1
Tanggapan Pemakai Terhadap Promosi Perpustakaan (Studi Perpustakaan Kotamadya Jakarta Selatan - PUJS) oleh. Ilham Prisgunanto, SS, M.Si dan Siti Anisah, S.Hum* 1. Pendahuluan “Tak kenal maka tak sayang”. Bagaimana perpustakaan dapat digunakan optimal bila masyarakat tidak mengetahui sumber informasi yang dimiliki? Perpustakaan hanya bisa dikenal lewat promosi. Jadi jelas perpustakaan, meski lembaga nirlaba tetap perlu promosi yang handal. Sebuah promosi perlu keseriusan, ketekunan dan dana. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pendanaan dan masalah finansial perpustakaan sangat tergantung pada badan induknya, terutama untuk perpustakaan khusus. Artinya keberlangsungan
hidup
perpustakaan
terletak
pada
kerelaan
badan
induk
dalam
mengalokasikan dana. Tak salah bila promosi ini sering terbengkalai karena banyak perpustakaan tidak menyentuh aspek ini. “Jangankan promosi dan pengembangan koleksi, pembuatan sistem temu kembali saja sudah menghabiskan banyak biaya”. Perpustakaan umum adalah salah satu jenis perpustakaan yang berada di bawah pengelolaan
Pemerintah
Daerah.
Perpustakaan
umum
adalah
perpustakaan
yang
diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum (Sulistyo-Basuki, 1993:46). Demikian juga yang disebutkan dalam International Encyclopedia of Information and Library Science (1997:380), yaitu bahwa perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang didirikan atas dana umum dan penggunaannya untuk kepentingan umum. Kemudian dalam UNESCO Public Library Manifesto 1994 disebutkan bahwa perpustakaan umum merupakan pusat informasi lokal yang bertujuan agar semua jenis pengetahuan dan informasi mudah diakses dan digunakan oleh pemakai (IFLA, 1995:66). Manifesto perpustakaan umum yang diterbitkan UNESCO tahun 1994 berubah menjadi: kebebasan, kesejahteraan dan pengembangan masyarakat, maupun individu merupakan hal yang fundamental terhadap penerapan nilai-nilai hidup.
2. Kajian Teori Informasi adalah pengetahuan manusia yang sudah dibakukan dan diakui kebenarannya oleh publik. Lebih lanjut diketahui bahwa bila informasi tersebut dihimpun akan menjadi data. Pemasaran jasa informasi adalah upaya memfasilitasi manusia dalam usaha memperoleh informasi yang diperlukan dan biasanya berbentuk kumpulan data (Teskey dalam Pendit, 1992:80).
2
Promosi merupakan bentuk komunikasi penyampaian pesan-pesan atau informasi (Widuri, 2000:70). Djatin dan Hartinah (2001:3) merinci bahwa pemasaran informasi mencakup faktor-faktor, seperti; kebutuhan yang mampu mengidentifikasikan kebutuhan. Keinginan yang bisa menciptakan keinginan pemakai. Lalu permintaan yang bisa mendorong permintaan-permintaan yang diajukan pemakai. Keberhasilan
pemasaran
informasi
di
perpustakaan
tergantung
perencanaan,
pelaksanaan, pengukur hasil yang diperoleh selama periode tertentu. Promosi akan menempatkan layanan perpustakaan di benak pemakai dan menstimulasikan keinginan pemakai yang membantu pengembangan layanan. Promosi melibatkan kegiatan-kegiatan seperti; periklanan yang sedang berjalan, media relasi, publik, dan juga layanan pelanggan. Semua itu akan membangun pemikiran dari bagaimana perpustakaan memposisikan sebagai lembaga nirlaba dan layanan mereka dalam target market yang dituju untuk dilayani (Namara, available at http://www.mapnp.org/library/evaluatn/fnl_eval.htm). Promosi di perpustakaan banyak dilakukan oleh humas perpustakaan. Menurut Edward Bernays dalam Straubhaar dan La Rose, kehumasan adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya (2002:14). Sementara itu menurut Fund and Wagnal pada American Standard Desk Dictionary dalam Anggoro, istilah humas diartikan sebagai segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya (Anggoro, 2002:2). Hasil dari promosi atau kegiatan promosi terukur menurut Hierarchy of Effects Model. Dengan demikian dapat diketahui sudah sampai dimana tingkat efektivitas strategi dan perencanaan dalam promosi. Konsep AIDA ini menjadi ukuran keberhasilan suatu promosi sudah mencapai taraf mana dalam pemahaman manusia terhadap pesan yang ditujukan. Ada banyak model dan asumsi yang diberikan oleh ahli komunikasi, tetapi konsep dasar dari keterpengaruhan khalayak terhadap promosi yang mudah adalah dengan menggunakan konsep AIDA. Sesuai dengan konsep AIDA terdapat tiga tahapan orang memahami suatu promosi, yakni; tataran kognitif, afektif dan konatif. Yang kemudian akan dijelaskan dengan rinci dengan matriks sebagai berikut (Smith, 1997:61):
3
Gambar 1: Hierarchy of Effects Models Stage
AIDA model Attention
Hierarchy of Effects Model Awareness
Cognitive Stage Knowledge Interest
Linking
Affective Stage Desire
Preference
Conviction
Behavior Stage
Action
Purchase Masyarakat akan mengenal suatu promosi beberapa tahap seperti; kognitif, afektif dan konatif. Semua langkah tahap tersebut sesuai dengan urutan yang ada. Urutan “tahu-merasaberbuat” paling cocok ketika keterlibatan audiens tinggi terhadap produk yang dipersepsikan memiliki diferensiasi yang tinggi, seperti kalau mau membeli mobil. Urutan yang lain “berbuat-merasa-tahu” lebih relevan ketika audiens memiliki keterlibatan tinggi, tapi hanya mempersepsikan sedikit diferensiasi dalam kategori tersebut, sama seperti kalau kita membeli ‘garam meja’. Dengan memilih urutan yang tepat, pemasar bisa lebih efektif dalam merencanakan komunikasi. Diasumsikan bahwa masyarakat memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap kategori produk dan mempersepsikan adanya diferensiasi yang tinggi pula dalam kategori tersebut. Unsur-unsur tingkat pengenalan promosi khalayak, yaitu: 1. Attention/perhatian 2. Interest/ketertarikan 3. Desire/keinginan 4. Action/tindakan 5. Satisfy/kepuasan (Qalyubi, 2003:261).
4
Dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga tahap, yakni: 1. Kognitif; Tataran kognitif ini dipahami sebagai alam yang ada dibenak pemakai. Biasanya orang mengenalnya dengan Knowledge Level. Costumer suatu produk merek (brand). Lebih lanjut diketahui tingkatan kognisi yang paling rendah adalah awareness hingga Attention. Kondisi dimana pemakai mengetahui suatu produk tetapi tidak menyadari sepenuhnya makna pesan yang dibawa oleh merek tersebut. 2. Afektif; Tataran afektif adalah tataran lebih lanjut setelah kognitif, atau posisi keterpengaruhan pemakai akan suatu pesan iklan. Pada tahap ini pemakai sudah terpengaruh pesan oleh media promosi. Namun masih ada beberapa faktor pertimbangan untuk menggunakan produk atau merek (brand) yang dipromosikan. Pada tahap ini pemakai atau customer akan mencapai tahap Interest dan Desire. 3. Konatif; Pada tahap ini pemakai yang menjadi target pesan promosi sudah tercapai atau terwujud. Biasanya pemakai langsung terpengaruh dan mengubah sikap mereka akibat dari promosi yang dilakukan. Pengukuran perubahan sikap dan pengaruhnya pada costumer atau pemakai dapat diukur melalui hasil pencatatan administratif; seperti: laporan kekuatan penjualan, kunjungan atau kerelaan menjadi anggota perpustakaan. Pada tahap ini pemakai sampai pada tahap action atau behaviour level yang ditafsirkan dengan sikap (Smith, 1997:61). Penelitian sedemikian pernah dilakukan oleh Strong di dalam Smith (1997:61) pada tahun 1925 yang kemudian dikembangkan hingga tahun 1970-an. Temuan menarik dari penelitian adalah efek promosi yang dapat diukur pada perubahan sikap dan perilaku customer (pemakai). Temuan ini dapat digunakan untuk membuat suatu promosi menjadi lebih efektif dan efisien. Kekuatan penelitian AIDA adalah mampu mengasumsikan perhatian customer (pemakai) dalam tahapan kognitif sampai pada perubahan sikap dan tingkah laku ke arah produk atau gambaran pada jasa. Dengan demikian promosi dapat dilakukan sesuai dengan pengembangan dan jangka waktu yang tepat (Smith, 1997:61). 3. Metodologi Penelitian A. Tipe Penelitian Penelitian ini berusaha mengetahui tanggapan masyarakat yang diwakili oleh pemakai remaja dan dewasa di Perpustakaan Umum Kotamadya Jakarta Selatan (PUJS) terhadap promosi perpustakaan. Jenis penelitian kuantitatif deskriptif
yang berusaha meneliti
5
sekelompok manusia, obyek atau kondisi dalam menggambarkan suatu fenomena (Nazir, 1998:63). Penelitian mengevaluasi pelaksanaan program promosi yang telah dilakukan oleh perpustakaan. Pedoman pengukuran dengan konsep Hierachy Effect Models kajian AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) dalam promosi komunikasi. Ada penggabungan dua disiplin besar yang berbeda, yakni; perpustakaan dengan promosi dengan konsep AIDA dari komunikasi. Populasi penelitian adalah semua pemakai yang diambil acak dalam kurun waktu setahun dari data administratif jumlah pemakai dan koleksi yang dipinjam di PUJS dalam rangka uji coba perpanjangan jam layanan dari bulan Juli 2002 sampai dengan Maret 2004. Penelitian tertuju pada populasi spesifik, yakni; pelajar, mahasiswa, karyawan dan umum selama Juli 2002–Juli 2003. Diketahui jumlah keseluruhannya pemakai pada populasi tersebut 21.921 orang. Kemudian ditarik sampel tiap unsur (anggota populasi). Teknik pengambilan sampel simple random sampling atau acak sederhana. Penyebaran kuesioner insidental (incidental) pada semua pemakai yang hadir di perpustakaan pada saat penelitian. Target sasaran atau yang menjadi variable terikat (dependent variabel) adalah pemakai PUJS khususnya remaja dan dewasa saja. Rumus pengambilan sampel ini dengan menggunakan model Sevilla, yaitu:
n=
N 1 + N(e)2
n = N = e =
Jumlah sampel Populasi Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini nilai persentase yang dapat ditolerir adalah 1% (Sevilla, 1993:161)
Dengan demikian sampel penelitian ini berjumlah: n
=
41.921 1 + 41.921(0,1)2
n
=
99,76
n
~
100 orang (atau dapat ditaksirkan jumlahnya terbesar)
6
Sampel penelitian ini minimal 100 orang, sementara dalam penelitian ini yang digunakan berjumlah 173 orang. Maka sampel penelitian ini dianggap sudah mewakili populasi sasaran penelitian. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner melalui pertanyaan terstruktur Pertanyaan-pertanyaan kuesioner terbagi dua bagian besar, yaitu: 1. Data responden Berisi kumpulan data pribadi responden, seperti; usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, status keanggotaan PUJS. 2. Pendapat pemakai tentang promosi Bagian promosi ini berisi informasi aspek persepsi ekspektasi atau harapan pengguna PUJS terhadap penggunaan communication mix (sarana bauran promosi). Untuk data pada bagian kedua ini terbagi atas 7 bagian yang semuanya merupakan representasi sarana-sarana promosi yang diadakan PUJS, yaitu: a. Pamflet, brosur, leaflet dan spanduk. b. Lomba dan sayembara. c. Bazar, pameran buku dan temu tokoh. d. Pelatihan dan penyuluhan. e. Mendongeng. f. Diskusi, seminar dan lokakarya. g. Perpustakaan keliling dan satelit.
Bagian kedua kuesioner mengukur tingkat efek pemakai terhadap terpaan promosi yang diberikan PUJS. Ada 4 dimensi variable, meliputi: Attention, Interest, Desire dan Action atau AIDA. Penelitian menggunakan pengolahan data tabulasi silang (Cross tabulation) dengan indikator tetap usia pengunjung. Guna memudahkan ukuran penilaian skala pengukuran terbagi atas 2 jenis, yaitu: 1. Pertanyaan menarik atau tidak menarik Tidak menarik
:1
Menarik
:2
2. Kesan Responden Terhadap Salah Satu Kegiatan Promosi Tidak ada kesan/biasa saja
:1
Terfokus pada acara tersebut saja
:2
7
Tertarik datang ke perpustakaan
:3
Datang dan menggunakan perpustakaan
:4
Lain-lain
:5
Penelitian menggunakan jawaban kecenderungan positif yang mendukung ketertarikan pada pesan dalam promosi di PUJS. Apabila pemakai belum, tidak pernah melihat atau mengikuti kegiatan yang dikategorikan promosi perpustakaan diberikan fasilitas jawaban kolom lain-lain. Guna memudahkan proses pengolahan digunakan program SPSS versi 11.0. Tingkat keterpengaruhan pemakai PUJS dianalisis dengan teknik analisis statistik sesuai konsep AIDA. Tidak ada kesan/biasa saja
: Tidak terpengaruh promosi
Hanya tahu atau terfokus acara kegiatan saja : Attention/Interest Tertarik datang ke perpustakaan
: Desire
Datang dan menggunakan perpustakaan
: Action
Penelitian diadakan di PUJS yang terletak di Gandaria Tengah V/3, Kramat Pela Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130. Waktu pelaksanaan selama 1 minggu, sejak tanggal 7 sampai dengan 13 Juni 2004. Pemilihan waktu tersebut atas pertimbangan karena saat tersebut adalah kurun waktu remaja dan dewasa sedang masa menjelang ujian-ujian sekolah, dan biasanya pengunjung PUJS sangat banyak dan ramai.
4. Temuan dan Pembahasan Nilai Reliabilitas dan Validitas Penyebaran kuesioner sebanyak 180 ke populasi sasaran, namun dari penyebaran di lapangan hanya 173 kuesioner yang kembali. Dengan rincian 4 kuesioner tidak bisa diolah (karena kosong), 2 kuesioner rusak dan 1 kuesioner hilang. Guna melihat nilai kontinuitasnya, maka dilakukan pengukuran nilai reliabilitas (Alpha Crounbach): R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
.8586
27.0
N of Items = 33
(A L P H A)
8
Nilai koefisien Alpha Crounbach penelitian 0,85 (85%), sehingga nilai ketidakajekan 0,15 (15%) dari jawaban yang ada. Penelitian ini dapat dikatakan sudah memenuhi nilai ajeg (konstan) karena nilai alpha di atas 0,5.
A. Analisis Data A.1. Analisis Data Pribadi
1. Pembagian Tingkat Usia, Jenjang Pendidikan dan Status Pekerjaan a. Usia
Usia 51> .6% 31-50 4.6% 15-19 33.5%
20-30 61.3%
9
b. Pendidikan 80
69 60
46 40
Pendidikan SD-SMP
27 20
Count
SMU/SMK/SMEA Diploma/S0
10 5
0
5 15-19
S1 20-30
31-50
51>
Usia
c. Pekerjaan 100
80
80
Pekerjaan
60 57
Pelajar/Mahasiswa Pegawai
40
Pengusaha/Wiraswasta Dosen/Pengajar
Count
20
Ibu rumah tangga
13 5
0 15-19
Usia
20-30
Lain-lain 31-50
51>
10
d. Keanggotaan 70 64
60
50 44
40
42
30
20
Keanggotaan Count
10
14 Anggota 6
0 15-19
20-30
31-50
Bukan Anggota 51>
Usia
Dari usia pemakai yang paling banyak menggunakan PUJS berusia 20-30 tahun 106 orang (61,3%). Dari tingkat pendidikan pemakai PUJS yang paling banyak berusia 15-19 tahun adalah SMU/SMK/SMEA berjumlah 46 orang (79,3%), sedangkan pada kategori pemakai usia 20-30 tahun yang terbanyak berjenjang pendidikan SMU/SMK/SMEA berjumlah 69 orang (65,1%). Dari analisis tabulasi silang kategori pemakai usia 15-19 tahun hampir seluruhnya berstatus pelajar dan mahasiswa 57 orang (98,3%). Pada pemakai usia 20-30 tahun pekerjaan pelajar dan mahasiswa 80 orang (75,5%). Pemakai usia 15-19 tahun yang terbanyak bukan anggota perpustakaan 44 orang (75,9%), sedangkan pemakai usia 20-30 tahun, yang terbanyak juga bukan anggota perpustakaan 64 orang (60,4%). Terlihat, pemakai perpustakaan umum didominasi pelajar usia 20-30 tahun, tapi bukan anggota perpustakaan. Artinya promosi perpustakaan cukup lekat pada orang yang bukan tertuju oleh perpustakaan dalam hal ini pemakai. Artinya ada anggapan ada pengaruh promosi yang dilakukan oleh perpustakaan.
B.2 Tanggapan Pemakai Terhadap Kegiatan Promosi di PUJS
11
1. Informasi Keberadaan PUJS 100
88 80
Keberadaan PUJS Pamflet/Leaflet/Bros
60
ur/Spanduk Kegiatan Promosi 44
40
Perpustakaan Kelilin g/Satelit Guru/Dosen
20
Count
Teman/Rekan 10
9 Lain-lain
0 15-19
20-30
31-50
51>
Usia
2. Tindakan Pemakai Setelah Tahu PUJS 80 73
60
Tindakan Tahu PUJS Diam Saja/Tidak Tert 40 arik ke Perpustakaan 33
Tertarik tapi enggan 25
20
Tertarik dan Ingin k
21
Count
e Perpustakaan Datang dan Menggunak 4
0
15-19
7
5 20-30
31-50
an Perpustakaan 51>
Usia
Kebanyakan pemakai mengetahui perpustakaan umum dari teman 44 orang (75,9%), Pada kategori usia 20-30 serupa informasi teman 88 orang (83%). Untuk kategori pemakai usia 15-19 tahun diketahui bahwa mereka langsung datang dan menggunakan layanan dan koleksi
12
di PUJS ada 33 orang (56,9%) sedangkan yang tertarik datang dan ingin menggunakan (dalam taraf ingin dalam tataran AIDA masih dalam taraf ACTION dan DESIRE) diketahui 21 orang (36,2%) sedangkan yang masih dalam taraf tidak terkesan 4 orang (6,9%). B.2.1 Tanggapan Terhadap Promosi Pamflet, Lomba dan Bazar 1. Pendapat Pemakai Terhadap Pamflet 60 55 50
40
Pendapat Pamflet
30
Tidak Menarik/Kaku
25
24
20
Cukup Menarik 18
17
Biasa Saja
Count
10 10 6
Menarik 6 3
0 15-19
Usia
20-30
3 3 31-50
Sangat Menarik 51>
13
2. Kekurangan Pamflet 40
Kekurangan Pamflet 35
Bahasa Formal
30 Isi Pesan Tidak Sesu ai Keadaan Tampilan Warna dan L 20 ay out Tidak Menarik
20 17
16
15 13
kualitas Gambar Tida
15
k Bagus
Count
10 7
8
8
an Layanan/Sistem Pe 3
2
0
Tidak Menginformasik
8
15-19
20-30
3 31-50
Lain-lain 51>
Usia
Diketahui pemakai terbanyak memberikan tanggapan negatif terhadap keberadaan pamflet/brosur/spanduk dari PUJS. Pada kategori pemakai usia 15-19 tahun berpendapat biasa saja atau tidak memberi tanggapan terhadap promosi lewat pamflet/brosur/spanduk PUJS sebanyak 25 orang (43,1%). Pada pemakai usia 20-30 tahun juga menyebutkan biasa saja 55 orang (51,9%). Tanggapan terhadap brosur/pamflet/spanduk pada pemakai usia 15-19 tahun banyak yang menyebutkan tidak menginformasikan layanan dan sistem yang ada di PUJS 17 orang
(29,3%).
Demikian
juga
pada
pemakai
usia
20-30
tahun
menyebutkan
brosur/pamflet/spanduk tidak memberikan informasi layanan dan sistem perpustakaan sebanyak 35 orang (33%). Penggunaan promosi brosur/pamflet dan spanduk di PUJS masih sangat kurang ditanggapi. kebanyakan pemakai tidak berkesan atau biasa saja. Dapat dikatakan tidak masuk apapun dalam AIDA, hanya AWARENESS atau ATTENTION saja untuk setiap kategori pemakai semua usia di PUJS.
14
B.2.2 Lomba, Sayembara 1. Pendapat Pemakai Terhadap Lomba 100
80
83
60
50 40
Count
20
Pendapat Lomba
23
Tidak Menarik 0
8
8
15-19
20-30
31-50
Menarik 51>
Usia
2. Alasan Lomba dan Sayembara Menarik 40
36 30
Alasan Lomba Menarik
20 19
19
Hadiah/Tropi 16 Jenis Lomba
14 10
Count
Bintang Tamu
10
9
Publikasi
5 3
2
15-19
20-30
0
Usia
33
2
31-50
Lain-lain 51>
15
3. Kesan Mengikuti Sayembara dan Lomba 40
33
Kesan Usai Lomba
33
30 Tidak Ada Kesan/Bias a Saja
20
Terfokus Pada Acara
22
Lomba/Sayembara Saja 16 14 10
11
Tertarik Datang ke P
15
erpustakaan
11
Count
Datang dan Menggunak 6 0
3 15-19
an Perpustakaan
6 2 20-30
31-50
Lain-lain 51>
Usia
Promosi lewat lomba dan sayembara kebanyakan ditanggapi pemakai usia 15-19 tahun menarik ikut 50 orang (86,2%). Pada pemakai usia 20-30 tahun berkesan sama 83 orang (78,3%) menjawab menarik. Pada pemakai usia 15-19 tahun kebanyakan mereka menjawab bahwa alasan mengapa lomba dan sayembara menarik karena jenis acaranya 19 orang (38%). Sama pemakai usia 20-30 tahun juga tertarik lomba dan sayembara karena alasan jenis lomba 36 orang (43,3%). Pada kategori pemakai usia 15-19 tahun ada sebanyak 22 orang (37,9%) mengaku tidak ada kesan atau biasa saja setelah mengikuti atau mengetahui acara lomba dan sayembara. Demikian juga dengan pemakai usia 20-30 tahun tidak ada kesan dengan yang mau datang dan menggunakan PUJS 33 orang (31,1%). Keberadaan lomba dan sayembara di PUJS hanya menyentuh aspek ATTENTION kategori pemakai usia 15-19 tahun. Sedangkan untuk pemakai usia 20-30 tahun/dewasa saja sudah mencapai INTEREST dan DESIRE. Untuk pemakai 30-50 dan 51 > tahun adalah ATTENTION Dengan demikian dapat diketahui bahwa promosi lewat lomba dan sayembara yang dilakukan oleh PUJS masih jauh dari yang diharapkan pemakai dan tidak akan menimbulkan kesan juga pada keinginan menggunakan PUJS.
C. Temuan Keseluruhan Sarana Promosi di Perpustakaan
16
Tabel Kajian AIDA (Attention, Interest, Desire and Action) Terhadap Kegiatan Promosi di Perpustakaan Umum Kotamadya Jakarta Selatan (PUJS)
No.
1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
15-19 tahun
Pemakai usia 20-30 tahun
ACTIONDESIRE ATTENTION
ACTIONDESIRE ATTENTION
ATTENTION
INTEREST DESIRE ATTENTION
Promosi Perpustakaan
Promosi Langsung lewat teman dan Pustakawan Brosur/Pamflet/leaflet dan Spanduk Lomba dan Sayembara
Bazar, pameran Buku dan INTEREST Temu Tokoh Pelatihan dan Penyuluhan ATTENTION ATTENTION Dongeng ATTENTION ATTENTION Diskusi, Seminar dan ATTENTION ATTENTION Lokakarya Perpustakaan Keliling dan ATTENTION DESIRE Satelit ACTION (Hasil Penelitian Promosi PUJS, Juni 2004)
31-50 & 51 > tahun ACTIONDESIRE ATTENTION ATTENTION ATTENTION ATTENTION ATTENTION ATTENTION ATTENTION
Dari hasil temuan diketahui bahwa promosi dari mulut ke mulut atau langsung antar manusia dan dari pustakawan sendiri adalah promosi yang paling efektif dan andal di perpustakaan umum untuk semua kategori usia pemakai. Bagi pemakai usia 20-30 tahun promosi lewat Lomba dan Sayembara adalah yang paling efektif karena masuk dalam tataran INTEREST-DESIRE. Bagi pemakai usia 15-19 tahun sarana promosi yang paling cocok adalah Bazar, pameran Buku dan temu tokoh dan promosi lewat perpustakaan keliling dan satelit.
*Penelitian ini adalah Hasil Temuan Penelitian Skripsi
17
BIBLIOGRAFI Abdurrachman, Oemi. (1995). Dasar-dasar public relations.Bandung: Citra Aditya Bakti. Anggoro, M. Linggar. (2002). Teori dan profesi kehumasan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Brannan, Tom. (2004). Integrated marketing communication: memadukan upaya public relations, iklan, dan promosi untuk membangun identitas merek. Jakarta: LPPM. Coote, Helen. (1994). How to market your library sevice effectively. London: Aslib. Cummins, Julian. (1991). Promosi penjualan: bagaimana menciptakan dan menerapkan program yang benar-benar berhasil. Jakarta: Binarupa Aksara. Diem, Chuzaimah D. (2000). “Peran Buku, Pendidik, dan Pustakawan dalam Menciptakan Masyarakat Gemar Membaca” dalam Jurnal kepustakawanan dan masyarakat membaca. Vol.16 No.1-2 Djatin, Jusni dan Sri Hartinah. (2001). Pengemasan dan pemasaran informasi: pengalaman PDII-LIPI. Jakarta: Panitia Rakernas ke-11 dan Seminar Ilmiah Ikatan Pustakawan Indonesia. Edsall, Miriam S. (1980). Library promotion handbook. Arizona: Oryx Press. Gill, Philip. (1994). “the Revision of the UNESCO Public Library Manifesto” dalam Public library journal. Vol.9 No.1 Glashoff, Ilona. (1998). “the Division of Libraries Serving the General Public-a survey”, 6th IFLA General Conference August 16 – August 21 or available at: http://www.ifla.org/index.htm Hamilton, Feona. (1990). Infopromotion publicity and marketing ideas for the information profession. London: Gower Publishing IFLA. (1995). “UNESCO Public Library Manifesto 1994,” dalam IFLA Journal 21(1) IFLA. (1998). The public library as the gateway to the information society: the revision of IFLA’s guidelines for public libraries. available at: http://www.ifla.org/VII/58/spl.htm). Indonesia. Perpustakaan Nasional. (1992). Panduan penyelenggaraan perpustakaan umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia International Encyclopedia of information and library science. (1997). London: Routledge King, Ivan. (1989). Promote: the handbook of public library promotion. London: Public Libraries Group of the Library Association. Kotler, Philip. (1991). Marketing for nonprofit organization. Englewood Cliff: Prentice Hall. Pendit, Putu Laxman. (1992). ”Makna Informasi Lanjutan Dari Sebuah Perdebatan”, dalam Antonius Bangun (eds.) (et.al.) Kepustakawanan Indonesia: potensi dan tantangan. Jakarta: Kesaint Blanc. McCarthy, Grace. (1992). “Promoting the in-house Library,” dalam Aslib Proceedings. Volume 44 Number 5. McNamara, Carter. available at : http:///www.mapnp.org/library/evaluatn/fnl_eval.htm Nazir, Mohammad. (1988). Metode penelitian Sosial. Jakarta: Gunung Agung Ojiambo, Joseph B. (1974). “Application of Marketing Principles and Techniques to Librariens and Information Centres,” dalam library review. Volume 43, Nomor 2. MCB University Press. Perpustakaan Umum Jakarta Selatan. (2004). Brosur Perpustakaan Umum Kotamadya Jakarta Selatan. Pointer, Christine. (1993). “Organising an Art Exhibition in a Library”, dalam Library operations checklist 15. Nottingham: Public Libraries Group of The Library Association. Pyle, Jon. (1990). “Publishing Programmes in Libraries”, dalam Library operations checklist 12. Nottingham: Public Libraries Group of The Library Association..
18
Qalyubi, Syihabuddin (et al.) (eds.). (2003). Dasar-dasar ilmu perpustakaan dan informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab. Royani, H.A. (1984). “Meningkatkan Pemakai Bahan Pustaka” dalam pembimbing pembaca: media komunikasi dan informasi. Sevilla, Consuello (et al.). (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press. Slater, Colin S. (1985). “Handling the Media”, dalam Library operations checklist 1. Nottingham: Public Libraries Group of The Library Association. Smith, Paul (et al.). (1997). Strategic marketing communications: new ways to build and integrate communication. London: Kogan Page. Stanton, William J. (1996). Prinsip pemasaran. 2nd ed. Jakarta: Erlangga. Straubhaar, Dennis. And La Ross. (2002). Media now: information technology and communication. New Jersey: Wadworth. Sugiyono. (2001). Metodologi penelitian bisnis. Bandung: Alpha Beta. Sukanto, Suryono. (1999). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sulaksana, Uyung. (2003). Integrated marketing communications: teks dan kasus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sulistyo-Basuki. (1993). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama _____________ (1994). Periodisasi perpustakaan Indonesia. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Surysaningsih, RM Sri. (1998). “Membangun Opini Lewat Promosi Perpustakaan” dalam Pustakom. No.2 Thn.I, September-Oktober Unaradjan, Dolet. (2000) Pengantar metode penelitian ilmu sosial. Jakarta: Grasindo. UNESCO. (1994). UNESCO public library manifesto. available at: http://www.singleton.nsw.gov.au/library/policy.unesco.html Usherwood, Bob. (1981). the visible library: practical public relations for public librarians. London: The Library Association. Warsito, Hermawan. (1992). Pengantar metodologi penelitian: buku panduan mahasiswa. Jakarta: Gramedia. Widuri, Noorika Retno. (2000). “Pemasaran Jasa Informasi di Perpustakaan”, dalam BACA Vol.25, No. 3-4, September Desember. Jakarta: PDII-LIPI.