Ma wa d d a hCe n t e r
Le mb a g aKo n s u l t a s iI s l a m da nSy a r i a h
Ma wa d d a hCe n t e r
Le mb a g aKo n s u l t a s iI s l a m da nSy a r i a h
081 91 5327292| 081 297777864 ma wa dda hcent er 1 ma wa dda h_cent er ma wa dda h_cent er @ma wa dda hcent er www. ma wa dda hcent er com ( 021 )849771 27 J a l a nSet i a2ANo1 1 5J a t i wa r i ngi m PondokGede, Kot aBeka si
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
i
ii
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
iii
iv
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Dr. Rasyid Sa'd Al-Ulaimi
606 Tanya Jawab Seputar Puasa Penerjemah: Masturi Irham, Lc
Mawaddah Center 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
v
Al-Ulaimi, Dr. Rasyid Sa'd 606 Tanya Jawab Seputar Puasa / Dr. Rasyid Sa'd Al-Ulaimi, Penerjemah: Masturi Irham,Lc. editor: Abu Athiyan. Mawaddah Center. Cet. 1 --Jakarta; 2014 312 hlm; 17,5 cm.
606
Tanya Jawab Seputar Puasa
Judul Asli: Ash-Shiyam; (Sual wa Jawab) Penulis: Dr. Rasyid Sa'd Al-Ulaimi
Penerjemah: Masturi Irham, Lc Editor: Abu Athiyan Pewajah Sampul: Tebar Kebaikan Penata Letak: Abu Athiyan Cetakan: Pertama, Juni 2014 M / Sya'ban 1435 H
Semua hak dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memproduksi, menyimpan dalam sistem penyimpanan apapun atau menyebarkan, dalam bentuk atau cara apapun, apakah elektronik, mesin fotokopi, rekaman dan lain-lain, bagian-bagian manapun dari penerbitan ini, tanpa izin tertulis sebelumnya dari penerbit All Right Reserved
vi
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Dustur Ilahi
“Ya Tuhanku berilah hamba ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah hamba dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (An-Naml: 19)
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
vii
viii
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Daftar Isi Dustur Ilahi — vii Mukadimah — 1 Pasal-pasal Dalam Buku Ini — 3 Ucapan Terima Kasih — 5 Bab Pertama Hukum-hukum Tentang Puasa
Pembahasan Pertama: Informasi-informasi Umum Tentang Puasa — 8 Pembahasan Kedua: Akhlak Orang Puasa — 15 Pembahasan Ketiga: Hal-hal yang Berhubungan Dengan Bulan Sya’ban — 21 Pembahasan Keempat: Di Antara Keutamaankeutamaan Puasa dan Bulan Suci Ramadhan — 32 Pembahasan Kelima: Di Antara Hukumhukum yang Berkaitan dengan Puasa — 37 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
ix
Pembahasan Keenam: Kriteria Orang yang Terkena Hukum Wajib Berpuasa — 46 Pembahasan Ketujuh: Masuknya Bulan — 52 Hal-hal yang Berkaitan dengan Ru`yatul Hilal (Melihat Hilal) — 52 Hal-hal yang Berkaitan dengan Perbedaan AlMathali’ (Lokasi Munculnya Hilal) — 62 Doa dan Ucapan Selamat Atas Datangnya Bulan — 66
Pembahasan Kedelapan: Amal-amal Ketaatan di Bulan Ramadhan — 68 Pembahasan Kesembilan: Akhlak Orang Puasa — 75 Pembahasan Kesepuluh: Niat Dalam Puasa — 89 Pembahasan Kesebelas: Pembahasanpembahasan Tentang Puasa — 96 Pembahasan Kedua Belas: Hal-hal yang Berhubungan dengan Mimpi Basah dan Bersentuhan Badan — 107 Pembahasan Ketiga Belas: Perkaraperkara yang Merusak Puasa — 113 Hal-hal yang Berhubungan Dengan Jima’ — 117
Pembahasan Keempat Belas: Hal-hal yang Berkaitan dengan Haid — 129 x
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Hal-hal yang Berkaitan dengan Istihadhah — 145 Hal-hal yang Berkaitan dengan Perempuan Nifas — 146
Pembahasan Kelima Belas: Sahur — 150 Pembahasan Keenambelas: Berbuka Puasa — 160 Pembahasan Ketujuh Belas: Anak Kecil dan Puasa — 168 Pembahasan Kedelapan Belas: Lupa Dalam Puasa — 173 Pembahasan Kesembilan Belas: Orangorang yang Punya Udzur — 177 Hal-hal yang Berkaitan Dengan Orang Sakit — 179 Wanita Hamil dan Menyusui — 184 Orang Gila dan Orang Pingsan — 186
Pembahasan Kedua Puluh: Hukum-hukum Medis yang Berkaitan Dengan Puasa — 190 Pembahasan Kedua Puluh Satu: Puasa dan Bepergian — 201 Pembahasan Kedua Puluh Dua: Shalat Tarawih — 217 Pembahasan Kedua Puluh Tiga: Malam Sepuluh Terakhir Dan Lailatul Qadar — 232 Pembahasan Kedua Puluh Empat: I’tikaf — 241 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
xi
Bab Kedu Hukum-Hukum Shalat Id Dan Tata Cara Umum
Pembahasan Pertama: Hukum-hukum Id — 254 Bab Ketiga Setelah Bulan Ramadhan
Pembahasan Pertama: Qadha Puasa — 266 Pembahasan Kedua: Puasa Sunnah — 275 Pertama: Pengetahuan Umum — 275 Kedua: Puasa Enam Hari di Bulan Syawal — 280 Ketiga: Puasa Bulan Muharram dan Asyura — 283 Keempat: Puasa Hari Kesembilan di Bulan Dzulhijjah — 285 Kelima: Puasa Hari Senin dan Kamis — 287 Keenam: Puasa Al-Ayyam Al-Bidh (hari-hari putih) — 288 Ketujuh: Puasa Hari Jum’at dan Sabtu — 291 Kedelapan: Puasa Wishal — 295
Penutup — 298 Daftar Pustaka — 300 [] [] []
xii
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Mukadimah Segala puji hanya bagi Allah I Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas Nabi Muhammad n yang diutus sebagai rahmat bagi umat manusia semuanya, amma ba’du, Buku yang ada di hadapan pembaca yang budiman ini merupakan cetakan pertama dari buku “Ash-Shiyam” (Puasa). Buku ini sebenarnya merupakan bagian dari buku “Ash-Shiyam wa Az-Zakah” (Puasa dan Zakat), kemudian kami berinisiatif untuk menerbitkan bab puasa dalam bentuk buku tersendiri supaya lebih mudah dan ringan untuk dibaca dan dipelajari. Di antara nikmat Allah I yang Dia anugerahkan kepada manusia adalah memberinya taufik untuk mengerjakan apa yang Dia cintai serta menuntun dan memandu langkahnya supaya dia senantiasa melangkah dengan berdasarkan pada pengetahuan dan wawasan terkait apa yang dia ucapkan atau kerjakan. Di antara media terpenting untuk mencapai hal itu adalah membaca dan mempelajari dasar-dasar dan rukun-rukun agama, 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
1
supaya seorang Muslim memiliki wawasan pengetahuan yang jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan berbagai tema dan hukum yang berkenaan dengan dasar-dasar dan rukun-rukun agama. Hal itu karena dasar-dasar dan rukun-rukun agama merupakan pilar untuk meraih kebahagian abadi, terlebih lagi pokok-pokok agama dan rukun-rukunnya termasuk dalam kategori hal-hal yang harus diketahui setiap individu dan jika sampai ada yang tidak tahu, maka itu sama sekali tidak bisa diterima. Untuk mewujudkan semua itulah, maka lahirlah buku ini dengan muatan yang berkaitan dengan salah satu rukun agama, yaitu puasa Ramadhan, juga puasa sunnah. Hal itu karena tema ini selalu ramai dibicarakan terutama setiap kali bulan Ramadhan tiba. Oleh karena itu, penulis berkeinginan –dengan taufik dari Allah I- untuk mengumpulkan sejumlah permasalahan dan tema yang berkaitan dengan puasa dan bulan Ramadhan dari berbagai literatur para ulama –semoga Allah I memberi kita kemanfaatan dari Fikih dan ilmu mereka- terutama dari literatur Syaikh Muhammad bin Al-Utsaimin serta dari ilmu yang penulis pahami seputar permasalahan-permasalahan puasa. Tema seputar permasalahan-permasalahan yang berhu bungan dengan puasa tersebut kami paparkan dalam buku ini dalam bentuk tanya jawab singkat. Kami sengaja memilih metode seperti ini, karena menurut hemat kami metode seperti ini memiliki efektifitasnya tersendiri dalam proses pembelajaran.[]
2
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pasal-pasal Dalam Buku Ini Setelah Mukadimah di atas, buku ini terdiri dari tiga bab dan sejumlah pasal seperti berikut, Bab Pertama: hukum-hukum umum tentang puasa, terdiri dari beberapa pasal seperti berikut: 1.
Informasi umum tentang puasa
2.
Akhlak orang puasa
3.
Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan bulan Sya’ban.
4.
Beberapa keutamaan puasa dan bulan Ramadhan.
5.
Beberapa hukum yang berkaitan dengan puasa.
6.
Kriteria orang yang sudah wajib berpuasa.
7.
Permasalahan seputar masuknya bulan.
8.
Amal-amal ketaatan di bulan Ramadhan.
9.
Akhlak orang puasa.
10. Niat dalam puasa. 11. Hal-hal yang Mubah dalam puasa. 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
3
12. Hal-hal yang dapat merusak puasa. 13. Hal-hal yang berkaitan dengan menstruasi. 14. Sahur. 15. Berbuka. 16. Anak-anak dan puasa. 17. Lupa dalam puasa. 18. Orang-orang yang memiliki udzur (orang sakit, orang lanjut usia, orang hamil dan menyusui). 19. Permasalahan-permasalahan medis yang berkaitan dengan puasa. 20. Puasa dan safar atau bepergian. 21. Shalat Tarawih. 22. Sepuluh malam terakhir dan lailatul Qadar. 23. Iktikaf. Bab kedua: permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hari Raya dan etika-etikanya. Bab ketiga: permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan puasa sunnah dan mengqadha puasa, terdiri dari dua pasal seperti berikut ini: 1.
Mengqadha puasa.
2.
Puasa sunnah. Penutup
4
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Ucapan Terima Kasih Penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan apresiasi yang besar kepada syaikh kami Al-Muhaddits Badr Abdullah AlBadar dan saudara Dr. Muhammad Aud Al-Fazi’1 atas kesediaan beliau berdua untuk menelaah dan memeriksa naskah pertama serta memberikan sejumlah masukan dan catatan yang sangat berharga. Semoga Allah I memberikan balasan kepada beliau berdua dengan pahala yang baik dan ganjaran yang agung. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sebesarbesarnya kepada setiap pihak yang telah memberikan arahan, masukan dan nasihat dalam pembuatan buku ini. Kepada Allah I penulis memohon semoga buku ini mendapatkan taufik, apresiasi dan diterima, serta memberikan manfaat bagi kaum Muslimin. Jika di sana ada suatu kesalahan atau kealpaan, maka penulis yakin pasti ada orang yang baik hati yang tidak akan segan-segan memberikan nasihat, petunjuk dan masukan dengan tulus, serta berbaik sangka bahwa masalah1
Direktur divisi pengawasan syariat di perusahaan Al-Imtiyaz (Kuwait).
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
5
masalah yang penulis tulis dalam buku ini adalah apa yang menurut penulis lebih kuat dan tepat, dan mendoakan semoga penulis mendapatkan kebaikan dan tambahan ilmu yang bermanfaat. Dan penutup doa kami ialah, segala puji bagi Allah I Tuhan semesta alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan keberkahan kepada kekasih kami Nabi Muhammad n, kepada keluarga dan para sahabat beliau, dan limpahkan salam kepada mereka sebanyak-banyaknya.[]
6
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Bab Pertama Hukum-hukum Tentang Puasa
Pembahasan Pertama:
Informasi-informasi Umum Tentang Puasa Tanya: 1.
Apakah puasa juga disyariatkan bagi umat-umat sebelum kita? Jawab: Ya, dalilnya adalah firman Allah I, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
2.
Tanya: Ada yang mengatakan bahwa pada awal mulanya puasa Ramadhan tidak diwajibkan atas kaum Muslimin?
Jawab: Ya, pada awal mulanya yang wajib adalah puasa Asyura, namun kemudian setelah itu puasa Ramadhan difardukan.
8
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 3.
Kapan dan bagaimana awal mula perintah puasa Ramadhan?
Jawab: Yaitu ketika Allah I menurunkan ayat,
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang mampu berpuasa (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
9
yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al-Baqarah: 183-184) Jadi pada waktu itu, masih ada pilihan, yaitu berpuasa atau tidak berpuasa dan menggantinya dengan membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Kemudian turun ayat, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan kedatangan bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Baqarah: 185) Maka, dalam ayat ini Allah I mewajibkan puasa Ramadhan bagi orang mukim yang sehat, memberikan keringanan bagi orang sakit dan musafir, serta menetapkan untuk memberi makan orang miskin bagi orang lanjut usia yang tidak mampu berpuasa.2 2
10
Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 4.
Dikatakan bahwa pada awal mula puasa disyariatkan, aturanaturannya cukup berat, kemudian muncullah pemberian keringanan di dalamnya, bagaimana penjelasannya? Jawab:
Betul, pemberian keringanan tersebut muncul karena dilatarbelakangi oleh banyak sebab. Di antaranya adalah, bahwa ada seorang laki-laki dari Anshar bernama Shirmah tetap terus bekerja sambil berpuasa hingga petang hari, lalu dia pulang dan shalat Isya kemudian langsung tidur tanpa makan dan minum lebih dahulu sampai subuh, lalu dia langsung berpuasa lagi. Lalu Rasulullah n melihatnya dalam kondisi yang sangat lemah dan kepayahan. Rasulullah n pun lantas bertanya kepadanya, “Aku lihat, kamu tampak sangat lemah dan kepayahan, kenapa?” Dia menjawab, “Ya Rasulallah, kemarin saya bekerja, kemudian pulang dan merebahkan tubuh hingga tertidur, kemudian pada pagi harinya saya langsung berpuasa lagi.” Lalu Allah I pun menurunkan ayat, “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
11
apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,” (Al-Baqarah: 187)3 Tanya: 5.
Bagaimana asal-usul nama Ramadhan? Jawab:
Disebutkan bahwa nama bulan Ramadhan dulunya adalah “Natiq.” Ketika orang Arab ingin mengalihkan namanama kuno bulan ke bahasa mereka, maka kebetulan bulan Natiq datang bertepatan dengan waktu yang memiliki cuaca yang sangat panas menyengat dan membakar (Ar-Ramadh), maka bulan itu pun disebut Ramadhan. Ada pula keterangan yang menyebutkan, bahwa bulan puasa disebut Ramadhan, karena puasa Ramadhan membakar dosa-dosa. Tanya: 6.
Kapan puasa Ramadhan difardhukan atas kaum Muslimin?
Jawab: Pada tahun kedua Hijrah. Tanya:
7.
Berapa Ramadhankah Nabi Muhammad n berpuasa?
3 Hal ini sebagaimana yang dirawayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al-Baihaqi.
12
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Nabi Muhammad n berpuasa Ramadhan sebanyak sembilan kali Ramadhan. Tanya: 8.
Apa makna kata “Kutiba” dalam ayat puasa, “Ya ayyuhal ladzina amanu kutiba ‘alaikum ash-Shiyamu,” ? Jawab:
Maknanya adalah Al-Kitabah Asy-Syar’iyyah, yakni perintah syara’ yang memerintahkan apa yang dicintai oleh Allah I. Tanya:
9.
Kenapa dalam puasa, Allah I menggunakan redaksi, “Ayyaman ma’dudatin” sedangkan dalam haji, Allah I menggunakan redaksi, “Asyhur ma’lumat”?
Jawab:
Karena bulan-bulan haji waktunya sudah diketahui dan maklum sejak jaman nabi Ibrahim a.s dan diwarisi secara turun temurun. Adapun Ramadhan, maka pensyariatan puasa di bulan Ramadhan merupakan syariat yang baru bagi manusia. Tanya:
10. Bolehkah berpuasa dengan dua tujuan atau niat, yaitu niat ibadah dan sekaligus untuk tujuan diet?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
13
Jawab: Jika seseorang dianjurkan oleh dokter untuk melakukan diet, lalu pada malam harinya dia berniat puasa dan tidak makan mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, maka dia mendapatkan pahala dan puasanya itu tetap dinilai sebagai puasa syar’i, karena dia telah berniat puasa dan menjalankan puasa selama jangka waktu yang telah ditetapkan sebagai waktu puasa. Juga, karena dia tidak beralih dari puasa diet murni ke puasa ibadah yang merupakan amal mendekatkan diri kepada Allah I melainkan dalam hatinya pasti ada kesadaran akan ibadah yang satu ini. Namun tetap saja, orang yang puasa dan sejak awal dia berpuasa murni karena didorong oleh keinginan mencari pahala dari Allah I adalah lebih agung pahalanya daripada orang yang di dalam puasa menggabungkan antara ibadah dan perkara yang mubah seperti diet tersebut.[]
14
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kedua:
Akhlak Orang Puasa Tanya: 11. Apa maksud dan tujuan dari pensyariatan puasa? Jawab: Maksud dan tujuan yang karenanya puasa disyariatkan adalah menggapai ketakwaan apabila orang yang berpuasa menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya. Allah I berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah: 183) Tanya: 12. Apakah yang dimaksudkan dengan takwa itu?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
15
Jawab:
Takwa maknanya adalah menjalankan perintah-perintah
Allah I dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dan itulah tujuan dari puasa. Hal itu karena, puasa merupakan ajang untuk mendidik dan membangun jiwa, mempurifikasi akhlak, membenahi dan meluruskan prilaku, sehingga bulan Ramadhan tidak berakhir melainkan pendidikan Ramadhan telah meninggalkan jejak dan kesan yang sangat mendalam pada dirinya yang itu tercermin pada jiwanya, akhlaknya dan prilakunya. Tanya: 13. Apakah Nabi Muhammad n mengisyaratkan tentang persoalan takwa dalam kaitannya dengan puasa? Jawab: Ya, Nabi Muhammad n bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan perbuatan yang batil, maka Allah I tidak mau tahu dirinya meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Al-Bukhari). Tanya: 14. Faedah dan pelajaran apa saja yang bisa kita petik dari firman Allah I, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah: 183) 16
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Pertama, penegasan tentang signifikansi puasa, karena Allah I mewajibkan puasa tidak hanya bagi kita saja, tapi bagi umat-umat sebelum kita juga. Ini menunjukkan bahwa Allah I menyukai ibadah puasa dan bahwa puasa merupakan kewajiban bagi setiap umat. Kedua, ayat tersebut ingin membuat umat ini merasa ringan menjalankan ibadah puasa dengan menanamkan kesadaran bahwa bukan hanya umat ini saja yang ditaklif mengerjakan ibadah yang satu ini, yaitu ibadah puasa yang mungkin merupakan ibadah yang mengandung semacam masyakah bagi jiwa dan raga. Ketiga, ayat tersebut menyiratkan bahwa Allah I menyempurnakan agama umat ini dengan melengkapinya dengan amal-amal keutamaan yang juga diberlakukan bagi umat-umat sebelumnya. Tanya: 15. Apakah di sana terdapat hikmah-hikmah yang karenanya puasa disyariatkan? Jawab: Ya, di antara hikmah-hikmah dan faedah-faedah yang terkandung dalam puasa adalah,
Pertama, bahwa puasa adalah ibadah yang kita gunakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan kita dengan
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
17
meninggalkan berbagai bentuk kesenangan-kesenangan yang menjadi bagian dari kodrat kita seperti makan, minum dan berhubungan badan, supaya kita bisa meraih ridha Tuhan kita. Kedua, menanamkan kesadaran dalam diri orang kaya akan besarnya nikmat Allah I kepada dirinya, bagaimana Allah I telah memberinya kemudahan dan fasilitas mendapatkan apa yang dia inginkan seperti makanan, minuman dan nikah. Dengan begitu, maka dirinya pun bisa pandai-pandai bersyukur kepada-Nya atas nikmat tersebut. Juga sekaligus dia bisa ingat kepada saudaranya yang miskin yang tidak bisa mendapatkan apa yang bisa dia dapatkan, sehingga dengan begitu dia pun tidak ragu-ragu untuk berderma dan berbuat kebaikan kepadanya. Ketiga, melatih untuk mengekang dan mengontrol diri, sehingga dia mampu mengendalikan dan mengarahkannya kepada hal-hal yang mendatangkan kebaikan, kemashlahatan dan kebahagiaan baginya. Juga menjadikan dirinya terhindar dari menjadi sosok binatang berbentuk manusia yang tidak kuasa mengendalikan diri terhadap kesenangan, keinginan, syahwat dan hawa nafsunya. Tanya: 16. Apakah puasa memiliki faedah dan manfaat-manfaat duniawi bagi fisik?
18
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ya, namun satu hal yang harus diperhatikan, yaitu kita jangan menomor satukan faedah dan manfaat-manfaat duniawiah itu dan menjadikannya sebagai hal yang pokok, karena hal itu berpotensi melemahkan keikhlasan serta membuat kita menomor duakan keinginan pada manfaat dan faedah ukhrawi dan menjadikannya terpinggirkan. Di antara faedah dan manfaat-manfaat duniawiah dari puasa adalah kesehatan dan kebugaran fisik yang dapat kita raih sebagai akibat dari proses pengurangan porsi makanan, sistem pencernaan yang mendapatkan kesempatan beristira hat dan melakukan proses sterilisasi dari sedimen-sedimen dan cairan-cairan yang tidak baik bagi tubuh, dan lain sebagainya. Tanya: 17. Peristiwa, kejadian dan momen-momen istimewa apa saja yang terjadi pada bulan Ramadhan? Jawab: Di antara peristiwa, kejadian dan momen-momen istimewa tersebut adalah: - Bulan Ramadhan merupakan bulan di mana Allah I mulai menurunkan Al-Qur`an. - Bulan Ramadhan merupakan bulan di mana perang Badar Kubra terjadi pada tahun kedua Hijriah.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
19
- Bulan Ramadhan merupakan bulan di mana Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah oleh Nabi Muhammad n) berlangsung. Masih banyak lagi kejadian-kejadian istimewa yang berlangsung bertepatan dengan bulan Ramadhan.[]
20
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Ketiga:
Hal-hal yang Berhubungan Dengan Bulan Sya’ban Tanya: 18. Kenapa disebut dengan bulan Sya’ban Jawab: Katanya, karena pada bulan Sya’ban, orang-orang Arab melakukan tasya’ub, yaitu pergi berpencar dan menyebar untuk mencari air, atau untuk melakukan aksi-aksi peperangan pada masa Jahiliyah setelah berakhirnya bulan Rajab yang merupakan salah satu bulan Haram. Atau dari kata “At-Tasya’ub” yang artinya Azh-Zhuhur (muncul). Tanya: 19. Kenapa kita seyogyanya memberikan perhatian lebih pada ibadah-ibadah di bulan Sya’ban? Jawab:
Supaya hal itu sebagai langkah persiapan menyongsong Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
21
kedatangan bulan Ramadhan, sehingga ibadah-ibadah tersebut terasa lebih ringan untuk dikerjakan di bulan Ramadhan, karena pada bulan Sya’ban kita sudah mulai melatih diri mengerjakannya, seperti membaca Al-Qur`an dan puasa. Tanya: 20. Apakah disyariatkan berpuasa di bulan Sya’ban? Jawab: Ya, dan disunnahkan untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah d, “Dulu, jika Rasulullah n berpuasa, maka hampir-hampir kita mengatakan beliau sepertinya tidak pernah berbuka, dan jika sedang tidak berpuasa, maka hampir-hampir kita mengatakan beliau seperti tidak pernah berpuasa. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah n menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah n berpuasa di suatu bulan lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (Muttafaq ‘alaihi). Tanya: 21. Apa sebab dan alasan untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban? Jawab: Barangkali illatnya adalah bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan yang banyak diabaikan oleh orang-orang 22
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Sudah maklum bahwa waktu-waktu di mana biasanya banyak orang yang tidak begitu memperhatikannya untuk beribadah, maka memanfaatkan waktu-waktu seperti itu dengan amal-amal ketaatan adalah dianjurkan. Ada juga yang mengatakan bahwa illat atau alasannya adalah supaya seorang Muslim sudah siap berpuasa sebelum Ramadhan, sehingga ketika datang bulan Ramadhan, maka dia terasa ringan dan mudah menjalankan puasa, karena sebelumnya sudah dilatih terlebih dahulu pada bulan Sya’ban. Tanya: 22. Katanya ada larangan berpuasa pada paroh kedua bulan Sya’ban, apakah itu benar? Jawab: Ya, berdasarkan sabda Rasulullah n, “Apabila bulan Sya’ban sudah memasuki paroh kedua, maka janganlah kalian berpuasa.” (HR. At-Tirmidzi). Tanya: 23. Bagaimana kita mengkompromikan dan mensinkronkan antara larangan berpuasa setelah bulan Sya’ban memasuki paroh kedua dengan hadits yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad n sering berpuasa di sebagian besar dari bulan Sya’ban?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
23
Jawab: Larangan berpuasa setelah bulan Sya’ban memasuki paroh kedua tersebut ditujukan buat orang yang baru memulai puasa pada paroh kedua bulan Sya’ban, bukan orang yang sudah banyak berpuasa sejak awal bulan. Tanya: 24. Apa hukum berpuasa pada hari Syak? Jawab: Ada pengharaman puasa hari Syak. Diriwayatkan dari Ammar Ibnu Yasir a bahwasanya beliau bersabda, “Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan, maka sungguh dia telah durhaka kepada Abu Al-Qasim n.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban). Tanya: 25. Apa yang dimaksud dengan hari Syak itu? Jawab: Yang dimaksud dengan hari syak adalah hari terakhir bulan Sya’ban, juga satu hari sebelum hari terakhir bulan Sya’ban. Diriwayatkan dari Abu Hurairah a, dia berkata, “Rasulullah n bersabda, “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari, kecuali orang yang sebelumnya memiliki kebiasan berpuasa pada hari-hari tertentu, dan hari itu (hari terakhir bulan Sya’ban) bertepatan dengan hari-hari puasanya tersebut, maka silahkan dia berpuasa.” (Muttafaq ‘alaih). 24
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 26. Apa illat atau alasan larangan berpuasa pada hari syak? Jawab: Ada yang mengatakan, alasannya adalah agar jangan sampai memasukkan hari yang bukan bagian dari bulan Ramadhan ke dalam bagian dari bulan Ramadhan. Juga supaya ada pemisah yang jelas antara puasa fardhu dan puasa sunnah, seperti memisah antara shalat fardhu dan shalat sunnah setelahnya dengan cara seperti berbicara atau berpindah tempat. Tanya: 27. Apakah larangan tersebut mencakup puasa hari terakhir bulan Sya’ban yang dilakukan untuk menunaikan nadzar atau membayar kafarat? Jawab: Tidak apa-apa puasa hari syak karena untuk menunaikan nadzar atau membayar kafarat. Larangan tersebut hanya ditujukan buat puasa hari Syak dengan niat puasa mutlak. Tanya: 28. Jika ada orang biasa puasa hari Kamis, lalu ternyata hari syak jatuh bertepatan dengan hari Kamis, maka apakah orang itu boleh berpuasa pada hari Kamis tersebut? Jawab:
Ya, dia boleh berpuasa pada hari Kamis yang jatuh Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
25
bertepatan dengan hari syak tersebut, karena Rasulullah n memperbolehkannya bagi orang yang seperti itu seperti dalam sabda beliau di atas,
“Janganlah salah seorang dari kalian mendahului Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari, kecuali jika dia adalah orang yang memiliki kebiasan berpuasa pada hari-hari tertentu, dan hari itu (hari syak) ternyata jatuh bertepatan dengan hari-hari puasanya tersebut, maka silahkan dia berpuasa.” (Muttafaq ‘alaih). Tanya: 29. Bolehkah berpuasa pada hari terakhir bulan Sya’ban sebagai bentuk antisipasi dan kehati-hatian (Al-Ihthiyath)? Jawab:
Kita tahu bahwa kepastian waktu puasa Ramadhan
adalah dengan menyempurnakan bilangan bulan Sya’ban sampai tiga puluh hari atau dengan melihat hilal Ramadhan. Selain itu, maka pelakunya dianggap melampaui batas-batas yang telah digariskan oleh Allah I di samping dia berarti 26
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
terjatuh dalam sikap mengada-ada dan memaksakan diri. Tanya: 30. Apakah melakukan puasa pada hari Syak dengan maksud sebagai langkah kehati-hatian dan antisipasi dianggap sebagai tindakan menyalahi waliyyul amri (pihak pemerintah yang berwenang)? Jawab:
Ya, di samping tentunya yang paling utama dia telah
menyalahi petunjuk dan tuntunan Nabi Muhammad n. Kita harus senantiasa ingat dan sadar bahwa kita hidup di negeri Muslim, maka kita harus mengikuti ketetapan dan keputusan waliyyul amri atau pihak berwenang yang ditunjuk oleh waliyyul amri tentan kapan mulai masuk bulan Ramadhan. Jika waliyyul amri atau pihak yang berwenang tersebut memutuskan bahwa awal bulan Ramadhan sudah datang, maka kita harus berpuasa mengikuti umat Islam lainnya. Tanya: 31. Kapankah kita mesti menerapkan langkah Al-Ihthiyath (kehati-hatian dan antisipasi) dalam ibadah?
Jawab:
Al-Ihthiyat baru diperintahkan ketika ada kemungkinan dan potensi terjatuh ke dalam tindakan melanggar. Adapun apabila Al-Ihthiyath justru akan mengakibatkan tindakan melakukan sesuatu yang terlarang atau meninggalkan
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
27
sesuatu yang diperintahkan, maka langkah kehati-hatian dan antisipasi dalam hal ini adalah dengan meninggalkan langkah kehati-hatian dan antisipai atau al-Ihthiyath tersebut. Tanya: 32. Bagaimana cara menyikapi hari terakhir bulan Sya’ban dalam kaitannya dengan kepastiannya melalui cara ru’yah? Jawab:
Jika datang hari tanggal tiga puluh bulan Sya’ban,
sementara ru`yatul hilal tidak bisa dilakukan karena ter halang mendung atau debu, maka itu adalah hari Syak.
Akan tetapi jika cuaca cerah dan langit cerah, namun
hilal tidak terlihat, maka itu berarti bukan hari Syak, tapi bisa dipastikan masih termasuk bulan Sya’ban dan tidak boleh digunakan berpuasa berdasarkan hadits di atas, “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari, kecuali orang yang sebelumnya memiliki kebiasan berpuasa pada hari-hari tertentu, dan hari itu (hari terakhir bulan Sya’ban) bertepatan dengan hari-hari puasanya tersebut, maka silahkan dia berpuasa.” (Muttafaq ‘alaih). Tanya: 33. Apakah ada hadits yang kuat tentang keutamaan malam pertengahan bulan Sya’ban?
28
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Ya, diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari a, dia
berkata, “Rasulullah n bersabda,
“Sesungguhnya pada malam pertengahan bulan Sya’ban Allah I menebarkan rahmat dan maghfirah-Nya untuk memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang musyahin.” (HR. Ibnu Majah). Musyahin adalah orang yang menebar kebencian dan permusuhan terhadap orang Mukmin. Tanya: 34. Ada semacam tradisi yang banyak dilakukan oleh masyarakat di Kuwait, yaitu tradisi yang dikenal dengan sebutan AlQarisy, bagaimana kita memandang tradisi seperti itu? Jawab: Itu adalah tradisi kuno di mana kaum perempuan berkumpul-kumpul untuk menumbuk biji gandum menjadi tepung sebagai persiapan menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan dengan maksud agar selama bulan suci Ramadhan mereka bisa fokus mengerjakan ibadah di dalamnya tanpa disibukkan dengan pekerjaan membuat Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
29
gandum karena sudah memiliki stok. Akan tetapi pada masa sekarang, hal semacam itu sudah tidak diperlukan lagi, sudah tidak relevan lagi dan sudah tidak ada alasan lagi untuk tetap melestarikannya karena sudah kehilangan makna dari hakekat tradisi tersebut. Maka dari itu, meninggalkan kebiasaan seperti itu adalah lebih utama, apalagi kebiasaan tersebut biasanya justru hanya menghambur-hamburkan makanan saja seperti yang biasa kita dapati di tempat-tempat kerja. Tanya: 35. Jika ada orang yang masih memiliki hutang puasa, maka apakah dia boleh mengqadhanya pada bulan Sya’ban? Jawab: Ya, dan dia harus segera mengqadha hutang puasanya itu sebelum datangnya Ramadhan, meskipun di bulan Sya’ban. Tanya: 36. Apakah itu juga mencakup perempuan yang masih memiliki hutang puasa Ramadhan tahun lalu karena haidh atau nifas? Jawab:
Ya, maka dia wajib mengqadha hutang puasanya itu.
Tanya: 37. Ada sebagian orang yang dengan begitu ringan melakukan berbagai kemaksiatan sebelum datangnya Ramadhan, dengan alasan bahwa orang yang puasa dosanya mendapatkan 30
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
ampunan, bagaimana hukum sikap dan prilaku orang seperti itu? Jawab:
Jelas itu merupakan sikap dan prilaku yang buruk
dengan berekspektasi akan mendapatkan ampunan karena berpuasa di bulan Ramadhan padahal mereka belum mengerjakannya. Memang, siapakah yang memberi mereka ijin melakukan kemaksiatan kapan pun? Juga, memangnya mana ada jaminan bahwa orang yang berpuasa Ramadhan pasti akan mendapatkan maghfirah dan diterima amal puasanya? Tanya: 38. Apa hukum shalat yang dikenal dengan istilah shalat ArRagha`ib? Jawab: Shalat Ar-Ragha`ib adalah shalat dua belas rakaat yang dikerjakan antara Maghrib dan Isya pada malam Jumat dari bulan Rajab atau pada malam pertengahan bulan Sya’ban. Semua itu tidak memiliki landasan dalil yang shahih dari Nabi Muhammad n, dan ada sejumlah ulama yang mengatakan bahwa shalat tersebut merupakan bid’ah munkarah.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
31
Pembahasan Keempat:
Di Antara Keutamaankeutamaan Puasa dan Bulan Suci Ramadhan Tanya: 39. Apa saja keutamaan-keutamaan puasa secara umum? Jawab: - Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri a, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah I menjauhkan dirinya dari neraka sejauh jarak tujuh puluh musim gugur (tahun).” (HR. Al-Bukhari). - Diriwayatkan dari Abu Hurairah a, bahwasannya Rasulullah n bersabda, “Tuhan kalian berfirman, “Setiap amal adalah kafarat, kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku Yang akan membalasnya sesuka-Ku tanpa ada yang tahu seberapa besar ukurannya.” (HR. 32
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Ahmad). - Diriwayatkan dari Abu Hurairah a, bahwasannya Rasulullah n bersabda, “Setiap amal anak cucu Adam dilipat gandakan, satu amal kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah I berfirman, “Kecuali puasa, karena puasa adalah untukKu dan Aku Yang akan membalasnya sesuka-Ku tanpa ada yang tahu seberapa besar ukurannya.” (HR. Muslim). - Diriwayatkan dari Hudzaifah Ibnu Al-Yaman a, dia berkata, “Rasulullah n bersabda, “Fitnah seseorang berkenaan dengan keluarganya, hartanya dan tetangganya bisa terhapus oleh shalat, puasa dan sedekah,” (Muttafaq ‘alaihi). - Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Amr a, bahwasannya Rasulullah n bersabda, “Puasa dan Al-Qur`an kelak pada hari kiamat akan memberikan syafaat buat seorang hamba. Puasa berkata, “Ya Rabb, saya telah mencegahnya dari makanan dan syahwat di siang hari, maka terimalah syafaatku buat dirinya.” Al-Qur`an berkata, “Ya Rabb, saya telah membuat dirinya tidak tidur pada malam hari, maka terimalah syafaatku buat dirinya.” Maka, Allah I pun menerima syafaat keduanya.” (HR. Ahmad). - Diriwayatkan dari Abu Umamah a, dia berkata, “Aku menemui Rasulullah n dan berkata, “Ya Rasulallah, perintahkanlah kepadaku suatu amal yang bisa memasuk Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
33
kan diriku ke dalam surga.” Rasulullah n bersabda, “Rajin-rajinlah kamu berpuasa, karena puasa tiada bandingannya.” Kemudian aku menemui beliau pada kali kedua, lalu beliau kembali berkata, “Rajin-rajinlah kamu berpuasa.” (HR. Ahmad, An-Nasa`i dan yang lainnya). Dalam versi lain disebutkan dengan redaki, “karena sesungguhnya puasa tiada padanannya.” (HR. Ibnu Hibban dan An-Nasa`i). Tanya: 40. Apa saja keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan secara ringkas? Jawab: - Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwasannya Rasulullah n bersabda,
34
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah I maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melaksanakan qiyamul lail pada malam lailatul qadr dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Allah I, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Muslim). - Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwasannya Rasulullah n bersabda, “Ketika datang malam pertama bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tanpa ada satupun yang dibuka, pintu-pintu surga dibuka tanpa ada satupun yang ditutup, dan berserulah penyeru, “Wahai orang yang mencari kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin melakukan keburukan, tahanlah diri kalian, sesungguhnya ada orang-orang yang akan dibebaskan oleh Allah I dari neraka, dan itu berlangsung tiap malam.” (HR. Ibnu Majah). - Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwasannya Rasulullah n naik ke atas mimbar lalu berkata, “Amin, amin, amin.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Ya Rasulallah, sebelumnya anda belum pernah melakukan hal seperti itu.” Lalu Rasulullah n bersabda, “Malaikat Jibril a.s berkata kepadaku, “Sungguh hina seorang hamba yang memiliki kesempatan menyaksikan kedua orang tuanya atau salah satunya, namun hal itu tidak bisa membuatnya masuk surga.” Lalu aku berkata, “Amin.” Kemudian malaikat Jibril a.s kembali berkata, “Sungguh hina seorang hamba yang memiliki kesempatan menyaksikan bulan Ramadhan, namun hal itu tidak bisa
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
35
membuatnya memperoleh ampunan.” Lalu aku berkata, “Amin.” Kemudian malaikat Jibril a.s kembali berkata, “Sungguh hina seorang hamba yang nama anda disebutkan di dekatnya, namun dia tidak bershalawat kepada anda.” Lalu aku berkata, “Amin.” (HR. At-Tirmidzi).[]
36
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kelima:
Di Antara Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Puasa Tanya: 41. Apa definisi puasa secara etimologi? Jawab: Puasa secara etimologi artinya adalah al-Imsaak (menahan diri dari melakukan sesuatu). Di antara contoh penggunaannya adalah ayat, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa (yakni puasa bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.” (Maryam: 26) Tanya: 42. Apa definisi puasa secara terminologi syara’?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
37
Jawab: Yaitu, beribadah kepada Allah I dengan menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah I, mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Tanya: 43. Apa saja macam-macam puasa? Jawab:
Puasa terbagi menjadi dua:,
- Puasa fardhu, yaitu puasa karena sebab kafarat atau nadzar, atau tanpa sebab seperti puasa bulan Ramadhan, karena puasa Ramadhan diwajibkan sejak awal oleh syara’ dalam artian tanpa ada sebab dari orang mukallaf yang melatar belakanginya. - Puasa non fardhu, yaitu ada yang tertentu secara spesifik seperti puasa senin Kamis, dan ada yang bersifat mutlak seperti puasa di hari apa saja yang memang diperbolehkan untuk dibuat berpuasa. Tanya: 44. Apa hukum puasa bulan Ramadhan? Jawab: Puasa bulan Ramadhan adalah salah satu rukun Islam. Allah I berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu 38
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah: 183)
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar a, dia berkata, “Rasulullah n bersabda,
“Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah I dan bahwasannya Muhammad adalah Rasul Allah I, menegakkan shalat, menunaikan zakat, menunaikan haji dan melaksanakan puasa Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari).
Kaum Muslimin telah ijma’ bahwa puasa Ramadhan hukumnya adalah fardhu. Tanya:
45. Apa saja rukun-rukun puasa itu? Jawab: Puasa memiliki satu rukun, yaitu beribadah kepada Allah I dengan menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa dimulai sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
39
Tanya: 46. Puasa apa saja yang wajib dijalankan oleh seluruh kaum Muslimin? Jawab:
Puasa Ramadhan saja. Diriwayatkan dari Thalhah
Ibnu Ubaidullah a bahwasannya ada seorang lakilaki Arab badui datang menemui Rasulullah n dengan kondisi rambut kepala yang acak-acakan, lalu berkata, “Ya Rasulallah, tolong beritahu puasa apa yang difardhukan oleh Allah I atas diriku?” Rasulullah n berkata, “Puasa Ramadhan, kecuali jika kamu ingin melakukan puasa sunnah.” (Muttafaq ‘alaihi). Tanya: 47. Apakah ada macam-macam fajar berkaitan dengan masalah puasa? Jawab: Ya, di sana ada fajar shadiq yang menjadi awal waktu berpuasa, yaitu fajar kedua sebelum fajar pertama yang dikenal dengan istilah fajar kadzib. Tanya: 48. Bagaimana cara kita membedakan antara fajar kadzib dengan fajar shadiq? Jawab:
Fajar kedua atau fajar shadiq bisa diidentifikasikan dan
40
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
dibedakan dari fajar kadzib dengan tiga hal, - Bahwa fajar pertama atau fajar kadzib berbentuk memanjang dari timur ke barat, semetara fajar shadiq memanjang dari utara ke selatan, yakni melintang di ufuk. - Fajar kadzib akan kembali menghilang dan menjadi gelap lagi setelahnya, sedangkan fajar shadiq tidak akan gelap lagi setelahnya, tapi cahayanya terus bertambah hingga terbitnya matahari. - Warna putih fajar kedua atau shadiq tersambung dengan ufuk, sementara fajar kadzib tidak, tapi dipisahkan oleh gelap, sehingga antara cahaya fajar kadzib dengan ufuk terdapat gelap yang memisahkan antara keduanya. Fajar kadzib tidak memiliki hukum apa-apa dalam syara’. Shalat shubuh belum boleh dilakukan ketika yang muncul baru fajar kadzib dan orang yang berpuasa tetap boleh makan, beda dengan fajar shadiq. Tanya: 49. Apa hukum orang yang menolak kefardhuan puasa Ramadhan? Jawab: Barangsiapa mengingkari dan menolak kefardhuan puasa Ramadhan, maka dia kafir, kecuali jika dirinya adalah orang
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
41
yang hidup di kawasan terpencil dan tidak mengetahui hukum-hukum syara’, maka dia diberitahu, namun jika dia tetap keras kepala dan bersikukuh pada sikapnya itu, maka dia kafir. Tanya: 50. Bagaimana hukum orang yang tidak mau menjalankan ibadah puasa Ramadhan karena menyepelekan kefardhuannya? Jawab: Ada sebagian ulama yang berpandangan bahwa orang seperti itu menjadi kafir dan murtad. Akan tetapi yang rajih adalah, orang itu tidak sampai kafir dan murtad, tapi fasiq dan berada dalam bahaya besar. Tanya: 51. Jika ada orang yang sengaja meninggalkan puasa Ramadhan selama beberapa tahun silam, maka apakah dia wajib mengqadhanya? Jawab: Orang seperti itu tidak harus mengqadha puasa yang dia tinggalkan tersebut, tetapi dia harus bertaubat dan menyesali semuanya itu serta memperbanyak amal-amal sunnah yang sejenis dengan amal yang pernah dia tinggalkan tersebut. Tanya: 52. Bisakah hukum tersebut diqiyaskan kepada perbuatan meninggalkan shalat karena ketiduran? 42
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Hukum tersebut tidak bisa dibantah dengan seperti sabda
Rasulullah n, “Barangsiapa tertidur hingga terlambat shalat atau lupa shalat, maka hendaklah dia mengerjakan shalat itu ketika dia ingat.” (Muttafaq ‘alaihi).
Hal itu karena terlambat shalat karena ketiduran
atau lupa adalah udzur yang dimaklumi bagi orang yang bersangkutan, dan mengqadha amal yang terlambat dilaksanakan karena ada udzur syar’i seperti itu dianggap sama seperti melaksanakannya secara ada` dalam hal pahalanya. Tanya: 53. Apa hukum orang yang berbuka di siang bulan Ramadhan tanpa ada udzur? Jawab: Berbuka di siang bulan Ramadhan tanpa ada udzur termasuk salah satu dosa besar, dan pelakunya harus beristighfar dan bertaubat kepada Allah I. Tanya: 54. Apakah orang terebut wajib mengqadha puasa hari itu? Jawab: Ya, orang tersebut wajib mengqadhanya dan dia tetap menanggung dosa. Hal itu karena ketika dirinya telah mulai
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
43
masuk ke dalam pelaksanaan puasa Ramadhan, maka berarti dia telah membuat komitmen untuk melaksanakannya, sehingga itu sama seperti nadzar, makanya dia wajib mengqadhanya. Tanya: 55. Apakah orang yang berbuka pada suatu siang di bulan Ramadhan wajib mengqadha? Jawab: Orang yang meninggalkan puasa Ramadhan sejak awal dengan sengaja tanpa ada udzur, maka yang rajih adalah dia tidak berkeharusan mengqadha, karena dia tetap tidak akan mendapatkan apa-apa, sebab tidak akan diterima. Kaedahnya adalah, bahwa setiap bentuk ibadah yang ditentukan waktunya secara spesifik, apabila terlambat dilaksanakan pada waktunya tersebut tanpa ada udzur, maka tidak diterima qadha`nya. Tanya: 56. Jika ada orang kafir masuk Islam, maka apakah dirinya berkeharusan untuk mengqadha ibadah-ibadah yang ditinggalkannya selama dirinya masih kafir? Jawab:
Hal itu tidak perlu, berdasarkan firman Allah I,
44
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu, dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu.” (AlAnfal: 38) Tanya:
57. Bagaimana cara berpuasa bagi orang yang tinggal di kawasan yang waktu siangnya atau waktu malamnya panjang sekali? Jawab: Negeri yang memiliki waktu malam dan siang dalam waktu dua puluh empat jam, maka kaum Muslimin yang tinggal di sana tetap harus berpuasa seperti biasa meskipun waktu siangnya sangat panjang dan waktu malamnya pendek selama masih bisa dibedakan antara waktu malam dan waktu siangnya. Adapun di negeri-negeri yang tidak bisa dibedakan antara waktu siang dan waktu malamnya, maka kaum Muslimin yang tinggal di negeri seperti itu berpuasa mengikuti ukuran waktu negeri yang terdekat dari negeri tersebut yang memiliki waktu siang dan malam yang bisa dibedakan.[] Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
45
Pembahasan Keenam:
Kriteria Orang yang Terkena Hukum Wajib Berpuasa Tanya: 58. Siapakah orang yang terkena kewajiban puasa Ramadhan? Jawab: Puasa Ramadhan wajib secara ada` bagi setiap Muslim laki-laki dan perempuan yang sudah baligh, berakal, mampu, mukim dan bebas dari hal-hal yang menjadi penghalang puasa. Tanya: 59. Apa yang dimaksud dengan bebas dari hal-hal yang menjadi penghalang puasa itu? Jawab: Yaitu, apa yang dialami oleh seorang perempuan berupa haidh atau nifas yang menjadi sebab dirinya tidak boleh melakukan ibadah seperti shalat, puasa dan ibadah-ibadah 46
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
lainnya yang tidak boleh dikerjakan oleh perempuan yang sedang haidh atau nifas. Tanya: 60. Apa kriteria dan patokan seseorang dianggap memiliki akal? Jawab: Kriteria atau patokannya adalah memiliki kemampuan untuk membedakan di antara hal-hal. Jika seseorang tidak berakal, maka tidak ada kewajiban puasa, shalat dan tidak pula haji atas dirinya. Tanya: 61. Apakah seseorang yang sudah lanjut usia dan pikun tetap wajib berpuasa atau cukup membayar kafarat? Jawab: Tidak ada kewajiban puasa dan tidak pula membayar kafarat puasa atas dirinya, karena sudah tidak ada pentaklifan apa-apa atas dirinya. Tanya: 62. Apa saja patokan usia baligh itu? Jawab:
Usia baligh bisa terwujud dengan salah satu dari tiga hal: - Sudah mencapai usia lima belas tahun. - Atau sudah mulai tumbuh rambut kemaluannya. - Atau sudah pernah mengalami ejakulasi (mengeluarkan Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
47
sperma disertai dengan rasa nikmat), baik itu dalam tidur (mimpi basah) maupun dalam kondisi terjaga.
Khusus untuk perempuan ada satu lagi, yaitu sudah mulai
mengalami menstruasi. Tanya: 63. Apakah baligh bisa dideteksi dengan usia tertentu? Jawab:
Kebalighan tidak bisa dideteksi dengan usia tertentu,
tapi siapa yang sudah genap berusia lima belas tahun, baik laki-laki maupun perempuan, maka dia sudah baligh. Jika ada seorang perempuan yang sudah mengalami menstruasi meskipun belum genap berusia lima belas tahun, maka dia juga sudah baligh. Tanya: 64. Apa yang dimaksud dengan kriteria mampu dalam kaitannya dengan puasa? Jawab:
Maksudnya adalah, seseorang tidak memiliki penyakit
yang menghalanginya dari puasa. Tanya: 65. Apakah yang dimaksud dengan kriteria mukim adalah kebalikan dari musafir?
48
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Ya, maka orang yang mukim dalam artian orang yang
tinggal di suatu daerah dan di situ dia punya keluarga, maka dia wajib berpuasa. Adapun seorang musafir yang melakukan suatu perjalanan untuk suatu tujuan, maka dia tidak wajib berpuasa. Tanya: 66. Jika ada seseorang masuk Islam di pertengahan bulan Ramadhan, maka apa yang harus kita perintahkan kepadanya? Jawab:
Apabila ada seseorang masuk Islam di siang hari, maka
mulai saat itu dia harus menahan diri dari larangan-larangan puasa tanpa harus mengqadha, karena ketika itu dirinya sudah termasuk orang yang terkena kewajiban puasa. Tanya: 67. Jika ada seseorang berbuka karena situasi dan kondisi ujian yang jatuh pada bulan Ramadhan sementara mata pelajaran yang diujikan sulit, maka bagaimana hukumnya? Jawab:
Berbuka di siang hari bulan Ramadhan karena alasan
ujian adalah tidak boleh, karena dia bisa belajar pada malam hari dan tidak ada alasan yang mengharuskan untuk berbuka dan tidak berpuasa.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
49
Tanya: 68. Jika begitu, maka apa yang harus dilakukan oleh orang yang terlanjur pernah melakukan hal seperti itu? Jawab:
Pertama-tama, orang yang keliru seperti itu harus
bertaubat dan dia juga berkewajiban mengqadha, karena dalam hal ini dia meninggalkan puasa dengan berdasarkan pada suatu interpretasi bukan karena meremehk an kewajiban puasa. Tanya: 69. Apakah buruh yang bekerja dalam bidang pekerjaan yang berat boleh berbuka? Jawab:
Pertama-tama yang harus mereka lakukan adalah tetap
berpuasa dengan memohon pertolongan kepada Allah I, kemudian ketika di tengah-tengah hari mereka mengalami kepayahan dan rasa haus luar biasa yang mengancam keselamatan mereka, maka mereka baru boleh berbuka karena ada kondisi hajat. Tanya: 70. Apakah bisa membuat kesepakatan dengan pengusaha terkait waktu kerja supaya para pekerja bisa berpuasa dengan sempurna tanpa hambatan?
50
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Ya, dan itu bagus ketika mereka bisa membuat kesepakatan
terkait jadwal kerja pada bulan Ramadhan, misalnya jadwal kerja dialihkan pada malam hari misalnya atau jam kerjanya dikurangi, supaya para pekerja tetap bisa bekerja dan sekaligus berpuasa dengan nyaman. Tanya: 71. Apakah petugas pemadam kebakaran boleh berbuka pada bulan Ramadhan? Jawab:
Jika situasi dan kondisi yang ada memaksa mereka
harus berbuka supaya mereka kuat untuk menjalankan misi menyelamatkan nyawa manusia, maka boleh saja dan mereka harus mengqadha setelah Ramadhan.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
51
Pembahasan Ketujuh:
Masuknya Bulan Hal-hal yang Berkaitan dengan Ru`yatul Hilal (Melihat Hilal) Tanya: 72. Bagaimana cara menetapkan masuknya bulan Ramadhan?
Jawab:
Kepastian masuknya bulan Ramadhan bisa dengan melihat hilal, atau dengan menyempurnakan bilangan hari bulan Sya’ban sampai tiga puluh hari. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah n,
52
“Apabila kalian melihat hilal, maka berpuasalah, dan apabila kalian melihat hilal, maka berbukalah. Namun jika kalian
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
tidak bisa melihat hilal karena tertutupi, maka genapkanlah bilangan hari bulan Sya’ban sebanyak tiga puluh hari.” (HR. Al-Bukhari). Tanya: 73. Bagaimana cara kita bisa tahu secara pasti tentang masuknya bulan? Jawab: Hal itu ketika orang-orang memang melihat hilal. Ketika mereka telah melihat hilal, maka hal-hal yang menjadi konsekwensinya harus dilaksanakan, seperti puasa jika hilal itu adalah hilal Ramadhan, atau berbuka (tidak berpuasa lagi) jika hilal itu adalah hilal bulan Syawal. Tanya: 74. Syarat-syarat apa saja yang harus terpenuhi pada diri orang yang melihat hilal? Jawab: Syaratnya adalah dia harus orang yang memiliki kredibilitas dan bisa dipercaya, yaitu memiliki kemam puan penglihatan mata yang sehat, memiliki integritas pada keagamaannya dan ucapannya bisa dipertanggung jawabkan. Tanya: 75. Apa hukum mengajak orang-orang untuk melakukan kegiatan melihat hilal? Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
53
Jawab: Mengajak dan menyeru orang-orang untuk melihat hilal, yakni hilal bulan Ramadhan atau hilal bulan Syawal merupakan hal yang sudah jamak dilakukan pada masa sahabat. Hal ini berdasarkan perkataan Abdullah Ibnu Umar a, “Orang-orang pergi untuk melihat hilal, lalu aku mengabarkan kepada Rasulullah n bahwa aku telah berhasil menangkap keberadaan hilal, lalu Rasulullah n pun memulai puasa dan memerintahkan orang-orang untuk memulai puasa.” (HR. Abu Dawud dalam Sunannya). Tanya: 76. Di mana lokasi yang memungkinkan untuk melihat hilal dengan jelas untuk pertama kali kemunculannya? Jawab: Di gurun di mana tidak ada cahaya atau di atas puncak gunung. Tanya: 77. Apa yang bisa kita petik dari perkataan Abdullah bin Umar a di atas, “Dan Rasulullah n pun memerintahkan orangorang untuk mulai puasa,” ? Jawab: Yaitu, bahwa hanya Waliyyul Amri saja yang memiliki kewenangan dan otoritas menetapkan awal dan akhir puasa serta awal Syawal, dan memerintahkan kaum Muslimin di 54
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
negeri yang bersangkutan untuk berpuasa. Tanya: 78. Butuh berapa saksi untuk menetapkan masuknya bulan Ramadhan? Jawab: Masuknya bulan Ramadhan sudah bisa ditetapkan dengan kesaksian satu orang laki-laki jika hakim menilai bahwa orang tersebut layak untuk diterima kesaksiannya. Nabi Muhammad n menetapkan masuknya bulan Ramadhan dengan berdasarkan kesaksian Abdullah Ibnu Umar a bahwa dirinya telah menangkap wujud hilal sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Tanya: 79. Jika ada seseorang yang melihat hilal sendirian, maka apa yang harus dia lakukan? Jawab: Dia harus menyampaikan hal itu kepada mahkamah dan memberikan kesaksian tentang hal itu. Tanya: 80. Jika ada orang yang ditolak kesaksiannya perihal melihat hilal, apakah dia wajib berpuasa? Jawab: Ya, dia wajib untuk mulai berpuasa, karena dia yakin telah melihat hilal. Rasulullah n bersabda, “Puasalah kalian Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
55
karena melihat hilal,” dan orang yang bersangkutan telah melihat hilal. Tanya: 81. Jika hilal sudah berhasil dilihat, tetapi ada orang yang tidak berhasil melihat hilal berkata, “Aku akan menggenapkan bilangan hari bulan Sya’ban,” apa yang harus disampaikan kepada orang seperti itu? Jawab: Secara prinsip, bahwa setiap orang yang melihat hilal, maka dia harus mulai berpuasa. Akan tetapi hal itu tidak lantas berarti bahwa orang yang tidak melihat hilal tidak ikut memulai puasa. Bukan itu maksud yang diinginkan berdasarkan kesepakatan. Perintah yang ada adalah ditujukan kepada semuanya secara keseluruhan, bukan kepada masing-masing individu, karena tidak mungkin mengharuskan tiap-tiap individu dari seluruh umat untuk bisa melihat hilal. Tanya: 82. Bisakah memanfaatkan pesawat terbang untuk melihat hilal? Jawab:
Tidak disyariatkan menggunakan pesawat terbang atau
satelit untuk mendeteksi dan melihat hilal, karena pesawat terbang dan satelit berada di ketinggian yang sangat jauh sekali dari bumi yang merupakan tempat untuk melihat hilal. 56
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 83. Bolehkah seorang Muslim menggunakan alat semacam teropong, teleskop atau keker untuk melihat hilal? Jawab:
Ya, tidak apa-apa menggunakan alat semacam itu, karena
keumuman sabda Rasulullah n, “Jika kalian melihat hilal (Ramadhan), maka mulailah berpuasa, dan jika kalian melihat hilal (Syawal), maka berbukalah.” Tanya: 84. Mana yang lebih diprioritaskan, rukyah atau hisab? Jawab:
Rukyah lebih diprioritaskan atas hisab, berdasarkan
firman Allah I, “Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu,” (Al-Baqarah: 185)
Juga berdasarkan sabda Rasulullah n, “Jika kalian
melihat hilal (Ramadhan), maka mulailah berpuasa, dan jika kalian melihat hilal (Syawal), maka berbukalah.” Tanya: 85. Bolehkah hanya mengandalkan hasil perhitungan observatorium dalam menetapkan mulai masuk dan keluarnya bulan? Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
57
Jawab: Tidak boleh. Jika hilal sudah terlihat, meskipun itu dengan menggunakan teleskop observatorium, maka rukyat itu diperhitungkan, berdasarkan keumuman sabda Rasulullah n,
“Jika kalian melihat hilal (Ramadhan), maka mulailah berpuasa, dan jika kalian melihat hilal (Syawal), maka berbukalah.” Adapun hisab saja, maka tidak boleh digunakan dan tidak boleh pula dijadikan sebagai pegangan. Tanya: 86. Kapan hisab bisa digunakan sesuai dengan hasil perhitungan observatorium? Jawab: Hasil hisab tersebut hanya bisa digunakan untuk meniadakan bukan untuk menetapkan. Dalam artian, seandainya ada seseorang mengatakan bahwa dirinya telah melihat hilal, sementara hasil perhitungan observatorium menyatakan bahwa hilal tidak mungkin lahir pada malam tersebut di lokasi tersebut, maka di sini yang kita ambil adalah hasil observatorium tersebut. Namun jika seandainya observatorium menetapkan bahwa hilal telah lahir pada 58
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
malam ini, namun tidak ada satu orang pun yang bisa melihat dan menangkapnya dengan mata, maka ketetapan observatorium tersebut tidak kita gunakan, karena yang diperhitungkan adalah melihat secara alami dalam artian benar-benar terlihat oleh mata. Tanya: 87. Seandainya hasil hisab ternyata benar dan tepat, maka apakah kita bisa mempergunakannya untuk tahun-tahun mendatang? Jawab: Tidak boleh hanya berpatokan pada hasil hisab, baik apakah hasil hisab yang ada adalah betul atau keliru, karena kita tidaklah diminta melainkan hanya menggunakan media-media yang syar’i dalam menetapkan hilal, tidak lebih dari itu. Tanya: 88. Seandainya ada orang berargumentasi bahwa dulu umat Islam pada awalnya adalah ummi dalam artian tidak pandai menulis dan menghitung, makanya mereka menggunakan cara rukyah alami. Adapun sekarang, maka umat sudah pandai menulis dan berhitung, sehingga illat yang ada sudah tidak relevan lagi. Maka dari itu, kita harus merujuk kepada hisab. Apa yang harus kita katakan kepada orang yang berargumentasi seperti itu?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
59
Jawab: Dikatakan kepadanya, tidak, itu adalah label umat ini, meskipun di antara mereka ada orang yang belajar. Allah I berfirman,
“Dia lah Yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,” (Al-Jumu’ah: 2)
Rasulullah n adalah seorang yang ummi, umat ini juga umat ummi berdasarkan informasi Nabawi yang benar meskipun umat tersebut bisa menulis dan membaca. Tanya:
89. Apa makna sabda Rasulullah n, “Ada dua bulan yang tidak berkurang, dua bulan itu adalah dua bulan hari raya, yaitu bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Al-Bukhari). Jawab: Terdapat ragam pendapat seputar apa yang dimaksudkan dari hadits tersebut. Di antaranya adalah, - Yang dimaksud dengan dua bulan hari raya yang tidak berkurang adalah, keduanya tidak berkurang secara bersama-sama dalam satu tahun, yaitu bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah. Jika salah satunya genap, maka yang lain berkurang. - Ada pula yang mengatakan, bahwa maksudnya adalah 60
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
tidak berkurang dalam hal keutamaan dan pahala, meskipun bilangannya dua puluh sembian hari atau tiga puluh hari. - Ada pula yang mengatakan, bahwa maksudnya adalah tidsak berkurang dalam hal hukum-hukumnya. Tanya: 90. Apakah Nabi Muhammad n pernah menyebutkan tentang kadar ukuran bulan Arab? Jawab:
Ya, diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar a, dari Rasulullah n bahwasannya beliau bersabda, “Sesungguh nya kita adalah umat yang ummi, kita tidak pandai menulis dan menghitung, bulan adalah sekian dan sekian,” yakni terkadang dua puluh sembilan hari dan terkadang tiga puluh hari.” (Muttafaq ‘alihi). Tanya:
91. Ketika orang-orang baru mengetahui masuknya awal bulan di pagi atau siang hari, maka apa yang harus mereka lakukan? Jawab: Jika masuknya awal bulan baru diketahui di tengahtengah hari, maka mulai saat itu juga mereka harus menahan diri dari larangan-larangan dan pantangan-pantangan puasa, karena ternyata hari tersebut sudah menjadi bagian dari bulan Ramadhan. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
61
Tanya: 92. Apakah orang-orang seperti mereka itu wajib mengqadha puasa untuk hari tersebut? Jawab:
Dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat di kalangan
ulama. Jumhur ulama mengatakan bahwa mereka wajib mengqadha, alasannya adalah karena mereka tidak niat puasa dari awal hari, sehingga ada bagian dari hari itu yang dia lalui tanpa niat. Sementara itu, ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa mereka tidak berkewajiban mengqadha, karena mereka pada hari itu berbuka karena tidak tahu, sementara ketidak tahuan mereka itu adalah ketidak tahuan yang dapat dimaklumi.
Hal-hal yang Berkaitan dengan Perbedaan Al-Mathali’ (Lokasi Munculnya Hilal) Tanya: 93. Bagaimana menyikapi seruan tentang penyatuan Al-Mathali` dan rukyat? Jawab:
Tidak ada persoalan sebenarnya menyangkut pandangan
yang mengatakan tentang kesamaan Al-Mathali’ atau perbedaan Al-Mathali’. Hal tersebut tidak memunculkan
62
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
suatu persoalan selama perjalanan panjang sejarah umat Islam, meskipun pada beberapa periode terdapat ulama yang memfatwakan tentang kesamaan Al-Mathali’ dan ada pula yang memfatwakan perbedaan Al-Mathali’. Akan tetapi, karena umat Islam pada masa lalu berada di bawah kepemimpinan satu orang, maka hal itu memungkinan untuk mengeluarkan keputusan yang mengikat bagi seluruh umat di seluruh penjuru timur dan barat. Namun hal itu tidak lagi memungkinkan untuk diterapkan pada masa sekarang ini. Akan tetapi jika para ulama tiap-tiap negara berijtihad dan mereka memang memiliki kapasitas untuk melakukan itu dan memiliki kapabilitas untuk diikuti, maka insya Allah tidak akan ada persoalan apa-apa. Tanya: 94. Ada sebagian kalangan yang menyerukan untuk menyatukan Al-Mathali’ dengan menjadikan Makkah sebagai patokan dan rujukannya demi menjaga kesatuan dan persatuan umat Islam menyangkut masuknya awal bulan, bagaimana memandang seruan seperti ini? Jawab: Secara astronomis, hal itu adalah mustahil, karena Mathali’ hilal memang berbeda-beda. Jika memang Mathali’ hilal berbeda-beda, maka menurut dalil yang ada, tiap-tiap negeri memiliki hukumnya sendiri. Jika penduduk Makkah Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
63
sudah melihat hilal misalnya, maka apakah kita mesti mengharuskan penduduk Pakistan untuk ikut berpuasa, padahal kita tahu bahwa hilal belum muncul di ufuk atau cakrawala langit mereka. Tanya: 95. Apakah perbedaan Al-Mathali’ juga sudah ada pada masa lalu? Jawab: Ya, buktinya adalah keterangan yang bersumber dari Kuraib bahwa Ummu Al-Fadhl Binti Al-Harits mengutus dirinya untuk menemui Muawiah di Syam. Kuraib bercerita, “Maka, aku pun pergi ke Syam dan melaksanakan keperluannya yang dia amanatkan kepadaku. Ketika aku masih di Syam, hilal awal bulan Ramadhan datang dan aku melihatnya pada malam Jumat. Kemudian aku pulang ke Madinah dan sampai di sana di akhir bulan Ramadhan. Lalu Abdullah bin Abbas a bertanya kepadaku, kemudian pembicaraan pun sampai pada masalah hilal. Abdullah bin Abbas a berkata kepadaku, “Kapan kamu melihat hilal?” Aku menjawab, “Kami melihat hilal pada malam Jumat.” Abdullah bin Abbas a kembali berkata, “Kamu melihatnya sendiri?” Aku menjawab, “Ya, dan orang-orang juga melihatnya, lalu mereka pun berpuasa dan Muawiah pun berpuasa.” Abdullah bin Abbas a kembali berkata, “Namun kami di sini baru melihat hilal pada malam sabtu, 64
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
maka dari itu kami akan tetap berpuasa hingga genap tiga puluh hari atau kecuali kami melihat hilal (bulan Syawal).” Lalu aku berkata, “Tidakkah anda cukup mengikuti rukyatnya Muawiah dan puasanya?” Abdullah bin Abbas a menjawab, “Tidak, dan demikianlah Rasulullah n memerintahkan.” (HR. Muslim). Tanya: 96. Bagaimana tentang orang yang merilis berita di surat kabar tentang waktu awal bulan? Jawab:
Semestinya tindakan seperti itu ditinggalkan, karena
khawatir bisa memicu perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Tanya: 97. Apakah ketetapan dan keputusan waliyyul amri di suatu negeri adalah keputusan final yang harus menjadi rujukan menyangkut persoalan perbedaan Al-Mathali’i? Jawab: Betul. Maka dari itu, apabila waliyyul amri sudah mengeluarkan instruksi untuk mulai berpuasa atau berakhirnya puasa dan masuknya hari raya, maka harus dipatuhi oleh semuanya, karena ketetapan dan keputusan waliyyul amri dalam permasalahan-permasalahan khilafiah adalah penentu finalnya. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
65
Tanya: 98. Orang yang hidup di luar negeri misalnya, apakah dia berpuasa bersama-sama dengan masyarakat dan penduduk setempat ataukah mengikuti negeri asalnya? Jawab: Seorang Muslim berpuasa dan berbuka mengikuti masyarakat setempat di mana dia tinggal, baik apakah waktunya sesuai dengan yang berlangsung di negeri asalnya maupun berbeda.
Doa dan Ucapan Selamat Atas Datangnya Bulan Tanya: 99. Apakah ada khusus yang bersumber dari Nabi Muhammad n ketika melihat hilal? Jawab:
Ya, ada. Diriwayatkan dari Rasulullah n bahwa beliau
memanjatkan doa seperti berikut,
“Ya Allah, terbitkanlah hilal itu kepada kami dengan keberkahan, keimanan, keselamatan dan Islam. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
66
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 100. Apakah disyariatkan bagi orang yang mendengar berita bahwa hilal telah terlihat untuk mengucapkan doa di atas? Jawab:
Tidak disyariatkan memanjatkan doa di atas kecuali bagi
orang yang menyaksikan hilal saja. Tanya: 101. Apa hukum mengucapkan selamat atas masuknya bulan Ramadhan? Jawab: Tidak apa-apa menyampaikan ucapan selamat atas setiap hal yang menggembirakan, karena dasarnya terdapat dalam As-Sunnah, seperti ucapan selamat para sahabat kepada Ka’b Ibnu Malik a atas diterimanya pertaubatan dirinya oleh Allah I. Begitu juga, Nabi Muhammad n diberi ucapan selamat dan kabar gembira atas kelahiran putra beliau yang bernama Ibrahim. Para malaikat juga pernah mengucapkan selamat dan menyampaikan berita gembira kepada nabi Ibrahim a.s bahwa dirinya akan memiliki anak. Jadi, memberikan ucapan selamat atas setiap hal yang menggembirakan adalah boleh-boleh saja dan itu ada dasarnya di dalam As-Sunnah.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
67
Pembahasan Kedelapan:
Amal-amal Ketaatan di Bulan Ramadhan Tanya: 102. Apakah ibadah memiliki dua sisi yang mesti diperhatikan? Jawab:
Ya. - Sisi pertama, yaitu pelaksanaan dan realisasi sesuai dengan tata cara dan tuntunan yang telah diajarkan dan digariskan oleh Nabi Muhamad n. Ini disebut Al-Ijza` atau juga dikenal dengan istilah sah dengan memperhatikan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, kewajiban-kewajibannya dan lain sebagainya. - Sisi kedua, yaitu balasan dan ini baru bisa digapai jika telah memenuhi sejumlah syarat, yaitu ikhlas hanya karena Allah I, mengharapkan pahala hanya dariNya, menghindari riya` dan hal-hal lainnya yang bisa
68
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
merusak pahala ibadah. Ini disebut dengan al-Qabul atau diterima di sisi Allah I. Tanya: 103. Dalam hal apa seorang Muslim satu dengan orang Muslim lainnya memiliki kesamaan atau perbedaan dalam hal ibadah? Jawab:
Bisa memiliki kesamaan dalam hal al-Ijza` (sama-sama
sah), tapi meskipun begitu pahala yang diperoleh bisa berbeda-beda antara Muslim satu dengan Muslim yang lain. Tanya: 104. Mungkinkan seorang Muslim menunaikan ibadah, namun tidak diterima oleh Allah I? Jawab:
Ya, seperti misalnya orang yang tidak menjaga adab dan
etika terhadap Allah I dalam ibadah, sehingga ibadahnya sah secara lahiriah, namun secara substansi ibadahnya itu rusak. Tanya: 105. Apa saja amalan-amalan yang disyariatkan untuk dikerjakan di bulan Ramadhan?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
69
Jawab:
Banyak sekali, seperti tentunya shalat fardhu, shalat
sunnah, shadaqah, mengeluarkan zakat, membaca AlQur`an, shilaturrahim, umrah, memberi nasihat dan yang lainnya berupa setiap hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah I buat kita. Tanya: 106. Apakah doa orang yang berpuasa mustajab? Jawab: Ya, diriwayatkan dari Abu Hurairah a, dia berkata, “Rasulullah n bersabda, “Ada tiga orang yang doa mereka tidak ditolak. Imam yang adil. Kedua, orang yang berpuasa hingga dia berbuka. Ketiga, doa orang yang teraniaya, pada hari kiamat kelak doa orang yang teraniaya diangkat oleh Allah I di atas kabut putih, pintu-pintu langit dibuka untuk doanya itu, dan Allah I berfirman, “Demi kebesaran dan keagungan-Ku, sungguh Aku pasti akan menolongmu meski setelah beberapa waktu.” (HR. Ibnu Majah). Tanya: 107. Ada sebagian orang meyakini bahwa umrah pada bulan Ramadhan hukumnya adalah wajib, apakah itu betul? Jawab: Itu adalah tidak betul. Umrah hanya wajib satu kali seumur hidup. Adapun umrah pada bulan Ramadhan, maka 70
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
itu hanya sunnah dan dianjurkan. Tanya: 108. Apakah pahala umrah pada bulan Ramadhan berbeda dari pahala umrah pada bulan-bulan yang lain? Jawab: Ya, Rasulullah n bersabda, “Umrah di bulan Ramadhan menyamai haji, atau menyamai haji bersamaku.” (HR. AlBukhari). Tanya: 109. Apakah pahala umrah pada bulan Ramadhan berbeda-beda menurut harinya? Jawab: Tidak, tapi umrah di bulan Ramadhan disyariatkan pada semua hari-hari Ramadhan. Mengistimewakan umrah pada hari-hari tertentu dari bulan Ramadhan tidaklah disyariatkan. Tanya: 110. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Barangsiapa memberi bahan untuk berbuka puasa bagi orang puasa, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang puasa tersebut tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang yang puasa tersebut,” makanan bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai makanan berbuka yang bisa mendatangkan pahala seperti itu? Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
71
Jawab:
Ada yang mengatakan, bahwa yang penting sesuatu yang
bisa digunakan untuk berbuka puasa sekalipun itu hanya satu butir kurma.
Namun ada pula sebagian ulama yang mengatakan
bahwa maksudnya adalah makanan dalam kadar yang sudah bisa mengenyangkan, karena makanan seperti itulah yang berguna bagi orang yang berpuasa pada malam harinya itu, bahkan mungkin lebih dari cukup hingga membuat dirinya tidak perlu sahur.
Akan tetapi zhahir hadits menunjukkan bahwa jika dia
memberi bahan berbuka puasa kepada orang yang puasa sekalipun itu hanya sebutir kurma, maka dia sudah bisa mendapatkan pahala seperti yang dijelaskan dalam hadits di atas. Maka dari itu, hendaknya seseorang sebisa mungkin selalu berusaha untuk memberi makanan buka puasa kepada orang-orang yang berpuasa sesuai dengan kemampuan, terlebih lagi kepada orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang tidak mampu. Tanya: 111. Apakah mengkhatamkan Al-Qur`an di bulan Ramadhan merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan?
72
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ya, dan hendaknya seseorang di bulan Ramadhan memperbanyak baca Al-Qur`an, karena hal itu termasuk bagian dari Sunnah Rasulullah n ketika beliau melaksanakan tadarus Al-Qur`an dengan malaikat Jibril AS pada tiap bulan Ramadhan. Tanya: 112. Apa hukum orang yang mengkhatamkan bacaan Al-Qur`an dan menghadiahkannya kepada orang-orang yang telah meninggal dunia? Jawab: Hal semacam itu bukan merupakan bagian dari jejak langkah yang dilakukan oleh generasi salaf. Tanya: 113. Ada orang yang mengkhatamkan Al-Qur`an lebih dari sekali dan menjualnya kepada orang lain supaya selanjutkan orang yang membelinya menghadiakannya kepada kerabatnya yang sudah meninggal dunia, bagaimana hukum hal seperti itu? Jawab: Sungguh itu merupakan perbuatan yang sangat aneh dan merupakan bentuk bid’ah dalam agama. Tanya: 114. Apakah ada batasan tertentu untuk mengkhatamkan AlQur`an? Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
73
Jawab: Ramadhan adalah bulan Al-Qur`an, dan setiap Muslim bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk meraup kebajikan sesuai dengan batas kesanggupan.[]
74
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kesembilan:
Akhlak Orang Puasa Tanya: 115. Apa makna hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah n paling dermawan ketika di bulan Ramadhan? Jawab:
Yakni, bahwa sesungguhnya Rasulullah n adalah sosok
yang paling pemurah dan dermawan tanpa ada satu orang pun yang menandingi kedermawanan dan kemurahan beliau. Namun kedermawanan dan kemurahan beliau yang sudah luar biasa itu meningkat tajam ketika di bulan Ramadhan. Hal ini seperti yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas a, dia berkata, “Nabi Muhammad n adalah orang yang paling dermawan dan pemurah, dan beliau jauh lebih dermawan dan pemurah lagi ketika di bulan Ramadhan di saat beliau ditemui oleh malaikat Jibril u lalu beliau memperdengarkan bacaan Al-Qur`an sementara Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
75
malaikat Jibril a.s menyimaknya, sehingga beliau lebih dermawan dan pemurah dengan kebaikan dibandingkan angin yang bertiup.” (HR. Al-Bukhari). Tanya: 116. Apakah kedermawanan dan kemurahan itu hanya pada aspek nafkah maliah atau materi saja? Jawab: Tidak, akan tetapi dalam semua aspek kebaikan dan prilaku yang baik, sopan dan santun dengan Allah I dan dengan manusia. Tanya: 117. Apa makna sabda Rasulullah n, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan bathil dan perbuatan bathil, maka Allah I tidak mau tahu dengan amal meninggalkan makanan dan minuman yang dia kerjakan,” ? Jawab: Perkataan batil atau yang dalam hadits di atas diung kapkan dengan kata, “Az-Zur” adalah setiap perkataan yang diharamkan, seperti bohong, ghibah dan lain sebagainya.
Sedangkan perbuatan Az-Zur adalah perbuatan
melakukan setiap hal yang diharamkan, seperti melakukan pelanggaran dan penganiayaan kepada orang lain dengan tindakan khianat, tidak jujur, menipu, mengelabuhi dan lain sebagainya. Termasuk juga mendengarkan hal-hal yang 76
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
diharamkan dan mu’akasat (mengganggu dan menggoda perempuan). Tanya: 118. Apakah perbuatan-perbuatan seperti di atas membatalkan puasa? Jawab:
Tidak membatalkan puasa, namun menjadikan
puasa orang yang bersangkutan tidak diterima dan tidak mendatangkan pahala. Tanya: 119. Apakah perbuatan-perbuatan jelek di bulan Ramadhan dilipat gandakan dosanya? Jawab:
Dosa tidak ada yang dilipat gandakan, hanya ber
tambah besar ukurannya, jadi yang bertambah hanya aspek kwalitasnya bukan aspek kwantitasnya. Hal itu bisa dikarenakan kemuliaan waktu semisal Ramadhan, atau kemuliaan tempat seperti Makkah. Tanya: 120. Sebagian orang yang berpuasa tampak tidak ada perubahan apa pun pada prilaku dan tindak tanduknya selama puasa, apa akibatnya?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
77
Jawab: Memang sangat disayangkan, ada sebagian orang yang tidak membedakan antara hari-hari puasa dan hari-hari biasa, sehingga tetap saja pada hari-hari puasa mereka masih berprilaku seperti biasanya seperti meninggalkan kewajiban dan mengerjakan keharaman tanpa ada kesadaran sedikit pun bahwa semestinya mereka menghormati dan menjunjung tinggi kehormatan, kewibawaan dan kesucian puasa. Bahkan ketika ditimbang-timbang, prilaku-prilaku kelirunya mengalahkan pahala puasa, sehingga pahalanya pun lenyap dan sirna. Tanya: 121. Kenapa fenomena-fenomena kejelekan dan kerusakan biasanya menurun cukup signifikan pada bulan Ramadhan? Jawab: Hal itu karena beberapa hal, di antaranya adalah bertambahnya keberkahan pada bulan Ramadhan, juga karena setan-setan dibelenggu. Tanya: 122. Apa dalil yang menunjukkan bahwa setan-setan dibelenggu pada bulan Ramadhan? Jawab:
Dalilnya adalah sabda Rasulullah n, “Ketika tiba malam
pertama bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin-jin jahat 78
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
dibelenggu.” (HR. At-Tirmidzi dan dianggap shahih oleh Syaikh Al-Albani) Tanya: 123. Sebagian orang tetap saja melakukan kemaksiatankemaksiatan hingga di bulan Ramadhan, bagaimana hal semacam itu bisa terjadi padahal setan-setan sudah dibelenggu pada bulan Ramadhan? Jawab:
Ada yang mengatakan, bahwa jin-jin jahatlah yang
semuanya dibelenggu, bukan semua setan. Ada pula yang mengatakan bahwa para setan dan jin jahat dibelenggu hanya bagi orang-orang yang mengerjakan puasa dengan benar dan sempurna dengan segenap etika dan tata kramanya. Tanya: 124. Apa hukum orang-orang yang tidur sepanjang hari di bulan Ramadhan, sebagian dari mereka shalat berjamaah dan sebagian yang lain tidak shalat, apakah puasa orang-orang seperti itu sah? Jawab:
Puasa mereka sah dan mencukup dalam artian sudah
menggugurkan kewajiban puasa, akan tetapi cacat dan tidak sempurna serta jauh dari maksud puasa itu sendiri,
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
79
karena Allah I berfirman dalam ayat puasa, “Supaya kalian bertakwa.” Sudah maklum bahwa menyia-nyiakan shalat dan tidak mempedulikannya sama sekali bukan bagian dari ketakwaan kepada Allah I, dan itu tidak sejalan dengan apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh Allah I dan RasulNya dalam puasa. Anehnya, orang-orang seperti itu tidur sepanjang hari dan bergadang sepanjang malam, bahkan barang kali mereka bergadang untuk hal-hal yang tidak ada faedahnya apa-apa atau melakukan hal yang diharamkan sehingga membuat mereka mendapat dosa. Tanya: 125. Ada sebagian pemuda dan pemudi kecanduan internet sepanjang malam dan siang, dan terkadang di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah I atau tidak sejalan dengan semangat dan nilai-nilai puasa, lantas apa hukumnya hal itu di bulan Ramadhan secara khusus? Jawab: Orang-orang seperti rawan dan berpotensi kehila ngan pahala puasa. Permasalahannya bukan hanya sekedar melaksanakan amal puasa secara lahiriah dan menggugurkan kewajiban, akan tetapi di sana ada misi yang harus ditunaikan. Takutnya, Allah I tidak berkenan menerima puasa mereka. Allah I berfirman,
80
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
“Sesungguhnya Allah hanya berkenan menerima dari orangorang yang bertakwa,” (Al-Ma`idah: 27) Yakni, orang-orang yang bertakwa dengan menghindar kan diri dari berbuat maksiat dan durhaka terhadap Allah I. Tanya: 126. Apakah berbicara lewat telephon atau yang lainnya antara pemuda dan pemudi asing (bukan mahram) bisa menyianyiakan puasa? Jawab: Itu adalah perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan yang mendatangkan murka Allah I atas mereka berdua. Itu merupakan salah satu perbuatan yang dijadikan nampak indah dan menyenangkan oleh setan di mata mereka berdua. Hal itu juga menunjukkan lemahnya sense of honor dan iffah dalam hati mereka berdua. Dosa di bulan Ramadhan menjadi lebih besar, maka dari itu hendaklah pemuda dan pemudi yang sedang berpuasa itu bertakwa kepada Allah I dan menjauhkan diri dari murka-Nya. Seseorang jangan sampai menggunakan dalih dan argumentasi semu bahwa hubungan yang ada tersebut hanyalah sebatas komunikasi dan berbicara saja, bahwa itu murni hanya sebatas hubungan
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
81
pertemanan saja. Semua itu adalah alasan-alasan semu untuk suatu perbuatan buruk. Tanya: 127. Jika ada seseorang sahur, kemudian shalat Shubuh, lalu tidur hingga tiba aktu shalat zhuhur, kemudian dia bangun dan shalat zhuhur, lalu tidur lagi hingga tiba waktu shalat ashar, lalu dia shalat ashar dan tidur lagi sampai tiba waktu berbuka, apakah puasanya itu sah? Jawab: Puasanya sah, namun orang puasa yang terus tidur sepanjang hari seperti itu adalah orang yang tidak bijak dan ceroboh, apalagi bulan Ramadhan adalah bulan mulia yang semestinya setiap Muslim memanfaatkan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang berguna baginya seperti memperbanyak membaca Al-Qur`an, mencari rezeki dan mencari ilmu. Tanya: 128. Jika pekerjaan seseorang menuntut untuk bekerja malam hari hingga waktu sahur, apakah orang seperti itu boleh tidur sepanjang hari di bulan Ramadhan? Jawab: Dikhawatirkan orang tersebut tidak bisa menunaikan kewajiban shalat, sehingga dia berdosa karena tidak memperhatikan kewajiban shalat. Oleh karena itu, jika tidak ada orang lain yang bisa dia minta tolong untuk
82
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
membangunkannya, maka dia harus memanfaatkan semacam alarm yang dibunyikan pada jam-jam waktu shalat, sehingga dirinya bisa menunaikan shalat yang telah diwajibkan oleh Allah I atas dirinya. Tanya: 129. Jika ada orang yang hanya rajin beribadah di bulan Ramadhan saja, kemudian ketika Ramadhan sudah selesai, maka dia kurang begitu memperhatikan kewajiban shalat, apakah orang seperti ini bisa mendapatkan faedah dari puasanya? Jawab: Shalat merupakan salah satu rukun Islam terpenting setelah dua kalimat syahadat. Shalat adalah fardhu ain. Barangsiapa meninggalkan shalat karena mengingkari hukum wajib shalat, atau karena malas dan tidak begitu mempedulikan kewajiban shalat, maka sungguh dia telah kafir. Adapun orang yang puasa dan shalat hanya pas di bulan Ramadhan saja, maka berarti dia itu adalah orang yang berpura-pura kepada Allah I, dan tidak sah puasanya jika dia adalah orang yang meninggalkan shalat. Tanya: 130. Orang yang kadang-kadang shalat dan kadang-kadang tidak, apa dampak dan pengaruh hal itu terhadap puasanya?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
83
Jawab: Itu adalah prilaku yang aneh, menunjukkan bahwa dia tidak menghormati dan tidak menjunjung tinggi hukum Allah I serta tidak tulus dan tidak sungguh-sungguh berkomitmen terhadap ibadah yang agung tersebut. Semestinya dia harus selalu konsisten pada kebaikan dan ketaatan. Tanya: 131. Bagaimana dengan orang yang berpuasa tapi tidak shalat? Jawab: Orang seperti itu, puasanya tidak berguna dan tidak mendatangkan manfaat apa-apa baginya, karena di antara syarat sahnya puasa adalah Islam, sementara orang yang meninggalkan shalat bukanlah seorang Muslim. Maka dari itu, puasanya dan amalnya tidak bermanfaat apa-apa baginya selama dia masih meninggalkan shalat, karena itu berarti dia telah murtad dan keluar dari Islam. Kami memohon afiat kepada Allah I. Perbuatan meninggalkan shalat adalah persoalan yang sangat serius. Tanya: 132. Banyak orang yang begitu perhatian dan antusias dengan masalah shalat ketika di bulan Ramadhan saja, namun di bulan-bulan lainnya tidak, maka nasihat apa yang harus kita sampaikan kepada mereka?
84
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Kita nasihati mereka agar senantiasa menjaga ketakwaan kepada Allah I di semua waktu, kapan pun dan di mana pun, di bulan Ramadhan dan di selain bulan Ramadhan, karena manusia diperintahkan untuk beribadah kepada Tuhannya sampai mati. Allah I berfirman, “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al-Hijr: 99) Tanya: 133. Jika ada orang yang berpuasa marah karena suatu hal, dan dalam marahnya itu dia mengeluarkan kata-kata kasar, maka apakah hal itu membatalkan puasanya ataukah tidak? Jawab: Tidak membatalkan puasanya, tetapi mengurangi pahala puasa. Seorang Muslim harus senantiasa mengendalikan dirinya dan menjaga lisannya dari kata-kata kasar dan kotor, terlebih lagi ketika puasa dan dia hendaknya menjaga kesempurnaan puasanya. Abu Hurairah a meriwayatkan bahwasannya Rasulullah n bersabda,
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
85
“Jika salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah dia mengeluarkan kata-kata kotor dan janganlah mengeluarkan kata-kata kasar. Jika ada seseorang mengumpatnya atau menyakitinya, maka hendaklah dia berkata, “Aku sedang berpuasa.” (HR. Muslim). Tanya: 134. Apakah menghindari perbuatan-perbuatan maksiat hanya di siang hari saja, sedangkan setelah berbuka puasa (yakni, pada malam hari) boleh-boleh saja melakukannya? Jawab: Itu merupakan salah satu pemahaman yang buruk dan merupakan bentuk perlakuan yang buruk terhadap waktu-waktu bulan Ramadhan yang semuanya mulia. Apakah memangnya menonton film dan drama yang tidak baik boleh di malam hari dan haram di siang hari?! Takwa kepada Allah I adalah sebuah keharusan di setiap waktu dan tempat, kapan pun dan di mana pun. Tanya: 135. Apakah turnamen olah raga berpengaruh terhadap puasa? Jawab: Orang yang berpuasa hendaknya selalu ingat untuk menjaga puasanya dari hal-hal yang tidak ada gunanya dan dari kondisi kelelahan di tempat-tempat hiburan dan permainan yang mungkin di dalamnya terdapat hal-hal yang
86
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
batil. Dia harus memanfaatkan waktunya sebaik mungkin dengan amal-amal ketaatan. Khawatirnya, sebagian turnamen olah raga terkadang dibarengi dengan adanya taruhan. Tanya: 136. Orang yang menghabiskan waktu siang Ramadhan dengan tidur-tiduran atau bermalas-malasan, dan berkata, “Aku tidak kuat membaca Al-Qur`an karena aku merasa sangat lapar dan dahaga,” apakah hal itu berpengaruh terhadap keabsahan puasanya? Jawab: Sabar, tabah dan tegar menghadapi masyakat menambah pahala berdasarkan sabda Rasulullah n kepada Aisyah d, “Sesungguhnya kamu mendapatkan ganjaran sesuai dengan kadar kepayahan dan biaya yang kamu keluarkan.” (HR. Al-Hakim). Orang tersebut bisa melakukan hal-hal yang bisa meringankan ibadah baginya, seperti mendinginkan tubuh dengan mandi atau duduk di tempat yang teduh dan sejuk misalnya. Tanya: 137. Seorang pegawai menghabiskan sebagian besar waktunya di perusahaan dengan tidur di jam-jam kerja, apakah puasanya menjadi rusak?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
87
Jawab: Puasanya tetap sah secara lahiriah, karena tidak ada sangkut pautnya antara meninggalkan tugas pekerjaan dengan puasa. Akan tetapi orang yang memiliki tugas pekerjaan harus mengerjakan tugas pekerjaan yang diserahkan kepadanya itu, karena dia mengambil gaji atas pekerjaan tersebut, dan pekerjaannya itu harus dia lakukan sesuai dengan yang diinginkan yang bisa menggugurkan tanggung jawab dan kewajibannya, sebagaimana dia juga ingin gajinya dibayar penuh. Khawatirnya puasanya itu berkurang pahalanya, karena dia melakukan perbuatan yang haram tersebut, yaitu tidur dan mengabaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tanya: 138. Orang yang tidur sepanjang hari dan baru bangun menjelang shalat Isya, bagaimana hukum puasanya hari itu? Jawab: Puasanya hari itu sah, tetapi tidur hingga membuatnya tidak mengerjakan shalat adalah haram, karena seseorang tidak boleh sedikit pun meremehkan masalah shalat, apalagai sampai pada tingkatan lebih memilih tidur dan tidak mempedulikan kewajiban shalat. Orang yang tidur dan tidak ada orang yang membangunkannya, maka dia harus menggunakan alarm, supaya dia bisa bangun dan mengerjakan shalat.[] 88
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kesepuluh:
Niat Dalam Puasa Tanya: 139. Apa yang dimaksud dengan niat dalam puasa? Jawab: Yang dimaksud dengan niat dalam puasa adalah seseorang tahu dan sadar bahwa besok dia harus puasa kemudian dia berazam mengerjakannya jika itu adalah puasa fardhu, atau boleh berazam bersamaan dengan waktu mulai puasa jika itu adalah puasa sunnah. Tanya: 140. Apa dalil yang menunjukkan bahwa niat harus sudah ada sebelum fajar? Jawab: Dalam sebuah hadits disebutkan, “Barangsiapa yang tidak niat sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. An-Nasa`i dan dianggap shahih oleh oleh Al-Albani)
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
89
Tanya: 141. Apa yang dimaksudkan dengan tabyit niat dalam puasa Ramadhan? Jawab:
Maksudnya adalah mendahului ibadah sebelum
waktunya dengan niat. Salah satu syarat sah ibadah adalah harus didahului dengan niat, karena syarat adalah sebelum masyruth. Tanya: 142. Apakah niat disyaratkan harus diucapkan seperti dengan mengucap, “aku berniat, atau aku ingin puasa”? Jawab: Tidak ada keterangan bahwa Nabi Muhammad n mengucapkan atau membaca niat dan tidak pula mengajarkan hal itu kepada satu orang pun dari sahabat beliau, baik untuk amal fardhu maupun sunnah. Tanya: 143. Kapan niat harus dilakukan untuk puasa Ramadhan? Jawab: Imam Abu Hanifah, imam Asy-Syafi’i dan imam Ahmad Ibnu Hanbal berpendapat wajib untuk niat di malam hari untuk puasa fardhu bukan puasa sunnah, karena niat untuk puasa sunnah tidak harus di malam hari. Diriwayatkan dari Hafshah d dari Rasulullah n, beliau bersabda, 90
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
“Barangsiapa yang tidak berazam (niat) puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Ibnu Khuzaimah). Tanya: 144. Apakah satu niat untuk puasa Ramadhan dari hari pertama sudah cukup untuk puasa hari-hari berikutnya? Jawab:
Niat puasa Ramadhan pada hari pertama sudah cukup
dan tidak perlu memperbarui niat setiap hari, kecuali jika ada sebab yang memperbolehkan seseorang berbuka, seperti bepergian, sakit atau lain sebagainya, maka setelah sebab itu hilang dan mulai berpuasa lagi, maka harus dengan niat baru lagi. Tanya: 145. Katanya seorang Muslim perlu membuat niat sebelum fajar untuk puasa hari itu, apakah itu betul? Jawab:
Tidak betul, karena niat hanyalah sekedar berazam untuk
mengerjakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh, dan tidak disyaratkan lebih dari itu. Tanya: 146. Bagaimana dengan orang yang mengucapkan niat puasa sebelum adzan Shubuh?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
91
Jawab: Tidak ada keterangan bahwa Nabi Muhammad n menganjurkan sahabat melakukan hal semacam itu. Tanya: 147. Seseorang tidur dan tidak tahu kalau sudah ada peng umuman hilal Ramadhan sudah terlihat, sehingga dia pun tidak niat puasa pada malam itu dan pada pagi harinya dia tidak berpuasa karena tidak tahu kalau hari itu sudah mulai Ramadhan, apa yang harus dia lakukan? Jawab: Jika kita ingat bahwa niat pada prinsipnya mengikuti kondisi tahu dan sadar, jadi bagi orang yang tidak tahu, maka dia dimaklumi jika dia tidak niat pada malam hari itu. Oleh karena, jika dia langsung menahan diri dari laranganlarangan dan pantangan-pantangan puasa sejak dirinya tahu dan sadar, maka puasanya sah dan dia tidak perlu mengqadha. Ada sebagian ulama mengatakan, bahwa orang itu tetap harus ikut menahan diri dari larangan-larangan dan pantangan-pantangan puasa, namun dia berkewajiban mengqadha. Mereka berasalan bahwa ada sebagian dari hari itu yang dia lalui tanpa niat. Tidak diragukan lagi bahwa langkah yang lebih hati-hati dan antisipatif bagi orang seperti itu adalah mengqadha puasa hari itu.
92
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 148. Ada seseorang melakukan bepergian dalam keadaan berpuasa, kemudian dia berniat ingin berbuka, tapi dia tidak menemukan sesuatu yang bisa dia gunakan untuk berbuka, sehingga akhirnya dia pun mengurungkan niatnya itu dan mencabutnya kembali dan melanjutkan puasanya sampai Maghrib, bagaimana status puasanya itu? Jawab: Puasanya itu tidak sah dan dia wajib mengqadhanya, karena ketika dia berazam untuk berbuka, maka berarti dia telah melakukannya. Tanya: 149. Bagaimana hukum menggantungkan niat membatalkan puasa pada keberadaan makanan? Jawab: Misalnya adalah seseorang berkata, “Jika aku menemukan air, maka aku akan minum, jika tidak, aku akan tetap melanjutkan puasaku,” lalu ternyata dia tidak menemukan air, maka puasa orang itu sah. Hal itu karena dia dianggap tidak memutus niat puasa, tetapi hanya menggantungkan pembatalan puasanya pada keberadaan sesuatu, dan ternyata sesuatu itu tidak ada, maka berarti dia masih berada pada niatnya yang pertama.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
93
Tanya: 150. Jika ada seseorang mengalami kondisi junub dan dia niat berpuasa, lalu dia belum mandi sampai waktu pagi, apakah puasanya sah? Jawab: Ya, puasanya sah. Rasulullah n pernah mengalami junub karena jimak pada malam hari dan beliau tetap berpuasa. Akan tetapi orang seperti itu hendaklah cepat-cepat mandi besar supaya bisa shalat shubuh, dan jangan sampai shalat shubuhnya terlambat dan tidak tepat pada waktunya. Tanya: 151. Ada seseorang berpuasa, ketika waktu berbuka puasa tiba, dia ketiduran dan baru bangun setelah adzan shubuh, apakah dia harus tetap berpuasa atau boleh berbuka? Jawab: Ya, dia harus tetap berpuasa, karena dia telah berazam dalam hatinya untuk berpuasa esok, dan selama dia sudah memiliki niat seperti itu, maka puasanya sah. Tanya: 152. Apabila kita ragu-ragu pada hari terakhir bulan Ramadhan, apakah sudah termasuk hari raya ataukah masih termasuk bulan Ramadhan, sementara kita tidak mendengar suatu apa pun yang pasti dan meyakinkan, maka bagaimana hukum mengambangkan niat antara puasa atau berbuka? 94
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Hal pertama yang harus dilakukan tentunya adalah mencari kepastian, dan kaidah Fikih menyebutkan, “alAshlu baqa`u ma kana ‘ala ma kana” (hukum asal sesuatu adalah tetap seperti semula). Seandainya di sana ada suatu hal misalnya sudah hari raya, maka tentunya nampak jelas dan ramai, di mana orang-orang sudah tidak sahur lagi dan sudah tidak berpuasa lagi. Oleh karena itu, hari yang seperti itu dianggap masih menjadi bagian dari Ramadhan. Karena seandainya memang bulan Ramadhan benar-benar sudah selesai, pastinya itu akan jelas. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti itu, seseorang harus tetap berpuasa tanpa ragu-ragu, karena menurut hukum asal adalah masih Ramadhan. Jika setelah itu ternyata hari itu adalah sudah hari raya, maka baru ketika itu dia berbuka.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
95
Pembahasan Kesebelas:
Pembahasan-pembahasan Tentang Puasa Tanya: 153. Apakah yang dimaksud Mubah dalam istilah Fikih? Jawab: Dia adalah sesuatu yang jika dilakukan atau diucapkan seorang muslim laki-laki atau muslim perempuan tidak ada pahalanya dan tidak ada dosanya. Tanya: 154. Apakah yang dimaksud dengan hal-hal Mubah dalam puasa? Jawab: Perkara-perkara yang tidak berpengaruh terhadap puasa, baik berupa perbuatan melakukan atau perbuatan meninggalkan.
96
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 155. Apakah boleh meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir terjatuh dalam perkara yang membatalkan puasa? Jawab: Ya, dan hal ini terhitung sebagai bagian dari sifat wira’i dan kehati-hatian dari terjatuh dalam perkara yang merusakkan puasa. Ini adalah perkara yang terpuji bagi manusia yang melakukannya, akan tetapi hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam hal ini. Tanya: 156. Jika seorang muslim ragu tentang sesuatu hal, apakah membatalkan puasa atau tidak, apakah yang dilakukannya? Jawab: Sesuai dengan hukuma asal, sesuatu tidak membatalkan puasa kecuali dengan dalil syara’, karena puasa wajib berdasarkan dalil syara’. Maka sesuatu tidak membatalkan puasa kecuali dengan dalil syara’ dari Kitabullah atau AsSunnah, jauh dari pendapat akal. Tanya: 157. Khawatir masuknya air ke dalam Jauf (rongga tubuh), apakah benar berkumur dalam wudhu membatalkan puasa pada siang Ramadhan?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
97
Jawab: Tidak benar, berkumur dalam wudhu fardhu4 dalam setiap keadaan karena keumuman firman Allah I, “Maka basuhlah wajahmu.” (Al-Ma`idah: 6) Akan tetapi tidak perlu berlebih-lebihan dalam berkumur atau menghirup air saat berpuasa karena hadits Laqith bin Shabrah a bahwasanya Rasulullah n bersabda kepadanya, “Bersungguh-sungguhlah dalam menghirup air kecuali kamu sedang berpuasa.” (HR. At-Tirmidzi) Tanya: 158. Apakah sisa air kumur dalam mulut membatalkan puasa? Jawab: Jika orang yang berpuasa mengeluarkan air setelah berkumur, maka sisa basahnya tidak membatalkan karena tidak dapat dihindari. Tanya: 159. Apakah hukum mandi berulang kali dalam bulan Ramadhan, khususnya pada hari-hari musim panas? Jawab:
Mandi pada siang Ramadhan tidak membatalkan
puasa. Rasulullah n mengalirkan air ke kepalanya karena 4 Menurut madzhab Hanbali, berkumur dalam wudhu hukumnya wajib. Adapun menurut madzhab Syafi’i dan jumhur, berkumur dalam wudhu hukumnya sunnah. Penj.
98
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
panas saat beliau sedang berpuasa. Akan tetapi orang yang berpuasa wajib menjaga diri dari masuknya air ke dalam rongga tubuhnya. Tanya: 160. Apakah ada perbedaan antara mandi janub dengan mandi untuk kebersihan tubuh bagi orang yang berpuasa? Jawab:
Mandi junub hukumnya wajib, sedangkan mandi karena
membersihkan diri merupakan perkara yang Mubah. Terkadang mandi kebersihan hukumnya sunnah jika dengan tujuan berhias diri untuk shalat. Tanya: 161. Apakah hukumnya menyelam dalam air bagi orang yang berpuasa? Jawab:
Tidak apa-apa, seperti juga berenang. Hukum asal adalah
boleh hingga ada dalil yang menunjukkan kemakruhan atau keharamannya. Sesungguhnya sebagian ulama memakruhkannya karena khawatir air masuk ke dalam perut. Tanya: 162. Apakah penggunaan krim rambut, lipstik dan celak bagi perempuan berpengaruh terhadap puasa?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
99
Jawab:
Jenis-jenis krim dan minyak tidak membatalkan
puasa dan tidak membatalkan wudhu. Akan tetapi jika lipstik mengandung rasa, maka jangan digunakan karena dikhawatirkan rasanya turun ke dalam rongga tubuh. Tanya: 163. Apakah penggunaan krim-krim yang melembabkan tubuh berpengaruh terhadap puasa? Jawab:
Tidak ada pengaruhnya terhadap puasa. Barangkali hal
ini dibutuhkan oleh perempuan untuk kulitnya setiap saat. Tanya: 164. Apakah perempuan berhias di luar rumah diperbolehkan? Jawab:
Tidak diperbolehkan, bahkan haram meskipun di luar
bulan Ramadhan. Memang hal itu tidak membatalkan, akan tetapi dikhawatirkan ia berhias untuk laki-laki lain sehingga menjadi sebab puasanya dan ibadah-ibadah lainnya tidak diterima karena sengaja maksiat. Tanya: 165. Apakah hukum menghirup wewangian atau asap dupa saat berpuasa?
100
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Tidak mengapa, baik dia minyak atau asap dupa. Sebagian ulama berpendapat bahwa menghirup asap dupa secara langsung bagi orang yang berpuasa tidak boleh. Tanya: 166. Apakah menggunakan minyak-minyak wangi yang cair membatalkan puasa jika seseorang meletakkannya di badan nya atau pakaiannya? Jawab: Menggunakan minyak dengan cara tersebut tidak membatalkan orang yang berpuasa. Tanya: 167. Apakah menghirup obat-obat pemusnah serangga membatal kan puasa? Jawab: Tidak membatalkan puasa, baik puasa Ramadhan maupun selain Ramadhan, baik puasa wajib maupun selain puasa wajib. Tanya: 168. Apakah dahak membatalkan puasa jika orang yang berpuasa menelannya? Jawab: Tidak benar. Jika ia menelannya, maka puasanya tidak batal karena meratanya musibah ini. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
101
Tanya: 169. Apakah hukum menelan sisa-sisa makanan di sela-sela gigi bagi orang yang berpuasa? Jawab: Menelan sisa makanan yang tersangkut di antara gigigigi secara tidak sengaja atau sisa makanan tersebut sedikit yang tidak mungkin dipisahkan dan dikeluarkan, maka hukumnya sama dengan ludah. Dia tidak membatalkan. Jika sisa makanan tersebut banyak dan dapat dikeluarkan, maka ia harus mengeluarkannya. Jika ia memakannya secara sengaja, maka puasanya batal. Tanya: 170. Apakah bersiwak pada siang Ramadhan biperbolehkan bagi orang yang berpuasa? Jawab: Ya, bersiwak adalah sunnah dalam semua siang, bahkan andaikata orang yang berpuasa bersiwak lalu ia menemukan panas atau rasa di dalamnya dan ia menelan nya atau mengeluarkannya dari mulutnya, kemudian mengembalikannya dan menggunakannya bersiwak, maka tidak membatalkan puasa. Tanya: 171. Apakah kesunnahan di dalam bersiwak mencakup bahanbahan yang ditambahkan kepadanya, seperti rasa permen dan lainnya? 102
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Tidak mencakupnya. Akan tetapi orang yang berpuasa
wajib menjauhi siwak jika ada tambahan rasa lain dari siwak, seperti rasa lemon dan permen. Tanya: 172. Apakah orang yang menggunakan sikap gigi mendapatkan pahala? Jawab:
Ya, jika disertai dengan niat ibadah bersiwak.
Tanya: 173. Apakah mengobati gigi saat berpuasa diperbolehkan? Jawab: Ya, namun harus hati-hati agar tidak ada sesuatu yang masuk ke dalam rongga tubuh. Tanya: 174. Apakah hukum mimisan, maksudnya keluarnya darah dari hidung? Jawab: Puasa tetap sah. Mimisan merupakan perkara yang muncul di luar pilihannya. Tanya: 175. Apakah keluarnya darah dari gusi hukumnya sama dengan hukum mimisan? Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
103
Jawab: Ya, akan tetapi jika gusi luka atau berdarah karena siwak, maka tidak boleh menelan darah. Orang yang berpuasa wajib mengeluarkannya. Jika darah masuk ke dalam kerongkongannya tanpa disengaja, maka tidak apa-apa baginya. Tanya: 176. Apakah orang yang bekerja di tempat pengubahan air laut menjadi air tawar melalui penguapan, apakah ini mempengaruhi puasa mereka? Jawab:
Tidak membatalkan puasa mereka.
Tanya: 177. Ibu mengunyah makanan demi anaknya, apakah hal ini merusak puasanya? Jawab: Tidak merusakkannya karena hal itu termasuk sesuatu yang diperlukan untuk mengetahui rasanya. Tanya: 178. Apakah mencicipi makanan berpengaruh terhadap puasa? Jawab: Tidak berpengaruh terhadap puasa. Ibnu Abbas a mengatakan, “Tidak mengapa (orang yang berpuasa) mencicipi cuka dan sesuatu yang ingin dibelinya. 104
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 179. Mencukur rambut dan memotong kuku pada siang Ramadhan, apakah dilarang bagi orang yang berpuasa? Jawab:
Semua itu tidak merusak puasa.
Tanya: 180. Berburu hewan di laut atau di darat, apakah berpengaruh terhadap puasa? Jawab: Tidak ada hubungannya atau pengaruhnya terhadap puasa. Tanya: 181. Dalam kondisi tertentu, udara berdebu. Apakah masuknya debu ke dalam rongga tubuh membatalkan puasa? Jawab: Debu, asap dan yang sejenisnya tidak termasuk makanan. Ia tidak membatalkan puasa jika masuk ke dalam perut, karena hal-hal tersebut tidak mungkin dihindari dan sudah ada pada zaman Nabi n dan beliau tidak melarang para sahabat darinya. Tanya: 182. Apakah hukum perempuan berhias dengan daun pacar (inai), sedang dia berpuasa?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
105
Jawab:
Tidak mengapa dalam hal ini.
Tanya: 183. Apakah berbekam diperbolehkan bagi orang yang berpuasa? Jawab: Ya, akan tetapi karena dikhawatirkan menyebabkan orang yang membekam dan orang yang dibekam berbuka, karena bekam melemahkan badan, maka ia dilarang bagi orang yang lemah karenanya. Pendapat yang demikian telah diunggulkan oleh sekelompok ulama. Yang lebih hati-hati, orang yang berpuasa tidak melakukan bekam pada siang hari. Tanya: 184. Jika anak kecil mengompol di pakaian atau tubuh orang yang berpuasa, maka apakah hal ini berpengaruh terhadap puasanya? Jawab: Hal ini tidak berpengaruh terhadap berpuasa dan terhadap wudhu. Akan tetapi ia harus membersihkan tempat najis saja.[]
106
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kedua Belas: Hal-hal yang Berhubungan dengan Mimpi Basah dan Bersentuhan Badan Tanya: 185. Apakah mimpi basah membatalkan puasa? Jawab: Orang yang mimpi basah karena tidur pada siang Ramadhan, padahal ia sedang berpuasaa, maka puasanya tidak batal karena mimpi basah terjadi bukan atas pilihan dan bukan atas kesengajaannya. Ia hanya wajib mandi. Karena itulah ia tetap wajib menyempurnakan puasanya. Tanya: 186. Apakah yang dimaksud dengan Mubasyarah (bersentuhan badan)?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
107
Jawab: Bersentuhan badan maksudnya bersentuhan antara kulit dengan kulit, misalnya merangkul dan mencium saja. Tanya: 187. Apakah bersentuhan dan merangkul berpengaruh terhadap puasa? Jawab: Berhubungan dengan isteri di luar farji tidak ber pengaruah terhadap puasa. Akan tetapi harus hati-hati dari keluarnya mani. Jika tidak keluar mani, maka tidak wajib mandi. Jika keluar mani, maka wajib mandi. Dengan itu suami berbuat dosa dan wajib mengqadha hari tersebut. Hukum ini juga berlaku bagi isteri. Tanya: 188. Apakah hukum suami mencium isterinya? Jawab: Tidak mengapa suami mencium isteri jika ia menguasai syahwatnya, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang terdapat dalam Ash-Shahihain dari Aisyah RA bahwasanya Nabi n mencium ketika sedang berpuasa dan bersentuhan ketika sedang berpuasa, akan tetapi beliau orang yang paling menguasai syahwatnya. Jika tidak demikian, maka hukumnya haram jika sampai menyebabkan rusaknya puasa.
108
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 189. Apakah boleh melarang bersentuhan dan mencium? Jawab: Jika seseorang cepat syahwatnya dan tidak menguasai nafsunya, maka ia tidak boleh melakukannya karena dapat mengantarkan kerusakan puasanya dan tidak aman dari keluarnya mani atau jima’. Allah I berfirman dalam hadits qudsi, “Dan dia meninggalkan syahwatnya demi diri-Ku.” Kaidah syara’ mengatakan bahwa setiap sarana menuju keharaman haram adalah haram. Tanya: 190. Apakah hukum pemuda berbeda dengan orang tua? Jawab: Tidak berbeda, jika salah satunya tidak menguasai syahwatnya. Akan tetapi orangtua diperkirakan dapat menguasai syahwatnya, kebalikan dari pemuda. Tanya: 191. Apakah yang wajib dilakukan bagi orang yang melakukan onani dengan sarana apapun? Jawab: Barangsiapa yang melakukan onani pada siang Ramadhan dengan sesuatu yang dapat ia hindari, misalnya menyentuh dan mengulanga-ulang pandangan, maka ia wajib bertaubat, melanjutkan puasanya dan mengqadhanya Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
109
sebagai kehati-hatian. Jika ia melakukan onani dan tidak mengeluarkan mani, maka ia hanya wajib bertaubat saja. Hendaknya orang yang berpuasa menjauhkan diri dari segala sesuatu yang membangkitkan syahwat. Tanya: 192. Sebagian Fuqaha memberikan fatwa bahwa tidak ada kafarat bagi orang yang melakukan onani saat berpuasa. Bagaimana penjelasannya? Jawab: Ya, Syaikh Al-Albani menyebutkan pendapat ini dalam komentarnya terhadap Fiqh As-Sunnah bahwa onani tidak dapat diqiyaskan dengan jima’. Ini merupakan pendapat Imam Ash-Shan’ani dan Asy-Syaukani. Dia juga pendapat Imam Ibnu Hazm. Semoga Allah memberikan rahmat kepada mereka semua. Tanya: 193. Apakah dari ini dipahami bahwa bersentuhan bagi orang yang berpuasa itu diperbolekan, meskipun sampai menyebabkan keluarnya mani? Jawab: Tidak diperbolehkan bersentuhan bagi orang yang berpuasa karena dikhawatirkan terjatuh dalam jima’, khususnya orang yang besar syahwatnya. Hal ini merupakan Sadd Adz-Dzari’ah (menutup sarana) yang diambil dari
110
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
dalil-dalil syara’. Seolah Aisyah d mengisyaratkan hal itu dengan ucapannya ketika meriwayatkan persentuhan Nabi n ketika beliau sedang berpuasa. Ia mengatkan, “Siapakah di antara kalian yang menguasai syahwatnya?” Dan juga karena meninggalkan syahwat demi menjaga puasa. Tanya: 194. Apakah keluarnya Madzi sama dengan keluarnya mani bagi orang yang berpuasa? Jawab: Keluarnya Madzi tidak membatalkan puasa. Begitu juga Wadi. Dia adalah cairan yang keras dan licin setelah kencing tanpa rasa nikmat. Keduanya tidak membatalkan puasa. Yang wajib dilakukan hanyalah bersuci darinya dan wudhu. Tanya: 195. Jika tangan laki-laki yang berpuasa jatuh pada perempuan lain, apakah puasa laki-lak batal atau puasa perempuan batal? Jawab: Jika hal ini terjadi tanpa disengaja, maka tidak apa-apa atas keduanya dan puasanya tidak batal. Hal seperti ini terkadang terjadi di tengah-tengah umrah. Akan tetapi sengaja dalam hal itu dosa, namun tidak membatalkan puasa.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
111
Tanya: 196. Apakah memandang pemandangan-pemandangan yang tidak terjaga pada siang Ramadhan membatalkan puasa? Jawab:
Tidak membatalkan puasa. Akan tetapi dikhawatirkan
menghilangkan pahala. Karena itu kita wajib menjaga pandangan mata sekuat tenanga.[]
112
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Ketiga Belas: Perkara-perkara yang Merusak Puasa Tanya: 197. Apakah yang dimaksud dengan perkara-perkara yang merusakkan puasa? Jawab: Dia adalah sesuatu yang masuk ke dalam rongga tubuh, maksudnya perut, berupa makanan atau minuman atau sesuatu yang mencukupkan dari makanan dan minuman. Al-Ghazali telah mengumpulkannya dalam perkataannya, “Perkara-perkara yang membatalkan ada tiga: masuknya sesuatu yang masuk, keluarnya sesuatu yang keluar dan jima’.” Tanya: 198. Sebagian orang tergesa-gesa memberikan fatwa tanpa dalil kepada manusia tentang batalnya puasa mereka. Apakah hukumnya? Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
113
Jawab: Sudah maklum bahwa hukum asal adalah sahnya puasa hingga ditemukan dalil syara’ yang menunjukkan hukum batalnya puasa tersebut. Karena itu kita wajib bertanya kepada para ahli ilmu sebelum tergesa-gesa memberikan fatwa. Tanya: 199. Apakah perkara-perkara yang membatalkan syara’ yang telah dijelaskan oleh syara’? Jawab: Perkara-perkara yang membatalkan puasa sebagaimana ditunjukkan teks dan ijma’ adalah: (1) makan, (2) minum dan (3) jima’. Allah I berfirman, “Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.” (Al-Baqarah: 187) (4) Darah haid dan nifas. Dalilnya, hadits Abu Said AlKhudri a bahwasanya Rasulullah n bersabda, “Bukankah jika perempuan sedang haid tidak shalat dan tidak puasa?” (HR. Al-Bukhari) (5) Muntah yang disengaja. Dia membatalkan puasa berdasarkan sabda Rasulullah n, “Barangsiapa yang
114
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
muntah tanpa disengaja, maka tidak ada qadha baginya dan barangsiapa yang muntah dengan sengaja, maka ia wajib mengqadha.” (HR. Abu Dawud) Tanya: 200. Sebagian ahli Fikih mengatakan, “Puasa batal karena perkara yang masuk, bukan perkara yang keluar.” Apakah ini benar? Jawab:
Perkataan ini tidak dapat diterima. Muntah adalah
perkara yang keluar. Sengaja dalam muntah menyebabkan batalnya puasa. Tanya: 201. Apakah sesuatu yang masuk ke dalam tubuh membatalkan puasa? Jawab:
Ini tidak benar. Jika memang demikian, maka Nabi n
menjelaskannya dengan penjelasan yang terang. Akan tetapi perkara-perkara yang membatalkan telah disebutkan dalam hal-hal yang terbatas. Tanya: 202. Apakah yang masuk ke dalam perut atau lambung orang yang berpuasa termasuk perkara yang membatalkan? Jawab:
Ya. Usus-usus adalah tempat dimana makanan diserap. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
115
Jika sesuatu yang dapat diserap diletakkan di dalamnya, baik berupa makanan atau materi lainnya, maka dia membatalkan puasa karena hal ini semakna dengan makanan sebagaimana yang tidak samar lagi. Tanya: 203. Apakah batasan Al-Jauf (rongga tubuh) dengan perut? Jawab: Ada perbedaan besar antara perut dengan Al-Jauf. AlJauf menyangkut lambung dan lainnya yang ada di dalam rongga perut. Akan tetapi yang dimaksudkan adalah makna penyerapan makanan karena tempat makanan adalah lambung (dan usus). Selain tempat ini tidak dapat menyebabkan tumbuhnya daging dan tertolaknya rasa lapar sehingga tidak menyebabkan hukum haram (batal) jika sesuatu masuk ke dalamnya. Tanya: 204. Kapankah batalnya puasa terwujud? Jawab: Batalnya puasa terwujud dengan berkumpulnya tiga perkara: (1) pelaku mengetahui hukumnya, bukan orang bodoh, (2) ingat, tidak lupa dan (3) melakukannya atas pilihan sendiri, bukan terpaksa atau darurat.
116
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 205. Apakah perkara-perkara yang membatalkan puasa memiliki perbedaan antara puasa wajib dan puasa sunnah? Jawab:
Tidak ada bedanya. Perbedaannya hanya kafarat yang
terkait dengan jima’. Tanya: 206. Orang yang berbuka karena matahari tenggelam di balik awan, kemudian ternyata apa yang dilakukannya salah, apakah ia wajib mengqadha puasa? Jawab: Tidak ada kewajiban qadha atasnya. Akan tetapi ia wajib menahan diri dari makanan dan minuman dan menyempurnakan puasanya. Hal ini jarang terjadi karena sudah ada jadwal waktu puasa.
Hal-hal yang Berhubungan Dengan Jima’ Tanya: 207. Apakah yang dimaksud dengan jima’? Jawab:
Jima’ adalah tercapainya aktivitas memasukkan (dzakar)
ke dalam farji perempuan, terkadang ada maksud supaya memiliki anak.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
117
Tanya: 208. Apakah yang dilarang dalam hukum ini? Jawab: Yang dilarang adalah jima’nya laki-laki terhadap isternya pada siang Ramadhan. Tanya: 209. Apakah jima’ antara suami dan isteri pada malam hari diperbolehkan? Jawab:
Ya, diperbolehkan. Allah I berfirman,
“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan isterimu.” (Al-Baqarah: 187) Tanya: 210. Dikatakan bahwa jima’ semula diharamkan atas atas kaum muslimin pada bulan Ramadhan. Apakah ini benar? Jawab: Ya, benar. Diriwayatkan dari Al-Barra`, ia berkata, “Ketika perintah puasa Ramadhan turun, mereka tidak mendekati perempuan-perempuan sebulan penuh. Beberapa laki-laki tidak mengindahkan aturan ini. Lalu Allah I menurunkan ayat, 118
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
“Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima taubatmu dan memaafkanmu.” (Al-Baqarah: 187) (HR. Al-Bukhari)
Kemudian datanglah keringankan diperbolehkannya
jima’ pada malam Ramadhan. Tanya: 211. Jika suami menyetubuhi isterinya dan keduanya tidak mandi kecuali setelah adzan fajar, apakah hukum puasa mereka berdua? Jawab:
Hukumnya sah. Aisyah d berkata, “Aku bersaksi atas
Rasulullah n bahwasanya beliau pagi hari dalam keadaan junub karena jima’, bukan karena mimpi basah, kemudian beliau berpuasa.” (Muttafaq Alaih) Tanya: 212. Kapan laki-laki yang menyetubuhi isterinya berkewajiban membayar kafarat? Jawab:
Dia adalah orang yang berkewajiban puasa, mukim di
daerahnya, tidak musafir, lalu ia jima’ pada siang Ramadhan secara sengaja tanpa terpaksa. Gambarannya, dua khitan bertemu dengan masuknya kepala dzakar ke dalam liang farji. Hal yang seperti ini membatalkan puasa, baik Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
119
mengeluarkan mani atau tidak mengeluarkan mani dan pelakunya wajib membayar kafarat. Tanya: 213. Apakah yang wajib dilakukan pelaku perbuatan ini? Jawab: Pertama ia wajib bertaubat, meminta ampunan kepada Allah dan menyempurnakan puasa hari itu. Kemudian ia mengqadhanya pada waktu yang lain dan membayar kafarat besar yang tersebut dalam hadits. Abu Hurairah a mengatakan, “Suatu ketika, kami duduk-duduk di sisi Nabi n. Tiba-tiba seorang laki-laki datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah binasa.” Beliau bertanya, “Ada apa dengan dirimu?” Ia menjawab, “Aku telah menyetubuhi isteriku, sementara aku berpuasa.” Rasulullah n bersabda, “Apakah kamu menemukan budak yang kamu merdekakan?” Ia menjawab, “Tidak.” Ia berkata, “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Ia menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda, “Apakah kamu mampu memberikan makanan kepada enam puluh orang miskin?” Ia menjawab, “Tidak.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 214. Berilah penjelasan tambahan tentang kafarat. Jawab:
120
Kafarat dalam puasa ada tiga tingkatan secara tertib.
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pertama, memerdekakan budak. Barangsiapa yang tidak menemukan, maka ia wajib berpuasa dua bulan berturutturut. Jika ia tidak mampu, maka ia memberikan makan kepada enam puluh orang miskin. Setiap miskin diberi setengah sha’ gandum, kurma atau makanan pokok lainnya. Tanya: 215. Apakah kafarat dilaksanakan sesuai dengan pilihan atau wajib tertib? Jawab: Kafarat wajib secara tertib. Kita tidak memandang keadaan pelaku dari segi jika ia kaya, maka memberi makanan didahulukan daripada puasa. Maka kita mengikuti urutan tersebut secara tertib. Tanya: 216. Apakah dalam puasa kafarah wajib dilakukan secara beruntun? Jawab: Ya, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah n, “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan secara beruntun?” Kecuali jika berbuka dengan udzur yang memperbolehkannya, misalnya sakit, maka tidak memutus keberuntunan. Tanya: 217. Orang yang melakukan perjalanan dan puasa dalam perjalanannya itu, kemudian ia jima’ isterinya pada siang Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
121
hari, apakah ia wajib membayar kafarah? Jawab:
Ia wajib melakukan puasa satu hari saja.
Tanya: 218. Orang yang melakukan puasa secara beruntun, kemudian ada udzur yang menghalanginya, misalnya haid, apakah yang ia lakukan? Jawab: Tidak melakukan puasa sebab udzur tersebut, kemudian melanjutkan puasa dalam kesempatan lain. Tanya: 219. Orang yang tidak melakukan puasa kafarat karena udzur syara’, bagaimana cara ia memberikan makanan? Jawab: Tidak mengapa jika memberikan kepada enam puluh orang miskin, baik mereka berkumpul atau terpisah-pisah. Yang penting memberikan tiga puluh sha’. Tanya: 220. Orang yang tidak mampu melakukan kafarat sama sekali, apakah yang wajib baginya? Jawab: Tidak ada kewajiban apapun baginya. Tidak ada kafarat baginya.
122
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 221. Apakah hukum kafarat jima’ juga mencakup isteri? Jawab:
Yang wajib baginya hanyalah puasa. Jika ia dijima’
suaminya pada siang Ramadhan dengan suka rela, maka hukumnya sama dengan hukum suaminya. Jika ia dipaksa atau tidur, kemudian suami menjima’nya, maka tidak ada kafarat atasnya. Tanya: 222. Jika pelaku tidak mengetahui bahwa jima’ termasuk perkaraperkara yang dilarang dalam puasa, apakah puasanya batal dan ia wajib membayar kafarat? Jawab:
Barangsiapa tidak mengetahui bahwa perbuatan ini
adalah haram atau membatalkan, maka ia dimaafkan dan tidak ada kewajiban apapun atasnya. Tanya: 223. Apakah hukum ini juga berlaku terhadap orang yang tidak mengetahui kafarat saja? Jawab:
Barangsiapa mengetahui bahwa jima’ diharamkan pada
siang Ramadhan, akan tetapi tidak mengetahui kewajiban kafarat akibat jima’ tersebut, maka ini bukanlah udzur Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
123
baginya. Jika ia melakukan jima’, maka ia tetap wajib melaksanakan kafarat. Tanya: 224. Apakah yang wajib dilakukan perempuan agar tidak menggugah syahwat suami pada siang Ramadhan? Jawab: Isteri yang mengetahui bahwa suaminya tidak dapat menguasai syahwatnya wajib menjauh darinya dan tidak berhias diri kepadanya pada siang Ramadhan agar tidak menimbulkan syahwat suami. Tanya: 225. Jika jima’ dilakukan berulangkali dalam satu hari atau dalam bulan Ramadhan, maka apakah kafarat juga dilakukan berulang kali? Jawab: Jika jima’ dilakukan berulang kali dalam satu hari, maka pelaku hanya wajib melakukan kafarat sekali. Jika dilakukan berulang kali dalam dua hari, maka masing-masing satu hari wajib kafarat satu kali karena setiap hari adalah ibadah yang berdiri sendiri. Tanya: 226. Barangsiapa yang ingin menjima’ isterinya, lalu meng awalinya dengan makan, kemudian menjima’nya demi menghindari kafarat besar atasnya, apakah hukumnya? 124
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Maksiatnya lebih besar karena ia merusak kehormatan Ramadhan dua kali, dengan makan dan jima’. Karena itu kafarat besar lebih wajib atasnya dan rekayasanya menjadi bencana baginya. Ia wajib bertauat secara benar. Tanya: 227. Apakah batasan mampu dalam puasa terkait dengan orang yang wajib melaksanakan kafarat karena jima’ pada bulan Ramadhan? Jawab: Urusan ‘mampu’ itu antara orang yang berpuasa dan Allah. Barangsiapa mengetahui dirinya mampu berpuasa, maka ia tidak boleh pindah dari puasa kepada memberi makanan. Patut dikatakan kepada pelaku, “Bukankah kamu mampu melakukan pausa bulan Ramadhan? Maka kamu wajib melakukan puasa dua bulan secara beruntun sebagai kafarat atas apa yang telah kamu lakukan.” Tanya: 228. Apakah ada udzur lain selain sakit dan perjalanan bagi orang yang mampu puasa Ramadhan dimana udzur tersebut menggugurkan puasa kafarat karena jima’? Jawab: Adakalanya ia lemah tubuhnya sekira tidak dapat berpuasa dua bulan secara beruntun, adakalanya syahwatnya
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
125
besar sehingga tidak sabar meninggalkan jima’ selama masa tersebut dan adakalanya dia memiliki pekerjaan yang tidak memungkinkannya melakukan puasa dua bulan secara beruntun. Tanya: 229. Apakah yang dilakukan pelaku jima’ andaikata jima’nya berlangsung hingga setelah adzan fajar? Jawab: Jika seseorang melakukan jima’, lalu fajar terbit, maka ia wajib mencabut dzakarnya dan puasanya sah meskipun mengeluarkan mani setelah mencabut dzakarnya. Akan tetapi jika ia meneruskan jima’nya hingga setelah fajar terbit, maka puasanya batal dan ia wajib bertaubat dan melakukan kafarat. Tanya: 230. Orang yang berbuka pada siang Ramadhan tidak karena udzur, kemudian menjima’ isterinya, dan ia berbuka pertama kalinya bukan untuk berjima’, apakah kafarat wajib atasnya? Jawab: Ya, ia kafarat wajib atasnya karena ia tetap wajib menjaga diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa dalam sisa harinya. Tanya: 231. Apakah merokok termasuk perkara yang membatalkan puasa? 126
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ya, bahkan dia termasuk maksiat. Yang lebih mengheran kan, orang yang melakukan perbandingan dan berargumen dalam kerusakan puasa antara asap rokok yang kotor dan buruk dan antara asap dupa yang baik dan diperbolehkan, untuk berdalil atas tidak batalnya puasa dengan rokok bagi orang yang berpuasa. Tanya: 232. Apakah hukum muntah secara sengaja? Jawab: Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa yang muntah tanpa disengaja, maka tidak ada kewajiban qadha atasnya dan barangsiapa muntah secara sengaja, maka ia wajib mengqadhanya.” (HR. At-Tirmidzi) Barangsiapa yang muntah secara sengaja dengan cara apapun, maka ia wajib melakukan qadha puasa. Akan tetapi jika muntah tanpa sengaja, maka puasanya tidak batal karena terjadi bukan atas kehendaknya. Tanya: 233. Bagaimana jika seseorang berusaha muntah, namun tidak muntah? Jawab: Jika ia mengetahui bahwa muntah secara sengaja itu membatalkan puasa, maka sesungguhnya ia telah niat
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
127
membatalkan puasa. Tanya: 234. Orang yang puasa muntah, lalu sebagian muntahnya tertelan tanpa sengaja, apa hukum perbuatannya? Jawab:
128
Puasanya tidak batal dan ia tidak wajib qadha puasa.[]
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Keempat Belas:
Hal-hal yang Berkaitan dengan Haid
Tanya: 235. Apakah perempuan wajib bertanya dan belajar tentang hukum-hukum haid, nifas dan istihadhah? Jawab:
Ya, tidak ada perempuan baligh kecuali perkara-perkara
ini dialaminya, khususnya haid. Kita mengetahui bahwa tidak ada rasa malu dalam ilmu. Tanya: 236. Sebagian perempuan malu bertanya kepada para ulama tentang masalah-masalah haid, apakah hukum perbuatannya ini?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
129
Jawab: Ini termasuk malu yang tercela karena menghalanginya dari mencapai kebenaran. Tanya: 237. Apakah hukum puasa bagi perempuan yang haid atau nifas? Jawab: Perempuan yang haid atau nifas haram berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah. Seandainya berpuasa, maka puasanya tidak sah karena sabda Nabi n yang menetapkan hal itu, “Bukankah jika perempuan haid tidak shalat dan tidak puasa?” Maksudnya, jika perempuan haid, maka ia tidak boleh shalat dan tidak boleh puasa. Tanya: 238. Apakah perempuan haid wajib melakukan qadha shalat setelah Ramadhan? Jawab: Ia tidak melakukan qadha shalat, akan tetapi qadha puasa karena hadits Aisyah d, ia berkata, “Haid menimpa kami, lalu kami diperintahkan untuk qadha puasa dan kami tidak diperintahkan untuk qadha shalat.” (Muttafaq Alaih) Tanya: 239. Kapan perempuan haid menqadha puasa yang ditinggal kannya pada bulan Ramadhan?
130
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ia menqadhanya pada hari-hari lain, seperti yang dilakukan orang sakit ketika meninggalkan puasa. Ia menqadhanya pada hari-hari di luar Ramadhan. Perkaranya mudah, yakni ia melakukannya secara beruntun atau terpisah-pisah. Tanya: 240. Apakah hukum puasa jika haid terjadi di tengah siang hari? Jawab: Haid tersebut membatalkan puasa, meskipun hal itu terjadi menjelang waktu Maghrib. Ia wajib mengqadha puasa tersebut jika puasa fardhu. Tanya: 241. Apakah ada batasan haid paling sedikit dan paling banyak dalam hitungan hari? Jawab: Menurut pendapat yang Shahih, haid tidak ada batasannya dalam hitungan hari karena firman Allah I, “Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah isteri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci.” (Al-Baqarah: 222) Allah tidak menjadikan batas akhir larangan dengan hari, akan tetapi menjadikan batas akhir larangan dengan suci. Hal ini menunjukkan bahwa alasan hukumnya adalah Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
131
haid, ada dan tidaknya haid. Ketika ada haid, maka tetaplah hukumnya dan ketika tidak ada haid, maka hilanglah hukum-hukumnya dari perempuan. Tanya: 242. Jika ada perempuan kecil mengalami haid, apakah kita mewajibkan puasa terhadapnya? Jawab: Ya, kita mewajibkannya berpuasa dan ibadah-ibadah lainnya yang kewajibannya dikaitkan dengan unsur baligh. Tanya: 243. Bagaimana dengan orang yang membatasi waktu haid, misalnya tujuh hari? Jawab: Pembatasan tidak ada dalilnya dari syara’, padahal kondisi yang ada menuntut penjelasannya pada zaman Nabi n. Karena itu, setiap darah yang dilihat perempuan yang dikenal dengan darah haid, maka dia adalah darah haid tanpa pembatasan waktu terhadapnya. Tanya: 244. Jika darah keluar terus menerus, apakah hukumnya? Jawab: Jika darah keluar terus menerus tanpa ada putusnya atau terputus dalam waktu yang sebentar, misalnya satu hari atau dua hari dalam satu bulan, maka darah yang seperti 132
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
ini dinamakan darah istihadhah atau darah penyakit. Tanya: 245. Jika perempuan merasakan dekatnya waktu datang bulan pada siang hari dan ia tidak melihat darah, apakah hukum puasanya? Jawab: Jika perempuan merasakan datang bulan sebelum Maghrib, akan tetapi ia tidak melihat darah kecuali setelah Maghrib, maka puasanya sah karena darah yang berada di dalam tubuh tidak ada hukumnya. Darah haid tidak ada hukumnya kecuali setelah dilihat di luar, bukan dengan perpindahannya. Tanya: 246. Apakah hukum cairan keruh atau cairan kuning sebelum turunnya darah haid? Jawab: Cairan kuning dan cairan keruh sebelum turunnya darah haid tidak sepi dari kedua keadaan: Pertama; Disertai dengan rasa sakit haid atau bersam bung dengan darah haid tanpa ada pemisahnya. Dalam keadaan ini, ia termasuk darah haid. Kedua; Jika ia terpisah dari turunnya darah haid dan tidak ada rasa sakit, maka ia tidak termasuk haid.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
133
Tanya: 247. Apakah hukum cairah keruh yang keluar di tengah-tengah masa haid? Jawab:
Jika perempuan melihat cairah kuning dan keruh saat
yang biasa dihukumi haid (masa haid), maka dia termasuk haid. Tanya: 248. Bagaimana perempuan mengetahui suci setelah haid? Jawab: Perempuan yang mengalami haid ketika melihat cairan putih yang keluar dari rahim setelah haid, maka cairan tersebut merupakan tanda ia telah suci. Maka ia niat puasa malam hari dan berpuasa pada siangnya. Jika ia tidak melihat tanda suci yang dikenalnya, maka ia mengusapkan kapas dan sejenisnya ke dalam farji. Jika kapasnya keluar dalam keadaan bersih, maka ia wajib berpuasa. Inilah yang disebut dengan istilah Al-Jafaf (kering). Tanya: 249. Apakah hukum cairan kuning dan cairan keruh yang muncul setelah suci? Jawab: Perempuan yang melihat suci secara yakin setelah haid, seperti keluarnya cairan putih atau kering, maka cairan 134
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
keruh atau cairan kuning tidak termasuk haid dan tidak mencegah shalat, puasa dan jima’ suami terhadap isterinya. Ummu Athiyah berkata, “Kami tidak menganggap cairan kuning dan cairan keruh sebagai sesuatu apapun.” (HR. Al-Bukhari) Abu Dawud menambahkan, “Setelah suci.” Tanya: 250. Apakah perempuan wajib segera mandi ketika darah sudah menjadi sedikit agar dapat menyusul puasa dan shalat? Jawab: Ia tidak boleh tergesa-gesa mandi hingga telah melihat suci, karena sebagian perempuan ketika darahnya menyusut tergesa-gesa mandi sebelum melihat suci. Karena itu Aisyah RA berkata kepada kaum perempuan sahabat, “Janganlah kalian tergesa (mandi) hingga kalian melihat cairan putih.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 251. Jika darah kembali kepadanya, apakah berpengaruh terhadap puasanya? Jawab:
Jika darah haid kembali, maka puasanya batal dan ia
wajib memutus puasanya selama darah tersebut keluar dalam waktu yang telah menjadi kebiasaan haid, meskipun sedikit.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
135
Tanya: 252. Perempuan berpuasa dan ia ragu tentang kesuciannya. Ketika pagi hari, ternyata ia suci, apakah puasanya sah, padahal ia tidak yakin suci? Jawab:
Puasanya tidak sah dan ia wajib menqadha puasa hari
itu, karena hukum asal tetapnya haid dan karena masuknya ia ke dalam ibadah puasa tanpa yakin suci. Masuk ke dalam ibadah bersama dengan keraguan tentang syarat sah ibadah, mencegah keshahihannya. Tanya: 253. Perempuan memperkirakan bahwa besok ia mengalami haid, apakah ia berniat tidak puasa? Jawab:
Perempuan yang mengetahui bahwa kebiasaan haidnya
datang hari besok, ia wajib meneruskan niat puasa, berpuasa dan tidak membatalkan puasa hingga melihat darah. Tanya: 254. Jika perempuan haid atau nifas suci pada siang hari, apakah ia tetap menjaga diri dari perbuatan yang membatalkan puasanya? Jawab: 136
Tidak wajib. Ia boleh makan dan minum karena menahan 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
diri dari perkara yang membatalkan puasa tidak berfaidah terhadapnya karena ia wajib melakukan qadha puasa. Ibnu Mas’ud a berkata, “Barangsiapa yang makan di awal siang, maka hendaklah ia makan di akhir siang.” Maksudnya dalam keadaan boleh memakan. Tanya: 255. Apakah perempuan yang haid boleh mencegah diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa karena malu terlihat sebagai perempuan yang sedang haid? Jawab:
Ia boleh melakukan hal itu hingga jauh dari pembicaraan
orang yang tidak mengetahui urusan-urusan perempuan. Ia boleh makan secara sembunyi-sembunyi. Tanya: 256. Apakah diperbolehkan meminum obat-obatan yang mencegah haid? Jawab:
Obat-obatan ini sebagaimana yang ditetapkan banyak
para dokter menimbulkan mudharat, menyebabkan luka di rahim dan waktu haid yang tidak teratur. Banyak masalah kewanitaan disebabkan minum obat-obatan tersebut. Jika perempuan belum menikah, maka bisa menyebabkan kemandulan. Disamping itu dengan akalnya, meskipun
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
137
dia bukan dokter, dapat mengetahui bahwa mencegah perkara alami yangmana Allah menjadikan waktu-waktu tertentu untuknya menimbulkan bahaya-bahaya. Karena itu, hendaklah perempuan menjauhi obat-obatan seperti ini. Tanya: 257. Apakah hukum meminum obat-obatan pencegah datangnya bulan agar dapat melakukan shalat pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan? Jawab: Yang lebih utama bagi perempuan yang haid adalah tetap dengan kondisi alaminya. Pada sepuluh hari terakhir ia dapat berdoa, membaca Al-Qur`an dan melakukan amalamal shaleh yang lain selain shalat dan thawaf di sekeliling Ka’bah? Tanya: 258. Jika perempuan haid mengkonsumsi obat-obat penghilang haid dan haidnya benar-benar hilang, apakah ia dianggap suci? Jawab: Jika perempuan melakukan hal itu dan darahnya terputus, maka ia menjadi perempuan yang suci. Ia wajib berpuasa dan puasanya mencukupinya.
138
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 259. Jika waktu fajar datang dan perempuan sedang haid, sebentar setelah itu ia suci, apakah ia berpuasa? Jawab:
Jika waktu fajar tiba, sementara perempuan sedang haid,
maka ia tidak sah melakukan puasa hari itu, walaupun suci tersebut datang sebentar setelah waktu fajar tiba. Tanya: 260. Apakah niat puasa perempuan yang berhenti haidnya dan ia belum mandi diperbolehkan? Jawab: Ya, perempuan yang mengalami haid atau nifas ketika darahnya terputus malam hari, lalu ia berniat puasa hari besoknya, kemudian waktu fajar datang sebelum ia mandi, maka menurut madzhab seluruh ulama, puasanya sah meskipun ia mandi setelah fajar. Tanya: 261. Jika perempuan suci sebelum adzan fajar dan ia tidak mandi kecuali setelahnya, apakah puasanya sah? Jawab: Ya, puasanya sah karena diqiyaskan dengan orang junub berdasarkan hadits Aisyah d, ia berkata, “Nabi n pada pagi hari dalam keadaan junub dari jima’ tanpa mimpi basah, kemudian beliau berpuasa Ramadhan.” (Muttafaq Alaih) Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
139
Tanya: 262. Perempuan suci pada malam hari dan secara sengaja mengakhirkan mandi suci hingga waktu siang dengan alasan ingin memastikan suci, apakah hukum perempuannya? Jawab: Yang wajib ia lakukan adalah segera mandi untuk melaksanakan shalat pada waktunya. Hal ini ketika ia melihat tanda yang menunjukkan kesucian, bahkan meskipun mandi suci tersebut cepat untuk segera melaksanakan shalat. Tanya: 263. Apakah puasa batal jika haid mulai setelah adzan Maghrib secara langsung dan sebelum melakukan shalat? Jawab: Puasanya tidak batal. Perempuan yang ketika terbenam nya matahari tidak melihat haid keluar puasanya sah. Tanya: 264. Perempuan yang mengatakan pada waktu malam, “Jika pagi hari aku suci, maka aku berpuasa.” Lalu ia melihat suci setelah fajar. Apa hukum puasanya? Jawab: Puasanya tidak sah, karena hukum asal tetapnya perkara yang menghalangi (sahnya puasa).
140
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 265. Perempuan mengalami haid pertama kali sementara ia masih kecil, lalu ia malu memberitahu keluarganya sehingga ia tidak berpuasa, apakah hukum yang berlaku kepadanya? Jawab: Ia wajib mengqadha satu bulan karena perempuan yang mengalami haid menjadi perempuan yang mukalaf. Disamping itu haid merupakan salah satu tanda-tanda baligh. Tanya: 266. Apakah perempuan yang haid boleh membaca Al-Qur`an? Jawab: Ya, ia boleh membaca Al-Qur`an. Terkadang membaca Al-Qur`an itu untuk suatu keperluan, misalnya guru yang membacakannya untuk pengajaran, atau siswi membacanya untuk belajar dan orang yang membacanya untuk mengingat hafalan. Tanya: 267. Apakah hukum perempuan haid menghadiri ceramahceramah di masjid-masjid, terlebih ceramah-ceramah pada bulan Ramadhan? Jawab: Perempuan haid tidak boleh menetap di masjid. Adapun melewatinya untuk suatu keperluan tidak apa-apa. Dalilnya, Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
141
Nabi n memerintahkan kepada kaum perempuan agar keluar ke tempat shalat Id untuk shalat dan dzikir dan memerintah kaum perempuan yang haid agar menjauhi tempat shalat. Tanya: 268. Apakah hukum seorang suami meminta isterinya yang sedang haid melakukan jima’ dengannya? Jawab: Jima’ antara suami dan isteri ketika sedang haid adalah perkara yang diharamkan. Allah I berfirman,
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (Al-Baqarah: 222) Isteri wajib mencegah suami dari hal itu, menyelisihinya dan tidak menyetujui permintaannya karena perbuatan 142
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
tersebut diharamkan. Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah. Tanya: 269. Jika suami memintanya di akhir haid, apakah ia menyetujui nya? Jawab: Suami boleh menjima’nya setelah dia suci dari haid dan setelah mandi dari haid. Tanya: 270. Perempuan memiliki kebiasaan haid enam hari, kemudian kebiasaan hari haidnya bertambah, apakah ia tidak melakukan puasa? Jawab: Jika adat haid perempuan enam hari, kemudian kebiasaan harinya bertambah hingga menjadi sembilan atau sepuluh hari, maka sesungguhnya ia tetap tidak shalat hingga suci. Hal ini karena Nabi n tidak memberikan batasan yang khusus terhadap haid. Allah I berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haidh itu adalah suatu kotoran.” (Al-Baqarah: 222) Ketika darah ini masih tetap, maka perempuan tetap dalam keadaannya hingga suci, lalu mandi dan shalat. Jika dalam bulan kedua, masa haidnya berkurang dari itu, maka sesungguhnya dia mandi ketika telah suci meskipun tidak Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
143
seperti masa sebelumnya. Yang penting, ketika haid masih tetap bersama perempuan, maka ia tidak shalat, baik haid sesuai dengan kebiasaan sebelumnya atau lebih banyak atau lebih kurang. Jika ia telah suci, maka ia shalat. Tanya: 271. Perempuan memiliki masa haid sepuluh hari. Dalam bulan Ramadhan masa haid menjadi empat belas hari. Ia belum suci selama itu. Lalu darah keluar dengan warna hitam atau kuning. Ia tetap seperti ini selama delapan hari dan ia melakukan shalat dan puasa. Apakah shalat dan puasanya sah selama delapan hari ini? Apakah yang wajib atasnya? Jawab:
Jika masa haid perempuan ini mengalami pertambahan
dari kebiasaannya dan ia mengetahui bahwa darah ini adalah darah haid yang biasa ia kenal, maka ia tetap dalam haidnya, tidak shalat dan tidak puasa. Kecuali jika masa pertambahannya itu lebih dari satu bulan. Jika demikian, maka ia disebut dengan darah istihadhah. Ia tidak berhenti dari shalat dan puasa setelah itu kecuali sesuai dengan kadar kebiasaannya.
Berdasarkan ini, hari-hari yang ia jalani dengan puasa
setelah suci, kemudian ia melihat darah yang aneh ini yang ia ketahui sebagai bukan darah haid, akan tetapi ia hanyalah darah kuning atau keruh atau hitam, maka darah 144
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
ini bukanlah darah haid. Puasanya selama itu sah dan mencukupi. Begitu juga shalatnya tidak diharamkan atasnya.
Hal-hal yang Berkaitan dengan Istihadhah Tanya: 272. Apakah tanda-tanda yang membedakan antara darah haid dan darah istihadhah? Jawab: Di antara tanda-tanda yang membedakan antara darah haid dan darah istihadhah, antara lain: Pertama; Warna darah haid hitam, sementara darah istihadhah cerah. Kedua; Bau darah haid amis. Ketiga; Darah haid keluar dengan deras, sementara darah istihadhah tidak. Keempat; Darah haid didahului dengan rasa sakit, sedang darah istihadhah tidak. Tanya: 273. Apakah istihadhah merusak puasa? Jawab: Darah istihadhah tidak berpengaruh terhadap sahnya puasa. Perempuan yang mengalami istihadhah tetap shalat, puasa dan boleh bersetubuh dengan suaminya.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
145
Tanya: 274. Perempuan yang mengalami istihadhah, bagaimana ia shalat dan kapan ia berpuasa? Jawab:
Ia tidak melakukan shalat dan tidak berpuasa selama
masa haid biasanya sebelum ini. Jika kebiasaannya haid datang di awal bulan selama enam hari setiap bulan misalnya, maka ia tidak shalat dan tidak puasa selama enam hari mulai awal bulan. Jika hari-hari tersebut selesai, maka ia mandi kemudian shalat dan puasa.
Hal-hal yang Berkaitan dengan Perempuan Nifas Tanya: 275. Bagaimana cara mengetahui darah yang berhubungan dengan gugurnya janin bahwa dia darah nifas atau lainnya demi puasa? Jawab: Jika perempuan hamil melahirkan janin secara prematur dimana janin tersebut membentuk manusia atau memiliki bentuk-bentuk tubuh seperti kepala atau tangan, maka darahnya adalah darah nifas. Jika janin prematur tersebut berupa segumpal darah atau segumpal daging dimana bentuk manusia belum jelas, darah tersebut adalah darah rusak. Ia tetap berpuasa jika mampu. Jika tidak mampu, maka ia tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain. 146
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 276. Apakah pandangan syara’ terhadap darah yang keluar dari perempuan yang hamil? Jawab:
Kita mengetahui bahwa perempuan hamil tidak haid
karena perempuan diketahui hamil dengan berhentinya haid. Haid diciptakan Allah sebagai makanan bagi janin di perut ibunya. Karena itu, terkadang darah keluar dari perempuan yang hamil karena suatu peristiwa, misalnya kecelakaan, membawa beban atau sejenisnya. Tanya: 277. Setelah keguguran janin, proses pembersihan dilakukan, kapan ia dapat berpuasa? Jawab: Jika janin yang lahir prematur kurang dari delapan puluh hari, maka darah ini tidak mencegah ibadah. Pembersihanpembersihan ini tidak mencegah shalat dan puasa. Tanya: 278. Jika perempuan yang nifas suci sebelum empat puluh hari, apakah ia puasa dan shalat? Jawab:
Ya, ia wajib puasa dan mandi untuk menjalankan shalat.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
147
Tanya: 279. Jika darah perempuan yang mengalami nifas kembali setelah suci dalam waktu kurang dari empat puluh hari, apakah yang ia lakukan? Jawab: Jika darah kembali dalam waktu empat puluh hari, maka ia tidak boleh berpuasa karena darah tersebut merupakan darah nifas. Tanya: 280. Jika darah nifas terus berlangsung setelah empat puluh hari, kapan ia shalat dan puasa? Jawab: Perempuan yang mengalami nifas, jika setelah empat puluh hari darahnya masih mengalir dan darah tersebut tidak berubah, maka jika darah tersebut bertepatan dengan kebiasaan haidnya, maka ia berhenti dari shalat dan puasa dan jika tidak bertepatan dengan kebiasaan haidnya, maka para ulama berselisih dalam hal itu. Sebagian mereka berpendapat bahwa ia mandi, shalat dan puasa meskipun darah mengalir karena dalam keadaan tadi ia seperti perempuan yang mengalami istihadhah. Sebagian mereka berpendapat bahwa ia tetap tidak shalat dan tidak puasa hingga sempurna enam puluh hari karena ada di antara perempuan yang mengalami nifas enam puluh 148
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
hari. Ini adalah perkara yang terjadi. Sebagian perempuan memiliki kebiasaan nifas enam puluh hari. Berdasarkan hal ini ia menunggu hingga sempurna enam puluh hari, kemudian setelah itu kembali kepada kebiasaan haidnya. Ia tidak shalat dan tidak puasa dalam waktu kebiasaan haidnya, kemudian mandi dan shalat karena ketika itu ia terhukumi sebagai perempuan yang mengalami istihadhah.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
149
Pembahasan Kelima Belas:
Sahur Tanya:
281. Apa arti kata As-Sahar? Jawab: Ia adalah makan pada waktu sahur yaitu akhir malam sebelum subuh. Tanya: 282. Apa hukum makan sahur? Jawab: Sunnah Muakkadah. Rasulullah n berusaha keras untuk melakukannya. Al-Bukhari dalam Shahih-nya mengatakan, “Bab tentang berkah sahur dengan tanpa diwajibkan, karena Rasulullah n dan para sahabatnya melanjutkan puasa dan tidak disebutkan (makan) sahur.” Tanya: 283. Apa manfaat sahur?
150
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Makan sahur dapat membantu orang yang berpuasa untuk menahan kepayahan puasa. Oleh karena itu dalam hadits disebutkan bahwa sahabat Anas bin Malik RA mengatakan, “Rasulullah n bersabda, “Bersahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam sahur terdapat berkah.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 284. Bagaimana makan sahur dapat membawa berkah? Jawab: Berkah dapat terjadi dengan semakin bertambahnya kebaikan yang ada pada tubuh orang yang berpuasa yang menjadi kuat dan giat, serta berkah karena mengikuti petunjuk Nabi. Tanya: 285. Apakah mengakhirkan sahur termasuk Sunnah? Jawab: Ya. Diriwayatkan dari Abu Athiyah, dia mengatakan, “Aku mengatakan kepada Aisyah, “Di samping kita terdapat dua lelaki dari sahabat Nabi n; salah satu dari mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur, sedangkan yang lainnya mengakhirkan berbuka puasa dan menyegerakan sahur.” Aisyah berkata, “Siapa yang menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur? Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
151
Aku menjawab, “Abdullah bin Mas’ud.” Aisyah berkata, “Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah n.” (HR. An-Nasa’i) Tanya: 286. Apakah penekanan terhadap pentingnya sahur, mempunyai arti menjauhi dari serupa dengan orang Nasrani? Jawab:
Ya. Diriwayatkan dari Amr bin Ash a bahwa Rasulullah
n bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dengan puasa ahlul kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan lainnya) Tanya: 287. Niat puasa apakah sudah dapat ditunjukkan dengan aktifitas makan sahur? Jawab:
Ya, karena sudah bisa dimaklumi bahwa orang yang
bangun di akhir malam dan makan sahur, dia tentunya ingin berpuasa; karena setiap orang yang berakal ketika melakukan sesuatu dengan kehendaknya maka tidak mungkin dia melakukan sesuatu kecuali dengan keinginan, dan keinginan ini merupakan niat. Seseorang tidak akan makan di akhir malam kecuali karena bertujuan untuk berpuasa. Andai maksudnya hanya sekedar makan, namun hal ini tidak 152
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
menjadi kebiasaannya untuk makan pada waktu seperti ini. Hal ini termasuk niat. Tanya: 288. Kapan waktu sahur Nabi n? Jawab:
Waktu sahur Nabi n ketika mendekati waktu adzan
subuh. Hal ini seperti yang tersebut dalam keterangan yang menjelaskan bahwa Rasulullah n mengakhirkan sahur, bahkan antara waktu sahur dan waktu menjalankan shalat hanya sekitar bacaan lima puluh ayat. (Muttafaq Alaih) Tanya: 289. Kapan dimulai menahan sesuatu dari hal yang membatalkan puasa? Jawab:
Menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa
dimulai dari adzan fajar kedua yang merupakan adzan untuk shalat subuh, sebagaimana sabda Rasulullah n, “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan pada waktu malam, maka makanlah kalian dan minumlah, hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.” (HR. AlBukhari) Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan kedua untuk shalat subuh.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
153
Tanya: 290. Apakah adzan pertama sudah menunjukkan bahwa makan dan minum sudah dilarang? Jawab:
Tidak dilarang makan (saat adzan pertama). Rasulullah
n bersabda, “Janganlah adzan Bilal mencegah salah satu dari kalian dari sahurnya. Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan atau menyeru pada waktu malam agar orang yang shalat malam di antara kalian kembali dan orang tidur di antara kalian kalian bangun.” (HR. Al-Bukhari) Adzan pertama sebelum subuh dimaksudkan untuk memberikan peringatan. Tanya: 291. Orang yang berada di padang sahara, bagaimana dia mengetahui fajar kedua? Jawab:
Lanjutan hadits di depan memberikan jawaban. Rasu
lullah n bersabda, “Tidak dengan mengatakan demikian dan demikian –Rasulullah membetulkan dengan tangannya dan mengangkatnya—hingga mengatakan, “Begini.” Rasulullah merenggangkan antara dua jarinya; maksudnya adalah sesuatu yang membentang di ufuk.” (HR. Al-Bukhari)
154
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 292. Apa yang sunnah untuk dimakan pada waktu sahur? Jawab:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwasanya
Rasulullah n bersabda, “Sebaik-baik sahur seorang mukmin adalah dengan kurma.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hibban) Tanya: 293. Sebagian orang masih makan pada waktu adzan kedua shalat subuh dikumandangkan hingga selesai adzan, apa hukum perbuatan tersebut? Jawab:
Hukumnya tergantung dari kondisi muadzin. Apabila
muadzin hanya mengumandangkan adzan ketika sudah yakin fajar terbit, maka bagi orang yang mendengarnya wajib Imsak (menahan sesuatu yang membatalkan puasa) ketika adzan sudah dikumandangkan, sebagaimana sabda Rasulullah n, “Makanlah dan minumlah kalian, hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.” (HR. Al-Bukhari) Namun apabila muadzin tidak yakin fajar telah terbit, maka yang lebih utama ketika adzan sudah dikumandangkan adalah melakukan Imsak (menahan diri), namun tidak apa-apa apabila masih makan, karena pada dasarnya malam masih ada. Yang lebih utama adalah berhati-hati (Al-Ihtiyath) dan menahan diri. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
155
Tanya: 294. Apakah ada dzikir yang dibaca ketika sahur yang menunjukkan keinginan berpuasa? Jawab: Tidak diketahui bahwa Rasulullah n mekatakan hal ini, bahkan Rasul tidak mengajarkannya kepada salah seorang yang bersamanya, maka meninggalkan Talaffuzh (melafalkan) adalah wajib. Tanya: 295. Apabila seseorang tidur sebelum matahari terbenam pada bulan Ramadhan dan dia masih saja terus tidur dan tidak ada orang yang membangunkannya hingga fajar terbit, apakah kita bisa mengatakan bahwa puasanya pada hari kedua sah meskipun dia tidak niat puasa? Jawab: Ya, sah. Hal ini disandarkan pada pendapat yang meng anggap bahwa satu niat di awal Ramadhan sudah mencukupi untuk satu bulan. Tanya: 296. Apakah pendapat mengenai batasan waktu Imsak di kalender? Jawab:
Hal ini merupakan sesuatu yang baru yang tidak ada
pada masa generasi pertama kaum muslimin, bahkan hal ini 156
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
termasuk melarang menikmati sesuatu yang diperbolehkan pada waktu yang diperbolehkan secara agama, oleh karena itu hal ini jangan dijadikan sandaran utama. Tanya: 297. Dikatakan bahwa orang yang berpuasa harus menahan diri mulai dari sepertiga jam sebelum adzan subuh; dan hal ini disebut dengan Imsak Ihtiyathi (melakukan Imsak untuk berhati-hati), lantas seberapa lamakah kira-kira waktu antara Imsak dengan adzan subuh di Ramadhan? Jawab: Pada dasarnya, Imsak orang yang berpuasa dan berbuka puasanya disandarkan pada firman Allah I, “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (Al-Baqarah: 187) Makan dan minum hukumnya mubah hingga terbit fajar; terbitnya fajar ini ditunjukkan oleh adzan yang telah dijadikan oleh Allah sebagai tanda batas diperbolehkannya makan, minum dan lainnya yang membatalkan puasa. Tanya: 298. Apa hukum orang yang makan karena menyangka fajar belum terbit? Jawab:
Kondisi seperti ini tidak apa-apa, karena ayat di depan Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
157
menunjukkan bahwa makan diperbolehkan hingga muncul kejelasan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas a bahwa dia mengatakan, “Allah menghalalkan minuman untukmu selagi kamu masih ragu, hingga kamu tidak ragu.”5 Tanya: 299. Apa yang dilakukan oleh orang yang mendengar adzan sedangkan di tangannya masih ada wadah makanan? Jawab:
Dia diperbolehkan melanjutkan keperluannya dari
wadah tersebut. diriwayatkan dari Abu Hurairah a dia mengatakan bahwa Rasulullah n bersabda, “Apabila salah satu dari kalian mendengar adzan, sedangkan wadah masih berada di tangannya, maka janganlah meletakkannya hingga dia memenuhi kebutuhannya darinya.” (HR. Abu Dawud) Syaikh Al-Albani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang telah menemukan fajar, sedangkan wadah makanan dan minuman masih di tangannya, maka dia diperbolehkan untuk tidak meletakkannya hingga memenuhi kebutuhannya darinya. Gambaran ini merupakan bentuk pengecualian dari ayat, “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (Al-Baqarah: 187)6 5 6
158
Fath Al-Bari, 4/135 dan Al-Fatawa, karya Ibnu Taimiyah, 29/263. Tamam Al Minnah, 1/417 dan Fath Al-Bari, 4/109-110.
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 300. Apakah dapat dikatakan bahwa hadits di depan menjelaskan juga tentang Imsak? Jawab:
Ya, bila ditinjau dari sisi kesalahan menyandarkan puasa
dengan waktu Imsak; karena di antara faedah hadits ini adalah membatalkan bid’ah Imsak sebelum fajar selama seperempat jam. Mereka melakukan hal tersebut karena khawatir masuk waktu adzan fajar sedangkan mereka masih melakukan sahur. Andai mereka mengetahui Rukhsah ini, niscaya mereka tidak akan terjerumus ke dalam bid’ah ini. Tanya: 301. Sebagian orang begadang tidak tidur, kemudian ketika mendekati tengah malam, dia makan sahur, apakah pendapat mengenai prilaku seperti ini? Jawab: Hal ini dilakukan oleh orang yang tidak merasakan berkah mengakhirkan sahur dalam puasanya dan tidak mengingat petunjuk Nabi mengenai hal ini, bahkan dikhawatirkan prilaku seperti ini membuat orang menjadi kurang berniat untuk melakukan shalat subuh, ketika dia tidur setelah makan.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
159
Pembahasan Keenambelas:
Berbuka Puasa Tanya:
302. Apa yang disunnahkan dalam berbuka puasa? Jawab: Disunnahkan menyegerakan berbuka puasa, sebagaimana sabda Rasulullah n, “Seseorang akan selalu dalam kebaikan selagi dia menyegerakan berbuka puasa.” (Muttafaq Alaih) Tanya: 303. Apakah petunjuk Nabi n mengenai hal ini? Jawab:
Rasulullah n berbuka puasa dengan kurma sebelum
shalat. (HR. Abu Dawud dan dianggap shahih oleh AlAlbani) Tanya: 304. Kapan waktu yang benar menurut agama untuk berbuka puasa?
160
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Hal ini berhubungan dengan terbenamnya matahari bagi orang yang tidak menemui penghalang untuk melihatnya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Aufa a, dia mengatakan bahwa Rasulullah n bersabda, “Apabila matahari terbenam dari sini dan malam datang dari sini, maka orang yang berpuasa berbuka.” (Muttafaq Alaih) Tanya: 305. Orang yang berpuasa dan berada di padang sahara, apakah harus berpegangan pada adzan dari radio? Jawab:
Tidak diharuskan melakukan hal itu, apabila dia melihat
matahari. Ketika matahari terbenam di ufuk, maka dia diperbolehkan berbuka puasa. Tanya: 306. Apakah harus menunggu terbenamnya warna kemerahmerahannya sinar matahari setelah matahari terbenam? Jawab: Ibnu Taimiyah berkata, “Ketika bulatan matahari terbenam, maka orang yang berpuasa diperbolehkan berbuka dan warna merah yang terlihat di ufuk tidak menjadi pertimbangan.” Tanya: 307. Sebagian orang mengatakan, “Sesungguhnya makna firman Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
161
Allah I, “Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,” (Al-Baqarah: 187) adalah agar orang yang berpuasa menunggu hingga waktu malam lewat kemudian baru berbuka puasa, bukan langsung berbuka puasa ketika matahari terbenam.” Apakah arahan mengenai perkataan orang ini? Jawab: Kata ila, di sini artinya bukan Al-Ghayah; yaitu agar orang yang berpuasa menemui satu waktu dari malam, namun arti ila di sini tunduk pada ungkapan yang dimaksud agama bukan dimaknai secara bahasa, yaitu agar menyegerakan berbuka puasa. Hal ini sangat jelas dari perbuatan Nabi n dan juga kaidah yang menyebutkan bahwa yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum adalah agama bukan akal. Tanya: 308. Apakah ada larangan atau ancaman terhadap orang yang berbuka puasa sebelum waktunya? Jawab: Ya. sesungguhnya Rasulullah n melihat dalam tidurnya (bermimpi) terdapat orang-orang yang terbelenggu di urat atas tumitnya, dan mulutnya mengalirkan darah. Ketika ditanya tentang mereka, maka diberitahukan bahwa mereka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum tiba waktu berbuka puasa mereka.” (HR. Ibnu Khuzaimah) 162
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 309. Apa yang dilakukan oleh orang yang ragu bahwa dia telah berbuka puasa sebelum waktunya? Jawab:
Orang yang yakin, atau berkeyakinan kuat bahwa
dia berbuka puasa sebelum Maghrib, maka dia harus mengqadha puasanya, karena dia yakin bahwa dia berbuka puasa pada waktu siang. Tanya: 310. Apakah mengakhirkan berbuka puasa termasuk menyalahi petunjuk Nabi? Jawab: Ya, apabila dilakukan dengan tanpa sebab; seperti tidak ada makanan atau terlambatnya kehadiran orang-orang di rumahnya. Diriwayatkan dari Sahal bin Saad a bahwa Rasulullah n bersabda, “Umatku masih berada dalam sunnahku selagi dia tidak menunggu bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban) Menunggu bintang berarti mengakhirkan berbuka puasa hingga langit menjadi gelap dan bintang pun tampak. Hal seperti ini minimal membutuhkan waktu sekitar seperempat jam. Hal ini menyalahi sunnah Nabi dan sesuai dengan prilaku orang Yahudi dan Nasrani.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
163
Tanya: 311. Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak menemukan makanan untuk berbuka puasa? Jawab:
Apabila orang yang berpuasa tidak menemukan sesuatu
untuk berbuka puasa, maka berniat berbuka puasa di hatinya. Tanya: 312. Apakah dianjurkan mendengarkan adzan terlebih dahulu kemudian baru makan berbuka puasa? Jawab: Tidak. Hal ini menyalahi sunnah Nabi n dalam bersegera untuk berbuka puasa. Tanya: 313. Apa petunjuk Nabi mengenai macam makanan untuk berbuka puasa? Jawab: Orang yang berpuasa disunnahkan berbuka puasa dengan memakan Ar-Ruthab (kurma matang). Apabila tidak ada, maka dengan Tamar (kurma). Apabila tidak ada, maka dengan air. Setelah itu, dia dapat memakan apa yang dikehendaki. Diriwayatkan dari Salman bin Amir, dia mengatakan, “Rasulullah n bersabda, “Apabila salah seorang di antara 164
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
kalian berpuasa, maka berbuka puasalah dengan kurma. Apabila tidak menemukan kurma, maka dengan air. Sesungguhnya air itu suci.” (HR. Abu Dawud dan lainnya) Tanya: 314. Apakah orang yang sedang berada di luar rumahnya harus mempercepat kendaraannya untuk dapat berbuka puasa dan tiba di rumah sebelum adzan Maghrib? Jawab:
Tidak harus, bahkan tidak boleh mengendarai
dengan cepat, karena mengendarai dengan cepat dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Apabila dia mendengar adzan, maka dia dapat masuk masjid untuk minum air dan melakukan shalat dan menangguhkan makan buka puasa. Tanya: 315. Apakah pada waktu berbuka puasa disunnahkan berdoa? Jawab:
Ya. disebutkan dalam hadits, “Tiga hal yang tidak ditolak
doa mereka; imam yang adil, orang puasa ketika berbuka, dan doa orang yang dizhalimi. Doa tersebut akan diangkat di atas awan, dibukan pintu-pintu langit untuknya, dan Tuhan mengatakan, “Demi Keagungan-Ku, Aku akan menolongmu, walaupun menunggu waktu.” (HR. At-Tirmidzi)
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
165
Tanya: 316. Doa apa yang disunnahkan bagi orang yang berpuasa ketika berbuka? Jawab: Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar h, dia menga tak an, “Ketika Rasulullah n berbuka puasa, beliau mengatakan, “Hilanglah dahaga, leher menjadi basah, dan pahala menjadi tetap, insyaallah.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunan-nya) Tanya: 317. Perkataan apa yang disunnahkan terhadap orang yang makan di tempat orang lain? Jawab: Diriwayatkan dari Anas bin Malik a bahwa sesungguh nya Rasulullah n ketika berbuka puasa di tempat orang, maka beliau mengatakan, “Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang baik memakan makanan kalian dan malaikat turun kepada kalian.” (HR. Ad-Darimi dan lainnya, dan dalam redaksi lain digunakan kata, “Semoga malaikat menyampaikan shalawat terhadap kalian.” (HR. Al-Baihaqi) Tanya: 318. Apa pahala orang yang memberikan makanan berbuka puasa terhadap orang yang berpuasa? 166
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid Al-Juhani bahwasanya
Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa yang memberikan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya orang yang berpuasa dengan tanpa berkurang sedikitpun.” (HR. AtTirmidzi dan lainnya) Tanya: 319. Apa hukum mengakhirkan shalat Maghrib hingga mendekati masuk waktu adzan Isya? Jawab: Tidak apa-apa melakukan hal tersebut, selagi tidak terikat dengan shalat jamaah dengan masjid yang berada dekat rumahnya, karena waktu shalat Maghrib berlangsung hingga sebelum terbenamnya awan merah yang menunjukkan masuknya waktu shalat Isya.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
167
Pembahasan Ketujuh Belas:
Anak Kecil dan Puasa Tanya: 320. Siapa yang dimaksud dengan istilah anak kecil? Jawab: Dia adalah anak yang belum baligh dan sudah mencapai usia Tamyiz, yaitu berumur tujuh tahun ke atas, baik laki-laki maupun perempuan. Tanya: 321. Apa hukum puasa anak kecil? Jawab: Puasa anak kecil hukumnya sunnah. Dia mendapatkan pahala apabila berpuasa dan dia tidak mendapatkan dosa apabila tidak berpuasa. Namun bagi orang tuanya agar memerintahkannya untuk berpuasa dan mendorongnya untuk melakukan hal tersebut agar menjadi terbiasa.
168
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 322. Bagaimana para sahabat memperlakukan anak-anak kecil mereka ketika puasa? Jawab:
Hal tersebut dapat diketahui dengan memperhatikan
perkataan Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz a, “Pada hari Asyura, Rasulullah n mendatangi desa-desa kaum Anshar, “Barangsiapa yang pagi ini tidak berpuasa, maka lanjutkanlah harinya, dan barangsiapa yang pagi ini berpuasa, maka berpuasalah.” Ar-Rubayyi’ mengatakan, “Pada saat itu, kami berpuasa, dan kami mengajak serta anak-anak kami untuk berpuasa. Kami membuatkan mainan dari katun kepada mereka. Ketika salah satu dari mereka menangis meminta makanan, maka kami memberikan mainan tersebut, hingga datang waktu berbuka puasa.” (Muttafaq Alaih) Tanya: 323. Apakah diperbolehkan memberikan hukuman terhadap anak yang sudah baligh ketika dia meninggalkan puasa atau menyepelekannya? Jawab: Al-Bukhari mengomentari perkataan Umar a terhadap anak muda di bulan Ramadhan ketika mencercanya dan memukulnya karena meminum khamar. Umar berkata kepadanya, “Celaka kamu, padahal anak-anak kecil kami
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
169
berpuasa?” kemudian Umar memukulnya.” Maksudnya adalah; Apakah kamu tidak berpuasa dan juga meminum khamar di bulan Ramadhan, padahal anak-anak kecil saja berpuasa?” Tanya: 324. Apabila anak kecil bersikukuh untuk meneruskan puasa Ramadhan, meskipun puasa tersebut membuat bahaya dirinya karena masih kecil, maka apakah kita dapat menggunakan kekerasan untuk membuatnya berbuka puasa? Jawab: Apabila memang dapat dipastikan bahwa puasa ini membahayakan bagi diri anak kecil tersebut, maka dia dilarang untuk melakukan puasa. Namun pelarangan ini tidak dilakukan dengan kekerasan. Sesungguhnya kekerasan tidak selayaknya diberlakukan untuk anak-anak, ketika mendidik mereka untuk beribadah. Tanya: 325. Sebagian orang tua melarang anak kecil melakukan puasa karena merasa kasihan kepadanya, apa hukum perbuatan tersebut? Jawab: Kasih sayang terhadap anak dapat terwujud ketika kita memerintahkannya untuk melakukan taat dan membiasakan mereka untuk melakukan hal tersebut. Tidak diragukan
170
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
lagi bahwa hal tersebut merupakan pendidikan yang baik dan penjagaan yang sempurna. Disebutkan dalam sabda Rasulullah n, “Sesungguhnya seorang lelaki merupakan pemimpin bagi keluarganya dan bertanggungjawab terhadap orang yang dipimpinnya.” Sebaiknya bagi para wali yang bertanggungjawab terhadap keluarga dan anak-anaknya agar bertakwa kepada Allah dalam menjaga mereka dan memerintahkan mereka untuk beribadah. Tanya: 326. Banyak orang tua tidak memperhatikan pendidikan anakanak mereka, khususnya dari sisi agama. Mereka kurang memperhatikan hal tersebut dengan alasan lelah setelah seharian bekerja dan menyepelekan tanggungjawab tentang mereka, apa hukum prilaku mereka tersebut? Jawab: Kita wajib memperhatikan pendidikan anak-anak kita, karena peringatan dari Firman Allah I, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6) Laksanakanlah tanggungjawab yang telah diingatkan oleh Rasulullah dengan sabdanya, “Sesungguhnya Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
171
seorang lelaki merupakan pemimpin bagi keluarganya dan bertanggungjawab terhadap orang yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari) Dia tidak boleh menyepelekannya, melainkan orang tua harus mendidik mereka sesuai dengan kondisinya dan perbuatannya. Oleh karena itu, Rasulullah n bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melakukan shalat semenjak umur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun.” (HR. Ahmad)[]
172
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kedelapan Belas:
Lupa Dalam Puasa Tanya:
327. Apakah perbedaan antara bodoh dan lupa dalam melakukan ibadah? Jawab:
Bodoh adalah tidak tahu, apabila seorang melakukan
sesuatu yang diharamkan sedangkan ia tidak tahu sesuatu itu adalah haram, maka ia tidak berdosa. Apabila ia meninggalkan suatu kewajiban sementera ia tidak tahu itu adalah kewajiban, maka ia tidak wajib mengqadhanya jika waktunya telah habis. Dalilnya adalah bahwa Nabi tidak memerintahkan orang yang buruk dalam shalatnya—tidak melakukan Thuma`ninah—untuk mengqadha shalat yang telah selesai waktunya. Akan tetapi, Nabi memerintahkannya untuk melakukan shalat yang selanjutnya sesuai dengan yang apa disyariatkan. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
173
Lupa adalah lalainya hati dari sesuatu yang sudah diketahui. Barangsiapa melakukan sesuatu yang haram karena lupa, maka ia tidak berdosa. Seperti orang puasa yang makan karena lupa atau meninggalkan kewajiban karena lupa, maka tidak ada dosa ketika dalam kondisi lupa, akan tetapi ia harus mengerjakannya ketika telah mengingatnya. Dalilnya adalah sabda Nabi., “Barangsiapa lupa shalat, maka hendaklah ia mengerjakannya apabila ia telah mengingatnya.” (HR.Al-Bukhari) Tanya: 328. Apa dalilnya bahwa lupa tidak berpengaruh pada puasa? Jawab: Allah I berfirman, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah.” (AlBaqarah: 286) Nabi bersabda, “Apabila orang puasa lupa lalu makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum Allah.”(HR. Al-Bukhari) dalam riwayat lain, “Maka tidak ada qadha dan kafarat atasnya.” Tanya: 329. Apakah masalah lupa ini berlaku pada pelanggaran berhubungan suami isteri?
174
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ya, dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa batal puasanya karena lupa maka tidak ada qadha dan kafarat atasnya.” (HR. Al-Bukhari dan Hakim) Makna riwayat ini menunjukkan pada batalnya puasa karena hubungan suami istri karena ada kaitannya dengan penafian kafarat, dan tidak ada kafarat melainkan pada pelanggaran hubungan suami isteri. Tanya: 330. Apakah ada perbedaan lupa dalam puasa wajib dan puasa sunnah? Jawab: Tidak ada bedanya, karena tidak ada dalil yang menye butkan adanya pengecualian atau pembatasan dengan yang wajib dari yang sunnah. Tanya: 331. Apabila orang puasa lupa, lalu makan banyak makanan, apakah ini berpengaruh pada keberlanjutan puasanya? Jawab: Tidak berpengaruh berdasarkan dalil hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah a, ia berkata, Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa makan karena lupa dan ia berpuasa, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum Allah.” (HR.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
175
Al-Bukhari dan Muslim) Ini berarti sama saja hukumnya apakah ia makan atau minum banyak maupun sedikit di saat ia lupa. Tanya: 332. Apabila seorang melihat orang yang puasa Ramadhan meminum air, sementara ia tahu bahwa orang itu dalam keadaan lupa, apakah ia harus mengingatkannya atau membiarkannya meneruskan minum? Jawab: Yang wajib baginya adalah mengingatkannya. Hal ini berdasarkan umunya dalil dari firman Allah, “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan.” Dan dalil dari umumnya sabda Nabi, “Apabila aku lupa, maka hendaklah kalian mengingatkanku.” Pada dasarnya perbuatan tersebut adalah kemungkaran yang harus diubah. Adapun orang yang melakukannya, tidak ada dosa atasnya sebab kelupaannya.[]
176
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kesembilan Belas:
Orang-orang yang Punya Udzur Tanya: 333. Apakah yang dimaksud orang yang punya udzur? Jawab: Yaitu orang yang mempunyai uzur Syar’i baik dalam kondisi sementera maupun selamanya. Tanya: 334. Apakah udzur yang membolehkan meninggalkan puasa? Jawab: Udzur-udzur yang membolehkan meninggalkan puasa adalah sakit, safar atau dalam perjalanan, wanita hamil yang khawatir dengan kondisi diri atau janinnya, wanita menyusui yang khawatir puasa akan berpanguruh pada diri atau janinnya, orang yang harus membatalkan puasa untuk menyelamatkan orang lain dari kematian seperti tenggelam dan lainnya.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
177
Tanya: 335. Siapakah yang dimaksud orang yang berusia lanjut? Jawab: Yaitu orang yang umurnya sudah lanjut dan badannya lemah untuk berpuasa dan dikhawatirkan kondisinya akan memburuk jika tidak makan. Tanya: 336. Apakah firman Allah, “Bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin,” (Al-Baqarah: 184) berkaitan dengan orang usia lanjut? Jawab: Benar, Abdullah bin Abbas a berkata, “Ayat ini tidak dinasakh, ayat ini berlaku bagi orang lelaki tua dan wanita tua yang tidak mampu berpuasa, maka hendaklah mereka memberi makan orang miskin setiap hari sebagai gantinya.” (HR.Al-Bukhari). Tanya: 337. Apabila sebab yang membolehkan meniggalkan puasa terjadi lalu ia telah batal puasanya, apakah harus tetap menjaga puasanya setelah uzurnya selesai? Jawab:
Apabila seorang membatalkan puasa karena menyelamat
kan orang dari kematian, maka ia terus batal puasanya 178
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
meskipun setelah menyelamatkan, sebab ia membatalkan puasa karena sebab yang memperbolehkan untuk membatal kan, maka ia tidak wajib menjaga puasanya.
Hal-hal yang Berkaitan Dengan Orang Sakit Tanya: 338. Apakah jenis-jenis penyakit pada orang puasa? Jawab:
Jenis pertama; Penyakitnya berlangsung terus menerus.
Seperti penyakit yang sulit disembuhkan. Maka wajib baginya memberi makan orang miskin setiap harinya sesuai bilangan hari-hari bulan Ramadhan.
Jenis kedua; Penyakit yang bisa disembuhkan, seperti
penyakit mendadak, yang membuatnya tidak kuat untuk berpuasa. Maka ia boleh tidak puasa dan mengqadhanya pada hari lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 184). Tanya: 339. Apakah orang yang sakit terus menerus sementara ia masih muda hukumnya sama dengan orang usia lanjut?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
179
Jawab:
Ya, hukumnya sama dan kafaratnya sama.
Tanya: 340. Apakah sakit yang membolehkan orang meninggalkan puasa? Jawab: Yaitu sakit yang menyebabkan orang berpuasa mengalami keberatan dalam menjalankan puasanya atau akan menimbulkan keberatan pada nantinya. Tanya: 341. Apakah perlu saran dokter ketika seseorang akan meninggalkan puasa? Jawab: Ya, bahkan wajib bagi setiap muslim untuk mengambil saran dari dokter dahulu, karena sarannya dalam masalah kedokteran bisa diakui bersama fatwa Syar’i. Tanya: 342. Bagaimana hukumnya orang yang meninggalkan saran dokter dan bersikeras mengerjakan puasa? Jawab: Allah menginginkan kita dalam kemudahan, wajib bagi kita untuk menaati Allah dengan menggunakan keringanan meninggalkan puasa demi menjaga kesehatan dan menghindarkan bertambahnya sakit akibat tidak makan atau tidak minum obat. 180
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 343. Wanita tua yang bersikeras untuk berpuasa, padahal ini akan membahayakan kesehatannya, bagaimana hukumnya? Jawab:
Ia tidak boleh berpuasa apabila membahayakan
kesehatannya, Allah I berfirman, “Dan janganlah kalian membunuh jiwa-jiwa kalian, sesungguhnya Allah Maha kasih sayang dengan kalian.” (An-Nisa`: 29) Maka ia harus memberi makan orang miskin setiap hari, dengan demikian ia akan terbebas dari tanggungan. Tanya: 344. Seorang dokter menyarankan orang sakit membatalkan puasa untuk minum obat. Akan tetapi, ia membantah dan tidak mau membatalkannya karena masih kuat berjalan ke masjid dan ke rumah sakit. Apakah ia dibolehkan membatalkan puasa sementara kondisinya seperti itu? Jawab: Apabila dokter menyarankan agar ia meninggalkan puasa. Maka saran dokter ini perlu diperhitungkan karena ia tahu kondisi dan sejauh mana orang sakit kuat menjalankan puasa. Maka orang yang sakit harus mengqadhanya setelah ia mampu.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
181
Tanya: 345. Apabila orang sakit mendapati beberapa hari Ramadhan, lalu ia meninggal apakah kita mengeluarkan kafarat untuknya? Jawab:
Setiap orang yang mendapati bulan Ramadhan dan ia
dalam kondisi sakit yang sulit disembuhkan, maka ia harus memberi makan orang miskin setiap harinya. Tanya: 346. Apabila orang sakit sembuh pada siang hari Ramadhan, apakah ia harus menjaga puasa dengan waktu yang tersisa hari itu? Jawab: Ia tidak wajib mempertahankan puasanya karena hari itu ia telah dibolehkan untuk membatalkan puasa. Yang wajib baginya adalah mengqadhanya pada hari lain. Tanya: 347. Jika orang sakit yang penyakitnya sulit disembuhkan, lalu ia sembuh dari penyakitnya dan ia telah mengeluarkan kafarat, apakah ia wajib mengqadha? Jawab: Ia tidak wajib mengqadha karena ia telah melaksanakan apa yang diwajibkan dan sudah terbebas dari tanggungan.
182
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 348. Bagaimana cara memberi makan bagi orang yang tidak kuat puasa secara total? Jawab: Ada dua cara dalam memberi makan. Pertama; Mengelurakan makanan nasi seberat seperempat sha’, apabila memberikannya kepada fakir miskin sebaiknya disertai dengan lauk dari daging atau lainnya sesuai dengan kondisi dan tradisi yang ada. Kedua, membuat makanan cukup untuk 30 atau 29 fakir miskin sesuai hari-hari yang ditinggalkannya dalam puasa. Lalu mengundang mereka untuk makan bersama. Hal ini seperti yang dilakukan Anas bin Malik ketika sudah berusia lanjut.
Tanya: 349. Apakah boleh memberikan makanan satu orang miskin untuk mengganti beberapa hari Ramadhan? Jawab: Tidak boleh memberi makan satu orang dari 30 atau 29 hari, karena ia harus membayarnaya setiap hari untuk orang miskin. Tanya: 350. Apa hukum membayar kafarat makanan kepada orang kafir yang fakir?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
183
Jawab: Apabila ada orang-orang Islam yang berhak, maka hendaklah memberikannya kepada mereka, jika tidak hendaklah memberikannya ke negara muslim yang penduduknya masih membutuhkan makanan. Tanya: 351. Apa hukum memberikan kafarat makanan dari orang sakit yang sulit disembuhkan pada awal bulan Ramadhan? Jawab: Ia tidak boleh melakukan seperti ini, karena kewajiban belum berlaku atas dirinya, barangkali ia meninggal di tengah bulan. Anas bin Malik mengumpulkan 30 orang fakir pada akhir bulan, lalu memberi makan mereka. Tanya: 352. Apakah boleh mengakhirkan membayar kafarat? Jawab: Tidak apa-apa melaksanakannya di bulan Ramadhan atau lainnya.
Wanita Hamil dan Menyusui Tanya: 353. Apakah wanita hamil dan menyusui boleh meninggalkan puasa?
184
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ya, ini diqiyaskan dengan orang sakit, baik mereka khawatir atas diri mereka atau atas janin bayi mereka. Hal ini berdasarkan sabda Nabi, “Sesungguhnya Allah mengurangi separuh shalatnya musafir, dan meringankan puasa pada wanita hamil dan menyusui.” (HR. Abu Dawud) Tanya: 354. Apakah yang wajib atas mereka, qadha atau kafarat? Jawab:
Tidak wajib atas mereka kecuali qadha.
Tanya: 355. Bagaimana kita memahami masalah wanita menyusui kaitannya dengan meninggalkan puasa. Jawab: Wanita menyusui yang meninggalkan puasa karena khawatir terhadap bayinya adalah seperti orang yang membatalkan puasa karena menyelamatkan orang tenggelam atau terbakar yang harus diselamatkan, maka ia boleh membatalkan puasa dan mengqadhanya. Dan seperti mereka orang-orang yang bekerja dalam memadamkan kebakaran. Apabila terjadi kebarakan pada siang hari dan mereka pergi untuk menyelamatkan sedang mereka tidak bisa melakukannya kecuali dengan membatalkan puasa dan makan untuk memperkuat tubuh mereka, maka seperti
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
185
ini dibolehkan untuk membatalkan puasa. Dan ini seperti wanita menyusui yang mengkhawatirkan kondisi bayinya. Tanya: 356. Bagaimana hukumnya wanita hamil yang mengalami pendarahan? Jawab: Puasanya sah dan tidak berpengaruh apapun terhadap puasanya.
Orang Gila dan Orang Pingsan Tanya: 357. Apakah orang gila terkena taklif kewajiban puasa? Jawab: Orang gila tidak diwajibkan puasa. Sebab ia telah kehilangan syarat untuk menerima taklif yaitu akal. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi, “Pena catatan amal diangkat dari tiga orang; dari orang tidur sampai ia bangun, dari anak kecil sampai ia dewasa dan dari orang gila sampai ia berakal.” (HR. Abu Dawud) Tanya: 358. Apabila ada orang yang akalnya hilang pada sebagian waktu siang, apakah ia wajib puasa? Jawab: 186
Jika sehari penuh berlalu atau sebagian besar hari berlalu 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
akalnya tidak kembali, maka tidak ada kewajiban puasa baginya, sehingga tidak ada kewajiban mengqadha hari itu, atau hari-hari yang dilaluinya dalam kondisi gila. Tanya: 359. Orang yang hilang ingatan dan kurang akal apakan wajib puasa? Jawab: Orang yang tidak punya akal tidak ada kewajiban baginya menjalankan ibadah. Ini merupakan rahmat dari Allah. Seperti juga orang kurang akal yang akalnya mengalami gangguan tapi tidak sampai pada batas gila. Tanya: 360. Seorang mengalami mati rasa selama kurang lebih sebulan dan tidak berpuasa Ramadhan, apa yang harus dilakukannya? Jawab: Tidak ada sesuatu yang wajib baginya karena ia telah kehilangan rasa. Akan tetapi, jika Allah mentakdirkan kesadaran padanya, maka ia harus mengqadha’nya. Jika Allah mentakdirkannya mati, maka tidak ada kewajiban apapun baginya. Kecuali orang-orang yang mempunyai uzur berkelanjutan sepeti orang usia lanjut dan lainnya, maka kewajibannya adalah walinya memberi makan kepada fakir miskin untuk setiap harinya.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
187
Tanya: 361. Apakah kondisi orang pingsan diqiyaskan dengan kondisi orang gila? Jawab:
Ya, jika sehari penuh berlalu ia dalam keadaan pingsan
terus menerus, artinya sehari semalam berlalu dan ia dalam kondisi tidak sadar, maka ia tidak wajib puasa dan tidak wajib qadha. Tanya: 362. Mengapa orang yang pingsan tidak diqiyaskan dengan kondisi orang meninggalkan shalat karena lupa? Jawab: Hendaknya kita ingat bahwa ibadah tidak harus dicari-cari alasannya sebab ibadah adalah perintah Allah yang harus kita laksanakan tanpa harus mengetahui sebab musababnya. Dengan demikin satu ibadah tidak bisa diqiyaskan dengan ibadah lainnya. Puasa tidak bisa diqiyaskan dengan shalat, mengqadha puasa tidak bisa diqiyaskan dengan mengqadha shalat. Misalnya wanita haid diperintah mengqadha puasa dan tidak diperintah mengqadha shalat. Ada perintah bagi orang yang tidur untuk mengqadha shalat, sehingga ia wajib mengerjakannya ketika bangun dari tidur. Dari Anas bin Malik a, bahwa Rasulullah n bersabda, “Apabila salah
188
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
seorang di antara kalian tertidur dari shalat atau lupa, maka hendaklah ia mengerjakannya apabila telah ingat.” (HR. Muslim) Hadits ini adalah nash dalam ibadah shalat dan tidak kita temukan nash semisalnya dalam ibadah puasa.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
189
Pembahasan Kedua Puluh:
Hukum-hukum Medis yang Berkaitan Dengan Puasa Tanya: 363. Sebagian orang menghukumi bahwa setiap yang masuk ke dalam rongga orang puasa adalah membatalkannya, apakah ini benar? Jawab: Ini tidak benar, kecuali kalau memang dari jenis makanan atau minuman atau yang menggantikan kedudukannya. Dalam Al-Mishbah Al-Munir disebutkan, “Makan secara hakiki adalah menelan makanan setelah dikunyah. Menelan kerikil tidak disebut memakan secara hakiki.” Tanya: 364. Apakah batal puasa orang yang menggunakan suntikan pada urat nadi? 190
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Tidak batal puasa orang yang menggunakan suntikan
obat di kulit, otot dan nadi. Sebab suntikan ini bukanlah makanan atau minuman dan bukan menggantikan makanan atau minuman. Tanya: 365. Apakah hukum ini termasuk pada suntikan nutrisi atau makanan? Jawab:
Suntikan nutrisi termasuk yang membatalkan puasa.
Hendaknya kita tahu bahwa sebab batalnya puasa bukan lah sampainya sesuatu ke rongga dari lobang, akan tetapi terjadinya apa yang bisa menguatkan badan dan memberinya nutrisi. Dan ini tentunya terjadi pada suntikan dari jenis ini. Tanya: 366. Seorang berpuasa membutuhkan pil jantung di letakkan di bawah lisannya, apakah ini membatalkan puasa? Jawab:
Ini tidak membatalkan puasa, karena pil ini hanya untuk
mengobati gangguan-gangguan jantung. Pil ini meresap seketika setelah diletakkan dan dibawa darah ke jantung sehingga gangguannya akan berhenti secara spontan dan
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
191
tidak ada yang sampai ke lambung dari pil ini. Maka ini tidak ada kaitannya dengan pemberian nutrisi makanan. Tanya: 367. Apakah boleh menggunakan tetes mata pada siang hari Ramadhan? Jawab:
Ya, boleh dan ini tidak membatalkan puasa.
Tanya: 368. Di beberapa apotik ada alat semprotan ke mulut untuk penyakit asma, apakah orang puasa boleh menggunakannya pada siang hari Ramadhan? Jawab: Boleh menggunakan alat ini, karena tidak sampai ke lambung dan hanya sampai ke tenggorokan saja. Ini juga bukan berarti makan atau minum dan tidak sampai ke lambung. Tanya: 369. Apa hukum menghisap uap yang digunakan di rumah sakit bagi penderita asma di siang hari Ramadhan? Jawab: Jika uap itu disertai air maka akan masuk ke paru-paru dan lambung, maka dari orang yang puasa tidak boleh mengggunakannya.
192
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 370. Apa hukum menggunakan tetes hidung bagi orang puasa? Jawab: Ini tidak berpengaruh pada puasa, karena yang sampai ke lambung dari tetes ini sangat sedikit sekali. Dan yang sedikit sekali ini tidak memberikan makanan. Akan tetapi orang yang berpuasa hendaklah hati-hati dari memperbanyak menggunakannya. Tanya: 371. Bagaimana hukumnya jika obat hidung dalam bentuk alat semprotan? Jawab: Tidak apa-apa menggunakannya. Tanya: 372. Apakah lotion pembersih telinga membatalkan puasa? Jawab: Tidak membatalkan puasa dengan syarat rongga telinga dalam kondisi normal. Tanya: 373. Apa hukum sumbu bagi orang puasa? Jawab:
Tidak berpengaruh terhadap puasa.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
193
Tanya: 374. Apakah memeriksakan rahim berpengaruh pada puasa? Jawab: Tidak berpengaruh baik dengan menggunakan alat atau menggunakan jari untuk pemeriksaan medis. Tanya: 375. Apakah hukumnya memasang spiral dan semisalnya di rahim wanita pada siang hari? Jawab: Tidak apa-apa, laulab dan semisalnya di rahim seperi apa yang masuk dalam saluran kencing laki-laki atau perempuan dari alat atau materi pelindung sinar atau cairan untuk mencuci kandung kemih tidak berpengaruh pada puasa. Tanya: 376. Apakah menggunakan lotion untuk vagina membatalkan puasa? Jawab: Tidak membatalkan puasa karena tidak ada lobang yang yang menghubungkan antara alat kelamin wanita dengan lambung. Tanya: 377. Apakah hukum suntikan di anus bagi orang puasa?
194
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Tidak apa-apa, sebab itu tidak termasuk jenis makanan melainkan obat. Tanya: 378. Para penderita penyakit wasir membutuhkan pemasangan sumbu-sumbu, apakah boleh mereka menggunakan pengobatan ini ketika sedang berpuasa? Jawab: Ya, boleh mereka menggunakannya, sebab ini tidak membatalkan puasa. Tanya: 379. Seandainya pengobatan gigi kebetulan pada siang hari Ramadhan, apakah ini membatalkan puasa? Jawab: Melobangi gigi atau mencabut gigi atau membersihkan gigi, ini semua tidak berpengaruh terhadap puasa apabila menghindarkan menelan apa yang sampai ke lambung. Tanya: 380. Terkadang dalam pengobatan gigi memerlukan mengaum keras, apakah ini boleh dilakukan orang puasa.? Jawab: Berkumur-kumur dan mengaum serta alat terapi yang digunakan di mulut tidak apa-apa bagi orang puasa dengan syarat tidak ada sesuatu yang sampai masuk ke lambung. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
195
Tanya: 381. Apakah hukum menggunakan pasta gigi bagi orang puasa? Jawab: Tidak apa-apa jika tidak ada sesuatu yang turun sampai ke lambung. Sebaiknya tidak menggunakannya pada saat puasa dan mungkin bisa diakhirkan sampai waktu berbuka. Tanya: 382. Apakah boleh menggunakan gas oksigen bagi orang puasa? Jawab:
Ya, boleh menggunakannya.
Tanya: 383. Apakah boleh menyamakan hukum gas bius dengan gas oksigen bagi orang puasa? Jawab: Ya, gas bius atau ping tidak berpengaruh terhadap puasa selagi tidak memberikan cairan makanan bagi orang yang sakit atau pembiusan memakan waktu sehari penuh. Tanya: 384. Apakah hukum bius sebagian atau bius total? Jawab: Pembiusan ini bisa diperinci; Pertama, orang yang dibius kehilangan kesadaran sehari penuh. Maka puasanya tidak sah, dan ia harus mengqadha. Kedua, orang yang dibius
196
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
tidak kehilangan kesadaran sehari penuh. Apabila ia sadar pada waktu kapanpun dari siang hari, maka puasanya sah. Tanya: 385. Apakah hukum minyak, pelumas, stiker tempel di kulit yang mengandung obat terapi bagi orang puasa? Jawab: Apa yang masuk meresap lewat kulit tidak berpengaruh terhadap puasa. Tanya: 386. Apakah boleh menggunkan pembasah bibir bagi orang yang menderita bibir kering? Jawab: Boleh orang yang puasa menggunakannya untuk membasahi bibir. Tanya: 387. Apakah pengaruh alat medis spekulum bagi orang puasa? Jawab: Tidak berpengaruh terhadap puasa karena bentuknya yang beku dan tidak memberi nutrisi. Tanya: 388. Apakah hukum orang puasa yang memasang cairan atau minyak pada alat spekulum sebelum memasukkannya?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
197
Jawab: Apabila dilakukan seperti itu, maka membatalkan puasa dengan materi tersebut, sebab ia membatalkan dari segi dzatnya karena merupakan bahan nutrisi yang masuk ke lambung. Tanya: 389. Pelaksanaan operasi dengan menggunakan spekulum perut, apakah ini berpengaruh terhadap puasa? Jawab:
Selagi tidak masuk ke lambung, maka tidak membatal
kan puasa, sebab yang diletakkan di luka tidak sampai ke tempat makanan. Tanya: 390. Apakah memasukkan pipa kecil ke pembuluh darah untuk pemotretan atau pengobatan pembuluh jantung atau lainnya berpengaruh terhadap puasa? Jawab:
Tidak berpengaruh dengan syarat bahan minyak tidak
diletakkan pada pipa ketika dimasukkan lewat mulut. Ini seperti memasukkan alat spekulum dari dinding perut untuk memeriksa usus-usus atau melakukan operasi bedah, seperti juga spekulum lambung jika tidak dibarengi dengan memasukkan cairan atau bahan lainnya. 198
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 391. Terkadang keperluan menuntut untuk pengambilan sampel dari hati atau lainnnya dari anggota tubuh, apakah ini membatalkan puasa? Jawab: Tidak membatalkan puasa selagi tidak dibarengi dengan pemberian cairan atau bahan berminyak melalui mulut. Tanya: 392. Mengambil sample darah untuk analisa apakah membatal kan puasa? Jawab: Jika darah yang diambil adalah sedikit dan wajar maka tidak berpengaruh terhadap puasa. Apabila yang diambil banyak maka lebih afdhalnya mengqadha, untuk lebih hatihati. Tanya: 393. Hampir sama dengan pertanyaan di atas, apakah mendo norkan darah berpengaruh terhadap puasa? Jawab: Tidak berpengaruh, akan tetapi meninggalkannya adalah lebih baik ketika sedang berpuasa karena dikhawatirkan akan menyebabkan kelemahan pada sebagian orang yang puasa dan menyebabkannya untuk membatalkan.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
199
Tanya: 394. Darah keluar dari hidung orang puasa lalu ada sedikit yang masuk ke lambung, apakah puasanya batal? Jawab:
Puasanya tidak batal sebab tidak ada kesengajaan, akan
tetapi jika ia menelannya dengan sengaja dan sadar bahwa ia sedang puasa, maka ia wajib mengqadhanya. Tanya: 395. Apakah cairan Pretoni bagi penderita penyakit ginjal membatalkan puasa? Jawab: Apabila itu tidak menjadikannya sebagai nutrisi dan materinya tidak sampai ke lambung maka tidak membatalkan puasa. Akan tetapi, biasanya dalam cairan ini digunakan obat yang mengandung kadar air, sehingg ini membatalkan puasa.[]
200
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kedua Puluh Satu:
Puasa dan Bepergian Tanya: 396. Apakah arti safar atau bepergian? Jawab:
Kata safar diambil dari kata Isfar yang berarti muncul dan terlihat. Misalnya kata Sufur digunakan untuk menyebut wanita yang memperlihatkan apa yang seharusnya ditutupi. Tanya: 397. Apakah standar Syar’i tentang batas-batas safar? Jawab: Karena batas safar tidak ditentukan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah serta dalam bahasa Arab, maka patokan batasannnya adalah kembali kepada adat yang dikenal. Maka dari itu, tidak bisa dikatakan musafir sampai seorang keluar dari negerinya.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
201
Tanya: 398. Apa dalil Syar’i tentang keringangan tidak berpuasa dalam bepergian? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah I, “Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 185) Tanya: 399. Apakah boleh puasa dalam perjalanan? Jawab: Nabi n berpuasa dalam perjalanan jika tidak memberat kannya. Tanya: 400. Manakah yang afdhal bagi musafir, berpuasa atau tidak berpuasa? Jawab: Jika ringan baginya berpuasa, maka yang afdhal adalah berpuasa. Jika yang ringan baginya tidak puasa, maka yang afdhal tidak berpuasa. Apabila sama tingkatannya maka yang afdhal adalah puasa.
202
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 401. Mengapa puasa adalah yang afdhal jika tidak menimbulkan kecapaian? Jawab:
Karena ini adalah yang dilakukan Nabi dan menjadi
Sunnahnya ketika dalam perjalanan. Ini lebih cepat membebaskan tanggunan dan lebih ringan bagi manusia karena qadha terasa berat bagi manusia. Tanya: 402. Jika kita berada dalam kondisi perjalanan, apakah kita menganjurkan berpuasa atau tidak berpuasa? Jawab: Kita menganjurkan untuk memilih. Sesungguhnya Hamzah bin Amr Al-Aslami bertanya kepada Nabi, “Apakah aku berpuasa dalam perjalanan? Ia adalah seorang yang banyak berpuasa. Maka Nabi menjawab, “Jika kamu mau, maka berpuasalah, jika kamu mau, maka berbukalah.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 403. Bagaimana hukum puasa dalam perjalanan jika menimbulkan keberatan? Jawab: Jika puasa memberatkannya, maka hendaklah ia berbuka dan itu adalah keharusan, karena pernah diadukan kepada Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
203
Nabi bahwa orang-orang merasa keberatan berpuasa, maka Nabi n berbuka. Kemudian diadukan lagi bahwa sebagian orang tetap berpuasa, maka Nabi n bersabda, “Mereka itu adalah pelaku maksiat. Mereka itu adalah pelaku maksiat.” (HR. Muslim) Nabi bersabda, “Bukan dari kebaikan berpuasa dalam perjalanan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Sebab munculnya sabda Nabi ini adalah bahwa Nabi n berada dalam satu perjalanan, lalu melihat kerumunan orang dan seorang yang dinaungi, maka Nabi bertanya, “Ada apa ini?” mereka menjawab, “Orang ini puasa.” Maka Nabi bersabda, “Bukan dari kebaikan berpuasa dalam perjalanan.” Tanya: 404. Apa hukum bepergian pada bulan Ramadhan agar bisa mendapat keringanan tidak berpuasa? Jawab: Haram hukum melakukan rekayasa untuk menggu gurkan suatu kewajiban syariat. Tidak berpuasa baginya adalah diharamkan dan ia wajib bertaubat kepada Allah, kembali dari perjalanannya dan berpuasa. Apabila ia tidak kembali, maka ia wajib berpuasa di perjalanan, sebab rekayasa untuk menggugurkan suatu kewajiban tidak menjadikannya gugur sebagaimana rekayasa untuk sesuatu yang diharamkan tidak menjadikannya mubah.
204
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 405. Apakah ada perbedan hukum puasa antara yang perjalanan nya dekat dengan perjalanannya yang jauh? Jawab: Masalahnya adalah dilihat dari sejauh mana seorang menanggung beratnya perjalanan. Tanya: 406. Orang yang bersama rombongan dalam perjalanan, lalu ada beberapa orang yang puasa dan ada yang lainnya tidak berpuasa, apakah ini menimbulkan kesempitan? Jawab: Tidak ada kesempitan atas mereka dan merupakan Sunnah untuk tidak saling menyalahkan satu sama lainnya. Anas berkata, “Kami pernah bepergian bersama para sahabat Rasulullah pada bulan Ramadhan. Di antara kami ada yang puasa dan ada yang tidak puasa. Yang ini tidak menyalahkan yang itu dan sebaliknya.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 407. Bagaimana hukum puasa musafir jika puasa tidak memberatkannya, dimana zaman sekarang telah tersedia transportasi modern? Jawab: Para sahabat Nabi n dalam perjalanan mereka ber sama Nabi n ada yang berpuasa dan ada yang tidak Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
205
berpuasa. Tidak ada satupun dari mereka yang menyalahkan lainnya. Orang yang melihat pada alat trasnportasi modern ada kenyamanan, maka yang lainnya akan melihatnya melelahkan. Tanya: 408. Sebagian orang pergi untuk ibadah umrah dengan berpuasa dan ini memberatkan dirinya dalam melakasanakan umrah, bagaimana hukumnya? Jawab: Yang afdhal bagi musafir adalah bepuasa jika itu tidak memberatkannya. Maka yang afdhal baginya adalah tidak berpuasa agar bisa melaksanakan ibadah umrah dengan mudah. Tanya: 409. Apakah yang afdhal bagi musafir yang puasa, membatalkan puasanya dan melaksanakan umrah mulai begitu sampai? Ataukah yang afdhal mempertahankan puasanya dan tidak melaksanakan umrah kecuali pada malam hari? Jawab: Yang Afdhal adalah membatalkan puasanya dan mengerjakan umrah pada siang hari, karena Nabi n apabila pergi umrah segera mengerjakannya. Bahkan sampaisampai Nabi n apabila umrah tidak mengistirahatkan untanya kecuali di depan pintu masjid untuk segera 206
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
melaksanakan umrah. Tanya: 410. Apakah kafarat musafir yang berpuasa lalu ia berhubungan suami isteri pada siang hari Ramadhan? Jawab:
Ia wajib mengqadha hari itu saja.
Tanya: 411. Orang yang berniat puasa dalam tempat tinggalnya, lalu ia bepergian karena ada keperluan darurat, apakah boleh ia membatalkan puasa? Jawab: Ia boleh membatalkan puasa, sebab ia beralih dalam kondisi perjalanan dan ada sebab yang membolehkannya. Tanya: 412. Apakah boleh tidak puasa dalam perjalanan yang Mubah seperti rekreasi? Jawab:
Ya, boleh tidak berpuasa.
Tanya: 413. Orang musafir yang naik pesawat, apakah ia berbuka ketika melihat matahari telah terbenam ataukah ia berbuka sesuai dengan waktu penduduk di bawahnya?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
207
Jawab: Ia berbuka ketika matahari telah terbenam, sesuai dengan sabda Nabi, “Apabila malam datang dari sini dan matahari terbenam, maka orang berpuasa harus berbuka.” (HR. AlBukhari dan Muslim) Tanya: 414. Seandainya langit dalam kodisi mendung dan orang yang berpuasa salah berbuka padahal matahari belum terbenam, apa yang harus dikerjakannya? Jawab: Seharusnya ia bertanya lebih dahulu, seandainya setelah itu ia salah maka tidak apa-apa, karena Rasulullah n pada suatu hari berbuka puasa bersama para sahabatnya di Madinah dalam cuaca mendung, lalu matahari muncul setelah mereka berbuka dan Rasulullah tidak memerintah kan mereka mengqadha.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 415. Pada bulan Ramadhan ada beberapa penerbangan yang pesawatnya berangkat pada saat adzan Maghrib, maka orang yang berpuasa berbuka ketika masih di atas bumi. Setelah terbang dari ketinggian bumi, terlihat bola matahari tampak terang, apakah ia harus menahan puasanya atau meneruskan berbukanya?
208
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ia harus meneruskan berbukanya dan tidak menahan puasanya lagi, sebab ia telah berbuka sesuai dengan dalil Syar’i, seperti firman Allah, “Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam.” (AlBaqarah :187) Dan sabda Nabi, “Apabila telah tiba malam hari dari sini, Nabi menunjuk ke arah timur. Dan siang hari pergi dari sini, Nabi menunjuk ke arah barat, dan matahari telah terbenam, maka orang berpuasa boleh berbuka.” Tanya: 416. Apabila seorang berpindah-pindah dalam perjalanannya lebih dari satu negeri, apakah keringanan tidak puasa bagi musafir terus berlanjut padanya? Jawab:
Ya, sebab ia tidak terputus dari kondisi perjalanannya,
maka ia boleh tidak puasa Ramadhan meskipun hari-hari yang tersisa ia berada di luar negerinya. Tanya: 417. Apabila seorang musafir sampai ke negerinya dalam kondisi tidak puasa, apakah ia harus menahan puasa? Jawab:
Ia tidak wajib menahan puasa, boleh baginya makan dan
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
209
minum pada sisa waktunya, sebab tidak ada artinya ia tetap berpuasa karena ia telah wajib mengqadha hari tersebut. Akan tetapi, sebaiknya ia tidak makan dan minum secara terang-terangan. Tanya: 418. Jika telah diumumkan terlihatnya bulan sabit hari Raya di suatu negeri, lalu seorang pergi pada malam itu ke negeri lain sekitar pukul 02.00 malam dan ia tahu bahwa di negeri itu mereka belum melihat Hilal bulan Syawal, sehingga mereka masih dalam waktu puasa, apakah ia berpuasa bersama mereka? Jawab:
Ia harus berpuasa bersama mereka, karena itu adalah
waktu berpuasa di negeri baru tersebut meskipun puasanya akan bertambah lebih dari sebulan. Dan tambahannya adalah mengikuti. Seperti kalau ia puasa di negerinya sampai menjelang maghrib, lalu pesawat terbang berangkat menuju ke Amerika dan ia melihat matahari lebih dari sehari, maka orang tersebut tidak boleh berbuka sampai matahari terbenam. Dan itu adalah keluarnya bulan meskipun ia puasa 30 hari, lalu ia bepergian ke suatu negeri dan mendapati bulan Syawal belum masuk, maka ia berpuasa bersama mereka. Puasanya ini adalah untuk mengikuti, seperti yang disabdakan Nabi, “Puasa adalah hari dimana 210
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
mereka puasa, Idul Fitri adalah hari dimana mereka berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana mereka berkorban.” Tanya: 419. Apabila seorang muslim mulai berpuasa di negerinya, lalu ia pergi ke negeri lain di Asia Timur pada bulan Ramadhan, dimana bulan Hijriah lebih terlambat satu hari di sana, apakah ia berpuasa 31 hari? Apabila ia puasa 29 hari apakah ia berbuka atau tidak? Jawab: Apabila seorang bepergian dari satu negeri dalam keadaan puasa pada awal bulan ke negeri yang waktu berbuka di sana agak terlambat, maka ia harus terus tidak berbuka sampai mereka berbuka. Seperti halnya ia pergi pada harinya ke suatu negeri yang terlambat waktu terbenam mataharinya, maka ia harus terus berpuasa sampai matahari terbenam meskipun sampai 20 jam, kecuali jika ia tidak berpuasa karena perjalanan, maka boleh baginya karena dalam kondisi perjalanan. Wallau A’lam Tanya: 420. Apakah kondisi-kondisi yang bisa dijadikan contoh untuk perbedaan rukyatul Hilal atau melihat Hilal dengan hisab atau perhitungan bulan Ramadhan? Jawab:
Contoh pertama, jika ia bepergian dari negeri yang Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
211
penduduknya berpuasa pada hari Ahad ke negeri yang penduduknya berpuasa pada hari Sabtu dan mereka berbuka pada hari Ahad dalam 29 hari, maka ia harus berbuka bersama mereka dan ia harus mengqadha satu hari. Dalil kewajiban berbukanya adalah ia telah melihat Hilal. Dan Nabi bersabda, “Apabila kalian melihatnya, maka berbukalah.” Dan dalil kewajiban mengqadha adalah sabda Nabi, “Sesungguhnya sebulan hanya 29 hari.” Dan tidak mungkin sebulan kurang dari 29 hari. Contoh kedua, jika ia bepergian dari satu negeri yang penduduknya berpuasa pada hari Ahad ke negeri yang penduduknya berpuasa pada hari Senin dan mereka berbuka pada hari Rabu dalam 30 hari, maka ia tetap berpuasa bersama mereka meskipun bertambah lebih dari 30 hari, sebab ia berada di tempat yang tidak melihat Hilal di sana, sehingga tidak boleh baginya berbuka. Seperti ini seandainya ia pergi dalam keadaan puasa dari negeri yang matahari terbenam jam 6 ke negeri yang matahari terbenam jam 7, maka ia tidak berbuka sampai matahari terbenam jam 07, sesuai dengan firman Allah, “Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam hari.” Dalil wajibnya ia tetap berpuasa lebih dari 30 hari adalah sabda Nabi, “Apabila kalian melihat Hilal, maka berbukalah.” Nabi n menggantungkan berbuka dengan melihat Hilal, dan saat itu tidak ada bulan sabit yang terlihat, maka hari 212
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
itu adalah masih Ramadhan di tempat itu sehingga tidak boleh berbuka. Contoh ketiga, Jika ia bepergian dari negeri yang penduduknya berpuasa pada hari Ahad ke negeri yang penduduknya berpuasa pada hari Senin, dan mereka berbuka pada hari selasa dalam 29 hari, maka ia berbuka bersama mereka dan puasa mereka adalah 29 hari dan puasanya adalah 30 hari. Contoh keempat, jika ia bepergian dari negeri yang penduduknya berpuasa pada hari Ahad dan mereka berbuka pada hari Selasa dalam 30 hari ke negeri yang penduduknya berpuasa pada hari Ahad dan mereka berbuka pada hari Seni dalam 29 hari, maka ia berbuka bersama mereka dan tidak wajib mengqadha sehari, sebab ia telah menyempurnakan 29 hari. Tanya: 421. Apa yang harus dilakukan seorang muslim yang bepergian dari Kuwait ke Pakistan dan singgah di sana, sementara orang-orang Pakistan belum melihat Hilal dan penduduk Kuwait telah terbukti melihat Hilal bulan Syawal? Jawab: Dalam kondisi ini ia tetap berpuasa sebab ia berada di tempat yang tidak terlihat Hilal dan Nabi bersabda, “Berpuasalah kalian karena melihat Hilal dan berbukalah kalian karena melihat Hilal.” Seandainya ia kembali pada Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
213
hari yang sama, maka ia harus berbuka. Sebaliknya jika kita bepergian ke Barat dan kita singgah di suatu negeri yang penduduknya telah melihat Hilal Ramadhan dan belum terlihat di Kuwait, maka kita ikut berpuasa, sebab kita berada di tempat dimana Hilal sudah terlihat. Allah telah berfirman, “Barangsiapa di antara kalian melihat Hilal bulan maka hendaklah ia berpuasa.” (Al-Baqarah: 185) Yang dijadikan patokan adalah tempat kalian berada, apabila telah terlihat Hilal maka ikutilah dalam berbuka dan berpuasa. Tanya: 422. Apakah yang harus dilakukan seorang muslim di negara non muslim? Jawab: Di negara-negara kafir, jika ia dilihat oleh orang muslim, maka ia berpuasa bersama mereka. Dan pada hakikatnya ia musafir dan boleh berbuka. Dan hendaklah diketahui bahwa apabila Hilal terlihat di Kuwait misalnya, maka pasti akan terlihat di Amerika, sebab negeri-negeri Timur melihat bulan sebelum negeri-negeri Barat. Sebaliknya jika seorang berada di Pakistan atau Jepang atau semisalnya. Tanya: 423. Apakah ada sesuatu yang wajib atas orang berpuasa apabila sebab berpindahnya dari negeri ke negeri lain bilangan puasa Ramadhannya menjadi 28 hari? 214
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ia wajib menambahi satu hari saja sebagai penyempurnaan satu bulan Ramadhan. Tanya: 424. Apakah yang afdhal bagi orang muslim berbuka pada waktu perjalanan agar terhindar dari permasalahan-permasalahan seperti di atas? Jawab:
Ya, karena ia adalah musafir maka ia boleh berbuka.
Tanya: 425. Bagiamana puasa orang yang bepergian terus menerus seperti orang-orang yang bekerja di pengiriman kontainer? Jawab: Sopir angkutan kontainer selagi dalam perjalanan, boleh menggunakan semua Rukhshah atau keringanan mulai dari mengqashar shalat dan menjamaknya, berbuka puasa pada waktu Ramadhan dan hukum-hukum lainnya. Tanya: 426. Apakah hukum Rukhshah berlanjut selama perjalanan mereka? Jawab: Selagi mereka mempunyai tempat dan keluarga untuk menginap, maka ketika ia meninggalkan tempat ini dan mereka, dianggap sebagai musafir. Dengan demikian, ia Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
215
boleh melakukan apa yang dilakukan para musafir. Allah telah menyebutkan secara mutlak dalam firman-Nya, “Atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 185) Allah tidak membatasinya dengan sesuatupun, apa yang dimutlakkan Allah dan RasulNya, maka wajib diamalkan secara mutlak.[]
216
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kedua Puluh Dua:
Shalat Tarawih Tanya:
427. Apakah yang dimaksud shalat Tarawih? Jawab: Maksud dari shalat Tarawih adalah menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat. Tanya: 428. Apa sebab dinamakan shalat Tarawih? Jawab: Dinamakan Tarawih karena orang-orang sebelumnya memperpanjangnya, setiap shalat empat rakaat mereka beristirahat sebentar, kemudian memulai shalat lagi. Tanya: 429. Apa hukum shalat Tarawih?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
217
Jawab: Hukumnya adalah sunnah dan telah disunnahkan oleh Rasulullah. Tanya: 430. Apakah pahala shalat Tarawih pada bulan Ramadhan? Jawab: Nabi n bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat pada malam Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. AlBukhari) Tanya: 431. Apakah dosa yang diampuni dalam hadits di atas mencakup semua dosa? Jawab: Dari redaksi hadits tersebut mengandung arti umum, akan tetapi para ulama mengatakan bahwa dosa-dosa besar harus disertai taubat. Tanya: 432. Apakah syarat mendapatkan pahala dalam hadits di atas harus shalatnya berjamaah? Jawab: Barangsiapa yang shalat Tarawih bersama imam atau sendirian, maka sudah dihitung sebagai orang yang shalat malam Ramadhan. 218
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 433. Apakah ada perbedaan antara shalat Qiyamullail, shalat Tarawih dan shalat tahajjud? Jawab:
Tidak ada bedanya kecuali dari segi namanya.
Tanya: 434. Kapan dimulainya shalat Tarawih? Jawab: Dimulai setelah shalat Isya dan sampai dekat waktu adzan Shubuh. Tanya: 435. Apakah Nabi shalat Tarawih berjamaah? Jawab: Ya, Nabi shalat Tarawih berjamaah selama tiga malam, lalu Nabi mengulur-ulur dan bersabda, “Sesungguhnya aku takut akan diwajibkan atas kalian.” (HR. Al-Bukhari) Sebaiknya seorang tidak menyepelekan shalat Tarawih agar mendapatkan pahala orang yang melakukan qiyam Ramadhan yaitu diampuni dosanya yang telah lalu. Tanya: 436. Pada masa siapa orang-orang Islam berkumpul untuk shalat Tarawih?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
219
Jawab: Pada masa Umar a dan imam shalat Tarawihnya adalah Ubay bin Ka’ab a. Tanya: 437. Bagaimana shalat Nabi pada malam Ramadhan? Jawab: Aisyah d berkata, “Nabi n shalat empat rakaat, maka jangan kamu bertanya tentang baik dan panjangnya, lalu Nabi n shalat empat rakaat, maka jangan kamu bertanya tentang baik dan panjangnya, lalu Nabi n shalat tiga rakaat.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 438. Apakah harus mengerjakan shalat Tarawih secara sempurna bersama imam? Jawab: Ya, sebab Nabi n bersabda, “Barangsiapa shalat bersama imam sampai selesai, maka dicatat baginya shalat semalam.” (HR. At-Tirmidzi) Tanya: 439. Apa hukum keluarnya para wanita ke masjid-masjid untuk shalat Tarawih? Jawab: Tidak apa-apa dalam hal ini. Dari Abu Hurairah a bahwa Rasulullah n bersabda, “Janganlah kalian melarang 220
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
wanita-wanita dari masjid-masjid Allah.” Akan tetapi hendaklah mereka keluar dan mereka tidak memakai minyak wangi. Tanya: 440. Apakah nasihat yang disampaikan kepada para wanita ketika pergi ke masjid? Jawab: Wanita harus menggunakan pakaian Syar’i yang menutupi, tidak memakai minyak wangi jika wanita berada di tempat shalat yang sama dengan kaum lelaki. Tanya: 441. Apa hukum tergesa-gesa dalam mengerjakan shalat Tarawih seperti yang dilakukan sebagian imam? Jawab: Ini adalah salah. Tergesa-gesa dalam mengerjakan shalat sehingga jamaahnya tidak bisa Thuma`ninah dan menyebabkan keberatan bagi orang-orang tua, orang lemah, orang sakit dan semisalnya adalah tidak disenangi dan jauh dari ketenangan dan tadabur. Tanya: 442. Apakah yang dianjurkan dalam shalat Tarawih memper panjang atau memperingan? Jawab:
Hukum asli dalam hal itu adalah memperpanjang. Nabi Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
221
n bersama para sahabatnya melakukan melakukan Qiyamul Lail hingga sepertiga malam. Pada malam kedua mereka shalat hingga separuh malam. Pada malam ketiga mereka shalat hingga khawatir waktu sahur. (HR. Ahmad dan para pemiliki As-Sunan) Tanya: 443. Nabi memerintahkan Mu’adz untuk meringankan shalatnya, bagaimana kita memperpanjang shalat Tarawih kepada orang-orang? Jawab: Nabi melarang Mu’adz memanjangkan shalat bukan pada shalat sunnah yang mana orang boleh meninggalkannya atau keluar darinya. Nabi hanya melarangnya pada shalat wajib yang tidak boleh ditinggalkan atau keluar darinya kecuali ada udzur Syar’i, yang mana mereka diwajibkan melakukan dengan sedang-sedang saja dan menyempurnakannya. Tanya: 444. Apakah seorang boleh memperpanjang untuk dirinya shalat malam? Jawab: Ya, Nabi pernah memanjangkan shalat malam sebagai mana dalam riwayat Ibnu Mas’ud a ketika ia shalat bersama Nabi n, maka Nabi memperpanjang shalat sampai ia ingin duduk dan meninggalkan Nabi. (HR. Al-Bukhari)
222
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
hal itu seperti yang terdapat dalam hadits Hudzaifah a ketika shalat bersama Nabi pada suatu malam. Nabi membaca surat Al-Baqarah, An-Nisa`, Ali Imran. Apabila Nabi melewati bacaan ayat yang ada tasbihnya maka Nabi berstasbih, ketika melewati ayat yang ada permohonan Nabi memohon, ketika melewati ayat yang ada minta perlindungan Nabi memohon perlindungan.(HR. Muslim) Tanya: 445. Apakah menambahi lebih dari apa yang dilakukan Nabi dalam shalat malam termasuk menyalahi Nabi? Jawab: Tidak, sebab Nabi menjelaskan kepada kita bahwa shalat malam adalah dua rakat dua rakaat. Nabi n melakukan Qiyamullail 9 rakaat dan 11 rakaat. Dalam hal ini ada kelapangan. Tanya: 446. Manakah yang afdhal shalat 21 rakaat atau hanya 11 rakaat. Jawab: Sedikit yang sesuai dengan As-Sunnah adalah lebih baik daripada yang banyak baik dalam kuantitas maupun kualitas. Sebagaimana diketahui 11 rakaat shalat Tarawih adalah sesuai dengan As-Sunnah, maka ini adalah lebih baik apalagi banyak mereka yang shalat Tarawih 23 rakaat mengerjakannya dengan cepat hampir menghilangkan
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
223
Thuma`ninah yang merupakan rukun shalat. Namun apabila rakaatnya banyak dan sesuai dengan As-Sunnah, maka yang banyak ini lebih baik. Tanya: 447. Apabila seorang shalat di belakang imam yang menambah lebih dari 11 rakaat, apakah harus mengikuti imam atau berpisah setelah 11 rakaat. Jawab:
Sesuai dengan As-Sunnah, ia harus mengikuti imam, sebab
jika ia berpisah dari imam sebelum imam menyempurnakan, maka ia tidak mendapatkan pahala Qiyamullail satu malam. Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa shalat bersama imam sampai ia selesai, maka dicatat mendapat bagian pahala shalat semalam penuh.” Tanya: 448. Apakah para sahabat mengikuti imam apabila imam menambah dalam shalat Tarawih? Jawab:
Ya, para sahabat mengikuti imam mereka dalam hal
tambahan atas yang disyariatkan dalam shalat perjalanan, yaitu bersama Amirul Mukminin Utsman bin Affan ketika menyempurnakan shalat di Mina pada musim haji, artinya ia mengerjakan shalat empat rakaat, padahal 224
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Nabi, Abu Bakar, Umar, dan para sahabat mengingkari perbuatannya, meskipun demikian mereka mengikuti dan shalat bersamanya empat rakaat. Tanya: 449. Sebagian jamaah di masjid tidak mengikuti imam sampai akhir Tarawih dengan alasan melebihi 11 rakaat, apa hukum nya perbuatan seperti ini? Jawab:
Para sahabat Nabi bersemangat dalam mengikuti imam,
perbuatan Nabi n dalam shalat adalah bisa diambil darinya hukum kesunnahannya, pemahaman para sahabat dan bagaimana interaksi mereka bersama masalah-masalah ini menunjukkan dibolehkannya menambahi dan tetap shalat bersama imam. Tanya: 450. Sebagian jamaah ada yang bersikap keras dalam mendebat imam yang menambahi rakaat shalat Tarawih, bagaimana cara menasihatinya? Jawab:
Tidak seharusnya perbuatan seperti ini keluar dari
perkara-perkara yang memungkinkan untuk dikerjakan dan tidak menyalahi kewajiban. Bahkan seharusnya berlaku sopan dalam perkataan dan dialog bersama imam masjid.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
225
Tanya: 451. Apakah kita dibolehkan shalat Isya bersama imam yang shalat Tarawih? Jawab:
Ya, para ulama membolehkan hal ini. Asal muasalnya
adalah dari penduduk Makkah pada tahun penaklukan Makkah, dimana mereka shalat di belakang Nabi, lalu mereka menyempurnakan shalat setelah salamnya Nabi. Tanya: 452. Berapa minimal bilangan rakaat yang dilakukan seorang dalam shalat malam? Jawab: Satu rakaat seperti yang dilakukan Amirul Mukminin Muawiyah a. Ibnu Abbas a ditanya, “Bagaimana tentang Amirul Mukninin Muawiyah, sesungguhnya ia tidak shalat Witir melainkan satu rakaat.” Ia menjawab, “Ia benar, sesungguhnya ia adalah seorang faqih.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 453. Apa hukum shalat Witir? Jawab: Hukum shalat Witir adalah sunnah muakkaddah dan Nabi selalu mengerjakannya. Tanya: 454. Bagaimana cara mengerjakan shalat Witir tiga rakaat? 226
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Cara pertama, shalat dua rakaat lalu salam dan dilanjut kan satu rakaat yang ketiga. Cara kedua shalat tiga rakaat sekaligus dengan satu tasyahud dan satu salam.
Tanya: 455. Apa hukum orang yang shalat Witir lalu menggenapkan rakaat di belakang imam? Jawab:
Tidak apa-apa. Orang seperti ini terkadang ingin shalat
bersama imam dan senang mengikutinya sampai akhir. Kemudian ingin menutup dengan rakaat ganjil di akhir malam. Maka dari itu, apabila imam salam, maka ia tidak ikut salam bersamanya lalu berdiri menambahi satu rakaat lagi untuk menggenapkan shalatnya bersama imam.7 Tanya: 456. Seorang yang shalat Witir bersama imamnya lalu setelah itu ingin shalat Qiyamullail di rumahnya sebelum fajar, apakah dibolehkan shalat lagi? Jawab:
Ya, boleh tapi tidak usah shalat Witir yang kedua kalinya.
Tanya: 457. Kapan doa Qunut dibaca pada shalat Witir? 7
Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah, 2/164.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
227
Jawab: Boleh dibaca sebelum ruku dan tidak apa-apa kalau dibaca setelah ruku. Tanya: 458. Apa yang diajarkan Nabi kepada para sahabat dalam doa Witir? Jawab:
Di antaranya yang diajarkan Nabi kepada Al-Hasan. Al-
Hasan berkata, “Rasulullah mengajariku kalimat-kalimat yang aku baca dalam Qunut shalat Witir. “Ya Allah, tunjukkanlah aku ke dalam orang yang Engkau tunjukkan, selamatkan aku bersama orang yang Engkau selamatkan, lindungi aku bersama orang-orang yang yang Engkau lindungi, berkahilah aku dalam apa yang Engkau karuniakan kepadaku, jagalah aku dari buruknya apa yang Engkau takdirkan, sesungguhnya Engkau mentakdirkan dan Engkau tidak ditakdirkan. Sesungguhnya tidak terhina orang yang Engkau lindungi, Mahasuci Engkau Tuhan kami dan Mahatinggi Engkau.” (HR. An-Nasai) Tanya: 459. Apakah harus menggunakan bacaan doa di atas? Jawab: Tidak disyaratkan seperti itu, orang shalat Witir boleh menggunakan doa sebisanya sesuai dengan yang dibukakan Allah. 228
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 460. Apakah dibolehkan memperpanjang doa Qunut? Jawab: Tidak termasuk petunjuk Nabi memperpanjang doa Qunut. Tanya: 461. Apa hukum melagukan doa dalam Witir dan lainnya? Jawab: Tidak ada atsar shahih atau dhaif bahwa orang-orang salaf melagukan doa, bahkan tidak bisa dibayangkan seorang muslim berdoa memohon kepada Tuhannya sambil melagukannya. Tanya: 462. Bagaimana hukum tangisan orang shalat karena bacaan doa, bukan bacaan shalat?
Allah berfirman,
“Maka apakah mereka tidak mentadaburi Al-Qur`an atau pada hati mereka ada penutup-penutupnya?” (Muhammad: 24) Jawab: Siapa yang tidak terpengaruh dengan Al-Qur`an, maka hendaklah ia mengevaluasi dirinya, bagaimana ia terpengaruh dengan doa dan menangis ketika mendengarnya sementara ia tidak tergetar oleh kalam Allah. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
229
Tanya: 463. Sebagian wanita dalam shalat Tarawih menutupi wajahnya meskipun sudah ada penutup dari kaum lelaki, bagaimana hukumnya? Jawab:
Mereka harus membuka wajahnya agar bisa menempel
dengan tanah pada saat sujud. Tanya: 464. Sebagian orang berpindah-pindah dari masjid ke masjid untuk bisa shalat di setiap masjid beberapa rakaat, apakah dalam hal ini ada permasalahan? Jawab:
Seharusnya ini tidak terjadi sebab ini membuang-buang
waktu. Yang utama baginya adalah menggunakan waktunya untuk ketaatan dan jangan sampai ketinggalan pahala sebagaimana disabdakan Nabi, “Barangsiapa shalat bersama imam sampai selesai maka dicatat baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai) dan dengan Berpindah-pindah masjid berarti ia telah terhalangi dari pahala yang besar. Tanya: 465. Sebagian jamaah ada yang memegang mushaf pada bulan Ramadhan untuk menyimak bacaan imam dalam shalat Tarawih, bagaimana hukumnya? 230
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Seharusnya ini tidak terjadi sebab akan mengganngu
pikiran dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperlukan serta kehilangan sunnah meletakkan tangan kanan pada tangan kiri di atas dada. Meninggalkan hal seperti itu adalah lebih afdhal.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
231
Pembahasan Kedua Puluh Tiga:
Malam Sepuluh Terakhir Dan Lailatul Qadar Tanya: 466. Kapan dimulainya awal sepuluh malam? Jawab: Permulaan sepuluh malam dari terbenamnya matahari tanggal 20 dan dengan masuknya malam ke 21. Tanya: 467. Apa keutamaan malam-malam ini? Jawab: Sepuluh malam ini merupakan malam waktu paling afdhal di bulan Ramadhan dimana Allah mengkhusus kannya dengan malam Lailatul Qadar. Maka dari itu, Rasulullah mengkhususkannya dengan I’tikaf demi mencari malam tersebut. Yaitu malam yang difirmankan Allah,
232
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
“Malam lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadr: 3) Tanya: 468. Apakah ada tambahan ibadah pada sepuluh terakhir Ramadhan? Jawab: Ya, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Aisyah RA, “Apabila sepuluh terakhir Ramadhan datang, Rasulullah n mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) “Mengencangkan sarungnya” maksudnya bersiapsiap untuk beribadah, meninggalkan isteri-isterinya dan melipat kasurnya. Dari Aisyah d, ia berkata, “Rasulullah bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir tidak seperti hari-hari biasanya.” (HR. Muslim) Tanya: 469. Apakah bisa dipahami dari perkataan Aisyah bahwa Nabi n melakukan shalat malam semalam penuh? Jawab: Perkataan Aisyah, “Menghidupkan malamnya” maksud nya Nabi tidak tidur pada sepuluh malam terakhir. Dan ini khusus untuk sepuluh malam ini. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
233
Tanya: 470. Apakah makna Qadar? Jawab: Ada yang mengatakan maknanya adalah kemuliaan, kedudukan dan punya kehormatan. Atau maknanya adalah apa yang ditakdirkan di dalamnya dari ilmu Allah tentang kondisi para hamba dan makhluk untuk takdir setahun. Tanya: 471. Apa dalilnya bahwa Lailatul Qadar adalah berada pada salah satu dari sepuluh malam terakahir? Jawab: Lailatul Qadar tidak diragukan lagi adalah pada bulan Ramadhan, di mana Nabi beri’tikaf pada sepuluh awal Ramadhan mencari Lailatul Qadar, lalu Nabi beri’tikaf pada sepuluh pertengahan, lalu Rasulullah melihatnya pada sepuluh terakhir dari Ramadhan, seperti yang disebutkan Al-Bukhari. Tanya: 472. Apakah ada ketentuan lain tentang Lailatul Qadar? Jawab: Ya, mimpi-mimpi para sahabat Nabi telah bersepakat bahwa Lailatul Qadar ada pada tujuh terakhir Ramadhan, Rasulullah besabda, “Aku melihat mimpi-mimpi kalian telah sepakat pada tujuh terakhir, barangsiapa mencarinya, maka 234
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
hendaklah ia mencari pada tujuh malam terakhir.” (HR. AlBukhari) Tanya: 473. Apakah Lailatul Qadar berpindah-pindah di antara malammalam sepuluh? Jawab: Apabila kita memperhatikan dalil-dalil tentang Lailatul Qadar, maka akan jelas bagi kita bahwa ia berpindah-pindah dari satu malam ke malam lainnya, bahwa ia tidak dalam satu malam tertentu setiap tahunnya. Nabi n diperlihatkan Lailatul Qadar dalam mimpi dan beliau sujud pagi harinya di air dan tanah. Malam itu adalah malam ke-23 (HR. AlBukhari dan Muslim) Ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadar tidak terbatas pada satu malam tertentu. Dengan demikian dalil-dalil bisa bertemu. Tanya: 474. Kita tahu bahwa ada dalil yang menyebutkan bahwa Lailatul Qadar ada pada malam ke 27, bagaimana menggabungkan dengan dalil di atas? Jawab: Ini menunjukkan bahwa malam ini adalah paling diharapkan di dalamnya ada Lailatul Qadar. Akan tetapi, ia bukan Lailatul Qadar secara pasti melainkan hanya yang paling diharapkan.
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
235
Tanya: 475. Apakah mungkin Lailatul Qadar ada pada malam-malam genap dari sepuluh malam terakhir? Jawab:
Ya, tidak ada pengecualian untuk malam-malam genap
dalam mencari Lailatul Qadar, sebab ia termasuk sepuluh malam terakhir dan sesuai dengan hadits Nabi, “Siapa yang mencari-carinya, hendaklah ia mencarinya di tujuh malam terakhir.” Dalam hal ini baik malam ganjil maupun malam genap, akan tetapi riwayat tentang malam ganjil lebih kuat. Tanya: 476. Apa hikmah tidak ditentukannya Lailatul Qadar? Jawab: Allah menyembunyikan dari hamba-Nya karena dua hikmah besar; Pertama, agar jelas orang yang bersungguhsungguh mencarinya pada setiap malam barangkali ia akan menemukannya atau mendapatinya. Seandainya ditentukan pada malam tertentu saja, maka tidak akan ada manusia yang bersungguh-sungguh kecuali pada malam itu saja. Kedua, agar orang-orang bertambah amal shalihnya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengambil faidah darinya. Tanya: 477. Apakah para malaikat turun pada Lailatul Qadar? 236
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Ya, dalilnya dari firman Allah,
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (Al-Qadr: 4) Tanya: 478. Apakah ada tanda-tanda alam yang luar biasa terjadi pada Lailatul Qadar? Jawab: Tidak ada nash Syar’i yang menunjukkan terjadinya kejadian aneh pada alam yang bisa dilihat pada malam Lailatul Qadar. Tanya: 479. Apakah ada tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya Lailatul Qadar? Jawab: Di antara tanda-tandanya adalah pagi harinya matahari keluar jernih tidak bersinar (HR. Muslim). Ada tanda-tanda lain seperti bertambahnya cahaya di malam itu, ketenangan dan kenyamanan orang mukmin serta kelapangan dadanya. Tanya: 480. Apakah doa yang diajarkan untuk dibaca pada Lailatul Qadar?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
237
Jawab: Di antara yang terbaik kita mohon kepada Allah adalah ampunan, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah RA, ia berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya aku berjumpa dengan Lailatul Qadar doa apa yang aku baca?” Rasulullah menjawab, “Katakanlah, Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai ampunan, maka ampunilah aku.” (HR. At-Tirmidzi) Tanya: 481. Apakah orang haid atau nifas boleh membaca doa ini? Jawab:
Ya, mereka boleh membacanya.
Tanya: 482. Sebagian orang menghidupkan malam ke-27 saja dari Ramadhan untuk shalat dan ibadah, apakah ini benar? Jawab: Tidak, ini tidak benar. Lailatul Qadar berpindah-pindah, terkadang ada pada tanggal 27 dan terkadang ada pada tanggal selainnya, sebagaimana ditunjukkan hadits-hadits yang banyak dalam hal ini. Telah datang dari Nabi n bahwa pada satu tahun Nabi diperlihatkan Lailatul Qadar, ketika itu pada malam kedua puluh satu. Shalat malam seharusnya tidak dikhususkan pada satu malam yang diharapkan menjadi malam Lailatul Qadar tanpa ada kepastiannya. 238
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Maka dari itu, yang benar adalah bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir. Dan ini sesuai dengan petunjuk Nabi. Yang seharusnya dilakukan seorang mukmin yang tegas adalah berijtihad pada hari-hari sepuluh pada semua malam-malamnya sampai ia tidak ketinggalan pahala. Tanya: 483. Apakah dibolehkan mengkhususkan malam kedua puluh tujuh untuk melakukan ibadah umrah atau sedekah atau membagikan makanan? Jawab:
Dikhawatirkan mengkhususkan seperti ini termasuk
bid’ah. Tanya: 484. Seandainya Lailatul Qadar ditentukan pada salah seorang lewat mimpi, apakah ia memberitahukan tentang hal ini? Jawab:
Orang yang ditentukan baginya Lailatul Qadar seharus
nya tidak menceritakannya, sebab merahasiakannya mengandung hikmah yang besar. Rasulullah yang didukung oleh wahyu ingin mengabari mereka Lailatul Qadar ini, maka dua orang saling berdebat lalu Lailatul Qadar diangkat. Diangkatnya adalah demi kemaslahatan hamba agar mereka bersungguh-sungguh pada semua Ramadhan, terutama pada sepuluh terakhir. Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
239
Tanya: 485. Orang yang menyebarkan lewat telepon genggam tentang waktu Lailatul Qadar atau lewat gambar, apakah ini perbuatan yang dianggap baik? Jawab: Mereka yang melakukan hal ini dikhawatirkan berseberangan dengan hikmah dari dirahasiakannya dan terkadang akan membantu orang-orang yang lemah untuk bermalas-malasan shalat dan berdoa pada malam-malam lainnya. Tanya: 486. Apakah ada doa khusus perpisahan Ramadhan? Jawab:
240
Tidak ada doa khusus tentang ini dari Nabi n.
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kedua Puluh Empat:
I’tikaf Tanya:
487. Apa maksud I’tikaf? Jawab: I’tikaf adalah menetapnya seseorang di masjid dan menjauh dari manusia karena taat kepada Allah I dan sibuk dengan ibadah. Tanya: 488. Apa hukum I’tikaf? Jawab:
I’tikaf hukumnya Sunnah sebagaimana dalil yang ada
dalam agama. Ia adalah sunnah yang telah dilakukan oleh Rasulullah n dalam hidupnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah d bahwa sesungguhnya Rasulullah n melakukan I’tikaf di sepuluh terakhir di bulan Ramadhan hingga Rasul wafat, kemudian isteri-isterinya setelahnya pun turut beri’tikaf. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
241
Tanya: 489. Apa hikmah I’tikaf? Jawab: Untuk menjauh dari kesibukan dunia dan ketergan tungan dengannya, sehingga hati dapat berkonsentrasi sepenuhnya dalam bermunajat kepada Allah untuk berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Tanya: 490. Apakah dapat dikatakan bahwa I’tikaf dapat menyebabkan ketenangan jiwa? Jawab: Ya. Manusia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dalam hidupnya dan menjauhkan diri dari hirukpikuk dunia dan kesibukannya serta menyendiri bersama Tuhannya dan Dzat yang menguasai seluruh hidupnya dengan bermunajat dan dan berdoa. Tanya: 491. Apakah tempat yang paling utama untuk beri’tikaf? Jawab: Tempat paling utama untuk beri’tikaf adalah di salah satu dari tiga masjid ini, yaitu Masjidil Haram di Makkah, masjid Nabawi, atau Baitul Maqdis; karena kemuliaannya dan besarnya pahala melakukan ibadah di sana.
242
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 492. Apakah diperbolehkan melakukan I’tikaf di masjid-masjid lain? Jawab:
Ya. I’tikaf dapat dilaksanakan di seluruh masjid. Namun
yang lebih utama apabila dilakukan di masjid Jami’ agar tidak membutuhkan keluar masjid ketika hendak melakukan shalat Jum’at. Tanya: 493. Kapan I’tikaf dimulai? Jawab: I’tikaf dimulai setelah fajar, karena sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ummil Mukminin, Aisyah r. a. yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah n hendak melakukan I’tikaf, maka Rasul melakukan shalat Fajar, kemudian masuk ke tempat I’tikafnya. Tanya: 494. Kapan I’tikaf selesai? Jawab: I’tikaf selesai pada waktu matahari terbenam di akhir hari dari bulan Ramadhan. Tanya: 495. Apakah I’tikaf mempunyai rukun dan syarat tertentu?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
243
Jawab: Rukun I’tikaf adalah menetap di masjid untuk melakukan taat kepada Allah I dan beribadah kepada-Nya. Sedangkan syarat-syaratnya adalah sebagaimana syarat-syarat ibadah yang lain, di antaranya adalah Islam, berakal, sah dilakukan meskipun belum baligh, sah dilakukan bagi lelaki dan perempuan, sah dilakukan dengan tanpa puasa dan sah dilakukan di setiap masjid. Tanya: 496. Apakah batas minimal sehingga dapat disebut I’tikaf? Jawab: Batasan agama untuk I’tikaf adalah sepuluh malam. Namun panjangnya waktu berdiam diri juga disebut I’tikaf secara bahasa. Melakukan I’tikaf satu malam juga sa disebut I’tikaf. Suatu ketika sahabat Umar a bernadzar untuk melakukan I’tikaf selama satu malam, maka Rasulullah pun mengakuinya dan bersabda, “Penuhilah nadzarmu.” Hal ini menunjukkan bahwa melakukan I’tikaf selama satu malam untuk bertaqarrub kepada Allah I dengannya, maka termasuk kategori I’tikaf. Tanya: 497. Kapan I’tikaf Rasulullah n selesai? Jawab: I’tikaf Rasulullah n selesai ketika matahari terbenam di malam Id. 244
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 498. Apakah I’tikaf dianjurkan juga di selain bulan Ramadhan? Jawab: Pada dasarnya, I’tikaf hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja, karena Rasulullah n tidak beri’tikaf di selain bulan Ramadhan, kecuali di bulan Syawal ketika Rasul tidak melakukan I’tikaf sunnah di bulan Ramadhan, maka Rasul beri’tikaf di bulan Syawal. Namun, andai seseorang melakukan I’tikaf di selain bulan Ramadhan, maka hal ini diperbolehkan, karena sahabat Umar RA bertanya kepada Rasulullah n, “Sesungguhnya aku bernadzar untuk melakukan I’tikaf satu malam atau satu hari di Masjidil Haram.” Maka Rasul bersabda, “Penuhilah nadzarmu.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 499. Apakah melakukan I’tikaf pada hari-hari tertentu di sepuluh terakhir bulan Ramadhan termasuk dari petunjuk Nabi? Jawab: Tidak dapat dipastikan bahwa hal tersebut merupakan Sunnah Nabawiyah, karena sesungguhnya tujuan dari I’tikaf tersebut adalah untuk menemukan Lailatul Qadar dan waktunya tidak dipastikan di seluruh waktu sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Oleh karena itu ketika melakukan ibadah pada sepuluh pertengahan di bulan Ramadhan, Rasulullah
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
245
n mengatakan, “Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di depanmu, maka beri’tikaflah kamu pada sepuluh terakhir seluruhnya.” Tanya: 500. Apakah perempuan diperbolehkan melakukan I’tikaf di rumahnya? Jawab:
Hal itu tidak diperintahkan dalam agama.
Tanya: 501. Apakah seorang perempuan diperbolehkan melakukan I’tikaf di masjid dan apa batasannya? Jawab: Ya. Hal itu diperbolehkan, apabila dalam hal tersebut tidak ada larangan agama dan tidak sampai berlebihan hingga meninggalkan kewajiban dalam rumah tangga. Tanya: 502. Apakah diperbolehkan melakukan I’tikaf di Mushalla yang aktif dipergunakan? Jawab: Apabila Mushalla tersebut dipergunakan untuk melaku kan shalat lima waktu dan tidak digantikan, melainkan selalu dikhususkan untuk melakukan shalat, maka I’tikaf di dalamnya adalah boleh, namun apabila tidak demikian, maka hukumnya tidak boleh. 246
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 503. Apa yang disunnahkan dalam I’tikaf? Jawab: Disunnahkan dalam I’tikaf agar seseorang menggunakan waktunya untuk taat kepada Allah I, seperti membaca AlQur’an, berdzikir, berdoa, shalat dan lainnya. Tanya: 504. Apa yang dimakruhkan dalam I’tikaf? Jawab: Makruh hukumnya bagi orang yang beri’tikaf untuk menyia-nyiakan waktunya dengan sesuatu yang tidak ada manfaatnya, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang yang beri’tikaf. Kita menemukan mereka tinggal di masjid namun di setiap waktu masih didatangi orangorang dan mengobrol dengannya. Dia menggunakan waktu I’tikafnya dengan tanpa manfaat. Sedangkan apabila sekedar berbicara kepada sebagian orang atau sebagian keluarga, maka tidak apa-apa, sebagaimana yang disebutkan dalam Ash-Shahihain mengenai apa yang dilakukan oleh Rasulullah n ketika Shafiyah d mendatanginya dan berbicara dengannya sebentar kemudian kembali ke rumahnya. Tanya: 505. Apa yang dilarang terhadap orang yang I’tikaf?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
247
Jawab: Orang yang beri’tikaf dilarang keluar dari masjid dengan tanpa udzur; atau melakukan aktifitas jual beli, atau menyetubuhi isterinya. Tanya: 506. Apa yang diperbolehkan untuk dilakukan oleh orang yang beri’tikaf? Jawab:
Orang yang beri’tikaf diperbolehkan untuk berbicara
dengan orang lain dengan cara yang ma’ruf, bertanya tentang keadaannya, keluar dari masjid karena sesuatu yang tidak dapat ditinggalkannya, seperti keluar dari masjid untuk mengambil makanan dan minuman apabila tidak ada orang yang mengambilkan untuknya. Demikian pula keluar dari masjid karena sesuatu yang diperbolehkan yang diwajibkan atasnya, seperti keluar dari masjid karena untuk mandi janabat. Tanya: 507. Apakah keluarnya seseorang yang beri’tikaf untuk buang hajat (berak atau kencing) dapat mempengaruhi keabsahan I’tikaf? Jawab:
Hal tersebut tidak apa-apa, meskipun kamar kecilnya
jauh dari masjid. 248
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 508. Apakah orang yang beri’tikaf masih dianjurkan untuk menengok orang sakit atau mengikuti prosesi jenazah? Jawab: Disandarkan pada penjelasan dari Ummul Mukminin Aisyah RA bahwa orang yang beri’tikaf disunnahkan agar tidak menengok orang yang sakit, tidak mengikuti prosesi pemakaman jenasah, tidak menyentuh perempuan, tidak menyetubuhi isterinya, tidak keluar untuk keperluan kecuali keperluan sangat penting yang tidak dapat ditinggalkannya, tidak beri’tikaf kecuali dengan berpuasa, dan tidak beri’tikaf kecuali di masjid Jami’. Tanya: 509. Apakah orang yang beri’tikaf boleh memberikan syarat untuk keluar setiap malam untuk melakukan aktifitas tertentu? Jawab: Hal ini tidak selayaknya dilakukan, karena hal seperti ini dapat meniadakan tujuan semula dilakukannya I’tikaf yaitu beribadah untuk menemukan Lailatul Qadar dan beribadah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah n. Tanya: 510. Apakah dalam I’tikaf disyaratkan agar orang yang beri’tikaf harus dalam keadaan puasa?
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
249
Jawab: I’tikaf tidak disyaratkan harus berpuasa. I’tikaf dapat dilakukan setelah bulan Ramadhan dan pada waktu kapan pun. Tanya: 511. Orang yang tidak suka beri’tikaf, apakah sebaiknya melakukan sesuatu yang lain? Jawab: Apabila seorang muslim tidak melakukan I’tikaf, maka sebaiknya mengurangi untuk bercampur bersama orang-orang sekuat mungkin di sepuluh terakhir di bulan Ramadhan, karena bercampur dengan orang-orang dapat mempengaruhi hati dan pada masa sekarang ini, bercampur dengan orang-orang mempunyai mudharat yang lebih besar dibanding dengan manfaat yang didapatnya; kecuali bersama dengan orang yang diperintahkan oleh Allah I agar kita bersabar untuk bersamanya. Orang seperti inilah yang dapat membantu memberikan sesuatu yang bermanfaat. Tanya: 512. Orang yang tidak bisa melakukan I’tikaf di bulan Ramadhan karena ada udzur, maka apakah dia mengqadhanya setelah Ramadhan?
250
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ya. Dia dapat melakukan hal itu. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah n, beliau melakukan I’tikaf pada bulan Syawal.[]
Bab Pertama: Hukum-hukum Tentang Puasa
251
252
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Bab Kedua Hukum-Hukum Shalat Id Dan Tata Cara Umum
Pembahasan Pertama:
Hukum-hukum Id Tanya: 513. Dengan apa masuknya bulan Syawal ditentukan? Jawab: Bulan Syawal ditentukan dengan menyempurnakan bilangan bulan Ramadhan atau dengan melihat (ru’yat) Hilal bulan Syawal. Tanya: 514. Apa yang dilakukan oleh orang yang melihat Hilal bulan Syawal, namun pendapatnya tidak digunakan? Jawab: Dia wajib berbuka puasa, namun tidak menampakkannya kepada masyarakat agar tidak menunjukkan perselisihan yang mencolok terhadap masyarakat atau agar tidak disangka buruk karena perbuatan tersebut.
254
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 515. Apakah kita melakukan shalat Tarawih pada malam Id? Jawab:
Tidak. Shalat Tarawih tidak dilakukan pada malam Id.
Tanya: 516. Apakah seorang muslim membaca doa ketika melihat Hilal? Jawab:
Ya, dan doa ini dibaca ketika melihat tiap-tiap Hilal.
Tanya: 517. Apa hukum shalat Id? Jawab:
Tentang hukum shalat Id, terdapat tiga macam pendapat
ulama:
Ada yang mengatakan hukum shalat Id adalah sunnah.
Ada yang mengatakan bahwa shalat Id hukumnya fardhu kifayah, karena ia termasuk ajaran agama yang zhahir. Oleh karena itu, shalat Id dilakukan dengan berjamaah dan dilakukan di tanah lapang. Perintah agama yang bersifat zhahir merupakan fardhu kifayah seperti adzan. Di antara para ulama ada yang berpendapat bahwa hukum shalat Id adalah fardhu Ain, karena Rasulullah n memberikan perintah untuk menghadiri shalat Id bahkan terhadap perempuan yang sedang haid dan sedang dipingit agar Bab Kedua: Hukum-hukum Shalar Id dan...
255
keluar untuk menuju ke tempat shalat Id. Pendapat ketiga yang terakhir ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyah. Tanya: 518. Berapa jumlah hari Raya bagi kaum muslimin? Jawab:
Hari raya bagi kaum muslimin hanya dua; yaitu Idul
Fitri dan Idul Adha. Inilah hari Raya yang dilakukan oleh Rasulullah n. Tanya: 519. Apakah hari Raya ini merupakan pengganti hari-hari Raya pada zaman Jahiliyah? Jawab: Ya. Hari Raya ini sebagai pengganti dari hari Raya AnNiruz dan Al-Mahrajan. Tanya: 520. Apakah diperbolehkan menyebut hari-hari lain sebagai hari Raya Id? Jawab:
Dikhawatirkan sikap seperti ini dapat memicu bid’ah dan
mengecilkan kemuliaan Id yang dianjurkan agama, seperti perkataan orang-orang dengan menyebut Id Al-Ilmi (hari Raya ilmu), Id Al-Um (hari Ibu) dan lain sebagainya. 256
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 521. Bagaimana kita dapat mewujudkan kegembiraan sebagaimana yang diajarkan oleh agama dengan hari Raya Id? Jawab:
Dengan berkumpul, dimulai dengan melakukan shalat
Id, kemudian memberikan ucapan selamat kepada orang lain, memberikan kegembiraan kepada anak-anak dengan menyenangkannya dan memberikan sesuatu yang lebih, serta berkumpul dengan keluarga untuk bersilaturrahim; dengan tetap berhati-hati dari melakukan sesuatu yang dapat membuat murka Allah I dalam perbuatan, perkataan bahkan pakaian dan lain sebagainya. Tanya: 522. Apakah tata cara agama yang berhubungan dengan seorang muslim ketika hendak melakukan shalat Id? Jawab: Di antara tata cara agama mengenai hal ini adalah; makan kurma sebelum keluar untuk melakukan shalat Id, menghias diri dengan mandi dan baju yang bagus, membaca takbir ketika berangkat ke tempat shalat dan mendorong orangorang agar membaca takbir. Tanya: 523. Apa yang harus dilakukan oleh seorang perempuan berkenaan dengan aturan ketika hendak berangkat melakukan shalat Id?
Bab Kedua: Hukum-hukum Shalar Id dan...
257
Jawab: Ketika hendak melakukan shalat Id, mereka harus menjauh dari tempat shalat lelaki, dan tidak keluar dengan berhias dan memakai wangi-wangian yang berlebihan serta menutup aurat. Oleh karena itu ketika Rasulullah n memberikan perintah kepada para perempuan untuk berangkat menuju ke tempat shalat Id, maka mereka bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, salah satu dari kami tidak mempunyai jilbab!?” maka Rasul berkata, “Hendaknya saudarinya memberikan jilbabnya untuk dipergunakan olehnya.” (HR. Muslim) Jilbab adalah pakaian yang serupa dengan Al-Iba’ah (sejenis daster atau mantel yang terbuka depannya). Hal ini menunjukkan bahwa seorang perempuan harus keluar dengan menggunakan pakaian yang menutupi. Tanya: 524. Bagaimana cara shalat Id? Jawab: Shalat Id dimulai dengan Takbiratul Ihram, kemudian imam membaca takbir enam kali setelah Takbiratul Ihram. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan surat lain setelah surat Al-Fatihah. Pada rakaat kedua, ketika bangun dari sujud, maka imam berdiri dengan membaca takbir, kemudian setelah itu membaca takbir sebanyak lima kali setelah berdiri, kemudian membaca surat Al-Fatihan dan surat lainnya. Apabila di rakaat pertama membaca surat 258
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Al-A’la, maka di rakaat kedua membaca surat Al-Ghasyiyah. Apabila di rakaat pertama membaca surat Qaf, maka di rakaat kedua membaca surat Al-Qamar. Tanya: 525. Kapan waktu melaksanakan shalat Id? Jawab: Waktu melakukan shalat Id dimulai dari naiknya matahari setinggi satu tombak hingga tergelincirnya matahari. Tidak apa-apa mengakhirkan shalat Id hingga matahari naik sekitar dua tombak, karena orang-orang pada hari Raya Idul Fitri membutuhkan perpanjangan waktu agar mereka cukup waktu untuk mengeluarkan zakat. Tanya: 526. Apakah setelah shalat Id dianjurkan untuk pulang dengan melewati jalan yang lain? Jawab: Hal itu dianjurkan, karena mengikuti Rasulullah n. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah a, dia mengatakan, “Pada hari Raya Id, Nabi n melewati jalan yang berbeda.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 527. Apa hikmah menempuh jalan yang berbeda ini? Jawab:
Hikmahnya adalah mengikuti petunjuk Rasulullah n. Bab Kedua: Hukum-hukum Shalar Id dan...
259
Allah I berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab: 36)
Inilah hikmah yang bersifat Ta’abbudiyah.
Namun sebagian ulama menyebutkan beberapa sebab,
di antaranya adalah bahwa hal tersebut dilakukan karena untuk menampakkan ajaran agama ini di pasar-pasar kaum muslimin. Pendapat yang lain mengatakan bahwa hal ini ditujukan agar seseorang mendapatkan saksi dari dua jalan yang dilaluinya pada hari Kiamat nanti. Dan ada yang mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan karena untuk memberikan shadaqah terhadap fakir miskin di jalan yang kedua. Tanya: 528. Orang yang ketinggalan melakukan shalat Id, apakah dia diperbolehkan mengqadhanya? Jawab:
Diperbolehkan baginya untuk mengqadhanya dengan
melakukan shalat empat rakaat. Hal ini telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa 260
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
tidak melakukan shalat Id, maka hendaknya shalat empat rakaat.”8 Salah satu pendapat yang lain mengatakan hanya melakukan shalat dua rakaat, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, “Bab: Ketika seseorang tidak melakukan shalat Id maka melakukan shalat dua rakaat.”9 Tanya: 529. Orang yang tidak patuh untuk melakukan shalat ini, apakah hukum perbuatannya tersebut? Jawab:
Dia harus bertakwa kepada Allah I dan tetap melakukan
shalat ini yang mencakup kebaikan dan doa, saling tatap muka dengan orang lain, kasih sayang dan keharmonisan. Andai orang-orang diserukan untuk berkumpul ke tempat hiburan, niscaya Anda akan melihat orang-orang datang dengan bersegera, lantas bagaimana dengan seruan Rasulullah n untuk melakukan shalat ini yang dengannya akan mendapatkan pahala dari Allah I sebagaimana yang dijanjikan-Nya!? Tanya: 530. Apakah shalat Id masih diperintahkan bagi orang yang musafir?
8 HR. Abdurrazaq, 5713, dan Ibnu Abu Syaibah, 2/183 dan dianggap shahih oleh Al-Hafizh dalam Al-Fath, 2/475. 9 Shahih Al-Bukhari, 2/474.
Bab Kedua: Hukum-hukum Shalar Id dan...
261
Jawab: Shalat Id tidak diperintahkan bagi orang yang musafir. Namun apabila musafir tersebut bepergian di negeri yang di sana dilaksanakan shalat Id tersebut, maka dia diperintahkan untuk melakukan shalat Id tersebut bersama kaum muslimin. Tanya: 531. Apakah diperbolehkan melakukan puasa pada hari pertama Idul Fitri atau Idul Adha? Jawab: Diharamkan berpuasa pada hari pertama Idul Fitri dan Idul Adha. Hal ini disebutkan dalam hadits Abu Said AlKhudri a bahwa Rasulullah n melarang berpuasa pada dua hari; hari Raya Idul Fitri dan hari Raya Idul Adha.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 532. Bagaimana hukumnya, apabila puasa tersebut merupakan puasa nadzar atau kifarat? Jawab: Berpuasa pada dua hari Raya ini hukumnya haram secara ijma’. Andai seseorang berpuasa pada hari tersebut untuk qadha puasa, maka tidak mencukupi. Andai dia bernadzar untuk berpuasa pada hari Raya Id, maka tidak sah nadzarnya, menurut Jumhur ulama, karena hal itu termasuk maksiat. 262
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Rasulullah n telah bersabda, “Barangsiapa bernadzar akan melakukan maksiat kepada Allah, maka jangan melakukan maksiat kepada Allah.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 533. Apakah wajib bagi orang Islam untuk menghadiri shalat Jum’at yang bertepatan dengan hari Raya Id, dan dia telah melakukan shalat Id? Jawab: Apabila shalat Jum’at dan shalat Id berkumpul dalam satu hari, maka shalat Id tetap dilaksanakan dan demikian pula shalat Jum’at. Namun orang yang turut melaksanakan shalat Id bersama imam, maka dia boleh melakukan shalat Jum’at dan boleh melakukan shalat Zhuhur.[]
Bab Kedua: Hukum-hukum Shalar Id dan...
263
264
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Bab Ketiga Setelah Bulan Ramadhan
Pembahasan Pertama:
Qadha Puasa Tanya:
534. Apa maksud mengqadha puasa? Jawab: Qadha puasa adalah melakukan puasa yang tidak dilakukan olehnya di bulan Ramadhan, atau puasa yang dilakukan oleh seseorang untuk orang yang meninggalkan puasa setelah meninggal dunia dikarenakan sebab nadzar atau kafarat. Tanya: 535. Siapa yang diperintahkan untuk mengqadha puasa? Jawab: Qadha’ puasa diperintahkan kepada perempuan yang haid dan nifas, kepada orang sakit dengan sakit yang mungkin sembuh, dan juga kepada seorang musafir yang tidak berpuasa pada waktu bepergiannya. 266
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 536. Orang yang pada suatu hari membatalkan puasa secara sengaja dengan tanpa ada udzur, maka apakah dia wajib mengqadha? Jawab:
Dia tidak wajib qadha’, namun harus bertaubat dan
menyesali perbuatan maksiat yang besar ini. Tanya: 537. Apakah dia dapat melakukan puasa untuk mengganti hari yang dia tidak puasa sebagai wujud penyesalan? Jawab: Dia dapat melakukan hal tersebut. Dan inilah yang difatwakan oleh Said bin Al-Musayyab, Asy-Sya’bi, Ibnu Jabir dan juga lainnya. Tanya: 538. Bolehkah melakukan puasa qadha pada hari yang berbedabeda (tidak berturut-turut)? Jawab: Ya. Diperbolehkan qadha puasa dengan cara berturutturut dan berpisah-pisah, dengan tanpa melebihkan keutamaan salah satu atas yang lainnya. Diperbolehkan mengqadha puasa Ramadhan langsung setelah hari Raya Id, sebagaimana juga diperbolehkan mengakhirkan qadha puasa hingga bulan Sya’ban sebelum bulan Ramadhan berikutnya. Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
267
Tanya: 539. Apakah ada dalil yang menunjukkan diperbolehkannya mengakhirkan qadha puasa ini? Jawab:
Ya, sesuai dengan perkataan Ummul Mukminin Aisyah
d, “Sesungguhnya, suatu ketika aku mempunyai qadha Ramadhan, maka aku tidak dapat mengqadha puasanya hingga datang bulan Sya’ban.” (HR. Muslim) Tanya: 540. Apakah terdapat perbedaan antara Ada’ dan qadha dalam puasa? Jawab: Ya, di antara perbedaannya adalah bahwa qadha waktunya lebih luas hingga bulan Ramadhan berikutnya. Sedangkan Ada’, waktunya lebih sempit karena harus dilakukan pada waktunya, yaitu di bulan Ramadhan. Puasa yang dilakukan secara Ada’, apabila terjadi pelanggaran bersetubuh (jima’), maka harus membayar kafarat, sedangkan puasa qadha, apabila terjadi pelanggaran persetubuhan (jima’) maka tidak terkena kafarat. Tanya: 541. Orang yang meninggal dunia dan dia masih mempunyai tanggungan puasa, maka apakah kewajiban puasa tersebut menjadi gugur darinya? 268
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Tanggungan puasa tersebut tidak dengan serta merta menjadi gugur dengan kematiannya. Namun salah satu dari keluarga dapat melakukan puasa untuknya. Tanya: 542. Apakah dalilnya mengenai diperbolehkannya keluarga melakukan puasa untuk orang yang meninggal? Jawab: Diriwayatkan dari Aisyah d bahwasanya Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia, sedangkan dia masih punya tanggungan puasa, maka keluarganya (wali) melakukan puasa untuknya.” (HR. Muttafaq Alaih) Tanya: 543. Siapakah yang dimaksud wali itu? Jawab: Yang dimaksud wali di sini adalah sanak kerabat. Ada yang mengatakan, dia adalah orang yang berhak mendapatkan warisan dan ada yang mengatakan bahwa wali adalah ahli waris ashabah. Maksudnya adalah keluarga ini dapat melakukan puasa untuk menggantikan puasa yang ditinggalkan oleh orang yang sudah meninggal dunia tadi. Tanya: 544. Mengapa dikhususkan kepada wali?
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
269
Jawab: Terdapat nash yang menyebutkan wali, karena pada umumnya, merekalah orang yang berkeinginan keras untuk membayarkan tanggungjawab keluarganya. Tanya: 545. Apakah hal ini mencakup semua puasa yang ditinggalkan oleh mayat? Jawab: Puasa yang dapat digantikan adalah puasa nadzar saja, bukan puasa yang wajib dilakukan sejak semula, seperti Ramadhan; karena puasa seperti puasa Ramadhan tidak dapat digantikan. Seseorang tidak dapat menggantikan puasa orang lain. Seseorang juga tidak dapat menggantikan kewajiban shalat orang lain. Namun apa yang diwajibkan seseorang terhadap dirinya merupakan kadar lebih melebihi apa yang diwajibkan oleh agama; hal seperti inilah yang dapat digantikan. Tanya: 546. Apakah dalil diperbolehkannya menggantikan puasa nadzar orang lain (yang sudah meninggal dunia)? Jawab: Dalilnya adalah riwayat yang menyebutkan, “Barangsiapa meninggal dunia, sedangkan dia masih punya tanggungan puasa nadzar, maka keluarganya (wali) melakukan puasa untuknya.” Hadits ini termasuk Shahih. 270
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 547. Apakah beberapa wali (keluarga) mayat dapat turut serta untuk berpuasa untuknya? Jawab:
Ya. Andai mayat mempunyai tanggungan sepuluh hari,
maka dapat dilakukan oleh sepuluh orang dan masingmasing orang cukup melakukan satu hari, kecuali apabila tanggungan tersebut disyaratkan harus berturut-turut. Tanya: 548. Seseorang meninggal dunia dan dia mempunyai tanggungan puasa dua bulan berturut-turut, maka salah satu keluarganya melakukan puasa untuk membayarkan sebagiannya, kemudian keluarga yang lain juga melakukannya pada hari berikutnya dengan tanpa terpisah hari-hari tersebut, maka apakah hal tersebut dapat mencukupinya? Jawab: Tidak dapat mencukupinya, karena puasa yang disyaratkan harus dilaksanakan secara berturut-turut tidak dapat terpenuhi kecuali apabila dilakukan oleh satu orang saja. Oleh karena itu, orang yang akan membayarkannya harus memulai dari awal karena telah terjadi pemutusan (tidak berturut-turut) dan puasa yang telah dilakukannya dianggap merupakan puasa sunnah untuk mayit.
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
271
Tanya: 549. Apabila seorang muslim melakukan puasa sebagian Ramadhan, kemudian dia meninggal dunia dan tidak dapat melanjutkan sisa Ramadhan, maka apakah walinya wajib menyempurnakan puasa mayat? Jawab: Wali mayat tidak wajib menyempurnakan puasa Ramadhan untuk mayat dan juga tidak wajib untuk mem berikan shadaqah makanan untuk menggantikan puasa mayat. Tanya: 550. Orang yang meninggal dunia dan dalam hatinya mempunyai niat untuk mengqadha puasa, namun tidak berhasil mengqadhanya, apakah anak-anaknya diperbolehkan mengqadha puasa untuknya? Jawab: Barangsiapa membatalkan puasa di bulan Ramadhan karena udzur yang diperbolehkan, kemudian dia tidak mampu untuk mengqadhanya dengan tanpa sembrono, hingga meninggal dunia, maka dia tidak wajib mengqadha nya dan juga tidak wajib memberi makan untuk mengganti puasa tersebut. Sedangkan apabila pengakhiran puasa ini dilakukan dengan tanpa udzur hingga dia meninggal dunia, maka diperbolehkan bagi salah satu kerabatnya berpuasa untuknya; sebagaimana hadits yang diriwayatkan 272
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
oleh Ummul Mukminin Aisyah d bahwa Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia, sedangkan dia masih punya tanggungan puasa, maka keluarganya (wali) melakukan puasa untuknya.” (HR. Muttafaq Alaih) Tanya: 551. Orang yang mempunyai tanggungan kewajiban memberikan makanan (fidyah) karena meninggalkan puasa, maka apakah dia dapat membebaskan tanggungjawabnya dengan turut serta memberikan buka puasa kepada orang-orang yang berpuasa yang dilakukan di masjid kepada para pekerja miskin? Jawab:
Ya, apabila memang dapat dipastikan bahwa jumlah
fakir miskin tersebut sebanding dengan jumlah hari yang ditinggalkannya dan makanannya tidak bercampur dengan makanan orang lain. Tanya: 552. Orang yang pingsan di bulan Ramadhan karena sakit, dan keadaan tersebut terus berlangsung hingga dia meninggal dunia, maka apakah dia berkewajiban melakukan sesuatu? Jawab: Tidak wajib membayar qadha dan tidak wajib membayar kafarat, karena orang yang seperti ini dalam keadaan tidak sadarkan diri (hilang kesadaran akalnya).
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
273
Tanya: 553. Orang yang tidak melakukan puasa Ramadhan, kemudian Ramadhan berikutnya datang dan dia tidak punya udzur syar’i untuk mengqadha puasa yang ditinggalkannya ini, maka apakah dia mempunyai kewajiban lain selain qadha? Jawab: Dia hanya berkewajiban membayar qadha puasa saja, sebagaimana yang dapat dipahami secara umum dari firman Allah I, “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 185) Dalam ayat ini, Allah I hanya menyebutkan kewajiban membayar qadha pada hari lain dan tidak menyebutkan perintah yang lain. Sebagian ulama memberikan fatwa bahwa orang tersebut selain qadha juga harus memberikan makanan (fidyah) karena sembrono. Ini adalah pendapat yang baik.[]
274
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Pembahasan Kedua:
Puasa Sunnah
Pertama: Pengetahuan Umum Tanya: 554. Apa maksud ibadah sunnah? Jawab: Ia adalah bertaqarrub kepada Allah dengan sesuatu yang tidak wajib, melakukan shalat sunnah, dan shadaqah sunnah yang bukan zakat. Tanya: 555. Apa maksud puasa Tathawwu’ (sunnah)? Jawab: Ia adalah selain puasa Ramadhan dan selain apa yang diwajibkan oleh manusia terhadap dirinya (nadzar), sebagaimana hadits Dhamamah bin Tsa’labah a bahwa Rasulullah n menyampaikan berita bahwa sesungguhnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan kepada mereka, maka Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
275
Dhamamah berkata, “Apakah aku diwajibkan dengan sesuatu yang selainnya?” Rasul menjawab, “Tidak, kecuali apabila kamu ingin bertathawwu’ (melakukan amalan sunnah).” Tanya: 556. Apa pentingnya memperhatikan urusan Tathawwu’? Jawab:
Dalam hal ini terdapat manfaat besar bagi orang
Islam. Amalan Tathawwu’ dapat menyempurnakan apa yang kurang dari amalan wajib, sebagaimana hadits yang berisi tentang diperiksanya amal perbuatan pada hari Kiamat nanti, yang di dalamnya menjelaskan bahwa apabila ditemukan kekurangan dalam amalan wajib, maka dikatakan, “Lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai amalan Tathawwu’?” Tanya: 557. Apa pahala puasa Tathawwu’ sehari karena Allah I? Jawab:
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri a, dia berkata
bahwa Rasulullah n bersabda, “Tidak ada seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah kecuali karena satu hari tersebut Allah menjauhkan mukanya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun.” (Muttafaq Alaih) 276
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 558. Apakah Rasulullah n berusaha keras untuk melakukan puasa Tathawwu’? Jawab:
Ya, di antara buktinya adalah dalam waktu satu bulan,
Rasul selalu melakukan puasa beberapa hari pada waktu tersebut; sebagaimana hadits Aisyah bahwa sesungguhnya Rasulullah n tidak melakukan puasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan Rasulullah tidak pernah meninggalkan puasa seluruhnya dalam satu bulan, hingga Rasul melakukan puasa pada sebagiannya.” (HR. Muslim) Tanya: 559. Apakah terdapat hari-hari tertentu dimana dilarang melakukan puasa Tathawwu’ pada saat itu? Jawab:
Ya, seperti puasa khusus hari Jum’at secara mutlak
dengan tanpa sebab, puasa pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, dan puasa hari-hari Tasyriq, kecuali bagi orang yang mempunyai sebab yang berhubungan dengan haji. Tanya: 560. Kapan diperintahkan melakukan niat untuk puasa Tathawwu’?
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
277
Jawab:
Puasa sunnah dapat diniati pada siang hari, apabila orang
yang berpuasa belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Diriwayatkan dari Aisyah d, dia mengatakan, “Pada suatu hari, Rasulullah n datang menemuiku, Rasul berkata, “Apakah kamu mempunyai sesuatu?” Kami menjawab, “Tidak.” Rasul kemudian mengatakan, “Jika begitu aku puasa.” Kemudian pada hari yang lain, Rasulullah mendatangi kami, maka kami katakan kepadanya, “Wahai Rasulullah, kita diberi Hais 10.” Maka Rasul berkata, “Tunjukkanlah ia kepadaku. Aku tadi puasa, maka aku akan makan sekarang.” (HR. Muslim) Tanya: 561. Apa dalil yang menunjukkan diperbolehkannya melakukan niat puasa sunnah di tengah hari? Jawab:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia bermaksud
untuk melakukan puasa pada waktu siang, padahal sebelumnya dia tidak mempunyai niat puasa, namun dia belum memakan makanan pada hari tersebut. dan diriwayatkan pula bahwa Hudzaifah melakukan puasa setelah matahari tergelincir pada siang itu; maksudnya 10 Al-Hais adalah makanan yang terbuat dari minyak samin, keju dan kurma atau digunakan tepung sebagai ganti keju.
278
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
adalah dia melakukan niat puasa setelah Zhuhur dan menunjukkan hal tersebut kepada orang-orang.11 Tanya: 562. Apakah niat puasa sunnah tertentu berbeda caranya? Jawab: Puasa sunnah mutlak tidak disyaratkan untuk melakukan niat pada waktu malam, sebagaimana hadits Aisyah d, ia berkata, “Pada suatu hari, Rasulullah n datang menemuiku, Rasul berkata, “Apakah kamu mempunyai sesuatu?” Kami menjawab, “Tidak.” Rasul kemudian mengatakan, “Jika begitu aku puasa.” (HR. Muslim). Sedangkan mengenai puasa sunnah tertentu (Muayyan), seperti puasa Arafah atau Asyura maka sebaiknya melakukan niat pada waktu malam. Tanya: 563. Apakah seorang suami berhak memerintahkan isterinya untuk membatalkan puasa yang wajib bagi si isteri? Jawab: Apabila seorang perempuan diperintahkan untuk melakukan qadha puasa wajib, maka perempuan ini tidak diperbolehkan membatalkannya kecuali dengan udzur Syar’i dan sang suami pun tidak diperbolehkan untuk memerintahkan isterinya agar membatalkan puasa ketika 11 Al-Fatawa, karya Ibnu Taimiyah, 25/120.
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
279
sang isteri sedang melakukan qadha puasa, sebagaimana juga sang suami tidak diperbolehkan menyetubuhinya, dan sang isteri pun tidak boleh menaati sang suami untuk melakukan hal tersebut. Hal ini berbeda dengan puasa sunnah, sebagaimana hadits Abu Hurairah a dari Rasulullah n, “Seorang perempuan tidak diperkenankan puasa, sedangkan suaminya melihatnya kecuali dengan seizinnya.” (HR. Al-Bukhari) Tanya: 564. Ketika seorang perempuan akan membayar hutang puasa, maka apakah dia harus meminta izin dari suaminya untuk melakukan hal tersebut? Jawab: Seorang perempuan wajib mengqadha puasa Ramadhan yang ditinggalkannya meskipun dengan tanpa sepenge tahuan suaminya dan untuk melakukan puasa wajib tidak disyaratkan harus meminta izin suaminya.
Kedua: Puasa Enam Hari di Bulan Syawal Tanya: 565. Apakah puasa yang diperintahkan untuk dilakukan setelah puasa Ramadhan? Jawab: Disunnahkan melakukan puasa enam hari di bulan Syawal. 280
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 566. Apakah pahala yang didapatkan dari puasa ini? Jawab: Diriwayatkan dari Abu Ayyub a, dia mengatakan bahwa Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, maka hal tersebut merupakan puasa setahun.” (HR. Muslim) Tanya: 567. Bagaimana puasa seperti ini disebut sebagai puasa Ad-Dahr (setahun)? Jawab: Hal ini terwujud dalam hadits Tsauban bahwa dia mendengar Rasulullah n bersabda, “Allah menjadikan kebaikan dengan sepuluh kali lipat, satu bulan menjadi sepuluh bulan dan enam hari setelah Idul Fitri merupakan penyempurnaan satu tahun.” (HR. An-Nasa’i) Tanya: 568. Apakah puasa enam hari di bulan Syawal disyaratkan harus berturut-turut dan dilaksanakan langsung setelah Ramadhan? Jawab: Tidak disyaratkan semua itu. Diperbolehkan memisahmisah puasa pada hari-hari di bulan Syawal. Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
281
Tanya: 569. Orang yang mempunyai hutang puasa Ramadhan, apakah dia harus memulai puasa dengan membayar hutang puasa Ramadhan tersebut, ataukah puasa Syawal terlebih dahulu? Jawab: Yang lebih utama adalah memulai puasa dengan membayar hutang puasa terlebih dahulu, namun tidak apaapa bila melakukan puasa Syawal terlebih dahulu, seperti yang dilakukan oleh banyak perempuan yang mempunyai hutang banyak puasa Ramadhan. Tanya: 570. Apakah diperbolehkan melakukan puasa enam hari dengan niat melakukan puasa enam hari di bulan Syawal bersamaan dengan niat membayar hutang? Jawab: Tidak diperbolehkan menyertakan keduanya dengan niat, karena puasa enam hari di bulan Syawal mempunyai niat tersendiri dan puasa untuk membayar hutang juga mempunyai niat tertentu pula, maka tidak diperbolehkan menyertakan dua niat yang berbeda pada puasa pada hari yang sama. Tanya: 571. Apakah diperbolehkan melakukan puasa enam hari di bulan Syawal pada hari Senin dan Kamis, atau pada hari-hari putih (Al-Ayyam Al-Bidh)? 282
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Ya, diperbolehkan; karena puasa hari Senin dan Kamis atau hari-hari Al-Bidh tidak mempunyai niat tertentu, melainkan disunnahkan puasa pada hari-hari ini. Puasa ini dapat terlaksana dengan adanya niat puasa yang lain.
Ketiga: Puasa Bulan Muharram dan Asyura Tanya: 572. Apakah puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan? Jawab:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah a, dia mengatakan bahwa Rasulullah n bersabda, “Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Allah Al-Muharram dan shalat paling utama setelah shalat Fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim) Tanya:
573. Apa hukum puasa hari Asyura? Jawab: Hukumnya sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah n, “Ini adalah hari Asyura dan tidak diwajibkan puasa hari ini atas kalian. Sedangkan aku adalah orang yang melakukan puasa. Maka barangsiapa ingin, hendaklah ia berpuasa dan barangsiapa yang ingin, maka hendaklah ia tidak berpuasa.” (Muttafaq Alaih)
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
283
Tanya: 574. Apakah puasa hari Asyura dikenal sebelum Islam? Jawab: Ya. Dalilnya adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah d ketika dia mengatakan, “Hari Asyura dipuasai oleh suku Qurays pada zaman Jahiliyah dan Rasulullah n pun berpuasa pada hari Asyura. Ketika Rasul datang ke Madinah, Rasul melakukan puasa Asyura dan memerintahkan orang untuk berpuasa Asyura. Ketika puasa bulan Ramadhan diwajibkan, maka Rasul meninggalkan puasa Asyura; barang siapa ingin, maka berpuasa dan barang siapa ingin, maka meninggalkannya.” (Muttafaq Alaih). Tanya: 575. Apakah agama memerintahkan agar tidak hanya puasa Asyura? Jawab: Ya, sebagaimana sabda Rasulullah n, “Andai aku masih hidup di tahun depan, niscaya aku akan berpuasa hari Tasu’a’ (kesembilan).” Ibnu Abbas a mengatakan, “Belum sampai tahun depan tiba, Rasulullah n sudah wafat.” (HR. Muslim) Tanya: 576. Apakah hukum hanya melakukan puasa Asyura dengan tanpa melakukan puasa pada hari sebelum atau sesudahnya, baik dengan udzur atau dengan tanpa udzur? 284
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Apabila hal tersebut dilakukan karena ada udzur, maka tidak apa-apa. Sedangkan apabila dilakukan dengan tanpa udzur maka berarti telah bertentangan dengan asal mula dianjurkannya puasa, disamping juga dianjurkannya untuk berbeda dengan Ahlul Kitab. Oleh karena itu sebagai sikap hati-hati, maka dikatakan bahwa sebaiknya melakukan puasa Asyura bersama juga dengan puasa pada hari sebelumnya atau satu hari setelahnya, atau yang lebih utama adalah ketika melakukan puasa tiga hari semuanya. Tanya: 577. Apa hukum puasa nadzar bersama dengan puasa hari Asyura? Jawab: Tidak diperbolehkan, karena perbedaan niat yang telah ditentukan bersamaan dengan tiap-tiap amalan yang ada.
Keempat: Puasa Hari Kesembilan di Bulan Dzulhijjah Tanya: 578. Apakah keutamaan amal shaleh di sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah? Jawab: Disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas bahwa Rasulullah n bersabda, “Tidak ada hari-hari beramal shaleh yang lebih Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
285
dicintai oleh Allah I melebihi dari hari-hari ini.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?” Rasul menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seorang lelaki yang keluar dengan hartanya dan jiwanya, kemudian tidak ada yang kembali sesuatupun dari semua itu.” Tanya: 579. Apakah hukum orang yang berpuasa dalam seluruh hari yang berjumlah sembilan di bulan Dzul Hijjah? Jawab: Hal tersebut tidak apa-apa. Hal tersebut termasuk prilaku amal shaleh yang dianjurkan di sepuluh pertama di bulan Dzul Hijjah dan tidak ada keterangan dari Rasulullah n yang menunjukkan bahwa hal tersebut dilarang. Tanya: 580. Apabila puasa hari-hari Dzulhijjah bertepatan dengan hari Senin dan Kamis, maka apakah orang yang berpuasa mendapatkan dua pahala? Jawab: Ya. Orang yang berpuasa tersebut mendapatkan dua pahala dengan seizin Allah I. Tanya: 581. Apa pahala puasa hari kesembilan dari bulan Dzul Hijjah?
286
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab: Diriwayatkan bahwa Rasulullah n bersabda,(teks tidak lengkap) Tanya: 582. Apakah berlaku bahwa orang yang haji berpuasa pada waktu haji? Jawab: Tidak ada penjelasan dari hadits bahwa orang yang haji melakukan puasa sunnah di bulan Dzulhijjah dan juga tidak berpuasa pada hari Arafah pada waktu haji.
Kelima: Puasa Hari Senin dan Kamis Tanya: 583. Rasulullah n memberitahukan kepada kita tentang puasa hari Senin bahwa hal tersebut dikarenakan hari dilahirkannya Rasulullah, apakah hal tersebut dapat diartikan sebagai seruan untuk menampakkan kegembiraan dengan kelahirannya? Jawab: Sabda Rasulullah n tentang hari Senin adalah, “Hari itu adalah hari aku dilahirkan, aku diutus, dan diturunkan kepadaku (Al-Qur’an).” (HR. Muslim) Tidak diragukan lagi bahwa kelahiran Rasulullah n merupakan kebaikan bagi seluruh manusia, karena Rasul merupakan rahmat bagi seluruh alam. Kelahirannya merupakan rahmat. Namun Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
287
di antara bentuk pengagungan dan rasa suka terhadap kelahirannya adalah dengan cara mengikutinya. Kita tidak boleh mengada-adakan sesuatu dalam agamanya dengan sesuatu yang tidak pernah diajarkannya. Kita bergembira dengan kelahirannya, namun kita tidak menambah-nambah melebihi apa yang telah diperintahkannya; karena puncak kesaksian “bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah” adalah agar Allah disembah hanya dengan cara yang diajarkannya. Puasa hari Senin merupakan bentuk syukur kepada Allah I karena telah dikaruniakan rahmat dan kenikmatan ini dan kita menyembah Allah hanya dengan cara yang telah diajarkan kepada kita. Tanya: 584. Apakah hukum puasa qadha dan nadzar pada hari Senin dan Kamis? Jawab: Boleh, karena puasa Senin dan Kamis tidak diharuskan niat tertentu. Keduanya termasuk puasa sunnah mutlak.
Keenam: Puasa Al-Ayyam Al-Bidh (hari-hari putih) Tanya: 585. Apakah maksud Al-Ayyam Al-Bidh? Jawab: Ia adalah tiga hari, yaitu hari ketiga belas, hari keempat belas dan hari kelima belas dari setiap bulan Qamariyah. 288
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 586. Mengapa disebut dengan sebutan ini? Jawab: Karena cahaya bulan semakin bersinar terang pada harihari itu. Tanya: 587. Apakah dalil puasa pada hari-hari ini? Jawab: Dalilnya adalah hadits Abu Dzar a, dia mengatakan, “Rasulullah n memberikan perintah kepada kita agar berpuasa di setiap bulan, pada hari ketigabelas, hari keempatbelas dan hari kelimabelas.” (HR. An-Nasa’I dan At-Tirmidzi) Tanya: 588. Apakah pahala puasa pada hari-hari itu? Jawab: Diriwayatkan dari Abu Dzarr a bahwasanya Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa melakukan puasa tiga hari dalam setiap bulan, maka hal tersebut merupakan puasa setahun.” Kemudian Allah I membenarkan sabda Rasulullah n dalam kitab-Nya, “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
289
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Al-An’am: 160) Satu hari dibalas dengan sepuluh hari. (HR. Ibnu Majah) Tanya: 589. Apakah hikmah melakukan puasa tiga hari ini? Jawab: Sebagian ulama mengatakan bahwa dalam hal ini terdapat kemukjizatan ilmiah, dimana puasa dapat mengurangi kadar kebasahan tubuh yang semakin bertambah dengan bertambahnya cahaya bulan. Tanya: 590. Orang yang hanya dapat melakukan puasa satu hari, apakah dia masih mendapatkan pahala? Jawab: Pahala sesuai dengan kadar jerih payahnya. Orang yang mendapatkan udzur sehingga tidak dapat melakukan sebagiannya atau seluruhnya, maka dia mendapatkan pahala atas puasa yang telah dilakukannya dengan seizin Allah. Tanya: 591. Ada seseorang ingin melakukan puasa tiga hari dalam sebulan, maka apakah yang lebih utama dia melakukan puasa di Al-Ayyam Al-Bidh ataukah melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis?
290
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Jawab:
Lebih utama melakukan puasa di Al-Ayyam Al-Bidh.
Ketujuh: Puasa Hari Jum’at dan Sabtu Tanya: 592. Apakah hukum melakukan puasa pada hari Jum’at sendirian dengan tanpa sebab? Jawab:
Makruh Tanya:
593. Apa dalil agama yang menunjukkan puasa hari Jumat saja? Jawab: Terdapat dalam hadits Ummul Mukminin Juwairiyah RA bahwa Rasulullah n menemuinya ketika dia sedang puasa pada hari Jumat, maka Rasul berkata, “Apakah kamu melakukan puasa kemarin?” Ummul Mukminin Juwairiyah menjawab, “Tidak.” Rasul bertanya, “Apakah kamu ingin melakukan puasa besok?” Juwairiyah menjawab, “Tidak.” Maka Rasul berkata, “Berbuka puasalah kamu.” (HR. AlBukhari). Tanya: 594. Bagaimana apabila puasa seseorang bertepatan dengan hari Jumat?
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
291
Jawab:
Orang yang selalu menjaga untuk melakukan puasa
sehari dan tidak berpuasa pada hari berikutnya, kemudian puasanya bertepatan dengan hari Jumat maka tidak apa-apa, sebagaimana juga ketika hari Jumat tersebut bertepatan dengan hari Arafah. Tanya: 595. Apa hukum orang yang menggunakan hari Jum’at untuk melakukan puasa sunnah, bukan karena tujuan untuk puasa Jumat, melainkan karena dia tidak sempat melakukan puasa kecuali hari itu? Jawab:
Hal tersebut tidak apa-apa, karena yang dilarang adalah
ketika dikhususkan. Oleh karena itu ketika hari Arafah bertepatan dengan hari Jum’at maka tetap dilakukan puasa bagi orang yang tidak haji dan tidak diharuskan melakukan puasa pada hari sebelumnya. Tanya: 596. Andai seseorang mengatakan, “Aku ingin berpuasa pada hari Jumat,” dengan tanpa tujuan untuk berpuasa khusus hari Jumat, padahal dia dapat melakukan puasa pada hari lain selain Jumat? Jawab: 292
Tidak boleh. Harus ada sebab yang jelas. 606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Tanya: 597. Apa hukum melakukan puasa pada hari Sabtu saja? Jawab:
Tidak boleh, sebagaimana hadits, “Dilarang melakukan puasa hari Sabtu, kecuali puasa fardhu.” (HR. Ahmad dan dianggap shahih oleh Al-Albani) Tanya:
598. Orang yang berpuasa wajib seperti puasa kafarat, maka apakah dia diperbolehkan untuk tidak menyempurnakannya? Jawab: Orang yang melakukan puasa wajib, seperti puasa qadha, nadzar atau kafarat, maka dia harus menyempurnakannya dan tidak boleh membatalkannya dengan tanpa udzur dan yang lebih utama adalah apabila orang yang berpuasa sunnah menyempurnakan puasanya selagi tidak ada kemaslahatan yang kuat yang diperbolehkan agama untuk membatalkannya. Tanya: 599. Orang yang berpuasa di awal hari dengan niat membayar hutang kemudian membatalkannya, maka apakah dia harus mengqadha hari tersebut? Jawab: Tidak diharuskan membayar kafarat atas hari itu, namun dia harus berpuasa untuk membayar hutang puasanya pada hari lain. Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
293
Tanya: 600. Apabila orang yang sedang berpuasa mendapatkan undangan walimah, dan puasanya adalah puasa sunnah, maka apakah dia harus menghadiri undangan dan membatalkan puasa? Jawab: Orang tersebut tetap menghadiri undangan, dan dia mencegah diri dari makan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah a dia mengatakan bahwa Rasulullah n bersabda, “Apabila salah satu dari kalian mendapat undangan, maka hadirilah. Apabila dia sedang berpuasa maka berdoalah agar mendapatkan berkah, dan apabila dia tidak berpuasa, maka makanlah.” (HR. Muslim) Tanya: 601. Apakah orang yang berpuasa dianjurkan untuk menjelaskan bahwa dia sedang berpuasa ketika mendapatkan undangan walimah? Jawab:
Ya, dianjurkan untuk melakukan itu. Diriwayatkan
dari Abu Hurairah a dari Rasulullah n, dia bersabda, “Ketika salah satu dari kalian mendapat undangan untuk jamuan makan sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka hendaknya mengatakan, “Sesungguhnya aku berpuasa.” (HR. Muslim).
294
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
Kedelapan: Puasa Wishal Tanya: 602. Apakah maksud puasa Wishal itu? Jawab:
Puasa Wishal adalah melanjutkan puasa dengan tanpa
berbuka puasa pada waktu malam. Tanya: 603. Apa hukum puasa Wishal? Jawab: Terdapat hadits yang melarang melakukan puasa Wishal. Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa Rasulullah n melarang puasa Wishal. Kemudian salah seorang lelaki dari kaum muslimin berkata, “Sesungguhnya engkau, wahai Rasulullah melakukan puasa Wishal?” Rasul menjawab, “Siapakah di antara kalian yang seperti aku? Sesungguhnya aku bermalam dan Tuhanku memberiku makan dan minum.” Ketika orang-orang enggan untuk berhenti melakukan puasa Wishal, maka Rasul melakukan puasa Wishal bersama mereka sehari kemudian sehari, kemudian mereka melihat Hilal, maka Rasulullah bersabda, “Andai Hilal terlambat datang, niscaya aku akan menambah kalian.” Seperti orang yang menakuti mereka ketika mereka enggan untuk berhenti.” (Muttafaq Alaih).
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
295
Tanya: 604. Apakah larangan ini berarti pengharaman? Jawab: Larangan ini berarti makruh, karena Rasulullah n melakukan puasa Wishal bersama mereka. Apabila puasa Wishal diharamkan, niscaya Rasul tidak mendidik mereka dengan sesuatu yang diharamkan ini. Ketika mereka dididik dengan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa puasa Wishal diperbolehkan, namun menyelisih keutamaan dan hal ini menjadikan larangan tersebut dari haram menjadi makruh. Tanya: 605. Apa maksud sabda Rasulullah n, “Sesungguhnya aku bermalam dan Tuhanku memberiku makan dan minum.” ?
Jawab:
Salah satu pendapat mengatakan bahwa pernyataan tersebut memang hakekatnya demikian, yaitu bahwasanya Rasulullah n diberi makanan dan minuman dari Allah sebagai karamah untuknya pada malam-malam Rasul berpuasa. Pendapat yang lain mengatakan bahwa hal itu merupakan bentuk pemberian makanan yang bersifat rohani kepada Rasulullah n dari Allah I. Ibnu Al-Qayyim mengatakan, “Maksudnya adalah asupan yang diberikan oleh Allah
296
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
yang berupa pengetahuan dan memenuhi hatinya dengan kenikmatan bermunajat, menjadikan permata hati dengan kedekatannya kepada-Nya, dan merasa nikmat dengan rasa cinta dan kerinduannya kepada-Nya dan manusia tidak mungkin dapat sampai ke tingkatan ini karena hal ini merupakan kekhususan Rasulullah n. Tanya: 606. Apakah pahala puasa semakin bertambah bagi orang yang jerih payahnya bertambah? Jawab: Apabila jerih payah bertambah dan seorang muslim bersabar terhadap jerih payah ini, maka pahala semakin bertambah, karena jerih payah yang mengiringi ibadah membawa pada pahala besar dari Allah I. Sesungguhnya pada hakekatnya tidak terdapat pahala dalam jerih payah (Masyaqqah), kecuali apabila Masyaqqah tersebut karena akibat dari ibadah. Oleh karena itu, orang yang berpuasa tidak dianjurkan untuk mencari-cari Masyaqqah dengan menyangka bahwa hal ini merupakan perintah agama.[]
Bab Ketiga: Setelah Bulan Ramadhan
297
Penutup Saya katakan bahwa puji syukur bagi Allah yang telah memberikan karunia kenikmatan, baik yang zhahir maupun yang bathin kepada kita; di antaranya adalah dalam bentuk pertolongan dan kemudahan untuk menyajikan tulisan ini yang mencakup sejumlah fatwa para ulama; semoga Allah memberikan manfaat kepada kita dengan ilmu mereka dan pemahaman mereka dan semoga Allah mengumpulkan kita dengan mereka di surga Firdaus yang tinggi. Wahai para pembaca budiman, Apa yang ditemukan dari kebenaran penjelasan, kemudahan dan kebenaran dalam pengetahuan di dalam risalah ini, maka ini adalah merupakan karunia Allah I, sedangkan apabila ada kesalahan dan ketimpangan di dalam risalah ini, hal tersebut dikarenakan keilmuan yang terbatas dan kesalahan pribadi dan aku memohon ampunan kepada Allah yang Mahaagung dari segala kesalahan tersebut. Dan tentunya aku sangat mengharapkan arahan baik dari para sahabat tercinta dan doa agar mendapatkan 298
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
taufiq dari Tuhan kita serta mendapatkan keilmuan yang bermanfaat. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua orang yang telah turut serta menerbitkan risalah ini. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, dan shalawat serta salam semoga selalu mengalir di hadirat kekasih kita, Nabi Muhammad dan keluarganya, para sahabatnya dan para tabi’in; semoga kebaikan selalu mengalir kepada mereka hingga hari kiamat.[]
606 Tanya Jawab Seputar Puasa
299
Daftar Pustaka 1.
Ahkam wa Fatawi Az-Zakah wa Ash-Shadaqat wa An-Nudzur wa Al-Kifarat; cet. Ke-8, Bait Az-Zakat, 1430-2009.
2.
Jami’ Al-Ahadits Ash-Shahihah fi Ash-Shiyam wa Al-Qiyam wa Al-I’tikaf, disusun oleh Hamdi Hamid Subh, ditelaah dan disajikan oleh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari, Dar Ibnu Hazm, cet ke-1, 1417-1997.
3.
Al-Fatawi Asy-Syar’iyyah fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah min Fatawi Ulama Al-Balad Al-Haram; Dr. Khalid Abdurrahman Al-Jarisi, cet. Ke-6, 1429-2008.
4.
Fiqh Az-Zakah, karya Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Muassasah Ar-Risalah, 1405-1985.
5.
Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Muhammad Shalih bin Utsaimin, dikumpulkan dan disusun oleh Fahd bin Nashir AsSulaiman, Dar Ats-Tsurayya li An-Nasyr, 1423-2003.
6.
Nawazil Az-Zakah; Dirasat Fiqhiyyah Ta’shiliyah li Mustajiddat Az-Zakah, Dr. Abdullah bin Manshur AlGhafili, dikeluarkan oleh Wizarat Al-Auqaf, daulat Qatar.
300
606 Tanya Jawab Seputar Puasa