pembentukan pada hidup
3
Aspek Psikomotorik Persepsi
Kesiapan Gerakan Terbimbing Gerakan Terbiasa
menolong, mendatangi, melaporkan, menyumbangkan, menyesuaikan diri, menyatakan persetujuan, mempraktekan. Menunjukan, melaksanakan, menyatakan pendapat, memilih, membela, membenarkan, menolak, mengajak. Merumuskan, berpegangan pada, mengintegrasikan, menghubungkan, mengaitkan, menyusun, mengubah, melengkapi, menyempurnakan, menyesuaikan, menyamakan, mempertahankan, memodifikasi. Bertindak, menyatakan, memperlihatkan, mempraktekan, melayani, mengundurkan diri, membuktikan, mempertimbangkan, mempersoalkan.
Memilih, mempersiapkan, menunjukan, menghubungkan.
membedakan, menyisihkan, mengidentifikasi,
Memulai, bereaksi, memprakasai, menanggapi, mempertunjukkan. Mempraktekan, memainkan, mengikuti, mengerjakan, membuat, mencoba, memasang, membongkar. Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, melaksanakan, mengerjakan, menyusun, menggunakan.
Sumber : Fathurrohman dan Sutikno dalam Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Guru harus bisa membuat pelajaran menjadi menyenangkan, dengan bantuan kata kerja operasional di atas, guru dapat memilih kata kerja mana yang akan digunakan dan sesuai dengan materi
41
pembelajaran, selanjutnya guru bisa membuat perencanaan pembelajaran atau (RPP), dengan rpp tersebut guru dapat menentukan strategi dan model apa yang akan ia bawakan ketika pelajaran akan berlangsung nanti. Guru merupakan komponen pendidikan yang memiliki peran dan fungsi yang amat strategis, Sukmadinata (1997, h. 98) memberikan pendapat mengenai peran guru yang amat sentral, boleh saja sarana prasarana, kurikulum, dan lainnya tidak ada, namun jika masih ada tenaga pendidik (guru), maka pendidikan masih akan dapat berjalan. Sudah sepatutnya guru mempersiapkan diri agar menjadi pendidik yang diharapkan, dengan segenap kompetensi dan keahlian yang meski dikembangkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai sebagaimana yang telah diharapkan bersama. Guru yang baik sudah tentu guru yang profesional, mendidik dengan niat ikhlas semata-mata memperoleh ridho Allah SWT, dan senang dengan kegiatan keprofesiannya. Walaupun kompetensi nya bagus, tetapi jika tidak didasari oleh niatan mendidik yang baik, dan tidak senang dengan kegiatan mendidik, maka yang ada tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan maksimal. Berbeda dengan guru yang senang mendidik, ikhlas dan didukung dengan kompetensi yang memumpuni, maka sudah dipastikan guru tersebut mampu berusaha dan mengembangkan keilmuannya hingga mendidik akan terasa mudah dan tujuan pendidikan akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. C. Kompetensi Guru PAI Kata “kompetensi” dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, merupakan kata serapan dari akar kata competence yang berarti kemampuan, kecakapan dan kemahiran. (Echols dan Shadily, 2002, h. 132). Becker and Ulrich dalam Suparno (2005, h. 24) bahwa competency refers to an individual‟s knowledge, skill, ability or personality characteristics that directly influence job performance. Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan kecakapan karakteristik kepribadian yang mempengaruhi kinerja.
42
Pada suatu jabatan, dibutuhkan keahlian dan kematangan diri yang sesuai dengan bentuk keprofesiannya, terkait dengan profesi keguruan, maka sudah sepatutnya seorang guru mesti memiliki kemampuankemampuan dalam mendidik dan membina murid agar dapat tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Pernyataan di atas mengandung makna bahwa kompetensi adalah karakteristik seseorang yang berkaitan dengan kinerja efektif atau unggul dalam situasi pekerjaan tertentu. Kompetensi dikatakan sebagai karakteristik dasar, karena karakteristik individu merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang, dapat dipergunakan untuk memprediksi berbagai situasi pekerjaan tertentu. Kemudian dikatakan berkaitan antara perilaku dan kinerja karena kompetensi dapat memprediksi perilaku dan kinerja seseorang itu sendiri. Melanjutkan dari pemaknaan kompetensi, Spencer & Spencer (1993, h. 9) memberikan pendapat mengenai kompetensi, yakni A competency is an underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective or superior performance in a job or situation. Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif. Kompetensi yang dimaksud oleh Spencer di atas yakni, suatu karakter dari sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang guna menjalankan kegiatan profesinya dengan efektif dan tepat. Seorang guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan alih keprofesiannya, agar ia mampu menjalankan rangkaian pekerjaannya dengan baik dan tepat. Pendidikan akan berjalan dengan baik jika guru memiliki kompetensikompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Musfah (2015, h. 27), mengatakan kompetensi keguruan yakni kumpulan pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang efektif. Khairunnisa (2012, h. 208) dalam jurnal Tarbawi, vol. 1, no. 3 memberikan kesimpulan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru merujuk pada performance dan perbuatan rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata yang dapat diamati, maupun yang tidak kasat mata (metafisika).
43
Dari uraian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki sebagian kepribadian secara mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan efektif. Ketidaksesuaian dalam kompetensi-kompetensi inilah yang membedakan seorang pelaku unggul dari pelaku yang berprestasi terbatas. Dengan kata lain, kompetensi adalah penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, ketrampilan, nilai nilai dan sikap yang mengarah kepada kinerja dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan profesinya. UUD No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab IV Pasal 10 ayat 91, menyatakan mengenai kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, kesemua itu tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru memiliki kewajiban untuk mendidik dan mengajar, dalam melakukan semua itu, sudah tentu guru diwajibkan memiliki keahlian, kepribadian dan keterampilan. Guru memiliki tugas dan kewajiban dalam menjalankan profesinya, diantara tugas-tugas tersebut menurut Mudlofir (2012, h. 62) yakni: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Guru bertugas sebagai pengajar Guru bertugas sebagai pembimbing Guru bertugas sebagai administrator kelas Guru bertugas sebagai pengemban kurikulum Guru bertugas untuk mengembangkan profesi Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat
Banyak data yang menyatakan bahwa guru-guru di Indonesia pada saat ini belum menunjukan ke profesionalan mereka sebagai tenaga pendidik, padahal guru yang profesional diwajibkan memiliki 4 kompetensi, sebagaimana yang diamanahkan oleh UUD di atas. Kunandar (2007, h. 46) menjelaskan mengenai profesi yang diartikan sebagai suatu keahlian dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi khusus sebagai penunjang keberhasilan kinerja tersebut. Mudlofir (2012, h. 5) memberikan pernyataan mengenai profesionalitas yang dimaksud dalam pendidikan yakni suatu kualitas sikap para anggota keprofesian serta derajat pengetahuan dan keahlian
44
yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya, dengan demikian dibutuhkan bagi guru mengenai sikap, pengetahuan dan keahlian untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Amanah UUD No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal 39 ayat 2, menjelaskan tugas guru profesional yakni meliputi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Kompetensi guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis malalui berbagai progam yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru. (Hamalik, 2009, h.38). Ni‟am (2006, h. 3), menyatakan bahwa guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya melakukan transfer of knowledge, tetapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai serta membangun karakter peserta didik ssecara berkelanjutan. Guru yang baik tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan dan materi kognitif pada peserta didik, karna nya kompetensi yang harus dimiliki guru tidak hanya keterampilan pedagogik yang disampaikan melalui profesional, melainkan kepribadian, sosial pun sama penting demi melakukan konsep pendidikan yang berkelanjutan. Ada banyak cara agar kompetensi guru dapat berkembang, salah satu diantaranya yakni dengan memberikan kebutuhan yang cukup kepada guru, dan program evaluasi guru dengan sertifikasi. Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus, maka KBM-nya juga bagus. KBM yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu. Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi (Muslich, 2007, h. 78). Sertifikasi guru menggambarkan bahwa, kompetensi yang dimilikinya baik, dan memiliki kriteria sebagaimana yang telah diamanatkan oleh UUD.
45
Sertifikasi harus berjalan dengan prosedur yang benar, karena banyak juga guru yang telah disertifkasi, namun kualitas mengajarnya tidak sesuai, maka proses sertifikasi harus dilaksanakan dengan kejujuran dan prosedur yang baik. Mulyasa (2006, h. 190-192) mengeluarkan pendapat mengenai kiatkiat agar dapat menjadi guru profesional yakni dengan cara menempu ujian sertifikasi menjadi guru, karnanya pada ujian sertifikasi tersebut terdapat materi yang menguji mengenai hal-hal kriteria profesional. Yakni meliputi kemampuan dasar, kemampuan umum dan kemampuan khusus: 1. Kemampuan dasar (kepribadian). Yakni kemampuan-kemampuan dasar yang mesti dimiliki oleh guru, masih bermuara pada kepribadian guru dan karakter yang wajib dimiliki, diantaranya adalah seperti yang disebutkan dibawah ini: a. Beriman dan bertakwa b. Berwawasan pancasila c. Mandiri penuh tanggung jawab d. berwibawa e. Berdisiplin f. Berdedikasi g. Bersosialisasi h. Mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikannya i. Mempunyai individualitas yang utuh (Ramayulis, 2015, h. 136). 2. Kemampuan umum ( Kemampuan mengajar). Yakni kemampuan umum, bersifat kepada kemampuan mengajar guru yang ia dapat baik dalam masa pendidikan S1 nya, maupun pengalaman-pengalaman mendidik dilembaga-lembaga pendidikan, adapun kemampuan umum tersebut adalah seperti dibawah ini: a. Menguasai ilmu pendidikan dan keguruan b. Menguasai kurikulum pembelajaran c. Menguasai didaktik metodik umum d. Menguasai pengelolaan kelas e. Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi peserta didik f. Mampu mengembangkan dan aktualisasi diri g. Memiliki keahlian dasar dan bakat sebagai guru serta berpengalaman dan pengetahuan luas (Hamalik, 2014, h. 118).
46
3. Kemampuan khusus (Pengembangan keterampilan mengajar). Kemampuan khsusus yang dimaksud dalam hal ini adalah pengembangan keterampilan mengajar guru, dalam mengajar mesti ada beberapa keterampilan yang wajib dikuasai dan dikembangkan bagi guru, diantara keterampilan-keterampilan itu adalah seperti dibawah ini: Mulyasa (2006, h. 192) a. Keterampilan bertanya b. Memberi penguatan c. Mengadakan variasi d. Menjelaskan e. Membuka dan menutup pelajaran f. Membimbing diskusi kecil g. Mengelola kelas h. Mengajar kelompok kecil dan perorangan. Ketika seorang guru ingin menjadi pendidik yang baik dan profesional, maka hendaknya ia wajib berbenah diri dan mengevaluasinya kearah yang lebih baik, dengan usaha dan terus latihan maka tidak jadi tutup kemungkinan ia akan mengubah dirinya menjadi guru yang profesional, demi menciptakan generasi anak bangsa yang cerdas, dan kamil dalam hal kehidupannya. Prosesi sertifikasi yang telah disebutkan di atas, merupakan standar pemerintah dalam menentukan syarat menjadi guru profesional, maka jika seorang pendidik ingin menjadi guru yang profesional, hendaknya ia menjalankan segenap prosesi sertifikasi yang telah diajukan oleh pemerintah kita. Pendidikan merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik. (Langgulung, 1986, h. 32). Kemampuan-kemampuan yang dimiliki guru tersebut, pada dasarnya diperlukan untuk mendidik peserta didik dan membentuk polapola tingkah laku yang karimah kepada peserta didik. Adanya pengembangan diri, pengembangan kemampuan mengajar dan pengembangan keterampilan mengajar, diharapkan calon seorang guru tersebut mampu setidaknya bukan hanya sekedar transfer of knowledge, melainkan guru itu juga mampu memberi suri tauladan yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan Rosulullah SAW terhadap umatnya di dalam mendidik hingga umat dan sahabat-sahabat beliau
47
dapat tumbuh kembang menjadi insan kamil yang dapat berguna bagi agama, keluarga serta bangsanya. Hamalik (2014, h. 127) memberikan pendapat mengenai tanggung jawab guru yang mesti dipenuhi oleh setiap pendidik, yakni merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
Pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang tidak hanya berupa penulisan informasi, melainkan pembelajaran yang lebih banyak memberikan peluang bagi peserta didik untuk pembentukan kecerdasan, pemerolehan, pengetahuan, dan keterampilan (Payong, 2011, h. 33). Tentu kita rindu akan seorang pendidik yang mampu mengubah generasi muda menjadi generasi yang cerdas, dan taat pada agama. Suatu bangsa dapat dikatakan bangsa yang besar jika suatu bangsa itu mampu memberikan terobosan yang berguna bagi masyarakatnya maupun penduduk dunia, namun semua itu dapat terealisasi jika penduduknya memiliki skill dan kecerdasan yang memumpuni. Seperti halnya di Negara-negara sukses seperti belahan Eropa maupun Asia seperti Jepang, Jepang diakui oleh dunia sebagai Negara yang maju dan berkembang, karena dedikasinya yang mampu menciptakan teknologi maju, dan dapat bermanfaat bagi penduduk dunia. Jepang dapat dikatakan Negara yang maju karena penduduknya rata-rata pintar dan cerdas hingga mampu membawa nama harum bagi negaranya, lalu bagaimana dengan Indonesia? Indonesia pun pasti mampu bangkit dan maju seperti Negara Jepang dan Negara-negara maju lainnya dengan syarat para penduduknya harus mampu menjadi warga Negara yang pintar dan mampu ikut andil dalam mengisi kemerdekaan. ini merupakan tugas pemerintah dan para pendidik agar Indonesia bisa bangkit dari keterbelakangan dan mampu maju secara perlahan dalam mengejar ketertinggalan. 1. Kompetensi Pedagogik Guru merupakan tempat peserta didik untuk menimba ilmu, guru diistilahkan dengan murabby, satu akar dengan lafal rabb yang artinya Tuhan, jadi dapat dikatakan bahwa fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan suatu manifestasi dari sifat Ketuhanan (Ni‟am, 2006, h. 3)
48
Dalam definisi tersebut, guru sudah sepatutnya untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan yang luas guna menyampaikan ilmu tersebut kepada peserta didik. Fattah (2013, h. 92) dalam jurnal Pendidikan Bahasa Arab “Fenomena Vol. V, No. 1, menuliskan faktor pendukung kompetensi pedagogik guru bahasa Arab untuk MAN sekota Samarinda adalah tersedianya laboratorium bahasa, tersedianya ruang audio visual/ komputer berbasis internet, pelatihan guru untuk mata pelajaran dan pengelolaan kelas, supervisi dan pengawasan dari kepala madrasah, waktu dan kesempatan yang leluasa untuk meningkatkan kemampuan guru, setiap guru bahasa Arab diwajibkan untuk membuat silabus dan RPP. Kompetensi pedagogik guru, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fattah menggambarkan bahwa pedagogik yang baik tentu dibutuhkan pelatihan diri, serta mengasah kemampuan dengan dibantu oleh sarana-prasarana terkait sebagai bahan pendukung dan pengembangan pedagogik guru tersebut. Dalam kompetensi pedagogis, BSNP telah menetapkan indikatorindikator pencapaian guru dalam memiliki kompetensi tersebut: (BSNP, 2016: h. 88) a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman tentang peserta didik c. Pengembangan kurikulum/silabus d. Perancangan pembelajaran e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Evaluasi hasil belajar g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru diwajibkan memiliki pemahaman yang kompleks serta landasan kependidikan. Musfah (2015, h. 31) menyatakan, diantara pemahaman wawasan yang dimaksudkan adalah memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait, fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga dan masyarakat, sistem pendidikan nasional serta inovasi pendidikan.
49
Pemahaman yang sistematis tentang konsep pendidikan akan membuat guru menyadari perannya sebagai penggerak mencerdaskan generasi bangsa. Pemahaman tentang peserta didik. Berbeda anak, sudah pasti berbeda pola pikirnya, karakternya, budaya dan lain sebagainya, maka merupakan suatu keharusan bagi guru untuk mengenali, memahami perbedaan dari berbeagai aspek peserta didiknya, karnanya pemahaman guru tersebut dalam warna warni peserta didik akan membuat guru itu menjadi mudah dalam mengajar dan mendidik mereka dan merubah hal yang negatif menjadi arah yang positif, yang tidak tahu menjadi tahu dan seterusnya. Guru perlu memahami perkembangan anak dan bagaimana hal itu berpengaruh, belajar mengarahkan perkembangan anak ke arah positif, dengan demikian tugas guru tidak hanya sebagai alih mengajarkan pengetahuan tentang baik-buruk, benar-salah melainkan bagaimana cara agar peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, (Musfah, 2015, h. 32) Pengembangan kurikulum/silabus. Guru memiliki tugas lain untuk mengembangkan kurikulum / program pembelajarannya, dengan demikian guru akan tahu arah perkembangan peserta didik dan kemampuannya terkait dengan standar kurikulum yang guru tetapkan. Sebagai seorang profesional yang memiliki basis keilmuan yang kuat dan praktik yang kokoh, guru harus senantiasa mengikuti perubahan-perubahan paradigma tersebut karena berpengaruh besar bagi praktik-praktik pembelajarannya. Agar guru dapat selalu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. maka salah satu tuntutan profesionalisme guru adalah adanya pengembangan profesionalisme berkelanjutan (Payong, 2011, h. 33) Menurut Miller dan Seller, dalam Musfah (2011: h. 35) menyatakan tiga proses pengembangan kurikulum yang mesti diperhatikan, yakni : 1) Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK). Tujuan-tujuan tersebut biasanya merefleksikan posisi kurikulum secara keseluruhan 2) Mengidentifikasi materi yang tepat. Pengembangan kurikulum harus mengidentifikasi kriteria materi yang tepat untuk pemilihannya, Aspek orientasi sosial, psikologis, filosofis, minat siswa dan kegunaan.
50
Aspek tersebut dapat dijadikan standar dalam memilih materi yang akan disampaikan. 3) Memilih strategi belajar mengajar. Setelah menentukan materi, sudah sepatutnya guru merancang strategi dalam penyampaiannya, ada beberapa kriteria dalam pemilihan strategi ini, diantaranya adalah orientasi, tingkat kompleksitas, keahlian guru dan minat siswa. Perancangan pembelajaran. Setelah pengembangan kurikulum dilakukan, guru perlu merancang perencanaan pembelajarannya, apa yang akan diawali dalam kelas, selanjutnya seperti apa, dan lain-lain. RPP mesti dikodifikasi sesuai dengan materi ajar. Dalam perancangan pembelajaran, sekurangnya ada beberapa keuntungan yang akan didapatkan, pertama siswa akan selalu mendapatkan pengetahuan baru. Karna tidak akan terjadi pengulangan materi. Kedua, menumbuhkan kepercayaan siswa kepada guru, hingga pada diri siswa akan menimbulkan kegembiraan dan akan meneladani kedisiplinannya. Ketiga, aktivitas belajar akan menjadi hal yang ditunggu-tunggu, karena mereka merasa tidak sia-sia datang ke sekolah. (Musfah, 2011, h, 36). Perancangan pembelajaran merupakan senjata efektif untuk membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Dalam penyampaian pelajaran, diusahakan agar kalimat penyampaian, metode hingga dialog harus menggunakan bahasa yang baik dan mendidik, agar setiap ucapan dan penyampaian dapat diserap dan dijadikan contoh kedepan dalam penerapan ilmu oleh peserta didik. Untuk melaksanakan pembelajaran, diupayakan agar guru membuat perencanaan yang matang, agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, dialogis, dan mendidik. Pada anak-anak dan usia remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karna pada usia anak-anak dan remaja tersebut, mereka belum memahami arti pentingnya pendidikan dan pembelajaran, maka seorang guru mesti membuat rumusan pelajaran yang menarik dan menyenangkan. (Musfah, 2011: h. 37) Pelaksanaan pembelajaran akan menjadi terasa menyenangkan dan mendorong siswa-siswi untuk termotivasi belajar, karnanya dengan adanya motivasi semangat belajar tersebut, akan menghasilkan daya belajar yang meningkat.
51
Evaluasi hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berjalan, patut bagi guru mengevaluasi hasilnya, apakah sudah berhasil penyampaian ilmu pengetahuan yang guru berikan selama ini? ataukah masih ada kelemahan-kelemahan di berbagai aspek hingga belum tercapai target pembelajaran yang diinginkan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam evaluasi hasil belajar, menurut Uno (2010, h. 95) aspek tersebut adalah pengukuran, penilaian, dan mengevaluasi. Penilaian yang efektif adalah penilaian yang tidak hanya melihat anak dari sisi kognitif saja, melainkan afektif dan psikomotorik juga merupakan hal penting dalam proses penilaian, karna anak yang berhasil tidak hanya diukur dari pemahaman yang tinggi, tetapi penerapan skill juga penting untuk diri peserta didik kedepannya. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Penerapan ilmu pengetahuan merupakan kegiatan yang mesti diperhatikan oleh guru terhadap para muridnya, maka perlu bagi guru untuk sesekali berkunjung ke tempat-tempat yang berkaitan terhadap ilmu pengetahuan siswa, seperti contoh kunjungan ke Asramah Haji di Pondok Gede, untuk melakukan kegiatan praktek manasik haji, hal itu akan mendorong semangat anak didik untuk mengekspresikan pengetahuannya tentang pelajaran ibadah haji, dan seterusnya. Pengembangan peserta didik akan dapat dilihat setelah guru mengajaknya untuk melakukan praktek keilmuan yang telah diajarkan, dengan demikian peserta didik akan termotivasi agar selalu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang selama ini ia dapat. Kunandar (2007: h. 76) yang mengutip Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas memberikan spesifikasi terhadap indikator-indikator kompetensi pedagogik guru : Tabel 2.6 Indikator Kompetensi Pedagogik No 1
Kompetensi Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta
Sub Kompetensi 1.1 memahami peserta didik secara mendalam
Indikator a. memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
52
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didikuntuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
perkembangan kognitif b. memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian c. mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik 1.2 merancang a. memahami pembelajaran, landasan pendidikan termasuk memahami b. menerapkan teori landasan pendidikan belajar dan untuk kepentingan pembelajaran pembelajaran c. menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar d. menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. 1.3 melaksanakan a. menata latar pembelajaran (setting) pembelajaran b. melaksanakan pembelajaran yang kondusif 1.4 merancang dan a. merancang dan melaksanakan melaksanakan evaluasi evaluasi proses dari pembelajaran hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode b. menganalisis hasil evaluasi proses dan
53
hasil belajar untuk menetukan tingkat ketuntasan belajar c. memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 1.5 mengembangkan a. memfasilitasi peserta didik untuk peserta didik untuk mengaktualisasikan pengembangan berbagai potensinya berbagai potensi akademik b. memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non-akademik. Sumber dari Kunandar dalam buku Guru ProfesionalImlementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya, (Kunandar, 2007, h. 56) Guru harus memiliki kepribadian yang baik, mencerminkan jiwa yang cinta negara dan tanah air, maka guru agama Islam sudah tentu mengajarkan yang santun, arif dan mengedepankan toleransi yang diajarkan dalam agama. Kompetensi kepribadian memiliki standar indikator yang terdapat didalamnya, sebagaimana yang ditetapkan oleh BSNP (2006, h. 88) yakni: a) b) c) d) e) f) g)
Berakhlak mulia Mantap, stabil, dan dewasa Arif dan bijaksana Menjadi teladan Mengevaluasi kinerja sendiri Mengembangkan diri Religius
54
Guru yang baik, sudah tentu ia memiliki akhlak yang karimah yakni akhlak yang dicontohkan oleh rasulullah SAW, baik tutur katanya, lembut sikapnya, sabar, penyayang dan lain sebagainya. Guru yang memiliki karakter akhlak yang baik, maka guru itu secara tidak langsung turut mengajarkan dan mencontohkan bagaimana sikap yang baik itu, sudah tentu anak didik akan mencontoh perbuatan guru, meneladaninya, sebagaimana Rasulullah guru teladan yang menjadi contoh bagi para pengikutnya. Esensi pembelajaran adalah perubahan tingkah laku, (Musfah, 2015, h. 43) guru di dalam pembelajarannya, bukan hanya mampu mencerdaskan para siswa nya, tetapi membuat perilaku siswa menjadi baik dan mulia merupakan salah satu esensi dari pada pembelajaran itu sendiri. Menciptakan generasi yang cakap dalam berbagai hal, merupakan tugas dan peran guru pada arti yang sesungguhnya, maka diperlukan berbagai teknik dan desain dalam pembelajaran agar proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan dari citacita pendidikan itu sendiri. Pada zaman perjuangan kemerdekaan sampai masa revolusi, guru meemgang peranan sentral dalam menggelorakan semangat perjuangan. Guru dan Ustadz ditempatkan sebagai tokoh panutan dan pemimpin masyarakat. (Ni‟am, 2006, h. 8). Kemajuan dan produktivitas seseorang sangaat terkait dengan tingkat religius sitas dan moral seseorang. Sebab kesadaran religius dan moral akan mendorong seseorang untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi yang lain, yang ditunjukan dengan aktivitas dan kreatifitasnya dalam bekerja dan beramal. (Musfah, 2015, h. 52). Sudah sepatutnya guru mengembangkan dirinya, selalu mengupdate kemampuannya dengan cara mengevaluasi diri sendiridan selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan kereligiusannya, karna guru merupakan pembimbing ilmu yang menjadi bekal bagi para siswa dalam meneruskan perjuangan diri dan bangsa. Guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi pemberi teladan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat. ia harus menjadi garda terdepan dalam teladan moral yang tercemin dalam sikap, perilaku, dan cara hidupnya (Payong, 2011, h. 51).
55
Keteladanan guru, diperlukan bagi murid untuk mencontoh dan mengikuti sikap guru, untuk itu guru haruslah bersikap yang baik sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan norma agama agar kelak peserta didik tumbuh menjadi generasi yang nasionalis cinta kepada negaranya dan agamais yang tunduk pada norma keagamaannya. Kunandar (2007: h. 75) yang mengutip Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas memberikan spesifikasi terhadap indikator-indikator kompetensi kepribadian guru : Tabel 2.7 Indikator Kompetensi Kepribadian No 2
Kompetensi Kompetensi kepribadian: kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Sub Kompetensi 1.1 kepribadian yang mantap dan stabil
1.2 kepribadian yang dewasa
Indikator a. bertindak sesuai dengan norma hukum b. bertindak sesuai dengan norma sosial c. bangga sebagai guru d. memiliki konsistensi dalam bertidnak sesuai dengan norma a. menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik b. memiliki etos kerja sebagai guru
1.3 kepribadian yang a. menampilkan arif tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat b. menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak 1.4 kepribadian yang a. memiliki perilaku berwibawa yang berpengaruh
56
positif pada peserta didik b. memiliki perilaku yang disegani 1.5 berakhlak mulia a. bertindak sesuai dan menjadi teladan dengan norma religius (iman, takwa, juur, ikhlas, dan suka menolong) b. memiliki perilaku yang diteladani oelh peserta didik Sumber dari Kunandar dalam buku Guru ProfesionalImlementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Kompetensi kepribadian pada guru kerapkali disamakan dengan kompetensi spiritual guru, Hasibuan (2014, h. 5) Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial merupakan bagian dari kecerdasan spiritual. guru yang memiliki spiritual yang tinggi, sudah pasti kepribadian dan jiwa sosial mereka akan baik, karena mengamalkan Hablum Min Allah wa Hablum Min An-Nas. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 3 (1) menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Peraturan tersebut menggambarkan bahwa kompetensi kepribadian guru tidak hanya pengaktualisasian di dalam sekolah saja, melainkan diseluruh tempat dimana ia berada. Penghayatan, penguasaan, dan pengaktualisasian dapat dimunculkan dengan adanya kompetensi spiritual pada guru, maka dengan kompetensi spiritual tersebut, guru tidak lagi berpura-pura baik, guru sudah dipastikan baik karena guru tersebut memiliki keyakinan bahwa perbuatan baik akan melahirkan kebaikan pula kedirinya. Puluhulawa (2013, h. 143) memberikan pendapat bahwa pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kompetensi sosial guru juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku sabar dalam melaksanakan tugas, tekun berdoa, mencintai siswanya, sabar dalam menghadapi perbedaan, suka memaafkan, memiliki sikap toleran dan suka menghargai orang lain.
57
Guru yang memiliki kecerdasan spiritual senantiasa menunjukkan perilaku sosial dalam melaksanakan tugas-tugasnya demi memperoleh kepuasan batin. Setiap pekerjaan bukan semata-mata dipandang sebagai upaya untuk mencari keuntungan, tetapi juga diniatkan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Guru yang memiliki kompetensi spiritual sudah tentu kecerdasan spiritualnya baik, Hasibuan (2014, h. 4) memberikan tanggapan bahwa Kecerdasan spiritual, memiliki kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh, kecerdasan yang berasal dari dalam hati ini menjadikan kita kreatif, ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Guru yang memiliki kecerdasan spiritual mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, guru mampu membangkitkan jiwanya dan berperilaku positif. Guru yang cerdas secara spiritual melihat kehidupan ini lebih agung dan sakral, menjalaninya sebagai sebuah panggilan untuk melakukan sesuatu yang unik, menemukan tujuan hidup dari pelayanan kepada gagasan-gagasan yang bukan pada pemuasandiri sendiri melainkan kepada tujuan-tujuan yang luhur. Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah demi kepentingan umat manusia dan Allah yang sangat dicintainya. Dengan demikian, guru diwajibkan memiliki kompetensi spiritual untuk menghanturkan kepribadian guru menjadi teladan yang baik, patut di contoh oleh para murid dan akan mampu mengubah akhlak anak murid menjadi manusia yang kamilah. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial dapat diartikan sebagai perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif dan dan pemecahan masalah kehidupan sosial, (Kunandar, 2007, h. 55).
58
Makna sosial dapat diartikan sebagai makhluk yang saling membutuhkan dan tidak dapat hidup sendiri, maka sesuai sifatnya, guru harus bersifat terbuka kepada masyarakat, memberikan warna yang baik bagi masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul dan suka menolong, bukan sebaliknya, sebagai individu yang tidak memperdulikan masyarakat sekitar (Musfah, 2015, h. 52). Menurut Sembiring (2009, h. 16), kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurangkurangnya meliputi kompetensi agar mampu berkomunikasi lisan, tulisan, atau isyarat serta mampu pula memilih, memilah dan memanfaatkan alat telekomunikasi yang sesuai secara fungsional dan bergaul secara efektif dengan berbagai kalangan serta lapisan. Ini berarti bahwa dalam konteks kompetensi sosial guru harus kompeten bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar tempat kerja dan lingkungan tempat tinggalnya. Guru yang memiliki kompetensi sosial, mereka akan mudah bergaul, menyampaikan pesan pelajaran, dan berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal kepada anak didik guna mendidik dan mengajar, dengan demikian anak didik akan merasa mudah memahami isi pesan pelajaran yang disampaikan guru kepadanya. Dalam kompetensi sosial ini, BSNP (2006: h. 53) telah membagi peta wilayah sebagai standar indikator, yakni : a) Berkomunikasi lisan dan tulisan b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar Kepiawaian guru dalam mengolah komunikasi dengan lintas elemen pendidikan dapat berpengaruh dalam kemajuan kualitas hasil belajar, jiwa sosial yang dibangun dengan baik akan membuat suasana pendidikan menjadi lebih nyaman dan baik. Kunandar (2007: h. 75) yang mengutip Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas memberikan spesifikasi terhadap indikator-indikator kompetensi sosial guru:
59
Tabel 2.8 Indikator Kompetensi Sosial No 3
Kompetensi Kompetensi sosial : merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
Sub Kompetensi Indikator 3.1 mampu Berkomunikasi secara berkomunikasi dan efektif dengan peserta bergaul secara efektif didik dengan peserta didik. 3.2 mampu Berkomunikasi dan berkomunikasi dan bergaul secara efektif bergaul secara efektif dengan sesama dengan sesama pendidik dan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan kependidikan 3.3 mampu berkomunikasi dan berkomunikasi dan bergaul secara efektif bergaul secara efektif dengan orang tua atau dengan orang tua wali peserta didik dan atau wali peserta masyarakat sekitar didik dan masyarakat sekitar Sumber dari Kunandar dalam buku Guru ProfesionalImlementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. 4. Kompetensi Profesional Profesi dapat dikatakan sebagai suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mempersyaratkan kompetensi ( pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intesif, (Kunandar, 2007, h. 46) Guru yang profesional sudah tentu memiliki kecintaan dan kemampuan yang cukup dalam menjalani profesi pekerjaannya.Dengan kata lain, guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Kunandar, 2007, h. 46-47). BSNP (2006, h. 88) telah membagi wilayah standar indikator mengenai kompetensi profesional, yakni kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi : a) Konsep, struktur, dan metode keilmuan/ teknologi/ seni yang menaungi/ konheren dengan materi ajar
60
b) c) d) e)
Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah Hubungan antar konsep mata pelajaran yang terkait Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Moh Ali memberikan pendapat sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar (2007, h. 47) mengenai kriteria guru profesional, yakni : a) Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam b) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dalam bidang profesinya c) Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai d) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya e) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan Kecermatan seorang guru dalam memanage suatu profesinya dengan baik, akan melahirkan generasi bangsa yang baik pula, karena guru yang profesional akan menggunakan keahlian sesuai bidangnya, dan memanage serta mengikuti arahan profesionalitas hingga tujuan pendidikan akan tercapai sesuai harapan. Pekerjaan sebagai guru bukan hanya sekedar bekerja untuk mencari nafkah, mengajar dan mendidik adalah suatu profesi yang membutuhkan suatu keahlian khusus serta bakat ataupun minat yang besar (Purwanto, 2009, h. 155) Keahlian mengajar dapat di dapatkan dengan cara pendidikan, sebagaimana yang ditetapan dalam UUD yang menetapkan strata pendidikan bagi calon guru, yakni minimal S1, serta pengembanganpengembangan kompetensi pun dapat dilakukan dengan pengayaan guru, sertifikasi guru dan lain sebagainya. Bakat dan minat dapat diperoleh dengan selalu menggunakan adab dan kebiasaan yang baik sebagai pendidik, seperti ikhlas dalam mengajar atau mendidik, sayang terhadap peserta didik seperti menganggap anak kandung sendiri dan lain-lain. Sikap tersebut dapat menimbulkan bakat dan minat yang baik.
61
Dalam Al-Qur‟an, pada dasarnya Allah telah memberikan isyarat agar suatu profesi atau kegiatan kiranya dipegang sesuai dengan kemampuannya. (QS An-Nisa ayat 58).
Artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”. Nata (2012, h.224) mengisahkan isyarat profesional tersebut kedalam beberapa catatan penting: Pertama, seorang tenaga yang profesional adalah seseorang yang bersifat al-amin (terpecaya), al-hafidz (dapat menjaga amanah), dan al-wafiyah (yang merawat sesuatu dengan baik). Kedua, tenaga pendidik yang profesional dalam pandangan islam adalah seorang pendidik yang memiliki keahlian sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam bukhori, Nabi Muhammad SAW menegaskan „‟Idzaa wussida al-amr ila ghair ahlihii fa intadzir alsa‟ah‟‟ artinya Jika suatu pekerjaan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran nya. Ketiga, seorang pendidik yang profesional dalam pandangan islam adalah seorang yang bertindak adil dalam perbuatan maupun sikap. Keprofesionalan guru sebagaimana yang dikisahkan dalam surat An-Nisa diatas, mengajaran manusia agar kiranya menyampaikan sesuatu hal kepada yang membutuhkan dan adil dalam menentukan segala hal nya, dalam hal ini seorang guru sudah sepatutrnya mengajarkan dan mendidik para peserta didik dengan baik. Jika kegiatan profesi kependidikan dilakoni oleh guru yang tidak memiliki kompetensi sesuai bidang keguruan sudah tentu hasil tujuan pendidikian tidak dapat dicapai dengan maksimal dan efektif.
62
Bila hal ini dibiarkan keberlangsungannya, maka akan dapat menurunkan kualitas potensi peserta didik, kerusakan dan jatuhnya mutu kependidikan yang disebabkan oleh guru tidak ahli ini masih banyak terjadi. Mereka yang tidak memiliki keahlian mengajar, karena kerusakan mutu pendidikan yang disebabkan oleh guru tidak ahli tersebut akan terasa setelah 25 tahun kedepan, berbeda dengan keadaan dokter praktek (Nata, 2012, h. 224). Berdasarkan pendapat di atas, sudah sepatutnya guru meningkatkan kompetensinya dalam mendidik agar generasi bangsa dapat berkembang kualitas dan potensinya, baik dalam potensi pengetahuan, potensi kepribadian, spiritual, dan hal lain yang mampu mendorong mereka menjadi pemimpin, serta tokoh bangsa. Mulyani (2011, h. 192) dalam jurnal Analisa Vol. XVIII, No. 02 menjelaskan dari hasil penelitiannya, bahwa kompetensi guru, jika dilihat dari aspek status antara guru PAI yang sudah tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi, ada perbedaan, hal ini menunjukkan bahwa sertifikasi dengan konsekuensi peningkatan kesejahteraan memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan kompetensi guru PAI di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Guru yang tersertifikasi merupakan tanda bahwa guru tersebut telah memiliki sertifikat pendidik yang didapat pada proses pendalaman kompetensi keguruan. Guru yang tersertifikasi sudah pasti memiliki empat kompetensi keguruan, dan terbukti bahwa kompetensi keguruan yang dimiliki guru, dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Agar dapat menciptakan pembelajaran yang baik, aktif, dan kreatif maka guru harus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapainya dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Melalui penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran, maka guru diharapkan dapat mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran secara cermat. Hal ini karena standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan dasar untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi (Mulyasa, 2006, h 109). Melalui penguasaan yang dijabarkan tersebut, para guru harus dapat mengembangkan, menjabarkan, dan menganalisis indikatorindikator pencapaian yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
63
sekolah serta kebutuhan dan karakter siswa yang diajarkan (Payong, 2011, h. 45). Sekolah harus bisa memenuhi kebutuhan stake holder yang diinginkan, maka sudah sepatutnya pola pendidikan yang berpacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, ada penyesuaian dari guru dengan kebutuhan sekolah, terutama pada visi dan misi sekolah serta kebutuhan stake holder tersebut, agar tujuan pendidikan sekolah dapat tercapai dengan baik. Kunandar (2007, h. 76) yang mengutip Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas memberikan spesifikasi terhadap indikator-indikator kompetensi profesional guru : Tabel 2.9 Indikator Kompetensi Profesional No 4
Kompetensi Kompetensi Profesional : merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah, substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
Sub Kompetensi 4.1 menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi
Indikator a. memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar c. memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait d. menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari 4.2 menguasai Menguasai langkahstruktur dan metode langkah penelitian dan keilmuan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. Sumber dari Kunandar dalam buku Guru ProfesionalImlementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru.
64
Guru yang profesional sudah tentu dapat menggunakan media pembelajaran dengan baik dan tepat. Pada zaman globalisasi ini, kemajuan Teknologi sudah semakin berkembang, guru harus bisa mengikuti keadaan zaman, maka sudah sepatutnya guru menambah wawasan mengenai teknologi yang terkait dengan pendidikan. Isnaini (2010: 17) dalam jurnal Ta‟dib menjelaskan, bahwa untuk dapat memanfaatkan teknologi dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan, yaitu: 1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, 2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultur bagi siswa dan guru,, dan 3) guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik. Guru sebagai agen pembelajaran dalam menggunakan teknologi informasi haruslah didukung oleh ketersediaan fasilitas teknologi baik dari pemerintah, institusi, dan pribadi serta pengetahuan keterampilan guru dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber teknologi. Ketersedian fasilitas dan keterampilan guru merupakan unsur yang pokok dalam pemanfaatan teknologi, tanpa ada keduanya maka sulit bahkan tidak akan mungkin teknologi dapat dimanfaatkan. Kartilawati dan Mawaddatan (2014, h. 166) melanjutkan,Era teknologi informasi telah membawa perubahan paradigma guru, diantaranya yakni, guru bukan lagi sebagai sumber utama dalam pembelajaran melainkan bagian dari sumber belajar. Teknologi pada dasarnya dapat membantu proses pembelajaran, dengan teknologi, pembelajaran akan terasa menyenangkan, guru tidak lagi bersusah payah menjelaskan berulang-ulang materi pelajaran, melainkan ada teknologi yang dapat merekam penyampaian pesan pendidikan melalui audio ataupun audio-visual, dengan demikian pembelajaran akan terasa menyenangkan. Berkaitan dengan teknologi pendidikan dan bahan ajar, kepala sekolah dan pimpinan lembaga pendidikan juga harus andil berpartisipasi dalam mewujudkan guru profesional, sebagaimana yang disampaikan oleh Ayeni (2012, h. 67), The school principals should provide adequate instructional materials and facilities through Parents-Teachers Associations, (PTA), Old Students„ Associations, Non-Governmental Organizations (NGOs), Communities, Philanthropists and other
65
Development Partners, to enhance effective teaching and learning processes in secondary schools. Dengan adanya fasilitas pendidikan yang disediakan oleh pimpinan lembaga pendidikan, diharapkan akan memudahkan guru dalam menambah wawasannya pada penggunaan teknologi pendidikan dan lainlain.
D. Pembelajaran PAI 1. Hakikat Pembelajaran PAI Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indanesia kata “pendidikan” berasal dari kata “didik”, dengan awalan pe- dan akhiran an yang berarti prosesan, cara atau perbuatan mendidik. Kata didik menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti memberi latihan dan memelihara, ajaran, bimbingan, mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir.(Indrawan, t-t, h. 133). Pengertian kata pendidikan dalam istilah bahasa Inggris, yakni menunjukan dengan menggunakan istilah education. Sedangkan dalam bahasa Arab, kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah , antara lain, al-Ta‟lim ((التعلين, al-Tarbiyah )(الترتيح, al-Ta‟dib ) (التأدية. Namun demikian , ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pada pengertian pendidikan (Nizar, 2001, h. 85). a. Kata al-Ta‟lim ( ) التعلينmerupakan masdar dari kata „allama ( )علّنyang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. b. Kata Tarbiyah )(الترتيح, merupaka masdar dari kata rabba (ّ )ربyang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara. Di samping itu kata tarbiyah juga dapat diartikan sebagai proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada dalam diri peserta didik, dalam hal ini adalah potensi peserta didik ( Mujib & Mudzakir, 2008, h. 11). c. Kata al-Ta‟dib )(التأدية, merupakan masdar dari addaba ()أدّب, yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Kata ta‟dib dapat diartikan sebagai peradaban atau kebudayaan, artinya orang yang berpendidikan tentu memiliki adab yang berkualitas atau kesopanan yang baik (Mujib & Mudzakir, 2008, h.20). Pendidikan juga dapat diartikan sebagai rangkaian usaha membimbing dan mengarahkan potensi hidup manusia sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupannya ke arah yang lebih baik di mana pun ia berada. Islam adalah
66
ajaran yang telah dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman kepada Al-Qur‟an dan Al-Hadis. Pendidikan agama Islam adalah rangkaian usaha untuk membimbing, mengarahkan dan membina peserta didik untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Allah serta menjalankan perannya sebagai khalifah di muka bumi. Menurut Nizar (2001, h. 94) beliau memandang pendidikan Islam sebagai kegiatan rangkaian proses yang sistematis serta terencana dalam upaya membimbing dan mengembangkan nilai-nilai ilahiyah kepada anak didik yang didasarkan pada ajaran agama (Al-Qur‟an dan Al-Hadits) sehingga anak didik mampu menjalankan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya. Penulis menyimpulkan bahwasannya pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan pendidik agar dapat mencetak pelajar menjadi insan yang Islami, karena di dalam ilmu pendidikan tersebut diajarkan nilainilai keislaman yang bersumberkan pada Al-Qur‟an dan Hadist, dan inilah acuan dasar dari pendidikan Islam. Manusia yang telah mengalami masa-masa pendidikan, sudah tentu dalam hidupnya akan mengalami perubahan dan peningkatan positif yang terjadi berkat kekuatan pendidik. Pendidikan merupakan suatu proses upaya untuk merubah seseorang menjadi lebih baik. Rachmawati dan Daryanto (2015, h.36) memberikan pendapat, bahwa belajar merupakan suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan belajar manusia akan memperoleh banyak perubahan yang terjadi pada dirinya karena adanya interaksi-interaksi pengetahuan pengalaman dan karakter yang terdapat di dalamnya. Pembelajaran agama Islam pada dasarnya dibutuhkan keahlian dan kompetensi bagi pendidik agar ilmu yang disampaikan dan tujuan yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Dalam teori pembelajaran, ada beberapa aliran dalam teori belajar, diantaranya behavioristik, kognitif, humanistik dan sibernetika. (Riyanto, 2009, h. 6). Berikut gambaran mengenai aliran-aliran pada pembelajaran:
67
a. Aliran pembelajaran behavioristik Riyanto (2009, h. 9) mengutip pendapat Gredler yang menyatakan pandangan tentang belajar dalam aliran ini adalah, adanya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika, adanya perubahan pada diri peserta didik yang disebabkan adanya stimulus yang datang pada diri peserta didik itu. Perubahan diri pada peserta didik dapat terwujud pada pola pikir nya, kebiasaan dan tingkah laku. Prinsip-prinsip pada aliran ini adalah, 1) objek psikologi adalah tingkah laku, 2) semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada refleks, dan 3) mementingkan terbentuknya kebiasaan, (Riyanto, 2009, h. 6). Behaviorisme adalah studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini dalam pendidikan disebabkan rasa ketidpuasan dalam dunia pendidikan yang belum mampu mengubah seseorang menjadi berperilaku baik (Hamalik, 2014, h. 38). Pokok pembelajaran behavioristik mengutamakan perubahan pada tingkah laku siswa, karnanya behavioristik ini memandang kesuksesan suatu pembelajaran dapat terukur jika karakter anak didik dapat berubah menjadi lebih baik, maka untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas, perlu pemahaman terhadap respons itu sendiri dan berbagai konsekuensi yang disebabkan oleh respon tersebut. b. Aliran kognitif Berbeda dengan behavioristik yang memandang perubahan tingkah laku, aliran kognitif lebih mementingkan pada proses belajar itu sendiri (Riyanto, 2009, h. 9). Aliran kognitif lebih mengutamakan kepada proses pendidikan yang berlangsung, seorang anak perlu diberikan proses pembelajaran, baik dimulai dari persiapan perencanaan awal, hingga penutupan pembelajaran yang diakhiri dengan evaluasi. Menurut Jean Piaget, proses belajar terdiri dari tiga tahapan (Riyanto, 2009, h. 9), yaitu 1)
Asimilasi Yakni proses penyatuan (integritas) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada pada benak siswa.
68
2) Akomodasi Yakni penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru, pemahaman terhadap struktur baru yang baru diperoleh oleh kognitif. 3) Ekuilibrasi Adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dengan akomodasi. Seseorang yang mengetahui penjumlahan dan perkalian dalam bilangan angka, ketika ia belajar agama Islam mengenai zakat, maka proses penerimaan ilmu pembagian zakat dan penghitungannya itu adalah disebut sebagai asimilasi, selanjutnya jika seseorang tersebut diberikan tugas evaluasi mengenai zakat itu sendiri, maka dinamakan akomodasi, karna terjadinya proses pemahaman dengan mengisi butiran tugas evaluasi itu sendiri, selanjutnya agar ilmu itu tidak hilang dan berfungsi menjadi struktur kepemahaman diperlukan pengamalan., maka itu yang dikatakan sebagai ekuilibrasi. Guru harus memiliki ketrampilan yang bagus dalam mengolah pembelajaran, agar prosesnya dapat sesuai dengan kebutuhan anak didik, karena anak didik dapat mengikuti berbagai rancangan proses pembelajaran yang diterapkan oleh gurunya dan hasil dari tujuan pembelajaran pun akan mudah tercapai. c. Aliran humanistik Berbeda dengan teori kognitif, aliran humanistik menempatkan peserta didik dari tidak mengerti apa-apa menjadi mengerti segalanya. Teori ini lebih mendekati pada teori filsafat. Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan siswa tergantung pada dua unsur yang saling mmpengaruhi, yakni daya bakat yang sudah dimiliki siswa sejak lahir dan lingkungan yang menghiasi warna pengetahuan pada dirinya. (Hamalik, 2014, h. 79). Seorang siswa belum memiliki kesadaran tentang hakikat kejadian sesuatu karena ia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian dapat terjadi seperti itu, ini merupakan tahapan awal dalam proses pembelajaran. Selanjutnya siswa mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkannya dan memahaminya, selanjutnya siswa mampu membuat teori-teori berdasarkan hasil pengamatannya dan membuat aturan-aturan umum (generalisasi) dan
69
pada tahap akhir adalah eksperimentasi aktif, siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. (Riyanto, 2009, h. 18). Beberapa pendapat tentang teori ini, diantaranya adalah tokoh pendidikan terkenal yang teorinya mengemuka dipendidikan Indonesia dan sebagian dunia pendidikan saat ini, teori Bloom dan Rathwohl memberikan ranah yang mungkin dikuasai oleh siswa, yakni: (Riyanto, 2009, h. 17). 1) Kognitif yang terdiri dari enam tingkatan: a) Pengetahuan mengingat (menghafal) b) Pemahaman (menginterprestasikan) c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah) d) Analisis ( menjabarkan suatu konsep) e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) f) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya) g) Kecepatan unjuk kerja (Uno, 2010, h. 21). 2) Psikomotorik yang terdiri dari lima tingkatan: b) Peniruan (menirukan gerakan) c) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) d) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar) e) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) f) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). 3) Afektif yang terdiri dari lima tingkatan: a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b) Merespons (aktif berpatisipasi) c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu) d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) e) Pengalaman (menjadi nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup) f) Keberagamaan (menjadi insan yang taat pada agama), (Ramayulis, 2015, h. 173).
70
Guru harus bisa membentuk seperangkat potensi awal yang dimiliki siswa menjadi kesatuan hal yang dapat bermanfaat bagi hidupnya kedepan, sesuai pada teori humanistik ini, siswa yang belum tau apa-apa, dan tidak mengerti harus dibimbing dan diberi pendidikan, berawal dari pemahaman siswa (kognitif), lalu skilnya (psikomotorik), hingga sikapnya (afektif). Tentu dibutuhkan keterampilan guru, dan kemampuannya dalam mendidik siswa-siswanya agar dapat tertanam dari diri siswa, pemahaman yang memumpuni, skill yang matang dan sikapnya yang kamilah. d. Aliran sibernetika Teori ini dianggap sebagai teori pembelajaran yang baru bagi sekalangan tokoh pendidikan, menurut teori ini, belajar dapat dikatakan sebagai pengelolaan informasi, bagaimana informasi pengetahuan dapat dipahami oleh pendidik, dan bagaimana agar informasi itu dapat di tangkap oleh para peserta didiknya. (Riyanto, 2009, h. 20). Pada teori ini, berbeda dengan aliran teori yang lain, karnanya informasi pengetahuan adalah suatu hal terpenting bagi pemangku pendidikan, karnanya inti pada pendidikan yakni sampainya suatu informasi pengetahuan kepada peserta didik.
2. Proses Pembelajaran Aktif Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pasal 1, menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya interaksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula, (Hamalik, 2006, h. 76). Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka guru harus bisa menciptakan proses pembelajaran dengan baik dan efektif, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dari melihat, membaca,
71
mendengar dan mencoba sesuatu hal dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam belajar pasti juga ada proses mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan usaha untuk menciptkan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik sehingga terbentuklah proses pemahaman. Kemudian pengertian yang lebih luas mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Selain itu, Sardiman (2010, h. 80) mengatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya. Interaksi belajar mengajar adalah hubungan aktif dua arah antara pendidik dengan peserta didik dalam suatu kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan proses belajar adalah proses terjadinya interaksi antara dosen dan mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan diakhiri dengan proses evaluasi belajar dalam jangka waktu tertentu. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang lebih efektif, dalam hal ini perlu diperhatikan yang menentukan suksesnya proses belajar bukan hanya metode dan prosedurnya tapi proses dari hasil yang didapatkan. Dengan proses yang tidak baik atau benar, mungkin hasil yang dicapainya pun tidak akan baik, atau bisa dikatakan hasil itu adalah hasil semu. Guru perlu menerapkan pembiasaan belajar yang baik untuk anak, karena berawal dari pembiasaan belajar tersebut, anak akan merasa terbiasa belajar menggunakan tata cara yang disampaikan guru kepadanya, maka pembelajaran aktif dan menyenangkan sudah seharusnya menghiasi tata belajar anak. Kebiasaan belajar adalah pola prilaku dalam belajar yang menyangkut pengetahuan sikap dan keterampilan yang besar dan pengaruhnya dalam kehidupan seseorang. (Tim Pustaka Familia, h. 39). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang
72
dipelajari oleh seorang individu yang dilakukanya secara berulang-ulang untuk hal yang sama. Sedangkan menurut poerwodarminto (1976, h. 135), kebiasaan ialah sesuatu yang biasa dilakukan atau merupakan adat. Menurut Gie (1995, h. 192), kebiasaan belajar didefinisikan sebagai segenap perilaku yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan belajar. Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan (hereditas) akan tetapi merupakan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun tanpa sadar dari waktu-waktu yang lalu. Karena selalu diulang-ulang maka perilaku tersebut terbiasakan dan pada akhirnya terlaksana secara spontan. Slameto (2003, h. 82) menambahkan bahwa terbentuknya kebiasaan belajar ini mula-mula dibentuk sendiri oleh individu secara sadar atau tidak, dan kemudian kebiasaan belajar yang telah tertanam akan membentuk corak dari individu tersebut, yaitu individu yang sukses dan individu yang gagal dalam studinya. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Slameto Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. kebiasaan belajar yang dapat mempengaruhi keberhasilan studi adalah kebiasaan belajar yang baik, sedangkan yang membuat individu gagal adalah karena melaksanakan kebiasaan belajar yang buruk. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Gie bahwa ada dua macam kebiasaan belajar, yaitu kebiasaan belajar baik dan kebiasaan belajar buruk. a.
Kebiasaan belajar baik Kebiasaan belajar yang baik, akan membantu siswa menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan studi dan akhirnya meraih sukses di sekolahnya. Bentuk-bentuk dari kebiasaan belajar yang baik tersebut adalah: 1) Melakukan studi secara teratur setiap hari. Jenis pekerjaan apapun akan memperoleh hasil yang baik apabila dilakukan dengan teratur. Terlebih lagi dalam hal belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmadi bahwasanya pokok pangkal pertama dari cara belajar yang baik adalah keteraturan, (Ahmadi, 1993, h. 29).
73
Karena hanya dengan membiasakan belajar dengan teraturlah seorang siswa akan memperoleh hasil yang baik. Selanjutnya Ahmadi juga menuturkan bahwa pikiran yang teratur akan menjadi modal yang tidak ternilai harganya. Karena hanya dengan pikiran teratur, ilmu dapat dimengerti dan dikuasai. Kesalahan yang sering dibuat para pelajar selama ini adalah menumpuk pelajaran sampai saat ulangan atau sudah mendekati ujian. Jelas saja pelajaran itu tidak mungkin masuk ke otak dalam waktu yang sangat singkat, walau bagaimanapun kerasnya seorang siswa belajar. Kalaupun dapat selesai mempelajarinya, materi pelajaran itu tidak akan dikuasanya dengan baik. Dalam hal ini, sebagaimana dikemukakan dalam hukum jost tentang belajar, bahwasanya belajar 30 menit 2x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif dari pada sekalibelajar selama 6 jam (360) menit tanpa berhenti untuk istirahat, (Purwanto, 2000, 114). Sudah sepantasnya apabila seorang siswa membiasakan diri untuk teratur dalam belajar. Dari berbagai percobaan telah dibuktikan, bahwa belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat adalah belajar yang tidak efisien dan tidak efektif. Oleh karena itu belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar.
2) Mempersiapkan semua keperluan studi pada malam hari sebelum keesokan harinya berangkat kesekolah. Siswa harus benar-benar mempersiapkan keperluankeperluan yang dibutuhkanya di sekolahan setidaknya pada malam hari sebelum keesokan harinya berangkat kesekolah. Sehingga pada saat proses belajar mengajar dimulai, siswa sudah siap dengan peralatan belajarnya seperti buku, bolpoint, pensil, pengaris, penghapus buku PR dan lain sebagainya. Dengan begitu keefektifan kegiatan belajar di sekolah tidak terganggu, hanya karena ada peralatan yang tertinggal dirumah.
3) Senantiasa hadir di kelas sebelum pelajaran dimulai. Menurut Gie (1988, h. 59), perilaku disiplin akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah
74
pembentukan watak yang baik. Dan watak yang baik dalam diri seseorang akan menciptakan suatu pribadi yang luhur. Dengan membiasakan diri untuk disiplin masuk kelas sebelum guru memulai pelajaranya, maka siswa tidak akan ketinggalan materi yang dibahas pada hari tersebut. Minimal siswa sudah siap di kelas 5 menit sebelum guru hadir dan memulai pelajarannya. Agar pemahaman siswa terhadap materi juga lebih maksimal.
4) Terbiasa belajar sampai paham betul dan bahkan tuntas tak terlupakan lagi. Seorang siswa akan selalu dituntut untuk benar-benar menguasai bahan pelajaran secara lengkap sebelum melangkah pada materi berikutnya. Memahami, mencatat dan menghafal materi merupakan satu kesatuan untuk membantu agar siswa dapat menguasai bahan-bahan pelajarannya hingga tuntas. Jika terdapat materi yang belum dimengerti dan sukar difahami, siswa dapat menanyakanya pada guru atau pada temannya sehingga materi yang sulit akan lebih mudah difahami. Siswa yang sulit memahami materi yang dipelajarinya terkadang disebabkan karena kurangnya konsentrasi dalam belajar. Sedangkan menurut Slameto (2003, h. 87), penyebab dari sulitnya berkonsentrasi adalah karena kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari; terganggu oleh keadaan lingkungan seperti bising, keadaan yang kurang kondusif, cuaca buruk dan lain-lain; pikiran kacau atau sedang mengalami banyak masalah sehingga kondisi jiwa dan raganya terganggu; bosan terhadap sekolah/pelajaran dan lain-lain.
5) Terbiasa mengunjungi perpustakaan. Tidak seorang pun belajar tanpa bacaan, perpustakaan adalah gudang dari bacaan tersebut. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ahmadi (1993, h. 103), bahwa dengan menjadi pengunjung perpustakaan yang setia dan dapat mempergunakan perpustakaan dengan tangkas dan baik, maka seorang pelajar akan menjadi seorang yang berpengetahuan. Selanjutnya untuk dapat memakai perpustakaan yang baik harus memperhatikan dan mempelajari beberapa hal di
75
antaranya yaitu: 1) mengetahui peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemakaian perpustakaan, misalnya syaratsyarat peminjaman, lama peminjaman, dan kewajibankewajiban yang harus ditaati. 2) mengetahui bagaimana cara menemukan buku dalam katalog, 3) memperhatikan hal-hal yang ada di ruang baca, seperti adanya buku-buku petunjuk, buku pegangan, kamus, atlas, ensiklopedi dan lain-lain. b.
Kebiasaan belajar buruk
Menurut Gie (1988, h. 193), Kebiasaan belajar yang buruk, akan mempersulit siswa memahami pengetahuan, menghambat kemajuan studi, dan akhirnya mengalami kegagalan. Bentuk-bentuk dari kebiasaan belajar yang buruk tersebut yaitu: (1) hanya melakukan belajar secara mati-matian setelah ujian di ambang pintu, (2) sesaat sebelum berangkat ke sekolah barulah ribut mengumpulkan buku dan peralatan yang perlu dibawa, (3) sering terlambat masuk kelas, (4) belajar seperlunya saja sehingga butir-butir pengetahuan masih kabur dan banyak terlupakan, (5) jarang sekali masuk perpustakaan dan tidak tahu cara mempergunakan ensiklopedi dan berbagai karya acuan lainnya. Dalam kaitanya dengan kebiasaan baik dan buruk, Al Qur‟an juga banyak menganjurkan kepada manusia untuk melakukan hal-hal yang baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk dalam hal apapun, termasuk juga membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik terhadap sesuatu yang telah menjadi kewajiban manusia seperti belajar. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah (Q.S. Luqman: 17)
ف وَاًْهَ عَيِ ا ْلوُ ٌْ َك ِر وَاصْ ِثرْ عَلَى هَا ِ ّي أَ ِق ِن الّصَال َج وَ ْأ ُه ْر تِا ْل َو ْعرُو َ ٌَُيَا ت ِع ْزمِ األهُىر َ ْك إِىَ ذَِلكَ هِي َ أَصَا َت Artinya :”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman: 17). Menurut Zaini dan Muhaimin (1991, h. 49) juga disebutkan bahwa seseorang yang membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik dan benar maka akan memperoleh kebaikan. Sedangkan dalam kaitannya dengan kebiasaan belajar yang baik dan benar, yang diperoleh siswa
76
adalah keberhasilan belajarnya yaitu ditunjukkan dengan prestasi yang tinggi. Sebagaimana dalam QS Al-Infitor (13):
Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti (berbuat
baik) benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan”. Karena itulah maka seorang siswa harus membiasakan diri dengan kebiasaan yang baik dalam belajarnya. Selain akan membawa hasil belajar yang bagus kebiasaan belajar juga mempunyai manfaat tersendiri. Sebagaimana sifat dasar dari kebiasaan belajar itu sendiri adalah spontan dan otomatis. Donald A. Laird yang dikutip oleh Gie (1988, h. 194), menyatakan bahwa kegunaan dari kebiasaan adalah: (a) Menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran, (b) Dapat meningkatkan efisiensi manusia (human efficiency), (c) Membuat seseorang menjadi lebih cermat. Selanjutnya Harry Dexter juga menambahkan bahwa Kebiasaan membantu seseorang menjadi ajeg (consistent). Karena adanya manfaat-manfaat dari kebiasaan belajar tersebut, maka sudah seharusnya bagi seorang pelajar untuk menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik agar memperoleh hasil atau prestasi yang baik pula di sekolahnya. Proses pembelajaran yang baik, sebenarnya sudah termaktub dalam PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 pemerintah menyatakan, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut menurut Zulfahmi (2013, h. 278) merupakan dasar yuridis formal tentang ketentuan guru perlu menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
77
Menurut Depdiknas (2009, h. 1) PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Pembelajaran akan menjadi efektif jika guru sudah mampu membuat proses pembelajaran menjadi aktif learning, murid lebih berperan aktif pada proses pembelajaran tersebut, dengan demikian tujuan pembelajaran akan mudah didapat. Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi (2009, h. 61), ada beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran PAKEM, antara lain : a. Mengalami: Peserta didik terlibat aktif baik fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih bermakna, bagi siswa daripada hanya mendengarkan. b.
Komunikasi: Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komonikasi antara guru dan peserta didik. Proses komunikasi yang baik adalah proses komunikasi dimana antara unsur komunikator dan komunikan terdapat satu arah yang sama.
c. Interaksi: kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi multi arah. Interaksi multi arah yang diharapkan terjadi adalah interaksi transaksional, dimana proses komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa, bahkan siswa dengan lingkungan sekitar memiliki kesiapan yang cukup baik. d. Refleksi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama antara guru dan siswa. ( Masitoh dan Laksmi Dewi : 2009, h. 62). Jika dalam proses pembelajaran yang berlangsung, siswa turut melakukan pengamatan, mengkomunikasikan lewat diskusi atau bertanya dan menjawab, kemudian terjadi respon hingga siswa tersebut berinteraksi dan merefleksikan melalui kesimpulan dan evaluasi, maka sudah dipastikan hasil dari tujuan pembelajaran itu akan tercapai, karena siswa telah turut aktif dalam menjalankan segenap kegiatan aktif pada saat pembelajaran.
Menurut Bonwell and James (2010, h 1) mengenai kunci pembelajaran aktif. “Within this context, it is proposed that strategies promoting active learning be defined as instructional activitiesinvolving students in doing things and thinking about what they are doing” strategi
78
untuk memicu pembelajaran aktif dapat didefinisikan sebagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa siswa dalam melakukan berbagai hal dan memikirkan apa yang mereka lakukan tersebut. Proses pembelajaran aktif dapat terjadi jika guru membimbing dan menggunakan strategi hingga siswa dapat melakukan sesuatu hal, seperti bertanya, menjawab, mengerjakan soal dan sebagainya. Siswa akan mudah mengingat pelajaran yang telah disampaikan guru jika ia melakukan langsung dan berperan aktif dalam mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran tersebut. Menurut Mulyasa (2006, h. 86), ada beberapa hal prosedur dalam melakukan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan Tabel 2.10 Prosedur Pembelajaran PAKEM No Tahapan 1 Pemanasan apersepsi
2
Eksplorasi
3
Konsolidasi pembelajaran
Deskripsi dan a. memulai pembelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami oleh peserta didik. b. memotivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan peserta didik. c. gerakan peserta didik agar menjadi tertarik untuk mengetahui hal-hal baru a. memperkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik b. mengaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik c. memilih metode yang paling tepat, dan digunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standar dan kompetensi baru. a. melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru b. melibatkan peserta didik secara aktif dalam memecahkan masalah.
79
c. memilih metodologi yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi peserta didik. 4 Pembentukan a. mendorong peserta didik untuk kompetensi, sikap, dan menerapkan konsep, pengertian, dan perilaku kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari b. mempraktekkan pembelajaran secara langsung c. menggunakan metodologi secara tepat agar terjadi pembentukan sikap, dan perilaku yang baik. 5 Penilaian a. mengembangkan cara-cara menilai hasil pembelajaran siswa b. gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik. Sumber : Mulyasa (2006) dalam buku Kurikulum yang Disempurnakan: pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pada tabel tersebut, terlihat serangkaian tahapan pembelajaran lebih didominasi pada kegiatan aktif siswa, guru memberikan stimulus yang merangsang keaktifan siswa untuk berfikir, menanya dan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Tahapan pembelajaran haruslah dengan konsep yang tersusun dan terencana, seperti pendapat diatas yang mengungkapkan susunan pembelajaran yang dilakukan guru, dimulai dari apersepsi hingga kepada penilaian, jika itu semua dapat dijalankan oleh guru, maka pembelajaran akan terasa mudah dilaksanakan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang akan ditargetkan akan mudah tercapai oleh guru.
80
Tidak berbeda dengan mulyasa, Habibah (2012, h. 27) menggariskan sintaks model pembelajaran aktif, sebagai berikut :
Tabel 2.11 Sintaks Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
No Dimensi 1 Pendahuluan
2
Presentasi materi
3
Membimbing kelompok belajar
4
Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
Kegiatan Pembelajaran a. Mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran sebelumnya. b. Memotivasi siswa c. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsepkonsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa. d. Menjelaskan tujuan pembelajaran a. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa. b. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan. a. Menempatkan siswa ke dalam kelompok belajar. b. Memberi Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan. d. Memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan e. Mengumpulkan hasil kerja kelompok a. . Memberikan kesempatan pada kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya b. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi c. Memberikan konfirmasi terhadap hasil kerja siswa
81
5
Pengembangan dan penyerapan
a. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang telah diperajari b. Memberikan tugas rumah
6
Menganalisis dan mengevaluasi
a. Membantu siswa untuk melakukan refleksi b. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran dalam bentuk tes.
Sumber : Habibah, Umi. 2012. Penerapan Model PAIKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajat Matematika Materi Pokok Bangun Datar pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hikmah Krandon Kota Tegal. lib.unnes.ac.id (14 Maret 2014) Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (2016, h. 270) memberikan tahapan kegiatan pembelajaran yang ideal bagi pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel 2.12 Aspek Kegiatan Pembelajaran Aktif No Dimensi 1 Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pembelajaran a. mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan; mendiskusikan yang sudah dipelajari dan dikembangkan berkaitan dengan yang akan dipelajari dan dikembangkan. b. menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari c. menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan d. memberikan motivasi kepada siswa
2
a. dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. b. memberikan ruang yang cukup bagi
Kegiatan Inti
82
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. c. menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan karakter pelajaran dan peserta didik d. guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan. e. memperhatikan perkembangan sikap peserta didik. 3
Kegiatan Penutup
a. membuat rangkuman/ simpulan pelajaran b. refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran d. melaksanakan penilaian e. merencanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran dalam bentuk remedial, program pengayaan, layanan konseling, dan memberikan tugas. f. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sumber : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Prestasi belajar ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran guru, model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan pembelajaran. Dalam model pendekatan pembelajaran PAKEM, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru dituntut lebih kreatif dalam menciptakan alat bantu pembelajaran dan menciptakan suasana dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih menyenangkan.
83
3. Dasar dan Tujuan PAI Dasar pendidikan Islam amat identik dengan dasar tujuan Islam, yakni menjadikan manusia agar selalu patuh dan bertakwa kepada Allah SWT. Dasar pendidikan Islam berasal dari Al-Qur‟an dan Hadits.(Jalaluddin, 2002, h. 82). Tidak jauh berbeda dengan pemahaman di atas, Nizar (2001, H. 95) membagi dasar pendidikan Islam kedalam dua hal, yaitu, pertama, sumber Ilahi, yang meliputi al-Qur‟an, Hadits, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber insaniyah, yaitu melalui proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian lebih lanjut terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global. Sedangkan pemikir muslim lainnya membagi sumber atau dasar nilai yang dijadikan acuan dalam pendidikan Islam kepada tiga, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits, serta ijtihad para ilmuan muslim. Dari beberapa sumber mengenai dasar-dasar pendidikan agama Islam yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwasanya dasar-dasar pendidikan agama Islam secara garis besarnya itu adalah berasal dari firman Allah dan juga Hadist Rasulullah SAW, namun ada juga yang menambahkan ijtihad para ulama muslim dan qiyas sebagai perluasan pemahaman dari Al-Qur‟an maupun Hadits. Berangkat dari dasar pendidikan Islam tersebut, maka pendidikan Islam memiliki tujuan yang sesuai dengan tujuan agama Islam. yakni manusia ditempatkan sebagai khalifah-Nya di muka bumi yang bertujuan untuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana dilukiskan dalam QS AlDzariyat :
aynitrA “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Al-Dzariat: 56). Allah menciptakan manusia semata-mata hanyalah untuk memerintahkan ibadah dan taqwa kepada-Nya, maka sama hal nya dengan pendidikan Islam, para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah “ untuk beribadah kepada Allah SWT. Ramayulis (2015, h. 126) memberikan pendapat bahwa tujuan pendidikan selalu berkembang sesuai dengan perubahan masa dan kemajuan peradaban manusia. Dengan demikian pendidikan Islam tidak hanya memerintahkan manusia untuk memperdalami ajaran agama, tetapi
84
kemajuan teknologi dan peradaban zaman pun harus diketahui dan disikapi dengan cara pandangan Islami. Secara umum, pendidikan agama Islam memiliki tujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam, dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran agama Islam, yaitu a). dimensi keimanan murid terhadap ajaran agama Islam; b). dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan murid terhadap ajaran agama Islam; c). dimensi penghayatan atau pengalaman batin murid dalam menjalankan ajaran Islam; d). dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah di pelajari itu dapat di amalkan sehari-hari (Muhaimin, 2008, h. 78). Pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indra. Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, jasmaniah dan akhlak. Pendidikan tersebut harus mendorong semua aspek ke arah keutamaan serta pencapaian insan yang kamil.Tujuan ini sama dengan perintah Rasulullah agar umatnya senantiasa berakhlaq baik dan mulia. (Bahreisj, t.t, h. 152)
Artinya, “Sebaik-baiknya akhlak disisi Allah diantara kamu adalah yang membaguskan akhlak dan berbuat baik kepada anak-anaknya dan istri-istrinya (H.R Abu Hurairoh ra). Takhrij dari hadis ini adalah sebagai berikut : 501
:
85
Berdasarkan takhrij hadis di atas, hadis ini adalah marfu‟ hadis yang disandarkan langsung kepada Rasulullah SAW, hadis ini menjelaskan bahwa orang yang memiliki akhlak yang baik, mereka memiliki keutamaan sendiri di sisi Allah, dengan demikian, alangkah baiknya jika guru memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya, karna nabi Muhammad pun selalu menyeru agar berbuat baik dan memperbagus akhlak, agar kita termasuk dalam golongan orang-orang yang memiliki keutamaan di sisi Allah SWT. Nabi Muhammad SAW menyeru para kalangan sahabat, dan umatnya agar senantiasa memperhatikan akhlak atau perbuatannya, baik kepada Allah maupun manusia. Hadis di atas menggambarkan mengenai sebaikbaiknya manusia yakni mereka yang mau selalu bermuhasabah, memperbagus akhlaknya, hari demi hari agar dapat menjadi sebaik mungkin dalam berakhlak.Dengan perintah berakhlaq karimah yang diserukan oleh Rasulullah ini, diharapkan tujuan pendidikan Islam selain
86
memberikan bekal ilmu pengetahuan, namun juga ilmu akan mewujudkan manusia yang berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sudah sepatutnya pendidik Islam membimbing para muridnya dengan jalur pendidikan yang berasaskan agama Islam agar para peserta didik tersebut tidak hanya pintar di dalam ilmu pengetahuan, tetapi berakhlaq karimah.Dengan demikian, mereka akan mampu mengamalkan ilmu sebagai wujud bakti terhadap Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan kita dan kelak dengan tujuan pendidikan ini kelak akan mampu membimbing manusia menuju ke jalan yang benar, yang diridhoi oleh Allah SWT.
E. Kerangka Berpikir 1. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru PAI dengan Proses Pembelajaran Aktif Kompetensi guru PAI dalam penelitian ini adalah pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional yang harus dimiliki bagi seorang guru agar dalam proses menjalankan profesinya, guru dapat mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan berkat keahliannya tersebut. Guru adalah pendidik yang bertugas sebagai tenaga pengajar, pembimbing, pendidik para siswanya agar dapat mengantarkan para siswa tersebut menjadi insan yang kamilah sebagaimana tujuan dari pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi tinggi akan mampu bekerja sesuai pada bidangnya, dan membangun aspek-aspek yang dibutuhkan dalam kegiatan pendidikan sehingga dapat dipastikan para siswanya mudah memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Proses pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan yang pada prosesnya pembelajarannya terdapat pengamatan, menanya, mengumpulkan informasi, mencoba, menalar, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan pembelajaran tersebut. Hasil belajar siswa adalah hasil output dari tujuan pendidikan yang didapat oleh siswa, dalam hal ini yakni kognitif siswa. Hasil belajar yang diharapkan adalah agar siswa mampu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi dan mencipta dari materi pembelajaran yang didapat. Proses pembelajaran aktif akan menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa, sehingga proses pendidikan yang dilakukan guru akan terasa mudah dipahami dan dilaksanakan
87
oleh para siswa, dengan demikian hasil belajar yang diharapkan, akan dengan mudah tercapai sebagaimana tujuan pendidikan yang diharapkan.
2. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru PAI dengan Hasil Belajar PAI Guru adalah pendidik yang bertugas sebagai tenaga pengajar, pembimbing, pendidik para siswanya agar dapat mengantarkan para siswa tersebut menjadi insan yang kamilah sebagaimana tujuan dari pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi tinggi akan mampu bekerja sesuai pada bidangnya, dan membangun aspek-aspek yang dibutuhkan dalam kegiatan pendidikan sehingga dapat dipastikan para siswanya mudah memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Hasil belajar PAI yang akan diteliti adalah daya Kognitif siswa, siswa akan memiliki pengetahuan yang baik, setelah diberi pengajaran oleh guru nya, namun teknik pengajaran sudah tentu dapat dikuasai oleh guru yang berkompeten dan memiliki keahlian pada bidangnya.
3. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Proses Pembelajaran Aktif dengan Hasil Belajar Siswa. Proses pembelajaran aktif akan menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa, sehingga proses pendidikan yang dilakukan guru akan terasa mudah dipahami dan dilaksanakan oleh para siswa, dengan demikian hasil belajar yang diharapkan, akan dengan mudah tercapai sebagaimana tujuan pendidikan yang diharapkan. Hasil belajar PAI yang akan diteliti adalah daya Kognitif siswa, siswa akan memiliki pengetahuan yang baik, setelah diberi pengajaran oleh guru nya, namun teknik pengajaran sudah sangat diperlukan dalam memberikan pengetahuan kepada siswa. Dengan demikian proses pembelajaran aktif yang dimaksud pada penelitian ini adalah PAKEM “Proses Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.Jika pembelajaran yang akan disampaikan dapat aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan maka rasanya pembelajaran tersebut sudah pasti akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Berikut kerangka berpikir pada penelitian ini untuk
88
mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar siswa :
Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru PAI ( ) 1. 2. 3. 4.
Pedagogik Kepribadian Sosial Profesional Persepsi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa ( )
Persepsi Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Aktif ( ) 1. Pengamatan F. Hipotesis Penelitian 2. Menanya 3. Mengumpulkan informasi 4. Mencoba 5. Menalar 6. Mengkomunikasikan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisa Mengevaluasi Mencipta
Hipotesis pada penelitian ini adalah: 1) Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan proses pembelajaran aktif SMPN 49 Jakarta. 2) Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan hasil belajar siswa SMPN 49 Jakarta. 3) Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif dengan hasil belajar siswa SMPN 49 Jakarta
BAB III Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis korelasi sederhana, penelitian ini melihat suatu korelasi persepsi siswa antara kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan kualitas hasil belajar siswa. Pengumpulan data menggunakan metode angket yang diberikan kepada siswa dan metode dokumentasi serta observasi, yakni berupa raport kelas VIII semester satu dan mengamati sikap sosial karakter guru PAI di SMPN 49 Jakarta. Untuk mengetahui hubungan tiap variabel, peneliti menggunakan sebuah analisis statistik product moment.
B. Waktu dan Tempat Waktu penelitian ini diadakan pada tanggal 2 juni 2016 sampai mei 2017 di SMPN 49 Jakarta Timur, tepatnya di Jl. Kramat Jati raya, samping kantor PLN Kramat Jati Jakarta Timur. Daftar tabel perencanaan waktu penelitian yang dilaksanakan dari juni 2016 hingga Januari 2017, disajikan dalam berbentuk tabel pada lampiran tesis ini.
C. Populasi dan Sample Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh subjek atau objek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMP Negeri 49 Jakarta pada kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 210 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari (waktu, tenaga, dana), sempit luasnya wilayah pengamat dilihat dari setiap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti (Arikunto, 1998: 121).
89
90
Sampling dalam pengambilan data pada penelitian ini, penulis menggunakan probability sampling, menurutSugiyono(2010, h.63), Probability samplingadalah teknikpengambilan sampelyang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Besarnyasampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut:
Sumber : Sugiyono(2010, h.63) n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi E = Tingkat kesalahan (catatan: umumnyadigunakan 1 % atau 0,01, 5 % atau 0,05,dan 10 % atau 0,1). Jumlah populasi siswa di SMPN 49 Jakarta kelas VIII pada tahun ajaran 2015-2016 adalah 210 siswa, dan presisiyangditetapkan atau tingkat signifikansi kesalahan adalah 0,05, maka sampel dalam penelitian ini yakni sebanyak:
Hasilnya adalah 137,70 jadi dibulatkan menjadi 138. Berdasarkan rumusan Slovin tersebut, maka penulis mengambil sample sebanyak 138 siswa lalu penentuan siswa tersebut dilakukan dengan prinsip random, yaitu mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua dianggap sama dan semua subjek mendapatkan kesempatan dijadikan sebagai sampel penelitian.
D. Definisi Operasional Variabel Penulis menggunakan tiga variabel dalam melakukan uji penelitian ini, yakni kompetensi guru PAI di SMPN 49, proses pembelajaran aktif, dan hasil belajar PAI siswa, adapun variabel bebas dan terikat akan didefinisan sebagai berikut:
91
1. Variabel bebas (X3) dalam penelitian ini yakni persepsi siswa terhadap hasil belajar PAI siswa di SMPN 49 Jakarta, penulis akan melihat prestasi hasil belajar siswa melalui angket yang berisikan soal-soal semester satu tahun ajaran 2016-2017, 2. Sedangkan untuk (X2) adalah persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif, penulis melihat keadaan proses pembelajaran aktif ketika siswa belajar di dalam kelas dengan gurunya, penulis menggunakan angket sebagai bahan data untuk menentukan apakah proses pembelajaran aktif yang dilakukan di SMPN 49 sudah sesuai dengan standar penetapan yang telah disimpulkan oleh pemerintah. 3. Variabel bebas (X1) adalah persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI di SMPN 49 Jakarta, penulis meneliti empat kompetensi dasar yang mesti dimiliki guru, yakni pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagaimana yang telah diuraikan pada kajian teoritis di atas.
E. Instrumen Penelitian Instrumendatamerupakanalatbantuyang dipilih dandigunakanoleh penelitidalamkegiatannyamengumpulkan dataagar kegiatantersebutmenjadisistematisdanmudah(Arikunto,2005, h. 101). Ada beberapa kaidah dalam menentukan instrumen pertanyaan/ pernyataan yang bersifat mengukur sikap seseorang, yakni pertama pertanyaan/ pernyataan hanya berisi satu pesan; kedua dirumuskan dengan kalimat pendek dan jelas; ketiga tidak menggunakan perumusan kalimat yang berbelit, menjebak, atau mengarahkan pada jawaban tertentu. (Sukmadinata, 2006, h. 236) Pada penelitian ini, penulis menggunakan instrumen skala likert dengan dimensi interval, adapun rating atau alternatif jawaban yang digunakan pada penelitian ini adalah yang telah dimodifikasi seperti; SS = Sering Sekali, S = Sering, J = Jarang, JS = Jarang Sekali, TP = Tidak Pernah. Model Likert, tidak hanya digunakan untuk mengukur sikap tetapi juga mengukur persepsi, minat, motifasi, kegiatan pelaksanaan program (Sukmadinata, 2006, h. 242). Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan jawaban pada anget berupa; SS = Sangat Setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu / Tidak Tahu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju. Untuk standar point, bagi pertanyaan/ pernyataan positif, point 5 akan diberikan pada
92
jawaban SS, 4 pada jawaban S, hingga seterusnya. Pada pernyataan/ pertanyaan negatif, point 5 untuk yang menjawab STS, point 4 bagiyang menjawab TS dan seterusnya. Sedarmayanti dan Hidayat (2011, h. 95) mengutip pendapat Likert yang menyatakan ranah dimensi dari sikap pada pandangan Likert adalah: 1. Cognitive domain (pengetahuan) 2. Affective domain (perasaan terhadap sesuatu) 3. Conative domain (tendensi untuk bertingkah laku) Berdasarkan pandangan Likert di atas, penulis akan menggunakan instrument dengan pendekatan skala Likert tersebut untuk mengetahui kompetensi guru PAI terhadap prestasi hasil belajar siswa. Kompetensi yang diteiti yakni mengenai pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Instrumenyangdigunakan dalam penelitian iniadalah: 1. Indikator persepsi siswa terhadapkompetensi guru (variabel X1) Indikator kompetensi guru yang akan diteliti adalah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, mengenai keempat kompetensi guru PAI, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional : Tabel 3.1 Indikator Penelitian Kompetensi Guru No
Kompetensi
Sub Kompetensi
1
Kompetensi pedagogik
1.1 memahami peserta didik secara mendalam 1.2 merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran
Indikator / Instrumen guru mengetahui perilaku anak didik
No Soal
a. guru mengetahui landasan dasar mapel PAI b. guru menerapkan metode pembelajaran PAI sesuai dengan materi dan karakter anak didik c. guru menggunakan RPP dalam mapel PAI
3
1
4
5
93
2
Kompetensi kepribadian:.
sesuai dengan strategi pembelajaran 1.3 melaksanakan a. guru melakukan 2,7 pembelajaran desain pembelajaran PAI, dimulai dari apersepsi, elaborasi, eksplorasi dan 6,8 konfirmasi b. guru melaksanakan pembelajaran yang kondusif 1.4 merancang dan guru merancang dan 9 melaksanakan melakukan evaluasi evaluasi pembelajaran PAI pembelajaran dengan berbagai metode. 1.5 guru memfasilitasi 10,11 mengembangkan siswa untuk peserta didik untuk mengembangkan mengaktualisasikan potensi akademik berbagai potensinya maupun Non akademik dalam mapel PAI. 1.1 kepribadian a. guru PAI 12 yang mantap dan berakhlak mulia, stabil baik secara norma sosial, agama, dan 14 hukum. b. guru PAI bangga sebagai guru. 16,23 c. guru PAI bertindak konsisten dalam cakupan akhlak nya, baik dari perkataan maupun perbuatan. 1.2 kepribadian a. guru PAI 15 yang dewasa mencerminkan kemandirian dan 13 berwibawa b. guru PAI
94
memiliki karakter yang etos kerja terhadap profesinya. 1.3 kepribadian guru PAI yang arif menunjukan keterbukaan dalam berbuat dan bertindak. 1.4 kepribadian guru PAI memiliki yang berwibawa figure teladan yang baik bagi murid.
3
Kompetensi sosial
1.5 berakhlak mulia a. guru PAI dan menjadi teladan bertindak sesuai dengan norma religius (iman, takwa, juur, ikhlas, dan suka menolong) b. guru PAI memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik. 3.1 mampu Guru PAI mampu berkomunikasi dan berkomunikasi dan bergaul secara bergaul efektif efektif dengan dengan siswa. peserta didik. 3.2 mampu Guru PAI mampu berkomunikasi dan berkomunikasi dan bergaul secara bergaul efektif efektif dengan dengan pendidik sesama pendidik lain dan tenaga dan tenaga kependidikan. kependidikan 3.3 mampu Guru PAI mampu berkomunikasi dan berkomunikasi dan bergaul secara bergaul efektif efektif dengan dengan wali murid orang tua atau wali atau lingkungan peserta didik dan sekitar. masyarakat sekitar
17
18
20
21,24
19,22
25,28
26,27
95
4
Kompetensi Profesional
4.1 menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi
4.2 menguasai struktur dan metode keilmuan
a. guru PAI mampu mengintegrasi keilmuan PAI dengan ilmu yang lain. b. guru PAI mampu menerapkan ilmuilmu PAI sehari-hari Guru PAI mampu mengembangkan keilmuan PAI.
29
30 31,32
2. Indikator persepsi siswa terhadap Proses Pembelajaran (Variabel X2) Pada indikator proses pembelajaran adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Sintaks Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) No
Dimensi
1
Kegiatan Pendahuluan
No Soal a. mengondisikan suasana belajar 1 yang menyenangkan; mendiskusikan yang sudah dipelajari dan dikembangkan berkaitan dengan yang akan dipelajari dan dikembangkan. Kegiatan Pembelajaran
menyampaikan kompetensi 3 yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari c. menyampaikan garis besar 2 cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan d. memberikan motivasi kepada 4,17 siswa b.
2
Kegiatan Inti
a.
dilakukan secara interaktif, 5,6 inspiratif, menyenangkan, 22 menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
96
3
Kegiatan Penutup
b. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. c. menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan karakter pelajaran dan peserta didik
9,11 13,
d. guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan. e. memperhatikan perkembangan sikap peserta didik.
7,12 15,
a. membuat rangkuman/ simpulan pelajaran b. refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran d. melaksanakan penilaian
18
8,14 16,
10,23 25
19,21 24 20 26,28
e. merencanakan kegiatan tindak 27,30 lanjut pembelajaran dalam 31,32 bentuk remedial, program pengayaan, layanan konseling, dan memberikan tugas. f.
menyampaikan rencana 29 pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Sumber : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
97
3. Indikator Persepsi Siswa terhadapHasil Belajar (Variabel X3) Hasil belajar merupakan kumpulan esensi dari prosesi pembelajaran dan pendidikan, dalam penelitian ini penulis menyimpulkan hasil belajar siswa yang akan diuji yakni meliputi ketiga ranah pada aspek pendidikan, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun hasil belajar yang akan diuji akan dijabarkan pada tabel di bawah ini : Tabel 3.3 Indikator dan Kisi-Kisi Hasil Belajar PAI N0
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PEMBELAJARAN
NO SOAL
1.2 Meyakini kitab suci alQurān sebagai pedoman hidup sehari-hari.
1. Menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah dengan benar.
1,19,
3.4 Memahami makna beriman kepada kitabkitab Allah Swt.
2. Menyebutkan kitabkitab dan Rasul penerimanya dengan benar.
2,3,28
4.4 Menyajikan dalil naqli tentang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.
3. Menunjukkan dalil 4,5,6 naqli tentang kitab AlQur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna dan membenarkan kitabkitab sebelumnya Muhammad SAW 4. Menunjukkan dalil naqli bukti kemurnian al-Qurān dengan benar.
30
98
5. Menjelaskan perbedaan kitab dan suhuf dengan benar. 1.4 Menunaikan śalat sunnah. 3.6 Memahami hikmah śalat sunnah berjamaah dan munfarid. 4.6.1 Memahami hikmah śalat sunnah berjamaah dan munfarid. 4.6.2 Mempraktikkan śalat sunnah berjamaah dan munfarid. 4.6.3 memahami macam-macam sujud
29,
1. Menjelaskan pengertian śalat sunnah dengan benar.
7,10,31
2. Menjelaskan macammacam śalat sunnah berjamaah dengan benar.
11,14,17
3. Mempraktikkan śalat sunnah berjamaah sesuai dengan ketentuan syara‟.
13,15,16, 20,18,21 22,23,24 25
4. Menjelaskan macammacam śalat sunnah munfarid dengan benar.
8,9,12,
5. Mempraktikkan śalat sunnah munfarid sesuai dengan ketentuan syara‟.
26,27.32
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Menurut Nasution. S (2008) dalam observasi itu diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan sebenarnya tanpa usaha sengaja untuk menambahkan maupun mengurangi hasil pengamatan penelitian yang diperoleh di lapangan. (h. 106) Observasi yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan secara langsung. Observasi merupakan langkah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
99
Dalam hal ini, penulis akan melakukan observasi melalui hasil supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI, cara guru PAI mendidik, hasil raport siswa, kegiatan keseharian murid dan guru PAI selama berada di sekolah. 2. Angket Sugiyono (2011, h. 142) memberikan pernyataan mengenai angket atau kuisioner adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif sebagai penunjuk hasil penelitian, dalam hal ini, apakah ada korelasi antara kompetensi guru PAI di SMPN 49 Jakarta dengan hasil belajar siswa. Angket akan disebarkan kepada responden yang dalam hal ini adalah siswa SMPN 49 Jakarta, agar dapat mengetahui apakah ada korelasi terhadap penelitian terkait. 3. Dokumentasi Menurut Indrawan (t.t) kamus lengkap bahasa Indonesia, dokumentasi adalah barang yang dipergunakan sebagai bukti (h. 136). Metode dokumentasi ini merupakan metode yang relatif murah dalam pembiayaan penelitian. Karena peneliti hanya mengamati serta mengabadikan hasil amatan tersebut melalui tulisan ataupun gambar. Metode dokumentasi menjadi salah satu metode penunjang validnya suatu data penelitian, karena pada penelitian ini bersifat Kuantitatif, maka peneliti menggunakan metode dokumentasi sebagai pembantu dalam mengambil hasil kesimpulan dalam penelitian. Dokumentasi pada penelitian ini yakni melihat pada buku supervisi guru PAI, hasil raport siswa, cara mendidik, cara bersosial guru PAI dan hal lain yang berhubungan dengan ke-4 kompetensi guru di SMPN 49 Jakarta.
G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ha : Ada hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI siswa di SMPN 49 Jakarta.
100
2. Ho : Tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI siswa di SMPN 49 Jakarta.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Salah satu persyaratan agar instrumen penelitian dapat dikatakan valid atau sah, maka dapat dilakukan dengan cara menguji instrumen penelitian tersebut dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas, Arifin (2009, h. 245) mengemukakan pendapatnya bahwa uji validitas merupakan suatu cara ketepatan menguji instrumen (alat ukur) dalam penelitian. Uji validitas dimaksudkan agar dapat tepat mengukur suatu penelitian, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam menentukan instrumen penelitian atau alat ukur penelitian. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kompetensiguru dengan prestasi belajar siswa, maka penulis menggunakan rumusan korelasi, yakni rumusanproduct momentdari Pearson sebagaiberikut:
∑ √⌊
∑
∑ ∑
⌋{ (∑
∑ )
∑
Sumber: Arikunto (2010, h. 72) Keterangan: Rxy =Koefisien korelasi antaraxdany N =Jumlah responden X =Nilai hasilvariabel kompetensiguru Y =Nilai hasil variabel prestasi belajarsiswa XY =Jumlah hasilperkalian skor xdan skory Menurut Arikunto (2010, h. 72), kriteriapengujian jika,rhitung > rtabeldengan taraf signifikansi 0,05, maka alat ukurtersebut valid, begitu pula sebaliknya, jikarhitung< rtabel, maka alat ukurtersebut tidak valid. Rumus inidigunakan karenamemilikihasilstandar eroryangrendah, selain itu penggunaan rumus korelasi pearson dalam ujivaliditas soal memilikihasilketerbacaanyanglebih mudah dianalisiskarenalangsung dapat dicari dari hasilangket.
101
Analisiskoefisien korelasi pearson digunakan untukmengukurkuat lemahnyahubungan antarasatu variabel bebas dansatu variabel terikat, korelasi pearson digunakan karenadata berskala interval. Reliabilitas menurut Arikunto (2010, h. 178) sebagai ketetapan alat ukur dalam mengukur suatu data penelitian, dalam arti setiap kali alat ukur itu digunakan maka akan menghasilkan data yang sama, atau hasil yang sama. Metode reliabilitas digunakan pada penelitian ini agar dapat mengetahui bahwa instrumen penelitian yang akan dijadikan sebagai alat ukur, dapat dikatakan baik dan dipercaya sebagai pedoman memperoleh data penelitian. Rumusan yang digunakan pada metode reliabilitas ini adalah dengan rumusan uji reliabilitas alpha, karena menurut Arikunto (2010, h. 239), teknik ini penerapannya lebih luas, tidak hanya selalu digunakan dengan tes dua pilihan, seperti menguji skala pengukuran sikap, alat ukur nya dapat digunakan dengan tiga, empat, atau lima pilihan. Rumusan alpha merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu instrumen yang berupa kuesioner yang jawaban atau tanggapannya lebih dari dua pilihan, untuk bentuk rumusannya menurut Arifin yakni sebagai berikut:
r11= (
)
Sumber: Arikunto (2010, h. 239) keterangan : r11 = reliabilitas instrumen = Jumlah butir soal/ pertanyaan = jumlah variansi butir soal = jumlah variansi skor total
I.
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Pada sampel uji validitas dalam penelitian ini adalah 30 orang, menurut Arikunto (2010, h. 402) untuk mengetahui tingkat validitas dari suatu instrumen, dapat di lihat dari nilai r tabel dan r hitung nya,
102
maka jika r hitung > r tabel, instrumen itu dapat dikatakan valid. Adapun rumus untuk mencari r tabel pada uji sampel ini yakni dengan cara menggunakan rumusan sebagai berikut:
df = n – 2
diketahui : n = jumlah responden / sampel. standar kemaknaan r tabel yang diambil oleh penulis yakni 5%, maka diketahui df dari sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: df = 30 – 2 = 28. maka dengan demikian, r tabel pada penelitian ini yang mengacu pada standar rumusan adalah 0,374. Hasil uji validitas yang telah dihitung melalui aplikasi SPSS oleh penulis, dapat dilihat melalui lampiranlampiran pada penelitian ini. 2. Uji Reliabilitas setelah data diolah untuk mencari validitas dari data butir soal di atas, selanjutnya penulis melakukan uji reliabilitas dari data valid yang telah dihitung, diketahui sebagaimana jumlah data valid di atas, untuk variabel (kompetensi guru PAI) terdapat 57 butir soal, variabel (proses pembelajaran aktif) terdapat 52 butir soal, dan Y (prestasi hasil belajar siswa) terdapat 32 butir soal yang valid. Penulis meratakan untuk diambil uji sampel pada rumusan reliabilitas ini masing-masing variabel menjadi 32 butir soal saja, adapun soal yang dipilih oleh penulis pada masing-masing variabel yakni sebagai berikut: Variabel (kompetensi guru PAI) Nomer soal : 4, 8, 9, 10, 13, 14, 16, 21, 23, 26, 28, 32, 34, 35, 37, 39, 41, 43, 44, 46, 47, 49, 50, 51, 56, 57, 59, 61, 62, 66, 68, 70. Variabel (proses pembelajaran aktif) Nomer soal : 2, 6, 7, 11, 15, 17, 18, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 30, 32, 34, 40, 43, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 59, 62, 63, 64, 67, 68, 69, 70. X3 (prestasi hasil belajar siswa) Nomer soal : 7, 9, 11, 16, 18, 19, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 50, 52, 53, 60, 61, 62, 65, 68.
103
Penulis menggunakan uji reliabilitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22 IBM, adapun data reliabilitas yang penulis dapatkan dari hasil pengolahan yakni sebagai berikut:
a. Variabel
(persepsi siswa terhadapkompetensi guru PAI)
Case Processing Summary N Cases
Valid Exclude da Total
30
% 100,0
0
0,0
30
100,0
Reliability Statistics N of Cronbach's Item Alpha s ,955 32 Berdasarkan hasil reliabilitas di atas, dapat diketahui nilai Cronbach Alpha sebesar 0,955 yang berarti sangat kuat nilai reliabilitasnya. Semakin mendekati angka satu pada nilai cronbach Alpha, maka semakin kuat data keberartian nya. Data reliabilitas tersebut diuji dengan responden sebanyak 30, dan soal pada angket sebanyak 32, teknik menghitung yang digunakan oleh penulis, yakni menggunakan analisis SPSS IBM 22, penulis menggunakan aplikasi IBM 22 dikaenakan dapat memudahkan penulis dalam penghitungannya, Setelah dihitung, data hasil penghitungan tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel. Adapun semakin dekat nilai reliabel annti kepada angka 1, maka akan semakin kuat kualitas reliabelnya, begitupun sebaliknya, jika semakin jauh dari angka satu, maka akan lemah daya reliabelnya. Batas reliabel dikatan cukup jika hasil data = 0,600, jika nilai reliabelnya > dari 0,600 maka dapat dikatakan data sudah reliabel.
104
Adapun soal yang valid dan reliabel yang telah dipilih oleh penulis, dapat dilihat pada daftar lampiran-lampiran pada penelitian ini. b. Variabel
(persepsi siswa terhadapproses pembelajaran aktif) Case Processing Summary N
Cases
Valid Excluded
a
30
% 100,0
0
0,0
Total
30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,919
32
Berdasarkan hasil reliabilitas di atas, dapat diketahui nilai Cronbach Alpha sebesar 0,919 yang berarti sangat kuat nilai reliabilitasnya. Semakin mendekati angka satu pada nilai cronbach Alpha, maka semakin kuat data keberartian nya. Data reliabilitas tersebut diuji dengan responden sebanyak 30, dan soal pada angket sebanyak 32, teknik menghitung yang digunakan oleh penulis, yakni menggunakan analisis SPSS IBM 22, Adapun soal yang valid dan reliabel yang telah dipilih oleh penulis berdasarkan metode rumus, dapat dilihat pada daftar lampiran-lampiran pada penelitian ini. c. X3 (persepsi siswa terhadapprestasi hasil belajar siswa) Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded Total
a
30
% 100,0
0
0,0
30
100,0
105
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,926
N of Items 32
Berdasarkan hasil reliabilitas di atas, dapat diketahui nilai Cronbach Alpha sebesar 0,926 yang berarti sangat kuat nilai reliabilitasnya. Semakin mendekati angka satu pada nilai cronbach Alpha, maka semakin kuat data keberartian nya. Data reliabilitas tersebut diuji dengan responden sebanyak 30, dan soal pada angket sebanyak 32, teknik menghitung yang digunakan oleh penulis, yakni menggunakan analisis SPSS IBM 22, Adapun soal yang valid dan reliabel yang telah dipilih oleh penulis, dapat dilihat pada daftar lampiran-lampiran pada penelitian ini. Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas No.
Variabel
1.
Kompetensi Guru PAI (X1)
Cronbach's Keterangan Alpha 0.955 Sangat kuat / reliable
2.
Proses Pembelajaran Aktif (X2)
0.919
Sangat kuat / reliable
3.
Prestasi Hasil Belajar Siswa (Y)
0.926
Sangat kuat / reliable
Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000, h. 312) yakni jika nilai alpha nya di atas 0.600 maka dapat dikatakan reliabel, sebaliknya jika nilai alpha kurang dari 0.600 maka data tersebut tidak reliabel, berikut tabel nilai reliabilitas : Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas No 1
Alpha 0.800 - 1.00
Keterangan Reliabilitas baik
2
0.600 – 0.799
Reliabilitas diterima
3
Kurang
dari Reliabilitas kurang baik
0.600 Sumber: Sekaran (2000, h. 312)
106
Arikunto (2010, h. 154) menyatakan reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam pedoman koefisien korelasi, jika Cronbach's Alpha pada variabel menunjukan 0,600 ke atas, maka dapat dikatakan reliabel, sedangkan jika Cronbach's Alpha menunjukan kurang dari 0,600 pada suatu variabel, maka dapat dikatakan jika data tersebut belum reliabel. Pada Cronbach's Alpha yang ditemukan penulis dalam uji reliabilitas tersebut, menunjukan bahwa data instrumen penelitian ini yang akan dilakukan penulis dapat dikatakan telah valid dan reliabel sehingga instrumen penelitian, dapat digunakan untuk dijadikan tolok ukur oleh penulis dalam memperoleh data penelitian tesis.
J.
Teknik Analisis Data Setelah penulis mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, maka selanjutnya penulis akan melakukan analisis data dengan mengatur, mengolah, dan mengorganisasikan ke dalam jenis uraian data. Sugiyono (2010, h. 207) memberikan tahapan dalam melakukan teknik analisis data, yakni sebagai berikut: 1. Mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden 2. Mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden 3. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti 4. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah 5. Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (bagi penelitian yang menggunakan hipotesis). Data yang telah dianalisis nantinya dijadikan sebagai jawaban dari salah satu kesimpulan penelitian dan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini. Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan uji prasyarat penelitian, agar kualitas data sudah tidak diragukan lagi keabsahannya. Adapun uji prasyarat yang akan dianalisa adalah sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Yakni untuk mengetahui kondisi suatu variabel secara deskriptif sehingga data memiliki arti dan makna, data diolah dan dikelompokan serta disusun secara teratur agar lebih mudah untuk diketahui dan diartikan.
107
Penulis akan menganalisa data penelitian dari tiap variabel dengan cara menentukan nilai dari rata-rata dan simpangan baku, kemudian dikelompokan sesuai kebutuhannya. 2. Analisis Uji Normalitas Setelah sampel data penelitian di ujikan validitas dan reliabilitasnya, maka data yang valid dan reabel itu dipilah dan diolah, lalu di tabulasikan ke lembar kerja exel agar lebih mudah untuk menghitungnya. Dalam penelitian ini, rumusan uji normalitas yang digunakan dengan uji Chi Kuadrat, menurut Sugiyono (2010, h. 108) uji normalitas berfungsi untuk memeriksa apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas perlu dicek keberlakuannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggung jawabkan. Rumusan dalam uji normalitas, pada chi kuadrat adalah sebagai berikut :
= Sumber: Sugiyono (2010, h. 107) Diketahui : = Chi Kuadrat = frekuensi yang diobservasi Fh = frekuensi yang diharapkan Dalam perhitungannya, jika nilai Chi Kuadrat yang diperoleh dalam perhitungan kecil jika dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat yang tertera pada tabel setelah perhitungan di SPSS, maka distribusinya adalah normal. Syarat normalitas yang digunakan oleh penulis, adalah mengacu pada nilai asymp sig>= 0.05 , artinya nanti di perhitungan SPSS jika asymp sig lebih besar dari 0,05 maka data pada variabel itu bisa dikatakan normal, karena kriteria yang digunakan yaitu data dikatakan berdistribusi normal menurut Sugiyono (2007, h. 108) jika harga koefisien Asymp. Sig pada output Kolmogorov-Smirnov test > dari alpha yang ditentukan yaitu 5 % (0.05). Penulis menggunakan bantuan SPSS IBM 22 untuk menghitung dan menganalisa hasil data, agar lebih cepat dan mudah mendapatkan hasil kesimpulan data.
108
3. Uji Linearitas Setelah data selesai diujikan normalitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji linearitas, Pengujian linieritas dilakukan terhadap variabel-variabel independen yang terdiri dari X1 yakni kompetensi guru PAI dan X2 yakni proses pembelajaran aktif, variabel dependennya ( Y = prestasi hasil belajar). Uji yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya adalah menggunakan uji F yang rumusnya adalah:
= Sumber: Sugiyono (2010, h. 286) Diketahui : = harga garis korelasi N = cacah kaus m = cacah prediktor R = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor Setelah didapat harga F, kemudian dikorelasikan dengan harga F pada tabel dengan taraf signifikansi 5%, menurut Sugiyono (2007, h. 286), jika harga deviation from liniarity lebih besar atau sama dari taraf signifikansi yang diambil (5%) berarti berhubungan linier. Sebaliknya, jika harga deviasi linearnya kecil atau dibawah dari 5%, maka belum linear. Penulis menggunakan bantuan SPSS IBM 22 untuk menghitung dan menganalisa hasil data, agar lebih cepat dan mudah mendapatkan hasil kesimpulan data.
4. Uji Hipotesis Setelah data berdistribusi normal, maka untuk tahap akhir, gunakanlah uji Hipotesis. menurut Arikunto (2010, h. 116), dalam menentukan hipotesis, yakni penerimaan ataupun penolakan maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis (Ho). Menurut Arikunto (2010, h.319) setelah data diolah, maka dapat dilihat hasil data tersebut mengenai tingkatan kekuatan korelasi tersebut, adapun interval skalanya adalah sebagai berikut :
109
Tabel 3.6 Pedoman Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat Sumber: Arikunto (2010, h. 319)
Uji hipotesis korelasi dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pertama dengan menganalisa korelasi sederhana dan menganalisa korelasi ganda, adapun rumusan korelasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Analisis Korelasi Sederhana rumusan korelasi sederhana yang digunakan penulis yakni sebagai berikut:
∑ √⌊
∑
∑ ∑
⌋{ (∑
∑ )
∑
Sumber: Arikunto (2010, h. 72)
Keterangan: Rxy =Koefisien korelasi antaraxdany N =Jumlah responden X =Nilai hasilvariabel kompetensiguru Y =Nilai hasil variabel prestasi belajarsiswa XY =Jumlah hasilperkalian skor xdan skory Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa antara kompetensi guru PAI dengan proses pembelajaran aktif siswa (hipotesis1), untuk mengetahui hubungan persepsi siswa antara kompetensi guru PAI dengan hasil belajar PAI(hipotesis 2) dan untuk
110
mengetahui hubungan persepsi siswa antara proses pembelajaran aktif siswa dengan hasil belajar PAI (hipotesis 3). Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi productmoment dari pearson,sebagaimana rumusan yang ada di atas. Teknik analisis untuk menguji hipotesis tersebut, penulis menggunakan bantuan SPSS agar lebih memudahkan dalam mengetahui nilai signifikansi korelasi yaitu harga r hitung yang dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Jika r hitung sama dengan atau lebih besar rtabel (rhitung > rtabel), maka korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat signifikan, namun jika r hitung lebih lebih kecil dari rtabel(rhitung< rtabel), maka korelasi antara variabel tidak signifikan. Untuk menghitung data penelitian, penulis menggunakan aplikasi SPSS IBM versi 22, hal tersebut dimaksudkan agar data yang sudah diperoleh dilapangan, dapat dengan mudah dalam menghitung, menganalisis dan menyimpulkan data-data statistik penelitian. Hasil data akan dianalisa sesuai kaidah dan ketentuan panduan statistik, agar hasil kesimpulan dapat valid dan sesuai dengan keadaan hasil penelitian. Metode penelitian di atas digunakan dalam rangka memudahkan penulis dalam meneliti tesis ini, penulis mengikuti bentuk teknik sistematika penulisan karya ilmiah yang berlaku. Pada Bab empat nanti, tpenulis terlebih dahulu melakukan uji validitas, selanjutnya data yang valid tersebut sesuai kaidah penghitungan statistik, penulis akan meneruskan penghitungan data yang valid tersebut kepada uji reliabilitas, agar keabsahan data nya sahih dan baik untuk digunakan kepada uji prasyarat. Adapun setelah data itu dipastikan valid dan reliabel, penulis akan melanjutkan kepada uji prasyarat analisis data, penulis menggunakan uji deskriptif, uji normalitas, uji linearitas, dan uji hipotesis yang nantinya untuk membuktikan hipotesis-hipotesis yang muncul dari penelitian ini, sebagaimana yang telah dituliskan pada akhir dari Bab dua di atas. Pada penelitian ini, data dan hasil penelitian akan diujikan pada Bab empat, dibawah ini.
BAB IV Hasil Pembahasan A. Profil SMPN 49 Jakarta 1. Biografi SMPN 49 Jakarta Pada awalnya gedung yang ditempati SMP Negeri 49 Jakarta merupakan gedung SGB (Sekolah Guru Bawah) Kramatjati yang beralih menjadi SMP Negeri 20. Pada gedung yang sama didirikan pula sekolah swasta Trisoko yang kegiatan belajarnya pada sore hari. SMP Negeri 49 Jakarta berdiri dengan SK Menteri P&K tanggal 19 Januari 1965, Nomor : 90/SK/B/III/1965 dengan Kepala Sekolah Rangga Baligo dan wakilnya Ibu Kuning. Pada tahun 2013 perolehan hasil Ujian Nasional meningkat tajam dari peringkat ke-7 DKI menjadi peringkat ke-2 Provinsi DKI Jakarta dan peringkat 9Tingkat Nasional.Dalam hal penangangan kebersihan, beliau sangat disiplin sehingga SMP Negeri 49 Jakarta selalu menjadi salah satu titik penilaian Adipura dan tahun 2013 memperoleh kemenangan dalam prestasi adipura. Pada tahun yang sama (2013), SMP Negeri 49 Jakarta menjadi salah satu Piloting dalam Implementasi Kurikulum 2013, serta pelayanan kelas akselerasi (CI-BI) dihidupkan kembali. Pertengahan Maret tahun 2014 Ibu Ernawati mendapat tugas baru sebagai Pengawas Sekolah maka kepemimpinan di SMP Negeri 49 Jakarta kembali berganti. Selanjutnya SMP Negeri 49 Jakarta dipimpin bapak H.A. Otjin Kusnadie, beliau memiliki pembawaan tenang, tidak banyak bicara, konsisten, dan berjiwa seni. Beliau sempat merancang taman untuk diwujudkan, hasilnya taman kecil yang asri menghiasi bagian depan lapangan gedung A . Walaupun memimpin SMPN 49 tidak sampai setahun namun beliau aktif mendukung kegiatan-kegiatan sekolah. Sementara itu mutasi, rotasi di lingkungan Pemprov. DKI adalah masih terus terjadi dan itu sudah menjadi hal yang biasa. Maka, kembali SMPN 49 siap menerima pemimpin yang baru. Pada penghujung tahun 2015 SMPN 49 suksesi kepemimpinan kembali terjadi. Dan ini menjadi suatu kegembiraan karena Kepala Sekolah yang ditugasi menggantikan Pak Otjin adalah eks guru SMPN 49 sendiri. Bukan sembarang guru,
111
112
namun dia adalah Guru Berprestasi tingkat Nasional yang dilahirkan 49 semasa kepemimpinan pak Hasmi. Beliau adalah seorang wanita yang tangguh, ulet, pekerja keras, to the point bahkan cenderung perfeksionis: Sri Sulastri sebagai Kepala Sekolah yang ke- 10. Beliau bukanlah orang baru di dunia per-sekolahan. Di SMPN 49 adalah masa terakhir beliau menjabat Kepala Sekolah. sebelumnya 3 sekolah negeri di Jakarta telah dipimpinnya. Dengan gaya bicaranya yang beraksen Jowo banget namun intonasinya tetap tegas dan menggelegar. Apalagi jika sedang menyampaikan pidato di depan peserta didik, membahana sekali. Beberapa gebrakan di launching oleh beliau: awal tahun 2016 mencanangkan "SMPN 49" menjadi sekolah berbasis IT. Mulai dari proses pembelajaran berbasis IT/ e-learning process sampai pada pelaksanaan ulangan harian, ulangan semester dan puncaknya pada Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)/ Computer Based Test. Berbanggalah pertama kali melaksanakan UNBK tapi dalam pencapaian nilainya membawa SMPN 49 meraih peringkat ke-2 se DKI. Pada masa kepemimpinan beliau pula SMPN 49 menjadi Sekolah Sehat se-Jakarta Timur mewakili tingkat Provinsi. Inovasi beliau diantaranya kegiatan "Sarapan Sehat" patut mendapat pujian, mengingat sarapan sering dilewatkan peserta didik dan seadanya namun kini menjadi perhatian orang tua.
a. Manajemen SMPN 49 Jakarta : 1) Kepala Sekolah : DR. SRI SULASTRI, MM. 2) Wakil Kepala Sekolah : a) Dra. Hj. SARININGSIH, M.Pd. (bidang Kurikulum)) b) SARMAN, MM, M.Pd. (bidang Kesiswaan) c) SUPARNO, MSi. (bidang Sarpras) 3) Kepala Tata Usaha
: Dra. Noviana Sri Mulyaningsih
b. Data Sekolah : Nama Sekolah NPSN/ NSS Alamat Telepon E-mail Website
: SMP Negeri 49 Jakarta : 20109183/ 201016405102 : Jl. Raya Bogor Km.20, Kramat Jati. Jakarta Timur : 0218090200 :
[email protected] : www.smpn49-jakarta.sch.id
113
c. Visi Sekolah Satuan Pendidikan yang mengutamakan pendidikan berakhlak mulia, unggul, kompetitif,mandiri,dan berprestasi.
d. Misi Sekolah 1) Menciptakan sekolah sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan. 2) Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan bermartabat. 3) Menghasilkan lulusan yang berdisiplin dalam beribadah dan berbudi pekerti luhur. 4) Menghasilkan lulusan yang bermutu dan memiliki daya saing yang kuat. 5) Memiliki pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat memberi dan menjadi teladan dalam berperilaku. 6) Memiliki pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat melakukan tugasnya secara professional 7) Meningkatkan sistem pelayanan yang lebih baik 8) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana 9) Menjalin kerjasama dengan orang tua siswa dan masyarakat dalam mewujudkan visi sekolah.
e. Motto : Berakhlak Mulia, Berkreasi, dan Berprestasi.
2. Biografi Guru SMPN 49 Jakarta Tabel 4.1 Daftar Guru SMPN 49 Jakarta Berdasarkan Pendidikan No Jumlah JK Pendidikan 1
1
P
S3
2
18
L
S2
3
13
P
S2
4
7
L
S1
5
8
P
S1
jumlah
47
114
Berdasarkan tabel 4.1, sudah jelas bahwa guru di SMPN 49 Jakarta sudah memiliki Ijazah Strata yang sekurang-kurang nya S1, sesuai pada pelajaran yang mereka ampu. Jumlah tenaga guru di SMPN 49 Jakarta ada 47 orang, sesuai dengan jenjang pendidikannya, guru yang meraih titel Doktor ada 1, yang meraih titel magister ada 31 guru, bagi guru yang meraih titel sarjana ada 15 orang. Data tersebut dapat berubah karena menurut keterangan kepala sekolah, masih ada beberapa guru yang sedang meneruskan atau meningkatkan masa studi pendidikannya. Semangat belajar dan mengajar yang ditunjukan guru-guru SMPN 49 Jakarta sudah baik, walaupun sudah ada yang berumur tua, sekitar 48-50 tahun, namun semangat dalam mencerdaskan anak bangsa tetap mereka pertahankan. Dengan adanya guru yang tersertifikasi dan mengajar sesuai dengan bidang keilmuannya, diharapkan guru tersebut dapat mengajar dan mendidik dengan baik, sebagaimana yang diharapkan. Daftar Profil Guru PAI SMPN 49 Jakarta a. Verawati Summa S.Pd.I 1) Nama : Verawati Summa, S.Pd.I 2) TTL : Manado, 03-okt-1979 3) Pendidikan : S1 PAI UIN Alaudin Makasar 4) Pengalaman : 2010-2015 SMPN 02 bolaang Manado 2015-sekarang SMPN 49 Jakarta b. Sumiyati, S.Ag 1) Nama : Sumiyati, S.Ag 2) TTL : Jakarta, 19-jan-1970 3) Pendidikan : S1 Tafsir-Hadits IAIA Jakarta 4) Pengalaman : 1993 MI Ar-Rahman Jakarta 2002 SMK Era Pembangunan Jakarta 2015-sekarang SMPN 49 Jakarta c. H. Carsono, M.Ag 1) Nama 2) TTL 3) Pendidikan 4) Pengalaman
: H. Carsono, M.Ag : Semarang, 18-jun-1969 : S1 PAI UIN Walisongo Semarang S2 Tafsir-Hadits UIN Walisongo Semarang : 1987-2002 MTS & MA Darul Falah Kudus 2002-sekarang SMPN 49 Jakarta
115
Ada tiga guru agama Islam yang mengajar di SMPN 49 Jakarta, diantaranya adalah nama-nama yang telah disebutkan di atas, yang sudah S1 baru dua orang, sedangkan yang sudah magister baru satu orang. Berdasarkan disiplin ilmu yang mereka tekuni, guru agama Islam di SMPN 49 sudah selinier dengan disiplin keilmuannya, maka dengan demikian, guru agama Islam dapat mengajar dan mendidik dengan baik, serta menanamkan keagamaan pada diri peserta didik dengan kamilah.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas 1.
Uji Validitas Data Setelah data angket dibagikan ke anak sejumlah 132 siswa, maka data tersebut kembali ditabulasi dan dilihat apakah valid atau tidak dari jawaban tersebut. Pengujian validitas ini dibutuhkan agar hasil olahan data yang akan diujikan benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Pada sampel uji validitas dalam penelitian ini adalah 132 orang, menurut Arikunto (2010, h. 402) untuk mengetahui tingkat validitas dari suatu instrumen, dapat di lihat dari nilai r tabel dan r hitung nya, maka jika r hitung > r tabel, instrumen itu dapat dikatakan valid. Adapun rumus untuk mencari r tabel pada uji sampel ini yakni dengan cara menggunakan rumusan sebagai berikut: df = n – 2 diketahui : n = jumlah responden / sampel. standar kemaknaan r tabel yang diambil oleh penulis yakni 5%, maka diketahui df dari sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: df = 132 – 2 = 130 maka dengan demikian, r tabel pada penelitian ini yang mengacu pada standar rumusan adalah 0,171. Hasil data uji validitas yang telah dihitung melalui aplikasi IBM SPSS 22 oleh penulis, dapat disajikan sebagai berikut :
116
a. (
) Persepsi Siswa terhadapKompetensi Guru PAI Tabel 4.2 Hasil Validitas Kompetensi Guru PAI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
r hitung 0.189 0.496 0.279 0.256 0.323 0.237 0.403 0.515 0.531 0.235 0.509 0.383 0.370 0.291 0.269 0.604 0.513 0.273 0.333 0.498 0.506 0.509 0.101 0.331 0.204 0.387 0.165 0.262 0.172 0.178 0.260 0.188
r tabel 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid tidak valid Valid Valid Valid tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid
117
Berdasarkan dari tabel di atas 4.2 , dapat disimpulkan bahwa seluruh soal yang kembali diujikan oleh penulis melalui angket dapat dikatakan valid kecuali soal yang bernomor 23 dan 27, karena jumlah r hitungnya lebih kecil dari pada r tabel. Selebihnya, data soal selain yang disebutkan di atas tersebut dapat dikatakan valid karena angka r hitung menunjukan lebih besar > dari pada r tabel, dengan demikian hasil tersebut dapat dikatakan valid. Maka dari jumlah soal 32, terdapat 30 soal yang valid dan dapat digunakan untuk pengujian tes reliabilitas pada tahap selanjutnya. b. (
) Persepsi Siswa terhadapProses Pembelajaran Aktif Tabel 4.3 Hasil Validitas Proses Pembelajaran Aktif No
r hitung
r tabel
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.235 0.438 0.220 0.204 0.365 0.240 0.396 0.578 0.529
0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
10
0.133
0.171
Tidak valid
11 12 13 14 15
0.523 0.341 0.365 0.345 0.392
0.171 0.171 0.171 0.171 0.171
Valid Valid Valid Valid Valid
16 17 18 19
0.588 0.491 0.281 0.376
0.171 0.171 0.171 0.171
Valid Valid Valid Valid
118
20 21
0.494 0.457
0.171 0.171
Valid Valid
22 23 24
0.414 0.176 0.261
0.171 0.171 0.171
Valid Valid Valid
25
0.171
0.171
Tidak valid
26 27 28 29 30
0.434 0.206 0.197 0.181 0.180
0.171 0.171 0.171 0.171 0.171
Valid Valid Valid Valid Valid
31
0.292
0.171
Valid
32
0.090
0.171
Tidak valid
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh soal yang kembali diujikan oleh penulis melalui angket dapat dikatakan valid kecuali soal yang bernomor 10, 25 dan 32, karena jumlah r hitungnya lebih kecil dari pada r tabel. Selebihnya, data soal selain yang disebutkan di atas tersebut dapat dikatakan valid karena angka r hitung menunjukan lebih besar > dari pada r tabel, dengan demikian hasil tersebut dapat dikatakan valid. Maka jumlah soal 32, terdapat 29 soal yang valid dan dapat digunakan untuk pengujian tes reliabilitas pada tahap selanjutnya. c. (
) Persepsi Siswa terhadapHasil Belajar Siswa
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.4 Hasil Validitas Hasil Belajar PAI r hitung r tabel Keterangan 0.202 0.171 Valid 0.519 0.171 Valid 0.268 0.171 Valid 0.248 0.171 Valid 0.339 0.171 Valid 0.254 0.171 Valid 0.416 0.171 Valid
119
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
0.611 0.572 0.138 0.562 0.348 0.336 0.330 0.363 0.632 0.551 0.305 0.337 0.532 0.530 0.493 0.160 0.284 0.166 0.397 0.238 0.233 0.214 0.162 0.263 0.153
0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171
Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid tidak valid Valid tidak valid Valid Valid Valid Valid tidak valid Valid tidak valid
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh soal yang kembali diujikan oleh penulis melalui angket dapat dikatakan valid kecuali soal yang bernomor 10, 23, 25, 30 dan 27, karena jumlah r hitungnya lebih kecil dari pada r tabel. Selebihnya, data soal selain yang disebutkan di atas tersebut dapat dikatakan valid karena angka r hitung menunjukan lebih besar > dari pada r tabel, dengan demikian hasil tersebut dapat dikatakan valid. Maka jumlah soal 32, terdapat 27 soal yang valid dan dapat digunakan untuk pengujian tes reliabilitas pada tahap selanjutnya.
120
2.
Uji Reliabilitas Data
Setelah data diolah untuk mencari validitas dari data butir soal di atas, selanjutnya penulis melakukan uji reliabilitas dari data valid yang telah dihitung, diketahui sebagaimana jumlah data valid di atas, untuk variabel (kompetensi guru PAI) terdapat 30 butir soal, variabel (proses pembelajaran aktif) terdapat 29 butir soal, dan X3 ( hasil belajar siswa) terdapat 27 butir soal yang valid. Penulis meratakan untuk diambil uji sampel pada rumusan reliabilitas ini masing-masing variabel menjadi 32 butir soal saja, adapun soal yang dipilih oleh penulis pada masing-masing variabel yakni hanya soal yang valid saja. Penulis menggunakan uji reliabilitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22 IBM, adapun data reliabilitas yang penulis dapatkan dari hasil pengolahan data yakni sebagai berikut: a. Variabel
( persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI)
Case Processing Summary N % Cases Valid 132 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 132 100,0 . Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,704 31 Berdasarkan data di atas, soal yang diujikan pada X1 ini berjumlah 30 soal dengan sampling responden 132 siswa, setelah data diolah melalui SPSS, hasil atau jumlah data hitung reliabilitas berjumlah 0,704, artinya semakin mendekati angka satu, maka semakin kuat reliabel dari suatu data tersebut. Pada hasil uji X1 ini, dapat dikatakan reliabel atau diterima. Batasan-batasan angka reliabel masih dapat diterima jika jumlah dari hasil hitung reliabel lebih besar dari angka 0,600, maka masih dapat diterima dan masih dikatakan data itu reliabel, namun jika angka dari hasil hitung reliabel dibawah dari 0,600, maka hasil itu dikatakan lemah reliabelnya.
121
Jika suatu data sudah valid dan reliabel, maka sudah jelas kebsahan dan kualitas dari suatu data tersebut, pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka langkah selanjutnya, data tersebut dapat kembali diujikan pada uji prasyarat di tahap selanjutnya. Adapun soal yang valid dan reliabel yang telah dipilih oleh penulis, dapat dilihat pada daftar lampiran-lampiran pada penelitian ini. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat apakah data yang telah valid tersebut sudah baku, dan dipastikan keabsahannya, maka dari itu uji reliabilitas dibutuhkan untuk memastikan jika data tersebut sudah pasti keabsahannya, dan tidak akan jauh berbeda jika diujikan pada responden lain yang selinear dalam jenjang pendidikannya. b. Variabel
((persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif.
Case Processing Summary
Cases Valid Excludeda Total
N 132 0 132
% 100,0 ,0 100,0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,703 30 Berdasarkan data di atas, soal yang diujikan pada X2 ini berjumlah 29 soal dengan sampling responden 132 siswa, setelah data diolah melalui SPSS, hasil atau jumlah data hitung reliabilitas berjumlah 0,703, artinya semakin mendekati angka satu, maka semakin kuat reliabel dari suatu data tersebut. Pada hasil uji X2 ini, dapat dikatakan reliabel atau diterima. Jika suatu data sudah valid dan reliabel, maka sudah jelas kebsahan dan kualitas dari suatu data tersebut, pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka langkah selanjutnya, data tersebut dapat kembali diujikan pada uji prasyarat di tahap selanjutnya.
122
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat apakah data yang telah valid tersebut sudah baku, dan dipastikan keabsahannya, maka dari itu uji reliabilitas dibutuhkan untuk memastikan jika data tersebut sudah pasti keabsahannya, dan tidak akan jauh berbeda jika diujikan pada responden lain yang selinear dalam jenjang pendidikannya. Adapun soal yang valid dan reliabel yang telah dipilih oleh penulis berdasarkan metode rumus, dapat dilihat pada daftar lampiran-lampiran pada penelitian ini. ( persepsi siswa terhadap hasil belajar siswa) Case Processing Summary N % Cases Valid 132 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 132 100,0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,713 28 Berdasarkan data di atas, soal yang diujikan pada X3 ini berjumlah 27 soal dengan sampling responden 132 siswa, setelah data diolah melalui SPSS, hasil atau jumlah data hitung reliabilitas berjumlah 0,713, artinya semakin mendekati angka satu, maka semakin kuat reliabel dari suatu data tersebut. Pada hasil uji X3 ini, dapat dikatakan reliabel atau diterima. Jika suatu data sudah valid dan reliabel, maka sudah jelas kebsahan dan kualitas dari suatu data tersebut, pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka langkah selanjutnya, data tersebut dapat kembali diujikan pada uji prasyarat di tahap selanjutnya. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat apakah data yang telah valid tersebut sudah baku, dan dipastikan keabsahannya, maka dari itu uji reliabilitas dibutuhkan untuk memastikan jika data tersebut sudah pasti keabsahannya, dan tidak akan jauh berbeda jika diujikan pada responden lain yang selinear dalam jenjang pendidikannya.Adapun soal yang valid dan reliabel yang telah diolah oleh penulis, dapat dilihat pada daftar lampiranlampiran pada penelitian ini.
123
Berikut daftar tabel uji reliabilitas X1, X2 dan X3, yakni persepsi siswa terhadap Kompetensi guru PAI, persepsi siswa terhadap Proses pembelajaran aktif dan persepsi siswa terhadap hasil belajar PAI. yang penulis sajikan pada tabel 4.5 : Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas No. 1.
Variabel Persepsi Siswa terhadap Cronbach's Keterangan Alpha Kompetensi Guru PAI (X1) 0.704 Diterima/Reliabel
2.
Proses Pembelajaran Aktif (X2)
0.703
Diterima/Reliabel
3.
Prestasi Hasil Belajar Siswa (X3)
0.713
Diterima/Reliabel
Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000, h. 312) yakni jika nilai alpha nya di atas 0.600 maka dapat dikatakan reliabel, sebaliknya jika nilai alpha kurang dari 0.600 maka data tersebut tidak reliabel. Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat kita lihat hasil reliabilitas dari variabel X1 sejumlah 0,704 yang berarti data tersebut reliabel, selanjutnya hasil reliabilitas dari variabel X2 sejumlah 0,703 yang berarti data tersebut ureliabel, selanjutnya hasil reliabilitas dari variabel X3 sejumlah 0,713 yang berarti data tersebut reliabel atau diterima. Dengan demikian berdasarkan rumusan dari analisa hasil data reliabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa ketiga variabel diatas adalah reliabel atau dapat diterima keabsahannya. Data yang baik, adalah data yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, agar keabsahan suatu data tersebut dapat dipertanggung jawabkan. C. Uji Prasyarat Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Data Pada penelitian ini, penulis akan melakukan uji analisis deskriptif pada setiap variabel dengan menggunakan SPSS IBM 2.2. adapun variabel yang akan di teliti yakni ( )persepsi siswa terhadap meliputi kompetensi guru PAI,( ) persepsi proses pembelajaran aktif dan (X3)persepsi siswa terhadap hasil belajar siswa.Data Penelitian diperolah dari siswa kelas VIII
124
SMPN 49 Jakarta, jumlah responden yakni berjumlah 132 siswa yang akan dibagikan angket sesuai acak. Data yang diperoleh dari angket tersebut kemudian dilakukan tabulasi data untuk memudahkan dalam pengolahan data yang tujuannya lebih pada penggambaran dari masing-masing data variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat, disamping itu juga disajikan tabel distribusi frekuensi, histogram distribusi frekuensi dan kecenderungan skor. Selanjutnya data yang sudah dikategorikan dilakukan uji analisis korelasi. Sebelum dilakukan uji korelasi, penulis melakukanuji prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji linieritas Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut : a. (
) persepsi siswa terhadapKompetensi Guru PAI
Berikut analisis deskriptif dari kompetensi guru PAI : Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru PAI ( )
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
110
1
,8
,8
,8
117
2
1,5
1,5
2,3
118
2
1,5
1,5
3,8
119
1
,8
,8
4,5
120
12
9,1
9,1
13,6
121
9
6,8
6,8
20,5
122
10
7,6
7,6
28,0
123
13
9,8
9,8
37,9
124
7
5,3
5,3
43,2
125
22
16,7
16,7
59,8
126
17
12,9
12,9
72,7
127
7
5,3
5,3
78,0
128
11
8,3
8,3
86,4
125
129
4
3,0
3,0
89,4
130
5
3,8
3,8
93,2
131
3
2,3
2,3
95,5
132
2
1,5
1,5
97,0
135
2
1,5
1,5
98,5
136
2
1,5
1,5
100,0
132
100,0
100,0
Total
Analisa pada tabel 4.6 diatas menggambarkan tentang data kelompok dari variabel X1, dapat terlihat skor terendah dari persepsi siswa terhadap kompetensi guru yakni sebesar 110, sedangkan skor tertingginya adalah 136. Skor-skor tersebut diperoleh dari hasil data penelitian uji deskriptif data. Penulis menggunakan bantuan aplikasi SPSS IBM versi 22 dalam menghitung dan mentabulasi data tunggal menjadi data kelompok seperti pada tabel diatas. Hasil data diatas menggambarkan data penelitian dari responden 132 dengan soal sebanyak 32 pada data angket, sedangkan untuk frekwensi dari tiap-tiap skor hasil data kelompok siswa, dapat dilihat pada tabel 4.6, Statistics N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Sum Percentiles 25 50 75
132 0 124,77 ,345 125,00 125 3,959 15,677 ,117 ,211 1,452 ,419 26 110 136 16469 122,00 125,00 127,00
126
Interpretasi Data : Berdasarkan analisis deskripsi data di atas, dapat dikatakan bahwa : Mean (rata-rata) kompetensi guru PAI di SMPN 49 sebanyak 124,77dengan standar error sebesar 0,345, sehingga estimasi rata-rata data sampel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 1,96 standar error mean atau (124,77 ± 1,96 x 0,345) = (124,77 ± 0,68) = ( 124,09 - 125,45). Angka 1,96 adalah harga Z untuk tingkat kepercayaan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kompetensi guru PAI berada pada estimasi 124,09 sampai 125,45. Median (nilai tengah) pada rentang nilai di atas adalah 125, sedangkan nilai modus nya adalah 125. Standar deviasinya adalah 3,95 dan nilai minimum berada pada 110, sedangkan nilai maksimum nya 136. Gambar 4.1 Diagram Hasil Deskriptif Kompetensi Guru PAI
description Percentiles 75 11% N Valid 11%
Percentiles 50 11%
Statistics 0% N Missing 0%
Mean 11% Median 11%
Percentiles 25 10% Maximum 11% Minimum Range 10% 2%
X1 0%
Std. Error of Mean 0%
Mode 11%
Std. Deviation Std. Error of 0% Variance Skewness Kurtosis Skewness 0% 2% 0%
Diagram lingkaran diatas, menggambarkan data deskripsi dari X1, jika diprosentasekan, dapat dilihat nilai minimum sebesar 10%, sedangkan maximumnya 11%, percentil 25 sebesar 10%, percentil 50 sebesar 11 % dan percentil 75 sebesar 11%. , selanjutnya mean sebesar 11 %, modus sebesar 11% serta median sebesar 11 % dan lain-lain.
127
Diagram ini dimaksudkan untuk membantu penulis dan pembaca dalam menganalisa persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif. b. (
) persepsi siswa terhadapProses Pembelajaran Aktif
Berikut analisis data deskriptif dari proses pembelajaran aktif : Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Proses Pembelajaran Aktif (
Valid
104 115 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 135 Total
Frequency 1 3 1 2 5 7 8 9 12 15 13 13 15 6 8 4 5 3 2
Percent ,8 2,3 ,8 1,5 3,8 5,3 6,1 6,8 9,1 11,4 9,8 9,8 11,4 4,5 6,1 3,0 3,8 2,3 1,5
Valid Percent ,8 2,3 ,8 1,5 3,8 5,3 6,1 6,8 9,1 11,4 9,8 9,8 11,4 4,5 6,1 3,0 3,8 2,3 1,5
132
100,0
100,0
)
Cumulative Percent ,8 3,0 3,8 5,3 9,1 14,4 20,5 27,3 36,4 47,7 57,6 67,4 78,8 83,3 89,4 92,4 96,2 98,5 100,0
Analisa pada tabel 4.7 diatas menggambarkan tentang data kelompok dari variabel X2, dapat terlihat skor terendah dari persepsi siswa terhadap kompetensi guru yakni sebesar 104, sedangkan skor tertingginya adalah 125.Skor-skor tersebut diperoleh dari hasil data penelitian uji deskriptif data. Penulis menggunakan bantuan aplikasi SPSS IBM versi 22 dalam menghitung dan mentabulasi data tunggal menjadi data kelompok seperti pada tabel diatas.
128
Hasil data diatas menggambarkan data penelitian dari responden 132 dengan soal sebanyak 32 pada data angket, sedangkan untuk frekwensi dari tiap-tiap skor hasil data kelompok siswa, dapat dilihat pada tabel 4.7,
Statistics
N
Valid Missing
Mean
132 0 125,56
Std. Error of Mean Median
,377 126,00
Mode
125
Std. Deviation
a
4,329
Variance
18,737
Skewness
-1,007
Std. Error of Skewness Kurtosis
,211 4,024
Std. Error of Kurtosis Range
,419 31
Minimum
104
Maximum
135
Sum
16574
Percentiles
25
123,00
50
126,00
75
128,00
Interpretasi Data : Berdasarkan analisis deskripsi data di atas, dapat dikatakan bahwa : Mean (rata-rata) hasil proses pembelajaran aktif di SMPN 49 sebanyak 125,56 dengan standar error sebesar 0,377, sehingga estimasi ratarata data sampel pada tingkat kepercayaan adalah 95% adalah 1,96 standar error mean atau (125,56 ± 1,96 x 0,377) = (125,56 ± 0,74) = (124,82 126,3). Angka 1,96 adalah harga Z untuk tingkat kepercayaan 95%. Maka
129
dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kompetensi guru PAI berada pada estimasi 124,82 sampai 126,3. Median (nilai tengah) pada rentang nilai di atas adalah 126, sedangkan nilai modus nya adalah 125. Standar deviasinya adalah 4,3dan nilai minimum berada pada 104, sedangkan nilai maksimum nya 135. Gambar 4.2 Diagram Hasil Deskriptif Proses Pembelajaran Aktif
description
Kurtosis 0%
Std. Error of Std. Error of Variance Skewness Kurtosis Std. Deviation 0% 2% Skewness 0% Range 1% 0% 3% Percentiles 75 19%
Percentiles 50 19%
Minimum 17%
Maximum 20% Percentiles 25 19%
Diagram lingkaran diatas, menggambarkan data deskripsi dari X2, jika diprosentasekan, dapat dilihat nilai minimum sebesar 17%, sedangkan maximumnya 20%, percentil 25, terdapat 19%, percentil 50 sebesar 19 % dan percentil 75 sebesar 19% dan lain-lain.Diagram ini dimaksudkan untuk membantu penulis dan pembaca dalam menganalisa persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif.
130
c. (
) persepsi siswa terhadapHasil Belajar Siswa Berikut analisis data deskriptif dari hasil belajar siswa : Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Hasil Belajar PAI Siswa (X3)
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
105
1
,8
,8
,8
109
1
,8
,8
1,5
111
4
3,0
3,0
4,5
112
3
2,3
2,3
6,8
113
9
6,8
6,8
13,6
114
5
3,8
3,8
17,4
115
13
9,8
9,8
27,3
116
12
9,1
9,1
36,4
117
17
12,9
12,9
49,2
118
13
9,8
9,8
59,1
119
16
12,1
12,1
71,2
120
8
6,1
6,1
77,3
121
9
6,8
6,8
84,1
122
9
6,8
6,8
90,9
123
3
2,3
2,3
93,2
124
4
3,0
3,0
96,2
125
3
2,3
2,3
98,5
126
2
1,5
1,5
100,0
132
100,0
100,0
Total
Analisa pada tabel 4.8 diatas menggambarkan tentang data kelompok dari variabel X3, dapat terlihat skor terendah dari persepsi siswa terhadap kompetensi guru yakni sebesar 105, sedangkan skor tertingginya adalah 126.
131
Skor-skor tersebut diperoleh dari hasil data penelitian uji deskriptif data. Penulis menggunakan bantuan aplikasi SPSS IBM versi 22 dalam menghitung dan mentabulasi data tunggal menjadi data kelompok seperti pada tabel diatas. Hasil data diatas menggambarkan data penelitian dari responden 132 dengan soal sebanyak 32 pada data angket, sedangkan untuk frekwensi dari tiap-tiap skor hasil data kelompok siswa, dapat dilihat pada tabel 4.8, Statistics
N
Valid Missing
Mean
132 0 117,68
Std. Error of Mean Median
,322 118,00
Mode
117
Std. Deviation
3,701
Variance
13,700
Skewness
-,145
Std. Error of Skewness
,211
Kurtosis
,341
Std. Error of Kurtosis
,419
Range
21
Minimum
105
Maximum
126
Sum
15534
Percentiles
25
115,00
50
118,00
75
120,00
Interpretasi Data : Berdasarkan analisis deskripsi data di atas, dapat dikatakan bahwa : Mean (rata-rata) hasil belajar siswa di SMPN 49 sebanyak 117,68 dengan standar error sebesar 0,32, sehingga estimasi rata-rata data sampel
132
pada tingkat kepercayaan adalah 95% adalah 1,96 standar error mean atau (117,68 ± 1,96 x 0,32) = (117,68 ± 0,62) = (117,06 – 118,30). Angka 1,96 adalah harga Z untuk tingkat kepercayaan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kompetensi guru PAI berada pada estimasi 117,06 sampai 118,30. Median (nilai tengah) pada rentang nilai di atas adalah 118, sedangkan nilai modus nya adalah 117. Standar deviasinya adalah 3,7 dan nilai minimum berada pada 105, sedangkan nilai maksimum nya 126. Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar PAI Siswa
description Statistics 0%
Percentiles 50 11%
Percentiles 75 11%
Percentiles 25 10%
hasilbelajar 0% N Missing 0%
N Valid 12%
Mean 11%
Std. Error of Mean 0%
Median 11%
Maximum 11% Minimum 9% Kurtosis Skewness 0% 0%
Mode 11%
Std. Deviation 0% Std. Error of Std. Error of Range Variance Kurtosis Skewness 0% 2% 1% 0%
Diagram lingkaran diatas, menggambarkan data deskripsi dari X3, jika diprosentasekan, dapat dilihat nilai minimum sebesar 9%, sedangkan maximumnya 11%, percentil 25 berjumlah 10%, percentil 50 sebesar 11 % dan percentil 75 sebesar 11 % dan lain-lain. Diagram ini dimaksudkan untuk membantu penulis dan pembaca dalam menganalisa persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif.
133
2.
Uji Normalitas Dalam penelitian ini, rumusan uji normalitas yang digunakan dengan uji rumus Kolmogrov-Smirnov, menurut Sugiyono (2010, h. 108) uji normalitas berfungsi untuk memeriksa apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas perlu dicek keberlakuannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggung jawabkan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kolmogrov-Smirnov, berdasarkan analisis data dengan bantuan program komputer yaitu SPSS 2.2 agar dapat diketahui nilai signifikansi yang menunjukan normalitas data. Kriteria yang digunakan yaitu data dikatakan berdistribusi normal jika harga koefisien Asymp. Sig pada output KolmogrovSmirnov test lebih besar ( > ) dari alpha yang ditentukan, yakni 5% (0.05). Begitupun sebaliknya, jika harga koefisien Asymp. Sig pada output Kolmogrov-Smirnov test lebih kecil ( ˂ ) dari alpha yang ditentukan, yakni 5% (0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak normal. hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada di bawah ini
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1 X2 N 132 132 a,b Normal Parameters Mean 124,77 4,329 Std. 3,959 125,56 Deviation Most Extreme Absolute ,086 ,066 Differences Positive ,086 ,066 Negative -,063 -,051 Test Statistic ,086 ,066 Asymp. Sig. (2-tailed) ,078c ,200c,d Dari data di atas, dapat di interpretasikan menjadi berikut :
X3 125,56 117,68 3,701 ,073 ,073 -,063 ,073 ,081c
134
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas No
Variabel
1 2
Kompetensi Guru PAI (X1) Proses Pembelajaran Aktif (X2) Hasil Belajar Siswa (X3)
3
Asym.Sig (p-value) 0,078 0,200
Kondisi P > 0.05 P > 0.05
Keterangan Distribusi Normal Normal
0,081
P > 0.05
Normal
Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi variabel tingkat pendapatan dari Kompetensi Guru PAI (X1) 0,078, Proses Pembelajaran Aktif (X2) 0,200, dan Hasil Belajar Siswa (X3) sebesar 0,081, Asym.Sig dari ketiga variabel tersebut lebih besar dari batas alpha (0,05). Dengan demikian secara statistik data tersebut dari masing-masing ketiga variabel dapat dikatakan berdistribusi Normal. Selanjutnya data yang sudah diujikan normalitas, akan diujikan kembali pada tahap pengujian linearitas, data yang sudah berdistribusi normal sudah tentu data tersebut telah memenuhi prasyarat data penelitian. 3.
Uji Linearitas Uji liniearitas dilakukan untuk mengetahui garis hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hasil uji linearitas menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linier. Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan uji linier dengan bantuan SPSS 2.2, jika Sig.Deviantion From Liniarity lebih besar atau sama dengan taraf sinifikansi yang dipakai (0,05) berarti data tersebut berkorelasi linier.Berikut hasil pengujian linieritas yang dilakukan dengan bantuan SPSS 2.2 : ANOVA Table Sum of Squares
x2 * x1 Between (Combi Groups ned)
df
Mean Square
267,613
19
14,085
Within Groups
1578,114
112
14,090
Total
1845,727
131
F 1,000
Sig. ,467
135
Uji linearitas pada tabel diatas, adalah (X1) yakni hubungan persepsi siswa antara kompetensi guru PAI terhadap (X2) proses pembelajaran aktif siswa di SMPN 49 Jakarta. Tanda hasil pengujian data melalui SPSS ini adalah yang telah diberi tanda warna kuning, yang menunjukan sig deviation from linearity sebesar 0,467. Nilai tersebut menandakan bahwa hasil nilai Sig lebih besar dari 0,05, dengan demikian data tersebut adalah linear. ANOVA Table Sum of Squares X3 Between Groups (Combined * ) X1 Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
Df
Mean Square
288,999
29
9,965
62,146
1
226,854
28
8,102
1505,637 102 1794,636 131
14,761
F
Sig.
,675
,000
62,146 4,210
,000
,549
.110
Uji linearitas pada tabel diatas, adalah (X1) yakni hubungan persepsi siswa antara kompetensi guru PAI terhadap (X3) hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta. Tanda hasil pengujian data melalui SPSS ini adalah yang telah diberi tanda warna kuning, yang menunjukan sig deviation from linearity sebesar 0,110. Nilai tersebut menandakan bahwa hasil nilai Sig lebih besar dari 0,05, dengan demikian data tersebut adalah linear. ANOVA Table Sum of Squares X3 Between Groups (Combined * ) X2 Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
Mean Square
F 198,98 17 102,125 8 1726,44 3363,9 1 7 27
Sig.
16
,605
,295
58,507 114 1794,636 131
,513
1736,129 1726,447 9,682
Df
1,179
,000 ,000
136
Uji linearitas pada tabel diatas, adalah (X2) yakni hubungan persepsi siswa antara proses pel mbelajaran aktif terhadap (X3) hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta. Tanda hasil pengujian data melalui SPSS ini adalah yang telah diberi tanda warna kuning, yang menunjukan sig deviation from linearity sebesar 0,295. Nilai tersebut menandakan bahwa hasil nilai Sig lebih besar dari 0,05, dengan demikian data tersebut adalah linear. Melalui tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil data menunjukan hubungan antara X2 yakni proses pembelajaran aktif terhadap X3 yakni hasil belajar siswa adalah linear Dengan demikian, ketiga variabel tersebut, yakni hubungan antara persepsi siswa terhadap (X1) kompetensi guru PAI, (X2) proses pembelajaran aktif, dan (X3) hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta dapat dikatakan memiliki hubungan yang linear antar variabel, hal tersebut dapat analisa dengan nilai Sig pada tiap-tiap hubungan antar variabel memiliki nilai di atas 0,05. Kesimpulan dari uji linearitas pada data di atas, dapat di intepretasikan sebagai berkut : Tabel 4.10 Intepretasi Hasil Uji Linearitas No
Variabel
Sig. Deviation Taraf Kesimpulan from Linierity Signifikansi
1. Persepsi siswa antara Kompetensi Guru PAI terhadap Proses Pembelajaran Aktif
0,467
0,05
Linier
2. Persepsi siswa antara Kompetensi Guru PAI terhadap Hasil Belajar Siswa
0,110
0,05
Linier
3 Persepsi siswa antaraProses Pembelajaran Aktif (PAKEM) terhadap Hasil Belajar Siswa
0,295
0,05
Linier
Dari hasil data diatas, dapat dianalisa bahwa nilai Sig pada deviation from linierity menunjukan angka yang lebih besar dari pada nilai taraf sig,nifikansi, dengan demikian data dapat dikatakan linear, atau linearitas.
137
Adapun intepretasi dari data diatas pada tabel 4.10, adalah sebagai berikut: 1. Persepsi siswa antara Kompetensi Guru PAI terhadap Proses Pembelajaran Aktif (X1-X2) memiliki nilai Sig sebesar 0,467 > 0,05 yang berarti kedua hubungan antar variabel tersebut adalah linear. 2. Persepsi siswa antara Kompetensi Guru PAI terhadap Hasil Belajar Siswa (X1-X3) memiliki nilai Sig sebesar 0,110 > 0,05 yang berarti kedua hubungan antar variabel tersebut adalah linear. 3. Persepsi siswa antara Proses Pembelajaran Aktif (PAKEM) terhadap Hasil Belajar Siswa (X2-X3) memiliki nilai Sig sebesar 0,295 > 0,05 yang berarti kedua hubungan antar variabel tersebut adalah linear. Dengan linearnya data antar variabel tersebut, maka penulis melanjutkan dari uji prasyarat, menjadi uji hipotesis. 4. Uji Hipotesis Hipotesis dapat dikatakan sebagai jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan, maka dari itu pengujian hipotesis diperlukan guna menjawab kebenaran tersebut secara empirik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan teknik korelasi sederhana untuk hipotesis yang pertama, kedua, sedangkan untuk hipotesis ketiga menggunakan teknik regresi ganda. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pada penelitian ini, hipotesis nya adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan Hasil Belajar PAI di SMPN 49 Jakarta Pada asumsi tersebut, hipotesis nya adalah : Ho: ρ = 0,05 Ha : ρ > 0,05 Ho : Tidak terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi Guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI SMPN 49 Jakarta. Ha : Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap Kompetensi Guru PAI , proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI SMPN 49 Jakarta.
138
Uji hipotesis yang pertama ini digunakan dengan bantuan SPSS IBM 22, agar dapat memudahkan penulis dalam menghitung data, dan menganalisa terhadap hasil data yang telah di hitung tersebut, adapun hasil data penelitian, akan dipaparkan sebagai berikut, pada tabel di bawah ini : Tabel 4.12 Hubungan antara persepsi siswa terhadapXI (Kompetensi guru PAI), X2 (Proses Pembelajaran Aktif) dan X3 ( Hasil Belajar PAI) Correlations X1 X1
Pearson Correlation
X2
X3
,589**
,606**
,000
,000
132
132
132
,589**
1
,776**
1
Sig. (2-tailed) N X2
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,000
N
132
132
132
,606**
,776**
1
Sig. (2-tailed)
,000
,000
N
132
132
Pearson Correlation
,000
132
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Intepretasi data : 1. Dari output hasil data di atas, dapat diketahui antara X1 (persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan X2 (proses pembelajaran aktif) nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan. 2. Dari output hasil data di atas, dapat diketahui antara X1 (persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan X3(hasil belajar PAI) nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan.
139
3. Dari output hasil data di atas, dapat diketahui antara persepsi siswa terhadap X2 (proses pembelajaran aktif) dengan X3 (hasil belajar PAI) nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan. Berdasarkan hasil data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara persepsi siswa terhadap kompetemsi guru, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI siswa di SMPN 49 Jakarta. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai Sig yang dibawah 0,000 < 0,05 yang menandakan terdapat hubungan yang berarti antara kedua variabel. Disamping itu, berikut nilai r nya : Tabel 4.13 Hubungan antara persepsi siswa terhadapXI (Kompetensi guru PAI), X2 (Proses Pembelajaran Aktif) dan X3 ( Hasil Belajar PAI) No 1
2
3
Variabel Persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan proses pembelajaran aktif ( X1 – X2) Persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan hasil belajar PAI (X1-X3) Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif dengan hasil belajar PAI (X2-X3)
R 0,589
Ket Berkorelasi
0,606
Berkorelasi
0,776
Berkorelasi
Berdasarkan tabel 4.13, dapat di analisa bahwa : 1. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan proses pembelajaran aktif ( X1 – X2) terdapat nilai r sebesar 0,589 yang menandakan adanya korelasi terhadap kedua variabel tersebut. 2. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI dengan hasil belajar PAI (X1-X3) terdapat nilai r sebesar 0,606 yang menandakan adanya korelasi terhadap kedua variabel tersebut.
140
3. Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran aktif dengan hasil belajar PAI (X2-X3) terdapat nilai r sebesar 0,776 yang menandakan adanya korelasi terhadap kedua variabel tersebut. Dari uji statistik korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI dapat disimpulkan dengan tolak Ho berarti terima Ha dengan kesimpulan hipotesis “Terdapat hubungan positif antarapersepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan hasil belajar PAI di SMPN 49 Jakarta”. D. Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Hubungan Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru PAI (X1) dengan (X2) Proses Pembelajaran Aktif di SMPN 49 Jakarta Musfah (2015, h. 27), mengatakan kompetensi keguruan yakni kumpulan keempat kompetensi seperti pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional yang harus dimiliki oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang efektif. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki guru tersebut, pada dasarnya diperlukan untuk mendidik peserta didik dan membentuk pola-pola tingkah laku yang karimah kepada peserta didik. Karena mengingat penting nya kompetensi keguruan yang wajib dimiliki oleh tiap-tiap guru, maka menurut Hasyim dan Asep (2014, h. 57) dalam jurnal “Tarbiya Vol1, No. 1” berpendapat ada beberapa hal yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengembangkan kompetensi keguruan, diantaranya adalah dalam bentuk pelatihan, seminar, dan workshop. Proses pembelajaran yang baik, sebenarnya sudah termaktub dalam PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 pemerintah menyatakan, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Pembelajaran akan menjadi efektif jika guru sudah mampu membuat proses pembelajaran menjadi aktif learning, murid lebih berperan aktif pada proses pembelajaran tersebut, dengan demikian tujuan pembelajaran dalam pembentukan insan kamil akan mudah dicapai. Jika dalam proses pembelajaran yang berlangsung, siswa turut melakukan pengamatan, mengkomunikasikan lewat diskusi atau bertanya
141
dan menjawab, kemudian terjadi respon hingga siswa tersebut berinteraksi dan merefleksikan melalui kesimpulan dan evaluasi, maka sudah dipastikan hasil dari tujuan pembelajaran itu akan tercapai, karena siswa telah turut aktif dalam menjalankan segenap kegiatan aktif pada saat pembelajaran. Dari hasil data di atas, diketahui r nya berjumlah 0,589, semakin dekat ke angka 1 nilai r korelasi, maka semakin kuat hubungannya. Di samping itu, nilai sig pada tabel 4.12 adalah 0,000 < 0,005 yang menunjukan hasil tersebut memiliki nilai keberartian, terdapat hubungan antara kompetensi guru PAI dengan proses pembelajaran aktif di SMPN 49 Jakarta. 2.
Hubungan Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru PAI (X1) dengan Hasil Belajar PAI (X3) di SMPN 49 Jakarta Menurut Zulfahmi (2013, h. 278) merupakan dasar yuridis formal tentang ketentuan guru perlu menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Menurut Depdiknas (2009, h. 1) PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Proses pembelajaran yang baik, sebenarnya sudah termaktub dalam PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 pemerintah menyatakan, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Pembelajaran akan menjadi efektif jika guru sudah mampu membuat proses pembelajaran menjadi aktif learning, murid lebih berperan aktif pada proses pembelajaran tersebut, dengan demikian tujuan pembelajaran akan mudah didapat. Jika dalam proses pembelajaran yang berlangsung, siswa turut melakukan pengamatan, mengkomunikasikan lewat diskusi atau bertanya dan menjawab, kemudian terjadi respon hingga siswa tersebut berinteraksi dan merefleksikan melalui kesimpulan dan evaluasi, maka sudah dipastikan hasil dari tujuan pembelajaran itu akan tercapai, karena siswa telah turut aktif dalam menjalankan segenap kegiatan aktif pada saat pembelajaran. Adanya pengembangan diri, pengembangan kemampuan mengajar dan pengembangan keterampilan mengajar, diharapkan seorang guru tersebut mampu setidaknya bukan hanya sekedar transfer of knowledge, melainkan guru itu juga mampu memberi suri tauladan yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan Rosulullah SAW terhadap umatnya
142
di dalam mendidik hingga umat dan sahabat-sahabat beliau dapat tumbuh kembang menjadi insan kamil yang dapat berguna bagi agama, keluarga serta bangsanya. Dari hasil data di atas, diketahui r nya berjumlah 0,606, semakin dekat ke angka 1 nilai r korelasi, maka semakin kuat hubungannya. Di samping itu, nilai sig pada tabel 4.12 adalah 0,000 < 0,005 yang menunjukan hasil tersebut memiliki nilai keberartian, terdapat hubungan antara kompetensi guru dengan hasil belajar PAI di SMPN 49 Jakarta. 3.
Hubungan Persepsi Siswa terhadap (X2) Proses Pembelajaran Aktif dengan Hasil Belajar PAI (X3) di SMPN 49 Jakarta Guru yang memiliki kompetensi saja belum cukup untuk menaikan hasil belajar siswa menjadi lebih baik, maka diperlukan teknik guru yang baik dan cakap dalam mendidik agar siswa dapat menjadi insan kamilah sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pendidikan Islam.Proses pembelajaran amat penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dalam hal ini kognitif siswa. Siswa akan amat mudah menyerap ilmu pengetahuan dengan maksimal jika pembelajaran itu tidak membosankan. Dalam hadist Nabi, menurut Zaini dan Muhaimin (1991, h. 49) juga disebutkan bahwa seseorang yang membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik dan benar maka akan memperoleh kebaikan. Sedangkan dalam kaitannya dengan kebiasaan belajar yang baik dan benar, yang diperoleh siswa adalah keberhasilan belajarnya yaitu ditunjukkan dengan prestasi yang tinggi. Dari hasil data di atas, diketahui r nya berjumlah 0,776, semakin dekat ke angka 1 nilai r korelasi, maka semakin kuat hubungannya. Di samping itu, nilai sig pada tabel 4.12 adalah 0,000 < 0,005 yang menunjukan hasil tersebut memiliki nilai keberartian, terdapat hubungan antara proses pembelajaran aktif dengan hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta.Dengan demikian, hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat berkesinambungan, artinya guru yang memiliki kompetensi, sudah tentu ia akan bisa melakukan pembelajaran yang baik, ia akan bisa menerapkan proses pembelajaran aktif (PAKEM), siswa yang diajar dengan model pembelajaran PAKEM, sudah tentu hasilnya bagus, karena siswa dituntut belajar aktif, kreatif dengan hasil yang efektif dan diajarkan dengan cara yang menyenangkan.
143
Pembelajaran yang diawali dengan motivasi, dan menyenangkan, sudah tentu akan menarik hati siswa, dan guru akan mendapat perhatian dari siswa, dengan adanya perhatia tersebut, guru akan mudah mendidik dan mentransfer materi pelajaran dan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan. Jika proses pembelajaran nya sudah baik, metode yang digunakan nya sudah sesuai dengan kebutuhan siswa, maka hasil belajar siswa akan meningkat, meningkatnya hasil pembelajaran dalam agama Islam, dapat dicirikan dengan, semakin bertakwa nya seseorang dan menjalankan perbuatan baik serta menjauhi perbuatan yang tidak mencerminkan agama Islam.
E. Keterbatasan Penelitian Walaupun penelitian korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru PAI, proses pembelajaran aktif dan Hasil Belajar PAI di SMPN 49 Jakarta sudah mengikuti standar prosedur penelitian, namun penulis menyadari masih ada kekurangan-kekurangan dalam proses penelitian, penulis berharap penelitian ini dapat disempurnakan oleh penulis lain yang meneliti dengan judul yang sama, keterbatasan penelitian ini antara lain : 1. Penelitian ini hanya membahas faktor-faktor positif yang mempengaruhi hasil belajar siswa, sedangkan secara objektif, masih ada faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, seperti motivasi belajar, reward dan lain-lain. 2. Penelitian ini menggunakan angket dalam memperoleh data penelitian, jawaban nya pun terbatas oleh lima opsi pilihan, mungkin ada jawaban lain dari responden, sebagai penjelasan dari pertanyaan penelitian. 3. Meskipun data hasil penelitian ini telah diujikan validitas dan reliabilitas, namun tetap saja masih ada kelemahan-kelemahan dalam pengisian angket, diantaranya masih adanya jawaban yang tidak jujur dalam pengisian, responden kurang luas dalam menjawab dan lain-lain. 4. Penulis memiliki keterbatasan dalam keilmuan, kurangnya pengetahuan serta waktu dan biaya yang kurang, Keterbatasan penelitian ini merupakan faktor manusiawi yang timbul dari diri penulis, namun segala prosedur dan masukan-masukan dalam
144
perbaikan penulisan karya ilmiah ini sudah dilakukan, guna menjadi lebih baik lagi hasil dari penelitian ini, dan semoga menjadi bermanfaat bagi khazanah keilmuan. Semoga dalam keterbatasan penelitian ini, akan ada peneliti-peneliti lain yang menyempurnakannya, hingga khazanah keilmuan akan semakin berkembang.
F. Diskusi Hasil Pada penelitian ini, temuan dari hasil analisis data di atas, menunjukan bahwa guru PAI yang memiliki empat kompetensi keguruan, yakni pedagogik, Kepribadian, sosial, dan profesional., sudah dipastikan ia mampu mengajar dengan menggunakan model pembelajaran aktif seperti PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Karena, hasil belajar siswa dapat meningkat jika guru tersebut mampu mengajar dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM, model pembelajaran ini membimbing murid untuk aktif dalam belajar, guru juga cakap dalam berkreatif menciptakan pembelajaran yang tidak menjenuhkan, efektif dan menyenangkan dalam penyampaian materinya. Ketika murid sudah merasa senang dalam belajar, maka dapat dipastikan hasil belajarnya akan bertambah baik, sebaliknya, jika murid merasa jenuh dalam belajar, maka kemungkinan hasil belajarnya kurang baik, dan tidak ada peningkatan. Hasil temuan ini hampir senada dengan hasil penelitian tesis yang ditulis oleh Saepul Anwar dalam judul “Studi Realitas Tentang Kompetensi Kepribadian Guru PAI SMA di kabupaten Bandung Barat”. Beliau menyimpilkan bahwa guru PAI yang memiliki kompetensi keguruan, mereka mampu mendidik dengan berinovatif, kreatif dalam memajukan kualitas pendidikan. Hasil temuan yang ditulis oleh Syaiful Anwar tersebut menerangkan bahwa guru PAI yang memiliki kompetensi keguruan, mereka mampu mengkonsep pembelajaran dengan baik dan kreatif sehingga murid tidak jenuh dalam belajar, murid juga merasa nyaman dalam bereksplorasi ilmu pengetahuan hingga bersosialisasi dengan gurunya. Dengan demikian hasil belajar murid akan meningkat. Tesis yang ditulis oleh Arlina dengan judul “Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam”. Adapun hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berkut :
145
Terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran koperatif learning dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar PAI, adapun nilai (R) = 0,665, dan R square = 0,442, berarti sekitar 44,2% hasil belajar PAI dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran koperatif dan motivasi belajar siswa.Hasil temuan pada tesis Arlina tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat jika guru mampu berinovatif dalam mengajar, diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning yang dipadukan dengan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa yang diterangkan oleh Arlina, yakni memberikan stimulus, dan mengarahkan siswa akan semangat dalam belajar, demi menggapai cita-cita, dengan demikian motivasi belajar siswa dapat muncul. Disamping tesis Saipul dan Arlina, ada pula temuan tesis yang ditulis oleh Eko Nursalim dengan judul“ Studi Korelasi Antara Kreatifitas Guru PAI dan Pembelajaran Kooperatif dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam”, adapun hasil penelitian diperoleh sebagai berikut :Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kreatifitas guru PAI dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi hasil belajar siswa. Hasil ini dapat dilihat dari hasil uji F = 6,792 dengan taraf signifikansi 0,01 (Ftabel = 2,904) dan pada uji regresi ganda (F reg = 5,216) dengan taraf signifikansi 0,05 (F tabel = 3,287) dan memberikan sumbangan efektif 25% terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.Hasil temuan tesis yang ditulis Eko menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa dapat meningkat jika guru mampu berkreatif dalam mengajar, diringi pemilihan model pembelajaran yang tepat seperti kooperatif learning, menurut beliau, ada peningkatan sekitar 25% prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di sekolah. Hasil temuan tesis yang ditulis oleh masing-masing mahasiswa terkait hasil belajar, dan kompetensi guru ternyata mereka memiliki kesimpulan yang sama, yakni guru yang memiliki empat kompetensi keguruan, sudah dipastikan mereka mampu berinovatif, kreatif dalam mengajar, termasuk pemilihan model pembelajaran terkait materi ajar. Karena model pembelajaran yang tepat sudah dipastikan memudahkan guru dalam mengajar, dan menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian pada bab 4, maka kesimpulan pada penelitian “Hubungan Persepsi Siswa antara Kompetensi Guru PAI, Proses Pembelajaran Aktif dan Hasil Belajar PAI di SMP Negeri 49 Jakarta” dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Hubungan persepsi siswa antara X1 (Kompetensi Guru PAI) dengan X2 (proses pembelajaran aktif) adalah signifikan, artinyaguru PAI yang memiliki kompetensi keguruan, maka mampu melaksanakan proses pembelajaran aktif (PAKEM). 2.
Hubungan persepsi siswa antara X1 (Kompetensi Guru PAI) dengan X3 (hasil belajar PAI) adalah signifikan, artinya guru PAI yang memiliki kompetensi keguruan, maka mampu meningkatkan hasil belajar PAI siswa.
3.
Hubungan persepsi siswa antara X2 (proses pembelajaran aktif) dengan X3 (hasil belajar PAI) adalah signifikan, artinya guru yang mengajar dengan menggunakan proses pembelajaran aktif (PAKEM), maka mampu meningkatkan hasil belajar PAI siswa.
Guru PAI yang memiliki empat kompetensi keguruan, sudah dipastikan mereka mampu mengajar dengan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, hingga hasil belajar siswa akan meningkat. Ketika siswa sudah merasakan senang dalam belajar, maka dipastikan mereka tambah semangat dalam belajar, dan sebagaimana hasil temuan analisis data di atas, hasil belajar siswa dapat meningkat jika guru memiliki 4 kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional), serta dapat menjalankan proses pembelajaran aktif (PAKEM)
B. Implikasi Guru PAI yang memiliki kompetensi keguruan, sudah tentu dapat menerapan Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam proses pembelajaran PAI, penggunaan PAKEM mendapatkan respon yang positif bagi siswa dan guru, proses pembelajaran ini memiliki potensi untuk dikembangkan agar siswa dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam mengikuti pembelajaran. Dalam proses pembelajaran PAKEM, guru sudah pasti harus menjadi pendidik yang menyenangkan dalam mengajar, murid akan
146
147
merasa senang jika cara mengajar sang guru dapat menyenangkan, tanpa membuat rasa takut dalam mengajar. Bagi siswa, penggunaan pembelajaran PAKEM ini sangat menyenangkan, disamping siswa dituntut untuk aktif, siswa juga dapat bereksplorasi mencari tahu jawaban atas tugas yang guru berikan, siswa aktif berdiskusi dan menanyakan hal yang belum ia ketahui, khusus nya pada mata pelajaran agama Islam, selain itu guru juga dapat mengetahui permasalahan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan hasil data penelitian yang diketahui di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Untuk Sekolah Kompetensi Guru PAI dan Proses pembelajaran aktif (PAKEM) merupakan salah satu faktor dominan dalam penelitian ini, dan dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat, maka sepatutya SMPN 49 Jakarta terus menerapkan proses pembelajaran aktif dengan maksimal, agar siswa dapat berkembang hasil belajarnya, khusus nya pada bidang keagamaan. Kompetensi guru sudah termaktub dalam PP No. 19 Tahun 2005, maka sudah sepatutnya guru terus berinovasi agar semakin meningkat kompetensi, skill dan pengetahuannya sebagai pendidik, hal tersebut jika dipadukan dengan proses pembelajaran yang aktif, maka sangat berimplikasi memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk hasil belajar kognitif anak.Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan lembaga sekolah agar dapat terus berlomba-lomba meningkatkan prestasi akademik peserta didiknya. 2. Untuk Orang Tua dan lingkungan pendidikan Pada penelitian ini, jelas hubungan pendidik dengan orangtua harus harmonis dalam rangka sama-sama memajukan prestasi hasil belajar anak, Adanya komunikasi antara pendidik dan orangtua dapat mencerminkan kepedulian lingkungan pendidikan dalam mensukseskan pendidikan pada anak-anak mereka, sudah sepatutnya SMPN 49 Jakarta menjaga hubungan baik nan harmonis tersebut. 3. Untuk Pemerintah Pemerintah selaku pimpinan yang mengatur, mengorganisir dan memplaning apa yang menjadi tugasnya, sepatutnya terus mengembangkan kompetensi guru yang berada di bawah binaannya, Masih banyak sekolah-sekolah yang minim akan sarana prasarana, maupun skill para pendidiknya, maka pelatihan-
148
pelatihan merupakan jalur yang cukup baik dalam meningkatkan performa dari guru tersebut. Karena Pendidikan merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik. (Langgulung, 1986, h. 32). Kemampuan-kemampuan yang dimiliki guru tersebut, pada dasarnya diperlukan untuk mendidik peserta didik dan membentuk pola-pola tingkah laku yang karimah kepada peserta didik. Adanya pengembangan diri, pengembangan kemampuan mengajar dan pengembangan keterampilan mengajar, diharapkan calon seorang guru tersebut mampu setidaknya bukan hanya sekedar transfer of knowledge, melainkan guru itu juga mampu memberi suri tauladan yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan Rosulullah SAW terhadap umatnya di dalam mendidik hingga umat dan sahabat-sahabat beliau dapat tumbuh kembang menjadi insan kamil yang dapat berguna bagi agama, keluarga serta bangsanya. 4. Untuk Peneliti Selanjutnya Menurut dasar teori yang membahas hasil belajar siswa, ternyata benar bahwa kompetensi guru dan proses pembelajaran aktif sangat kuat pengaruhnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMPN 49 Jakarta yang kemudian menjadi contoh sampel penelitian. Selanjutnya penulis masih berkeyakinan kuat bahwa masih ada lagi variabel-variabel lain yang perlu diteliti dan dianalisa terkait hasil belajar siswa ini, Semoga peneliti-peneliti lain dapat meneruskan hasil temuan ini, dan memperbaik serta berinovasi demi kemajuan duni pendidikan kita, Indonesia. Selanjutnya, penulis berharap agar peneliti lain dapat menemukan teori baru mengenai langkah jitu agar hasil belajar siswa dapat terus meningkat dengan mudah, penulis berkeyakinan bahwa ilmu itu luas dan masih banyak ilmu Allah yang belum diketahui manusia, selama terus berusaha dan berkeinginan untuk bertafakkur fiddin wal ilm‟ penulis yakin seiring berkembangnya ilmu pengetahuan di Indonesia, semakin banyak pula generasi-generasi penerus yang pandai dan berilmu luas. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita dan memberikan kreatifitas kepada kita hingga akan mucul kelak ilmuan-ilmuan Indonesia yang mampu membawa nama harum keluarga, agama dan negara.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, T. (1992) IlmuPendidikan dalam Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya.
Bandung:
Ahmadi, Abu (1993) Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses. Solo: Anaka, Anwar, S, (2011). Studi Realitas Tentang Kompetensi Kepribadian Guru PAI SMA di Kabupaten Bandung Barat : Jurnal Pendidikan Agama Islam, Ta‟lim,Vol. 9, No. 2, 2011, Arifin, H.M (2009), Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner Jakarta: PT Bumi Aksara. Arifin, Z (2009), Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Arikunto. S, (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.. Jakarta: PT Rineka Cipta. Asy‟ari, H & Ediana, A (2014) “ Profil Profesionalisme Guru MadrasahIbtidaiyah Unggulan di Jakarta Selatan” , Jurnal TARBIYA, Vol I, No. , Juni 2014. Ayeni, Adeolu Joshua, (2012),Assessment of Principals„ Supervisory Roles for Quality Assurance In Secondary Schools in Ondo State, Nigeria : World Journal of Education Vol. 2, No. 1. Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.Jakarta Bahreisj, H, (t.t) AL. Jami‟ush Shahih Hadits Shahih Bukhari-Muslim. Surabaya: CV Karya Utama. Bonwell, Charles C. & James A. Eison 2010. “Active learning: creating excitement in the classroom”. http://www. ntlf.com/. (Diunduh 30 Mei 2016). Depdikbud, (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Depdiknas. 2009. ”PAKEM (1)”. http://eduarticles. com/ (Diunduh 01 Juni 2016). Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2016).
149
150
Djamaluddin, H & Aly, A. (1999), Bandung: CV Pustaka Setia.
Kapita Selekta Pendidikan Islam
Drost. J & Sunario. A (2008), Memudahkan Anak Belajar: Makalah disampaikan dalam seminar “Pengembangan Pola Pikir Efektif, Tantangan Orangtua Menghadapi Pendidikan Anak, Jakarta 5 Juni 1996. Fathurrohman, P dan Sutikno, S (2007), Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama. Fattah, Mustamin, (2013).Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Arab Madrasah Aliyah se-Kota Samarinda : Jurnal Fenomena, Volume V, No. 1. Gie, The Liang (1995) Cara Belajar yang Efisien Jilid II. Yogyakarta: Liberty. Ghozali, Imam (2012) Apliaksi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS, Semarang: UNDIP Habibah, Umi. (2012). Penerapan Model PAIKE untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajat Matematika Materi Pokok Bangun Datar pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hikmah Krandon Kota Tegal. lib.unnes.ac.id (14 Maret 2014). Hamalik, O. (2009), Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamalik, O. (2014), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hasibuan Marinasari F, (2014)Penjabaran Kompetensi Guru Berdasarkan Tiga Kecerdasan (IESQ) dan Urgensinya Di Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas : Jurnal IESQ, Vol. 2. Indrawan WS, (t.t), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Media.
Jombang: Lintas
Isnaini, Muhammad, (2001), Profesionalitas dan Peranan Lembaga Pendidikan (Ta‟dib). Palembang: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang. Jalaluddin, H. (2002) Teologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo. Kartilawati dan Mawaddatan Warohmah, (2014),Profesionalisme Guru PAI di
151
Era Teknologi Informasi dan Komunikasi : Jurnal Ta‟dib ,Vol. XIX, No. 01. Kadir, (2016), Statistika Terapan : Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Khairunnisa, (2012). Profil Kompetensi Guru PAI SMPN Kota Bekasi : Jurnal Tarbawi, Vol. 1, No. 3. Kunandar. (2007), Guru ProfesionalImlementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Langgulung, H. (1986), Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologis dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Mahfud, R. (2011) Al-Islam Pendidikan Agama Islam Jakarta: Erlangga. Masitoh dan Laksmi Dewi.(2009) .Strategi Pembelajaran. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Mudlofir, A. (2012), Pendidik Profesional: Konsep, Strategis dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Muhaimin. (2008)Paradigma Pendidikan Islam Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhaimin, (2002), Paradigma Pendidikan Islam Upaya Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mujib, A & Mudzakir, J. (2008), Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Kencana. Mulyani MT, (2011) . Perbedaan Kompetensi Guru PAI (Studi Kompentensi Guru PAI Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi di MTs Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan): Jurnal Analisa Volume XVIII, No. 02. Mulyasa, E (.2006) .Kurikulum yang Disempurnakan: pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar .Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa, E. (2006), Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
152
Mulyasa,E (2005) Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK Bandung : Rosdakarya. Musfah, J. (2015), Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan &Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana. Muslich, M. (2007). Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nata, A, (1997),Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Nata, A. (2012), Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nata, A. (2014), Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ni‟am, A. (2006), Membangun Profesionalitas Guru : Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: Elsas. Nizar, S. (2001), Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama. Payong, M, R. (2011), Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya. Jakarta: PT Indeks. Poerwodarminto, W. J. S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Puluhulawa, Citro. W (2013), Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Meningkatkan Kompetensi Sosial Guru : Jurnal Makara Seri Sosial Humaniora,, Vol. 17, No. 2. Purwanto, N. (2009) Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purwanto, Ngalim, M (2000) Psikologi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya, Rachmawati, T dan Daryanto (2015),Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media. Ramayulis. (2015), Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kalam Mulia.
153
Riyanto, Y. (2009), Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. S. Nasution, (2008), Metode ResearchPenelitian Ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara. Sedarmayanti dan Hidayat, S. (2011), Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju. Sekaran, U (2000), Metodelogi Penelitian. Jsksrts: Salemba Empat Sembiring, M.G. (2009). Mengungkap rahasia dan tips manjur: Menjadi guru sejati. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. Sjahminan Zaini dan Muhaimin, (1991) Belajar Sebagai Pengembangan Fitrah Manusia . Jakarta: Kalam Mulia.
Sarana
Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta : Rineka cipta. Spencer, Lyle M and Spencer, Signe M, (1993), Competence at Work, Models for Superior Performance, John Wiley & Sons, Inc. Toronto, Canada,. Sudijono, A. (2000), Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Rajawali Pers Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta. Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta Sukmadinata, N,S. (2006), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suparno, Paul. (2005 ), Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Yogyakarta: PT. Gramedia Widia Sarana. Syah, Muhibbin (1999) Psikologi Belajar. Jakarta: Logos. Tafsir, A. (2010), Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tim Pustaka Familia, (2006),pr dan pelajaran sulit bisa menyenangkan, Yogyakarta, penerbit kanisius. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia.
154
Jakarta: Balai Pustaka Tumanggor, R. (2014), Ilmu Jiwa Agama (The Psychology of Religion). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Uhbiyati, N. (1997) Bandung.
Ilmu Pendidikan Islam 2. Bandung: Pustaka Setia
Uno, H.B. (2010), Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Yamin, M. (2004), Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press. Zulfahmi, HB (2013), Indikator Pembelajaran Aktif Dalam Konteks Pengimplementasian Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM): Jurnal Al-Ta‟lim, Jilid 1, Nomor 4 Februari.
155
Lampiran 1
Angket Kompetensi Guru PAI di SMPN 49 Jakarta
Petunjuk pengisian : 1. Beri tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda benar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. 2. Untuk kategori SS = Sangat setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu atau tidak tahu, TS = Tidak setuju, STS = Sangat tidak setuju. 3. Isilah dengan jujur. 4. jawaban anda terjamin kerahasiaannya, dan tidak ada satu instansi manapun yang mengetahuinya kecuali peneliti.
-------------------------------------------------------------------------------Berilah tanda (x) pada salah satu jawaban di bawah ini yang menurut anda benar dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. No
Angket
Jawaban SS
1 2 3 4 5
6 7 8 9
Sebelum pelajaran dimulai, guru PAI membimbing berdo’a terlebih dahulu Siswa merasa senang pada saat pelajaran PAI Siswa membaca tadarus Al-Qur’an yang diselenggarakan guru PAI Banyak metode yang dilakukan siswa pada saat pelajaran PAI Siswa menggunaan media pembelajaran seperti LCD, Poster, Juz Amma dll pada saat pelajaran PAI Pada saat pelajaran PAI, guru menjelaskan materi dengan baik dan tenang Siswa diberikan motivasi pada saat pelajaran PAI Pelajaran PAI dimulai dengan tenang dan nyaman Siswa diberikan soal pada pelajaran PAI
S
R
TS
STS
156
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
dengan cara yang menyenangkan Siswa diberikan bimbingan dalam baca tulis Al-Qur’an Siswa diberikan bimbingan pada eskul/ rohis keagamaan Guru PAI bersikap ramah Siswa merasa senang ketika guru PAImengajar dikelas Guru PAI menunjukan rasa bahagia ketika berada di sekolah Siswa menhormati guru PAI Siswa diarahkan pada kegiatan keagamaan Siswa senang berdiskusi dengan guru PAI Guru PAI tegas dan santun Guru PAI bersedia diajak diskusi dengan para siswa Guru PAI menjaga kebersihan dirinya Guru PAI berkata jujur Guru PAI suka menolong kepada siswa ataupun lainnya Tidak ada sampah dilingkungan sekolah Siswa menjawab salam ketika bertemu dengan guru PAI Guru PAI berkomunikasi akrab dengan guru lain Guru PAI berkomunikasi akrab dengan sebagian wali murid Banyak yang menghadiri acara keagamaan di sekolahan Guru PAI membangun kerja sama dengan guru-guru lain dalam berbagai kegiatan Guru PAI menjalankan silaturahmi dengan wali murid Guru PAI bersikap penyayang Siswa megetahui beberapa contoh yang diuraikan saat pelajaran PAI Guru PAI berpengetahuan luas
157
Lampiran 2
Angket Proses Pembelajaran Aktif
Petunjuk pengisian : 1. Beri tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda benar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. 2. Untuk kategori SS = Sangat setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu atau tidak tahu, TS = Tidak setuju, STS = Sangat tidak setuju. 3. isilah dengan jujur. 4. jawaban anda terjamin kerahasiaannya, dan tidak ada satu instansi manapun yang mengetahuinya kecuali peneliti.
-------------------------------------------------------------------------------Berilahtanda (x) padasalahsatujawaban di bawahini menurutandabenardansesuaidengankeadaan yang sebenarnya. No
Angket
Jawaban SS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Siswa berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai Siswa mengetahui tujuan pembelajaran Siswa merasa senang mempelajari pelajaran PAI Siswa semakin rajin dalam mengerjakan PR Siswa mencatat isi dari materi pelajaran PAI Siswa belajar dengan antusias Siswa melakukan tanya jawab saat pelajaran dimulai Siswa mudah paham ketika guru mengajar Siswa mencatat pelajaran PAI Siswa pandai mempraktekan kegiatan keagamaan. Siswa mampu belajar mandiri setelah mendapat pengarahan dari guru PAI Siswa melakukan diskusi
yang
S
R
TS
STS
158 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Siswa membentuk kelompok diskusi Siswa merasa sulit dalam memahami pelajaran PAI Siswa mengamati proses belajar dengan baik Siswa menggunakan media dalam belajar Siswa suka bercanda ketika pelajaran dimulai Siswa mengetahui hasil kesimpulan guru PAI Siswa membahas hasil diskusi bersama Siswa tanya jawab berkenaan hasil diskusi Siswa meannyakan pelajaran yang belum mengerti Siswa menanggapi pembahasan guru PAI Siswamenghubungkan pelajaran PAI dengan sikap perbuatan baik Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan mudah dimengerti Siswa ditegur jika ada yang bercanda di kelas pada saat belajar Siswa mengerjakan tugas yang ada di buku pelajaran Siswa diberi tugas kelompok Guru membahas PR di sekolah Guru memberikan tugas untuk materi selanjutnya Siswa mengakhiri pelajaran PAI dengan berdoa Siswa diberi hafalan yang berkaitan dengan materi pelajaran Siswa mengucapkan salam pada akhir pelajaran
159 Lampiran 3
SOAL Pendidikan Agama Islam Petunjuk pengisian : 1. Beri tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda benar dan sesuai. 2. Untuk kategori SB = Sangat Benar, B = Benar, R = Ragu-ragu atau Tidak Tahu, TB = Tidak Benar, STB = Sangat Tidak Benar. 3. isilah dengan jujur, tidak mencontek dan sesuai dengan pengetahuan anda
-------------------------------------------------------------------------------Berilah tanda (x) pada salah satu jawaban di bawah ini yang menurut anda benar dan sesuai. No
Soal
Jawaban SB
1 2 3 4 5
6
Kitab suci Al-Qur’an diturunkan ke bumi dengan menggunakan bahasa Suryani Turunnya kitab suci Taurat di Gua Sur Salah satu Nabi yang menerima Suhuf adalah Nabi Muhammad SAW Wahyu pertama dalam Al-Qur’an yang turun adalah surat Al-Maidah ayat 3 Wahyu Al-Qur’an pertama kali turun dengan cara ketika Rasulullah berkhalwat di bukit sina Malam turunnya Al-Qur’an disebut sebagai Lailatul Qodri
7
Shalatyangdilakukan mengiri shalat wajibadalah solat Rowatib
8
Shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu, yang dilakukan SEBELUM shalat fardu disebut shalat sunnah Ba’diyah Shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu, yang dilakukan SESUDAH shalat fardu disebut shalat sunnahQobliyah
9
10
JumlahrakaatShalatSunahRawatib yang muakkad dalamseharisemalamsebanyak 11 Rokaat
11
Shalat memohon petunjuk, agar mendapatkan solusidaripermasalahan yangsedangdihadapi adalah shalat Istikhoroh Śalat TahiyatulMasjid,dilaksanakan secara berjamaah dengan beberapa orang Sholat dhuhah minimal dikerjakan sebanyak
12 13
B
R
TB
STB
160
14
15 16
3 rokaat Śalat sunnahyangdapatdilaksanakan secaraberjama’ah adalah tarawih, Istisqo dan jenazah ŚalatIdul Adhadilaksanakan padapagi hari tanggal 10 dzulhijjah Padawaktu melaksanakanśalattasbih, jumlah seluruh bacaan tasbih adalah 200
17
18 19 20 21 22 23
Pada lafadz di atas, merupakan niat solat gerhana bulan Berikut macam-macam sujud, yakni sujud syukur, sujud tilawah dan sujud qiro’ah Injil artinya adalah puji-pujian Jika seseorangterhindardarikecelakaan maut, maka dianjurkan melakukan sujud sahwi Sujud yang dilakukan apabila orang lupa rukun salatdisebutsujud tilawah Sujud sahwi dilakukan sebanyak 4 kali Apabila siswa mendapatkan info lulus Ujian Nasionalmaka dianjurkan sujud syukur dan sujud sahwi
24
Hal yang menyebabkan Sujud Sahwi diantaranya adalah ketika lupa solat rowatib
25 26
Hukum melakukan sujud sahwi adalah wajib
27
28 29 30 31 32
Śalat sunnah mu’akad adalah śalat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan śalat sunnah ghairu mu’akad adalah śalat sunnah yang tidak terlalu dianjurkan untuk dikerjakan
Kitab suci yang turun ketika masa kerajaan raja Namrudz adalah kitab Taurat Kitab yang berisikan hukum dan syariat adalah kitab Zabur Iman kepada kitab Allah merupakan rukun Iman yang ke-5 Solat sunnah rowatib dapat dilakukan sebelum dan sesudah solat jum’at Solat sunnah gerhana bulan dapat dilakukan ketika melihat gerhana bulan
161 Lampiran 4
Hasil Uji Validitas variabel
yakni kompetensi guru
No. Soal r Hitung 1 0.418
r Tabel > 0.374
Keterangan Item soal valid
2
0.212
< 0.374
Item soaltidak valid
3
0.085
< 0.374
Item soaltidak valid
4
0.472
> 0.374
Item soal valid
5
0.415
> 0.374
Item soal valid
6
0.196
< 0.374
Item soaltidak valid
7
0.322
< 0.374
Item soaltidak valid
8
0.654
> 0.374
Item soal valid
9
0.629
> 0.374
Item soal valid
10
0.822
> 0.374
Item soal valid
11
0.847
> 0.374
Item soal valid
12
0.624
> 0.374
Item soal valid
13
0.468
> 0.374
Item soal valid
14
0.510
> 0.374
Item soal valid
15
0.182
< 0.374
Item soaltidak valid
16
0.769
> 0.374
Item soal valid
17
0.697
> 0.374
Item soal valid
18
0.429
> 0.374
Item soal valid
19
0.288
< 0.374
Item soaltidak valid
20
0.530
> 0.374
Item soal valid
21
0.600
> 0.374
Item soal valid
22
0.728
> 0.374
Item soal valid
23
0.764
> 0.374
Item soal valid
162 24
0.169
< 0.374
Item soaltidak valid
25
-0.006
< 0.374
Item soaltidak valid
26
0.484
> 0.374
Item soal valid
27
-0.026
< 0.374
Item soaltidak valid
28
0.427
> 0.374
Item soal valid
29
0.270
< 0.374
Item soaltidak valid
30
0.337
< 0.374
Item soaltidak valid
31
0.345
< 0.374
Item soaltidak valid
32
0.407
> 0.374
Item soal valid
33
0.337
< 0.374
Item soaltidak valid
34
0.719
> 0.374
Item soal valid
35
0.799
> 0.374
Item soal valid
36
0.793
> 0.374
Item soal valid
37
0.597
> 0.374
Item soal valid
38
0.569
> 0.374
Item soal valid
39
0.722
> 0.374
Item soal valid
40
0.534
> 0.374
Item soal valid
41
0.799
> 0.374
Item soal valid
42
0.686
> 0.374
Item soal valid
43
0.719
> 0.374
Item soal valid
44
0.585
> 0.374
Item soal valid
45
0.663
> 0.374
Item soal valid
46
0.639
> 0.374
Item soal valid
47
0.661
> 0.374
Item soal valid
48
0.579
> 0.374
Item soal valid
49
0.694
> 0.374
Item soal valid
163 50
0.477
> 0.374
Item soal valid
51
0.599
> 0.374
Item soal valid
52
0.550
> 0.374
Item soal valid
53
0.868
> 0.374
Item soal valid
54
0.874
> 0.374
Item soal valid
55
0.732
> 0.374
Item soal valid
56
0.524
> 0.374
Item soal valid
57
0.653
> 0.374
Item soal valid
58
0.735
> 0.374
Item soal valid
59
0.747
> 0.374
Item soal valid
60
0.822
> 0.374
Item soal valid
61
0.832
> 0.374
Item soal valid
62
0.730
> 0.374
Item soal valid
63
0.556
> 0.374
Item soal valid
64
0.796
> 0.374
Item soal valid
65
0.609
> 0.374
Item soal valid
66
0.631
> 0.374
Item soal valid
67
0.809
> 0.374
Item soal valid
68
0.652
> 0.374
Item soal valid
69
0.598
> 0.374
Item soal valid
70
0.813
> 0.374
Item soal valid
Berdasarkan penghitungan yang penulis lakukan, dengan aplikasi SPSS, terlihat nomer item soal yang valid dan yang tidak valid, dari sampel 30 responden, dan 70 butir soal, adapun item soal yang valid yakni berjumlah 57 butir soal, dan yang tidak valid berjumlah 13 butir soal.
164 Lampiran 5 Hasil Uji Validitas variabel
yakni proses pembelajaran aktif
No. Soal r Hitung 1 0.266
r Tabel < 0.374
Keterangan Item soaltidak valid
2
0.384
> 0.374
Item soal valid
3
0.306
< 0.374
Item soaltidak valid
4
0.016
< 0.374
Item soaltidak valid
5
0.164
< 0.374
Item soaltidak valid
6
0.569
> 0.374
Item soal valid
7
0.626
> 0.374
Item soal valid
8
0.641
> 0.374
Item soal valid
9
0.168
< 0.374
Item soaltidak valid
10
0.395
> 0.374
Item soal valid
11
0.447
> 0.374
Item soal valid
12
0.100
< 0.374
Item soaltidak valid
13
0.442
> 0.374
Item soal valid
14
0.616
> 0.374
Item soal valid
15
0.407
> 0.374
Item soal valid
16
0.642
> 0.374
Item soal valid
17
0.609
> 0.374
Item soal valid
18
0.483
> 0.374
Item soal valid
19
0.345
< 0.374
Item soaltidak valid
20
0.462
> 0.374
Item soal valid
21
0.527
> 0.374
Item soal valid
22
0.360
< 0.374
Item soaltidak valid
23
0.559
> 0.374
Item soal valid
165 24
0.588
> 0.374
Item soal valid
25
0.535
> 0.374
Item soal valid
26
0.569
> 0.374
Item soal valid
27
0.481
> 0.374
Item soal valid
28
0.443
> 0.374
Item soal valid
29
0.683
> 0.374
Item soal valid
30
0.576
> 0.374
Item soal valid
31
0.254
< 0.374
Item soaltidak valid
32
0.562
> 0.374
Item soal valid
33
0.131
< 0.374
Item soaltidak valid
34
0.448
> 0.374
Item soal valid
35
0.363
< 0.374
Item soaltidak valid
36
0.583
> 0.374
Item soal valid
37
0.529
> 0.374
Item soal valid
38
0.505
> 0.374
Item soal valid
39
0.611
> 0.374
Item soal valid
40
0.466
> 0.374
Item soal valid
41
0.560
> 0.374
Item soal valid
42
0.574
> 0.374
Item soal valid
43
0.607
> 0.374
Item soal valid
44
0.712
> 0.374
Item soal valid
45
0.570
> 0.374
Item soal valid
46
0.558
> 0.374
Item soal valid
47
0.406
> 0.374
Item soal valid
48
0.567
> 0.374
Item soal valid
49
0.456
> 0.374
Item soal valid
166 50
0.141
< 0.374
Item soaltidak valid
51
0.600
> 0.374
Item soal valid
52
0.477
> 0.374
Item soal valid
53
0.570
> 0.374
Item soal valid
54
0.597
> 0.374
Item soal valid
55
0.096
< 0.374
Item soaltidak valid
56
-0.130
< 0.374
Item soaltidak valid
57
0.321
< 0.374
Item soaltidak valid
58
0.095
< 0.374
Item soaltidak valid
59
0.463
> 0.374
Item soal valid
60
0.266
< 0.374
Item soaltidak valid
61
0.559
> 0.374
Item soal valid
62
0.519
> 0.374
Item soal valid
63
0.466
> 0.374
Item soal valid
64
0.401
> 0.374
Item soal valid
65
0.331
< 0.374
Item soaltidak valid
66
0.453
> 0.374
Item soal valid
67
0.565
> 0.374
Item soal valid
68
0.379
> 0.374
Item soal valid
69
0.606
> 0.374
Item soal valid
70
0.400
> 0.374
Item soal valid
Adapun untuk variabel X2 ini, terlihat nomer item soal yang valid dan yang tidak valid, dari sampel 30 responden, dan 70 butir soal, adapun item soal yang valid yakni berjumlah 52 butir soal, dan yang tidak valid berjumlah 18 butir soal.
167
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas variabel X3 yakni hasil belajar siswa No. Soal r Hitung 1 0.172
r Tabel < 0.374
Keterangan Item soaltidak valid
2
0.046
< 0.374
Item soaltidak valid
3
0.150
< 0.374
Item soaltidak valid
4
0.100
< 0.374
Item soaltidak valid
5
0.333
< 0.374
Item soaltidak valid
6
-0.095
< 0.374
Item soaltidak valid
7
0.576
> 0.374
Item soal valid
8
0.305
< 0.374
Item soaltidak valid
9
0.455
> 0.374
Item soal valid
10
0.230
< 0.374
Item soaltidak valid
11
0.385
> 0.374
Item soal valid
12
0.036
< 0.374
Item soaltidak valid
13
0.240
< 0.374
Item soaltidak valid
14
0.230
< 0.374
Item soaltidak valid
15
0.276
< 0.374
Item soaltidak valid
16
0.584
> 0.374
Item soal valid
17
0.128
< 0.374
Item soaltidak valid
18
0.505
> 0.374
Item soal valid
19
0.462
> 0.374
Item soal valid
20
0.129
< 0.374
Item soaltidak valid
21
0.034
< 0.374
Item soaltidak valid
22
0.214
< 0.374
Item soaltidak valid
23
0.713
> 0.374
Item soal valid
168 24
0.768
> 0.374
Item soal valid
25
0.624
> 0.374
Item soal valid
26
0.206
< 0.374
Item soaltidak valid
27
0.720
> 0.374
Item soal valid
28
0.441
> 0.374
Item soal valid
29
0.567
> 0.374
Item soal valid
30
0.689
> 0.374
Item soal valid
31
0.611
> 0.374
Item soal valid
32
0.355
< 0.374
Item soaltidak valid
33
0.552
> 0.374
Item soal valid
34
0.675
> 0.374
Item soal valid
35
0.183
< 0.374
Item soaltidak valid
36
0.410
> 0.374
Item soal valid
37
0.222
< 0.374
Item soaltidak valid
38
0.226
< 0.374
Item soaltidak valid
39
0.409
> 0.374
Item soal valid
40
0.493
> 0.374
Item soal valid
41
0.667
> 0.374
Item soal valid
42
0.553
> 0.374
Item soal valid
43
0.302
< 0.374
Item soaltidak valid
44
0.566
> 0.374
Item soal valid
45
0.506
> 0.374
Item soal valid
46
0.375
> 0.374
Item soal valid
47
0.082
< 0.374
Item soaltidak valid
48
0.037
< 0.374
Item soaltidak valid
49
0.365
< 0.374
Item soaltidak valid
169 50
0.582
> 0.374
Item soal valid
51
-0.213
< 0.374
Item soaltidak valid
52
0.445
> 0.374
Item soal valid
53
0.435
> 0.374
Item soal valid
54
-0.133
< 0.374
Item soaltidak valid
55
0.118
< 0.374
Item soaltidak valid
56
0.218
< 0.374
Item soaltidak valid
57
0.325
< 0.374
Item soaltidak valid
58
0.045
< 0.374
Item soaltidak valid
59
0.310
< 0.374
Item soaltidak valid
60
0.489
> 0.374
Item soal valid
61
0.382
> 0.374
Item soal valid
62
0.501
> 0.374
Item soal valid
63
0.247
< 0.374
Item soaltidak valid
64
0.315
< 0.374
Item soaltidak valid
65
0.490
> 0.374
Item soal valid
66
0.201
< 0.374
Item soaltidak valid
67
0.125
< 0.374
Item soaltidak valid
68
0.384
> 0.374
Item soal valid
69
0.252
< 0.374
Item soaltidak valid
70
0.080
< 0.374
Item soaltidak valid
Sedangkan untuk variabel X3, Berdasarkan penghitungan yang penulis lakukan, dengan aplikasi SPSS, terlihat nomer item soal yang valid dan yang tidak valid, dari sampel 30 responden, dan 70 butir soal, adapun item soal yang valid yakni berjumlah 32 butir soal, dan yang tidak valid berjumlah 38 butir soal.
170 Lampiran 7
171
172
173
174
175
176
178
179
180
181
182 Lampiran 8
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1 N Normal Parameters
a,b
X3
132
132
132
126,6894
125,9545
117,6818
4,70039
3,75360
3,70129
Absolute
,073
,066
,073
Positive
,073
,066
,073
Negative
-,064
-,051
-,063
,073
,066
,073
c
c,d
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
X2
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
,078
,200
,081
c
183 Lampiran 9
Uji Linearitas
ANOVA Table Mean Sum of Squares Y*
Between Groups
(Combined)
df
Square
F
Sig.
288,999
29
9,965
,675
,887
62,146
1
62,146
4,210
,043
226,854
28
8,102
,549
,965
Within Groups
1505,637
102
14,761
Total
1794,636
131
X1 Linearity Deviation from Linearity
Tandahasilpengujian
data
melalui
SPSS
iniadalah
yang
telahdiberitandawarnakuning, yang menunjukansig deviation from linearity sebesar 0,965. ANOVA Table Mean Sum of Squares Y*
Between Groups
(Combined)
Df
Square
1736,129
17
102,125
1726,447
1
1726,447
9,682
16
,605
58,507
114
,513
1794,636
131
F
Sig.
198,988
,000
X2 Linearity
Deviation from Linearity Within Groups Total
Tandahasilpengujian
data
melalui
SPSS
3363,92 7 1,179
iniadalah
,000
,295
yang
telahdiberitandawarnakuning, yang menunjukansig deviation from linearity sebesar 0,295.
184 lampiran 10
Uji Hipotesis
Korelasi Antara X1- X2 dan X3 b
Model Summary
Model
R
1
,981
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,962
,961
,727
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Tabel 4.12 Hubungan antara persepsi siswa terhadapXI (Kompetensi guru PAI), X2 (Proses Pembelajaran Aktif) dan X3 ( Hasil Belajar PAI) Correlations X1 X1
Pearson Correlation
X2
X3
,589**
,606**
,000
,000
132
132
132
,589**
1
,776**
1
Sig. (2-tailed) N X2
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,000
N
132
132
132
,606**
,776**
1
Sig. (2-tailed)
,000
,000
N
132
132
Pearson Correlation
,000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
132
185 Lampiran 11 Foto Sertifikat dan Penghargaan SMPN 49 Jakarta
186
Foto Lingkungan Sekolah SMPN 49 Jakarta yang asri
187
Foto ramah tamah guru PAI kepada murid, menunjukan sikap sosial guru yang baik
188
Foto Guru PAI sedang mengajar aktif di kelas
189 Foto kegiatan-kegiatan keagamaan dan Sosial SMPN 49 Jakarta
190 Foto Pembelajaran Aktif SMPN 49 Jakarta
191 Foto Kegiatan Supervisi Kepala Sekolah kepada Guru PAI
Foto Sosialisasi Orangtua, Murid dan Guru-Guru SMPN 49 Jakarta
192
Foto Penghargaan Atas prestasi-prestasi SMPN 49 Jakarta
193
194