IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot Data hasil pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot disajikan
pada Tabel 3. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot Perlakuan Ulangan T1 T2 T3 T4 T5 2 ………………………… g/m ….……………..………. 1 0.545 0.639 0.837 0.587 1.044 2 0.841 0.929 0.663 0.980 1.072 3 0.529 0.664 0.756 0.953 1.132 4 0.525 0.920 0.743 0.829 0.930 Jumlah
2.440
3.152
2.999
3.349
4.178
Rataan
0.610
0.788
0.750
0.837
1.045
Keterangan : T1 T2 T3 T4 T5
= Litter serbuk gergaji dengan berat 1,0 Kg/m2 = Litter serbuk gergaji dengan berat 1,5 Kg/m2 = Litter serbuk gergaji dengan berat 2,0 Kg/m2 = Litter serbuk gergaji dengan berat 2,5 Kg/m2 = Litter serbuk gergaji dengan berat 3,0 Kg/m2
Tabel 3 memperlihatkan bahwa ternak marmot yang diberi perlakuan serbuk gergaji menghasilkan produksi berat total limbah kandang ternak marmot yang berkisar antara T5 1,045 Kg/m2 yang terdapat pada perlakuan T5 dengan Litter serbuk gergaji dengan berat 3,0 Kg/m2 dan angka terendah terdapat pada perlakuan T1 6,10 Kg/m2 yang terdapat pada perlakuan T1 dengan Litter serbuk gergaji dengan berat 1,0
35 Kg/m2. Masing-masing merunut diantaranya rataan berat total limbah kandang T5 yaitu sebesar 1,045 Kg/m2, kemudian rataan berat total limbah kandang T4 yaitu sebesar 0,837 Kg/m2, sedangkan rataan berat total limbah kandang ternak marmot T2 yaitu sebesar 0,788 Kg/m2, kemudian rataan berat total limbah kandang T3 yaitu sebesar 0,750 Kg/m2, serta rataan berat total limbah kandang T1 yaitu sebesar 0,610 Kg/m2. Penggunaan limbah kandang ternak marmot yang salah satunya dengan cara penanganan, untuk mengidentifikasi tingkat pencemaran, gangguan atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan peternakan marmot dilakukan upaya dalam merekap jumah pakan yang diberikan, sisa pakan serta feses yang dihasilkan setiap harinya, juga temperature dan kelembaban udara yang ada didalam kandang serta pengolahan limbah kandang ternak sebelum digunakan sebagai pupuk organik (Musofie, 2004). Pengomposan pada hakekatnya adalah menumpukkan bahan - bahan organik limbah kandang ternak dan membiarkannya terurai menjadi bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk (Sutedjo et al. (1995). Untuk mengetahui pengaruh perbedaan litter serbuk gergaji terhadap produksi limbah kandang marmot, maka dilakukan analisis statistik dangan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil dari analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa perbedaan berat litter serbuk gergaji berpengaruh tidak nyata (Fhitung >Ftabel 0,05) terhadap produksi limbah kandang marmot.
36
4.2
Nisbah C/N Limbah Kandang Marmot Tabel 4. Pengaruh Perbedaan Litter Serbuk Gergaji terhadap Nisbah
Carbon/Nitrogen (C/N). Ulangan
T1
T2
1
41.94
34.21
Perlakuan T3 % 23.58
2
34.52
21.63
42.37
53.08
22.01
3
20.64
14.64
19.55
51.74
25.47
4
26.93
19.59
16.37
27.72
23.71
Jumlah
124.029
90.070
101.868
158.999
106.585
Rataan
31.007
22.517
25.467
39.750
26.646
T4
T5
26.46
35.40
Keterangan : C / N = Carbon per Nitrogen Tabel 4. memperlihatkan bahwa rataan hasil analisis perbedaan pemberian litter serbuk gergaji terhadap kandungan Carbon/Nitrogen (C/N) tertinggi pada kolom T1 perlakuan T3U1 yaitu sebesar 41,94 persen, T3U4 yaitu sebesar 34,52 persen, T2U3 yaitu sebesar 20,64 persen, T2U2 yaitu sebesar 26.93 Pada tabel diatas kolom T2 yakni perlakuan T5U1 yaitu sebesar 34,21 persen,T3U2 yaitu sebesar 21,63 persen, T2U4 yaitu sebesar 14,64 persen, T1U4 yaitu sebesar 19,59 persen. Pada tabel diatas kolom T3 yakni perlakuan T3U3 yaitu sebesar 23.58, T2U1 yaitu sebesar 42.37, T4U3 yaitu sebesar 19.55, T1U2 yaitu sebesar 16.37. Pada tabel diatas kolom T4 yakni perlakuan T4U4 yaitu sebesar 26.46, T5U3 yaitu sebesar 53.08, T4U2 yaitu sebesar 51.74, T5U4 yaitu sebesar 27.72. Pada tabel diatas kolom T5 yakni perlakuan T5U2
37 yaitu sebesar 35.40, T1U3 yaitu sebesar 22.01, T4U1 yaitu sebesar 25.47, T1U1 yaitu sebesar 23.71. Pada tabel 4 memperlihatkan bahwa Pengaruh Perbedaan Litter Serbuk Gergaji terhadap Kandungan Carbon/Nitrogen (C/N) dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan T4 39,750 dan nilai rataan terendah pada perlakuan T2 22,517. Untuk mengetahui nisbah C/N kandang marmot, maka dilakukan analisis statistik dangan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil dari analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa perbedaan berat litter serbuk gergaji berpengaruh nyata (Fhitung < Ftabel 0,05) terhadap produksi limbah kandang marmot. Nitrogen dan Carbon merupakan penyusun senyawa-senyawa penting dalam sel yang menentukan aktivitas pertumbuhan mikrooganisme, setiap bahan organik mengandung unsur C (karbon) dan N (nitrogen) dengan perbandingan yang berbedabeda antara bahan yang satu dengan bahan yang lain. Perbandingan unsur C dan N dalam suatu bahan dinyatakan dengan C/N Ratio, C/N ratio adalah perbandingan karbon dan nitrogen yang terkandung dalam suatu bahan organik. Suatu bahan yang mengandung unsur C tinggi maka nilai C/N ratio-nya akan tinggi, sebaliknya bahan yang mengandung unsur N yang tinggi nilai C/N ratio-nya akan rendah, nilai C/N ratio akan berpengaruh terhadap proses pengomposan. Dalam proses pengomposan, C merupakan sumber energi bagi mikroba sedangkan N berfungsi sebagai sumber makanan dan nutrisi bagi mikroba. Besarnya rasio C/N tergantung pada jenis sampah. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi
38 dan menggunakan N untuk sintesis protein. Mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein (Adi Budi Yulianto, dkk., 2009). Angka C/N rasio yang semakin rendah menunjukkan bahwa bahan organik sudah terdekomposisi dan hampir menjadi humus. Semakin tinggi C/N ratio suatu bahan maka semakin lambat untuk di ubah menjadi kompos sebaliknya dengan C/N ratio yang rendah akan mempercepat proses pengomposan, tetapi apabila nilai C/N ratio terlalu rendah maka pengomposan menghasilkan produk sampingan yaitu gas amoniak berbau busuk. Nisbah C/N yang baik antara 20-30, nisbah C/N yang terlalu tinggi mengakibatkan proses berjalan lambat karena kandungan nitrogen yang rendah. C/N rasio akan mencapai kestabilan saat proses dekomposisi berjalan sempurna (Djuarnani dkk. 2009),. Rasio C:N yang rendah akan meningkatkan emisi dari nitrogen sebagai amonium yang dapat menghalangi perkembangbiakan bakteri. Sedangkan rasio C:N yang tinggi akan menyebabkan proses degradasi berlangsung lebih lambat karena nitrogen akan menjadi faktor penghambat (Alexander, 1994). Rasio C:N tergantung dari kontaminan yang ingin didegradasi, bakteri serta jenis nitrogen yang digunakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rasio C:N optimum pada proses biodegradasi adalah 100:10 (Shewfelt et al, 2005).