KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH TENTANG PROGRAM LITERASI BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DALAM UPAYA MENINGKATKAN RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK DI SMK BHAKTI NUSANTARA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh : Muhamad Mufid, S.Pd.I NIM. M1.14.007
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
ii
ABSTRAK Kebijakan Kepala Sekolah tentang Program Literasi Berbasis Pendidikan Agama Islam dan Implementasinya dalam Upaya Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan kepala sekolah terhadap program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga; untuk mengetahui bagaimana implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga; untuk mengetahui bagaimana dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan peserta didik di Bhakti Nusantara Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif kualitatif dengan secara langsung mengimplementasikan program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara kelas XI semua jurusan. Untuk menganalisis data dalam tesis ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode deskriptif dan analisis yaitu dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data menggunakan kepercayan, keteralihan, ketergantungan dan kepastian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kepala sekolah tentang program literasi ini disambut dengan baik dan diberikan ijin pelaksanaan serta diberikannya dukungan sarana prasarana guna terlaksananya program tersebut. Implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini menggunakan beberapa metode, antara lain: membaca 15 menit, satu buku satu minggu (one book one week), literasi komputer, menuliskan intisari bacaan, berdiskusi dan presentasi. Implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini memberikan dampak terhadap peserta didik dalam meningkatkan pemahaman Pendidikan Agama Islam, meningkatkan kompetensi baca tulis AlQur‟an, meningkatkan kompetensi ibadah wajib, meningkatnya semangat literasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kata Kunci: Kebijakan Kepala Sekolah, Literasi, Pendidikan Agama Islam dan Religius
iii
ABSTRACT The Principal Based on Programs Literacy Islamic Education and it is Implemented in Order to Increase Religiousness Students in Smk Bhakti Nusantara Salatiga Study Years 2016 / 2017 This study attempts to see how the principal literacy based on the Islamic Education in SMK Bhakti Nusantara Salatiga; to see how the implementation program based literacy Islamic Education in SMK Bhakti Nusantara Salatiga; to see how the impact of the based literacy Islamic Education in order to increase religiousness that leads to their level of understanding religious students in SMK Bhakti Nusantara Salatiga. Methods used in research is field research, which is a qualitative descriptive by directly implement program based literacy Islamic Education in SMK Bhakti Nusantara class XI all majors. To analyze data in this thesis, the writer used several methods, namely descriptive and methods of analysis by means of data collection, reduction data, the presentation of and the withdrawal of conclusion. To test the validity of data writer used are truthness, inadvertentness, reliance and confidence. The result showed that the policies principal of the program this literacy met with good and given permission the implementation and he gave to support infrastructure of the program. The program based literacy Islamic Education it uses several methods, among other: read 15 minutes, one book one week, computer literacy, wrote the essence of reading, discuss and presentation.The program based literacy Islamic Education this provides impact on students in improve understanding Islamic Education, increase the competency read and write al-qur an (BTAQ) increase the competency worship compulsory, the spirit literacy on the subjects of Islamic Education. Keywords: Policy Principal, Literacy, Islamic Education and Religious
iv
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
PENGESAHAN PERNYATAAN .................................................................
iii
ABSTRAK ..................................................................................................
iv
PRAKATA .....................................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFRTAR LAMPIRAN ...............................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah .....................................
4
C. Signifikansi Penelitian .................................................................
5
D. Kajian Pustaka..............................................................................
6
E. Metode Penelitian.........................................................................
11
F. Sistematika Penulisan ..................................................................
12
BAB II KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH TENTANG PROGRAM LITERASI BERBASIS PAI .....................
13
A. Profil Sekolah ..............................................................................
13
B. Pengertian Kebijakan Kepala Sekolah ........................................
15
C. Kebijakan Kepala Sekolah ..........................................................
18
BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ................................
21
A. Implementasi Program ................................................................
21
1.
Membaca 15 menit ...............................................................
22
2.
Satu Buku Satu Minggu .......................................................
24
3.
Literasi Komputer ................................................................
25
4.
Menuliskan Intisari bacaan ..................................................
27
5.
Berdiskusi dan Presentasi.....................................................
28
B. Evaluasi Implementasi Program..................................................
29
vi
BAB IV DAMPAK PROGRAM LITERASI BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK ...............................................
32
A. Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Agama Islam .............
32
B. Meningkatkan Kompetensi Baca Tulis Al-Qur‟an ...................
34
C. Meningkatkan Kompetensi Ibadah Wajib ................................
36
D. Meningkatnya Semangat Literasi pada Mata Pelajaran PAI ....
37
BAB V PENUTUP ........................................................................................
39
A. Kesimpulan ...............................................................................
39
B. Saran .........................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
41
LAMPIRAN ..................................................................................................
45
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................
64
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Wawancara ........................................................................................
45
2. Pedoman Wawancara .........................................................................
57
3. Photo Dokumen Kegiatan ..................................................................
56
4. Surat Ijin Penelitian ............................................................................
64
5. Lembar Bimbingan Tesis ...................................................................
62
6. Biografi Penulis ..................................................................................
63
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi, dimana masyarakat dituntut untuk menguasai teknologi yang semakin canggih dan berdampak bagi kehidupan sosial, terutama di kalangan remaja. Salah satu dampak positifnya adalah adanya internet yang memberikan kemudahan mencari informasi, komunikasi dan berbagi informasi secara cepat dan luas. Sejalan dengan hal tersebut ada peluang penyalahgunaan, diantaranya adalah informasi yang melanggar norma-norma yang seharusnya tidak di lakukan seperti pornografi, judi, penipuan dan lain sebagainya. Realita tersebut akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap ahklak, pemahan terhadap agama dan pastinya berakibat pada penurunan kualitas karakter remaja di Indonesia khususnya di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. Mereka lebih asik menggunakan handphone atau gatgetnya untuk bermain atau sesuatau hal yang kurang bermanfa‟at daripada untuk mencari informasi yang lebih bermanfaat seperti mencari materi atau bacaan yang bersumber dari internet atau buku. Rendahnya Reading Literacy bangsa kita saat ini dan dimasa depan akan membuat rendahnya daya saing bangsa dalam persaingan global.
1
Pada tahun
2000 dalam hal literasi membaca, Indonesia menempati peringkat 39 dari 41 negara; tahun 2003 peringkat 39 dari 40 negara; tahun 2006 peringkat 48 dari 56 negara; tahun 2009 peringkat 57 dari 65 negara; tahun 2015 peringkat 69 dari76
1
Satria Darma, The Rise of Literacy, Sidoarjo: Eureka Academia, 2014, 80.
1
2
negara.2 Salah satu dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa literasi di indonesia rendah adalah penelitian yang didata CCSU.3
Tabel 1: Peringkat Literasi Internasional (Sumber: John Miller dan Michael C. McKenna dalam bukunya Bambang Trim)
Data diatas menunjukkan bahwa literasi di Indonesia begitu rendah. Oleh karena itu pemerintah membuat undang-undang berdasarkan Peraturan No. 23 tahun 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan setiap siswanya untuk membaca buku sebelum memulai jam pelajaran. Upaya peningkatan budaya literasi sudah mulai dicanangkan, salah satunya di Kota Salatiga yang dicanangkan melalui Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor 420/259/2016 sebagai Kota Literasi. Berbagai cara diantaranya memperbanyak jumlah buku, menerapkan program literasi, mendatangkan berbagai sumber atau pemateri yang berkaitan dengan literasi agar warga sekolah lebih melek terhadap pentingnya budaya literasi. Literasi sangat penting karena sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatnya dibangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik dirumah 2
Bambang Trim, Melejitkan Daya Literasi Indonesia: Sebuah Kajian Pendahuluan, Jakarta: Institut Penulis Indonesia, 2016, 28. 3 Bambang Trim, Melejitkan Daya Literasi Indonesia...., 3.
3
maupun dilingkungan sekitarnya.4 Literacy is about learning to read and write (text and numbers) and also about reading, writing and counting to learn, and developing these skills and using them effectively for meeting basic needs.5 Membaca, menulis
serta menghitung merupakan salah satu kegiatan atau aktifitas yang sangat penting dalam hidup guna mengembangkan keterampilan dan dapat digunakan mereka secara efektif untuk memenuhi kebutuhan dasar. Membaca atau literasi bisa membawa kita ke impian masyarakat madani kelak. Membaca ibarat menanam biji kepintaran, yang pada masa panen nanti akan kita petik hasilnya. Bahkan, membaca merupakan Firman Allah SWT. dalam surat Al-„Alaq.6 Firman Allah SWT:
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.7
Yakni perintah membaca (Iqra‟) yang dilanjutkan dengan „mendidik melalui literasi‟ („Allama Bil Qalam). Literasi adalah aktivitas seluruh otak, membaca dan menulis adalah kegiatan linguistik.8 Sedangkan dalam kaitannya
4
Pangesti Wiedarti, dkk, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Dirjen. Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, 2016, 2. 5 Koichiro Matsuura, “Education for All Global Monitoring Report 2006”, France: Graphoprint, Chapter 6, 2005, 158. 6 Gol A Gong & Agus M. Irkham, Gempa Literasi dari Kampung untuk Nusantara, Cetakan pertama, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2012, 128. 7 Kementrian Agama RI. Al-qur‟an dan Terjemah, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, 904. 8 Thomas Armsrong, Kecerdasan Jamak dalam Membaca dan Menulis, Jakarta: PT. Indek, 2014, 18.
4
dengan menulis, menulis membuat pikiran lebih tenang, semakin pandai memahami, meningkatkan daya ingat, lebih mengenali dan mengendalikan diri. Masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam, kebanyakan dari mereka menilai bahwa sekolah yang memiliki tanggung jawab penuh atas moral dan perilaku peserta didik. Guru Agama akan dijadikan kambing hitam ketika ada anak berkelahi, mencuri, dan tidak sopan santun. Kurangnya tingkat kesadaran belajar atau memahami materi Agama Islam akibatnya tingkat pemahaman mereka kurang sehingga mereka tidak melakukan kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim seperti halnya Sholat, baca Al-Qur‟an, puasa dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis mencoba menerapkan program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam, berharap progam ini berdampak positif terhadap meningkatnya religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. Semua itu tidak akan berjalan dengan baik tanpa campur tangan atau kebijakan dari kepala sekolah. Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik.9 Dari latar belakang tersebut maka penulis menganggap penting untuk mengkaji lebih lanjut, sehingga menghasilkan penelitian yang bermanfaat. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1.
Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, serta mengingat
kemampuan, keterbatasan waktu, dan biaya maka penelitian ini dibatasi pada 9
Soetopo Hendyat & Soemanto Wasty, Kepemimpinan dan Supevisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988, 19.
5
kebijakan kepala sekolah tentang program literasi berbasis pendidikan Agama Islam dan implementasinya dalam upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan peserta didik pada SMK Bhakti Nusantara Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. 2.
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
penelitian
maka
penulis
merumuskan
permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana kebijakan kepala sekolah terhadap program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga ? b. Bagaimana implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga? c. Sejauhmana dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga ? C. Signifikansi Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah diatas penulis memberikan gambaran apa
yang menjadi tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: a. Untuk mengetahui kebijakan kepala sekolah terhadap program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. b. Untuk mengetahui implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
6
c. Untuk mengetahui dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. 2.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfa‟at secara teoritis yang
dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya konsep-konsep, teori-teori serta bertambahnya wawasan bagi dunia pendidikan. Sedangkan manfaat praktisnya diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah orang tua, sekolah dan peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan masalah program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam. D. Kajian Pustaka 1.
Penelitian Terdahulu Fransiska Timoria Samosir pada penelitiannya tentang kemampuan literasi
informasi mahasiswa pascasarjana, yang bertujuan untuk melihat penguasaan literasi informasi mahasiswa di dua pascasarjana yang berada pada bidang ilmu perpustakaan dan informasi dengan menggunakan Empowering Eight. 10 Widyaning Hapsari dalam penelitinya yang bertujuan untuk menguji efektivitas program stimulasi literasi dalam meningkatkan aktivitas dan kemampuan literasi pada anak usia prasekolah.11
10
Fransiska Timoria Samosir, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Pascasarjana (Studi Deskriptif Pascasarjana UGM dan UIN)”,Tesis, Pascasarjana UGM. 2014, 162. 11 Widyaning Hapsari, “Pengaruh Program Stimulasi Literasi terhadap Aktivitas Literasi dan Kemampuan Literasi Awal pada Anak Prasekolah”,Tesis, Fakultas Psikologi UMS. 2016, XV.
7
Mutty Hariyati dalam penelitiannya tentang penerapan literasi informasi di UK Petra Surabaya sudah dilaksanakan sejak 1994 sampai sekarang. Dalam perjalanan penerapan LI tersebut, maka dipandang penting oleh peneliti untuk melakukan
penelitian
tentang
penguasaan
ketrampilan
literasi
dengan
menggunakan model empowering eight.12 Meinia Prasyesti Kurniasari dalam penelitiannyayang berjudul Surabaya Kota Literasi dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis. Penelitian ini mengambil data dari dua sudut pandang yaitu pemerintah sebagai penggagas dan pelaksana program dan masyarakat sebagai obyek/sasaran program.13 Lisnawati Ruhaena dalam penelitiannya, bertujuan untuk menguji secara empirik apakah penggunaan teknologi multimedia, rutinitas keluarga, keyakinan holistik
orang tua, dan aktivitas literasi di rumah dengan
kemampuan literasi
awal.
Data
dianalisis
dengan
menjadi penentu
mengunakan model
persamaan struktural (structural equation modeling).14 Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka persamaan tesis ini adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam membahas pokok permasalahan, yaitu variabel literasi dan literasi yang digunakan kebanyakan adalah literasi informasi. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah literasinya berbasis Pendidikan Agama Islam dan pada kaitan pembahasan variabel literasi itu sendiri.
12
Mutty Hariyati, “keterampilan literasi informasi Dengan menggunakan model Empowering eight: Studi pada Digital natives di perpustakaan universitas kristen petra surabaya”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015, VII. 13 Meinia Prasyesti Kurniasari, “Surabaya Kota Literasi dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis”, Tesis, Yogyakarta: Pascasarjana UGM. 2015, XI. 14 Lisnawati Ruhaena, Faktor-Faktor Penentu Kemampuan Literasi Dasar dalam Konteks Keluarga, Disertasi, Yogyakarta: Pascasarjana UGM. 2014, 175.
8
2.
Kerangka Teori Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap Pendidikan Agama Islam ini
yang dimungkinkan menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan pemahaman peserta didik yaitu dengan literasi di sekolah. Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara.15 Sedangkan sekolah adalah lembaga yang bersifat komplek dan unik. Bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.16 Dalam bukunya Forest Woody Horton disebutkan “If and when an individual, normally through formal schooling, but sometimes through non-formal school, or being taught at home, acquires these basic skills and competen-cies, they are said to be “literate.” Thus, the term “literacy” is still most commonly used to refer to the acquisition of the basic competencies of reading, writing, and numeracy”.17 Jika seseorang mengenyam pendidikan formal atau non formal atau belajar dirumah, memperoleh ketrampilan dan kempetensi dasar, maka meraka akan dikatakan “seorang yang terpelajar”. Jadi istilah “literasi” masih yang paling umumnya digunakan untuk merujuk pada perolehan kompetensi dasar membaca, menulis, dan berhitung.
Begitu besar manfaat literasi bagi dunia pendidikan sehingga pemerintah membuat program Gerakan Literasi Sekolah yang berisi Kegiatan wajib yaitu menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain
15
Pratiwi Retnaningdyah. Dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, 2016, 2. 16 Wahjosumidjo, Kepemimpinan kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, 81. 17 Forest Woody Horton, Understanding Information Literacy. Paris: Unesco, 2007, 4.
9
buku mata pelajaran (setiap hari).18 Mengacu pada program literasi tersebut maka penelitian ini lebih pada literasi berbasis pendidikan agama Islam. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 pasal 39, Bab IX, Pendidikan Agama diartikan sebagai usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat. Sedangkan istilah Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan pada pembentukan kepribadian seseorang sesuai dengan ajaran islam serta tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam pula.19 Jadi Literasi Berbasis PAI adalah kegiatan membaca serta menulis yang di dalamnya memuat pelajaran atau ilmu keagamaan guna bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang lebih religius. Selanjutnya kata keagamaan berasal dari kata agama yang berarti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia dan lingkungannya.20 Agama dalam kamus besar bahasa arab berarti “diin” yang berarti tunduk, patuh, balasan dan beragama.21
18
Anies Baswedan, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Jakarta: Kemendikbud, 2106, 7. 19 Zuhairin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, 29. 20 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 2001 ,122. 21 Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989, 132.
10
Quarisy Shihab juga berpendapat bahwa Agama adalah hubungan antara makhluk dan khalik_Nya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta nampak dalam ibadah yang dilakukannya dan bercermin pula dalam sikap kesehariannya.22Jadi perilaku keagamaan etika atau sikap hubungan dengan lingkungan dan Sang Pencipta yang dijadikan sebagai sandaran hati serta batinnya agar jiwanya selalu bersih dan terarah ke jalan yang benar sesuai dengan normanorma Agama yang memiliki sifat-sifat kemuliaan, memiliki sikap pengabdian yang tulus menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Kegiatan literasi diatas merupakan tanggung jawab pemerintah, warga sekolah dan orang tua. Dalam kontek sekolah yang berperan adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan kepala sekolah. Berbagai cara diantaranya membudayakan membaca buku yang berkaitan dengan Agama Islam sebelum pelajaran PAI dimulai, memberikan target kepada peserta didik muslim untuk menyelesaikan 1 buku bacaan dalam 1 minggu, setelah itu saling tukar fikiran atau berdiskusi tentang apa yang dibacanya tersebut secara bergantian diluar pelajaran PAI dan menulis apa inti dari yang mereka baca, sehingga seiring berjalanya program ini mereka diharapkan mulai suka budaya literasi sehinga tingkat pemahaman mereka tentang agama meningkat dan berdampak baik terhadap religiusitas peserta didik di SMK BN Salatiga yang nantinya mereka malaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim meliputi kegiatan keagamaan seperti sholat wajib, sholat sunnah, puasa, membaca Al-Qur‟an, dan sikap atau etika dengan warga sekolah.
22
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Bandung: Mizan anggota IKAPI, 1993, 210.
11
E. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif
kualitatif
yang
digunakan
sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan temuan-temuan dari observasi dan deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan penerapan program. Observasi yaitu
dengan memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Serta dokumentasi yaitu dengan meneliti benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. 23 Pemilihan informan untuk kebutuhan wawancara dengan cara purposive sampling ini karena peneliti menganggap bahwa informan yang diambil tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru dan peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga
Tahun
Pelajaran 2016/2017. Penyajikan dan analisa data menggunakan uraian secara verbal dan kualifikasinya bersifat tulisan bukan berupa data angka atau data statistik. Untuk menganalisis data dalam tesis ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode
deskriptif
dan
analisis
yaitu
perumusan
filsafat
tersembunyi
dideskripsikan sehingga terus menerus ada referensi dan penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan memilah antara pengertian yang satu dengan pengertian lain untuk menghasilkan pengertian yang baru.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Aneka Cipta, 2010, 198.
12
F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kebijakan kepala sekolah, meliputi profil sekolah, pengertian, dan kebijakan kepala sekolah. Bab III Implementasi program literasi berbasis PAI, meliputi: 1. Pelaksanaan yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan yaitu membaca 15 menit, satu buku satu buku (One Book One Week), Literasi komputer, menuliskan intisari bacaan, berdiskusi dan presentasi. 2. Evaluasi pelaksanaan program. Bab IV Dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya
meningkatkan
religiusitas
peserta
didik,
meliputi
meningkatkan
pemahaman Pendidikan Agama Islam, meningkatkan kompetensi baca tulis AlQur‟an, meningkatkan kompetensi ibadah wajib, meningkatnya semangat literasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang mengacu pada jawaban dari rumusan masalah dan tujuan penelitian. Penulis juga menyampaikan saran atau rekomendasi kepada pihak terkait. Selanjutnya yaitu lampiran yang meliputi: uraian hasil wawancara, uraian hasil pengamatan dan dokumentasi yang berkitan dengan implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dan lain-lain.
BAB II KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH A. Profil Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhakti Nusantara Salatiga terletak di jalan Argosari No.25 Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, yang berdiri pada tahun 2014 dibawah naungan Yayasan Bhakti Nusantara Salatiga yang berdiri sejak 2004. Jumlah peserta didik di SMK Bhakti Nusantara sampai sekarang berjumlah 147 yang terdiri dari kelas X, XI dan XII dan memiliki 4 jurusan yaitu 1. Keperawatan, 2. Farmasi, 3. Perbankan Syari‟ah dan 4. Tehnik Sepeda Motor dan Otomotif. Mayoritas Agama dari keseluruhan mereka kira-kira 85 % adalah beragama Islam dan sebagian yang lainnya beragama Kristen dan Katolik. SMK Bhakti Nusantara Salatiga memiliki peserta didik berdomisili di sekitar kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Peserta didik rata-rata berekonomi golongan menengah kebawah. Pekerjan orang tua peserta didik antara lain adalah petani, buruh, wiraswasta dan sebagiannya lagi adalah Pegawai. Struktur Organisasi SMK Bhakti Nusantara Salatiga yaitu dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan seorang pensiunan PNS, sementara dalam pelaksanaanya dibantu oleh dua wakil kepala sekolah yaitu urusuan kurikulum dan kesiswaan yang merangkap hubungan masyarakat dan industri. Beberapa guru di perbantukan di bagian urusan kurikulum, kesiswaan dan hubungan industri sebagai staff. Dibagian tata usaha dikelola oleh tiga orang pegawai dan beberapa orang lagi di bagian kebersihan, dan penjaga sekolah.
13
14
Yayasan Penasehat Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan dan Hubungan Masyarakat serta Industri
Urusan Kurikulum Staff Kurikulum
Staff Kesiswaan Staff Kurikulum Staff Kesiswaan GURU
Staff Hubungan Masyarakat dan Industri Staff Hubungan Masyarakat dan Industri
Tata Usaha Petugas Kebersihan dan Penjaga Sekolah
Tabel II Struktur Organisasi SMK BN Salatiga
Pendididikan formal tenaga kependidikan di lingkungan SMK BN Salatiga khusunya Guru adalah Sarjana yang terdiri dari beberapa bagian sarjana yaitu Magister (S2) dan Sarjana (S1) yang mayoritasnya adalah dibidang pendidikan dan sebagian lagi non pendidikan. Sedangkan dibagian tata usaha (TU) adalah lulusan diploma (DIII), tenaga kebersihan dan penjaga sekolah adalah lulusan sekolah dasar (SD).
15
B. Pengertian Kebijakan Kepala Sekolah Penanaman nilai-nilai pengetahuan agama tentunya harus dibarengi dengan pemahaman yang utuh dan integral. Dan pemahaman agama hanya bisa didapat dan dilakukan melalui pendidikan baik secara formal maupun tidak formal. Guru pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi pendidik yang kreatif dan profesional yang mampu menciptakan intelektual muslim yang berkarakter baik. Berkaitan dengan hal tersebut penulis mencoba mengimplementasikan program literasi berbasis pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. akan tetapi semuanya itu tidak akan berjalan dengan lancar dan mudah tanpa campur tangan beberapa pihak seperti Kepala Sekolah, Karyawan, Guru dan Peserta didik. Campur tangan kepala sekolah meliputi kebijakan mengenai program tersebut, memonitoring serta mengevaluasi program literasi berbasis PAI tersebut. Menurut Indra fachrudi sebagai penulis buku kebijaksanaan pendidikan di Indonesia mengatakan bahwa kebijakan adalah wisdom. Sedangkan kebijaksanaan adalah policy.24 Kebijakan berarti kepandaian; kemahiran; kebijaksanaan; Rangkaian konsep dan asas yg menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak dalam usaha mencapai sasaran, garis haluan. Sedangkan kebijaksanaan (policy) adalah aturan-aturan yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat kepada siapapun yang dimaksud untuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut. Menurut Gamage dan Pang kebijakan 24
Ali Imron, Kebijkasanaan Pendidikan di Indonesia Proses, Produk dan Masa depannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008,16.
16
adalah terdiri dari pernyataan tentang sasaran dan satu atau lebih pedoman yang luas untuk mencapai sasaran tersebut sehingga dapat dicapai yang dilaksanakan bersama dan memberikan kerangka kerja bagi pelaksanaan program.25 Dengan demikian kebijakan merupakan pertimbangan akal atau sebuah keputusan untuk menjalankan sebuh program atau kegiatan yang dikeluarkan dari seorang pimpinan atau leader di sebuah instansi atau sebuah perusahaan. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan perusahaan atau instansi diketahui oleh pimpinan, begitu juga di lingkungan pendidikan atau disekolah diketahui oleh kepala sekolah dan di sampaikan berupa kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan seperti implementasi program-program, kegiatan pembelajaran diluar kelas dan di dalam sekolah. Jadi seorang kepala sekolah harus memberikan kebijakan-kebijakan pendidikan guna memperlancar kegiatan dan kemajuan sekolah itu sendiri, sesuai dengan
kebijakan
tersebut.
Menurut Syafaruddin, dalam
suatu
kebijakan
pendidikan terdapat tiga tahap kebijakan yaitu: formulasi, implementasi dan evaluasi. Kepala sekolah sebagai petugas yang profesional dituntut untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi dari kebijakan pendidikan tersebut.26 Kebijakan pembelajaran dikendalikan oleh kepala sekolah. Kebijakan pembelajaran ini seperti: mengelaborasi kurikulum menjadi bahan ajar pada setiap mata pelajaran, menyediakan kelengkapan pengajaran, menyiapkan ruang kelas
25
Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif , Jakarta: Rinekacipta: 2008, 75. 26 Syafaruddin, Efektifitas Kebijaka Pendidikan Konsep....76.
17
yang layak dan nyaman dipakai, melakukan supervisi kepada guru dan membina pertumbuhan jabatan melalui pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Tugas utama pemimpin adalah pengambilan keputusan yang dilakukan secara rasional (efektif dan efisien)27 oleh kepala madrasah. Pertimbangan keputusan tersebut harus dilihat dari: tujuan organisasi, sumber daya yang ada, informasi yang lengkap tentang fungsi system kerja, pengalokasian sumber dana didasarkan pada prioritas dan harus memahami pengelolaan dana.28 Oleh karena itu, sekolah diperlukan seorang pemimpin yang efektif dalam penentuan kebijakan dalam pendidikan. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha kerjasama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan organisasi. C. Kebijakan Kepala Sekolah Kebijakan Kepala Sekolah SMK Bhakti Nusantara Salatiga yang pertama berkaitan dengan pembuatan atau perumusan kebijakan dalam pendidikan. Berikut adalah tahap-tahap dalam proses pembuatan atau perumusan kebijakan melalui wawancara dengan Kepala Sekolah yang berkaitan dengan literasi
27
Efektif mengandung pengertian sebagai pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif, membuat keputusan yang tepat dan sukses dalam mengimplementasikannya, melakukan hal yang tepat, dengan tepat, di waktu yang tepat.sedangkan Efisien mengandung pengertian sebagai penggunaan sumber daya minimal untuk menghasilkan output dengan volume yang diharapkan (hasil yang optimum), menggunakan sumber daya secara bijak dan hemat, pengoperasian dengan sesuai sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. https://web.facebook.com/notes/moch-diki-widianto/pengertian-efektif-dan-efisien-pengantarmanajemen/235032016656991/?_rdr. 28 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2009, 123.
18
berbasis pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga 29: 1.
Penyusunan masalahnya adalah Pemahaman tentang Agama Islam kurang sehingga mereka tidak melakukan pembiasaan ibadah seperti membaca AlQur‟an, sholat wajib, puasa, dan lainya.
2.
Alternatif
untuk
mengatasi
masalah
yaitu
dengan
mencoba
mengimplementasikan program literasi berbasis PAI di SMK Bhakti Nusantara Salatiga kelas XI semua jurusan. 3.
Pelaksanan Program literasi berbasis PAI dengan berbagai strategi antara lain membaca buku yang berkaitan dengan Agama Islam 15 menit di awal pembelajaran PAI, penugasan dengan target membaca buku Agama Islam satu buku satu minggu di rumah, merangkum atau menuliskan inti dari bacaan yang telah dibaca, berdiskusi dan mempresentasikan.
4.
Keterlibatan pelaksanaan program literasi berbasis PAI yaitu kepala sekolah, perpustakaan, peserta didik, Guru dan warga sekolah.
5.
Tujuan dari program literasi berbasis PAI yaitu meningkatnya religiusitas yang mengarah pada pemahaman Agama Islam peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
6.
Kebijakan yang diberikan oleh kepala sekolah terhadap implementasi program literasi berbasis PAI ini antara lain:
29
Wawancara dan diskusi antara peneliti dengan Kepala Sekolah (SH) berkaitan dengan program literasi berbasis PAI, hari Senin 18/07/2016, lampiran 1 No 1-10.
19
a. Ijin Pelaksanaan Program literasi berbasis PAI ini disetujui dan diberikan ijin oleh kepala sekolah untuk melaksanakan program ini pada semester satu yaitu antara bulan Juli sampai dengan Desember Tahun 2016 atau berakhirnya semester satu Tahun Pelajaran 2016/2017. b. Dukungan Pihak Sekolah Program ini dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan penuh dari kepala sekolah berupa sarana prasarana yang diperlukan guna memperlancar kegiatan tersebut seperti perpustakaan, laboratorium komputer, internet atau wifi gratis, ruangan, dan waktu di luar jam pembelajaran. c. Monitoring. Monitoring pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Monitoring ini pada prinsipnya adalah cara yang dilaksanakan oleh kepala sekolah agar sebuah kebijakan yang diberikan tersebut dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi kegiatan diatas merupakan tahapan kebijakan yang diberikan Kepala SMK Bhakti Nusantara Salatiga terhadap iplementasi program literasi berbasis PAI tersebut dan harapan kepala sekolah kepada peneliti yaitu selalu berkomunikasi dengan berbagai pihak demi terwujudnya program literasi berbasis PAI ini dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
20
Pengawasan dan bimbingan dari kepala sekolah terhadap perencanaan dan pelaksanaan program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik ini sangat dibutuhkan guna tercapainya tujuan dari implementasi program tersebut. pada akhirnya nanti akan dilakukan evaluasi
guna
memberikan
informasi
tentang
implementasi
program,
mengidentifikasikan tingkat keberhasilan pelaksanaan, sehingga dapat diketahui sejauh mana pelaksanaan tersebut telah tercapai. Apakah program tersebut berjalan dengan baik atau sebaliknya dan dari situ kepala sekolah akan mengambil kebijakan selanjutnya.
BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI BERBASIS PAI A. Implementasi Program Progam literasi berbasis PAI ini merupakan sebuah gagasan peneliti yang sebagian hampir sama dengan program KEMENDIKBUD No. 23 Tahun 2015 tentang literasi sekolah. Program literasi berbasis pendidikan Agama Islam ini mulai dilaksanakan semester satu pada bulan Juli 2016. Bermula dari pengamatan peneliti tentang banyaknya peserta didik yang tidak melakukan ibadah wajib. Peserta didik justru menggunakan waktu ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) tersebut hanya untuk makan dan bermain. Peserta didik juga kurang memahami Ilmu Agama Islam dan belum mengetahui apa yang menjadi kewajiban sebagai seorang muslim. Kebanyakan dari peserta didik hanya mengaku beragama Islam namun tidak pernah melaksanakan perintah Allah atau melaksanakan kewajiban sebagai muslim dengan baik. Berdasarkan keprihatinan tersebut, peneliti berupaya untuk melakukan peningkatan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada peserta didik melalui program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam. Program ini diterapkan pada peserta didik kelas XI keperawatan, farmasi, dan perbankan syari‟ah. Melalui program ini, diharapkan dapat memberikan dampak yang baik untuk peserta didik, sehingga nantinya dapat diterapkan pada semua siswa baik kelas X, XI, dan XII. Dampak tersebut berupa peningkatan pemahaman ilmu keagamaan Islam, seperti tata cara sholat, zakat, puasa, haji, shodaqoh, fiqih, dan lain sebagainya sehingga peserta didik dapat melalukan ibadah tanpa paksaan dan sadar akan kewajiban
21
22
mereka sebagai seorang muslim. Diharapkan siswa juga dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh dengan baik sehingga ibadah yang mereka lakukan sesuai dengan syariat Islam. Beberapa metode atau strategi yang peneliti implementasikan dalam upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga antara lain: 1. Membaca 15 menit, 2. Satu buku satu minggu (One Book One Week), 3. Literasi komputer, 4. Menuliskan intisari
bacaan, 5. Berdiskusi dan Presentasi.
Setelah program dijalankan kurang lebih satu semester, akan dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana, bagaimana, kendala, serta dampak dari program yang dilakukan oleh peneliti. 1.
Membaca 15 Menit Kegiatan membaca 15 menit di awal Pembelajaran PAI ini merupakan suatu
kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Menurut Dalman membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.30
30
Dalman, Keterampilan Membaca, Jakarta: PT. Raja Grafindo Jakarta, 2104, 5.
23
Penulis sedikit memodifikasi program dari Kemendikbud tentang literasi sekolah yang bersifat umum tersebut menjadi program literasi berbasis PAI. Kegiatan ini dilakukan dengan membaca buku dalam hati selama 15 menit pada awal pelajaran PAI. Buku yang dibaca meliputi buku fiqih, tauhid, tata cara Sholat, tajwid, baca tulis Al-Qur‟an, do‟a sehari-hari, aqidah, akhlaq dan lain-lain. Buku tersebut sebagian tersedia di perpustakaan sekolah dan sebagian lagi adalah buku peserta didik, membawa satu buku dari rumah yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam. Kegiatan membaca ini memang hanya dalam waktu yang pendek, namun ketika sering dan berkala dilaksanakan terbukti lebih efektif daripada membaca lebih lama, namun jarang. Kunci keberhasilan kegiatan ini adalah pada keberlangsungan dan frekuensi kegiatan, bukan pada jumlah jam dan menit membaca. Kegiatan membaca yang dilakukan secara istiqomah, mampu menumbuhkan kebiasaan membaca. Jadi sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus akan cepat membekas dan lebih cepat dipahami meskipun hanya dilakukan atau dengan sedikit demi sedikit. Akan sangat berbeda ketika bacaan itu diselesaikan dengan cepat dan mungkin diselesaikan hanya beberapa jam, maka bisa dipastikan bahwa tingkat pemahaman mereka pasti akan kurang. Ditambah lagi dengan jam pelajaran PAI dalam satu minggu hanyalah dua jam pelajaran, maka kegiatan 15 menit membaca di awal pelajaran PAI tidak bisa dilakukan setiap hari. Agar kegiatan membaca dapat dilakukan setiap hari, peserta didik diberikan tugas membaca dirumah. Materi atau buku yang dibaca peserta didik adalah buku-
24
buku yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam. Hal-hal yang belum dipahami, ditanyakan sekaligus didiskusikan dengan guru Agama Islam pada saat pelajaran atau diluar jam pelajaran seperti jam istirahat dan setelah proses belajar mengajar selesai. 2.
Satu Buku Satu Minggu Satu Buku Satu Minggu (One Book One Week) adalah kegiatan membaca satu
buku dalam satu minggu. Kegiatan tersebut untuk menunjang program literasi sebagai peningkatan nilai Agama, pada praktiknya peserta didik diberikan tugas membaca buku yang berkaitan dengan PAI.
Peserta didik dihimbau untuk
menyelesaikan membaca satu buku dalam satu minggu yang dilakukan di rumah. Setiap peserta didik diminta untuk memberikan tanggapan atau menyampaikan inti atau kesimpulan dari apa yang telah mereka baca dan tagihan dalam betuk tulisan, tergantung tema yang ditetapkan, jika materi tema itu berkaitan dengan materi ajar maka anak ada tagihan menjelaskan dan menulis. Seperti halnya tugas mencari Ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan materi, menulis dan mencari hukum bacaan tajwid dalam ayat tersebut. Tujuan daripada program ini yaitu untuk meminimalisir peserta didik untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti halnya bermain HP, menonton TV, atau mungkin tidak ada kegiatan sama sekali. Selain itu, mengajarkan kepada anak tentang tanggung jawab meskipun tidak ada yang mengawasi tetapi mereka melaksanakan tugas tersebut. Kegiatan ini mungkin jarang dilakukan di sekolah, biasanya guru hanya memberikan tugas seperti mengerjakan buku lembar kerja siswa atau mungkin
25
soal-soal dari mata pelajaran yang diajarkan saja. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan program tugas membaca satu buku satu minggu tersebut. Anak kemungkinkan tidak bosan ketika yang dibacanya tersebut sesuai pilihan mereka, akan tetapi tetap harus ada kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam. 3.
Literasi Komputer Literasi komputer atau e-literasi adalah kegiatan membaca, mencari informasi
dengan menggunakan komputer dan alat elektronik yang terhubung langsung dengan internet atau tidak langsung. Seperti halnya yang dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan SMK juga mengimplementasikan program Literasi Komputer dengan menyebutnya sebagai literasi digital atau e-literasi, yaitu kegiatan literasi yang berbasis elektronik/komputer.31 Pada kegiatan ini, sekolah menyediakan fasilitas internet gratis kepada peserta didik. Mereka dapat mengakses internet kapan pun, dengan komputer, laptop, handphone atau smartphone. peserta didik dapat dengan mudah dan cepat mencari informasi-informasi dan tidak perlu mencari buku-buku diperpustakan apabila mereka saat itu butuh rujukan lain atau mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam. Menurut Brian Wright beberapa hal yang bisa didapatkan dari kegiatan literasi digital adalah seperti pada gambar sebagai berikut 32:
31
Nur Widyani, dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, 11. 32 Brian Wright, Top 10 Benefits of Digital Skills: http://webpercent.com/top-10-benefitsof-digital-skills/, diakses tanggal 5 Oktober 2015.
26
Tabel 3 Top 10 Benefits of Digital Literacy: Why You Should Care About Technology - Brian Wright (2015)
Dari keterangan gambar diatas tersebut adalah : (1) menghemat waktu, (2) belajar lebih cepat, (3) menghemat uang, (4) membuat lebih aman, (5) selalu memperoleh informasi terkini, (6) selalu terhubung, (7) keputusan yang lebih baik, (8) dapat membuat anda bekerja, (9) membuat lebih bahagia, (10) mempengaruhi dunia.
27
E-literasi ini sangat banyak manfaatnya, dari segi ekonomi lebih hemat, efisien, dan mudah didapat. Dengan e-literasi ini, mereka dapat lebih mandiri tanpa harus menyuruh mereka ke perpustakaan. Mereka dapat mencari materi dan selanjutnya bisa mendownload buku-buku Islami (e-book Islam) seperti tata cara Sholat, hukum-hukum fiqih, tajwid, do‟a sehari-hari, artikel, gambar, blog dan informasi-informasi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam yang kemudian bisa di simpan di alat elektronik mereka sehingga mereka mudah ketika membaca kapan pun dan dimana pun. Mereka tidak perlu membawa buku-buku tebal kemana-mana ketika ingin mengisi waktu luang atau waktu kosong untuk membaca ilmu-ilmu Agama Islam, mereka hanya perlu membuka dokumen yang telah didownload dari laptop atau handphone. 4.
Menuliskan Intisari Bacaan Membuat ringkasan atau merangkum intisari buku bacaan Pendidikan Agama
Islam. Rangkuman atau ringkasan dapat diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja yang terdapat dalam penugasan One Book One Week. Merangkum atau meringkas bacaan Pendidikan Agama Islam ini bertujuan untuk
menguji
kemampuan
penulis
dalam
menemukan
pokok-pokok
permasalahan yang ditemukan dalam bacaan yang dituangkan dalam sebuah tulisan, kemudian menyusun kembali dalam sebuah tulisan yang lebih ringkas. Semisal mereka membaca buku dengan judul 40 Manfaat Shalat Berjama‟ah karya Syaikh Abu Abdillah Musnid Al-Qahthani, Menghindari Bahaya Riya‟
28
(pamer amal) karya Ust. Maftuh Ahnan dan Ustdz. Lailatus Sa‟adah, S.Pd.I, Meraih Pahala Besar dengan Amalan Ringan karya Muhammad Khair Yusuf . Dari buku yang dibacanya tersebut, mereka meringkas pokok/inti bahasan yang terdapat didalamnya. 5.
Berdiskusi dan Presentasi Berdiskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau
lebih. Biasanya komunikasi antara mereka berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Guru memberikan tugas kepada peserta didik dengan cara berkelompok sesuai dengan tema atau materi Pendidikan Agama Islam dalam satu atau dua semester. Mereka diminta untuk membuat semacam makalah yang kemudian didiskusikan saling bertukar pendapat tentang apa yang akan disampaikan ketika presentasi nanti. Mereka akan terbagi dengan tugas yang telah dibagi. Ada seorang notulen, pemateri, dan moderator. Dari hasil yang telah dipresentasikan, peserta atau peserta didik lain (audiens) diperbolehkan ikut menjawab pertanyaan yang diajukan. presentasi ini merupakan sebuah kegiatan
menyampaikan atau berbicara
tentang materi Pendidikan Agama Islam di depan umum atau orang banyak dengan berupaya membuat orang lain tersebut paham dan tertarik dengan materi Agama Islam yang disampaikan. Harapanya kegiatan ini dapat melatih mental, melatih berbicara dengan urut dan baik, melatih untuk saling menghargai
29
pendapat orang lain dan yang paling penting mereka akan lebih mudah paham tentang Agama Islam. B. Evaluasi Implementasi Program Setelah peneliti mengimplementasikan program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga selama kurang lebih empat bulan, pastinya terdapat beberapa kekurangan atau kendala dalam pelaksanaan program tersebut yang perlu peneliti sampaikan dengan tujuan agar kedepan dapat direncanakan dan implementasikan dengan lebih baik lagi. Adapun kekurangan atau kendala dalam penelitian ini antara lain: 1.
Kurangnya waktu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam satu minggu yang hanya dua jam pelajaran dikarenakan masih menggunakan kurikulum 2006.
2.
Belum dilaksakannya program literasi sekolah yang dicanangkan oleh Kemendikbud di SMK Bhakti Nusantara Salatiga sehingga dalam implementasi program literasi berbasis PAI ini masih bisa dibilang awal dan belum begitu optimal. Hal ini dikarenakan program literasi awal dan masih banyak dari warga sekolah yang belum paham betul dengan program literasi itu sendiri, meskipun beberapa kali sudah diinformasikan dan dijelaskan kepada mereka oleh peneliti.
3.
Kurangnya antusias dan semangat dari Bapak Ibu guru SMK Bhakti Nusantara Salatiga, dikarenakan program ini literasi berbasis PAI dan dalam
30
pembahasannya pun hanya berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 4.
Minat dari peserta didik kurang, hal ini dikarenakan mereka yang awalnya kurang begitu senang dengan membaca buku atau mengunakan internet untuk mencari sumber atau materi atau tidak terbiasa dengan kegiatan literasi, mereka harus menyelesaikan bacaan dan tulisan yang ditugaskan oleh peneliti kepeda peserta didik.
5.
Peserta didik merasa bahwa, mereka terlalu banyak tugas khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan ditambah lagi dengan pekerjaan rumah yang diberikan oleh Guru pada mata pelajaran lain.
6.
Selain itu ketika kegiatan atau program ini dilakukan diluar jam pelajaran, semisal setelah proses pembelajaran selesai, mereka cenderung lekas pulang atau mengikuti ekstra lain. Sehingga dalam pelaksanaan di luar jam pelejaran hanya diikuti beberapa peserta didik saja yang memang sudah nyaman dan senang dengan kegiatan literasi berbasis Pendidikan Agama Islam tersebut tanpa ada paksaaan.
7.
Kurang intensnya peneliti dalam mendampingi peserta didik dalam pelakasanaan program literasi tersebut, dikarenakan peneliti juga sebagai Guru Pendidikan Agama Islam yang merangkap sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, hubungan masyarakat dan hubungan industri di SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
31
Beberapa hal di atas yang menjadi kendala dan kekurangan dalam penelitian ini, harapan peneliti dan kepala sekolah juga menyampaikan bahwa, perlunya perencanaan yang lebih matang, program literasi yang sifatnya menyeluruh dan betul-betul dijalankan oleh seluruh warga sekolah dengan diterbitkannya SK Kepala Sekolah, dan perlunya program ini dikemas dengan yang lebih efektif dan efisien. Program ini juga memberikan dampak yang posistif kepada peserta didik dalam meningkatkan religiusitas yang mengarah pada pemahaman keagamaan Islam peserta didik. meskipun program ini belum memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatnya religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
BAB IV DAMPAK PROGRAM LITERASI BERBASIS PAI DALAM UPAYA MENINGKATKAN RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK A. Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Agama Islam Sasaran program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam adalah meningkatnya pemahaman terhadap Agama Islam pada peserta didik di SMK Bhakti Nusantara. Pada umumnya, peserta didik yang beragama Islam dikarenakan faktor keturunan dari orang tuanya, atau bisa dikatakan Islam abangan. Banyak dari peserta didik yang kurang sadar akan pentingnya pendidikan agama untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat karena orang tua mereka juga tidak begitu paham dan tidak memperhatikan Pendidikan Agama. Berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada peserta didik, peneliti bertanya kepada peserta didik. “Apakah anda sebagai seorang muslim melakukan kewajiban sholat lima waktu dan membaca Al-Qur‟an?, NM menjawab jarang sekali melaksanakannya karena tidak bisa dan orang tua juga jarang beribadah. 33 Orang tua mereka kurang memperhatikan Pendidikan Agama untuk anakanaknya. NGN menyampaikan bahwa orang tuanya justru lebih khawatir ketika anaknya dalam pelajaran Bahasa Inggris mendapatkan nilai rendah dan segera mencari guru les prifat agar nilai Bahasa Inggrisnya meningkat. Akan tetapi, jika nilai pelajaran Agama Islam rendah, orang tuanya hanya santai-santai saja.34 Rendahnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan Agama Islam ini disebabkan karena antara orang tua dan peserta didik tidak begitu paham sehingga mereka
33 34
Wawancara, Literasi PAI, NM, hari Kamis 10/11/2016, lampiran 3 No 3. Wawancara, Literasi PAI, NGN, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 7 No 3.
32
33
tidak melakukan apa yang menjadi kewajiban sebagai seorang muslim seperti Sholat wajib, Puasa Ramadhan, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini cukup efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pendidikan Agama Islam. Melalui program literasi yang telah dilaksanakan, dari jumlah siswa kelas XI yang beragama Islam ada 56 peserta didik,
sekitar 25 % dari mereka, tentang
Pendidikan Agama Islam meningkat. ZF menuturkan bahwa awalnya memang merasa malas dan bosan tetapi lama kelamaan jadi tahu banyak tentang Islam. Awalnya saya jarang sekali sholat, setelah saya tahu dengan pahala yang melaksanakan dan dosa bagi yang tidak melaksanakan. Saya sekarang lebih rajin untuk sholat meskipun kadang juga masih ada yang bolong. Tapi seenggaknya sudah mulai sadar.35 Peserta didik mulai paham akan pentingnya sholat, mengaji serta ibadah yang lain. RK menyampaikan bahwa dirinya lebih paham bagaimana tata cara sholat yang benar serta mengetahui hukum-hukum Islam yang lain.36 Selain itu, peserta didik mengaku lebih termotivasi setelah mengetahui dan mempelajari ilmu agama.37 Peserta didik mulai sadar bahwa apa yang mereka kerjakan selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk pun mulai ditinggalkan.
35
Wawancara, Literasi PAI, ZF, hari Selasa 1/11/2016, lampiran 2 No 5. Wawancara, Literasi PAI, RK, hari Jum‟at 18/11/2016, lampiran 4 No 7. 37 Wawancara, Literasi PAI, MRA, hari Rabu 23/11/2016, lampiran 10 No 6. 36
34
B. Meningkatkan Kompetensi Baca Tulis Al-Qur’an Sasaran dari program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini salah satunya adalah meningkatkan kompetensi baca tulis Al-Qur‟an, hafalan suratsurat pendek dan menulis Al-Qur‟an. Berdasarkan hasil penelitian, hanya ada sekitar 30% siswa yang dapat membaca Al-Quran dengan lancar.38 Sisanya yaitu siswa yang belum bisa membaca, masih Iqro‟, dan sebagian lagi Juz Amma. Wawancara terhadap beberapa siswa yang tidak bisa membaca Al-Quran peneliti lakukan diwaktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Peserta didik diminta untuk membacakan ayat Al-Qur‟an atau hadist yang ada dalam buku materi Pendidikan Agama Islam dan setelah itu peneliti mewawancarai siswa. Pertanyaan peneliti kepada peserta didik, (1)"Mengapa kamu tidak bisa membaca Al-Qur‟an? “ Jawab peserta didik, ”Saya dari kecil sampai sekarang tidak pernah diajarkan ilmu agama oleh orang tua, Pak. Jadi, wajar saja jika saya tidak bisa membaca Al-Quran." (2)“Apakah orang tua kalian tidak pernah mengajarkan kepada kalian membaca Al-Qur‟an atau memberikan contoh membaca AlQur‟an?” Jawab peserta didik, “Boro-boro ngajari ngaji pak, lawong baca Al-qur‟an saja bapak ibu saya tidak bisa”. (3)”Apakah orang tua kalian tidak menyuruh kalian mengaji?” Jawab peserta didik, “orang tua saya saja pulangnya sudah malam, kalaupun dirumah ya tidak pernah menyuruh saya”.39 Pada kesempatan pembelajaran PAI peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar. Mulai dari sekarang mulailah belajar membaca Al-Quran, meskipun dari
38
Hasil penilaian pengamatan membaca Al-Qur‟an saat proses KBM, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 39 Wawancara, Literasi PAI, RK, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 4 No 5 dan 6.
35
Iqro‟ terlebih dahulu. Jangan pernah malu karena niat kita untuk bisa membaca Al-Quran merupakan suatu amal ibadah.40 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang tidak dapat membaca Al-Qur‟an karena faktor lingkungan dan orang tua. Orang tua mereka tidak mengajarkan dan tidak bisa membaca Al-Qur‟an. Hal ini juga diperparah dengan kurangnya kepedulian orang tua untuk menyuruh serta mengarahkan anaknya untuk belajar membaca Al-Qur‟an. Peneliti sebetulnya memiliki gagasan tentang literasi Al-Qur‟an pada pagi hari sebelum pembelajaran dimulai. Akan tetapi program ini belum bisa diimplementasikan karena peserta didik SMK Bhakti Nusantara tidak semuanya beragama Islam. Namun demikian, peneliti mencoba lebih intens menekankan kepada peseta didik untuk belajar baca tulis Al-Qur‟an pada jam pelajaran Agama Islam serta memberikan tugas rumah untuk mencari dan menuliskan bacaan-bacan tajwid yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan seperti itu peserta didik akan lebih mau belajar memahami apa yang menjadi pedoman orang Islam yaitu Al-Qur‟an. Mereka akan malu ketika mereka diminta untuk membacakan materi yang ada bacaan atau ayat Al-Qur‟an, tetapi mereka tidak bisa membacanya. Dari situ, mereka akan termotivasi untuk lebih belajar mendalami tata cara membaca dan menulis Al-Qur‟an. Berdasarkan hasil implementasi program literasi tersebut dari jumlah siswa kelas XI yang beragama Islam ada 56 siswa,
40
dari data pengamatan yang
Disampaikan saat akhir KBM PAI pada hari kamis 24/11/2016, XI Keperawatan 2.
36
sebelumnya hanya 30% yang bisa membaca Al-Qur‟an sekarang sudah meningkat sekitar 40%.41 Seiring dengan berjalannya program tersebut banyak dari peserta didik yang sudah mulai belajar tanpa ada rasa malu dan mulai bisa membaca AlQur‟an meskipun belum begitu lancar.
C. Meningkatkan Kompetensi Ibadah Wajib Dengan adanya program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam, peserta didik menjadi lebih termotivasi dan tahu bagaimana tata cara dan bacaan yang benar dalam melakukan ibadah sholat wajib khususnya sholat wajib yang dilakukan di sekolah. Berdasarkan pengamatan peneliti, dari awal
sebelum
program
ini
dilaksanakan, kebanyakan dari mereka enggan melaksanakan ibadah sholat, baik itu dirumah maupun disekolah. Hasil dari wawancara peneliti terhadap NAH beberapa hal yang menjadikan mereka tidak melaksanakan sholat wajib lima waktu adalah mereka tidak paham dengan perintah Allah, tidak paham dengan tujuan sholat, tidak tahu rukun-rukun, syarat sahnya sholat, dan bahkan mereka tidak tahu tata cara sholat yang baik dan benar.42 Setelah dilaksanakannya program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini peserta didik sedikit demi sedikit mulai sadar untuk melakukan sholat. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan siswa yang dulunya menggunakan waktu ISHOMA untuk makan dan bermain, sekarang peserta didik melakukan sholat dimushola
41
Hasil penilaian pengamatan membaca Al-Qur‟an saat proses KBM, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 42 Wawancara, Literasi PAI, NAH, hari Senin 21/11/2016, lampiran 6 No 5.
37
sekolah sebelum mereka makan dan bermain.43 Meskipun dalam praktiknya, belum semua siswa yang melakukan namun setidaknya sudah mulai ada peningkatan dalam hal ibadah seperti sholat dzuhur. Peserta didik juga mengaku lebih paham bagaimana tata cara sholat yang baik, syarat sah solat, hal-hal yang membatalkan sholat, dan lainnya.44 Siswa yang dulunya belum dapat berwudhu sesuai dengan tata cara yang benar, sekarang peserta didik sudah dapat melakukannya. D. Meningkatnya Semangat Literasi pada Mata Pelajaran PAI Sasaran selanjutnya dari implementasi program literasi berbasis PAI ini adalah dapat mendorong peserta didik untuk melatih mentalnya ketika disekolah seperti bertanya, berdiskusi, menyampaikan pendapat dan berani menanggapi pernyataan teman pada setiap jam pembelajaran PAI, sehingga kegiatan belajar mengajar di dalam kelas lebih akif dan suasana proses pembelajaran PAI akan lebih hidup. Nilai mata pelajaran PAI pun juga mengalami peningkatan, dikarenakan dalam proses belajar mengajar kebanyakan dari mereka sudah terbiasa dengan literasi materi-materi yang berhubungan dengan PAI. Tidak
semua
Guru
PAI
mampu
memberikan
pembelajaran
yang
menyenangkan bagi peserta didiknya. Hal ini membuat peserta didik sering merasa tidak betah dan merasa bosan berada dalam kelas ketika KBM sedang berlangsung.45
Ketidakbetahan
peserta
didik
dikarenakan
Guru
dalam
menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan hanya monoton dan begitu43
Wawancara, Literasi PAI, IO, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 8 No 4. Wawancara, Literasi PAI, SNF, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 9 No 6. 45 Wawancara, Literasi PAI, NAH, hari Senin 21/11/2016, lampiran 6 No 7. 44
38
begitu saja. Bisa jadi, dari awal masuk kelas guru memulai pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan metode tersebut tidak divariasi menggunakan metode-metode lain yang lebih disenangi peserta didik. Artinya, guru dari awal sampai akhir pembelajaran hanya berceramah saja. Metode ceramah ini tidak mampu membuat peserta didik tertarik dengan materi yang disampaikan dan mereka juga akan sulit memahami apa yang disampaikan. Program ini cukup efektif dan memberikan dampak positif terhadap peserta didik dan berdampak juga pada mata pelajaran yang lain. Setiap hari pada saat istirahat atau saat jam-jam kosong ada kelompok-kelompok kecil yang berdiskusi di sudut-sudut kelas, di depan kelas maupun di halaman sekolah sembari mengunakan HP ataupun laptopnya untuk mencari bahan-bahan materi pelajaran Agama Islam di internet, meskipun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian dari mereka terlihat sedang bermain atau bermedia sosial. SNF menuturkan bahwa fasilitas internet ini bermanfaat dalam hal mencari materi pelajaran dan juga bersosial media.46 Kegiatan seperti itu memberikan kesan pemandangan ilmiah di lingkungan pendidikan. Program literasi ini juga dirasakan oleh sebagian guru di mata pelajaran yang diampunya. Beberapa guru menyampaikan bahwa peserta didik mengalami perubahan pada semangat belajarnya.47 Peserta didik semakin antusias dalam mengikuti pelajaran dan banyak dari mereka yang sudah berani bertanya, berdiskusi, presentasi, berani menanggapi pernyataan teman dan menyampaikan pendapatnya di depan teman sekelasnya. 46 47
Wawancara, Literasi PAI, SNF, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 9 No 5. Wawancara, Literasi PAI, AM, hari Selasa 29/11/2016, lampiran 11 No 4 dan 5.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan Kepala Sekolah tentang program literasi berbasis pendidikan Agama Islam pada prinsipnya boleh dicoba dan diterapkan di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. Pihak sekolah mendukung serta siap menfasilitasi apa yang dibutuhkan dalam implementasi program tersebut seperti buku-buku Agama Islam, internet, perpustakan dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik. kepala sekolah juga akan memonitoring dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan akan mengevaluasi implementasi program tersebut. Implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga, yang pertama adalah pelaksanaan yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan yaitu: (1) Membaca 15 menit diawal pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (2) One Book One Week, (3) Literasi komputer atau e-literasi, (4) Menuliskan Rangkuman atau intisari bacaan, (5) Berdiskusi dan Presentasi. Selanjutnya adalah evaluasi pelaksanaan program. Dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik antara lain: (1) Meningkatkan pemahaman Pendidikan Agama Islam, (2) Meningkatkan kompetensi baca tulis Al-Qur‟an, (3) Meningkatkan kompetensi ibadah wajib, (4) Meningkatnya semangat literasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
39
40
B. Saran Bagi Kemendikbud program gerakan literasi sekolah yang dicanangkan tersebut berharap bisa terlaksana dengan baik dan menyeluruh ke sekolah-sekolah yang belum menjalankan program tersebut dengan selalu dimonitoring dan diarahan sesuai dengan petunjuk teknis yang sudah dibuat dengan intensif agar budaya literasi di Indonesia ini terwujud dengan baik sesuai dengan harapan. Bagi kepala sekolah program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini perlu diterapkan dan mendapatkan dukungan penuh dari warga sekolah sehingga dapat dijadikan sebagai metode atau cara meningkatnya religiusitas peserta didik dalam hal pemahaman keagamaan Islam. Bagi peserta didik diharapkan sadar akan pentingnya budaya literasi khusunya literasi berbasis Pendidikan Agama Islam. Kegiatan ini berharap dapat dijadikan sebagai acuan untuk mencari ilmu sehingga peserta didik mengetahui serta melaksanakan apa yang menjadi kewajiban sebagai seorang muslim tanpa paksaan dan dapat dijadikan sebagai bekal hidup bahagia di dunia dan akhirat. Bagi pembaca semoga hasil penelitian ini menjadikan khasanah keilmuan baik secara teoritis maupun praktis guna menggali hal-hal baru untuk menunjang pembuatan program-program yang dapat meningkatkan religiusitas peserta didik yang lebih efektif dan efisien. Bagi peneliti lain, implementasi program ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak yang belum disentuh oleh peneliti. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya perlu adanya kajian yang lebih mendalam kaitannya dengan literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini.
41
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitia, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Aneka Cipta, 2010. Armsrong, Thomas. Kecerdasan Jamak dalam Membaca dan Menulis. Jakarta: PT. Indek, 2014. Baswedan, Anies. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Kemendikbud, 2106. Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Dalman, Keterampilan Membaca, Jakarta: PT. Raja Grafindo Jakarta, 2104. Daradjat, Zakiah. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 2001. Darma, Satria. The Rise of Literacy. Sidoarjo: Eureka Academia, 2014. Fattah, Nanang. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Gong, Gol A & Irkham, Agus M. Gempa Literasi Dari Kampung untuk Nusantara. Cetakan pertama. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2012. Hapsari, Widyaning. “Pengaruh Program Stimulasi Literasi terhadap Aktivitas Literasi dan Kemampuan Literasi Awal pada Anak Prasekolah”.Tesis, Fakultas Psikologi UMS. 2016. Hariyati, Mutty, “keterampilan literasi informasi Dengan menggunakan model Empowering eight: Studi pada Digital natives di perpustakaan universitas kristen petra surabaya”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015. Horton, Forest Woody. Understanding Information Literacy: A primer. Paris: Unesco, 2007. Imron, Ali. Kebijkasanaan Pendidikan di Indonesia Proses, Produk dan Masa depannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Kementrian, Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemah. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
42
Kurniasari, Meinia Prasyesti. “Surabaya Kota Literasi dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis”.Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana UGM., 2015. Matsuura, Koichiro, Education for All Global Monitoring Report 2006, France: Graphoprint, Chapter 6, 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Offset, 2007.
PT. Remaja
Retnaningdyah, Pratiwi, dkk. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, 2016. Ruhaena, Lisnawati. “Faktor-Faktor Penentu Kemampuan Literasi Dasar dalam Konteks Keluarga”. Disertasi, Pascasarjana UGM. Yogyakarta, 2014. Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta, 2009. Shihab, Quraisy. Membumikan Al-Qur‟an. Bandung: Mizan anggota IKAPI, 1993. Soetopo, Hendiyat & Wasty, Soemanto. Kepemimpinan dan Supevisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988. Syafaruddin. Efektifitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif . Jakarta: Rinekacipta: 2008. Trim,
Bambang. Melejitkan Daya Literasi Indonesia: Sebuah Pendahuluan, Jakarta: Institut Penulis Indonesia, 2016.
Kajian
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Wahjosumidjo. Kepemimpinan kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
dan
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
dan.
Widyani, Nur, dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
43
Wiedarti, Pangesti M. dkk. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Dirjen. Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud, 2016. Wright, Brian. Top 10 Benefits of Digital Skills: http://webpercent.com/top-10benefits-of-digital-skills/, diakses tanggal 5 Oktober 2015. Yunus, Mahmud. Kamus Besar Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989. Zuhairin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
44
45
46
47