BUKU SAKU
Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains Jawaban atas pertanyaanpertanyaan mahasiswa tingkat akhir yang sering muncul dalam penelitian pendidikan sains
Yanti Herlanti
Pendidikan IPA – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan – UIN Syarif Hidayatulah - Jakarta
Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tingkat akhir yang sering muncul dalam penelitian pendidikan sains
Penulis Yanti Herlanti
ISBN 978-602-17290-3-8 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Syarif Hidayatulah Jakarta 2014
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobilalamin, dengan bantuan dan kemudahan yang diberikan Alloh SWT, buku kecil ini selesai direvisi. Buku ini diterbitkan secara intern sejak tahun 2006, kemudian direvisi tahun 2008, dan pada tahun 2014 ini akan mulai diterbitkan secara luas, mengingat permintaan cetak ulang secara nasional cukup banyak. Buku ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sering menjadi permasalahan dalam penelitian pendidikan khususnya sains, ada 40 pertanyaan yang terkumpul dalam buku ini. Buku ini disajikan dengan membahas penelitian pendidikan sains dari sisi ontologi, epistimologi, maupun aksiologinya. Pada bab awal dikemukan kajian ontologi dan epistimologi dari pendidikan sains dan penelitian pendidikan sains. Bab kedua merupakan bab yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang sering menjadi pertanyaan para mahasiswa. Bab tiga berkaitan dengan analisis data yang terkait dengan berbagai uji-uji statistik yang biasanya digunakan dalam penelitian pendidikan. Bab empat berisi tips dan lebih dari 60 contoh judul penelitian pendidikan sains, yang diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang membutuhkan judul penelitian. Pada edisi revisi ini, penulis menambahkan beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan mahasiswa dan juga guru, dalam hal penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian campuran, dan penelitian pengembangan serta penelitian R&D. Akhir kata, mudah-mudahan karya kecil ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir dan bagi kemajuan pendidikan sains. Bogor, 10 November 2014 Penulis, Yanti Herlanti
iii
DAFTAR ISI No
Isi
Halaman
1.
Pengantar
iii
2.
Daftar Isi
iv
Bab I. Penelitian Pendidikan Sains 3.
#1. Apa bedanya penelitian sains dan penelitian pendidikan sains
1
4.
#2. Hal apa saja yang bisa diteliti dalam pendidikan sains?
4
5.
Bab II. Metodologi Penelitian
6.
#3. Apa perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif?
7.
#4. Apa maksud penelitian mix method (metode penelitian kombinasi)?
10
8.
#5. Apa itu penelitian dan pengembangan (R&D) dan penelitian pengembangan (developmental research)?
14
9.
#6. Apa saja jenis-jenis penelitian pendidikan?
17
9
10. #7. Bagaimana cara menentukan jenis penelitian yang akan kita pilih?
21
11.
#8. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindak kelas (PTK)?
22
12.
#9. Apa bedanya PTK dan non PTK
24
13.
#10. Masalah apa yang dapat diteliti dalam PTK
28
iv
14.
#11. Bagaimana cara menemukan masalah dalam PTK?Karena sering sekali guru merasa tidak punya masalah.
30
15.
#12. Apakah PTK masilh memerlukan hipotesis penelitian
30
16.
#13. Bagaimana perumusan masalah dalam PTK
32
17.
#14. Apakah desain penelitian harus selalu dicantumkan dalam proposal atau laporan penelitian?
33
18.
#15. Jika kita mengambil dua kelas dari 10 kelas dua yang ada di sebuah SMP, maka nama teknik pengambilan sampelnya apa?
35
19.
#16. Berapa jumlah sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif?
36
20.
#17. Apa guna instrumen dalam penelitian?
37
21.
#18. Jika kita ingin melihat hasil belajar siswa, instrumen apa yang tepat?
38
22.
#19. Apakah nilai rapor merupakan instrumen penelitian?
47
23.
#20. Apakah instrumen harus senantiasa diuji validitas dan reliabilitasnya?
47
24.
#21. Saya ingin melakukan penelitian terhadap seorang guru yang menjadi favorit siswa dalam mengajarkan sains, instrumen apa saja yang harus disiapkan?
56
25.
#22. Instrumen apa yang dapat digunakan untuk penelitian yang bersifat kualitatif?
64
v
26. #23. Bagaimana bentuk penelitian kualitatif dalam pendidikan sains? Bab III. Analisis Data 27. #24. Dalam analisis data sering disebutkan variabel bebas dan variabel terikat. Apa maksudnya?
46
69
28. #25. Bagaimana cara menentukan uji statistik yang tepat?
70
29. #26. Apa bedanya antara uji beda T, Wilcoxon, dan U Mann Whitney?
72
30. #27. Apa itu normal gain?
76
31. #28. Kapan normal gain digunakan?
76
32. #29. Jika kita mendapati data penelitian, hasil pre tes antara kelompok kontrol dan eksperimen berdasarkan uji t atau non parametrik berbeda signifikan, apa yang harus saya lakukan?
77
33. #30. Jika kita ingin melihat ada atau tidak perbedaan rata-rata dari 3 kelompok uji apa yang digunakan?Contohnya kita ingin mengetahui adakah perbedaan sikap siswa MI, MTS, dan MA terhadap Sains?
78
34. #31. Apa bedanya uji Momen Pearson dengan Spearman?
79
35. #32. Untuk mengukur apakah uji regresi?
79
36. #33. Uji statistika apa yang cocok untuk PTK?
80
37. #34. Pada PTK biasanya digunakan minimal 2 siklus. Bagaimana melakukan uji statistikanya?
81
vi
38. #35. Dalam PTK antara siklus I dan II biasanya berbeda topik. Bisakan uji paired sample T test digunakan pada data post test di siklus I dan II, walaupun berbeda topik?
82
Bab IV. Tema Penelitian Pendidikan Sains 39. #36. Saya kesulitan mencari judul penelitian, apa yang harus saya lakukan?
83
40. #37. Darimana saya bisa mendapatkan trend penelitian sains secara nasional dan internasional?
89
41. #38. Penelitian apa yang masih jarang dilakukan di Indonesia?
90
42. #39. Dimana kita bisa melihat apa yang sedang trend dalam pendidikan sains?
91
43. #40. Hal apa yang penting untuk diteliti dalam pendidikan sains?
92
44. Daftar Pustaka
93
vii
BAB I PENELITIAN PENDIDIKAN SAINS # 1. Apa bedanya penelitian sains dan penelitian pendidikan sains? Untuk menjawab ini semua, maka terlebih dahulu kita memahami arti sains dan pendidikan. Sains diartikan sebagai semua pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan siklus induksi, deduksi, verifikasi, dan pencarian terus menerus untuk memperbaiki teori yang pada dasarnya dikemukan secara tentatif (Kemeny [Poedjiadi, 1999:25). Jadi sains merupakan hasil observasi/penelitian yang terkoordinasi, terstruktur dan sistematis terhadap peristiwa alam yang dilakukan oleh seorang saintis (ilmuwan). Hasil penelitian para ilmuwan biasanya dikomunikasikan dan didiskusikan di antara para ilmuwan yang menekuni bidang yang sama. Ekplanasi para ilmuwan ini disebut eksplanasi ilmiah. Pendidikan adalah ilmu terapan yang melibatkan psikologi, pedagogi, dan sosiologi. Istilah pedagogue muncul pada zaman Yunani dan Romawi kuno, istilah ini diberikan pada seorang wanita yang bertugas mengasuh dan mendidik anak. Istilah ini kemudian diperluas untuk seseorang yang memiliki keahlian mengajar. Pedagogi sejak abad ke 19 diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar. (Poedjiadi, 1999:2829). Pendidikan sains adalah upaya para pendidik menggunakan hasil penelitian ilmiah dari para ilmuwan, untuk disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik. Sains yang dipelajari di sekolah ini diistilahkan dengan sains sekolah (school science). Sains sekolah harus mempunyai kedalaman yang berbeda antara jenjang masing-masing
2| sekolah, dan diolah secara pedagogik oleh guru. Sehingga sains sekolah merupakan hasil ekplanasi pedagogik. Pemetaan hubungan antara ekplanasi pedagogik dan ekplanasi ilmiah ilmuwan dijelaskan oleh Siregar (1999:20) pada Gambar 1.1. Pada Gambar 1.1 tampak bahwa ilmuwan dengan ekplanasi ilmiahnya mengkomunikasikan hasil temuannya pada rekan sejawat sesama ilmuwan, kemudia ia pun membuat sebuah subject matter (bisa berupa buku atau publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal, makalah, dll). Subject matter inilah yang akan diajarkan kepada siswa di sekolah, agar subject matter ini mudah dipahami oleh siswa (accessible) dan mudah diajarkan oleh guru (teacheable), subject matter dengan ekplanasi ilmiah harus ditranfer terlebih dahulu menjadi ekplanasi pedagogi. Ekplanasi pedagogi menggabungkan ilmu pedagogi dan ilmu psikologi, sehingga subject matter sesuai dengan tingkat keterampilan berpikir siswa. Prasyarat utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah ”ekplanasi pedagogi tidak bertentangan dengan ekplanasi ilmiah”. Jadi seorang guru harus menguasai materi yang diajarkan dengan baik melalui penyerapan terhadap materi yang dikemukakan oleh ilmuwan.
|3 Ilmuwan komunikasi representasi
Eksplanasi ilmiah
Subject matter
Rekan sejawat
Khalayak
Eksplanasi Pedagogi Pedadogikal TEACHABLE
Psikologikal ACCESSIBLE
Gambar 1.1. Hubungan antara ekplanasi ilmiah dan ekplanasi pedagogi Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sains adalah upaya mengajarkan/ membelajarkan sains di sekolah. Pendidikan sains ini secara epistimologi berada dalam wilayah pendidikan. Ilmu pendidikan berada dalam lingkup ilmu sosial, sehingga penelitian pendidikan termasuk pendidikan IPA berada dalam lingkup penelitian sosial bukan penelitian sains. Perbedaan penelitian sains dan sosial terlihat pada Tabel 1.1.
4| Tabel 1.1. Perbedaan penelitian sains dan sosial
No 1.
Hal Paradigma yang digunakan
Penelitian sains Paradigma positivistik. Paradigma ini memandang bahwa kebenaran diperoleh setelah hipotesis diverifikasi melalui eksperimen
2.
Objek yang diteliti
3.
Metode penelitian
Fenomena alam yang dipandang sebagai fragmen-fragmen yang dapat diisolasi dari lingkungannya. Yang diteliti disebut objek penelitian dan tidak ada saling ketergantungan Kuantitatif dengan eksperimen di laboratorium
Penelitian sosial Paradigma naturalistik. Paradigma ini memandang bahwa kebenaran diperoleh melalui observasi atau penelitian terhadap fenomena di lapangan (studi lapangan) Persoalan manusia di masyarakat (termasuk komunitas pembelajaran di sekolah) yang bersifat mutltikausal dan kompleks. Yang diteliti disebut subyek penelitian bukan obyek penelitian. Kuantitatif tidak selalu harus eksperimen atau kualitatif
# 2. Hal apa saja yang bisa diteliti dalam pendidikan sains? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus memahami dulu komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar (PBM) secara umum. Menurut Siregar (1999:17), PBM senantiasa melibatkan tiga komponen, yaitu materi subyek/bahan ajar, pembelajar/siswa, dan pengajar/guru. Hubungan antara ketiga komponen tersebut digambarkan pada Gambar 1.2.
|5 Pembelajar
Pengajar
Materi subyek G am bar 1.2.
T iga Kom ponen d alam Pros es Belajar M enga jar
Penelitian pendidikan secara umum dapat meneliti komponen pengajar seperti minat, kesiapan mengajar, motivasi mengajar, dan faktor intern pangajar (misalnya: IQ, EQ, SQ) maupun ekstern pengajar (misalnya: keaktifan dalam mengikuti training kependidikan, Musyawarah Guru Mata Pelajaran /Kelompok Kerja Madrasah, dll). Komponen pembelajar misalnya minat, kesiapan belajar, motivasi belajar, dan faktor intern pembelajar (misalnya: IQ, EQ, SQ, dll) maupun ekstern pembelajar (misalnya: musik, les privat, peer group, dll). Komponen materi subyek misalnya jenis-jenis materi subyek (buku teks, LKS, VCD/DVD, komputer interaktif, Chart atau gambar, dll). Hal lain yang dapat diteliti adalah hubungan antar komponen dalam PBM. Hubungan antara pengajar dan pembelajar, yang diejawantahkan dalam model-model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran. Hubungan antara materi subyek dengan pengajar atau materi subyek dengan pembelajar dapat diteliti dari segi keterbacaan materi subyek tersebut. Ada keistimewaan dalam penelitian pendidikan sains, keistimewaan ini dikarenakan pendidikan sains merupakan suatu ekplanasi pedagogi yang diberikan pengajar/penulis buku pelajaran kepada pembelajar berdasarkan kepada
6| ekplanasi ilmiah para ilmuwan. Persoalan dalam pendidikan sains dan juga tugas dari guru/pembuat buku sains adalah bagaimana ekplanasi ilmiah para ilmuwan dapat dipahami dengan mudah oleh para siswa. Inilah yang acapkali jadi masalah, “konsep-konsep yang dikemukan ilmuwan terlalu abstrak sehingga siswa pun sulit memahaminya”. Jika penelitian di bidang pendidikan sains mementingkan unsur kebermanfaatannya bagi guru-guru sains, maka sebaiknya penelitian dalam pendidikan sains dimulai dari pertanyaan, “konsep apa yang dianggap sukar oleh guru dalam mengajarkannya dan oleh siswa dalam memahaminya?”. Selanjutnya menentukan komponen apa yang akan diteliti, “apakah materi subyek, pembelajar, pengajarnya atau hubungan antar kompnen tersebut?”. Jika penelitian pendidikan sains mementingkan rasa ingin tahu, maka penelitian pendidikan sains dimulai dengan sebuah pertanyaan, “Konsep sains mana yang sering terjadi miskonsepsi?” atau “Metode pembelajaran sains apa yang sering digunakan guru? Mengapa guru lebih memilih metode tersebut”. Jika penelitian pendidikan sains mementingkan pemecahan masalah, maka penelitian dimulai dengan sebuah pertanyaan, “Bagaimana mengatasi peserta didik yang kurang partisipasi dalam pembelajaran sains?”. Penelitian untuk pemecahan masalah sebaiknya melakukan observasi terlebih dahulu. Tabel 1.2. memperlihatkan sebuah contoh penelitian yang dikembangkan berdasarkan kesulitan guru mengajarkan materi genetika. Kesulitan ini kemudian didekati dengan penelitian yang berorientasi pada manfaat, rasa ingin tahu, dan pemecahan masalah.
|7
Tabel 1.2. Contoh penelitian berdasarkan kesulitan guru mengajarkan materi genetika Komponen yang diteliti Materi Subyek
Orientasi penelitian Kebermanfaatan
Pemecahan masalah Rasa ingin tahu
Pembelajar
Kebermanfaatan
Pemecahan masalah Rasa ingin tahu
Contoh judul penelitian Pengaruh penggunaan multimedia interaktif terhadap hasil belajar siswa pada topik Hereditas di SMP X Penggunaan buku komik Genetika untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Analisis wacana terhadap buku komik Genetika karya Gonick dan Wheelis Hubungan antara partisipasi belajar siswa dengan hasil belajar siswa pada topik Genetika Penggunaan tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Analisis miskonsepsi siswa pada materi Genetika SMA
8|
|9
BAB II METODOLOGI PENELITIAN # 3. Apa perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif? Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif bisa dilihat dari Tabel 2.1 (Gall et al, 2003:278-513 & Sudjana & Ibrahim, 1989:195)). Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Aspek Tujuan
Sifat Analisis isi
Jenis penelitian
Penelitian kuantitatif Untuk menguji hipotesa dari data-data yang dikumpulkan sesuai teori atau konsep sebelumnya (verifikasi) Hypothesis testing Menggunakan ukuran frekuensi simbol atau atribut atau bilangan numerik, dan menggunakan statistik untuk menganalisis data. Ekperimen dan non ekperimen (deskriptif, kausal komperatif, korelasional)
Penelitian kualitatif Untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesa Generating theory Berkaitan dengan ada atau tidak adanya atribut, dan menggunakan induksi analitik untuk menganalisis data Studi kasus, Etnografik, fenomologis, penelitian sejarah
Harus dicatat bahwa metode kualitatif tidak anti verifikasi dan tidak bertentangan dengan metode kuantitatif, tetapi penelitian kualitatif lebih memilih menggunakan data
10 | sebagai sumber teori dari pada hanya untuk menguji kebenaran teori terdahulu. # 4. Apa maksud penelitian mix method (metode penelitian kombinasi)? Creswell & Clark (2007:5) menyatakan tentang makna metode penelitian kombinasi adalah sebuah desain penelitian yang melibatkan asumsi filosofi yang menentukan teknik pengumpulan dan analisis data melalui proses campuran kualitatif dan kuantitatif. Jadi penelitian kombinasi melibatkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan. Berdasarkan asumsi filosofi, ada empat elemen filosofi yang menjadi pandangan dalam dunia pendidikan. Empat elemen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Empat Asumsi Filosifi dalam Penelitian yang Menentukan Jenis Metode Penelitian
Post positivisme • Metode sainstifik atau empiris bersifat kuantitatif. • Determinasi kausatif /sebab akibat • Observasi dan eksperimen • Verifikasi teori Partisipatoris • Bersifat politis (penelitian harus dihubungan pada agenda politik) • Berorientasi pada isu pemberdayaan • Kolaboratif • Berorientasi pada perubahan Sumber: Creswell (2010:8)
Konstruktivisme • Interpretivisme yang bersifat kualitatif. • Pemahaman • Konstruksi sosial dan historis. • Penciptaan teori Pragmatisme • Efek-efek tindakan • Berpusat pada masalah • Bersifat pluralistik • Berorientasi pada praktek dunia nyata.
| 11 Empat asumsi filosofi itu melahirkan tiga strategi penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi. Tabel 2.3 memperlihatkan perbedaan antara kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi. Kuantitatif (Kuan)
Tabel 2.3 Strategi Penelitian Kualitatif (Kual) Kombinasi Kual
• Rancangan ekperimen • Rancangan survei
• Penelitian naratif • Fenomology • Etnografi • Grunded Theory • Studi Kasus
Kuan-
• Sekuensial/bertahap • Konkruen/satu waktu • Transformatif
Sumber: Creswell (2010: 18)
Jadi dalam penelitian kombinasi (mixed method) didalamnya mengandung metode kuantitatif (kuan) dan kualitatif (kual). Hanya saja pada prakteknya pengunaan kuan dan kual berbeda ada yang secara bertahap, ada yang satu waktu, dan ada yang bersifat transformatif. Penelitian kombinasi dilakukan secara bertahap (sekuensial) yaitu kuan dilanjutkan dengan kual. Sugiono (2012:38) menggambarkan metode kombinasi sekuensial seperti gambar 2.1. Kuantitatif KUAN
menyambung
Analisis data
kual
Pengumpulan data
kual
Kesimpulan
Interpretasi dari seluruh data Gambar 2.1 Model Bertahap pada Penelitian Kombinasi
Pengumpulan data
KUAN
Kualitatif Analisis data
12 | Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa penelitian berawal dari pengumpulan dan analisis data secara kuantitatif (terlihat penggunaan huruf kapital pada kuantitatif [KUAN]) dilanjutkan dengan metode kualitatif (terlihat dari penggunaan huruf lite pada kualitatif [kuan]). Perbedaan penggunaan huruf kapital dan bukan juga menunjukkan, bahwa data pada penelitian kualitatif bersifat mendukung, dan data primernya berupa penelitian kuantitatif. Metode ini dilakukan jika peneliti tidak puas dengan hasil penelitian kuantitatif, sehingga perlu diperdalam dengan metode kualitatif. Jadi kuantitatif dan kualitatif bersifat menyambung tidak sendiri-sendiri. Misalkan seorang peneliti ingin mengetahui “Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap pengajaran Biologi?” Pada awalnya peneliti menguji kompetensi pedagogi guru dengan memberikan tes, kemudian mengumpulkan rencana pembelajaran, dan mengobservasi pengajaran guru di kelas. Hasil tes bersifat kuantitatif. Penilaian terhadap rencana pembelajaran dan implementasi pengajaran di kelas dapat dinilai secara kuantitatif melalui pembuatan rubrik dan dianalisis secara kuantitatif, tetapi dapat pula dokumen dan observasi pengajaran guru dianalisis datanya secara kualitatif dengan analisis dokumen dan analisis wacana tindakan pedagogi guru selama mengajar. Data kuantitatif dihubungkan dengan data kualitatitif untuk memperoleh kesimpulan “Ada atau tidak pengaruh kompetensi pedagogi terhadap pengajaran para guru biologi”. Penelitian kombinasi dilakukan dalam satu waktu (konkruen) yaitu kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bersamaan dan berimbang. Metode kombinasi konkruen yang banyak digunakan adalah model desain konkruen triangulasi. Gambar model konkruen triangulasi digambarkan oleh Sugiono (2012:41) seperti pada Gambar 2.2. Pada gambar
| 13 terlihat bawa antara kuantitatif dan kualitatif perannya sama (huruf kapital digunakan baik pada kuantitatif maupun kualitatif). KUAN
+
KUAN Pengumpulan data KUAN Analisis data
KUAL KUAL Pengumpulan data
Data yang dihasilkan dibandingkan
KUAL Analisis data
Gambar 2.2 Metode Penelitian Kombinasi Model Konkruen Penelitian yang sama yaitu “Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap pengajaran Biologi?” dapat dilakukan dengan menggunakan penelitian kombinasi model konkruen. Pertama peneliti menggumpulkan data secara kuantitatif bersumber dari hasil tes, penilaian rencana pembelajaran, dan penilaian pengajaran guru di kelas. Pada saat yang bersamaan peneliti juga mengumpulkan data secara kualitatif dengan mewawancarai kepala sekolah, rekan sejawat, dan peserta didik terkait kompetensi pedagogi guru yang menjadi subyek penelitian. Kedua data yang telah dikumpulkan dianalisis secara masing-masing. Untuk data kuantitatif akan dihasilkan skor hasil tes, skor rencana pembelajaran, dan skor implementasi pengajaran guru di kelas. Untuk data kualitatif akan dihasilkan data yang bersifat paparan atau deskripsi. Kedua data tersebut kemudian dibandingkan dan dihasilkanlah sebuah kesimpulan.
14 | Penelitian kombinasi transformatif menurut Creswel (2010:23 & 101) adalah penelitian yang menggunakan presfektif teori tertentu. Misalnya teori Martens (2003) digunakan sebagai teori yang digunakan untuk riset-riset pada isu feminis, ethnis/ras, dan disabilitas. Contoh penelitiannya adalah sebagai berikut. Hopson dkk meneliti isu yang sering muncul pada masyarakat urban yang didominasi masyarakat AfroAmerican yang terjangkit HIV AIDS. Teori transformatif-emansipatoris digunakan untuk meneliti bahasa para paritisipan yang terjangkit penyakit HIV AIDS. Pertama-tama mereka melakukan wawancara terbuka pada 75 orang untuk mengidentifikasi tema bahasa. Mereka juga mewawancarai 40 orang untuk mengidentifikasi demografi, rutinitas harian, pengunaan obat-obatanm pengetahuan HIV AIDS, narkoba, dan prilaku sosio-seksual. Data kualitatif ini digunakan untuk membuat instrumen yang akan menjaring data yang bersifat kuantitatif. # 5. Apa itu penelitian dan pengembangan (R&D) dan penelitian pengembangan (developmental research)? Ada dua macam yaitu Penelitian pengembangan saja (developmental research) dan penelitian & pengembangan (R&D). Makna kedua penelitian itu berbeda. Penelitian pengembangan hanya mengembangkan saja, sedangkan penelitian R&D mengandung riset. Dalam penelitian R&D setiap pengembangan yang dilakukan haruslah didasarkan pada riset. Penelitian R&D banyak digunakan sebagai metode pada penelitian hibah bersaing atau disertasi dibeberapa perguruan tinggi. Sugiono (2011:407) menjelaskan penelitian dan
| 15 pengembangan (R&D) adalah penelitian untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Langkah dalam penelitian R& D digambarkan pada Gambar 2.3. Potensi dan masalah
Pengumpulan Desain data produk
Validasi desain
Uji coba pemakaian
Revisi produk
Revisi desain
Uji coba produk
Revisi produk
Produk Masal Gambar 2.3 Langkah Penelitian dan Pengemabangan
Penelitian yang bersifat R&D harus dipastikan bahwa dalam setiap perpindahan langkah didasarkan pada riset tertentu. Misalnya untuk tahapan potensi masalah, metode penelitian apa yang dilakukan di tahapan ini? Lalu bagaimana langkah penelitiannya dan bagaimana hasilnya. Setiap perpindahan dari satu langkah ke langkah lainnya haruslah didasarkan pada penelitian bukan semata-mata karena pemikiran saja. Penelitian (riset) tidak sekedar ada pada saat uji coba produk yang biasanya melibatkan desain penelitian eksperimen. Gall et al. (2003:570) menawarkan model R&D Walter Dick & Lou Carey untuk penelitian dan pengembangan dibidang pendidikan. Model ini terdiri dari sepuluh langkah yaitu menilai kebutuhan untuk indentifikasi tujuan, menyusun analisis pengajaran, menganalisis konteks dan pembelajar, menulis tujuan kinerja, mengembangan instrumen
16 | penilian, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi pengajaran, mendesain dan menyusun evaluasi formatif, memperbaiki pengajaran, dan mendesain penyusunan evaluasi sumatif. Penelitian dan pengembangan (R&D) bersifat longitudinal (panjang dan berkelanjutan). Oleh sebab itu, penelitian seperti ini tidak disarankan dilakukan pada jenjang pendidikan Strata I (S1) dan II (S2), bahkan untuk stata III (S3) pun terutama untuk yang mengambil jalur kuliah (by course) perlu dipertimbangkan masalah waktu, karena kesempatan meneliti di pendidikan S3 by course hanya 1-2 tahun saja. Penelitian pengembangan saja (developmental research) biasanya digunakan sebagai alternatif untuk memangkas R&D yang terlalu lama. Biasanya penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa stata III (S3). Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan suatu produk dan bukan untuk menguji teori. Gravenmeijer & Cobb (2006:25) mengungkapkan penelitian diartikan sebagai Designpengembangan research from a learning design perspective sebuah kumulatif proses siklus seperti pada Gambar 2.4.
25
Gambar 2.4 Penelitian Pengembangan sebagai Sebuah Kumulatif Proses Siklus
Figure 3.1 Developmental research, a cumulative cyclic process
norms, and the revision of those specific aspects of the design. The design experiment therefore consists of cyclic processes of thought experiments and instruction experiments (Freudenthal 1991; Figure 3.1). We may associate these microcycles of design and analysis with Simon’s (1995) “mathematical teaching cycle.” According to this idea, a mathematics teacher will first try to anticipate what the mental activities of the students will be when they participate in some envisioned instructional activ-
| 17 Berdasarkan Gambar 2.4 kita mengetahui bahwa peneltian pengembangan terdiri dari pengembangan produk (memikirkan dan melaksanakan) dan memvalidasi produk (proses siklik) sehingga dihasilkan sebuah produk yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan baik berupa modul, media, instrument, ataupun sistem pengolahan dalam pembelajaran. # 6. Apa saja jenis-jenis penelitian pendidikan? Menurut Best (1977:14-15), jenis penelitian dalam pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu penelitian sejarah, penelitian deskriptif, dan penelitian ekperimental. Sudjana & Ibrahim (1989:18) menyatakan ada empat jenis penelitian pendidikan, yaitu penelitian historis, penelitian eksploratif atau penjajagan, penelitian deskriptif, penelitian ex post facto, dan penelitian eksperimen. Penelitian deskriptif meliputi studi kasus, studi pembangunan, studi tindak lanjut, studi kecenderungan, survey pendidikan, dan studi korelasi. Gall et al (2003:278-540) menyatakan jenis penelitian untuk pendidikan dibagi menjadi tiga. Pertama penelitian kuantitatif, yang terdiri dari penelitian eksperimen dan non eksperimen. Penelitian non eksperimen terdiri dari penelitian deskriptif, kausal komperatif dan korelasional. Kedua adalah penelitian kualitatif yang terdiri dari studi kasus, penelitian etnografi, fenomologi, dan sejarah. Ketiga adalah penelitian terapan yang terdiri dari penelitian evaluasi dan penelitian tindakan. Penelitian historikal menggambarkan “what was?” atau apa yang telah terjadi?. Penelitian historikal bertujuan untuk mempelajari dan menggali fakta-fakta dan menyusun kesimpulan mengenai perisitiwa-peristiwa masa lampau. Proses penelitian ini melibatkan penyelidikan, pencatatan,
18 | analisis, dan interpretasi bukti-bukti masa lalu untuk menemukan generalisasi. Generalisasi dari temuan masa lampau tersebut dijadikan bahan untuk memahami masa kini dan melakukan antisipasi pada masa mendatang. Penelitian ini biasanya digunakan dalam penelitian sejarah dan purbakala. Dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan untuk meneliti perkembangan sistem pendidikan, kurikulum, dan penilaian dari masa ke masa. Penelitian deskriptif menggambarkan, “what is” apa yang sedang terjadi. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian ini melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Karena memotret kejadian yang terjadi pada saat penelitian ini berlaku, maka di waktu yang akan datang penelitian ini belum tentu berlaku. Penelitian deskriptif tidak selalu menuntut adanya hipotesa, demikian pula manipulasi variabel tidak diperlukan, sebab gejala dan peristiwa telah ada, tinggal dideskripsikan. Dalam penelitian pendidikan pertanyaanpertanyaan di bawah ini layak untuk dijawab melalui penelitian deskripsi. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya prestasi siswa? Strategi belajar apa saja yang digunakan oleh guru sains di kelas? Bagaimana respon guru terhadap penerapan kurikulum 2004? Penelitian eksperimen menggambarkan, “what will be” atau apa yang akan dilakukan. Pada penelitian eksperimen variabel-variabel tertentu dimanipulasi atau diberi perlakuan. Dalam peneltian pendidikan, ekperimen bisa dilakukan untuk menguji coba suatu model, strategi, atau metode pembelajaran atau suatu media pembelajaran atau keefektifan suatu alat evaluasi pendidikan.
| 19 Penelitian ex post facto dilakukan apabila perlakuan atau manipulasi variabel tertentu telah terjadi sebelumnya, sehingga tidak perlu diberikan perlakuan lagi. Pada penelitian pendidikan variabel bebas seperti sosial ekonomi, intelegensia, sikap, motivasi, lingkungan keluarga, dan lain-lain merupakan ciri atau karakteristik yang telah ada dalam diri subyek, pada variabel ini tidak mungkin diberi perlakuan. Jika peneliti ingin melakukan penelitian “pengaruh sikap belajar terhadap prestasi belajar” maka peneliti tinggal mengukur efek variabel bebas tersebut (sikap belajar) pada variabel terikatnya (prestasi belajar). Penelitian ex post facto dapat mengkaji hubungan dua variabel bebas atau lebih dalam waktu yang bersamaan untuk menentukan efek variabel bebas tersebut pada variabel terikat. Penelitian eksplorasi berkaitan dengan upaya untuk menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak. Penelitian yang mempunyai tujuan seperti ini dipakai untuk menjawab bentuk pertanyaan “Apakah X ada/terjadi?”. Contoh penelitian sederhana dalam pendidikan adalah Apakah laki-laki atau wanita mempunyai kcenderungan duduk di bagian depan kelas atau tidak? Bila salah satu pihak atau keduanya mempunyai kecenderungan itu, maka kita mendapati suatu fenomena (yang mendorong penelitian lebih lanjut). Penelitian eksplorasi dapat juga sangat kompleks. Umumnya, peneliti memilih tujuan eksplorasi karena beberapa hal, misalnya. a. Memuaskan keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih memahami b. Menguji kelayakan dalam melakukan penelitian/ studi yang lebih mendalam c. Mengembangkan metode yang akan dipakai dalam penelitian yang lebih mendalam.
20 | Penelitian terapan atau application research dilakukan untuk menggambarkan atau memprediksi atau menguji pengaruh dari sebuah intervensi. Tujuan dari penelitian terapan adalah untuk mengembangkan teori yang berkaitan dengan penomena pendidikan. Penelitian evaluasi (evaluation research) dan penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian terapan. Evaluation research sangat penting bagi pembuat kebijaksanaan, manajer program, dan pengembang kurikulum. Action research sangat bermanfaat bagi perbaikan praktek pengajaran yang dilakukan guru. Studi kasus atau case study. Yin (1984:23) menyebutkan a case study is an empirical inquiry that investigates a contemporary phenomenom within its real life context; when the boundaries between phenomenom and context are not clearly evident; and in which multiple sources of evidence are used. Fenomena menurut (Gall, 2003:436) dapat berupa kejadian, proses, personal, atau hal-hal lainnya yang menarik bagi si peneliti. Contoh fenomena yang ada dalam penelitian pendidikan adalah program, kurikulum, peranan guru dan murid, dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah atau kelas. Adapun perbedaan studi kasus dengan penelitian lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Perbedaan Penelitian Studi Kasus dengan Penelitian Eksperimen dan Sejarah
Jenis penelitian
Bentuk pertanyaan penelitian
Eksperimen Sejarah Studi kasus
How, why How, why How, why
Kebutuhan adakan kelompok kontrol Ya Tidak Tidak
Fokus pada kejadiankejadian konterporer Ya Tidak Ya
| 21 # 7. Bagaimana cara menentukan jenis penelitian yang akan kita pilih? Penentuan jenis penelitian sangat tergantung pada masalah atau yang menjadi pertanyaan penelitian kita. Gambar 2.5 mudah-mudahan dapat membantu dalam memilih jenis penelitian yang akan kita lakukan.
Apakah mengukur NO frekuensi atau nilai rerata suatu variabel
Berkaitan dengan hubungan dua variabel
NO
YA
Apakah salah satu variabel di manipulasi?
YA
NO
Studi kasus
Apakah kejadian diamati sebagai apa adanya?
NO
Studi Korelasional
YA
Studi Sampel
YA
Kualitatif: etnografi, fenomologi, histori
Ekperimen
Gambar 2.5. Bagan Alir Pilihan Jenis Penelitian Contoh pilihan jenis penelitian yang berkaitan dengan masalah atau pertanyaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.5.
22 | Tabel 2.5. Contoh Aplikasi Pemilihan Jenis Penelitian pada Pendidikan Sains No 1. 2. 3. 4. 5.
Masalah atau pertanyaan penelitian Mengamati cara guru sains senior mengajarkan sains Mengapa nilai sains siswa rendah? Berapa persen siswa yang mengalami kesulitan memahami materi sains? Apakah terdapat hubungan antara kemampuan nalar siswa dengan prestasi belajar siswa dalam sains? Apakah hasil belajar siswa akan meningkat jika menggunakan metode contextual learning (CTL)?
Jenis penelitian Kualitatif (fenomologi) Studi kasus Studi sampel Studi korelasional Ekperimen
# 8. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindak kelas (PTK)? Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) merupakan penelitian tindakan (action research), yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Beberapa istilah lain yang digunakan untuk penelitian action research dalam pendidikan adalah classroom research, practitioner research, teacher reasearch, insider research, dan selfstudy research. PTK biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran. Makna PTK menurut Bruce Kochis Classroom research is more than
| 23 just teaching techniques and tricks, though; its basic idea might be best described as “the systematic investigation of the effects of our teaching on student learning for the purpose of improving instruction.” It consists of two aspects: a repertoire of techniques for getting information from students about their learning and an effort to organize that information into a larger picture of practical learning theory. Perbedaan antara PTK dengan penelitian lainnya adalah dari sisi beranjaknya suatu permasalahan penelitian. PTK beranjak dari permasalah yang dihadapi di kelas. Kemudian melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Contoh sederhana penelitian tindakan kelas di kemukakan oleh Bruce Kochis. You stop your class with a couple of minutes to go and pass out half-sheets of paper. You ask your students to answer anonymously the following: What is the most important thing you learned today? Back in your office you read the answers and realize that about one-third of the class didn’t see a critical link between two aspects of that day’s work. The next day you talk to the class about your findings and spend a few minutes discussing for the one-third (and reviewing for the two-thirds) that important link. [Anda mengeluarkan kertas, meminta peserta didik menjawab sebuah pertanyaan “Apa yang paling penting yang telah kamu pelajari hari ini?” Tanpa harus mencantumkan namanya peserta didik menjawab pertanyaan tersebut. Anda kembali ke kantor dan membaca jawaban peserta didik, ternyata 1/3 dari peserta didik tidak melihat secara kritis hubungan antara dua aspek pada pekerjaannya hari ini. Hari berikutnya Anda berdiskusi beberapa menit tentang temuan anda kemarin bersama 1/3 murid anda dan melakukan review terhadap 2/3 lainnya tentang tautan penting]
24 | Pada saat ini penelitian tindakan kelas sangat penting dilakukan oleh para pengajar, karena dengan penelitian ini pengajar bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar mengajarnya. # 9. Apa perbedaan PTK dengan non PTK? Penelitian tindakan kelas dapat dibedakan dari non penelitan tindakan kelas dari siklus penelitian. Siklus pada adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak dijumpai pada penelitian non tindakan. Dalam penelitian non tindakan hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam PTK hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil. Siklus terdiri dari (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan (act); (3) pengamatan (observe); dan (4) refleksi (reflect); dan (5) perencanaan kembali. Siklus hanya berfokus pada bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas. Misalnya kita akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang diuraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” diuraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan cartacarta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb,
| 25 dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Gambar 2.6. Siklus pada Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari plan, act, observe, dan reflect Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi. 1. Dalam siklus sehingga tidak sedang diteliti. diubah secara
diuraikan semua proses pembelajaran, dapat dilihat bagian yang sebenarnya Seolah-olah seluruh proses pembelajaran total melalui PTK, dan sebelumnya
26 | pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar. 2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif. 3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok. Lebih lanjut perbedaan PTK dan Non PTK (penelitian formal) yang dikemukakan oleh Mettetal (Gall, 2003:580) dapat dilihat pada Tabel 2.6.
| 27 Tabel 2.6 Perbedaan antara Penelitian Tindakan dan Penelitian Formal Tujuan penelitian Metode untuk mengidentifikasi masalah
Penelitian Formal Pengetahuan yang dihasilkan ditujukan untuk mendapatkan generalisasi Berdasarkan tinjauan dari penelitian sebelumnya
Pemilihan subyek penelitian
Secara acak dan harus memenuhi sampling representatif
Analisis data
Menggunakan uji statistik atau teknik kualitatif
Kegunaan hasil penelitian
Berkontribusi terhadap signifikansi teori atau menambah pengetahuan tentang pengajaran dan pembelajaran secara umum
Penelitian Tindakan Pengetahuan yang dihasilkan untuk diterapkan secara lokal Berdasarkan pada masalah-masalah yang sedang dihadapi atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai Tidak ada pemilihan sampel. Subyek penelitian adalah semua siswa/orang yang ada di wilayah kerjanya. Difokuskan pada praktek, tidak memerlukan signifikansi statistik, data bisa disajikan secara deskriptif melalui tabel, diagram, dan gambar kurva. Berkontribusi terhadap signifikansi praktek dan meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di kelas tempatnya mengajar
28 | # 10. Masalah apa saja yang dapat diteliti dalam PTK? Tidak semua masalah dapat dilakukan penelitian tindakan kelas. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah penelitian tindakan kelas. 1) Masalah Berada di Bawah Kendali Guru Masalah yang diteliti harus berada di bawah kendali guru, artinya guru itu sendiri dapat memecahkannya melalui serangkaian kerja ilmiah. Misalnya jika ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, maka sebetulnya tidak perlu melakukan PTK untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Solusinya adalah membelikan buku, maka masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kendali guru. Contoh lain masalah yang berada di luar kendali guru adalah kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya. Jadi masalah dalam PTK harus cukup layak (feasible) untuk pecahkan dan berada di dalam wilayah pembelajaran. 2) Masalah yang Tidak terlalu Besar Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Maka pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk dipecahkan. 3) Masalah yang Tidak Terlalu Kecil Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali. Misalnya lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran termasuk masalah kecil, karena hanya menyangkut
| 29 dua orang siswa, sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa. Jadi masalah yang diteliti dalam PTK, harus berupa masalah umum yang mayoritas siswa mengalami kesulitan/ketidakpahaman/gejala yang sama. 4) Masalah harus Cukup Besar dan Strategis Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. 5) Masalah yang Anda Senangi Dibolehkan melakukan PTK berdasarkan rasa memiliki dan senang terhadap masalah yang teliti. Hal itu mengindikasikan rasa ingin tahu terhadap masalah dan keinginan untuk melihat dampak setiap perlakukan yang diberikan. 6) Masalah yang Riil dan Problematik Masalah dipilih berdasarkan kondisi riil, dan ada dalam pekerjaan sehari-hari sebagai seorang guru dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Jangan mencari-cari masalah hanya karena ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain.
30 | # 11. Bagaimana cara menemukan masalah dalam PTK? Sering sekali guru merasa tidak punya masalah. Sebetulnya setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, kadang kala masalah itu tidak ada putus-putusnya. Akhirnya guru tidak dapat menemukan masalah untuk PTK, hal ini sungguh ironis. Yang harus dilakukan guru adalah merenung barang sejenak atau mengobrol dengan teman sejawat atau membaca perkembangan pendidikan di sekolah lain, kota lain, dan negara lain. Maka masalah akan segera ditemukan. Pada pembelajaran di kelas ada tiga kelompok masalah pembelajaran yang bisa di”PTK” kan yaitu pengorganisasian materi pelajaran, penyampaian materi pelajaran, dan pengelolaan kelas. Contoh masalah organisasi pembelajaran adalah guru berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi biologi dan bahasa Indonesia secara bersamasama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri. Contoh penyampaian materi adalah halhal yang berkaitan dengan metode dan media. Contoh pengelolaan kelas adalah pengorganisasian siswa dalam kelompok kerja sehingga antar siswa berjalan dengan lebih efektif. # 12. Apakah PTK masih memerlukan hipotesis penelitian? Sebelum menjawab itu semua, maka kita harus mendudukan dahulu hipotesis. Hipotesis adalah rangkaian dari sebuah kerja ilmiah, yang dimulai dengan pengumpulan data, pengujian hipotesis, eksperimen/penelitian, analisis data, pengambilan kesimpulan. Jadi selama yang dilakukan merunut pada kerja ilmiah, maka hipotesis tetap diperlukan. Misalnya ketika kita ingin melihat apakah pembelajaran
| 31 metode kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan prestasi siswa atau tidak, maka kita dapat berhipotesis, ”metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi siswa”. Ketika kita berhipotesis ini, kita punya asumsi bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan anak secara aktif lebih kuat retensi (ingat terhadap materi), jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang teacher center. Pada PTK dikenal hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang memungkinkan dilaksanakan. Agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap tepat. Maka pada prosedur ini sebaiknya mencari masukan dari sejawat atau orang-orang yang peduli lainnya dan melakukan kajian dari teori/hasil penelitian sebelumnya, sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat. Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut: “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks bacaan ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan membacanya.” Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum
32 | seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya. # 13. Bagaimana perumusan masalah pada PTK? Sebelum merumuskan masalah, harus dipahami dahulu bahwa masalah penelitian tindakan adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskannya. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Sehingga pada rumusan ada deskripsi tentang keadaan nyata dan deskripsi tentang keadaan yang diinginkan. Kesenjangan antara dua keadaan tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan dengan menutupnya melalui tindakan yang sesuai. Bagaimana cara menutupnya? Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses analisis masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan
| 33 penelitian. Contoh penyajian masalah, rumusan masalah, dan hipotesis tindakannya terlihat pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan M asalah rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan mahasiswa
Rumusan Mahasiswa semester 5 mestinya telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam kenyataannya petanyaan mereka lebih bersifat klarifikasi
Hipotesis Tindakan Jika tingkat kekritisan pertanyaan mahasiswa dijadikan penilaian kualitas partisipasi mereka setelah diberi contoh dengan pembahasannya, kemampuan mengajukan pertanyaan kritis mereka akan meningkat.
# 14. Apakah desain penelitian harus selalu dicantumkan dalam proposal atau laporan penelitian? Desain penelitian kita cantumkan apabila sifat penelitian kita ekperimen. Beberapa contoh desain penelitian ekperimen yang sering kita lakukan menurut Gall et al (2003:385 & 403) adalah sebagai berikut. 1. Desain penelitian eksperimen biasa terdiri dari desain kelompok tunggal dan desain dengan kelompok kontrol. Contoh desainya adalah sebagai berikut. a. Desain kelompok tunggal (single group design) • Studi kasus satu kali perlakuan (one shot case study) X O • Desain satu kelompok pre dan pos tes (one group pretest-posttest design)
34 | O X O • Desain time series O O O O X O O O O b. Desain dengan kelompok kontrol • Desain kelompok kontrol dengan pre dan pos tes A O X O A O O • Desain kelompok kontrol A X O A O • Desain kelompok empat Solomon A O X O A O O A X O A O 2. Desain penelitian kuasi ekperimen. Desain kuasi eksperimen dilakukan apabila tidak memungkinkan mengambil sampel penelitian secara acak. Desain penelitian kuasi eksperimen adalah sebagai berikut. a. Desain static group comparison X O O b. Desain non equivalent control group O X O O O Keterangan: A = Acak X = Perlakuan, O = Observasi pretes atau postes
| 35 # 15. Jika kita mengambil dua kelas dari sepuluh kelas dua yang ada di sebuah SMP, maka nama teknik pengambilan sampelnya apa? Sebelum menjawab pertanyaan ini, harus dipahami dulu dari sisi pengambilan sampel penelitian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu penelitian populasi, penelitian sampel, dan penelitian kasus (Arikunto, 1999:131-132). Penelitian pendidikan dengan menentukan sekolah tertentu (misalnya SMP X) sebagai tempat penelitian disebut penelitian kasus. Kebanyakan penelitian mahasiswa pendidikan baik S1 atau S2 menggunakan jenis penelitian ini. Pada penelitian seperti ini populasi sampling adalah semua siswa di sekolah yang di pilih, adapun populasi sasaran adalah siswa yang duduk di kelas tertentu sesuai dengan materi yang akan diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan dalam penelitian pendidikan adalah. a. Sampel acak sederhana atau simple ramdom sampling, yaitu mengambil subyek penelitian sedemikian rupa sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai subyek penelitian. Penelitian pendidikan yang bersifat eksperimen akan mengalami kesulitan jika menggunakan teknik pengambilan sampel ini, karena biasanya pihak sekolah berkeberatan untuk membentuk kelas baru hasil pengacakan kita, apalagi jika penelitian kita dilakukan di pertengahan semester. Walaupun begitu pengambilan sampel seperti ini tetap bisa dilakukan bagi penelitian yang bersifat survey atau deskripsi atau penelitian yang bersifat evaluasi (evaluation research) dengan penyebaran kuisioner/angket. b. Sampel kelompok atau cluster sampling. Pada cluster sampling siswa telah terkumpul dalam sebuah kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh
36 | siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian. Contohnya berkaitan dengan pertanyaan di atas, jika di sebuah sekolah ada sepuluh kelas dua, dan kita hanya membutuhkan dua kelas, maka kita mengambil dua kelas secara acak dari sepuluh kelas yang ada. c. Sampel strata atau stratified sampel. Pada beberapa sekolah tertentu, pembagian kelas ditentukan oleh kemampuan intelektual siswa. Sehingga pada sekolah tersebut terdapat kelas akselerasi untuk quick learner dengan IQ di atas 120, kelas pertengahan untuk siswa yang kemampuannya ratarata, dan kelas lambat untuk slow learner. Pada kasus seperti ini pengambilan sampel dengan strata lebih tepat dilakukan daripada dengan random. Cara pengambilan sampel strata adalah kita mengambil perwakilan dari setiap kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian. d. Sampel bertujuan atau purposive sampel. Pengambilan sampel bertujuan didasarkan pada tujuan penelitian kita. Misalnya kita ingin mengetahui sikap belajar siswa ber IQ tinggi di sebuah sekolah, maka kita mengambil sampel para siswa yang berIQ di atas 120. # 16. Berapa jumlah sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif? Dalam menentukan besarnya jumlah sampel, Arikunto (1999:120) menyatakan jika jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik semua diambil sebagai sampel penelitian. Jika lebih dari 100 maka jumlah subyek penelitian bisa diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih berdasarkan pertimbangan tertentu. Mantra dan Kasto (1989:150-153) menyarankan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan sampel, yaitu:
| 37 a. Derajat keseragaman (degree of homogenity), makin homogen suatu populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil. b. Presisi yang dikehendaki dalam penelitian, terdapat hubungan yang negatif antara besar sampel dan besarnya kesalahan (error) penyimpangan terhadap nilai populasi, yaitu semakin besar sampel, semakin kecil kesalahan penyimpangan. c. Rencana analisis, ketika kita ingin membagi lagi siswa berdasarkan IQ, maka sampel yang hanya 30 orang akan menyebabkan adanya sel-sel yang kosong. d. Tenaga, biaya dan waktu. Makin besar sampel yang diambil, maka makin membutuhkan banyak tenaga, biaya, dan waktu. # 17. Apa guna instrumen dalam penelitian? Instrumen adalah alat untuk menggumpulkan data, dengan instrumen inilah data-data penelitian akan terkumpul, kemudian data-data tersebut diolah dan dianalisis, untuk kemudian disimpulkan. Instrumen yang tepat akan menjaring data-data yang tepat dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian disesuaikan dengan metode pengumpulan data. Gambaran antara metode dan instrumen yang digunakan dalam penelitian pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.8.
38 | Tabel 2.8. Metode dan Instrumen yang digunakan untuk Pengumpulan Data Metode pengumpulan data Tes Angket Observasi
Wawancara Dokumentasi/portofolio
Instrumen Soal tes Kuisioner/angket • Check list • Tabel observasi • Verbal Interaction Catagory System (VICS) • Pedoman wawancara • Pedoman dokumentasi/ Portofolio • Check list
# 18. Jika kita ingin melihat hasil belajar siswa, instrumen apa yang tepat? Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes dan non tes. Pada proses belajar mengajar tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, atau skill siswa, yang setiap butir pertanyaannya sudah mempunyai jawaban yang dianggap benar. Menurut Zainul & Nasoetion (2001:3) tes adalah suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Menurut bentuknya tes dibagi menjadi dua yaitu. a. Tes bentuk uraian/essay, yang terdiri dari uraian terbuka, jawaban singkat, dan isian b. Tes bentuk obyektif yang terdiri dari benar salah, perjodohan, dan pilahan ganda.
| 39 Penyusunan soal-soal tes dibahas tersendiri dalam buku tersendiri. Adapun alat ukur hasil belajar non tes yang umum digunakan adalah participation charts, check list, rating scale, dan attitude scales. a. Participation charts atau bagan partisipasi Bagan partisipasi digunakan untuk melihat keikutsertaan siswa secara sukarela dalam proses belajar mengajar. Pola keikutsertaan siswa dalam kelompok dapat menggambarkan menjelaskan hasil belajar siswa bersifat afektif, yaitu kehendak untuk ikut serta. Bagan partisipasi digunakan untuk mengamati kegiatan diskusi kelas. Contoh bagan partisipasi adalah sebagai berikut. Nama
Ani Budi Cahyo Dedi Eep
Sangat berarti III
Kualitas Kontribusi *) Penting Meragukan Tidak Relevan II
I
I
III
III
II
II
I
*) Sangat berarti= mengemukakan gagasan baru yang penting dalam diskusi Penting = mengemukakan alasan-alasan penting dalam pendapatnya Meragukan = pendapat yang tak didukung oleh data atau informasi lebih lanjut Tidak relevan = gagasan yang diajukan tidak relevan dengan masalah yang didiskusikan
b. Check list atau daftar cek Daftar cek digunakan untuk melihat ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, trait, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas, atau suatu kesatuan
40 | yang komplek. Contoh check list pendidikan sains adalah daftar cek Ralp W. Tyler untuk menguji keterampilan menggunakan mikroskop, yang terdiri dari 83 pertanyaan. Contoh daftar cek untuk menentukan kualitas kegiatan kelompok dalam percobaan kimia adalah sebagai berikut. Untuk meneliti pengaruh arus listrik terhadap suatu larutan satu set alat praktikum disusun seperti dalam diagram di bawah ini: Kertas saring Cawan petri elektroda
Baterai
Larutan yang akan diuji arus listriknya adalah campuran dari 10 ml larutan garam, 0,5 ml larutan kanji, dan tiga tetes larutan fenolftalein. Campuran ini dimasukan dalam cawan petri sehingga kertas saring yang ada di atasnya basah seluruhnya. Alirkan arus listrik dan amati apa yang terjadi! a. Uraikan dengan teliti dan tepat pengamatanya, dan mengapa demikian? b. Kemungkinan larutan garam apakah itu dan bagaimana rumusnya?
| 41 c. Anda lakukan untuk menentukan ion-ion dalam larutan itu! 1. 2.
3. 4.
5.
FORMAT OBSERVASI
Apakah mereka membaca petunjuk dengan baik sebelum melakukan paraktikum Apakah mereka melakukan: a. Pemeriksaan terhadap semua alat yang tersedia? b. Pemeriksaan terhadap larutan yang disediakan? c. Pemeriksaan terhadap sambungan baterai/arus listrik Apakah semua anggota ikut serta dalam diskusi Apakah hal-hal berikut menjadi bahan diskusi: a. Di dalam larutan garam terdapat ion positif dan ion negatif b. Ion positif dapat dipisahkan dari ion negatif lewat peristiwa elektrolisa c. Ion positif akan dinetralisir menjadi logam/direduksikan pada kutub negatif/katoda d. Ion negatif akan dinetralisir menjadi sisa asam/dioksidasikan pada kutub positif/anoda e. Bahan baru akan terbentuk dari larutan garam f. Fenolftalein adalah indikator yang dapat membedakan larutan yang bersifat asam atau basa Apakah kelompok melakukan kegiatan berikut. a. Menyusun alat percobaan sesuai dengan petunjuk b. Mengukur volume larutan garam yang diperlukan dengan menggunakan gelas ukur c. Mengukur volume larutan menggunakan caracara yang tepat d. Mengukur volume larutan kanji menggunakan gelas ukur e. Mencampur larutan garam fenolftalein dan larutan kanji dicampur dalam gelas piala
42 |
5.
f. Mengaduk larutan menggunakan gelas pengaduk g. Pada saat melakukan elektrolisa, mula-mula menggunakan tegangan rendah kemudian tegangan ditinggikan. h. Menggunakan gelas pengaduk pada waktu menuangkan larutan dari gelas piala ke cawan petri Apakah kelompok dapat menjelaskan: a. Pada katoda (i) Perubahan larutan tak berwarna menjadi berwarna merah (ii)Timbulnya gas yang tidak berwarna dan tidak berbau b. Pada anoda: Perubhanan larutan tak berwarna menjadi berwarna biru/ungu c. Timbulnya gas yang tidak berwarna pada katoda d. Perubahan larutan tak berwarna pada anoda menjadi biru/ungu e. Perubahan kecepatan reaksi jika tegangan dinaikan f. Larutan garam yang terbentuk g. Reaksi nyala pada ion natrium dan pada ion kalium (ion natrium berwarna kuning, ion kalium berwarna ungu) h. Reaksi garam dengan ion perak atau ion timbal membentuk endapan berwarna kuning
c. Rating scale atau skala lajuan Rating scale hampir mirip dengan check list, hanya saja pada ranting skala digunakan derajat atau peringkat. Beberapa tipe rating scale adalah numerical, descriptive graphic, ranking methods, dan paired comparisons. Numerical rating scale menggambarkan suatu karakteristik atau kualitas tertentu yang akan diukur
| 43 keberadaannya dengan menggunakan angka. Contoh numerical rating scale untuk menilai penggunaan termometer oleh siswa. Aspek yang diukur
1
2
1
3
2
4
3
5
4
5
Kalibasi terhadap alat Menemukan bagian tubuh yang tepat untuk mengukur suhu tubuh Cara membaca termometer Keterangan: 1 = tidak memuaskan 2 = di bawah rata-rata 3 = rata-rata 4 = di atas rata-rata 5 = sempurna
Descriptive graphic rating scale menggambarkan suatu karakteristik atau kualitas tertentu yang akan diukur keberadaannya, yang disajikan melalui tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Contoh descriptive graphic untuk mendeskripsikan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi di kelas adalah sebagai berikut. 1. 2.
3. 4.
Bagaimanakah aktifitas siswa dalam diskusi Bagaimakah kemampuan siswa mengemukakan pendapat Bagaimanakah urutan pikiran siswa Bagaimanakah
Sangat aktif
Tidak aktif
Sangat lancar
Tidak Lancar
Renton
Kacau
44 |
5.
6.
7.
kemampuan siswa membantah pendapat orang lain? Bagaimana kemampuan mendukung pendapat orang lain? Bagaimana kemampuan menarik kesimpulan? Bagaimana sikap terhadap pendapat orang lain?
Tepat
Klise
Logis
Tak Jelas
Akurat
Kabur
Menghargai
Menganggap enteng
Raking methods rating scale Kegunaan metode menyusun ranking, yaitu: (1) Untuk menyusun ranking kedudukan siswa dalam suatu kelas, dalam aspek tertentu, atau keseluruhan aspek hasil belajar. (2) Untuk memeriksa kemampuan peserta didik menentukan kedudukan relatif dari suatu komponen dalam suatu prosedur tertentu (3) untuk menentukan ranking relatif dari produk hasil belajar yang didemonstrasikan siswa Cara menentukan ranking adalah sebagai berikut. (1) Tentukan kedua nilai ekstrim (tertinggi dan terendah) (2) Bergerak ke titik tengah Dengan cara ini akan lebih membedakan ranking seseorang atau suatu komponen dengan komponen lainnya. Kesukaran membedakan hanya akan dialami pada orang atau komponen yang terletak paling dekat ke titik tengah saja. Contoh ranking method rating scale adalah menilai model sel yang dibuat oleh siswa. Maka buat tabel, kemudian
| 45 diberi penilaian. Angka satu (1) menunjukkan hasil karya siswa yang menduduki peringkat pertama atau peringkat terbaik. Nama kelompok I II III dst
Peringkat ... ... ... ...
Paired comparisons rating scale dilakukan dengan cara membandingkan hasil kerja atau tugas seorang siswa dengan siswa lainnya. Dalam perbandingan itu dibandingkan hasil kerja yang lebih baik, dengan demikian pada akhir perbandingan akan diperoleh informasi tentang kedudukan anak tersebut di antara teman sejawatnya. Hasil perbandingan tersebut dimasukan ke dalam matriks sebagai berikut. Nama Ani Ani Iin 0 Ira 1 Nani 0 Iis 0 Aep 1 Edi 0
Iin 1
Ira 0
Nani Iis 1 1
Aep 0
Edi 1
Jmlh 4
Cara penilaiannya adalah sebagai berikut. Hasil karya Ani dibandingkan dengan Iin, jika hasil karya Ani lebih baik dari Iin, maka kolom Ani-Iin diberi angka 1, sedangkan Iin-Ani 0. Kemudian dibandingkan dengan Ira, jika Ira lebih baik dari Ani-Ira, maka Ani diberi 0 dan Ira-Ani 1, demikian seterusnya.
46 | Hasil peneilaian dengan paired comparisons rating scale ini sangat baik digunakan untuk menilai hasil kerja (dalam sains biasanya disebut proyek sains) siswa dan hasilnya lebih objektif dibandingkan dengan ranking method rating scale. d. Attitude scales atau skala sikap. Sikap didefinisikan oleh Turstone (Asmawi, 2001:127), attitude is affect for or against, evaluation of like or dislike of, or positiveness or negativeness toward a psychological object. Sikap ini harus memenuhi dua kriteria agar memenuhi penelitian ilmiah, yaitu dapat diamati dan dapat diukur. Skala sikap yang biasa digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert, contohnya: Sikap terhadap penggunaan hukuman di sekolah Petunjuk: jawablah semua butir soal di bawah ini, dengan katagori jawaban berikut. A = Sangat setuju B = Setuju C = Tidak punya pendapat D = Tidak setuju E = Sangat tidak setuju
1. 2. 3. 4. 5.
Guru yang baik tidak pernah memukul murid Murid yang dipukul guru di sekolah akan bersikap negatif terhadap sekolah Murid akan menghormati guru bila guru boleh memukul murid yang bersalah Hukuman badan dibutuhkan untuk menertibkan murid dalam kelas Dst...
| 47 Jawaban untuk pertanyaan, “Instrumen apa yang tepat untuk mengukur hasil belajar?” maka pertama sekali kita harus bertanya aspek apa yang akan dilihat dari hasil belajar? Kemudian baru menentukan instrumen tes atau non tes. Umumnya penelitian pendidikan mengunakan gabungan tes dan non tes. # 19. Apakah nilai rapor merupakan instrumen penelitian? Instrumen adalah alat ukur, sedang rapor adalah catatan hasil penilaian terhadap siswa biasanya selama satu semester. Penilaian ini biasanya didasarkan pada tes formatif, tes sumatif, dan nilai ko kurikuler. Soal pada tes formatif dan tes sumatif dikatakan sebagai instrumen. Alat-alat non tes seperti pedoman fortofolio, lembar observasi atau angket yang berupa check list, attittude scale, atau rating scale yang digunakan untuk menilai ko kurikuler siswa adalah instrumen. Jadi nilai rapor tidak tepat jika dikatakan sebagai instrumen penelitian. # 20. Apakah instrumen harus senantiasa diuji validitas dan reliabilitasnya? Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen yang baik akan menghasilkan data yang benar, sehingga kesimpulan yang ditarik sesuai dengan fakta. Sebaliknya intrumen yang tidak baik akan menghasilkan data yang tidak benar, sehingga kesimpulan yang ditarik tidak sesuai dengan fakta. Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat, yaitu valid dan reliabel. Oleh karena itu pengujian kevalidan dan kereliabelan instrumen penelitian sangat diperlukan dalam penelitian. Adapun instrumen yang perlu
48 | diuji reliabilitas dan kevalidannya adalah soal tes, kusioner, dan angket yang berupa skala sikap atau numerik rating scale. Validitas diartikan sebagai ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas yang tinggi. Cara pengujian validitas suatu instrumen adalah sebagai berikut. 1. Validitas isi dan keterukuran tujuan Soal tes, kuisioner, atau pun angket sebelumnya perlu dilakukan validasi isi dan keterukuran tujuan. Validitas ini berkaitan dengan butir-butir pertanyaan yang akan diajukan pada siswa. Validitas isi dan keterukuran tujuan dilakukan oleh ahli bidang studi. Bagi mahasiswa pendidikan sains ahli bidang studi bisa melibatkan guru mata pelajaran, dosen pembimbing, dan dosen mata kuliah sains (sesuai topik yang diteliti) 2. Validitas empiris Validitas empiris dilakukan dengan mengujicobakan instrumen pada para siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan dijadikan subyek penelitian. Hasil uji coba tersebut kemudian diolah secara manual dengan menggunakan rumus korelasi prodact moment atau pun menggunakan program komputer SPSS misalnya. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengguji validitas menggunakan program SPSS. • Hasil uji coba soal hereditas pada siswa kelas 3 MTS Padalarang, yang berbentuk pilihan ganda dan diberi nilai 1 jika betul dan 0 jika salah, adalah sebagai berikut.
| 49 Nama Suaidah Latifah Yola A. Yogi Asep S Susanti Siti Jariah Yesse L Rini Robby K dst
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Skor Setiap Item 2 3 4 5 dst 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Masukan data-data tersebut ke dalam komputer menggunakan program SPSS dengan cara. • Klik START kemudian PROGRAMS kemudian SPSS, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
• Klik CANCEL, sehingga tampilannya seperti di bawah ini:
50 |
• Klik Variable View di bagian kiri bawah untuk mengubah nama Var, seperti contoh di bawah ini:
• Klik kembali Data View dan isikan hasil uji coba soal seperti pada point a di atas. Dan jangan lupa menuliskan total nilainya. Contoh hasilnya adalah sebagai berikut.
| 51
• Untuk melakukan uji korelasi klik Analyze kemudian corelate, kemudian Bivariate.
• Pilihlah seluruh tampilan yang ada di sebalah kiri kemudian masukan ke dalam kotak yang di sebelah kanan, atur tampilannya seperti di bawah ini.
52 |
• Klik Ok dan perhatikanlah hasilnya.
• Lalu perhatikanlah korelasi antar nomor soal dengan skor total, jika didapatkan hasil seperti di bawah ini.
| 53 TOTAL Pearson Correlation SATU Sig. (2-tailed) N DUA
.046 50
Pearson Correlation
.192
Sig. (2-tailed)
.181
N Pearson Correlation TIGA
.283(*)
Sig. (2-tailed) N Sig. (2-tailed)
50 .470(**) .001 50 .000
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Angka-angka yang berbintang satu menunjukkan kevalidan dengan taraf signifikansi 95%. Maka dari tabel di atas tampaklah nomor soal yang valid adalah satu, tiga, dan lima. Sedangkan soal yang tidak valid adalah nomor dua. Soal nomor dua yang tidak valid ini harus dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian. Reliabilitas menggambar keajegan suatu alat ukur, artinya beberapa kali pun datanya diambil, hasilnya akan sama. Reliabilitas dapat diukur dengan menggunakan rumus spearman Brown, rumus Flanagan, KR 20, KR 21, rumus Hoyt, rumus alpha (Arikunto, 1999:170-196). Adapun pengukuran reliabilitas menggunakan komputer dengan program SPSS adalah sebagai berikut. • Buatlah variabel ganjil dan genap pada data editor SPSS, seperti di bawah ini.
54 |
• Jumlahkan skor pertanyaan bernomor genap dan skor pertanyaan bernomor ganjil.
• Klik analyze, kemudian corelate, kemudian bivariate, lalu masukan variabel genap dan ganjil ke kotak kanan, seperti di bawah ini:
| 55
• Perhatikanlah hasilnya! Correlations TOTGJL
TOTGNP
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTGJL TOTGNP 1 .727** . .000 50 50 .727** 1 .000 . 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil korelasi adalah 0,727 dan tampak tanda bintang dua, yang berarti menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi. Adapun katagori reliabilitas menurut Gilford (Ruseffendi, 1998:144) adalah. 0,00 – 0,20 reliabilitas kecil 0,20 – 0,40 reliabilitas rendah 0,40 – 0,70 reliabilitas sedang 0,70 - 0,90 reliabilitas tinggi 0,90 – 1,00 reliabilitas sangat tinggi
56 | # 21. Saya ingin melakukan penelitian terhadap seorang guru yang menjadi favorit siswa dalam mengajarkan sains, instrumen apa saja yang harus disiapkan? Jika kita ingin mengetahui faktor apa yang menyebabkan guru sains tersebut menjadi favorit para siswa, maka kita dapat menyiapkan angket dan pedoman wawancara. Jika kita ingin mengetahui bagaimana cara guru mengajar di kelas, maka kita dapat menyiapkan lembar observasi Verbal Interaction Catagorycal System (VICS) Flander (1970) untuk merekam pengajaran yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Menurut Simon & Boyer (Boehm & Weinberg, 1979), sistem katagorikal Flander adalah skema observasi yang dapat digunakan untuk melihat dan memahami pola interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar. Bagaimana guru mengajar di dalam kelas dapat diregam dengan menggunakan tape recorder, MP3 Recorder, atau Handy Camera. Kemudian semua perkataan guru tersebut dicatat kembali, dan catatan percakapan guru murid selama pengajaran berlangsung disebut transkip. Tabel 2.8. Tabel Katagori & Deskripsi Flander (1970)
PENGAJAR
DIM ENSI
A. Mulai
NO
KATAGORI DAN DESKRIPSI
1
Menyajikan informasi atau pendapat, digunakan apabila pengajar menyajikan konten, fakta atau opini, ekplanasi, diskusi, dan pertanyaan retorika juga termasuk. Memberikan arahan, digunakan apabila pengajar memberikan perintah, arahan, atau petunjuk agar pembelajar melakukan mematuhinya. Contoh: coba lihat halaman 14.
2
| 57 3
. 6. Menolak
B. Menjawab
5. Menerima
4
Mengajukan pertanyaan sempit, digunakan apabila jawaban pertanyaan diperkirakan mudah dijawab oleh pembelajar. Ini mencakup drill tanya jawab yang menghendaki jawaban satu atau dua kata. Contoh: Apakah ini benar? Mengajukan pertanyaan luas, digunakan bilamana suatu pertanyaan agak terbuka menghendaki pemikiran, atau mengesankan sebagai suatu pendapat atau perasaan. Contoh: Mengapa kamu pikir model gelombang dapat menjelaskan dengan memuaskan. 5a. Menerima pendapat, digunakan apabila pengajar menerima, memantulkan, menjelaskan, atau memuji pendapat pembelajar. Juga jika pengajar mengulangi, menyimpulkan, atau mengomentari pendapat pembelajar. Contoh: bagus, itu jawaban yang cukup baik. 5b. Menerima prilaku, digunakan apabila pengajar menerima dan menggiatkan prilaku. Contoh: Hasil percobaanmu bagus! 5c. Menerima perasaan, digunakan bilamana pengajar merefleksikan perasaan pembelajar, atau menjawab perasaan dengan menyenangkan. Contoh: tidak heran kamu kecewa 6a. Menolak ide, digunakan apabila pengajar menolak, mengeritik, mengabaikan, atau kurang menggiatkan ide pembelajar. Contoh: itu tidak benar!
58 | 6b.
PEMBELAJAR
7.
A. Menjawab
8 9 B. Berbicara/ bertanya/ berkomentar
10
11 LAINNYA
12
Menolak prilaku, digunakan apabila pengajar mengomentari atau mengeritik untuk menekan prilaku pembelajar yang kurang diterima. Contoh: duduk. Apa yang kamu kerjakan? 6c. Menolak perasaan, digunakan untuk mengabaikan pertanyaan atau perasaan pembelajar. Contoh: Apa kamu tidak malu, jangan libatkan perasaanmu! Jawaban kepada pengajar 7a. Dapat diprediksi, biasanya mengikuti katagori 3 dan bersifat pendek, apakah simbol atom carbon? Jawaban C 7b. Tidak dapat memprediksi, biasanya mengikuti katagori 4, atau juga 3: Apa yang menyebabkan bengkok tersebut? Dijawab: sebabnya tidak satu. Atau mungkin banyak sebab. Jawaban kepada pembelajar lain, digunakan apabila seorang pembelajar menjawab pembelajar lain. Bicara/bertanya kepada pengajar, pembelajar membuka pembicaraan kepada pengajar. Bicara (bertanya atau berkomentar) kepada pembelajar lain, pembelajar membuka pembicaraan (pertanyaan atau komentar) kepada pembelajar lain. Senyap, karena adanya kegiatan membaca, atau latihan. Jika berlangsung lama, dibuat catatan dipinggir tabel. Kebingungan, terjadi keributan yang mencolok, dan kegaduhan, tidak seperti direncanakan.
| 59 Contoh transkip berikut. Siswa : Guru : Siswa : Guru : Siswa Guru
: :
Siswa Guru Siswa Guru Siswa
: : : : :
yang terjadi di dalam kelas adalah sebagai Bu eksperimen atuh bu! (9) Ok, kita bereksperimen dengan kamu! (5a) Masak, sih bu! (7a) Ya, (5a) Ayo kita lihat bentuk rambut Dia! (2) Bagaimana bentuknya? (3) Keriting! (7a) Kita gambarkan, anak pertama ya? keriting (5a) Adik Mu ada berapa ? (3) lima bu! (7a) Yang pertama? (3) Perempuan dan Lurus! (7a) Yang kedua? (3) Laki-laki keriting! (7a)
Setiap interaksi antara pengajar dan pembelajar dikodekan sesuai angka yang ada pada Tabel 2.7 katagori interaksi verbal. Contohnya: Siswa : Bu eksperimen atuh bu! (9) Diberi angka 9 sesuai dengan tabel, yaitu pembelajar membuka pembicaraan kepada guru Guru : Ok, kita bereksperimen dengan kamu! (5a) Diberi angka 5a karena pengajar menerima pendapat pembelajar Selanjutnya angka disusun menjadi 9, 5a, 7a, 5a, 2, 3, 7a, 5a, 3, 7a, 3, 7a, 3, 7a. Selanjutnya data diambil secara berpasangan. Data pada bagian awal diambil sepasang kemudian bagian kedua dipasangkan pada data berikutnya,
60 | demikian seterusnya, dari angka di atas disusun berpasangan menajdi 9-5a, 5a-7a, 7a-5a, 5a-2, 2-3, 3-7a, 7a-5a, 5a-3, 3-7a, 7a-3, 3-7a, 7a-3, 3-7a. Setiap pasangan kemudian dipetakan dengan mencacah pada kotak yang sesuai, yang sudah dilabeli A hingga U seperti tampak dalam Gambar 2.7. Penempatan interaksi di atas pada diagram VICS terlihat pada Gambar 2.2. Jika frekuensi interaksi pada wilayah A, B, D, E, F, H, I sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, ini menunjukan bahwa guru sangat mendominasi selama proses belajar mengajar berlangsung. Adapun wilayah C, G, J, K, L, M, P, R menunjukan wilayah dimana terjadi proses dialog yang bersifat umpan balik terjadi antara guru dan siswa, sedangkan wilayah N, O, S, T menunjukan wilayah aktifitas antar siswa, wilayah ini memiliki frekuensi yang tinggi jika pembelajaran yang dilakukan oleh guru berupa diskusi kelompok dengan siswa sebagai presentatornya.
Pembelajar
Pengajar
Pengajar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3 A
1 D K
4
P
4
Pembelajar
5 1 1
6
7
B
2
F I
1
8
G
9 C
10
E H 1 L
M
N
O
Q
R
S
T
J
11
12
1 U
Gambar 2.7. Urutan dan Hubungan antar Katagori
Keterangan: Nomor pada Gambar 2.7 sama dengan nomor interaksi pada Tabel VICS. Huruf A-U menunjukkan wilayah yang sesuai dengan kolom dimensi pada VICS
| 61 Dari skema observasi Flanders tersebut dapat diketahui bagaimana peta guru mengajar di kelas. Hanya saja ketertarikan siswa terhadap guru mungkin bukan hanya ditentukan oleh cara mengajar guru. Boleh jadi karena guru menyampaikan materi tersebut dengan jelas dan gamblang. Untuk mengetahui bagaimana isi materi yang guru ajarkan di kelas, dapat digunakan analisis wacana. Analisis wacana didefinisikan sebagai kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Arifin & Rani, 2000:3). Analisis wacana digunakan untuk mengetahui kedalaman dan keluasan materi subyek. Hasil analisis wacana ini adalah tampilan berupa model representasi suatu teks. Model representasi teks menampilkan struktur makro teks. Struktur makro sebenarnya mirip dengan outline, tetapi bentuknya lebih rinci karena melibatkan proposisi. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat struktur makro tersebut adalah proposisi sebagai dasar unit informasi dan penerapan argumen (Siregar, 2000:13). Van Dijk dan Kintsch (Siregar, 2000:13) menyebutkan proposisi sebagai unit wacana yang bertugas untuk mengkonstruksi ilmu. Dahar (1996:36) mendefinisikan proposisi sebagai unit dasar informasi dalam sistem pemrosesan informasi manusia. Proposisi dapat disamakan dengan gagasan. Suatu proposisi selalu terdiri atas dua unsur, yaitu suatu hubungan dan sekumpulan argumen. Hubungan dari suatu proposisi dapat berupa kata sifat, kata kerja, dan kata keterangan. Argumen merupakan topik dari proposisi yang dapat berupa kata benda, kata ganti (kadang-kadang juga berupa kata kerja dan sifat). Contoh sebuah proposisi, “Ruli mengukur suhu dengan termometer”. Mengukur adalah hubungan, adapun Ruli, suhu, termometer adalah argumen.
62 | Ciri terpenting proposisi adalah suatu unit informasi yang satu akan terkait dengan unit informasi yang lain, dari contoh kalimat di atas memberikan informasi hubungan antara ketiga argumen (Ruli, suhu, termometer) ialah tentang mengukur. Adapun contoh hasil analisis wacana pengajaran yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut. Tindakan Pedagogi (guru) Membuka pelajaran dengan menanyakan definisi struktur atom
Teks dasar
Langsung saja kita membahas tentang struktur atom. Di kelas satu sudah dipelajari dan di kelas tiga hanya dijelaskan struktur atomatom modern. Coba sebutkan struktur atom itu apa? Susunan. Kalau atom? Bagian dari zat yang tidak dapat dibelah atau bagian terkecil dari suatu benda. Jadi struktur atom itu apa? Struktur atom adalah sususnan p, n, e dalam atom Sumber: Sumini, 2001
Proposisi mikro
Proposisi mikro-1
Proposi makro
Struktur atom adalah susunan p, n, e dalam atom
Definisi struktur atom
Deskripsi atom
| 63 Hasil analisis wacana tersebut kemudian dibuat sebuah model representasi teksnya yang mirip dengan outline, yaitu sebagai berikut. Deskripsi atom Definisi struktur atom Susunan p, n, e dalam atom Kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas dapat diketahui dari hasil representasi teksnya (materi subyek), tindakan pedagogi guru (pengajar), dan respon siswa (pembelajar), yang kualitasnya tergambar pada Gambar 2.8. 1. Intelligible 2. Plausible 3. Fruitfull
1. Informing 2. Eliciting 3. Directing
pembelajar
pengajar Materi subyek 1. Konten 2. Substansial 3. Sintaktikal
Gambar 2.8 Hubungan antara Materi Subyek, Pembelajar, dan Pengajar (Siregar, 1999:13) Proses belajar mengajar dengan menginformasikan (informing), sejalan dengan upaya memudahkan pembelajar
64 | untuk mengakses materi subyek agar dipahami sebagai pengetahuan deklaratif (intelligible), materi subyek diakses sebagai konten yang berfungsi sebagai unit dasar pengetahuan. Proses belajar mengajar mengembangkan (elicting), sejalan dengan upaya pembelajar memahami materi subyek sebagai pengetahuan prosedural (plausible), materi subyek diakses sebagai substansial yang berfungsi sebagai bangunan dari pengetahuan. Proses belajar mengajar mengarahkan (directing), sejalan dengan upaya pembelajar memahami materi subyek keterampilan intelektual (fruitfull), materi subyek diakses sebagai sintaktikal, yang berfungsi sebagai keterampilan intelektual, yang berperan dalam membangun pengetahuan menggunakan hukum, aturan, teori, dan lain-lain untuk menjamin agar bangunan yang dihasilkan mempunyai dasar dan menjamin bangunan tersebut tidak terbantahkan. # 22. Instrumen apa yang dapat digunakan untuk penelitian yang bersifat kualitatif? Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tergantung pada apa yang menjadi permasalah atau pertanyaan penelitian. Hanya saja untuk penelitian yang bersifat kualitatif umumnya metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan/observasi, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi. A. Pengamatan Dalam penelitian pendidikan, pengamatan dilakukan untuk menangkap gejala (fenomena) dan kehidupan budaya yang dianut oleh subyek penelitian pada waktu itu. Pengamatan dapat dikatagorikan menjadi empat yaitu. 1) Pengamatan berpartisipasi atau pengamatan terlibat atau partisipasi penuh atau pengamatan informal. Di sini
| 65 peneliti memainkan peranan sebagai peserta dalam suatu kebudayaan. Identitas sesungguhnya dirahasiakan (tertutup). Dasar teknik ini adalah “peran pura-pura/role pretense”. Ada tiga kemungkinan yang terjadi dengan pengamatan seperti ini, yaitu. i. Peneliti tidak berhasil melakukan hubungan dengan subyek penelitian (under rapport): hubungan peneliti dengan subyek berjarak terlalu jauh sehingga peneliti tidak mampu berkomunikasi dengan subyek. Ini membawa dampak negatif terhadap data yang dihasilkan. ii. Peneliti menghasilkan hubungan yang optimal (optimal rapport): peneliti tidak menutup diri terhadap lingkungan interaksi tetapi juga tidak larut dalam suatu interaksi. Bentuk hubungan ini yang harus diusahakan. iii. Peneliti larut dalam kebudayaan subyek (over rapport): peneliti terlalu larut/dekat secara simbolis atau emosional ketika menyesuaikan diri dengan suatu kelompok budaya tertentu. Di sini ada bahaya going native. 2) Partisipasi Terbatas. Bentuk ini sering dipakai, peneliti tidak merahasiakan identitas dan berusaha membina hubungan yang baik dengan subyek penelitian. 3) Pengamatan terbatas. Pengamatan terbatas didasarkan pada beberapa kali kunjungan, interaksi antara peneliti dan subyek penelitian pun terbatas. 4) Pengamatan saja atau pengamatan penuh atau pengamatan terkendali. Di sini tak terjadi interaksi antara peneliti dengan subyek.
66 | B. Wawancara mendalam Wawancara mendalam bersifat luwes, tidak terstruktur, tidak baku, dan terbuka. Intinya adalah pertemuan intensif secara langsung untuk memahami pandangan subyek tentang kehidupan, pengalaman, pandangan, yang diungkapkan dalam bahasa mereka sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan agar situasi wawancara terbangun dengan baik, adalah sebagai berikut. a. Tidak menghakimi. Pewawancara harus menahan diri dari penilaian negatif yang merendahkan subyek. Terimalah subyek apa adanya, tentramkan hati mereka manakala mengungkapkan hal-hal yang bersifat personal, memalukan, atau mendeskriditkan, dan berikanlah empati dan pengertian. b. Biarkan mereka bicara Wawancara mendalam butuh kesabaran tinggi. Sekalipun subyek bicara panjang lebar tentang hal yang tak ada sangkut pautnya dengan topik penelitian, peneliti harus berusaha untuk tidak memotongnya, apalagi jika itu wawancara pendahuluan. Subyek seperti ini dapat diarahkan dan disadarkan dengan cara berhenti mangutmangut atau mengalihkan topik pembicaraan pada waktu jeda bicara. Jika subyek mulai bicara tentang hal penting, biarkan pembicaraan mengalir dan berikan respon positif lewat gerakan tubuh atau pernyataan yang relevan. c. Berikan perhatian Pewawancara harus menunjukkan perhatian sungguh-sungguh pada apa yang dikatakan subyek dan tahu kapan dan bagaimana menggali dan mengemukakan pertanyaan yang mengena.
| 67 Kelemahan dari wawancara adalah subyek dapat memberikan pernyataan-pernyataan bohong, oleh karena itu sangat penting melakukan cek silang dengan mewawancarai pihak ketiga. Cek silang yang banyak digunakan adalah teknik triangulasi (serba tiga). Pada penelitian pendidikan pertanyaan bisa diajukan pada guru, murid, dan kepala sekolah. C. Dokumentasi Dokumentasi berupa foto, rekaman video, riwayat hidup, materi subyek (bahan ajar) yang digunakan guru, soal-soal evaluasi, dan lain sebagainya adalah dokumentasi yang dapat digunakan sebagai sumber data. # 23. Bagaimana bentuk penelitian kualitatif dalam pendidikan sains? Contoh-contoh judul penelitian di bawah ini dapat memberikan gambaran tentang penelitian kualitatif dalam sains: 1. Analisis Gambar pada Topik Sel dalam Buku Biologi Kelas 3 SMA 2. Analisis Pertanyaan yang Dikembangkan dalam Buku Pelajaran Biologi SMU Kelas Satu Pada Konsep Virus dan Monera 3. Analisis Keterpaduan, Kesinampbungan, dan Pengembangan Keterampilan Intelektual Konsep Anabolisme pada Buku Teks Biologi SMU Kelas III 4. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Kelas 2 SMU pada Pokok Bahasan Sistem Ekskresi 5. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gelombang dan Bunyi 6. Identifikasi Miskonsepsi dan Kesalahan Buku Teks Biologi SMA Kelas 3 pada Konsep Biogeografi
68 |
| 69
BAB III ANALISIS DATA # 24. Dalam analisis data sering disebutkan variabel bebas dan variabel terikat. Apa maksudnya? Menurut Hagul et al variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai atau dengan kata lain pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut. Contohnya atribut lakilaki perempuan di kelompokkan dalam variabel jenis kelamin, atribut tua dan muda dikelompokkan dalam variabel usia. Variabel dapat berbentuk diskrit atau kontinus. Contoh variabel diskrit adalah jumlah anak dalam keluarga, karena tidak pernah ada jumlah anak dalam keluarga 2,5 atau 3,3. sedangkan variabel kontinus dapat dinyatakan dalam angka pecahan, contohnya nilai hasil belajar, berat badan, tinggi badan, dan lain-lain. Inti dari penelitian adalah mencari hubungan antar variabel. Hubungan yang paling mendasar adalah hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan terikat (dependent variable) atau sering juga digunakan istilah variabel pengaruh dan terpengaruh. Istilah variabel bebas digunakan untuk variabel-variabel yang mempengaruhi suatu variabel lain (terikat). Sebaliknya variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain (bebas). Contohnya IQ siswa, EQ siswa, dan metoda pengajaran guru akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pada contoh ini IQ siswa, EQ siswa, dan metode mengajar siswa sebagai variabel bebas, adapun prestasi belajar siswa adalah variabel terikat. Hubungan antar variabel tidak selalu bersifat asimetris, yaitu satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya, seperti pada contoh di atas. Hubungan antar variabel kadang kala bersifat pula hubungan timbal balik,
70 | contohnya kenaikan spp akan meningkatkan fasilitas belajar, sebaliknya peningkatan fasilitas belajar menyebabkan kenaikan spp. # 25. Bagaimana cara menentukan uji statistik yang tepat? Ketepatan uji statistik ditentukan oleh ketepatan dalam melihat jenis skala apa yang digunakan dalam data kita. Untuk melihat skala apa yang digunakan dalam data kita maka kita lihat terlebih dahulu jenis variabel bebas dan variabel terikat yang kita gunakan, apakah termasuk diskrit atau kontinus? Jika variabel kita bersifat diskrit maka kemungkinan besar tipe data yang kita kumpulkan adalah nominal atau ordinal. Sedangkan jika variabel bersifat kontinus, maka kemungkinan besar tipe data bersifat interval atau rasional. Skala nominal atau skala klasifikasi adalah menggunakan angka atau lambang untuk mengkasifikasikan suatu obyek, orang atau sifat. Misalnya jenis kelamin wanita diberi angka satu (1) dan pria diberi angka (2). Angka nominal juga dapat digunakan untuk membedakan metode pembelajaran yang digunakan pada siswa. Contoh kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) diberi angka satu (1), kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual Learning (CTL) diberi angka dua (2), dan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajar Keterampilan Proses Sains (KPS) diberi angka tiga (3). Skala ordinal atau urutan adalah pengelompokan obyek-obyek dilakukan berdasarkan sebuah urutan dari yang lebih rendah/buruk/tidak disukai sampai yang lebih tinggi/baik/lebih disukai, yang ditandai dengan tanda > atau lebih besar dari pada. Contoh skala ordinal adalah peringkat
| 71 siswa di kelas berdasarkan prestasi, jika seorang anak berperingkat 2 di kelas tersebut berarti ada yang lebih pandai dari dia. Contoh lain data yang bersifat ordinal adalah pangkat dalam kemiliteran, letnan > sersan > kopral > prajurit. Skala interval mempunyai sifat seperti skala ordinal tetapi lebih lebih lengkap. Pada skala ordinal jarak antara dua peingkat/nomor yang berdekatan belum tentu sama, sedangkan pada skala interval jarak antar dua peringkat yang berdekatan adalah sama. Contoh skala interval adalah waktu dan suhu. Skala rasio mempunyai semua ciri skala interval dan berlaku perbandingan dan angka nol (0). Contoh skala ini adalah isi, luas, panjang, dan temperatur derajat kelvin. Apakah nilai IQ termasuk skala rasio? Maka kita bisa uji dengan membandingkanya, contoh: Apakah pada IQ berlaku IQ 120 IQ 40 ? Tidak bukan? Maka IQ bukan skala = IQ 90 IQ 30 rasional. Siegel (1992:37) merumuskan uji statistik yang sesuai dengan jenis datanya, seperti tampak pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jenis Skala dan Uji Statistik yang Digunakan
Jenis skala Nominal Ordinal Interval Rasio
Contoh statistik yang cocok Modus, Frekuensi, dan Koefisien Kontingensi Median, Presentil, Rho Spearman, dan Kendall Mean, Deviasi standar, dan Korelasi momen Pearson Mean geometrik koefesien variasi
Sifat uji statistik Non parametrik Non parametrik Parametrik dan non parametrik Parametrik dan non parametrik
72 | # 26. Apa bedanya antara uji beda T, Wilcoxon, dan U Mann Whitney? Uji T, Wilcoxon, dan U Mann Whitney adalah uji statisitik untuk melihat perbedaan rata-rata dua kelompok. Uji T digunakan untuk menguji data-data yang mempunyai skala interval atau rasio, sedangkan uji wilcocon dan U Mann Whitney digunakan untuk menguji data yang mempunyai skala ordinal. Menurut Ruseffendi (1998:278) uji T adalah uji dua sampel bebas dan uji dua sampel berhubungan. Uji dua sampel bebas (independent sampel T test) digunakan untuk menguji dua rata-rata dari dua sampel yang saling bebas. Contohnya untuk menguji dua rata-rata dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji dua sampel berhubungan (paired sample T test) digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu kelompok atau terhadap dua sampel yang saling berhubungan, Contohnya untuk mengguji pre test dan post test. Uji T digunakan apabila distribusi populasinya normal. Sedangkan bila distribusi tidak normal digunakan uji statistik non parametrik, yaitu Wilcoxon dan U Mann Whitney. Uji wilcoxon digunakan untuk menggantikan uji T sampel bebas (independent sampel T test), sedangkan uji U Mann Whitney digunakan untuk menggantikan uji T sampel berhubungan (paired sample T test). Oleh karena itu sebelum memilih uji T atau bukan, terlebih dahulu harus melakukan uji normalitas. Apakah uji normalitas ini juga dilakukan dalam penelitian pendidikan? Menurut Galton (Ruseffendi, 1998:291) data-data pendidikan atau psikologi dapat diasumsikan berdistribusi normal, sehingga tidak perlu melakukan uji normalitas. Adapun uji normalitas yang biasa digunakan adalah uji kay kuadrat.
| 73 Contohnya, dari hasil penelitian didapatkan hasil tes belajar enam belas siswa adalah sebagai berikut. 14 14 11 4 8 15 17 18 14 10 13 15 18 8 18 17 Data ini mempunyai rerata 13 dan standar deviasi 4,161 Sebelum melakukan uji normalitas dengan kay kuadrat terlebih dahulu harus membuat distribusi frekuensi, dengan cara: 1. Mencari sebaran, yaitu selisih antara data terbesar oleh data terkecil, yaitu (18-4=14) 2. Menentukan banyak kelas dengan aturan Strurges, yaitu k = 1 + 3,3 log n k = banyak kelas, dan n = banyak data Banyak kelas untuk data di atas adalah k = 1 + 3,3 log 16 = 4,97. Jadi banyaknya kelas adalah 4 atau 5, untuk kepentingan ini diambil 5. 3. Menentukan panjang kelas (P), dengan rumus: sebaran P= banyak kelas 14 Berdasarkan rumus ini maka P = = 2,8 . Panjang 5 kelas adalah 2 atau 3, untuk kepentingan ini diambil 3. 4. Mengisikan frekuensi pada setiap kelas seperti yang terdapat pada Tabel 3.2. kolom (1) dan 3). Contoh hasil uji normalitas terlihat pada Tabel 3.2. Kolom (4), yaitu Zscore diperoleh dengan rumus:
74 | _
(Xi − X) z= S _
Xi=batas nyata ke i ; X =rerata ; S = standar deviasi Contohnya, untuk Zscore pada baris pertama adalah: 3,5 − 13 = −2.283 4,161 Kolom (5), yaitu batas luas daerah diketahui dengan melihat tabel Z. Misalnya untuk baris pertama -2.28 pada tabel Z menunjukkan angka 0,0113. Kolom (6) diperoleh dengan melakukan pengurangan antar baris pada kolom 5. Misalnya luas daerah untuk yang nilainya 4-6 adalah 0.0594-0.0113=0.0481 Kolom (7) yaitu fe diperoleh dengan cara mengalikan jumlah fo dengan luas daerah ke-i. Misalnya untuk yang nilainya 4-6 adalah 0.0481 X 16 = 0,77. Jumlah yang ada pada kolom 8 merupakan nilai dari kay 2 kuadrat, yaitu 3,25 atau disebut juga X hitung . Adapun X 2 tabel diketahui pada tabel dengan terlebih dahulu menentukan derajat bebas (dk), dk diperoleh dengan rumus dk= j -3. j adalah jumlah kelas. Pada data di atas dk = 5 -2 = 2. Bila α = 0,01, maka X 2 tabel = X 2 ( 0,99:2 ) = 9,21 2
Hasil perhitungan terlihat bahwa X hitung < X 2 tabel , yaitu 3,25 < 9,21 berarti populasi berdistribusi normal.
| 75 Tabel 3.2. Hasil Uji Normalitas Nilai
Batas Nyata
fo
ZScore
Batas Luas Daerah
Luas Daerah
fh
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
-2.28
0.0113 0.0481
0.77
0.07
0.1411
2.26
0.03
0.2517
4.03
1.02
0.2735
4.38
0.599
0.1809
2.89
1.53
3.5 4-6
1 6.5
7-9
-1.56
0.0594
-0.84
0.2005
-0.12
0.4522
0.60
0.7257
1.32
0.9066
2 9.5
10 - 12
2 12.5
13 - 15
6 15.5
16 - 18
5 18.5
Jumlah
( fo
16
2
− fh ) fh
3,25
Secara ringkas cara memilih uji rata-rata dua kelompok digambarkan dalam flowchart berikut ini. Paired sample T test
tidak
Berhubungan
Independent sample T test
Ya
Distribusi populsi ke dua klpk normal
Tidak
Berhubungan
Ya
ya
tidak
U Mann Whitney
Wilcoxon
76 |
# 27. Apa itu normal gain? Gain adalah selisih antara nilai pos tes dan pre tes, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Sering sekali terjadi permasalahan pada suatu kelompok (misalnya kelompok A) nilai gain tinggi, yang berarti nilai pos tes siswa sangat tinggi, dan nilai pre tes siswa sangat rendah, sedangkan pada kelompok yang lain (misalnya kelompok B) nilai gain rendah, karena kebanyakan siswa di kelompok tersebut memang pandai-pandai. Jika gain kelompok A dan B akan dibandingkan, maka didapatkan kesimpulan kelompok A lebih baik dari kelompok B. Kesimpulan ini akan menimbulkan bias penelitian, karena pada pre tes kedua kelompok ini sudah berbeda. Untuk menghindari bias penelitian seperti ini digunakan normal gain, karena normal gain sudah memperhitungkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan bias penelitian seperti dijelaskan di atas. Rumus normal gain menurut Meltzer (2002:1260) adalah sebagai berikut.
Ngain =
skor pos tes − skor pre tes skor ideal − skor pre tes
# 28. Kapan normal gain digunakan? Jika uji t hanya melihat terjadinya perbedaan dan belum melihat apakan perbedaan itu sudah baik atau masih kurang, maka perhitungan normal gain digunakan ketika kita ingin mengetahui “judgment nilai” bagaimana hasil pengingkatan yang terjadi baik, sedang, atau kurang. Hake (1999) membuat katagorisasi untuk nilai peningkatan berdasarkan N-gain tersebut yaitu.
| 77 Tinggi untuk N-gain > 0.7 Sedang untuk N-gain 0.3 – 0.7 Rendah untuk N-gain < 0.3 Namun nilai N-gain tidak boleh digunakan untuk dianalisis dengan menggunakan uji statistik inferensi lainnya, karena N-Gain sendiri merupakan alternatif pengujian selain menggunakan uji t. # 29. Jika kita mendapati data penelitian, hasil pre tes antara kelompok kontrol dan eksperiment berdasarkan uji t atau non parametrik berbeda signifikan, apa yang harus saya lakukan? Hasil pre tes berbeda nyata antara kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan bahwa kemampuan kedua kelompok itu berbeda. Maka tidak sah jika meneruskan untuk menguji hasil post tes dengan uji beda dan menyimpulkan berdasarkan hasil post tes tersebut. Namun bukan berarti penelitian kita gagal dan harus diulang untuk mencari sample yang hasil pre testnya tidak berbeda nyata. Gunakan nilai gain dari kelompok. Jadi nilai postes dikurangi dulu nilai pre test, lalu uji normalitas dan homogenitasnya, jika normal dan homogen maka bisa menggunakan uji t. Jika tidak normal datanya maka gunakan uji nonparametrik. Namun gunakan nilai gain murni untuk uji ini, jangan gunakan nilai N-Gain. Karena nilai N-Gain sudah mengalami normalisasi tidak layak untuk diuji lagi dengan pengujian statistik inferensi lainnya.
78 | # 30. Jika kita ingin melihat ada atau tidak perbedaan rata-rata dari 3 kelompok uji apa yang digunakan? Contohnya kita ingin mengetahui adakan perbedaan sikap siswa MI, MTS, dan MA terhadap Sains? Untuk pengujian tiga buah rerata seperti itu dapat digunakan analisis sidik ragam satu jalur (one way Analysis of Variance=ANOVA) jika distribusi populasinya normal atau data ditulis dalam bentuk interval atau rasio. Jika distribusi populasi tidak normal atau data ditulis dalam bentuk ordinal, maka digunakan Kruskal Wallis. Menurut Kruskal & Wallis (Ruseffendi, 1998:337) uji Kruskal Wallis adalah alternatif uji one way ANOVA jika datanya ditulis dalam bentuk skala ordinal. # 31. Apa bedanya uji Momen Pearson dengan Spearman? Uji Momen Pearson dan Spearman merupaka uji korelasi atau hubungan atau kaitan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel ini dapat bersifat negatif, positif, dan nol atau hampir mendekati nol. Hubungan antara dua variabel disebut positif apabila makin besar satu variabel makin besar pula variabel yang lainnya. Contohnya hubungan fitnes dan membesarnya otot, makin sering melakukan fitnes, makin besar otot-otot tubuhnya. Hubungan antara dua variabel disebut negatif apabila makin besar variabel yang satu, makin kecil variabel yang lain. Misalnya hubungan jauh perjalanan dengan bensin dalam tangki, makin jauh sebuah mobil berjalan, makin sedikit bensin yang ada di dalam tangkinya. Adapun korelasi nol atau mendekati nol menunjukkan hubungan antara kedua variabel tersebut tidak ada atau tidak menentu.
| 79 Jika data populasi bersifat normal atau data kedua variabel ditulis dengan skala interval atau rasio, maka digunakan Uji momen pearson. Sedangkan jika data populasi bersifat tidak normal atau data kedua variabel ditulis dalam skala ordinal, maka digunakan uji statistik non parametrik untuk korelasi, yaitu Spearman atau peringkat kendall. Uji korelasi yang lainnya adalah: • korelsi biseri digunakan jika kedua variabel kontinue, tetapi salah satunya sudah didikhotomikan. Misalnya variabel nilai siswa didikhotomikan menjadi 1=lulus jika nilai > 5, dan 0 = tidak lulus jika nilainya < 5. • Korelasi biseri titik digunakan jika satu variabel sudah bersifat dikhotomi alamiah misalnya laki-laki perempuan, sedangkan variabel yang lain bersifat kontinu. • Koefisien Phi digunakan jika kedua variabel berbentuk dikhotomi. • Koefisien korelasi tetrakhonik digunakan jika kedua variabel berdistribusi normal dan telah didikhotomikan. • Korelasi parsial digunakan jika hasil yang didapatkan tidak menunjukkan tingginya hubungan sebab akibat. Contohnya koefisien korelasi antar prestasi belajar dengan metode mengajar guru sangat tinggi 0,75. Mungkinkah ada sebab lain selain karena metode mengajar guru? Misalnya IQ siswa. Untuk itulah digunakan korelasi parsial variabel 1. prestasi belajar siswa, variabel 2. metode mengajar guru, variabel 3. IQ siswa., dengan begitu korelasi murni variabel 1 dan 2 yang pengaruh variabel 3 sudah dihilangkan. # 32. Untuk mengukur apakah uji regresi? Uji regresi digunakan untuk mengukur pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji regresi pada kasus lebih dari tiga variabel bebas, dapat
80 | mengetahui variabel bebas mana yang pengaruhnya paling dominan (nyata) terhadap variabel terikat. Contoh hasil regresi adalah di bawah ini: Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh teknik mengajar, IQ, dan logical thinking siswa terhadap retensi (daya ingat terhadap materi). Pada saat memasukkan data variael teknik mengajar=treatment, IQ=IQ, logical thinking= TOLT ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 9498.827 16622.173 26121.000
df 3 64 67
Mean Square 3166.276 259.721
F 12.191
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), TOLT, TREATMNT, IQ b. Dependent Variable: RANK of RETENSI
Pada tabel di atas terlihat nilai Sig 0.00 yang menandakan bahwa ketiga variabel bebas (teknik mengajar, IQ siswa, dan logical thinking siswa) berpengaruh nyata terhadap retensi. Coefficientsa
Model 1
(Constant) TREATMNT IQ TOLT
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.942 7.087 14.627 2.604 3.879 3.269 -1.096 4.278
Standardized Coefficients Beta .576 .139 -.030
t -.274 5.617 1.187 -.256
Sig. .785 .000 .240 .799
a. Dependent Variable: RANK of RETENSI
Pada tabel di atas terlihat bahwa variabel teknik mengajar mempunyai nilai sig 0.00 yang berarti teknik mengajarlah yang secara nyata berpengaruh terhadap retensi. # 33. Uji statistik apa yang cocok untuk PTK? Pada dasarnya semua uji statisktik dapat digunakan dalam PTK, tergantung pada instrumen apa yang
| 81 dikumpulkan, dan apa tujuan dari penelitian tersebut. Misalnya jika kita ingin mengetahui apakah metode kooperatif learning mengurangi miskonsepsi siswa pada pelajaran sel, maka kita bisa membuat soal (instrumen) pre dan pos yang memuat hal-hal dari teori sel yang biasanya terjadi miskonsepsi di siswa. Dari sini kita akan memperoleh data dua data mis konsepsi, yaitu sebelum pembelajaraan kooperatif dan sesudah pembelajaran, lalu kemudian bisa digunakan uji t yang saling berhubungan, sehingga kita bisa mengetahui apakah terjadi perbedaan atau tidak antara sebelum dan sesudah pembelajaraan kooperatif. Jika hasilnya tidak berbeda nyata, artinya pembelajaran kooperatif tidak membuat miskonsepsi siswa bertambah atau berkurang secara nyata. Sebaliknya jika hasilnya berbeda nyata, maka kita harus melihat rata-rata mana yang paling tinggi. Jika kesalahan lebih banyak lagi terjadi pada setelah pembelajaran jigsaw, maka dapat disimpulkan bahwa metode tersebut tidak cocok digunakan untuk mengurangi miskonsepsi. # 34. Pada PTK biasanya digunakan, minimalnya 2 siklus. Bagaimana melakukan uji statistikanya? Siklus pada PTK menjadi ciri khas dari PTK yang tergolong penelitan action research. Biasanya data yang dikumpulkan dalam penelitian tidakan sebagai berikut. Siklus I Siklus II Pre test Post test Pre test Post test ... ... ... ... Dari siklus I di dapatkan NGain I
Dari siklus II di dapatkan NGain II
82 | Jika kita ingin melihat, apakah siklus II lebih baik dari siklus I, maka kita bisa lihat rata-rata Ngain pada kedua siklus tersebut. Jika rata-rata Ngain siklus II lebih besar dari pada siklus I, maka siklus II memang lebih baik, tetapi belum tentu signifikan. Artinya di siklus II memang terjadi peningkatan yang lebih tinggi dari pada siklus I, tetapi belum tentu signifikan peningkatannya, sebelum dilakukan uji statistik. Karena sampel pada PTK tergolong berhubungan, maka uji yang mungkin dilakukan adalah Uji Paired Sample T Test jika data berdistribusi normal atau U Mann Whitney, jika data diasumsikan normal. Jika hasil uji beda rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan di siklus II signifikan. # 35. Dalam PTK antara siklus I dan II biasanya berbeda topik. Bisakan uji paired sample T test digunakan pada data post test di siklus I dan II, walaupun berbeda topik? Bisa jika kualitas soal di siklus I dan II sama, artinya ketika soal tersebut didesain proporsi untuk C1, C2, C3, C4, ... sama. Tetapi jika kualitas soal pada post test di siklus I dan II terlanjur tidak didesain dengan kualitas yang sama, maka yang harus dilakukan adalah merangking semua nilai sample pada post tes siklus I dan II, kemudian diuji dengan statistika non parametrik, yaitu uji U Mann Whitney.
| 83
BAB IV TEMA PENELITIAN PENDIDIKAN SAINS #36. Saya kesulitan mencari judul penelitian,apa yang harus saya lakukan?” Kesulitan terbesar dalam memulai penelitian adalah menemukan apa yang akan diteliti. Di bawah ini disajikan beberapa tips yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi mereka yang sulit menemukan “apa yang akan diteliti?”: 1. Pada bab awal telah dikemukan tugas pendidikan sains, yaitu memempermudah siswa dalam mempelajari ekplanasi ilmiah sainstis dan mempermudah guru dalam mengajarkan ekplanasi sainstis. Implikasi pada penelitian pendidikan sains adalah penelitian sebaiknya dimulai dengan pertanyaan, “Materi atau topik apa yang sulit diajarkan oleh guru atau yang sulit dipahami oleh siswa?”. Selanjutnya dengan studi literatur temukanlah model, metode, strategi, teknik dll yang dapat mempermudah guru mengajarkan dan murid memahami materi tersebut. 2. Inspirasi penelitian juga bisa didapatkan dari membaca jurnal dan hasil-hasil penelitian terutama bagian saran dan rekomendasi peneliti biasanya memberikan hal-hal yang penting diteliti lebih lanjut. 3. Sebelum memutuskan untuk melakukan penelitian, maka sebaiknya mengukur kemampuan baik dari sisi waktu maupun biaya penelitian. Pertimbangan ini semua akan menentukan metode penelitian apa yang akan kita gunakan. Misalnya membuat sebuah model pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada menerapkan model pembelajaran yang sudah ditemukan oleh orang lain (ahli).
84 | Berikut ini disajikan beberapa judul penelitian pendidikan sains berdasarkan tema pembelajaran dan jenis penelitian, diharapkan menjadi sumber inspirasi untuk membuat sebuah proposal penelitian terutama pada jenjang pemula (mahasiswa S1). I. Tema berdasarkan Pembelajaran Sains A. Model/Strategi/Pendekatan/Metode Pembelajaran sains 1. Implementasi Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Gaya dan Tekanan 2. Pengaruh Pemberian Tugas terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Pengajaran Fisika 3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa SLTP yang Menggunakan Metode Eksperimen dengan Menggunakan Metode Pemecahan Masalah pada Pokok Bahasan Bunyi 4. Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Struktur Kognitif Siswa SMU pada Konsep Fluida tak Bergerak 5. Pengaruh Penataan Lingkungan Belajar Berdasarkan Quantum Learning Terhadap Minat Belajar Fisika Siswa SMU 6. Pengaruh Metode Belajar Kelompok terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa SMU Kelas II pada Mata Pelajaran Medan Magnet 7. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooferatif Tipe Jigsaw terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Medan Magnetik 8. Pengaruh pemberian Tugas Membuat Peta Konsep dan Rangkuman dalam Pengajaran Fisika terhadap Prestasi Belajar Siswa SMU
| 85 9. Perbandingan Efektifitas Pengajaran Remidial yang Menggunakan Tutor Sebaya dengan Pengajaran Remedial yang Menggunakan Metode Kerja Kelompok Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa 10. Hubungan antara Keterampilan Proses Sains yang dimilki Siswa dengan Pemahaman Konsep Fisika 11. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajar Generatif Terhadap Prestasi Belajar Fisika 12. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SMU 13. Pengaruh Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa SMU dalm Konsep Ekologi 14. Penggunaan Pendekatan Analogi terhadap Hasil Belajar Siswa SMU Kelas II pada Konsep Konsentrasi Larutan 15. Implementasi Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep pada Sub Bagian Bahan Kajian Elektrolisis 16. Strategi Pembelajaran dengan Pemetaan Konsep untuk Siswa Kelas II pada Bahan Kajian Pupuk 17. Pengaruh Penerapan Metode Discovery Inquiry terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas X pada Pokok Bahasan Kimia Karbon 18. Pengembangan Model Pembelajaran melalui Pendekatan Multidimensional untuk Meningkatkan Kompentensi Siswa SMP dalam Penggunaan Grafik 19. Pengembangan Pembelajaran Konseptual Secara Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa 20. Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
86 | 21. Pengembangan Model Pembelajaran Heuristik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 22. Motivasi Belajar Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia Menggunakan Model Pembelajaran Analogi 23. Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Metode Eksperimen dan Metode Demostrasi dalam Aplikasi Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan 24. Analisis Keterampilan Menafsirkan Data Pengamatan Siswa dalam Model Pembelajaran Inquiry Pokok Bahasan Kimia Karbon B. Media pengajaran 25. Pengaruh Penggunaan Multimedia pada Motivasi Belajar dan Prestasi Fisika Siswa 26. Pengembangan Software Multimedia Interaktif Pembelajaran Kimia pada Bahan Kajian Sifat-sifat Koloid 27. Penggunaan Video Demonstrasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA Kelas X pada Konsep Persamaan Gas (Hukum Charles) C. Evalusi pembelajaran 28. Penggunaan Tes Obyektif Pilihan Ganda tanpa Koreksi dalam Menggungkapkan tingkat Pemahaman Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika 29. Interpretasi Penilaian Kinerja Siswa Kelas I SMUN 3 Bandung Pada Pembelajaran Konsep Invertebrata 30. Penerapan Penilaian Kinerja Kegiatan Praktikum pada Konsep Struktur Tumbuhan di SMA
| 87 D. Miskonsepsi dalam pembelajaran sains 31. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gelombang dan Bunyi dengan Menggunakan CRI (Certainty of Response) 32. Identifikasi Miskonsepsi dan Kesalahan Buku Teks Biologi SMA Kelas 3 pada Konsep Biogeografi 33. Pembelajaran Analogi Rumah Elektron untuk Menanggulangi Miskonsepsi Siswa Kelas III SMU pada Sub Pokok Bahasan Konfigurasi Elektron II. Tema berdasarkan Jenis Penelitian A. Penelitian deskriptif 34. Tingkat Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bunyi Berdasarkan Ranah Kognitif Bloom 35. Profil Penguasaan Konsep Formal Fisika ditinjau dari Tahap Perkembangan Intelektual 36. Kemampuan Berpikir Hipotetik Deduktif Siswa dalam Kaitannya dengan Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan 37. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Kelas 2 SMU pada Pokok Bahasan Sistem Ekskresi 38. Identifikasi Kemampuan Keterampilan Proses Siswa SMU Kelas II pada Konsep Struktur Tumbuhan 39. Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa SLTP pada Konsep Gizi dan Kesehatan 40. Rancangan Pembelajaran yang Dapat Mengembangkan Kemampuan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran Konsep Makhluk Hidup 41. Analisis Pelaksanaan Mengajar Guru dengan Pengetahuan PMS tertentu pada Bahan Kajian Struktur Atom 42. Analisis Ekplanasi Guru pada Pokok Bahasan Rumus Kimia dan Persamaan Reaksi yang Sireduksi secara Didaktik
88 | 43. Analisis Pertanyaan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Intelektual Siswa pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 44. Analisis Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA Kelas X pada Praktikum Penentuan Kepolaran Senyawa dalam Pembelajaran Senyawa Polar dan Non Polar 45. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMU pada Pokok Bahasan Penggunaan Radiosotop 46. Analisis Kemampuan Siswa SMP Kelas 2 dalam Merencanakan Percobaan pada Praktikum Konsep Fotosintesis 47. Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep Sistem Peredaran Darah 48. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Gender pada Konsep Fotosintesis di Kelas 8 49. Indentifikasi Penggunaan Media Pembelajaran oleh Guru Biologi Madrasah Aliah se-Jakarta Selatan. 50. Penggunaan Assement Alternatif oleh Guru Biologi di Tangerang Selatan. 51. Analisis Kesiapan Guru Biologi MA di Jakarta Selatan dalam Menggunakan Teknologi dan Informasi. 52. Deskripsi Penggunaan Pendekatan Inkuiri oleh Guru Biologi MA di Jakarta Selatan. B. Penelitian Korelasi 53. Hubungan antara Keterampilan Berpikir Rasional dengan Kemampuan Berhipotesis Siswa Kela X pada Pokok Bahasan Kimia Karbon 54. Hubungan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Respirasi dengan Menggunakan Metode Eksperimen
| 89 55. Hubungan Penguasaan Konsep dengan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal 56. Hubungan Pemahaman Siswa dengan Pemeliharaan Kesehatan Organ Reproduksi C. Penelitian Tindakan 57. Penggunaan Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. 58. Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Peserta Didik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. 59. Peningkatan High Order Thinking Peserta Didik melalui Pembelajaran Keterampilan Proses Sains. 60. Peningkatan Persepsi Positif Peserta Didik terhadap Mikroba melalui Diskusi Isu Sosiosaintifik. #37. Darimana saya bisa mendapatkan trend penelitian sains secara nasional dan internasional? Selain itu untuk memperoleh inspirasi judul penelitian, anda dapat memihat trend penelitian pendidikan sains melalui jurnal. Trend penelitian pendidikan sains secara nasional dapat dibaca di jurnal-jurnal nasional dan secara internasional dapat dibaca diberbagai jurnal penelitian internasional. Jika anda tertarik dengan judul penelitian yang tertera pada jurnal, anda dapat menghubungi secara langsung alamat korespondensi penulis. Berikut ini adalah jurnal penelitian yang sudah disediakan secara online yang dapat menjadi inspirasi penelitian anda dalam juga melihat trend pendidikan sains. Nasional • Jurnal Pendidikan Sains Indonesia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii (gratis)
90 | • Jurnal Edusains: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains (gratis) Internasional • Electronic Journal Science Education (EJSE): http://ejse.southwestern.edu (gratis) • Eurasia journal of mathematics and science education: http://www.ejmste.com (gratis) • Journal of Science Teacher Education: http://www.springer.com [Bisa baca online] • International journal of science education: http://www.tandfonline.com [harus membeli, International Program Science Education Universitas Pendidikan Indonesia (IPSE – UPI) berlangganan, permohonnan cetak bisa dilakukan dengan membayar seharga tertentu (tahun 2011, IDR 50.000 per artikel). • Journal of Research in Science Teaching: http://onlinelibrary.wiley.com/journal/10.1002/(ISSN)10982736 [Tersedia versi gratis] #38. Penelitian apa yang masih jarang dilakukan di Indonesia? Berikut ini diberikan contoh beberapa judul penelitian yang jarang dilakukan di Indonesia dan sumber jurnalnya. Dari contoh yang disajikan secara bijaksana kita bisa memilih sesuai dengan kemampuan dan wilayah riset kita. • Penelitian terkait hubungan antara orang tua dengan prestasi sains. Contoh Parents' Attitudes Towards Science and their Children's Science Achievement, sumber: Journal of Science Education Volume 36, Issue 18, 2014. • Analisis pembelajaran sains menggunakan pendekatan bahasa (linguistik). Contoh Analysing Student-Student
| 91 Interaction from Cooperative Learning and Systemic Functional Perspectives, electronic journal science education, volume 4, number 4, 2000.
• Analisis tindakan pedagogi guru dalam mengajar sains. Contoh Using a reflection framework to guide teachers’
video analysis of their science teaching practice, electronic journal science education, volume 16, number 2, 2012.
• Penelitian terkait kebijakan pendidikan sains. Contoh Developing a Reform-Minded Science Teaching Identity: The Role of Informal Science Environments, Journal of Science Teacher Education, Vol 25, Issue 7, 2014 • Penelitian di bidang sosial media. Contohnya Wiki as a Tool for Engaging Students with a Science Problem Solving Activity. electronic journal science education, volume 16, number 2, 2012
#39. Dimana kita bisa melihat apa yang sedang “trend” dalam pendidikan sains? Jika ingin mengetahui trend yang sedang terjadi pada pendidikan sains, maka kita dapat menjadi member National Science Teacher Association (NSTA, http://www.nsta.org), sebuah organisasi profesi bagi guru sains di Amerika Serikat dan Canada. Pada tahun 2014 ini, STEM (Science Technology Engineering, and Mathematics) menjadi isu dalam pembelajaran sains. STEM menggantikan SETS (Science Environment Technology Society) dan STS (Science Technology Society). NSTA menerbitkan beberapa buku terkait dengan STEM seperti. • Exemplary STEM Programs: Designs for Success. Edited by: Robert E. Yager and Herbert Brunkhorst • The Case for STEM Education: Challengers and Opportunities. By Rodger W. Bybee • STEM Lesson Essentials – Integrated Science,
92 |
•
Technology, Engineering, and Mathematics, Grades 38. By Jo Anne Vasquezm Cary Sneider, & Michael Corner. Model and Approaches to STEM Professional Development. By Brenda Wojonowski & Celestine Pea.
#40. Hal apa yang penting untuk diteliti dalam pendidikan sains? Menurut Rustaman (2012: 7-10) bidang pendidikan sains yang penting untuk diteliti ada empat hal, yaitu: literasi sains dan literasi membaca, sikap ilmiah dan kemampuan bekerja ilmiah, pendidikan sains sebagai pengembangan berpikir, pendidikan sains sebagai bekal hidup. Rustaman (2011:23-25) juga mengungkapkan penelitian pendidikan sains penting dilakukan untuk pengembangan pembelajaran bermakna, pengembangan berpikir, dan pengembangan potensi peserta didik.
| 93
DAFTAR PUSTAKA Arifin, B, & Rani, A. (2000). Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Best, J.W. (1978). Research in Education. New Dehli: Prentice Hall of India. Boehm, A.E. & Weinberg, R.A. (1979). The Clasroom Observer. New York: Teacher College Colombia University. Creswell, J.W. (2010). Research Design [Terjemahan]. Yogyakarta: Pusaka Pelajar. Creswell, J.W. & Clark, V.P. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research. California: Sage. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Gall, M.C, Gall, J.P, & Borg, W.H. (2003). Educational Research. Boston: A&B. Gravemeijer, K & Cobb, P. (2006). Design research from a learning design perspective. Van den Akker, J. et al. (Eds). Educational Design Research. New York: Routledge Hagul, P, Manning, C, & Singarimbun, M. (1989). Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabel dalam Metode Penelitian Survey karya Singarimbun, M & Effendi. Jakarta: LP3S.
94 | Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Tersedia online di http://www.physics.indiana.edu [Akses 16 November 2014] Kochis, B. (2006). Classroom Research: An Introduction. Tersedia on line: http://www.evergreen.edu [akses tanggal 30 April 2006] Matra, I.B. & Kasto, 1989. Penentuan Sampel dalam Metode Penelitian Survey karya Singarimbun, M & Effendi. Jakarta: LP3S. Meltzer. (2002). The relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Posible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal Physics. 70(12), 1259-1268. Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom Action Research. Essays on Teaching Excellence Toward the Best in the Academy. 7(14). Tersedia on line: http://academic.udayton.edu[tanggal akses 30 April 2006]. Poedjiadi, A. (1999). Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih. Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Rustaman, Y. (2011). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Tersedia online di http://sembio.fkip.uns.ac.id [akses 17 November 2014]
| 95 Rustaman, Y. (2012). Trend Penelitian Pendidikan: Kasus Pendidikan Sains. Proseding Seminar Nasional Pendidikan IPA. Tersedia online di http://file.upi.edu [akses 17 November 2014]. Siegel, S. (1992). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial (terjemahan). Jakarta: Gramedia. Siregar, N. (1998). Penelitian Kelas: Teori, Metodologis, Analisis. Bandung: IKIP Bandung Press. ________. (1999). Pedagogi Materi-Subyek: Dasar-dasar Pengembangan PBM (Bahan Kuliah Pedagogi Materi Subyek). Materi kuliah PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Sudjana, N. & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Penerbit Sinar Baru. Sugiono. (2012). Alfabeta.
Metode Penelitian Kombinasi. Bandung:
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumini. (2001). Analisis Interaksi dalam Proses Belajar Mengajar pada Pokok Bahasan Struktur Atom di Kelas III IPA SMU. Skripsi pada Jurdik Kimia FPMIPA, UPI Bandung: tidak dipublikasikan. Supriyadi, (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam Workshop MKKS Tingkat Pusat yang Diselenggarakan olah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 12-15 September 2005 di Hotel Evergreen, Cisarua, Bogor.
96 | Teguh, W. (2004). Cara Mudah Melakukan Analisa Statistika dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media. UPI. (2002). Buku Wisudawan 21 Oktober 2002. Bandung: UPI UPI. (2006). Buku Wisudawan 19 April 2006. Bandung: UPI. Yin, R.K. (1984). Case Study Research: Design and Methods. Bevery Hills: Sage Publications. Zaenul, A & Nasution, N. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU, Dikti, Depdiknas.
| 97
PENULIS Yanti Herlanti, Doktor pendidikan Sains. Jenjang Strata I ditempuhnya di Institut Pertanian Bogor. Jenjang Strata II dan III ditempuhnya di Pendidikan Sains Universitas Pendidikan Indonesia. Sekarang penulis bekerja sebagai Dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Korespondensi bisa dilakukan melalui email:
[email protected]
Tanya Jawab Seputar Penelitian Sains
Terdiri dari 40 pertanyaan yang biasa ditanyakan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir. Disediakan juga contoh judul-judul penelitian yang dapat menginspirasi dalam penelitian pendidikan sains
viii 2014