SUKSES mengembangkan soft skills di perguruan tinggi
1
Bab 1 Memahami Siapa Anda dan Ingin menjadi Apa 1.1. Pendahuluan Masa belajar di perguruan tinggi adalah masa yang penting bagi pengembangan nilai kepribadian. Anda akan ditantang menghadapi gagasangagasan dan filosofi baru. Anda akan membuat keputusan-keputusan pribadi dan karir yang akan mempengaruhi hidup anda. Namun seringkali dijumpai para mahasiswa yang menerima nilai A dan B di sekolah menengah kini menerima nilai C dan D di perguruan tinggi. Padahal mereka yang menerima nilai lebih rendah mungkin tidak kurang mampu dibanding mereka yang menerima nilai lebih tinggi. Hal ini terjadi diantaranya karena para mahasiswa perguruan tinggi tersebut : 1.
Tidak atau belum diharuskan untuk mengelola waktu mereka secara efisien sebelum melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sebab mereka dianggap cerdas dan mungkin tidak benar-benar ditantang di sekolah menengah.
2.
Kurang atau bahkan tidak efektif dalam menerapkan keterampilan dan atau kemampuan studi mereka.
3.
Kurang atau bahkan tidak efektif dalam membina akhlak atau mengubah perilaku (behaviour change) mereka.
Karena peristiwa atau perubahan situasi tersebut seringkali terjadi di perguruan tinggi, maka para mahasiswa yang berhasil dengan baik di sekolah menengah seharusnya dapat menyesuaikan diri dan melakukan perubahan dengan cara merubah atau memperbaiki manajemen waktu, keterampilan dan atau kemampuan studi mereka serta membina akhlak atau mengubah perilaku (behaviour change). Dikatakan oleh para pakar bahwa banyak orang gagal dalam melakukan perubahan disebabkan oleh karena seluruh komponen diri orang tersebut tidak terintegrasi dengan visi barunya. Dalam hal ini seharusnya orang tersebut terlebih dahulu mengetahui bagaimana mengelola qalbunya dengan baik
2
Memahami Siapa Anda dan Ingin menjadi Apa
kemudian mengintegrasikan teknologi, proses, dan strategi sehingga orang lain menghargai dirinya (jasa dan produknya) tinggi dan akan membayar untuk itu. Menurut Catatan WHO bahwa yang namanya sehat itu adalah dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, sekalipun kenyataan itu pahit atau sulit dirasakannya atau bahkan buruk. Karena keadaan atau takdir itu tidaklah pasif sebagaimana orang menggambarkannya. Tetapi kita disuruh Allah mengubahnya (M. Soebari, 1998 : 5). Firman Allah dalam surat Ar Ra’du ayat 11 pun menyatakan yang artinya : “ Bagi manusia itu ada malaikat penjaga yang berganti-ganti menjaganya. Dimuka dan dibelakangnya. Mereka melakukannya karena perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan atau takdir sesuatu ummat sehingga mereka mengubah diri-diri mereka sendiri. Dan jika Allah menghendaki kejelekan bagi sesuatu kaum, maka tidak akan ada yang mampu menolaknya. Dan tidak ada seorangpun selain Allah yang melindunginya.” (QS Ar Ra’du (13): 11)
Menurut Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, surat Ar Ra’du ayat 11 di atas mengisyaratkan bahwa nafs (jiwa yang berpotensi baik dan buruk) menampung paling tidak gagasan atau pengetahuan (disebut sebagai kompetensi; dalam membuat tujuan, target, rencana, manajemen dan standard) dan kemauan (dapat dikatakan sebagai komitmen). Suatu kaum tidak dapat merubah keadaan lahiriahnya, sebelum mereka mengubah lebih dulu apa yang ada dalam wadah nafs (jiwa)-nya. Yang ada di sini antara lain adalah gagasan atau pengetahuan (kompetensi) dan kemauan (komitmen) untuk berubah. Gagasan atau pengetahuan (kompetensi) yang benar, yang disertai dengan kemauan (komitmen) satu kelompok masyarakat, dapat mengubah keadaan masyarakat itu. Tetapi gagasan atau pengetahuan saja tanpa kemauan, atau kemauan saja tanpa gagasan atau pengetahuan tidak akan menghasilkan perubahan. (Dr. M. Quraish Shihab, M.A :
[email protected], 1) Kemudian Allah berfirman dalam surat Ad Dhuha ayat 4 dan 5 yang artinya: “ Tiadalah Allah meninggalkan engkau dan tidak pula merasa benci kepadamu. Dan hari yang akan datang itu harus lebih baik dari hari yang sekarang. Dan apabila Allah memberikan karunia kepadamu maka engkau akan ridho atas jerih payahmu.” (QS Ad Dhuha (93): 4 ,5) Perubahan juga dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang bunyinya sebagai berikut : ” Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini”.
SUKSES mengembangkan soft skills di perguruan tinggi
3
Orang Arif dan Bijak, serta para ulama-pun mengatakan : “Barangsiapa tidak berani mengarungi lautan bahaya, maka dia tidak akan meraih citacitanya”. (Arif bijak) “Manusia tidak dituntut kesempurnaan dalam hidupnya, tetapi agar kehidupannya hari ini lebih baik daripada kemarin”. (Ulama) Untuk berubah manusia tidak bisa melakukannya hanya dengan berusaha saja tanpa ber-do’a, do’a itu perlu karena adanya ketentuan Man Proposes Allah Disposes, manusia hanya bisa berencana Allah yang menentukan. Sebagaimana Al-Quran menegaskan bahwa : "Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah jua" (QS Al-Insan [76]: 30). Al-Quran menegaskan pula yang artinya : “Katakanlah olehmu. Allah tidak peduli kepadamu kecuali kalau kamu berdo’a. Maka benar-benar kalian telah mendustakanNya, maka wajarlah kalau kalian mendapat siksanya.” (QS Al Furqon [25]: 77). Rasulullah pun hijrah (melakukan perubahan) dari Mekkah ke Madinah tidak berbekal apa-apa selain akidah dan keimanan. Maka dari itu, tidak heran bila Rasul kerap mendapat wahyu dari Allah SWT saat menjalankan hijrah (perubahan). Dari peristiwa itu, terdapat pesan bila kita harus menjadi umat yang semakin membaik. Melakukan atau mengelola perubahanpun harus punya keberanian Hadits Rasul menyatakan yang artinya : ” Allahumma ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar adalah benar, sehingga kami mampu mengikutinya. Dan tunjukilah bahwa yang bathil adalah bathil, sehingga kami mampu menjauhinya. Dan janganlah Engkau menjadikan kami menjadi keragu-raguan atasnya.” Al Hadits. Namun demikian kalau sekedar do’a saja belum tentu dapat menolong kita untuk memiliki keberanian itu. Karena keberanian itu datang dari hati yang terbimbing. Sedangkan hati yang terbimbing harus dirangkaikan dengan keimanan. Keinginan kita untuk benar-benar menjadi Hamba Allah. Di sisi lain berubahpun tidak bisa dilakukan hanya dengan ber-do’a saja; melainkan kita harus menggunakan keduanya.
4
Memahami Siapa Anda dan Ingin menjadi Apa
1.2. Transisi pembelajaran dari Sekolah Menengah ke Perguruan Tinggi Pada sekolah menengah, penguasaan informasi-informasi dan prosedur-prosedur dasar pada umumnya dilaksanakan melalui mengingat, memahami, dan menerapkan. Strategi pembelajaran yang diterapkan adalah strategi kelas yang mengarahkan keterampilan-keterampilan pembelajaran (Keterampilan Intelektual) anda kepada keterampilan yang sederhana antara lain; pengetahuan atau pengenalan, pemahaman, dan penerapan. Ini sesuai dengan langkah-langkah pertama anda di dalam belajar bagaimana cara belajar. Pada pergururan tinggi mahasiswa belajar bagaimana cara berpikir; mengarahkan mahasiswa untuk memahami alasan-alasan dan prinsip-prinsip melakukan sesuatu di luar (selain) “apa” dan bagaimana”. Strategi belajar yang diterapkan mensyaratkan keterampilan-keterampilan pembelajaran (Keterampilan Intelektual) di luar atau selain yang telah digunakan di sekolah menengah. Keterampilan Intelektual tersebut dikatakan sebagai keterampilan kompleks, antara lain; menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi (menurut versi baru taksonomi kognitif keterampilan kompleks tersebut, adalah menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta). Pada taksonomi Bloom keterampilan tersebut merupakan keterampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking). Pada pendidikan tingkat lanjut mahasiswa dipersiapkan untuk dapat belajar lebih mandiri sebagai modal yang diperlukan pada saat bekerja dan hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu para mahasiswa harus mengubah cara mengerjakan atau berpikir tentang sesuatu, yang dapat menjadi mahal dan sulit. Para mahasiswa harus memulai dan mengarahkan setiap usaha perubahan mereka dengan perbaikan kinerja sebagai tujuan.
1.3. Self-awareness Self awareness atau sadar diri merupakan bagian dari kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Sadar diri artinya adalah mengetahui diri dalam kaitan diri dengan dunia, untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: 1.
"Dari mana aku berasal?" dan "Hendak ke mana aku?" dan atau
2.
“Siapa aku?” dan “Apa yang aku ingin lakukan?”
SUKSES mengembangkan soft skills di perguruan tinggi
5
Dalam sadar diri seperti poin 1 di atas, anda menyadari diri anda merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang disebut dunia. Anda juga sadar bahwa diri anda bukanlah makhluk yang independen, namun anda bergantung pada makhluk lain. Kedatangan anda bukan tanpa bantuan, kehidupan anda bukan tak membutuhkan yang lain, untuk mencapai tujuan anda tidak bisa sendirian. Pada tahap ini anda berupaya menentukan posisi anda dalam keseluruhan ini yang dikenal dengan sebutan dunia ini. Kata-kata penting Imam Ali as berikut ini menggambarkan sadar diri seperti yang disebutkan di atas. Imam Ali as mengatakan, "Semoga Allah merahmati manusia yang tahu asal-usulnya, yang tahu keberadaan dirinya, dan yang tahu hendak ke mana dirinya." Sadar diri seperti ini membuat manusia sangat mendambakan kebenaran. Sadar diri seperti ini tak ada dalam diri binatang, juga tak ada dalam diri makhluk lain. Sadar diri seperti inilah yang membuat manusia ingin tahu, dan meyakinkan manusia untuk mencari jawaban dan kepastian. Dalam diri manusia, sadar diri seperti ini mengobarkan api keraguan dan penyangkalan, sehingga manusia jadi ragu apakah pandangan ini atau pandangan itu yang harus diikuti. Sadar diri seperti inilah yang membuat manusia memperhatikan ide nasib. Dalam sadar diri seperti poin 2 di atas, mengandung arti bahwa anda memiliki kemampuan untuk mengenal diri tersebut (berdiri selain dari diri anda atau introspeksi diri) yang sangat dibutuhkan : 1. Untuk melihat diri anda dari jauh 2. Untuk berpikir secara obyektif tentang diri anda dan apa yang anda lakukan 3. Untuk melihat diri anda sebagaimana orang lain melihat anda Dengan sadar diri tersebut diharapkan : 1. Anda dapat melakukan lebih dari bereaksi secara instinktif terhadap berbagai hal yang terjadi pada anda 2. Anda memiliki kendali atas cara anda bertindak 3. Tekanan eksternal tidak mengendalikan hidup anda 4. Anda memiliki kendali atas hidup anda Berusaha untuk selalu memiliki pemikiran sendiri dalam mengambil sebuah keputusan (ijtihad), tidak mengekor atau taklid; selalu berusaha untuk berkarya dan
6
Memahami Siapa Anda dan Ingin menjadi Apa
kreatif, bukan meniru; pandai menggunakan kemampuan berpikirnya, bukan hanya pandai menghafal; lihai mengartikulasikan hasil pemikirannya, bukan hasil pemikiran orang lain (M. Abdul Jawwad, 2004 : 152). Berjiwa lain daripada yang lainnya dan mampu tampil beda, mempunyai jiwa memimpin, mempunyai kemampuan menjaga kepribadian, serta tidak berjiwa dungu dan mengekor (M. Abdul Jawwad, 2004 : 153).
1.4. Bertanggung jawab terhadap kehidupan anda Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam M Shabir, Rasulullah bersabda : “Kamu semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin di dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin di dalam mengelola harta majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Kamu semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya”. (M Shabir, 1981 : 335). Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa masa depan manusia itu tergantung pada dirinya sendiri bukan berasal dari atau tergantung pada orang lain. Seorang muslim tidak seharusnya selalu menunggu dorongan dari orang lain. Apalagi perbaikan jiwa adalah kewajiban bagi setiap individu. Di sisi lain, Dr. M. Quraish Shihab mengatakan, karena kebajikan merupakan pilihan dasar manusia, kelak di hari kemudian pada saat pertanggungjawaban, sang manusia dihadapkan kepada dirinya sendiri : Bacalah kitab amalmu (catatan perbuatanmu); cukuplah engkau sendiri yang melakukan perhitungan atas dirimu (QS Al-Isra' [17]: 14). Al-Quran membebaskan manusia untuk memilih jalan kebajikan atau keburukan, tetapi ia sendiri yang harus mempertanggung-jawabkan pilihannya. Manusia harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya sendiri dan tidak boleh membebani orang lain untuk memikul dosanya, tidak juga dosa orang lain dipikulkan ke atas pundaknya. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul... (QS Al-Isra' [17]: 15).
SUKSES mengembangkan soft skills di perguruan tinggi
7
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya... (QS Al-Baqarah [2]: 286). Dari gabungan kedua ayat ini, kita dapat memetik paling tidak dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu: 1. Manusia tidak diminta untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak diketahui atau tidak mampu dilakukannya. 2. Manusia tidak dituntut mempertanggungiawabkan apa yang tidak dilakukannya, sekalipun hal tersebut diketahuinya. Di sisi lain, ditemukan ayat-ayat yang menegaskan bahwa pertanggung jawaban tersebut berkaitan dengan perbuatan yang disengaja, bukan gerak refleks yang tidak melibatkan kehendak. Selanjutnya Al-Quran secara tegas menyatakan yang artinya : Allah tidak akan meminta pertanggungjawabanmu atas sumpah-sumpah yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia akan meminta pertanggungjawabanmu terhadap apa yang disengaja oleh hatimu... (QS Al-Baqarah [2]: 225). ...tetapi jika seseorang terpaksa, sedangkan ia tidak menginginkannya, dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya... (QS Al-Baqarah [2]: 173). Dapat disimpulkan, bahwa karena manusia diberi kemampuan untuk memilih, maka pertanggung jawaban berkaitan dengan niat dan kehendaknya. Atas dasar ini pula, maka niat dan kehendak seseorang mempunyai peran yang sangat besar dalam nilai amal sekaligus dalam pertanggungjawabannya (Dr. M. Quraish Shihab, M.A :
[email protected], .....). Karena keberhasilan dan kebahagiaan datang pada orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kehidupan mereka. Inilah mengapa memahami siapa anda adalah penting untuk memutuskan apa yang anda lakukan dengan hidup anda.
1.5. Membuat Komitmen Pribadi Mengetahui siapa anda dan apa yang anda ingin lakukan tidaklah cukup untuk mencapai keberhasilan. Apa yang ingin anda lakukan hari ini agar berhasil besok atau di kemudian hari ?
Memahami Siapa Anda dan Ingin menjadi Apa
8
Anda harus mempunyai komitmen, untuk dapat menjawab pertanyaan di atas. Selanjutnya dalam membangun komitmen pada pembelajaran ini Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo mengatakan pemimpin (pemimpin disini adalah pemimpin bagi diri anda sendiri dan orang lain) perlu menanamkan komitmen intelektual dan emosional terhadap pembelajaran. Pemimpin dapat mempromosikan nilai pembelajaran dengan membangun model sikap dan perilaku yang diinginkan. Untuk itu, dapat dilakukan aktivitas (Wibowo, 2006 : 327) : 1.
membuat pembelajaran sebagai komponen visi dan tujuan strategis
2.
investasi dalam pembelajaran
3.
mempromosikan secara luas tentang nilai pembelajaran
4.
mengukur, tolok ukur, dan menelusuri pembelajaran
5.
menciptakan penghargaan dan simbol pembelajaran.
Tanpa komitmen, semua pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tidak melakukan sesuatu yang baik bagi diri anda. Tanpa komitmen, tidak mungkin dapat mencapai hasil yang diharapkan. Namun demikian, anda harus berperan sebagai faktor penggerak peningkatan komitmen tersebut. Satu alasan terpenting mengapa banyak orang gagal berprestasi atau memperbaiki kinerja seperti diharapkan adalah karena mereka tidak ingin melakukan apa yang diharapkan untuk dilakukan (Victor Tan, 2002 : 79). Komitmen terhadap pekerjaan, kuliah, atau masa depan sudah pasti ditentukan oleh sikap, motivasi dan pola pikir seseorang. Karenanya untuk mengembangkan diri anda menjadi people excellence seharusnya tidak hanya mengubah pola pikir, tetapi juga memberi motivasi dan meningkatkan kompetensi untuk membangun komitmen, tidak hanya terhadap tugas, namun juga terhadap liburan, organisasi, komunitas, agama, dan bangsa secara keseluruhan. Menurut Islam, manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan potensial tertentu, dan ingin mewujudkan kecenderungan-kecenderungan tersebut. Kekuatan yang ada dalam diri manusia mendorong manusia untuk mewujudkan tujuannya, tentu saja dengan bantuan kondisi-kondisi dari luar. Kalau manusia sungguh-sungguh mendapatkan apa yang sesuai dengan dirinya, berarti dia mendapatkan apa yang disebut sisi manusiawi. Kalau sebaliknya, berarti dia mengalami distorsi.
1.5.1.
Rencanakan Tujuan Anda
Setelah mengetahui kondisi diri anda dan mengkalkulasikan potensi yang anda miliki, maka tetapkan atau tentukan apa tujuan hidup anda.
SUKSES mengembangkan soft skills di perguruan tinggi
9
Mengapa anda harus melakukan perencanaan (Planning) ? Membuat rencana menyangkut tujuan (apa yang harus dikerjakan) dan saranasarana (bagaimana tujuan harus dilakukan). Tujuan-tujuan terinci dirumuskan dan mencakup periode jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan-tujuan ini ditulis dan mencakup program-program tindakan terinci untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Ini artinya, ANDA dengan jelas merumuskan jalan yang ingin anda tempuh untuk membawa anda dari tempat anda sekarang ini sampai ke tempat yang anda kehendaki.
1.5.2.
Maksud Perencanaan (Planning)
Terdapat empat alasan untuk planning (membuat atau melakukan perencanaan) 1. Planning memberi arah. Membuat atau melakukan perencanaan memberi arah kepada diri anda. Ketika anda mengetahui ke mana arah dan apa yang harus anda sumbangkan untuk mencapai tujuan tersebut, anda dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan anda, dan bekerja sama dengan orang lain. Tanpa perencanaan, anda bisa bekerja dengan tujuan yang saling bertentangan dan menghambat diri anda untuk bergerak secara efisien menuju tujuan-tujuan anda. 2. Planning mengurangi ketidakpastian. Dengan Planning anda didorong untuk melihat ke depan, mengantisipasi perubahan, mempertimbangkan dampak perubahan, dan menyusun tanggapantanggapan yang tepat. Perencanaan juga memperjelas konsekuensi tindakantindakan yang mungkin dilakukan oleh anda dalam menanggapi perubahan. 3. Planning mengurangi kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih dan sia- sia. Tidak adanya koordinasi akan cenderung menuju ke pemborosan dan berlebihan. Selain itu, jika sarana dan tujuan-tujuannya jelas, ketidak efisienan menjadi jelas dan dapat dikoreksi atau dihilangkan. 4. Planning menentukan tujuan-tujuan atau standard yang digunakan dalam controlling (pengendalian). Jika anda tidak pasti mengenai apa yang ingin anda capai, bagaimana mungkin anda menentukan apakah anda sungguh-sungguh sudah mencapainya atau belum? Dalam perencanaan, anda menyusun tujuan-tujuan tersebut, kemudian
10
Memahami Siapa Anda dan Ingin menjadi Apa
dalam fungsi pengendalian anda membandingkan kinerja aktual dengan sasaran atau tujuan tersebut, mengidentifikasi setiap penyimpangan yang penting, dan mengambil tindakan koreksi yang perlu. Tanpa perencanaan, tidak akan ada cara untuk mengendalikan. Tidak adanya perencanaan mengakibatkan anda (M. Abdul Jawwad, 2004 : 201202). 1. Tidak dapat mengidentifikasi kendala-kendala yang menyebabkan target terealisasi. 2. Tidak dapat menentukan solusi yang paling cocok untuk menghadapi kendalakendala yang ada dalam waktu yang tepat. 3. Tidak berkembangnya profesionalisme diri anda dalam bidang manajemen karena kadang anda tidak melibatkan diri dalam penyusunan rencana. Hal ini dapat mengakibatkan motivasi anda untuk meraih target yang dicanangkan mati sama sekali. 4. Tidak adanya kesempatan menganalisis dengan teliti setiap perubahan kondisi kerja dan cara optimalisasinya sesuai target yang diinginkan. Hal ini menyebabkan keputusan yang diambil tidak tepat. 5. Dalam menyelesaikan pekerjaan. Anda tidak dapat mengadopsi metode yang paling tepat dan sistematis, sehingga hasil yang anda inginkan tidak dapat tercapai dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan biaya yang sekecil mungkin. 6. Tidak adanya rasionalisasi pemanfaatan sumber daya, sehingga biaya operasional membengkak dan membuang waktu. 7. Perencanaan yang kurang matang akan mendatangkan kesulitan dalam memaksimalkan fungsi pengawasan karena perencanaanlah yang menentukan standar pelaksanaan, pengawasan, serta keberhasilan pelaksanaan kerja yang dapat menentukan hasil-hasil yang diinginkan. 8. Dengan perencanaan dapat diketahui faktor-faktor yang dapat mendatangkan keberhasilan, indikasi adanya kekurangan pelaksanaan kerja. Perencanaan akan menuntut anda untuk membenahi pelaksanaan kerja anda. Akan mengharuskan anda untuk memperhatikan jam dan profesionalisme kerja anda dengan seoptimal mungkin agar target yang ingin anda raih dapat tercapai. Tak terbayangkan bila anda sedikit pun tak memiliki planning bagi masa depan dan hidup dengan logika, ”bekerja untuk saat ini saja.” Kita dapat mengatakan bahwa ada