TEHNIK GINGIVO ABRASI PADA PENANGANAN PASIEN HIPERPIGMENTASI GUSI (Laporan Kasus) Agus Susanto Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Estetik menjadi suatu aspek penting dalam kedokteran gigi, termasuk warna gusi yang mempunyai peranan penting dalam memperoleh kesan estetik secara menyeluruh. Pada umumnya hiperpigmentasi gusi tidak menimbulkan masalah medis tetapi pasien sering mengeluh tentang warna gusi coklat atau hitam yang dianggap mengganggu penampilan. Keadaan ini menjadi lebih mengganggu pada pasien dengan gummy smile. Tehnik gingivo abrasi dengan bor diamond high speed telah banyak digunakan sebagai metode depigmentasi gusi. Metode ini mudah dikerjakan, sederhana dan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Pada laporan kasus ini pasien dengan hiperpigmentasi gusi rahang atas yang dirawat dengan tehnik gingivo abrasi. Hasilnya, setelah 12 minggu warna gusi pasien menjadi merah muda dan tidak ada pigmentasi kembali atau repigmentasi gusi.
Kata kunci : hiperpigmentasi gusi, tehnik gingivo abrasi, depigmentasi
1
GINGIVO ABRASION TECHNIQUE IN TREATMENT OF GINGIVAL HYPERPIGMENTATION
ABSTRACT Esthetics has become a significant aspect of dentistry, the color of the gingival plays an important in overall esthetics. Gingival hyperpigmentation usually does not present a medical problem but patients usually complain of brown or dark gums as unaesthetic. This problem is aggravated in patients with a gummy smile. A method depigmentation gingival with gingivo abrasion using bur diamond high speed is documented, the technique is relatively simple and requires minimum time. This case report about patient with gingival hyperpigmentation maxillary treated by gingivo abrasion technique. After twelve a weeks follow up, color of the gingival was pink color and none recurrence of the pigmentation.
Keywords : Gingival hyperpigmentation, gingivo abrasion technique, depigmentation
PENDAHULUAN Pigmentasi adalah perubahan warna mukosa rongga mulut atau gusi karena berbagai macam lesi dan kondisi tertentu. Pigmentasi gusi berhubungan dengan berbagai faktor etiologi endogenous dan exogenous. Pigmentasi umumnya disebabkan oleh 5 pigmen utama yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin dan karoten, selain itu pigmen lainnya bilirubin dan besi. Melanin adalah pigmen warna coklat pada kulit, gusi dan membran mukosa mulut. Pigmentasi melanin pada gusi lebih banyak pada individu yang berkulit hitam1,2.
2
Hiperpigmentasi gusi disebabkan oleh deposisi melanin yang berlebih pada lapisan basal dan suprabasal epithelium, melanin ini diproduksi oleh melanosit1,2. Pigmentasi coklat atau hitam dan perubahan jaringan gusi dapat disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Keadaan sistemik seperti gangguan endokrin, Albright’s syndrome, malignant melanoma, terapi anti malaria, Peutz Jeghers syndrome, trauma, hemachromatosis, penyakit paru-paru kronis dan ras atau etnik telah diketahui menjadi penyebab pigmentasi melanin pada rongga mulut3,4. Pada individu atau seseorang keturunan Afrika, Asia Timur atau etnis Hispanik ditemukan jumlah melanin yang lebih banyak dan prevalensi terjadinya pigmentasi gusi lebih tinggi. Secara umum pada individu dengan kulit coklat tidak memperlihatkan pigmentasi jaringan yang jelas meskipun ditemukan sejumlah melanosit pada epithelium gusi4,5. Secara klinis pigmentasi melanin pada gusi tidak menggangu masalah kesehatan, tetapi keluhan gusi berwarna hitam atau coklat mengganggu penampilan terutama jika pewarnaan gusi ini terlihat ketika berbicara atau tersenyum. Perawatan hiperpigmentasi gusi terdiri dari berbagai macam cara dan metode yaitu : gingivektomi, gingivektomi dengan free gingival autografting, electrosurgery, cryosurgery, bahan kimia seperti fenol 90%, tehnik abrasi dengan bor diamond, Nd: Yag Laser dan CO2 laser4,6. Menghilangkan pigmentasi melanin pada gusi harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan sampai merusak gigi geligi. Apabila pengerjaannya tidak tepat dapat menyebabkan resesi gusi, kerusakan periosteum dan tulang alveolar, penyembuhan luka yang terganggu. Prosedur free gingival graft dapat dilakukan untuk menghilangkan pigmentasi gusi, prosedur ini memerlukan tindakan bedah yang rumit karena memerlukan donor dan penyesuaian warna yang tepat, selain itu umumnya terdapat garis atau batas gusi yang berbeda antara donor dan resipien sehingga mengganggu masalah estetik4. Prosedur gingivektomi juga dapat dilakukan untuk perawatan hiperpigmentasi gusi tetapi
3
prosedur ini dilakukaan pada pasien yang mengalami resobsi tulang alveolar. Tindakan ini juga menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa sakit yang berlebih juga penyembuhan luka lebih lama4,7. Keberhasilan perawatan hiperpigmentasi gusi dengan laser dan cryosurgical telah dilaporkan oleh beberapa peneliti , seperti yang dilaporkan oleh Perlmutter dan Tal. Tetapi prosedur ini memerlukan peralatan yang rumit dan tidak umum tersedia pada tempat praktek dokter gigi8. Tehnik gingivo abrasi menggunakan bor diamond, prosedur ini mudah, aman dan peralatan yang diperlukan sederhana. Selain itu apabila diperlukan prosedur perawatan yang berulang dapat dilakukan dengan mudah dan aman4,9.
KASUS Seorang pasien perempuan usia 23 tahun datang ke klinik periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dengan keluhan warna gusi kecoklatan yang mengganggu penampilan. Pasien tidak merokok, warna kulit kecoklatan dan kedua orang tua dan saudara tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.
Gambar 1. Hiperpigmentasi gusi disertai dengan frenulum labialis rendah
Hasil pemeriksaan klinis terdapat hiperpigmentasi gusi karena melanin pada rahang atas dan rahang bawah. Pigmentasi gusi terlihat jelas pada rahang atas pada regio
4
gigi 13 sampai 23, pigmentasi menyebar, simetris kiri dan kanan (Gambar 1). Pada pasien ini keadaan hiperpigmentasi gusi diperparah dengan gambaran gummy smile, gusi terlihat ketika tersenyum. Selain hiperpigmentasi gusi, frenulum labialis rahang atas rendah sehingga perlu dilakukan frenektomi. Tidak ada poket dan kegoyangan gigi, hasil pemeriksaan radiologis tidak terdapat resobsi tulang alveolar. Berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologis diagnosa klinis yang ditetapkan adalah gingivitis marginalis kronis generalisata disertai hiperpigmentasi gusi. Berdasarkan atas keluhan pasien dan pemeriksaan yang telah dilakukan maka diputuskan untuk menghilangkan pigmentasi melanin (depigmentasi) dan frenektomi frenulum labialis rahang atas. Menghilangkan pigmentasi dengan tehnik gingivo abrasi dengan menggunakan bor diamond hight speed. Perawatan pendahuluan skeling dan intruksi kebersihan mulut dilakukan sebelum prosedur bedah. Pemeriksaan darah meliputi: Hb, leukosit, eritrosit, trombosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, glukosa puasa, glukosa 2 jam pp dalam batas normal. Prosedur Bedah Tindakan aseptik ektra oral dan intra oral dengan betadine solution 10%, kemudian penutupan wajah pasien dengan duk steril kecuali daerah operasi. Anastesi lokal infiltrasi pada regio gigi 13-23, menghilangkan epitel yang mengalami hiperpigmentasi dengan bor diamond hight speed dengan gerakan seperti menyapu. Pengambilan epitel gusi jangan sampai mengenai periosteum tulang (Gambar 2)9. Setelah prosedur depigmentasi selesai kemudian dilakukan frenektomi frenulum labialis rahang atas (Gambar 3). Perdarahan diatasi dengan penekanan tampon yang telah dibasahi dengan adrenalin. Pemasangan periodontal pak pada regio operasi 13-23 (Gambar 4). Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan yang merangsang seperti makanan yang asam, pedas dan keras, jangan berkumur terlalu keras. Pemberian obat antibiotik dan analgesik, pasien kontrol 1minggu setelah operasi.
5
Pada kontrol 1 minggu setelah bedah, tidak ada keluhan rasa sakit, periodontal pak masih terpasang. Dilakukan pembukaan periodontal pak dan jahitan, warna gusi masih kemerahan, proses penyembuhan masih belum sempurna dan pasien diberi obat kumur betadine. Setelah 4 minggu dan 12 minggu prosedur depigmentasi warna gusi merah muda tidak terjadi pewarnaan kembali atau repigmentasi gusi (Gambar 5 dan 6).
Gambar 2. Menghilangkan pigmentasi
Gambar 4. Pemasangan Periodontal Pack
Gambar 3. Frenektomi Frenulum Labialis
Gambar 5. Kontrol setelah 1 bulan
6
Gambar 5. Setelah 12 minggu tidak terjadi repigmentasi
DISKUSI Pigmentasi melanin sering terjadi pada gusi sebagai akibat dari peningkatan atau kelainan deposisi melanin. Warna gusi coklat atau hitam dapat disebabkan oleh beberapa faktor lokal dan faktor sistemik1,2. Tipe pigmentasi ini simetris dan tetap, dan keadaan ini tidak mempengaruhi bentuk normal gusi. Pigmentasi dapat terjadi pada semua ras dan berbagai umur dan juga tidak mempunyai perbedaan dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Terdapat hubungan yang positif antara pigmentasi gusi dengan warna kulit4,5. Meskipun tidak banyak informasi literatur tentang depigmentasi gusi, perawatan umumnya dilakukan karena alasan estetik dan untuk memperbaiki penampilan. Menghilangkan pewarnaan melanin dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan prosedur bedah dan non bedah. Beberapa prosedur menghilangkan pigmentasi memerlukan peralatan yang rumit dan tidak umum tersedia di tempat praktek. Pada laporan kasus ini, metode depigmentasi simpel dan efektif dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Bor diamond yang digunakan berdiameter 2 mm atau 2,5 mm, lebih baik menggunakan bor diamond yang besar karena bor diamond yang kecil menghasilkan permukaan yang tidak rata9. Prosedur depigmentasi sebaiknya dilakukan setelah memperbaiki kesehatan jaringan periodontal. Ketebalan gusi membantu untuk menetapkan
7
seberapa dalam ketebalan epitelium yang dapat diambil pada prosedur bedah yang akan dilakukan8. Hasil perawatan memuaskan dan pada 12 minggu setelah perawatan tidak terlihat adanya pewarnaan kembali atau repigmentasi gusi. Repigmentasi gusi setelah prosedur bedah telah dilaporkan oleh beberapa penulis, diantaranya yang dilaporkan oleh Perlmutter dan Tal yang melaporkan repigmentasi gusi terjadi 7 tahun setelah dilakukan depigmentasi gusi8. Timbulnya pewarnaan kembali setelah perawatan mungkin saja terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh aktifitas melanosit yang memproduksi melanin, selain itu faktor-faktor dari luar seperti jenis makanan, minuman dan kebiasaan merokok dapat menyebabkan terjadinya kelainan pigmentasi gusi.
KESIMPULAN Hiperpigmentasi gusi menjadi keluhan utama pada sejumlah pasien yang berobat ke dokter gigi. Meskipun keadaan ini bukan merupakan penyakit yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi umumnya perawatan dilakukan untuk memperbaiki penampilan terutama pada keadaan gummy smile. Walaupun saat ini terdapat berbagai macam metode perawatan depigmentasi, tehnik gingivo abrasi dengan menggunakan bor diamond cukup aman dan mudah selain itu peralatan yang diperlukan sederhana. Hasil perawatan cukup memuaskan, 12 minggu setelah prosedur depigmentasi tidak terdapat repigmentasi gusi. Tehnik gingivo abrasi dengan menggunakan bor diamond dapat menjadi alernatif pilihan perawatan hiperpigmentasi gusi yang dapat dilakukan di tempat praktek.
8
DAFTAR PUSTAKA 1. Cicek Yasin, Umit Ertas. The Normal and Pathological Pigmentation of Oral Mucous Membrane: A Review. J Contemp Dent Pract 2003;4(3):76-86. 2. Fiorellini JP, David
M,
Satoshi.
The Gingiva. In: Carranza’s Clinical
Periodontology 10th ed. Philadelphia: WB Saunder Co.2006.p.46-67. 3. Fiorellini JP, David M, Satoshi. Clinical Features of Gingivitis. In: Carranza’s Clinical Periodontology 10th ed. Philadelphia: WB Saunder Co.2006.p.362-372. 4. Mokeem SA. Management of Gingival Hyperpigmentation by Surgical Abrasion: Report of three cases. Saudi Dental Journal 2006;18(3):162-66. 5. Tal H, Landsberg J, Kozlousky. Cryosurgical Depigmentation of Gingiva. J Clin Periodontol 1987;14:614-66. 6. Roshna T, Nandakumar K. Anterior Esthetic Gingival Depigmentation and Crown Lengthening: Report of case. J Contemp Dent Pract 2005;6:139-47. 7. Prasad D, Sunil S, Mishra R. Treatment of Gingival Pigmentation: A case series. Indian J Dent Res 2005;16:171-76. 8. Perlmutter S, Tal H. Repigmentation of the gingival following surgical injury. J Periodontol 1986;1:48-50. 9. Patil Ratnadeep, Pereira Richard, Vinesh S. Perio Esthetic. In: Esthetic Dentistry. India: Pragati Art. 2002. p.163-82
9
10