TEKNOLOGI AKUAPONIK UNTUK MEMPERKUAT EKONOMI WARGA RW 10 KELURAHAN BANDUNGREJOSARI KOTA MALANG Mikael Adri Budi Sulistyo1, Taufikkurrahman2, dan Djohar Noeriati3 1
Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang 2 Fakultas Teknik Universitas Wisnuwardhana Malang 3 Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang Jl. Danau Sentani No. 99, Malang, Telp. 0341-713604/Fax 0341-713603 E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dilaksanakan sejak Tahun 2011 di Kelurahan Bandungrejosari-Kecamatan Sukun-Kota Malang, namun belum berhasil di semua RW, salah satunya di RW 10. Hal ini disebabkan keterbatasan kepemilikan luas lahan pekarangan dengan rata-rata luas sekitar 2 hingga 10 m2, dan kondisi pekarangan tertutup beton dan paving serta minimnya pengetahuan serta ketrampilan budidaya tanaman di lahan sempit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, solusi yang ditawarkan adalah instalasi teknologi akuaponik di pekarangan warga, yang menjadi fokus dan lokus program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) di Tahun 2016. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk membantu mewujudkan kemandirian pangan dan gizi keluarga dan memperkuat perekonomian rumah tangga mengingat terdapat peluang bisnis yang dapat diambil dari kegiatan budidaya tanaman dan ikan di pekarangan Teknologi akuaponik merupakan perpaduan dua kegiatan budidaya yaitu budidaya tanaman dan budidaya ikan dalam satu lahan.Metode yang digunakan adalah metode penyuluhan, pelatihan, demoplot dan pendampingan perakitan instalasi teknologi akuaponik untuk budidaya ikan dan tanaman hortikultura di pekarangan dengan pelibatan aktif kelompok masyarakat di RW X. Hasil kegiatan adalah penerimaan yang diperoleh per unit akuaponik bervariasi antara Rp 2,16 juta – Rp 2,76 juta. Nilai R/C Akuaponik hortikultura dan ikan air tawar sebesar di tahun pertama berkisar 0,55-0,71 (adanya beban investasi pembuatan instalasi) dan akan mendapatkan keuntungan mulai tahun kedua perkiraan nilai R/C tahun kedua 1,36-1,73. Kata kunci: akuaponik, budidaya pertanian, lahan terbatas.
1.
PENDAHULUAN
Sejak dicanangkan oleh Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan pada Tahun 2010 di Jakarta tentang ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah, pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) telah berhasil diselenggarakan di sejumlah wilayah di Indonesia. Di Jawa Timur, program ini telah berhasil dilaksanakan di Kecamatan Kota Pacitan [2]. Program KRPL juga digalakkan oleh Gubernur Provinsi Jatim di berbagai wilayah Jawa Timur termasuk di Kota Malang. Salah satu kelurahan di Kota Malang mengikuti program KRPL adalah kelurahan Bandungrejosari. Sejak tahun 2011, Kelurahan Bandungrejosari memiliki program Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Namun demikian hasil diskusi dengan Bapak Zainul Amali, Kepala Kelurahan Bandungrejosari, dari 13 RW yang ada di kelurahan Bandungrejosari, hanya satu RW yang berhasil melaksanakan program tersebut yaitu RW 12. Hal ini menjadi pemikiran Kepala Kelurahan dan perangkatnya untuk menemukan solusi agar warga di kelurahan Bandungrejosari dapat mendukung sepenuhnya pelaksanaan program KRPL dengan lebih baik dan menyeluruh. Tujuan utama program KPRL untuk memperkuat perekonomian warga di Kelurahan Bandungrejosari dan mendukung program pemerintah mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan di tingkat keluarga. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
99
Warga di lingkungan RW 10 Kelurahan Bandungrejosari termasuk salah satu yang belum berhasil melaksanakan program KRPL. Hasil diskusi dengan Ketua RW 10 dan warga setempat diketahui bahwa sebenarnya minat warga sangat tinggi untuk melaksanakan program kawasan rumah pangan lestari (KRPL), namun kesulitan warga untuk melaksanakan program KRPL di lingkungannya adalah keterbatasan kepemilikan lahan pekarangan. Keterbatasan lahan menjadi kendala umum bagi pengembangan tanaman sayuran di Indonesia [8]. Hasil survey yang dilakukan oleh tim pengusul di RW 10 Kelurahan Bandungrejosari menunjukkan bahwa lingkungan di RW 10 memiliki tingkat hunian atau kepadatan penduduk cukup tinggi. Sebagaimana cirikhas umum perkampungan di daerah perkotaan, rata-rata menempati rumah yang saling berdempetan satu sama lain dengan celah gang antar kelompok rumah yang cukup terbatas. Jalan utama memasuki perkampungan hanya cukup dilalui satu kendaraan roda empat, sehingga dapat dikatakan warga memiliki keterbatasan ruang di lingkungan tempat tinggalnya. Gambaran situasi bahwa rata-rata kepemilikan lahan pekarangan termasuk kategori sempit, yaitu berkisar antara 2-10 m2. Disamping lahan pekarangan yang sempit, hampir semua lahan pekarangan warga RW 10 telah tertutup oleh lantai beton atau paving, sehingga praktis lahan pekarangan yang masih memiliki permukaan tanah jarang sekali dijumpai. Hal inilah yang menyebabkan warga masih kesulitan untuk mewujudkan kawasan rumah pangan lestari di lingkungan tinggalnya. Warga RW 10 beranggapan bahwa untuk bercocoktanam tanaman harus memerlukan lahan dan media tanah yang cukup. Selain permasalahan keterbatasan lahan pekarangan rumah, kelurahan juga sering mengadakan penyuluhan tentang rumah pangan lestari, namun sebagian besar warga RW 10 masih belum memiliki keterampilan dalam berbudidaya tanaman sayuran dan pangan di pekarangan rumah. Disamping itu, warga belum memiliki pengalaman dalam: (1) memproduksi tanaman, (2) budidaya tanaman dan ikan di lahan terbatas, (3) penyediaan benih atau bibit, (4) menyiapkan media penanaman yang baik, dan (5) teknik pemeliharaan tanaman yang baik. Keterbatasan lahan dan keterampilan yang dimiliki warga RW 10 untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan di lingkungan tinggalnya membutuhkan solusi yang tepat dan disesuaikan dengan sumberdaya lokal yang ada, agar program menuju kawasan rumah pangan lestari dapat dilaksanakan dan didukung masyarakat sepenuhnya. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) di RW 10 Kelurahan Bandungrejosari adalah paket teknologi instalasi akuaponik di pekarangan warga RW 10 untuk memperkuat perekonomian warga dalam rangka menuju kemandirian pangan dan gizi keluarga secara mandiri. Teknologi akuaponik selama ini dikenal sebagai alternatif teknologi budidaya tanaman di lahan terbatas. Akuaponik merupakan kombinasi sistem akuakultur dan budidaya tanaman tanpa harus menggunakan tanah sebagai media tanam tanaman. Akuaponik belum banyak dikenal di masyarakat, berbeda dengan hidroponik yang sebagian orang sudah mengenalnya. Hidroponik hanya dikhususkan untuk tanaman sayuran atau bunga-bungaan yang ditanam pada media nontanah dan untuk pemenuhan nutrisi disuplai melalui pupuk cair atau zat-zat kimia sebagai nutrisinya.Sedangkan akuaponik merupakan perpaduan usaha antara budidaya ikan dan bertanam sayuran.Hanya saja perolehan nutrisi sayuran lebih ditekankan pada pemanfaatan sumber air dari budidaya ikan,karena pada air sisa kotoran dan pakan ikan dapat menjadi bahan nutrisi bagi sayuran.Sehingga dengan sistem ini anda dapat menghemat tempat, air bahkan biaya dan tentunya lebih sehat dengan menghasilkan produk organik[4].Teknologi ini cocok diterapkan di lahan-lahan yang tidak memiliki cukup banyak tanah seperti lahan pekarangan warga padat penduduk di perkotaan. Pada teknologi akuaponik didalamnya terdapat teknologi pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah. Teknologi budidaya tanaman tanpa tanah di perkotaan menjamin kebersihan lingkungan sekitar, karena media tanam yang digunakan mudah ditemukan di lingkungan sekitar dan tidak membutuhkan 100
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
jumlah terlalu banyak. Beberapa media tanam yang dapat digunakan dalam budidaya tanpa tanah diantaranya media air, pakis, arang, kerikil, sekam, styrofoam, rockwool, dan bahan-bahan lainnya selain tanah [1]. Disamping itu, teknologi akuaponik, cukup mudah dilakukan karena dapat memanfaatkan berbagai media yang mungkin selama ini hanya terbuang sebagai sampah rumah tangga. tempat penanaman yang dapat digunakan seperti kaleng bekas, botol plastik minuman bekas, panci bekas, plastik-plastik bekas, kontainer atau baskom bekas, pecahan styrofoam, paralon yang tidak terpakai, talang-talang bekas dan sampah-sampah rumah tangga lainnya yang sering terbuang percuma. Pemanfaatan benda-benda bekas sebagai media penanaman dapat diatur secara bertingkat, menyesuaikan bentuk lahan pekarangan yang dimiliki warga di perkotaan, sehingga diupayakan tidak memakan tempat yang luas di pekarangan, dan dapat diinstalasi atau dibangun berdasarkan nilai fungsi dan estetika penanaman [6]. Dengan instalasi akuaponik yang memadukan budidaya tanaman sayuran dan ikan secara terpadu di halaman pekarangan rumah. Diharapkan dapat menjadi sumber pemenuhan gizi keluarga baik dari segi nabati maupun hewani. Selain itu, hasil yang bisa dipanen diharapkan juga dapat memperkuat perekonomian keluarga, karena tanaman sayuran maupun ikan yang dibudidayakan, sebagian dapat dikonsumsi oleh keluarga dan sebagian lagi dapat dijual ke pasar. Untuk mencapai tujuan itu dapat dibentuk koordinasi kerja dalam satu wilayah RW yang akan didampingi selama kegiatan budidaya maupun untuk menampung produk-produk yang dihasilkan warga dari pekarangan rumah masing-masing untuk selanjutnya dijual kembali baik di sekitar pemukiman warga maupun di luar lingkungan RW. Unit koordinasi ini, nantinya beranggotakan seluruh warga RW khususnya di bawah tim penggerak PKK RW, dan akan dibagi dalam sub-sub unit yang memiliki tugas dan fungsi untuk tetap menjaga keberlangsungan kawasan rumah pangan lestari di lingkungan RW 10. 2.
METODE
Metode yang digunakan adalah metode sederhana dengan pelibatan aktif kelompok masyarakat yang tinggal di RW 10, melalui penyuluhan, pelatihan, demoplot dan pendampingan perakitan instalasi teknologi akuaponik untuk budidaya ikan dan tanaman hortikultura di pekarangan. Kelompok masyarakat yang dipilih adalah warga masyarakat PKK RW 10 dengan kriteria memiliki kepedulian, kemauan dan berkomitmen, serta menyediakan lahan berukuran minimal 1 x 2 m yang digunakan untuk budidaya sayuran tanpa tanah dan budidaya ikan secara terpadu. Pemilihannya dilakukan secara musyawarah dan mufakat sesuai kriteria sebelumnya dari usulan setiap RT dalam lingkungan RW 10, untuk setiap RT mengusulkan 1 atau 2 orang. Rincian kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Penyuluhan budidaya akuaponik, bertujuan untuk menyamakan persepsi warga tentang nilai positif budidaya aquaonik dalam kerangka mengoptimalkan keterbatasan kepemilikan lahan dan tambahan pendapatan yang akan diperoleh warga. 2. Pelatihan instalasi teknologi akuaponik, untuk kegiatan ini warga dilibatkan dalam kegiatan pelatihan berupa metode menggabungkan budidaya tanaman sayuran tanpa menggunakan tanah (soiless culture) dan teknik membudidayakan ikan dalam satu tempat. Dilanjutkan dengan pelatihan teknik perawatan tanaman dan ikan dari instalasi akuaponik, hingga penanganan pascapanennya, teknik pemilihan komoditas tanaman dan ikan yang bernilai ekonomis, dan penghitungan analisis usahataninya. 3. Demoplot atau praktek langsung dalam instalasi /perakitan teknologi akuaponik yaitu merakit media penanaman untuk tanaman sayuran tanpa menggunakan tanah (soiless culture) yang dipadukan dengan teknik budidaya ikan (sistem akuakultur ) dalam bak sistem terbuka dengan bantuan mesin pompa untuk mengalirkan nutrisi dan air ke wadah atau kontainer penanaman sayuran.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
101
4. Pendampingan pemeliharaan tanaman dan ikan dalam teknologi akuaponik, untuk mendampingi warga selama pemeliharaan tanaman sayuran dan ikan yang dibudidayakan dalam instalasi akuaponik hingga dapat dipanen. Selain pendampingan dalam pemeliharaan tanaman dan ikan, warga juga akan didampingi dalam menghitung analisis usahatani teknologi akuaponik agar bisa menyisihkan sebagian hasil produksi untuk tujuan komersial dalam rangka memperkuat perekonomian keluarga. Prosedur pelaksanaan program ipteks bagi masyarakat (IbM) yang dilaksanakan bagi warga RW 10 Kelurahan Bandungrejosari ditampilkan dalam Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Kerja Program IbM warga RW 10 Kelurahan Bandungrejosari
102
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Pelaksanaan kegiatan IbM instalasi teknologi akuaponik dalam memperkuat ekonomi rumah tangga bagi masyarakat RW 10 Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang seperti dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil Kegiatan Pelaksan No.
Uraian Kegiatan
Kendala
Capaian Hasil
1
Sosialisasi program untuk mitra RW10 Kelurahan Bandungrejosari
Peserta pertemuan masih belum tahu tentang akuaponik, keuntungan dan kekurangannya.
Dihadiri oleh Ketua RW 10, Ketua Penggerak PKK RW 10, perwakilan pengurus RT dan mitra kelompok 1 (Ibu Sulikah) dan kelompok 2 (Ibu Tunggal)
2
Penyuluhan tentang konsep akuaponik dengan mengkombinasikan sayuran dengan ikan dalam satu paket teknologi, yaitu: 1. Sistem akuaponik dengan mengalirkan air melalui saluran yang secara terus menerus sebagai media tanam sayuran 2. Budidaya Hortikultura (sayuran mayur) sebagai komponen utama penerapan hidroponik 3. Budidaya ikan air tawar dengan pakan sebagai pendukung nutrisi bagi tanaman hortikultura 4. Usahatani terintegrasi hortikultura dengan ikan air tawar
1. Partisipasi peserta lebih dominan ibu ibu tim penggerak PKK tiap RT (dengan pertimbangan PKK sebagai penggerak tanaman TOGA), sedangkan peserta laki laki diwakili beberapa Ketua RT, Ketua RW dan bidang pembangunan RW X. 2. 25% peserta sudah bertanam tanaman hortikutura (program RKPL), namun belum pernah melakukan budidaya hidroponik. 3. Alokasi waktu penyuluhan terbatas disesuaikan dengan waktu longgar peserta.
3
Pelatihan teknik budidaya hortikultura secara hidroponik sederhana
Peserta pelatihan baru mengenal bahan tanam berupa sekam bakar, pakis rajangan dan cocopeat, sebab media tanam selama ini menggunakan tanah dan pupuk kompos
1. 100% Peserta penyuluhan memiliki persepsi sama untuk melaksanakan budidaya akuaponik (kombinasi sayurmayur yang cepat tumbuh, tahan air dengan ikan air tawar yang cepat besar, tahan pengaruh nutrisi tanaman dan kotorannya banyak) 2. Dukungan sistem pertanian akuaponik dari pengurus RW dan Kelurahan Bandungrejosari sebagai salah satu pendukung program kawasan rumah pangan lestari dapat terwujud dan dapat memperkuat ekonomi rumah tangga. 1. 100% Peserta pelatihan antusias mengikuti pelatihan penanaman bibit sayur dalam media pakis (rajangan) dan sekam bakar.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
103
4
Pelatihan teknik budidaya ikan dalam bak sederhana
Tidak ada masalah
5
Pelatihan instalasi teknologi akuaponik
Tidak ada kendala
6
Pembuatan demoplot pembangunan bak dan instalasi akuaponik.
1.KelompokMenyerahkan pembuatan bak dan instalasi kepada bidang pembangunan RW X untuk membuatnya. 2. Instalasi saat dijalankan air dengan pengaturan penuh terjadi tumpahan bagian atas karena outlet terlalu kecil (1/2)
7
Demoplot: media penanaman baik untuk bibit atau benih tebar langsung
8
Pendampingan budidaya hortikutura secara akuaponik
9
Pendampingan budidaya ikan
1. Terdapat kematian cukup tinggi hasil pembibitan (sawi, pak coy, seledri) karena kurang penyiraman. 2. Hasil pembibitan sawi, pakcoy, yang hidup mengalami etiolasi 1. Penanaman secara tebar langsung dalam media akuaponik (kangkung dan bayam) daun berwarna kuning (kekurangan nutrisi nitrogen) 1. Kematian bibit ikan mas dan nila (kurang adaptasi dengan lingkungan air baru)
104
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
2. 100% peserta pelatihan menyiapan media tanam bibit (kombinasi cocopeat dan sekam bakar dalam tray) Peserta memiliki akuarium di rumah untuk memelihara ikan hias, bahkan Bu Tunggal pernah melakukan ternak lobster air tawar. Warga menyediakan tempat membuat dan merangkai instalasi akuaponik 1. Terbangun dua lokasi demoplot dengan bak permanen (ukuran 1 x 2 x 0,6 m) . 2. Terbangun Satu lokasi demoplot bak permanen (ukuran 3 x 2 x 0,5 m) partisipasi warga. 3. Enam set akuaponik portabel dengan bak plastik kapasitas 200 liter telah terbangun 4. Semua instalasi ditambahkan selang tambahan untuk pengaturan outlet 1. Anggota kelompok mau menanam ulang sambil proses pendampingan
1. Penambahan pupuk cair organik
1. Waktu pengambilan ikan dari Batu ke lokasi cukup jauh, sehingga selama
2. Kematian benih ikan akibat pengaturan air yang belum sesuai, seperti pengisian baik tidak dihentikan saat sampai ¾ dari volume total sehingga bibit ikan keluar dari tempatnya 3. Masuknya katak beracun dalam bak menyebabkan benih ikan mati
perjalanan ikan mengalami “shock” meskipun telah diadaptasikan dalam kolam baru sekitar 1520 menit 2. Perlu kontrol volume air akibat proses penguapan dan kehilangan alir saat dialirkan 3. Memasang ram perlindungan
3.2. Pembahasan Kegiatan IbMakuaponik untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga warga RW 10, Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang, difokuskan pada ketersediaan dan komitmen warganya. Langkah awal dilakukan melakukan sosialisasi program bersama perwakilan warga di Tahun 2015 yang terdiri dari Ketua RW dan pengurusnya dan beberapa perwakilan ketua RT. Dalam pertemuan tersebut diambil beberapa kesepakatan yaitu: (1) RW X dibagi menjadi dua kelompok yaitu Kelompok 1 yang terdiri dari RT 1, 2, 3, 4, dan 5 serta Kelompok 2 yang terdiri dari RT, 6, 7, 8, 9 dan 10, (2) setiap RT menghimbau pada warganya dan memilih satu warga sebagai tempat peletakan demoplot, dan (3) kegiatan rumah tangga di RW 10 biasanya dilakukan oleh kelompok PKK, sehingga sasaran program ini diperuntukkan untu Ibu Ibu PKK sedangkan bapakbapak akan berperan dalam perbaikan instalasi. Sosialisasi ulang program dilakukan di awal Bulan Maret 2016 dengan mengundang perwakilan pengurus PKK RT, PKK RW, perwakilan RT, dan pengurus RW. Pertemuan dilakukan di rumah Ketua RW 10. Ketua RW 10 menyampaikan bahwa program ini dapat pendukung program Kota Malang yaitu pembuatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sehingga warga mendapatkan berbagai keuntungan yaitu (1) ketersediaan sayur mayur dalam skala rumah tangga dalam waktu yang pendek, sebagai contoh bayam atau kangkung dapat dipanen setiap 3 minggu atau satu bulan sekali setelah tebar, sawi, pakcoy, seledri dapat dipanen 1 bulan setelah tranplantasi, (2) warga dapat memanen ikan sebagai sumber protein setiap 3-4 bulan sekali, (3) dapat menurunkan biaya pengeluaran rumah tangga sehingga dapat dialokasikan untuk pengeluaran yang lain, (4) jika panen sayur mayur dan ikan berlebihan dapat dijual ke pasar atau pengepul. Langkah selanjutnya setelah sosialisasi program akuaponik adalah melaksanakan penyuluhan yang dilakukan selama 2 hari di Kelompok Pos Pelayanan Terpadu Adenium, RW 10. Materi penyuluhan terdiri dari: 1. Penyuluhan hari pertama meliputi: a. penyuluhan budidaya hortikultura secara akuaponik b. penyuluhan budidaya ikan yang terintegrasi dengan akuaponik c. penyuluhan analisa usaha tani sederhana untuk akuaponik 2. Penyuluhan hari kedua, meliputi: a. penyuluhan pembuatan instalasi akuaponik Kegiatan penyuluhan yang diikuti sekitar 20 orang sebagian besar terdiri dari diikuti oleh Tim Penggerak PKK RT dan RW, dan hanya sedikit diikuti oleh pengurus RT atau RW. Peserta penyuluhan sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan proses dialog interaktif antara peserta pelatihan dengan narasumber berjalan melalui mekanisme dua arah.Kegiatan penyuluhan dapat dilihat dalam Gambar 2 s.d. Gambar 4.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
105
Selanjutnya peserta penyuluhan bersepakat untuk melaksanakan tiga kegiatan yaitu: (1) pelatihan pembuatan bibit serta media tanam dalam akuaponik, (2) pelatihan pembuatan instalasi akuaponik dan (3) pelatihan budidaya ikan. Rangkaian kegiatan pelatihan budidaya tanaman hortikultura, meliputi penyediaan bahan tanam, bibit dan bibit yang telah jadi sebagai contoh dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Persiapan pengadaan benih dan media tanam dilaksanakan satu minggu sebelum pelatihan. Pelatihan budidaya hortikultura, ikan dan intalasi dilakukan. Bahanbahan yang digunakan untuk pelatihan dan hasilnya tertera dalam Gambar 5 s.d. Gambar 9.
Setelah melakukan praktik maka dilakukan pembuatan demoplot akuaponik. Model aquoponik terdapat dalam 3 bentuk disesuikan dengan lokasi penempatan demoplot oleh warga dan
106
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan terutama dalam penataan kolam terhadap kondisi pekarangan [6]. Adapun model akuaponik dengan tanaman tersusun secara vertikultur aau tersusun secara vertical [7] adalah sebagai berikut (Gambar 10): 1. Portable segitiga dengan bak kontainer plastik 2. Menempel pada dinding dan terdapat bak permanen 3. Paralon diusun paralel dengan bak permanen
Ketiga model akuaponik diserahkan kepada warga RW X dan selanjutnya warga RW X yang mengikuti program melakukan berbagai kegiatan yaitu: (1) penyiapan pembibitan oleh warga, (2) penebaran benih ikan bersama warga dan (3) pengelolaan aquoponik oleh warga. Hasil pembibitan kelompok warga berupa penyebaran langsung dalam media tanam pakis yang ditempatkan dalam sistem akuaponik (Gambar 11), dan melakukan pembibitan dalam tray (Gambar 12).
Kegiatan selanjutnya adalah penebaran benih ikan nila dan ikan mas, pemilihan jenis ikan ini karena cepat besar, banyak kotorannya dan mudah memeliharanya [6]. Benih dibeli dari Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur di Kota Batu sehingga perlu diadaptasikan dengan cara menempatkan plastik yang berisi benih ikan dalam kolam ikan yang telah diisi 1/2 -2/3 kedalaman airnya untuk menekan kematian benih ikan (Gambar 13). Benih ikan yang digunakan adalah berukuran 3-5 cm dengan pertimbangan memiliki kemampuan beradaptasi secara cepat dengan kepadatan rata-rata 100-200 ekor per/m2. Hasil ini sesuai hasil penelitian kepadatan benih berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan menggunakan sistem akuaponik, khususnya pada panjang total ikan, serta perbaikan kualitas air media pendederan ikan nila dan reduksi kandungan ammonia (NH3) [3].Setelah anggota kelompok penerima program akuaponik selesai menerima satu set instalasi akuaponik, benih ikan dan pakan serta benih tanaman sayur mayur beserta media tanam, maka dilakukan kegiatan pendampingan. Temuan pendampingan adalah ditemukan kasus kematian benih ikan di awal tebar sekitar 5-10 ekor, yang disebabkan antara lain : (1) kurang pengendalian dalam pemberian air, sehingga air dalam bak tumpah dan beberapa ikan keluar bak, (2) anak-anak sering mengaduk-aduk kolam, dan (3) masuknya katak beracun dalam kolam dan sempat bertelur Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
107
sehingga mengkontaminasi air. Solusi mengurangi kematian ikan dengan cara memasang ram di atas bak dan pengendalian pengisian air. Temuan lainnya adalah banyak tumbuhan kangkung dan bayam, pakcoy, selada berwarna hijau kekuningan seperti kekurangan nitrogen, hal ini diatasi dengan pemberian pupuk orgaik cair yang tidak meracuni ikan [9] (Gambar 14). Aplikasi probiotik dengan menggunakan Boster probiotik dan Probiotik MK 3 diberikan dipagi hari dengan konsentrasi 10 ml/2 m2. Aplikasi probiotik dilakukan setiap 1 minggu sekali, probiotik ini berfungsi sebagai pengurai sisa bahan makanan ikan dan kotoran ikan sehingga terurai menjadi unsur mikro yang tersedia bagi tanaman [4].
Kegiatan budidaya aquaponik ini telah diperoleh beberapa kali panen yaitu sayuran berumur pendek 30-45 hari panen, seperti kangkung, bayam, dan sawi, sedangkan untuk ikan baru satu kali panen (Gambar 15).
Gambar 15. Panen pertama berat ikan rata-rata 200-250 g per ekor
Hasil perhitungan analisis usaha akuaponik tertera untuk tahun pertama bervariasi tergantung model akuaponiknya, seperti terlihat dalam Gambar 16 dan Gambar 17.
Gambar 16. Penerimaan usaha akuaponik
108
Gambar 17. Nilai R/C usaha aquaponik
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
4. KESIMPULAN Kegiatan sistem pertanian terpadu dengan mengintegrasikan budidaya hortikultura dan budidaya ikan dalam sistem aquaponik ini, merupakan pengetahuan/ ketrampilan baru bagi masyarakat RW 10. Selama pelaksanan kegiatan penyuluhan, pelatihan, pembuatan demoplot, pelaksanaan kegiatan serta pendampingan dapat disimpulkan bahwa kelompok wrga RW 10 haus akan informasi dan pengetahuan praktis untuk budidaya hortikultura dan ikan air tawar dengan aquaponik. Hal ini terlihat mulai sejak mengikuti penyuluhan sampai mengelola aquaponik sampai saat ini, dan warga telah memperoleh hasilnya. Harapannya di masa datang tumbuh kesadaran masyarakat untuk menjalankan program aquaponik secara mandiri dan tersebar di seluruh Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang. DAFTAR PUSTAKA [1] Jones, J.B. 2005. Hydroponics-A Practical Guide for the Soiless Grower.2nd Edition.CRC Press.New York Washington DC. [2] Saliem, H. P. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): Sebagai solusi pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS),Tanggal 810 November 2011. Jakarta. [3] Nugroho, R.A, L.T. Pambudi, S. Chilmawati, dan A.H.C. Haditomo. 2012. Aplikasi Teknologi Aquaponic pada Budidaya Ikan Air Tawar untuk Optimalisasi Kapasitas Produksi.Jurnal Saintek Perikanan 8(1):46-51 [4] Saparianto, C. dan Susiana, R. 2014. Panduan Lengkap Budidaya Ikan dan Sayuran dengan Sistem Akuaponik. Lily Publisher. Yogyakarta. [5] Susila, A.D. 2013. Vegadsc : Perencanaan Produksi Tanaman Sayuran. IPB Press. Bogor. [6] Susanto, H. 2013. Aneka Kolam Ikan: Ragam Jenis dan Cara Membuat. Penebar Swadaya. Jakarta. [7] Sutarminingsih, L. 2003. Vertikultur: Pola Bertanam secara Vertikal. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. [8] Wijaya, K.A. 2012. Pengantar Agronomi Sayuran: Manfaat, Potensi Pengembangan, Kendala dan Dampak Lingkungannya. Prestasi Pustaka. Jakarta. [9] Yuwono, D. 2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
109