tentang siapa pelaku yang sesungguhnya, namun aku penasaran ingin mendengar apa yang akan diceritakannya kepadaku. Miles memandangku lekatlekat. “Jensen yang melakukannya. Tujuh belas goresan satu untuk setiap diri kami. Dia memang brengsek. Dia selalu menjerumuskan kami ke dalam masalah. Akulah yang disalahkan untuk semuanya.” Wajah Miles tampak gusar. Aku bisa melihat bahwa Miles tidak berhubungan baik dengan Jensen, yang tidak kuingat pernah disebut-sebut sebelumnya, dan yang menyebutkan tentang adanya tujuh belas sosok. Hitunganku yang terakhir adalah enam belas, termasuk Si Pemarah. Aku penasaran terhadap sosok itu, karena hanya dialah yang tidak memiliki nama. Jensen adalah sosok yang ketujuh belas. “Sepertinya saya harus mengetahui lebih banyak soal Jensen. Saya tidak mau mengira kamu melakukan sesuatu yang tidak kamu lakukan.” Aku berusaha berbaikan dengan Miles karena dia kesal melihat keterkejutanku, dan dia tampak sedikit santai. “Yeah, dia lumayan lucu, baik juga.” “Bagaimana dengan perut Karen yang mulas dan kembung?” tanyaku. “Oh, itu Sandy. Dia mengira dirinya hamit,” ujar Miles sambil menyeringai. “Mungkinkah dia memang hamil?” “Tidak, aku tahu cara kerjanya. Aku memastikan tidak seorang pun menyentuh kami di bawah sana.” “Jadi, dia cuma berpurapura?” “Kurasa begitu.” “Yah, Miles, seperti biasanya, kamu sangat menolong saya. Saya akan terkejut kalau kamu sampai menyakiti Karen, karena kamu bilang kamu tidak akan melakukannya. Saya memikirkan apakah ada sosok lain yang ingin menceritakan sesuatu? Mungkin kamu bisa mundur, dan kita bisa melihat apakah yang lain ingin berbicara kepada saya. Sampai bertemu lagi di lain waktu.” “Oke, dan.” “Dan.” Aku menunggu sejenak saat wajah Karen kembali normal, setidaknya yang kuanggap normal, lalu melembut menjadi lebih feminin dan pemalu. Aku menunggu lagi. “Halo?” sapaku. “Di sini gelap sekali,” sebuah suara kecil terdengar. “Di manakah kamu?” tanyaku. “Di dalam lemari. Aku dan Thea.” “Kamukah itu, Claire?” “Ya.” “Apa yang sedang kamu lakukan di dalam lemari?” “Sembunyi.” “Sembunyi dari apa?” “Dari pria-pria itu. Kalau mereka menemukanku, mereka akan menyakitiku.” “Dan Thea?” Aku baru mendengar tentang Thea yang kedelapan belas? Menurut Jensen ada tujuh belas sosok. “Dia menemaniku,” lanjut Claire, “saat aku ketakutan.”
Aku menyadari bahwa Claire masih mengira para pria dari masa lalunya masih berkeliaran untuk menyakitinya. Mungkin aku dapat menolongnya dalam hal ini. Jika ingatanku benar, Claire berumur sekitar tujuh tahun; dia mungkin akan bisa memahami perubahan waktu. “Tahun berapakah sekarang, Claire?” “Tahun berapa sekarang?” “Ya, apa kamu bisa memberitahuku?” “Sekarang 1967.” “Saat itukah terakhir kalinya kamu disakiti, 1967?” “Ya, kenapa?” “Saya ingin kamu mendengarkan saya baik-baik, Claire. Yang akan saya katakan ini mungkin mengejutkanmu, tapi ini juga mungkin akan menolongmu.” “Oke.” “Sekarang sudah bukan 1967. Sekarang 1994, akhir November. Dua puluh tujuh tahun telah berlalu. Si ayah yang menyakitimu telah meninggal, dan semua pria lain itu sudah tidak ada. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi.” Aku menunggu selama dia mencerna informasi ini. “Aku tidak percaya padamu. “Tanyakanlah kepada Katherine dan Holdon tahun berapa sekarang.” “Oke, tunggu sebentar.” Claire menghilang sejenak. Karen duduk bergeming, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, hingga Claire kembali. “Kamu benar!” Wajahnya berseri-seri. “Maksudmu, si ayah dan para pria itu tidak akan menyakitiku lagi, selamanya?” “Tidak, tidak akan pernah lagi. Kamu tidak perlu bersembunyi di dalam lemari kalau kamu memang tidak mau. Bahkan, kamu bisa melihat saat sosok yang lain muncul, kalau kamu mau. Aku mengizinkanmu melakukannya.” “Terima kasih, Dr. Baer.” “Samasama, Claire. Kuharap kamu akan lebih bahagia sekarang dan tidak ingin mati lagi. Mungkin kamu bisa mundur, dan kita akan melihat jika yang lain ingin berbicara kepadaku.” “Dan.” Karen bersandar kembali di kursinya dan kecemasan tampak di wajahnya. Dia mengangkat tangan kanannya dan mengelus-elus perutnya, seperti seorang wanita hamil yang merasakan rahimnya membesar. Dia berbicara dengan susah payah. “Dr. Baer.” “Ya.” “Ini Sandy.” “Bagaimanakah perasaanmu?” “Saya mengalami kontraksi.” “Ah-hah.” ‘
“Sepertinya saya akan melahirkan. Kata Dr. Loeschen, ini adalah … apa namanya? Herniakatanya, kami harus dioperasi. Saya tidak apa-apa.” “Tidak apa-apa jika harus dioperasi?” Sandy sepertinya gila, sehingga aku berusaha membuatnya terus berbicara untuk mengetahui seberapa gila dirinya. “Saya suka operasi.” “Apakah yang kamu sukai dari operasi?” “Rasa sakitnya.” “Apakah yang kamu sukai dari rasa sakit?” “Itu membuat saya merasa nyata.” “Nyata … membuatmu merasa hidup.” “Ya, hidup. Itulah satusatunya cara supaya saya bisa merasakan. Saya menyukai rasa sakit akibat operasi. Saya bisa membodohi dokternya.” “Membodohi dokter?” “Ya. Saya bisa sakit hanya dengan memikirkannya.” “Sandy, sepertinya akan sangat bagus kalau kamu membagi waktumu dengan yang lain. Apakah kamu tahu sosoksosok lain dalam diri Karen?” “Tentu saja; jangan konyol. Kami semua berjumlah tujuh belas sekarang. Bisa saja lebih, tapi ada tujuh belas yang berfungsi sekarang ini.” “Apakah ada yang berhubungan baik denganmu?” “Ya, saya menyukai Juliann.” Pilihan yang bagus, menurutku. Sosok itu sepertinya cukup normal. “Bagaimana kalau kamu berusaha memerhatikan saat dia muncul. Mungkin kamu bisa berbagi perasaan dengannya dan merasa nyata dengan cara itu. Sakit perut membuat yang lain tidak senang.” “Oh, benarkah? Yah, sepertinya saya bisa mencobanya.” “Kita akan segera berbicara lagi.” Sandy agak ketakutan. Kurasa dia bertanggung jawab untuk kram perut yang diderita Karen. Rupanya, mereka bisa cukup menyusahkan. Aku harus menunggu dan melihat apakah ucapanku berpengaruh padanya. NATAL SEGERA tiba. Kami berada dalam sesi terakhir sebelum aku berlibur, dan Karen datang membawa sebuah hadiah dan selembar kartu ucapan. Dia menunjukkan lebih banyak energi daripada biasanya. Aku tahu bahwa kami tidak akan bisa membicarakan topik lainnya selama dia memegang hadiah yang hendak diberikannya kepadaku, sehingga aku memandangnya, memandang hadiah itu, lalu mengangkat alis. “Saya punya sesuatu untuk Anda. Selamat Natal, Dr. Baer.” Dia menyerahkan sebuah kotak ramping dengan kartu ucapan tersemat di atasnya kepadaku. Dia menatapku lekatlekat untuk melihat apa yang akan kulakukan dengan hadiahnya. “Bolehkah saya membukanya?” tanyaku. “Oh, ya!” katanya. “Setelah itu, bacalah kartunya.” Aku membuka pembungkus kado itu dan menemukan sehelai dasi merah. Dasi itu bergambar anakanak yang berdiri saling memanggul, empat orang anak di bagian bawah, lalu di atasnya terdapat tiga, dua, dan satu anak. Mereka membentuk sebuah piramida atau pohon Natal. Di bagian belakangnya, terdapat label
bertuliskan “Save the Children” dan sebuah kutipan: “Anakanak hari ini adalah pilar masa depan”. Betapa tepatnya kutipan ini menggambarkan diri Karen. “Ini bagus sekali,” kataku, “Saya sangat menyukainya.” Aku memang menyukainya. Sungguh menyenangkan rasanya tidak harus berpurapurayang kadangkadang sulit kutunjukkan di depan para pasien yang perasa. Aku membuka kartu ucapan dan membacanya. Sebuah kisah indah tertera di sana. Desember X994 yen e terhormet Or. Beer, Kemi ingin mengueepkon Selemet Neto! kepede Ande den keluerga Ande, den antuk menunjukken pengkormeten kemi, kemi ingin memberiken kedieh pengkormeten kemi, kemi ingin memberiken kedieh istimewa ini untuk Anda. Kami Juga ingin memberi tahu Anda tenteng betapa istimewenyo hedieh ini den bagaimana kemi menemukennye. Peda suatu hari, saat kami muneuf dan Karen tidur, Hefdon membeca suret keber, den Cleire sedang menggenti-genti saluran di TV saat sebueh teyengen men erik perhetiennya; itu adalah bagian dari acara amal “Save the Children”. Cleire senget menyukai dasi ini dan menginginkannya untuk Anda sehingge die memenggil yeng lein agar melihetnya. Sekonyong-konyong, seat menonton, saya melihet dan mendenger pikiran semue sosok loinnye, dan inilah pen depot mereke. Menurut Ketherine, ini ide yeng bogus, den dasi itu edoleh hodieh sempurne untuk Anda. Keren Beo menenyoken opekoh koinnye lembut, dan apakah dia boleh menyentuhnye. Miles berkota, ‘Ape Or. Beer bener-bener mau memekei dasi itu? Oio pasti sudah punya sejuta dasif Tetepi, Mites juga menyukeinyo. Koto Thee, kami tidek takut lagi poda dasi, dan bisakah kita men dop e Ikonnya untuk Or. Baer. Menurut Sidney, enek-enek yeng ode di dasi mirip dengen kami. Lalu, Claire menyebutnyebut tenteng seorang gadis bernemo Tracy yang membuet dasi itu. Holdon menyela don mengetoken ‘merancang” dasi itu. Holdon menyukei dasi itu, tepi dia melewatkan informasi pemeseaennye. Sandy sangat bersemengot den meneworken diri untuk menelepon stasiun TV. Kate Jensen, dasi itu rapi. Koto Ann, dia menyukei dasi itu, dan uang yang disumbangkan dari pembelien dasi ekon diguneken untuk menolong enok-enek. Keren 2 berkota, “Or. Baer sengat berarti bagi kita semua, dan eku Juga ingin menghediohken dasi itu untuknya. ” Koto Julie, ‘tiket, enak-enak di dasi itu keliheton seperti piramid.” Julionn mengetaken, “Dasi itu sepertinye menyimbotken kita yeng tumbuh bersama ” Keren 3 berkota, ‘Bukankah momong seperti itulah kita? Hadiah ini adalah gagasan yang hebat.” Menurut Keri, Or. Beer adalah erang baik yang layak menerime hedieh yeng Jeuh lebih bogus daripada sebuah dasi Lalu, Katherine mengetaken, “Kari, ini bukan sekeder desi, ini pertama kalinya kita semue bersepeket.” Elise menenyoken epokoh Anda anggota keluerge kemi. Koto Holdon, ‘Bisa dibilang begitu. ” Lalu, Elise menenyoken epokoh dia boleh membungkus desi itu. Katherine mengiyekonnye. Koto Miles, “Apekoh Or. Beer ekon marah karena kita membeliken dia hodieh?” Keren 2 menjewab, “Kuharap tidak Aku menyukeinya, dan dia setelu menolong kita. Legi pula, dasi ini bagus, dan sekerang Natal “Kemudien, Sandy menelepon begien informasi, Holdon melekukon pemesenen, Ketherine menulis cek, den kami membierkon Cleire mengirimkennya. Inilah pertama kalinya kami semua mengembif sebueh keputusen bersomo-seme, dan menurut kemi, ini edoleh sebueh kemejuen. Kemi seneng kerene dapat memberiken hodieh ini untuk Anda, karena kami sungguhsungguh menghergoi semue yeng Anda lakukan untuk kami. Kami harap dasi ini akan mengingetkon Anda kepede kemi, dan mungkin bisa membuet Anda tersenyum. Sefemet Note f xl 7 Dasi itu adalah hadiah Natal terindah yang pernah kudapat. [] 12 Saluran-saluran yang Berlainan
TEKANAN YANG dirasakan oleh sosoksosok berbeda dalam diri Karen yang saling menyadari keberadaan satu sama lain membuatnya merasakan sakit kepala. Sosoksosok itu tidak selalu sependapat. Sebagian di antara mereka mulai membuat jurnal, tempat mereka semua menulis untuk ditunjukkan kepadaku, tapi salah seorang dari mereka membakarnya. Sekarang, setelah beberapa sosok memperlihatkan diri kepadaku, aku mengundang mereka untuk muncul selama sesi hipnosis. Mereka menutup-nutupi apa yang terjadi, tidak tahu apakah mereka boleh berbicara. Tidak terpikir olehku mereka perlu izin. Karen meminta waktu tambahan selama beberapa sesi selanjutnya supaya sebagian sosoknya mendapatkan lebih banyak waktu untuk berbicara. Dia berharap akan dapat membebaskan diri dari tekanan suarasuara yang bersaing untuk didengar di dalam kepalanya, tapi mereka baru memulai. Karen, aku khawatir, hanya akan menjadi semakin parah sebelum keadaannya membaik. Saat Karen tiba berikutnya, kami tidak membuang-buang waktu untuk berbasa-basi. Ada begitu banyak yang harus diketahui tentang semua sosok berlainan di dalam dirinya, dan kami ingin melanjutkan usaha kami. Karen dapat dengan mudah memasuki keadaan trance hipnotik sekarang. Aku mungkin hanya perlu mengatakan tidurlah, dan dia akan tidur, tapi aku tetap menggunakan rutinitas pengantar trance kami untuk memberikan struktur yang dapat dipegang olehnya dan sosoksosok lainnya. “Kalau kamu sudah siap,” ujarku setelah dia berada dalam keadaan trance, “kamu bisa keluar dari ruangan mungilmu yang aman, dan kita akan melihat apakah ada yang ingin berbicara dengan kita.” “Halo … ini Ann.” Karen duduk tegak, dengan postur yang menunjukkan keseriusan, perhatian, dan kepercayaan diri. Suaranya terdengar mendayu dan tenang, wajahnya menunjukkan kebaikan hati. Yang menarik, sikapnya membuatku santai. “Halo, Ann, aku Dr. Baer.” “Ya, saya tahu,” katanya. “Bagaimana kabar Dokter? Inilah pertama kalinya saya melakukan ini, dan saya agak takut.” “Kuharap ini bisa menjadi kesempatan bagiku untuk mengenalmu,” ujarku, “dan sosoksosok lain di dalam diri Karen, agar aku bisa lebih baik dalam memberikan pertolongan.” “Itulah yang dikatakan Katherine; karena itulah saya setuju untuk muncul dan berbicara dengan Dokter.” “Apakah yang hendak kamu ceritakan tentang dirimu?” “Saya lahir saat Karen tidak tahan terhadap gerejauntuk menjaga keimanannya.” “Karen tidak tahan terhadap gereja?” “Beberapa pria yang menyakitinya adalah aktivis gereja. Mereka menggunakan katakata dari peribadatan di gereja saat menyakitinya. Dia tidak tahan berada di dalam gereja, karena itulah saya lahir.” “Berapakah umurmu?” “Saya enam belas tahun. Saya lahir saat Karen berumur sepuluh tahun, dan saya berumur sebelas tahun saat itu. Saya tahu ini agak membingungkan.” “Sepertinya kamu dilahirkan untuk tujuan tertentu.” “Ya, tentu saja.” Sepertinya semua sosok yang pernah kutemui dilahirkan untuk berurusan dengan bagian-bagian tertentu dari pengalaman emosional traumatis Karen. “Begitu, ya. Apa lagi yang bisa kamu ceritakan kepadaku?”
“Saya tidak tahu; ada begitu banyak. Saya selalu menjadi orang baik. Saya selalu sangat religius. Para biarawati menyukai saya. Saya adalah kesayangan mereka di sekolah. Saya suka menolong para guru dan pastor. Saya bertindak seolaholah tidak ada yang salah. Saya ingin menjadi biarawati, tapi tidak bisa karena … karena apa yang telah terjadi pada kami. Saya kotor. Tapi, saya bekerja di Saint Jerome’s, rumah sakit untuk anakanak yang terluka dan cacat, meskipun si ayah memukuli saya jika saya pergi ke sana. Dia selalu mengatakan amal dimulai di rumah.” Ann terdiam. Dia sedang memikirkan sesuatu. “Ada apa?” tanyaku. “Saya ingin mengakui sesuatu.” “Oh?” “Sayalah yang membakar jurnal itu.” “Benarkah? Mengapa?” Aku terkejut saat mendengar bahwa dialah pelakunya. “Saya marah karena Dokter tidak membalas tulisan kami. Saya pikir Dokter membacanya setiap hari. Saya pikir Dokter tidak mendengarkan kami.” “Jurnal itu semestinya adalah cara supaya sosoksosok yang lain dapat menceritakan tentang pikiran dan kekhawatiran mereka. Karen bertugas mengumpulkan dan menyerahkannya kepadaku. Sayangnya, aku tidak bisa menemui kalian setiap hari.” “Ya ampun, saya malu sekali!” kata Ann, menutup mulutnya dengan tangan. “Saya tidak mengerti. Saya pikir Dokter tidak peduli.” “Sayang sekali jurnal itu terbakar,” ujarku. “Mungkin kamu bisa membantu yang lain mengingat kembali apa yang telah mereka tulis, dan semuanya akan baik-baik saja.” “Saya akan mencoba,” Ann terdiam; matanya melirik ke samping, memandang entah pada apa. “Ada sesuatu yang mungkin tidak Dokter ketahui,” lanjutnya. “Sayalah yang pingsan saat hari pernikahan Karen. Yah, bukan hanya saya. Sosoksosok yang berbeda silih berganti muncul saat Karen berada di altar. Saya muncul dan pingsan lagi. Saya tidak bisa memercayai apa yang terjadi. Hanya Karen 1 yang ingin menikah. Dia baru berumur sepuluh tahun, tapi dia ingin menjadi ibu dan punya anak. Saat kami menyadari apa yang terjadi, terlambat sudah. Saya bahkan tidak tahu dengan siapa kami akan menikah. Semua itu sangat mengagetkan.” Ann terdiam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aku terpana mendengar informasi yang baru saja diberikannya. Sepertinya, secara kolektif, sosoksosok di dalam diri Karen mengetahui segalanya. Karena Karen bermasalah dengan ibunya, aku memikirkan apakah Ann dapat membantu dalam hal ini. “Apakah kamu berhubungan dengan ibu Karen?” “Syukurlah, tidak. Sandy atau Sidney yang berurusan dengannya. Sidney muncul saat si ibu menggosok wajah Karen dengan sisir kawat karena dia memakai rias wajah. Karen berumur empat belas tahun saat itu. Saya tidak suka memikirkannya.” “Aku sangat berterima kasih kepadamu karena telah menceritakan semua ini kepadaku,” ucapku. “Kamu sangat membantuku. Aku berharap dapat berbicara denganmu lagi. Jika kamu siap, mungkin kamu bisa mundur dan melihat apakah yang lain ingin menyampaikan sesuatu.” “Terima kasih, Dr. Baer. Senang sekali bisa berbicara dengan Dokter.”
Wajah Karen tampak hampa selama sesaat, lalu selintas posturnya berubah, dan dia mulai berbicara secara lebih formal, tapi kesan anggun dan percaya dirinya berkurang. “Halo, Dr. Baer, senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan Anda.” “Katherine?” “Ya, maaf karena saya tidak memperkenalkan diri. Saya lupa bahwa Anda tidak tahu dengan siapa Anda sedang bicara.” Aku mengenali cara bicaramu,” ujarku. “Aku juga senang karena bisa berbicara denganmu. Aku ingin lebih mengenalmu. Kupikir kamu sebaiknya bercerita sedikit tentang latar belakangmu. Kapan kamu lahir?” “Saya sudah ada di sini sejak awal. Saya lahir ketika Karen berumur satu atau dua tahun. Tugas saya adalah merawat Karen. Holdon lahir tak lama kemudian. Karen sudah dianiaya dan ditelantarkan sejak awal. Holdon memiliki kekuatan untuk melindungi, dan saya memiliki kepandaian untuk mengurus segalanya.” “Kapankah kamu muncul?” tanyaku. “Saat ada yang perlu diselesaikan. Saya sering membersihkan rumah dan memasak. Saat Karen bekerja sebagai sekretarissayalah yang bekerja. Ada jangka waktu panjang saat Karen sama sekali tidak muncul.” Meskipun memikirkan Karen mana yang dimaksudnya, aku diam saja. “Berapa lama? Apakah maksudmu berminggu-minggu?” “Oh, tidak, Karen, yang pergi menemui Anda, pernah menghilang selama bertahuntahun dalam sekali waktu. Dia sama sekali tidak muncul selama SMA. Kami terus-menerus dihajar dan dilecehkan secara seksual selama SMA. Karen tidak muncul ketika itu. Karen 2 dan para laki-lakilah yang lebih sering muncul.” “Bagaimana kamu memutuskan untuk menemuiku?” tanyaku. “Kuanggap kamulah yang membuat keputusan itu.” “Anda benar tentang hal ini. Sayalah yang membawa Karen ke kantor Anda pada hari pertama itu.” “Mengapa kamu memilihku?” “Saya berbicara dengan pasien-pasien Anda yang lain, dan mereka mengatakan bahwa Anda memahami mereka. Tapi, saat pertama kali Anda menemui kami, saya tidak terlalu yakin; saya mencari tahu tentang Anda. Saya ingin mengetahui apakah Anda memedulikan kami. Saya memerhatikan ijazah-ijazah Anda. Saya menelepon perkumpulan dokter untuk mencari tahu apakah Anda pernah terlibat masalah.” “Apakah kamu menemukan sesuatu yang membuatmu khawatir?” “Tidak, saya rasa saya telah membuat pilihan yang bagus. Saya rasa kita berada di jalur yang tepat.” “Apakah kamu tahu bagaimana terapi ini akan berjalan?” tanyaku, berharap akan mendapatkan pertolongan. “Tidak, saya pikir Anda mengetahui apa yang Anda lakukan. Saya hanya bisa mengatakan bahwa sebaiknya kita tidak terburu-buru.” Katherine mengingatkanku pada sosok seorang guru. Dia bersikap sabar kepadaku dan menyemangatiku untuk melakukan yang terbaik. Waktu kami telah habis. Alihalih mendapatkan pertolongan, aku justru disuruh bersabar. Mungkin itu adalah pertolongan yang kubutuhkan. Katherine memberitahuku apa yang akan diberitahukan oleh atasanku. “Duduklah, dan biarkanlah masalahnya terungkap sendiri. Tugasmu adalah memahami, dan saat kau telah paham, tolonglah pasienmu untuk memahaminya.” Godaan untuk maju
berdasarkan agenda si ahli terapi, alih-alih pasien, selalu kuat, dan selalu salah. PADA PERTENGAHAN Januari 1995, Karen tiba di kantorku, tampak ragu-ragu di ambang pintu, lalu melihat ke sekeliling ruangan, ke balik perabot, dan ke bawah meja. Akhirnya dia duduk di kursinya. Dia memegang gulungan kertas. Saat duduk tegang di kursinya, dia memandang curiga ke kanan dan ke kiri. Dia mengangkat gulungan kertas yang dibawanya ke matanya, lalu memandangku melalui lubangnya, bagaikan seorang bajak laut yang memegang teropong. Perasaanku mengatakan bahwa yang berada di depanku bukanlah Karen, sehingga aku memutuskan untuk menunggu dan melihat apa yang terjadi. Setelah yakin bahwa hanya ada kami berdua di ruanganku, sosok di depanku memandangku sangat lama, membuatku merasa tidak nyaman. “Karen tidak bisa datang.” “Oh, begitu. Jadi, siapa yang menggantikan Karen?” “Sidney.” “Ah, Sidney. Aku memang berharap dapat bertemu denganmu lagi.” “Holdon menyuruhku datang. Dia menyuruhku membawa ini.” Sekali lagi, Sidney mendekatkan gulungan kertasnya ke mata. “Ini namanya kaleidoskop.” Sidney menyodorkan gulungan kertas itu kepadaku sambil tersenyum malu. Aku menerimanya; surat dari Holdon tertulis di kertas itu. Aku menyimpannya dan berkonsentrasi pada Sidney. “Aku senang kamu datang.” Sidney memandangiku sejenak, lalu sedikit melemaskan bahunya. “Karen sedang sakit,” katanya. “Holdon ingin memberikan kertas-kertas itu untukmu. Sekarang aku muncul dengan Holdon dan anakanak lakilaki yang lain.” Sidney menatap ke luar jendela, melongok untuk melihat tanah di bawah. “Saat kamu menyerahkan kertas itu, sepertinya lenganmu sakit.” “Lenganku memang sakit terus. Ayah menyuruhku mencuri, dan kalau aku tidak melakukannya dengan benar, dia memuntir lenganku atau menonjokku. Aku tidak bisa merasakan jariku; Ayah sering memukulinya dengan tongkat karena aku mencuri.” “Bukankah katamu dia yang menyuruhmu mencuri?” “Ya, memang, lalu dia memukulku karenanya.” “Apa kamu tahu bahwa ayah Karen sudah meninggal?” Sidney memandangku dengan mata terbelalak lebar, terkejut. Sekali lagi, dia tampak ragu-ragu, mendongakkan kepala dan memandangku dengan penuh tanda tanya. “Betul,” kataku. “Dia meninggal karena kanker sekitar setahun yang lalu. Dia tidak bisa menyakitimu lagi. Aku sedang berusaha menolong Karen dan Holdon untuk membuat kalian semua merasa lebih baik.” “Kamu pasti berbohong padaku.” “Tanyakan saja pada Holdon.” Sejenak, tatapan Sidney tampak kosong, lalu dia memandangku lagi. “Aku sungguh tidak tahu.” “Sepertinya kamu tidak suka dengan si ayah. Penderitaanmu telah memberimu banyak kekuatan dan keberanian, tapi juga banyak rasa sakit. Kurasa, kamu dan yang lain akan sangat terbantu kalau kamu bisa membagi sebagian pengalamanmu, dan juga sebagian kekuatanmu.” Aku berusaha membangun landasan bagi tujuan akhir kami, yaitu integrasi seluruh sosok. Setelah Sidney pergi, aku memeriksa kertas-kertas yang dibawanya. Sepucuk surat dengan tulisan tangan Holdon tertera di sana.
Januari 95 Yang terhormat Dr. Baer, Saya ingin mencoba memulai rekonstruksi jurnal yang terbakar. Untuk memulainya kami harus menceritakan tentang keberadaan kami. Di bawah ini adalah daftar yang berisi penjelasan tentang kami semua dan siapa saja yang sering muncul akhirakhir ini. Saat ini kami bertujuh belas. Saya akan mencoba sedikit menjelaskan satu per satu diri kami. Holdon (saya sendiri), 34 tahun. Saya berusaha keras untuk melindungi kami semua. Saya memiliki pengetahuan sejak kelahiran Karen. Sayalah yang mengambil sebagian besar kepulasan mengenai siapa yang sebaiknya muncul. Sayalah yang paling sering mengemudi. Saya memiliki kepandaian mekanis; saya membual dan memperbaiki barang-barang, mengecat memasang kertas dinding, dan lain-lain. Saya sangat bercita-cita menjadi paramedis. Kadangkadang saya menenangkan anakanak yang ada di dalam. Saya tercipta untuk menjadi anak lakilaki sempurna yang bisa membantu pekerjaan ayah dan kakek Karen. Saya bisa melakukan nyaris segala macam hal. Saya tidak merasakan sakit. Katherine juga berusia 34 tahun. Dia tahu tentang semua temu dan memastikan semuanya terpenuhi. Katherine lahir berumur kurang dari satu tahun. Kami tumbuh bersamanya. dan bertanggung jawab membawa kami ke terapi. Katherine sakit.
sosok. Dia membuat janji sesudah saya saat Karen Katherine suka membaca juga tidak merasakan
Claire berumur tujuh tahun dan sangat tidak percaya diri. Saat ini dia sedang sedih karena merasa diabaikan oleh Anda. Saya berusaha membujuknya untuk muncul dan berbicara tapi dia sedang sangat kesakitan. Dia mengidap sakit kepala parah. Sidney berumur lima tahun dan kesakitan. Dia ingin bersenang-senang dan suka menjerumuskan kami semua ke dalam masalah. Dia menempatkan kami dalam situasi yang aneh dan pergi begitu saja. Dia masih ingin mencuri pemak-pemik untuk diberikan kepada orang lain. Tangan dan jarinya mati rasa. Dialah yang menerima sebagian siksaan terberat. Sandy berumur 18 tahun dan menjadi duri dalam daging di antara kami. Rasanya nyaman saat Sandy tenang dan menatap ke luar jendela. Tapi, entah bagaimana dia terbangun. Dia punya banyak rencana bunuh diri. Dia gemar menyantap makanan sampah dalam jumlah besar. Dia murung dan depresi, dan selalu ingin mengambil alih. Dia bersesumbar dapat membuat Anda marah kepada kami, sehingga Anda akan menyerah. Sepertinya dia semakin parah setelah ayah Karen meninggal. Julie berumur 13 tahun dan sangat kesakitan sehingga saat dia muncul, kami berpikir kami semua akan mati. Dia tidak bisa bernapas dengan baik. Rambutnya hitam dan matanya hijau. Dia tidak bisa berjalan. Karen Boo berumur 21 bulan. Dia tidak terlalu bisa berbahasa Inggris. Dia mengerti sedikit bahasa Hongaria. Dia tidak bisa melihat karena menderita tumor di matanya. Di sering menjeritkan “Awl”, serta merasakan nyeri di kaki dan vaginanya. Dia butuh ditenangkan oleh suara Anda. Miles berumur delapan tahun dan sepertinya sudah tenang. Dia sudah tidak membenci semua orang karena dia menyukai Anda. Dia tidak menyakiti kami lagi karena ingin Anda menyukainya. Dia masih membenci keberadaannya di dalam tubuh perempuan. Miles masih merasakan sakitnya penyiksaan. Miles mendatangi segala macam acara olahraga bersama James dan Sara Kari berumur sepuluh tahun dan kecewa karena terbakarnya jurnal; dia menulis banyak detail tentang penganiayaan dan berharap tidak akan pernah membicarakannya lagi karena selama dia menulis, sakit Karen sedang parahparahnya. Kari merasakan sakit yang paling parah dan berharap kami akan
mengakhirinya. Saat Miles tidak dapat lagi menanggung rasa sakit. Kari mengambil alih. Elise berumur delapan tahun dan dialah yang menjalani kehidupan normal Miles dan Kari, terpisah dari penganiayaan. Elise menulis puisi dalam bahasa Hongaria dan tidak seorang pun dari kami mengetahui artinya. Dia merasa Tuhan akan mengampuni kami karena telah dilahirkan di dunia ini. Dia selalu tahu bahwa penganiayaan adalah kesalahan. Thea berumur enam tahun dan lahir pada 1965, saat Karen menderita aneurisme dan mendengar orangtuanya mengatakan bahwa mereka berharap dia akan meninggal. Saat Karen tidak meninggal seperti yang diharapkan, Thea mengambil tempatnya selama total 1,5 tahun. Selama masa ini, Karen tidak ada’ dia tidur. Thea yang menyimpan ingatan selama masa itu. Karen 1 berumur sepuluh tahun dan lahir pada 1969, berumur delapan tahun ketika lahir dan tumbuh hingga dua tahun kemudian, lalu berhenti tumbuh pada usia sepuluh tahun. Karen 1 sangat sensitif dan pemalu. Dia kesepian pada 1979, saat dia bertemu dengan Josh, dan keluguannya membuai pria itu tertarik. Dia mengidamkan pernikahan dan mendapatkannya. Dia takut pada keributan, motifpokadoi, badut, bau kelapa dan kohnye Brut. Dia menderita sakit kepala serta membenci ayah dan ibunya. Juiiann berumur sebelas tahun dan lahir pada 1971 saat Karen berumur 12 tahun. Jensen muncul dan melawan saat Karen diperkosa menggunakan sebuah gantungan baju oleh saudara lakilaki neneknya Constantine. Jensen membalut bekas gigitan dan meratakan dada Karen supaya dia menjadi lakilaki. Jensen ingin menyakiti semua orang yang telah menyakiti kami. Jensen sangat membenci pria yang lebih tua. Menurutnya jika mendapatkan kesempatan, mereka akan menyakiti kami. Ann berumur 16 tahun, dan meskipun biasanya religius, dia telah kehilangan keimanannya. Dia tidak bisa memahami mengapa ada begitu banyak kesedihan di dunia ini. Ann lahir pada akhir ‘60-an atau awal ‘70-an. Dia belajar di sekolah Katolik untuk Karen serta menjadi murid kesayangan guru dan kepala sekolahnya. Dia bekerja di kantor, dan pergi ke gereja setiap hari. Kami semua selalu membuatnya maki, sehingga dia sering mengakui dan menebus dosa. Dia selalu merasa kami harus disalahkan karena keberadaan kami, dan hanya Tuhanlah yang dapat mengampuni kami. Karen 2 berumur 21 tahun dan lahir pada 1969saat Karen berumur sepuluh tahun. Karen 2 bersekolah, bekerja sebagai sekretaris bersama Katherine, dan melahirkan anak laki-lakinya James. Dia tidak merasakan nyeri ataupun sakit kepala dan suka bergaul dengan orang lain. Dia merasa beruntung dengan kehidupannya. Ketika dia memulai proses persalinan anak perempuannya Sara Claire muncul dengan histeris, dan dimulailah kekacauan total kami. Karen 2 tidur sejak 1985. Karen 3 berumur 30 tahun dan lahir empat hari setelah kelahiran Sara pada 1985. Dia adalah kelahiran terakhir kami. Dia terpilih untuk memulai terapi. Kamilah yang memberinya semua ingatan yang disampaikannya kepada Anda. Dia depresi dan ingin melakukan bunuh diri. Dia dapat merasakan sebagian dari kami, namun tidak semuanya. Karen 3 adalah sosok yang paling sering Anda temui. Aku meletakkan kertas-kertas itu dan memikirkan betapa anehnya seorang manusia dapat bekerja dengan cara seperti ini. Ini adalah cara berbeda untuk berpikir dan berfungsi, tapi menggunakan perangkat mental yang sama, otak yang sama, seperti yang dimiliki oleh kita semua. Jika kita semua tumbuh dalam situasi seperti yang digambarkan di surat itu, mungkin kita pun akan beroperasi dengan cara seperti Karen. Aku memikirkan hubungan berjalinan rumit yang akan kita miliki jika masingmasing dari diri kita mengetahui tentang irisan-irisan berbeda dari diri kita. Jatuh cinta akan menjadi seperti terapi ini, ketika kita perlahan-lahan berkenalan dengan semua bagian dan berusaha melibatkan mereka ke
dalam sebuah hubungan. Aku memerhatikan bahwa Holdon mengatakan dirinya dilahirkan sebelum Katherine. Katherine mengatakan yang sebaliknya. Mungkin terdapat sedikit persaingan di antara setiap sosok. Aku memerhatikan bahwa detaildetail kecil yang disampaikan oleh sosoksosok yang berbeda sedikit tidak konsisten; bukan berkebalikan, melainkan terdapat sedikit perbedaan di antara detaildetail itu. Aku tidak perlu berpegang teguh pada satu versi saja pada titik ini; mungkin tidak masuk akal untuk mengharapkan setiap sosok memiliki ingatan yang sempurna akan setiap detail yang ada setelah beberapa dekade berlalu. Bahkan, aku terkesan melihat betapa sistem Karen konsisten secara internal. Selama masa ini, struktur sesi terapi berubah. Sekarang aku hanya menghabiskan waktu singkat, pada awal terapi, bersama Karen (Karen 3), kemudian sesi dilanjutkan dengan hipnosis supaya aku dapat berbicara dengan sosok lainnya. “Saya merana sekali,” kata Sandy, “tidak ada yang beres. Semua orang takut pada orangorang yang datang pada malam hari … Mereka tidak nyata; mereka cuma mimpi. Julie, Thea, dan Jensen ingin mati. Juiiann takut si ayah akan datang dan menyakiti mereka.” “Apakah kamu bisa memberi tahu mereka bahwa itu hanya mimpi?” “Mereka tidak mau mendengarkan saya. Ini membuat saya jengkel. Saya tidak mau hidup di masa lalu. Semuanya mengingatkan saya pada masa itu; perkakas, kabel listrik, peralatan makan perak, semuanya. Ingatan itu masih ada, bahkan bagi saya.” “Ini tentunya beban yang sangat berat bagimu,” ujarku, “semua kenangan masa lalu itu, saat kamu ingin terus maju.” “Yah, tapi Julie yang paling kesakitan. Dia tidak bisa bicara ataupun berjalan. Bobot para pria itu masih menindih kakinya.” “Mungkin aku bisa bicara dengannya “Tunggu sebentar,” kata Sandy, dan dia segera mundur. Karen terkulai di kursinya dan menjulurkan kedua kakinya, menyanggakan tumitnya ke lantai. Matanya terpejam, dan entah bagaimana, wajahnya tampak lebih tembam, seolaholah dia sekonyong-konyong menggembung di depan mataku. “Bagaimana perasaanmu, Julie?” tanyaku. “Saya kesakitan; sakitnya sampai ke perut saya,” kata Julie, “rasanya seperti ada penis di tenggorokan saya.” “Bisakah kamu menggerakkan kakimu?” “Sedikit.” Julie bersusah payah menggerakkan kakinya ke samping, seolaholah ada sesuatu yang menindihnya. “Seperti apakah rasanya?” “Mereka menindih saya. Saya tak bisa bergerak. Saya tak bisa bernapas.” “Julie, kamu hanya bermimpi, teringat pada sebuah kenangan dari masa lalu. Para pria itu tidak menyakitimu lagi sekarang.” “Tapi rasanya begitu!” Julie meronta-ronta dengan susah payah. “Semua pria yang menyakitimu sudah meninggal,” ujarku. “Perasaan yang kamu dapatkan dari para pria masa lalu itu akan memudar.” Aku berusaha memberikan sedikit saran hipnotik. “Kamu akan merasakan bobot mereka sedikit demi sedikit terangkat dari kakimu. Sekarang bahkan kamu sudah merasakan beban mereka terangkat dari kakimu. Perlahan-lahan, kendali kakimu kembali pada dirimu. Para
pria itu telah pergi. Kamu tidak perlu takut terhadap mereka lagi.” “Saya merasa sedikit lebih baik, tapi bagaimana saya bisa percaya pada Dokter bahwa mereka sudah pergi?” “Tanyakanlah pada yang lebih tua darimu, terutama Katherine dan Holdon. Kamu akan merasa lebih baik mulai saat ini.” “Entahlah ….” 22-1-95 yang terhormat Dr. Baer, Keadaan kami sedang tidak begitu baik. Saya rasa kami sakit. Saya membawa kami ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter kandungan. Kami merasakan kram perut yang parah sejak Jensen memasukkan cairan antibeku ke dalam vagina kami. Julie paling kesakitan. Saya mengkhawatirkan adanya keracunan. Karen juga mendapatkan banyak masalah di rumah. Anakanaknya sepertinya tidak lagi menghormatinya. Saya yakin ini diakibatkan oleh Josh yang selaki menjelek-jelekkannya. Kami semua menjadi kebingungan dan terdisorientasi. Kami mulai membagi ingatan kami, dan itu menyebabkan rasa tertekan yang teramat sangat. Katherine “Bagaimana perasaanmu, Katherine? Aku sudah mendapatkan pesanmu.” “Tidak begitu baik. Jensen mencoba membersihkan dirinya dengan cairan antibekuyang disemprotkan. Dia berharap organnya akan terbakar. Julie kesulitan bernapas dan berjalan, dan dia sangat kelelahan. Dia merasa sakitnya paling parah saat Anda pergi.” “Bagaimana Jensen bisa muncul dan melakukan ini kepada kalian?” aku bertanya. “Siapakah yang memutuskan siapa saja yang boleh muncul?” “Alasannya berbeda-beda,” kata Katherine, “tapi biasanya yang memiliki perasaan terkuatlah yang bisa melakukannya.” “Sepertinya perasaan Jensen cukup kuat,” ujarku. “Mungkin saya bisa berbicara dengannya dan mungkin saya bisa menolong dia.” “Kami akan sangat menghargai usaha Anda, Dr. Baer.” “Mungkin kamu bisa mundur dan kita akan melihat apakah Jensen mau muncul dan berbicara kepada saya.” “Baiklah.” Karen memejamkan mata, dan tubuhnya tampak sedikit lebih kaku. Entah bagaimana, dia kelihatan lebih kecil dan tegang. Dia nyaris berjongkok di kursinya, bersiap melompat. Suaranya juga menjadi lebih nyaring, dengan lebih banyak energi, namun pada saat yang sama juga lebih kecil. “Aku ingin membunuh kami semua.” “Jensen?” “Yeah.” Jensen terus-menerus menghindarkan pandangannya dariku. “Mengapa kamu ingin membunuh kalian semua?” “Karena badan ini sakit sekali. Dia menyakitiku dengan gantungan baju, dan aku ingin membersihkan diri. Logamnya masih tertinggal di dalam vaginaku. Aku harus
membakarnya untuk mengeluarkannya, lalu menjahitnya supaya aku tidak jadi perempuan lagi.” Nah, yang satu ini cukup mengerikan, pikirku. Apa yang dapat kulakukan untuk mencegah Jensen melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri? Kurasa langkah pertamanya adalah berusaha membangun sebuah hubungan. “Kamu disakiti menggunakan gantungan baju?” aku bertanya dengan lembut. “Apakah yang kamu rasakan?” “Tidak seorang pun percaya saat aku membicarakan tentang perasaanku. Kami harus menyendiri sepanjang waktu. Tidak ada yang mengerti kami.“214richard Baer “Pernahkan ada seorang lakilaki yang mengerti kamu?” tanyaku, berusaha memancingnya. “Tidak, tidak pernah ada. Semua lakilaki gemar menyakiti.” “Aku tahu ini hal baru bagimu dan aku tidak berharap kamu akan langsung menerimanya begitu saja. Tetapi, aku sangat ingin memahamimu. Ini bagian terpenting dari pekerjaanku, berusaha memahami, dan kurasa kamu bisa sangat menolongku.” “Aku bisa menolong kamu?” Jensen yang terkejut kehilangan sedikit ketegangannya. “Ya, kamu bisa menolongku,” ujarku. Aku berhasil membuatnya tertarik. “Sepertinya kamulah yang paling menderita akibat apa yang menimpa Karen. Aku telah berusaha memahami semuanya dari ceritacerita yang bisa disampaikan oleh sosoksosok lainnya kepadaku, tapi sepertinya kamu mengetahui bagian-bagian yang sangat penting.” Aku tahu aku lancang, tapi aku berusaha membangun kepercayaannya supaya dia tidak menganggapku sebagai orang yang akan menyakitinya, tetapi sebagai sumber kenyamanan emosional. Tindakanku ini bisa dikatakan sebagai godaan secara langsung, namun kadangkadang ini perlu dilakukan. “Kamu ingin tahu tentang apa?” tanya Jensen. “Yah, ceritakanlah tentang ingatan pertamamu.” “Oh, itu gampang. Karen ditusuk vaginanya oleh Constantine, adik neneknya. Kurasa lelaki itu idiot. Dia tua dan buruk rupa. Saat itu, Karen sedang bertugas mengawasinya karena harus ada orang yang menemaninya. Dia menjejalkan lidahnya ke mulut Karen. Aku melawan. Aku menendangnya sampai dia kesakitan. Vagina Karen berdarah dan ada bekas gigitan di dadanya. Aku membalutkan perban di dadanya agar dia tidak kelihatan seperti anak perempuan.” “Kamu berusaha melindungi Karen agar tidak disakiti?” Aku harus mengatakan sesuatu untuk menyingkirkan keraguan bahwa tidak seorang pria pun akan mengerti dirinya. Hal-hal kecil seperti ini semestinya bisa membantu. “Ya. Itu tidak gampang, dan aku tidak selalu di sana sepanjang waktu.” “Dan kalau kamu bisa menghilangkan vagina Karen, mungkin dia tidak akan disakiti oleh pria.” “Ya! Hanya perempuan yang bisa disakiti. Kalau kamu bukan perempuan, mereka tidak akan mengganggumu.” “Sudah lama berlalu sejak para pria menyakiti vagina Karen. Sebenarnya mereka semua sudah mati sekarang. Tidak ada lagi yang masih bisa menyakiti Karen seperti itu, jadi kamu tidak perlu melindunginya dengan merusak vaginanya. Tindakanmu justru membuatnya kesakitan seperti yang dilakukan para pria itu.” “Oh! Bukan itu maksudku! Aku hanya berusaha membantu.”
“Tentu saja, Jensen. Kamu berusaha menyelamatkan Karen.” “Ya!” Aku memang sedikit agresif, tapi aku tidak sabar ingin menghentikan Jensen menyakiti tubuh Karen. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku berharap dapat berbicara lagi dengannya, dan sepertinya dia bersedia. PADA AWAL Februari, aku menerima surat yang sepertinya ditulis sebagai usaha bersama, dengan sosoksosok yang secara bergiliran menulis untukku. Dokter Baer yang baik. Aku mimpi buruk. Aku tidak mau kamu pergi. Maukah kamu datang ke rumahku dan mengusir monster jahat itu, dia datang waktu malam dan aku melihatnya. Maukah kamu memegangi tanganku dan menemaniku agar dia pergi. Terima kasih. Salam Claire. Dr. Baer, Ingatkah Dokter saat kami bertanya tentang eutanasia? Bagaimana pendapat Dokter. Rasa sakit ini tidak tertahankan lagi. Sandy Aku menulis untuk Sidney, dia ingin kamu tahu bahwa dia ingin bermain denganmu di dapurmu. Kata Sidney, kalau kamu mau bermain kartu dengannya dia mau bercerita sedikit. Miles Dr. Baer, Apakah penyatuan kembali akan menolong kami? Sandy Bagaimana dengan masalah kesehatan kami. Apakah kami sakit diabetes atau apa? Saat saya muncul saya sakit. Saya pusing sepanjang waktu. Julie Hai Dr. Baer, Kami baik-baik saja sebagian dari kami saling berbagi ingatan, kadangkadang ini menimbulkan kebingungan, tapi saya rasa ini menarik. Kami semua berusaha berbagi tempat di tubuh Karen. Kadangkadang kami sakit kepala berkepanjangan, aromaaroma tertentu membuat kami mual (seperti kohnye Brut) tapi kami mampu menahannya. Berkali-kali kami nyaris berbuat dosa namun Tuhan masih mengawasi kami. Kami juga berusaha memutuskan apakah kami mau atau tidak mau dikremasi jika kami meninggal. Saya merasa kami akan meninggal dalam waktu dekat ini, dan kami akhirnya akan menemukan kedamaian. Kami gelisah sejak kematian Nenek pada 1985. Ann Jelas bahwa setiap sosok bersemangat dalam berkomunikasi denganku dan mereka menemukan cara termudah untuk melakukannya, yaitu menulis. Yang membuatku heran adalah betapa berbedanya setiap sosok tersebut. Masingmasing memiliki pendapat dan kekhawatiran sendiri. Kecuali Katherine dan Holdon, yang turut menua bersama Karen, sosoksosok lainnya berhenti tumbuh. Pada saat yang berbeda bagi setiap sosok, waktu berhenti, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika itu, seperti pada Claire saat dia berusia tujuh tahun, masih terjadi. Seolaholah setiap sosok terkurung selamanya di dalam sebuah siksaan tanpa ujung. Kedengarannya seperti di neraka.
Aku telah lama memikirkan apakah Karen dapat me-manfaatkanku sebagai seorang ahli terapi. Bagaimana dia tahu bahwa dia dapat menemukan seseorang untuk dipercaya dan dimintai pertolongan? Bagaimana dia dapat meyakini bahwa hubungan semacam itu memang ada? Biasanya, seseorang membutuhkan pengalaman menjalani hubungan yang baik sebelum mereka sungguhsungguh meyakini dirinya mampu melakoninya. Karen tidak mengalami hal itu bersama orangtuanya. Aku tahu bahwa Karen takut kehilangan diriku; dia takut aku akan mati, atau aku akan kehilangan ketertarikan, atau dia akan membaik dan aku berhenti menemuinya, atau ceritanya akan menjadi terlalu mengerikan dan aku akan mengangkat tangansemacam itulah. Perasaan Karen terhadap hubungan kami begitu rapuh, namun aku terkesan karena dia mampu bertahan hingga sejauh ini. Sebuah pesan dari Karen menolongku dalam memahami bagaimana hal ini terjadi. Saya ingat pernah menghabiskan banyak waktu pada malam hari untuk duduk dan mengobrol dengan nenek saya. Kami membicarakan tentang dengan nenek saya. Kami membicarakan banyak hal termasuk sosoksosok lain di dalam diri saya. Nenek saya bisa berbicara dengan Ann, Julie, Sidney, Claire, dan Holdon. Kenangan ini mulai kembali ke ingatan saya. Nenek saya tidak bisa melaporkan penganiayaan yang saya alami, tapi beliau memahami bahwa sosoksosok lain saya merasa sakit; beliau mengerti bahwa saya harus menjadi orang lain untuk bisa bertahan. Saat saya menginap di tempatnya, beliau akan dengan lembut membawa saya kembali ke ranjang jika saya berjalan dalam tidur atau kehilangan waktu. Saya cukup sering menghabiskan waktu bersama nenek saya. Beliau bagaikan ibu kedua bagi saya. Saya belajar untuk bersikap santai di hadapannya saat saya kehilangan waktu. Beliau membuat saya merasa penting dan saya pun berpikir bahwa mungkin pada suatu hari nanti saya akan menemukan seseorang yang bisa memahami saya seperti beliau. Saya menyadari bahwa seseorang itu adalah Anda dan saya takut karena mengetahui bahwa suatu hari nanti. Anda akan berhenti merawat saya. Saya takut kehilangan Anda. Aku tidak yakin bahwa pengalaman Karen bersama neneknya secara khusus mempersiapkannya untuk menemukan diriku, namun aku memang berpikir bahwa hubungan itu memberinya fondasi untuk memercayai, yang memang dibutuhkannya. Setelah hubungan terapeutik-ku dengan Karen semakin kokoh, aku meminta beberapa sosok untuk memerhatikan saat sosoksosok yang lain memegang kendali. Salah satu saran yang kuberikan kepada mereka adalah mengunjungi makam si kakek untuk menunjukkan kepada semua sosok bahwa pria itu telah meninggal. Banyak di antara mereka masih meragukan kebenaran hal ini. Aku terutama mendorong Karen (yang secara teratur datang menemuiku) untuk menyaksikan saat Katherine muncul. Dia melakukan hal ini untuk pertama kalinya pada awal Maret 1995. “Apakah yang kamu lihat?” tanyaku. “Saya tahu bahwa kami ada di supermarket, tapi saya tidak bisa merasakan tubuh saya,” kata Karen. “Saya melayang, seperti perasaan yang Anda dapatkan saat lift mulai turun. Saya juga kebingungan, seolaholah pikiran saya berada di dua tempat berbeda dalam satu waktu. Saya tidak takut pada apa pun.” “Apakah yang kalian semua lakukan?” “Tidak banyak. Membeli persediaan makanan dan produk pembersih. Pekerjaan itu sangat efsien. Kami punya sebuah daftar dan kami tahu tempat segala macam belanjaan di toko itu.” “Kedengarannya sangat menarik. Saya harap kamu bisa lebih sering berbagi waktu dengan Katherine.” Dalam sesi hipnosis, aku berkesempatan mendengarkan cerita versi Katherine dari pengalaman yang sama tersebut.
“Bagaimanakah perasaanmu, Katherine?” “Saya tidak yakin apakah Karen ingin menyaksikan saya. Rasanya aneh; saya bisa merasakan perasaannya. Saya tidak pernah melakukan ini dengannya sebelumnya.” “Kamu pernah melakukannya dengan yang lain?” “Yah, saya dan Holdon sudah sering muncul bersama. Kami berdampingan, seperti bayangan cermin masingmasingmitra. Masingmasing dari kami melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh yang lain.” “Apakah yang lain juga berbagi waktu denganmu?” Aku tertarik untuk mengetahui seberapa feksibelnya sistem Karen menyangkut pembagian waktu. Seberapa kokohkah batasan dari setiap sosok? “Kadangkadang saya bisa sedikit bersantai dan membiarkan yang lain muncul.” “Kapankah kamu melakukan ini?” “Oh, katakanlah saat salah satu anakanak itu harus ditenangkan, dan mereka ingin menonton flm atau apa, saya bisa membiarkan mereka.” “Bisakah kamu muncul kapan pun kamu mau?” “Seringnya begitu. Saya tidak muncul saat kami sedang bersama si ibu. Sandy yang biasanya berurusan dengan si ibu. Sandy tidak mau berbagi waktu.” “Akan sangat membantu jika kamu bisa lebih banyak berbagi waktu dengan Karen. Saya rasa ini baik untuknya.” “Baiklah. Akan saya coba.” Kupikir jika aku menyarankan Karen dan Katherine berbagi waktu, penghalang di antara mereka akan berangsur-angsur memudar, hingga akhirnya menghilang. Kemudian, kami dapat melakukan ini dengan yang lain, satu per satu. Teknik ini dijelaskan di dalam beberapa buku atau artikel yang telah kuteliti. Pada sesi berikutnya, Karen datang dengan mengempit sehelai amplop manila besar berisi benda menggembung. Dia duduk memangku amplop tersebut, menunduk, dan sikapnya menunjukkan perpaduan antara keakraban dan ketakutan. Aku mengangguk ke arahnya, menunjukkan bahwa aku tertarik. Dia mengulurkan amplopnya kepadaku, lalu menyandarkan diri dengan lega, seolaholah senang karena berhasil menyingkirkan benda itu. “Bolehkah aku melihatnya?” aku bertanya. Karen mengangguk, menggigit bibir. Aku mengintip ke dalam amplop tersebut dan mulai mengeluarkan isinya. Pertama, ada kotak kecil yang terbuat dari kayu cedar, bergambar sebuah keluarga Indian dengan seorang pria yang duduk mengisap pipa, seorang wanita, dan seorang bocah yang duduk di tanah. Bocah itu telanjang, dan tempat kemaluannya berada tertutup oleh coretan pensil tebal. Terdapat beberapa goresan melingkar di atas dan sekeliling pria itu. Ada tanda “+” kecil di tengah setiap goresan. Dugaanku, goresan itu dibuat dengan cara menusukkan obeng secara berulangulang. Terdapat tulisan “Knott’s Berry Farm” di tepinya. Aku menunjukkan kotak itu kepada Karen. “Apakah ini?” tanyaku. “Ini kotak kesakitan. Ini pemberian nenek saya. Kata beliau, saya bisa memasukkan rasa sakit ke dalamnya dan menutupnya lagi. Katanya, beliau juga punya kotak seperti ini saat beliau masih kecil.” Penganiayaan multigenerasi, pikirku.
“Dan ini?” aku menunjukkan sebuah pembuka kacang berwarna emas yang dibuat secara asal-asalan, berbentuk tubuh wanita dari pinggang ke bawah, dengan engsel di bagian pinggulnya, sehingga kedua kakinya dapat dipisahkan dan kacang dapat dibuka dengan cara memasukkannya ke sela-sela pahanya. “Itu dipakai untuk menjepit saya, puting susu dan jari saya.” Karen tampak muak dan berusaha tidak menatapku secara langsung saat aku memeriksa isi amplop yang dibawanya. Aku mengeluarkan beberapa benda lagi, semuanya berwujud perkakas, beberapa obeng tua bergagang kayu, sebuah palu kecil murahan, dan tang pemotong kabel yang berat. “Alatalat itu digunakan untuk menyakiti saya. Sebagian dipakai untuk menjepit saya; sebagian lagi dimasukkan ke tubuh saya.” Dia terdiam dan menatap ke luar jendela dengan ekspresi kesakitan di wajahnya. “Sepertinya saya ingin muntah. Bolehkah saya menggunakan kamar mandi Anda?” Karen cepatcepat bangkit dari kursinya dan menghambur ke kamar mandi, yang terletak beberapa meter dari tempat kami duduk. Dia menghabiskan waktu sekitar dua menit di dalam. Tidak ada suara yang terdengar, sehingga aku menduga dia hanya menenangkan diri. “Maafkan saya,” katanya, “bendabenda itu menghadirkan lagi bayangan yang membuat saya mual.” “Aku juga minta maaf. Mungkin sebaiknya kita tak perlu memeriksa sisanya?” “Tidak, silakan saja, Anda boleh melanjutkan.” Sekali lagi, aku melihat isi amplop dan mengeluarkan seutas kabel telepon tua, kabel elastis, sebuah buku (Born to Win), sebuah potongan kolom Ann Landers, sebuah patung kuningan kecil berbentuk tangan yang menadah dalam pose berdoa, dan beberapa foto keluarga. Aku menyingkirkan kabel-kabel itu; aku tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut tentangnya. Lalu, aku membaca kolom Ann Landers. “Begitulah perasaan saya, kadangkadang,” kata Karen. Kolom itu menceritakan narasi fktif seorang remaja yang terbunuh dalam sebuah kecelakaan mobil, yang menyaksikan peristiwa pemakamannya sendiri. “Kamu membayangkan bagaimana orangorang akan bereaksi terhadap kematianmu?” “Sepanjang waktu.” “Bisakah kamu menceritakan foto-foto ini?” Aku mengacungkannya satu per satu. “Itu foto keluarga kamisaya, Josh, James, dan Sara. Itu saya dan Josh saat kami baru menikah. Itu kakek dan nenek saya.” Tidak ada yang istimewa dengan foto-foto ini. Aku berusaha melihat sirat jahat di wajah kakeknya. Kalaupun ada, ekspresi itu hanya terlihat samarsamar, dan wajah neneknya tampak hampa, tanpa ekspresi. “Haruskah kita mencari tahu pendapat sosoksosok yang lain tentang barang-barang ini?” Karen bersandar dan memejamkan mata, menantiku mengatakan katakata yang bersifat menghipnosis. Setelah dia berada dalam kondisi trance, aku menanyakan apakah ada yang ingin berbicara dengan kami. “Ada juga yang lain.”
“Miles?” Miles mengangguk. “Apakah maksudmu, yang lain?” “Lakban, jarum suntik, gergaji. Mereka bilang akan memotong leherku. Si ayah mengambil gergaji dan menggores tenggorokanku dari kuping ke kuping. Lalu, mereka semua tertawa terbahak-bahak. Mereka pikir itu sangat lucu. Aku harus bilang aku menyukainya, atau mereka akan benar-benar melakukannya padaku!” Segera setelah aku berhasil menenangkan Miles, Claire muncul. “Bisakah kamu menyuruh mimpi buruk itu pergi?” “Ya,” jawabku, mengenali suara Claire, “saya harap begitu. Karen membawakan alatalat itu supaya saya bisa menghancurkannya, supaya mereka tidak akan pernah menyakitimu lagi. Apa yang kamu lihat saat mendapatkan mimpi buruk? “Aku tidak mau membicarakannya.” “Kadangkadang, jika kamu mau membicarakan pikiran yang mengganggumu, mereka tidak akan kembali untuk menakut-nakutimu di dalam mimpimu.” Claire merontaronta dan mulai menangis. “Orangorang itu mencubit dan menjepitku di sini,” katanya, menangkupkan tangannya ke payudaranya, “dan di sini” tangannya menunjuk perutnya-“dan di sini.” Dia menggeserkan tangannya ke selangkangannya, mengernyit kesakitan, dan terisak-isak nyaring. Aku duduk diam selama beberapa menit saat Claire mengingat kembali rasa sakitnya. “Aku tahu kamu masih merasakannya, Claire,” ujarku, “tapi itu sudah lama berlalu. Orangorang itu sudah pergi, alatalat ini tidak akan menyakitimu lagi dan tubuhmu sudah sembuh dan terbebas dari sakit. Kamu sebaiknya membagi ingatan ini dengan Karen, sehingga kamu tidak harus menanggungnya sendirian. Maukah kamu membaginya dengan Karen?” “Oke, aku akan mencobanya.” Dia terus bersedekap dan menggosok-gosok tempatnya disakiti. “Apakah ada hal lain yang kamu ingat, Claire?” “Satu lagi.” “Ya?” “Tangan yang berdoa itu “Ya?” “Mereka memakainya untuk menampar wajahku berkali-kali.” KETIKA ITU awal April 1995, dan Jensen menyampaikan sebuah kabar untukku. “Aku membeli burung kakatua,” kata Jensen. “Ceritakanlah tentang burung itu.” “Si pemilik toko hewan peliharaan, Gary, adalah temankukarena itulah aku muncul. Dia memperbolehkanku melihat semua binatang di tokonya. Gary sendirilah yang menyarankan agar aku membeli burung kakatua.” “Apa kamu menyukai burung?” “Ya! Nenek Karen selalu menyukai burung.” “Apa yang membuatmu menginginkan binatang peliharaan sekarang?”
“Tidak seorang pun pernah bicara denganku. Yah, Miles kadangkadang mau, juga Katherine dan Holdon, tentu saja. Jadi, aku lebih sering sendirian, tapi sekarang aku punya burung.” “Mungkin burung itu bisa menolong kita.” “Bagaimana caranya?” “Kamu bilang, semua sosok menyukai burung. Mungkin kalian semua bisa merawatnya bersamasama? Dengan cara itu, kamu akan bisa berbicara dengan semua orang.” Sebelum menghadiri sesi itu, Jensen membuat gambar seekor burung untukku. Dia menamainya Link karena burung itu adalah saluran yang menghubungkan dan mendekatkan seluruh sosok di dalam diri Karen. Di sepanjang sesi hipnosis ini, dan dalam banyak surat yang kuterima pada pertengahan 1995, kenangan tentang penganiayaan di rumah duka dan pabrik disampaikan berulangulang oleh sosoksosok yang berbeda, yang masingmasing mengalami siksaan berlainan. Setiap sosok menambahkan detail baru nama-nama, perkakas-perkakas yang digunakan, panggilan telepon, bermacammacam cara Karen disakiti. Cerita tentang kejadiannya sendiri tidak pernah berubah, namun ceritacerita itu terdengar lebih nyata dan jelas saat detail-detailnya semakin lengkap, bagaikan lukisan yang berubah dari hitamputih menjadi berwarna, dengan setiap langkah pewarnaan dilakukan oleh tangan yang berbeda. [] 13 Pohon Silsilah KAREN TERPINCANG-PINCANG memasuki kantorku, menumpukan tubuh pada salah satu kakinya, dan tersembunyi di balik tepi lengan kiri bajunya terdapat semburat memar berukuran besar. Memar juga terdapat di bagian luar tungkai kirinya. Dia menjatuhkan diri ke kursinya dan air mata seketika membanjiri wajahnya. Aku duduk dan menanti. Karen beberapa kali berusaha berbicara, tapi dia gagal dan kembali terisak-isak. Setelah beberapa menit seperti ini, dia cukup tenang untuk bisa berbicara. “Josh bersikap seolaholah ini tidak pernah terjadi!” Dia kembali menangis. “Apakah kamu sudah menelepon polisi?” “Saya tidak ingat apa tepatnya yang terjadi. Saya kehilangan waktu, tapi muncul kembali tepat setelah Josh memukul kaki saya dengan penyerut kayu. Dia sedang mabuk. Dia membentak-bentak saya, menyuruh saya menutup telepon dan mengambilkan bir dan rokok untuknya. Saya sedang menelepon, dan ibu saya membentak-bentak saya. Lalu, saya tidak ingat lagi, tapi saya rasa kami bertengkar; saya kehilangan waktu. Pagi ini Josh bersikap seolaholah semuanya baik-baik saja, seolaholah tidak ada yang terjadi.” “Kamu seharusnya tidak membiarkan hal seperti ini terjadi,” aku mendesaknya. “Aku tahu ini berat bagimu, tapi jika Josh memukulmu, kamu harus menelepon polisi, bahkan jika kamu harus keluar dan menggunakan ponselmu. Jelas dia berpikir dia boleh memukulmu, dan kamu akan melupakannya. Dia berharap entah bagaimana kamu akan kehilangan waktu. Tapi, kamu semakin jarang kehilangan waktu, dan kamu harus menghentikan pemukulan ini, bukan hanya bersembunyi darinya di dalam kepalamu.” Karen mulai terisak-isak lagi. “Lebih mudah bagi saya untuk kehilangan waktu. Saya kehilangan waktu saat pergi kemari. Saya kehilangan waktu sepanjang hari.” “Jika kamu menghadapi semua ini dengan kehilangan waktu, pemukulan itu akan terus berlanjut. Kamu akan berhasil bersembunyi, tapi tidak akan bisa
menghentikannya.” “Tidakkah itu cukup baik?” “Apakah ini cukup baik?” Aku mengangguk ke arah kakinya. Dia menunduk memandang memar di kakinya dan berpikir cukup lama. “Tidak,” dia mengakui, lalu kembali terisak-isak. Aku membiarkannya merenungi perjuangan yang telah dilewatinya. “Saya belum tidur sejak lima hari yang lalu,” katanya. “Saya beralih terus-menerus. Kadangkadang saya tidak bisa menangani apa pun dan bersembunyi. Kadangkadang saya bersembunyi selama seminggu atau sebulan, atau bahkan setahun.” “Ke mana kamu pergi saat bersembunyi?” “Saya masuk ke kamar saya.” “Kamarmu?” “Ya, di rumah.” “Di rumah?” “Ya, di dalam.” “Oh. “Aku tidak terlalu memahami penjelasan Karen, dan waktu kami telah habis. Pada minggu itu juga, aku menerima sebuah amplop. Di dalamnya terdapat sebuah buku tulis. Buku itu diisi dari 31 Maret 1995 hingga 4 Mei 1995, diawali oleh surat Katherine untukku. Gambar pertama yang terdapat di dalam buku itu adalah sebuah diagram yang menunjukkan pembagian kepribadian Karen ke dalam sosoksosoknya. Tanda panah menunjukkan garis komunikasi. Aku tidak yakin harus berbuat apa terhadap si Jahat. Sosok ini tidak pernah menunjukkan diri, karena setiap kali Karen menyakiti dirinya sendiri, ternyata salah satu sosok yang sudah pernah berbicara dengankulah yang bertanggung jawab. Di samping diagram ini terdapat beberapa surat: salah satunya menjelaskan tentang pembelian Link; dua di antaranya ditulis oleh Miles, yang mengeluh dirinya ketakutan dan sering mendapatkan mimpi buruk karena tidak bisa melupakan kenangannya. Terdapat pula sebuah surat sedih yang ditulis oleh Claire, sebuah permohonan perpanjangan sesi dari Holdon, dan beberapa potongan ingatan yang menceritakan berbagai peristiwa selama tahuntahun awal kehidupan Karen. Sebuah lema berjudul “Suatu Hari dalam Kehidupan Kami” berbunyi sebagai berikut: 31 Mo/el f 995
2)1 halaman i&tikdd UU kami oMau Ms**x&l$a mmu/dl ceuia ifanq. ituutcui di dalam inaalaa— kami. Kami menudadkoK-kakaia tict-tq- testltaiJer r mUhA M&udU-adalaA Sxliatui, kami altan— r J’ dia akan tneMittii-uta. Kami iuqa akatt IseiadaMa t ‘r m&uh&Ukat’i-ia^uiak mlfismadi tmlatta-Safest r r w ietak&fia cenila UU kepada, Attda. $aua tidak, r’ r toko. ajiaJzaA Uii mmakm djlakideaji-, fejti kami maUi meaoUiia Anda dalam msiioloaa kawi. ‘t w
Helaan hsnmat, r /KallteAUte
Hari ini Katherine terbangun pada pukul 7.15, dan membangunkan Sara dan James untuk bersiap-siap ke sekolah, membuat sarapan, membuat bekal makan siang, dan mengantarkan mereka ke sekolah. Setelah anakanak pergi, Katherine tidur untuk beristirahat, dan Sandy muncul untuk sarapan bersama temannya, Peg, pada pukul 8.30. Sandy lelah dan masuk, dan Karen 2
tr’
7-A
>kx*jrtM ‘b muncul dan berbelanja pada pukul 10.30. Karen 2 ti dak bisa membawa belanjaan, sehingga dia masuk dan Holdon membawa belanjaan ke rumah. Katherine kembali muncul un tuk memilahmilah belanjaan. Setelah itu, Katherine masuk kembali, dan Karen terbangun (14.00). Karen tidur sepanjang siang hingga dia mengantarkan Sara ke kelas se/uncur es (17.20-18.06). Karen membawa Sara pulang dan Ann muncul untuk mengambil tugasnya dari gereja. Ann pulang, Holdon membawa bawaannya, dan Karen mengantarkan kembali Sara ke kelas se/uncur es ainnya dari pukul 19.15-20.00. Setelah kelas seuncur berakhir, Claire ingin minum milk shake cokelat, sehingga Holdon mengantarkan kami dengan mobil ke Jean’s Ice Cream untuk membeli mi/k shake untuk kami dan sundae untuk Sara. Karen muncul untuk mengemudi pulang dan menyiapkan anakanak tidur. Menurut Karen, ini adalah hari yang bisa dikatakan datardatar saja karena mereka tidak bertemu dengan ibunya, dan tidak seorang pun merasa marah. Lema tersebut menyebutnyebut “Karen”. Aku memikirkan apakah itu berarti Karen 3. Terdapat pula potongan tulisan pendek yang berbunyi sebagai berikut: Hari yang melelahkan! Karen mendapat mimpi buruk, dan kami membiarkannya tidur seharian. Miles muncul untuk me nonton pertandingan basket bersama James, Katherine me war nai telur untuk Paskah, Sandy menghias keranjang anakanak, Ann membawa keranjang-keranjang itu ke gereja untuk diber kati, Juiiann membersihkan rumah, dan Holdon mengambil pesanan daging. Beginilah cara Karen berfungsi sepanjang hari, setiap hari, dalam menjalani rutinitas dan menghadapi krisis. Ini adalah sebuah strategi kehidupan yang menakjubkan dan rumit, namun strategi ini tidak menyisakan ruangan untuk pertumbuhan. Meskipun begitu, stabilitas sistem ini masih membuatku takjub. Akhirnya, terdapat sebuah diagram di buku catatan itu: arsitektur dunia internal sistem tersebut. Beginilah Karen selalu menjaga supaya setiap sosoknya tetap terpisah. Dia menciptakan sebuah rumah mental, yang didasarkan pada rumah masa kecilnya, dengan sebuah tempat bagi setiap sosok: di sebuah ruangan terpisah atau di bagian tersendiri dalam sebuah ruangan yang digunakan bersamasama. Menariknya,
dia menempatkan “ruangan aman” tempatnya bersembunyi di dalam rumah internalnya. Saat malam telah larut, mereka semua dapat berkumpul di ruang pertemuan dan duduk di meja oval. Karen tidak pernah menghadiri pertemuan ini. Pertemuan ini dipimpin oleh Holdon, dan mereka mendiskusikan tentang hari itu dan hari berikutnya. Setelah diskusi itu, Katherine dan Holdon akan mengambil keputusan terakhir tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan. Jika sosoksosok itu tidak sependapat, hari berikutnya tidak akan berjalan sesuai rencana. Di buku catatan itu, Holdon menulis pesan singkat untuk memohon perpanjangan sesi terapi, supaya dia mendapatkan cukup waktu untuk menceritakan kekhawatirannya. Aku mengatur hal tersebut, dan kami mendapatkan tambahan setengah jam untuk sesi berikutnya. Karen duduk di kursinya dan memandang diagram yang menunjukkan semua ruangan. Dia belum pernah melihat gambar itu. Dia memandangnya cukup lama. “Apakah yang sedang kamu pikirkan?” tanyaku. “Nama-nama ini, ruangan-ruangan ini, semuanya saya kenal dengan baik, seolaholah saya mengingatnya dari sebuah mimpi. Saya tidak benar-benar mengerti.” “Kurasa diagram ini dibuat supaya saya bisa lebih memahami dirimu. Menurutku, kamu akan memahaminya seiring waktu.” “Begitu juga tidak apa-apa, saya rasa.” “Holdon menyebutkan bahwa dia ingin menghabiskan waktu lebih lama untuk berbicara denganku. Mungkin kita bisa memulai sesi hipnosis kita?” “Baiklah.” Karen bersandar di kursinya, dan aku memulai rutinitas relaksasi dan induksi. Saat Karen berada dalam kondisi trance, aku membimbingnya memasuki tempat amannya, lalu ke ruang pertemuan, tempat, ternyata, semua sosok dapat menampilkan dirinya kepadaku melalui Karen. Aku tidak pernah mengetahui sosok mana saja yang paling layak diajak bicara, sehingga aku selalu membiarkan mereka memilih sendiri. Karen bergeser di kursinya dan menunjukkan postur yang kukenal sebagai ciri khas Miles, namun kali ini dia membuka mata, memicingkannya karena silau, dan memandang ke sekelilingnya. “Terang sekali!” Dia memandang ke luar jendela dan mundur saat melihat jarak empat puluh lantai di bawahnya. Dia kembali memandangku. “Miles?” “Ya.” “Kamu membuka mata.” “Ya, kata Holdon aku bisa melakukannya.” “Kamu tidak tahu?” “Tidak, kamu tidak pernah bilang aku bisa.” “Oh, maaf, aku tidak tahu “Bicara di dalam kegelapan membuatku merasa seperti berada di dalam shandy. Si ayah menyebutnya begitu.” “Seperti apakah keadaan di shandy?” “Itu gudang tempat menyimpan perkakas. Saat kami nakal, kami dikurung di shandy. Di sana dingin dan gelap. Lantainya semen abu-abu. Lantai itu terasa dingin jika kami tidak memakai baju. Di sana juga ada tangga. Kadangkadang, kami diikat ke tangga itu. Sekali waktu, si ayah pernah melemparkan kucing ke sana saat kami diikat ke tangga. Kucing itu juga sangat ketakutan. Kupikir ia akan mencakarku, tapi ternyata ia sangat tenang dan tidak berbuat apa-apa. Aku masih sering tinggal di sana, atau di garasi.”
“Ke mana lagikah kamu bisa pergi?” “Yah, aku bisa masuk ke ruang dingin atau ruang pertemuan, setelah hari gelap, saat ruangan-ruangan itu gelap, saat Karen menutup mata.” “Apakah ada yang terjadi di benakmu sekarang ini?” “Aku sedang bertengkar dengan Sandy. Dia ingin pergi ke kuburan si ayah bersama si ibu, tapi aku tidak mau. Aku takut dia akan muncul dari dalam tanah dan menangkap kami.” “Dia telah meninggal sekitar setahun yang lalu,” aku mengingatkannya. “Ya, kata mereka sekarang peringatan setahun dia meninggal.” “Apakah yang terjadi?” “Aku ingin melukai diriku. Kupikir jika aku melakukannya, tidak akan ada yang bisa pergi ke kuburan.” “Bagaimana hal itu bisa mencegah yang lain pergi ke kuburan?” “Jika kami pergi ke sana, kami akan mengingat dia dan siksaannya kepada kami, jadi aku akan menyakiti kami untuk menyingkirkan rasa sakit yang kami ingat.” “Aku tidak mengerti.” “Rasa sakit selalu berhasil.” “Benarkah, bagaimanakah cara kerjanya?” “Rasa sakit di luar menjadikan rasa sakit di dalam berkurang.” “Maksudmu, kalau kamu melukai bagian luar dirimu, rasa sakit di dalam hatimu akan berkurang?” “Ya.” “Dari manakah kamu mengetahui hal ini?” “Mana aku tahu. Jensen juga begitu.” “Aku ingin mencoba menolongmu menemukan cara lain untuk membuat rasa sakit di hatimu berkurang. Bisakah kita melakukannya?” “Oke, tentu.” Setelah Miles mundur, Karen duduk setegak-tegaknya di kursinya serta berbicara secara langsung dan jelas kepadaku. “Dr. Baer, ini Holdon. Saya tidak bisa lagi mempertahankan benteng. Sistem ini mulai hancur!” “Holdon, kamu sepertinya sangat cemas. Apa sebenarnya masalahnya?” “Ingataningatan kami dibagi oleh semua sosok. Sosoksosok itu menjadi kurang menonjol, dan ini mengakibatkan kebingungan. Saya biasanya memutuskan kapan dan sosok mana yang sebaiknya muncul. Sekarang, mereka muncul semau mereka!” “Mengapa itu kamu anggap sebagai masalah?” “Karena mereka mulai merasakan hal-hal yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Ini juga memengaruhi saya. Saya menjadi sering gemetar, tangan saya gemetar saat saya menulis dan mengemudi; lengan saya mati rasa!” “Apakah kamu khawatir sebagian sosok akan sakit atau melakukan sesuatu yang bersifat merusak?”
“Ya, Dr. Baer.” Holdon sedikit mengangkat bahu dan mengangguk ke arahku. “Anda harus mengenal mereka seperti saya mengenal mereka.” “Bagaimana kalau kita memulainya? Apakah yang sebaiknya saya ketahui?” “Dari mana saya bisa memulai? Berbagai hal memengaruhi kami secara berbeda.” “Berbagai hal, berbagai hal apa?” “Yah, seperti alkohol, misalnya; alkohol memengaruhi kami secara berbeda; itu berbahaya.” Holdon berbicara dengan cepat, seolaholah dia ingin menyampaikan banyak informasi dalam waktu singkat. “Alkohol tidak memengaruhi saya, tapi minuman itu menjadikan Sidney urakan, menjadikan Miles lebih galak, dan menyebabkan Claire mengalami koma. Ini terlalu sulit untuk dikendalikan. Kami tidak akan bisa meninggalkan si suami hingga kami semua bisa bersikap dengan baik. Kami tidak akan bisa bertahan.” “Karen menyebutkan kepadaku bahwa tidak semua sosok membutuhkan kacamata seperti dirinya.” “Betul, kami semua berbeda. Kami lahir pada waktu yang berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Katherine memiliki kepintaran, saya menjaga supaya semua hal tetap terkendali, dan Karen Boo tetap menjadi bayi yang mengesalkan orangtuanya. Julie dan Juiiann terbelah dari Katherine saat dia merasa sakit. Juiiann lahir untuk menulis tentang rasa sakit itu. Kari merasakan kepedihan dan kejahatan. Ann merasakan kebaikan; dia berusaha tetap menjaga iman Kristen-nya dan menjauh dari orangorang yang memiliki kecenderungan menganiaya. Lainnya adalah kepingan-kepingan ingatan kecil. Mereka tidak memiliki nama, hanya satu kenangan untuk setiap sosok, dan terisolasi dari yang lain. Kari dan Elise terbelah dari Miles. Mereka adalah alterego dari Miles. Karl menanggung rasa sakit yang ekstrem. Elise menjaga supaya mereka tidak merasa sakit pada harihari biasa. Miles dan Jensenmereka merasakan hal yang sama, mereka berdampingan dalam merasa sakit. Mereka menanggung seluruh rasa sakit dan membebaskan yang lain darinya.” Aku telah mendengar sebagian besar hal ini sebelumnya, namun setiap penjelasan, selalu memberikan detail tambahan. “Mengapa kamu dan Katherine bisa terpisah pada awalnya?” aku bertanya. “Tumor besar di kening Karen menyebabkan orangtuanya ingin menyerahkannya untuk diadopsi oleh orang lain. Mereka memukulinya karena kekurangannya ini. Saya dan Katherine lahir, dan Karen Boo menanggung rasa sakit pertama itu. Saat Karen berumur dua setengah tahun, Thea lahir dan tumbuh hingga berumur enam tahun. Si ibu tidak pernah memperbolehkan Karen mengedot. Thea muncul saat Karen menemukan dot di taman bermain, lalu dia menyimpan benda itu di saku mantelnya. Si ibu marah, dan dia mematahkan lengan Karen. Dia mengatakan kepada dokter bahwa Karen terjepit pintu mobil. Katherine mengambil alih kendali di kelas satu dan mulai belajar. Sandy lahir setelah Thea; perannya adalah untuk menjalin hubungan yang baik dengan kedua orangtua Karen. Dia juga lahir saat Karen berumur sebelas tahun, namun dia berhenti tumbuh pada usia delapan belas tahun, saat Karen keluar dari rumah orangtuanya. Sosoksosok itu berhenti tumbuh saat siksaan tertentu berhenti, dan mereka terus berada di usia itu selamanya. Saya dan Katherine masih dibutuhkan, sehingga kami masih terus tumbuh. Kami sering berdiskusi untuk menjaga supaya segala sesuatunya tetap berjalan lancar.” Waktu kami telah habis, sehingga aku berterima kasih kepada Holdon dan memintanya untuk secepatnya berbicara lagi denganku. Pada sesi berikutnya, Karen membawa sebuah foto dirinya saat berumur delapan
belas bulan. Foto hitamputih tua itu menunjukkan dirinya sebagai bayi. Foto itu diambil di studio, dan Karen mengenakan gaun berwarna cerah; terdapat tumor berwarna gelap seukuran bola golf di antara mata kanan dan pangkal hidungnya. Jadi, inilah dia, pikirku. Karen pernah membicarakan tumor itu, dan bekas operasinya masih tampak hingga sekarang, namun melihatnya di foto bayi ini masih membuatku prihatin. Aku menjadi lebih memahami mengapa ayahnya yang berkondisi emosi primitif gemar menyiksanya; tumor itu tampak mengerikan. Di bawah hipnosis, Claire dan Miles menceritakan kepadaku tentang sebuah episode penganiayaan yang pernah dijelaskan dalam salah satu surat mereka, namun mereka menambahkan beberapa detail lagi. “Katherine membawa kami ke sebuah upacara pemakaman minggu lalu,” kata Claire, tersenyum k