KANDANG KELOMPOK DAN SISTEM PERGULIRAN SAM DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA Khairiah Balai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Utara
ABSTRAK Theft of livestock often becoming major contstraints to cattle and other ruminants. Aids in form of revolving program is hard to be monitored as the beasts were stolen. Eighty heads of cattle were distributed to the farmers in Lubuk Bayas under BLM . Sheme in 2003 and 16 more were sent to Melati Village funded by through APBD to the Serdang Bedagai District. Both groups were raised under collective systems. The group in Lubuk Bayas applied the sharing scheme program, while in the Serdang Bedagal was under SIGUTIWASKAT . Raising cattle under collective system showing more advantages than that of Individual reaving . Revolving system was monitored effectively . Keyword : Revolving system, Serdang Bedagai, collective pen, steer .
PENDAHULUAN ejak 1960 ternak telah diusahakan secara tradisional dan individu, dan terus berkembang secara swadaya . Sejak tahun 1995 sering terjadi pencurian ternak, yang menjadi kendala berkembangnya sapi dan ruminansia lain . Dalam rangka mengatasi pencurian ternak maka dibuatlah kandang kelompok . Kegiatan dalam sapi ketompok dengan kandang kelompok ini membuka peluang bagi proses pengelolaan partisipatif anggota .
S
Bantuan pemerintah kepada petani peternak untuk peningkatan populasi ternak melalui sistem perguliran kurang berjalan sebagaimana yang diharapkan . Kadang-kadang perguliran terhenti begitu saja sampai pada I (satu) atau 2 (dua) kali bergutir dan selanjutnya tidak jetas lagi, karena kurang monitoring . Kesalahan in tidak saja dari pihak petani sebagai penerima gutiran, akan tetapi juga pada pihak pemberi guliran yang tidak metakukan pemantauan yang efektif dan sistem yang diterapkan kurang jelas . Akibatnya pergutiran tersebut tidak berjalan sebagaimana diharapkan . Kadang-kadang petani sudah mengembalikan kepada pemerintah tetapi kelanjutannya tidak jelas, sehingga petani yang sudah menggulirkan merasa bahwa ternak yang ia terima tidak muttak dikembalikan . Pola perguliran harus ditetapkan untuk mengantisipasi kasus-kasus terdahulu seperti habis proyek habislah, atau jumiah peternak dan populasi sapi berkurang . Pada kasus sebetumnya, penurunan jumiah KK peternak dan poputasi ternak terjadi karena banyaknya kasus pencurian ternak pada kandang individu, dan diikuti kondisi krisis ekonomi yang berkepanjangan (Leo Batubara, 2001) . Tulisan ini mendeskriptifkan manfaat kandang kelompok dan sistem perguliran ternak sapi . METODOLOGI Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder . Format pengkajian bersifat deskriptif dengan metode survei . Pengkajian dilakukan Juni 2006, melibatkan 10 responden petani perintis atau pelopor (innovator or early adopter), dan berperan sebagai informan kunci . Lokasi pengkajian di desa Lubuk Bayas dan desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai . Data primer diperoleh melalaui wawancara dengan kuesioner
246
Khairiah
terstruktur dan pengamatan partisipatif aktifitas di kandang kelompok dalam pemetiharaan sapi dan persepsi petani terhadap perguliran ternak . Data sekunder berupa potensi dan hasil/laporan pengkajian petuang sapi dalam pemberdayaan kelompok dan pendapatan petani . Analisis data secara sederhana dengan mentabulasi data, disusun dalam kelompok, atau kategorisasi (Siegal, 1988) ; untuk dihitung dan diintrepretasi . HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biofisik, Sosial, Ekonomi
Desa Lubuk Bayas, memiliki jarak 12 km ke kota kecamatan, 30 km ke kota kabupaten dan 60 km ke kota provinsi . Sedangkan desa Metati II 6 km ke kota Kecamatan Perbaungan, ke ibukota kabupaten 75 km dan sekitar 46 km ke ibukota Provinsi Sumatera Utara . Tanahnya termasuk jenis alluvial dengan tekstur umumnya lempung berpasir . Curah hujan 217 mm/bukan, suhu udara + 26,7 - 27,4°C, kelembaban udara + 83% . Desa Lubuk Bayas memiliki Was sawah irigasi setengah teknis 400 ha, Melati 11848,74 ha, ketinggian 4 dan 51 m dpl . Desa terdekat dengan Lubuk Bayas, Sei Buluh, Tanah Merah, Sei Naga Lawan, Lubuk Rotan, dan Lubuk Saban . Desa terdekat dengan Melati II adalah Desa Bingkat, Sukaraja, Sukosari, juga memiliki sawah irigasi setengah teknis, sumber air dari Sungai Ular . Daya dukung sawah irigasi setengah teknis (>1 .000 ha) sebagai penghasil jerami, dan lahan sawit mitik perusahaan swasta yang letaknya 200 - 500 m, dengan rumputnya cukup potensial untuk pemeliharaan sapi . Penduduk Lubuk Bayas 2 .173 jiwa dengan 617 KK, penduduk Melati II 5 .625 jiwa . Tingkat pendidikan masyarakat umumnya masih rendah, umumnya tidak tamat SD (+ 65%), SLTP (+ 22%), SLTA (± 12%) dan Perguruan Tinggi (± 1%) . Usahatani padi di Desa Lubuk Bayas dan Melati II berlangsung dari April/Mei - Agustus (MK 2) dan September - Januari (MH) . Kepemitikan lahan sawah rata-rata kecil (Tabel 1), berkisar antara 0,2 - 0,5 ha . Usaha sambilan dominan buruh tani, dagang kecil-kecitan yang tidak kontinu sepanjang minggu/bukan, tukang batu dan rata-rata setiap keluarga beranggota 4-5 orang . Tabel
1 . Kepemilikan lahan sawah SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II, Perbaungan .
Sawah (ha) <0,2 0,2-0,5 0,5<x<1,0 Sumber : data primer diotah .
Kepemilikan lahan sawah Pekarangan Lubuk Bayas Melati II (%) (%) (ha) 22 6 .25 <0,04 75 0,04-0,08 56 0,08<x<0,2 22 18,75
Lubuk Bayas (%) 22 56 22
Melati II (%) 24,74 30,25 45
Poputasi ternak di Kecamatan Perbaungan dapat dilihat pada Tabet 2 berikut : Tabel 2. Populasi ternak besar dan kecil di Kecamatan Perbaungan . No . Jenis ternak 1 . Sapi potong 2 . Sapi perah 3 . Kerbau 4 . Kambing 5 . Domba 6 . Babi Sumber : data Dinas Pertanian dan Peternakan Kab . Serdang Bedagai 2005 .
Jumlah (ekor) 480 20 2011 2188 395 2061
Jumlah sapi di Kecamatan Perbaungan masih rendah, karena beternak sebagai pekerjaan sambilan, bukan sebagai mata pencaharian pokok . Sedangkan potensi lahan sawah dan perkebunan sawit yang luas tersedia sebagai sumber pakan, dengan demikian Kecamatan Perbaungan sangat berpotensi dalam pengembangan sapi, namun diperlukan perbaikan manajemen pemeliharaan .
Prosiding Peternakan 2006
24 7
Pemberdayaan Petani dengan Kandang Kelompok Kegiatan pemberian sapi memberi peluang proses pengelolaan partisipatif, atau pemberdayaan kelompok dengan dana BLM . Instansi pemerintah pelaksana sebagai regulator, fastlitator, montivator, dinamisator dan katalisator . Pota partisipatif diwujudkan datam bentuk kandang kelompok . Penetapan petani peserta desa Lubuk Bayas pada rapat Posko ketompok tani Mawar 17 Juni 2003 . Penetapan petani peserta di Melati II pada rapat posko akhir September 2005 . Tabel3 .Kriteria utama dalam pemilihan anggota penerima temak sapi. No .Uraian 1 . Anggota kelompok tani 2 . Aktif pada kegiatan kelompok 3 . Tidak menunggak KUT/KKP 4 . Bersedia mengikuti peraturan dan sanksi dari hasil musyawarah kelompok Ket . + = ya . = tidak
Lubuk Bayas Metati II Mawar Nusa Indah + + + + + +
Partipasi menjadi elemen penting proses pemberdayaan yang retatif terus berjalan sepanjang usia, yang diperoleh dari pengalaman dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja (Hogan, 2000) . Partisipatif pengelolaan sapi lebih mengutamakan SDM, selanjutnya introduksi teknologi . Pada awatnya pemberdayaan kelompok peternak sapi telah berjalan, terlihat dari peningkatan yang memadai dari jumlah petani yang hadir saat rapat Posko (sebelum pemberian sapi yang hadir <12 orang, sekarang 15<x<50 orang . Gotong royong dilakukan setiap minggu dan pembarian kerja setiap hari untuk mengumputkan jerami, proses fermentasi, mengarit rumput, atau mencari serbuk gergaji . Dengan berjalannya waktu, peternak yang bergabung dalam kelompok akhirnya berkurang dari 80 menjadi 50 orang karena : (1) anggoa yang malas merawat dan memelihara sapi, sehingga ada anggota yang mengundurkan diri ; (2) pemeliharaan sapi untuk pembibitan kurang menarik bagi petani karena lama baru mendapat hasil dan keberhasilan IB rendah ; (3) kesibukan petani untuk usaha lain, buruh di tempat lain ; dan (4) melunasi pinjaman/saprotan dan kredit KUM . Petatihan yang diberikan kepada petani antara lain studi banding ke SIPT DIY Yogyakarta, temu lapang atau apresiasi teknologi ditakukan lebih dari 3 kali . Sejak berdirinya pemeliharaan sapi kelompok ini di Lubuk Bayas, kunjungan petani, kelompok tani, instansi pemerintah, swasta/pengusaha atau LSM mengalami peningkatan, begitu juga hubungan antar kelembagaan, baik antar desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan antar negara (Lampiran 2, 3, 4) . Dalam butan Februari dan Maret 2004 rombongan pegawai/petani daerah muda Kedah (Malaysia) dan pada April 2004 oleh Komisi II DPR Pusat, datang berkunjung begitu juga di Melati II . Realisasi Fisik Kandang Kelompok Untuk mencapai sasaran yang diharapkan dari kegiatan sapi di Desa Lubuk Bayas dan Melati II perlu ditunjang oleh realisasi teknis dari pelaksanaan berupa sarana dan prasarana yang terdiri dari kandang (Tabel 4), tempat fermentasi dan tempat pembuatan kompos . Tabel 4 . Realisasi dan kondisi kandang sapi kelompok di Lubuk Bayas dan Melati 11 . Sarana
Jumtah kandang Ukuran kandang
Lubuk Bayas
4 petak = 8 unit 6 x 8 m per unit 2 unit 1 lokasi 4 x 10 m per unit di 1 lokasi 1 unit 4 x 10 m 1 unit 1 lokasi 6 x 8 m
Metati 11
fermentasi
Ukuran
pe gomposan
Ukuran
2 unit 1 lokasi
4x10 per unit
1 unit
4x10
Di Lubuk Bayas setiap unit kandang berukuran 6 x 8 m, lantai beton, dapat menampung 12 - 16 ekor, daya tampung kandang induk 72 - 90 ekor, sedangkan kandang persiapan induk
2 48
Khairiah
beranak 2 unit dengan daya tampung 16 - 24 ekor . Pola pengaturan sesuai hasil kesepakatan kelompok . Kandang diberi alas serbuk gergaji, pengumputan kotoran 2 minggu sekali, desinfektan kandang dilakukan 1 butan sekali . DI Melati II kandang, tempat fermentasi pakan, dan pengomposan masing-masing hanya 1 unit tanpa alas kandang serbuk gergaji . Keragaan manajemen sapi kandang kelompok disajikan dalam Tabel 5 . Untuk mempermudah koordinasi dan pola pembinaan di Lubuk Bayas dibentuk sub kelompok berdasarkan dusun yang sama, dan tempat tinggal berdekatan . Di Desa Lubuk Bayas anggota kelompok penerima sapi ada yang tinggal di luar desa, yaitu di Desa Lubuk Rotan dan Tanah Merah, sehingga aktivitas harian yang tidak kontiniu dilaksanakan karena jauhnya tempat tinggal anggota dari kandang kelompok . Walaupun dalam penguatan kelompok, susunan pengurus sudah diupayakan agar menjalankan tugas pokok sesuai fungsinya masingmasing, namun dalam pelaksanaannya tidak berjalan seperti yang diharapkan . Tabel 5 . Keragaan manajemen sapi kandang kelompok di Lubuk Bayas dan Melati 11 serta sapi non pengkajian, 2003 dan 2005 . Sapi di Lubuk Bayas Sapi di Melati II Sapi No . Kriteria individual I S .KI') Kl I S .KI `) Kl V V V 1 . Kepemilikan 2 . Pemeliharaan Memberi air minum V V V V V V Memandikan sapi V V V Memberi pakan Perawatan kesehatan V V V V V V Pengamatan kesehatan V Membersihkan kandang V V 3 . Mengumpulkan/angkut tinja V V - Ke tempat pengomposan - Ke tempat penjualan v V V 4 . Proses pembuatan kompos V V 5 . Pendistribusian kompos V V 6 . Mengumpulkan/angkut pakan V V Ke tempat fermentasi jerami V Proses fermentasi jerami V V V V 7. Pakan tambahan (konsentrat) V V V 8 . Pengamatan birahi V V 9 . Mengawinkan sapi V V V 10 . Mengisi kartu catatan produksi V V V 11 . Awasi sapi bunting/ melahirkan V V V 12 . Perawatan anak sapi V V 13 . Kontrol ternak dari pencurian V V 14 . Atur/perguliran anak sapi Y V V V 15 . Atur/penggemukan anak sapi d' V V 16 . Penjualan sapi 6 V V 17 . Penjualan kompos di non PTT V V V 18 . Pengaturan pola perguliran : Bagi hasil Sigutiwaskat Ket . : V = ya = tidak I = individu S .KI = sub kelompok Kl = kelompok +) = sistem berkelompok ') = S .KI = 20 ekor sapi, 20 orang di dusun sama, tempat tinggal berdekatan
Prosiding Peternakan 2006
24 9
Tabel 6 . Implementasi pemberian serbuk gergaji, pengumpulan kotoran dan memandikan sapi di Lubuk Bayas dan Melati II . Bulan Teknologi Desa 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 + + + + + + -1 -1 PSG -1 -1 L . Bayas 8 + + + + PK + + + + # # # # # MS Melati II
PSG PK + + + + + + + + + + MS Ket. : PSG = pemberian serbuk gergaji pada alas kandang PK = pengumpulan kotoran MS = memandikan sapi setiap 3 minggu + = dialsanakan - = tidak dilaksanakan -1, ', # = tidak tentu/kontinu, diatur sub kelompok
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
Kandang ketompok di Desa Melati II mengikuti peraturan yang ditetapkan, mereka mudah berkordinasi karena berada pada satu desa yang sama dan jumlah anggotanya tidak terlalu banyak (16 orang) . Kandang kelompok, upaya untuk mengatasi pencurian ternak dan pencemaran lingkungan . Manfaat lain adalah petayanan kesehatan ternak, IB mudah, murah dan tepat waktu ; kebersihan lingkungan terjamin ; waktu untuk pemeliharaan sapi seminggu sekali (giliran) ; sesama kelompok semakin akrab ; mempermudah memberikan pembinaan dan penyuluhan ; anggota kelompok terlayani saprodi atau sapronaknya ; kondisi ternak balk, petani termotivasi, dan kotoran ternak mudah dikumpulkan ; produktivitas tanaman meningkat dan terjadi efisiensi penggunaan pupuk ; dan pendapatan kelompok meningkat . Tabel7.Sikappetani terhadap dampak penggunaan kandang kelompok . No . Parameter 1 . Aspek lingkungan : Udara Estetika Kesehatan penduduk Air Aspek non lingkungan Komunikasi antar petani Nafsu makan temak Reproduksi ternak Ket . : + = balk /+ =sedang = kurang balk
Sikap petani + + + +
2.
+ + +
Pola Perguliran Sapi
Pola perguliran di Lubuk Bayas dengan pola bagi hasit sapi ditetapkan pada rapat POSKO Kelompok Tani "MAWAR" 21 September 2003 . Hasil posko menetapkan koordinator dan anggota sub kelompok (20 orang) dengan sistem perguliran ternak (Gambar 1) .
250
Khairiah
KELOMPOK TANI
SEKSI SAPI Tahun 2003
Sub KI 1 Ds 11 8
Sub KI 2 Ds II A
Sub KI 3 Ds T . Merah
r~YiYi~
f Sub KI 4 Ds L . Rotan
~~
.....................
Sub KI 5 Ds . .
Ket . : Tahun 2005 minimal terbentuk lagi 4 sub kelompok dan seterusnya . S .K( 2 tahun 2004 dan 2005 hasilkan anak = 20 ekor untuk penggemukan (50% petemak, 50% KUAT) ; anak = 20 kor untuk pembibitan (50% peternak, 50% KUAT) = S .KI 5 Gam bar 1 . Sistem perguliran ternak di Lubuk Bayas .
Sub kelompok (S .Kt) meliputi : (1) Ds II B ; (2) Ds II A; (3) Ds Tanah Merah ; dan (4) Ds Lubuk Rotan . Akhir tahun 2005 S .KI 2 Ds II A berpetuang memitiki anak sapi jantan 20 ekor (penggemukan), d 4 n anak sapi betina 20 ekor . Setahun kemudian berpeluang membentuk Sub ketompok baru (5) (20 orang) . Sub ketompok 5 berperan mengawasi (WASKAT) kegiatan perguliran sapi Sub Kl dan 2, dan seterusnya untuk ketompok 3 dan 4 . Kenyataan di lapangan menunjukkan perguliran ternak sapi yang telah direncanakan ini tidak sesuai, karena kurangnya pengawasan administrasi yang mengikat peternak . Kepemilikan sapi merupakan milik KUAT (80 ekor) dan sistem bagi hasil yang belum jelas atau tidak sesuai dengan kemampuan anggota, sehingga beberapa orang mengundurkan diri . Sistem Perguliran Ternak di Metati 11 Setiap anggota penerima sudah mengetahui yang mana sapi yang dimilikinya, bahkan penerima keduanya sudah mengetahui anak yang lahir kelak akan dimilikinya . Sistem ini disebut dengan SIGUTIWASKAT (Sistem Gulir Tiga Pengawasan Melekat), yang berarti bahwa ada tiga pengawasan melekat pada sistem ini, yaitu 3 (tiga) orang saksi yang turut menandatangani surat perjanjian waktu serah terima sapi dari pihak I kepada pihak II . Saksi pertama adalah petani calon penerima guliran berikutnya juga bertanggung jawab mengawasi pergutirannya bersama-sama dengan petani calon penerima guliran selanjutnya . Sehingga tercipta pengawasan yang melekat dari petani untuk petani (petani mengawasi petani) . Saksi kedua, Kepata Desa sebagai penguasa tunggat di desanya yang turut bertanggung jawab dan berkewajiban membina warganya serta mengawasi proses perguliran . Saksi ketiga, Kepala Dinas Kabupaten yang menangani peternakan sebagai penanggung jawab program pengembangan ternak di daerahnya sekaligus merupakan perpanjangan tangan Menteri Pertanian di Kabupaten . Diberikannya sapi di desa Metati II sekalian dengan surat perguliran ternak untuk siapa yang akan menerima anaknya setetah 3 tahun kemudian .
Prosiding Peternakan 2006
251
KESIMPULAN
• Secara biofisik, sosial ekonomi keberadaan kelembagaan dan penanganan masalah, sapi
• • • • •
kelompok, kesepakatan kelompok menjadi aturan tertinggi manajemen sapi kandang kelompok (9 unit), tempat fermentasi jerami (3 unit) dan tempat pengomposan (3 unit) terletak pada 2 hamparan di Lubuk Bayas dan Metati II . Dampak pembetian sapi dalam pemberdayaan kelompok tani antara lain aktivitas harian tebih dinamis, hubungan ketembagaan terjalin lebih baik, dan frekuensi kunjungan petani, kelompok tan!, swasta, pengusaha dan instansi pemerintah meningkat . Sistem kandang ketompok dapat mengatasi pencurian ternak dan tebih balk dari pada pemeliharaan secara individu ._ Semakin kecil ketompok semakin efektif dan mudah dikontrol (minimal 6 orang dan maksimal 16 orang) . Kandang kelompok dan anggota hendaknya berada pada satu desa yang sama . Sistem pergutiran ternak dengan sigutiwaskat dapat dipantau dengan baik dari pada sistem bagi hasil 50% peternak dan 50% KUAT yang ditaksanakan di Lubuk Bayas . DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian . 1999 . Panduan umum pelaksanaan penelitian, pengkojian dan diseminasi teknologi pertanian . Badan Litbang Pertanian . Departemen Pertanian . 70 hat . Balai penelitian Ternak/SR-CRSP. 1989 . Kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak di pedesaan . Bogor . Devendra, C . 1993 . Sustainable animal production from small systems in South East Asia . FAO Animal Production and Health Paper : FAO Rome . Haryanto, B ., Ismet I, B . Harsana dan K . Diwyanto . 2003 . Sistem integrasi pad! ternak . Panduan teknis . Hogan, C . 2000 . Facilitating enpowerment, a handbook for facilitator, trainers and individuals . London, Hogan Page . Limited . Khairiah dkk . 2005 . Pengembangan sistem integrasi padi dan ternak sapi di Sumatera Utara . Laporan Hasil Penelitian dan Pengkajian BPTP Sumatera Utara . Leo Batubara . 2001 . Program pengembangan bibit sapi potong di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Monograph Series No . 1 Teknotogi Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Utara . BPTP Sumatera Utara . Lubuk Bayas . 2002 . Monograf desa . Melati II . 2004 . Monograf desa . Mugniesyah, Sid Sugiah, M .
1995 . Bohan pelatihan metodologi penelitian pertanian
berwawasan jender.
Putman, R .D . 1993 . Making democracy work civic : traditions in moderns Italy. Princeton University Press . Siegal, S . 1988 . Statistik non parametrik untuk ilmu-ilmu sosial . P T Gramedia . Jakarta .
25 2
Khairiah