1
PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA SAAT SERANGAN
Anita Purwaningsih
Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
[email protected]
Abstrak Asma bronkiale merupakan penyakit yang mengganggu kerja sistem pernapasan yang apabila tidak segera diobati dan ditangani akan mengakibatkan gagal napas dan kegawatan, karena pernapasan adalah proses vital kehidupan. Penanganan non farmakologis merupakan penanganan awal untuk mengatasi serangan supaya keadaan tidak memburuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan awal secara non farmakologis saat serangan asma. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Data diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 4 partisipan dewasa dengan asma bronkiale, kooperatif, mampu berkomunikasi verbal baik, pernah mengalami serangan asma minimal dua tahun terakhir dan pernah menjalani perawatan karena asma di UPT Rawat Inap Purwantoro
Kabupaten
Wonogiri. Pengambilan dan rekruitmen partisipan dengan purposive sampling. Analisa data menggunakan metode Colaizzi. Hasil penelitian didapatkan 10 tema: (a) pengertian; (b) tanda dan gejala; (c) faktor pencetus; (d) waktu pertama mengalami serangan asma, (e) peran keluarga pada penanganan fisik; (f) metode penanganan fisik; (g) efek penanganan fisik, (h) peran keluarga pada penanganan supportif; (i) metode penanganan supportif; (j) efek penanganan supportif. Penanganan awal saat serangan secara fisik didukung support secara psikologis yang dilakukan keluarga yang dilakukan dengan tepat efeknya mengurangi gejala saat serangan. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi pelayanan keperawatan di institusi pelayanan kesehatan dan keluarga sehingga aplikasi pemberian asuhan keperawatan terhadap penderita asma bronkiale dapat optimal.
Kata Kunci : Penanganan awal, Asma bronkiale, Saat serangan
2
Early Management of Bronchial asthma Patients at the Time of Its Attack
ABSTRACT Bronchial asthma is a disease which interrupts the breathing system. It must immediately be managed as it is a vital process of life. If the asthma is not dealt with, this will cause the breathing failure and emergency. Non-pharmacological management is the early management to deal with the attack so that the condition will not get worse. The objective of this research is to investigate the early nonpharmacological management at the time of asthma attack. This research used the qualitative phenomenological method. The data of research were collected through in-depth interview with adult participants who had bronchial asthma. They were cooperative and able to communicate verbally. In addition, they ever experienced its attack at least during the last two years and underwent the asthma treatment at the Technical Implementation in Patient Unit of Public Health Center of Purwantoro, Wonogiri Regency. The participants of research were taken by using the purposive sampling technique. The data of research were analyzed by using the Colaizzi’s method. The result of research shows that there were 10 themes, namely: (a) definition bronchial asthma; (b) signs and symptoms of bronchial asthma; (c) precipitating factors; (d) the first time of having asthma attack, (e) family’s role in physical management; (f) method of physical management; (g) effect of physical management; (h) family’s role in supportive management; (i) supportive management method; and (j) effect of supportive management. The early management at the time of asthma attack was physically supported by psychological support which was extended the family. It was done properly so that it reduced the symptoms at the time of its attack. The result of this research was expected to give information to the nurses’ services at the health service institutions and the family so that the application of the nursing care administration to the bronchial asthma patients could be optimal.
Keywords: early management, bronchial asthma, at the time of attack
3
sesak napas, penurunan tekanan parsial
PENDAHULUAN Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif, intermitten, reversible dimana trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Musliha, 2010). Secara klinis asma adalah suatu serangan dengan sesak yang
disertai
dengan
suara
napas
“mengi” (wheezing/wheeze), yang dapat timbul sewaktu - waktu dan dapat hilang kembali
(sempurna
ataupun
hanya
sebagian), baik secara spontan maupun hanya dengan obat-obatan tertentu/ sifat reversibilitas (Danusantoso, 2011). Asma
disebabkan
oleh
faktor
intrinsik dan ekstrinsik, secara intrinsik asma bisa disebabkan oleh infeksi (virus influensa, pneumoni mycoplasmal), fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), iritan seperti zat kimia, polusi udara (CO,
asap
rokok,
parfum),
faktor
emosional (takut, cemas dan tegang) juga aktivitas yang berlebihan. Secara ekstrinsik/imunologik
asma
bisa
disebabkan oleh reaksi antigen-antibodi dan inhalasi alergen (debu, serbuk, bulu binatang) (Danusantoso, 2011). Stadium dini gejala
yang muncul
pada asma antara lain: batuk berdahak dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul, belum ada wheezing, belum ada kelainan bentuk thorak, ada peningkatan eosinofil darah dan IgE,
O2. Pada stadium lanjut, tanda dan gejala yang muncul pada asma adalah: batuk, ronchi, napas berat, dan dada seakan tertekan, dahak
lengket, suara napas
melemah dan bahkan tak terdengar (silent chest), bentuk thorak barel chest, terdapat
tarikan
sternokleidmastoideus,
otot
sianosis, BGA
Pa O2 kurang dari 80%, rontgent paru terdapat
peningkatan
bronchovaskuler
gambaran
kanan
dan
kiri,
hipokapnea, alkalosis bahkan asidosis respiratorik (Danusantoso, 2011). Secara garis besar penatalaksanaan asma bronkiale dibedakan menjadi 2 yaitu
farmakologis
farmakologis.
dan
Secara
non
farmakologis
pengobatan asma menggunakan reliever yaitu
obat
yang
berfungsi
untuk
menghilangkan obstruksi dan controller sebagai
anti
inflamasi.
Termasuk
golongan reliever adalah agonis beta-2 (seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol, isoprenalin), anti kolinergik sebagai
bronchodilator
ipratropium inhalasi,
bromid
teofilin
misalnya:
dalam
dan
bentuk
kortikosteroid
sistemik. Obat yang termasuk dalam golongan
controller
kortikosteroid,
natrium
antara
lain:
kromoglikat,
natrium nedokromil, dan antihistamin anti lambat (Rengganis, 2008).
4
Secara
non
farmakologis
terakhir
prevalensi
asma
terus
penatalaksanaan pada pasien asma pada
meningkat terutama di negara maju.
dasarnya dapat dibedakan secara fisik
Peningkatan terjadi juga di negara –
maupun psikologis, secara fisik pada
negara Asia Pasifik seperti Indonesia.
saat serangan dapat diberikan tindakan
Studi di Asia Pasifik baru – baru ini
fisioterapi yang salah satu unsur di
menunjukkan tingkat tidak masuk kerja
dalamnya terdapat massage pada area
akibat
punggung, adanya kesadaran penderita
dibandingkan di Amerika Serikat dan
asma akan arti penting exercise (karena
Eropa . Hampir separuh dari seluruh
dengan olah raga seperti senam asma,
pasien asma pernah dirawat di rumah
renang dan jogging dan peningkatan
sakit dan melakukan kunjungan ke
aktivitas
bagian gawat darurat setiap tahunnya
secara
mengurangi
gejala
pernapasan
bertahap
dapat
asma),
latihan
dengan
asma
lebih
tinggi
(GINA, 2006).
cara
menghembuskan napas secara tepat
jauh
Di Indonesia, prevalensi asma
(
belum diketahui secara pasti. Pada tahun
hal ini akan mengurangi CO2 di paru-
2003 dilaporkan 5,2%. Hasil survey
paru
saluran
prevalensi asma di beberapa kota di
pernapasan), mengetahui adanya faktor
Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta,
pencetus. Penanganan secara psikologis
Bandung,
antara lain: pentingnya edukasi pada
Malang dan Denpasar) menunjukkan
penderita asma tentang penyakitnya dan
prevalensi asma berkisar 3,7– 6,4%.
bagaimana
Berdasarkan laporan riset kesehatan
dan
membuat
rileks
menyikapinya,
mengenali
Semarang,
Yogyakarta,
faktor alergi (tungau, debu rumah,
dasar
alergen dari hewan, jamur, zat dari
Penelitian
tepung sari, polusi udara), pemberian
Pemerintah dan Kesehatan tahun 2007,
support untuk mengontrol emosi saat
prevalensi nasional adalah sebesar 4%
serangan sehingga pernapasan berangsur
(Yunus,
teratur dan sesak napas berkurang.
kesehatan dasar nasional tahun 2013
(Musliha, 2010).
adalah 4,5%, prevalensi asma bronkiale
Menurut WHO (2006) sebanyak 100
adalah
yang
dilakukan dan
2012).
sebesar
oleh
Badan
Pengembangan
Berdasarkan
3,01%
dari
riset
total
hingga 150 juta penduduk dunia adalah
penduduk Jawa Tengah 4,3% dan untuk
penyandang asma. Jumlah ini terus
Kabupaten
bertambah sebanyak 180.000 orang
(RISKESDAS, 2013). UPT Rawat Inap
setiap
Purwantoro yang termasuk salah satu
tahunnya.
Dalam
30
tahun
Wonogiri
sebesar1,6%
5
Unit
Pelaksana
Dinas
Diungkapkan oleh empat pasien
Wonogiri
bahwa setelah diberikan penanganan
melaporkan bahwa angka kejadian asma
fisik tersebut gejala yang muncul saat
sejak tahun 2013 merupakan salah satu
serangan seperti batuk, sesak napas
daftar
terasa berkurang, napas terasa lebih lega
Kesehatan
Teknis
di
Kabupaten
penyakit
dalam
rekapitulasi
Laporan 10 besar penyakit.
dan dada pun juga terasa longgar/tidak
Menurut Sudoyo (2006) tujuan
tertekan. Menurut Monalisa (2012),
utama penatalaksanaan asma adalah
berdasarkan
meningkatkan
mempertahankan
dilakukan
penderita
asma
asma, massage dada dengan minyak
dapat hidup normal tanpa hambatan
kayu putih akan memberikan efek anti
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
spasmodik
Pada
obstruksi jalan napas.
kualitas
dan
hidup agar
serangan
akut/mendadak
penanganan awal pada pasien asma saat
penelitian pada
yang
telah
penanganan
sehingga
Menurut
pasien
mengurangi
Dessianti
(2015),
serangan bertujuan agar tidak terjadi
kondisi
obstruksi jalan napas atau keadaan yang
kondisi
semakin memburuk yaitu kegagalan
ketidaknyamanan
napas.
pernapasan, seperti pada serangan asma Diperoleh data di UPT Rawat
Inap
Purwantoro
berdasarkan
distress pernapasan, yaitu di
mana
orang
menderita
pada
saluran
seseorang dapat menggunakan manfaat
studi
minyak kayu putih untuk mendapatkan
pendahuluan yang dilakukan peneliti
bantuan untuk meringankan rasa sesak
bahwa terdapat upaya non farmakologis
pada dada serta hidung tersumbat.
sebelum
Minyak kayu putih juga membantu
mendapat
penanganan
medis/farmakologis yang dilakukan oleh
dalam
keluarga yang diyakini
membantu
pasien dapat
menyingkirkan
lendir
serta
mengencerkan
dahak,
meringankan gejala saat serangan, yaitu
sehingga memberikan bantuan ekstra.
penanganan
Kemudian
secara
fisik
psikologis, penanganan dimaksud
fisik yang
massage
juga
menenangkan
memberikan
pada
rongga
efek
hidung,
ringan,
sehingga udara yang terasa dingin dan
menggunakan
hidung tersumbat akan segera teratasi.
minyak kayu putih atau minyak. lain
Campuran minyak kayu putih dengan air
yang menghangatkan pada area dada dan
hangat dapat digunakan sebagai inhalan
punggung.
atau dioleskan pada hidung, leher, dan
“kerokan”
adalah
maupun
dengan
tengkuk
sehingga
melonggarkan
6
pernapasan.
asma
hasil bahwa self management dapat
dibutuhkan zat yang yang terkandung
mengurangi gejala asma. Dinyatakannya
dalam minyak
pula bahwa secara psikologis keluarga
memberikan
Pada
serangan
kayu putih bersifat
sebagai
relaksasi
otot
merupakan
faktor
penting
yang
sehingga dapat mengurangi penyempitan
membantu pasien asma dalam hal self
pada saluran udara di saluran pernapasan
management
(Ahmad,
serangan.
Dalam
dalam Nafiah 2013, “kerokan” yang di
keluarga
yang
masyarakat awam diyakini juga mampu
pengendalian stress dan emosi pasien
meringankan gejala saat terjadi serangan
asma
asma, maka mekanisme yang terjadi
sehingga gejala yang muncul saat
adalah ketika “kerokan” pinggiran uang
serangan tidak semakin parah.
2013).
Menurut
Masyoel
logam menggores permukaan kulit. Hal ini
yang
membuat
panas
saat
saat hal
mendapatkan ini
support
dimaksud
adalah
mendapatkan
serangan
Ketika ada gangguan dalam
tubuh
sistem pernapasan berupa batuk atau
berangsur turun. Ketika pengerokan
serangan asma, maka kinerja otot-otot
pingiran uang logam berperan seperti
pernapasan pada dinding thorak akan
pemijatan, sehingga membuat rasa nyeri
dibebani pekerjaan tambahan dengan
dan pegal, pusing, sesak napas termasuk
frekuensi berkali lipat dari biasa berupa
pada asma berangsur hilang jika di sertai
kontraksi berlebihan yang begitu keras
dengan istirahat yang cukup.
saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada
Penanganan
secara
penderita asma, bila dalam kondisi biasa
psikologis/supportif yang diyakini oleh
otot-otot tersebut bekerja begitu santai,
keempat
meringankan
maka ketika asma kambuh otot-otot
gejala adalah support keluarga untuk
pernapasan pada dinding thorak harus
mengendalikan pernapasan, tenang/tidak
bekerja extra keras untuk membantu
panik
Keempatnya
paru memompa udara keluar dari dalam
mengungkapkan bahwa apabila mereka
paru agar segera berganti dengan udara
mampu mengendalikan diri, tenang,
yang baru. Itulah sebabnya support
tidak cemas maka gejala yang muncul
untuk
seperti sesak napas berkurang dan dada
perut/diafragma begitu dianjurkan bagi
terasa
Menurut
penderita asma, sebab support tersebut
berdasarkan
akan memberikan efek relaksasi secara
penelitian yang telah dilakukan pada
mental dan selanjutnya kondisi tenang
penanganan pasien asma, didapatkan
tersebut akan menurunkan frekuensi
pasien
dan
lebih
Setyoningsih
dapat
cemas.
longgar. (2008),
mengatur
napas
otot
7
pernapasan serangan
yang
meningkat
(Yudiono
dalam
saat
Jakfisio,
fisik dan psikologis.Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 4 orang.
2013). Serangan
asma
kegawatan
merupakan
pada
kondisi
pernapasan
METODE PENELITIAN
yang
memerlukan penanganan awal secara
Instrumen Pengumpulan Data
fisik maupun supportif, karena apabila
Saryono & Anggraeni (2010),
kondisi serangan tidak tertangani dengan
dalam
baik akan mengakibatkan kegagalan
penelitian kualitatif, manusia berfungsi
napas sebagai salah satu proses vital
sebagai instrumen utama penelitian.
kehidupan
Prosedur Pengumpulan Data
(Musliha,
2010).
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti
tertarik
penelitian
lebih
untuk
maka
melakukan
lanjut
tentang
proses
Dalam
pengumpulan
penelitian
data
kualitatif
terdapat banyak cara yang dipakai untuk
mengumpulkan
data,
cara
penanganan awal secara fisik maupun
pengumpulan data dalam penelitian ini
psikologis/supportif
adalah sesuai dengan pedoman menurut
pengobatan keluarga
medis sebagai
sebelum yang
dilakukan
tindakan
untuk
Saryono
&
Anggraeni
(2010)
Wawancara, Dokumen, Observasi .
mengurangi gejala pada pasien asma
Alat Pengumpul Data
saat mendapatkan serangan.
Alat pengumpul data penelitian ini
Berdasarkan
latar
belakang
terdiri dari :alat tulis, alat perekam,
tersebut, maka tujuan dalam penelitian
lembar catatan lapangan.
ini adalah untuk mengetahui penanganan
HASIL DAN PEMBAHASAN
awal
Kategori Pengetahuan
pasien asma bronkiale saat
terjadinya serangan. PELAKSANAAN Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang pernah menjalani perawatan di UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri karena asma bronkiale yang sebelum dirawat dan saat mengalami serangan mendapat penanganan non farmakologis secara
Keempat
partisipan
mengungkapkan bahwa pengertian asma bronkiale adalah suatu gangguan pada pernapasan yang ditandai dengan adanya keluhan sesak napas, terdapat bunyi khas yang secara awam disebut “mengi” dan pernapasan dirasakan terengah – engah. Pemahaman partisipan tentang pengertian asma ini penting untuk diketahui
oleh
partisipan
dan
8
keluarganya, karena dengan pemahaman
serangan pertama asma pada rentang
terhadap pengertian asma maka hal ini
usia 5- 6 tahun. Ungkapan seluruh
akan membantu partisipan dan keluarga
partisipan
untuk mengambil langkah penanganan
mengalami serangan asma ini sesuai
awal apabila sewaktu-waktu mengalami
dengan teori Danusantoso (2011), yang
kondisi tersebut.
menyatakan bahwa serangan pertama
tentang
waktu
pertama
dapat timbul pada masa kanak-kanak Pemahaman partisipan tentang tanda dan gejala asma ini merupakan hal penting yang perlu untuk ditingkatkan karena dengn pemahaman pada hal tersebut
partisipan
dapat
melaukan
langkah preventif agar tidak timbul tanda dan gejala yang demikian sebagai tanda terjadinya serangan dan bagi keluarga pemahaman ini juga penting karena apabila sewaktu-waktu muncul tanda dan gejala tersebut
sampai masa setengah umur. Teori lain tentang
dan sejauh mana penanganan terhadap partisipan akan dilakukan.
pertama
mengalami
serangan asma yang sesuai dengan ungkapan
seluruh
partisipan
adalah
pendapat menurut Sudoyo (2006), yang menyatakan bahwa
adanya
episode
serangan pertama asma berdasarkan kriteria
usia
dapat
diklasifiksikan
berdasarkan kriteria usia pada masa anak – anak.
keluarga
dapat segera menentukan metode apa
waktu
Kesadaran partisipan kalinya
dan
tentang
pemahaman
waktu
mengalami
pertama
serangan
asma
merupakan pengetahuan yang penting
Tema Waktu Pertama Mengalami
untuk semakin disadari karena dengan
Serangan Asma
memahami dan menyadari bahwa sejak kecil telah mengetahui bahwa mereka
Keempat
partisipan
merupakan
penderita
asma,
maka
mengungkapkan bahwa waktu pertama
perilaku hidup maupun hal-hal yang
kali terdeteksi terkena asma adalah sejak
sekiranya sejak dulu dapat menimbulkan
mereka masih kecil. Ungkapan keempat
serangan asma dapat dihindari dan
partisipan
oleh
cara/metode
yang
pernyataan keluarga terdekat (ibu atau
penanganan
saat
saudaranya)
dilanjutkan hingga sekarang.
tersebut
yang
diperkuat
menyatakan
hal
efektif
dalam
serangan
dapat
serupa. Melihat ungkapan keempatnya tentang hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh partisipan mendapatkan
Tema Faktor Pencetus
9
Keempat
partisipan
mengungkapkan
bahwa
faktor-faktor
keluarga (saudara) merupakan orang yang
berperan
penting
penanganan
dalam
yang menyebabkan timbulnya serangan
memberikan
asma antara lain: temperatur dingin,
partisipan mengalami serangan asma. Pendapat
debu, asap/asap rokok, kelelahan fisik,
fisik
tentang
saat
metode
penanganan fisik pada asma yang juga
emosi. Menurut
Mangoen
Prasodjo
sesuai dengan pernyataan
dalam Setyoningsih (2008), tentang
adalah
faktor pencetus asma yang juga sesuai
Setyoningsih (2008), yang menyatakan
dengan pernyataan seluruh partisipan
bahwa keluarga terdekat (suami, istri,
adalah
saudara)
pendapat
yang
menyatakan
pendapat
partisipan
Fahrani
merupakan
dalam
orang
yang
bahwa penerapan self management yang
berperan penting dan secara langsung
menyatakan bahwa untuk mendapatkan
membantu
normalisasi hidup pada penderita asma
management saat mengalami serangan
dipengaruhi oleh bagaimana seorang
asma
penderita
faktor
psikologis. Kesadaran dan pengertian
pencetus asma yang bersifat intrinsik
keluarga pada pasien asma tentang arti
(genetik,
penting
asma
mengenali
alergi)
maupun
faktor
pasien
baik
secara
dalam
fisik
self
maupun
keterlibatan/perannya
dalam
ekstrinsik (debu, polusi udara, emosi,
menangani anggota keluarganya yang
asap
mengalami serangan asma perlu untuk
tentang
rokok).
Kesadaran
faktor-faktor
partisipan
yang
dapat
semakin
ditingkatkan,
mengingat
adalah
penanganan awal oleh keluarga saat
pengetahuan penting yang sangat baik
serangan merupakan hal yang sangat
untuk ditingkatkan dan disadari oleh
menentukan dalam keberhasilan upaya
seluruh
penanganan
mencetuskan
asmanya
partisipan,
karena
dengan
asma
dan
mencegah
kesadaran tinggi akan hal ini partisipan
keberlanjutan/semakin buruknya kondisi
dapat berhati-hati agar tidak terpapar
saat serangan.
pada faktor-faktor pencetus tersebut. Tema Metode Penanganan Fisik
Kategori Penanganan Fisik Tema
Peran
Keluarga
pada
Penanganan Fisik Keempat
Keempat mengungkapkan
partisipan bahwa
metode
partisipan
penanganan fisik pilihan saat mengalami
mengungkapkan bahwa keluarga dalam
serangan asma adalah dengan “kerokan”
hal ini pasangan hidup (suami/istri) dan
dan massage ringan pada dada dan
10
punggung atau seluruh tubuh dengan
inhalan atau dioleskan pada hidung,
menggunakan
leher,
minyak
kayu
dan
tengkuk
sehingga
putih/minyak lain yang memberikan
melonggarkan
sensasi rasa hangat. Pernyataan seluruh
serangan asma dibutuhkan zat yang
pasien
terkandung dalam minyak kayu putih
tentang
hal
tersebut
sesuai
dengan pendapat Rengganis (2008),
yang
yang
relaksasi
menyatakan
penatalaksanaan dibedakan
bahwa
asma
menjadi
Pada
memberikan
sebagai
sehingga
dapat
otot
bronkiale
mengurangi penyempitan pada saluran
secara
udara di saluran pernapasan (Ahmad,
dua
farmakologis dan non farmakologis
2013).
(fisik dan psikologis) Menurut
bersifat
pernapasan.
Menurut Masyoel dalam Nafiah Dessianti
(2015),
2013, “kerokan” yang di masyarakat
saat serangan asma dibutuhkan tindakan
awam
massage dengan media zat yang bersifat
meringankan gejala saat terjadi serangan
memberi relaksasi otot sehingga dapat
asma, maka proses yang terjadi adalah
mengurangi penyempitan pada saluran
ketika “kerokan” pinggiran uang logam
udara di saluran pernapasan. Kondisi
menggores permukaan kulit. Kondisi ini
distress pernapasan, yaitu
yang membuat panas tubuh berangsur
kondisi di
diyakini
mana orang menderita ketidaknyamanan
turun.
pada saluran pernapasan, seperti pada
pingiran
serangan
mekanismenya
asma
seseorang
dapat
juga
mampu
Goresan/pengerokan uang
dengan
logam seperti
tersebut pemijatan,
menggunakan manfaat minyak kayu
sehingga membuat rasa nyeri dan pegal,
putih untuk mendapatkan bantuan untuk
pusing, sesak napas termasuk pada asma
meringankan rasa sesak pada dada serta
berangsur hilang jika di sertai dengan
hidung tersumbat. Minyak kayu putih
istirahat yang cukup.
juga membantu dalam menyingkirkan
“Kerokan” ini pun dipercaya
lendir serta membantu mengencerkan
sebagai bukti nyata dalam perwujudan
dahak, sehingga memberikan bantuan
ilmu
ekstra. Kemudian juga memberikan efek
menerangkan bahwa energi muncul
menenangkan
hidung,
karena pergesekan dua benda. Jika
sehingga udara yang terasa dingin dan
permukaan tubuh kita digosok-gosokan
hidung tersumbat akan segera teratasi.
dengan tangan atau benda tumpul
Campuran minyak kayu putih dengan air
dengan cepat, maka suhu panas dalan
hangat juga dapat digunakan sebagai
tubuh
pada
rongga
Einstein
akan
(E=MC2)
meningkat.
yang
Karena
11
meningkatnya panas dalam tubuh, maka
penggunaan minyak kayu putih dengan
akan terjadilah perlebaran pembuluh
cara menggosok dada dan punggung
darah sehingga oksigenasi menjadi lebih
efektif untuk membantu mengurangi
baik karena peredaran darah kembali
gejala saat serangan asma, meringankan
lancar dan rasa sakit ditubuhpun mereda.
saluran pernapasan dan masalah lain
(Deimon, 2013).
yang
Menurut
Mochtar
Wijayakusuma,
putra
Wijayakusuma
yang
akupunkturis,
dengan
terkait
dengan
termasuk asma
pernapasan
bronkiale.
Pendapat
Hembing
terkait dengan metode penanganan fisik
seorang
yang sesuai dengan pernyataan seluruh
juga terlalu
sering
partisipan
adalah
pendapat
kerokan muncul anggapan kulit rusak,
dalam
pori-pori
darah
menyatakan bahwa upaya pengobatan
pecah. Tetapi menurut penelitian yang
untuk pasien asma bronkiale dengan
ada dengan kerokan tidak ada kulit yang
minyak kayu putih. Penanganan fisik
rusak ataupun pembuluh darah yang
pada serangan asma yang salah satunya
pecah. Tetapi terjadi pori-pori yang
dengan massage ringan pada dada,
melebar. Melebarnya pori-pori ini justru
punggung dan seluruh tubuh dengan
membuat aliran darah lancar dan suplai
minyak kayu putih merupakan upaya
oksigen dalam darah jadi meningkat.
non farmakologis yang sering dipilih
Sehingga kulit ari juga akan terlepas
partisipan
seperti halnya saat luluran. Dalam
menangani saat terjadi serangan. Upaya
sebuah penelitian menyebutkan bahwa
dengan metode ini merupakan metode
kadar
yang efektif dan praktis karena dapat
melebar,pembuluh
endorfin
di”kerok”
orang-orang
naik
signifikan.
yang Dengan
langsung
Setyoningsih
Fahrani
dan
(2008),
keluarganya
dilakukan
oleh
yang
untuk
keluarga
ini
terdekat tanpa harus berpedoman dengan
membuat mereka nyaman, rasa sakit
teori khusus, karena dengan minyak
hilang termasuk seak napas pada asma,
kayu putih, massage tersebut dapat
tubuh
memperlebar saluran pernapasan dan
adanya
peningkatan
menjadi
endorfin
lebih
segar,
dan
bersemangat. (sahabathawa.com, 2013)
mencegah obstruksi jalan napas, namun
metode
demikian keefektifan massage dengan
penanganan fisik pada serangan asma
cara tersebut akan semakin efektif dan
yang
efeknya akan lebih signifikan apabila
Teori
sesuai
partisipan (2007),
lain
dengan
pernyataan
pendapat
Faishal
pengetahuan keluarga ditingkatkan dan
menyatakan
bahwa
dilengkapi dengan fisioterapi dada.
adalah yang
tentang
12
penanganan fisik yang sesuai dengan
Tema Efek Penanganan Fisik
pernyataan Keempat
partisipan
mengungkapkan
bahwa
setelah
dilakukan penanganan fisik (massage pada dada, punggung dan atau seluruh tubuh) pada saat mengalami serangan asma maka efek yang dirasakan adalah sesak
napas
berkurang,
menurut
partisipan Musliha
adalah (2010),
teori yang
menyatakan bahwa penanganan fisik pada asma bronkiale berupa massage dan exercise berupa latihan bernapas dapat mengurangi gejala asma dan kepanikan.
pernapasan
menjadi longgar, tubuh terasa hangat
Pendapat yang lain tentang efek
dan tingkat stress menurun. Pernyataan
penanganan fisik pada asma yang sesuai
seluruh
dengan pernyataan seluruh partisipan
partisipan
tentang
efek
penanganan fisik tersebut sesuai dengan
adalah
pendapat
Vitahelt
dalam
(2008),
yang
Monalisa (2012), menyatakan bahwa
massage
atau
massage dada dengan minyak kayu
pasien
asma
putih pada pasien asma bronkiale saat
akan
mengalami serangan memberikan efek
memberikan efek berupa pengendalian
anti spasmodik sehingga mengurangi
pernapasan,
obstruksi
menyatakan fisoterapi bronkiale
berlebih
Wong
pendapat
bahwa dada
pada
saat
serangan
mencegah
inflamasi
secara
psikologis
dan
mengurangi kecemasan.
fisik
napas
dan
secara
psikologis mampu mengurangi tingkat kecemasan/stress akibat serangan asma.
Dua teori lain tentang efek penanganan
jalan
pada
tentang sejauh mana efek penanganan
serangan asma yang sesuai dengan
fisik yang dilakukan pada saat serangan
pernyataan seluruh partisipan adalah
sangat baik untuk ditingkatkan, karena
teori menurut Faishal (2007), yang
dengan memahami tentang hal tersebut
menyatakan bahwa minyak kayu putih
maka bagi partisipan dapat menjadi
untuk
asma
sesuatu yang menimbulkan afirmasi
sebagai
positif, yaitu partisipan akan berasumsi
massage
bronkiale
(massage)
Pengetahuan partisipan dan keluarga
pada berperan
pasien
bronchodilator yang dapat memperlebar
dan
saluran
mengurangi
bahwa massage akan memperingan
obstruksi jalan napas, mengurangi sesak
gejala yang timbul pada saat mengalami
napas dan secara psikologis memberikan
serangan. Selain itu bagi keluarga
efek relaks. Satu teori lain tentang efek
partisipan
penapasan,
tertanam
hal
dalam
ini
pemikirannya
juga
akan
13
menimbulkan keberanian untuk segera
pada asma berangsur hilang jika di sertai
memberikan penanganan fisik apabila
dengan istirahat yang cukup. Berdasarkan ungkapan keempat
partisipan mengalami serangan.
partisipan tentang efek penanganan fisik Minyak
kayu
putih
dapat
membantu dalam menyingkirkan lendir serta membantu mengencerkan dahak, sehingga memberikan bantuan ekstra. Kemudian
juga
menenangkan
memberikan
pada
rongga
efek
hidung,
sehingga udara yang terasa dingin dan hidung tersumbat akan segera teratasi. Campuran minyak kayu putih dengan air hangat juga dapat digunakan sebagai inhalan atau dioleskan pada hidung, leher,
dan
melonggarkan
tengkuk
sehingga
pernapasan.
Pada
serangan asma dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu putih yang
bersifat
relaksasi
otot
memberikan
sebagai
sehingga
dapat
mengurangi penyempitan pada saluran udara di saluran pernapasan (Ahmad, 2013). Menurut Masyoel dalam Nafiah 2013,
efek
“kerokan”
yang
di
masyarakat awam diyakini juga mampu meringankan gejala saat terjadi serangan asma,
goresan
pinggir
uang
logm
permukaan kulit. membuat panas tubuh berangsur turun. Goresan/pengerokan tersebut
mekanismenya
seperti
pemijatan, sehingga membuat rasa nyeri dan pegal, pusing, sesak napas termasuk
tersebut
dapat
seluruh
disimpulkan
partisipan
telah
bahwa
memahami
tentang arti penting dan efek dari metode
penanganan
massage
ringan
fisik
pada
berupa
dada
dan
“kerokan” pada punggung serta seluruh tubuh saat serangan. Keempat
partisipan
mengungkapkan bahwa keluarga yang berperan
memberikan
supportif/dukungan mengalami
penanganan
psikologis
serangan
asma
saat adalah
pasangan hidupnya (suami/istri). Dua partisipan mengungkapkan bahwa selain pasangan hidupnya, ibu juga merupakan orang yang turut mengambil peran memberikan
support/dukungan
psikologis saat mengalami serangan. Pernyataan seluruh partisipan tentang keluarga yang berperan memberikan penanganan supportif saat serangan tersebut sesuai dengan teori menurut Wong (2008), yang menyatakan bahwa fisioterapi
dada
penting
dilakukan
keluarga saat pasien asma bronkiale mengalami
serangan
dan
tindakan
tersebut tidak hanya memberikan efek relaksasi
pada
fisik
tetapi
juga
merelaksasi mental. Teori lain tentang efek penanganan fisik pada asma yang
14
sesuai
dengan
seluruh
memahami partisipan akan memberikan
partisipan adalah teori menurut Musliha
arti dan efek berupa relaksasi secara
(2010),
bahwa
mental
dalam
diharapkan dengan upaya tersebut gejala
yang
keluarga
pernyataan
menyatakan
berperan
menentukan
penting
pilihan
terapi
atau
maupun
yang
muncul
fisik,
saat
sehingga
serangan
akan
penanganan baik secara fisik maupun
berkurang dan mencegah terjadinya
mental pada pasien asma bronkiale saat
kondisi yang lebih buruk.
mengalami
serangan
asma,
yang
penanganan tersebut akan meringankan
Tema Metode Penanganan Supportif
gejala saat serangan. Pendapat
Keempat
Mangoen
Prasodjo
dalam Monalisa (2012), tentang peran keluarga pada efek penanganan fisik yang sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah ibu merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam memberikan perawatan asma pada anak mereka. Pendapat yang lain tentang hal tersebut
yang
juga
pernyataan seluruh
sesuai
dengan
partisipan adalah
pendapat Fahrani dalam Setyoningsih (2008), yang menyatakan bahwa secara psikologis keluarga merupakan faktor penting yang membantu pasien asma dalam pengendalian stress dan emosi saat
mengalami
serangan
sehingga
gejala yang muncul tidak semakin parah. Peran
keluarga
pada
penanganan
supportif saat partisipan mengalami serangan asma sangat penting untuk diketahui, ditingkatkan dan dimotivasi, karena support dari keluarga terdekat sebagai
orang
yang
paling
dapat
partisipan
mengungkapkan bahwa saat mengalami serangan asma maka keluarga sebagai orang
terdekat
selalu
memberikan
support/dukungan psikologis untuk tetap tenang
menghadapi
sedapat
mungkin
pernapasan.
serangan
dan
mengendalikan
Ungkapan
seluruh
partisipan tentang efek dari penanganan supportif saat serangan asma tersebut sesuai dengan teori menurut (2010),
yang
Musliha
menyatakan
bahwa
tindakan pertama yang dianjurkan untuk menangani pasien asma bronkiale adalah dengan
menenangkan
membantunya
untuk
penderita, duduk
dan
beristirahat, melakukan fisioterapi dada, memberikan memberi
posisi
support
latihan/pengendalian lain
tentang
nyaman
untuk
melakukan
asma.
metode
dan
Pendapat
pananganan
supportif tersebut yang juga sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah teori menurut Wong (2008), yang menyatakan bahwa kegiatan yang
15
dilakukan pada fisioterapi dada adalah melatih/memberi
support
Ketika ada gangguan dalam
untuk
sistem pernapasan berupa batuk atau
bernapas dan mengendalikan napas yang
serangan asma, maka kinerja otot-otot
keduanya dapat mencegah inflamasi
pernapasan pada dinding thorak akan
berlebih dan efektifitas batuk.
dibebani pekerjaan tambahan dengan
Pendapat
metode
frekuensi berkali lipat dari biasa berupa
sesuai
kontraksi berlebihan yang begitu keras
dengan pernyataan seluruh partisipan
saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada
adalah
dalam
penderita asma, bila dalam kondisi biasa
Setyoningsih (2008), yang menyatakan
otot-otot tersebut bekerja begitu santai,
bahwa
keluarga
maka ketika asma kambuh otot-otot
yang
pernapasan pada dinding thorak harus
membantu pasien asma dalam hal self
bekerja extra keras untuk membantu
management pada saat mendapatkan
paru memompa udara keluar dari dalam
serangan, dalam hal ini yang dimaksud
paru agar segera berganti dengan udara
adalah pengendalian stress dan emosi
yang baru. Itulah sebabnya support dari
pada saat serangan sehingga gejala yang
keluarga sebagai orang terdekat untuk
muncul
tidak
mengatur napas otot perut/diafragma
semakin parah. Pengetahuan tentang
begitu dianjurkan bagi penderita asma,
metode penanganan supportif tersebut
sebab support tersebut akan memberikan
penting
efek
penanganan
tentang
supportif
pendapat
secara
merupakan
Tonsman
psikologis
faktor
pada
yang
penting
saat
serangan
ditingkatkan
bagi
keluarga dengan
selanjutnya kondisi tenang tersebut akan
partisipan
menurunkan frekuensi pernapasan yang
partisipan
asma,
karena
demikian
pada
saat
relaksasi
secara
mengalami serangan keluarga sedapat
meningkat
mungkin mendampingi dan berempati
dalam Jakfisio, 2013).
terhadap
gejala
serangan
dan
(Yudiono
dirasakan
Berdasarkan ungkapan keempat
partisipan dengan terus memberinya
partisipan tentang metode pennganan
support untuk tidak panik dan tetap
supportif
mengendalikan
sehingga
disimpulkan bahwa seluruh patisipan
gejala yang muncul pada saat serangan
telah memahami dan mengakui bahwa
dapat
pernapasan
berkurang
mencegah
yang
saat
mental
dan
terjadinya
semakin memburuk.
tersebut
maka
dapat
juga
dapat
support keluarga pada saat serangan
kondisi
yang
sangat dibutuhkannya. Tema Efek Penanganan Supportif
16
Keempat pasien mengungkapkan bahwa efek diberikannya penanganan
mengendalikan
pernapasan
yang
abnormal saat serangan.
supportif oleh keluarga adalah adanya Pendapat yang lain tentang efek
ketenangan, tidak cemas/panik, sesak napas berkurang dan pernapasan juga dapat dikendalikan. Pernyataan seluruh partisipan
tentang
efek
penanganan
supportif tersebut sesuai dengan teori menurut
Wong
(2008),
yang
menyatakan bahwa efek psikologis dari fisioterapi
dada
adalah
merelaksasi
mental dan secara fisik memperkuat otot pernapasan, karena di dalam fisioterapi dada terdapat tindakan memberi support untuk melakukan latihan batuk dan breathing exercise yang keduanya dapat dilakukan keluarga saat mendampingi penderita
asma
yang
mengalmi
serangan. Teori
lain
tentang
efek
penanganan supportif pada serangan asma yang sesuai dengan pernyataan seluruh
partisipan
Walujani
dan
adalah
pendapat
Rahmawati
dalam
Setyoningsih (2008), yang menyatakan bahwa
support
keluarga
dalam
pengendalian stress dan emosi pasien asma pada saat mengalami serangan akan mampu mengurangi gejala yang muncul saat serangan sehingga penderita tenang
dan
dapat
mengendalikan
pernapasannya. Secara psikologis penanganan awal serangan asma adalah pentingnya edukasi pada penderita asma tentang penyakitnya
dan
menyikapinya,
diberikan
bagaimana latihan
penanganan supportif pada pasien asma
relaksasi/support dengan kontrol emosi
saat
saat
serangan
yang
sesuai
dengan
serangan
sehingga
pernapasan
pernyataan seluruh partisipan adalah
berangsur teratur dan sesak napas
teori menurut Musliha (2010), yang
berkurang. (Musliha, 2010). Ketika ada
menyatakan bahwa tindakan supportif
gangguan
pertama oleh keluarga dalam membantu
berupa batuk atau serangan asma, maka
pasien asma saat mengalami serangan
kinerja
dapat
cara
dinding thorak akan dibebani pekerjaan
memberinya
tambahan dengan frekuensi berkali lipat
posisi nyaman dan memberi support
dari biasa berupa kontraksi berlebihan
untuk latihan napas. Tindakan tersebut
yang begitu keras saat batuk. Begitu
diharapkan akan mampu memberikan
juga yang terjadi pada penderita asma,
ketenangan, mengurangi kepanikan dan
support
dilakukan
menenangkan
pasien,
dengan
dalam sistem
otot-otot
pernapasan
pernapasan
pada
keluarga terhadap penderita
17
asma untuk
mengatur napas otot
perut/diafragma
begitu
dianjurkan,
penanganan fisik; g) efek penanganan fisik
sebab support tersebut akan membawa
h) peran keluarga pada penanganan
kondisi tenang dan selanjutnya akan
supportif;
menurunkan frekuensi pernapasan yang
supportif j) efek penanganan supportif .
meningkat
saat
serangan
i)
metode
penanganan
(Yudiono
dalam Jakfisio, 2013). Kesadaran
dan
pengetahuan
partisipan dan keluarganya terhadap efek
penanganan
supportif
yang
dilakukan keluarga pada saat serangan merpakan pengetahuan
penting untuk
ditingkatkan, karena dengan kesadaran keluarga untuk selalu bersedia memberi support
saat
partisipan
mengalami
serangan akan membantu partisipan untuk dapat mengendalikan pernapasan, tetap tenang dan tidak stress saat serangan, dengan demikian gejala yang muncul saat serangan diharapkan akan berkurang dan tidak tidak semakin
DAFTAR PUSTAKA Ahmad.
(2013).
Manfaat
Pijat
Aromatherapi. Diakses tanggal 05 Agustus 2015 pukul 20.00 WIB
dari
http://metropolitan.inilah.com/re ad/detail/12705/meringankanasma dengan-pijat.html. Afiyanti, Y, Rachmawati, N.I. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Riset
Keperawatan,
Cetakan ke-1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
memperburuk keadaan.
Danusantoso, Halim. (2011). Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 2,
KESIMPULAN Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapatkan dalam penelitian kesimpulan menghasilkan
ini, bahwa 10
maka
diperoleh
penelitian tema,
yaitu:
ini a)
pengertian b) tanda dan gejala c) waktu pertama mengalami serangan asma; d) faktor pencetus e) peran keluarga pada penanganan
fisik;
f)
metode
Jakarta:EGC 2 Dessianti. (2013). Pertolongan Pertama pada Penderita Asma. Diakses tanggal
06 Agustus 2015 dari
www.Gejala
Penyebab
Sakit.blogspot.com/2015/03 Deimon. (2013). Khasiat dan Efek Samping Kerokan Ketika Masuk Angin.
Diakses
tanggal
06
18
Agustus 2015 pukul 16.00 WIB
GINA (Global Initiative for Astma).
dari http://deimon.pun.bz/khasiat-
(2006). Pocket Guide for Astma
dan-efek-samping-kerokan.html
Management and Prevension In Children. Diakses tanggal
Faishal. (2007). Cara mengobati asma dengan tanggal
aromatherapi. 18
Diakses
Oktober
2014
pukul.20.45 WIB dari http : //www.carakhasiat.com/artikel.ht ml.
Faizatin,
4
Agustus 2014 pukul 20.00 WIB dari www.Ginaastma.org.2006. Indah. (2011). Khasiat dan Bahaya Kerokan.
Diakses tanggal 05
Agustus 2015 pukul 16.00 WIB dari
Nafiah
(2013).
Bahaya
Kerokan bagi Kesehatan. Diakses tanggal 05 Agustus 2015 pukul 16.00
WIB
dari
http:/
http://www.beritaunik.net/unikaneh/
khasiat-dan-
kerokan.html Kavler, S. (2011). Doing Interviews,
/juzmanggis.wordpress.com
Thousand
/2011/02/21/
Publications
kerokan-bahaya-
bagi-penderita
gangguan-
jantung/html
Monalisa
(2012).
Oaks:
Sage
Pengalaman
Ibu
Merawat Anak Penderita Asma
Forumviva. (2011). Tips Masuk Angin dengan
bahaya-
Kerokan.
Diakses
yang
Mengalami
Hidup.
Diakses
Kualitas
tanggal
28
September 2014, pukul 16.10
tanggal 05 Agustus 2015 pukul
WIB
16.15
www.indonesia.digitaljournalis.
WIB
dari
http:
//forum.viva.co.id/kesehatan/111 643-tips-masuk-angin-dengankerokan.html
Klasifikasi
Asma.
Diakses tanggal 4 Agustus 2014 pukul
20.00
org. Muchid (2007). Buku Pharmauteceutical Care untuk Penyakit Asma,
GINA (Global Initiative for Astma). (2006).
dari
WIB,
www.Ginaastma.org.2006
dari
Edisi V, Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat, Edisi I, Yogyakarta: Nuha Medika.
19
Nursalam.
(2011).
Konsep
Penerapan
dan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Instrumen
Penelitian
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. DF
&
Beck,
CT.
(2006).
Essentials of Nursing Research Methods,
Appraiseland
Utilization,
05/09/02341280/Polusi.
Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan
Polit,
http://health.kompas.read/2012/
6th
Edition,
Sahabathawa.
(2013).
Negatif kerokan.
16.35
dan-negatif-kerokan/html Saldana, J. (2009). The Coding Manual for
Qualitative
Publications
and
Methods,
6th
Principles Edition,
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
dari
http://sahabathawa.com/positif-
Philadelphia
Research:
Diakses
WIB
Thousand
Nursing
dan
tanggal 05 Agustus 2015 pukul
Lippincott Williams & Wilkins:
Polit, DF & Hungler, BP. (2005).
Positif
Researcher. Oaks:
Sage
Saryono & Anggraeni, MD. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, Nuha Medika: Yogyakarta. Setyoningsih, Mogar, Pajarani. (2008). Self Management Mahasiswa
Potter, PA & Perry, Ag. (2005).
Penderita Asma yang Tinggal di
Nursing
Kost, Skripsi. Diakses tanggal
Concept, Process and Practice,
28 September 2014,pukul 16.10
4th Edition, Mosby Company:
WIB
St. Lo
dariwww.indonesia.digitaljourna
Fundamental
of
Rengganis, Iris. (2008): Diagnosis dan
lis.org
Tatalaksana Asma Bronkiale.
Sudoyo, W.Aru. (2006). Buku Ajar Ilmu
Diakses tanggal 12 Oktober
Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II,
2014 pukul 16.45 WIB, dari
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
www.indonesia.digitaljournalis.
Dalam Universitas Indonesia:
org.
Jakarta
RISKESDAS. (2013). Prevalensi Asma
Sugiyono. (2011). Memahami Penelitian
di Jawa Tengah. Diakses tanggal
Kuantitatif
28 September 2014, pukul 16.00
Alfabeta: Bandung
WIB,
dari
dan
Kualitatif,
20
Sutopo,
H.B.
(2006).
Metodologi
Penelitian Kualitatif Dasar Tori dan
Penerapannya
dalam
Penelitian,
Edisi
Kedua,
Universitas
Negeri
Sebelas
Maret Surakarta: Surakarta
Taufik. (2009). Penatalaksanan Asma Masa Kini. Diakses tanggal 24 November 2014, pukul 16.35 WIB
dari
Yayanakhyar.files.wordpress.co m 2009. Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D.,
Winkelstein,
M.L.,
&
Schwatz, P.(2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Jakarta: EGC. Yudiono, Hekso. (2013). Terapi Pijat untuk Asma. Diakses tanggal 05 Agustus 2015pukul 11.00 WIB
dari
http://www.Jakfisio/public_html /wp_html/wpcontent/plugins/sch reikasten/schreikasten.phponline 804.com
Yunus,F. (2012). Jumlah
Polusi Tingkatkan Penderita
Asma,
Diakses tanggal 28 September 2014 pukul.16.00 WIB,
dari
http://health.kompas.read / 2012 05/ 09/02341280/Polusi