Minggu 4 Topik: Teknik inventarisasi Pengumpulan Tugas 1 Perseorangan I. Pertimbangan dalam teknik inventarisasi
Explorasi pusaka yang terdapat di kawasan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan
Teknik dokumentasi dan presentasi disesuaikan dengan kondisi setempat.
Pelaksanaan dokumentasi dan presentasi tidak harus dikerjakan sendiri oleh organisasi „Kawasan Pusaka", namun dapat dilakukan kerjasama dengan pihakpihak lain, profesional maupun relawan.
Tahapan dokumentasi selalu dipresentasikan dalam kemasan yang mudah diakses dan menggugah apresiasi, tidak harus menunggu semua aset terdokumentasikan.
Memperhitungan teknik penyimpanan yang tepat, bahkan perlu bekerjasama dengan lembaga dokumentasi/perpustakaan/arsip yang berkualitas atau institusi yang berwenang lainnya.
2. Teknik survai fisik, sosial dan institutional InterSAVE, International Survey of Architectural Values in the Environment (Kementrian Lingkungan Hidup dan Enerji, Denmark, 1997): Upaya untuk mengembangkan sistem survai baru ditanda tangani pada tahun 1985 dalam Konvensi Granada. Konvensi ini menyepakati terminology "architectural heritage"/pusaka arsitektur diartikan lebih luas dari pada sebelumnya, khususnya tentang "groups of buildings", yang menekankan pada inventarisasi dan mempersiapkan dokumentasi yang tepat dengan tujuan identifikasi akurat untuk monumen, kelompok bangunan dan situs yang diproteksi.
Upaya investigasi ini dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan dan Enerji Denmark dengan sebutan „the SAVE registration system (Survay of the Architectural Values in the Environment) Sistem dibuat agar secara cepat dapat diketahui kondisi pusaka arsitektur pada suatu kawasan. Prosedurnya dapat dibandungkan dengan "eskavasi penyelamatan", sebagaimana dikenal dalam arkeologi. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam inventarisasi: - Fleksibel dalam kaitan dengan kondidisi likal - Menyusun kelompok kerja yang melibatkan politisi lokal, ekonom, dan pemerhati lokal lainnya seperti dark LSM - Metoda pasti dan terminologi pasti - Waktu dan biaya pasti Proses secara keseluruhan dibagi dalam 3 tahap, dan dapat dilakukan selama 9 bulan untuk kawasan dengan 6000 bangunan. Sebelum proyek diumumkan, pemerintah lokal dan pusat menandatangi kesepakatan tentang kawasan mans yang akan dilakukan, konsultan apa yang akan melakukan proyek inventarisasi. Tahap I. lnvestigasi Awal Konsultan melakukan koleksi dan adaptasi informasi yang tersedia tentang topografi, sejarah dan karakteristik arsitektural kawasan yang diinvetarisasi. Juga dilakukan pendaftaran awal dalam rangka mencocokkan dengan informasi umum yang didapatkan. Tahap II. Kegiatan Lapangan Inventarisasi arsitektural dilakukan dengan dua cara: - Pengembangan struktur
- Bangunan individual
Struktur terkembang: contoh dari element kota terpilih yang memperlihatkan visual
antar
element-
element
arsitektur
alun-alun
kota
dari
Faaborg.
Dan Peta kota Faaborg
a. Pengembangan struktur merupakan suatu entitas wajah kota (townscapes) dan memungkinkan dieval«asi secara menyeluruh. Yakni dapat dievaluasi dari beberapa kelompok bangunan ke seluruh jalan, alun-alun, kawasan atau bahkan seluruh kota. Dasar pertimbangannya adalah kriteria arsitektural, sejarah dan topografi. Pengembangan struktur ini dapat dibagi dalam 3 katagori yaitu: a) Komponen arsitektur yang dominan, b) Pola bangunan dan c) Elemen urban terpilih. a) Komponen arsitektur yang dominan: Keruangan secara komprehensif yang terkait dengan implikasi struktural untuk kota dan sekelilingnya, seperti profil kota, town fronts, jalan jalan utama, bangunan yang dominan, monumen, alun-alun dan taman. b) Pola bangunan: Termasuk karakteristik area, pola grid, area diwamai dengan sistem cadastral, aturan bangunan, misalnya pola jalan, alun-alun/taman, blok, bangunan-bangunan dan taman-taman. c) Elemen urban terpilih:
Merupakan detil arsitektural perkotaan seperti ruang-ruang jalan, squares, taman, anvenue, tipe bangunan khusus dan fasad.
b. Bangunan Individu diidentifikasi oleh sistem identifikasi nasional. Inforrnasi dasar seperti umur, material, jumlah lantai dan volume termasuk diskripsi detil diberikan dalam penomoran dengan kode identifikasi. Bagian paling penting dalam diskripsi bentuk ini adalah evaluasi yang terdiri dari 5 evaluasi yang berbeda yaitu: a) Nilai arsitektural: proporsi, harmoni komposisi, karya arsitek yang berkualitas b) Nilai budaya-sejarah: bukti-bukti penggunaan sosial pada waktu lalu yang penting, merupakan tingkatan suatu kerajinan tangan atau teknologi tertentu
c) Nilai lingkungan: tingkatan harmoni dengan lingkungan d) Keaslinan: tingkatan dari eksterior asli yang dilestarikan, hasil dari rehabilitasi yang tepat e) Kondisi teknis: dalam perbaikan yang baik atau jelek
Contoh lengkap formulir pendaftaran gedung Tahap III. The Prservational Atlas Pekerjaan akan berakhir dengan publikasi Atlas Konservasi yang memberikan ilustrasi rangkuman dari investigasi awal dan pekerjaan pemetaan dan pendaftaran di lapangan. Tujuan dari atlas ini adalah membuat hasil-hasil yang penting mudah diakses dan dibaca bagi masyarakat lokal, menciptakan — melalui cara ini — suatu pemahaman bersama tentang referensi yang digunakan baik oleh pemerintah lokal maupun penduduk lokal. Atlas umumnya terdiri atas elemen-elemen seperti berikut: a. Pengantar dari pemerintah dengan menyampaikan tujuan pempresentasikan hasil ini kepada publik serta merupakan bagian dari proses perencanaan pelestarian b. Diskripsi topografi perkotaan dan kondisi alam dimana pengembangan bersejarah dilaksanakan c. Peninjauan kembali pengembangan bersejarah dari kota d. Peninjauan kembali karakteristik arsitektur lokal e. Presentasi kartografi dari struktur terkembang dengan penjelasan, dan kualitas yang harus diselamatkan
f.
Presentasi kartografi dari bangunan individu yang terdaftar, ditunjukkan dengan wama yang berbeda untuk menunjukkan tingkatan nilainya: tinggi, menengah, dan rendah
g. Rangkuman final dari nilai arsitektural utama dari kota, dan mengapa pemerintah kota perlu memberikan prioritas pada aset-aset tersebut dalam perencanaan di masa datan dan kegiatan pengawasan bangunan.
Salah satu element dari peta pelestarian adalah review singkat dari sejarah perkembangan struktur kota, digambarkan dengan peta-peta dan gambar-gambar lama. Contoh ini menggambarkan pertumbuhan dari Ribe, Kota tertua di Denmark. Dari Peta Ribe
3. Obyek survai - Survai fisik: geografi makro — lansekap kawasan — permukiman tradisional, perkampung unik arsitektural — bangunan tradisional, Indish, bersejarah lahan pertanian urban - Survai non fisik — nilai sejarah, sosial, budaya: cars hidup, cam kerja 4. Daftar dan database pusaka - Bentuk peta sebaran, daftar, dan penjelasan dengan media cetak dan/atau digital - Pengelompokan, contoh: .. World Heritage List .. The World Monument List of 100 Most Endangered Sites Daftar bangunan bersejarah kota Daftar Benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya Daftar pusaka kampung Obyek "heritage trail" Daftar properti budaya 5. Daftar organisasi dan institusi yang terkait (Pemerintah, Swasta, Non-pemerintah, Perguruan tinggi, Masyarakat, Profesional): - Tingkat Dunia .. World Heritage Center .. World Historic Cities Center, dll - Tingkat Nasional Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia Arsip Nasional Perpustakaan Nasional Institusi Mancanegara Pusat Penelitian Arkeologi, D11. - Tingkat Daerah Balai Arkeologi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala dan Sejarah Dinas Kebudayaan & Pariwisata Organisasi pelestarian: Jogja Heritage Society, Badan Warisan Sumatra, Bali Kuna, Paguyuban Pelestarian Bandung, dll.
- Tingkat Lokal Kelompok Pengelola Kawasan Cagar Budaya PUSDOK & Yayasan Kanthil di Kotagede Karang Taruna
Tugas 2 mahasiswa secara kelompok: 1. Pembagian kelompok 2. Menyusun format inventarisasi 3. Menyusun kit lapangan 4. Kelompok ini akan terns bersama hingga perkuliahan berakhir
Minggu 5 Topik: Praktek teknik inventarisasi di lapangan Melakukan kegiatan inventarisasi di lapangan Kawasan nJeron Beteng Kraton Yogyakarta: Penjelasan kegiatan langsung dilaksanakan di lapangan yaitu di Rumah Tradisional KRT. Kusumabudaya, Jl. Siliran 1, Yogyakarta. - Setelah penjelasan masing-masing kelompok langsung melaksanakan inventarisasi di lapangan dengan dibimbing asisten
Minggu 6 Topik: Teknik dokumentasi 1. Penjelasan teknik dokumentasi 2. Menyusun format dokumentasi 3. Menyusun Data base
Minggu 7 Topik: Praktek teknik dokumentasi dengan menggunakan komputer Melakukan kegiatan dokumentasi dengan komputer di laboratorium komputer secara berkelompok dibimbing asisten.
Minggu 8 Topik: Presentasi tugas 2 Kelonipok Presentasi tugas hasil inventarisasi dan dokumentasi
Minggu 9 Topik: Studi banding ke kawasan pusaka lain bersama dosen tamu 1. Melatih kepekaan dengan membandingkan Kawasan nJeron Beteng Kasunanan Solo 2. Kuliah dosen tamu Prof. Sardono W. Kusuma, Solo Heritage Society 3. Setiap mahasiswa membuat laporan sebagai tugas 3 - Perseorangan
Minggu 10 Topik: Analisis basil inventarisasi dan dokumentasi 1.
Teknik-teknik analisis hasil inventarisasi dan dokumentasi
2.
Mempersiapkan gagasan ide
Contoh-contoh analisis:
MA Teknik Aonservasi Kmvasan Pusaka Minggu 11 Topik: Menyusun gagasan ide konservasi kawasan pusaka Kuliah tamu oleh Ir. Titi Handayani M.Arch, Jogja Heritage Society, tentang: Menyusun gagasan ide konservasi kawasan pusaka bersama masyarakat
Minggu 12 Topik: Teknik presentasi - Penjelasan teknik presentasi Bentuk-bentuk presentasi: Papan peta kawasan . Peta pemandu . Plakat . Data base dan web-site . CD-ROM . Materi promosi: poscard, poster, pin, buku, dll
Minggu 13 Topik: Praktek teknik presentasi Mahasiswa melakukan praktek teknik presentasi dengan transformasi hash gagasan ke dalam bentuk presentasi yang dipilih. Dilaksanakan secara berkelompok di kelas.
Minggu 14 Topik: Seminar bersama masyarakat setempat Menyelenggarakan seminar di lokasi studi dengan mengundang masyarakat setempat dan masing-masing kelompok presentasi.
Minggu 15. Topik: Evaluasi dan pembahasan Evaluasi hasil seminar & pembahasan di kelas, serta mempersiapkan revisi tugas masingmasing kelompok.
Minggu 16 Topik: Presentasi tugas 3 Presentasi terakhir masing-masing kelompok di kelas setelah diperbaiki.