BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan “Apa yang akan kulakukan?” dan “Aku akan jadi apa?” sering muncul pada remaja. Remaja yang merasa bahwa mereka melakukan sesuatu yang berarti dan melakukannya dengan baik, akan merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Sebaliknya mereka yang merasa pekerjaannya tidak berarti atau merasa bahwa mereka tidak bisa melakukannya akan bertanya-tanya tentang arti hidup mereka (Papalia, 2009). Ada berbagai keresahan menunjukkan bahwa kemampuan remaja dalam mempersiapkan karirnya masih rendah. Hal tersebut tampak dalam berbagai masalah baik yang berkaitan dengan pemilihan jenis studi lanjutan, pemilihan rencana pekerjaan, maupun yang berkaitan dengan ketidaksiapan para lulusan SMA dan sekolah kejuruan dalam memasuki pendidikan lanjutan atau dunia kerja (Puspita, 2010). Dalam studi yang dilakukan Yulianto (2012) di sebuah SMA Purworejo, ditemukan fakta bahwa siswa kelas XII masih ragu dalam memilih pendidikan setelah lulus dari SMA. Mereka merasa kurang yakin dalam menentukan program pendidikan selanjutnya karena keterbatasan informasi dan tidak adanya perencanaan karir. Selanjutnya Wati (2005) menunjukkan bahwa siswa SMA belum memiliki perencanaan karir yang terarah. Sekitar 45% siswa SMA belum memiliki
perencanaan mengenai karir yang akan dipilihnya, karena masih mengalami keraguan. Sutirna (2013) menyatakan beberapa hal yang menjadi permasalahan umum bagi seseorang adalah kurangnya pemahaman untuk mengenal diri, yaitu mengetahui potensi dan mewaspadai kelemahannya, kurangnya kesiapan mental untuk bersaing di dunia kerja, kekurangtahuan tentang lingkup pekerjaan pada bidang pekerjaan yang ada di pasar tenaga kerja, serta pemahaman mengenai strategi meniti karir. Menurut Hurlock (2004) masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Papalia (2009) menyatakan bahwa masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak yang memberikan kesempatan untuk tumbuh, tidak hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial, otonomi, harga diri dan keintiman. Periode ini juga masa yang tergolong kritis dimana sebahagian remaja mengalami masalah dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi secara bersamaan dan membutuhkan bantuan dalam mengatasinya. Salah satu masalah yang dihadapi remaja adalah menghadapi tugas perkembangannya
yaitu
mempersiapkan
karir,
khususnya
memilih
serta
mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan (Hurlock, 2004). Super (1980) menyatakan bahwa remaja yang berusia 15 hingga 24 tahun tergolong dalam fase eksplorasi (exploration stage). Pada fase ini remaja memiliki tugas perkembangan karir berupa perencanaan garis masa depan (crystallization), yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya. Pada fase ini remaja telah memikirkan berbagai alternatif karir, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Super (1980) juga menuturkan bahwa pada tahap ini remaja banyak melakukan pencarian tentang karir apa yang sesuai dengan
dirinya, merencanakan masa depan dengan menggunakan informasi dari diri sendiri dan dari pekerjaan. Remaja juga mulai menyadari minat dan bakatnya serta bagaimana bakat dan minatnya tersebut nantinya akan berhubungan dengan kesempatan karir. Sukadji (2000) menyatakan merencanakan dan memilih karir yang sesuai dengan diri adalah suatu hal yang penting, karena karir seseorang akan menentukan berbagai segi kehidupannya. Selanjutnya Puspita (2010) menyatakan perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan merupakan tujuan utama dari perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap individu. Witko, Bernes, Magnusson, Bardick (2005) menyatakan sebelum melakukan pengambilan keputusan karir maka siswa harus terlebih dahulu memiliki perencanaan karir. Hal tersebut juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Parsons (Winkel, 2006) bahwa perencanaan karir merupakan proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karir. Seorang siswa dapat dikatakan memiliki perencanaan karir apabila mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta mampu menggunakan penalarannya untuk menyesuaikan antara potensi diri sendiri dan dunia kerja. Lebih lanjut Sutirna (2013) juga menyatakan bahwa pemahaman terhadap dunia kerja menjadi hal penting bagi individu sebagai bekal dan persiapan memasuki dunia kerja. Ardiyanti (2014) melakukan pelatihan “PLANS” untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir pada siswa kelas XI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pelatihan “PLANS”
memberikan kontribusi
terhadap
peningkatan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Zulfa (2007) dalam penelitiannya pada siswa SMU juga mengemukakan bahwa perencanaan karir siswa meningkat setelah siswa diberikan pemahaman karir melalui layanan informasi karir. Sejalan dengan penelitian tersebut, Anggraeni (2012) juga melakukan penelitian bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X. Puspita (2010) juga melakukan penelitian mengenai Efektivitas Program Bimbingan Perencanaan Karir Bagi Siswa SMA Kelas XI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian program perencanaan karir efektif membantu siswa dalam merencanakan karirnya. Lebih lanjut, penelitian Santosa (2013) menunjukkan bahwa perencanaan karir dengan menggunakan metode berbagi pengetahuan efektif meningkatkan efikasi diri dalam membuat keputusan karir pada pembuat kerja. Hamizar (1996) membuktikan bahwa pelatihan perencanaan karir mampu meningkatkan kematangan karir bagi siswa kelas 3 SMU. Purnamasari (2005) juga melakukan penelitian mengenai efektivitas pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan kejelasan arah pilihan bidang minat karir pada mahasiswa semester III fakultas psikologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan perencanaan karir efektif untuk meningkatkan pilihan bidang minat karir pada mahasiswa semester III. Perencanaan karir merupakan langkah awal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pendidikan yang mengarah pada karier siswa di masa mendatang (Anbarini, 2009). Peneliti menemukan fenomena yang terjadi pada SMU Al Ulum di kota Medan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap dua guru BK diperoleh hasil bahwa belum ada program yang dilakukan pihak sekolah guna mendukung perencanaan karir siswa SMU AL Ulum Medan. Selain itu, saat proses
pemilihan jurusan siswa kelas X, pihak sekolah hanya melakukan seleksi dengan test akademik. Siswa yang mendapat skor tinggi pada bidang akademik IPA akan dimasukkan ke jurusan IPA. Siswa yang mendapat skor tinggi pada bidang IPS, akan dimasukkan ke jurusan IPS. Begitupun, pihak sekolah akan mempertimbangkan jika ada siswa yang memilih jurusan sesuai dengan kehendak anak maupun orangtuanya. Pada tanggal 28 November 2014 diberikan angket kepada 167 siswa kelas X SMU Al Ulum Medan. Hasil penyebaran angket dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Hasil Penyebaran Angket Siswa Kelas X SMU Al Ulum Medan (N = 167) Aspek yang diungkap Pilihan setelah lulus SMU
Jumlah Responden (dalam %) Kuliah : 95% Bekerja : 5%
Mencoba mencari informasi terkait tentang karir
Pernah : 47% Belum : 53%
Informasi tentang Karir
Cukup : 22% Belum : 78%
Sumber Informasi Karir
Orangtua : 45% Majalah : 5% Televisi : 3% Sumber Lain : 47%
Keterlibatan dalam pemilihan karir
Orangtua : 57% Pilihan sendiri : 43%
Kesediaan mengikuti pelatihan bimbingan karir
Bersedia : 95% Tidak : 5%
Berdasarkan hasil angket dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa (95%) akan memilih kuliah setelah lulus SMU, namun hanya 47% yang sudah pernah mencoba mencari informasi terkait karir yang akan dipilihnya. Sekitar 53% siswa
sama sekali belum pernah menoba mencari informasi terkait karir yang diinginkannya. Selain itu sebagian besar siswa kelas X merasa belum cukup mendapatkan informasi tentang karir yang diinginkannya (78%). Sekitar 95% siswa kelas X menyatakan kesediaannya mengikuti pelatihan bimbingan karir guna membantu mempersiapkan perencanaan karir siswa. Witko, dkk (2005) mengungkapkan bahwa perencanaan karir penting diberikan pada siswa SMA. Lebih lanjut Munandir (1996) menyatakan kegiatankegiatan bimbingan karir seperti pemberian informasi karir dapat membantu siswa sehingga siswa mencapai suatu tahap dimana nanti pada akhirnya mampu menentukan pilihan pekerjaan dan mengambil keputusan pekerjaan yang pasti. Dengan demikian, semakin dini siswa SMA diberikan pendampingan karir, maka akan semakin siap dan semakin yakin pula siswa dalam menentukan studi lanjutnya. Berdasarkan temuan dan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan pelatihan untuk meningkatkan perencanaan karir pada siswa SMU. Selanjutnya dengan pelatihan ini diharapkan akan membantu siswa memiliki perencanaan karir yang jelas sehingga pada akhirnya mereka dapat memutuskan karir yang sesuai dengan potensi diri mereka.
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah pelatihan karirku cemerlang efektif untuk meningkatkan perencanaan karir pada siswa SMU.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan karirku cemerlang untuk meningkatkan perencanaan karir pada siswa SMU.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis penelitian a. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu psikologi terutama di bidang Psikologi Pendidikan, khususnya mengenai gambaran efektivitas pelatihan karirku cemerlang untuk meningkatkan perencanaan karir pada siswa SMU. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan dasar pengetahuan dan masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan lanjutan penelitian perencanaan karir pada siswa SMU.
2. Manfaat praktis penelitian a. Penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya para guru dan orangtua untuk membantu anak dalam merencanakan karirnya. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang ingin memberikan intervensi dalam menangani anak dalam merencanakan karirnya.
E. Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bagian, yang akan diuraikan berikut ini : Bab I
: Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
: Landasan Teori Bab ini membahas tentang teori-teori dasar yang digunakan untuk mendukung penelitian. Teori yang digunakan terkait dengan perencanaan karir dan pelatihan perencanaan karir.
Bab III
: Metode Penelitian Bab ini membahas tentang variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian dan metode analisis data.
Bab IV
: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas tentang hasil pelaksanaan intervensi dan pembahasan.
Bab V
: Kesimpulan dan Saran Bab ini membahas tentang kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya serta saran praktis untuk subjek penelitian.