PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PELARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KECAMATAN PONTIANAKTENGGARA Oleh: UTUH MUHAMAD SIDIK NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2016 Email :
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisaImplementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kecamatan Pontianak Tenggara.Permasalahan yang terjadi yaitu masih adanya minuman beralkohol yang beredar di lingkungan masyarakat Kecamatan Pontianak Tenggara dan lemahnya pelaksanaan pengawasan dan penertiban peredaran minuman beralkohol yang dilakukan oleh implementor kebijakan.Fenomena ini diindikasikan mengenai lemahnya pengawasan dan penertiban yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota Pontianak sebagai implementor kebijakan.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier yaitu faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi yaitu Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi : kesukaran-kesukaran teknis, keberagaman perilaku yang diatur, persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran, danTingkat dan ruanglingkup perubahan perilaku yang dikehendaki.Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi ImplementasiKebijakan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kecamatan Pontianak Tenggara yaitu masih terjadinya kebocoran informasi yang disebabkan olehadanya permainan implementor dengan kelompok sasaran, masyarakat Kecamatan Pontianak Tenggara memiliki pola pikir yang berbeda-beda menyebabkan terhambatnya keberlangsungan Peraturan Daerah Kota Pontianak tentang peredaran minuman beralkohol, masih kurangnya respon ataupun sikap masyarakat dengan lingkungan tempat tinggalnya dan penjualan minuman beralkohol memiliki keuntungan yang lebih besar dari pada menjual barang yang lain. Saran dari penelitian ini adalah perlunya evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kecamatan Pontianak Tenggara. Kata-kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Minuman Beralkohol.
Abstract The purpose of this research was to describe and analyze the implementation of regional regulation policy in Pontianak city number 23 year 2002 about monitoring, controlling, and banning of alcoholic drink distribution in Pontianak district. The survey showed that there were still many alcoholic drink sold for southeast Pontianak community and controlling and monitoring from the authorities were still weak. The monitoring should be done by department of Industry, Commercial, Cooperation and Small and Medium Enterprise of Pontianak City as policy implementer. The theory used in this study was Daniel Mazmanian and Paul Sabatier which discuss factors influencing implementation of policy success. The research aimed to find out factors influencing the implementation;
1 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
easy or not of the problems. This could cover technical problems, various behavior being managed, percentage of community, and level and coverage of behavior change of society being observed. The research findings showed that there were some factors influencing the implementation of regional regulation policy. One of them was that the information was leaked by regulation authority about the alcoholic drink. In addition, the community of southeast Pontianak had different way thinking about the alcoholic drink; as a result the regulation cannot be implemented well. Furthermore, the people in southeast Pontianak did not really care with their environment condition. Finally, selling alcoholic drink gave big profit than selling other goods. It is suggested that evaluation on implementation of regional regulation policy in Pontianak city number 23 year 2002 about monitoring, controlling, and banning of alcoholic drink distribution in Pontianak district needs to be made. Keywords: Implementation, Policy, Alcoholic Drink
mengandung
A. PENDAHULUAN
karbohidrat
dengan
cara
fermentasi dan detilasi atau fermentasi tanpa Kondisi sosial
yang
sosial
atau
permasalahan
terjadi
dalam
lingkungan
detilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan
terlebih
masyarakat pada saat ini selalu mengalami
menambahkan
perubahan-perubahan
maupun
dan
akan
terus
yang
dahulu
bahan
lain
diproses
atau
tidak,
atau
tidak,
dengan
cara
berkembang mengikuti dinamika kehidupan
mencampur konsentrat dengan ethanol atau
masyarakat itu sendiri. Dalam perubahan
dengan cara pengenceran minuman dengan
dan
ethanol.
perkembangannya,
kondisi
sosial
masyarakat akan mengalami dampak yang positif
maupun
Adapun
dampak
dampak
yang
negatif
negatif.
yang
terjadi
dilingkungan masyarakat yang diakibatkan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 74
Tahun 2013 minuman keras atau
minuman beralkohol dikelompokan dalam 3 (tiga) golongan yaitu :
oleh perubahan atau perkembangan kondisi
a. Golongan A : minuman dengan kadar
sosial masyarakat salah satunya adalah
alkohol / ethanol (C2H5OH) 1% (satu
kebiasaan
persen) sampai 5% (lima persen).
mengkonsumsi
minuman
beralkohol.
b. Golongan B : minuman dengan kadar
Menurut Peraturan Presiden (Perpres)
alkohol / ethanol (C2H5OH) lebih dari
Nomor 74 Tahun 2013 yang dimaksud
5% (lima persen) sampai dengan 20%
dengan
(dua puluh persen).
minuman
beralkohol
adalah
minuman yang mengandung ethanol yang
c. Golongan C : minuman dengan kadar
diproses dari bahan hasil pertanian yang
alkohol / ethanol (C2H5OH) 20% (dua 2
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
puluh persen) sampai dengan 55%
minuman
beralkohol
yang
akhirnya
(lima puluh lima persen).
menyebabkan kematian. Pesta minol selama
Kota Pontianak merupakan salah satu
12 jam Selasa lalu menewaskan Erwin, dan
kotayang terletak di Kalimantan Barat.
menyebabkan dua orang lainnya Ropi
Masyarakat yang tinggal di Kota Pontianak
Julianda (24) dan Dedianto (25) dirawat di
terdiri dari berbagai etnis atau suku, agama,
rumah sakit (dalam Kompas, 26/01/2012).
ras, dan lain-lain. Sehingga masyarakat yang
Dari berita tersebut mengungkapkan
tinggal di Kota Pontianak memiliki berbagai
bahwa adanya perilaku yang menyimpang
keanekaragaman baik dari segi ekonomi,
atau negatif yang dilakukan oleh masyarakat
budaya
Kota
atau
tradisi,
dan
sosial
atau
Pontianak
yaitu
mengkonsumsi
masyarakat yang majemuk. Sebagian kecil
minuman beralkohol. Minuman beralkohol
dari masyarakat yang tinggal di Kota
diyakini tidak hanya merugikan pemakainya
Pontianak pada saat ini memiliki perilaku
atau yang mengkonsumsi tetapi juga dapat
yang
merugikan
menyimpang
atau
negatif
yaitu
mengkonsumsi minuman beralkohol.
lingkungan
tempat
tinggal
pemakainya. Penyimpangan perilaku negatif
Berdasarkan keterangan dari kepala
yang diakibatkan oleh minuman beralkohol
bidang hubungan masyarakat kepolisian
dapat mengakibatkan pelanggaran kecil
daerah Kalimantan Barat, pihak kepolisian
maupun pelanggaran yang besar atau bahkan
mengimbau
sampai
masyarakat
mengonsumsi
untuk
minuman
tidak
beralkohol,
hukum
pidana
yang
sangat
meresahkan masyarakat. Sehingga minuman
termasuk minuman yang dijual secara illegal
beralkohol
ataupun minuman keras yang diproduksi,
sumber
karena bisa membahayakan keselamatan
melanggar aturan hukum yang berlaku baik
atau menimbulkan keributan. Di Kota
itu kecelakaan lalu lintas, pemerkosaan,
Pontianak sudah ada contohnya, polisi akan
pembunuhan,
mengusut kasus kematian Erwin, yang
bahkan sampai tindak kekerasan dalam
diduga
rumah
karena
overdosis
minuman
dapat dari
disimpulkan
sebagai
tindakan-tindakan
pencurian,
tangga.
Selain
yang
penganiayaan,
itu
minuman
beralkohol di Pontianak. Saat ini, tempat
beralkohol juga merusak kesehatan bagi
penjualan minuman beralkohol di Jalan tebu
yang mengkonsumsinya, seperti kerusakan
sudah diamankan polisi. Di tempat tersebut,
fungsi hati, lambung, imun terhadap obat
Erwin dan kawan-kawan diduga membeli
bius, dan dapat mengakibatkan kematian. 3
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Menyadari akan bahaya minuman beralkohol
yang
beredar
Pontianak perlu diterapkan dengan sebaik
dilingkungan
mungkin. Untuk itu tahap implementasi
masyarakat Kota Pontianak, dibutuhkan
perlu diterapkan terhadap peraturan daerah
suatu
ini.
pengawasan,
pengendalian
dan
Tahap
implementasi
pelarangan peredaran minuman beralkohol
merupakan
yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya
formulasi
pemerintah Kota Pontianak. Dalam hal ini
kebijakan. Implementasi kebijakan adalah
pemerintah Kota Pontianak yang merupakan
tahap
bagian dari daerah otonomi yaitu mengurus
gambaran apakah kebijakan yang dibuat
rumah
oleh pemerintah itu baik dan cocok.
tangganya
mengeluarkan
sendiri,
suatu
dapat
kebijakan
atau
tahap
kebijakan
dan
penting
evaluasi
penerapan
Secara
selain dalam
yang
operasional
dari proses
memberikan
implementasi
peraturan untuk menanggulangi atau dapat
kebijakan Peraturan Daerah Kota Pontianak
membatasi peredaran minuman beralkohol
Nomor 23 Tahun 2002 tentang pengawasan,
dilingkungan masyarakat Kota Pontianak.
pengendalian, dan pelarangan peredaran
Pengawasan,
pengendalian,
dan
minuman beralkohol
pelarangan peredaran minuman beralkohol
diterapkan
di Kota Pontianak diatur oleh Peraturan
Kebijakan Peraturan Daerah Kota Pontianak
Daerah (Perda) Nomor 23 Tahun 2002.
Nomor 23 Tahun 2002 tentang pengawasan,
Peraturan Daerah (Perda) yang dikeluarkan
pengendalian, dan pelarangan peredaran
oleh pemerintah Kota Pontianak bertujuan
minuman
untuk
minuman
beberapa cara untuk menanggulangi atau
beralkohol dilingkungan masyarakat Kota
membatasi peredaran minuman beralkohol
Pontianak. Dibentuknya Peraturan Daerah
yang dilakukan oleh implementor kebijakan
(Perda) tersebut dinilai sebagai upaya
atau pemerintah Kota Pontianak yaitu
konkret
dengan
membatasi
pemerintah
peredaran
dalam
mengawasi,
cukup
sudah berjalan atau
beralkohol,
melakukan
mengendalikan dan melarang peredaran
penertiban.
minuman
pemerintah
beralkohol
dilingkungan
lama.
Hal
sudah
dilakukan
pengawasan
dan
dilakukan
oleh
ini
Kota
Implementasi
Pontianak
untuk
masyarakat khususnya masyarakat Kota
mengurangi peredaran minuman beralkohol
Pontianak.
di lingkungan masyarakat.
Penyelesaian permasalahan peredaran minuman beralkohol, Peraturan Daerah Kota
Berdasarkan pengamatan peneliti di Kecamatan
Pontianak
Tenggara,
masih 4
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
adanya minuman beralkohol yang beredar di
Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002
lingkungan masyarakat yang dapat dijumpai
tentang Pengawasan, Pengendalian, dan
di minimarket salah satunya di minimarket
Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol
Xing Mart yang terletak di jalan Serdam
di Kecamatan Pontianak Tenggara.
Komplek Cendana Agung, warung-warung
Berdasarkan permasalahan yang telah
pinggir jalan atau pedagang kaki lima yang
dipaparkan
ada di jalan Imam Bonjol dan tempat yang
permasalahan dan identifikasi permasalahan,
lain. Dalam wilayah Kecamatan Pontianak
maka diperlukan suatu pembatasan agar
Tenggara tidak ada satupun tempat yang
permasalahan yang diteliti lebih terarah dan
memiliki
atau
lebih terfokus dengan maksud agar lebih
mendistribusikan minuman beralkohol di
jelas dalam pembahasannya. Maka yang
lingkungan masyarakat. Masalah tersebut
menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini
sangat bertolak belakang dengan data yang
adalah
ada.
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 23
ijin
Selain
itu
untuk
menjual
masalah
yang
memprihatinkan
yaitu
minimarket
berjualan
yang
cukup
terdapatnya minuman
pada
pada
Tahun
“Implementasi
2002
Tentang
belakang
Kebijakan
Pengawasan,
Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran
beralkohol di dekat rumah sakit, minimarket
Minuman
yang dimaksud adalah minimarket Citra
Pontianak Tenggara”.
Mart yang berjualan minuman beralkohol di
latar
Beralkohol
di
Kecamatan
Tujuan peneliti yang ingin dicapai
samping Rumah Sakit Nabasa yang terletak
dalam
di jalan Sei Raya dalam. Dalam wilayah
mendeskripsikan
Kecamatan
masih
Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah
lemahnya pengawasan dan penertiban yang
Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002
dilakukan oleh implementor kebijakan untuk
Tentang Pengawasan, Pengendalian, dan
mengendalikan dan membatasi peredaran
Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol
minuman
di Kecamatan Pontianak Tenggara”.
Pontianak
beralkohol
Tenggara
di
lingkungan
penelitian
ini dan
adalah
“ingin
menganalisa
masyarakat. Penjelasan
latar
belakang
permasalahan, maka peneliti ingin menggali lebih banyak informasi dan mengetahui Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah 5 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
tindakan yang dilakukan baik oleh individu-
B. TINJAUAN PUSTAKA
individu atau pejabat-pejabat atau kelompokIslamy (dalam Waluyo, 2007: 51)
kelompok pemerintah atau swasta yang
mengatakan bahwa sekali usulan kebijakan
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
telah diterima dan disahkan oleh pihak yang
yang telah digariskan dalam keputusan
berwenang, maka keputusan kebijakan itu
kebijaksanaan.
telah siap untuk diimplementasikan. Implementasi
kebijakan
Berdasarkan
uraian
tersebut
dapat
publik
disimpulkan bahwa implementasi merupakan
merupakan salah satu tahapan dari proses
suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan publik (public policy process)
kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
sekaligus studi yang sangat crucial. Bersifat
kegiatan, sehingga pada akhirnya akan
crucial karena bagaimanapun baiknya suatu
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan
tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal
direncanakan
dalam
ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan
implementasinya, maka tujuan kebijakan
oleh Lester dan Stewart Jr (dalam Agustino
tidak akan bisa diwujudkan. Demikian pula
Leo, 2008: 139) dimana mereka katakan
sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan
bahwa implementasi sebagai suatu proses
dan perencanaan implementasi kebijakan,
dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu
kalau tidak dirumuskan dengan baik maka
implementasi kebijakan dapat diukur atau
tujuan kebijakan juga tidak akan bisa
dilihat dari proses dan pencapaian tujuan
diwujudkan.
hasil akhir, yaitu tercapai atau tidaknya
dengan
Dengan
baik
demikian,
kalau
menghendaki tujuan kebijakan dapat dicapai
tujuan-tujuan yang ingin diraih.
dengan baik, maka bukan saja pada tahap
Menurut D. L. Weimer dan Aidan R.
implementasi yang harus dipersiapkan dan
Vining (dalam Pasolong, 2007:59) ada tiga
direncanakan dengan baik, tetapi juga pada
faktor
tahap perumusan atau pembuatan kebijakan
keberhasilan implementasi, yaitu : 1. Logika
juga
yang digunakan oleh suatu kebijakan yaitu
telah
diantisipasi
untuk
dapat
diimplementasikan (Widodo, 2011:85).
umum
yang
mempengaruhi
sampai berapa benar teori yang menjadi
Van Meter dan Van Horn (dalam
landasan kebijakan, 2. Hakekat kerjasama
Agustino Leo, 2008: 139), mendefinisikan
yang dibutuhkan, yaitu apakah semua pihak
implementasi kebijakan sebagai tindakan-
yang
terlibat
dalam
kerjasama
telah 6
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
merupakan
suatu
assembeling
yang
dipengaruhi oleh tersedianya atau telah
produktif, 3. Ketersediaan sumber daya
dikembangkannya teknik-teknik tertentu.
manusia (SDM) yang memiliki kemampuan, komitmen untuk mengelola pelaksanaannya.
b. Keberagaman perilaku yang diatur. Semakin beragam perilaku yang
Faktor-faktor tersebut sangat dibutuhkan
diatur,
dalam keberhasilan Implementasi Kebijakan
beragam
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 23
sehingga semakin sulit untuk membuat
Tahun
peraturan yang tegas dan jelas.
2002
Tentang
Pengawasan,
Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol. Model
yang
maka
asumsinya
pelayanan
yang
semakin diberikan,
c. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran.
digunakan
dalam
Semakin kecil dan semakin jelas
penelitian ini adalah model implementasi
kelompok sasaran yang perilakunya akan
kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul
diubah, maka semakin besar peluang
Sabatier (dalam Agustino Leo, 2008: 144-
untuk memobilisasikan dukungan politik
148)
terhadap
mengemukakan
variabel
penting
bahwa
yang
ada
tiga
mempengaruhi
implementasi kebijakan, yaitu :
digarap, meliputi :
dengannya akan lebih terbuka peluang
d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan
Semakin besar jumlah perubahan
Tercapai atau tidaknya tujuan suatu tergantung
pada
perilaku
yang
dikehendaki
para
diantaranya
implementasi yang berhasil.
kemampuan
untuk
indikator-indikator
pengukur prestasi kerja yang tidak terlalu mengenai
mahal
serta
prinsisp-prinsip
pemahaman hubungan
oleh
kebijakan, maka semakin sukar/sulit
sejumlah persyaratan teknis, termasuk
mengembangkan
dan
perilaku yang dikehendaki.
a. Kesukaran – kesukaran teknis.
akan
kebijakan
bagi pencapaian tujuan kebijakan.
1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan
kebijakan
sebuah
pelaksana
2. Kemampuan
memperoleh
kebijakan
menstruktur
proses implementasi secara tepat. Para
pembuat
mendayagunakan
kebijakan
wewenang
yang
kausal yang mempengaruhi masalah.
dimilikinya untuk menstruktur proses
Tingkat keberhasilan suatu kebijakan
implementasi
secara
tepat
melalui
beberapa cara, yaitu: 7 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
a. Kecermatan
dan
kejelasan
penjenjangan tujuan – tujuan resmi yang akan dicapai.
badan-badan pelaksana. Suatu undang-undang harus dapat
Semakin mampu suatu peraturan memberikan
e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari
petunjuk-petunjuk
mempengaruhi
lebih
lanjut
proses
yang
implementasi kebijakan dengan cara
cermat dan disusun secara jelas, maka
menggariskan secara formal aturan-
semakin besar pula kemungkinan bahwa
aturan pembuat keputusan dari badan-
output
badan pelaksana.
kebijakan
dari
badan-badan
pelaksana akan sejalan dengan petunjuk tersebut.
tujuan yang termaktub dalam undang-
b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan.
menjelaskan bagaimana kira-kira tujuan usaha pembaharuan yang akan dicapai melalui implementasi kebijakan.
kesepakatan yang diisyaratkan demi tercapainya tujuan. g. Akses formal pihak-pihak luar. Sejauhmana peluang-peluang yang
c. Ketetapan alokasi sumber dana.
terbuka bagi partisipasi para aktor di luar
Tersedianya dana pada tingkat batas ambang tertentu sangat diperlukan agar terbuka peluang untuk mencapai tujuantujuan formal.
badan
hirarki
di
dalam
lingkungan dan diantara lembagaatau
instansi-instansi
pelaksana.
pelaksana
oleh
perundangan kemampuannya
setiap yang untuk
peraturan baik
ialah
memadukan
hirarki badan-badan pelaksana.
mendukung
3. Variabel-variabel diluar Undang-Undang mempengaruhi
implementasi,
antara lain : a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi. Perbedaan waktu dan perbedaan diantara
Salah satu cirri penting yang perlu
dapat
tujuan resmi.
yang
d. Keterpaduan
lembaga
undang. Para pejabat pelaksana memiliki
Memuat suatu teori kausalitas yang
dimiliki
f. Kesepakatan para pejabat terhadap
wilayah-wilayah
hukum
pemerintah dalam hal kondisi sosial, ekonomi,
dan
teknologi
sangat
signifikan berpengaruh terhadap upaya pencapaian
tujuan
yang
digariskan
dalam suatu undang-undang. b. Dukungan politik. 8
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Untuk
mendorong
keberhasilan
dari
alur
penelitiaannya
yang
dimulai
implementasi
dengan adanya Peraturan Daerah Kota
kebijakan sangat dibutuhkan adanya
Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
sentuhan dukungan dari warga.
Pengawasan, Pengendalian, dan Pelarangan
c. Sikap
suatu
tingkat
dan
sumber-sumber
yang
dimiliki kelompok masyarakat.
Peredaran Minuman Beralkohol. Dimana permasalahan yang ada yaitu Masih adanya
Perubahan-perubahan yang hendak
minuman
beralkohol
yang
lingkungan
sangat
pelaksanaan pengawasan dan penertiban
apabila
ditingkat
lemahnya
masyarakat, warga memiliki sumber-
peredaran
sumber dan sikap-sikap masyarakat yang
dilakukan
kondusif
Teori yang digunakan untuk menganalisa
terhadap
kebijakan
yang
ditawarkan pada mereka. d. Kesepakatan
dan
kemampuan
Kesepakatan para pejabat instansi fungsi
dari
oleh
beralkohol
beralkohol
implementor
permasalahan
kepemimpinan para pejabat pelaksana.
merupakan
minuman
dan
di
dicapai oleh suatu kebijakan publik akan berhasil
masyarakat,
beredar
kebijakan.
peredaran yaitu
teori
Mazmanian dan Paul
yang
minuman dari
Daniel
Sabatier
(dalam
Agustino Leo, 2008: 144-148). Dalam teori
kemampuan
tersebut memiliki 3 variabel penting dalam
undang-undang untuk melembagakan
implementasi kebijakan yaitu, mudah atau
pengaruhnya
tidaknya
pada
badan-badan
masalah
yang
akan
digarap,
pelaksana melalui penyeleksian institusi-
Kemampuan kebijakan menstruktur proses
institusi dan pejabat-pejabat terasnya.
implementasi secara tepat, dan Variabel-
Melihat dari identifikasi permasalahan,
variabel
diluar
Undang-Undang
yang
fokus penelitian, rumusan permasalahan
mempengaruhi implementasi. Dari ketiga
serta tujuan penelitian mengenai masalah
variabel
yang telah diungkapkan pada latar belakang
peneliti menggunakan satu variabel yang
permasalahan, sehingga dapat dibuat suatu
digunakan untuk memecahkan permasalahan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini
yang ada yaitu variabel mudah atau tidaknya
agar lebih terarah dapat dibangun suatu
masalah yang akan digarap. Di dalam
bagan
variabel
pemikiran
penelitiannya
dalam
sehingga
arah
pelaksanaan
tersebut
tersebut
dalam
penelitian
memiliki
ini
beberapa
pemikiran
indikator yang digunakan sebagai pisau
dalam penulisan ini lebih jelas dapat dilihat
analisis pemecahan masalah.Indikator yang 9
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
dimaksud yaitu kesukaran-kesukaran teknis, keberagaman
perilaku
yang
C. METODE PENELITIAN
diatur,
Persentase totalitas penduduk yang tercakup
Jenis penelitian yang digunakan oleh
dalam kelompok sasaran, dan tingkat dan
penulis adalah jenis penelitian deskriptif dan
ruang lingkup perubahan perilaku yang
menggunakan metode penelitian kualitatif
dikehendaki. Output atau keluaran yang
dimana penelitian ini menggambarkan suatu
diharapkan dari permasalahan yang diteliti
gejala sosial tertentu berdasarkan data dan
yaitu
fakta. Alasan peneliti menggunakan jenis
Pengawasan,
Pengendalian,
dan
Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol
penelitian
deskriptif
dengan
metode
di Kecamatan Pontianak Tenggara yang
penelitian kualitatif adalah karena peneliti
Lebih Optimal.
belum mengetahui apa yang sebenarnya menjadi permasalahan utama yang terjadi
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
dalam Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun
Dasar Hukum Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol
2002 Tentang Pengawasan, Pengendalian, dan
Pelarangan
Beralkohol Fenomena Masih adanya minuman beralkohol yang beredar di lingkungan masyarakat Kecamatan Pontianak Tenggara dan Lemahnya pelaksanaan pengawasan dan penertiban peredaran minuman beralkohol yang dilakukan oleh implementor kebijakan.
Tenggara.
di
Peredaran
Minuman
Kecamatan
Pontianak
Permasalahan
telah
dipaparkan di latar belakang penelitian adalah permasalahan yang tampak, dan harus dikaji lebih mendalam. MenurutTohardi
Teori Implementasi KebijakanDaniel Mazmanian dan Paul Sabatier (dalam Agustino Leo, 2008: 144-148).Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi : a. Kesukaran – kesukaran teknis. b. Keberagaman perilaku yang diatur. c. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompoksasaran. d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki.
yang
(2010:36-37)
ada
beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang
peneliti
dalam
melaksanakan
penelitiannya, tahapan tersebut seperti: 1. Memilih atau menentukan permasalahan penelitian (research problem). 2. Melakukan Pre Survey (pra penelitian) yang bertujuan untuk mendapatkan data
Output Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan mahasiswa prodi Ilmu Administarsi Negara. UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
dan informasi awal.
10
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
3. Membuat rencana atau desain penelitian
Teknik
pengumpulan
data
lebih
atau yang disebut juga dengan proposal
banyak pada wawancara mendalam (in
penelitian
yang
depth
rumusan
permasalahan,
memasukan
unsur
interview),
observasi
dan
pertanyaan
dokumentasi. Teknik analisis data meliputi
penelitian, memilih pendekatan dan jenis
reduksi data, berarti merangkum, memilih
penelitian
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
yang
sesuai
dengan
permasalahan yang diteliti.
hal yang penting dan dicari tema serta
4. Melaksanakan penelitian.
polanya. Kemudian penyajian data, bisa
5. Membuat laporan hasil penelitian.
dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
Adapun yang menjadi lokasi penelitian
bagan, hubungan antar kategori, flowchart,
adalah wilayah administratif Kecamatan
dan sejenisnya, dan terakhir verifikasi data
Pontianak Tenggara, Kota Pontianak. Hal
yaitu
tersebut
keabsahan data yang digunakan dalam
dikarenakan
peredaran
masih
minuman
banyaknya
beralkohol
di
lingkungan
masyarakat
wilayah
administratif
Kecamatan
Pontianak
penarikan
kesimpulan.
Teknik
penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data.
Tenggara. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah : 1. Kepala
Seksi
D. HASIL
Perdagangan
Dalam
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
NegeriDinasPerindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota Pontianak. 2. Kepala Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Pamong
Praja
Satuan
(Satpol
PP)
Polisi Kota
Pontianak. 3. Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Pontianak Tenggara. 4. 1 (Satu) Orang Pedagang Minuman Beralkohol. 5. 4 (Empat) Orang Pengonsumsi Minuman Beralkohol.
Mudah Atau Tidaknya Masalah Yang Akan Digarap, Beberapa kebijakan mudah untuk diimplementasikan karena karateristik masalah
yang
dihadapi
tidak
terlalu
kompleks dan secara teknis mudah untuk dipecahkan. Tingkat kesulitan di ukur dari permasalahan yang ada di lapangan, dan apabila
kemampuan
implementor
mempunyai keterampilan dalam mengatasi masalah
maka
masalah
tersebut
akan
berdampak baik pada suatu kebijakan. 11
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Seberapa banyak tingkat kesulitan dalam
warung-warung
implementasi akan mempengaruhi hasil
pedagang kaki lima yang ada di jalan
kebijakan tersebut.
Imam Bonjol dan tempat yang lain. Selain
a. Kesukaran – Kesukaran Teknis
itu masalah yang cukup memprihatinkan
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun
yaitu
pinggir
terdapatnya
jalan
minimarket
atau
yang
2002 Tentang Pengawasan, Pengendalian,
berjualan minuman beralkohol di dekat
dan
rumah sakit, minimarket yang dimaksud
Pelarangan
Peredaran
Minuman
Beralkohol, merupakan salah satu produk
adalah
Peraturan Daerah yang ditetapkan oleh
berjualan minuman beralkohol di samping
pemerintah Kota Pontianak. Pemerintah
Rumah Sakit Nabasa yang terletak di jalan
Kota Pontianak membuat atau menetapkan
Sei Raya.
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2002
minimarket
Citra
Mart
yang
Hal ini sangat menyalahi aturan yang
bertujuan untuk membatasi peredaran
ada
minuman
Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
beralkohol
di
lingkungan
yaitu
masyarakat Kota Pontianak. Peraturan
Pengawasan,
Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun
Pelarangan
2002
Beralkohol
tentang
peredaran
minuman
Peraturan
Daerah
Pengendalian, Peredaran pada
BAB
Kota
dan Minuman
III
Larangan
beralkohol sampai saat ini sudah berjalan
Peredaran, Penjualan dan Produksi, pada
sekitar 14 (empat belas) tahun. Akan tetapi
Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa dilarang
pada saat ini masih banyak ditemukannya
mengecer dan atau menjual langsung
peredaran
untuk
minuman
beralkohol
di
diminum
di
tempat
minuman
lingkungan masyarakat, khususnya di
beralkohol (a) Di warung / kios minuman,
lingkungan
gelanggang olahraga, gelanggang remaja,
masyarakat
Kecamatan
Pontianak Tenggara.
kantin,
rumah
biliar,
gelanggang
Berdasarkan pengamatan peneliti di
permainan dan ketangkasan, panti pijat,
Kecamatan Pontianak Tenggara, masih
kaki lima, terminal, stasiun, kios-kios
adanya minuman beralkohol yang beredar
kecil,
di lingkungan masyarakat yang dapat di
perkemahan.
jumpai di minimarket salah satunya di
tempat ibadah, sekolah, rumah sakit dan
minimarket Xing Mart yang terletak di
pemukiman dengan jarak radius 500
jalan Serdam Komplek Cendana Agung,
meter.
penginapan (b)
remaja
dan
Berdekatan
bumi dengan
12 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
b. Keberagaman Perilaku Yang Diatur
yang
Masyarakat yang tinggal di wilayah
ada
Pontianak
di
kawasan
Tenggara.
Kecamatan
Hal
tersebut
Kecamatan Pontianak Tenggara memiliki
merupakan sebagai langkah awal agar
berbagai suku, ras, agama dan lain-lain.
masyarakat untuk mengikuti atau mentaati
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor
Kecamatan
23
Pontianak
Tenggara
merupakan masyarakat yang heterogen. Melihat
dari
masyarakat
yang
Tahun
2002
tentang
peredaran
minuman beralkohol.
ada,
Para
aparatur
pelaksana
atau
masyarakat yang tinggal di Kecamatan
implementor kebijakan serius menangani
Pontianak
atau
Tenggara
sebagian
besar
membatasi
peredaran
minuman
memeluk agama islam yaitu sebesar 74,79
beralkohol di Kota Pontianak termasuk
%, agama budha 11,20 %, Kristen 6,99 %,
Kecamatan Pontianak Tenggara. Hal ini
khatolik 6,63 %, khonghucu 0,20 % dan
dapat terlihat dari sanksi atau hukum yang
hindu 0,19 %. Dari jumlah yang telah
diberikan kepada para pelanggar Peraturan
dipaparkan, maka dapat ditarik suatu
Daerah tersebut. Sanksi atau hukum
kesimpulan
yang
pelanggaran Peraturan Daerah Nomor 23
tinggal di wilayah Kecamatan Pontianak
Tahun 2002 tercantum di Pasal 21 yaitu
Tenggara memiliki keberagaman perilaku
pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini
yang bebeda-beda baik itu bersifat positif
diancam dengan pidana kurungan selama-
atau bersifat negatif. Masalah minuman
lamanya 6 (enam) bulan dan denda
beralkohol
wilayah
sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima
Kecamatan Pontianak Tenggara dapat
juta rupiah).Sanksi atau hukum yang ada
diakibatkan oleh masyarakatnya yang
untuk membatasi peredaran minuman
berbeda-beda
beralkohol
bahwa
yang
atau
masyarakat
ada
di
masyarakat
yang
heterogen yang tinggal di suatu wilayah yang sama. Dalam beralkohol
dibuat
agar
para
penjual
maupun pengonsumsi menerima efek jera. Dukungan publik baik keterlibatan
membatasi aparatur
minuman atau
peran yang penting untuk mendukung dan
implementor kebijakan sudah memberikan
berkaitan antara satu dengan lainnya.
sosialisasi
kepada
Apabila dihubungkan dengan peredaran
masyarakat ataupun para pelaku usaha
minuman beralkohol, maka dukungan dan
maupun
pelaksana
langsung atau tidak langsung memiliki
himbauan
13 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
keterlibatan publik akan mempengaruhi
minuman beralkohol
efektivitas implementasi Peraturan Daerah
respon ataupun sikap masyarakat dengan
Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002
lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini
Tentang Pengawasan, Pengendalian, dan
merupakan salah satu penyebab masih
Pelarangan
Minuman
banyaknya peredaran minuman beralkohol
Pontianak
di
Peredaran
Beralkohol
di
Kecamatan
Tenggara.
kawasan
yaitu kurangnya
Kecamatan
Pontianak
Tenggara. Presentase masyarakat yang
c. Persentase Totalitas Penduduk Yang Tercakup Dalam Kelompok Sasaran Dari berbagai macam kelompok pendidikan
masyarakat
Kecamatan
besar
dapat
menghambat
penerapan
Peraturan
Pontianak
yang
berjalannya
Daerah
Kota
berkaitan
dengan
peredaran minuman beralkohol.
Pontianak Tenggara, memiliki berbagai
Hasil wawancara yang dilakukan
macam karakter maupun pola pikir yang
peneliti dengan aparatur pelaksana atau
berbeda-beda.
dapat
implementor yang terkait dengan sasaran
berpengaruh dengan hasil implementasi
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor
Peraturan Daerah Kota Pontianak yang
23 Tahun 2002 tentang Pengawasan,
berkaitan dengan peredaran minuman
Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran
beralkohol
di
masyarakat
Minuman Beralkohol dapat ditarik suatu
khususnya
di
Pontianak
kesimpulan yaitu dibentuknya Peraturan
Hal
tersebut
lingkungan Kecamatan
Tenggara.
Daerah bertujuan untuk menyelesaikan
Hasil wawancara yang dilakukan
permasalahan yang terjadi. Permasalahan
peneliti dengan pengonsumsi minuman
yang sedang terjadi pada saat ini yaitu
beralkohol dapat ditarik suatu kesimpulan
masih banyaknya peredaran minuman
bahwa
yang
beralkohol yang ada di Kota Pontianak
efektifnya
termasuk Kecamatan Pontianak Tenggara.
banyak
faktor-faktor
menyebabkan
tidak
implementasi
Peraturan
Daerah
Kota
Yang
menjadi
sasaran
Perda
Kota
Pontianak tentang peredaran minuman
Pontianak
tersebut
yaitu
semua
beralkohol di Kota Pontianak khususnya di
masyarakat
(pelaku
usaha
maupun
Kecamatan
Tenggara.Hal
pengonsumsi) yang ada di wilayah Kota
tersebut dapat dilihat darihasil wawancara
Pontianak termasuk juga dengan wilayah
yang dilakukan peneliti dengan penjual
Kecamatan Pontianak Tenggara. Hal ini
Pontianak
14 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
agar kelompok sasaran yang ada agar
satu pun tempat usaha yang memiliki izin
mematuhi
Kota
untuk melakukan jual beli minuman
Pontianak yang telah ditetapkan agar
beralkohol kepada masyarakat. Hal ini
efektif.
sangat
dan
mentaati
Perda
d. Tingkat Dan Ruang Lingkup Perubahan
bertolak
belakang
dengan
kenyataan yang ada.
Perilaku Yang Dikehendaki
Terkait dengan perubahan perilaku
Cakupan perubahan perilaku yang
yang diatur di dalam suatu kelompok
diharapkan dalam sebuah program yang
masyarakat, untuk mengefektifkan suatu
bertujuan memberikan pengetahuan atau
Peraturan Daerah harus dapat merangkul
bersifat
semua
kognitif
akan
relatif
mudah
pihak
yang
terkait
dengan
diimplementasikan dari pada program
perubahan perilaku yang dikehendaki.
yang bertujuan untuk mengubah sikap dan
Pihak
perilaku masyarakat. Sejumlah masalah
keberlangsungan implementasi Peraturan
yang jauh lebih dapat kita kendalikan bila
Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun
tingkat dan ruang lingkup perubahan yang
2002 tentang pengawasan, pengendalian,
dikehendaki tidaklah terlalu besar, dalam
dan
hal ini apakah masyarakat sudah mematuhi
beralkohol yaitu para aparatur pelaksana
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor
yang terkait (DISPERINDAGKOP dan
23 Tahun 2002 tentang Pengawasan,
UKM Kota Pontianak, SATPOL PP, dan
Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran
Pihak Kecamatan), pengonsumsi minuman
Minuman
beralkohol,
Beralkohol.Dari
wawancara
yang
hasil
dilakukan
peneliti
yang
pelarangan
dan
terkait
dengan
peredaran
minuman
penjual
minuman
beralkohol. Penjual minuman beralkohol
dengan aparatur pelaksana dapat ditarik
memiliki
kesimpulan
besar
perubahan perilaku yang dikehendaki. Hal
masyarakat Kota Pontianak khususnya
ini dapat terlihat dari sikap ataupun respon
masyarakat
Pontianak
penjual
Peraturan
beralkohol.Perubahan perilaku khususnya
Daerah yang berkaitan dengan minuman
penjual minuman beralkohol disebabkan
beralkohol. Akan tetapi dari pengamatan
karena
maupun
wilayah
mendapatkan keuntungan yang lebih besar
Kecamatan Pontianak Tenggara tidak ada
tidak seperti keuntungan menjual barang
Tenggara
bahwa
sebagian
Kecamatan sudah
data
mematuhi
yang
ada
di
tingkat
terhadap
menjual
dan
ruang
pembeli
minuman
lingkup
minuman
beralkohol
15 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
yang lain. Alasan tersebut menjadi alasan
implementor kebijakan. Kesulitan yang
yang paling sering disebutkan oleh penjual
dialami oleh
minuman beralkohol. Hal tersebut menjadi
(Dinas
salah satu penghambat efektifnya suatu
Koperasi, dan UKM Kota Pontianak)
implementasi
Kota
adalah membatasi peredaran minuman
Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 tentang
beralkohol di lingkungan masyarakat.
pengawasan, pengendalian, danpelarangan
Disatu sisi sulitnya kerja sama antara
peredaran minuman beralkohol di kawasan
implementor
Kecamatan Tenggara.
Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota
Peraturan
Daerah
implementor kebijakan
Perindustrian,
Pontianak)
Perdagangan,
(Dinas
dengan
Perindustrian,
kelompok
sasaran
kebijakan yaitu masyarakat. Dalam kaitan masalah ini perlu disampaikan kepada
E. KESIMPULAN
pelaku Berbagai
pemaparan
tentang
kebijakan
kebijakan
yaitu
(Dinas
implementor Perindustrian,
Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah
Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota
Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002
Pontianak) agar pelaku kebijakan tersebut
Tentang Pengawasan, Pengendalian, dan
dapat memahami apa yang menjadi isi,
Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol
tujuan, arah kelompok sasaran kebijakan,
di Kecamatan Pontianak Tenggara yang
sehingga pelaku kebijakan mempersiapkan
telah peneliti jabarkan dengan menggunakan
hal-hal apa saja yang berhubungan dengan
teori
beberapa
pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah
kesimpulan dari pembahasan tersebut, yaitu
Kota Pontianak yang berkaitan dengan
sebagai berikut :
peredaran
1. Kesukaran – Kesukaran Teknis
implementasi kebijakan Peraturan Daerah
yang
ada,
maka
ada
Masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat Tenggara
Kecamatan adalah
masih
Pontianak banyaknya
minuman
beralkohol,
agar
Kota Pontianak tersebut bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan
Peraturan
Daerah
Kota
peredaran minuman beralkohol, hal ini
Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 itu
disebabkan
sendiri.
pengawasan
oleh dan
masih
minimnya
penertiban
yang
dilakukan oleh aparatur kebijakan atau 16 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
2. Keberagaman Perilaku Yang Diatur Para
aparatur
pelaksana
sebagai atau
pengonsumsi
minuman
beralkohol. Alasan dari kelompok sasaran
implementor kebijakan sudah memberikan
kebijakan
sosialisasi
kepada
minuman beralkohol yang beredar di
masyarakat ataupun para pelaku usaha
lingkungan masyarakat, yang pertama
tentang Peraturan Daerah Kota Pontianak
alasan dari penjual minuman beralkohol
Nomor 23 Tahun 2002. Hal tersebut
yaitu mejual minuman beralkohol lebih
merupakan sebagai langkah awal agar
besar untungnya dari pada menjual barang
masyarakat untuk mengikuti atau mentaati
lain,
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor
minuman beralkohol adalah salah satunya
23 Tahun 2002 tentang pengawasan,
dipengaruhi
pengendalian, dan pelarangan peredaran
tinggal.
maupun
minuman
himbauan
beralkohol.
Namun
kenyataannya di lapangan masyarakat
dengan
sedangkan
masih
alasan
oleh
banyaknya
pengonsumsi
lingkungan
tempat
4. Tingkat Dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku Yang Dikehendaki
masih belum mentaati Peraturan Daerah
Terkait dengan perubahan perilaku
Kota Pontianak Nomor 23 Tahun 2002,
yang diatur di dalam suatu kelompok
karena pola pikir masyarakat yang tinggal
masyarakat, untuk mengefektifkan suatu
di wilayah Kecamatan Pontianak Tenggara
Peraturan Daerah harus dapat merangkul
berbeda-beda.
semua
Hal
tersebut
membuat
pihak
yang
terkait
dengan
terhambatnya penerapan Peraturan Daerah
perubahan perilaku yang dikehendaki.
Kota Pontianak menjadi kurang efektif.
Pihak
yang
terkait
dengan
3. Persentase Totalitas Penduduk Yang
keberlangsungan implementasi Peraturan
Tercakup Dalam Kelompok Sasaran
Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun
Implementasi Peraturan Daerah Kota
2002 tentang pengawasan, pengendalian,
Pontianak Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
dan
Pengawasan,
dan
beralkohol yaitu para aparatur pelaksana
Minuman
yang terkait (DISPERINDAGKOP dan
Beralkohol tidak terlepas dari keterlibatan
UKM Kota Pontianak, SATPOL PP, dan
masyarakat baik itu para pelaku usaha
Pihak Kecamatan), pengonsumsi minuman
yang
beralkohol,
Pelarangan
Pengendalian, Peredaran
merupakan
beralkohol
ataupun
penjual
minuman
masyarakat
yang
pelarangan
dan
peredaran
penjual
minuman
minuman
beralkohol. 17
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Jumlah
modifikasi
perilaku
mengerti permasalahan yang sedang
kelompok sasaran Peraturan Daerah Kota
terjadi
Pontianak tentang peredaran minuman
Kecamatan Pontianak Tenggara yaitu
beralkohol
masih banyaknya peredaran minuman
yang
diinginkan
bagi
tercapainya tujuan formal atau tujuan yang
di
lingkungan
masyarakat
beralkohol.
telah ditetapkan sebelumnya adalah fungsi
2. Perlunya pendamping dan pengawasan
dari jumlah total orang yang menjadi
secara langsung oleh aparatur pelaksana
kelompok sasaran dan jumlah perubahan
atau
yang
mengawasi,
dituntut dari
mereka
atau
implemetor
kebijakan
mengendalikan,
dalam dan
implementor kebijakan. Semakin besar
melarang atau membatasi peredaran
perubahan perilaku yang dikehendaki oleh
minuman beralkohol kepada masyarakat
aparatur
agar pelaksanaan program atau Peraturan
pelaksana
kebijakan,
maka
memperoleh
hasil
atau
implementor
semakin implementasi
sulit
Daerah Kota Pontianak Nomor 23 Tahun
yang
2002
efektif.
tentang
Pengawasan,
Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol berjalan efektif. 3. Implementasi Peraturan Daerah Kota Pontianak
F. SARAN
Nomor
23
Tahun
2002
tentang Pengawasan, Pengendalian, dan 1. Perlunya implementor mencari solusi dan
memecahkan
masalah
Pelarangan
Peredaran
Minuman
dalam
Beralkohol dibutuhkan proses dan kerja
mengawasi, mengendalikan, melarang
sama yang baik, teruma oleh aparatur
atau membatasi peredaran minuman
pelaksana atau implementor kebijakan
beralkohol yang ada di lingkungan
dengan kelompok sasaran. Hal ini
masyarakat
bertujuan
Kecamatan
Pontianak
agar
pelaksanaan
dalam
pengendalian,
dan
Tenggara. Hal ini bertujuan agar pihak
pengawasan,
aparatur pelaksana atau implementor
pelarangan
kebijakan dalam menetapkan Peraturan
beralkohol berjalan dengan lancar. Serta
Daerah Kota Pontianak yang berakaitan
koordanasi dan penyampaian informasi
dengan peredaran minuman beralkohol
yang baik akan menciptakan suatu
mempunyai solusi dalam memahami dan
keharmonisan
peredaran
yang
minuman
terjadi
antara 18
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
aparatur pelaksana atau implementor
informasi yang ada, yang berkaitan dengan
kebijakan dengan kelompok sasaran.
masalah yang peneliti angkat.Hal tersebut
Agar apa yang menjadi tujuan Peraturan
membuat peneliti setidaknya mengetahui
Daerah Kota
Pontianak Nomor 23
70% (tujuh persen) informasi yang berkaitan
Tahun
tentang
Pengawasan,
dengan masalah yang peneliti angkat.Selain
Pengendalian, dan Pelarangan Peredaran
itu keterbatasan penelitian yang dialami
Minuman Beralkohol berjalan efektif.
peneliti
2002
4. Perlunya
aparatur
pelaksana
adalah
masalah
waktu
dalam
atau
pengumpulan data dan wawancara.Dalam
implementor kebijakan yang lebih sigap
pengumpulan data dan wawancara peneliti
dalam mengendalikan dan membatasi
menghabiskan waktu lebih kurang 3 (tiga)
peredaran minuman beralkohol dengan
minggu untuk menyelesaikannya.
cara merubah pola pikir kelompok sasaran
(penjual
dan
pengonsumsi
minuman beralkohol) agar berfikir lebih
H. REFERENSI
maju. Hal ini bertujuan untuk kelompok sasaran
agar
dapat
mentaati
Peraturan
Pontianak
Nomor
mengikuti Daerah
23
Tahun
dan Kota 2002
tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pelarangan
Peredaran
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta. Badjuri, Abdulkahar., Teguh Yuwono. 2003. Kebijakan Publik : Konsep dan Strategi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Minuman
Beralkohol di Kecamatan Pontianak
Moleong, J Lexi. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tenggara. Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Publik, formulasi, implementasi dan evaluasi. Jakarta : Gramedia. G. KETERBATASAN PENELITI AN
Dari penelitian yang peneliti lakukan di lapangan, hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian adalah subjek penelitian tidak sepenuhnya atau tidak 100% (seratus persen) terbuka secara detail memberikan
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta. Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 19
UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomr 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
……, 2011.Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Metode R & D. Bandung: Alfabeta.
Samarinda. Samarinda : FISIP Universitas Mulawarman. Peraturan
Suryabrata, Sumadi. 2012. Metode penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung : AIPI. Tahir, Arifin. 2014. Kebijakan Publik &Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta. Tohardi, Ahmad. 2010. Metode Penelitian Sosial Diktat Kuliah. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Waluyo. 2007. Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah). Sumedang : CV Mandar Maju. Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik (Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik). Malang : Bayumedia Publishing.
Sumber Lain Yang Digunakan : Skripsi
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol. Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pelarangan Minuman Beralkohol Kota Pontianak. Internet http://equator.co.id/kapan-gudangnyadigerebek/ (diakses pada tanggal 19 Maret 2016 pukul 19.35). http://regional.kompas.com/read/2012/01/26 /17044364/kios.minuman.keras.liar.jadi.targ et.polisi (diakses pada tanggal 19 Maret 2016 pukul 19.42). http://sinarharapan.co/news/read/140519036 /Miras-Ilegal-Malaysia-Masuk-lewat-JalurResmi-span-span- (diakses pada tanggal 19 Maret 2016 pukul 20.03). http://borneonusantaratime.com/2015/01/per ingatan-walikota-pontianak-soal-penjualanminuman-beralkohol/ (diakses pada tanggal 12 juni 2016 pukul 22.13).
Okie Satrio Ariefianto. 2012.Implementasi Peraturan Daerah No 5 Tahun 2001 Tentang Pelanggaran Kesusilaan, Minuman Keras, Perjudian, Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya Di Kota Cilegon (Studi Kasus : Peredaran Minuman Keras).Serang : FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Rizmalani Syawitri. 2015. Implementasi Kebijakan Tentang Larangan, Pengawasan, Penertiban dan Penjualan Minuman Beralkohol di Kawasan Citra Niaga Kota 20 UTUH MUHAMAD SIDIK, NIM. E 01112010 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN