1
TAKHRIJ HADIS KITAB RISÂLAH AHLU AL-SUNNAH WA AL-JAMÂ`AH
(Sebuah Kajian Analisis Sanad dan Matan Hadis-hadis Tanpa Riwayat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sajana Theologi Islam (S.Th.i)
Oleh Syaid Lukman Hakim NIM:105034001259
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H./2011M. 1
2
2
3
3
4
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali rasa syukur Kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yangtelah membawa umatnya menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan, dan semoga kita mendapatkan Syafa`at di hari akhir. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari perhatian, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti dan berharga bagi penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada siapapun yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini. Terlebih dahulu sembah bakti dan do`a penulis haturkan kepada ayahanda Endi Sahadi dan Ibunda Iin Parlinah tercinta, yang telah mendidik dan mengarahkan penulis dengan kesabaran kasih sayang dan keikhlasan serta tak bosan-bosannya mendo`akan penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT mengampuni dan memaafkan segala kesalahan mereka serta menempatkan derajat keduanya pada derajat yang tinggi. Kepada Adik tercinta Sri Mustika Mutiara tetap semangat jangan pantang menyerah.
4
5 Selanjutnya ucapan syukur dan hormat penulis haturkan dan tujukan kepada : 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaranya. 2. Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta para pembantu Dekan I,II, III. 3. Dr. Bustamin, M.Si selaku ketua jurusan Tafsir Hadis sekaligus dosen pembimbing skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya atas kerelaannya, rela meluangkan waktu, bimbingan dan saransarannya
mengarahkan
penulis
denganpenuh
kesabaran
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Lalu Dr. Lilik Ummi Kalstum, MA. selaku sekertaris jurusan Ushuluddin dan Filsafat. 4. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Terimakasih atas ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah di ajarkan menjadi amal jariah bagi mereka semua dan sentiasa membawa berkah dan manfaat bagi masa depan penulis. 5. Pimpinan
dan
seluruh
staf
perpustakaan
Fakultas
Ushuluddin,
perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum Islam Iman Jama`, yang telah membantu pengadaan sumber bacaan dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 6. Teman-teman Tafsir Hadis angkatan 05 khususnya kepada Teman-teman seperjuangan KKS Pelabuhan RatuUyeee. Al-Habib BaksNaufal al-Atthas. Ahmad Jazuli.Abus Tezar Alfi Syahdan (Selalu membawa kedamaian
5
6 sesaat ). (Empi) Nofiayanto yang memberikan Inspirasi penulis, Wasih yang
sedang
ngurus
anak,
Om
jangan
lupain
skripsi
kelarin.(Bolang)AbdulHadi. Kepada temen-temen Kelas Th.C (CeRIa), (Sri, Ummi, Sasa, Ulfah, Hidayah, Fauziah, Bier Jannah, Asep M.D, Ucen, Irfan, Julkarnaen, Hafidz, Afif, Yasir, Suryadi, Sahid, Samsul, Muamar. Semoga Allah Swt. Selalu melindungi kalian dan tetap menatap masa depan. Team Rusuh, Bedah, Itoh, yang udah menginjakan Gunung Putri. 7. Syarifah Anggraeni (jenonq) kekasih tercinta, dia selalu ada menghibur dan penyemangat ketika sedang jenuh dalam penyelesain skripsi. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dalam penulisan ini tentu masih banyak kelemahan dan kekurangannya, semoga segala bantuan dari segala pihak hingga tulisan ini dapat diselesaikan, diterima sebagai amal baik di sisi Allah SWT. Dan memperoleh balasan yang berlibat ganda dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin
Gunung Putri, 2 Maret 2011
Penulis
6
7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 5 C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ................................................ 6 D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7 E. Metodologi Penelitian .............................................................. 7 F. Sistematika Penulisan .............................................................. 9
BAB II
SKETSA BIOGRAFI HADRATUSSYAIKH HASYIM ASY`ARI A. Biografi Pengarang................................................................... 10 1.
Latar Belakang Keluarga ................................................... 10
2.
Latar Belakang Pendidikan ............................................... 15
3.
Lingkungan Pesantren ....................................................... 18
4.
Karya - karya KH. Hasyim ................................................ 21
B. Tinjauan Kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah 1.
Format Kitab dan Metode Penulisan ................................. 25
2.
Kandungan Hadis .............................................................. 26
7
8 BAB III
KUALITAS HADIS DALAM KITAB RISALAH AHLU ASSUNNAH WA AL-JAMA`AH A. Teks Hadis................................................................................ 27 B. Penelitian Sanad ....................................................................... 28 C. Kualitas Matan ......................................................................... 84
BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 103 B. Saran......................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105
8
9 PEDOMAN TRANSLITERASI Huruf Arab ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ھع ء ي
Huruf Latin
Keterangan Tidak dilambangkan Be Te Te dan es Je H dengan garis di bawah Ka dan ha De De dan zet Er Zet Es Es dan ye Es dengan garis di bawah De dengan garis di bawah Te dengan garis di bawah Zet dengan garis di bawah Koma terbalik di atas hadap kanan Ge dan ha Ef Ki Ka El Em En We Ha Apostrof Ye
Tanda Vocal Arab َ◌ ◌ِ ُ◌
Tanda Vocal Latin a i u
Keterangan Fathah Kasrah dammah
Tanda Vocal Arab ◌َ ي َ و
Tanda Vocal Latin Ai au
Keterangan a dan i a dan u
Tanda Vocal Arab ـ َـا ـي ْ ِـ ـو ْ ُـ
Tanda Vocal Latin â Î Û
Keterangan a dengan topi di atas i dengan topi di atas u dengan topi di atas
b t ts j h kh d dz r z s sy s d t z ، gh f q k l m n w h ' y
9
10
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Hadis yang juga sering disinonimkan dengan sunnah adalah segala sesuatu
yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrir (ketetapan) atau sifat.1 Menurut bahasa al-Hadits artinya al-Jadid (baru), al-Khabar (berita), pesan keagamaan, pembicaraan. Dan di dalam alQur`an kata hadis disebut berulang kali dengan makna-makna tesebut.2 Penerimaan hadis sebagai sumber ajaran dan hukum Islam kedua, setelah mendampingi dengan al-Qur`an merupakan realisasi dan iman kepada Rasul- Saw dan kedua kalimat syahadat yang diikrarkan oleh setiap muslim. selain karena fungsi hadis itu sendiri, yaitu penjelas dan penafsir terhadap ayat-ayat al-Qur`an yang bersifat umum; penjabaran dan petunjuk pelaksanaan dari ayat-ayat alQur`an, terutama yang menyangkut tata cara pelaksanaan berbagai ibadah yang disyaratkan Islam; dan sebagai sumber hukum dalam penetapan dan perumusan hukum khususnya terhadap masalah-masalah yang dibicarakan secara global oleh al-Qur`an atau permasalahan yang tidak dibicarakan sama sekali hukumnya oleh al-Qur`an.3 Dari segi periwayatan hadis Nabi berbeda dan tidak dapat disejajarkan dengan al-Qu`ran karena dari pengertian terdapat perbedaan. Al-Qur`an diriwayatkan secara Mutawatir sedangkan hadis ada yang diriwayatkan oleh
1
s.3.
. Subhi As-Salih, Ulum al-Hadis wa Mustalahuhu, ( Dâr al- `Ilmu Li al-Malayin, 1997)
2
. Muh Zuhri, Hadis Nabi : Telaah Historis dan Metodologis, ( Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. 2003) h.1. 3 . Nawir Yuslem, Ulum al-Hadis, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 2001). h. 67
10
11 sejumlah periwayatan secara Mutawatir4 dan Ahad5. Hingga berkedudukan sebagai Zanni al-Wurud6 hadis yang diriwayatkan secara mutawatir bersifat Qat`i al-Tsubat (absah yang mutlak) dan disejajarkan dengan wahyu yang wajib diamalkan dan dinilai kafir bagi orang-orang yang mengingkarinya.7 Oleh karena itu, hadis mutawatir merupakan riwayat tertinggi dengan demikian orisinalitas alQur`an tidak diragukan lagi dan tidak perlu untuk diteliti kembali sedang hadis masih perlu dilakukan kegiatan penelitian terutama terhadap hadis yang bersifat Ahad agar hadis yang bersangkutan dapat dipertanggungjawabkan periwayatanya, yang mana berasal dari Nabi atau bukan8 Untuk mendapatkan kualitas suatu hadis, maka perlu akan adanya penelitian hadis baik dari segi sanad maupun dari segi matan, sanad dan matan suatu hadis yang bersifat mutawatir tidak perlu lagi diadakan penelitian, karena sudah jelas dan tidak diragukan lagi kesahihannya, sedangkan hadis yang bersetatus ahad amat perlu dilakukan penelitian ulang agar memperoleh kejelasan tentang kualitas hadis tersebut, dengan tujuan untuk melihat apakah hadis tersebut berasal dari Nabi Saw atau tidak? Dan apakah hadis tersebut dapat diterima untuk dijadikan dalil (Hujjah) agama atau tidak? Karena diterima atau tidaknya suatu hadis untuk dijadikan sebagai dalil (hujjah) agama dilihat dari kualitas tersebut.9
4
. Hadis mutawatir merupakan hadis diriwayatkan oleh orang banyak pada setiap tingkatan peristiwa mulai dari sahabat sampai dengan mukharij, yang secara rasio sangat mustahil sekali para periwayatan yang berjumlah banyak tersebut untuk berdusta, sebagian ulama ada yang menambahkan unsur penyaksian panca indra sebagai salah satu persyaratan hadis mutawatir tersebut, liat M. Syuhudi Ismail, pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa, 1991) h. 135 5 Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayatan yang mana tingkat perawinya tidak sampai taraf mutawatir dam mutlqak. Liat Subhi al – Shalih ,Ulum alHadis Mustalahul, ( Bairut: dar al- almalayan 1997 ( 5.3) 6 Zanni al-Wurud oleh (adalah atau relatif ( tidak mutlak) tingkat kebenarannya. 7 M. `Ajaj. Al-Khatib, Usul al-Hadis, terj. M Qodirrun, Nur Ahmad Musyafiq ( Jakarta: gaya media permata, 2001) h. 271 8 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta Bulan Bintang 1992) 9 Nawir Yuslem, `Ulum al-Hadis, h.75
11
12 Upaya pengkajian tersebut bertujuan untuk pemeliharaan dan pelestarian kesahihan hadis Nabi Saw. Sehingga para ulama menetapkan berbagai kaidah kesahihan hadis dengan segala persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu hadis yang berkualitas sahih. Sebuah hadis yang sahih dari segi sanadnya belum tentu sahih dari segi matannya dan sebaliknya, yaitu setelah para ulama menemukan cacat yang tersembunyi padanya.10menurut M. Quraish Shihab bahwa al-Ghazali sangat menolak hadis-hadis yang dinilainya bertentangan dengan ayat al-Qur`an dan menurutnya apa yang dilakukan ini merupakan satu bentuk pembelaan terhadap hadis (sunnah) Nabi Saw.11 Al-Qardawi dalam bukunya mengatakan bahwa untuk memahami hadis (sunnah) dengan benar, jauh dari penyimpangan, pemalsuan, penafsiran yang buruk, maka sesuai petunjuk al-Qur`an selanjutnya dia juga mengatakan bila pemahaman para ahli fiqh dan pembela hadis jelas dalam mengambil kesimpulan makna-makna hadis itu berlainan, maka yang lebih utama dan yang lebih mendekati kebenaran ialah yang mendapatkan dukungan dari al-Qur`an.12 Hal ini membuktikan bahwa perlu adanya kehati-hatian dan penelitian yang mendalam menganalisa suatu hadis yang tampak bertentangan dengan al-Qur`an maupun riwayat hadis yang berbeda. Diantara jalan yang ditempuh oleh ulama hadis dengan ulama fiqh dalam menyikapinya pertama, memahami hadis dengan berdasarkan pada al-Qur`an terlebih dahulu sehingga apabila mereka menentukan riwayat hadis yang sejalan dengan al-Qur`an maka mereka menerima.13 Kedua,
10
Muhammad al-Ghazali. Study Kritik atau Hadis Nabi Saw: Antara Pemohonan Tekstual dan Kontekstual, ter, Muhammad al – Bagir. (Bandung: Mizan, 1996) h.27 11 M. al –Ghazali. Studi Krtik atas Hadis Nabi Saw. H 11 12 Yusuf al-Qordhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, terj. Muhammad baqir, (karisma, 1994).h 11 13 M, al-Ghazali, Studi Kritik atau Hadis Nabi Saw.. h 11
12
13 dengan cara mengkompromikan antara hadis yang tampak bertentangan maka hal itu hanya tampak zahirnya saja, bukan kenyataan hakiki. Menggabungkan antara kedua Nas tampak memaksakan atau mengadakan sehingga keduanya dapat diterima maka yang demikian tersebut utama dari pada mentajrihkan antara keduanya, sebab pen-tajrih-an berarti mengabaikan salah satu dari keduanya.14 Peran penelitian memang sangat penting dalam sebuah hadis, karena dengan ilmu ini kita dapat mengetahui apakah suatu hadis itu dapat dipertanggungjawabkan ke-sahihan-nya. Dengan demikian, penulis mencoba mengkaji dan meneliti hadis-hadis yang terdapat dalam salah satu kitab karya Syaikh M. Hasyim Asy`ari yang cukup masykur di kalangan pesantren-pesantren Salafiyah di negeri kita khususnya di pesantren-pesantren Salafiyah di daerah Jawa Timur yaitu kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah, kitab yang berisikan tentang hadis kematian, tanda-tanda hari kiamat dan penjelasan tentang pemahaman Sunnah dan Bid`ah. Di dalam kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah terdapat banyak hadis Rasul. Syaikh M. Hasyim Asy`ari dalam mengutip hadis-hadis Nabi sama sekali tidak menyertakan sanad-sanad secara lengkap dan juga tidak mencantumkan kualitas hadisnya. Beliau hanya menyertakan mukharij yang terakhir,
tetapi
banyak
pula
hadis-hadis
yang
dicantumkannya
tanpa
perawi/mukharij. Fenomena diatas dapat kita mengerti. Karena kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah bukanlah kitab asli yang bersanad. Dengan demikian penulis berinisiatif untuk meneliti hadis-hadis yang berada di dalam kitab ini karena kitab ini sering disajikan oleh para kiai/ustadz kepada masyarakat atau para
14
Yusuf al-Qordhawi, Bagaimana memahami Hadis Nabi Saw.h 117-118.
13
14 santri salafiyah khususnya dengan harapan masyarakat dan santri dapat memiliki moral yang tinggi. Akan tetapi yang patut kita perhatikan juga adalah apakah hadis-hadis yang disajikan itu layak untuk di gunakan atau tidak.15 Melihat keadaan seperti ini yang menarik perhatian dan alasan penulis untuk menulis skripsi dengan judul "TAKHRIJ HADIS KITAB RISALAH AHLU ALSUNNAH WA AL-JAMA`AH; (Sebuah Kajian Analisis Sanad dan Matan Hadishadis Tanpa Riwayat)". B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
PembatasanMasalah
Untuk keperluan pengkajian dan penelitian dari judul skripsi ini penulis memberikan batasan sebagai berikut: a. Dalam kitab terdapat Hadis-hadis dan atsar. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti hadis dan hanya hadis-hadis yang tidak menggunakan riwayat. b. Untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji. Untuk itu, penulisan skripsi ini dibatasi pada kajian analisis kualitas matan dan sanad hadis pada Kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah. Penulis batasi hanya hadis-hadis yang terdapat dalam al-kutub al-sittah (Sahih alBukhary, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzy. Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majjah).
15
. Sebagai ilustrasi dalam kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah terdapat hadis yang artinya: "Barangsiapa mencela sahabat-sahabatku maka bunuhlah dia" apakah hadis ini benarbenar datangnya dari Rasulullah atau tidak?
14
15 2.
Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, penulis membuat suatu rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana kualitas sanad dan matan hadis-hadis yang tidak menggunakan riwayat terdapat dalam Kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa alJamâ`ah? C.
Manfaat dan Tujuan Penelitian Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan penulis berkaitan dengan
penelitian ini. Pertama, Penulis ingin memberikan sumbangan bagi kajian islam terutama dalam bidang hadis. Kedua, meneliti dan mengkaji bagaimana kualitas hadis yang terdapat dalam kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah. Ketiga, memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.i) dari jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Manfaat membahas kitab ini mengetahui kualitas hadis yang terdapat dalam kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah. Jika hadis-hadis yang diteliti itu menyandang kualitas Tsiqah maka dapat memperkuat Hadis-hadis yang ada di kitab ini. Dan jika kualitasnya lemah maka dapat di jadikan kritik untuk kitab yang dibahas.
15
16 D.
Tinjauan Pustaka Hanya terdapat satu judul skripsi yang membahas Kitab Risalah Ahlu al-
Sunnah wa al-Jama`ah Karya Syaikh Muhammad Hasyim Asy`ari, yaitu: M. Khoirul Mustaqhfirin, Fakultas Dirasat Islamiyah 2003, dalam skripsinya yang berjudul: Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah lidsyaikh Hasyim Asy`ari al-Jawi.Skripsi ini hanya mengomentari KH. Hasyim Asy`ari dalam pengambilan hadis-hadis yang terdapat pada Kitab hadis Nabawi. Dan yang membedakan antara Skripsi yang sudah ada dengan Skripsi yang sedang penulis bahas adalah mencari kualitas sanad dan matan hadis-hadis yang tidak menggunakan riwayat terdapat dalam Kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa alJamâ`ah.
E.
Metodologi Penelitian Dalam skripsi ini, penulis menggunakan tiga aspek metode penelitian,
yaitu: 1. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library research) yaitu mengumpulkan data-data yang memiliki relevansinya dengan masalah yang dibahas, baik itu yang bersumber dari buku atau sumber tertulis lainnya (makalah, artikel, atau laporan penelitian) dengan langkah-langkah penelitian kepustakaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah data terkumpul kemudian penulis klasifikasi menjadi dua jenis sumber data yaitu: a. Sumber data primer yang terdiri dari kitab kamus dengan merujuk kepada kitab-kitab induk yaitu: al-kutub al-sittah (Sahih al-Bukhary, Sahih
16
17
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzy. Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majjah). b. Sumber data sekunder yang terdiri dari buku dan tulisan lainnya yang memiliki relevansi dengan pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini. 2. Metode Pembahasan Adapun metode pembahasan dalam kegiatan penelitian hadis ini yaitu: 1. Melakukan takhrij hadis melalui salah satu lafadz hadis dengan menggunakan kitab kamus hadis yaitu : Al-Mu`jam al-Mufahras fi Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya A.J. Wensick, melalui topik hadis dengan menggunakan kitab Miftah al-Kunuz al-Sunnah, kitab al-Jami` alShaghir min Ahadis al-Basyir al-Nadzir karya `Abd al- Rahman Ibn Abu Bakar al-Suyuti. 2. Mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk kepada kitab asli yang ditunjukan oleh kitab kamus atau yang hampir mirip. 3. Melakukan penelitian kritik sanad hadis dari data yang diambil dari kitab asli, kemudian melakukan penelurusuran pada periwayatan hadis sehingga diketahui kepribadian setiap periwayatan, menilai keadaannya, hubungan antara guru-guru dan muridnya guna mendapatkan kesimpulan tentang kredibilitas periwayatan hadis tersebut. 4. Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian di atas. 5. Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian di atas. 17
18 Sedangkan dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yakni melalui pengumpulan dan kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan. 3. Metode Penulisan Secara teknis, skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Center for Quality Development and Accurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.16 F.
Sistematika Penulisan Pada bab kesatu Berisikan, Pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-
bab di antaranya adalah; latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian pustaka, metodologi penelitian, tujuan penulisan,dan sistematika penulisan. Bab kedua Merupakan pembahasan mengenai sekitar tentang kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah yang meliputi biografi pengarang dan tinjauan kitab yang berisikan format kitab dan metode penulis serta kandungannya. Bab ketiga Pembahasan kualitas hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah hanya hadis-hadis yang tanpa riwayat sebanyak 6 hadis. Bab keempat merupakan penutup, yang meliputi kumpulan dan saransaran.
16
Hamid Nasuhi,dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Sripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta: CeQDA Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).
18
19 BAB II SKETSA BIOGRAFI HADRATUSSYAIKH HASYIM ASY`ARI
A. Biografi Pengarang 1. Latar Belakang Keluarga Muhammad Hasyim adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya, dan yang akrab dipanggil Kiai Hasyim, beliau lahir dari kalangan keluarga elit Kiai Jawa pada tanggal 24 Dzul Qa`dah 1287 H /14 Februari 1871 M di desa Gedang, sekitar dua kilometer sebelah timur Jombang.17 Ayahnya, Asy`ari adalah pendiri Pesantren Keras di Jombang, sementara kakeknya Kiai Usman,18 Kiai terkenal dan pendiri Pesantren Gedang yang didirikan pada akhir abad ke-19. Selain itu, moyangnya Kiai Hasyim adalah Kiai Sihah, adalah pendiri Pesantren Tambak beras Jombang. Wajar saja apabila Kiai Hasyim menyerap lingkungan agama dari lingkungan Pesantren keluarganya dan mendapatkan ilmu pengetahuan agama Islam. Ayah Kiai Hasyim, yaitu Asy`ari sebelumnya merupakan santri terpandai di Pesantren Kiai Usman. Ilmu dan Akhlaknya sangat mengagumkan Sang Kiai, sehingga dinikahkan dengan anaknya Halimah (Perkawinan jalin ikatan antara Kiai). Ibu Kiai Hasyim merupakan anak pertama dari tiga saudara laki-laki dan dua perempuan, yaitu Muhammad, Leler, dan Fadil serta Halimah dan Ny.Arif.
17
Latiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, ( Yogyakarta: LKis 2000) h. 14. Kyai Usman adalah seorang ulama terkenal dan berjasa memperkenalkan Tarekat Naqsyabandiyah di Jawa pada pertengahan abad ke-19. Lihat Martin Van Bruinessen, Tarekat naqsyabandiyah di Indonesia, Survey, Geografis, dan Sosiologis, (Bandung: Mizan, 1992) h.168. 18
19
20 Halimah yang juga dipanggil Winih (`Benih`) merupakan anak pertama. Dari garis Ibu inilah, Kiai Hasyim merupakan keturunan Raja Majapahit terakhir.19 Dari garis Ayahnya juga keturunan orang besar. Sang Ayah Kiai Asy`ari, adalah anak Abdul Wahib `Abdul Halim yang mempunyai gelar pangeran Bona Ibn Abdul Rahman yang dikenal dengan Jaka Tingkir, Sultan Hadiwijoyo Ibn Abdullah ibn Abdul Aziz` ibn Raden `Ainul Yaqin yang disebut dengan sunan Giri.20 Kiai Hasyim berada dalam kandungan ibunya selama 14 bulan. Dalam pandangan masyarakat Jawa, kelahiran yang sangat panjang mengindikasikan kecemerlangan sang bayi di masa depan. Orang tuanya lebih yakin akan isyarat ini, karena sang ibu pun telah bermimpi bahwa bulan purnama jatuh dari langit dan menimpa tepat diatas perutnya.21 Kedua orang tuanya menyaksikan bakat kepemimpinan yang dimiliki Kiai Hasyim yaitu, ketika bermain dengan anak-anak di lingkungannya, ia selalu menjadi "penengah". Kapan pun ia melihat temannya melanggar aturan permainan, ia akan selalu menegurnya, Kiai Hasyim selalu membuat banyak temannya senang bermain dengannya, karena sifatnya yang suka menolong dan menjaga.22
19
Raja Majapahit Terakhir ialah Bawijaya VI. Silsilah selengkapnya adalah Muhammad Hasyim bin Halimah binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Bawana bin Jaka Tingkit (Mas Karebet) bin Prabu Brawijaya VI (Lembupeteng). Lihat pada Jajat Burhanuddin & A. Baedowi, ed.., Transformasi Otoritas Keagamaan, Penyuting, Jajat Burhannuddin dan Ahmad Baedowi ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003)h. 46. 20 Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari, cet: Petama ( Jakarta: LeKDis Ciputat) h. 14. 21 Solihin Salam, KH Hasjim Asj`ari, Ulama Besar Indonesia (Jakarta: Jaya Murni 1963), h. 22. 22 H. Aboebakar Aceh, Sejarah Hidup K.H.A Wahid Hasyim Asy`ari dan Karangan Tersiar, (Jakarta: Panitia Peringatan Almarhum KH A Wahid Hasyim, 1957),h.61-62.
20
21 Semasa kecilnya Kiai Hasyim boleh dikatakan jarang mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Hal ini disebabkan karena Kiai Hasyim diasuh oleh kakeknya di Pondok Pesantren Gedang. Setelah bapaknya menamatkan pendidikanya di Pondok Pesantren Gedang dan mendapatkan barokah dari gurunya yaitu Kiai Usman. Maka bersama keluarganya pindah dan mendirikan Pondok Pesantren di Desa Keras, yang terletak di sebelah Selatan Kota Jombang, bersama dengan peristiwa ini Kiai Hasyim juga dibawa oleh orang tuanya ke Desa Keras, ketika ia di desa ini Kiai Hasyim baru diasuh oleh kedua orang tuanya.23 Suasana agamis Pesantren Keras yang juga mengamalkan ajaran Tarekat Naqsyabandîyah ini melekat erat dalam relung-relung sanubari remaja Hasyim.24 Setelah dididik oleh orang tuanya, ia pergi untuk menuntut ilmu ke berbagai Pondok Pesantren, terutama di Jawa, yang meliputi Shona, Siwalan Buduran Langitan Tuban, Demank Bangkalan, dan Sidoarjo. Setelah lama menimba ilmu di Pondok Pesantren Sidoarjo ternyata Kiai Hasyim merasa terkesan untuk terus melanjutkan studinya. Ia berguru kepada Kiai Ya`kub yang merupakan Kiai di Pesantren tersebut. Kiai Ya`kub lambat laun merasakan kebaikan dan ketulusan Kiai Hasyim dalam perilaku kesehariannya, sehingga kemudian ia menjodohkannya dengan putrinya, Khadijah. Tepatnya pada usia 21 tahun, saat itu tahun 1892.25 Pasca pernikahanya dengan putri Kiai Ya`kub, Kiai Hasyim berangkat ke Mekah bersama istri dan mertuanya untuk bermukim di sana. Ketika telah menetap di Mekah kurang lebih tujuh bulan, Istri Kiai Hasyim melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Abdullah. Akan tetapi, beberapa hari kemudian 23
Solihin Salam, KH Hasjim Asj`ari, Ulama Besar Indonesia, h. 19. Jajat Burhanuddin & A. Baedowi, ed.., Transformasi Otoritas Keagamaan, h. 47. 25 Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari,h. 16. 24
21
22 istri yang dicintainya itu meninggal dunia. Bahkan, selang kurang empat puluh hari dari wafat istrinya, putra tercintanya Abdullah, yang merupakan dambaan hidup sebagai pelanjut kehidupanya juga meninggal dunia. Akhirnya pada tahun berikutnya, Kiai Hasyim kembali ke Indonesia bersama mertuanya.26 Terkisah dalam riwayat hidupnya, bahwa Kiai Hasyim pernah berkali-kali menikah, tak diketahui pasti berapakali beliau menikah meski tak menyebutkan secara rinci nama para istri beliau, ada yang mengatakan beliau menikan lebih dari tujuh kali27 dari seluruh wanita yang pernah beliau nikahi diantaranya dengan Khadijah putri Kiai Ya`qub Siwalan Panji, Nafisah putri Kiai Ramlan Kediri, Nyai Priangan di Mekah, Masrurah saudara Kiai Ilyas Kapurejo Kediri, Nafiqah Putri Kiai Ilyas Sewulan Madiun28. Perkawinannya dengan Nyai Nafiqah putri wedana dari Madiun, Muhammad Hasyim memperoleh sepuluh anak, yaitu: 1. Hannah, lahir dan meninggal tahun 1905. 2. Chairiyah, lahir tahun 1908, kemudian menikah dengan Kiai Maksum Ali. 3. Aisyah, menikah dengan Kiai Ahmad Baidlawi. 4. Ummu Abdul Haq, menikah dengan Kiai Idris dari Ciebon. 5. Abdul Wahid Hayim (Ayah Gus Dur), lahir 1 juni 1914, meninggal 15 April 1953. Dia kemudian menjadi tangan kanan Ayahnya, salah seorang perumus piagam Jakarta dan mantan Menteri Agama RI.
26
Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari,h. 16-17. Tujuh kali yang dimaksud bukan dalam arti mengumpulkan tujuh istri dalam satu waktu. Beberapa istri Kiai Hasyim meninggal dunia sebelum akhirnya Kiai Hasyim menikah lagi. 28 M. Ishom Hardzik, KH. M. Hasyim Asy`ari, Pigur Ulama Pejuang Sejati, (Jombang: Pustaka Warisan Islam 2007) cet: 2. h. 15 27
22
23 6. Abdul Hafiz, lebih dikenal dengan Kiai A. Khalik, lahir tahun 1917, mantan anggota Konstituante, dan menjadi pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. 7. Abdul Karim Hasyim, lahir tahun 1919, mantan Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya. 8. Ubaidillah, lahir dan meninggal tahun 1925. 9. Masrurah, lahir tahun 1926. 10. Yusuf Hayim, Lahir tahun 1929, mantan anggota DPR-GR dan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) dan sekarang pimpinan Pesantren Tebuireng Jombang. Dalam perkawinannya dengan Nyai Masrurah, Kiai Hasyim mempunyai empat anak, yaitu Abdul Qadir, Fatimah, Khadijah, dan Ya`qub. Konon, Nyai Nafisah istri yang kelima Hayim Asy`ari berasal dari keturunan Kiai Ageng Tarub yang berdarah biru dengan Kiai Ageng Pamanahan yang menjadi mubaligh Islam di Mataram Yogyakarta, ia adalah keturunan penembahan Senopati Mataram. Dapat disimpulkan bahwa pernikahan Kiai Hasyim mempunyai latar belakang dakwah tersendiri dan dilakukan atas dasar Ukhuwah Islamiyah yang bersifat Kultural.29
Bukan
didasari
kebutuhan
biologis
saja
melainkan
untuk
mengembangkan keturunan. Kiai Hasyim disamping sebagai pemimpin Pesantren, juga banyak berkiprah ditengah masyarakat. Semisal mengobati penyakit orang tanpa pandang bulu baik orang pribumi maupun keturunan Belanda, sehingga ia dikenal sangat luas di kalangan masyarakat. Beliau tidak saja sebagai guru yang baik, tetapi juga 29
T.H. Thalhas, Alam Pikiran KH. Ahmad Dahlan & KH. M. Hasyim Asy`ari: Asal-usul Dua Kutub Gerakan Islam di Indonesia, (Jakarta: Galura Pase, 2002) ,h 99-100.
23
24 mengobati, menasehati masyarakat. Pada tahun 1946, pemimpin Tentara Nasional Indonesia, Jendral Soedirman, betempur melawan Belanda, dia mengunjungi Pesantren Tebuireng untuk meminta nasehat dan Fatwa beliau. Fatwa ini ditujukan untuk mencari dukungan kepada eksistensi Republik Indonesia.30 Kiai Hasyim menjadi orang besar dan diakui pemerintahan menjadi Pahlawan perintis kemerdekaan Nasional.31 Kiai Hasyim meninggal pada tanggal 25 Juli 1947 M pukul 03.45 dini hari bertepatan dengan tangga l7 Ramadhan 1366 H dalam usia 79 tahun karena tekanan darah tinggi. Hal ini terjadi karena ia terkejut mendengar berita dari Jendral Soedirman dan Bung Tomo bahwa pasukan Belanda, dibawah Jendral Spoor, telah kembali ke Indonesia dan menang dalam pertempuran di Singosari Malang dengan meminta korban banyak dari rakyat biasa. Akibat dari peristiwa tersebut, sehingga terkena serangan struk yang menyebabkan meninggal dunia.32
2. Latar Belakang Pendidikan Mula-mula Muhammad Kiai Hasyim belajar pada kakeknya sendiri di Gedang. Setelah dikhitan, ia dibawa Ayahnya ke Pondok Keras, suatu Pondok di Desa Keras yang terletak kira-kira 1 ½ km sebelah Barat Pondok Tebuireng sekarang. Pondok ini didirikan Ayahnya sendiri Kiai Asy`ari. Di Desa Keras inilah Kiai Hasyim untuk pertama kalinya mendapat didikan langsung dari Ayahnya mengenai beberapa mata pelajaran ilmu agama seperti pelajaran dasar, Tauhid, Fiqih, Hadis. Pada usia tiga belas tahun, Hasyim mempunyai kecerdasan
30
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h. 20-21 . Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 294 tahun 1964 tinggal 17 November
31
1964.
32
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama,h. 21.
24
25 dan ketajaman otak yang luar biasa. Beberapa kitab dalam waktu yang singkat sudah dikuasai, sehingga ia dapat mengajarkan kepada orang lain. 33 Sejak usia 15 tahun, ia menuntut ilmu ke berbagai Pesantren di Jawa, ia tinggal beberapa waktu di suatu Pesantren dan kemudian pergi ke Pesantren lain. Pesantren yang dikunjunginya antara lain adalah Pesantren Wonokoyo (Probolinggo),
Pesantren
Langitan
(Tuban),
Pesantren
Trenggilis
dan
Kademangan (keduanya di bangkalan Madura) dan Pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo). Setiap Pesantren tersebut memiliki spesialisasi ilmu yang diajarkan. Kiai Hasyim selama tiga tahun belajar tata bahasa dan sastra arab, fiqh dan tasawuf pada Kiai Khalil dari Bangkalan, dan belajar fiqh selama dua tahun pada Kiai Ya`qub dari Siduarjo.34 Pada perkembangan selanjutnya, Kiai Hasyim telah mahir dalam bidang; Tauhid, Fiqh, Bahasa Arab, Tafsir, dan Hadis. Tidak lama setelah pernikahannya ia bersama istrinya berangkat haji kemudian menetap disana kurang lebih selama tujuh bulan. Pada tahun 1893 ia pulang ke kampung halamannya bersama Kiai Ya`qub mertuanya. Akan tetapi, ia tidak terkesan tinggal di kampung halamannya. Maka, pada tahun itu juga ia berangkat ke Mekah bersama adiknya, Muhammad Anis, walaupun adiknya juga meninggal disana tetapi ia juga ditemani saudara iparnya Kiai Alwi, yang kemudian menjadi teman yang paling setia dalam mendirikan Pesantren Tebuireng.35 Kiai Hasyim belajar pada ulama-ulama terkenal di Mekah dalam berbagai macam cabang ilmu agama islam. Di bawah bimbingan Syaikh Mahfudz dari
33
T.H. Thalhas, Alam Pikiran KH. Ahmad Dahlan & KH. M. Hasyim Asy`ari, h. 101. Jajat Burhanuddin & A. Baedowi, ed.., Traansformsi Otoritas Keagamaan,h 48. 35 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h. 24-25. 34
25
26 Termas (w.1920), ia belajar Hadis Sahih Bukhâri. Dengan tekun, Kiai Hasyim menyimak pelajaran yang diberikan gurunya. Akhirnya, ia lulus dan mendapatkan ijazah dari gurunya tersebut. Dengan demikian, Kiai Hasyim menjadi pewaris terakhir urut-urutan penerima hadis (Isnad) dari 23 geneasi ulama ahli hadis sebelumnya. Selain ilmu hadis, Kiai Hasyim juga belajar tarikat Qadariah wa Naqsyabandîyah pada syaikh Mahfudz. Ilmu tarikat ini merupakan peninggalan dari Syaikh Nawawi Banten dan Syaikh Ahmad Khatib Sambas.36 Selain berguru pada Ulama-ulama yang dari Tanah air, Kiai Hasyim juga berguru pada sejumlah tokoh di Mekah yakni Syaikh al-`Allamah Abdul Hamid al-Darustani dan Syaikh Muhammaf Syuaib al-Maghribi. Selain itu, Ia berguru kepada Syaikh Ahmad aminal-Athar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan al-Attar, Syaikh Sayid Yamay, Sayyid Alwi ibn Ahmad al-Saqqaf, Sayyid Abas Maliki, Sayid Abdullah al-Zawawy, Syaikh Shaleh Bafadhal, dan Syekh Sultan Hasyim Dagastani.37 Di antara ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh Kiai Hasyim selama di Mekah, adalah fiqh dengan konsentrasi mazhab Syafi`i, Ulum al-Hadits, Tauhid, Tasir, Tasawuf dan Ilmu `alat (nahwu, saraf, mantiq, balaghah, dan lainlain). Dari beberapa disiplin ilmu itu, yang menarik perhatian Kiai Hasyim adalah disiplin hadis, terutama mengenai kumpulan hadis Imam Muslim. Hal ini didasarkan atas asumsi Kiai Hasyim yang menyatakan bahwa untuk mendalami ilmu hukum Islam, disamping harus mempelajari al-Qur`an dan tafsirnya secara mendalam, juga harus memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenal hadis
36
Jajat Burhanuddin & A. Baedowi, ed..,Traansformsi Otoritas Keagamaan,h 49. Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari,h. 22.
37
26
27 dengan syarh dan hasyiyah-nya. Untuk itulah, disiplin hadis menjadi suatu yang sangat penting untuk dipelajari.38
3. Lingkungan Pesantren Sekembalinya dari Mekah pada tahun 1898 M, Kiai Hasyim segera mengabdikan ilmunya untuk kepentingan umat. Mula-mula ia membantu mengajar beberapa bulan di Pesantren Ayahnya, Pesantren Keras, dan Pesantren Kakeknya, Pesantren
Gedang. Namun
ia
merasa tidak leluasa untuk
mengembangkan ilmu yang didapatnya selama belajar di Mekah, dan tidak lama kemudian Kiai Hasyim berusaha mendirikan Pesantren sendiri, maka pada 26 Rabiul Awal bertepatan dengan 1898 M, ia mulai merintis pendirian Pesantren yang diberi nama Tebuireng di jombang, sekitar 2 kilometer dari Pesantren ayahnya.39 Tebuireng menurut cerita rakyat berasal dari "Kebo Ireng", yaitu ketika seekor kerbau bule terperosok ke dalam payah yang penuh lintah. Saat kerbau ditarik keluar oleh penduduk warnanya berubah menjadi hitam, karena seluruh tubunya dipenuhi oleh lintah dan pemiliknya kemudian berteriak dengan menyebut kebo item. Dan menurut versi lain dimanakan Tebuireng karena daerah tersebut tempat tinggal orang-orang dari kalangan hitam, yang berperilaku tidak baik seperti; perampok, penjudi, peminum dan penzina. Namun karena daerah
38
Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari… h. 23. Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh di Indonesia, (Jakarta: PT. Intimedia Cipta Nasantara, 2003), h. 6 39
27
28 tersebut juga banyak terdapat tanaman tebu berwarna hitam maka berubah menjadi nama "Tebuireng".40 Kondisi daerah Jombang yang demikian buruknya menjadi tantangan dan sekaligus dorongan bagi Kiai Hasyim untuk membina masyarakat melalui pendidikan Pesantren. Untuk memulai Pesantren baru sebagai bekal, ia membawa delapan santri dari Pesantren Ayahnya. Santri-santri ini di samping mengaji pada Kiai Hasyim juga membantu pembangunan Pesantren baru ini. Berkat ketenaran dan kedalaman ilmu Kiai Hasyim, jumlah santri meningkat menjadi dua puluh delapan orang dalam tiga bulan.41 Biaya pembangunan Pesantren sebagian besar ditanggung Kiai Hasyim sendiri. Tanah Pesantren dibeli dari seorang dalang di Desa itu, dan bangunan Pesantren terbuat dari bambu. Bangunan ini sebesar sepuluh meter persegi terbagi menjadi dua: satu ruangan untuk Kiai sekeluarga sedangkan ruangan lain untuk keperluan para santri. Ruangan khusus para santri ini dipakai untuk tempat tinggal, belajar dan shalat para santri. Untuk membiayai lembaga yang tumbuh berlahan-lahan ini, Kiai Hasyim berdagang dan bercocok tanam kecil-kecilan, saking cinta pada Pesantren ia mewakafkan dua hektar tanah dan Sembilan hektar persawahan pada tahun 1947, sebelum ia meninggal dunia.42 Pada perkembangan selanjutnya, Pesantren Tebuireng dalam sistem pengajarannya menggunakan metode Sorogan dan Weton, sebagaimana yang dilakukan Pesantren tradisional lainya. Metode ini biasanya diberikan pada pelajaran tingkat rendah, yaitu santri menghadap kepada guru seorang demi seorang dengan menyodorkan (Sorong) kitabnya masing-masing. Pada tingkat 40
Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh,h. 20. Jajat Burhanuddin & A. Baedowi, ed..,Traansformsi Otoritas Keagamaan,h 50. 42 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h. 29-30. 41
28
29 lanjut pelajaran biasanya diberikan langsung oleh Kiai. Kiai Hasyim sendiri dengan metode kuliah (Weton), sesekali santri yang membaca kitab, bila salah Kiai Hasyim membetulkannya. Kenaikan tingkat ditandai dengan bergantinya kitab yang dipelajarinya. Akan tetapi, Kiai Hasyim menyadari tuntutan zaman bahwa perkembangan Pesantren harus ditambah, seperti apa yang dialami ketika belajar di Mekah yakni; menambah pondok Pesantren dengan sistem madrasah atau sistem klasikal. Maka pada tahun 1919 M didalam lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng muncullah sebuah madrasah dengan sistem klasikal, madrasah ini diberi nama "Salafiyah Syafi`iyah".43 Adapun kitab-kitab yang diajarkan di Pondok Pesantren Tebuireng ini, antara lain; dalam bidang bahasa dan teks bahasa arab dengan mempelajari berbagai buku seperti: al-Jurumiyyah karya Ibn Ajurum, al-`Imriti karya Saraf b. Yahya al-Ansari al-Imriti, `Izzi Karya `Izz al-Din Ibrahim al-Zanjani, Maqsud (karya aninom yang kadang dianggap sebagai karya Abu Hanifah), Qawa`id alI`rab Karya Ibn Hayim dan Alfiyah Karya Ibn Malik dan masih banyak lagi yang dipelajari baik ilmu hadis maupun tafsir al-Qur`an, karena Kiai Hasyim ahli dalam bidang tersebut.44 Pesantren Tebuireng mungkin dapat dipandang sebagai Pesantren untuk pengajaran tingkat tinggi. Banyak santri yang berdatangan untuk menimba ilmu di Pesantren tersebut diantranya murid yang dikenal; KH. Wahab Hasbullah (Pesantren Tambak Beras Jombang), KH. Ilyas Ruhiyat (Pesantren Cipasung Tasik Malaya), KH. Wahid Hasyim (anaknya sendiri), Kiai As`ad Syamsul Arifin 43
Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh, h. 7-
8.
44
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama,h 33 lihat pula, Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,.( Jakarta: PT. Hadakarya Agung, 1996),h. 238-239.
29
30 (Pendiri Pesantren Sukorejo Situbondo), Kiai Abbas (Pendiri Pesantren Buntet Corebon), Kiai Bisri Syansuri (pendiri Pesatren Libroyo Kediri),45 dan masih banyak lagi alumni Tebuireng, sehingga Pesantren Tebuireng merupakan kiblat dari Peantren-Pesantren di Jawa maupun di seluruh pelosok tanah air ini, dan Kiai Hasyim banyak dikenal dengan sebutan "Bapak Kaum Santri".
4. Karya-karya KH. Hasyim KH. Hasyim adalah penulis yang produktif, memiliki banyak kumpulan karya tulis mengenai ilmu agama seperti: Sufisme, Teologi, dan Fiqh. Akan tetapi, lebih banyak berbahasa Arab atau Jawa dengan huruf Arab (jawa pegon) dan beberapa pidato yang dipublikasikan di surat kabar dalam bahasa Melayu yang menjadi bahsa masyarakat Indonesia (Lingua Franca), selain itu juga pidatopidato beliau mengenai masalah-masalah politik, social seperti: al-Mawâ`izh, yang kemudian diterjemahkan oleh kalangan modernis yaitu: Hamka (AlMawâ`izj Sjaich Hasyim Asj`ari), dan Abdul Munir Mulkhan (Pesan-pesan Dua Pemimpin Besar Islam Indonesia), Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim, dan seseorang Tradisionalis H.A. Abdul Chamid (Empat Puluh Hadits Nabawi), dan beberapa majalah-majalah yang diterbitkan oleh Soeara Nahdlatul Ulama surat kabar resmi NU, dan MIAI; Soeara Moeslimin Indonesia yang diterbitkan oleh Masyumi.46 Adapun Karya-karya Kiai Hasyim yang behasil didokumentasikan, terutama oleh cucunya almarhum Isham Hadziq, adalah sebagai berikut:
45
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama,h 33-34. Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama,h 43.
46
30
31
1. Al-Tibyân fi al-Nahy`an Muqâtha`at al-Arhâm Wa al-Aqârib wa alIkhwân. Kitab ini selesai ditulis pada hari senin, 20 Syawal 1260 H, di terbitkan oleh Maktabah al-Turats al-Islam, Pesantren Tebuireng. Secara umum buku ini berisi pentingnya membangun persaudaaan di tengah perbedaan serta bahaya memutuskan tali persaudaraan. 2. Adab al-`Alim Wa al-Muata`alim fima yahtaj ilaih al-muta`alim fi Ahwal ta`alum wa ma yatawaqaf `alaih al-mu`allim fi maqâmât ta`limihi (Etika proses belajar mengajar). Literature ini merupakan karya yang dijadikan fokus kajian buku ini. 3. Al-Tanbihât al-Wâjibâti li man Yasna` al-Mawlidin al-Munkarât ( Nasihat penting bagi orang yang Merayakan kelahiran Nabi Muhammad dengan menjalankan Hal-hal yang dilarang oleh Agama)47. 4. Al-Risâlah Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ`ah, sharh fi Hadîts al mawtâ wa Syurûth al-Sâ`ah ma bayân mafhum al-Sunnah wa al-Bid`ah (Kitab lengkap), membicarakan berbagai topik seperti kematian dan hari kebangkitan, arti Sunnah dan bid`ah.48 5. Ziyâdat Ta`lîqât `alâ Mandzûmah al-Syaikh `Abd Allâh b. Yasin alFusuruwanî (Catatan tambahan mengenai Syair Syaikh `Abd Allah b Yasin Pesuruan), berisi bantahan KH. Kiai Hasyim terhadap kritik Syaikh 47
Kitab ini ditulis sebagai reaksi keras KH. Hasyim As`ari atas praktek peringatan maulid Nabi Muhammad yang menyimpang dari tuntutan syariah. Diceritakan bahwa ketika itu, di pedalaman Jawa dijumpai pelaksnaan perayaan maulid dengan mengetangahkan berbagai pertunjukan yang didalamnya menyiratkan unsur-unsur maksiat, misalnya pagelaran musik dengan pakaian yang seronok, laki dan perempuan yang bukan muhrim, serta pertandingan tinju dan pencak silat yang itu tak jarang dijadikan sebagai ajang persssjudian. Lihat pada Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari,h. 33-34. 48 Buku ini tampaknya mengelaborasi tentang persoalan-persoalan kematian yang merupakan sesuatu yang pasti dialami oleh setiap orang, tanda-tanda hari kiamat sebagai hari akhir dari kehidupan dunia, yang kemudian ditambahkan dengan penjelasan mengenai sunnah dan bid`ah, sebuah terminologi yang saling bersebarangan dalam hari kebiasaan Nabi atau tidak Lihat pada Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari,h. 35-36.
31
32 `Abd Allah b Yasin Pasuruan terhadap Nahdlatul Ulama yang merupakan wadah cendekiawan-muslim (ulama) dalam mengapresiasikan persoalan sosial keagamaan. 6. Muqaddimah Al-Qânûn al-Asâsî li Jam`iyat Nahdat al-Ulama` (Aturan dasar perkumpulan Nahdlatul Ulama) membicarakan prinsip-prinsip utama Organisasi NU. 7. Al-Mawâa`izh. Karangan ini berisi nasihat bagaimana menyelesaikan masalah yangmuncul ditengah umat akibat hilangnya kebersamaan dalam membangun pemberdayaan. Karangan ini pernah disiarkan dalam Kongres XI Nahdlatul Ulama pada 1935, yang bertepatan di Bandung. Karya ini juga diterjemahkan oleh Prof. Buya Hamka dalam majalah Panji Masyarakat Nomor 5 tanggal 15 Agustus 1959.49 8. Al-Nûr al-Mubîn fi Mahabbati Sayyid al-Mursalîn, bain fihi ma`na alMahabbah Lirusul Allah ma wa Yata`allaq Biha Man Ittba`iha wa Ihya alSunnatih (Cahaya terang tentang cinta pada Rasul) menjelaskan arti cinta pada Rasul.50 9. Al-Dzurrah al-muntasyirah fi al-Masai al-Tis`u `Asyrat, Sarh fiha Masalat al-Thariqah wa al-Wilayah wa Ma Yata`allaq Bihima min al-Umur al-
49
. Zuhairi Misrawi. Hadratussyaikh HASYIM ASY`ARI modern, keutamaan, dan kebangsaan. (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010)h.97. 50 Dalam karya ini, KH. Hasyim Asy`ari menjelaskan makna iman kepada Rasulallah dengan segala konsekwensinya, seperti keharusan mencintai Nabi, keluarga, dan para sahabat serta mematuhi ajaran dan menjalankan sunnah Nabi. Selain itu, KH. Hasyim Asy`ari juga mencoba memotret pernik-pernik kehidupan Rasulallah, termasuk kehidupan rumah tangganya agar dapat dijadikan teladan yang baik (Uswan hasannah) oleh umatnya. Dituturkan juga keutamaan membaca shalawat Nabi dan berziarah kemakamnya di Madinah. Menurut KH. Hasyim Asy`ari kedua hal tersebut merupakan bukti konkret atas kecintaan seseorang terhadap Nabi Muhammad. Dalam bagian akhir kitab ini dijelaskan bahwa hubungan batin dengan Nabi tidak hanya dapat dilakukan oleh para sahabat yang masa denganya, tetapi juga bisa dilakukan oleh umat yang datang kemudian, misalnya dengan tawassul, tasyaffu`, dan Istighatsah. Lihat pada Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari,h. 36-37.
32
33 Muhimmah li Ahl al-Tariqah(Mutiara-mutiara mengenai Sembilan belas masalah thariqah).51 10. Mengenai tasawuf: al-Risalah al-Tauhidiyah, wahya risalah saghirat fi bâyan `aqidah ahl al-sunnah wa al-jama`ah(Catatan-catatan tentang Theologi) tentang ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah. 11. Risâlah fi Ta`kîd al-Akhdzi bi Madzhab al A`immah al-Arba`ah. Karangan ini berisi pentingnya berpedoman kepada empat imam mazhab, yaitu Imam Syafii, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad bin Hambal. 12. Arba`îna Hadîtsan Tata`allaqu bi Mabâdi` Jam`iyyat Nahdlatul Ulamâ. Karya ini berisi 40 hadis yang mesti dipedomani oleh Nahdlatul Ulama. Hadis-hadis itu berisi pesan untuk meningkatkan ketakwaan dan kebersamaan dalam hidup, yang harus menjadi fondasi kuat bagi setiap umat dalam mengarungi kehidupan yang begitu sarat tangtangan. 13. Dhaw`il Misbâh fi Bayân Ahkâm al-Nikâh. Kitab ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, mulai dari aspek hukum, syarat, rukun, hingga hak-hak dalam pernikahan. 14. Al-Risâlah fi `al-`Aqâid. Kitab ini ditulis dalam bahasa jawa, berisis masalah-masalah yang berkaitan dengan tauhid.52 Selain ke- 14 karya diatas, ada sejumlah karya yang masih dalam bentuk manuskrip dan belum diterbitkan. Karya-karya tersebut antara lain Hâsyiyât `alâ Fath al-Rahmân bi Syarh Risâlât al-Walî Ruslân li Syaikh al-Islâm Zakariyyâ al-Anshârî, al-Risâlat
al-Tawhîdiyyah, al-Qalâid fi Bayân ma
51
karya ini membahas sejumlah maslah yang berkaitan erat dengan tasawuf, dalam hal ini thariqat-thariqat. Lihat pada Suwendi M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari,h. 38. 52 . Zuhairi Misrawi. Hadratussyaikh HASYIM ASY`ARI.. h. 98
33
34
Yajib min al-Aqâ`id, al-Risâlat al-Jamâ`ah, Tamyûz al-Haqq min al-Bâthil, al-Jasus fi Ahkâm al-Nuqûs, dan Manâsik Sughrâ. B. Tinjaun Kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah 1. Format Kitab dan Metode Penulisan. Kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah dicetak diatas kertas berwarna kuning yang ukurannya lebih kecil dari kertas kuarto. Lembaranlembaranya tidak dijilid kulit sampul, sehingga lembaranya dapat dibawa walaupun hanya satu halaman yang kebetulan halaman itu yang dibutuhkan. Kitab ini hanya di kemas dengan sampul yang sederhana. Risalah ini adalah merupakan karya besar yang memuat beberapa doktrin ajaran yang sangat berfaidah, juga beberapa pembahasan yang sangat dibutuhkan oleh kaum Muslim dalam rangka mengokohkan Aqidah agamanya, agar mereka masuk dalam bingkai “Firqah al-Najiyah”, golongan yang selamat yakni “Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ’ah”. Dalam kitab ini penulis melakukan counter terhadap para ahli Dolâlah / para pembuat bid’ah yang merupakan sumber dari segala sumber kebohongan. Dari itulah kitab ini merupakan “Hujjah”, argumentasi dan dalil, serta penjelasan yang sangat mendasar bagi kemuliaan kaum muslimin, untuk kemudian dapat mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan mereka. Kitab ini berjumlah 36 halaman yang terdiri dari 10 pasal terdiri dari 9 asar dan 67 Hadis. dan setiap pasal terdiri dari hadis dan asar. Selain itu dalam penjelasannya dikemukakan hadis-hadis lain yang senada dengan pembahasan, baik untuk perbandingan atau untuk memperkuat kedudukan pada hadis dan matan. Dan ada juga pasal yang tidak disertai dalil.
34
35 Dalam mencantumkan hadis, Kiai Hasyim tidak mencantumkan sanad hadis secara lengkap juga tidak menjelaskan kualitas hadis bahkan tidak mencantumkan sanad sama sekali. Namun kadang beliau memberikan sumber dan nama sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut. 2. Kandungan Hadis Dalam kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah jumlah hadis yang digunakan sebanyak 1. PASAL I terdiri dari 4 hadis 2. PASAL II terdiri dari 4 hadis dan 3 asar 3. PASAL III terdiri dari 2 hadis dan 1 asar 4. PASAL IV tidak terdapat hadis maupun asar. 5. PASAL V terdiri dari 8 hadis 6. PASAL VI terdiri dari 3 hadis dan 3 asar 7. PASAL VII terdiri dari 4 hadis 8. PASAL VIII terdiri dari 2 hadis 9. PASAL IX terdiri dari 38 hadis dan 2 asar 10. PASAL X terdri dari 2 hadis
Berdasarkan penelitian skripsi ini penulis akan meneliti hadis-hadis pada pasal I sampai pasal III.
35
36 BAB III KUALITAS HADIS DALAM KITAB RISÂLAH AHLU AL-SUNNAH WA AL-JAMÂ`AH A. Teks Hadis
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ :ﻣﻦ أَﺣ َﺪ َ ِ ﺲ ﻓِ ِﻴﻪ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َر ﱞد ﺎل َر ُﺳ ُ .١ﻗَ َ ْ ََ َ َْ ْ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟَْﻴ َ ﺎل رﺳ ُ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ :وُﻛ ﱡﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ .٢ﻗَ َ َ ُ ِ ﺼ َﺮ إِﱠﻻ ﻓِﻲ ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَﺄَ ْد َرَﻛ ُﻬ ْﻢ .٣ﻗَ َ َﺣ ٌﺪ اﻟ َْﻌ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ :ﻻ ﻳُ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺼﻠﱢﻴَ ﱠﻦ أ َ ﺼ ُﺮ ﻓِﻲ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ اﻟ َْﻌ ْ ِ ﺎل رﺳ ُ ِ آوى ُﻣ ْﺤ ِﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﻟَ ْﻌﻨَﺔُ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﺣ َﺪ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣ ْﻦ أ ْ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ .٤ﻗَ َ َ ُ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ أ َْو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢَ :ﻣ ْﻦ َﺷ ﱠﺬ َﺷ ﱠﺬ اِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺎ ِر .٥ﻗَ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ِ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ ﺑِ َﺨ ْﻤ ٍ .٦ﻗَ َ ﺎﻋﺔُ ﺲ اﻟﻠﱠﻪُ أ ََﻣ َﺮﻧِﻲ ﺑِ ِﻬ ﱠﻦ اﻟ ﱠ ﺴ ْﻤ ُﻊ َواﻟﻄﱠ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوأَﻧَﺎ ُ واﻟ ِ ﺎﻋﺔَ ﻗِﻴ َﺪ ِﺷ ْﺒ ٍﺮ ﻓَـ َﻘ ْﺪ َﺧﻠَ َﻊ ِرﺑْـ َﻘﺔَ ِْ اﻹ ْﺳ َﻼِم ْﺠ َﻬ ُ ْﺠ َﻤ َ ْﺠ َﻤ َ ﺎﻋﺔُ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻓَ َﺎر َق اﻟ َ ﺎد َواﻟْ ِﻬ ْﺠ َﺮةُ َواﻟ َ َ ِ ِﻣ ْﻦ ﻋُﻨُﻘﻪ
36
37 B. Penelitian Sanad ♦
Hadis Pertama
ِ َ ﻣﻦ أَﺣ َﺪ: ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﺲ ﻓِ ِﻴﻪ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞ ُ ﺎل َر ُﺳ َ َﻗ ْ َْ َ ََ ْ َ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟَْﻴ
Artinya:Bersabda Rasulullah SAW: Barang siapa membuat hal baru dalam urusan kami ini sesuatu yang tidak ada padanya, maka hal itu tertolak. Setelah ditelusuri melalui kitab al-Mu`jâm al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi,53 hadis di atas di riwayatkan oleh al-Bukharî, Muslim dalam Sahihnya, Ibnu Majah dalam Sunan-nya.٢ مقدمه. جه,, ١٧ اقضية. م,, ٥ صلح.خ. dan melalui kitab Mausû`ah al-Atraf al-Hadits al-Nabawi.54 السنة: د- ,١٧ االقضية: م- ٢٤١ ,٣ :خ .٥ بsemua periwayatan melalui jalur Aisyah Radîallahu `Anha.
Hadis dari Sahih Bukharî dalam kitab Sulhi bab Qaul Imam LiasAbî
ِ ِ ٍ ِ ِِ ٍ ِ ﺸﺔَ ر ِ ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـ َﻬﺎ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳَـ ْﻌ ُﻘ-٢٦٩٧ َ َ ﻴﻢ ﺑْ ُﻦ َﺳ ْﻌﺪ َﻋ ْﻦ أَﺑﻴﻪ َﻋ ْﻦ اﻟْ َﻘﺎﺳ ِﻢ ﺑْ ِﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ َﻋ ْﻦ َﻋﺎﺋ ُ ﻮب َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إﺑْـ َﺮاﻫ ٥٥ ِ َ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻣﻦ أَﺣ َﺪ ﺲ ﻓِ ِﻴﻪ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞ ُ ﺎل َر ُﺳ َ ََﺖ ﻗ ْ ﻗَﺎﻟ ْ َْ َ ََ ْ َ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟ َْﻴ Hadis dari Sahih Muslim dalam kitab al-Aqdîah bab Naqdu al-Ahkam alBatolah.
ِ ِ ِﱠ ٍ ِ ِ ﺎل َ َﻴﻢ ﺑْ ِﻦ َﺳ ْﻌ ٍﺪ ﻗ ِ ﺼﺒﱠ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ﱠ- ٤٤٦٧ َ ﺎح َو َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﻪ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﻮن اﻟْ ِﻬ َﻼﻟ ﱡﻲ َﺟﻤ ًﻴﻌﺎ َﻋ ْﻦ إﺑْـ َﺮاﻫ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ف ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑِﻲ َﻋﻦ اﻟْ َﻘ ﺎﺳ ِﻢ ﺑْ ِﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ِ ﺼﺒﱠ اﺑْ ُﻦ اﻟ ﱠ ْ َ ﻴﻢ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻮ َ ﻴﻢ ﺑْ ُﻦ َﺳ ْﻌﺪ ﺑْ ِﻦ إﺑْـ َﺮاﻫ ُ ﺎح َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إﺑْـ َﺮاﻫ ٥٦ ِ َ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻣﻦ أَﺣ َﺪ ﺲ ِﻣ ْﻨﻪُ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞ ُ ﺎل َر ُﺳ َ ََﺖ ﻗ ْ َﻋ ْﻦ َﻋﺎﺋِ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟ ْ َْ َ ََ ْ َ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟ َْﻴ
53
A.J Wensick, Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jâm al-Mufahras li alfaz al-Hadits al-Nabawi, (E.J. Bill: Leiden), Juz 1,h 434. 54 Abu Hajar Muhammad al-Sa`id bin Basuni Zuglul, Mausu`ah al-Atraf al-Hadits alNabawi, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), jil 8, h 37. 55 . Imam al-Hafidz Abî Abdullah Muhammad Bin Ismâ`îl al-Bukhari, Sahih al-Buhkâri, (Rîad: Baitu al-Afkar ad-Dawîah, 1998) h. 301 56 . Imam Abî Husaini Muslim Bin al-Hujaj al-Qusyairi al-Naysaburi, Sahih Muslim, (Bairut: Dar al-Kitab al-Arabî) h.242
37
38
Hadis dari Ibnu Mâjah dalam Kitab al-Muqadimah Bab al-Tawaqi fi alHadits `An Rasul.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﻴﻢ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ِﻦ َ ﻴﻢ ﺑْ ُﻦ َﺳ ْﻌﺪ ﺑْ ِﻦ إﺑْـ َﺮاﻫ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ َﻣ ْﺮَوا َن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻋُﺜْ َﻤﺎ َن اﻟْﻌُﺜْ َﻤﺎﻧ ﱡﻲ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إﺑْـ َﺮاﻫ- ١٤ ٍ َﻋﻮ ِ َ ﺸﺔَ أَ ﱠن رﺳ ِ ف َﻋﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ َﻋﻦ اﻟْ َﻘ ث ِﻓﻲ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ َ َﺣ َﺪ َ ِﺎﺳ ِﻢ ﺑْ ِﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻋ ْﻦ َﻋﺎﺋ ْ ﺎل َﻣ ْﻦ أ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ْ ْ َُ ْ ٥٧ ِ ﺲ ﻣ ْﻨﻪُ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞ َ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟ َْﻴ
Hadis dari Sunan Abû Daud dalam Kitab al-Sunnah Bab Fi Lujumi alSunnah.
ِ ِ ِ ٍ ﻴﺴﻰ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ ِ ﺼﺒﱠ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ﱠ- ٤٦٠٦ ُ ﺎح اﻟْﺒَـ ﱠﺰ ُاز َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إﺑْـ َﺮاﻫ َ ﻴﻢ ﺑْ ُﻦ َﺳ ْﻌﺪ ح و َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻋ ِ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑﻦ ﺟﻌ َﻔ ٍﺮ اﻟْﻤ ْﺨﺮِﻣ ﱡﻲ وإِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﺳﻌ ٍﺪ َﻋﻦ ﺳﻌ ِﺪ ﺑ ِﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ َﻋﻦ اﻟْ َﻘ ِ ﺎﺳ ِﻢ ﺑْ ِﻦ ﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻋﻦ َﻋﺎﺋِ َﺸﺔَ ر ُﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪ ْ َ َْ ْ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َْ َ َ َ ْ َ ُ ْ ْ َُ َ ِ ِ ِ َ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻣﻦ أَﺣ َﺪ ﺲ ﻓﻴﻪ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞ ُ ﺎل َر ُﺳ َ َﺖ ﻗ ْ ََﻋ ْﻨـ َﻬﺎ ﻗَﺎﻟ ْ َْ َ ََ ْ َ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟَْﻴ ِ ِ ٥٨ﺻﻨَ َﻊ أ َْﻣ ًﺮا َﻋﻠَﻰ ﻏَْﻴ ِﺮ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞ َ َﻴﺴﻰ ﻗ َ َﻗ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣ ْﻦ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺎل اﺑْ ُﻦ ﻋ Dalam penelitian sanad ini, penulis akan meneliti pada jalur Ibnu Majjah dari Aisyah, yang termuat dalam Kitab al-Muqadimah Bab al-Tawaqi fi al-Hadits `An Rasul.. Dalam penelitian sanad ini penulis akan mengawali dari periwayatan atau mukharij terakhir, yaitu Ibnu Mâjah lalu diikuti oleh periwayatan selanjutnya hingga periwayatan pertama.
Ibn Mâjah
a. Nama Lengkap: Abû `Abdullah Muhammad Ibnu Yazîd Ibnu Mâjah alRubay`î al-Qazwinî. Lahir pada tahun 209 H, dan wafat pada hari senin tanggal 20 Ramadan tahun 273 H.59 b. Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru:`Abas bin `Usmân, `Ali bin Muhammad, at-Tanafasî, Jubarah Ibnu al-Mughlis, Abû 57
. ِ◌ Abî Abdillah Muhammad Ibn Yazid Ibnu Majah al-Qazwainî, Sunan Ibn Mâjah, (Bairut: Bait al-Afkar al-Dawlîah 2004) h.20 58 . Imam al-Hafiz Abî Daud Sulaimân Bin al-Asy`astî, Sunan Abî Daud, ( Bairut: Darul A`lam) h. 752 59 . Abdullah, Ibn `Abdullah, Sembilan Pendekar Hadis. ( Bogor: pustaka Tariqul Izzah, 2007), h.171
38
39 Marwan Muhammad bin Usmân al-`Usmânî, Mus`ab bin Abdullah alZabairî, Abû Bakr Ibnî Abî Syaibah, dll. Murid-muridnya: Muhammad bin îsa al-Abhâri, Abû Hasan al-Qatan, Sulaimân bin Yazîd al-Gazwinî, Ibnu Sibawaih,dll. c. Peryataan para kritikus hadis Menurut al-Mizî ia adalah sosok orang yang alim, Abû Ya`lqa al-Khalili menilai bahwa ia dapat di percaya, dapat dijadikan Hujjah banyak mengetahui hadis dan menghafalnya semua Kritikus hadis menilai positif terhadap kafasitas Ibnu Mâjah dan Hadis-hadis yang diriwayatkan Ibnu mâjah banyak dinilai sahih.60 Dari pernyataan diatas, tidak ada seorang ulama kritikus hadis yang mencela Ibnu Mâjah , pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang bertingkat tinggi, dengan demikian, periwayatan yang menyatakan bahwa dia telah menerima hadis diatas dari Abû Marwan Muhammad bin `Usmân al`Usmânî dengan lambang hadis Haddatsanâ dapat dipercaya kebenaranya, itu berarti sanad antara Ibnu Mâjah dan Abû Marwan Muhammad bin `Usmân al`Usmânî dalam keadaan bersambung kerena pada masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan dan Ibnu mâjah merupakan periwayat yang Tsiqah.
60
. Al-ZahAbî, Syiar `Alam wa Nubala` Juz XVII (Beirut: ar-Risalah, 1990), h.278
39
40
Abû Marwân Muhammad bin `Usmân al-`Usmânî
a) Nama Lengkap: Muhammad bin `Usmân Bin Khalad Bin Umar bin `Abdullah bin Walid bin `Usmân bin `Afân al-Quraisyi al-Umu, Abû Marwân Mandânî (w 241 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ibrahîm bin Sa`ad, Salih bin Qudamah bin Ibrahîm al-Jumahy, `Abdullah bin Muslim bin Jundab, `Abdurrahman bin Abî Jinad, `Abdurrahman bin Muhammad bin `Umar bin Abî Salamah al-Makhzumy, `Abdul Aziz bin Abî Hazam Nafî` bin Safiyân. Murid: Ibn Mâjah, Ahmad bin Zaid bin Harun al-Gozazi, Ja`far bin Muhammad al-Firyabî, Sa`ad bin Muhammad al-Bairûtî, `Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin Ahmad bin Abî `Aun, Harun bin Yusuf bin Harun Bin Zîad, Abî Hatim al-Rojîa berkata: tsiqah. c) Pernyataan para Kritikus hadis Ada dua pendapat dari ulama Kritikus hadis: -
Salih bin Muhammad al-Asadî, Ibn Hibbân, berkata: Tsiqah, Suduq.61 Para kritikus hadis mengakui bahwa Abû Marwân Muhammad bin
`Usmân al`Usmânî adalah orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Abû Marwân yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Ibrahîm bin Sa`ad bin Ibrahîm dengan lambang haddasanâ kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al-sama` dengan demikian antara Abû Marwân dan Ibrahîm bin Sa`ad bersambung.
61
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, (Bairut: Dar al-Fikr) juz 26, h 82-83.
40
41
Ibrahîm bin Sa`ad bin Ibrahîm
a) Nama Lengkap: Ibrahîm bin Sa`adî bin Ibrahîm bin `Abd al-Rohim bin `Awuf al-Quraisî al-Zuhairîu, Abû Isaq al-Madanî, Tamu di negara Bagdad, walid ya`qub bin Ibrahîm wa sa`ad bin Ibrahîm. (108-185 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Abî Sakhri Humaidi bin Zayaad al-Madanî, bin `Amihi Salim bin Salih bin Ibrahîm bin `Abduraham bin `Auf, Abîhi Sa`ad bin Ibrahîm, Syaibah bin alHajajî, Safiyân bin Sulaimân, Abdillah bin ja`far al-Makhramî, Muhammad bin Isaq bin Yasari, Muhammad bin Muslim bin Syahabî alJuhairi, Hasyim bin `Urwah, Yazid bin Abdullah bin al-Hadi.
Murid : Ahmad bin Abdullah bin Yûnus, Ahmad bin Muhammad bin Hambil, Abû Mamur Ismâil bin Ibrahîm al-Mudallî, Zakarîâ bin Adi`, Abdullah bin Wahab al-Misrayû, Abdul Aziz bin Abdullah al-`Ammrî alUwasîû, `Ali bin al-jadi al-jawharîû, Abû Marwân Muhammad bin `Usmân
al-`Usmânî,
Muhammad
bin
al-Sabbahi
al-Dawlabîû,
Muhammad bin `Isa bin Tabai, Yaqub bin Hamid bin Kasab, Yahya bin Yahya al-Naisabûrî. c) Peryataan para kritikus hadis -
Al-Bukharî berkata: Ibrahîm bin Humairah: Ibrahîm bin Sa`ad bin Isaq telah meriwayatkan 1017 hadis hukum dengan Peperangan, Ibrahîm bin Sa`ad banyak hadis dari ahlu Madinah pada jamannya.
-
Ahmad bin Hanbal, Abû Daud, dan Abû Hatim mengatakan: Tsiqah.
-
Abdurrahman bin Yûsuf bin Sa`id bin Khirasî berkata: Saduq
41
42 -
Yahya berkata: Ibrahîm bin Sa`ad Laisa bîhi Ba`sun. 62 Setelah meneliti sanad Ibrahîm bin Sa`ad, sanadnya bersifat tsiqah.
Hubungan antara Ibrahîm bin Sa`ad dan Sa`ad bin Ibrahîm bersambung karena status mereka adalah anak dan bapak walaupun dengan cara “an” tapi tidak menjadikan sanad Ibrahîm bin Sa`ad lemah. Karena sanadnya dalam keadaan bersambung dan bersifat tsiqah.
Abîhi ( Sa`ad bin Ibrahîm)
a) Nama Lengkap: Sa`adu bin Ibrahîm bin `Abdurrahman bin `Auf al-Qurasî al-Zuhrî, Abû Isaq Berkata: Abû Ibrahîm al-Madanî. Ibunya Umû Kulsum binti Sa`di bin Abî Waqas, hakim di Madinah masa Qasim bin Muhammad bin Abî Bakr al-Sidiq.( w 128 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Hafsah bin `Asim bin `Umar bin Khatab, Talhata bin Abdullah bin Usmân,`Urwah bin al-Jubair, `Ali bin Abdullah bin `Abas, al-Qasim bin Muhammad bin Abî Bakr al-Sidiq, Nafi` bin Jubir bin Mutim. Murid: Anaknya Ibrahîm bin Sa`ad, Hamad bin Zaid, Syarik bin `Abdullah, `Îad bin `Abdullah al-Qurasî al-Fihrî, Muhammad bin `Ijlani, Musa bin `Uqbah, Yahya bin Sayid al-Ansarî, Yazid bin Abdullah bin alHadi, Yûnus bin Yazid al-Aily. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Abû Hatim, dari `Ali bin al-Madinî: Bahwasanya Sa`ad bin Ibrahîm Tidak meriwayatkan Hadis di Madinah, maka dari itu tidak menulis hadis dari
62
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 2, h.88
42
43 alhu Madinah, dan Malik tidak menulis Hadis, suatu ketika mendengar tentang dia Ibn `Uyayunah di Makkah Sesuatu mengembirakan. -
Abû Hamid al-Misasî berkata: dari Hajaj bin Muhammad: Bahwasanya Su`bah Menyebutkan Sa`ad bin Ibrahîm dan berkata: Habîbi mengatakan kepada saya Sa`ad bin Ibrahîm berpuasa dahr dan mengkatamkan alQur`an di setiap hari dan setiap malam.
-
Ma`in bin `Isa berkata: dari Sa`id bin Muslim bin Ba`nak: saya mengetahui Sa`ad bin Ibrahîm hakim di masjid. Ahmad bin Hanbal berkata, dari Safîyân bin `Uyinah: sebelum Sa`ad bin Ibrahîm melepaskan dari Hakim bahwasanya dia bertaqwa sebagaimana taqwa dan dia adalah Hakim.
-
Ahmad bin Abdullah al-`Ijlî, Muhammad bin Sa`ad berkata: bahwasanya Tsiqah, banyak hadisnya. 63 Para kritikus hadis mengakui bahwa Sa`ad bin Ibrahîm adalah orang yang
tsiqah. Karena pernyataan Sa`ad yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Qasim bin Muhammad dapat dipercaya kebenaranya, walaupun dia menggunakan lambang “an” dalam periwayatan itu. Dengan demikian sanad antara Sa`ad dengan Qasim bersambung.
Qasim Bin Muhammad
a) Nama Lengkap: Qasim bin Muhammad bin Abî Bakr as-Sidiq al-Qurasî al-Taymî, Abû Muhammad berkata: Abû Abdillah al-Madanî,( w 112 H.)
63
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 10 h.
240
43
44 b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Abdullah bin Jafar bin Abî Talib, Abdullah bin `Amru bin al-`Asi, Muawanah bin Abî Safîyân, Abî Hurairah, Zainab binti Jahsyi, Aisyah Umul Muminin, Fatimah Binti Qais. Murid: Ismâ`îl Bin Abî Hakim, Aflah bin Humaidi, Anas bin Sairan, Ja`far bin Muhammad al-Sidiq, Salim bin `Abdullah bin Umar, Sa`ad bin Ibrahîm bin `Abdurrahîm bin `Auf, `Ubaidillah bin Miqsam, Abû Bakr bin Muhammad bin `Amru bin Hazm, Abû `Usmân al-Ansarî. c) Peryataan para Kritikus hadis: -
Abdurrahman bin Abî al-Zinad, dari ayahanda: saya mengetahui seseorang mempelajari sunnah dari Qasim bin Muhammad, maka anak laki-laki itu memalingkan anak laki-laki yang lain sampai mengetahui sunnah.
-
Khalid bin Nizar berkata, dari Safîyân bin `Unainah: bahwasanya manusia mempelajari hadis dari `Aisyah kepada tiga orang: Qasim bin Muhammad, `Urwah bin Zubair, `Amrah binti Abdurrahman.
-
Abdullah bin Wahab berkata: Malik menyebutkan Qasim bin Muhammad, dan berkata bahwa Qasim adalah ahli fiqh. Malik mengatakan kepada saya sesungguhnya Ibn Sairanî telah memberatkan dan meninggalkan tentang Haji, maka dia memerintahkan kepada yang berhaji untuk melihat kepada petunjuk Qasim bin Muhammad dan pakaiannya, dan daerahnya?
-
Al-Bukharî berkata: dari `Ali bin al-Madanî: Dia memiliki Ribuan hadis.
-
Kritikus hadis mengatakan: Tsiqah, Nazih, Rajulun Salih. 64
64
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz.23 h
427
44
45 Para kritikus hadis mengakui bahwa Qasim Bin Muhammad adalah orang yang tsiqah. Karena pernyataan Qasim yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari `Aisyah dapat di percaya kebenaranya, walaupun dia menggunakan lambang “an” dalam periwayatan itu. Dengan demikian sanad antara Qasim dengan `Aisyah bersambung.
Aisyah
a) Nama Lengkap: `Aisyah binti Abî Bakr al-Sidiq
Ummu al-Mu`minin,
Kunyah Ummu Abdullah, Ibunya Ummu Rumani binti `Amar bin `Umran bin Abd Syamsi bin `Atab bin Udainah bin Suba` bin Duhman bin Haris bin Ghonmi bin Malik bin Kinanah, dan Rasulullah menikahiku pada umur 6 th masuk 7 th (w 58 H)65. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Rasullullah Sallallah `Alaihi wa Salam, Humairah bin `Amru al-Aslamî, Saad bin Abî Waqas, Umar bin Khatab, Bapaknya Abî Bakr al-Sidiq, Khudamah binti Wahab al-Asdîah, Fatimah al-Zahra binti Rasullullah. Murid: Isaq bin Talahah bin `Ubaydillah, Abdullah bin Syahab al-Khalanî, Abû Maisarah `Amru bin Syurahbil al-Hamdanî, Muhammad bin al`Asyab bin Qais al-Kindî, Qasim bin Muhammad bin Abî Bakr alSidiq, Abû Yûnus Maula `Aisyah, Zainab binti Abî Salamah. c) Peryataan para Kritikus hadis: -
Mengenai penilaian tehadapnya ada sejumlah pujian yang di lontarkan diantaranya dari `Ata bin Abî Rabbah yang mengatakan bahwa ia orang 65
. Sihab al-din abi al-Fadal, Ahmad ibn Ali Ibn Muhammad, dkk, al-Asabah fi Tamyiz al-Sahabah, juz 6, h. 139.
45
46 yang paling mumpuni diantara sahabat lain bahkan al-Jahri mengatakan jika dikumpulkan hadis Aisyah dan di konfrontir dengan seluruh istri-istri Rasulullah Saw. -
Ia adalah seorang istri Rasul dang penghafal hadis dan al-Qur`an 1210 hadis telah diriwayatkan dan 174 diriwayatkan bersama-sama al-Bukharî dan Muslim. Dan ia berarti beliau dapat dipercaya dan masuk dalam katagori Tsiqah. 66 Dari pernyataan kritikus di atas, tidak seorangpun yang mencela `Aisyah
binti Abî Bakr al-Sidiq, apabila dilihat dari rawi atasnya, dengan demikian periwayatannya yang menyatakan bahwa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Muhammad Saw dengan lambang qâla yang berarti sanadnya bersambung.
66
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 22, h.
372
46
47
ﺎل رﺳ ُ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ :وُﻛ ﱡﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ﻗَ َ َ ُ
♦ Hadis Kedua
Artinya:Bersabda Rasulullah SAW: Setiap yang diada-adakan adalah bidah.
Setelah ditelusuri melalui kitab al-Mu`jâm al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi,67 hadis diatas diriwayatkan oleh Sahih Muslim, Abû Daud, Nasâ`i, Hadisم :جمعة , ٤٣د :سنة , ٥ن :عيدين , ٢٢جه :مقدمه Ibnu Mâjah dalam Sunan-nya. ٧ Muslim dan Nasâ`i melalui jalur Jabîr Bin `Abdullah Radîallahu `Anhu, dan hadis Ibnu Mâjah melalui jalur Abdullah Bin Mas`ud Radîallahu `Anhu. Hadis dari Sahih Muslim dalam Kitab al-Jum`atu Bab Salat al-Jum`atu Hina Tadjulu al-Syamsi.
ﱠﺎب ﺑﻦ َﻋﺒ ِﺪ اﻟْﻤ ِﺠ ِ ِ ﻴﺪ َﻋ ْﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ِﺮ ﺑْ ِﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ ٢٠٠٥و َﺣ ﱠﺪﺛَﻨﻲ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ُْﻤﺜَـﻨﱠﻰ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ َْﻮﻫ ِ ْ ُ ْ َ ِ ﺎل َﻛﺎ َن رﺳ ُ ِ ﺻ ْﻮﺗُﻪُ َوا ْﺷﺘَ ﱠﺪ َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻗَ َ اﺣ َﻤ ﱠﺮ ْ ﺐ ْ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ت َﻋ ْﻴـﻨَﺎﻩُ َو َﻋ َﻼ َ َُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ إِ َذا َﺧﻄَ َ ﻀﺒُﻪُ َﺣﺘﱠﻰ َﻛﺄَﻧﱠﻪُ ُﻣ ْﻨ ِﺬ ُر َﺟ ْﻴ ٍ ﺻﺒَـ َﻌ ْﻴ ِﻪ ﺴﺎ ُﻛ ْﻢ َوﻳَـ ُﻘ ُ ﺶ ﻳَـ ُﻘ ُ ﺖ أَﻧَﺎ َواﻟ ﱠ ﺻﺒﱠ َﺤ ُﻜ ْﻢ َوَﻣ ﱠ ﻏَ َ ﻮل ﺑُِﻌﺜْ ُ ﺴَ ﺎﻋﺔُ َﻛ َﻬﺎﺗَـ ْﻴ ِﻦ َوﻳَـ ْﻘ ُﺮ ُن ﺑَـ ْﻴ َﻦ إِ ْ ﻮل َ ﻮل أَ ﱠﻣﺎ ﺑـﻌ ُﺪ ﻓَِﺈ ﱠن َﺧﻴـﺮ اﻟ ِ ِ ِ ﺎب اﻟﻠﱠ ِﻪ َو َﺧ ْﻴـ ُﺮ اﻟ ُْﻬ َﺪى ُﻫ َﺪى ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﺷ ﱡﺮ ْاﻷ ُُﻣﻮِر ﺴﺒﱠﺎﺑَِﺔ َواﻟ ُْﻮ ْﺳﻄَﻰ َوﻳَـ ُﻘ ُ اﻟ ﱠ َْ ْﺤﺪﻳﺚ ﻛﺘَ ُ َْ َ ﻮل أَﻧَﺎ أ َْوﻟَﻰ ﺑِ ُﻜ ﱢﻞ ُﻣ ْﺆِﻣ ٍﻦ ِﻣ ْﻦ ﻧَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ َﻣ ْﻦ ﺗَـ َﺮ َك َﻣ ًﺎﻻ ﻓَِﻸ َْﻫﻠِ ِﻪ َوَﻣ ْﻦ ﺗَـ َﺮ َك َدﻳْـﻨًﺎ أ َْو ﺿ َﻼﻟَﺔٌ ﺛُ ﱠﻢ ﻳَـ ُﻘ ُ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ َوُﻛ ﱡﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ َ ٦٨ ﺎﻋﺎ ﻓَِﺈﻟَ ﱠﻲ َو َﻋﻠَ ﱠﻲ َ ﺿﻴَ ً Hadis dari Sunan al-Nasâi Kitab Kaifa al-`Iddaini Bab Fi Lujumi alSunnah.
ﺎر ِك َﻋ ْﻦ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ َن َﻋ ْﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ِﺮ ﺑْ ِﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ َﻋ ْﻦ - ١٥٧٧أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ﻋُ ْﺘﺒَﺔُ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻗَ َ ﺎل أَﻧْـﺒَﺄَﻧَﺎ اﺑْ ُﻦ اﻟ ُْﻤﺒَ َ ﺎل َﻛﺎ َن رﺳ ُ ِ ﻮل ﻓِﻲ ُﺧﻄْﺒَﺘِ ِﻪ ﻳَ ْﺤ َﻤ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪَ َوﻳُـﺜْﻨِﻲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺑِ َﻤﺎ ُﻫ َﻮ َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻗَ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـ ُﻘ ُ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َُ ﻀ ﱠﻞ ﻟَﻪ وﻣﻦ ﻳ ْ ِ ِ ﺎدي ﻟَﻪُ إِ ﱠن أَﺻ َﺪ َق اﻟ ِ ِ ِ ِ ﻮل ﻣﻦ ﻳـ ْﻬ ِﺪ ِﻩ اﻟﻠﱠﻪُ ﻓَ َﻼ ﻣ ِ َﺣ َﺴ َﻦ ْ ﺎب اﻟﻠﱠﻪ َوأ ْ ْﺤﺪﻳﺚ ﻛﺘَ ُ َ ُ ََ ْ ُ ُ أ َْﻫﻠُﻪُ ﺛُ ﱠﻢ ﻳَـ ُﻘ ُ َ ْ َ ﻀﻠﻠْﻪُ ﻓَ َﻼ َﻫ َ ﺿ َﻼﻟَ ٍﺔ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﺛُ ﱠﻢ ﺿ َﻼﻟَﺔٌ َوُﻛ ﱡﻞ َ ي ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﺷ ﱡﺮ ْاﻷ ُُﻣﻮِر ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ َوُﻛ ﱡﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ َوُﻛ ﱡﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ َ اﻟ َْﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ ُ ﻀﺒُﻪُ َﻛﺄَﻧﱠﻪُ ﻧَ ِﺬ ُﻳﺮ ﻳَـ ُﻘ ُ ﺎﻋﺔُ َﻛ َﻬﺎﺗَـ ْﻴ ِﻦ َوَﻛﺎ َن إِذَا ذَ َﻛ َﺮ اﻟ ﱠ ﺖ أَﻧَﺎ َواﻟ ﱠ اﺣ َﻤ ﱠﺮ ْ ﺻ ْﻮﺗُﻪُ َوا ْﺷﺘَ ﱠﺪ ﻏَ َ ﻮل ﺑُِﻌﺜْ ُ ﺴَ ﺴَ ﺎﻋﺔَ ْ ت َو ْﺟﻨَﺘَﺎﻩُ َو َﻋ َﻼ َ َﺟ ْﻴ ٍ َﻲ أ َْو َﻋﻠَ ﱠﻲ َوأَﻧَﺎ أ َْوﻟَﻰ ﺴﺎ ُﻛ ْﻢ ﺛُ ﱠﻢ ﻗَ َ ﺶ ﻳَـ ُﻘ ُ ﺻﺒﱠ َﺤ ُﻜ ْﻢ َﻣ ﱠ ﺎل َﻣ ْﻦ ﺗَـ َﺮ َك َﻣ ًﺎﻻ ﻓَِﻸ َْﻫﻠِ ِﻪ َوَﻣ ْﻦ ﺗَـ َﺮ َك َدﻳْـﻨًﺎ أ َْو َ ﺎﻋﺎ ﻓَِﺈﻟ ﱠ ﺿﻴَ ً ﻮل َ ِ ِ ٦٩ ِ ﻴﻦ ﺑﺎﻟ ُْﻤ ْﺆﻣﻨ َ 67
A.J Wensick, Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jâm al-Mufahras li alfaz al-Hadits al-Nabawi, , Juz 1,h 152. 68 Imam Abî Husaini Muslim Bin al-Hujaj al-Qusyairi al-Naysaburi, Sahih Muslim,.. h,335 69 . Abî Abdurrahman Ahmad Bin Su`Abî an-Nasai, Sunnan an-Nasâi… h,281
47
48
Hadis dari Abû Daud dalam Kitab al-Sunnah Bab Fi Lujumi al-Sunnah.
ﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻲ َﺧﺎﻟِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﻌ َﺪا َن َﺣ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺣ ْﻨﺒَ ٍﻞ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﻟ َْﻮﻟِﻴ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺛَـ ْﻮُر ﺑْ ُﻦ ﻳَ ِﺰﻳ َﺪ ﻗَ َ َ - ٤٦٠٧ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أ ْ ِ ﺎض ﺑْ َﻦ َﺳﺎ ِرﻳَﺔَ َو ُﻫ َﻮ ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ ﻧَـ َﺰ َل ﻗَ َ ﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻲ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو اﻟ ﱡ ﺴﻠَ ِﻤ ﱡﻲ َو ُﺣ ْﺠ ُﺮ ﺑْ ُﻦ ُﺣ ْﺠ ٍﺮ ﻗَ َﺎﻻ أَﺗَـ ْﻴـﻨَﺎ اﻟْﻌ ْﺮﺑَ َ ﱠِ ِِ ِ َﺣ ِﻤﻠُ ُﻜﻢ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ { ﻓَﺴﻠﱠﻤﻨَﺎ وﻗُـﻠْﻨَﺎ أَﺗَـ ْﻴـﻨَ َ ِ ﻳﻦ ﻳﻦ إِ َذا َﻣﺎ أَﺗَـ ْﻮ َك ﻟِﺘَ ْﺤ ِﻤﻠَ ُﻬ ْﻢ ﻗُـﻠ َ ْﺖ َﻻ أَﺟ ُﺪ َﻣﺎ أ ْ ْ َ ْ َ ﺎك َزاﺋ ِﺮ َ ﻓﻴﻪ} َوَﻻ َﻋﻠَﻰ اﻟﺬ َ ِِ ِِ ﺎل اﻟ ِْﻌﺮﺑﺎض ﺻﻠﱠﻰ ﺑِﻨَﺎ رﺳ ُ ِ ات ﻳَـ ْﻮٍم ﺛُ ﱠﻢ أَﻗـْﺒَ َﻞ َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َذ َ ﻴﻦ ﻓَـ َﻘ َ ْ َ ُ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َُ ﻳﻦ َوُﻣ ْﻘﺘَﺒﺴ َ َو َﻋﺎﺋﺪ َ ﺖ ِﻣ ْﻨـﻬﺎ اﻟْﻌﻴﻮ ُن وو ِﺟﻠَ ْ ِ ِ ِ ﺎل ﻗَﺎﺋِ ٌﻞ ﻳَﺎ َر ُﺳ َ ﻮب ﻓَـ َﻘ َ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻛﺄَ ﱠن َﻫ ِﺬ ِﻩ َﻣ ْﻮ ِﻋﻈَﺔُ ﺖ ﻣ ْﻨـ َﻬﺎ اﻟْ ُﻘﻠُ ُ ﻓَـ َﻮ َﻋﻈَﻨَﺎ َﻣ ْﻮﻋﻈَﺔً ﺑَﻠﻴﻐَﺔً َذ َرﻓَ ْ َ ُ ُ َ َ ِ ﺴﻤ ِﻊ واﻟﻄﱠ َ ِ ِ ﻣﻮد ٍﱢع ﻓَﻤﺎ َذا ﺗَـ ْﻌ َﻬ ُﺪ إِﻟَْﻴـﻨَﺎ ﻓَـ َﻘ َ ِ ِ ﺶ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﺎﻋﺔ َوإِ ْن َﻋ ْﺒ ًﺪا َﺣﺒَﺸﻴًّﺎ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﻌ ْ ﺎل أُوﺻﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑﺘَـ ْﻘ َﻮى اﻟﻠﱠﻪ َواﻟ ﱠ ْ َ َُ َ ِ ِِ ِ ِ ﺑـ ْﻌ ِﺪي ﻓَﺴﻴـﺮى ا ْﺧﺘِ َﻼﻓًﺎ َﻛﺜِﻴﺮا ﻓَـﻌﻠَ ْﻴ ُﻜﻢ ﺑِ ِ ﺴ ُﻜﻮا ﺑِ َﻬﺎ َو َﻋﻀﱡﻮا َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ﻳﻦ ﺗَ َﻤ ﱠ َ ﻴﻦ اﻟ ﱠﺮاﺷﺪ َ ﺴﻨﱠﺘﻲ َو ُﺳﻨﱠﺔ اﻟْ ُﺨﻠَ َﻔﺎء اﻟ َْﻤ ْﻬﺪﻳﱢ َ ََ َ ً َ ْ ُ ٧٠ اﺟ ِﺬ وإِﻳﱠﺎ ُﻛﻢ وﻣ ْﺤ َﺪﺛَ ِ ِ ﺿ َﻼﻟَﺔٌ ﺎت ْاﻷ ُُﻣﻮِر ﻓَِﺈ ﱠن ُﻛ ﱠﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ َوُﻛ ﱠﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ َ ﺑِﺎﻟﻨﱠـ َﻮ َ ْ َ ُ Hadis dari Ibnu Mâjah dalam Kitab al-Muqadimah Bab Man Hadasa `An rasulillah.
- ٤٦ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻣﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑﻦ ﻋُﺒـ ْﻴ ِﺪ ﺑ ِﻦ ﻣ ْﻴﻤ ٍ ﻮن اﻟ َْﻤ َﺪﻧِ ﱡﻲ أَﺑُﻮ ﻋُﺒَـ ْﻴ ٍﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑِﻲ َﻋ ْﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ِﺮ ﺑْ ِﻦ أَﺑِﻲ َﻛﺜِﻴ ٍﺮ َﻋ ْﻦ َ ُ َ ُْ َ ْ َ ُ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َﻋﻠَﻴﻪِ ِ ِ ٍ ِ َﺣ َﻮ ِ ص َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ِﻦ َﻣ ْﺴ ُﻌﻮد أَ ﱠن َر ُﺳ َ ُ ْ ﻮﺳﻰ ﺑْ ِﻦ ﻋُ ْﻘﺒَﺔَ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ إِ ْﺳ َﺤ َﻖ َﻋ ْﻦ أَﺑﻲ ْاﻷ ْ َ ُﻣ َ ِ ِ ي ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ أ ََﻻ َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َ َﺣ َﺴ ُﻦ اﻟْ َﻜ َﻼِم َﻛ َﻼ ُم اﻟﻠﱠﻪ َوأ ْ ي ﻓَﺄ ْ َﺣ َﺴ ُﻦ اﻟ َْﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ ُ ﺎل إِﻧﱠ َﻤﺎ ُﻫ َﻤﺎ اﺛْـﻨَﺘَﺎن اﻟْ َﻜ َﻼ ُم َواﻟ َْﻬ ْﺪ ُ وﻣ ْﺤ ِﺪﺛَ ِ ﺿ َﻼﻟَﺔٌ أََﻻ َﻻ ﻳَﻄُﻮﻟَ ﱠﻦ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ْاﻷ ََﻣ ُﺪ ﺎت ْاﻷ ُُﻣﻮِر ﻓَِﺈ ﱠن َﺷ ﱠﺮ ْاﻷ ُُﻣﻮِر ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ َوُﻛ ﱡﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ َوُﻛ ﱡﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ َ َُ ﺸ ِﻘ ﱡﻲ ﻣﻦ َﺷ ِﻘﻲ ﻓِﻲ ﺑﻄْ ِﻦ أُﱢﻣﻪِ ِ ٍ ٍ ﻓَـﺘَـ ْﻘﺴ َﻮ ﻗُـﻠُﻮﺑُ ُﻜ ْﻢ أََﻻ إِ ﱠن َﻣﺎ ُﻫ َﻮ آت ﻗَ ِﺮ ٌ ِ ﺲ ﺑِﺂت أ ََﻻ أَﻧﱠ َﻤﺎ اﻟ ﱠ َ ْ َ َ ُ ﻳﺐ َوإﻧﱠ َﻤﺎ اﻟْﺒَﻌﻴ ُﺪ َﻣﺎ ﻟَْﻴ َ ِ ِ ِ ِ ﺎل اﻟْﻤ ْﺆِﻣ ِﻦ ُﻛ ْﻔﺮ و ِﺳﺒﺎﺑﻪُ ﻓُﺴﻮ ٌق وَﻻ ﻳ ِﺤ ﱡﻞ ﻟِﻤﺴﻠِ ٍﻢ أَ ْن ﻳـ ْﻬﺠﺮ أَ َﺧﺎﻩُ ﻓَـﻮ َق ﺛََﻼثٍ ﺴﻌﻴ ُﺪ َﻣ ْﻦ وﻋ َ ِ َواﻟ ﱠ ْ ٌ َ َُ ُ َ َ ُْ ﻆ ﺑﻐَْﻴ ِﺮﻩ أ ََﻻ إِ ﱠن ﻗﺘَ َ ُ ُ َ َُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ب ب َﻻ ﻳَ ْ ﺼﻠُ ُﺢ ﺑِﺎﻟْﺠ ﱢﺪ َوَﻻ ﺑِﺎﻟ َْﻬ ْﺰِل َوَﻻ ﻳَﻌ ُﺪ اﻟ ﱠﺮ ُﺟ ُﻞ َ أََﻻ َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َواﻟْ َﻜﺬ َ ﺻﺒِﻴﱠﻪُ ﺛُ ﱠﻢ َﻻ ﻳَﻔﻲ ﻟَﻪُ ﻓَِﺈ ﱠن اﻟْ َﻜﺬ َ ب ﻓَِﺈ ﱠن اﻟْ َﻜﺬ َ ِ ِ ِ ِ ﱠﺎر َوإِ ﱠن اﻟ ﱢ ْﺠﻨ ِﱠﺔ َوإِﻧﱠﻪُ ﺼ ْﺪ َق ﻳَـ ْﻬﺪي إِﻟَﻰ اﻟْﺒِ ﱢﺮ َوإِ ﱠن اﻟْﺒِ ﱠﺮ ﻳَـ ْﻬﺪي إِﻟَﻰ اﻟ َ ﻮر ﻳَـ ْﻬﺪي إِﻟَﻰ اﻟﻨ َ ﻳَـ ْﻬﺪي إِﻟَﻰ اﻟْ ُﻔ ُﺠﻮِر َوإِ ﱠن اﻟْ ُﻔ ُﺠ َ ﱠ ِ ﱠ ٧١ ِ ﺎل ﻟِ ْﻠ َﻜ ِ ﺎل ﻟِﻠ ﱠ ِ ِ ﺎذ ِ ﺐ ِﻋ ْﻨ َﺪ اﻟﻠﻪ َﻛﺬاﺑًﺎ ﺻ َﺪ َق َوﺑَـ ﱠﺮ َوﻳُـ َﻘ ُ ﻳُـ َﻘ ُ ﺼﺎدق َ ب َوﻓَ َﺠ َﺮ أ ََﻻ َوإِ ﱠن اﻟ َْﻌ ْﺒ َﺪ ﻳَﻜْﺬ ُ ب َﻛ َﺬ َ ب َﺣﺘﱠﻰ ﻳُﻜْﺘَ َ Dalam penelitian sanad ini, penulis akan meneliti pada jalur Sunan alNasâ`i dari Jabîr bin Abdullah , yang termuat dalam Sunan al-Nasâ`i Kitab Kaifa al-`Iddaini Bab Fi Lujumi al-Sunnah. Dalam penelitian ini sanad ini penulis akan mengawali dari periwayatan atau mukharrij terakhir, yaitu Sunan al-Nasâ`i lalu di ikuti oleh periwayatan selanjutnya hingga periwayatan pertama.
Imam al-Hafidz Abî Daud Sulaiman Bin al-Asy`asti, Sunan Abî Daud…h,752 Abî Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah a-Qazwaini, Sunan bin Majah,.. h, 23
48
70 71
49
Al-Nasa`i
a) Al-Nasâ`i adalah Abû Abdurrahman Ahmad bin Syu`aib bin `Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasanî al-Qadi al-Nasâ`i, dia dilahirkan di daerah Nasa pada tahun 215 H, dan wafat pada tahun 303 H di Bait al-Maqdis. Sebelum berusia lima belas tahun dia pergi ke Hijaz, Iraq, Mesi, dan Jazirah untuk belajar hadis pada ulama yang ada di Negara itu. b) Guru dalam bidang periwayatan hadis: Muhammad bin Khalid (W 230 H), Ja`far bin Muhammad. Sehingga al-Nasâ`i menjadi ulama hadis terkemuka yang mempunyai sanad `ali. (tinggi). Semua kritikis hadis menilai alNasâ`i sebagai periwayat hadis yang tsiqah.72 Dari pernyataan diatas, tidak ada seorang ulama kritikus hadis yang mencela Al-Nasâ`i, pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang bertingkat tinggi, dengan demikian, periwayatan yang menyatakan bahwa dia telah menerima hadis diatas dari `Utbah bin Abdullah dengan lambang hadis akhbaranâ dapat dipercaya kebenaranya, itu berarti sanad antara Al-Nasâ`i dan `Utbah bin Abdullah dalam keadaan bersambung kerena pada masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan dan Ibnu mâjah merupakan periwayat yang Tsiqah.
72
. Muhammad Abu Syubban, Fi Rihab al-Kutub al-Sihhah al-Sittah (Mujma` Bahus alIslamîah, 1969) h 127-130
49
50
Utbah bn Abidullah
a) Nama Lengkap: `Utbah bin Abdullah bin `Utbah al-yahmadî, al-Azdî. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Sayid bin Salim al-Qadah, Safîyân bin `Uyainah, Abdullah bin Mubarak, al-Fadil bin Musa al-Sinanî, Malik bin Anas, Muhammad bin `Abas al-`awdi, Abî Malik Muhammad bin `Isa, Muhammad ibn al-Fadil bin `Atîah, Abî hanim Yûnus bin Nafi. Murid: al- Nasâ`i, Ibrahîm Ibnu Muhammad bin Yazid al-Marwazi, Hasan bin Sofîân al-Naswîa, Muhammad bin Isaq bin Khujaimah, Abû Turab, Muhammad bin Ali bin Ibrahîm al-Marwaji, Muhammad bin Ali al-Hakim al-Tirmidzi. c) Peryataan para kritikus hadis. -
Al-Nasa`i Berkata: Tsiqah, La Basa Bih.
-
Ibn Hatim dalam kitabnya berkata: Tsiqah. 73 Para kritikus hadis mengakui bahwa Utbah bn Abidullah adalah orang
yang tsiqah. Karenanya pernyataan Utbah bn Abidullah yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Safîyân dengan lambang “an” dengan demikian antara Utbah bn Abidullah dan Safîyân bersambung.
73
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz.19 h.
311-312
50
51
Safîyân
a) Nama Lengkap: Safîyân bin `Uyainah bin `Imran, Nama lainya: Maimun al-Hilalî. Kunyah: Abu Muhammad al-Kufi dia tinggal di mekah dan meninggal disana b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ibrahîm bin Abdia`la, Ibrahîm bin Ma`sarah, Ismaîl bin Ibrahîm bin Abdurrahman bin Adbullah, Abî Rabîah Makzumî, Stuwayra Abî Fakhatah, Jabîr al-Ju`fî, Ja`far ibn Muhammad al-Sidiq, Sulaimân al-`Amas, Abdillah bin Abî Mâjah, Yahya Ibnu Isaq. Murid: Tsabît bin Muhammad al-`Abîd, Sulaimân al-`Amsy, Sahla bin Hasyim al-Bayruti, Abû `Asam al-Dahaky bin Makhlid, Muhammad bin `Ajani, Makhlad bin Yazid al-Harany,`Utbah bin Abdullah al-Marwazî, Ishaq bin Abi Israil, Ismaîl bin Musa al- fazârî. c) Peryataan para kritikus hadis. -
Ahmad bin Abdullah al-`Ijlî berkata: Ahsan Isnad al-Kufah, Hasan alHadits, tsiqah.
-
Abdullah bin Mubarak dia menulis 1000 hadis
-
Hafidz Abû Bakar al-Khatib berkata: Dia Imam dari Umat Muslimin dan mengajar Ilmu Agama.74 Para kritikus hadis mengakui bahwa Safîyân bin `Uyainah bin `Imran
adalah orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Safîyân bin `Uyainah bin `Imran yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Muhammad bin Ali (ayahnya) dapat dipercaya kebenaranya walaupun dia mengunakan dengan 74
.Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz.11h.
177.
51
52 lambang “an” dengan demikian antara Safîyân bin `Uyainah bin `Imran dan Ja`far bin Muhammad bersambung.
Ja`far bin Muhammad
a) Ja`far bin Muhammad bin Ali bin Husaini bin Ali bin Abî Talib al-Qurasî al-Hasyim, Abû Abdullah al-Madanî al-Sidiq, Ibunda Umu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abî Bakr al-Sidiq, Paman Asma binti Abdurahman bin Abî Bakr al-Sidiq, (w148 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ubaydilah bin Abî Rafi`, Urwah bin Zubair, `Ata bin Abî Rabah, Kakek dari Paman Qasim bin Muhammad bin Abî Bakr al-Sidiq, Ayahanda Abî Ja`far Muhammad bin Ali al-Baqi, Muhammad bin Muslim bin Sahab alZahra, Muhammad bin Munkadari, Muslim bin Abî Marim, Nafi` Maulana bin Umar. Murid: Abana bin Taglib, Ismaîl bin Ja`far Hatim bin Ismaîl, Hasan bin Salih bin Haya sayid bin Sofîân al-Islamî, Safîyân al-Tsaurî, Safîyân bin `Uyainah, Muslim bin Kholid al-Zanjî, Musa bin Umir al-Quraisy. c) Peryataan para kritikus hadis: -
Mas`ab berkata: bahwa Malik tidak mengetahui tentang Ja`far bin Muhammad sampai mengumpulkan hadis hingga akhir dari mereka itu mengangkat derajatnya lalu menjadikannya setelahnya.
-
`Abas al-Dawrî, Usmân bin Sayid al-Daramî Abû Bakr bin Haytsamah, Ahmad bin Sayid Abî Maryam dari Yahya bin Ma`in berkata: Tsiqah. 75 75
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz.5 h 74-
77
52
53 Para kritikus hadis mengakui bahwa Ja`far bin Muhammad adalah orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Ja`far bin Muhammad
yang menyatakan
bahwa dia menerima riwayat hadis dari Muhammad bin Ali (ayahnya) dapat dipercaya kebenaaranya walaupun dia mengunakan dengan lambang “an” dengan demikian antara Ja`far bin Muhammad dan Muhammad bin Ali bersambung.
Abîhi (Muhammad bin Ali)
a) Muhammad bin Ali bin Husaini bin Ali bin Abî Talib al-Qurasy, Abû Ja`far al-Baqi, Ibunda Umu Abdullah binti Hasan bin Ali bin Abî Talib. (w 118 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ibrahîm bin Sa`ad waqos, Anas bin Malik, Jabîr bin Abdullah, Harmalah Maulaya Asmah bin Zaid, Husain bin Ali Abî Talib, Sayid bin al-Musayib, Abdullah bin Ja`far Abî Talib, Ata bin Yasar, Yazaid bin Hurma, Abî Hurairah, Aisyah, Umu Salamah. Murid: Abana bin Taglib al-Khufi, Basam al-Sayrafy, Abû Hamjah, Stabît bin Abî Safiah, JAbîr bin Yazid al-Ju`fî, Ananda Ja`far bin Muhammad al-Sadiq, Sadir bin Hakim bin Suhaib, walid hiban bin sadir al-Sarafî, Qasim bin Fadal al-Hudani, Musa bin Umar al-Quraisy, Yahya bin Abî Kasir. c) Peryataan para kritikus hadis: -
Muhammad bin Sa`ad menyebutkan dalam tingkatan kedua dari Ahli Madinah berkata: Tsiqah, Hadisnya banyak.76 76
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz.26 h
136-139.
53
54 Para kritikus hadis mengakui bahwa Muhammad bin Ali adalah orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Muhammad bin Ali yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Jabîr bin Abdullah dengan lambang “an” dengan demikian antara Muhammad bin Ali dan Jabîr bin Abdullah bersambung.
Jabîr bin Abdullah
a) Nama Lengkap: Jabîr bin Abdullah bin `Amru bin Haram bin Tsalibah bin Ka`ab bin Salamah bin Sa`ad, bin `Ali bin Asad bin Sardah, bin Tazid bin Khasyim bin al-Khajarji al-Ansary, kunyah Abu Abdullah, Abu Abdurahman, Abu Muhammad. Salah satu orang yang meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW dn salah satu sahabat yang meninggal di madinah (w 99 H)77 b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Nabî Sallallah Alaihi wa Salam, Khalid bin Unais, Ali bin Abî Talib, `Ammar bin Yasar, Umar bin Khatab, Abî Humaidi al-Sa`ad, Abî Sayid al-Khodri, Abû Hurairah, Umu Sarik, Umu Kulsum binti Abî Bakr al-Sidiq, Umu Malik al-Ansorîah, Umu Mubasyirah al-Ansarîah. Murid: Ibrahîm bin Abdullah bin Qanid, Haris bin Rafi` bin Makis alZuhainî, Salam bin Abî al-Ja`di, Sayid bin Haris al-Ansary, Safiyân bin Sulaim, Tariq bin `Amar Qadi, Muahrib bin Distar, Abû Ja`far Muhammad bin Ali bin al-Husaini bin Ali bin Abî Talib, Yahya bin Abî Kasir, Yazid bin Nu`aim bin Hazal. 77
Sihab al-din abi al-Fadal, Ahmad ibn Ali Ibn Muhammad, dkk, al-Asabah fi Tamyiz alSahabah, juz 1, h. 223.
54
55 c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Tidak ada satupun kritikus mencela Qais bin `Ubad, dan penulis mengambil kesimpulan bahwa ( الصحابة كلھم عدولsemua sahabat Nabî Muhammad Saw. Adalah adil)78 Dari pernyataan kritikus di atas, tidak seorangpun yang mencela Jabîr bin
Abdullah apabila dilihat dari rawi atasnya, dengan demikian periwayatannya yang menyatakan bahwa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Muhammad Saw dengan lambang qâla yang berarti sanadnya bersambung.
♦ Hadis ketiga
ِ ِ ﺼ ُﺮ ﻓِﻲ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ َ َﻗ ْ ﺼ َﺮ إِﱠﻻ ﻓﻲ ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَﺄَ ْد َرَﻛ ُﻬ ْﻢ اﻟ َْﻌ ْ َﺣ ٌﺪ اﻟ َْﻌ َ ُ َﻻ ﻳ: ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺼﻠﱢﻴَ ﱠﻦ أ Artinya:Bersabda Rasulullah SAW: Janganlah seseorang salat asar kecuali di bani Quraizah: sebagaimana mereka telah masuk waktu asar saat dalam perjalanan. Sebagian berkata; kita tidak salat hingga sampai ke tempat mereka; sebagian lagi berkata; bahkan kita salat, Nabî SAW tidak menginginkan dari kita seperti itu; hal ini disampaikan kepada Nabî SAW, tetapi Beliau tidak mencela seseorangpun diantara mereka. Setelah ditelusuri melalui kitab al-Mu`jâm al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi,79 hadis diatas diriwayatkan oleh al-Bukharî dalam Sahih-nya مغازى:خ ٥ خوف, ٣ dan
melalui kitab Mausû`ah al-Atraf al-Hadits al-Nabawy.80
Diriwayatkan oleh : ٢٣ الجھاد ب: – م١٤٣ :٥ ,١٩ :٢ ,خ. Hadis Bukharî melalui jalur Bin `Umar Radîallahu `Anhu. Dan Hadis Muslim jalur `Abdullah Radîallahu `Anhu. 78
.443
Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 4 h
79
A.J Wensick, Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jam al-Mufahras li alfaz al-Hadis al-Nabawi, Juz 4,h 247. 80 Abû Hajar Muhammad al-Sa`id bin Basuni Zuglul, Mausû`ah al-Atraf al-Hadits alNabawy, jil.7 h. 417
55
56 Hadis dari Sahih al-Bukharî dalam Kitab Sulhi Bab Qaul Imam Liasabî.
ِ ِ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ ﺎل ﻗَ َ ﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺟ َﻮﻳْ ِﺮﻳَﺔُ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤ َﺮ ﻗَ َ ﺎء ﻗَ َ َ - ٩٣٦ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ُﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ﺑْ ِﻦ أ ْ َﺳ َﻤ َ ِ ِ َﺣ َﺰ ِ ﻀ ُﻬ ْﻢ ﺼ َﺮ إِﱠﻻ ﻓِﻲ ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَﺄَ ْد َر َك ﺑَـ ْﻌ َ َﺣ ٌﺪ اﻟ َْﻌ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻨَﺎ ﻟَ ﱠﻤﺎ َر َﺟ َﻊ ﻣ ْﻦ ْاﻷ ْ َ اب َﻻ ﻳُ َ ﺼﻠﱢﻴَ ﱠﻦ أ َ ِ ﻚ ﻓَ ُﺬﻛِ َﺮ ﻟِﻠﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ﺼﻠﱢﻲ َﺣﺘﱠﻰ ﻧَﺄْﺗِﻴَـ َﻬﺎ َوﻗَ َ ﺼ ُﺮ ﻓِﻲ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ ﻓَـ َﻘ َ ﺎل ﺑَـ ْﻌ ُ ﺎل ﺑَـ ْﻌ ُ َﻢ ﻳُـ َﺮ ْد ﻣﻨﱠﺎ َذﻟِ َ اﻟ َْﻌ ْ ﻀ ُﻬ ْﻢ ﺑَ ْﻞ ﻧُ َ ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻧُ َ ﺼﻠﱢﻲ ﻟ ْ ٨١ ﱢﻒ و ِ ِ اﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـﻠَ ْﻢ ﻳُـ َﻌﻨ ْ َ Hadis dari Sahih al-Bukharî dalam Kitab al-Khouf Bab Solat al-Khouf rijalan.
ِ ِ َﺳﻤﺎء َﻋﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُﻤﺮ ر ِ ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َ - ٤١١٩ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ُﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ﺑْ ِﻦ أ ْ ْ ﺎء َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺟ َﻮﻳْ ِﺮﻳَﺔُ ﺑْ ُﻦ أ ْ َ َ ْ ََ َ َﺳ َﻤ َ ِ َﺣ َﺰ ِ ﺼ َﺮ إِﱠﻻ ﻓِﻲ ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَﺄَ ْد َر َك ﺎل ﻗَ َ َﻋ ْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ﻗَ َ َﺣ ٌﺪ اﻟ َْﻌ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـ ْﻮَم ْاﻷ ْ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ اب َﻻ ﻳُ َ ﺼﻠﱢﻴَ ﱠﻦ أ َ ﻚ ﺼﻠﱢﻲ َﺣﺘﱠﻰ ﻧَﺄْﺗِﻴَـ َﻬﺎ َوﻗَ َ ﺼ َﺮ ﻓِﻲ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ ﻓَـ َﻘ َ ﺑَـ ْﻌ ُ َﻢ ﻳُ ِﺮ ْد ِﻣﻨﱠﺎ ذَﻟِ َ ﺎل ﺑَـ ْﻌ ُ ﺎل ﺑَـ ْﻌ ُ ﻀ ُﻬ ْﻢ اﻟ َْﻌ ْ ﻀ ُﻬ ْﻢ ﺑَ ْﻞ ﻧُ َ ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻧُ َ ﺼﻠﱢﻲ ﻟ ْ ٨٢ ﱢﻒ و ِ ﻓَ ُﺬﻛِﺮ َذﻟِ َ ِ ِ اﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ ﻚ ﻟﻠﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـﻠَ ْﻢ ﻳُـ َﻌﻨ ْ َ َ Hadis dari Sahih Muslim dalam kitab al-jihâd bab al-Mubâdarah bilghazwa, wataqadima ahami al-amrayni al-mutâridin.
ِ ِ ِ ﺎء َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺎء اﻟﻀﱡﺒَﻌ ﱡﻲ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺟ َﻮﻳْ ِﺮﻳَﺔُ ﺑْ ُﻦ أ ْ - ٣٣١٧و َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻲ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ُﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ﺑْ ِﻦ أ ْ َﺳ َﻤ َ َﺳ َﻤ َ ِ ﺎدى ﻓِﻴﻨَﺎ رﺳ ُ ِ َﺣ َﺰ ِ َﺣ ٌﺪ اﻟﻈﱡ ْﻬ َﺮ إِﱠﻻ ﻓِﻲ ﻗَ َ ﺼ َﺮ َ ﺎل ﻧَ َ ف َﻋ ْﻦ ْاﻷ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـ ْﻮَم اﻧْ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ اب أَ ْن َﻻ ﻳُ َ َُ ﺼﻠﱢﻴَ ﱠﻦ أ َ ِ ﻮل ﺚ أ ََﻣ َﺮﻧَﺎ َر ُﺳ ُ ﺼﻠﱠ ْﻮا ُدو َن ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ َوﻗَ َ ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَـﺘَ َﺨ ﱠﻮ َ ﺼﻠﱢﻲ إِﱠﻻ َﺣ ْﻴ ُ ﺎس ﻓَـ ْﻮ َ ﺎل َ آﺧ ُﺮو َن َﻻ ﻧُ َ ت اﻟ َْﻮﻗْﺖ ﻓَ َ ف ﻧَ ٌ ٨٣ ﱠﻒ و ِ ِ اﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻦ اﻟْ َﻔ ِﺮﻳ َﻘ ْﻴ ِﻦ ْﺖ ﻗَ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوإِ ْن ﻓَﺎﺗَـﻨَﺎ اﻟ َْﻮﻗ ُ اﻟﻠﱠﻪ َ ﺎل ﻓَ َﻤﺎ َﻋﻨ َ َ
Dalam penelitian sanad ini, penulis akan meneliti pada jalur Sahih Muslim dari Abdullah, Dalam penelitian ini sanad ini penulis akan mengawali dari periwayatan atau mukharij terakhir, yaitu Sahih Muslim lalu di ikuti oleh periwayatan selanjutnya hingga periwayatan pertama. Muslim
Imam al-Hafidz Abî Abdullah Muhammad Bin Ismâ`îl al-Bukhari, Sahih al-Buhkari,h
81
Imam al-Hafidz Abî Abdullah Muhammad Bin Ismâ`îl al-Bukhari, Sahih al-Buhkari,h
82
Imam Abî Husaini Muslim Bin al-Hujaj al-Qusyairi al-Naysaburi, Sahih Muslim, h.974
83
56
111 460
57 a) Nama Lengkap: Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi al-Naisabari. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Abû Bakr bin Abî Syaiban,Yahya bin Yahya Isaq bin Rahwaih, Muhammad bin Mahran, Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin Muhammad bin Asma al-Dubaî, Abdullah bin Maslamah, Sa`id bin Mansur, Abû Mas`ab , `Amr bin Sawad, Usmân bin Abû Bakr Keduanya adalah putra Syaibah, dll. Murid: Ibrahîm bin Muhammad bin Safiyân, Yahya bin Said, Muhammad bin Makhlad, Abû Awanah Ya`qub bin Isaq.84 c) Peryataan para kritikus hadis -
Para kritikus memberikan penilaian terhadap Imam Muslim adalah salah seorang Muhadis yang terpercaya, beliau banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama hadis.
-
Menurut al-Khatab al-Bagdadi meriwayatkan dengan sanad lengkap. Ahmad bin Salamah katanya saya melihat Abû Zadah dan Abû Hâtim senatiasa mengistimewakan dan mendahulukan muslim di bidang pengetahuan hadis sahih atas guru-guru mereka pada masanya.
-
Muhammad bin Abdullah Wahab al-Fara`: beliau termasuk ulama besar diantara manusia, paling memahami ilmu dan aku tidak mengetahui apapun dari dirinya kecuali kebaikan.85 Ibn Hajar dan al-Zahabî : beliau Hafid, sahib, "Sahih"
84
. Ibarhîm bin Muhammad bin Sabît Ibnu al-Ajmi Abû al-Wara` al-Halbi al-Torobalisi, al-Tabyin, Liasma` al-Madlisaini,( Bairut: Massasah al-Rîan Lil Tobaa Wannasyri Wattauzih) Cet:1 1994-1414, Juz 1. H 206 85 . Abû Syubbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah (Kairo: Majma` alBuhus al-Islamîah 1969) h. 83
57
58 -
Ibn Hâtim: mereka adalah yang Tsiqah dari pada Kata-kata Mereka, dan mereka banyak tahu tentang hadis.86 Dari pernyataan diatas, tidak ada seorang ulama kritikus hadis yang
mencela Muslim, pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang bertingkat tinggi, dengan demikian, periwayatan yang menyatakan bahwa dia telah menerima hadis diatas dari Abdullah bin Muhammad dengan lambang hadis Haddasanî dapat dipercaya kebenaranya, itu berarti sanad antara Muslim dan Abdullah bin Muhammad dalam keadaan bersambung kerena pada masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan dan Muslim merupakan periwayat yang Tsiqah.
Abdullah bin Muhammad bin Asma al-Dubaî.
a) Nama Lengkap: Abdullah bin Muhammad bin Asma bin Ubaydi bin Mukhariq. Kunyahnya Ibn Mikhraqi, al-Dunabî, Abû Abdurrahman alBasrî. Anak Dari Kakak Zuwairîah bin Asma. (w 231 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ja`far bin Sulaimân al-Dubaî, Pamannya Juwairîah bin Asma, Hafis bin Ghîats, Abdullah bin al-Mubarik, Abdurrahman bin Muhammad al-Muharabî, Miskin bin Maimunah al-Ramlî, Mahdi bin Maimun. Murid: Bukharî, Muslim, Abû Daud, Ibrahîm bin Abdullah bin al-Junaid, Ahmad bin Sa`ad bin Abî Marim, Hasan bin Ahmad bin Habîb alKirmanî, Muhammad bin Muslim bin Warah al-Razî. c) Pernyataan para kritikus hadis:
86
. Al-Asqalanî as-Syafi`i, Tahdzib al-Tahdzib, Juz: 1,h. 529
58
59 -
Abû Hâtim dan Ibn Hibân dalam berkata: Tsiqah.
-
Abû Zur`ah berkata: La Ba`sa bih. Guru yang Saleh.
-
Ibn Warah berkata: Abdullah bin kitabnya Muhammad bin Asma` bekata kepada saya: dia yang lebih baik ahlu al-Basrah.
-
Ahmad bin Ibrahîm al-Dawraqî: belum menemukan di Basrah yang lebih baik darinya.87 Para kritikus hadis mengakui bahwa Abdullah bin Muhammad adalah
orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Abdullah bin Muhammad yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Juwairîah bin Asma dengan lambang haddatsana kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al-sama`, dengan demikian antara Abdullah bin Muhammad dan Juwairîah bin Asma bersambung.
Juwarîah bin Asma
a) Nama Lengkap: Juwarîah Bin Asma bin Ubaydi bin Mukhariq, panggilan, Mikhraq al-Dubaî Abû Mukhriq, dan panggilan yang lain: Abû Asma` alBasrî, Abû Mikhraq, dia adalah Paman Abdullah bin Muhammad bin Asma`.(w 173 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ayahanda Asma bin Ubaydi al-Duba`î, Abdullah bin yazid maula al-Munbaist,Abdul Wahab bin Yahya bin `Abad bin Abdullah bin Zubair al-Zubarî, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuahirî, Musyafi bin Syibah, Nafi` Maulaya Ibn Umar, Walid bin Abî Hisyam, Abî Khaldah al-Hanafî. 87
. Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 16 h
.44
59
60 Murid: Hibân bin Hilal, Abû `Asam al-Dihak bin Makhlad al-Nabîl, `Abad bin Abad al-Muhallabî, Abdullah bin Abî Bakr al-`Ataqî, Anak dari kakaknya Abdullah bin Muhammad bin Asma, Abû Salamah Musa bin Ismâ`îl al-Nahdî, Musanin bin Musarhid, Wahab bin Jarir bin Hazam. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Ayahnya, Abû Bakr bin Abî Khaisyamah dari Yahya bin Ma`in: Laisa bîhi Basun, Ahmad menambahkan: Tsiqah.
-
Abû Hâtim Berkata: salih. 88 Para kritikus hadis mengakui bahwa Juwarîah Bin Asma adalah orang
yang tsiqah. Karenanya pernyataan Juwarîah Bin Asma yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Nafi` Maulaya Ibn Umar dengan lambang “an” dengan demikian antara Juwarîah Bin Asma dan Nafi` Maulaya Ibn Umar bersambung.
Nafi`
a) Nama Lengkap: Nafi`, Maulaya Abdullah bin Umar bin al-Khatab alQurasî al-`Adawî, Abû Abdullah al-Madanî. Ada mengatakan: bahwa Dia berasal dari al-Mugharib, lalu: dari Naisabûri, dan memiliki panggilan Abû Syahar, Nama Ayahandanya: Harmaz.(w 116 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ibrahîm bin Abdullah bin Hunain, Zaid bin Abdullah bin Umar, Maulahu Abdullah
88
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 5 h
.172
60
61 bin Umar, Abdullah bin Muhammad bin Abî Bakr al-Sidiq, Mugirah bin Hakim al-San`anî, Aisyah, Umu Salamah Istri Rasul. Murid: Aslamah bin Zaid bin aslam, Ismâ`îl bin Umayah al-Qursyî, Ayub bin Musa, Tsabît bin Juhair, Jarir bin Hazam, Abû Bisyri Ja`far bin wahsyîah, Juwarîah bin Asma al-Dubaî, Daud bin Abî Solih al-Laisyay, Salamah bin `Alqomah al-Tamimî. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
`Usmân bin Sayid al-Darimî berkata: Yahya bin Ma`in dia berkata: Nafi dari Ibn Umar menyukai kepada mu atau cinta damai. Aku berkata Bahwa Nafi atau Abdullah bin dîar: Tsiqah.
-
`Amir berkata: bahwa Hamid bin Zaid: telah berkata kepada kami Ubaidillah bin `Umar sesungguhnya `Umar bin Abdul Aziz mencari Nafi ke Mesir Untuk belajar sunah kepadanya.
-
`Ijlî, Ibn Khirasy, dan Nasâ`i mereka berkata: Tsiqah.89 Para kritikus hadis mengakui bahwa Nafi`, Maulaya Abdullah bin Umar
adalah orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Nafi` yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Abdullah bin Umar dengan lambang qâla dengan demikian antara Nafi` dan Abdullah bin Umar bersambung.
Abdullah
a) Nama lengkap: Abdullah bin `Umar bin al-Khatab al-Qurasyi, al-`Adadi, Abû Abdurrahman al-Makî.( w 74 H )
89
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 19 h
.32-34
61
62 b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Muhammad SAW, Bilal Muadzin Rasullullah, Rafi` bin Khadij, Zaid bin Tsabît, Paman Zaid bin Khatab, Abdullah bin Mas`ud, Usmân bin Talhah, Usmân bin Afân, Abî Bakr as-Sidiq, Abdullah ibn Dinar, Kakak Hafisah, Aisyah Umul Mu`miniin. Murid: Ismaîl bin Abdurrahaman bin Duaibi, Khalid bin Asyad, Anas bin Sagrayni, Abû Qasim Husaini, bin Haris al-Jadalî, Hakim bin Hurrah, Hamid bin Abdurrahman al-Himyari, Daud Sualiki al-Sa`dî, Nafi` Maulahu, Wasi bin Hiban, Wabarah bin Abdurrahman, Abû Uqil, Abû Walid al-Basrî, Ruqayah binti Umar bin Sa`ad.90 c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Al-Zuhairî berkata: ibn Umar tidak menganiaya dan mengada-ada kepada kami, bahwa dia lahir setelah Rasulullah enam tahun, tidak takut kepada sesuatu apa yang diperintahkan Rasul, dan Sahabat.
-
Hafisah berkata: dari Rasulullah: sesungguhnya Abdullah Anak yang Salih.91 Dari pernyataan kritikus di atas, tidak seorangpun yang mencela Abdullah
bin `Umar apabila dilihat dari rawi atasnya, dengan demikian periwayatannya yang menyatakan bahwa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Muhammad Saw dengan lambang qâla yang berarti sanadnya bersambung.
90
.ibnu Hajar, Al-Ishobah Fi Tamyizi Al-Shohabah, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, t.th), jld II, h. 108 91 . Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 15 h .333- 337
62
63 ♦ Hadis Keempat
ِ ِ ُ ﺎل رﺳ آوى ُﻣ ْﺤ ِﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﻟ َْﻌﻨَﺔُ اﻟﻠﱠ ِﻪ َ َﺣ َﺪ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣ ْﻦ أ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ َﻗ َ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ أ َْو
Artinya:"Barang siapa membuat persoalan baru atau mengayomi atau setidaknya mendukung seseorang yang membuat pembaharuan, maka ditimpakan kepadanya laknat Allah". Setelah ditelusuri melalui kitab al-Mu`jâm al-Mufahras li Alfadz al-Hadits
al-Nabawi,92 dan kitab Mausû`ah al-Atraf al-Hadits al-Nabawy.93 Dan menghasilkan periwayatan oleh; ١٠ ب, القسامه: ن-١١ ب, الديات: دdari kedua hadis ini semua melalui jalur Qais bin `Ubad Radîallahu `Anhu.
Hadis dari Sunan al-Nasâ`i dalam kitab al-Qasamah bab al-Qawadi bayna al-Ahrary wa al-Mamalik fi Nafsi.
ٍ ﺎل ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳ ِﻌ ِ ْﺤ َﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ َ َﻴﺪ ﻗ َ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﺳ ِﻌﻴ ٌﺪ َﻋ ْﻦ ﻗَـﺘ َ ﺎد َة َﻋ ْﻦ اﻟ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧﻲ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ُْﻤﺜَـﻨﱠﻰ ﻗ-٤٧٣٤ ٍ ﺲ ﺑ ِﻦ ﻋُﺒ ﺎل َ َﺎد ﻗ َ ْ ِ ﻗَـ ْﻴ ِ ِ ﺖ أَﻧَﺎ و ْاﻷَ ْﺷﺘَـﺮ إِﻟَﻰ َﻋﻠِ ﱟﻲ ر ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ ْﻴﺌًﺎ ﻟَ ْﻢ َ ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨﻪُ ﻓَـ ُﻘﻠْﻨَﺎ َﻫ ْﻞ َﻋ ِﻬ َﺪ إِﻟَْﻴ َ ﻚ ﻧَﺒِ ﱡﻲ اﻟﻠﱠﻪ َ َ ُ اﻧْﻄَﻠَ ْﻘ ُ ِ ﺎل َﻻ إِﱠﻻ َﻣﺎ َﻛﺎ َن ِﻓﻲ ﻛِﺘَﺎﺑِﻲ َﻫ َﺬا ﻓَﺄَ ْﺧﺮ َج ﻛِﺘَﺎﺑًﺎ ِﻣ ْﻦ ﻗِﺮ ِ ﻳَـ ْﻌ َﻬ ْﺪﻩُ إِﻟَﻰ اﻟﻨ اب َﺳ ْﻴ ِﻔ ِﻪ ﻓَِﺈذَا ﻓِ ِﻴﻪ اﻟ ُْﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن َ َﱠﺎس َﻋﺎ ﱠﻣﺔً ﻗ َ َ ِ ِ ِ ﺎﻫ ْﻢ أ ََﻻ َﻻ ﻳُـ ْﻘﺘَ ُﻞ ُﻣ ْﺆِﻣ ٌﻦ ﺑِ َﻜﺎﻓِ ٍﺮ َوَﻻ ذُو َﻋ ْﻬ ٍﺪ ﺑِ َﻌ ْﻬ ِﺪ ِﻩ ُ َاﻫ ْﻢ َوﻳَ ْﺴ َﻌﻰ ﺑِﺬ ﱠﻣﺘِ ِﻬ ْﻢ أَ ْدﻧ ُ ﺗَ َﻜﺎﻓَﺄُ د َﻣﺎ ُؤ ُﻫ ْﻢ َو ُﻫ ْﻢ ﻳَ ٌﺪ َﻋﻠَﻰ َﻣ ْﻦ ﺳ َﻮ ٩٤ ِ ِِ ِ آوى ُﻣ ْﺤ ِﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَ ْﻴ ِﻪ ﻟ َْﻌﻨَﺔُ اﻟﻠﱠ ِﻪ َواﻟ َْﻤ َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ َواﻟﻨ ﻴﻦ َ َﺣ َﺪ ْ َﻣ ْﻦ أ ْ ﱠﺎس أ َ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَﻰ ﻧَـ ْﻔﺴﻪ أ َْو َ َﺟ َﻤﻌ
Hadis dari Sunan Abû Daud dalam Kitab ad-Dîat, bab Ayqadu Muslim min al-Kafir.
ٍ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺣﻤ ُﺪ ﺑﻦ ﺣ ْﻨﺒ ٍﻞ وﻣﺴ ﱠﺪ ٌد ﻗَ َﺎﻻ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳ ِﻌ- ٤٥٣٠ ﻴﺪ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ َﺳ ِﻌﻴ ُﺪ ﺑْ ُﻦ أَﺑِﻲ َﻋ ُﺮوﺑَﺔَ َﻋ ْﻦ َ ُ ْ َْ َ َ َ َ َُ َ َ ُ ْ َ ْ ٍ ﺲ ﺑ ِﻦ ﻋُﺒ ﺎل َ َﺎد ﻗ َ َﻗَـﺘ َ ْ ِ ﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ ﻗَـ ْﻴ َ ﺎدةَ َﻋ ْﻦ اﻟ َ ْﺤ ِ ِ ُ ﻚ رﺳ َﻢ ﺖ أَﻧَﺎ َو ْاﻷَ ْﺷﺘَـ ُﺮ إِﻟَﻰ َﻋﻠِ ﱟﻲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ اﻟ ﱠ ُ اﻧْﻄَﻠَ ْﻘ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ ﺴ َﻼم ﻓَـ ُﻘﻠْﻨَﺎ َﻫ ْﻞ َﻋ ِﻬ َﺪ إِﻟ َْﻴ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ ْﻴﺌًﺎ ﻟ ِ ﻳَـ ْﻌ َﻬ ْﺪﻩُ إِﻟَﻰ اﻟﻨ َﺣ َﻤ ُﺪ ﻛِﺘَﺎﺑًﺎ ِﻣ ْﻦ َ َﺎل ﻓَﺄَ ْﺧ َﺮ َج ﻛِﺘَﺎﺑًﺎ َوﻗ َ َﺎل ُﻣ َﺴ ﱠﺪ ٌد ﻗ َ َﺎل َﻻ إِﱠﻻ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺑِﻲ َﻫ َﺬا ﻗ َ َﱠﺎس َﻋﺎ ﱠﻣﺔً ﻗ ْ ﺎل أ ِ ِِ ِ ِ ِ ﻗِﺮ ِ ِ ِ ﺎﻫ ْﻢ أََﻻ َﻻ ﻳُـ ْﻘﺘَ ُﻞ ُ َاﻫ ْﻢ َوﻳَ ْﺴ َﻌﻰ ﺑِﺬ ﱠﻣﺘِ ِﻬ ْﻢ أَ ْدﻧ ُ اب َﺳ ْﻴﻔﻪ ﻓَِﺈذَا ﻓﻴﻪ اﻟ ُْﻤ ْﺆﻣﻨُﻮ َن ﺗَ َﻜﺎﻓَﺄُ د َﻣﺎ ُؤ ُﻫ ْﻢ َو ُﻫ ْﻢ ﻳَ ٌﺪ َﻋﻠَﻰ َﻣ ْﻦ ﺳ َﻮ َ
92
A.J Wensick, Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jâm al-Mufahras li alfaz al-Hadits al-Nabawi, Juz 1,h 434. 93 Abû Hajar Muhammad al-Sa`id bin Basuni Zuglul, Mausû`ah al-Atraf al-Hadits alNabawy, jil.8 h. 37 94 Abî Abdurrahman Ahmad Bin Su`Abî an-Nasâ`i, Sunnan an-Nasâ`i ( Bairut: Darul Ahya at-Tarasa al-`Araby) h.723
63
64
ِ ِِ ِِ ٍِ ِ آوى ُﻣ ْﺤ ِﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ َ َﺣ َﺪ َ َﺣ َﺪ ْ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَﻰ ﻧَـ ْﻔﺴﻪ َوَﻣ ْﻦ أ ْ ُﻣ ْﺆﻣ ٌﻦ ﺑِ َﻜﺎﻓ ٍﺮ َوَﻻ ذُو َﻋ ْﻬﺪ ﻓﻲ َﻋ ْﻬﺪﻩ َﻣ ْﻦ أ َ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ أ َْو ٩٥ ِ ِ ِ ﱠﺎس أ .ﺎل ُﻣ َﺴ ﱠﺪ ٌد َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ أَﺑِﻲ َﻋ ُﺮوﺑَﺔَ ﻓَﺄَ ْﺧ َﺮ َج ﻛِﺘَﺎﺑًﺎ َ َﻴﻦ ﻗ ْ ِ ﻟ َْﻌﻨَﺔُ اﻟﻠﱠﻪ َواﻟ َْﻤ َﻼﺋِ َﻜﺔ َواﻟﻨ َ َﺟ َﻤﻌ Dalam penelitian sanad ini, penulis akan meneliti pada jalur al-Nasa`i dari Alî bin Abî Tâlib , yang termuat dalam kitab al-Qasamah bab al-Qawadi bayna al-Ahrary wa al-Mamalik fi Nafsi. Dalam penelitian sanad ini penulis akan mengawali dari periwayatan atau mukharij terakhir, yaitu al-Nasa`i lalu diikuti oleh periwayatan selanjutnya hingga periwayatan pertama.
Al-Nasa`i96
Muhammad bin al-Mutsannâ
a) Nama lengkap: Muhammad bin al-mutsannâ bin `Ubaid bin qais bin dînâr al-`anaziyu abu mûsâ, al-basriyu al-hâfidz al-ma`rûf bilzamin b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ibnu Ishâq, Ibrâhîm bin Ishâq al-Tâlaqânî, Badal bin al-Muhabbar, Husain bin Hasan al-Basrî, Utsmân bin Utsmân al-Qtapanî, Yahya bin Sayid al-Qatân, Yûnus bin Bakair, Abû al-Walid al-Tayâlisî. Dll. Murid: al-Nasa`I, Jafar bin Muhammad al-Firyabî, Zakariâ bin Yahyâ alSâjî, al-Qâsim bin Zakariâ al-Mutariz, Abu Zur`ah al-Râziyân. Dll. c) Pernyataan para kritikus Hadis. -
Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma`in: Tsiqah
-
Abu Hatim: Salih al-Hadist, Sudûq.
-
Abû Bakar al-Khatib: Sudûq, wari`an Fâdlan, `Âqilan.97 95
Imam al-Hafidz Abû Daud Sulaiman Bin al-Asy`asti, Sunan Abû Daud, ( Bairut: Darul
A`lam) h. 96
. Lihat pada halaman…….
64
65 Para kritikus hadis mengakui bahwa Muhammad bin al-mutsannâ adalah orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Muhammad bin al-mutsannâ yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Yahya bin Sayid al-Qatan dengan lambang haddatsana kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al-sama`, dengan demikian antara Muhammad bin al-mutsannâ dan Yahya bin Sayid al-Qatan bersambung.
Yahya bin Sayid
a) Yahya bi Sayid bin Farukh al-Qatan al-Timî, Abû Sayid al-Ansary alAhwal al-Hafid (w. 198 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ismâ`îl bin Abî Khalid, Hamid bin Salamah Zakarîa bin Abî Jaidah, Abî Ka`ab bin `Ujarah, Sayid bin Abî `Urubah, Malik bin Anas. Murid: Ahmad bin Hanbal, Isaq bin Rahawîah, Zayid bin Akhzam, Safiyân al-Staurîah, Muhammad bin al-mutsannâ, Musadad bin Musarhad, Yahya bin Hakim al-Muqawim, Yusuf bin Sulaimân al-Basrî. c) Peryataan para kritikus hadis -
Muhammad bin Sayid, Abû Hâtim, Al-Nasâ`i Abû Zurah, mereka mengatakan Tsiqah Hafidz.98 Para kritikus hadis mengakui bahwa Yahya bin Sayid al-Qatan adalah
orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Yahya bin Sayid al-Qatan yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Sayid bin Abî `Urubah dengan lambang akhbaranâ kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan 97
Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 26, h 359. 98 Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 31, h 329.
65
66 hadis secara al-sama`, dengan demikian antara Yahya bin Sayid al-Qatan dan Sayid bin Abî `Urubah bersambung.
Sayid bin Abî `Urubah
a. Nama lengkap: Sayid bin Abî `Urubah, Abû an-Nadir al-Basarî, budak bani `Adi bin Yasykur, (w. 159 H) b. Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ali bin Zaid bin Judan, Umar bin `Amar al-Sulamy, Qatadah bin Di`amah, Maimun al-Qanad, Abî Rajai al-`Utary, Abû Nadrah al-`abdî. Murid: Abdullah bin Ismâ`îl, Abdul `aziz bin abd Samad, Mu`ad al`anbarî, Nadri bin Syemil, Yahya bin Sayid al-Qatan, Yazib bin Zura`. c. Peryataan para kritikus hadis -
Isaq bin Mansur dari Yahya bin Main, Abû Zur`ah dari Nasâ`i : Tsiqah.99 Para kritikus hadis mengakui bahwa Sayid bin Abî `Urubah adalah orang
yang tsiqah. Karenanya pernyataan Sayid bin Abî `Urubah yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Qatadah dengan lambang “an”, dengan demikian antara Sayid bin Abî `Urubah dan Qatadah bersambung.
99
Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 11, h 5.
66
67
Qatadah
a) Nama lengkap: Qatadah bin di`amah bin Qatadah bin `Aziz bin `Amar. Kunyah Abû al-Khatab al-Basry. (w. 117) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Anas bin Malik, Habîb bin Salim, Hamid bin Hilal al-Adîu, Khalid bin Duraik, Khalid al-Asarî, Hasan bin Bilal, Khulaid al-`Asarî. Murid: Hamid al-Tawil, Sayid bin Abî `Arubah, Sulaimân al-Amasy, Musa Saib, Abû Bakar al- Hudalî. c) Peryataan para kritikus hadis. -
Isaq ibn Mansur berkata: Tsiqah.
-
Yahya bin Main berkata: banyak tempat mengajarnya.100 Para kritikus hadis mengakui bahwa Qatadah adalah orang yang tsiqah.
Karenanya pernyataan Qatadah yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Hasan dengan lambang “an”, dengan demikian antara Qatadah dan Hasan bersambung.
Hasan
a) Hasan bin bilal al-Mujany al-Basarî. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Hakim bin Hijam, Amar bin Yasar, Qais bin `Ubad al-Qaysîah, Yazid bin Qatadah al-Anazî, Laki-laki dari Aslam.
100
Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 23 h.
498
67
68 Murid: Abû Basra jafa bin Abî Mahsyiah Abû Qilab Abdurahman bin Zaid al-Jarmî, Abû Amîah Abdul Karim bin Abî Mukhriq, Qatadah, Matarun al-Waraq, Yahya bin Abî Kasir. c) Peryataan para kritikus hadis -
Ali bin Al-Madanî berkata: Tsiqah.101 Para kritikus hadis mengakui bahwa Hasan adalah orang yang tsiqah.
Karenanya pernyataan Hasan yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Qais bin `Ubad al-Qaysîah dengan lambang “an”, dengan demikian antara Hasan dan Qais bin `Ubad al-Qaysîah bersambung.
Qais bin `Ubad
a) Nama Lengkap: Qais bin `Ubad al-Qaysîah al-Dabaî, Kunyah Abû Abdullah al-Basry, dari bani Dubaîah bin Qais bin Tsalibah, bin Ukhbah bin Sabah bin Ali bin Bakri bin Wail, menetap di madinah pada Khaliah Umar bin Khatab. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Sahabat Nabî SAW, Sa`di Abî Waqas, Ali bin Abî Talib, Umar bin Khatab, Abû Sayid al-Khudrî, Murid: Îas bin Qatadah al-Bakry, Bakry bin Abdullah Muzanî, Hasan alBasrîy, Muhammad bin Sirani, Abû Nadroh al-Adî. c) Peryataan para kritikus hadis: -
Muhammad bin Said Menyatakan dalam Tabaqah pertama dari Tabii ahlu al-basrah dan dia Tsiqah, sedik Hadis 101
Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzîb al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 16 h,
13
68
69 -
Zada al-`Ajlî: termasuk orang-orang shalih
-
Ibn Hibban menyebutkan dalam kitabnya: Tsiqah.102 Para kritikus hadis mengakui bahwa Qais bin `Ubad al-Qaysîah adalah
orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Qais bin `Ubad al-Qaysîah yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Ali bin Abi Tâlib dengan lambang “an”, dengan demikian antara Qais bin `Ubad al-Qaysîah dan Ali bin Abi Tâlib bersambung.
Ali bin Abi Talib
a) Nama lengkap: Ali bin Abi Tâlib, namanya Abdul Manâf bin Abdul Mutalib bin Hasyim al-Qurasyî, Kunyah: Abu Hasan al-Hâsyim, Amir alMuminin anak paman Rasulullah dan orang yang paling pertama masuk Islam menurut ahlu Ilmu.103 b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Nabi SAW, Abu Bakr al-Sidiq, `Umar bin Khatab, Maqdad bin al-Aswad, Istrinya Fatimah binti Rasulullah. Murid: Jâbir bin Samarah, Jarir al-Dhabaî, Abdullah bin Salamah, Ubaydillah bin Abi Nâfâ, Qais bin `Ubâd al-Basrî, Yahya bin Abi Kasir, Dll.104 c) Peryataan para kritikus hadis:
102
64
Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzîb al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 24 h,
103
Sihab al-din abi al-Fadal, Ahmad ibn Ali Ibn Muhammad, dkk, al-Asabah fi Tamyiz al-Sahabah, juz 3, h. 269. 104 . Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzîb al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz 20 h, 472.
69
70 -
Tidak ada yang mencela beliau, dan penulis mengambil kesimpulan bahwa As-Sahabatu Kuluhum `Udul ( semua sahabat NAbî Muhammad Saw, adalah adil). Dari pernyataan kritikus di atas, tidak seorangpun yang mencela Ali bin
Abi Tâlib apabila dilihat dari rawi atasnya, dengan demikian periwayatannya yang menyatakan bahwa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Muhammad Saw dengan lambang qâla yang berarti sanadnya bersambung.
♦ Hadis Kelima
َﻣ ْﻦ َﺷ ﱠﺬ َﺷ ﱠﺬ اِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺎ ِر:ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ َﻗ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ Artinya:Bersabda Rasulullah SAW: Siapa saja yang memisahkan diri/keluar (dari jama`ah) maka berarti ia telah memisahkan diri/ keluar untuk menuju neraka. Setelah ditelusuri melalui kitab al-Mu`jâm al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi,105dan melalui kitab Mausû`ah al-Atraf al-Hadits al-Nabawy.106, Penulis Hanya menenukan Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmizdi dalam Sunnan–nya ٧ , فتن: تdan periwayatan ini melalui jalur Bin `Umar Radîallahu `Anhu.
Hadis dari Sunan Tirmidzi dalam Kitab al-Fitani Bab Mâ Jâ a Fi Lujûmi al-Jama`ati.
ِ ي َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻲ اﻟ ُْﻤ ْﻌﺘَ ِﻤ ُﺮ ﺑْ ُﻦ ُﺳﻠَ ْﻴ َﻤﺎ َن َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ ُن اﻟ َْﻤ َﺪﻧِ ﱡﻲ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺼ ِﺮ ﱡ ْ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑْ ُﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ اﻟْﺒ- ٢١٦٧ ِ َ ﺑ ِﻦ ِدﻳﻨَﺎ ٍر َﻋﻦ اﺑ ِﻦ ﻋُﻤﺮ أَ ﱠن رﺳ ﺎل أُﱠﻣﺔَ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ َﺎل إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳَ ْﺠ َﻤ ُﻊ أُﱠﻣﺘِﻲ أ َْو ﻗ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ْ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ ََ ْ ْ ١٠٧ ِ ِ ٍ ِ ﱠ ﱠ ِ ﱠ ﱠ ﱠ ﱠ ِ ﺎﻋﺔ َوَﻣ ْﻦ َﺷﺬ َﺷﺬ إﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺎر َ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠ َﻢ َﻋﻠَﻰ َ ْﺠ َﻤ َ َ ﺿ َﻼﻟَﺔ َوﻳَ ُﺪ اﻟﻠﻪ َﻣ َﻊ اﻟ 105 A.J Wensick, Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jam al-Mufahras li alfaz al-Hadis al-Nabawi, Juz 3,h 81. 106 Abu Hajar Muhammad al-Sa`id bin Basuni Zuglul, Mausu`ah al-Atraf al-Hadis alNabawy, jil 8, h 325 107 .Abî `Isa Muhammad Bin `Isa Bin Sawrah, Sunnan Tirmidzi (Bairut: Dar al-Marefah) h 862
70
71 Dalam penelitian sanad ini, penulis akan meneliti pada jalur Sunan Tirmidzi dari Ibn Umar , yang termuat dalam Kitab al-Fitani Bab Mâ Jâ a Fi Lujûmi al-Jama`ati. Dalam penelitian ini sanad ini penulis akan mengawali dari periwayatan atau mukharij terakhir, yaitu Sunan Tirmidzi lalu di ikuti oleh periwayatan selanjutnya hingga periwayatan pertama.
Al-Tirmidzi (209-279, H)
a) Nama Lengkap: Abû `Isa Muhammad bin Musa bin al-Fakhak al-Sulami al-Tirmidzi lahir di Basrah tahun 209 H. Wafar di Tirmiz tahun 279 H. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Kutaibah bin sa`ad, Muhammad bin Basyar Mahmud bin Ghalin, Abû Bakr bin Nafi al-Basrî, Isaq bin Musa, Imam Bukharî, Muslim, Abû Daud. Murid: Muhammad bin Mahmud, `Anbal Hammad bin Syakir al-Haisan bin Khulaib, Ahmad bin Yusuf al-Nasafi, Abû Hamid, Ahmad bin Abdullah.108 c) Pernyataan para kritikus hadis. -
Al-Hatim, Abû Abdullah, Berkata: saya mendengar Umar bin akh berkata: Imam Bukharî wafat, tidak meninggalkan seorang ulama penggantinya di Khuraisah seperti Abû `Isa Muhammad bin Musa al-Tirmidzi, dalam bidang Ilmu, kekuatan hafalanya wara`.109
-
Idris berkata: al-Tutmudzi seorang ulama yang menurut ilmu hadis seorang penghafal kitab jami`i.
108 109
. Al-asqalani, Tahzib al-Tahdzib( Jilid: 9, h. 344) . Abu Syuhbah,Kutub al-Sittah, h, 85.
71
72 -
Abû Ya`la al-Khalili, al-Tirmidzi seorang Tsiqah yang disepakati para umala berkaualitas sahih, dan tersebut jalurnya bersambung, Khalili: Tsiqatun mutafaq`alaih.110 Dari sekian ulama hadis diatas tidak ada celaan terhadapnya, bahkan
semuanya memuji dengan pujian yang baik seperti Wara`, Tsiqatun, Muttafaq`alaih, seorang ulama yang menuntut ilmu hadis, seorang penghafal Kitab Jami` dan tidak diragukan lagi kesahihanya dikarenakan jalurnya bersambung satu dengan yang lainnya, maka untuk itu bisa dikatakan hadis riwayat al-Turmudzi bersetatus Sahih.
Abû Bakr bin Nafi al-Basrî.
a) Nama Lengkap: Muhammad bin Ahmad bin Nafi` al-`Abdi al-Qaisî, Abû Bakr al-Basry, Kunyahnya Abû Bakr bin Nafi`(w.240 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Umayah bin Khalid, Basyri bin al-Mufadil, Sayid bin al-Rukian al-Kulaibi, Abû Daud Sulaimân Ibn Daud Tayalisy, Abdul al-Somdy bin Abda Waris, Umar bin Ali al-Muqadami, Muhammad bin Ja`far Undri, Muhammad bin Abî Adi, Mu`tamir bin Sulaimân, Yahya bin al-anbarî. Murid: Muslim, Tirmidzi, Nasâ`i, Zakarîa bin Yahya, Sayid bin Abdullah al-Furqan, Abdullah bin Muhammad bin Abî al-Dunya, Abû Bakr Ubaydillah bin Muhammad al-Maemiry, Abû Ja`far Muhammad bin Husain al-abhari al-Maruf Abî al-Syaikh. c) Pernyataan para kritikus hadis:
110
. Al-asqalani, Tahzib al-Tahdzib( Jilid: 9, h. 345)
72
73 -
Ibn Hajar berkata dalam kitab Taqrib: Suduq111 Para kritikus hadis mengakui bahwa Abû Bakr bin Nafi al-Basrî adalah
orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Abû Bakr yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Mu`tamir bin Sulaimân dengan lambang haddasana kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al-sama`, dengan demikian antara Abû Bakr dan Mu`tamir bin Sulaimân bersambung.
Mu`tamar bin Sulaimân
a) Nama Lengkap: Mu`tamar bin Sulaiman bin Tarkhan al-Taimî, Abû Muhammad al-Basra. Kunyah: Tupail, dan Bukan dari bani Tamî akan tetapi dia dilahirkan disana. Maka dia dinasabkan dengan al-Tamî, dan dia budak dari Bani Murrah. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ibrahîm bin Yazid , Ja`far bin Hayan al-`Atâridi, Daud bin Abi Hindi, Sulaimân bin Safyân al-Madani, Khamas bin Hasan, Ma`bud bin Hilal al-`Anzi.Dll. Murid: Ahmad bin Hanbal, Hasan bin Quza`ah, al-`Abdi, Abu Bakr Abdullah bin Muhammad bin abi Syaibah, Abu Bakr Muhammad bin Ahmad bin Nâfi, Yahya bin Habîb bin `Urbah, Ya`qub bin Humad bin Kasib. Dll. c) Pernyataan para Kritikus hadis: -
Ishâq bin Mansar dari Yahya bin Ma`in. Tsiqah.
-
Abu Hatim : Tsiqah, Suduq.
-
Muhammad bin Sa`id: Tsiqah.112 111
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 24 h
.351-352
73
74 Para kritikus hadis mengakui bahwa Mu`tamar bin Sulaiman adalah orang yang tsiqah. Karenanya pernyataan Abû Bakr yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Sulaimân al-Madanî dengan lambang haddasana kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al-sama`, dengan demikian antara Abû Bakr dan Mu`tamir bin Sulaimân bersambung.
Sulaimân al-Madanî.
a) Nama Lengkap: Sulaimân bin Sofiyân Qurasyî al-Taimî, Abû Sofiyân alMadanî, Budak dari Ali Talhah bin Ubaydillah. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Bilal bin Yahya bin Talhah bin Ubaydillah, Abdullah bin Dinar, dll. Murid: Sulaimân al-Taimî, Ananda Ma`tamir bin Sulaimân Taimî, Abû Dauf at-Tayalisaî, Abû `Amar al-aqodi, dll.113 c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Abas ad-Dirrî berkata, dari Yahya bin Ma`in: Sulaiman meriwayatkan kepada Abû `Amar al-`Aqdy hadis (al-Halal) Laisa Bi Tsiqah.
-
Abû Basyar al-Dulabî dan Abû Bakr bin Abî Haistam berkata, dari Yahya bin Ma`in: Laisa Bi saiin
-
Ali Abî al-Madinî, Ibn Hatim berkata: Hadis-hadisnya munkar. Semua para kritikus hadis menilainya. Laisa Bi Tsiqah, Laisa Bi saiin,
Hadis-hadisnya munkar, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa perawi ini Da`if Walaupun sanad mereka bersambung.
250.
112
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 28 h.
113
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 11 h
436-437.
74
75
Abdullah bin Dinar.
a) Nama Lengkap: Abdullah bin Dinar, al-Qurasyi al-`Adadî, Abdurrahman al-Madani, Budak dari Abdullah Ibn Umar bin Khatab.( w 129 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Anas bin Malik, Khalid bin Khalad bin Saib bin Khalad, Dakwan Abî Salih alSaman, Sulaimân bin Yasar, Salih bin Muhammad bin Zaid al-Laisiu, tuannya Abdullah bin Umar, Muhammad bi Usamah bin Zaid, Nafi` Maulah Ibn Umar. Murid: Ibrahîm bin Abdullah bin Haris bin Khatab al- Jumahî, Ismâ`îl bin Ja`far al-madanî, sofiyân bin Uyinah, Sulaimân bin Bilal, Sulaimân bin Safiyân al-Madanî, `Asim bi Umar al-Umary, Muhammad bin ajlani, Musa bin Ubaydah, Musa bin `uqbah, Yahya bin Sa`ad al-Ansari, Yazad bin Abdullah bin al-Hadi.114 c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Salih bin Ahmad bin Hanbal berkata, dari ayahanda: Tsiqah, Mustaqim alHadist.
-
Isaq bin Mansur Berkata, dari Yahya bin Ma`in dan Abû Zar`ah Abû Hatim, Muhammad bin Sayid, Nasâ`i: Tsiqah. Para kritikus hadis mengakui bahwa Abdullah bin Dinar adalah orang
yang tsiqah. Karenanya pernyataan Abdullah bin Dinar yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Ibn Umar dengan lambang “an” tapi tidak
114
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 14 h
.471-473
75
76 menjadikan sanad Abdullah bin Dinar lemah, karena dalam keadaan bersambung dan bersifat tsiqah.
Ibn Umar. (w 74 H) telah terlampir.115
♦ Hadis keenam
ِ ِ ﺎﻋﺔُ واﻟ ٍ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ ﺑِ َﺨ ْﻤ َ َﻗ ُﺎد َواﻟْ ِﻬ ْﺠ َﺮة ﺲ اﻟﻠﱠﻪُ أ ََﻣ َﺮﻧِﻲ ﺑِ ِﻬ ﱠﻦ اﻟ ﱠ ُ ْﺠ َﻬ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوأَﻧَﺎ َ َ ﺴ ْﻤ ُﻊ َواﻟﻄﱠ ِْ َﺎﻋﺔَ ﻗِﻴ َﺪ ِﺷ ْﺒ ٍﺮ ﻓَـ َﻘ ْﺪ َﺧﻠَ َﻊ ِرﺑْـ َﻘﺔ اﻹ ْﺳ َﻼِم ِﻣ ْﻦ ﻋُﻨُِﻘﻪ َ ْﺠ َﻤ َ ْﺠ َﻤ َ ﺎر َق اﻟ َ َواﻟ َ َﺎﻋﺔُ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻓ
Artinya:Bersabda Rasulullah SAW: Aku memerintahkan lima kalimat (ajaran) kepada kalian yang Allah perintahkan kepadaku, yaitu: Mendengar, taat, jihad, berhijrah, dan berjamaah. Sesungguhnya orang yang memisahkan diri dari jamaah meski hanya sejengkal maka sesungguhnya ia telah ,menanggalkan (memutus) buhul (perjanjian dalam) Islam dari lehernya, Setelah ditelusuri melalui kitab al-Mu`jâm al-Mufahras li Alfadz al-Hadits
al-Nabawi,116dan melalui kitab Mausû`ah al-Atraf al-Hadits al-Nabawy.117, Penulis Hanya menenukan Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmizdi dalam Sunnan–nya ٧٧, ادب: تdan periwayatan ini melalui jalur Haris al-Asy`ary Radîallahu `Anhu.
Hadis dari Sunan Tirmidzi dalam Kitab al-Amsal Bab Mâ Jâ a Fi Masali al-Solati wa al-Sîami wa al-Sodaqati.
ِ ِ ِ ِ ﻴﻞ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ﻳَ ِﺰﻳ َﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳَ ْﺤﻴَﻰ ﺑْ ُﻦ أَﺑِﻲ َ ﻴﻞ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َ ﻮﺳﻰ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﻤﻌ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﻤﻌ- ٢٨٦٣ ِ ِ ﺎل إِ ﱠن َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ث ْاﻷَ ْﺷ َﻌ ِﺮ ﱠ َ ْﺤﺎ ِر َ ي َﺣ ﱠﺪﺛَﻪُ أَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ َ َﻛﺜﻴ ٍﺮ َﻋ ْﻦ َزﻳْﺪ ﺑْ ِﻦ َﺳ ﱠﻼٍم أَ ﱠن أَﺑَﺎ َﺳ ﱠﻼٍم َﺣ ﱠﺪﺛَﻪُ أَ ﱠن اﻟ ٍ ِ ِ اﻟﻠﱠﻪَ أَﻣﺮ ﻳ ْﺤﻴﻰ ﺑْﻦ َزَﻛ ِﺮﻳﱠﺎ ﺑِ َﺨﻤ ِ ِ ِ ِ ﺎد أَ ْن ﻳُـ ْﺒ ِﻄ َﺊ َ ﻴﻞ أَ ْن ﻳَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮا ﺑِ َﻬﺎ َوإِﻧﱠﻪُ َﻛ ْ َ َ َ ََ َ ﺲ َﻛﻠ َﻤﺎت أَ ْن ﻳَـ ْﻌ َﻤ َﻞ ﺑ َﻬﺎ َوﻳَﺄ ُْﻣ َﺮ ﺑَﻨﻲ إ ْﺳ َﺮاﺋ ِ َ ﺑِﻬﺎ ﻓَـ َﻘ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ِ ﱠ ِ ﻴﺴﻰ إن اﻟﻠﻪَ أ ََﻣ َﺮ َك ﺑ َﺨ ْﻤﺲ َﻛﻠ َﻤﺎت ﻟﺘَـ ْﻌ َﻤ َﻞ ﺑ َﻬﺎ َوﺗَﺄ ُْﻣ َﺮ ﺑَﻨﻲ إ ْﺳ َﺮاﺋﻴ َﻞ أَ ْن ﻳَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮا ﺑ َﻬﺎ ﻓَﺈ ﱠﻣﺎ أَ ْن ﺗَﺄ ُْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ َ َ ﺎل ﻋ ِ ُﻋ ﱠﺬب ﻓَﺠﻤﻊ اﻟﻨﱠﺎس ﻓِﻲ ﺑـ ْﻴ ِ ﺖ اﻟ َْﻤ ْﻘ ِﺪ س َ آﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ﻓَـ َﻘ َ ﺎل ﻳَ ْﺤﻴَﻰ أَ ْﺧ َﺸﻰ إِ ْن َﺳﺒَـ ْﻘﺘَﻨِﻲ ﺑِ َﻬﺎ أَ ْن ﻳُ ْﺨ َﺴ ُ َوإِ ﱠﻣﺎ أَ ْن َ َ َ َ َ َ َ ﻒ ﺑِﻲ أ َْو أ ِ ﺸﺮ ِ ٍ ِ ِ ﺎل إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ أَﻣﺮﻧِﻲ ﺑِ َﺨﻤ آﻣ َﺮُﻛ ْﻢ أَ ْن ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮا َ ف ﻓَـ َﻘ ْ ﻓَ ْﺎﻣﺘَ َﻸَ اﻟ َْﻤ ْﺴﺠ ُﺪ َوﺗَـ َﻌﺪ ْ ُ ﺲ َﻛﻠ َﻤﺎت أَ ْن أَ ْﻋ َﻤ َﻞ ﺑِ ِﻬ ﱠﻦ َو َ ﱠوا َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱡ ََ 115
. lihat pada halaman 52 A.J Wensick, Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jam al-Mufahras li alfaz al-Hadits al-Nabawi, Juz 1,h 99. 117 Abu Hajar Muhammad al-Sa`id bin Basuni Zuglul, Mausû`ah al-Atraf al-Hadits alNabawy, jil 10, h 410 116
76
77
ﺑِ ِﻬ ﱠﻦ أَ ﱠوﻟ ُُﻬ ﱠﻦ أَ ْن ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪوا اﻟﻠﱠﻪَ َوَﻻ ﺗُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮا ﺑِ ِﻪ َﺷ ْﻴﺌًﺎ َوإِ ﱠن َﻣﺜَ َﻞ َﻣ ْﻦ أَ ْﺷ َﺮ َك ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ َر ُﺟ ٍﻞ ا ْﺷﺘَـ َﺮى َﻋ ْﺒ ًﺪا ِﻣ ْﻦ َﺧﺎﻟِ ِ ﺺ َﻣﺎﻟِ ِﻪ ﺑِ َﺬ َﻫ ٍ َﻲ ﻓَ َﻜﺎ َن ﻳَـ ْﻌ َﻤ ُﻞ َوﻳُـ َﺆدﱢي إِﻟَﻰ ﻏَ ْﻴ ِﺮ َﺳﻴﱢ ِﺪ ِﻩ ﻓَﺄَﻳﱡ ُﻜ ْﻢ ﺐ أ َْو َوِر ٍق ﻓَـ َﻘ َ ﺎل َﻫ ِﺬ ِﻩ َدا ِري َو َﻫ َﺬا َﻋ َﻤﻠِﻲ ﻓَﺎ ْﻋ َﻤ ْﻞ َوأَ ﱢد إِﻟ ﱠ ﻚ وإِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ أَﻣﺮُﻛﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠ ِ ِ ِ ِ ﺐ َو ْﺟ َﻬﻪُ ﻟَِﻮ ْﺟ ِﻪ ﻳَـ ْﺮ َ ﺼ َﻼة ﻓَِﺈذَا َ َ ََ ْ ﺿﻰ أَ ْن ﻳَ ُﻜﻮ َن َﻋ ْﺒ ُﺪﻩُ َﻛ َﺬﻟ َ َ ﺻﻠﱠْﻴﺘُ ْﻢ ﻓَ َﻼ ﺗَـﻠْﺘَﻔﺘُﻮا ﻓَِﺈ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻳَـ ْﻨﺼ ُ ِ ﻚ َﻛﻤﺜَ ِﻞ رﺟ ٍﻞ ﻓِﻲ ِﻋ ٍ َﻋﺒ ِﺪﻩِ ﻓِﻲ ِِ ﻚ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ ﺑِﺎﻟ ﱢ ﺻ ﱠﺮةٌ ﻓِ َﻴﻬﺎ ِﻣ ْﺴ ٌ َﻢ ﻳَـﻠْﺘَ ِﻔ ْ ْ ﺼﺎﺑَﺔ َﻣ َﻌﻪُ ُ َ َ ﺼﻴَ ِﺎم ﻓَِﺈ ﱠن َﻣﺜَ َﻞ ذَﻟ َ َ َ ُ ﺖ َو ُ ﺻ َﻼﺗﻪ َﻣﺎ ﻟ ْ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﺼ َﺪﻗَﺔ ﻓَِﺈ ﱠن َﻣﺜَ َﻞ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ ﺑﺎﻟ ﱠ ﺐ ﻋ ْﻨ َﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﻣ ْﻦ ِر ِ ﻳﺢ اﻟ ﱠ ﻳﺢ اﻟْﻤ ْﺴﻚ َو ُ ﺐ أ َْو ﻳُـ ْﻌﺠﺒُﻪُ ِر ُ ﻳﺤ َﻬﺎ َوإِ ﱠن ِر َ ﻓَ ُﻜﻠﱡ ُﻬ ْﻢ ﻳَـ ْﻌ َﺠ ُ ﺼﺎﺋ ِﻢ أَﻃْﻴَ ُ ِِ ﺎل أَﻧَﺎ أَﻓْ ِﺪ ِﻳﻪ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎﻟْ َﻘﻠِ ِ ﻴﻞ ﻀ ِﺮﺑُﻮا ﻋُﻨُـ َﻘﻪُ ﻓَـ َﻘ َ ﱠﻣﻮﻩُ ﻟِﻴَ ْ ذَﻟِ َ ﻚ َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ َر ُﺟ ٍﻞ أ َ َﺳ َﺮﻩُ اﻟ َْﻌ ُﺪ ﱡو ﻓَﺄ َْوﺛَـ ُﻘﻮا ﻳَ َﺪﻩُ إِﻟَﻰ ﻋُﻨُﻘﻪ َوﻗَﺪ ُ ِ ِ اﻋﺎ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ أَ ْن ﺗَ ْﺬ ُﻛ ُﺮوا اﻟﻠﱠﻪَ ﻓَِﺈ ﱠن َﻣﺜَ َﻞ ذَﻟِ َ ﻚ َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ َر ُﺟ ٍﻞ َﺧ َﺮ َج اﻟ َْﻌ ُﺪ ﱡو ِﻓﻲ أَﺛَ ِﺮِﻩ ِﺳ َﺮ ً َواﻟْ َﻜﺜﻴ ِﺮ ﻓَـ َﻔ َﺪى ﻧَـ ْﻔ َﺴﻪُ ﻣ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ َو ُ ِ ﺸ ْﻴﻄَ ِ ﺼ ٍﻦ ﺣ ِ ﺴﻪُ ِﻣ ْﻦ اﻟ ﱠ ﺎن إِﱠﻻ ﺑِ ِﺬ ْﻛ ِﺮ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺴﻪُ ِﻣ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ َﻛ َﺬﻟِ َ ﺼﻴ ٍﻦ ﻓَﺄ ْ َﺣﺘﱠﻰ إِذَا أَﺗَﻰ َﻋﻠَﻰ ﺣ ْ َ َﺣ َﺮَز ﻧَـ ْﻔ َ ﻚ اﻟ َْﻌ ْﺒ ُﺪ َﻻ ﻳُ ْﺤ ِﺮُز ﻧَـ ْﻔ َ ِ ﺎﻋﺔُ واﻟ ِ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ ﺑِ َﺨ ْﻤ ٍ ﻗَ َ ﺎد َواﻟْ ِﻬ ْﺠ َﺮةُ ﺲ اﻟﻠﱠﻪُ أ ََﻣ َﺮﻧِﻲ ﺑِ ِﻬ ﱠﻦ اﻟ ﱠ ْﺠ َﻬ ُ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوأَﻧَﺎ ُ ﺴ ْﻤ ُﻊ َواﻟﻄﱠ َ َ ِ ﺎﻋﺔَ ﻗِﻴ َﺪ ِﺷ ْﺒ ٍﺮ ﻓَـ َﻘ ْﺪ َﺧﻠَ َﻊ ِرﺑْـ َﻘﺔَ ِْ ﱠﻋﻰ َد ْﻋ َﻮى اﻹ ْﺳ َﻼِم ﻣ ْﻦ ﻋُﻨُِﻘ ِﻪ إِﱠﻻ أَ ْن ﻳَـ ْﺮِﺟ َﻊ َوَﻣ ْﻦ اد َ ﺎﻋﺔُ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻓَ َﺎر َق اﻟْ َﺠ َﻤ َ ْﺠ َﻤ َ َواﻟ َ اﻟ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎل رﺟﻞ ﻳﺎ رﺳ َ ِ ﺎم ﻓَﺎ ْد ُﻋﻮا ﺑِ َﺪ ْﻋ َﻮى ﺎم ﻗَ َ ﺻَ ﺻﻠﱠﻰ َو َ ﺎل َوإِ ْن َ ﺻَ ﺻﻠﱠﻰ َو َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َوإِ ْن َ َ ﱠﻢ ﻓَـ َﻘ َ َ ُ ٌ َ َ ُ ْﺠﺎﻫﻠﻴﱠﺔ ﻓَﺈﻧﱠﻪُ ﻣ ْﻦ ُﺟﺜَﺎ َﺟ َﻬﻨ َ ﱠ ِ ١١٨ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﺎد اﻟﻠﻪ ﻴﻦ ﻋﺒَ َ ﻴﻦ اﻟ ُْﻤ ْﺆﻣﻨ َ اﻟﻠﱠﻪ اﻟﺬي َﺳ ﱠﻤﺎ ُﻛ ْﻢ اﻟ ُْﻤ ْﺴﻠﻤ َ ِ ﻳﺚ ﺣﺴﻦ ِ ِ ِ ِ ﻳﺐ ﻗَ َ ﻗَ َ ث ْاﻷَ ْﺷ َﻌ ِﺮ ﱡ ْﺤﺎ ِر ُ ﺻ ْﺤﺒَﺔٌ َوﻟَﻪُ ي ﻟَﻪُ ُ ﻴﺴﻰ َﻫ َﺬا َﺣﺪ ٌ َ َ ٌ َ ﺻﺤ ٌ ﻴﻞ اﻟ َ ﻴﺢ ﻏَ ِﺮ ٌ ﺎل أَﺑُﻮ ﻋ َ ﺎل ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﻤﻌ َ ﻏَْﻴـﺮ َﻫ َﺬا اﻟْﺤ ِﺪ ِ ﻳﺚ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑَ ﱠ ﺸﺎ ٍر َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ َد ُاو َد اﻟﻄﱠﻴَﺎﻟِ ِﺴ ﱡﻲ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ﻳَ ِﺰﻳ َﺪ َﻋ ْﻦ ﻳَ ْﺤﻴَﻰ ﺑْ ِﻦ أَﺑِﻲ َ ُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﱠ ﱠ ٍ ٍ ﱠ ﱠ ِ ٍ ِ ِ َ ْﺤﺎرث ْاﻷ ْﺷ َﻌﺮ ﱢ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠ َﻢ ﻧَ ْﺤ َﻮﻩُ ﺑ َﻤ ْﻌﻨَﺎﻩُ ي َﻋ ْﻦ اﻟﻨﱠﺒ ﱢﻲ َ َﻛﺜﻴﺮ َﻋ ْﻦ َزﻳْﺪ ﺑْﻦ َﺳﻼم َﻋ ْﻦ أَﺑﻲ َﺳﻼم َﻋ ْﻦ اﻟ َ ِ ﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻ ِﺤﻴﺢ ﻏَ ِﺮﻳﺐ وأَﺑﻮ ﺳ ﱠﻼٍم اﻟ ِ ِ ﻮر َوﻗَ ْﺪ َرَواﻩُ َﻋ ِﻠ ﱡﻲ ﺑْ ُﻦ ﻗَ َ ْﺤﺒَﺸ ﱡﻲ ْ ﻴﺴﻰ َﻫ َﺬا َﺣﺪ ٌ َ َ ٌ َ ٌ اﺳ ُﻤﻪُ َﻣ ْﻤﻄُ ٌ َ ٌ َُ َ ﺎل أَﺑُﻮ ﻋ َ ﺎر ِك َﻋ ْﻦ ﻳَ ْﺤﻴَﻰ ﺑْ ِﻦ أَﺑِﻲ َﻛﺜِﻴ ٍﺮ اﻟ ُْﻤﺒَ َ Dalam penelitian sanad ini, penulis akan meneliti pada jalur Sunan Tirmidzi dari Ibn Umar , yang termuat dalam Kitab al-Amsal Bab Mâ Jâ a Fi Masali al-Salati wa al-Sîami wa al-Sadaqati. Dalam penelitian ini sanad ini penulis akan mengawali dari periwayatan atau mukharrij terakhir, yaitu Sunan Tirmidzi lalu di ikuti oleh periwayatan selanjutnya hingga periwayatan pertama. Al-Tirmidzi (209-279 H) telah terlampir119
)Muhammad bin Ismâ`îl (194 – 256 H
a) Nama Lengkap : Muhammad bin Ismâ`îl bin Ibrahîm bin al-Mughirah bin Badzdizbah,
Abî `Isa Muhammad Bin `Isa Bin Sawrah, Sunnan Tirmidzi… h. 1105 Lihat pada halaman 64
77
118 119
78 Dia dalam mempelajari ilmu hadis belajar kepada ahli hadis al-Amsor, dan menulis hadis di Khirasani al-Jibal, Negara Iraq, di Negara Arab, Syam dan Mesir. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Ibrahîm bin Hamajah al-Zubairî, Hasan bin al-Rabî, Khalad bin Yahya, Abî Bakr Abdullah bin Abî al-Aswad, Muhammad bin Yusuf, Abî Salamah Musa bin Ismâ`îl al-Tabûdzakî, Yahya bin Salih al-Wuhadjî. Murid: al-Tirmidzi, Ibrahîm bin Isaq al-Harbî, Abû Hamid Ahmad bin Hamdun bin Ahmad bin Rustum al-Amsyî, Abdullah bin Muhammad bin Najih, Ya`qub bin Yusuf al-Syaibanî al-Akhram anak Abî Abdullah Muhammad bin Ya`qub al-Hafidz, Yûsuf bin rayhan, Yûsuf bin Musa alMaruradzî. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Ali bin Abî Hamid al-Asabany mengatakan sesungguhnya Aba Ahmad Muhammad bin Muhammad bin Maky al-Jurjany mengatakan: saya telah mendengar al-Sa`dany berkata: saya telah mendengar sebagian sahabat berkata: Muhammad bin Ismâ`îl berkata: Saya telah mengeluarkan kitab ini sahih, terdiri 1600 Hadis. Dan tidak ada para kritikus yang mencela Mihammad bin Ismâ`îl. 120 Para kritikus hadis mengakui bahwa Muhammad bin Ismâ`îl adalah orang
yang tsiqah. Karenanya pernyataan Muhammad bin Ismâ`îl yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Musa bin Ismâ`îl dengan lambang haddatsanâ kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al120
.Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 24 h
430
78
79 sama`, dengan demikian antara Muhammad bin Ismâ`îl dan Musa bin Ismâ`îl bersambung dan bersifat tsiqah.
Musa bin Ismâ`îl
a) Nama Lengkap: Musa bin Ismâ`îl al-Minqarî, Abû Salamah al-Tabûdakî al-Basrî. ( w 223 H ) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Abanu bin Yazid al-`Ator, Ibrahîm bin Sa`di, Hamjah bin Najih, Khalid bin `Usmân al-Muznî, Talib bin Hujair, Abî `Uqil Yahya bin al-Mutawakil, Hababah binti `Ajlan. Murid: al-Bukharî, Abû Dawud, Ibrahîm bin Isaq, Ahmad bin al-Hasan al-Turmidzi, Abû Bakr Ahmad bin Khaysyamah, Muhammad bin Isaq alSaghanî, Yahya bin Mu`in, Ya`qub bin Safiyân, Ya`qub bin Syaibah. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Abû Hatim berkata: saya telah mendengar Aba walid al-Tayalisy berkata: Musa bin Ismâ`îl Tsiqah, Suduq.
-
Muhammad bin Sa`di berkata: bahwasanya dia Tsiqah, banyak Hadisnya.121 Para kritikus hadis mengakui bahwa Musa bin Ismâ`îl adalah orang yang
tsiqah. Karenanya pernyataan Musa bin Ismâ`îl yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Abanu bin Yazid dengan lambang haddatsanâ kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al-sama`, dengan
121
.Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 29 h
21.
79
80 demikian antara Musa bin Ismâ`îl dan Abanu bin Yazid bersambung dan bersifat tsiqah.
Abanu bin Yazid.
a) Nama Lengkap: Abanu bin Yazid al-Ator, Abû Yazid al-Basrî. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Budal bin Maisarah, Hasan al-Basri, Qatadah bin Diamah, Malik bin Dîar, Yahya bin Sayid al-Ansarî, yahya bin Abî Kasir. Murid: Ibrahîm bin Hijah al-Samî, Abdullah bin Sawae al-Anbarî, Abdullah bin Musa, Afan bin Mughirah bin Salamah Abû Hasyim alMakhjumî, Musa bin Ismâ`îl, Yazid bin Harun Abû Sayid Maula Bani Hasyim. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Salih bin Ahmad bin Hanbal dari Ayahanda berkata: mempercayai kepada yang lebih tua.
-
Abû Bakr bin Ahmad Khaisyamah dari Yahya bin Ma`in dan nasâ`i berkata: Tsiqah. 122 Para kritikus hadis mengakui bahwa Abanu bin Yazid adalah orang yang
tsiqah. Karenanya pernyataan Abanu bin Yazid yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Yahya bin Abî Kasir dengan lambang haddatsanâ kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara al-sama`, dengan demikian antara Abanu bin Yazid dan Yahya bin Abî Kasir bersambung dan bersifat tsiqah. 122
. Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzîb al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 2 h
24.
80
81
Yahya bin Abî Kasir
a) NamaLengkap: Yahya bin Abî Kasir al-Taî, ( w 119 H) b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Hafidz bin Ubaydillah bin Anas bin Malik, Hakim bin Mina, Haya bin Habîs alTamimî, Rabî` bin Muhammad, Zaid bin Salam bin Abî Salam alHabasyî, Mahmud bin Amar al-Ansarî. Abî Kasir al-Syuhaimî. Murid: Abana bin Basyir al-Mu`alim, Abana bin Yazid al-`Ator, Ayub bin `Utbah Qadi, al-Yamamah, Jarir bin Hazam, Musa bin Kholap al`Amamî, Yahya bin Abdul Aziz, Abû Ismâ`îl al-Qanad. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Al-`Ijly, Abû Hatim, Ibn Hiban mereka mengatakan: Tsiqah. 123 Para kritikus hadis mengakui bahwa Yahya bin Abî Kasir adalah orang
yang tsiqah. Karenanya pernyataan Yahya bin Abî Kasir yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Zaid bin Salam dengan lambang “an” tapi tidak menjadikan sanad Yahya bin Abî Kasir lemah, karena dalam keadaan bersambung dan bersifat tsiqah.
Zaid bin Salam
a) Nama Lengkap: Zaid bin Salam bin Abî Salam, kakak dari Muawîah bin Salim. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Abdullah bin Zaid al-Azraq, Abdullah bin Farukh, Adi` bin Arto, Kakeknya Salam alAswadi.
123
. Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzîb al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 31 h 504.
81
82 Murid: Hadramî bin Lahiq, Kakak Muawîah bin Salam, Yahya bin Abî Kasir. c) Pernyataan para kritikus hadis: -
Abû Zur`ah al-Dimasqy dan Ya`qub bin Syaibah dan al-Nasâ`i dan Daruqutny berkata: Tsiqah.
-
Zada Ya`qub : Suduq. 124 Para kritikus hadis mengakui bahwa Zaid bin Salam adalah orang yang
tsiqah. Karenanya pernyataan Zaid bin Salam yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Abû Salam al-Aswad dengan lambang “anna” tapi tidak menjadikan sanad Zaid bin Salam lemah, karena dalam keadaan bersambung dan bersifat tsiqah.
Abu Salam
a) Nama Lengkap: Mamtur, Abû Salam al-Aswad al-Khobasî. b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Stauban Maula Rasullullah, Haris bin Haris al-Asy`ary, al-Hajaj bin Mina, Khalid bin Zaid, Ibn Yazid al-Juhani, Amar bi Zaid al-Bakali, Abdullah bin Amar al-Yahsabi al-Qary, Abdullah bin Farukh, Abî Selmi Ra`I Rasullullah, Abî Salih al-Asy`ary, Abî Kabsyah al-Saluly. Murid: Daud bin Umar al-Awdîa al-Syamîu, Ibn Abîh Zaid bin Salam bin Abî Salam, Zaid bin Waqid, Ibnuh Salam bin Abî Salam, Syadid bin Abdullah al-Qary, Yahya bin Haris al-Damary, Ibn Abî Kasir, Abû `Imran sl-Ansory, Abdurrahman, Ibn `Amru al-Awza`î. 124
. Jamaluddîn Abî Hajar Yusuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 10 h
77.
82
83 c) Pernyataan para kritukus hadis: -
Abas berkata: dari yahya bin Abî Kasir dia berkata: Abû Salam berbicara: Tsiqah. 125 Para kritikus hadis mengakui bahwa Abû Salam al-Aswad adalah orang
yang tsiqah. Karenanya pernyataan Abû Salam al-Aswad yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis dari Haris bin Haris al-Asy`ary dengan lambang haddatsanâ kata tersebut menunjukan adanya proses penerimaan hadis secara alsama`, dengan demikian antara Abû Salam al-Aswad dan Yahya bin Haris bin Haris al-Asy`ary bersambung dan bersifat tsiqah.
Haris al-Asy`ary
a) Nama Lengkap: Haris bin Haris al-Asy`ary al-Syami, Dia Sahabat. Kunyah Abu Malik al- Asyari.126 b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis. Guru: Muhammad SAW. Murid: Abû Salam al-Aswadi.127 c) Peryataan para kritikus hadis: -
Tidak ada yang mencela beliau, dan penulis mengambil kesimpulan bahwa As-Sahabatu Kuluhum `Udul ( semua sahabat Nabî Muhammad Saw, adalah adil).
125
485-487.
. Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 28 h
126
Sihab al-din abi al-Fadal, Ahmad ibn Ali Ibn Muhammad, dkk, al-Asabah fi Tamyiz al-Sahabah, juz 1, h. 288. 127 . Jamaluddîn Abî Hajar Yûsuf al-Mazî, Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal, juz. 5 h 217.
83
84 Dari pernyataan kritikus di atas, tidak seorangpun yang mencela Haris bin Haris al-Asy`ary
apabila dilihat dari rawi atasnya, dengan
demikian
periwayatannya yang menyatakan bahwa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Muhammad Saw dengan lambang qâla yang berarti sanadnya bersambung.
84
85 C. Kualitas Matan Dilihat dari segi objek penelitinan, matan dan sanad hadis memiliki kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam hubunganya dengan status ke-hujjah-an hadis. Langkah penelitian hadis dengan mendahulukan penelitian sanad atas penelitian matan tidak berarti bahwa sanad lebih penting dari pada matan. Pada dasarnya dua bagian riwayat hadis ini sama pentingnya, hanya saja penelitian matan barulah mempunyai arti apabila sanad bagi matan hadis yang bersangkutan setelah jelas-jelas memenuhi syarat. Apabila sanadnya da`if maka tidak perlu diteliti sebab hasilnya tidak akan memberikan manfaat bagi ke-hujjah-an hadis yang bersangkutan. Selanjutnya adalah melakukan kritik matan. Ada beberapa metodologis dalam kegiatan penelitian matan ini, yaitu sebagai berikut: a. Analisa Kualitas Sanad Hadis b. Analisa Susunan Matan yang Memakna c. Analisa Kandungan Matan128 Ketiga langkah inilah yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan, karena ketiga langkah ini merupakan langkah yang sering digunakan oleh ulama dalam melakukan penelitian hadis dengan metode Takhrij al-Hadits. Dalam penelitian matan hadis kali ini, hadis-hadis yang sudah diteliti melalui jalur sanad maka akan di kelompokan sesuai dengan makna hadis untuk mempermudah penelitian matan hadis, dikarenakan hadis yang memiliki makna dan tujuan pembahasan yang sama itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. 128
.M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penenlitian Hadis Nabi ( Jakarta: Bulan Bintang 2002)
h 121-122.
85
86 ♦ Hadis-Hadis tentang Bid`ah. 1. Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanadnya Hasil penelitian sanad hadis yang telah diteliti, bahwa periwayat hadis yang diteliti dalam sunan Ibnu Mâjah untuk hadis petama, Sahih Muslim untuk hadis kedua, dan Abi Daud untuk hadis keempat,semuanya berkualitas Tsiqah dan sekaligus memberikan infomasi kepada kita bahwa sanad hadis tersebut sudah memenuhi salah satu kriteria ke-Sahih-an sanad, kreterianya diantaranya: sanadnya berkualitas Tsiqah yaitu `Adil dan Dabit, terjadi proses pembelajaran diantara mereka. 2. Meneliti Susunan Lafaz Matan Hadis Yang Semakna. -
Hadis pertama Susunan matan dari empat hadis yang telah penulis kutip diatas memiliki
persamaan lafaz, Hal ini menunjukan bahwa hadis yang telah diteliti diriwayatkan secara bi al-lafaz. Adapun perbedaan lafaz yang dimaksudkan adalah: Perawi
Matan
Makna
Bukharî
ِ َ ﻣﻦ أَﺣ َﺪBarang siapa membuat hal baru ﺲ ﻓِ ِﻴﻪ ْ َْ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟ َْﻴ dalam urusan kami ini sesuatu ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞyang tidak ada padanya, maka
Muslim
ِ ث ﻓِﻲ أَﻣ ِﺮﻧَﺎ ﻫ َﺬا ﻣﺎ ﻟَﻴ َ َﺣ َﺪ ُﺲ ﻣ ْﻨﻪ ْ َﻣ ْﻦ أBarang siapa membuat hal baru َ ْ َ َ ْ dalam urusan kami ini sesuatu ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞyang tidak ada padanya, maka
Ibnu
ِ ث ﻓِﻲ أَﻣ ِﺮﻧَﺎ ﻫ َﺬا ﻣﺎ ﻟَﻴ َ َﺣ َﺪ ُﺲ ﻣ ْﻨﻪ ْ َﻣ ْﻦ أBarang siapa membuat hal baru َ ْ َ َ ْ dalam urusan kami ini sesuatu ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞyang tidak ada padanya, maka
hal itu tertolak.
hal itu tertolak.
Mâjah Abi Daud
hal itu tertolak. ِ َ ﻣﻦ أَﺣ َﺪBarang siapa membuat hal baru ﺲ ﻓِ ِﻴﻪ ْ َْ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟ َْﻴ dalam urusan kami ini sesuatu ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞyang tidak ada padanya, maka hal itu tertolak. 86
87
ِ ﺻﻨَ َﻊ أ َْﻣ ًﺮا َﻋﻠَﻰ ﻏَْﻴ ِﺮ َ َ ﻗBarang siapa yang membuat َ ))ﻣ ْﻦ َ ﻴﺴﻰ َ ﺎل اﺑْ ُﻦ ﻋ hal baru yang bukan urusan (( أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞkami, maka hal itu tertolak. Dari empat matan yang ada ini, terdapat perbedaan lafaz matan yaitu, pada matan periwayatan Abi Daud yang mengikut sertakan Pada jalur Ibn `Isa, dia
ِ ِ ﻣﺎ ﻟَﻴdengan َﻋﻠَﻰ ﻏَﻴ ِﺮ menggantikan kalimat ث َ َﺣ َﺪ ْ ْ أdengan ﺻﻨَ َﻊ َ lalu pada kalimat ﺲ ﻓﻴﻪ َ ْ َ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎakan tetapi dengan perubahan lafaz seperti ini tidak mengubah makna menjadi peredaan makna, dan pada periwayatan Bukharî, Muslim, Ibn Mâjah tidak ada perbedaan lafaz, dan sudah pasti tidak ada perbedaan makna. Hal ini menunjukan bahwa hads yang menjadi objek penelitian telah diriwayatkan secara lafaz (riwayat bi al-lafzi), karena diriwayatkan lebih dari tiga periwayat pada matannya sama. -
Hadis kedua Susunan matan dari empat hadis yang telah penulis kutip diatas memiliki
persamaan makna. Perbedaan lafaz memang ada, tetapi tidak menjadikan perbedaan makna. Hal ini menunjukan bahwa hadis yang telah diteliti diriwayatkan secara lafaz. Adapun perbedaan lafaz yang dimaksudkan adalah: Perawi Muslim
Matan
Makna
ِ ِ ِ ﻓَِﺈ ﱠن َﺧﻴـﺮ اﻟ ﺎب اﻟﻠﱠ ِﻪ َو َﺧ ْﻴـ ُﺮ ُ َْﺤﺪﻳﺚ ﻛﺘ َ َْ ِاﻟ ُْﻬ َﺪى ُﻫ َﺪى ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﺷ ﱡﺮ ْاﻷ ُُﻣﻮر ٌﺿ َﻼﻟَﺔ َ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ َوُﻛ ﱡﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ
Sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, sebaikbaik petunjuk adalah petujuk Muhammad SAW, dan sejelek-jelek perkara adalah hal-hal yang baru, setiap hal yag baru adalah bidah.
87
88 Al- Nasa`i
ِ ْ ﻀ ﱠﻞ ﻟَﻪ وﻣﻦ ﻳ ِ ﻣﻦ ﻳـ ْﻬ ِﺪ ِﻩ اﻟﻠﱠﻪُ ﻓَ َﻼ ﻣ ُﻀﻠﻠْﻪ َ َْ ُ ْ ََ ُ ُ ِ َِﺻ َﺪ َق اﻟْﺤ ِﺪﻳﺚ ِ ْ ي ﻟَﻪُ إ ﱠن أ َ َ ﻓَ َﻼ َﻫﺎد ِ ِ ي ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ْ ﺎب اﻟﻠﱠﻪ َوأ ُ َﻛﺘ ُ ﺴ َﻦ اﻟ َْﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ َ َﺣ َو َﺷ ﱡﺮ ْاﻷ ُُﻣﻮِر ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ َوُﻛ ﱡﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺿ َﻼﻟ ٍَﺔ ﻓِﻲ َ ﺿ َﻼﻟَﺔٌ َوُﻛ ﱡﻞ َ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ َوُﻛ ﱡﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ اﻟﻨﱠﺎ ِر
Abi Daud
ِ ﻓَِﺈﻧﱠﻪ ﻣﻦ ﻳ ِﻌ ِ ﺴﻴَـ َﺮى ْ َ َْ ُ َ َﺶ ﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﺑَـ ْﻌﺪي ﻓ ِ ِ ِ ﺴﻨﱠﺘِﻲ َو ُﺳﻨ ِﱠﺔ ُ ا ْﺧﺘ َﻼﻓًﺎ َﻛﺜ ًﻴﺮا ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑ ِ ُ اﻟ ِِ ِ ﺴ ُﻜﻮا ﻳﻦ ﺗَ َﻤ ﱠ َ ﻴﻦ اﻟ ﱠﺮاﺷﺪ َ ْﺨﻠَ َﻔﺎء اﻟ َْﻤ ْﻬﺪﻳﱢ ِ ﺑِ َﻬﺎ و َﻋﻀﱡﻮا َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ﺑِﺎﻟﻨـﱠﻮ اﺟ ِﺬ َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َ َ ٍ ِ ِ ِ ِ ﱠ ٌَوُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎت ْاﻷ ُُﻣﻮر ﻓَﺈن ُﻛ ﱠﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺔ ﺑ ْﺪ َﻋﺔ ٌﺿ َﻼﻟَﺔ َ َوُﻛ ﱠﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ
Ibnu Mâjah
ِ Dua perkataan dan َﺣ َﺴ ُﻦ ْ ي ﻓَﺄ ُ إِﻧﱠ َﻤﺎ ُﻫ َﻤﺎ اﺛْـﻨَﺘَﺎن اﻟْ َﻜ َﻼ ُم َواﻟ َْﻬ ْﺪpetunjuk, sebagus-bagus ِ ي adalah ْ اﻟْ َﻜ َﻼِم َﻛ َﻼ ُم اﻟﻠﱠﻪ َوأperkataan ُ َﺣ َﺴ ُﻦ اﻟ َْﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ 88
Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang bisa menyesatkannya. Barang siapa telah disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepadanya, sebenarbenar perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan sejelek-jelek perkara adalah hal-hal yang baru, setiap yang baru adalah bid`ah adalah sesat, dan setiap hal yang baru adalah bidah dan setiap bidah adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka. Barangsiapa diantara kalian yang hidup sepeninggalanku, niscaya dia akan menyaksikan berbagai perselisihan. Maka berpegang teguhlah kalian kepada sunahku dan sunah Khulafa` al-Rasyidin yang padapat bimbingan dan petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham (berpegang teguhlah kepadanya), dan hendaknya kalian waspada dengan hal-hal yang baru (dalam masalah agama), karena setiap yang baru (dalam masalah agama) itu adalah bid`ah."
89
ِ َﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ أََﻻ وإِﻳﱠﺎ ُﻛﻢ وﻣ ْﺤ ِﺪﺛ ﺎت ْاﻷ ُُﻣﻮِر ﻓَِﺈ ﱠن َُ َُ ْ َ ٍ ِ ٌَﺷ ﱠﺮ ْاﻷ ُُﻣﻮِر ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ َوُﻛ ﱡﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺔ ﺑ ْﺪ َﻋﺔ ٌﺿ َﻼﻟَﺔ َ َوُﻛ ﱡﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ
kalamullah dan sebagusbagus petunjuk adalah petujuk Muhammad SAW, dan sejelek-jelek perkara adalah hal-hal yang baru, setiap hal yag baru adalah bid`ah.
Terdapat perbedaan Matan hadis di atas antara Muslim, Nasa`i, Abi Daud dan Ibn Mâjah, akan tetapi matan hadis tersebut memiliki maksud yang sama, yaitu "selalu berpegang teguh pada Kalamullah dan petunjuk Rasulullah dan larangan berbuat bid`ah dan setiap bidah adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka." Penambahaan keterangan makna matan hadis yang diriwayatkan Nasa`i, Yaitu" Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang bisa menyesatkannya. Barang siapa telah disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepadanya ". sedangkan matan hadis pada Abi Daud juga sama menambahkan keterangan lafaz matan hadisnya yaitu " Barangsiapa diantara kalian yang hidup sepeninggalanku, niscaya dia akan menyaksikan berbagai perselisihan. Maka berpegang teguhlah kalian kepada sunahku dan sunah Khulafa` al-Rasyidin yang padapat bimbingan dan petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham (berpegang teguhlah kepadanya)". Dan untuk periwayatan Imam Muslim dan Ibnu Mâjah dalam lafaz matan hadisnya yaitu, " tanpa ada kata-kata: " Setiap kesesatan dalam neraka". Menurut penulis dari tema yang dikandung oleh matan hadis di atas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nasa`i, Abi Daud dan Ibnu Mâjah memiliki redaksi Matan hadis yang berbeda. Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi objek penelitian telah diriwayatkan secara makna (riwayat bi al-ma`na).
89
90 -
Hadis keempat Susunan matan dari dua hadis yang telah penulis kutip diatas memiliki
persamaan lafaz, Hal ini menunjukan bahwa hadis yang telah diteliti diriwayatkan secara bi al-lafaz. Adapun persamaan lafaz yang dimaksudkan adalah: Perawi Al- Nasa`i
Matan
اﻟ ُْﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن ﺗَ َﻜﺎﻓَﺄُ ِد َﻣﺎ ُؤ ُﻫ ْﻢ َو ُﻫ ْﻢ ﻳَ ٌﺪ َﻋﻠَﻰOrang-orang darah-darah ِ ِ ﺎﻫ ْﻢ أ ََﻻ ُ َاﻫ ْﻢ َوﻳَ ْﺴ َﻌﻰ ﺑِﺬ ﱠﻣﺘِ ِﻬ ْﻢ أَ ْدﻧ ُ َﻣ ْﻦ ﺳ َﻮ َﻻ ﻳُـ ْﻘﺘَ ُﻞ ُﻣ ْﺆِﻣ ٌﻦ ﺑِ َﻜﺎﻓِ ٍﺮ َوَﻻ ذُو َﻋ ْﻬ ٍﺪ ِِ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَﻰ ﻧَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ َ َﺣ َﺪ ْ ﺑِ َﻌ ْﻬﺪﻩ َﻣ ْﻦ أ آوى ُﻣ ْﺤ ِﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﻟ َْﻌﻨَﺔُ اﻟﻠﱠ ِﻪ َ أ َْو ِ ِ ﱠﺎس أ ﻴﻦ ْ ِ َواﻟ َْﻤ َﻼﺋِ َﻜﺔ َواﻟﻨ َ َﺟ َﻤﻌ
Abi Daud
Makna
اﻟ ُْﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن ﺗَ َﻜﺎﻓَﺄُ ِد َﻣﺎ ُؤ ُﻫ ْﻢ َو ُﻫ ْﻢ ﻳَ ٌﺪ َﻋﻠَﻰ ِ ِ ﺎﻫ ْﻢ أ ََﻻ ُ َاﻫ ْﻢ َوﻳَ ْﺴ َﻌﻰ ﺑِﺬ ﱠﻣﺘِ ِﻬ ْﻢ أَ ْدﻧ ُ َﻣ ْﻦ ﺳ َﻮ
90
mu`min, mereka sama. Mereka saling bantu membantu satu dengan lainnya. Dan yang paling dekat dengan mereka berusaha menjamin keamanan mereka. Ketahuilah, seorang mu`min tidak boleh di bunuh sebab membunuh orang kafir. Tidak pula dibunuh orang kafir yang dalam perjalanan damai, selam dalam masa perjanjian damai dan tidak melanggarnya. Barangsiapa melakukan tindak kejahatan, maka hal itu ditanggung sendiri. Dan barangsiapa yang melindungi seorang tindak kejahatan, maka baginya laknat Allah, para malaikat dan semua umat manusia. Orang-orang mu`min, darah-darah mereka sama. Mereka saling bantu membantu satu dengan lainnya. Dan yang paling dekat dengan mereka berusaha menjamin keamanan
91
َﻻ ﻳُـ ْﻘﺘَ ُﻞ ُﻣ ْﺆِﻣ ٌﻦ ﺑِ َﻜﺎﻓِ ٍﺮ َوَﻻ ذُو َﻋ ْﻬ ٍﺪ ِﻓﻲmereka. ِِ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَﻰ ﻧَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ َ َﺣ َﺪ ْ َﻋ ْﻬﺪﻩ َﻣ ْﻦ أ آوى ُﻣ ْﺤ ِﺪﺛًﺎ َ َﺣ َﺪ ْ َوَﻣ ْﻦ أ َ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ أ َْو ِ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﻟ َْﻌﻨَﺔُ اﻟﻠﱠ ِﻪ َواﻟ َْﻤ َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ َواﻟﻨ ﱠﺎس ِ أ ﻴﻦ ْ َ َﺟ َﻤﻌ
Ketahuilah, seorang mu`min tidak boleh di bunuh sebab membunuh orang kafir. Tidak pula dibunuh orang kafir yang dalam perjalanan damai, selam dalam masa perjanjian damai dan tidak melanggarnya. Barangsiapa melakukan tindak kejahatan, maka hal itu ditanggung sendiri. Dan barangsiapa yang melindungi seorang tindak kejahatan, maka baginya laknat Allah, para malaikat dan semua umat manusia.
Matan ini menjelaskan tentang bertanggungjawab apabila telah melakukan tindakan kejahatan (dalam hal ini kejahatan diartikan sebagai melakukan hal-hal yang baru dalam urusan agama) dari kedua hadis yang diatas tidak ada perbedaan lafaz, maka penulis menyimpulkan bahwa periwayatan ini al-riwayah bi al-lafaz.
3. Meneliti Kandungan matan Hadis. Dalam meneliti kandungan matan hadis, yang perlu diperhatikan adalah apakah hadis tersebut bertentangan atau tidak dengan ayat al-Qur`an sebagai sumber hukum pertama dalam Islam, kemudian tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan akal sehat, sejarah, dan indra. Nabi Muhammad Saw. Dan para sahabatnya telah mengigatkan generasi setelah mereka tentang bermacam-macam bidah, dan memerintahkan mereka untuk mengikuti jalan keselamatan agar terhindar dari segala bahaya. Perintah
91
92 mengikuti sesuatu yang tidak menimbulkan perselisihan ini disinyalir dalam kitab Allah, sebagaimana firmannya dalam Ali Imran: 31 , ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ª!$#uρ 3 ö/ä3t/θçΡèŒ ö/ä3s9 öÏøótƒuρ ª!$# ãΝä3ö7Î6ósム‘ÏΡθãèÎ7¨?$$ùs ©!$# tβθ™7Åsè? óΟçFΖä. βÎ) ö≅è% Artinya:Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Untuk mendapatkan ridha Allah haruslah mengikuti syariat yang telah Rasulullah ajarkan dan perintahkan, tidak seperti yang terjadi pada masa priode awal Nabi, ketika sebuah kaum berikrar kepada Nabi "kami mencintai Allah" sedangkan keseharian masih menyembah berhala, kemudian turunlah ayat tersebut yang memadukan antara taqwa dan syariat. Hal senada juga dipaparkan dalam QS. al-An`am: 153 Νä38¢¹uρ öΝä3Ï9≡sŒ 4 ⎯Ï&Î#‹Î7y™ ⎯tã öΝä3Î/ s−§xtGsù Ÿ≅ç6¡9$# (#θãèÎ7−Fs? Ÿωuρ ( çνθãèÎ7¨?$$sù $VϑŠÉ)tGó¡ãΒ ‘ÏÛ≡uÅÀ #x‹≈yδ ¨βr&uρ . tβθà)−Gs? öΝà6¯=yès9 ⎯ÏμÎ/ Artinya:Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. Abû al-Hajjaj Mujahid ibn Jabbar al-Makki berkata. "jalan-jalan yang dimaksud dalam firman Allah adalah jalan-jalan bidah dan subhat".129 Adapun hadis serupa yang terdapat dalam kitab hadis, mendukung konteks matan ini. Sebagimana hadis yang diriwayatkan oleh ad-Darimi yaitu:
ِ أَ ْﺧﺒـﺮﻧَﺎ أَﺑﻮ َﻋ ِ َﺎﺻ ٍﻢ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ﺛَـ ْﻮُر ﺑْ ُﻦ ﻳَ ِﺰﻳ َﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻰ َﺧﺎﻟِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﻌ َﺪا َن َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو َﻋ ْﻦ ِﻋ ْﺮﺑ ﺎض ﺑْ ِﻦ ُ ََ ِ ِ ِ ﱠ ﱠ ِ ﺖ ُ ﺻﻠﻰ ﻟَﻨَﺎ َر ُﺳ َ ََﺳﺎ ِرﻳَﺔَ ﻗ ْ َ ذَ َرﻓ، ًﺻﻼَةَ اﻟْ َﻔ ْﺠﺮ ﺛُ ﱠﻢ َو َﻋﻈَﻨَﺎ َﻣ ْﻮﻋﻈَﺔً ﺑَﻠﻴﻐَﺔ َ : ﺎل َ -ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﻮل اﻟﻠﻪ ِ ْ َِﻣ ْﻨـﻬﺎ اﻟْﻌﻴﻮ ُن وو ِﺟﻠ ِ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻛﺄَﻧﱠـ َﻬﺎ ﻣﻮ ِﻋﻈَﺔُ ﻣﻮد ٍﱢع ﻓَﺄَو »: ﺎل َ ﻓَـ َﻘ.ﺻﻨَﺎ َ ﻳَﺎ َر ُﺳ: ﺎل ﻗَﺎﺋِ ٌﻞ َ ﻓَـ َﻘ، ﻮب ُ ُﺖ ﻣ ْﻨـ َﻬﺎ اﻟْ ُﻘﻠ ْ َْ َ َ ُُ َ َُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ أ ِ ﱠ ِ ِ ﱠ ُوﺻﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺘَـ ْﻘ َﻮى اﻟﻠﻪ َواﻟ ﱠ ًﺴﻴَـ َﺮى ا ْﺧﺘﻼَﻓﺎ َ ﺴ ْﻤ ِﻊ َواﻟﻄ ْ ﻓَﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻳَﻌ، ﺎﻋﺔ َوإ ْن َﻛﺎ َن َﻋ ْﺒﺪاً َﺣﺒَﺸﻴًّﺎ َ َﺶ ﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﺑَـ ْﻌﺪى ﻓ 129
Abu Halmi Tazkiyatul Fikri, Bid`ah yang dibungkus Dengan Hadis Palsu. h.24-25
92
93
ِ ِ ِ ِ َ وإِﻳﱠﺎ ُﻛﻢ واﻟْﻤ ْﺤ َﺪﺛ، اﺟ ِﺬ ِ َﻋﻀﱡﻮا َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ﺑِﺎﻟﻨـﱠﻮ، اﺷ ِﺪﻳﻦ اﻟْﻤ ْﻬ ِﺪﻳﱢﻴﻦ ِ ِ ﻓَـﻌﻠَْﻴ ُﻜﻢ ﺑ، ًَﻛﺜِﻴﺮا ، ﺎت ُ َ ْ َ َ َ َ ﺴﻨﱠﺘﻰ َو ُﺳﻨﱠﺔ اﻟْ ُﺨﻠَ َﻔﺎء اﻟ ﱠﺮ َ ُ ْ َ ١٣٠ ٍ ِ ِ « ٌﺿﻼَﻟَﺔ َ َ َوﻗ.« ٌﻓَِﺈ ﱠن ُﻛ ﱠﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔ َ ﻓَِﺈ ﱠن ُﻛ ﱠﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔ، » َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َوُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎت اﻷ ُُﻣﻮِر: ًﺎل أَﺑُﻮ َﻋﺎﺻ ٍﻢ َﻣ ﱠﺮة
" pada suatu letika kami shalat fajar (subuh) bersama Rasulullah, setelah selesai, beliau menasehati kami dengan suatu nasihat yang sangat terkesan sekali dan menyentuh perasaan, sehingga orang-orang yag hadir meneteskan air mata dan hatinya bergetar. Seorang bekata wahai Rasulullah, seakan-akan nasihat ini merupakan nasihat perpisahan, maka berwaspadalah kepada kami!, kemudian Rasulullah bersabda," Aku berrwasiat kepada kalian agar senatiasa bertakwa kepada kalian agar senatiasa bertakwa kepada Allah, tunduk dan patuh kepada kebenaran walaupun orang yang menyatakan kebenaran itu seorang budak bangsa Habsy (Ethopia). Barangsiapa diantara kalian yang hidup sepeninggalanku, niscaya dia akan menyaksikan berbagai perselisihan. Maka berpegang teguhlah kalian kepada sunahku dan sunah Khulafa` al-Rasyidin yang padapat bimbingan dan petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham (berpegang teguhlah kepadanya), dan hendaknya kalian waspada dengan hal-hal yang baru (dalam masalah agama), karena setiap yang baru (dalam masalah agama) itu adalah bid`ah." Di dalam Hadis ini Rasulullah menasihati dengan nasihat yang begitu penting untuk umatnya setelah Rasul wafat, beliau memerintahkan untuk selalu berpegang teguh kepada sunahnya dan sunah Khulafa` al-Rasyidin, dan apabila diantara umatnya mengabaikan dan melakukan hal-hal yang baru (dalam urusan agama) maka itu termasuk perbuatan bid`ah. Pendukung hadis di atas juga penulis temukan dalam kitab Sahih Muslim, berikut hadisnya:
ِ اﻹﺳ َﻼِم ﺳﻨﱠﺔً ﺣﺴﻨَﺔً ﻓَـﻠَﻪ أَﺟﺮﻫﺎ وأَﺟﺮ ﻣﻦ َﻋ ِﻤﻞ ﺑِﻬﺎ ﺑـﻌ َﺪﻩُ ِﻣﻦ ﻏَﻴ ِﺮ أَ ْن ﻳـ ْﻨـ ُﻘﺺ ِﻣﻦ أ ِ َْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َُ ْ ُ ْ ْ ُ ْ َ َ ٌُﺟﻮِرﻫ ْﻢ َﺷ ْﻲء َ َ ُ ْ ِْ َﻣ ْﻦ َﺳ ﱠﻦ ﻓﻲ ِ ِِ ِ ِ ِ ِْ َوَﻣ ْﻦ َﺳ ﱠﻦ ﻓِﻲ ﺺ ِﻣ ْﻦ أَ ْوَزا ِرِﻫ ْﻢ َ اﻹ ْﺳ َﻼِم ُﺳﻨﱠﺔً َﺳﻴﱢﺌَﺔً َﻛﺎ َن َﻋﻠَْﻴﻪ ِوْزُرَﻫﺎ َو ِوْزُر َﻣ ْﻦ َﻋﻤ َﻞ ﺑِ َﻬﺎ ﻣ ْﻦ ﺑَـ ْﻌﺪﻩ ﻣ ْﻦ ﻏَْﻴ ِﺮ أَ ْن ﻳَـ ْﻨـ ُﻘ .ٌَﺷ ْﻲء
Artinya: "Barangsiapa yang mengada-adakan satu cara yang baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan pahala orang yang turut mengerjakannya tidak mengurangi dari pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang mengadaadakan suatu cara yang jelek maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa-dosa yang ikut mengerjakan dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun".131
130
. Syaikh al-Islam Abû Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Fadil bin Buhram bin Abdu Somad al-Yamim al-Marqindi al-Darimi, Sunan ad-Darimi, h 44 131 . Nurul Huda, Ahlussunah Wal Jama`ah (ASWAJA) Menjawab Persoalan Tradis dan Kekinian,h. 73-74. Lihat: Muslim,Sahih Muslim, juz 3, h. 86
93
94 Keempat hadis yang diteliti juga tidak bertentangan dengan akal sehat, karena segala ibadah yang tidak ada syariatnya dari pada Allah Swt. Dan RasulNya atau hal-hal yang baru dalam al-Dîn al-Islâm yang tidak ada dasarnya dari sunnah Nabi atau tidak ada dasarnya dari kaedah-kaedah umum (syara`), adalah tidak diterima dan pelakunya berdosa. Dan segala muamalah yang baru yang bertentangan dengan hukum syars` wajib ditolak. Setiap muslim hendaknya berhati-hati dari perbuatan bid`ah dalam agama dan setiap muslim hendak berpegang teguh pada petunjuk Nabi Muhammad Saw".
♦ Ijtihad Para Sahabat. -
Hadis ketiga
1. Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanadnya Hasil penelitian sanad hadis yang telah diteliti, bahwa periwayat hadis yang diteliti dalam shahih Muslim semuanya berkualitas Tsiqah dan sekaligus memberikan infomasi kepada kita bahwa sanad hadis tersebut sudah memenuhi salah satu criteria ke-Sahih-an sanad, kreterianya diantaranya: sanadnya berkualitas Tsiqah yaitu `Adil dan Dabit, terjadi proses pembelajaran diantara mereka. 2. Meneliti Susunan Lafaz Matan Hadis Yang Semakna. Susunan matan dari tiga hadis yang telah penulis kutip diatas memiliki persamaan makna. Perbedaan lafaz memang ada, tetapi tidak menjadikan perbedaan makna. Hal ini menunjukan bahwa hadis yang telah diteliti diriwayatkan secara semakna. Adapun perbedaan lafaz yang dimaksudkan adalah:
94
95 Perawi
Matan
Makna
Al- Bukharî dalam َﻻ ﻳﺼﻠﱢﻴ ﱠﻦ أَﺣ ٌﺪ اﻟْﻌﺼﺮ إِﱠﻻ ِﻓﻲ ﺑﻨِﻲJanganlah sekali-kali َ َْ َ َ َ َ ُ seseorang shalat ashar ِ َ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَﺄَ ْد َر َك ﺑَـ ْﻌkecuali Kitab Sulhi Bab ﺼ ُﺮ ﻓﻲ di bani ْ ﻀ ُﻬ ْﻢ اﻟ َْﻌ ﺼﻠﱢﻲ َﺣﺘﱠﻰ َ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ ﻓَـ َﻘQuraizhah." Sebagian ُ ﺎل ﺑَـ ْﻌ َ ُﻀ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻧ dari mereka Qaul Imam ِ ﺼﻠﱢﻲ ﻟَ ْﻢ ﻳُـ َﺮ ْد ﻧ ﻞ ﺑ ﻢ ﻬ ﻀ ﻌ ـ ﺑ ﺎل ﻗ و ﺎ ﻬ ـ ﻴ ْﺗ ﺄ ﻧ َ َ melaksanakan shalat ُ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َْ َ ََ ashar di jalan, dan Liasabî. ِ ِ َ ِِﻣﻨﱠﺎ ذَﻟ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﻚ ﻓَ ُﺬﻛ َﺮ ﻟﻠﻨﱠﺒِ ﱢﻲ sebagian lagi berkata: ِ ﱢﻒ و ﱠ اﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ ﻨ ﻌ ـ ﻳ ﻢ ﻠ ـ ﻓ ﻢ ﻠ ﺳ و َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ kami tidak akan shalat sehingga sampai di sana," sebagian dari mereka berkata:, bahkan kami shalat, kerena bukan itu yang dimaksudkan terhadap kami. Lalu, mereka memberitahukan kepada Nabi, maka beliau tidak memaki salah seorang pun dari mereka. Al-Bukharî dalam َﻻ ﻳﺼﻠﱢﻴ ﱠﻦ أَﺣ ٌﺪ اﻟْﻌﺼﺮ إِﱠﻻ ِﻓﻲ ﺑﻨِﻲJanganlah sekali-kali َ َْ َ َ َ َ ُ seseorang shalat ashar ِ ُ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَﺄَ ْد َر َك ﺑَـ ْﻌkecuali Kitab al-Khouf ﺼ َﺮ ﻓﻲ di bani ْ ﻀ ُﻬ ْﻢ اﻟ َْﻌ ﺼﻠﱢﻲ َﺣﺘﱠﻰ َ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ ﻓَـ َﻘQuraizhah." Sebagian ُ ﺎل ﺑَـ ْﻌ َ ُﻀ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻧ dari mereka Bab Solat alِ ﱢ َﻢ ﻳُ ِﺮ ْد ﻟ ﻲ ﻠ ﺼ ﻧ ﻞ ﺑ ﻢ ﻬ ﻀ ﻌ ـ ﺑ ﺎل ﻗ و ﺎ ﻬ ـ ﻴ ْﺗ ﺄ ﻧ َ َ melaksanakan shalat ُ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ َْ َ ََ ashar di jalan, dan Khouf rijalan. ِ َ ِﻚ ﻓَ ُﺬﻛِﺮ ذَﻟ َ ِ ِﻣﻨﱠﺎ ذَﻟsebagian lagi berkata: ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َ ﻚ ﻟﻠﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ ِ ﱢﻒ و ِ اﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ َ ْ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـﻠَ ْﻢ ﻳُـ َﻌﻨkami tidak akan shalat sehingga sampai di sana," sebagian dari mereka berkata:, bahkan kami shalat, kerena bukan itu yang dimaksudkan terhadap kami. Lalu, mereka memberitahukan kepada Nabi, maka beliau tidak memaki salah seorang pun dari mereka. ِ ِ Muslim Hendaknya seseorang ﱡ ِ ﱢ ﱠ َﺣ ٌﺪ اﻟﻈ ْﻬ َﺮ إﻻ ﻓﻲ ﺑَﻨﻲ َ ُ َﻻ ﻳtidak shalat Zhuhur di َ ﺼﻠﻴَ ﱠﻦ أ ِ ت اﻟْﻮﻗ ْﺖ َ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَـﺘَ َﺨ ﱠﻮbani Quraizhah`. Orangٌ َف ﻧ َ َ ﺎس ﻓَـ ْﻮ orang pun khawati آﺧ ُﺮو َن َ َﺼﻠﱠ ْﻮا ُدو َن ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ َوﻗ َ ﺎل َ َ ﻓwaktu shalat lewat, ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ ﺚ أ ََﻣ َﺮﻧَﺎ َر ُﺳ ُ ﺼﻠﱢﻲ إِﱠﻻ َﺣ ْﻴ َ ُ َﻻ ﻧmaka sebagian mereka 95
96
َوإِ ْن ﻓَﺎﺗَـﻨَﺎ ِو اﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻦ َ
َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﱠﻒ َ َﻋﻨ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﺎل ﻓَ َﻤﺎ َ َْﺖ ﻗ ُ اﻟ َْﻮﻗ اﻟْ َﻔ ِﺮﻳ َﻘ ْﻴ ِﻦ
shalat sebelum sampai di bani Qurazhah. Sementara yang lain berkata, `kita tidak shalat kecuali ditempat Rasulullah SAW memerintahkan kita meskipun waktu shalat lewat`. Maka Nabi tidak mencela satu pun dari kedua kelompok itu.
matan ini membahas tentang Perjalanan sahabat Rasul menuju bani Qurazhah, untuk memerangi mereka yang telah melanggar perjanjian damai yang telah disepakati, lalu mendukung suku Quraisy dan Ghathafan untuk memerangi Nabi SAW. Lalu Nabi SAW di perintahkan oleh Jibril dan malaikat untuk bangkin dan menuju bani Qurazhah dan Nabi SAW memerintahkan Bilal untuk mengumumkan kepada orang-orang,` Barang siapa mendengar, maka jangan lah shalat Asar kecuali di bani Quraizhah`.132 Dalam hadis ini pada susunan lafaz matan-nya terdapat perbedaan perintah waktu Shalat. Yang tercantum pada matan Imam Bukharî ﺼ َﺮ ْ ( اﻟ َْﻌShalat Asar) akan tetapi yanh terdapat pada matan Imam Muslim ( اﻟﻈﱡ ْﻬ َﺮShalat Zuhur). Padahal Imam Bukharî dan Muslim menukil hadis ini dari guru yang sama melalui sanad yang sama pula. Versi Imam Muslim di tukil juga Abu Ya`la dan selainya. Demikian juga Ibnu Sa`ad, dari Abu Itiban Malik bin Ismail, dari Juwariyah dengan kataاﻟﻈﱡ ْﻬ َﺮ
(Shalat Zuhur), dan Ibnu
Hibban dari jalur Abu Itiban, sama seperti itu. Ibnu Hajar tidak melihat riwayat ini dari Juwariyah melainkan dengan Kata ( اﻟﻈﱡ ْﻬ َﺮShalat Zuhur). Hanya saja Abu 132
Moenawar Chalil, Keelngkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, (Jakarta: PT. Bulan Bintang 1993) jilid 5, h, 44
96
97 Nu`aim dalam kitab al-Mustakhraj Mengutip dari Abu Hafsh As-Sulmi, dari 133 Juwariyah, dengan kata, ﺼ َﺮ ْ ( اﻟ َْﻌShalat Asar).
Walaupun terdapat perbedaan lafaz matan hadis tidak merubah maknanya sebagian ulama menyatakan kedua versi ini dengan mengemukakan kemungkinan sebelum dikeluarkan , sebagian telah shalat Zuhur dan sebagian lagi belum. Maka bagi mereka yang sudah shalat Zuhur dikatakan, "Janganlah shalat Asar", sedangkan bagi mereka yang belum shalat Zuhur dikatakan, "jangan kamu shalat Zuhur". Jadi hadis ini menunjukan bahwa yang menjadi objek penelitian telah diriwayatkan secara makna (riwayat bi al-ma`na). 3. Meneliti Kandungan matan Hadis. Penelitian matan kali ini hanya menggunakan pendapat para ulama. Ibnu Hajar berpendapat: perbedaan lafazh tersebut berasal dari hafalan sebagian periwayat. Sebab redaksi Imam Bukharî sangat berbeda dengan redaksi semua periwayat yang ada. Perbedaan itu hanya pada waktu shalatnya saja, seperti yang penulis utarakan di atas. Dengan perbedaan versi Imam Bukharî, kemungkinan juga Imam Bukharî menulis berdasarkan hafalanya tanpa memperhatikan lafazh hadis sebagaimana dikenal dari madzhabnya yang memperbolehkan hal itu. Berbeda dengan Imam Muslim yang sangat memperhatikan redaksi hadis.134 As-Suhaili dan selainya berkata, " pada hadis ini tedapat pelajaran bahwa tidak ada celaan bagi mereka yang berpegang kepda makna zhahir suatu hadis atau ayat, dan tidak pula bagi yang menyimpulkan makna yang tidak mengkhususkan dari suatu nash. 133
Al-Imama al-hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarh Shahih al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007) jil 20, h. 447 134 Al-Imama al-hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bâri, h 441
97
98 Kesimpulan peristiwa dalam kisah ini; sebagian sahabat memahami larangan sebagaimana hakikatnya tanpa memperdulikan luput waktu. Alasanya adalah mengedepankan larangan kedua (yakni shalat kecuali di bani Quraizhah) atas larangan pertama ( yakni mengakhirkan shalat dari waktunya). Disamping itu, mereka melakukan ijtihad dan mengakhirkan shalat, karena komitmen dengan perintah. Kelompok lain memahami larangan bukan dalam arti yang sebenarnya. Bahkan sekedar kiasan untuk segera mendatangi bani Quraizhah. Untuk itu, mereka melaksanakan perintah ini, tetapi mereka mengecualikan waktu shalat karena adanya perintah untuk dikerjakan pada waktunya. Tidak ada halangan jika meraka turun untuk shalat, dan tidak bertentangan dengan apa yang diperintahkan saat itu. Kisah ini dijadikan dalil oleh mayoritas ulama untuk menunjukan tidak adanya dosa bagi yang berijtihad, karena Nabi SAW tidak mencela satu pun di antara dua kelompok tersebut. Sekiranya perbuatan itu mendapatkan dosa tentu Nabi Saw akan mencela mereka yang melakukanya.135
♦ Larangan Bercerai-berai -
Hadis Kelima
1. Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanadnya Hasil penelitian sanad hadis yang telah diteliti, bahwa periwayat hadis yang diteliti dalam sunan Tirmidzi untuk hadis kelima semuanya berkualitas Tsiqah dan hanya satu perawi sulaimân al-Madanî yang berkualitas Dhaif akan tetapi telah terjadi proses pembelajaran diantara mereka dan untuk hadis keenam berkualitas Tsiqah dan sekaligus memberikan infomasi kepada kita bahwa sanad
135
Al-Imama al-hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bâri, h 444
98
99 hadis tersebut sudah memenuhi salah satu criteria ke-Sahih-an sanad, kreterianya diantaranya: sanadnya berkualitas Tsiqah yaitu `Adil dan Dabit. 2. Meneliti Susunan Lafaz Matan Hadis Yang Semakna. -
Hadis kelima Tidak ada perbedaan lafaz pada matan Tirmidzi, karena tidak ada hadis
dari perawi mana pun yang meriwayatkan hadis ini, hanya dalam kitab Sunan Tirmidzi saja: Perawi Tirmidzi
Matan
Makna
َ َ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳَ ْﺠ َﻤ ُﻊ أُﱠﻣﺘِﻲ أ َْو ﻗSesungguhnya َﺎل أُﱠﻣﺔ tidak ٍ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَﻰ َ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ِ ٍ َ ﺎﻋ ِﺔ َوَﻣ ْﻦ َﺷ ﱠﺬ َ ْﺠ َﻤ َ ﺿ َﻼﻟَﺔ َوﻳَ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ َﻣ َﻊ اﻟ َﺷ ﱠﺬ إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺎ ِر
Allah akan mengumpulkan umatku, atau beliau bersada, umat Muhammad pada kesesatan, tangan Allah bersama jama`ah. Siapa saja yang memisahkan diri/keluar (dari jama`ah) maka berarti ia telah memisahkan diri/ keluar untuk menuju neraka.
Matan hadis ini menjelaskan tentang siapa saja yang keluar (dari jama`ah) maka berarti ia telah memisahkan diri/keluar untuk menuju neraka. Peneliti menelusuri, tidak ada perbedaan lafaz dengan perawi hadis lain, maka hadis ini ialah hadis Ahad, karena matan hadis ini hanya diriwayatkan satu perawi saja.
99
100 -
Hadis Keenam. Tidak ada perbedaan lafaz pada matan Tirmidzi, karena tidak ada hadis
dari perawi mana pun yang meriwayatkan hadis ini, hanya dalam kitab Sunan Tirmidzi saja: Perawi Tirmidzi
Matan
Makna
Aku memerintahkan ٍ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ ﺑِ َﺨ ْﻤ ﺲ اﻟﻠﱠﻪُ أ ََﻣ َﺮﻧِﻲ ﺑِ ِﻬ ﱠﻦ ُ َوأَﻧَﺎlima kalimat (ajaran)
ِ ﺎﻋﺔُ واﻟ ُﺎد َواﻟْ ِﻬ ْﺠ َﺮة اﻟ ﱠ ُ ْﺠ َﻬ َ َ ﺴ ْﻤ ُﻊ َواﻟﻄﱠ َﺎﻋﺔ َ ْﺠ َﻤ َ ْﺠ َﻤ َ ﺎﻋﺔُ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻓَ َﺎر َق اﻟ َ َواﻟ ِْ َﻗِﻴ َﺪ ِﺷ ْﺒ ٍﺮ ﻓَـ َﻘ ْﺪ َﺧﻠَ َﻊ ِرﺑْـ َﻘﺔ اﻹ ْﺳ َﻼِم ِﻣ ْﻦ ﱠﻋﻰ َد ْﻋ َﻮى َ ﻋُﻨُِﻘ ِﻪ إِﱠﻻ أَ ْن ﻳَـ ْﺮِﺟ َﻊ َوَﻣ ْﻦ اد ِ ِ ِ ِ ِ اﻟ ﺎل َ ﱠﻢ ﻓَـ َﻘ َ َ ْﺠﺎﻫﻠﻴﱠﺔ ﻓَﺈﻧﱠﻪُ ﻣ ْﻦ ُﺟﺜَﺎ َﺟ َﻬﻨ ِ َ رﺟﻞ ﻳﺎ رﺳ ﺎم َﺻ َ ﺻﻠﱠﻰ َو َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َوإِ ْن َُ َ ٌ َُ ﺎم ﻓَﺎ ْد ُﻋﻮا ﺑِ َﺪ ْﻋ َﻮى َ َﻗ َﺻ َ ﺻﻠﱠﻰ َو َ ﺎل َوإِ ْن ِِ ﱠ ِِ ﻴﻦ َ اﻟﻠﱠﻪ اﻟﺬي َﺳ ﱠﻤﺎ ُﻛ ْﻢ اﻟ ُْﻤ ْﺴﻠﻤ ِ ِاﻟْﻤ ْﺆِﻣﻨ ﺎد اﻟﻠﱠ ِﻪ َ َﻴﻦ ﻋﺒ َ ُ
100
kepada kalian yang Allah perintahkan kepadaku, yaitu: Mendengar, taat, berhijrah, dan berjamaah. Sesungguhnya orang yang memisahkan diri dari jamaah meski hanya sejengkal maka sesungguhnya ia telah ,menanggalkan (memutus) buhul (perjanjian dalam) Islam dari lehernya, kecuali jika ia mau kembali pada jama`ahnya itu. Siapa saja yang menyerukan seperti seruan kaum jahiliyah, maka ia termasuk kelompok ahli neraka,` seseorang bertanya wahai Rasulullah,` meskipun ia melaksanakan shalat dan puasa? Beliau menjawab, meski ia melaksanakan shalat dan puasa, serulah orang-orang dengan seruan Allah. Allah telah menanamkan kaum muslimin yang beriman sebagai hamba-hamba Allah.
101
Matan hadis ini menjelaskan tentang Allah perintahkan untuk menjalankan lima kalimat (ajaran) kepadaku, yaitu: Mendengar, taat, berhijrah, dan berjamaah, Sesungguhnya orang yang memisahkan diri dari jamaah meski hanya sejengkal maka sesungguhnya ia telah, menanggalkan (memutus) buhul (perjanjian dalam) Islam dari lehernya, kecuali jika ia mau kembali pada jama`ahnya itu.. Peneliti menelusuri, tidak ada perbedaan lafaz dengan perawi hadis lain, maka hadis ini ialah hadis Ahad, karena matan hadis ini hanya diriwayatkan satu perawi saja.
3. Meneliti Kandungan Matan Hadis Dua Hadis ini tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur`an yang sebagai sumber hukum pertama dalam Islam, kemudian tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat. Penulis berpendapat bahwa hadis yang serupa dalam kitab hadis yang mendukung konterks matan hadis diatas. Hadis tentang agar kalian semua berpegang teguh pada tali Allah dan tidak bercerai-berai', sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh muslim:
ٍ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻲ ُزَﻫ ْﻴـﺮ ﺑْ ُﻦ َﺣ ْﺮ ﺎل َ َب َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﺟ ِﺮ ٌﻳﺮ َﻋ ْﻦ ُﺳ َﻬ ْﻴ ٍﻞ َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ ُﻫ َﺮﻳْـ َﺮةَ ﻗ ُ
101
102
ِ ُ ﺎل رﺳ ﺿﻰ ﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْن ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪوﻩُ َوَﻻ َ ْﺮﻩُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺛََﻼﺛًﺎ ﻓَـﻴَـ ْﺮ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻳَـ ْﺮ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ َﻗ َ ﺿﻰ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺛََﻼﺛًﺎ َوﻳَﻜ ِ ِِ ِ ِﱠ ِ ِ ﺎﻋ ِﺔ َ َﻴﻞ َوﻗ ﺎل َوَﻛﺜْـ َﺮةَ اﻟ ﱡ َ ِﺴ َﺆ ِال َوإ َﺿ َ ﺗُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮا ﺑﻪ َﺷ ْﻴﺌًﺎ َوأَ ْن ﺗَـ ْﻌﺘَﺼ ُﻤﻮا ﺑ َﺤ ْﺒ ِﻞ اﻟﻠﻪ َﺟﻤ ًﻴﻌﺎ َوَﻻ ﺗَـ َﻔ ﱠﺮﻗُﻮا َوﻳَﻜ َ ْﺮﻩُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻗ ١٣٦ ِ اﻟ َْﻤﺎل
Artinya: "sesungguhnya Allah menyukai dari kamu tiga perkara dan membenci dalam tiga perkara. Dia ridha padamu jika kamu menyebah-Nya da tidak menyekutuka-NYa dengan apapun, agar kamu semua berpegang teguh pada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan agar kamu setia kepada orang yang telah diserahi urusanmu oleh Allah, Allah murka kepadamu lantaran tiga perkara: banyak berbicara, banyak bertanya, dan menghamburkan harta," Hadis diatas menerangkan tentang hal-hal tiga perkara yang Allah sukai dan benci, salah satu hal yang Allah sukai adalah berpegang teguh pada tali Allah dan tidak bercerai-berai. Karena dengan bercerai berai akan memecah persatuan dan persaudaraan. Dalam al-Qur`an Allah berfirman pada Q.S. al-Imran: 103.
y#©9r'sù [™!#y‰ôãr& ÷Λä⎢Ζä. øŒÎ) öΝä3ø‹n=tæ «!$# |Myϑ÷èÏΡ (#ρãä.øŒ$#uρ 4 (#θè%§xs? Ÿωuρ $Yè‹Ïϑy_ «!$# È≅ö7pt¿2 (#θßϑÅÁtGôã$#uρ 3 $pκ÷]ÏiΒ Νä.x‹s)Ρr'sù Í‘$¨Ζ9$# z⎯ÏiΒ ;οtøãm $xx© 4’n?tã ÷Λä⎢Ζä.uρ $ZΡ≡uθ÷zÎ) ÿ⎯ÏμÏFuΚ÷èÏΖÎ/ Λä⎢óst7ô¹r'sù öΝä3Î/θè=è% t⎦÷⎫t/ ∩⊇⊃⊂∪ tβρ߉tGöκsE ÷/ä3ª=yès9 ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ öΝä3s9 ª!$# ß⎦Îi⎫t6ムy7Ï9≡x‹x. Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Firman lain untuk memperkuat ayat yang pertama pada Q.S. al-Imran 105.
öΝçλm; y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 àM≈oΨÉit6ø9$# æΛèεu™!%y` $tΒ Ï‰÷èt/ .⎯ÏΒ (#θàn=tF÷z$#uρ (#θè%§xs? t⎦⎪Ï%©!$%x. (#θçΡθä3s? Ÿωuρ ∩⊇⊃∈∪ ÒΟŠÏàtã ë>#x‹tã Artinya:Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. 136
. Imam Abi Husaini Muslim Bin al-Hujaj al-Qusyairi al-Naysaburi, Shahih Muslim,..
h,109
102
103
Asya`rawi perpendapat pada ayat ini berisi larangan mengikuti hawa nafsu yang akan menyebabhak terjadinya perpecahan. Apabila larangan itu jelas-jelas telah tertera dalam berbagai redaksi ayat lainya. Jadi mereka yang masih mengikuti keinginan nafsunya walaupun larangan itu sudah dijelaskan dalam alQuran, pasti akan mendapatkan siksa yang sangat berat dari Allah.137
137
Syekh Muhammad Mutawali sya`rawî, Tafsir al-Sya`rawi ( Jakarta: Duta Azhar, 2005) jilid 2, h. 495.
103
104 BAB IV PENUTUP A. Kesimpuan Setelah penelitian yang berkaitan dengan hadis-hadis yang penulisannya tanpa riwayat yang terdapat dalam kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah, dilakukan, penulis akan memaparkan kualitas sanad hadis, dan akan dilanjutkan pada kualitas matan hadias. Adapun penjelasanya sebagai berikut: 1. Setelah penulis melakukan penelitian pada hadis pertama yang diriwayatkan oleh Ibn Mâjah seluruh perawinya berkualitas tsiqah, sanadnya bersambung terhindar dari syadz dan `illat. Dengan demikian sanad hadis pertama berkualitas sahih lidzatihi dan bisa dijadikan hujjah 2. Setelah diteliti, hadis kedua. Yang diriwayatkan oleh al-Nasa`i seluruh perawinya berkualitas tsiqah, sanadnya bersambung terhindar dari syadz dan `illat. Dengan demikian sanad hadis kedua berkualitas sahih dan bisa dijadikan hujjah. 3. Hadis ketiga, yang diriyawatkan oleh Imam Muslim seluruh perawinya berkualitas tsiqah, sanad bersambung terhindar dari syadz dan `illat. Dengan demikian sanad ketiga berkualitas sahih dan bisa dijadikan hujjah. 4. Setelah diteliti, hadis keempat Yang diriwayatkan oleh Abu Daud seluruh perawinya berkualitas tsiqah, sanadnya bersambung terhindar dari syadz dan `illat. Dengan demikian sanad hadis keempat berkualitas sahih dan bisa dijadikan hujjah. 5. Setelah penulis melakukan penelitian sanad dari awal hingga akhir, maka penulis menyimpulkan untuk hadis kelima yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
104
105 ini adalah hadis da`if, karena ada satu perawi (sulaimân al-Madani) yang dinilai hadis-hadis munkar oleh Ibn Hatim, dengan demikian hadis yag diriwayatkan oleh Tirmidzi yakni berkualitas da`if, sehingga tidak dapat dijadikan hujjah 6. Setelah penulis melakukan penelitian pada hadis keenam yang diriwayatkan oleh Tirmidzi seluruh perawinya berkualitas tsiqah, sanadnya bersambung terhindar dari syadz dan `illat. Dengan demikian sanad hadis keenam berkualitas sahih dan bisa dijadikan hujjah 7. Sedangkan dari segi matan hadis yang diteliti tidak ada yang bertentangan dengan al-Qur`an, tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat dan tidak bertentangan dengan akal, serta susunan pernyataan menunjukan cirri-ciri sabda kenabiaan.
B. Saran-saran Penulis berharap agar pembaca bisa menueruskan kekurangan dari skripsi ini yaitu dengan meneliti kualitas hadis-hadis yang lain, selain hadis yang sudah diteliti oleh penulis. Penulis menyarankan agar pembaca bisa meneliti lebih lanjut lagi dari kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah, karya Hasyim Asy`ari.
105
106
DAFTAR PUSTAKA `Abdullah , Abdullah, Ibn. Sembilan Penndekar Hadis.Bogor: pustaka Tariqul Izzah, 2007. Aceh, H. Aboebakar. Sejarah Hidup K.H.A Wahid Hasyim Asy`ari dan Karangan Tersiar. Jakarta: Panitia Peringatan Almarhum KH A Wahid Hasyim, 1985. al-Asqalani, syihab al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar. Tahdzib al- Tahdzib Beirut: Darfikri 1984 _________, Al-Isobah Fi Tamyizi Al-Sohabah, Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah. _________, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari,Beirut: Dar al-Fikri. al-Asy`asti, Imam al-Hafidz Abi Daud Sulaiman Bin. Sunan Abi Daud, Bairut: Darul A`lam. Azami,M.M. Memahami Ilmu Hadis : Tela`ah Metodologi Dan Literatur Hadis, Terj Meth Kiereha. Jakarta: Lentera, 2003. Bruinessen, Martin Van. Tarekat naqsyabandiyah di Indonesia, Survey, Geografis, dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1992. al-Bukhari, Imam al-Hafidz Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail. Shahih alBuhkari, Riyadh: Baitu al-Afkar ad-Dawiyah, 1998. Burhanuddin, Jajat. & A. Baedowi, ed.., Transformasi Otoritas Keagamaan, Penyuting, Jajat Burhannuddin dan Ahmad Baedowi .Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003. al-Fadal, Sihab al-din, Ahmad ibn Ali Ibn Muhammad, dkk, al-Asabah fi Tamyiz al-Sahabah, Bairut: Dar al-Fikri, 1980. Al-Ghazali. Muhammad. Study Kritik atau Hadis Nabi Saw: Antara Pemohonan Tekstual dan Kontekstual, terj, Muhammad al – Bagir. Bandung: Mizan, 1996. Hadzik, M Ishom. K.H. Hasyim Asy`ari Fagur Ulama & Pejuang Sejati, Jombang: Pustaka Warisan Islam, 2007. Hamid, Shalahuddin dan Iskandar Ahza, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh di Indonesia, Jakarta: PT. Intimedia Cipta Nasantara, 2003.
106
107 Ismail,M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang 1992. al-Jarjani, Imam al-Hafidz Abi Ahmad Abdullah Bin `Adi. al-Kaamil Fi Du`afaa ar-Rijal, Bairut: Dar al-Fikri, 1980. Jawas, Yazid bin Abdul Qodir. Kedudukan As-Sunnah Dalam Syariat Islam.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1993. cet.II. Al-Khatib .`Ajaj ,Muhammad., Usul al-Hadis, terj. M Qodirrun, Nur Ahmad M usyafiq Jakarta: gaya media permata, 2001. Khuluq, Latiful. Fajar Kebangunan Ulama, Yogyakarta: LKis 2000. al-Maziy, Jamaluddin Abi Hajar Yusuf. Tahdzib al-Kamal Fi Asmai al-Rijal. Bairut: Dar al-Fikr. Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh HASYIM ASY`ARI modern, keutamaan, dan kebangsaan. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010. al-Nasa`i, Abi Abdurrahman Ahmad Bin Su`abi. Sunnan an-Nasai.Bairut: Darul Ahya at-Tarasa al-`Araby, 2003. Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Sripsi, Tesis, dan Disertasi Jakarta: CeQDA Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. al-Naysaburi, Imam Abi Husaini Muslim Bin al-Hujaj al-Qusyairi. Shahih Muslim, Bairut: Dar al-Kitab al-Arabi, 2004. Qardhawi,Yusuf. Kajian Kritik Pemahaman Hadist antara Pemahaman Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Islamuna Press, 1994. cet,I. --------------,Yusuf. Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, terj. Muhammad baqir, karisma, 1994. al-Qazwaini, Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid Ibnu Mjah. Sunan Ibn Majah. Bairut: Bait al-Afkar al-Dawliyah 2004. Salam, Solihin. KH Hasjim Asj`ari, Ulama Besar Indonesia. Jakarta: Jaya Murni 1963. Al-Salih,Subhi. Ulum al-Hadis wa Mustalahuhu. Dar al- `Ilmu Li alMalayin,1997.
107
108
Sawrah, Abi `Isa Muhammad Bin `Isa Bin. Sunnan Tirmidzi. Bairut: Dar alMarefah, 2002. Suwendi, M. Ag. Konsep Kependidikan M. Hasyim Asy` ari. Jakarta: LeKDis Ciputat. Syubban, Muhammad Abu. Fi Rihab al-Kutub al-Sihhah al-Sittah. Mujma` Bahus al-Islamiyah, 1969. Sya`rawi, Syekh Muhammad Mutawali. Tafsir al-Sya`raw . Jakarta: Duta Azhar, 2005. al-Tabyin, Ibarhim bin Muhammad bin Sabit Ibnu al-Ajmi Abu al-Wara` al-Halbi al-Thorobalisi. Liasma` al-Madlisaini,( Bairut: Massasah al-Riyan Lil Thobaa Wannasyri Wattauzih) Cet:1 1994-1414 Thalhas, T.H. Alam Pikiran KH. Ahmad Dahlan & KH. M. Hasyim Asy`ari: Asalusul Dua Kutub Gerakan Islam di Indonesia. Jakarta: Galura Pase, 2002. Wensick, A.J. Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jam alMufahras li alfaz al-Hadis al-Nabawi, E.J. Bill: Leiden Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.Jakarta: PT. Hadakarya Agung, 1996. Yuslem, Nawir. `Ulum al-Hadis. Jakata: Mutiara Sumber Widya. 2001. Zuglul,Abu Hajar Muhammad al-Sa`id bin Basuni. Mausu`ah al-Athraf al-Hadis al-Nabawy,Beirut: Dar al-Fikr, tth Zuhri,Muh. Hadis Nabi : Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. 2003.
108
Skema Sanad Hadis V
ٍ رﺳ َ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَﻰ ﺎل إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳَ ْﺠ َﻤ ُﻊ أُﱠﻣﺘِﻲ أ َْو ﻗَ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َ ﺎل أُﱠﻣﺔَ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َُ ِ َ ٍ ﺎﻋ ِﺔ َوَﻣ ْﻦ َﺷ ﱠﺬ َﺷ ﱠﺬ إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺎ ِر ْﺠ َﻤ َ ﺿ َﻼﻟَﺔ َوﻳَ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ َﻣ َﻊ اﻟ َ
اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ
ان
اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤ َﺮ
عن
َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ ِ دﻳﻨَﺎ ٍر عن
ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ ُن اﻟ َْﻤ َﺪﻧِ ﱡﻲ حدثنا
اﻟ ُْﻤ ْﻌﺘَ ِﻤ ُﺮ ﺑْ ُﻦ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ َن حدثنى
ِ ي ﺼ ِﺮ ﱡ أَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑْ ُﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ اﻟْﺒَ ْ
حدثنا
اﻟﺘﺮﻣﺬى
Skema Sanad Hadis VI
ِ ﺎﻋﺔُ واﻟ ِ آﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ ﺑِ َﺨ ْﻤ ٍ ﻗَ َ ﺎد َواﻟْ ِﻬ ْﺠ َﺮةُ ﺲ اﻟﻠﱠﻪُ أ ََﻣ َﺮﻧِﻲ ﺑِ ِﻬ ﱠﻦ اﻟ ﱠ ْﺠ َﻬ ُ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوأَﻧَﺎ ُ ﺴ ْﻤ ُﻊ َواﻟﻄﱠ َ َ ﺎﻋﺔَ ﻗِﻴ َﺪ ِﺷ ْﺒ ٍﺮ ﻓَـ َﻘ ْﺪ َﺧﻠَ َﻊ ِرﺑْـ َﻘﺔَ ِْ اﻹ ْﺳ َﻼِم ِﻣ ْﻦ ﻋُﻨُِﻘ ِﻪ. ْﺠ َﻤ َ ْﺠ َﻤ َ ﺎﻋﺔُ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻓَ َﺎر َق اﻟ َ َواﻟ َ
ان
ي ث ْاﻷَ ْﺷ َﻌ ِﺮ ﱠ ْﺤﺎ ِر َ اﻟ َ ان
ان
عن
حدثنا
حدثنا
َزﻳْ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َﺳ ﱠﻼٍم
أَﺑَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ﻳَ ِﺰﻳ َﺪ ِ ِ ﻴﻞ ُﻣ َ ﻮﺳﻰ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﻤﻌ َ ِ ِ ﻴﻞ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﻤﻌ َ
أَﺑَﺎ َﺳ ﱠﻼٍم
حدثنا
ﻳَ ْﺤﻴَﻰ ﺑْ ُﻦ أَﺑِﻲ َﻛﺜِﻴ ٍﺮ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ
حدثنا
اﻟﺘﺮﻣﺬى
Skema Sanad Hadis I
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻣﻦ أَﺣ َﺪ َ ِ ﺲ ِﻣ ْﻨﻪُ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َردﱞ ﺎل َر ُﺳ ُ ﻗَ َ ْ ََ َ َْ ْ َ ث ﻓﻲ أ َْﻣ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا َﻣﺎ ﻟَْﻴ َ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ان
قال
ﺸﺔَ َﻋﺎﺋِ َ
: Jalur Abî Dâud : Jalur Ibnu Mâjah : Jalur Sahih Muslim : Jalur Sahih Bukhâri
عن
اﻟْ َﻘ ِ ﺎﺳ ِﻢ ﺑْ ِﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ
Jalur yang diteliti pada hadis pertama melalui jalur Ibnu Mâjah.
عن
ِ ِ ِ ﻴﻢ \ أَﺑِ ِﻴﻪ َﺳ ْﻌﺪ ﺑْ ِﻦ إﺑْـ َﺮاﻫ َ عن
حدثنا
ِ ِ ﻴﻢ ﺑْ ُﻦ َﺳ ْﻌ ِﺪ إﺑْـ َﺮاﻫ ُ
حدثنا
َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ اﻟ َْﻤ ْﺨ َﺮِﻣ ﱡﻲ حدثنا
حدثنا
ِ ﻴﺴﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻋ َ
ﺎح اﻟْﺒَـ ﱠﺰ ُاز ﺼﺒﱠ ِ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ﱠ
حدثنا
أَﺑُﻮ َﻣ ْﺮَوا َن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻋُﺜْ َﻤﺎ َن
حدثنا
اﺑﻲ داود 78
حدثنا
إﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ
حدثنا
عن
َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﻮ ٍن اﻟْ ِﻬ َﻼﻟِ ﱡﻲ
ﺎح ﺼﺒﱠ ِ أَﺑُﻮ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ﱠ
ﻮب ﻳَـ ْﻌ ُﻘ ُ حدثنا
حدثنا
ﻣﺴﻠﻢ
اﻟﺒﺨﺎري
: Jalur Abî Dâud : Jalur Ibnu Mâjah : Jalur Sahih Muslim : Jalur Sunan Nasa`i
ﺎل رﺳ ُ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢَ :وُﻛ ﱡﻞ ُﻣ ْﺤ َﺪﺛٍَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ﻗَ َ َ ُ
Jalur yang diteliti pada hadis pertama melalui jalur Sunan Nasa`i.
عن
عن
ان
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟﻨ ﱡ ﱠﺒﻲ َ
َﻋﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑﻦ ﻣﺴﻌ ٍ ﻮد ْ ْ َ ُْ َﺣ َﻮ ِ ص أَﺑِﻲ ْاﻷ ْ
قال
قال
َﺟﺎﺑِﺮ ﺑْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ
ِ ﺎض ﺑْ َﻦ َﺳﺎرﻳَﺔَ اﻟْﻌ ْﺮﺑَ َ و
َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو
قال
عن
ُﺣ ْﺠ ُﺮ ﺑْ ُﻦ ُﺣ ْﺠ ٍﺮ
أَﺑِ ِﻴﻪ عن
حدثنى
عن
أَﺑِﻲ إِ ْﺳ َﺤ َﻖ
عن
ﻮﺳﻰ ﺑْ ِﻦ ﻋُ ْﻘﺒَﺔَ ُﻣ َ
حدثنى
عن
حدثنا
ﻣﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑﻦ ﻋُﺒـ ْﻴ ِﺪ ﺑ ِﻦ ﻣ ْﻴﻤ ٍ ﻮن ُ َ ُْ َ ْ َ ُ
حدثنا
حدثنا
إﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ
عن
َﺟ ْﻌ َﻔ ِﺮ ﺑْ ِﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ
عن
ﱠﺎب ﺑﻦ َﻋﺒ ِﺪ اﻟْﻤ ِﺠ ِ ﻴﺪ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ َْﻮﻫ ِ ْ ُ ْ َ
ُﺳ ْﻔﻴَﺎ َن عن
حدثنا
أَﺑِﻲ حدثنا
َﺧﺎﻟِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﻌ َﺪا َن ﺛَـ ْﻮُر ﺑْ ُﻦ ﻳَﺰﻳ َﺪ
ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ِﺮ ﺑْ ِﻦ أَﺑِﻲ َﻛﺜِﻴ ٍﺮ
79
Skema Sanad Hadis II
اﻟ َْﻮﻟِﻴ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ٍﻢ
ﺎر ِك أَﻧْـﺒَﺄَﻧَﺎ اﺑْ ُﻦ اﻟ ُْﻤﺒَ َ
َﺣ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺣ ْﻨﺒَ ٍﻞ أْ
ﻋُ ْﺘﺒَﺔُ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ
اﺑﻲ داود
اﻟﻨﺴﺎئ
حدثنا
قال
ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ُْﻤﺜَـﻨﱠﻰ حدثنى
اخبرنا
ﻣﺴﻠﻢ
ِ ِ ﺼ ُﺮ ﻓِﻲ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ ﻗَ َ ﺼ َﺮ إِﱠﻻ ﻓﻲ ﺑَﻨِﻲ ﻗُـ َﺮﻳْﻈَﺔَ ﻓَﺄَ ْد َرَﻛ ُﻬ ْﻢ اﻟ َْﻌ ْ َﺣ ٌﺪ اﻟ َْﻌ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ :ﻻ ﻳُ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺼﻠﱢﻴَ ﱠﻦ أ َ
Skema Sanad Hadis III
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ قال
اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤ َﺮ عن
ﻧَﺎﻓِﻊ
: Jalur Sahih Bukhari : Jalur Sahih Muslim Jalur yang diteliti pada hadis pertama melalui jalur Sahih Muslim.
عن
ُﺟ َﻮﻳْ ِﺮﻳَﺔُ ﺑْ ُﻦ أ ْ َﺳ َﻤﺎءَ حدثنا
َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْﻦ حدثنى
ﻣﺴﻠﻢ 80
حدثنا
اﻟﺒﺨﺎري
ِ ِِ آوى ُﻣ ْﺤ ِﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﻟَ ْﻌﻨَﺔُ اﻟﻠﱠ ِﻪ َواﻟ َْﻤ َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ َواﻟﻨ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ: َﺟ َﻤ ِﻌﻴﻨَـ َﻘ َ َﺣ َﺪ َ ﱠﺎس أ ْ َﻣ ْﻦ أ ْ ﺎل َر ُﺳﻮ ُل اﻟﻠﱠﻪ َ ث َﺣ َﺪﺛًﺎ ﻓَـ َﻌﻠَﻰ ﻧَـ ْﻔﺴﻪ أ َْو َ
Skema Sanad Hadis IV
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ قال
ﻋﻠﻲ ﺑﻦ اﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ : Jalur Abî Dâud : Jalur Sunan Nasa`i
عن
ﺲ ﺑ ِﻦ ﻋُﺒ ٍ ﺎد ﻗَـ ْﻴ ِ ْ َ
Jalur yang diteliti pada hadis pertama melalui jalur al-Nasa`i.
عن
ﺴ ِﻦ اﻟ َ ْﺤ َ عن
ﺎدةَ ﻗَـﺘَ َ عن
َﺳ ِﻌﻴ ُﺪ ﺑْ ُﻦ أَﺑِﻲ َﻋ ُﺮوﺑَﺔَ حدثنا حدثنا
ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟ ُْﻤﺜَـﻨﱠﻰ اخبرنا 81
ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳ ِﻌ ٍ ﻴﺪ َ َْ ْ ُ َ
اخبرنا
َﺣ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺣ ْﻨﺒَ ٍﻞ أْ
حدثنا
و حدثنا
اﻟﻨﺴﺎئ
اﺑﻲ داود
ﺴ ﱠﺪ ٌد َ◌ ُﻣ َ