TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT. MERCEDES-BENZ DISTRIBUTION INDONESIA CIPUTAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
AFRIEDA MARTHATILLA NIM : 106054102064
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2010
Afrieda Marthatilla
ABSTRAK
Afrieda Marthatilla Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatihan Keterampilan Otomotif. Pemberdayaan masyarakat adalah pemberian sarana untuk seseorang dengan sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa depannya dan berpartisipasi dalam kehidupan komunitas mereka. Globalisasi membawa pengaruh keberbagai sendi kehidupan tidak terkecuali kemajuan dalam bidang teknologi yang semakin lama semakin pesat perkembangannya. Perkembangan teknologi yang semakin luas itu menuntut setiap manusia harus siap menghadapinya. Ironisnya, pendidikan sekolah formal kurang dapat memberikan kontribusi lebih dalam menghadapi dunia pasar kerja. Upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapat perhatian besar yang meliputi aspek pemberdayaan ekonomi, sosial, dan politik. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah dengan memberikan akses kepada masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dengan memperoleh atau memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kualitas kehidupannya, karena penyebab ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, serta adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat. Dalam prosedur pemilihan informan pada penelitian menggunakan Purposive. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, yang terdiri dari seorang Deputy Direktur, 4 siswa pelatihan keterampilan otomotif, dan 2 orang lembaga yang bekerja sama. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Hal ini untuk memudahkan dalam proses analisa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pada keterampilan otomotif diberikan selama 3 tahun adapun setiap tahun pelaksanaan pelatihan tersebut sudah memiliki jadwal yang pasti, yaitu pada tahap I, II, III. Di tahap I merupqkqn tqhun yang terberat karena harus beradaptasi dengan banyak hal yang baru, Tahap II fokus pada materi teknik kendaraan, Tahap III disebut tahun spesialisasi karena ditahun tersebut harus bisa mengambil keputusan dalam menganalisa kerusakan mobil. Faktor pendukung dan penghambat dapat dilihat dari hasil wawancara. Faktor pendukungnya adanya kerjasama antara perusahaan dengan dealer. Faktor penghambat dianataranya yaitu terletak pada kurangnya minat masyarakat masih relatif rendah terhadap program pendidikan non formal.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Alah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tanpa ijin-Mu, takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini. Kau memberikan kesehatan dalam setiap nafasku, Kau memberikan kemudahan dalam setiap sulitku, Kau memberikan kebahagian dalam setiap tangisku. Ya Rabb, kekhawatiranku tak terjadi, karena Kau telah menyelamatkan dalam penyelesaian skripsi ini. Kini akankah ku mampu mempertanggung jawabkan semuanya. Shalawat serta salam tercurah pada kekasih-Mu Rasulullah SAW serta shahibul bait’. Cahaya yang selalu memberikan semangat dalam detak jantungku. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kategori sempurna, sekalipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik. Dengan penuh kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta instropeksi diri. Perjalanan penulis dari awal pencarian tempat, penyusunan, dan penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan do’a, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan seuntai ucapan terimakasih yang diiringi do’a penuh harap, semoga Allah mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut. 1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Siti Napsiyah, M.Sw, Selaku Ketua Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.
ii
3. Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Sekretaris Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. 4. Wati Nilamsari, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. 6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pegawai perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta pegawai perpustakaan utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam mencari buku yang penulis perlukan. 7. Seluruh keluarga penulis, Mammy (Luckyana) yang dengan penuh kasih sayang, kau mengiringi langkahku dalam setiap sujudmu. Kesabaranmu dalam memberikan kekuatan dalam hidupku. Daddy (Eko. S) yang telah mencurahkan kasih sayangnya untukku. Maafkan anakmu ini mam dan dad, yang belum mampu membahagiakanmu. Dalam diam, ku sebut namamu mam dan dad. Dalam sedih, ku ukir cinta dihatiku untukmu. Bahagiamu, bahagiaku juga. Kakak dan adikku (Ardilla, Elyyana, Anggara) yang selalu memberika do’a dan perhatian untuk penulis. Keluarga besar mammy dan daddy , meskipun jarak memisahkan kita, namun do’a dan cinta kalian selalu menemaniku. 8.
Asep Ilman Mubarok., S.Farm, terima kasih karena dikala bingung, sedih, bahagia kau selalu meberikan perhatian, cinta dan kasih sayang untuk penulis.
iii
9. Keluarga Besar Ibu Siti Fatimah, terima kasih telah memberi dukungan penulis untuk skripsi. 10. Seluruh jajaran Direksi dan Pegawai PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat yang berkenan menerima dan mengurusi kebutuhan penulis. 11. Teman-teman Kessos angkatan 2006. khususnya Megasari, dan Indra Jamal, 12. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis sangat mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan kalian. Amii.
Hanya kepada-Mu hati ini bertasbih, semoga segala do’a, dukungan, motivasi, perhatian dan seluruh partisipasi yang diberikan mendapat sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT.
Ciputat, 11 JUNI 2010
Afrieda Marthatilla
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................. i KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................. v DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii DAFTAR DIAGRAM.............................................................................................. ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 9 1. Pembatasan Masalah....................................................................... 9 2. Perumusan Masalah...................................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 10 1. Tujuan Penelitian.......................................................................... 10 2. Manfaat Penelitian........................................................................ 11 D. Metodologi Penelitian......................................................................... 11 1. Lokasi Penelitian............................................................... 11 2. Waktu Penelitian............................................................... 12 3. Pendekatan Penelitian....................................................... 12 4. Sifat Penelitian.................................................................. 13 5. Unit Penelitian.................................................................. 13 6. Sumber Data..................................................................... 14 7. Teknik Pencatatan Data.................................................... 15 8. Teknik Penentuan Subyek Penelitian............................... 16 9. Teknik analisa Data.......................................................... 18 10 Teknik Keabsahan Data.................................................... 20 E. Kajian Pustaka.................................................................................... 21 F. Teknik Penulisan................................................................................ 22 G. Sistematika Penulisan......................................................................... 22
v
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pemberdayaan Masyarakat............................................................ 23 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat........................................ 23 2. Model-model Pemberdayaan Masyarakat......................………. 29 3. Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat...................... 32 B. Pelatihan Keterampilan Otomotif.................................................. 38 1. Pelatihan....................................................................................... 38 2. Keterampilan................................................................................ 41 3. Otomotif....................................................................................... 43
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN...................................................................... 44 A. Sejarah Mercedes-Benz Indonesia..................................................... 44 B. Ringkasan Sejarah Mercedes-Benz Indonesia.....................................49 C. Visi dan Misi....................................................................................... 50 D. Mercedes-Benz di Indonesia................................................................51 1. PT. Mercedes-Benz Indonesia.......................................................52 2. PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia...................................52 3. PT. Star Engines Indonesia........................................................... 54 E. Organisasi Perusahaan........................................................................ 54 F. Program-Program Central Training Department.................................57 1. Pelatihan Produksi..................................................................57 2. Pelantihan pemagangan...........................................................57
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A.
Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Otomotif.................................................................. 59
B.
BAB V
Faktor Pendukung dan Penghambat.............................................. 74
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan......................................................................................... 74 B. Saran................................................................................................... 80
vi
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................82
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1
Kerangka Sampling................................................................................... 17
2. tabel 2
Subyek Penelitian.......................................................................................70
3. Tabel 3
Analisa Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Otomotif............................................................. 78
viii
DAFTAR DIAGRAM
1.Diagram 1
Program Pelatihan 3 tahun, Bersumber dari Panduan Program Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia................... 66
2. Diagram 2
Proses Pelatihan dengan pola magang selama 3 tahun................. 72
3. Diagram 3
Statistik siswa dalam periode 1978 – 2010................................... 73
4. Diagram 4
Distribusi/penempatan lulusan...................................................... 74
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini telah terjadi berbagai perubahan terhadap masyarakat di dunia yang makin hari makin cepat berjalan dengan arah yang tak terduga. Perubahan tersebut meliputi banyak hal termasuk perubahan ekspektasi masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan. Faktor ini kemudian mendorong banyak perusahaan melakukan berbagai strategi untuk membangun ataupun mempertahankan citra positif di mata publiknya. Perubahan tersebut semakin menemukan bentuknya, tatkala konsep tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) diimplementasikan. Organisasi bisnis tidak lagi memandang dirinya sebagai institusi ekonomi belaka melainkan juga institusi ekonomi sosial. Karena itu organisasi bisnis pun mulai bersentuhan dengan persoalan–persoalan yang secara langsung tidak ada kaitannya dengan kegiatan bisnis, seperti soal lingkungan hidup, pengembangan masyarakat dan penghormatan terhadap hak – hak asasi manusia.1 . Hal ini pula yang dilakukan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia sebagai perusahaan yang sangat dikenal oleh masyarakat baik dalam skala nasional maupun internasional, perusahaan yang bergerak dibidang otomotif yang tergolong dalam perusahaan yang berskala internasional. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia merupakan badan usaha milik swasta dengan penanaman modal asing yang mengelola kegiatan bisnis otomotif di Indonesia dengan 1
. Yosal Iriantara, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya, Bandung; Simbiosa Rekatama Media. h. 1
1
2
produknya yang sangat terkenal yaitu kerdaraan Mercedes-Benz baik untuk kendaraan penumpang (sedan) maupun kendaraan niaga (bus dan truk). Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia memiliki tiga lokasi yaitu di Desa Wanaherang – Bogor untuk kegiatan produksi, di Gedung Deutcshe Bank Jakarta untuk kegiatan pemasaran dan di Ciputat untuk kegiatan layanan purna jual dan pelatihan untuk karyawan di Indonesia dan jaringan organisasinya di Asia. Dalam proses penulisan skripsi ini PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktikum dan penelitian terhadap kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dibawah naungan divisi Humas yang berlokasi di Ciputat dibawah koordinasi Central Training Department. Kekuatan bisnis yang semakin besar telah mendorong tumbuhnya harapanharapan dari konsumen dan publik lainnya yang menginginkan agar perusahaan, terutama perusahaan besar seperti PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia agar semakin bertanggung jawab dalam segala perilakunya. Perusahaan dituntut tidak hanya memasarkan produknya yang bersifat komersial akan tetapi juga ikut serta memberikan gagasan, ide, himbauan-himbauan dan ajakan serta pemberitahuan tentang masalah-masalah sosial yang timbul, terutama yang meresahkan masyarakat dan butuh perhatian serta bantuan untuk pemecahannya. Apa yang biasa dilakukan perusahaan tersebut biasanya dikenal dengan pemasaran sosial yang bertujuan menjaga hubungan baik dengan komunitas (Community Relations).
3
Hubungan yang baik dengan komunitas tersebut selain dimaksudkan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan meningkatkan citra positif dimata publiknya juga merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial yang lebih lanjut dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Dalam
konteks
Public
Relation
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
diimplementasikan dalam program dan kegiatan Community Relations. Bisa juga dinyatakan bahwa Community Relations merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.2 Dalam prinsip Responsibility, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan Stakeholders perusahaan. Disini perusahaan diharuskan untuk memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan, menciptakan nilai tumbuh dari produksi dan jasa bagi stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Karena itu prinsip responsibility disini lebih mencerminkan stakeholders-Driven concept.3 Dalam gagasan CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line (profit, people, and planet), yaitu selain financial adalah tanggung jawab terhadap masalah sosial (manusianya baik didalam maupun diluar) dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bahwa resistensi masyarakat
2
. Yosal Iriantara, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya. Bandung; Simbiosa Rekatama Media. h. 47 3 . Sita Soepomo, Probis. ”Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prinsip GCG” Harian Republika, Rabu 24 Oktober 2004. h. 1
4
sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup dan masalah sosial.4 Sebagai wujud komitmen perusahaan dalam pemenuhan tanggung jawabnya terhadap aspek social responsibility PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia ikut berperan aktif dalam menyikapi masalah-masalah sosial yang timbul di masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. Salah satunya dalam bentuk pemberdayaan masyarakat (Community Development) yang memiliki tujuan mendukung inisiatif masyarakat untuk mandiri diberbagai bidang. Program Community Development (CD) didasarkan pada kepedulian perusahaan terhadap perkembangan masyarakat yang berada dan tinggal dilingkungan sekitar daerah operasi perusahaan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik dalam bentuk kemitraan dengan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Kegiatan CD oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat dilakukan secara beragam dari lingkungan hidup, pendidikan, pelestarian budaya dan kegiatan kepemudaan dan olah raga. Strategi ini berlaku diseluruh bagian perusahaan terutama departemen publik relations yang di PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia disebut dengan Humas, karena departmen ini adalah salah satu bagian perusahaan yang memiliki kontribusi
terbesar
dalam
membangun
dan
mempertahankan
hubungan
perusahaan dengan berbagai publik yang esensial bagi survival dan pertumbuhan perusahaan.5 Selain itu dengan program CSR tersebut diharapkan dapat membangun, mempertahankan, dan meningkatkan citra perusahaan dimata publik.
4 5
. Ibid. h. 1 . Scoot M. Cutlip, Effective Public Relations H”ed., Prentice Hall, New Jersey. H. 9
5
Karena
PT
Mercedes-Benz
Distribution
Indonesia
menerapkan
Pengembangan Masyarakat sebagai salah satu bentuk implementasi dari Corporate Social Responsibility nya, hal ini melahirkan tantangan bagi praktisi humas bahwa citra atau reputasi harus diupayakan agar tetap terjaga. Disamping perusahaan dituntut untuk memainkan peran mengatasi persoalan sosial suatu komunitas, perusahaan juga mengeluarkan dana yang tidak sedikit dan terdapat pula resiko dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, komitmen PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam
urusan ini patut mendapatkan dukungan
profesionalisme dan implementasi CSR yang sesuai dengan paradigma dan kaidah-kaidah yang tepat. Tentu tidak mudah melakukan ini semua tanpa usaha yang keras dari semua pihak dengan melibatkan stakeholders secara proposional dan sinergis serta terpadu terutama dalam perusahaan agar mendukung pelaksanaan CSR secara terintegrasi antara program-program corporate dan unit-unit operasi. Humas PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia sebagai penanggung jawab kegiatan corporate social responsibility, tentunya harus menemukan jawaban untuk tantangan ini dengan prinsip kemaslahatan bersama (mutual benefit) antara perusahaan dengan public atas komunitasnya sebagai landasan. Untuk itu diperlukan suatu tahapan langkah-langkah yang akan diambil dalam proses kegiatan CD tersebut. Tentunya setiap langkah yang diambil dalam kegiatan CD ini harus mempertimbangkan berbagai aspek yang disesuaikan dengan eksistensi perusahaan baik dalam perspektif internal maupun eksternal. Adanya implikasi dari berbagai perubahan yang semakin kompleks dan rumit, disertai adanya persaingan dan tekanan publik baik nasional maupun
6
internasional, dengan tuntutan menerapkan tanggung jawab sosial (CSR) yang semakin kuat, membuat PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia merasa perlu mencari dan mengembangkan strategi agar dapat memperkuat posisinya diantara pesaing serta mempertahankan reputasi dan citra dimata publiknya, yaitu dengan mewujudkan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan manfaat kepada masyarakat umumnya dan komunitas khususnya. Departement atau bagian Humas bersama Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam hal ini termasuk pihak yang harus mengembangkan strategi untuk implementasi kegiatan CSR tersebut. Perlu adanya suatu kajian bagaimana CSR itu diterapkan dimana intinya adalah adanya keharmonisan
komunikasi
perusahaan
dengan
stakeholders
(Corporate
Community Relationships) dimana perusahaan memiliki tiang-tiang tanggung jawab yang harus selalu dijaga agar tetap tegak sehingga bisa menopang keberadaan perusahaan di masyarakat. Kegiatan community relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam bentuk program Community Development (CD) sebagai implementasi corporate social responsibility ini dalam pelaksanaannya mengandung resiko terhadap citra dan reputasi perusahaan serta keseimbangan dalam timbal balik yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam menjadikan kegiatan corporate social responsibility sebagai salah satu strategi untuk memperoleh dampak potensial dan strategi responses. Hal ini perlu dirancang dan dipersiapkan sedemikian rupa untuk konsekuensinya semaksimal mungkin atau bahkan mungkin dikapitalisasikan bagi manfaat, keuntungan dan
7
kekuatan perusahaan. Keuntungan yang dimaksud terutama dalam hal kepercayaan. citra dan reputasi perusahaan dalam pandangan masyarakat. Berbagai usaha sistematis dilakukan untuk memperbaiki kehidupan komunitas disekitar organisasi. Untuk itu ada berbagai tahapan atau langkahlangkah yang harus dilalui agar efektifitas community relations dan CSR sebagai bagian dari kegiatan humas organisasi bisa diwujudkan dengan baik. Saat ini PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia memiliki 4 bidang (stream) yang menjadi perhatian terhadap tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, yaitu bidang pendidikan, bidang lingkungan, bidang sosial, dan bidang sumber daya manusia. a. Bidang pendidikan, yaitu bagaimana PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat memperhatikan pendidikan masyarakat, khususnya yang terkait dengan kegiatan pelatihan dan keterampilan. b. Bidang lingkungan, yaitu bagaimana PT. Mercedes-Benz Disribution Indonesia Ciputat memperhatikan dan memelihara lingkungan disekitar, khususnya yang terkait dengan kegiatan usaha PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat. c. Bidang sosial, yaitu kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat
sekitar.
Bantuan
beasiswa,
kesehatan,
infrastruktur
pembangunan (jalanan, jembatan, gedung sekolah sehat) harus menjadi perhatian. Begitu juga penyediaan dana contigency untuk membantu masyarakat yang terkena bencana alam. d. Bidang sumber daya manusia, yaitu kegiatan yang terkait dengan peningkatan kualitas manusia, baik secara internal dan eksternal. Secara
8
internal, para karyawan harus diperhtikan kesejahteraannya, seperti kesehatan para karyawan yang di jamin pengobatan atau pelayanan kesehatannya, iuran pensiun untuk harapan masa tua mereka, serta tunjangan-tunjangan lain yang membuat mereka bersemangat dalam bekerja. PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat juga menciptakan sistem manajemen SDM yang bisa memperlakukan pegawai secara fair dan akuntabel, baik dalam hal promosi, mutasi maupun pengembangan kompetensi mereka. Sementara secara eksterna, PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia Ciputat sangat peduli dengan mutu pendidikan dan kesehatan masyarakat lokal, melalui program-program bantuan pendidikan mulai SD sampai program Dokter, bantuan sarana pendidikan serta memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat sekitar operasi secara periodik. Perusahaan dan manajemen PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat memang dapat mengambil peran strategis untuk mengatasi masalah ini. Keberadaannya ditengah-tengah masyarakat memang dimaksudkan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan potensi mereka. Selain itu, perusahaan memang memiliki tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diatur dalam undang-undang. Dalam prakteknya, pogram tanggung jawab sosial perusahaan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia yang tercermin dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dapat dikatakan atau dilihat sebagai program pengembangan masyarakat, karena program tersebut tidak hanya sebatas pemberian program semata kepada masyarakat, namu disertai pula dengan kegiatan pembinaan masyarakat.
9
Karena masih banyaknya perusahaan yang belum melakukan tanggung jawab sosialnya, sedangkan bagi PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan komitmen yang telah dilaksanakan konsisten sepanjang tahun, karena itulah penulis menganggap bahwa penelitian ini sangat penting dilakukan dan diketahui oleh publik. Selain itu, geliat dan
gairah
PT.
Mercedes-Benz
Distribution
Indonesia
Ciputat
dalam
menyumbang dan melakukan kegiatan sosial dalam beberapa tahun terakhir ini menarik untuk dicermati. Karena mengingat sumbangan perusahaan tersebut dapat menjadi
dana
alternatif
untuk
menolong
kelompok
masyarakat
yang
membutuhkan. Penelitian dengan pendekatan deskriptif ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan proses kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. MercedesBenz Distribution Indonesia Ciputat melalui program pengembangan masyarakat, maka penulis menuangkan bahasan ini dalam sebuah judul skripsi: ”Tahapan Community Relations PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatihan Keterampilan Otomotif”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, dan agar penelitian ini terarah dan tidak melebar, maka penulis membatasi penelitian ini pada program pendidikan yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia dengan memfokuskan pada kegiatan pelatihan/keterampilan otomotif.
10
2. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: 1. Bagaimana Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat melalui program pelatihan keterampilan otomotif. 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujaun dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Indonesia Ciputat melalui program pelathan keterampilan otomotif. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia melalui program pelatihan keterampilan otomotif.
2. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai kegunaan, yaitu:
11
a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan serta pengetahuan dibidang Community Relations, khususnya ingin mengkaji lebih jauh community relations dalam rangka pelatihan keterampilan oomotif. b. Secara akademik, skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komuikasi Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia yang beralamat di JL. RE. Martadinata Km. 7 Kebon Duren, Ciputat 15411. sedangkan alasan pemilihan tempat penelitian didasarkan kepada: a.
PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia Ciputat merupakan tempat pelaksanaan praktikum, dan dirasa perlu untuk menindak lanjuti pengamatan atau pengkajian dilapangan dalam bentuk penulisan skripsi.
b.
Adanya data-data primer dan sekunder yang penulis peroleh sejak pelaksanaan praktikum, sehingga sangat mebantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
12
2. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian dilakukan dimulai sejak bulan Oktober tahun 2009 bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan praktikum, dan kemudian penulis lakukan kembali pada 1 April 2010 sampai 1 Juni 2010.
3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data atau informasi yang diperoleh dan dikumpulkan tidak berbentuk data/angka tetapi dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan konsep.6 Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dari bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah7 dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, yang biasanya memanfaatkan metode wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.8 Selain
itu,
melalui
pendekatan
kualitatif
ini
penulis
berharap
menggambarkan dan menganalisis strategi CSR melalui program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat di wilayah JL. RE. Martadinata Km. 7 Kebon Duren, Ciputat 15411.
6
. J. Vrendenbergt. Metode dan teknik penelitian masyarakat, PT. Gramedia Jakarta, 1978. h. 3 . Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung; Remaja Rosdakarya. 2004. h. 6 8 . Ibid. h. 5 7
13
4. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat dekriptif, yaitu digunakan untuk menggambarkan situasi dalam suatu masalah sosial yang spesifik untuk membantu peneliti melihat refleksi situasi yang ada.9 Sedangkan dalam penyajiannya, penulis menjelaskan dengan memberikan gambaran secermat mungkin tentang suatu hal atau fenomena. Jenis kajian ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tetapi tidak mencari hipotesis atau membuat prediksi.10 Sehubungan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini penggunaan pendekatan deskriptif disini bertujuan untuk menyajikan gambaran yang lengkap mengenai
tahapan
community
relations
khususnya
program
pelatihan
keterampilan otomotif yang dijalankan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan citra perusahaan.
5. Unit Penelitian Unit penelitian ini adalah bagian Humas dan Pusat Pelatihan PT. Merecedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat yang merancang dan menjalankan aktifitas dalam ruang lingkup Corporate Social Responsibility melalui program kegiatan program Community Development. Unit ini menjadi unit observasi penelitian karena merupakan salah satu bagian yang terkait dan bertanggung jawab dalam kegiatan Community Relations dan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia baik dalam kegiatan yang bersifat umum maupun yang berkaitan dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia. 9
. W. Lawrence Newman. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 4th. Edition, USA, Pearson Education Company. 2000. h. 19 10 . Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. h. 24
14
6. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. a Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan wawancara mendalam (Indepth interview) dengan key informan. Ada pun yang dimaksud dengan informan disini adalah orang dalam latar penelitian, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.11 Data primer sendiri terbagi menjadi dua sumber data yaitu: 1) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Yaitu PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam hal ini ketua bina pendidikan 2) Pendukung yaitu data yang diperoleh dari masyarakat sekitar perusahaan PT Mercedes-Benz Distribtion Indonesia baik yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung dalam kelompok
swadaya
masyarakat yang ada diwilayah Ciputat . b. Data Sekunder Adalah data dalam bentuk sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dari informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi aau perusahaan termasuk majalah jurnal.12 Data sekunder diperoleh melalui tinjauan pustaka berupa
11
. Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 32 12 . Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. 2003. h. 29
15
literatur kehumasan yang berkaitan dengan permasalahan di atas, juga termasuk media cetak, buku-buku bacaan, dan termasuk pula sumber informasi dari situs internet, dokuman-dokumen, yang bersumber dari data base perusahaan, kliping divisi Humas, laporan tahunan (Annual Report) perusahaan, buletin internal dan eksternal perusahaan, dan website PT Mercedes-Benz Ditribution Indonesia Ciputat.
7. Teknik Pencatatan Data Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif, dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data yang paling umum digunakan ketika berhubungan dengan sikap dan pendapat dari satu kelompok atau orang yang meminta mereka untuk memberikan hal-hal penting secara lisan yang diinginkan oleh peneliti.13 Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincolin dan Guba antara lain: Mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi perasaan, motivasi, tuntutan, kepadulian, dan lain-lain
kebulatan, memverifikasi, mengubah dan
memperluas informasi yang diperoleh orang lain dan memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan.14 Jenis wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan petunjuk umum wawancara, yakni pewawancara terlebih 13
. Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), hal. 71 14 . Ibid, hal. 135
16
dahulu membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara, pokok-pokok yang dirumuskan tersebut tidak perlu ditanyakan secara berurutan.15 b. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam dokumen lembaga, buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan lain-lain.
8. Teknik Penentuan Subyek Penelitian Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling 16yang memberikan keleluasan kepada peneliti dalam menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan penelitian. Yang penting di sini bukanlah jumlah responden, melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoretis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari. Pertimbangan dalam menentukan jumlah responden adalah pertimbangan wilayah yang menurut penulis cukup ideal dengan pengambilan 1 sample yang merepresentasikan dari beberapa wilayah para siswa yang mengikuti program pelatihan. Adapun siswa pelatihan keterampilan otomotif yang menjadi subyek penelitian ini mewakili beberapa wilayah yaitu satu siswa mewakili Jakarta, satu 15 16
. Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hal. 136 . Lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h.224
17
siswa mewakili Jawa Barat, dan dua siswa mewakili Jawa Tengah. Kemudian masih ditambah lagi dengan responden lain yang berasal dari Lembaga (Central Training Department) sebagai pelaksana sekaligus pemilik program dan juga Kepala Bengkel dari dealer sebagai pengguna lulusan dan sekaligus sebagai partner dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan.
Tabel 1 Kerangka Sampling NO
1
2
3
Subjek dan Informan
Nama
Dewan Eko Direksi PT. Setiyodiwarno MercedesBenz Distribution Indonesia Ciputat Siswa Benz Susanto, Pelatihan Syarifan, Hadi Ketrampilan Bayu Aji, Otomotif Rachnat Fauzan
Lembaga yang bekerja sama
Bpk. Mardi, Bpk. Budianto
Informasi yang Dicari
Jumlah
Gambaran umum mengenai tahapan pelaksanaan community relations Tahapan pelaksanaan community Relation Faktor pendukung dan penghambat Pengumpulan fakta evaluasi
1
Teknik Pengumpulan Data Wawancara dan dokumentasi
4
Wawancara dan dokumentasi
2
wawancara
18
9. Teknik Analisis Data Data analisis dengan menguraikan temuan-temuan yang didapat dari wawancara mendalam dengan informan maupun dari data sekunder. Kemudian data diinterprestasikan dengan
melihat keterkaitan masing-masing data,
memperlihatkan persamaan dan perbedaan antara teori dan praktek tentang prinsip kegiatan Community Relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia serta bagaimana rancangan langkah-langkah kegiatan tersebut dilakukan oleh Humas PT
Mercedes-Benz
Distribution
Indonesia
melalui
program
pelatihan
keterampilan otomotif. Penafsiran hasil analisis data harus melebihi atau mentransenden deskripsi. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi data yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.17 Pada tahap pertama adalah reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data ‘kasar’ yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang, yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverivikasi.18 Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan-
17
. Pius A Partanto M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994) Cet. Ke-1 h. 658 18 . Amir Fadhilah. “Budaya Politik Kyai di Pedesaan : Studi Kasus Kyai Pesantren di Kabupaten Pekalongan.” Tesis S 2 Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, 2004. h. 33
19
kegiatan, meringkas data, mengkode, menelusuri tema, membuat partisi dan menulis memo (Sitorus, 1998) menurut kategori yang diinginkan untuk mengidentifikasi aspek penting dari tema yang diteliti. Dari reduksi data, kemudian diteruskan dengan pengembangan bentuk susunan sajian data yang bersifat sementara. Dari sajian membaca data yang berupa ceritera/naratif dengan kelengkapan beragam pendukungnya (matriks, tabel, gambar), kemudian penuls mengusahakan pikiran kesimpulan. Kesimpulan ini bersifat sementara, karena proses pengumpulan data masih tetap berlangsung.19 Tahap kedua, adalah penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Data yang telah dikumpulkan dari catatan lapangan baik berupa hasil wawancara, dokumen maupun arsip, dan sebagainya disajikan dalam bentuk teks naratif yang telah diseleksi dan disederhanakan kemudian disatukan kedalam bentuk yang mudah dipahami.20 Tahap ketiga, menarik kesimpulan melalui ferivikasi dengan cara memikir ulang selama penulisan, meninjau ulang catatan lapangan, kemudian menarik kesimpulan. Kesimpulan sementara tersebut kemudian didiskusikan dengan pengurus CSR dan pembimbing skripsi. Kepada mereka diminta untuk memberikan tanggapan terhadap kesimpulan sementara, jika menunjukkan kesesuaian maka kesimpulan tersebut akan menjadi kesimpulan tetap penulis. Namun jika menunjukkan ketidaksesuaian maka penulis akan melakukan analisis dan merumuskan kesimpulan kembali.
19
. Heribertus B. Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian Untuk IlmuIlmu Sosial dan Budaya, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996 20 . Amir Fadhilah, h. 34
20
10. Teknik Keabsahaan Data Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk menjaga keabsahan data adalah sebagai berikut: 1. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kemudian mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan. Pertama, ketentuan pengamatan, dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (triangulasi). Kedua: Triangulasi, Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancar, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan strategi CSR yang dilakukan oleh PT. MercedesBenz Distribution Indonesia pada program pelatihan keterampilan otomotif, (b) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh divisi Humas (Ibu Ronesni dan Bpk. Taguh Handaya), (c) membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang di ajukan.
21
2. Kriterium Kepastian Mengutip pendapat Scriven, yang menyatakan bahwa masih ada unsur ‘kualitas’ yang melekat pada konsep objektivitas, hal ini dapat digali, dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat diastikan. Dari sini peneliti dapat membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Keterpercayaan ini didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh dari hasil rekaman wawancara terhadap subyek penelitian. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.21
E. Kajian Pustaka Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis angkat dalam skripsi ini, antara lain: Hasil penelitian Sunardi, dengan judul strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kelompok swadaya masyarakat, (Jakarta: UIN, 2008). Hasil penelitian tersebut memberikan titik tekan pada pemberian bantuan dana untuk modal usaha dan penanaman modal usaha bagi masyarakat sekitar. Program pengembangan modal
21
. Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya
22
usaha produktif Dan kedekatan karya ilmiah tersebut dengan skripsi ini yaitu tentang pemberian bantuan dana CSR.
F. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Hamid Nasuhi, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Desertasi), (CeQDA-UIN Jakarta, 2007)
G. Sistematika Penulisan BAB I.
Pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan
BAB II
Landasan teori, Pengembangan Masyarakat, model-model pengembangan
masyarakat,
Tahapan
Pengembangan
Masyarakat, pengertian keterampilan otomotif. BAB III
Gambaran umum PT Mercedes-Benz Indonesia sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi bagan susunan organisasi.
BAB IV
Temuan Lapangan dan Analisa
BAB V
Penutup Memuat kesimpulan dan saran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Menurut asal katanya, Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu ”pemberdayaan” dan ”masyarakat”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat masih dalam penggalan kata pengembangan adalah proses kegiatan bersama yang dilakukan oleh penghuni suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya.1 Sedangkan pengertan ”masyarakat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.2 Istilah Pemberdayaan Masyarakat mempunyai sejarah yang panjang dan selalu dikait-kaitkan dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Istilah ”Pemberdayaan Masyarakat” berawal digunakan oleh pemerintah kolonial Inggris dalam sebuah konferensi (1948) di negeri jajahannya Afrika, untuk mengganti istilah ”pendidikan massa”. Dalam konferensi tersebut menghasilkan definisi mngenai ”Pendidikan Massa” dan memutuskan bahwa pada masa yang akan datang terminoligi tersebut sebaiknya diganti dengan nama ”Pemberdayaan Masyarakat”.
1
. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.310. 2 . Ibid., h. 721.
23
24
Berbeda masyarakat”
dengan
lebih
Inggris,
dikenal
di
Amerika
dibandingkan
istilah
dengan
”pengorganisasian
istilah
”Pemberdayaan
Masyarakat, dimana masyarakat diberdayakan dengan cara harus lebih aktif dalam menggalang dana demi memenuhi kebutuhannya. Banayk para pakar yang memberikan batasan tentang kedua istilah tersebut yang berkembang di Inggris maupun di Amerika. Namun, dari bahasan yang dikemukakan oleh para pakar tersebut menyimpulkan bahwa baik ”pengorganisasian masyarakat” ataupun ”Pemberdayaan Masyarakat” hanya terletak pada faktor tempat dimana metode tersebut digunakan. Faktor tempat yang dimaksudkan di mana pengorganisasian masyarakat lebih mengarah pada daerah perkotaan (komunitas relatif sudah berkembang). Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat lebih mengarah pada daerah pedesaan, dimana masyarakatnya relatif belum berkembang.3 Berdasarkan dua pengertian yang berbeda antara pengorganisasian masyarakat (di Amerika) dan Pemberdayaan Masyarakat (di Inggris), Brokesha dan Hodge memberikan perbedaan dari kedua istilah tersebut berdasarkan history masing-masing istilah tersebut, anatara lain: 1. Mereka meyakini bahwa pengorganisasian masyarakat di Amerika pada mulanya berkembang (lebih banyak dikembangkan) di dalam negeri. Sedangkan untuk bangsa Inggris, Pemberdayaan Masyarakat pada umumnya diujicobakan di Afrika (pada negara-negara koloni Inggris). 2. Menurut
mereka
proses
Pemberdayaan
Masyarakat
yang
dilakukan
pemerintah Inggris merupakan respon pragmatis terhadap kebutuhan yang
3
. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. H. 200
25
dirasakan daerah koloni mereka, yang pada dasarnya mereka kurang mendapatkan layanan yang memadai di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam arti sempit. Sedangkan di Amerika, pengorganisasian masyarakat di mulai dari pengembangan sektor pertanian, yang baru kemudian bergerak ke masalah perkotaan.4 Menurut Edi Suharto pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidangbidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, penididkan, kesehatan, dan sosial-budaya.5 Sedangkan masyarakat menurut Edi Suharto memiliki dua konsep, yaitu:6 1. Masyarakat sebagai sebuah ”tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. 2. Masyarakat sebagai ”kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental. Menurut pandangan Brokesha dan Hodge, Pemberdayaan Masyarakat adalah:7
4
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 216. 5 . Ibid, h. 39 6 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Rakyat, h. 39. 7 . Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 199.
26
A movement designed to promote better living for the whole community with the active participation, and, if possible, on the initiative of the community....it includes the whole range of development activities in the distric whether these are undertaken by goverment or unofficial bodies......(Community Development) must make use of the cooperative movement and must be put into effect in the closest association whit local government bodies”.
“suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat……hal ini meliputi brbagai kegiatan pembangunan ditingakt distrik, baik dilakukan pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah……(Pengembagan Masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan betuk pemerintahan lokal terdekat”. Pemberdayaan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkakan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar
pengaruhnya
terhadap
proses-proses
yang
mempengaruhi
kehidupannya. Twelventrees “Pemberdayaan Masyarakat” adalah “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.8 Para ahli ada yang menyamakan istilah Pemberdayaan Masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat yang jika dilihat mempunayi arti serupa dengan pengembangan sumber daya manusia. Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment yang berarti penguatan, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat terutama yang pada saat sekarang sedang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, yang berarti memberdayakan adalah 8
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 38
27
membantu seseorang/masyarakat menemukan kemampuan menuju kemandirian.9 Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat local yang mandiri sebagai suatu system yang mengorganisir diri mereka. Dalam pembukaan Temu Karya Pengembangan Program Pemberdayaan Masyarakat bagi Kepala Badan/Dinas/Kantor PMD Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Batu, Malang, Jawa Timur tahun 2003, DR. Andi Partadinata mengatakan secara konseptual pemberdayaan atau empowerment memiliki dua makna poko yaitu Pertama, meberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasi otoritas kepada masyarakat (to give power or authority to), agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungan secara mandiri; Kedua, meningkatkan kemampuan masyarakat (to give ability to or anable) melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.10 Menurut pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan adalah upaya memperlusa horison pilihan bagi masyarakat banyak. Hal ini berarti bahwa masyarakat diberdayakan untuk melihat dan mimilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat emilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-
9
. Misbahul Ulum, dkk., Model-model Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Normatif, Filosofis, dan Praktis, (Yogyakarta: PMI-Dakwah UIN Sunan Kalijaga Bekerjasama dengan IISEP-CIDA), h. 79. 10 . Andi Partadinata, ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Aparatur dan Pengembangan Kelembagaan Masyarakat Desa”, Jurnal Berdaya 1, no. 6 (Juni, 2003), h. 17.
28
pilihan.11 Dalam konsep Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei menyamakan pemberdayaan dengan konsep pengembangan sumber daya manusia. Pemberdayaan Masyarakat juga dapat dilihat dari persepsi makro dan mikro, pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan di sini mencakup perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya manusia. Pemberdayaan Masyarakat secara mikro asalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai secara hasil optimal.12 Pemberdayaan Masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.13 Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu model gerakan dengan cara memberdayakan masyarakat sekitar dengan maksud tercapainya suatu keinginan bersama masyarakat tersebut.
11
. Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pemberdayaan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29. 12 . Soekidjo Notoatmodjo, Pengemabangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 39. 13 . Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 39
29
1. Model-model Pengembangan Masyarkat Model Pemberdayaan Masyarakat merupakan bagian dari intervensi makro dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Adapun yang dimaksud dengan intervensi makro menurut beberapa pendapat para ahli adalah:14 Netting mengemukakan bahwa intervensi makro adala ”Macro practice is professionally directed intervention and communities”. (Intervensi makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas). Rothman dan Tropman memberikan argument tentang intervensi makro bahwa “Macro interventions involves methods of professional changing that target system above the level of the individual, group, and family, i.e., organization, communities, and regional and national entities. Macro practice deals with aspects of human service activity that are non clinical in nature, but rather focus on broader social approaches to human bettement”. (Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah system sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok, dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di tingkat local, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat). Jack Rothman mengembangkan tiga model dalam memahami konsepsi tentang Pemberdayaan Masyarakat: (1) Pemberdayaan Masyarakat local (locality 14
. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 57-58.
30
development); (2) Perencanaan Sosial (Social Planning); (3) Aksi Sosial (Scoal action). a. Pemberdayaan Masyarakat Lokal Pemberdayaan Masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum dikembangkan. Pemberdayaan Masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pemberdayaan Masyarakat lokal lebih bernuansa bottom up dimana setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Model pertama ini lebih berorientasi pada ”tujuan proses” (process goal) dari pada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal).15 Dimana masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta dikembangkan kapasitasnya (community integration dan community capacity) dalam upaya memecahkan masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self help) dengan prinsip-prinsip demokratis.16
15
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 42. . Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 70.
16
31
b. Perencanaan Sosial Perencanaan sosial menunjuk pada proses pragmatisuntuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu dan biasanya berhubungan dengan masalah-masalah sosial yang kongkrit (Corporate Social Problem) seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Adapun nama-nama bagian (departemen) mereka juga mencirikan hal ini, seperti Departemen Kesehatan, Direktorat Penyalahgunaan Obat dan Narkotika, Departemen Sosial, dan lain sebagainya.17 Perencanaan sosial lebih berorientasi pada ”tujuan tugas (task goal). Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang anggota masyarakat sebagai ”konsumen” atau ”penerima pelayanan” (beneficiaries). Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal baik pemerintah maupun swasta.18 c. Aksi Sosial Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of resources), dan pengambilan keputusan (distribution of decision making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang sering kali menjadi ”korban” ketidak adlian struktur. Aksi sosial 17 18
. Ibid, h. 71. . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 44.
32
berorientasi pada tujuan proses dn tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) dan keadilan (equity).19 2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tahapan Pemberdayaan Masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat, antara kelompok yang satu dengan yang lain mempunayi beberapa perbedaan dan kesamaan. Hal tersebut bisa dilihat dari dua buku yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan yaitu, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat karya Edi Suharto dan Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas karya Isbandi Rukminto Adi. Namun, secara garis besar tahapan Pemberdayaan Masyarakat dapat dirumuskan menjadi lima tahapan, antara lain: a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan assesmen kebutuhan (need assessment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekuarangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Assessment kebutuhan dapat diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan dalam kondisi yang direalisasikan. Terdapat lima jenis kebutuhan yang terdapat di masyarakat, antara lain:20 1) Kebutuhan absolut (Absolute need) adalah kebutuhan minimal atau kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat mempertahankan kehidupannya (survive). 19
. Ibid, h. 45 19.. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 76-77.
33
2) Kebutuhan
normatif
(normative
need)
adalah
kebutuhan
yang
didefinisikan oleh ahli atau tenaga profesional. Kebutuhan ini biasanya didasarkan standar tertentu. 3) Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dianggap atau dirasakan orang sebagai kebutuhannya. Kebutuhan ini merupakan petunjuk tentang kebutuhan yang nyata (rela need). Akan tetapi, kebutuhan ini berbeda dari satu orang ke orang lainnya, karena sangat tergantung ada persepsi orang yang bersangkutan mengenai sesuatu yang diinginkannya pada suatu waktu tertentu. 4) Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang dirasakan yang diubah menjadi kebutuhan berdasarkan banyaknya permintaan. Besarnya kebutuhan ini tergantung pada seberapa orang yang memerlukan pelayanan sosial. 5) Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kesenjangan (gap) antara tingkat pelayanan yang ada di wilayah-wilayah yang berbeda untuk kelompok yang memiliki karakteristik sama. Dalam proses penilaian (assessment) dapat digunakan teknik SWOT dengan melihat Kekuatan (strength), Kelemahan (weaknesses), Kesempatan (Oppotunities), dan Ancaman (Threat). Dengan menggunakan tehnik ini dalam proses assessment masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan
bahwa
permasalahan
yang
sedang
dibicarakan
benar-benar
permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga
34
untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindak lanjuti pada tahap berikutnya.21 b. Penentuan Tujuan Isbandi Rukminto Adi
menyebut tahapan kedua ini dengan tahapan
perencanaan alternatif atau kegiatan. Pada tahap ini agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.22 Tujuan dapat didefinisikan sebagai kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Maksud utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah. Tujuan dapat menjadi target yang menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan program. Terdapat dua jenis atau tingkat tujuan yaitu, tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektive). Tujuan umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur. Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan terukur mengenai jumlah yang menunjukkan kemajuan ke arah pencapaian tujuan umum. Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri:23 1) Berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan (input). 2) Dinyatakan dalam istilah yang terukur. 3) Tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya mningkatkan), tetapi juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya 10 persen) 4) Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas.
21. Isbandi Rukminto Adi, , Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 252. 22 . Ibid, h. 253. 23 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 77.
35
5) Menunjukkan pembatasan waktu 6) Realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk mencapainya. 7) Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum. c. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program pada tahap penyusunan dan pengembangan rencana program atau menurut istilah Isbandi Rukminto Adi tahapan pemformulasikan rencana aksi yaitu tahapan dimana agen perubah membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.24 Dalam proses perencanaan sosial, para perencana dan pihak-pihak terkait atau para pemangku kepentingan (stakeholders) selayaknya bersama-sama menyusun pola rencana intervensi yang koprhensif. Pola tersebut menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi-strategi, tugas-tugas, dan prosedur-prosedur yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan pemecahan masalah. Suatu rencana biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dan prgamatis dimana bentuk-bentuk kegiatan dijadwalkan dengan jelas. Program dapat dirumuskan sebagai suatu perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian satu atau beberapa tujuan khusus (objektives). Penyusunan program dalam proses perencanaan sosial mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses perumusan program.25
24
. Isbandi Rukminto Adi, , Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 254 25 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 78-79.
36
1) Identifikasi program alternatif. Penyusunan program merupakan tahap yang membutuhkan kreativitas. Karenanya sebelum satu program dipilih ada baiknya jika diidentifikasi beberapa program alternatif. 2) Penentuan hasil program. Bagian dari identifikasi program alternatif adalah penetuan hasil apa yang akan diperoleh dari setiap program alternatif. Hasil dapat dinyatakan dalam tiga tahapan, yaitu pelaksanaan tugas, unit pelayanan, dan jumlah konsumen. 3) Penentuan biaya. Informasi tentang biaya mencakup keseluruhan biaya program maupun biaya per hasil. 4) Kriteria
pemilihan
program.
Setelah
program-program
alternatif
diidentifikasi, maka harus dilakukan pilihan diantara mereka. Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional, yakni bersandar pada kriteria tertentu. Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut pentingnya, efisiensi, efektifitas, fifibilitas (feasibility), keadilan dan hasil-hasil tertentu. d. Pelaksanaan Program Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses Pemberdayaan Masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melencen dalam pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerjasama antaara agen perubah dan warga masyarakat, amupun kerja sama antar warga.26 Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau kegiatan26
. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intevensi Komunitas, h. 255.
37
kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu:27 1) Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program 2) Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana e. Evaluasi Program Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada Pemberdayaan Masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membantu sesuatu sistem dalam masyarakat yang lebih ”mandiri” dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.28 Pada tahap evaluasi program, analisis kembali kepada permulaan proses perencanaan untuk menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Evaluasi
menjadikan
perencanaan
sebagai
suatu
proses
yang
berkesinambungan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan kalau rencana sudah dilaksanakan. Namun demikian, perencanaan yang baik harus sudah dapat menggambarkan proses evaluasi yang akan dilaksanakan.29
27
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 79 . Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intevensi Komunitas, h. 256. 29 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 79-80. 28
38
B. Pelatihan Keterampilan Otomotif 1. Pelatihan Pelatihan memiliki kata dasar “latih” yang mendapatkan awalan Pe- yang berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.30 Pelatihan ialah merupakan bagian dari suatu proses yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik meskipun didasari pengetahuan dan sikap.31 Dalam pelatihan peserta pelatihan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya setelah mengikuti suatu pelatihan. Ife, didalam Isbandi Rukminto32 menyatakan bahwa pelatihan merupakan peran edukasionalyang paling spesifik, karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasaran bagaimana untuk melakukan sesuatu. Pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, supaya efektif biasanya pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktifitas-aktifitas yang terencana dan didasari sebagai jawaban atas kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan secara ideal.33 Sejatinya pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam pendidikan terdapat sejumlah filosofi diantaranya filosofi islam yaitu konsep: (QS. Asy Syams : 8)
30
. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 502 . Soekidjo Notoadmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 28 32 . Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 213 33 . Gomes Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), h.197 31
39
Falsafah ini mempunyai implikasi dalam pendidikan bahwa manusia pada dasarnya disamping memiliki fitrah yang buruk. Agar yang buruk tersebut tidak berkembang dengan baik. Dengan demikian proses pendidikan tersebut harus benar-benar berlandaskan pada tujuan pendidikan yang paling mendasar yaitu pendidikan untuk memanusiakan manusia.34 Dalam melakukan pelatihan terdapat beberapa unsur yang diperlukan, antara lain sebagai berikut: 1. Peserta Pelatihan Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan pelatihan pada gilirannya menentukan efektifitas pelatihan, karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik berdasarkan kriteria antara lain:35 a. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian b. Motivasi dan Minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya. c. Pribadi, yaitu aspek moral, moril dan sifat-sifat untuk pekerjaan tertentu. d. Intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan yang dapat diketahui melalui tes seleksi. 2. Pelatih atau Instruktur Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan keterampilan. Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pelatihan instruktur, yaitu;
34
. Ibnu Anshori, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007), h. 2 35 . Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.
40
a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam bidang spesialis tertentu. b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih c. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik dibandingkan dengan yang diluar. 3. Lamanya Pelatihan Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada: a. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan. b. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan, kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar memerlukan waktu lebih lama. c. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut. Dalam strategi pemberian pelatihan, dikenal dengan trilogi latihan kerja, yaitu sebagai berikut:36 a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan kerja b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 36
. Basir Banthos, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). Cet. Ke 7, h. 98-99
41
c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses, kaitan dengan pendidikan,latihan dan pengembangan satu dengan yang lain.
2. Keterampilan Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas.37 Maka keterampilan adalah bagaimana kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Arti keterampilan yang dimaksudkan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Menurut W. Gulo keterampilan tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.38 Dari pendapat Gulo ini dapat diketahui bahwa suatu ketermpilan tidak mungkin akan terwujud tanpa ada kemauan, sikap ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang sehingga aspek kognitif, efektif dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan tidak dapat dipisahkan dari pada seseorang. Mengenai keterampilan Sardiman MA menjelaskan ada dua macam, yaitu jasmani dan rohani. a) Ketermpilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitik beratkan pada ketermpilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
37
. Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet-1, h. 935. 38 . W. Gulo., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002, h. 29
42
b) Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan
berfikir serta
kreatifitas
untuk
menyelesaikan
dam
merumuskan masalah atau konsep-konsep.39 Keterampilan sangta erat kaitannya dengan sumber daya manusia. The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut: keterampilan aalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan, praktik, berlatihan, dan mengulang-ngulang suatu pekerjaan. Seseorang yang memahami semua azaz, metode, pengetahuan dan teori dan kemampuan melaksanakan secara praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.40 Sedangkan Syamsuar Mochtar mengemukakan bahwa keterampilan adalah cara memandang siswa serta kegiatan sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan
dalam
kegiatan
belajar-mengajar
yang
memperhatikan
perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap perasaan dan keterampilan sebagai satu kesatuan baik beberapa tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreatifitas.41 Sejalan dengan pendapat diatas menurut Syamsuar Mochtar ada langkahlangkah belajar mengajar yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut:42 Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar, mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian
39
. Sardiman MA., Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar,h. 29 . Drs. Syarif Makmur. M.Si., Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h. 70 41 . Drs. A. Samana, S.Pd, Sistem Pengajaran Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) dan Perkembangan Metodologisnya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992, h. 111 42 . Ibid. h. 119 40
43
siswa untuk mencari jawaban, membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya, membimbing belajar siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis. Dengan
demikian
dapat
dirumuskan
bahwa
hakekat
pendidikan
keterampilan atau life skills merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga untuk belajar hidup mandiri dalam menyelenggarakan keterampilan atau life skills.
3. Otomotif Otomotif adalah ilmu yang mempelajari tentang alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama mobil. Otomotif mulai berkembang sebagai cabang
ilmu
seiring
dengan
diciptakannya
mesin
mobil.
Dalam
perkembangannya, mobil semakin menjadi alat transportasi yang kompleks yang terdiri dari ribuan komponen yang tergolong dalam puluhan sistem dan subsistem.43 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otomotif adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang berputar dengan sendirinya.
43
. http://irwanputra.wordpress.com/kursus-otomotif/diakses tanggal 12 September 2009
BAB III PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Mercedes-Benz Indonesia Pada tahun 1970, pemerintahan Orde Baru (1968-1998) mendorong dilakukannya perakitan (assembling) mobil di dalam negeri, yang dimulai dengan mengambil ancang-ancang untuk melarang dimasukkannya mobil dalam keadaan utuh, atau completely built-up (CBU). Dengan kata lain, mobil harus dimasukkan dalam keadaan terurai atau completely knocked-down (CKD) dan dirakit di dalam negeri. Dalam kaitan itulah, H.M. Joesoef Abdillah bermitra dengan Ibnu Sutowo melobi dan membujuk Daimler-Benz AG sebagai perusahaan pembuat mobil Mercedes-Benz untuk membuka Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan mendirikan pabrik perakitan di Indonesia. Upaya H.M. Joesoef Abdillah itu ditanggapi positif oleh Daimler-Benz AG, dan langkah-langkah persiapan pun dimulai. Termasuk, menjajaki kerja sama dengan Volkswagen dalam merakit kendaraan di Indonesia. Pada tanggal 8 Oktober 1970, keagenan Mercedes-Benz di Indonesia secara resmi diambil alih oleh PT Star Motors Indonesia, sebagai ATPM Produk Daimler-Benz AG untuk Indonesia. PT Star Motors Indonesia merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Daimler-Benz AG dan PT Gading Mas (tahun 1983 menjadi PT Lima Satrya Nirwana). Pada saat yang sama, didirikan juga PT German Motor Manufacturing sebagai Pabrikan dan Perakitan Produk Daimler-Benz di Indonesia. PT German 44
45
Motor Manufacturing, yang merupakan perusahaan patungan antara DaimlerBenz AG, DEG-Jerman Barat, dan PT Gading Mas, berkantor di Jalan Sulawesi 1, Tanjung Priok. Dalam kesempatan itu pula, ditetapkan bahwa Mercedes-Benz akan bekerja sama dengan Volkswagen dalam merakit kendaraan di Indonesia. Berdirinya PT Star Motors Indonesia, sebagai ATPM Mercedes-Benz di Indonesia, dan PT German Motor Manufacturing, secara resmi menandai dimulainya era Mercedes-Benz Group di Indonesia di bawah kepemimpinan H.M. Joesoef Abdillah. Sejak saat itu, H.M. Joesoef Abdillah dikenal sebagai Pendiri Mercedes-Benz Group di Indonesia. Dan, pada tahun berikutnya, tahun 1971, kendaraan niaga Mercedes-Benz Tipe 911 mulai dirakit di Tanjung Priok. Iklan PT Star Motors Indonesia muncul dengan ukuran setengah halaman di harian Kompas, 11 November 1971. Melalui iklan tersebut diumumkan kehadiran truk diesel Mercedes-Benz 4-5-6 ton dan bus diesel dengan 20-50 tempat duduk mulai Januari 1972. Pada tahun 1973, satu tahun setelah PT German Motor Manufacturing merakit kendaraan niaga Mercedes-Benz, seperti bus dan truk di Tanjung Priok maka mulai dirakit juga sedan Mercedes-Benz W115 Tipe 200, 240D (diesel), dan Tipe 280. Sedan-sedan
Mercedes-Benz
hasil
rakitan
PT
German
Motor
Manufacturing, yang masuk ke pasar pada paruh kedua tahun 1974, langsung diserbu konsumen, khususnya Tipe 200 dan Tipe 280. PT Star Motors Indonesia dan PT German Motor Manufacturing pun kewalahan melayani jumlah pesanan yang terus meningkat. Sampai-sampai ada pemesan harus menunggu lebih dari satu tahun. Persoalannya, kapasitas produksi PT German Motor Manufacturing
46
pada saat itu baru 7 mobil per hari, atau 210 mobil per bulan. Padahal larangan impor mobil dalam bentuk CBU telah mulai diberlakukan pada tanggal 22 Januari 1974. Pada tahun 1977, Kantor Layanan Purna Jual Mercedes-Benz pindah ke Jalan RE Martadinata Kilometer 7, Ciputat, Tangerang. Dan, tahun berikutnya, tahun 1978, Kantor Pusat Layanan Purna Jual ini diresmikan. Kantor Pusat Layanan Purna Jual di Ciputat itu juga mencakup Pusat Pendidikan dan Latihan Kejuruan (PPLK) Mobil yang bagus dan berkualitas tinggi saja tidak cukup untuk meningkatkan penjualan. Diperlukan layanan purna jual yang prima untuk mendukungnya, yang mencakup penyediaan suku cadang yang mencukupi dengan harga jual yang terjangkau, dan tenaga mekanik yang andal. Pusat Pendidikan dan Latihan Kejuruan (PPLK) di Ciputat itu merupakan kawah Candra Dimuka bagi calon-calon teknisi Mercedes-Benz. Di sana, mereka dididik dan dilatih selama tiga tahun penuh, dengan komposisi 20 persen pengetahuan teori dan 80 persen latihan praktik, yang dimulai dari pekerjaan yang mudah sampai dengan pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang sangat tinggi. Di samping latihan praktik, para calon teknisi juga mengikuti proses magang, antara lain di dealer-dealer, pemilik armada, atau perusahaan yang memiliki kegiatan dan proses kerja yang dapat memberikan kesempatan untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang sesungguhnya serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kejuruan. Pelaksanaan program pendidikan dan latihan mengadopsi kurikulum pemagangan di Jerman, yang disesuaikan dengan pelatihan nasional di Indonesia,
47
dan telah mendapatkan akreditasi dari Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sampai dengan tahun 2009, atau tahun yang ke-31, sudah lebih dari 750 teknisi Mercedes-Benz dihasilkan oleh PPLK di Ciputat. Para teknisi itu siap memberikan pelayanan dengan kualitas premium dan dijamin mempunyai standar kualitas yang tinggi. Pada tahun 1978, Mercedes-Benz juga membangun pabrik di Desa Wanaherang, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, 45 kilometer dari Jakarta. Pabrik ini kemudian diresmikan pada tahun 1982, sebagai lokasi baru menggantikan lokasi lama di Tanjung Priok. Pada tahun itu kerja sama dengan Volkswagen diakhiri, dan PT German Motor Manufacturing pindah lokasi ke Wanaherang. Pada tahun 1983, di Wanaherang, Gunung Putri, didirikan PT Star Engines Indonesia sebagai perakit mesin, bak persneling dan as roda Mercedes-Benz. Sejalan dengan perjalanan waktu, dilakukanlah penyesuaian perusahaan. Pada tanggal 1 Februari 1992, PT German Motor Manufacturing menjadi Agen Tunggal dan Pemegang Merk Mercedes-Benz untuk Indonesia dengan status Agen Tunggal, Pabrikan dan Perakit Produk-produk Daimler-Benz untuk Indonesia, sedangkan PT Star Motors Indonesia, selanjutnya hanya menjadi Distributor Utama Mercedes-Benz untuk Indonesia. Prinsip untuk mengejar yang terbaik dari yang baik, serta ”the best or nothing”, yang diletakkan oleh Karl Benz dan Gottlieb Daimler lebih dari 100 tahun yang lalu itu dipegang teguh oleh Mercedes-Benz Group di Indonesia dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Tidak mengherankan apabila pada tahun 1996, perusahaan-perusahaan tersebut mendapatkan sertifikasi ISO 9001, dan
48
merupakan grup perusahaan otomotif pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ini. Pada tanggal 17 November 1998, Daimler-Benz AG merger dengan Chrysler Corporation menjadi DaimlerChrysler AG. Namun, struktur organisasi Mercedes-Benz Group di Indonesia tetap dipertahankan. Dan, atas pertimbangan kepraktisan, pada tahun 1998 itu pula, Divisi Pemasaran dan Penjualan dipindahkan dari Wanaherang ke Gedung Deutsche Bank, Jalan Imam Bonjol 80, Jakarta Pusat. Peresmian kantor baru di Gedung Deutsche Bank itu dilangsungkan pada tahun 1999. Dua tahun setelah merger Chrysler Corporation dan Daimler-Benz AG, Mercedes-Benz Group di Indonesia pada bulan Juni 2000 memasuki suatu era dengan bergantinya nama PT German Motors Manufacturing menjadi PT DaimlerChrysler Indonesia dan PT Star Motors Indonesia menjadi PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia. Namun, merger Chrysler Corporation dan Daimler-Benz AG ini pada tanggal 1 Oktober 2007 berakhir, dan nama DaimlerChrysler AG berganti menjadi Daimler AG. Dan, pada akhir Januari 2008, PT DaimlerChrysler Indonesia dan PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia berganti nama menjadi PT MercedesBenz Indonesia dan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Dalam sejarah Indonesia, tercatat beberapa kali mobil-mobil MercedesBenz bersama-sama mobil-mobil papan atas lainnya didatangkan secara khusus untuk kepentingan penyelenggaraan acara penting pemerintah, seperti pada penyelenggaraan Asian Games tahun 1962 dulu. Atau pada penyelenggaraan
49
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Nonblok di Jakarta pada tahun 1992, di mana sebanyak 110 mobil Mercedes-Benz 300SEL didatangkan secara khusus. Demikian pula pada penyelenggaraan Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC di Jakarta dan Bogor pada tahun 1994, di mana didatangkan sebanyak 14 mobil Mercedes-Benz 600SE dan 25 mobil Mercedes-Benz Viano. Terakhir, pada KTT Informal ASEAN 30 November 1996, di mana didatangkan 14 mobil Mercedes-Benz S600 V12 dan 25 mobil Mercedes-Benz Viano V230. Selain itu, perhatian diberikan secara khusus kepada para pemilik Mercedes-Benz dengan adanya penyelenggaraan tahunan seperti MercedesTrophy golf tournament dan Mercedes-Benz Driving Experience.
B. Ringkasan Sejarah Mercedes-Benz di Indonesia 31 Jan 2008
• •
Jun 2000
• •
March 2000
•
17 Nov 1998
•
1996
•
1985
•
1983 1982 1981 1979
• • • •
1978
• •
PT DaimlerChrysler Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Indonesia PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia PT Star Motors Indonesia berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia PT German Motor Manufacturing berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Indonesia Pengambil alihan PT Star Engine Indonesia oleh PT German Motor Manufacturing Penggabungan DaimlerChrysler Indonesia Daimler-Benz AG dengan Chrysler Corp. USA Memperoleh sertifikasi ISO 9001 menjadi perusahaan manufacturing pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi Dimulainya perakitan mesin Mercedes-Benz oleh PT Star Engine Indonesia Pendirian PT Star Engines Indonesia di Wanaherang Peresmian PT German Motor Manufacturing di Wanaherang Dimulainya perakitan truck Berakhirnya kerja sama antara Perakitan Bus di Wanaherang dengan Volkswagen Pendirian Pabrik Perakitan di Wanaherang Bogor (50 km dari Jakarta) Pembukaan resmi Apprentice Training Center dan After Sales Service di Ciputat
50
1973 1970
• • • •
• 1907
•
1894
•
Dimulainya perakitan kendaraan sedan di Tanjung Priok Kerja sama antara Mercedes-Benz dan Volkwagen dalam perakitan kendaraan di Jakarta Dimulainya perakitan kendaraan niaga Mercedes-Benz di Tanjung Priok Pendirian PT Star Motor Indonesia sebagai agen tunggal Daimler-Benz AG di Indonesia, berlokasi di Jl. Cik Ditiro, Jakarta Pendirian PT German Motor Manufacturing sebagai pabrik pembuat dan perakit produk Daimler-Benz di Indonesia, berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara Kendaraan pertama Daimler-Britse Daimler (4 cylinder 45 hp) di Indonesia, yang dimiliki oleh Susuhunan Solo Kendaraan pertama Mercedes-Benz vehicle di Indonesia, Benz-Model Phaeton (2000 cc 1 cylinder 5 hp for eight people), yang dimiliki oleh Susuhunan Surakarta
C. Visi dan Misi Misi Menjadi nomor 1 dalam hal Mutu, Citra dan Keuntungan dalam sector Automotive di Indonesia
Misi 1. Melampaui kepuasan pelanggan dalam segala hal yang kita lakukan 2. Secara terus menerus meningkatkan efektivitas Sistem Management Mutu dan Proses Bisnis 3. Secara terus menerus meningkatkan mutu produk dan layanan 4. Mempunyai kultur perusahaan yang berorientasi pada team dan keterbukaan dengan melibatkan seluruh karyawan melalui kepemimpinan dan penerima delegasi tanggung jawab 5. Sadar akan kelestarian lingkunan
51
6. Menjalin hubungan professional dengan pasangan bisnis
D. Mercedes-Benz di Indonesia Mercedes-Benz Group Indonesia (MBGI) adalah perusahaan yang merupakan kerja sama gabungan (joint venture) antara pemodal Jerman (Daimler AG) dan pemodal Indonesia. Perudahaan ini bergerak di bidang otomotip dengan aktivitas utama produksi, pemasaran dan layanan purna jual bagi kendaraan penumpang dan kendaraan niaga dengan jumlah keseluruhan karyawan sekitar 700 orang. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya Mercedes-Benz Group Indonesia (MBGI) mempunyai 3 (tiga) bagian perusahaan sebagai berikut: 1. PT Mercedes-Benz Indonesia 2. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia 3. PT Star Engines Indonesia Ketiga bagian perusahaan memiliki aktivitas yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan merupakan mata rantai proses yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain mulai Bagian Personaliaan, Keuangan, Logistic, Produksi Kendaraan, Pemasaran Produk dan Layanan Purna Jual. Dengan pengalaman yang cukup panjang dalam menjalankan bisnis otomotip di Indonesia, Mercedes-Benz Group Indonesia telah memberikan peran yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian di Indonesia, antara lain melalui penyerapan dan pendaya gunaan Sumber Daya Manusia (SDM) serta aktivitas sosial yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan
52
(CSR) bagi pengembangan masyarakat secara umum dan khususnya bagi yang berada di lingkungan sekitar perusahaan.
1. PT Mercedes-Benz Indonesia PT Mercedes-Benz Indonesia Perusahaan mempunyai aktivitas yang bersifat umum serta kegiatan produksi kendaraan penumpang dan kendaraan niaga serta beberapa aktivitas pendukung lainnya. Perusahaan berlokasi di Desa Gunung Putri, Wanaherang – Kabupaten Bogor, mempekerjakan sekitar 450 karyawan yang terbagai dalam berbagai departemen mulai jajaran manajemen sampai dengan operator/pelaksana produksi.
2. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia menjalankan aktivitas dan fungsi Pemasaran serta Layanan Purna Jual bagi produk yang diproduksi oleh PT Mercedes-Benz Indonesia dalam bentuk Complete Knock Down (CKD) serta kendaraan yang di impor dalam bentuk utuh atau Complete Built Up (CBU) dari luar Indonesia. Sebagai perusahaan yang berbentuk Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), PT Mercedes-Benz Distributor Indonesia tidak melakukan aktivitas Penjualan maupun Layanan Purna Jual secara langsung kepada pelanggan, Aktivitas bisnis dalam memberikan pelayanan bagi pelanggan dilaksanakan melalui dealer sebagai perusahaan ritel yang tersebar di wilayah Indonesia. Secara keseluruhan Mercedes-Benz di Indonesia mempunyai 20 dealer yang merupakan kepanjangan tangan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia
53
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Operasi masing-masing dealer terbagi menurut area geografis dan jenis kendaraan yang dipasarkannya. Secara rinci jaringan dealer Mercedes-Benz di Indonesia terbagi sebagai berikut: 1.
PT. Bintang Cosmos, Jl. Sisingamangaraja Km. 7 PO Box 1588 Medan
2.
PT. Bintang Wirabens, Jl. Jenderal Sudirman No. 203 EFG Pekanbaru
3.
PT. Mass Sarana Motorama, Jl. Jend. Sudirman No. 8 Jakarta Pusat 10220
4.
PT. Dipo Angkasa Motor, Jl. Pluit Selatan No. 1 C Jakarta Utara 14440
5.
PT. Dipo Service, Jl. Jend. A. Yani Kav. 87 Jakarta 13210
6.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Daan Mogot Km. 1 No. 99 Jakarta 11510
7.
PT. Mercindo Autorama, Jl. Buncit Raya No. 70 – 72 Jakarta 12790
8.
PT. Panji Rama Otomotip, Jl. Teuku Nyak Arif 14 Simprug Jakarta Selatan 12220
9.
PT. Adedanmas, Jl. TB. Simatupang Kav. 5 Jakarta 12430
10.
PT. Cakrawala Automotif Rabhasa, Jl. Denpasar Raya Blok D-2 Kav. 8 Jakarta 12940
11.
PT. Citrakarya Pranata, Jl. Soekarno-Hatta No. 727 Km. 6 Bandung 40286
12.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Jend. Sudirman No. 291 Semarang 50149
13.
PT. Kalimas AI, Jl. Raya Yogya-Solo Km. 9 Yogyakarta 55282
14.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Demak 166 – 170 Surabaya 60172
15.
PT. Kedaung Satrya Motor, Jl. Mayor Jend. Sungkono 85 Surabaya 60224
16.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Raya By Pass, I Gusti Ngurah Rai No. 14 – 16 Tuban Denpasar 80362
54
17.
PT. Bintang Kutai Motor, Jl. Soekarno-Hatta Km. 2,5 Balikpapan 76126
18.
PT. Bintang Barito Motor, Jl. Jend. A. Yani Km. 9,2 No. 38 Banjarmasin 70654
19.
PT. Timur Permai, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9.200 Ujung Pandang 90245
20.
PT. Kobexindo Tractors, Gedung Kobexindo Jl. Raya Bekasi – Karawang Km. 58 Cikarang Timur – Bekasi 17823
3. PT Star Engines Indonesia PT Star Engines Indonesia bertanggung jawab atas pembuatan dan perakitan komponen utama kendaraan yang terdiri dari mesin, transmisi, gardan dan beberapa komponen utama lainnya. Material untuk perakitan komponen utama tersebut sebagian besar di impor dari Jerman untuk kendaraan penumpang dan dari Brazil untuk kendaraan niaga khususnya bus. Mengingat fungsi komponen utama sebagai bagian yang vital bagai kendaraan, untuk menjamin kualitas dan jaminan ketahanan serta keselamatan kendaraan beserta penumpangnya, maka komponen lokal tidak dipergunakan pada bagian ini.
E. ORGANISASI PERUSAHAAN Dalam menjalankan bisnisnya sebagai PT (Perusahaan Terbatas) dengan skala internasional PT Mersedes-Benz di Indonesia mempunyai struktur organisasi yang solid dengan menempatkan personil yang tepat sesuai dengan tuntutan unit bisnis yang dijalankan dengan susunan sebagai berikut:
55
a. President Director, sebagai pimpinan tertinggi dalam manajemen perusahaan menentukan arah dan kebijakan perusahaan dalam operasi bisnis dan pengembangan perusahaan secara keseluruhan. b. Director, terdiri dari Direktur Teknik, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran, Direktur Layanan Purna Jual dan Direktur Personalia. Direktur bertanggung jawab untuk menyurun konsep bisnis pada masing-masing divisi yang menjadi tanggung jawabnya dan secara langsung bertanggung jawab kepada President Director. c. Deputy Director, adalah wakil direktur sebagai penanggung jawab operasional masing-masing divisi dengan tanggung jawab sesuai dengan unit bisnisnya masing-masing yang dalam pelaksanaan fungsi hariannya dibantu oleh Department Manager. d. Department Manager, adalah penanggung jawab operasional lapangan yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab operasi harian dalam bidangnya masing-masing. Dalam operasi hariannya Department Manager dibantu oleh para Section Manager sebagai pelaksana dan pengawas lapangan dalam aktivitas masing-masing unit kerja. e. Staff operasional, adalah pekerja langsung yang melaksanakan tugas-tugas detail harian dalam masing-masing departemen terkait.
Susunan organisasi selanjutnya disusun dalam bentuk sebuah bagan dan struktur organisasi perusahaan seperti ditunjukkan pada skema berikut:
56
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
President Director Secretary
Director Human Resources
Director Finance
Director Sales & Mar keting
Deputy Directors
Department Managers
Department Managers
Staff - Operational
Director After Sales
57
F. Program-program Central Training Department
Dalam kaitannya dengan bisnis perusahaan di bidang penjualan dan layanan purna jual, Central Training Department menjalankan berbagai kegiatan pelatihan yang bersifat pelatihan teknisi tingkat lanjutan maupun tingkat dasar dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Pelatihan Produk (Product Training) Product training adalah pelatihan tingkat lanjutan yang ditujukan bagi para teknisi di jaringan dealer resmi Mercedes-Benz di seluruh Indonesia. Pelatihan ini merupakan pelatihan wajib bagi para teknisi guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya di bidang perbaikan kendaraan Mercedes Benz dengan cakupan materi seperti diuraikan dibawah ini.
a. Pelatihan tentang pembaharuan teknologi produk baik untuk kendaraan sedan maupun kendaraan niaga. b. Pelatihan mengemudi/penanganan kendaraan baru bagi para pemilik armada angkutan bus dan truk. c. Sertifikasi dengan standard internasional bagi personil dalam jaringan dealer resmi Mercedes-Benz.
2. Pelatihan Pemagangan (Apprentice Training) Pelatihan Pemagangan 3 tahun Jurusan Automotive Mechatronik adalah pelatihan fundamental yang dijadikan sebagai persyaratan dasar untuk tingkat
58
program pengembangan karir teknisi dalam jaringan Mercedes-Benz di Indonesia. Artinya, bahwa semua jabatan teknis yang berhubungan dengan layanan purna jual Mercedes-Benz harus melalui program pelatihan pemagangan ini. Didalam program pelatihan pemagangan 3 tahun inilah selanjutnya kegiatan CSR perusahaan dimasukkan sebagai upaya untuk mendapatkan manfaat timbal balik bagi perusahaan maupun masyarakat dengan konsep sebagai berikut: 1.
Pelatihan
pemagangan
merupakan
komitmen
perusahaan
dalam
memperkuat jaringan layanan purna jual dalam upayanya guna mencapai kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan Mercedes-Benz. 2.
Peserta pelatihan adalah para lulusan SMU/SMK atau sederajat dengan strata ekonomi yang berada di kalangan menengah kebawah, dalam hal ini para calon siswa pelatihan yang berasal dari kalangan ekonomi bawah akan lebih diperhatikan.
3.
Upaya pemenuhan kebutuhan perusahaan akan tenaga teknisi dan sekaligus memberikan kesempatan belajar untuk selanjutnya tersalurkan sebagai karyawan dalam jaringan perusahaan akan sekaligus mengangkat citra perusahaan di masyarakat.
Dalam menjalankan kegiatan Pelatihan Produk (Product Training) dan Pelatihan Pemagangan (Apprentice Training), Central Training Department mempunyai struktur organisasi seperti pada diagram berikut. Seluruh personil dalam jajaran Central Training Department terbagi menurut spesialisasi keahliannya masing-masing dengan bidang yang tercantum pada struktur organisasi.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
A. Tahapan Pelaksanaan Pemerdayaan Masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia di Ciputat dalam Program Pelatihan dan Keterampilan Otomotif Berdasarkan teori Isbandi Rukminto Adi yang digunakan penulis untuk melihat tahapan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui program Pelatihan Keterampilan Otomotif digambarkan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Fakta Sebagai tahap awal perumusan program maka dalam hal ini PT. MercedesBenz Distribution Indonesia – Central Training Department di Ciputat tentunya harus menentukan langkah dan program berdasarkan hasil analisa yang dilakukan secara menyeluruh mencakup kebutuhan jaringan perusahaan dan kesenjangan/ kebutuhan bantuan pada satu daerah/wilayah. Analisa kebutuhan jaringan perusahaan dilakukan guna menjamin adanya nilai tambah positip yang nantinya akan diperoleh jaringan perusahaan, artinya bahwa perusahaan sekaligus melakukan kegiatan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu perusahaan sebagai pemberi dan penerima dan demikian juga sebaliknya. Disampaikan oleh Deputy Director – Central Training Department dalam salah satu wawancara: 1
1
. Wawancara dengan Deputy Director dilakukan di kantor pada tanggal 15 April 2010
59
60
”Kebutuhan dalam jaringan perusahaan terbagi atas dua kelompok utama; yaitu: kebutuhan internal di dalam perusahaan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dan kebutuhan dalam jaringan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia”. ”pada saat ini PT Mercedes-Benz Indonesia mempunyai karyawan tetap dan tidak tetap sebanyak ± 700 orang dan ± 200 orang diantaranya bertugas di bagian yang secara langsung berhubungan dengan teknik otomotip. Dalam jaringan dealer di seluruh Indonesia jumlah teknisi adalah ± 200 orang”. Dengan fluktuasi per tahun sebesar 5%, berarti perusahaan setiap tahunnya membutuhkan 10 orang sebagai pengganti karyawan yang berhenti pada tahun bersangkutan (internal) dan 10 orang lagi untuk jaringan dealer Dari angka tersebut berarti dalam seluruh jaringan PT Mercedes-Benz di Indonesia membutuhkan tenaga teknisi otomotif sebanyak 20 orang. Angka ini bervariasi tergantung pada kondisi bisnis di sektor otomotif. Dengan pertimbangan angka kebutuhan tersebut diatas dan juga dengan tetap memberikan kesempatan bagi anggota masyarakat lain di luar jangkauan Pusat Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia di Ciputat, maka Central Training Department memutuskan untuk melatih 16 orang pada setiap tahunnya. Dengan program Diklat selama 3 tahun, maka setiap tahunnya Central Training Department mempunyai siswa yang belajar secara paralel 3 angkatan yang masing-masing terdiri dari 12 -16 orang. Dari hasil pengamatan dan analisa tentang tingkat pendidikan dan ketrampilan masyarakat angkatan kerja di sebagian besar wilayah Indonesia diperoleh kondisi umum bahwa sebagian besar angkatan kerja berada pada tingkat pendidikan SMU (Sekolah Menengah Umum) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Tingkat pendidikan yang relatip rendah dipadu dengan tidak adanya
61
modal keterampilan spesifik kejuruan mempersempit kesempatan untuk dapat mengisi lapangan kerja yang tersedia. Dalam salah satu kegiatan di tempat praktek/penelitian secara kebetulan diperoleh kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan salah satu Manajer Bengkel Mercedes-Benz di Jakarta - Bpk. Budianto dari PT Dipo Service mengatakan:2 ”Dari pengalaman menerima teknisi dari lulusan SMK atau bahkan perguruan tinggi rata-rata mereka tidak mempunyai bekal yang ketrampilan memadai untuk bekerja di bidang perbengkelan, dalam hal disiplin mereka juga sangat lemah. Ini berbeda total dengan para lulusan dari Central Training Department yang semuanya sudah siap untuk bekerja dan mempunyai tingkat kedisiplinan yang sangat tinggi”. Kondisi dan fakta umum tersebut diatas merupakan dorongan kuat bagi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia khususnya Central Training Department di Ciputat untuk memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang melalui program ”Pendidikan dan Pelatihan di bidang kejuruan Automotive Mechatronic”. Kejuruan Automotive Mechatronik dipilih sebagai subyek pengembangan ketrampilan dengan pertimbangan bahwa hasil pelatihan pada kejuruan ini mempunyai pasar kerja yang cukup menjanjikan dan akan memberikan manfaat timbal balik bagi perusahaan dalam mengisi kebutuhan tenaga kerja dalam jaringan bisnis. Bagi peserta program, ini merupakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan ketrampilan yang menjanjikan masa depan dan dapat diikuti dengan tanpa biaya. Menurut Bpk. Eko Setiyodiwarno – Deputy Director pada Central Training Department:
2
. Wawancara dilakukan di bengkel Mercedes-Benz di Jakarta pada tanggal 27 April 2010
62
”program ini membutuhkan sumber daya dan sumber dana sangat besar yang seluruhnya dibiayai oleh perusahaan”.
2. Penentuan Tujuan Sebelum dimulainya pelaksanaan program pengembangan masyarakat oleh PT Mercedes-Benz Didtribution Indonesia, dilakukan beberapa analisa melalui survey yang dilaksanakan di kedua area (sumber daya perusahaan dan kondisi social masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan guna menentukan jenis kegiatan lengkap dengan tujuannya dan target kelompoknya serta penentuan departemen yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan dalam kontek pengembangan masyarakat, maka PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia pada akhirnya mengambil keputusan untuk melaksanakan kegiatan pelatihan di bidang Automotive Meckatronic yang kemudian tanggung jawab pelaksanaannya diserahkan kepada Central Training Department. Keputusan dalam penentuan tujuan serta jenis kegiatan yang dilaksanakan diambil dengan pertimbangan yang diambil dari hasil survey dan analisa sebagai berikut: a) Pelatihan merupakan pemberian/penanaman bekal ketrampilan sebagai modal dasar bagi peserta program yang akan bermanfaat dalam jangka yang tidak terbatas. b) Pelatihan ketrampilan di bidang kejuruan Automotive Mechatronic telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Artinya, telah diyakini dengan pasti bahwa program ini pasti akan berhasil dilaksanakan dengan baik.
63
c) Pelatihan yang dilaksanakan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department merupakan pelatihan yang telah lama diminati oleh para lulusan SMU dan SMK karena telah terbukti mutunya dan jaminan kesempatan kerja pada saat selesainya pelatihan. d) Perusahaan
tidak
perlu
melakukan
investasi
ektra
guna
melaksanakan kegiatan pelatihan karena segala fasilitas telah tersedia dengan memadai. e) Kesinambungan
manfaat
program
terjamin
karena
adanya
kebutuhan rutin perusahaan dengan jaringan di seluruh Indonesia atas lulusan dari program Automotive Mechatrnic sebagai program regenerasi bagi teknisi kendaraan Mercedes-Benz. Berdasarkan semua pertimbangan diatas maka perusahaan mengambil jalur pendidikan dan pelatihan ketrampilan di Bidang Automotive Mechatronic sebagai progtam utama dalam kegiatan Pengambangan Masyarakat. Program ini akan secara terus menerus dilakukan selama perusahaan menjalankan bisnisnya di Indonesia.
3. Perencanaan dan Pemograman Dalam tahap ini diperlukan data yang akurat tentang jumlah dana atau budget yang diperlukan, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dikerahkan dan dilibatkan, keterampilan apa saja yang mesti dimiliki oleh mereka yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi. Pembiayaan dikelompokkan dalam beberapa bagian meliputi biaya investasi (berupa peralatan, bangunan, infra struktur IT), biaya operasional
64
(berupa bahan, gaji personil, biaya akomodasi dan catering para siswa) dan biaya pengembangan bagi tenaga pengajar dalam bentuk TTT (Train The Trainer). Guna menjamin mutu pelatihan dan kesesuaian dengan teknologi terkini dalam bidang otomotif, Central Training Department secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan kualitas tenaga instruktur yang melaksanakan program pendidikan dan pelatihan melalui program TTT (Train The Trainer) yang dilakukan di Indonesia dan Jerman. Berdasar pada kapasitas dan tingkat pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga instruktur, PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department juga telah dikukuhkan sejak tahun 2003 sebagai Pusat Pelatihan Regional untuk wilayah Asia. Hal ini memungkinkan bagi perusahaan untuk secara optimal meningkatkan mutu program di Central Training Department. Dijelaskan olehBpk. Eko Setiyodiwarno: ”Dengan pengalaman yang cukup panjang dalam melaksanakan program pendidikan di bidang otomotip (sejak tahun 1978) kami telah mempunyai kebijakan dasar bahwa pendidikan yang dijalankan disini merupakan pesyaratan dasar bagi para teknisi untuk dapat melanjutkan kualifikasi dan sertifikasi selanjutnya dalam jaringan Mercedes-Benz di Indonesia”.3
Dalam perjalanannya melaksanakan program pendidikan dan pelatihan, PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia telah menghasilkan 34 angkatan (program 3 tahun) dengan jumlah lulusan sebanyak 770 orang. Para lulusan telah menduduki berbagai posisi penting dalam jaringan kerja Mercedes-Benz di Indonesia dan sebagian telah mampu mendirikan usaha mandiri yang secara otomatis juga menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat lainnya. 3
. Wawancara dilakukan Bpk. Eko Setiyodiwarno salah satu deputy director pada tanggal 27 April 2010
65
4. Pelaksanaan Program Program pendidikan dan latihan dalam bidang kejuruan Automotive Mechatronic dikembangkan dan dilaksanakan secara profesional dan terpola untuk program kualifikasi dan sertifikasi di tingkat yang lebih tinggi mulai tingkat operasional bengkel sampai ke jajaran manajemen. Ini merupakan bagian dari rencana pengembangan karir dalam jaringan Mercedes-Benz di Indonesia. Sebagai persyaratan kualifikasi dasar, program pendidikan dan latihan 3 tahun ini mencakup semua aspek teknologi yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan bidang otomotif dengan pola pelaksanaan seperti ditunjukkan pada gambar dibawah. Sdr. Syarifan mengatakan: ”disini kami benar-benar belajar secara lengkap dan disiapkan untuk bisa bekerja mandiri sebagai teknisi” dia mengistilahkan kegiatan pelatihan sebagai ”belajar lengkap dari bumper depan sampai bumper belakang”
66
Diagram1: program pelatihan 3 tahun, bersumber dari panduan program pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia
Program pendidikan dilaksanakan dengan tahapan dan tingkat kesulitan yang dibagi dalam kelompok tahun sebagai berikut: Tahun I Para siswa mulai program pendidikan dan latihan tingkat dasar yang materinya meliputi pelatihan dasar teknik umum, dasar-dasar teknologi otomotip dan sebagai materi penunjang diberikan juga Pelatihan bahasa Inggris. Bekal ketrampilan Bahasa Inggris diberikan untuk memudahkan para siswa dalam menggunakan literatur teknik yang diterbitkan secara online dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Pada akhir tahun I para siswa dikirim ke bengkel dealer resmi MercedesBenz untuk melaksanakan program OJT (On The Job Training) untuk mendapatkan pengalaman kerja nyata.
67
Sdr. Rachmat Fauzan dalam salah satu wawancara menjelaskan:4 ”Tahun pertama merupakan tahun yang terberat bagi kami para siswa. Disamping harus beradaptasi dengan banyak hal baru yang belum pernah kami temui selama di SMU, kami harus mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang kami sendiri merasa berontak terhadap tujuan yang masih sangat ngambang bagi kami meskipun dijelaskan berkali-kali oleh para instruktur dan pembimbing praktek kami”. Sdr. Hadi Bayu Aji menambahkan:5 ”Kami diterjunkan ke bengkel resmi Mercedes-Benz dengan bekal yang kami rasa sangat minim, dalam kondisi begini kami herus menangani mobil yang harganya sangat mahal. Meskipun dibawah pengawasan dan bimbingan tenaga ahli, masih ada keraguan pada diri kami untuk melaksanakan pekerjaan, diperlukan keyakinan dan keberanian serta kemauan untuk bertanya kepada pembimbing kami di lapangan. Setelah kembali ke training center barulah kami sadar bahwa itu merupakan proses pembentukan keberanian dan rasa percaya diri untuk meju ke tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi”.
Pada tahap pertama disini para siswa harus beradaptasi dengan banyak ahl baru yang biasanya belum pernah mereka temui sewaktu SMU. Di tahap pertama ini banyak siswa yang merasa dirinya tidak sanggup lagi dalam melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini karena mereka dalam masa transisi dari SMU. Tahun II Tahun II merupakan titik awal bagi para siswa untuk memulai program pendidikan dan latihannya dalam materi khusus teknologi Mercedes-Benz dalam lingkup kendaraan penumpang maupun kendaraan niaga. Bahasa Inggris tetap merupakan program penunjang guna mempermudah dan mempercepat para siswa mengikuti perkembangan teknologi terkini.
4 5
. Wawancara dilakukan dengan siswa Rachmat Fauzan pada tanggal 30 May 2010 . Wawancara dilakukan dengan siswa Hadi Bayu Aji pada tanggal 30 May 2010
68
Pada setiap akhir semester tahun II ini para siswa kembali diberikan tugas untuk OJT dibengkel dealer dan pemilik armada Mercedes-Benz untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari selama pelatihan. Sdr Syarifan menjelaskan:6 Di tahun kedua ini kami mulai benar-benar fukus pada materi teknik kendaraan Mercedes-Benz. Dari pengalaman lapangan yang kami dapatkan pada saat praktek bengkel di tahun pertama, kami lebih cepat dapat memahami materi pelatihan yang diberikan. Metode yang diterapkan benar-benar effektif dimana para siswa dapat mengatur materi yang dipelajari sesuai dengan kapasitas masing-masing. Diberikan bebebasan waktu belajar sampai malam hari dan bahkan pada hari libur pun kami diperbolehkan untuk melakukan praktek mandiri”.
Di tahun kedua atau yang biasanya yang lebih dikenal dengan tahap kedua yaitu para siswa harus sudah benar-benar fokus terhadap materi teknik kendaraan yang diberikan oleh para instruktur dengan metode yang diterapkan benar-benar efektif agar mereka siap. Tahun III Tahun III merupakan tahun penentuan bagi para siswa atas keberhasilan program pendidikan dan latihannya. Pada periode ini diberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan tingkat mahir di bidang Automotive Mechatronik, yaitu penggabungan antara sistem mekanik dan sistem elektronik yang diterapkan di kendaraan Mercedes-Benz. Program Bahasa Inggris tetap diberikan dan sebagai bekal tambahan diberikan juga pelatihan komunikasi dan presentasi teknik. On The Job Training juga diwajibkan dalam tahun III ini dengan konsentrasi pada kemampuan kerja mandiri. Ini merupakan tahap On The Job
6
. Wawancara dilakukan dengan siswa Syarifan pada tanggal 30 May 2010
69
Training dimana para siswa diperlakukan dan diberi tanggung jawab yang sama dengan para teknisi di lapangan. Ujian akhir dan sertifikasi dilaksanakan padatahun ke III ini guna mengukur pengetahuan dan ketrampilan para siswa dan sekaligus menentukan kelulusan dari program pendidikan dan latihan yang diikuti selama 3 tahun. Sdr Benz Susanto mengatakan:7 ”Tahun ketiga kami sebut sebagai tahun spesialis, karena setelah mempelajari hal umum pada tahun pertama dan kedua kami mulai diarahkan pada spesialisadi diagnosa kerusakan dan harus mampu mengambil keputusan dengan tepat untuk penggantian suku cadang. Sekali salah analisa maka uang puluhan juta yang merupakan harga suku cadang yang salah ganti akan keluar dengan sia-sia. Ini kan sama seperti resiko dokter spesialis, sekali salah bedah maka nyawa pasien adalah taruhannya”.
Di tahap ketiga para siswa sudah mulai masuk ke bagian spesialis, karena mereka telah mempelajari hal umum pada tahun pertama dan kedua sehingga ditahun ketiga ini para siswa sudah harus bisa mendiagnosa kerusakan dan mereka juga harus mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam penggantian suku cadang.
7
. Wawancara dilakukan dengan siswa Benz Susanto pada tanggal 30 May 2010
70
Tabel 3 Subyek Penelitian NO
NAMA
AKSI DAN KOMUNIKASI
1
Benz Susanto
”Tahun ketiga kami sebut sebagai tahun spesialis, karena setelah mempelajari hal umum pada tahun pertama dan kedua kami mulai diarahkan pada spesialisadi diagnosa kerusakan dan harus mampu mengambil keputusan dengan tepat untuk penggantian suku cadang. Sekali salah analisa maka uang puluhan juta yang merupakan harga suku cadang yang salah ganti akan keluar dengan sia-sia. Ini kan sama seperti resiko dokter spesialis, sekali salah bedah maka nyawa pasien adalah taruhannya”.
2
Syarifan
Di tahun kedua ini kami mulai benarbenar fukus pada materi teknik kendaraan Mercedes-Benz. Dari pengalaman lapangan yang kami dapatkan pada saat praktek bengkel di tahun pertama, kami lebih cepat dapat memahami materi pelatihan yang diberikan. Metode yang diterapkan benar-benar effektif dimana para siswa dapat mengatur materi yang dipelajari sesuai dengan kapasitas masing-masing. Diberikan bebebasan waktu belajar sampai malam hari dan bahkan pada hari libur pun kami diperbolehkan untuk melakukan praktek mandiri”.
3
Hadi Bayu Aji
”Kami diterjunkan ke bengkel resmi Mercedes-Benz dengan bekal yang kami rasa sangat minim, dalam kondisi begini kami herus menangani mobil yang harganya sangat mahal. Meskipun dibawah pengawasan dan bimbingan tenaga ahli, masih ada keraguan pada diri kami untuk melaksanakan pekerjaan, diperlukan keyakinan dan keberanian
71
serta kemauan untuk bertanya kepada pembimbing kami di lapangan. Setelah kembali ke training center barulah kami sadar bahwa itu merupakan proses pembentukan keberanian dan rasa percaya diri untuk meju ke tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi”.
4
Rachmat Fauzan
”Tahun pertama merupakan tahun yang terberat bagi kami para siswa. Disamping harus beradaptasi dengan banyak hal baru yang belum pernah kami temui selama di SMU, kami harus mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang kami sendiri merasa berontak terhadap tujuan yang masih sangat ngambang bagi kami meskipun dijelaskan berkali-kali oleh para instruktur dan pembimbing praktek kami”.
72
Diagram 2: Proses Pelatihan dengan pola magang selama 3 tahun
Keterampilan kerja dan kinerja para lulusan sececara terus menerus diukur/dievaluasi oleh para atasan langsung dan oleh Central Training Department melalui sistem test sebagai alat untuk menganalisa kebutuhan pelatihan selanjutnya. Hasil evaluasi dijadikan sebagai masukan bagi Central Training Department untuk melakukan pengembangan lebih lanjut dan sekaligus juga dipergunakan untuk menentukan kemampuan para lulusan untuk program kualifikasi dan sertifikasi pada tinggkat yang lebih tinggi.
5. Evaluasi Evaluasi program atau kegiatan community relations dalam konteks PR, pada dasarnya menggunakan tahapan atau langkah yang sama dengan evaluasi program lainnya, yang membedakan hanya jenis dan isi programnya. Evaluasi secara berkesinambungan dilakukan dengan cakupan evaluasi meliputi:
73
a. Manfaat program bagi perusahaan dan peserta program b. Kualitas program dan kesesuaian dengan teknologi terkini c. Effesiensi biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan program Hasil evaluasi yang secara terus menerus dilakukan dalam proses pelatihan dan pasca pelatihan dijadikan sebagai bahan masukan untuk upaya pengembangan dan peningkatan mutu program serta upaya dalam meningkatkan kualitas tenaga instruktur sebagai pelaksana program. Tidak ketinggalan, mutu sarana dan prasarana juga merupakan bagian yang secara terus menerus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan lapangan. Sejak tahun 1978 - yaitu tahun berdirinya Pusat Pelatihan, Central Training Department telah melatih sebanyak 770 orang dengan statistik lulusan seperti ditunjukkan pada diagram berikut.
Diagram 3: Statistik siswa dalam periode 1978 - 2010
74
Diagram 4: Distribusi/penempatan lulusan 138, 18% 378, 49%
148, 19% 105, 14%
Dealer
Pemilik armada
Internal
Bengkel umum
General Manager PT. Adedanmas – Bpk. Mardi dalam konteks evaluasi mengatakan: 8 “Central Training Department di Ciputat kami jadikan sebagai penyedia utama tanaga teknisi bagi dealer kami, bukan hanya untuk bagian bengkel tetapi juga untuk bagian-bagian lain yang berhubungan dengan teknik. Kami tidak lagi menerima teknisi dari tempat lain”. Pernyataan tersebut diatas merupakan salah satu bukti bahwa program pelatihan yang dilaksanakan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department di Ciputat benar-benar merupakan program yang sangat efektif untuk para dealer sebagai pengguna tenaga lulusan dan juga masyarakat sebagai applicant dalam program beasiswa dalam konteks CSR ini.
B. Faktor Pendukung dan Penghamabat Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi di lapangan, ditemukan bahwa dalam melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif, ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan dan faktor-faktor yang menghambat tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan otomotif. 8
. Wawancara yang dilakukan di PT. Adedanmas tempat para siswa yang diterima bekerja, wawan cara dilakukan pada tanggal 11 May 2010
75
1. Faktor Pendukung. a. Tersedianya sarana dan prasarana yang kompetitif sehingga membantu dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan otomotif. Kepala Asrama Bpk. Suparno menjelaskan:9 ”sarana dan prasarana keseluruhan yang dibutuhkan disini telah disediakan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department di Ciputat. Sarana disini yaitu adanya asrama yang disediakan sebagai akomodasi para siswa, ”
Sarana dan prasarana yang ada di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia telah disediakan keseluruhannya, dari asrama, tempat praktek, tempat olah raga, alat-alat praktek dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sdr. Hadi Bayu Aji:10 “Sarana dan prasarananya benar-benar memadai dan lengkap seperti asrama, lapangan olah raga, alat-alat mesin untuk praktek dari alat yang terkecil sampai yang terbesar. Kita juga disediakan beberapa mobil yang khusus digunakan untuk praktek pelatihan keterampilan otomotif, hingga kamijuga dikasih makan disini.”
b. Adanya kerjasama dengan dealer-dealer Mercedes-Benz dan pemilik armada angkutan (bus dan truk) yang berada diseluruh Indonesia menjamin tersedianya lapangan kerja bagi para lulusan. Sdr. Benz Susanto menjelaskan:11 Hubungan erat antara training center dengan dealer dan pemilik armada menjamin tersedianya lapangan kerja pada saat kami lulus nanti. Ini merupakan pendorong semangat yang sangat tinggi dan memberikan rasa aman bagi para siswa tentang masa depan yang cukup menjanjikan”.
9
. Wawancara dilakukan dengan kepala asrama Bpk. Suparno pada tanggal 3 May 2010 . Wawancara dengan siswa Hadi Bayu Aji pada tanggal 30 May 2010 11 . Wawancara dengan siswa Benz Susanto pada tanggal 30 May 2010 10
76
Sdr. Rachmat Fauzan menambahkan:12 Kapan saja kami mau belajar baik teori maupun praktek, baik di dealer maupun di training center selalu tersedia waktu dan sarana belajar yang memadai.
c. Baik dari jajaran komisaris, direksi, manajemen, dan karyawan memandang bahwa program pelatihan keterampilan otomotif sangat penting, karena dari program tersebut diharapkan Bpk. Eko Satiyodiwarno menjelaskan: ”Dalam jaringan Mercedes-Benz sumberdaya manusia dianggap sebagai asset yang sangat berharga, pembinaan dan pengembangan karir sangat diperhatikan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dilakukan dengan tanpa batas guna meningkatkan mutu pelayanan bagi produk dan pelanggan”.
Sdr. Syarifan menambahkan: ”Bahkan pada saat masa praktek di dealer kami juga diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan/pelatihan yang ada di dealer menunjukkan bahwa kesempatan belajar dan pengembangan karir terus terbuka lebar bagi kami”
2. Faktor Penghambat Dalam perjalanan pengenalan dan pelaksanaan program yang dijalankan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia, beberapa hambatan muncul terutama menyangkut pola pikir dan kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Ini merupakan tantangan yang harus disikapi dengan penuh kesabaran dan upaya ekstra dalam meyakinkan masyarakat, antara lain: a. Pola pikir umum yang berkembang di masyarakat Indonesia bahwa Pendidikan dan Latihan Kejuruan bukan merupakan pendidikan formal yang nantinya menghasilkan gelar kesarjanaan atau Diploma. Hal ini membawa dan
12
. Wawancara dengan siswa Rachmat Fauzan pada tanggal 30 May 2010
77
mendasari satu anggapan bahwa Pendidikan dan Latihan Kejuruan merupakan titik akhir bagi pengembangan karir di masa mendatang. Sdr. Benz Susanto menjelaskan:13 ”Pada awalnya kami ragu dengan program pendidikan 3 tahun tapi bersifat non-formal. Orang tua kami menanyakan tentang bagaimana nanti kelanjutan karir kami tanpa ada ijazah pendidikan formal?” Sdr. Rachmat Fauzan juga menambahkan:14 ”Kami sempat beranggapan bahwa ini adalah ujung/akhir dari karir kami – sekali jadi teknisi akan terus jadi teknisi seumur hidup. Demikian anggapan kami sebelum mengetahui tentang sistem pengembangan karir yang ada di jaringan Mercedes-Benz.” b. Sebagian besar literatur menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa Jerman. Ini merupakan tantangan bagi para siswa untuk belajar keras dalam penguasaan Bahasa Inggris sebagai syarat minimum untuk dapat menggunakan literatur dan memahami instruksi kerja yang diberikan. Sdr. Syarifan menjelaskan:15 Bagi siswa baru yang berasal dari kampung seperti saya, Bahasa Inggris adalah bagian yang tersulit selama belajar di SMK, sekarang saya tidak punya pilihan lain. Satu-satunya cara untuk bisa mengikuti pelatihan adalah dengan mempelajari Bahasa Inggris sampai benaribenar mampu menggunakannya.” Sdr. Hadi Bayu Aji menambahkan:16 Buat mekanik yang nantinya kerja di bengkel seperti kami, apa masih perlu menguasai Bahasa Inggris? Ternyata memang perlu sekali, karena tanpa kemampuan Bahasa Inggris yang baik maka kami tidak akan bisa berkembang dilapangan.”
c. Faktor disiplin yang belum dibiasakan dari awal menyebabkan sikap sedikit berontak pada saat awal para siswa masuk dalam program Pendidikan dan Latihan yang menerapkan pola penanaman disiplin yang cukup tinggi. 13
. Wawancara dengan Benz Susanto pada tanggal 30 May 2010 . Wawancara dengan Rachmat Fauzan pada tanggal 30 may 2010 15 . Wawancara dengan Syarifan pada tanggal 30 May 2010 16 . Wawancara dengan Hadi Bayu Aji pada tanggal 30 May 2010 14
78
Sebagai salah satu tenaga instruktur dalam Program Pendidikan dan Latihan - Bpku Bpk. Yosep Kuma menyampaikan: ”faktor penghambat utama dalam mengawali program Pendidikan dan Latihan ini adalah pembiasaan sikap disiplin bagi para siswa. Untuk membentuk kedisiplinan para siswa dibutuhkan waktu yang cukup lama (sampai satu bulan) dengan upaya yang cukup menyita energi.”. ”Kedispilinan anak-anak didik sangat kita tekankan, karena ini berpengaruh nanti ketika dia bekerja.
Tabel 4 Analisa faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan program peltihan keterampilan otomotif NO
FAKTOR PENDUKUNG
FAKTOR PENGHAMBAT
1.
Fasilitas Pendidikan & Pelatihan modern yang memadai Komitmen perusahaan dalam memberikan subsidi biaya pelaksanaan program Kerja sama yang baik dengan para dealer dan pemelik armada angkutan dalam penyerapan lulusan
Displin yang rendah dari para siswa pada awal pendidikan Orientasi dan minat masyarakat masih relatip rendah terhadap program pendidikan non formal Sulitnya mendapatkan calon siswa yang sesuai dengan persyaratan masuk program Pendidikan dan Latihan.
2.
3.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan temuan data dan analisa yang telah diutarakan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1.
Tahapan
pelaksanaan
Pemberdayaan
Masyarakat
PT.
Mercedes-Benz
Distribution Indonesia Ciputat melalui program pelatihan keterampilan otomotif. Didalam tahapan pelaksanaan tersebut dapat disimpulkan bahwa didalam pengumpulan fakta dijelaskan bahwa sebagai tahap awal perumusan program maka dala hal ini PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ciputat tentunya harus menentukan langkah dan program berdasarkan hasil analisa yang dilakukan secara menyeluruh mencakup kebutuhan jaringan perusahaan dan kesenjangan/kebutuhan bantuan pada satu daerah/wilayah, Penentuan Tujuan dalam tahap penentuan tujuan ini dilakukan beberapa analisa melalui survey yang dilaksanakan di kedua area (sumber daya perusahaan dan kondisi social masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan guna menentukan jenis kegiatan lengkap dengan tujuannya dan target kelompoknya serta penentuan departemen yang akan melaksanakan kegiatan tersebut., Perencanaan dan Pemograman dalam tahap ini diperlukan data yang akurat tentang jumlah dana atau budget yang diperlukan, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dikerahkan dan dilibakan, keterampilan apa saja yang mesti dimiliki oleh mereka yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapinya, Aksi dan Komunikasi, didalam tahapan ini dijelaskan bahwa program 79
80 pendidikan dalam bidang kejuruan atomotif mekanik dikembangkan dan dilaksanakan secara profsional dan terpola untuk program kualifikasi dan sertifikasi ditingkat yang lebih tinggi mulai tingkat operasional bengkel samapi ke jajaran manajemen, Evaluasi didalam evaluasi ini program atau kegiatan community relations dalam kontekn PR , dasarnya menggunakan tahapan atau langkah yang sama dengan evaluasi program lainnya, yang membdekan hanya jenis dain isi programnya. 2. Faktor pendukung dan Faktor Penghambat dalam pelatihan keterampilan otomotif Faktor Pendukung Tersedianya fasilitas pendidikan dan pelatihan modern yang memadai, kerja sama yang baik dengan para dealer dan pemilik armada angkutan dalam penyerapan lulusan. Faktor Penghambat Rendahnya disiplin para siswa pada awal pendidikan, minat masyarakat masih relatif rendah terhadap program non-formal, dan sulitnya mendapatkan calon siswa yang sesuai dengan persyaratan masuk program pendidikan dan pelatihan.
B. SARAN Berdasarkan analisa data dan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang ingin disampaikan penulis, anatara lain:
81 1.
Tahapan
Pelaksanaan
Pemberdayaan
Masyarakat
PT.
Mercedes-Benz
Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatatihan Keterampilan Otomotif Saran penulis dalam tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia melalui program pelatihan keterampilan otomotif adalah PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia di dalam aksi dan komunikasi agar memberikan informasi mengenai pelatihan keterampilan otomotif lebih sering agar masyarakat.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Saran penulis dalam faktor pendukung yaitu PT. Mercedes-Benz Diharapkan dapat mempertahankan kerjasama yang baik dengan para dealer dan pemilik armada angkutan dalam penyerapan lulusan, fasilitas pendidikan dan pelatihan yang sudah modern dan memadai diharapkan dijaga dengan baik karena dengan fasilitas yang bagus kegiatan pelatihan keterampilan otomotif dapat berjalan dengan baik. Faktor penghambat yaitu perusahaan diharapkan dapat mengurangi beberapa standar persyaratan yang menyebabkan para calon siswa gagal masuk tes di tempat pelatihan keterampilan otomotif, dan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia diharapkan dapat meberikan penyuluhan terhadap masyarakat agar masyarakat dapat tertarik terhadap program pendidikan non-formal.
82
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anshori, Ibnu, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM. Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007 Banthos, Basir, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Cordoso, Faustino Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset, 1995 Fadhilah, Amir, “Budaya Politik Kyai di Pedesaan : Studi Kasus Kyai Pesantren di Kabupaten Pekalongan.” Tesis S 2 Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 2004 Gulo, W, Strategi Belajar Mengajar. Jakartta: Grafindo, 2002 Hamalik, Oemar, Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2005 Isbandi Rukminto, Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002 Isbandi Rukminto, Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. 2003 Makmur, Syarif, M.si. Drs, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008 Moleong, J. Lexi, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Newman, Lawrence. W. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 4th. Edition , USA, Pearson Education Company. 2000 Notoadmojo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
83 Poerwandari, Kristi. E, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologis. Jakarta: LPSP3-UI, 1998. Cet ke-1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003 Probis, Soepomo Sita, “Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prinsip GCG” Harian Republika, Rabu 24 Oktober 2004 Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004 Samana, A, S.pd. Drs, Sistem Pengajaran Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Perkembangan Metodologisnya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992 Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama. 2005 Sutopo, B. Heribertus, Metodologi Penelitian Kualitatif. Metodologi Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996 Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia, 1978
INTERNET Http://irwanputra.wordpress.com/kursus-otomotif/diakses tanggal 12 Februari 2010
84
85
Panduan Wawancara
Nama
: Bpk. Eko Setiyodiwarno
Jabatan
: Deputy Direktur
Waktu
: Pkl. 12.00 – 13.00 WIB
Tempat
: Diruangan kantor.
1. Kapan dan bagaimana sejarah berdirinya PT. Mercedes-Benz Indonesia? Jawab: Kalau saya diminta menjelaskan sejarah perusahaan ya itu memang bagian dari kewajiban saya berdasarkan persyaratan ISO 9001 dimana seorang pimpinan departemen seperti saya harus tahu sejarah perusahaan. Tapi sembentar ya, biar pasti saya mesti buka contekan dulu boleh kan?, begini sejarahnya, anda copy saja deh!: 1894
•
1907
•
1970
•
•
• 1973 1978
• • •
Kendaraan pertama Mercedes-Benz masuk ke Indonesia, Benz-Model Phaeton (2000 cc 1 cylinder 5 hp for eight people), yang dimiliki oleh Susuhunan Surakarta Kendaraan pertama Daimler-Britse Daimler (4 cylinder 45 hp) di Indonesia, yang dimiliki oleh Susuhunan Solo. Jangan salah lho Sunan Solo itu njuga kaya. Kerja sama antara Mercedes-Benz dan Volkwagen dalam perakitan kendaraan di Jakarta, terus dimulailah perakitan kendaraan niaga Mercedes-Benz di Tanjung Priok PT Star Motor Indonesia didirikan sebagai agen tunggal Daimler-Benz AG di Indonesia, berlokasi di Jl. Cik Ditiro, Jakarta PT German Motor Manufacturing didirikan sebagai pabrik pembuat dan perakit produk Daimler-Benz di Indonesia, berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara Mulai perakitan kendaraan sedan di Tanjung Priok Pendirian Pabrik Perakitan di Wanaherang Bogor Pembukaan resmi Apprentice Training Center dan After Sales Service di Ciputat
86
1979
•
1981 1982
• •
1983 1985
• •
1996
•
17 Nopember • 1998 Maret 2000 • Juni 2000
• •
31 2008
Januari • •
Berakhirnya kerja sama antara Perakitan Bus di Wanaherang dengan Volkswagen Dimulainya perakitan truk Peresmian PT German Motor Manufacturing di Wanaherang Pendirian PT Star Engines Indonesia di Wanaherang Dimulainya perakitan mesin Mercedes-Benz oleh PT Star Engine Indonesia Memperoleh sertifikasi ISO 9001 menjadi perusahaan manufacturing pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi Penggabungan DaimlerChrysler Indonesia DaimlerBenz AG dengan Chrysler Corp. USA Pengambil alihan PT Star Engine Indonesia oleh PT German Motor Manufacturing PT Star Motors Indonesia berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia PT German Motor Manufacturing berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Indonesia PT DaimlerChrysler Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Indonesia PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia
2. Apa visi dan misi, dari PT. Mercedes-Benz Indonesia? Jawab: Nah ini justru makanan sehari-hari, malah wajib ditempelkan di dinding. Visi Menjadi nomor 1 dalam hal Mutu, Citra dan Keuntungan dalam sector Automotive di Indonesia Misi 1. Melampaui kepuasan pelanggan dalam segala hal yang kita lakukan 2. Secara terus menerus meningkatkan efektivitas Sistem Management Mutu dan Proses Bisnis 3. Secara terus menerus meningkatkan mutu produk dan layanan 4. Mempunyai kultur perusahaan yang berorientasi pada team dan keterbukaan dengan melibatkan seluruh karyawan melalui kepemimpinan dan penerima delegasi tanggung jawab 5. Sadar akan kelestarian lingkunan 6. Menjalin hubungan professional dengan pasangan bisnis
87
3. Dalam konteks CSR dan Community Relation, sejak kapan perusahaan mulai melibatkan diri pada kegiatan sosial bagi stakeholder? Jawab: Mercedes-Benz itu sudah sangat peduli dari awal, jadi perusahaan telah memulai kegiatan CSR dan Community Relation berdirinya di Indonesia yaitu pada tahun 1970-an, hanya saja pada saat itu sifatnya tidak terprogram dan hanya melakukan kegiatan dalam bentuk bantuan-bantuan spontan pada saat ada kebutuhan dari masyarakat. Masyarakat minta, kita memberi.......begitulah nseterusnya. Semakinh tumbuh bisnis di Indonesia, terutama setelah didirikannya Pusat Pelatihan pada tahun 1978, kegiatan Community Relation dan CSR mulai terfokus pada upaya peningkatan ketrampilan otomotif.. Haabis mau bikin apa lagi? Kan ini sudah jadi program perusahaan. Ini program yang sangat effisien baik bagi masyarakat maupun perusahaan karena sifatnya timbal balik. Perusahaan dalam upaya pemenuhan tenaga kerja trampil dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan dalam bentuk pemberian kesempatan kerja dengan imbalan yang layak dan dilanjutkan dengan kemungkinan pengembangan karir yang baik. Jadi apa coba kurangnya? 4. Mengapa pelatihan ketrampilan otomotif yang dipilih oleh perusahaan dalam konteks Community Relation ini? Jawab: Kalau anda mempunyai keahlian dibidang ”menjahit”, apa akan membuka kegiatan dibidang ”memasak”? Tentunya tidak kan? Yang bener aja!!!. Ini tentunya sangat berseberangan dengan bidang keahlian kita yang beresiko membuahkan hasil yang tidak optimal alias buangbuang energi dan biaya. Mendingan buat piknik karyawan saja biar mereka seneng. Perusahaan mengambil bidang ketrampilan otomotif sebagai kegiatan pokok karena karena beberapa pertimbangan bisnis, sosial dan efisiensi bagi perusahaan sebagai pelaku bisnis, masyarakat sebagai peserta program dan sosial dalam memberikan kesempatan belajar dan kesempatan kerja pasca program. Hebat kan? Dengan program pelatihan ketrampilan otomotif tidak perlu dilakukan persiapan dan investasi yang dimulai dari ”nol”, dalam hal ini perusahaan dapat sekaligus memanfaatkan sumber daya dan sumber dana yang memang dianggarkan oleh perusahaan guna pengembangan bisnis. Memang dalam hal ini diperlukan pengembangan dan expansi kapasitas seiring dengan peningkatan kebutuhan di masyarakat dan perusahaan yang terus berkembang secara paralel. Manfaatnya instant bagi perusahaan maupun masyarakat.
88
Tahu nggak?, kalau diibaratkan ini seperti tanam cabe, panen terus makan.......langsung terasa pedesnya. Kalau gagal ya jadi sakit perut gitu. 5. Manfaat apa yang dirasakan oleh perusahaan (management) dari kegiatan Community Relation ini? Jawab: Kalau nggak ada manfaatnya ngapain juga dijalankan? Kita disini selalu membidik sasaran dengan tepat.......... meleset ya berarti buang peluru dong. Bagi perusahaan jelas seperti tadi saya jelaskan bahwa perusahaan akan memenuhi kebutuhan tenaga trampil melalui program dan bersamaan dengan itu perusahaan juga memiliki eksistensi yang baik di mata publik. Pada saat masyarakat mengalami kesulitan akan biaya pendidikan dan ditambah lagi dengan lapangan pekerjaan, perusahaan membuka peluang bagi mereka yang berprestasi untuk belajar dan sekaligus jaminan masa depan. 6. Bagaimana tahapan pelaksanaan community relations melalui program pelatihan keterampilan otomotif yang dilakukan oleh perusahaan? Jawab: Tahapan-tahapan kami ya seperti biasa............mulai dari analisa kebutuhan perusahaan dalam pengembangan jaringan bisnis dan kondisi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan kesempatan belajar dan lapangan kerja. Terus data itu kita olah untuk menyesuaikan program bagi calon peserta dan kebutuhan jaringan. Habis itu kita hitung deh sumber daya, biaya bagi pelaksanaan program serta kapasitas tempat pelatihan, Kalau sudah siap semua saya terus kerahkan tim buat menyebar informasi kepada publik tentang akan dimulainya program pelatihan dan sekaligus melakukan rekruitment bagi calon peserta program. Evaluasi sudah pasti dong dilakukan secara berkala dimulai dari awal program, pertengahan, akhir program dan dilanjutkan dengan evaluasi rutin terhadap para lulusan dengan tindak lanjut pelatihan untuk tingkat yang lebih tinggi. 7. Apakah PT. Mercedes-Benz menjalin kerjasama dengan perusahaan atau lembaga lain dalam pelatihan keterampilan otomotif? Jawab: Wah......kalau tidak ada mereka kita tidak bisa apa-apa. Siapa yang mau beri kesempatan praktek kerja lapangan? Terus sapa juga yang
89
mau pakai tenaga lulusan? Masa habis latihan 3 tahun terus jadi pengangguran? Sayang dongggg. Dalam pelatihan ketrampilan otomotif PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia bekerja sama dengan Dealer Resmi Mercedes-Benz dan Pemilik Armada Angkutan (bus dan truk) yang di seluruh Indonesia. Kerja sama yang dilakukan disini dalam bentuk pemanfaatan bengkel dealar dan pemilik armada sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan (On The Job Training) yang dilanjutkan dengan penempatan para lulusan diklat untuk bekerja di bengkel dealer dan pemilik armada Mercedes-Benz. Kan dari tadi saya sudah bilang.........”.jaminan masa depan bagi para lulusan”. 8. Selama ini apakah ada keluhan dari pengguna tenaga lulusan dari lembaga pelatihan ini, misalnya karena kemampuan mereka pada saat diterjunkan bekerja di lapangan? Jawab: Bukan manusia kalau nggak ngeluh, biar baik tetep saja pera pemakai lulusan pada ngeluh. Tapi bagus sih buat kami terus berusaha meningkatkan program. Kami sudah cukup tua........30 tahunan lebih. Dengan perjalanan yang sudah sepanjang ini pastilah ada masukan-masukan dari pengguna lulusan mengenai mutu ketrampilannya. Bagi kami keluhan seperti itu justru jadi masukan berharga bagi guna meningkatkan mutu program secara berkesinambungan. Kami tidak pernah diam diri baik ada keluhan maupun tidak ada keluhan. Faktor pemicu pengembangan bagi kami adalah kemajuan teknologi yang diterapkan di bidang otomotif. Pokoknya maju terus demi mutu. 9. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pelatihan? Jawab: Kalau soal langkah, kami ini nggak pernah berhenti melangkah biarpun kadang-kadang terasa cape juga. Bukan Cuma langkah........tapi lari biar bisa ngejar. Buat fasilitas pelatihan kami terus menerus melakukan investasi peralatan dan model yang dipergunakan dalam pelatihan guna menyesuaikan diri terhadap perkembangan kendaraan di pasar. Dan terhadap sumber daya manusia perusahaan secara rutin mengirimkan tenaga instruktur untuk mengikuti pelatihan baik didalam maupun di luar negeri. Tenaga instruktus juga harus menjalani sertifikasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan pusat di Jerman.
90
Soal peningkatan mutu instruktur, kita nggak main-main dan jelas nggak mau sampai malu di lapangan. Yang kita usung itu logo ”bintang” lhoooo. 10. Apakan ada rencana perusahaan untuk mengembangkan program Community Relation dalam bentuk lain? Jawab: Sementara ini dulu deh sampai kita merasa bener-bener mampu dan perlu untuk melakukan nyang lainnya. Sementara ini kami masih fokus pada kegiatan latihan ketrampilan otomotif dalam konteks pemenuhan kebutuhan dan manfaat timbal balik. Pada masa-masa mendatang tetap terbuka kemungkinan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi kegiatan yang masih dalam koridor pelatihan ketrampilan akan tetapi target kelompoknya berkembang ke sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya dalam upaya peningkatan mutu program pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Yaaahhh, biar dikit tapi kan sudah bantu pemerintah
91
Nama
: Benz Susanto
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 12.00 – 13.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Saya sekarang sudah berada di tahun ketiga, berarti sudah hampir selama 3 tahun saya berada dan mengikuti program pelatihan disini. Sebentar lagi pelatihan saya akan selesai dan akan diakhiri dengan wisuda.
2.
Dari mana anda mengetahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Saya tahu adanya tempat pelatihan ini pas saya liat dari salah satu berita di Metro TV yang menayangkan acara wisuda para lulusan. Beberapa hari kemudian saya membaca iklan dikoran yang menyebutkan bahwa PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia membuka pendaftaran angkatan baru untuk pelatihan., kemudian saya datang ke Ciputat dan mendaftarkan diri untuk mengikuti program.
3.
Alasan anda untuk masuk di tempat pelatihan keterampilan otomotif itu apa? Jawab: Alasan saya masuk sini ya karena memang dari awal saya memang tertarik sama otomotif dari kecil, jadinya saya kembangkan lagi dengan baik di tempat pelatihan ini.
4.
Oh.......Jadi anda memang sudah niat dari awal untuk masuk tempat pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab:
92
Iya mbak, lagi pula saya juga pengen buka bengkel mbak makanya saya belajar di sini. 5.
Terus bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Pelatihan disini dilakukan secara profesional dengan tenaga instruktur yang handal dan para lulusan disini juga dapat sertifikasi dari Jerman. Peralatan yang dipergunakan disini semuanya sangat lengkap dan bahkan pas kita praktek kita pake mobil baru sebagai model. Udah gitu para siswa diwajibkan tinggal di asrama selama pelatihan jadinya kesempatan untuk berdiskusi, belajar dalam waktu ektra sangat besar. Pokoknya, lulusan dari sini dijamin jadi teknisi yang trampil dan pastinya bakalan dapat lapangan kerja tanpa harus melamar kesana kemari pada saat lulus nanti.
6.
Wah enak banget dong kalau gitu, lulus langsung dapat kerjaan jadinya nggak perlu repot-repot buat ngelamar sana sini? Jawab? Iyalah, soalnya disini kerjasama sama dealer-dealer Mercedes-Benz yang ada diseluruh Indonesia, bahkan kita juga bisa bekerja di luar negeri.
7.
Terus selama anda melaksanakan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif disini, anda merasa kesulitan pas kapan? Jawab : Yang paling susah disini itu pas di tahun ketiga, soalnya waktu pas di tahun pertama dan kedua kita diarahkan pada spesialisasi diagnosa kerusakan dan kita juga harus bisa mengambil keputusan dengan tepat untuk penggantian suku cadang. Kalau misalnya sekali salah analisa maka uang puluhan juta yang merupakan harga suku cadang yang salah ganti Cuma keluar sia-sia Cuma gara-gara salah analisa doang, jadi sama kaya dokter spesialis, kalau misalnya salah bedah wah nyawa paien kan yang jadi taruhannya mbak, ya kan?(sambil tersenyum)
93
8.
Wah ternyata susah juga ya mas belajar otomotif?harus butuh kesabaran buat nyari kerusakan mobilnya? Jawab: Ya iyalah mbak, kalau kita nggak sabar ya kasian entar mbak sama customernya dan entar kitanya juga kena marah.
9.
Apa sih faktor pendukung dan Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab : Faktor pendukung disini kita belajar keterampilan otomotif disini yaitu kerena PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat mempunyai Hubungan erat antara training center dengan dealer dan para pemilik armada yang menjamin tersedianya lapangan kerja pada saat kita lulus nanti. Ini yang merupakan pendorong semangat yang sangat tinggi dan memberikan rasa aman bagi kita tentang masa depan yang cukup menjanjikan”. Terus faktor penghambatnya belajar disini yaitu pas kita ragu sama pendidikan yang bersifat non-formal ini, soalnya orang tua kita suka nanya gimana nantinya kamu kerja kalau kamu ikut pendidikan yang non formal yang ngga ada ijazahnya. Tapi kita para siswa disini meyakinkan orang tua bahwa mereka jangan khawatir kalau masalah kerjaan, soalnya disini kalau lulus pastinya sudah bakalan keterima kerja di dealer-dealer.
10.
Ya sudah kalau begitu mas, makasih ya atas waktunya! Jawab: Iya sama-sama, mbak.
94
Nama
: Rachmat Fauzan
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 16.00-15.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat peltihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Saya sekarang sudah 3 tahun saya berada dan mengikuti program pelatihan disini. Sebentar lagi akan ujuan akhir tahun kedua dan akan dilanjutkan dengan pemograman tahun ketiga.
2.
Dari mana anda ketahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Pas saya lagi UAS di sekolah terus ada petugas dari PT. MercedesBenz Distiburion Indonesia yang datang ke sekolah terus mereka pada masang brosur tentang penerimaan siswa baru di ciputat untuk pelatihan keterampilan otomotif.
3.
Terus anda langsung tertarik nggak sama brosur tersebut? Jawab: Ya......awalnya sich nggak mbak soalnya saya awalnya mau nyoba daftar ke perguruan tinggi. Tapi berhubung orang tua saya nggak punya biaya buat nguliahin saya di perguruan tinggi jadinya saya nyoba-nyoba daftar disini lagi pula nggak ada salanya juga daftar disini soalnya udah terkenal sich mbak tempat disini apalagi kalau udah lulus pasti langsung keterima kerja dimana aja.
4.
sekarang setelah anda belajar disini menurut anda gimana? Jawab: Ya.....enak-enak aja sich mbak apalagi orang-orangnya pada seru-seru semua nggak pada sombong-sombong, soalnya disini semua orang sama, sama-sama belajar.
95
5.
Bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Menurut saya ini pelatihan keterampilan otomotif disini yang sangat baik dan bersifat sosial, soalnya sangat membantu kami yang berasal dari daerah dan dari kalangan yang kurang mampu karena pelatihan disini tidak menguras biaya. Yang penting disini adalah kemauan dan kesungguhan para siswa dalam menjalani program. Tentang fasilitas disini benar-benar sangat menjamin siswa yang mengikuti program dengan baik karena semua tersedia secara lengkap dan mutakhir.
6.
Memangnya disini fasilitas yang disediakan apa saja? Jawab: Disini kita disediakan asrama, satu kamar ditempati empat siswa, ada lapangan olah raga, terus fasilitas lainnya yaitu alat-alat yang dipake buat praktek disini semuanya lengkap.
7.
Selama anda melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini, kapan anda merasakan kesulitan dalam pelatihan? Jawab : Disini saya benar-benar merasa kesulitan pas pada tahun pertama, tahun pertama disini merupakan tahun yang terberat bagi para siswa. Disamping harus beradaptasi dengan banyak hal baru yang belum pernah saya temui selama di SMU, saya harus mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang saya sendiri merasa berontak sama tujuan yang masih sangat ngambang bagi saya meskipun dijelaskan berkali-kali oleh para instruktur dan pembimbing praktek kami
8.
Kalau boleh saya tahu maksudnya dari jawaban anda ngambang itu seperti apa? Jawab: Maksudnya itu tujuan program di tahun pertama yang masih ngambang buat saya yang baru mempelajarinya, karena kita harus beradaptasi sama hal baru yang belum pernah ditemui udah gitu kita juga mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang kita sendiri nggak tahu. 9. Apa sih faktor pendukung dan Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini?
96
Jawab: Kalau buat saya sich disini faktor pendukungnya kita bisa belajar mau teori atau praktek, baik itu di dealer maupun di training center selalu tersedia dan ditambah lagi sama sarana belajar yang benar-benar sangat memadai. Kalau yang faktor penghambatnya itu awalnya saya beranggapan bahwa ini adalah ujung/akhir dari karir kami, maksudnya sekali jadi teknisi ya....akan terus jadi teknisi seumur hidup. Tapi anggapan saya sebelum tahu tentang sistem pengembangan karir yang ada di jaringan Mercedes-Benz
10. emangnya tempat pelatihan keterampilan di luar nggak bisa belajar kapan aja? Jawab: Ya.......nggak juga sich, tapi disini enak aja semua yang kita butuhkan ada semua dan benar-benar memadai banget.
11.
oh.......begitu toh, ya sudah kalau begitu makasih ya mas atas waktunya! Jawab: Ya.....sama-sama
97
Nama
: Hadi Bayu Aji
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 12.00-13.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Saya sekarang baru 3 tahun dalam mengikuti program pelatihan disini. Sebentar lagi akan ujuan akhir tahun untuk masuk program tahun kedua. Mudah-mudahan lolos dari ujian akhir
2.
Dari mana anda ketahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Saya tahu adanya tempat pelatihan ini dari teman kakak saya yang kebetulan bekerja di perusahaan angkutan sebagai kebala bengkel disana. Begitu ada pengumuman penerimaan siswa baru saya langsung mendaftar lewat perusahaan tempat kerja teman kakak saya itu (PT LORENA).
3.
Apa alasan anda masuk ke sini? Jawab: Alasan saya masuk kesini biar saya bisa dapet kerja dengan cepat, soalnya saya masih harus ngebantu orang tua saya untuk biaya adekadek saya.
4.
Memangnya anda masih punya adek ya? Jawab: Ya saya masih punya adek dia sekarang kelas 2 SMU.
5.
Terus apa nantinya adek anda juga akan anda suruh masuk disini juga? Jawab: Ya......saya sich maunya dia masuk disini juga, tapi saya juga nggak mau maksa dia, saya mah terserah dia aja lah...
98
6.
Bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Kalau menurut saya pelatihan disini sangat menjamin masa depan para lulusannya nanti pada saat selesai mengikuti keseluruhan pemograman. Udah gitu ada jaminan mendapatkan pekerjaan tetap, jaminan ketrampilan yang tinggi dan jaminan masa depan dalam pengembangan karir. Begitu masuk disini saya sudah merasakan seolah-olah saya sudah bekerja karena semua programnya benar-benar disamakan dengan pekerjaan nyata di lapangan..
7. Selama anda melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini, kapan anda merasakan kesulitan dalam pelatihan? Jawab: Tingkat kesulitan saya disini yaitu pada saat kita diterjunkan langsung ke tempat bengkel resmi Mercedes-Benz yang kami rasa sangat minim, dalam kondisi seperti ini kita harus menangani mobil-mobil yang harganya bener-bener sangat mahal. Selama diterjunkan langsung ke bengkel kita tetap masih dibawah pengawasan dan bimbingan para instruktur atau tenaga ahli, soalnya masih ada keraguan pada diri kita untuk melakukan pekerjaan, udah gitu kita juga perlu keyakinan dan keberanian serta kemauan buat tanya kepada pembimbing kita dilapangan.setelah kembali ke training center barulah kita sadar bahwa itu semua proses pembentukan keberanian dan rasa percaya diri kami buat maju ke tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi lagi.
8.
Buat anda apa sih faktor pendukung dan Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab: Faktor pendukung disini yaitu sarana dan prasarana disini semuanya lengkap dan benar-benar memadai dimulai dari asrama, lapangan olah raga, alat-alat mesin yang dipake buat praktek dari alat-alat yang kecil sampai yang besar, udah gitu kita juga disediain beberapa mobil yang khusus dipake buat praktek pelatihan keterampilan otomotif, disini juga kita dikasih makan sehari-harinya. Terus faktor penghambat disini yaitu buat para mekanik yang nantinya pasti kerja dibengkel seperti kami, apa masih perlu menguasai bahasa inggris? Ternyata memang perlu sekali, soalnya kalau nggak ada
99
kemampuan bahasa inggris yang baik maka kita nggak akan bisa berkembang dilapangan. 9.
maksudnya anda itu kalau kita nggak menguasai bahasa inggris maka kita nggak bisa berkembang dilapangan? Jawab: Benar banget mbak, saya merasakannya sendiri.
10.
memangnya disini nggak diajarin pake bahasa inggris? Jawab: Diajarin mbak malahan setiap materi atau praktek pasti selalu pake bahasa inggris.
100
Nama
: Syarifan
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 16.00-15.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Sudah tahun ketiga dan sekarang sedang persiapan untuk menghadapi ujian untuk kelulusan
2.
Dari mana anda ketahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Dari brosur tentang penerimaan siswa baru di Ciputat, saya tertarik karena biaya untuk kuliah sangat berat bagi orang tua sayat..Saya langsung mengisi formulir pendaftaran di sekolah dan langsung saya kirimkan melalui pos ke PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia di Ciputat
3.
Bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa pendidikan dan pelatihan yang diberikan secara Cuma-Cuma mempunyai mutu dan fasilitas pelatihan yang begini hebatnya. Semua serba modern dan bahkan kalau kami bisa berprestasi maka peluang untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut di Jerman terbuka lebar bagi kami..
4.
emangnya selama ini anda tempat pelatihan keterampilan itu semua fasilitasnya gimana? Jawab:
101
Ya.....selama ini saya liat fasilitas di tempat pelatihan keterampilan pada biasa aja malahan bisa dibilang udah nggak layak lagi buat dipake 5.
Selama anda melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini, kapan anda merasakan kesulitan dalam pelatihan? Jawab: Ditahun kedua saya benar-benar merasa kesulitan, karena di tahun kedua ini benar-benar fokus sama materi teknik kendaraan MercedesBenz. Dari pengalaman lapangan yang udah kami dapatkan dilapangan pada saat praktek di bengkel tahun pertama, kami lebih cepat dapat memahami materi pelatihan yang diberikan. Metode yang diterapkan disini benar-benar effektif dimana para siswa dapat mengatur materi yang dipelajari sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan diberikan kebebasan waktu belajar sampai malam dan pada saat hari libur kami juga boleh melakukan praktek mandiri
6.
Buat anda apa sih faktor pendukung dan nggak Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab: Faktor pendukung disini pada saat kami praktek di dealer yang memberikan kesempatan kami untuk mengikuti pelatihan yang ada di dealer, ini menunjukkan bahwa kesempatan belajar dan pengembangan karir Sedangkan faktor penghambat yang saya rasakan disini yaitu bagi para siswa baru yang berasal dari kampung seperti saya, bahasa inggris adalah pelajaran tersulit selama belajar di SMK, dan sekarang saya nggak punya pilihan lain lagi, karena satu-satunya cara untuk bisa mengikuti pelatihan adalah dengan belajar bahasa inggris sampai benar-benar bisa menggunakannya.
102
Nama
: Bapak. Budianto
Jabatan
: Manager
Waktu
: Pkl. 12.00-13.00 WIB
Tempat
: Di ruangan kantor PT. Dipo Service
1. Sejak kapan perusahaan PT. Dipo Service bekerjasama dengan PT. MercedesBenz Distibution Indonesia dalam otomotif? Jawab: Yaahhh, perusahaan kami kan ibarat orang tua sama anak, kalau soal kerja sama pastilah kita jalin dengan baiik. Kerja sama PT Dipo Service dengan training center ya dilakukan sejak awal pendirian dealer kami,bahkan sebelum dealer kami berdiri sudah bersama-sama training center mempersiapkan tenaga teknisi yang nantinya akan bekerja di tempat kami. Ini merupakan syarat mutlak dari PT PercedesBenz Distribution Indonesia bahwa dealer harus menerima lulusan dari training center dan juga menerima mereka selama praktek kerja lapangan. Pokoknya kalau Mercedes-Benz Distribution Indonesia bilang harus yaaaa harus. 2. Bagaimana Pendapat Bapak mengenai para lulusan mekanik otomotif dari PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia? Jawab: Dari pengalaman menerima teknisi dari lulusan SMK atau bahkan perguruan tinggi rata-rata mereka tidak mempunyai bekal yang ketrampilan memadai untuk bekerja di bidang perbengkelan, dalam hal disiplin mereka juga sangat lemah. Ini berbeda total dengan para lulusan dari Central Training Department yang semuanya sudah siap untuk bekerja dan mempunyai tingkat kedisiplinan yang sangat tinggi”. Tapi mereka itu rata-rata besar kepala.............., kalau sudah ketemu masalah baru lah mereka akan nyerah. Saya bisa ngomong begini karena kebetulan saya juga lulusan dari training center PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Jabatan saya sekarang merupakan salah satu bukti bahwa lulusan training center mempunyai masa depan yang cukup baik jika mereka tekun mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya. 3. Apa perusahaan nggak mau ngambil dari lulusan luar? Jawab:
103
Kita nggak akan ngmbil dari luar mbak soalnya perusahaan sudah sreg sama yang lulusan dari PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia
104
Nama
: Bapak. Mardi
Jabatan
: General Manager
Waktu
: Pkl. 12.00-13.00WIB
Tempat
: di ruangan kantor PT. Adedanmas
1. Sejak kapan perusahaan PT. Adedanmas bekerja sama dengan PT. MercedesBenz Distribution Indonesia? Jawab: Dari awal berdirinya PT Adedanmas kami sudah menjalin kerja sama dengan training center untuk menerima calon tenaga teknisi kami. Ini kan syarat wajib pendirian bengkel resmi guna menjamin mutu pelayanan bagi pelanggan Mercedes-Benz di Indonesia. Kalau nggak nurut ya jangannharap bengkel bisa berdiri.
2. Berarti perusahaan ini sudah lama menggunakan para lulusan teknik otomotif yang ada di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Ya......begitulah perusahaan kami sudah lama bekerja sama dengan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia. 3. Bagaimana Pendapat Bapak mengenai para lulusan mekanik otomotif dari PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia? Jawab: Tidak ada alasan buat kami tntuk tidak mengacungkan jempol,.....bravo deh buat para lulusan. mereka benar-benar siaptempur sejak hari pertama mulai bekerja. Kebiasaan disiplin dan kejujuran yang telah tertanam selama mereka mengikuti pelatihan terbawa terus dalam disiplin kerja mereka, Ini sangat memudahkan kami dalam mencapai kinerja bengkel yang optmal. Saya ceritanya pernah mencoba menerima tenaga teknisi dari lulusan universitas (S1) tetapi pada saat di lapangan ternyata mereka tidak mampu menandingi keahlian lulusan dari training center PT MercedesBenz Distribution Indonesia baik dalam hal disiplin maupun ketrampilan kerja. Sebagai timbal balik bagi mereka, PT Adedanmas juga memberikan kesempatan bagi para lulusan training center untuk
105
mengembangkan karir dengan berbagai peluang promosi/kenaikan sesuai dengan prestasinya masing-masing.
4. kalau perusahaan ditawarin teknisi otomotif dari tempat peltihan lain mau atau tidak? Jawab: Saya rasa perusahaan ini tidak akan mengambil teknisi dari luar karena sudah trauma. 5. Sebelumnya apa perusahaan ini pernah menggunakan lulusan teknik otomotif dari luar? Jawab: Kami pernah menggunakan salah satu lulusan dari tempat pelatihan keterampilan yang didirikan oleh perusahaan lain juga tapi nggak ada yang sebagus kaya lulusan dari PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia
106
Data Siswa Pelatihan Keterampilan Otomotif No Subyek Penelitian.
Name Siswa
Asal, Kota
Asal Sekolah
1
Aditia Warman
Tangerang
SMU
2
Afriansyah
Lahat
SMK
3
Albertus Roni Widiyanto
Ungaran
SMU
4
Andika Wibowo
Gunung Putri
SMU
5
Bangkit Andig K.
Depok
SMU Aliyah
6
Benz Susanto
Jakarta
SMU
7
Ede Hendri
Ciamis
SMK
8
Hadi Bayu Adji
Gombong
SMK
9
M. Mozart Hutabarat
Depok
SMU
10
Moh. Syarifan
Kebumen
SMK
11
M. Ulil Azmi
Slawi
SMK
12
Mumu Muslihudin
Ciamis
SMK
13
Nova Fajar Aditya
Sukoharjo
SMU
14
Riska
Jakarta
SMU
15
Surahman
Yogyakarta
SMK
16
Yosep Trinarendra W.
Kediri
SMU
17
Dede Kurniawan
Jakarta
SMK
18
Hanindya Parahita HP.
Karawang
SMU
19
Huda Prasetyo
Surabaya
SMK
20
Ireng Prabu Putra
Jakarta
SMK
107
No Subyek Penelitian
Name Siswa
Asal, Kota
Asal Sekolah
21
Jahidin
Kuningan
SMK
22
Mukhsinin
Tasikmalaya
SMK
23
Nur Rochman
Purworejo
SMK
24
Rachmat Fauzan
Sukabumi
SMU
25
Reynaldo Aiegie S.
Cirebon
SMU
26
Rondi Sujarwo
Rembang
SMK
27
Simon Simanjuntak
Ciputat
SMK
28
Sukarto
Surabaya
SMK
29
Michael Leo
Bandung
SMU
30
Mochamad Aris Pudjianto
Jakarta
SMK
31
Toni Ristiawan
Kudus
SMK
32
Abdul Hidayat
Wonogiri
SMK
33
Darussalam Yahya
Temanggung
SMU
34
Erdyansyah Permana
Tasik Malaya
SMU
35
Kris Hendarto
Magelang
SMU
36
Mahfuziyah
Bogor
SMK
37
Noel Sabariman
Yogyakarta
SMU
38
Tonni Tri Suprayitno
Pekalongan
SMU
39
Usep Maulana Ibrahim
Tasik Malaya
SMK
40
Lestari
Gunung Putri
SMU
TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT. MERCEDES-BENZ DISTRIBUTION INDONESIA CIPUTAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
AFRIEDA MARTHATILLA NIM : 106054102064
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2010
Afrieda Marthatilla
ABSTRAK
Afrieda Marthatilla Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatihan Keterampilan Otomotif. Pemberdayaan masyarakat adalah pemberian sarana untuk seseorang dengan sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa depannya dan berpartisipasi dalam kehidupan komunitas mereka. Globalisasi membawa pengaruh keberbagai sendi kehidupan tidak terkecuali kemajuan dalam bidang teknologi yang semakin lama semakin pesat perkembangannya. Perkembangan teknologi yang semakin luas itu menuntut setiap manusia harus siap menghadapinya. Ironisnya, pendidikan sekolah formal kurang dapat memberikan kontribusi lebih dalam menghadapi dunia pasar kerja. Upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapat perhatian besar yang meliputi aspek pemberdayaan ekonomi, sosial, dan politik. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah dengan memberikan akses kepada masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dengan memperoleh atau memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kualitas kehidupannya, karena penyebab ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, serta adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat. Dalam prosedur pemilihan informan pada penelitian menggunakan Purposive. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, yang terdiri dari seorang Deputy Direktur, 4 siswa pelatihan keterampilan otomotif, dan 2 orang lembaga yang bekerja sama. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Hal ini untuk memudahkan dalam proses analisa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pada keterampilan otomotif diberikan selama 3 tahun adapun setiap tahun pelaksanaan pelatihan tersebut sudah memiliki jadwal yang pasti, yaitu pada tahap I, II, III. Di tahap I merupqkqn tqhun yang terberat karena harus beradaptasi dengan banyak hal yang baru, Tahap II fokus pada materi teknik kendaraan, Tahap III disebut tahun spesialisasi karena ditahun tersebut harus bisa mengambil keputusan dalam menganalisa kerusakan mobil. Faktor pendukung dan penghambat dapat dilihat dari hasil wawancara. Faktor pendukungnya adanya kerjasama antara perusahaan dengan dealer. Faktor penghambat dianataranya yaitu terletak pada kurangnya minat masyarakat masih relatif rendah terhadap program pendidikan non formal.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Alah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tanpa ijin-Mu, takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini. Kau memberikan kesehatan dalam setiap nafasku, Kau memberikan kemudahan dalam setiap sulitku, Kau memberikan kebahagian dalam setiap tangisku. Ya Rabb, kekhawatiranku tak terjadi, karena Kau telah menyelamatkan dalam penyelesaian skripsi ini. Kini akankah ku mampu mempertanggung jawabkan semuanya. Shalawat serta salam tercurah pada kekasih-Mu Rasulullah SAW serta shahibul bait’. Cahaya yang selalu memberikan semangat dalam detak jantungku. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kategori sempurna, sekalipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik. Dengan penuh kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta instropeksi diri. Perjalanan penulis dari awal pencarian tempat, penyusunan, dan penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan do’a, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan seuntai ucapan terimakasih yang diiringi do’a penuh harap, semoga Allah mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut. 1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Siti Napsiyah, M.Sw, Selaku Ketua Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.
ii
3. Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Sekretaris Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. 4. Wati Nilamsari, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. 6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pegawai perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta pegawai perpustakaan utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam mencari buku yang penulis perlukan. 7. Seluruh keluarga penulis, Mammy (Luckyana) yang dengan penuh kasih sayang, kau mengiringi langkahku dalam setiap sujudmu. Kesabaranmu dalam memberikan kekuatan dalam hidupku. Daddy (Eko. S) yang telah mencurahkan kasih sayangnya untukku. Maafkan anakmu ini mam dan dad, yang belum mampu membahagiakanmu. Dalam diam, ku sebut namamu mam dan dad. Dalam sedih, ku ukir cinta dihatiku untukmu. Bahagiamu, bahagiaku juga. Kakak dan adikku (Ardilla, Elyyana, Anggara) yang selalu memberika do’a dan perhatian untuk penulis. Keluarga besar mammy dan daddy , meskipun jarak memisahkan kita, namun do’a dan cinta kalian selalu menemaniku. 8.
Asep Ilman Mubarok., S.Farm, terima kasih karena dikala bingung, sedih, bahagia kau selalu meberikan perhatian, cinta dan kasih sayang untuk penulis.
iii
9. Keluarga Besar Ibu Siti Fatimah, terima kasih telah memberi dukungan penulis untuk skripsi. 10. Seluruh jajaran Direksi dan Pegawai PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat yang berkenan menerima dan mengurusi kebutuhan penulis. 11. Teman-teman Kessos angkatan 2006. khususnya Megasari, dan Indra Jamal, 12. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis sangat mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan kalian. Amii.
Hanya kepada-Mu hati ini bertasbih, semoga segala do’a, dukungan, motivasi, perhatian dan seluruh partisipasi yang diberikan mendapat sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT.
Ciputat, 11 JUNI 2010
Afrieda Marthatilla
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................. i KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................. v DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii DAFTAR DIAGRAM.............................................................................................. ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 9 1. Pembatasan Masalah....................................................................... 9 2. Perumusan Masalah...................................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 10 1. Tujuan Penelitian.......................................................................... 10 2. Manfaat Penelitian........................................................................ 11 D. Metodologi Penelitian......................................................................... 11 1. Lokasi Penelitian............................................................... 11 2. Waktu Penelitian............................................................... 12 3. Pendekatan Penelitian....................................................... 12 4. Sifat Penelitian.................................................................. 13 5. Unit Penelitian.................................................................. 13 6. Sumber Data..................................................................... 14 7. Teknik Pencatatan Data.................................................... 15 8. Teknik Penentuan Subyek Penelitian............................... 16 9. Teknik analisa Data.......................................................... 18 10 Teknik Keabsahan Data.................................................... 20 E. Kajian Pustaka.................................................................................... 21 F. Teknik Penulisan................................................................................ 22 G. Sistematika Penulisan......................................................................... 22
v
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pemberdayaan Masyarakat............................................................ 23 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat........................................ 23 2. Model-model Pemberdayaan Masyarakat......................………. 29 3. Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat...................... 32 B. Pelatihan Keterampilan Otomotif.................................................. 38 1. Pelatihan....................................................................................... 38 2. Keterampilan................................................................................ 41 3. Otomotif....................................................................................... 43
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN...................................................................... 44 A. Sejarah Mercedes-Benz Indonesia..................................................... 44 B. Ringkasan Sejarah Mercedes-Benz Indonesia.....................................49 C. Visi dan Misi....................................................................................... 50 D. Mercedes-Benz di Indonesia................................................................51 1. PT. Mercedes-Benz Indonesia.......................................................52 2. PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia...................................52 3. PT. Star Engines Indonesia........................................................... 54 E. Organisasi Perusahaan........................................................................ 54 F. Program-Program Central Training Department.................................57 1. Pelatihan Produksi..................................................................57 2. Pelantihan pemagangan...........................................................57
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A.
Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Otomotif.................................................................. 59
B.
BAB V
Faktor Pendukung dan Penghambat.............................................. 74
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan......................................................................................... 74 B. Saran................................................................................................... 80
vi
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................82
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1
Kerangka Sampling................................................................................... 17
2. tabel 2
Subyek Penelitian.......................................................................................70
3. Tabel 3
Analisa Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Otomotif............................................................. 78
viii
DAFTAR DIAGRAM
1.Diagram 1
Program Pelatihan 3 tahun, Bersumber dari Panduan Program Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia................... 66
2. Diagram 2
Proses Pelatihan dengan pola magang selama 3 tahun................. 72
3. Diagram 3
Statistik siswa dalam periode 1978 – 2010................................... 73
4. Diagram 4
Distribusi/penempatan lulusan...................................................... 74
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini telah terjadi berbagai perubahan terhadap masyarakat di dunia yang makin hari makin cepat berjalan dengan arah yang tak terduga. Perubahan tersebut meliputi banyak hal termasuk perubahan ekspektasi masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan. Faktor ini kemudian mendorong banyak perusahaan melakukan berbagai strategi untuk membangun ataupun mempertahankan citra positif di mata publiknya. Perubahan tersebut semakin menemukan bentuknya, tatkala konsep tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) diimplementasikan. Organisasi bisnis tidak lagi memandang dirinya sebagai institusi ekonomi belaka melainkan juga institusi ekonomi sosial. Karena itu organisasi bisnis pun mulai bersentuhan dengan persoalan–persoalan yang secara langsung tidak ada kaitannya dengan kegiatan bisnis, seperti soal lingkungan hidup, pengembangan masyarakat dan penghormatan terhadap hak – hak asasi manusia.1 . Hal ini pula yang dilakukan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia sebagai perusahaan yang sangat dikenal oleh masyarakat baik dalam skala nasional maupun internasional, perusahaan yang bergerak dibidang otomotif yang tergolong dalam perusahaan yang berskala internasional. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia merupakan badan usaha milik swasta dengan penanaman modal asing yang mengelola kegiatan bisnis otomotif di Indonesia dengan 1
. Yosal Iriantara, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya, Bandung; Simbiosa Rekatama Media. h. 1
1
2
produknya yang sangat terkenal yaitu kerdaraan Mercedes-Benz baik untuk kendaraan penumpang (sedan) maupun kendaraan niaga (bus dan truk). Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia memiliki tiga lokasi yaitu di Desa Wanaherang – Bogor untuk kegiatan produksi, di Gedung Deutcshe Bank Jakarta untuk kegiatan pemasaran dan di Ciputat untuk kegiatan layanan purna jual dan pelatihan untuk karyawan di Indonesia dan jaringan organisasinya di Asia. Dalam proses penulisan skripsi ini PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktikum dan penelitian terhadap kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dibawah naungan divisi Humas yang berlokasi di Ciputat dibawah koordinasi Central Training Department. Kekuatan bisnis yang semakin besar telah mendorong tumbuhnya harapanharapan dari konsumen dan publik lainnya yang menginginkan agar perusahaan, terutama perusahaan besar seperti PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia agar semakin bertanggung jawab dalam segala perilakunya. Perusahaan dituntut tidak hanya memasarkan produknya yang bersifat komersial akan tetapi juga ikut serta memberikan gagasan, ide, himbauan-himbauan dan ajakan serta pemberitahuan tentang masalah-masalah sosial yang timbul, terutama yang meresahkan masyarakat dan butuh perhatian serta bantuan untuk pemecahannya. Apa yang biasa dilakukan perusahaan tersebut biasanya dikenal dengan pemasaran sosial yang bertujuan menjaga hubungan baik dengan komunitas (Community Relations).
3
Hubungan yang baik dengan komunitas tersebut selain dimaksudkan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan meningkatkan citra positif dimata publiknya juga merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial yang lebih lanjut dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Dalam
konteks
Public
Relation
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
diimplementasikan dalam program dan kegiatan Community Relations. Bisa juga dinyatakan bahwa Community Relations merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.2 Dalam prinsip Responsibility, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan Stakeholders perusahaan. Disini perusahaan diharuskan untuk memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan, menciptakan nilai tumbuh dari produksi dan jasa bagi stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Karena itu prinsip responsibility disini lebih mencerminkan stakeholders-Driven concept.3 Dalam gagasan CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line (profit, people, and planet), yaitu selain financial adalah tanggung jawab terhadap masalah sosial (manusianya baik didalam maupun diluar) dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bahwa resistensi masyarakat
2
. Yosal Iriantara, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya. Bandung; Simbiosa Rekatama Media. h. 47 3 . Sita Soepomo, Probis. ”Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prinsip GCG” Harian Republika, Rabu 24 Oktober 2004. h. 1
4
sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup dan masalah sosial.4 Sebagai wujud komitmen perusahaan dalam pemenuhan tanggung jawabnya terhadap aspek social responsibility PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia ikut berperan aktif dalam menyikapi masalah-masalah sosial yang timbul di masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. Salah satunya dalam bentuk pemberdayaan masyarakat (Community Development) yang memiliki tujuan mendukung inisiatif masyarakat untuk mandiri diberbagai bidang. Program Community Development (CD) didasarkan pada kepedulian perusahaan terhadap perkembangan masyarakat yang berada dan tinggal dilingkungan sekitar daerah operasi perusahaan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik dalam bentuk kemitraan dengan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Kegiatan CD oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat dilakukan secara beragam dari lingkungan hidup, pendidikan, pelestarian budaya dan kegiatan kepemudaan dan olah raga. Strategi ini berlaku diseluruh bagian perusahaan terutama departemen publik relations yang di PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia disebut dengan Humas, karena departmen ini adalah salah satu bagian perusahaan yang memiliki kontribusi
terbesar
dalam
membangun
dan
mempertahankan
hubungan
perusahaan dengan berbagai publik yang esensial bagi survival dan pertumbuhan perusahaan.5 Selain itu dengan program CSR tersebut diharapkan dapat membangun, mempertahankan, dan meningkatkan citra perusahaan dimata publik.
4 5
. Ibid. h. 1 . Scoot M. Cutlip, Effective Public Relations H”ed., Prentice Hall, New Jersey. H. 9
5
Karena
PT
Mercedes-Benz
Distribution
Indonesia
menerapkan
Pengembangan Masyarakat sebagai salah satu bentuk implementasi dari Corporate Social Responsibility nya, hal ini melahirkan tantangan bagi praktisi humas bahwa citra atau reputasi harus diupayakan agar tetap terjaga. Disamping perusahaan dituntut untuk memainkan peran mengatasi persoalan sosial suatu komunitas, perusahaan juga mengeluarkan dana yang tidak sedikit dan terdapat pula resiko dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, komitmen PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam
urusan ini patut mendapatkan dukungan
profesionalisme dan implementasi CSR yang sesuai dengan paradigma dan kaidah-kaidah yang tepat. Tentu tidak mudah melakukan ini semua tanpa usaha yang keras dari semua pihak dengan melibatkan stakeholders secara proposional dan sinergis serta terpadu terutama dalam perusahaan agar mendukung pelaksanaan CSR secara terintegrasi antara program-program corporate dan unit-unit operasi. Humas PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia sebagai penanggung jawab kegiatan corporate social responsibility, tentunya harus menemukan jawaban untuk tantangan ini dengan prinsip kemaslahatan bersama (mutual benefit) antara perusahaan dengan public atas komunitasnya sebagai landasan. Untuk itu diperlukan suatu tahapan langkah-langkah yang akan diambil dalam proses kegiatan CD tersebut. Tentunya setiap langkah yang diambil dalam kegiatan CD ini harus mempertimbangkan berbagai aspek yang disesuaikan dengan eksistensi perusahaan baik dalam perspektif internal maupun eksternal. Adanya implikasi dari berbagai perubahan yang semakin kompleks dan rumit, disertai adanya persaingan dan tekanan publik baik nasional maupun
6
internasional, dengan tuntutan menerapkan tanggung jawab sosial (CSR) yang semakin kuat, membuat PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia merasa perlu mencari dan mengembangkan strategi agar dapat memperkuat posisinya diantara pesaing serta mempertahankan reputasi dan citra dimata publiknya, yaitu dengan mewujudkan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan manfaat kepada masyarakat umumnya dan komunitas khususnya. Departement atau bagian Humas bersama Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam hal ini termasuk pihak yang harus mengembangkan strategi untuk implementasi kegiatan CSR tersebut. Perlu adanya suatu kajian bagaimana CSR itu diterapkan dimana intinya adalah adanya keharmonisan
komunikasi
perusahaan
dengan
stakeholders
(Corporate
Community Relationships) dimana perusahaan memiliki tiang-tiang tanggung jawab yang harus selalu dijaga agar tetap tegak sehingga bisa menopang keberadaan perusahaan di masyarakat. Kegiatan community relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam bentuk program Community Development (CD) sebagai implementasi corporate social responsibility ini dalam pelaksanaannya mengandung resiko terhadap citra dan reputasi perusahaan serta keseimbangan dalam timbal balik yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam menjadikan kegiatan corporate social responsibility sebagai salah satu strategi untuk memperoleh dampak potensial dan strategi responses. Hal ini perlu dirancang dan dipersiapkan sedemikian rupa untuk konsekuensinya semaksimal mungkin atau bahkan mungkin dikapitalisasikan bagi manfaat, keuntungan dan
7
kekuatan perusahaan. Keuntungan yang dimaksud terutama dalam hal kepercayaan. citra dan reputasi perusahaan dalam pandangan masyarakat. Berbagai usaha sistematis dilakukan untuk memperbaiki kehidupan komunitas disekitar organisasi. Untuk itu ada berbagai tahapan atau langkahlangkah yang harus dilalui agar efektifitas community relations dan CSR sebagai bagian dari kegiatan humas organisasi bisa diwujudkan dengan baik. Saat ini PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia memiliki 4 bidang (stream) yang menjadi perhatian terhadap tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, yaitu bidang pendidikan, bidang lingkungan, bidang sosial, dan bidang sumber daya manusia. a. Bidang pendidikan, yaitu bagaimana PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat memperhatikan pendidikan masyarakat, khususnya yang terkait dengan kegiatan pelatihan dan keterampilan. b. Bidang lingkungan, yaitu bagaimana PT. Mercedes-Benz Disribution Indonesia Ciputat memperhatikan dan memelihara lingkungan disekitar, khususnya yang terkait dengan kegiatan usaha PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat. c. Bidang sosial, yaitu kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat
sekitar.
Bantuan
beasiswa,
kesehatan,
infrastruktur
pembangunan (jalanan, jembatan, gedung sekolah sehat) harus menjadi perhatian. Begitu juga penyediaan dana contigency untuk membantu masyarakat yang terkena bencana alam. d. Bidang sumber daya manusia, yaitu kegiatan yang terkait dengan peningkatan kualitas manusia, baik secara internal dan eksternal. Secara
8
internal, para karyawan harus diperhtikan kesejahteraannya, seperti kesehatan para karyawan yang di jamin pengobatan atau pelayanan kesehatannya, iuran pensiun untuk harapan masa tua mereka, serta tunjangan-tunjangan lain yang membuat mereka bersemangat dalam bekerja. PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat juga menciptakan sistem manajemen SDM yang bisa memperlakukan pegawai secara fair dan akuntabel, baik dalam hal promosi, mutasi maupun pengembangan kompetensi mereka. Sementara secara eksterna, PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia Ciputat sangat peduli dengan mutu pendidikan dan kesehatan masyarakat lokal, melalui program-program bantuan pendidikan mulai SD sampai program Dokter, bantuan sarana pendidikan serta memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat sekitar operasi secara periodik. Perusahaan dan manajemen PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat memang dapat mengambil peran strategis untuk mengatasi masalah ini. Keberadaannya ditengah-tengah masyarakat memang dimaksudkan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan potensi mereka. Selain itu, perusahaan memang memiliki tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diatur dalam undang-undang. Dalam prakteknya, pogram tanggung jawab sosial perusahaan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia yang tercermin dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dapat dikatakan atau dilihat sebagai program pengembangan masyarakat, karena program tersebut tidak hanya sebatas pemberian program semata kepada masyarakat, namu disertai pula dengan kegiatan pembinaan masyarakat.
9
Karena masih banyaknya perusahaan yang belum melakukan tanggung jawab sosialnya, sedangkan bagi PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan komitmen yang telah dilaksanakan konsisten sepanjang tahun, karena itulah penulis menganggap bahwa penelitian ini sangat penting dilakukan dan diketahui oleh publik. Selain itu, geliat dan
gairah
PT.
Mercedes-Benz
Distribution
Indonesia
Ciputat
dalam
menyumbang dan melakukan kegiatan sosial dalam beberapa tahun terakhir ini menarik untuk dicermati. Karena mengingat sumbangan perusahaan tersebut dapat menjadi
dana
alternatif
untuk
menolong
kelompok
masyarakat
yang
membutuhkan. Penelitian dengan pendekatan deskriptif ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan proses kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. MercedesBenz Distribution Indonesia Ciputat melalui program pengembangan masyarakat, maka penulis menuangkan bahasan ini dalam sebuah judul skripsi: ”Tahapan Community Relations PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatihan Keterampilan Otomotif”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, dan agar penelitian ini terarah dan tidak melebar, maka penulis membatasi penelitian ini pada program pendidikan yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia dengan memfokuskan pada kegiatan pelatihan/keterampilan otomotif.
10
2. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: 1. Bagaimana Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat melalui program pelatihan keterampilan otomotif. 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujaun dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Indonesia Ciputat melalui program pelathan keterampilan otomotif. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia melalui program pelatihan keterampilan otomotif.
2. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai kegunaan, yaitu:
11
a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan serta pengetahuan dibidang Community Relations, khususnya ingin mengkaji lebih jauh community relations dalam rangka pelatihan keterampilan oomotif. b. Secara akademik, skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komuikasi Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia yang beralamat di JL. RE. Martadinata Km. 7 Kebon Duren, Ciputat 15411. sedangkan alasan pemilihan tempat penelitian didasarkan kepada: a.
PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia Ciputat merupakan tempat pelaksanaan praktikum, dan dirasa perlu untuk menindak lanjuti pengamatan atau pengkajian dilapangan dalam bentuk penulisan skripsi.
b.
Adanya data-data primer dan sekunder yang penulis peroleh sejak pelaksanaan praktikum, sehingga sangat mebantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
12
2. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian dilakukan dimulai sejak bulan Oktober tahun 2009 bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan praktikum, dan kemudian penulis lakukan kembali pada 1 April 2010 sampai 1 Juni 2010.
3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data atau informasi yang diperoleh dan dikumpulkan tidak berbentuk data/angka tetapi dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan konsep.6 Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dari bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah7 dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, yang biasanya memanfaatkan metode wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.8 Selain
itu,
melalui
pendekatan
kualitatif
ini
penulis
berharap
menggambarkan dan menganalisis strategi CSR melalui program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat di wilayah JL. RE. Martadinata Km. 7 Kebon Duren, Ciputat 15411.
6
. J. Vrendenbergt. Metode dan teknik penelitian masyarakat, PT. Gramedia Jakarta, 1978. h. 3 . Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung; Remaja Rosdakarya. 2004. h. 6 8 . Ibid. h. 5 7
13
4. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat dekriptif, yaitu digunakan untuk menggambarkan situasi dalam suatu masalah sosial yang spesifik untuk membantu peneliti melihat refleksi situasi yang ada.9 Sedangkan dalam penyajiannya, penulis menjelaskan dengan memberikan gambaran secermat mungkin tentang suatu hal atau fenomena. Jenis kajian ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tetapi tidak mencari hipotesis atau membuat prediksi.10 Sehubungan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini penggunaan pendekatan deskriptif disini bertujuan untuk menyajikan gambaran yang lengkap mengenai
tahapan
community
relations
khususnya
program
pelatihan
keterampilan otomotif yang dijalankan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan citra perusahaan.
5. Unit Penelitian Unit penelitian ini adalah bagian Humas dan Pusat Pelatihan PT. Merecedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat yang merancang dan menjalankan aktifitas dalam ruang lingkup Corporate Social Responsibility melalui program kegiatan program Community Development. Unit ini menjadi unit observasi penelitian karena merupakan salah satu bagian yang terkait dan bertanggung jawab dalam kegiatan Community Relations dan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia baik dalam kegiatan yang bersifat umum maupun yang berkaitan dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia. 9
. W. Lawrence Newman. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 4th. Edition, USA, Pearson Education Company. 2000. h. 19 10 . Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. h. 24
14
6. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. a Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan wawancara mendalam (Indepth interview) dengan key informan. Ada pun yang dimaksud dengan informan disini adalah orang dalam latar penelitian, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.11 Data primer sendiri terbagi menjadi dua sumber data yaitu: 1) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Yaitu PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam hal ini ketua bina pendidikan 2) Pendukung yaitu data yang diperoleh dari masyarakat sekitar perusahaan PT Mercedes-Benz Distribtion Indonesia baik yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung dalam kelompok
swadaya
masyarakat yang ada diwilayah Ciputat . b. Data Sekunder Adalah data dalam bentuk sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dari informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi aau perusahaan termasuk majalah jurnal.12 Data sekunder diperoleh melalui tinjauan pustaka berupa
11
. Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 32 12 . Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. 2003. h. 29
15
literatur kehumasan yang berkaitan dengan permasalahan di atas, juga termasuk media cetak, buku-buku bacaan, dan termasuk pula sumber informasi dari situs internet, dokuman-dokumen, yang bersumber dari data base perusahaan, kliping divisi Humas, laporan tahunan (Annual Report) perusahaan, buletin internal dan eksternal perusahaan, dan website PT Mercedes-Benz Ditribution Indonesia Ciputat.
7. Teknik Pencatatan Data Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif, dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data yang paling umum digunakan ketika berhubungan dengan sikap dan pendapat dari satu kelompok atau orang yang meminta mereka untuk memberikan hal-hal penting secara lisan yang diinginkan oleh peneliti.13 Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincolin dan Guba antara lain: Mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi perasaan, motivasi, tuntutan, kepadulian, dan lain-lain
kebulatan, memverifikasi, mengubah dan
memperluas informasi yang diperoleh orang lain dan memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan.14 Jenis wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan petunjuk umum wawancara, yakni pewawancara terlebih 13
. Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), hal. 71 14 . Ibid, hal. 135
16
dahulu membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara, pokok-pokok yang dirumuskan tersebut tidak perlu ditanyakan secara berurutan.15 b. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam dokumen lembaga, buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan lain-lain.
8. Teknik Penentuan Subyek Penelitian Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling 16yang memberikan keleluasan kepada peneliti dalam menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan penelitian. Yang penting di sini bukanlah jumlah responden, melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoretis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari. Pertimbangan dalam menentukan jumlah responden adalah pertimbangan wilayah yang menurut penulis cukup ideal dengan pengambilan 1 sample yang merepresentasikan dari beberapa wilayah para siswa yang mengikuti program pelatihan. Adapun siswa pelatihan keterampilan otomotif yang menjadi subyek penelitian ini mewakili beberapa wilayah yaitu satu siswa mewakili Jakarta, satu 15 16
. Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hal. 136 . Lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h.224
17
siswa mewakili Jawa Barat, dan dua siswa mewakili Jawa Tengah. Kemudian masih ditambah lagi dengan responden lain yang berasal dari Lembaga (Central Training Department) sebagai pelaksana sekaligus pemilik program dan juga Kepala Bengkel dari dealer sebagai pengguna lulusan dan sekaligus sebagai partner dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan.
Tabel 1 Kerangka Sampling NO
1
2
3
Subjek dan Informan
Nama
Dewan Eko Direksi PT. Setiyodiwarno MercedesBenz Distribution Indonesia Ciputat Siswa Benz Susanto, Pelatihan Syarifan, Hadi Ketrampilan Bayu Aji, Otomotif Rachnat Fauzan
Lembaga yang bekerja sama
Bpk. Mardi, Bpk. Budianto
Informasi yang Dicari
Jumlah
Gambaran umum mengenai tahapan pelaksanaan community relations Tahapan pelaksanaan community Relation Faktor pendukung dan penghambat Pengumpulan fakta evaluasi
1
Teknik Pengumpulan Data Wawancara dan dokumentasi
4
Wawancara dan dokumentasi
2
wawancara
18
9. Teknik Analisis Data Data analisis dengan menguraikan temuan-temuan yang didapat dari wawancara mendalam dengan informan maupun dari data sekunder. Kemudian data diinterprestasikan dengan
melihat keterkaitan masing-masing data,
memperlihatkan persamaan dan perbedaan antara teori dan praktek tentang prinsip kegiatan Community Relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia serta bagaimana rancangan langkah-langkah kegiatan tersebut dilakukan oleh Humas PT
Mercedes-Benz
Distribution
Indonesia
melalui
program
pelatihan
keterampilan otomotif. Penafsiran hasil analisis data harus melebihi atau mentransenden deskripsi. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi data yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.17 Pada tahap pertama adalah reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data ‘kasar’ yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang, yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverivikasi.18 Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan-
17
. Pius A Partanto M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994) Cet. Ke-1 h. 658 18 . Amir Fadhilah. “Budaya Politik Kyai di Pedesaan : Studi Kasus Kyai Pesantren di Kabupaten Pekalongan.” Tesis S 2 Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, 2004. h. 33
19
kegiatan, meringkas data, mengkode, menelusuri tema, membuat partisi dan menulis memo (Sitorus, 1998) menurut kategori yang diinginkan untuk mengidentifikasi aspek penting dari tema yang diteliti. Dari reduksi data, kemudian diteruskan dengan pengembangan bentuk susunan sajian data yang bersifat sementara. Dari sajian membaca data yang berupa ceritera/naratif dengan kelengkapan beragam pendukungnya (matriks, tabel, gambar), kemudian penuls mengusahakan pikiran kesimpulan. Kesimpulan ini bersifat sementara, karena proses pengumpulan data masih tetap berlangsung.19 Tahap kedua, adalah penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Data yang telah dikumpulkan dari catatan lapangan baik berupa hasil wawancara, dokumen maupun arsip, dan sebagainya disajikan dalam bentuk teks naratif yang telah diseleksi dan disederhanakan kemudian disatukan kedalam bentuk yang mudah dipahami.20 Tahap ketiga, menarik kesimpulan melalui ferivikasi dengan cara memikir ulang selama penulisan, meninjau ulang catatan lapangan, kemudian menarik kesimpulan. Kesimpulan sementara tersebut kemudian didiskusikan dengan pengurus CSR dan pembimbing skripsi. Kepada mereka diminta untuk memberikan tanggapan terhadap kesimpulan sementara, jika menunjukkan kesesuaian maka kesimpulan tersebut akan menjadi kesimpulan tetap penulis. Namun jika menunjukkan ketidaksesuaian maka penulis akan melakukan analisis dan merumuskan kesimpulan kembali.
19
. Heribertus B. Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian Untuk IlmuIlmu Sosial dan Budaya, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996 20 . Amir Fadhilah, h. 34
20
10. Teknik Keabsahaan Data Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk menjaga keabsahan data adalah sebagai berikut: 1. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kemudian mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan. Pertama, ketentuan pengamatan, dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (triangulasi). Kedua: Triangulasi, Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancar, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan strategi CSR yang dilakukan oleh PT. MercedesBenz Distribution Indonesia pada program pelatihan keterampilan otomotif, (b) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh divisi Humas (Ibu Ronesni dan Bpk. Taguh Handaya), (c) membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang di ajukan.
21
2. Kriterium Kepastian Mengutip pendapat Scriven, yang menyatakan bahwa masih ada unsur ‘kualitas’ yang melekat pada konsep objektivitas, hal ini dapat digali, dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat diastikan. Dari sini peneliti dapat membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Keterpercayaan ini didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh dari hasil rekaman wawancara terhadap subyek penelitian. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.21
E. Kajian Pustaka Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis angkat dalam skripsi ini, antara lain: Hasil penelitian Sunardi, dengan judul strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kelompok swadaya masyarakat, (Jakarta: UIN, 2008). Hasil penelitian tersebut memberikan titik tekan pada pemberian bantuan dana untuk modal usaha dan penanaman modal usaha bagi masyarakat sekitar. Program pengembangan modal
21
. Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya
22
usaha produktif Dan kedekatan karya ilmiah tersebut dengan skripsi ini yaitu tentang pemberian bantuan dana CSR.
F. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Hamid Nasuhi, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Desertasi), (CeQDA-UIN Jakarta, 2007)
G. Sistematika Penulisan BAB I.
Pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan
BAB II
Landasan teori, Pengembangan Masyarakat, model-model pengembangan
masyarakat,
Tahapan
Pengembangan
Masyarakat, pengertian keterampilan otomotif. BAB III
Gambaran umum PT Mercedes-Benz Indonesia sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi bagan susunan organisasi.
BAB IV
Temuan Lapangan dan Analisa
BAB V
Penutup Memuat kesimpulan dan saran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Menurut asal katanya, Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu ”pemberdayaan” dan ”masyarakat”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat masih dalam penggalan kata pengembangan adalah proses kegiatan bersama yang dilakukan oleh penghuni suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya.1 Sedangkan pengertan ”masyarakat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.2 Istilah Pemberdayaan Masyarakat mempunyai sejarah yang panjang dan selalu dikait-kaitkan dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Istilah ”Pemberdayaan Masyarakat” berawal digunakan oleh pemerintah kolonial Inggris dalam sebuah konferensi (1948) di negeri jajahannya Afrika, untuk mengganti istilah ”pendidikan massa”. Dalam konferensi tersebut menghasilkan definisi mngenai ”Pendidikan Massa” dan memutuskan bahwa pada masa yang akan datang terminoligi tersebut sebaiknya diganti dengan nama ”Pemberdayaan Masyarakat”.
1
. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.310. 2 . Ibid., h. 721.
23
24
Berbeda masyarakat”
dengan
lebih
Inggris,
dikenal
di
Amerika
dibandingkan
istilah
dengan
”pengorganisasian
istilah
”Pemberdayaan
Masyarakat, dimana masyarakat diberdayakan dengan cara harus lebih aktif dalam menggalang dana demi memenuhi kebutuhannya. Banayk para pakar yang memberikan batasan tentang kedua istilah tersebut yang berkembang di Inggris maupun di Amerika. Namun, dari bahasan yang dikemukakan oleh para pakar tersebut menyimpulkan bahwa baik ”pengorganisasian masyarakat” ataupun ”Pemberdayaan Masyarakat” hanya terletak pada faktor tempat dimana metode tersebut digunakan. Faktor tempat yang dimaksudkan di mana pengorganisasian masyarakat lebih mengarah pada daerah perkotaan (komunitas relatif sudah berkembang). Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat lebih mengarah pada daerah pedesaan, dimana masyarakatnya relatif belum berkembang.3 Berdasarkan dua pengertian yang berbeda antara pengorganisasian masyarakat (di Amerika) dan Pemberdayaan Masyarakat (di Inggris), Brokesha dan Hodge memberikan perbedaan dari kedua istilah tersebut berdasarkan history masing-masing istilah tersebut, anatara lain: 1. Mereka meyakini bahwa pengorganisasian masyarakat di Amerika pada mulanya berkembang (lebih banyak dikembangkan) di dalam negeri. Sedangkan untuk bangsa Inggris, Pemberdayaan Masyarakat pada umumnya diujicobakan di Afrika (pada negara-negara koloni Inggris). 2. Menurut
mereka
proses
Pemberdayaan
Masyarakat
yang
dilakukan
pemerintah Inggris merupakan respon pragmatis terhadap kebutuhan yang
3
. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. H. 200
25
dirasakan daerah koloni mereka, yang pada dasarnya mereka kurang mendapatkan layanan yang memadai di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam arti sempit. Sedangkan di Amerika, pengorganisasian masyarakat di mulai dari pengembangan sektor pertanian, yang baru kemudian bergerak ke masalah perkotaan.4 Menurut Edi Suharto pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidangbidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, penididkan, kesehatan, dan sosial-budaya.5 Sedangkan masyarakat menurut Edi Suharto memiliki dua konsep, yaitu:6 1. Masyarakat sebagai sebuah ”tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. 2. Masyarakat sebagai ”kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental. Menurut pandangan Brokesha dan Hodge, Pemberdayaan Masyarakat adalah:7
4
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 216. 5 . Ibid, h. 39 6 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Rakyat, h. 39. 7 . Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 199.
26
A movement designed to promote better living for the whole community with the active participation, and, if possible, on the initiative of the community....it includes the whole range of development activities in the distric whether these are undertaken by goverment or unofficial bodies......(Community Development) must make use of the cooperative movement and must be put into effect in the closest association whit local government bodies”.
“suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat……hal ini meliputi brbagai kegiatan pembangunan ditingakt distrik, baik dilakukan pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah……(Pengembagan Masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan betuk pemerintahan lokal terdekat”. Pemberdayaan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkakan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar
pengaruhnya
terhadap
proses-proses
yang
mempengaruhi
kehidupannya. Twelventrees “Pemberdayaan Masyarakat” adalah “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.8 Para ahli ada yang menyamakan istilah Pemberdayaan Masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat yang jika dilihat mempunayi arti serupa dengan pengembangan sumber daya manusia. Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment yang berarti penguatan, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat terutama yang pada saat sekarang sedang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, yang berarti memberdayakan adalah 8
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 38
27
membantu seseorang/masyarakat menemukan kemampuan menuju kemandirian.9 Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat local yang mandiri sebagai suatu system yang mengorganisir diri mereka. Dalam pembukaan Temu Karya Pengembangan Program Pemberdayaan Masyarakat bagi Kepala Badan/Dinas/Kantor PMD Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Batu, Malang, Jawa Timur tahun 2003, DR. Andi Partadinata mengatakan secara konseptual pemberdayaan atau empowerment memiliki dua makna poko yaitu Pertama, meberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasi otoritas kepada masyarakat (to give power or authority to), agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungan secara mandiri; Kedua, meningkatkan kemampuan masyarakat (to give ability to or anable) melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.10 Menurut pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan adalah upaya memperlusa horison pilihan bagi masyarakat banyak. Hal ini berarti bahwa masyarakat diberdayakan untuk melihat dan mimilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat emilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-
9
. Misbahul Ulum, dkk., Model-model Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Normatif, Filosofis, dan Praktis, (Yogyakarta: PMI-Dakwah UIN Sunan Kalijaga Bekerjasama dengan IISEP-CIDA), h. 79. 10 . Andi Partadinata, ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Aparatur dan Pengembangan Kelembagaan Masyarakat Desa”, Jurnal Berdaya 1, no. 6 (Juni, 2003), h. 17.
28
pilihan.11 Dalam konsep Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei menyamakan pemberdayaan dengan konsep pengembangan sumber daya manusia. Pemberdayaan Masyarakat juga dapat dilihat dari persepsi makro dan mikro, pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan di sini mencakup perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya manusia. Pemberdayaan Masyarakat secara mikro asalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai secara hasil optimal.12 Pemberdayaan Masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.13 Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu model gerakan dengan cara memberdayakan masyarakat sekitar dengan maksud tercapainya suatu keinginan bersama masyarakat tersebut.
11
. Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pemberdayaan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29. 12 . Soekidjo Notoatmodjo, Pengemabangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 39. 13 . Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 39
29
1. Model-model Pengembangan Masyarkat Model Pemberdayaan Masyarakat merupakan bagian dari intervensi makro dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Adapun yang dimaksud dengan intervensi makro menurut beberapa pendapat para ahli adalah:14 Netting mengemukakan bahwa intervensi makro adala ”Macro practice is professionally directed intervention and communities”. (Intervensi makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas). Rothman dan Tropman memberikan argument tentang intervensi makro bahwa “Macro interventions involves methods of professional changing that target system above the level of the individual, group, and family, i.e., organization, communities, and regional and national entities. Macro practice deals with aspects of human service activity that are non clinical in nature, but rather focus on broader social approaches to human bettement”. (Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah system sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok, dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di tingkat local, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat). Jack Rothman mengembangkan tiga model dalam memahami konsepsi tentang Pemberdayaan Masyarakat: (1) Pemberdayaan Masyarakat local (locality 14
. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 57-58.
30
development); (2) Perencanaan Sosial (Social Planning); (3) Aksi Sosial (Scoal action). a. Pemberdayaan Masyarakat Lokal Pemberdayaan Masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum dikembangkan. Pemberdayaan Masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pemberdayaan Masyarakat lokal lebih bernuansa bottom up dimana setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Model pertama ini lebih berorientasi pada ”tujuan proses” (process goal) dari pada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal).15 Dimana masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta dikembangkan kapasitasnya (community integration dan community capacity) dalam upaya memecahkan masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self help) dengan prinsip-prinsip demokratis.16
15
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 42. . Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 70.
16
31
b. Perencanaan Sosial Perencanaan sosial menunjuk pada proses pragmatisuntuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu dan biasanya berhubungan dengan masalah-masalah sosial yang kongkrit (Corporate Social Problem) seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Adapun nama-nama bagian (departemen) mereka juga mencirikan hal ini, seperti Departemen Kesehatan, Direktorat Penyalahgunaan Obat dan Narkotika, Departemen Sosial, dan lain sebagainya.17 Perencanaan sosial lebih berorientasi pada ”tujuan tugas (task goal). Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang anggota masyarakat sebagai ”konsumen” atau ”penerima pelayanan” (beneficiaries). Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal baik pemerintah maupun swasta.18 c. Aksi Sosial Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of resources), dan pengambilan keputusan (distribution of decision making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang sering kali menjadi ”korban” ketidak adlian struktur. Aksi sosial 17 18
. Ibid, h. 71. . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 44.
32
berorientasi pada tujuan proses dn tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) dan keadilan (equity).19 2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tahapan Pemberdayaan Masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat, antara kelompok yang satu dengan yang lain mempunayi beberapa perbedaan dan kesamaan. Hal tersebut bisa dilihat dari dua buku yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan yaitu, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat karya Edi Suharto dan Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas karya Isbandi Rukminto Adi. Namun, secara garis besar tahapan Pemberdayaan Masyarakat dapat dirumuskan menjadi lima tahapan, antara lain: a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan assesmen kebutuhan (need assessment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekuarangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Assessment kebutuhan dapat diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan dalam kondisi yang direalisasikan. Terdapat lima jenis kebutuhan yang terdapat di masyarakat, antara lain:20 1) Kebutuhan absolut (Absolute need) adalah kebutuhan minimal atau kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat mempertahankan kehidupannya (survive). 19
. Ibid, h. 45 19.. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 76-77.
33
2) Kebutuhan
normatif
(normative
need)
adalah
kebutuhan
yang
didefinisikan oleh ahli atau tenaga profesional. Kebutuhan ini biasanya didasarkan standar tertentu. 3) Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dianggap atau dirasakan orang sebagai kebutuhannya. Kebutuhan ini merupakan petunjuk tentang kebutuhan yang nyata (rela need). Akan tetapi, kebutuhan ini berbeda dari satu orang ke orang lainnya, karena sangat tergantung ada persepsi orang yang bersangkutan mengenai sesuatu yang diinginkannya pada suatu waktu tertentu. 4) Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang dirasakan yang diubah menjadi kebutuhan berdasarkan banyaknya permintaan. Besarnya kebutuhan ini tergantung pada seberapa orang yang memerlukan pelayanan sosial. 5) Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kesenjangan (gap) antara tingkat pelayanan yang ada di wilayah-wilayah yang berbeda untuk kelompok yang memiliki karakteristik sama. Dalam proses penilaian (assessment) dapat digunakan teknik SWOT dengan melihat Kekuatan (strength), Kelemahan (weaknesses), Kesempatan (Oppotunities), dan Ancaman (Threat). Dengan menggunakan tehnik ini dalam proses assessment masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan
bahwa
permasalahan
yang
sedang
dibicarakan
benar-benar
permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga
34
untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindak lanjuti pada tahap berikutnya.21 b. Penentuan Tujuan Isbandi Rukminto Adi
menyebut tahapan kedua ini dengan tahapan
perencanaan alternatif atau kegiatan. Pada tahap ini agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.22 Tujuan dapat didefinisikan sebagai kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Maksud utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah. Tujuan dapat menjadi target yang menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan program. Terdapat dua jenis atau tingkat tujuan yaitu, tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektive). Tujuan umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur. Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan terukur mengenai jumlah yang menunjukkan kemajuan ke arah pencapaian tujuan umum. Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri:23 1) Berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan (input). 2) Dinyatakan dalam istilah yang terukur. 3) Tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya mningkatkan), tetapi juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya 10 persen) 4) Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas.
21. Isbandi Rukminto Adi, , Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 252. 22 . Ibid, h. 253. 23 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 77.
35
5) Menunjukkan pembatasan waktu 6) Realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk mencapainya. 7) Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum. c. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program pada tahap penyusunan dan pengembangan rencana program atau menurut istilah Isbandi Rukminto Adi tahapan pemformulasikan rencana aksi yaitu tahapan dimana agen perubah membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.24 Dalam proses perencanaan sosial, para perencana dan pihak-pihak terkait atau para pemangku kepentingan (stakeholders) selayaknya bersama-sama menyusun pola rencana intervensi yang koprhensif. Pola tersebut menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi-strategi, tugas-tugas, dan prosedur-prosedur yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan pemecahan masalah. Suatu rencana biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dan prgamatis dimana bentuk-bentuk kegiatan dijadwalkan dengan jelas. Program dapat dirumuskan sebagai suatu perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian satu atau beberapa tujuan khusus (objektives). Penyusunan program dalam proses perencanaan sosial mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses perumusan program.25
24
. Isbandi Rukminto Adi, , Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 254 25 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 78-79.
36
1) Identifikasi program alternatif. Penyusunan program merupakan tahap yang membutuhkan kreativitas. Karenanya sebelum satu program dipilih ada baiknya jika diidentifikasi beberapa program alternatif. 2) Penentuan hasil program. Bagian dari identifikasi program alternatif adalah penetuan hasil apa yang akan diperoleh dari setiap program alternatif. Hasil dapat dinyatakan dalam tiga tahapan, yaitu pelaksanaan tugas, unit pelayanan, dan jumlah konsumen. 3) Penentuan biaya. Informasi tentang biaya mencakup keseluruhan biaya program maupun biaya per hasil. 4) Kriteria
pemilihan
program.
Setelah
program-program
alternatif
diidentifikasi, maka harus dilakukan pilihan diantara mereka. Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional, yakni bersandar pada kriteria tertentu. Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut pentingnya, efisiensi, efektifitas, fifibilitas (feasibility), keadilan dan hasil-hasil tertentu. d. Pelaksanaan Program Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses Pemberdayaan Masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melencen dalam pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerjasama antaara agen perubah dan warga masyarakat, amupun kerja sama antar warga.26 Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau kegiatan26
. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intevensi Komunitas, h. 255.
37
kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu:27 1) Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program 2) Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana e. Evaluasi Program Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada Pemberdayaan Masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membantu sesuatu sistem dalam masyarakat yang lebih ”mandiri” dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.28 Pada tahap evaluasi program, analisis kembali kepada permulaan proses perencanaan untuk menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Evaluasi
menjadikan
perencanaan
sebagai
suatu
proses
yang
berkesinambungan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan kalau rencana sudah dilaksanakan. Namun demikian, perencanaan yang baik harus sudah dapat menggambarkan proses evaluasi yang akan dilaksanakan.29
27
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 79 . Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intevensi Komunitas, h. 256. 29 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 79-80. 28
38
B. Pelatihan Keterampilan Otomotif 1. Pelatihan Pelatihan memiliki kata dasar “latih” yang mendapatkan awalan Pe- yang berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.30 Pelatihan ialah merupakan bagian dari suatu proses yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik meskipun didasari pengetahuan dan sikap.31 Dalam pelatihan peserta pelatihan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya setelah mengikuti suatu pelatihan. Ife, didalam Isbandi Rukminto32 menyatakan bahwa pelatihan merupakan peran edukasionalyang paling spesifik, karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasaran bagaimana untuk melakukan sesuatu. Pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, supaya efektif biasanya pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktifitas-aktifitas yang terencana dan didasari sebagai jawaban atas kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan secara ideal.33 Sejatinya pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam pendidikan terdapat sejumlah filosofi diantaranya filosofi islam yaitu konsep: (QS. Asy Syams : 8)
30
. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 502 . Soekidjo Notoadmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 28 32 . Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 213 33 . Gomes Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), h.197 31
39
Falsafah ini mempunyai implikasi dalam pendidikan bahwa manusia pada dasarnya disamping memiliki fitrah yang buruk. Agar yang buruk tersebut tidak berkembang dengan baik. Dengan demikian proses pendidikan tersebut harus benar-benar berlandaskan pada tujuan pendidikan yang paling mendasar yaitu pendidikan untuk memanusiakan manusia.34 Dalam melakukan pelatihan terdapat beberapa unsur yang diperlukan, antara lain sebagai berikut: 1. Peserta Pelatihan Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan pelatihan pada gilirannya menentukan efektifitas pelatihan, karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik berdasarkan kriteria antara lain:35 a. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian b. Motivasi dan Minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya. c. Pribadi, yaitu aspek moral, moril dan sifat-sifat untuk pekerjaan tertentu. d. Intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan yang dapat diketahui melalui tes seleksi. 2. Pelatih atau Instruktur Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan keterampilan. Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pelatihan instruktur, yaitu;
34
. Ibnu Anshori, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007), h. 2 35 . Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.
40
a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam bidang spesialis tertentu. b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih c. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik dibandingkan dengan yang diluar. 3. Lamanya Pelatihan Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada: a. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan. b. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan, kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar memerlukan waktu lebih lama. c. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut. Dalam strategi pemberian pelatihan, dikenal dengan trilogi latihan kerja, yaitu sebagai berikut:36 a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan kerja b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 36
. Basir Banthos, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). Cet. Ke 7, h. 98-99
41
c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses, kaitan dengan pendidikan,latihan dan pengembangan satu dengan yang lain.
2. Keterampilan Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas.37 Maka keterampilan adalah bagaimana kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Arti keterampilan yang dimaksudkan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Menurut W. Gulo keterampilan tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.38 Dari pendapat Gulo ini dapat diketahui bahwa suatu ketermpilan tidak mungkin akan terwujud tanpa ada kemauan, sikap ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang sehingga aspek kognitif, efektif dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan tidak dapat dipisahkan dari pada seseorang. Mengenai keterampilan Sardiman MA menjelaskan ada dua macam, yaitu jasmani dan rohani. a) Ketermpilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitik beratkan pada ketermpilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
37
. Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet-1, h. 935. 38 . W. Gulo., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002, h. 29
42
b) Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan
berfikir serta
kreatifitas
untuk
menyelesaikan
dam
merumuskan masalah atau konsep-konsep.39 Keterampilan sangta erat kaitannya dengan sumber daya manusia. The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut: keterampilan aalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan, praktik, berlatihan, dan mengulang-ngulang suatu pekerjaan. Seseorang yang memahami semua azaz, metode, pengetahuan dan teori dan kemampuan melaksanakan secara praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.40 Sedangkan Syamsuar Mochtar mengemukakan bahwa keterampilan adalah cara memandang siswa serta kegiatan sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan
dalam
kegiatan
belajar-mengajar
yang
memperhatikan
perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap perasaan dan keterampilan sebagai satu kesatuan baik beberapa tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreatifitas.41 Sejalan dengan pendapat diatas menurut Syamsuar Mochtar ada langkahlangkah belajar mengajar yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut:42 Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar, mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian
39
. Sardiman MA., Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar,h. 29 . Drs. Syarif Makmur. M.Si., Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h. 70 41 . Drs. A. Samana, S.Pd, Sistem Pengajaran Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) dan Perkembangan Metodologisnya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992, h. 111 42 . Ibid. h. 119 40
43
siswa untuk mencari jawaban, membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya, membimbing belajar siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis. Dengan
demikian
dapat
dirumuskan
bahwa
hakekat
pendidikan
keterampilan atau life skills merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga untuk belajar hidup mandiri dalam menyelenggarakan keterampilan atau life skills.
3. Otomotif Otomotif adalah ilmu yang mempelajari tentang alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama mobil. Otomotif mulai berkembang sebagai cabang
ilmu
seiring
dengan
diciptakannya
mesin
mobil.
Dalam
perkembangannya, mobil semakin menjadi alat transportasi yang kompleks yang terdiri dari ribuan komponen yang tergolong dalam puluhan sistem dan subsistem.43 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otomotif adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang berputar dengan sendirinya.
43
. http://irwanputra.wordpress.com/kursus-otomotif/diakses tanggal 12 September 2009
BAB III PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Mercedes-Benz Indonesia Pada tahun 1970, pemerintahan Orde Baru (1968-1998) mendorong dilakukannya perakitan (assembling) mobil di dalam negeri, yang dimulai dengan mengambil ancang-ancang untuk melarang dimasukkannya mobil dalam keadaan utuh, atau completely built-up (CBU). Dengan kata lain, mobil harus dimasukkan dalam keadaan terurai atau completely knocked-down (CKD) dan dirakit di dalam negeri. Dalam kaitan itulah, H.M. Joesoef Abdillah bermitra dengan Ibnu Sutowo melobi dan membujuk Daimler-Benz AG sebagai perusahaan pembuat mobil Mercedes-Benz untuk membuka Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan mendirikan pabrik perakitan di Indonesia. Upaya H.M. Joesoef Abdillah itu ditanggapi positif oleh Daimler-Benz AG, dan langkah-langkah persiapan pun dimulai. Termasuk, menjajaki kerja sama dengan Volkswagen dalam merakit kendaraan di Indonesia. Pada tanggal 8 Oktober 1970, keagenan Mercedes-Benz di Indonesia secara resmi diambil alih oleh PT Star Motors Indonesia, sebagai ATPM Produk Daimler-Benz AG untuk Indonesia. PT Star Motors Indonesia merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Daimler-Benz AG dan PT Gading Mas (tahun 1983 menjadi PT Lima Satrya Nirwana). Pada saat yang sama, didirikan juga PT German Motor Manufacturing sebagai Pabrikan dan Perakitan Produk Daimler-Benz di Indonesia. PT German 44
45
Motor Manufacturing, yang merupakan perusahaan patungan antara DaimlerBenz AG, DEG-Jerman Barat, dan PT Gading Mas, berkantor di Jalan Sulawesi 1, Tanjung Priok. Dalam kesempatan itu pula, ditetapkan bahwa Mercedes-Benz akan bekerja sama dengan Volkswagen dalam merakit kendaraan di Indonesia. Berdirinya PT Star Motors Indonesia, sebagai ATPM Mercedes-Benz di Indonesia, dan PT German Motor Manufacturing, secara resmi menandai dimulainya era Mercedes-Benz Group di Indonesia di bawah kepemimpinan H.M. Joesoef Abdillah. Sejak saat itu, H.M. Joesoef Abdillah dikenal sebagai Pendiri Mercedes-Benz Group di Indonesia. Dan, pada tahun berikutnya, tahun 1971, kendaraan niaga Mercedes-Benz Tipe 911 mulai dirakit di Tanjung Priok. Iklan PT Star Motors Indonesia muncul dengan ukuran setengah halaman di harian Kompas, 11 November 1971. Melalui iklan tersebut diumumkan kehadiran truk diesel Mercedes-Benz 4-5-6 ton dan bus diesel dengan 20-50 tempat duduk mulai Januari 1972. Pada tahun 1973, satu tahun setelah PT German Motor Manufacturing merakit kendaraan niaga Mercedes-Benz, seperti bus dan truk di Tanjung Priok maka mulai dirakit juga sedan Mercedes-Benz W115 Tipe 200, 240D (diesel), dan Tipe 280. Sedan-sedan
Mercedes-Benz
hasil
rakitan
PT
German
Motor
Manufacturing, yang masuk ke pasar pada paruh kedua tahun 1974, langsung diserbu konsumen, khususnya Tipe 200 dan Tipe 280. PT Star Motors Indonesia dan PT German Motor Manufacturing pun kewalahan melayani jumlah pesanan yang terus meningkat. Sampai-sampai ada pemesan harus menunggu lebih dari satu tahun. Persoalannya, kapasitas produksi PT German Motor Manufacturing
46
pada saat itu baru 7 mobil per hari, atau 210 mobil per bulan. Padahal larangan impor mobil dalam bentuk CBU telah mulai diberlakukan pada tanggal 22 Januari 1974. Pada tahun 1977, Kantor Layanan Purna Jual Mercedes-Benz pindah ke Jalan RE Martadinata Kilometer 7, Ciputat, Tangerang. Dan, tahun berikutnya, tahun 1978, Kantor Pusat Layanan Purna Jual ini diresmikan. Kantor Pusat Layanan Purna Jual di Ciputat itu juga mencakup Pusat Pendidikan dan Latihan Kejuruan (PPLK) Mobil yang bagus dan berkualitas tinggi saja tidak cukup untuk meningkatkan penjualan. Diperlukan layanan purna jual yang prima untuk mendukungnya, yang mencakup penyediaan suku cadang yang mencukupi dengan harga jual yang terjangkau, dan tenaga mekanik yang andal. Pusat Pendidikan dan Latihan Kejuruan (PPLK) di Ciputat itu merupakan kawah Candra Dimuka bagi calon-calon teknisi Mercedes-Benz. Di sana, mereka dididik dan dilatih selama tiga tahun penuh, dengan komposisi 20 persen pengetahuan teori dan 80 persen latihan praktik, yang dimulai dari pekerjaan yang mudah sampai dengan pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang sangat tinggi. Di samping latihan praktik, para calon teknisi juga mengikuti proses magang, antara lain di dealer-dealer, pemilik armada, atau perusahaan yang memiliki kegiatan dan proses kerja yang dapat memberikan kesempatan untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang sesungguhnya serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kejuruan. Pelaksanaan program pendidikan dan latihan mengadopsi kurikulum pemagangan di Jerman, yang disesuaikan dengan pelatihan nasional di Indonesia,
47
dan telah mendapatkan akreditasi dari Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sampai dengan tahun 2009, atau tahun yang ke-31, sudah lebih dari 750 teknisi Mercedes-Benz dihasilkan oleh PPLK di Ciputat. Para teknisi itu siap memberikan pelayanan dengan kualitas premium dan dijamin mempunyai standar kualitas yang tinggi. Pada tahun 1978, Mercedes-Benz juga membangun pabrik di Desa Wanaherang, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, 45 kilometer dari Jakarta. Pabrik ini kemudian diresmikan pada tahun 1982, sebagai lokasi baru menggantikan lokasi lama di Tanjung Priok. Pada tahun itu kerja sama dengan Volkswagen diakhiri, dan PT German Motor Manufacturing pindah lokasi ke Wanaherang. Pada tahun 1983, di Wanaherang, Gunung Putri, didirikan PT Star Engines Indonesia sebagai perakit mesin, bak persneling dan as roda Mercedes-Benz. Sejalan dengan perjalanan waktu, dilakukanlah penyesuaian perusahaan. Pada tanggal 1 Februari 1992, PT German Motor Manufacturing menjadi Agen Tunggal dan Pemegang Merk Mercedes-Benz untuk Indonesia dengan status Agen Tunggal, Pabrikan dan Perakit Produk-produk Daimler-Benz untuk Indonesia, sedangkan PT Star Motors Indonesia, selanjutnya hanya menjadi Distributor Utama Mercedes-Benz untuk Indonesia. Prinsip untuk mengejar yang terbaik dari yang baik, serta ”the best or nothing”, yang diletakkan oleh Karl Benz dan Gottlieb Daimler lebih dari 100 tahun yang lalu itu dipegang teguh oleh Mercedes-Benz Group di Indonesia dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Tidak mengherankan apabila pada tahun 1996, perusahaan-perusahaan tersebut mendapatkan sertifikasi ISO 9001, dan
48
merupakan grup perusahaan otomotif pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ini. Pada tanggal 17 November 1998, Daimler-Benz AG merger dengan Chrysler Corporation menjadi DaimlerChrysler AG. Namun, struktur organisasi Mercedes-Benz Group di Indonesia tetap dipertahankan. Dan, atas pertimbangan kepraktisan, pada tahun 1998 itu pula, Divisi Pemasaran dan Penjualan dipindahkan dari Wanaherang ke Gedung Deutsche Bank, Jalan Imam Bonjol 80, Jakarta Pusat. Peresmian kantor baru di Gedung Deutsche Bank itu dilangsungkan pada tahun 1999. Dua tahun setelah merger Chrysler Corporation dan Daimler-Benz AG, Mercedes-Benz Group di Indonesia pada bulan Juni 2000 memasuki suatu era dengan bergantinya nama PT German Motors Manufacturing menjadi PT DaimlerChrysler Indonesia dan PT Star Motors Indonesia menjadi PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia. Namun, merger Chrysler Corporation dan Daimler-Benz AG ini pada tanggal 1 Oktober 2007 berakhir, dan nama DaimlerChrysler AG berganti menjadi Daimler AG. Dan, pada akhir Januari 2008, PT DaimlerChrysler Indonesia dan PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia berganti nama menjadi PT MercedesBenz Indonesia dan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Dalam sejarah Indonesia, tercatat beberapa kali mobil-mobil MercedesBenz bersama-sama mobil-mobil papan atas lainnya didatangkan secara khusus untuk kepentingan penyelenggaraan acara penting pemerintah, seperti pada penyelenggaraan Asian Games tahun 1962 dulu. Atau pada penyelenggaraan
49
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Nonblok di Jakarta pada tahun 1992, di mana sebanyak 110 mobil Mercedes-Benz 300SEL didatangkan secara khusus. Demikian pula pada penyelenggaraan Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC di Jakarta dan Bogor pada tahun 1994, di mana didatangkan sebanyak 14 mobil Mercedes-Benz 600SE dan 25 mobil Mercedes-Benz Viano. Terakhir, pada KTT Informal ASEAN 30 November 1996, di mana didatangkan 14 mobil Mercedes-Benz S600 V12 dan 25 mobil Mercedes-Benz Viano V230. Selain itu, perhatian diberikan secara khusus kepada para pemilik Mercedes-Benz dengan adanya penyelenggaraan tahunan seperti MercedesTrophy golf tournament dan Mercedes-Benz Driving Experience.
B. Ringkasan Sejarah Mercedes-Benz di Indonesia 31 Jan 2008
• •
Jun 2000
• •
March 2000
•
17 Nov 1998
•
1996
•
1985
•
1983 1982 1981 1979
• • • •
1978
• •
PT DaimlerChrysler Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Indonesia PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia PT Star Motors Indonesia berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia PT German Motor Manufacturing berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Indonesia Pengambil alihan PT Star Engine Indonesia oleh PT German Motor Manufacturing Penggabungan DaimlerChrysler Indonesia Daimler-Benz AG dengan Chrysler Corp. USA Memperoleh sertifikasi ISO 9001 menjadi perusahaan manufacturing pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi Dimulainya perakitan mesin Mercedes-Benz oleh PT Star Engine Indonesia Pendirian PT Star Engines Indonesia di Wanaherang Peresmian PT German Motor Manufacturing di Wanaherang Dimulainya perakitan truck Berakhirnya kerja sama antara Perakitan Bus di Wanaherang dengan Volkswagen Pendirian Pabrik Perakitan di Wanaherang Bogor (50 km dari Jakarta) Pembukaan resmi Apprentice Training Center dan After Sales Service di Ciputat
50
1973 1970
• • • •
• 1907
•
1894
•
Dimulainya perakitan kendaraan sedan di Tanjung Priok Kerja sama antara Mercedes-Benz dan Volkwagen dalam perakitan kendaraan di Jakarta Dimulainya perakitan kendaraan niaga Mercedes-Benz di Tanjung Priok Pendirian PT Star Motor Indonesia sebagai agen tunggal Daimler-Benz AG di Indonesia, berlokasi di Jl. Cik Ditiro, Jakarta Pendirian PT German Motor Manufacturing sebagai pabrik pembuat dan perakit produk Daimler-Benz di Indonesia, berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara Kendaraan pertama Daimler-Britse Daimler (4 cylinder 45 hp) di Indonesia, yang dimiliki oleh Susuhunan Solo Kendaraan pertama Mercedes-Benz vehicle di Indonesia, Benz-Model Phaeton (2000 cc 1 cylinder 5 hp for eight people), yang dimiliki oleh Susuhunan Surakarta
C. Visi dan Misi Misi Menjadi nomor 1 dalam hal Mutu, Citra dan Keuntungan dalam sector Automotive di Indonesia
Misi 1. Melampaui kepuasan pelanggan dalam segala hal yang kita lakukan 2. Secara terus menerus meningkatkan efektivitas Sistem Management Mutu dan Proses Bisnis 3. Secara terus menerus meningkatkan mutu produk dan layanan 4. Mempunyai kultur perusahaan yang berorientasi pada team dan keterbukaan dengan melibatkan seluruh karyawan melalui kepemimpinan dan penerima delegasi tanggung jawab 5. Sadar akan kelestarian lingkunan
51
6. Menjalin hubungan professional dengan pasangan bisnis
D. Mercedes-Benz di Indonesia Mercedes-Benz Group Indonesia (MBGI) adalah perusahaan yang merupakan kerja sama gabungan (joint venture) antara pemodal Jerman (Daimler AG) dan pemodal Indonesia. Perudahaan ini bergerak di bidang otomotip dengan aktivitas utama produksi, pemasaran dan layanan purna jual bagi kendaraan penumpang dan kendaraan niaga dengan jumlah keseluruhan karyawan sekitar 700 orang. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya Mercedes-Benz Group Indonesia (MBGI) mempunyai 3 (tiga) bagian perusahaan sebagai berikut: 1. PT Mercedes-Benz Indonesia 2. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia 3. PT Star Engines Indonesia Ketiga bagian perusahaan memiliki aktivitas yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan merupakan mata rantai proses yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain mulai Bagian Personaliaan, Keuangan, Logistic, Produksi Kendaraan, Pemasaran Produk dan Layanan Purna Jual. Dengan pengalaman yang cukup panjang dalam menjalankan bisnis otomotip di Indonesia, Mercedes-Benz Group Indonesia telah memberikan peran yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian di Indonesia, antara lain melalui penyerapan dan pendaya gunaan Sumber Daya Manusia (SDM) serta aktivitas sosial yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan
52
(CSR) bagi pengembangan masyarakat secara umum dan khususnya bagi yang berada di lingkungan sekitar perusahaan.
1. PT Mercedes-Benz Indonesia PT Mercedes-Benz Indonesia Perusahaan mempunyai aktivitas yang bersifat umum serta kegiatan produksi kendaraan penumpang dan kendaraan niaga serta beberapa aktivitas pendukung lainnya. Perusahaan berlokasi di Desa Gunung Putri, Wanaherang – Kabupaten Bogor, mempekerjakan sekitar 450 karyawan yang terbagai dalam berbagai departemen mulai jajaran manajemen sampai dengan operator/pelaksana produksi.
2. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia menjalankan aktivitas dan fungsi Pemasaran serta Layanan Purna Jual bagi produk yang diproduksi oleh PT Mercedes-Benz Indonesia dalam bentuk Complete Knock Down (CKD) serta kendaraan yang di impor dalam bentuk utuh atau Complete Built Up (CBU) dari luar Indonesia. Sebagai perusahaan yang berbentuk Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), PT Mercedes-Benz Distributor Indonesia tidak melakukan aktivitas Penjualan maupun Layanan Purna Jual secara langsung kepada pelanggan, Aktivitas bisnis dalam memberikan pelayanan bagi pelanggan dilaksanakan melalui dealer sebagai perusahaan ritel yang tersebar di wilayah Indonesia. Secara keseluruhan Mercedes-Benz di Indonesia mempunyai 20 dealer yang merupakan kepanjangan tangan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia
53
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Operasi masing-masing dealer terbagi menurut area geografis dan jenis kendaraan yang dipasarkannya. Secara rinci jaringan dealer Mercedes-Benz di Indonesia terbagi sebagai berikut: 1.
PT. Bintang Cosmos, Jl. Sisingamangaraja Km. 7 PO Box 1588 Medan
2.
PT. Bintang Wirabens, Jl. Jenderal Sudirman No. 203 EFG Pekanbaru
3.
PT. Mass Sarana Motorama, Jl. Jend. Sudirman No. 8 Jakarta Pusat 10220
4.
PT. Dipo Angkasa Motor, Jl. Pluit Selatan No. 1 C Jakarta Utara 14440
5.
PT. Dipo Service, Jl. Jend. A. Yani Kav. 87 Jakarta 13210
6.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Daan Mogot Km. 1 No. 99 Jakarta 11510
7.
PT. Mercindo Autorama, Jl. Buncit Raya No. 70 – 72 Jakarta 12790
8.
PT. Panji Rama Otomotip, Jl. Teuku Nyak Arif 14 Simprug Jakarta Selatan 12220
9.
PT. Adedanmas, Jl. TB. Simatupang Kav. 5 Jakarta 12430
10.
PT. Cakrawala Automotif Rabhasa, Jl. Denpasar Raya Blok D-2 Kav. 8 Jakarta 12940
11.
PT. Citrakarya Pranata, Jl. Soekarno-Hatta No. 727 Km. 6 Bandung 40286
12.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Jend. Sudirman No. 291 Semarang 50149
13.
PT. Kalimas AI, Jl. Raya Yogya-Solo Km. 9 Yogyakarta 55282
14.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Demak 166 – 170 Surabaya 60172
15.
PT. Kedaung Satrya Motor, Jl. Mayor Jend. Sungkono 85 Surabaya 60224
16.
PT. Hartono Raya Motor, Jl. Raya By Pass, I Gusti Ngurah Rai No. 14 – 16 Tuban Denpasar 80362
54
17.
PT. Bintang Kutai Motor, Jl. Soekarno-Hatta Km. 2,5 Balikpapan 76126
18.
PT. Bintang Barito Motor, Jl. Jend. A. Yani Km. 9,2 No. 38 Banjarmasin 70654
19.
PT. Timur Permai, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9.200 Ujung Pandang 90245
20.
PT. Kobexindo Tractors, Gedung Kobexindo Jl. Raya Bekasi – Karawang Km. 58 Cikarang Timur – Bekasi 17823
3. PT Star Engines Indonesia PT Star Engines Indonesia bertanggung jawab atas pembuatan dan perakitan komponen utama kendaraan yang terdiri dari mesin, transmisi, gardan dan beberapa komponen utama lainnya. Material untuk perakitan komponen utama tersebut sebagian besar di impor dari Jerman untuk kendaraan penumpang dan dari Brazil untuk kendaraan niaga khususnya bus. Mengingat fungsi komponen utama sebagai bagian yang vital bagai kendaraan, untuk menjamin kualitas dan jaminan ketahanan serta keselamatan kendaraan beserta penumpangnya, maka komponen lokal tidak dipergunakan pada bagian ini.
E. ORGANISASI PERUSAHAAN Dalam menjalankan bisnisnya sebagai PT (Perusahaan Terbatas) dengan skala internasional PT Mersedes-Benz di Indonesia mempunyai struktur organisasi yang solid dengan menempatkan personil yang tepat sesuai dengan tuntutan unit bisnis yang dijalankan dengan susunan sebagai berikut:
55
a. President Director, sebagai pimpinan tertinggi dalam manajemen perusahaan menentukan arah dan kebijakan perusahaan dalam operasi bisnis dan pengembangan perusahaan secara keseluruhan. b. Director, terdiri dari Direktur Teknik, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran, Direktur Layanan Purna Jual dan Direktur Personalia. Direktur bertanggung jawab untuk menyurun konsep bisnis pada masing-masing divisi yang menjadi tanggung jawabnya dan secara langsung bertanggung jawab kepada President Director. c. Deputy Director, adalah wakil direktur sebagai penanggung jawab operasional masing-masing divisi dengan tanggung jawab sesuai dengan unit bisnisnya masing-masing yang dalam pelaksanaan fungsi hariannya dibantu oleh Department Manager. d. Department Manager, adalah penanggung jawab operasional lapangan yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab operasi harian dalam bidangnya masing-masing. Dalam operasi hariannya Department Manager dibantu oleh para Section Manager sebagai pelaksana dan pengawas lapangan dalam aktivitas masing-masing unit kerja. e. Staff operasional, adalah pekerja langsung yang melaksanakan tugas-tugas detail harian dalam masing-masing departemen terkait.
Susunan organisasi selanjutnya disusun dalam bentuk sebuah bagan dan struktur organisasi perusahaan seperti ditunjukkan pada skema berikut:
56
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
President Director Secretary
Director Human Resources
Director Finance
Director Sales & Mar keting
Deputy Directors
Department Managers
Department Managers
Staff - Operational
Director After Sales
57
F. Program-program Central Training Department
Dalam kaitannya dengan bisnis perusahaan di bidang penjualan dan layanan purna jual, Central Training Department menjalankan berbagai kegiatan pelatihan yang bersifat pelatihan teknisi tingkat lanjutan maupun tingkat dasar dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Pelatihan Produk (Product Training) Product training adalah pelatihan tingkat lanjutan yang ditujukan bagi para teknisi di jaringan dealer resmi Mercedes-Benz di seluruh Indonesia. Pelatihan ini merupakan pelatihan wajib bagi para teknisi guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya di bidang perbaikan kendaraan Mercedes Benz dengan cakupan materi seperti diuraikan dibawah ini.
a. Pelatihan tentang pembaharuan teknologi produk baik untuk kendaraan sedan maupun kendaraan niaga. b. Pelatihan mengemudi/penanganan kendaraan baru bagi para pemilik armada angkutan bus dan truk. c. Sertifikasi dengan standard internasional bagi personil dalam jaringan dealer resmi Mercedes-Benz.
2. Pelatihan Pemagangan (Apprentice Training) Pelatihan Pemagangan 3 tahun Jurusan Automotive Mechatronik adalah pelatihan fundamental yang dijadikan sebagai persyaratan dasar untuk tingkat
58
program pengembangan karir teknisi dalam jaringan Mercedes-Benz di Indonesia. Artinya, bahwa semua jabatan teknis yang berhubungan dengan layanan purna jual Mercedes-Benz harus melalui program pelatihan pemagangan ini. Didalam program pelatihan pemagangan 3 tahun inilah selanjutnya kegiatan CSR perusahaan dimasukkan sebagai upaya untuk mendapatkan manfaat timbal balik bagi perusahaan maupun masyarakat dengan konsep sebagai berikut: 1.
Pelatihan
pemagangan
merupakan
komitmen
perusahaan
dalam
memperkuat jaringan layanan purna jual dalam upayanya guna mencapai kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan Mercedes-Benz. 2.
Peserta pelatihan adalah para lulusan SMU/SMK atau sederajat dengan strata ekonomi yang berada di kalangan menengah kebawah, dalam hal ini para calon siswa pelatihan yang berasal dari kalangan ekonomi bawah akan lebih diperhatikan.
3.
Upaya pemenuhan kebutuhan perusahaan akan tenaga teknisi dan sekaligus memberikan kesempatan belajar untuk selanjutnya tersalurkan sebagai karyawan dalam jaringan perusahaan akan sekaligus mengangkat citra perusahaan di masyarakat.
Dalam menjalankan kegiatan Pelatihan Produk (Product Training) dan Pelatihan Pemagangan (Apprentice Training), Central Training Department mempunyai struktur organisasi seperti pada diagram berikut. Seluruh personil dalam jajaran Central Training Department terbagi menurut spesialisasi keahliannya masing-masing dengan bidang yang tercantum pada struktur organisasi.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
A. Tahapan Pelaksanaan Pemerdayaan Masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia di Ciputat dalam Program Pelatihan dan Keterampilan Otomotif Berdasarkan teori Isbandi Rukminto Adi yang digunakan penulis untuk melihat tahapan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui program Pelatihan Keterampilan Otomotif digambarkan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Fakta Sebagai tahap awal perumusan program maka dalam hal ini PT. MercedesBenz Distribution Indonesia – Central Training Department di Ciputat tentunya harus menentukan langkah dan program berdasarkan hasil analisa yang dilakukan secara menyeluruh mencakup kebutuhan jaringan perusahaan dan kesenjangan/ kebutuhan bantuan pada satu daerah/wilayah. Analisa kebutuhan jaringan perusahaan dilakukan guna menjamin adanya nilai tambah positip yang nantinya akan diperoleh jaringan perusahaan, artinya bahwa perusahaan sekaligus melakukan kegiatan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu perusahaan sebagai pemberi dan penerima dan demikian juga sebaliknya. Disampaikan oleh Deputy Director – Central Training Department dalam salah satu wawancara: 1
1
. Wawancara dengan Deputy Director dilakukan di kantor pada tanggal 15 April 2010
59
60
”Kebutuhan dalam jaringan perusahaan terbagi atas dua kelompok utama; yaitu: kebutuhan internal di dalam perusahaan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dan kebutuhan dalam jaringan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia”. ”pada saat ini PT Mercedes-Benz Indonesia mempunyai karyawan tetap dan tidak tetap sebanyak ± 700 orang dan ± 200 orang diantaranya bertugas di bagian yang secara langsung berhubungan dengan teknik otomotip. Dalam jaringan dealer di seluruh Indonesia jumlah teknisi adalah ± 200 orang”. Dengan fluktuasi per tahun sebesar 5%, berarti perusahaan setiap tahunnya membutuhkan 10 orang sebagai pengganti karyawan yang berhenti pada tahun bersangkutan (internal) dan 10 orang lagi untuk jaringan dealer Dari angka tersebut berarti dalam seluruh jaringan PT Mercedes-Benz di Indonesia membutuhkan tenaga teknisi otomotif sebanyak 20 orang. Angka ini bervariasi tergantung pada kondisi bisnis di sektor otomotif. Dengan pertimbangan angka kebutuhan tersebut diatas dan juga dengan tetap memberikan kesempatan bagi anggota masyarakat lain di luar jangkauan Pusat Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia di Ciputat, maka Central Training Department memutuskan untuk melatih 16 orang pada setiap tahunnya. Dengan program Diklat selama 3 tahun, maka setiap tahunnya Central Training Department mempunyai siswa yang belajar secara paralel 3 angkatan yang masing-masing terdiri dari 12 -16 orang. Dari hasil pengamatan dan analisa tentang tingkat pendidikan dan ketrampilan masyarakat angkatan kerja di sebagian besar wilayah Indonesia diperoleh kondisi umum bahwa sebagian besar angkatan kerja berada pada tingkat pendidikan SMU (Sekolah Menengah Umum) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Tingkat pendidikan yang relatip rendah dipadu dengan tidak adanya
61
modal keterampilan spesifik kejuruan mempersempit kesempatan untuk dapat mengisi lapangan kerja yang tersedia. Dalam salah satu kegiatan di tempat praktek/penelitian secara kebetulan diperoleh kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan salah satu Manajer Bengkel Mercedes-Benz di Jakarta - Bpk. Budianto dari PT Dipo Service mengatakan:2 ”Dari pengalaman menerima teknisi dari lulusan SMK atau bahkan perguruan tinggi rata-rata mereka tidak mempunyai bekal yang ketrampilan memadai untuk bekerja di bidang perbengkelan, dalam hal disiplin mereka juga sangat lemah. Ini berbeda total dengan para lulusan dari Central Training Department yang semuanya sudah siap untuk bekerja dan mempunyai tingkat kedisiplinan yang sangat tinggi”. Kondisi dan fakta umum tersebut diatas merupakan dorongan kuat bagi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia khususnya Central Training Department di Ciputat untuk memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang melalui program ”Pendidikan dan Pelatihan di bidang kejuruan Automotive Mechatronic”. Kejuruan Automotive Mechatronik dipilih sebagai subyek pengembangan ketrampilan dengan pertimbangan bahwa hasil pelatihan pada kejuruan ini mempunyai pasar kerja yang cukup menjanjikan dan akan memberikan manfaat timbal balik bagi perusahaan dalam mengisi kebutuhan tenaga kerja dalam jaringan bisnis. Bagi peserta program, ini merupakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan ketrampilan yang menjanjikan masa depan dan dapat diikuti dengan tanpa biaya. Menurut Bpk. Eko Setiyodiwarno – Deputy Director pada Central Training Department:
2
. Wawancara dilakukan di bengkel Mercedes-Benz di Jakarta pada tanggal 27 April 2010
62
”program ini membutuhkan sumber daya dan sumber dana sangat besar yang seluruhnya dibiayai oleh perusahaan”.
2. Penentuan Tujuan Sebelum dimulainya pelaksanaan program pengembangan masyarakat oleh PT Mercedes-Benz Didtribution Indonesia, dilakukan beberapa analisa melalui survey yang dilaksanakan di kedua area (sumber daya perusahaan dan kondisi social masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan guna menentukan jenis kegiatan lengkap dengan tujuannya dan target kelompoknya serta penentuan departemen yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan dalam kontek pengembangan masyarakat, maka PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia pada akhirnya mengambil keputusan untuk melaksanakan kegiatan pelatihan di bidang Automotive Meckatronic yang kemudian tanggung jawab pelaksanaannya diserahkan kepada Central Training Department. Keputusan dalam penentuan tujuan serta jenis kegiatan yang dilaksanakan diambil dengan pertimbangan yang diambil dari hasil survey dan analisa sebagai berikut: a) Pelatihan merupakan pemberian/penanaman bekal ketrampilan sebagai modal dasar bagi peserta program yang akan bermanfaat dalam jangka yang tidak terbatas. b) Pelatihan ketrampilan di bidang kejuruan Automotive Mechatronic telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Artinya, telah diyakini dengan pasti bahwa program ini pasti akan berhasil dilaksanakan dengan baik.
63
c) Pelatihan yang dilaksanakan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department merupakan pelatihan yang telah lama diminati oleh para lulusan SMU dan SMK karena telah terbukti mutunya dan jaminan kesempatan kerja pada saat selesainya pelatihan. d) Perusahaan
tidak
perlu
melakukan
investasi
ektra
guna
melaksanakan kegiatan pelatihan karena segala fasilitas telah tersedia dengan memadai. e) Kesinambungan
manfaat
program
terjamin
karena
adanya
kebutuhan rutin perusahaan dengan jaringan di seluruh Indonesia atas lulusan dari program Automotive Mechatrnic sebagai program regenerasi bagi teknisi kendaraan Mercedes-Benz. Berdasarkan semua pertimbangan diatas maka perusahaan mengambil jalur pendidikan dan pelatihan ketrampilan di Bidang Automotive Mechatronic sebagai progtam utama dalam kegiatan Pengambangan Masyarakat. Program ini akan secara terus menerus dilakukan selama perusahaan menjalankan bisnisnya di Indonesia.
3. Perencanaan dan Pemograman Dalam tahap ini diperlukan data yang akurat tentang jumlah dana atau budget yang diperlukan, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dikerahkan dan dilibatkan, keterampilan apa saja yang mesti dimiliki oleh mereka yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi. Pembiayaan dikelompokkan dalam beberapa bagian meliputi biaya investasi (berupa peralatan, bangunan, infra struktur IT), biaya operasional
64
(berupa bahan, gaji personil, biaya akomodasi dan catering para siswa) dan biaya pengembangan bagi tenaga pengajar dalam bentuk TTT (Train The Trainer). Guna menjamin mutu pelatihan dan kesesuaian dengan teknologi terkini dalam bidang otomotif, Central Training Department secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan kualitas tenaga instruktur yang melaksanakan program pendidikan dan pelatihan melalui program TTT (Train The Trainer) yang dilakukan di Indonesia dan Jerman. Berdasar pada kapasitas dan tingkat pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga instruktur, PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department juga telah dikukuhkan sejak tahun 2003 sebagai Pusat Pelatihan Regional untuk wilayah Asia. Hal ini memungkinkan bagi perusahaan untuk secara optimal meningkatkan mutu program di Central Training Department. Dijelaskan olehBpk. Eko Setiyodiwarno: ”Dengan pengalaman yang cukup panjang dalam melaksanakan program pendidikan di bidang otomotip (sejak tahun 1978) kami telah mempunyai kebijakan dasar bahwa pendidikan yang dijalankan disini merupakan pesyaratan dasar bagi para teknisi untuk dapat melanjutkan kualifikasi dan sertifikasi selanjutnya dalam jaringan Mercedes-Benz di Indonesia”.3
Dalam perjalanannya melaksanakan program pendidikan dan pelatihan, PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia telah menghasilkan 34 angkatan (program 3 tahun) dengan jumlah lulusan sebanyak 770 orang. Para lulusan telah menduduki berbagai posisi penting dalam jaringan kerja Mercedes-Benz di Indonesia dan sebagian telah mampu mendirikan usaha mandiri yang secara otomatis juga menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat lainnya. 3
. Wawancara dilakukan Bpk. Eko Setiyodiwarno salah satu deputy director pada tanggal 27 April 2010
65
4. Pelaksanaan Program Program pendidikan dan latihan dalam bidang kejuruan Automotive Mechatronic dikembangkan dan dilaksanakan secara profesional dan terpola untuk program kualifikasi dan sertifikasi di tingkat yang lebih tinggi mulai tingkat operasional bengkel sampai ke jajaran manajemen. Ini merupakan bagian dari rencana pengembangan karir dalam jaringan Mercedes-Benz di Indonesia. Sebagai persyaratan kualifikasi dasar, program pendidikan dan latihan 3 tahun ini mencakup semua aspek teknologi yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan bidang otomotif dengan pola pelaksanaan seperti ditunjukkan pada gambar dibawah. Sdr. Syarifan mengatakan: ”disini kami benar-benar belajar secara lengkap dan disiapkan untuk bisa bekerja mandiri sebagai teknisi” dia mengistilahkan kegiatan pelatihan sebagai ”belajar lengkap dari bumper depan sampai bumper belakang”
66
Diagram1: program pelatihan 3 tahun, bersumber dari panduan program pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia
Program pendidikan dilaksanakan dengan tahapan dan tingkat kesulitan yang dibagi dalam kelompok tahun sebagai berikut: Tahun I Para siswa mulai program pendidikan dan latihan tingkat dasar yang materinya meliputi pelatihan dasar teknik umum, dasar-dasar teknologi otomotip dan sebagai materi penunjang diberikan juga Pelatihan bahasa Inggris. Bekal ketrampilan Bahasa Inggris diberikan untuk memudahkan para siswa dalam menggunakan literatur teknik yang diterbitkan secara online dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Pada akhir tahun I para siswa dikirim ke bengkel dealer resmi MercedesBenz untuk melaksanakan program OJT (On The Job Training) untuk mendapatkan pengalaman kerja nyata.
67
Sdr. Rachmat Fauzan dalam salah satu wawancara menjelaskan:4 ”Tahun pertama merupakan tahun yang terberat bagi kami para siswa. Disamping harus beradaptasi dengan banyak hal baru yang belum pernah kami temui selama di SMU, kami harus mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang kami sendiri merasa berontak terhadap tujuan yang masih sangat ngambang bagi kami meskipun dijelaskan berkali-kali oleh para instruktur dan pembimbing praktek kami”. Sdr. Hadi Bayu Aji menambahkan:5 ”Kami diterjunkan ke bengkel resmi Mercedes-Benz dengan bekal yang kami rasa sangat minim, dalam kondisi begini kami herus menangani mobil yang harganya sangat mahal. Meskipun dibawah pengawasan dan bimbingan tenaga ahli, masih ada keraguan pada diri kami untuk melaksanakan pekerjaan, diperlukan keyakinan dan keberanian serta kemauan untuk bertanya kepada pembimbing kami di lapangan. Setelah kembali ke training center barulah kami sadar bahwa itu merupakan proses pembentukan keberanian dan rasa percaya diri untuk meju ke tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi”.
Pada tahap pertama disini para siswa harus beradaptasi dengan banyak ahl baru yang biasanya belum pernah mereka temui sewaktu SMU. Di tahap pertama ini banyak siswa yang merasa dirinya tidak sanggup lagi dalam melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini karena mereka dalam masa transisi dari SMU. Tahun II Tahun II merupakan titik awal bagi para siswa untuk memulai program pendidikan dan latihannya dalam materi khusus teknologi Mercedes-Benz dalam lingkup kendaraan penumpang maupun kendaraan niaga. Bahasa Inggris tetap merupakan program penunjang guna mempermudah dan mempercepat para siswa mengikuti perkembangan teknologi terkini.
4 5
. Wawancara dilakukan dengan siswa Rachmat Fauzan pada tanggal 30 May 2010 . Wawancara dilakukan dengan siswa Hadi Bayu Aji pada tanggal 30 May 2010
68
Pada setiap akhir semester tahun II ini para siswa kembali diberikan tugas untuk OJT dibengkel dealer dan pemilik armada Mercedes-Benz untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari selama pelatihan. Sdr Syarifan menjelaskan:6 Di tahun kedua ini kami mulai benar-benar fukus pada materi teknik kendaraan Mercedes-Benz. Dari pengalaman lapangan yang kami dapatkan pada saat praktek bengkel di tahun pertama, kami lebih cepat dapat memahami materi pelatihan yang diberikan. Metode yang diterapkan benar-benar effektif dimana para siswa dapat mengatur materi yang dipelajari sesuai dengan kapasitas masing-masing. Diberikan bebebasan waktu belajar sampai malam hari dan bahkan pada hari libur pun kami diperbolehkan untuk melakukan praktek mandiri”.
Di tahun kedua atau yang biasanya yang lebih dikenal dengan tahap kedua yaitu para siswa harus sudah benar-benar fokus terhadap materi teknik kendaraan yang diberikan oleh para instruktur dengan metode yang diterapkan benar-benar efektif agar mereka siap. Tahun III Tahun III merupakan tahun penentuan bagi para siswa atas keberhasilan program pendidikan dan latihannya. Pada periode ini diberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan tingkat mahir di bidang Automotive Mechatronik, yaitu penggabungan antara sistem mekanik dan sistem elektronik yang diterapkan di kendaraan Mercedes-Benz. Program Bahasa Inggris tetap diberikan dan sebagai bekal tambahan diberikan juga pelatihan komunikasi dan presentasi teknik. On The Job Training juga diwajibkan dalam tahun III ini dengan konsentrasi pada kemampuan kerja mandiri. Ini merupakan tahap On The Job
6
. Wawancara dilakukan dengan siswa Syarifan pada tanggal 30 May 2010
69
Training dimana para siswa diperlakukan dan diberi tanggung jawab yang sama dengan para teknisi di lapangan. Ujian akhir dan sertifikasi dilaksanakan padatahun ke III ini guna mengukur pengetahuan dan ketrampilan para siswa dan sekaligus menentukan kelulusan dari program pendidikan dan latihan yang diikuti selama 3 tahun. Sdr Benz Susanto mengatakan:7 ”Tahun ketiga kami sebut sebagai tahun spesialis, karena setelah mempelajari hal umum pada tahun pertama dan kedua kami mulai diarahkan pada spesialisadi diagnosa kerusakan dan harus mampu mengambil keputusan dengan tepat untuk penggantian suku cadang. Sekali salah analisa maka uang puluhan juta yang merupakan harga suku cadang yang salah ganti akan keluar dengan sia-sia. Ini kan sama seperti resiko dokter spesialis, sekali salah bedah maka nyawa pasien adalah taruhannya”.
Di tahap ketiga para siswa sudah mulai masuk ke bagian spesialis, karena mereka telah mempelajari hal umum pada tahun pertama dan kedua sehingga ditahun ketiga ini para siswa sudah harus bisa mendiagnosa kerusakan dan mereka juga harus mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam penggantian suku cadang.
7
. Wawancara dilakukan dengan siswa Benz Susanto pada tanggal 30 May 2010
70
Tabel 3 Subyek Penelitian NO
NAMA
AKSI DAN KOMUNIKASI
1
Benz Susanto
”Tahun ketiga kami sebut sebagai tahun spesialis, karena setelah mempelajari hal umum pada tahun pertama dan kedua kami mulai diarahkan pada spesialisadi diagnosa kerusakan dan harus mampu mengambil keputusan dengan tepat untuk penggantian suku cadang. Sekali salah analisa maka uang puluhan juta yang merupakan harga suku cadang yang salah ganti akan keluar dengan sia-sia. Ini kan sama seperti resiko dokter spesialis, sekali salah bedah maka nyawa pasien adalah taruhannya”.
2
Syarifan
Di tahun kedua ini kami mulai benarbenar fukus pada materi teknik kendaraan Mercedes-Benz. Dari pengalaman lapangan yang kami dapatkan pada saat praktek bengkel di tahun pertama, kami lebih cepat dapat memahami materi pelatihan yang diberikan. Metode yang diterapkan benar-benar effektif dimana para siswa dapat mengatur materi yang dipelajari sesuai dengan kapasitas masing-masing. Diberikan bebebasan waktu belajar sampai malam hari dan bahkan pada hari libur pun kami diperbolehkan untuk melakukan praktek mandiri”.
3
Hadi Bayu Aji
”Kami diterjunkan ke bengkel resmi Mercedes-Benz dengan bekal yang kami rasa sangat minim, dalam kondisi begini kami herus menangani mobil yang harganya sangat mahal. Meskipun dibawah pengawasan dan bimbingan tenaga ahli, masih ada keraguan pada diri kami untuk melaksanakan pekerjaan, diperlukan keyakinan dan keberanian
71
serta kemauan untuk bertanya kepada pembimbing kami di lapangan. Setelah kembali ke training center barulah kami sadar bahwa itu merupakan proses pembentukan keberanian dan rasa percaya diri untuk meju ke tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi”.
4
Rachmat Fauzan
”Tahun pertama merupakan tahun yang terberat bagi kami para siswa. Disamping harus beradaptasi dengan banyak hal baru yang belum pernah kami temui selama di SMU, kami harus mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang kami sendiri merasa berontak terhadap tujuan yang masih sangat ngambang bagi kami meskipun dijelaskan berkali-kali oleh para instruktur dan pembimbing praktek kami”.
72
Diagram 2: Proses Pelatihan dengan pola magang selama 3 tahun
Keterampilan kerja dan kinerja para lulusan sececara terus menerus diukur/dievaluasi oleh para atasan langsung dan oleh Central Training Department melalui sistem test sebagai alat untuk menganalisa kebutuhan pelatihan selanjutnya. Hasil evaluasi dijadikan sebagai masukan bagi Central Training Department untuk melakukan pengembangan lebih lanjut dan sekaligus juga dipergunakan untuk menentukan kemampuan para lulusan untuk program kualifikasi dan sertifikasi pada tinggkat yang lebih tinggi.
5. Evaluasi Evaluasi program atau kegiatan community relations dalam konteks PR, pada dasarnya menggunakan tahapan atau langkah yang sama dengan evaluasi program lainnya, yang membedakan hanya jenis dan isi programnya. Evaluasi secara berkesinambungan dilakukan dengan cakupan evaluasi meliputi:
73
a. Manfaat program bagi perusahaan dan peserta program b. Kualitas program dan kesesuaian dengan teknologi terkini c. Effesiensi biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan program Hasil evaluasi yang secara terus menerus dilakukan dalam proses pelatihan dan pasca pelatihan dijadikan sebagai bahan masukan untuk upaya pengembangan dan peningkatan mutu program serta upaya dalam meningkatkan kualitas tenaga instruktur sebagai pelaksana program. Tidak ketinggalan, mutu sarana dan prasarana juga merupakan bagian yang secara terus menerus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan lapangan. Sejak tahun 1978 - yaitu tahun berdirinya Pusat Pelatihan, Central Training Department telah melatih sebanyak 770 orang dengan statistik lulusan seperti ditunjukkan pada diagram berikut.
Diagram 3: Statistik siswa dalam periode 1978 - 2010
74
Diagram 4: Distribusi/penempatan lulusan 138, 18% 378, 49%
148, 19% 105, 14%
Dealer
Pemilik armada
Internal
Bengkel umum
General Manager PT. Adedanmas – Bpk. Mardi dalam konteks evaluasi mengatakan: 8 “Central Training Department di Ciputat kami jadikan sebagai penyedia utama tanaga teknisi bagi dealer kami, bukan hanya untuk bagian bengkel tetapi juga untuk bagian-bagian lain yang berhubungan dengan teknik. Kami tidak lagi menerima teknisi dari tempat lain”. Pernyataan tersebut diatas merupakan salah satu bukti bahwa program pelatihan yang dilaksanakan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department di Ciputat benar-benar merupakan program yang sangat efektif untuk para dealer sebagai pengguna tenaga lulusan dan juga masyarakat sebagai applicant dalam program beasiswa dalam konteks CSR ini.
B. Faktor Pendukung dan Penghamabat Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi di lapangan, ditemukan bahwa dalam melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif, ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan dan faktor-faktor yang menghambat tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan otomotif. 8
. Wawancara yang dilakukan di PT. Adedanmas tempat para siswa yang diterima bekerja, wawan cara dilakukan pada tanggal 11 May 2010
75
1. Faktor Pendukung. a. Tersedianya sarana dan prasarana yang kompetitif sehingga membantu dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan otomotif. Kepala Asrama Bpk. Suparno menjelaskan:9 ”sarana dan prasarana keseluruhan yang dibutuhkan disini telah disediakan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia – Central Training Department di Ciputat. Sarana disini yaitu adanya asrama yang disediakan sebagai akomodasi para siswa, ”
Sarana dan prasarana yang ada di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia telah disediakan keseluruhannya, dari asrama, tempat praktek, tempat olah raga, alat-alat praktek dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sdr. Hadi Bayu Aji:10 “Sarana dan prasarananya benar-benar memadai dan lengkap seperti asrama, lapangan olah raga, alat-alat mesin untuk praktek dari alat yang terkecil sampai yang terbesar. Kita juga disediakan beberapa mobil yang khusus digunakan untuk praktek pelatihan keterampilan otomotif, hingga kamijuga dikasih makan disini.”
b. Adanya kerjasama dengan dealer-dealer Mercedes-Benz dan pemilik armada angkutan (bus dan truk) yang berada diseluruh Indonesia menjamin tersedianya lapangan kerja bagi para lulusan. Sdr. Benz Susanto menjelaskan:11 Hubungan erat antara training center dengan dealer dan pemilik armada menjamin tersedianya lapangan kerja pada saat kami lulus nanti. Ini merupakan pendorong semangat yang sangat tinggi dan memberikan rasa aman bagi para siswa tentang masa depan yang cukup menjanjikan”.
9
. Wawancara dilakukan dengan kepala asrama Bpk. Suparno pada tanggal 3 May 2010 . Wawancara dengan siswa Hadi Bayu Aji pada tanggal 30 May 2010 11 . Wawancara dengan siswa Benz Susanto pada tanggal 30 May 2010 10
76
Sdr. Rachmat Fauzan menambahkan:12 Kapan saja kami mau belajar baik teori maupun praktek, baik di dealer maupun di training center selalu tersedia waktu dan sarana belajar yang memadai.
c. Baik dari jajaran komisaris, direksi, manajemen, dan karyawan memandang bahwa program pelatihan keterampilan otomotif sangat penting, karena dari program tersebut diharapkan Bpk. Eko Satiyodiwarno menjelaskan: ”Dalam jaringan Mercedes-Benz sumberdaya manusia dianggap sebagai asset yang sangat berharga, pembinaan dan pengembangan karir sangat diperhatikan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dilakukan dengan tanpa batas guna meningkatkan mutu pelayanan bagi produk dan pelanggan”.
Sdr. Syarifan menambahkan: ”Bahkan pada saat masa praktek di dealer kami juga diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan/pelatihan yang ada di dealer menunjukkan bahwa kesempatan belajar dan pengembangan karir terus terbuka lebar bagi kami”
2. Faktor Penghambat Dalam perjalanan pengenalan dan pelaksanaan program yang dijalankan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia, beberapa hambatan muncul terutama menyangkut pola pikir dan kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Ini merupakan tantangan yang harus disikapi dengan penuh kesabaran dan upaya ekstra dalam meyakinkan masyarakat, antara lain: a. Pola pikir umum yang berkembang di masyarakat Indonesia bahwa Pendidikan dan Latihan Kejuruan bukan merupakan pendidikan formal yang nantinya menghasilkan gelar kesarjanaan atau Diploma. Hal ini membawa dan
12
. Wawancara dengan siswa Rachmat Fauzan pada tanggal 30 May 2010
77
mendasari satu anggapan bahwa Pendidikan dan Latihan Kejuruan merupakan titik akhir bagi pengembangan karir di masa mendatang. Sdr. Benz Susanto menjelaskan:13 ”Pada awalnya kami ragu dengan program pendidikan 3 tahun tapi bersifat non-formal. Orang tua kami menanyakan tentang bagaimana nanti kelanjutan karir kami tanpa ada ijazah pendidikan formal?” Sdr. Rachmat Fauzan juga menambahkan:14 ”Kami sempat beranggapan bahwa ini adalah ujung/akhir dari karir kami – sekali jadi teknisi akan terus jadi teknisi seumur hidup. Demikian anggapan kami sebelum mengetahui tentang sistem pengembangan karir yang ada di jaringan Mercedes-Benz.” b. Sebagian besar literatur menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa Jerman. Ini merupakan tantangan bagi para siswa untuk belajar keras dalam penguasaan Bahasa Inggris sebagai syarat minimum untuk dapat menggunakan literatur dan memahami instruksi kerja yang diberikan. Sdr. Syarifan menjelaskan:15 Bagi siswa baru yang berasal dari kampung seperti saya, Bahasa Inggris adalah bagian yang tersulit selama belajar di SMK, sekarang saya tidak punya pilihan lain. Satu-satunya cara untuk bisa mengikuti pelatihan adalah dengan mempelajari Bahasa Inggris sampai benaribenar mampu menggunakannya.” Sdr. Hadi Bayu Aji menambahkan:16 Buat mekanik yang nantinya kerja di bengkel seperti kami, apa masih perlu menguasai Bahasa Inggris? Ternyata memang perlu sekali, karena tanpa kemampuan Bahasa Inggris yang baik maka kami tidak akan bisa berkembang dilapangan.”
c. Faktor disiplin yang belum dibiasakan dari awal menyebabkan sikap sedikit berontak pada saat awal para siswa masuk dalam program Pendidikan dan Latihan yang menerapkan pola penanaman disiplin yang cukup tinggi. 13
. Wawancara dengan Benz Susanto pada tanggal 30 May 2010 . Wawancara dengan Rachmat Fauzan pada tanggal 30 may 2010 15 . Wawancara dengan Syarifan pada tanggal 30 May 2010 16 . Wawancara dengan Hadi Bayu Aji pada tanggal 30 May 2010 14
78
Sebagai salah satu tenaga instruktur dalam Program Pendidikan dan Latihan - Bpku Bpk. Yosep Kuma menyampaikan: ”faktor penghambat utama dalam mengawali program Pendidikan dan Latihan ini adalah pembiasaan sikap disiplin bagi para siswa. Untuk membentuk kedisiplinan para siswa dibutuhkan waktu yang cukup lama (sampai satu bulan) dengan upaya yang cukup menyita energi.”. ”Kedispilinan anak-anak didik sangat kita tekankan, karena ini berpengaruh nanti ketika dia bekerja.
Tabel 4 Analisa faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan program peltihan keterampilan otomotif NO
FAKTOR PENDUKUNG
FAKTOR PENGHAMBAT
1.
Fasilitas Pendidikan & Pelatihan modern yang memadai Komitmen perusahaan dalam memberikan subsidi biaya pelaksanaan program Kerja sama yang baik dengan para dealer dan pemelik armada angkutan dalam penyerapan lulusan
Displin yang rendah dari para siswa pada awal pendidikan Orientasi dan minat masyarakat masih relatip rendah terhadap program pendidikan non formal Sulitnya mendapatkan calon siswa yang sesuai dengan persyaratan masuk program Pendidikan dan Latihan.
2.
3.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan temuan data dan analisa yang telah diutarakan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1.
Tahapan
pelaksanaan
Pemberdayaan
Masyarakat
PT.
Mercedes-Benz
Distribution Indonesia Ciputat melalui program pelatihan keterampilan otomotif. Didalam tahapan pelaksanaan tersebut dapat disimpulkan bahwa didalam pengumpulan fakta dijelaskan bahwa sebagai tahap awal perumusan program maka dala hal ini PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ciputat tentunya harus menentukan langkah dan program berdasarkan hasil analisa yang dilakukan secara menyeluruh mencakup kebutuhan jaringan perusahaan dan kesenjangan/kebutuhan bantuan pada satu daerah/wilayah, Penentuan Tujuan dalam tahap penentuan tujuan ini dilakukan beberapa analisa melalui survey yang dilaksanakan di kedua area (sumber daya perusahaan dan kondisi social masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan guna menentukan jenis kegiatan lengkap dengan tujuannya dan target kelompoknya serta penentuan departemen yang akan melaksanakan kegiatan tersebut., Perencanaan dan Pemograman dalam tahap ini diperlukan data yang akurat tentang jumlah dana atau budget yang diperlukan, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dikerahkan dan dilibakan, keterampilan apa saja yang mesti dimiliki oleh mereka yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapinya, Aksi dan Komunikasi, didalam tahapan ini dijelaskan bahwa program 79
80 pendidikan dalam bidang kejuruan atomotif mekanik dikembangkan dan dilaksanakan secara profsional dan terpola untuk program kualifikasi dan sertifikasi ditingkat yang lebih tinggi mulai tingkat operasional bengkel samapi ke jajaran manajemen, Evaluasi didalam evaluasi ini program atau kegiatan community relations dalam kontekn PR , dasarnya menggunakan tahapan atau langkah yang sama dengan evaluasi program lainnya, yang membdekan hanya jenis dain isi programnya. 2. Faktor pendukung dan Faktor Penghambat dalam pelatihan keterampilan otomotif Faktor Pendukung Tersedianya fasilitas pendidikan dan pelatihan modern yang memadai, kerja sama yang baik dengan para dealer dan pemilik armada angkutan dalam penyerapan lulusan. Faktor Penghambat Rendahnya disiplin para siswa pada awal pendidikan, minat masyarakat masih relatif rendah terhadap program non-formal, dan sulitnya mendapatkan calon siswa yang sesuai dengan persyaratan masuk program pendidikan dan pelatihan.
B. SARAN Berdasarkan analisa data dan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang ingin disampaikan penulis, anatara lain:
81 1.
Tahapan
Pelaksanaan
Pemberdayaan
Masyarakat
PT.
Mercedes-Benz
Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatatihan Keterampilan Otomotif Saran penulis dalam tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia melalui program pelatihan keterampilan otomotif adalah PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia di dalam aksi dan komunikasi agar memberikan informasi mengenai pelatihan keterampilan otomotif lebih sering agar masyarakat.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Saran penulis dalam faktor pendukung yaitu PT. Mercedes-Benz Diharapkan dapat mempertahankan kerjasama yang baik dengan para dealer dan pemilik armada angkutan dalam penyerapan lulusan, fasilitas pendidikan dan pelatihan yang sudah modern dan memadai diharapkan dijaga dengan baik karena dengan fasilitas yang bagus kegiatan pelatihan keterampilan otomotif dapat berjalan dengan baik. Faktor penghambat yaitu perusahaan diharapkan dapat mengurangi beberapa standar persyaratan yang menyebabkan para calon siswa gagal masuk tes di tempat pelatihan keterampilan otomotif, dan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia diharapkan dapat meberikan penyuluhan terhadap masyarakat agar masyarakat dapat tertarik terhadap program pendidikan non-formal.
82
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anshori, Ibnu, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM. Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007 Banthos, Basir, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Cordoso, Faustino Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset, 1995 Fadhilah, Amir, “Budaya Politik Kyai di Pedesaan : Studi Kasus Kyai Pesantren di Kabupaten Pekalongan.” Tesis S 2 Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 2004 Gulo, W, Strategi Belajar Mengajar. Jakartta: Grafindo, 2002 Hamalik, Oemar, Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2005 Isbandi Rukminto, Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002 Isbandi Rukminto, Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. 2003 Makmur, Syarif, M.si. Drs, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008 Moleong, J. Lexi, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Newman, Lawrence. W. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 4th. Edition , USA, Pearson Education Company. 2000 Notoadmojo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
83 Poerwandari, Kristi. E, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologis. Jakarta: LPSP3-UI, 1998. Cet ke-1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003 Probis, Soepomo Sita, “Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prinsip GCG” Harian Republika, Rabu 24 Oktober 2004 Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004 Samana, A, S.pd. Drs, Sistem Pengajaran Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Perkembangan Metodologisnya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992 Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama. 2005 Sutopo, B. Heribertus, Metodologi Penelitian Kualitatif. Metodologi Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996 Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia, 1978
INTERNET Http://irwanputra.wordpress.com/kursus-otomotif/diakses tanggal 12 Februari 2010
84
85
Panduan Wawancara
Nama
: Bpk. Eko Setiyodiwarno
Jabatan
: Deputy Direktur
Waktu
: Pkl. 12.00 – 13.00 WIB
Tempat
: Diruangan kantor.
1. Kapan dan bagaimana sejarah berdirinya PT. Mercedes-Benz Indonesia? Jawab: Kalau saya diminta menjelaskan sejarah perusahaan ya itu memang bagian dari kewajiban saya berdasarkan persyaratan ISO 9001 dimana seorang pimpinan departemen seperti saya harus tahu sejarah perusahaan. Tapi sembentar ya, biar pasti saya mesti buka contekan dulu boleh kan?, begini sejarahnya, anda copy saja deh!: 1894
•
1907
•
1970
•
•
• 1973 1978
• • •
Kendaraan pertama Mercedes-Benz masuk ke Indonesia, Benz-Model Phaeton (2000 cc 1 cylinder 5 hp for eight people), yang dimiliki oleh Susuhunan Surakarta Kendaraan pertama Daimler-Britse Daimler (4 cylinder 45 hp) di Indonesia, yang dimiliki oleh Susuhunan Solo. Jangan salah lho Sunan Solo itu njuga kaya. Kerja sama antara Mercedes-Benz dan Volkwagen dalam perakitan kendaraan di Jakarta, terus dimulailah perakitan kendaraan niaga Mercedes-Benz di Tanjung Priok PT Star Motor Indonesia didirikan sebagai agen tunggal Daimler-Benz AG di Indonesia, berlokasi di Jl. Cik Ditiro, Jakarta PT German Motor Manufacturing didirikan sebagai pabrik pembuat dan perakit produk Daimler-Benz di Indonesia, berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara Mulai perakitan kendaraan sedan di Tanjung Priok Pendirian Pabrik Perakitan di Wanaherang Bogor Pembukaan resmi Apprentice Training Center dan After Sales Service di Ciputat
86
1979
•
1981 1982
• •
1983 1985
• •
1996
•
17 Nopember • 1998 Maret 2000 • Juni 2000
• •
31 2008
Januari • •
Berakhirnya kerja sama antara Perakitan Bus di Wanaherang dengan Volkswagen Dimulainya perakitan truk Peresmian PT German Motor Manufacturing di Wanaherang Pendirian PT Star Engines Indonesia di Wanaherang Dimulainya perakitan mesin Mercedes-Benz oleh PT Star Engine Indonesia Memperoleh sertifikasi ISO 9001 menjadi perusahaan manufacturing pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi Penggabungan DaimlerChrysler Indonesia DaimlerBenz AG dengan Chrysler Corp. USA Pengambil alihan PT Star Engine Indonesia oleh PT German Motor Manufacturing PT Star Motors Indonesia berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia PT German Motor Manufacturing berganti nama menjadi PT DaimlerChrysler Indonesia PT DaimlerChrysler Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Indonesia PT DaimlerChrysler Distribution Indonesia berganti nama menjadi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia
2. Apa visi dan misi, dari PT. Mercedes-Benz Indonesia? Jawab: Nah ini justru makanan sehari-hari, malah wajib ditempelkan di dinding. Visi Menjadi nomor 1 dalam hal Mutu, Citra dan Keuntungan dalam sector Automotive di Indonesia Misi 1. Melampaui kepuasan pelanggan dalam segala hal yang kita lakukan 2. Secara terus menerus meningkatkan efektivitas Sistem Management Mutu dan Proses Bisnis 3. Secara terus menerus meningkatkan mutu produk dan layanan 4. Mempunyai kultur perusahaan yang berorientasi pada team dan keterbukaan dengan melibatkan seluruh karyawan melalui kepemimpinan dan penerima delegasi tanggung jawab 5. Sadar akan kelestarian lingkunan 6. Menjalin hubungan professional dengan pasangan bisnis
87
3. Dalam konteks CSR dan Community Relation, sejak kapan perusahaan mulai melibatkan diri pada kegiatan sosial bagi stakeholder? Jawab: Mercedes-Benz itu sudah sangat peduli dari awal, jadi perusahaan telah memulai kegiatan CSR dan Community Relation berdirinya di Indonesia yaitu pada tahun 1970-an, hanya saja pada saat itu sifatnya tidak terprogram dan hanya melakukan kegiatan dalam bentuk bantuan-bantuan spontan pada saat ada kebutuhan dari masyarakat. Masyarakat minta, kita memberi.......begitulah nseterusnya. Semakinh tumbuh bisnis di Indonesia, terutama setelah didirikannya Pusat Pelatihan pada tahun 1978, kegiatan Community Relation dan CSR mulai terfokus pada upaya peningkatan ketrampilan otomotif.. Haabis mau bikin apa lagi? Kan ini sudah jadi program perusahaan. Ini program yang sangat effisien baik bagi masyarakat maupun perusahaan karena sifatnya timbal balik. Perusahaan dalam upaya pemenuhan tenaga kerja trampil dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan dalam bentuk pemberian kesempatan kerja dengan imbalan yang layak dan dilanjutkan dengan kemungkinan pengembangan karir yang baik. Jadi apa coba kurangnya? 4. Mengapa pelatihan ketrampilan otomotif yang dipilih oleh perusahaan dalam konteks Community Relation ini? Jawab: Kalau anda mempunyai keahlian dibidang ”menjahit”, apa akan membuka kegiatan dibidang ”memasak”? Tentunya tidak kan? Yang bener aja!!!. Ini tentunya sangat berseberangan dengan bidang keahlian kita yang beresiko membuahkan hasil yang tidak optimal alias buangbuang energi dan biaya. Mendingan buat piknik karyawan saja biar mereka seneng. Perusahaan mengambil bidang ketrampilan otomotif sebagai kegiatan pokok karena karena beberapa pertimbangan bisnis, sosial dan efisiensi bagi perusahaan sebagai pelaku bisnis, masyarakat sebagai peserta program dan sosial dalam memberikan kesempatan belajar dan kesempatan kerja pasca program. Hebat kan? Dengan program pelatihan ketrampilan otomotif tidak perlu dilakukan persiapan dan investasi yang dimulai dari ”nol”, dalam hal ini perusahaan dapat sekaligus memanfaatkan sumber daya dan sumber dana yang memang dianggarkan oleh perusahaan guna pengembangan bisnis. Memang dalam hal ini diperlukan pengembangan dan expansi kapasitas seiring dengan peningkatan kebutuhan di masyarakat dan perusahaan yang terus berkembang secara paralel. Manfaatnya instant bagi perusahaan maupun masyarakat.
88
Tahu nggak?, kalau diibaratkan ini seperti tanam cabe, panen terus makan.......langsung terasa pedesnya. Kalau gagal ya jadi sakit perut gitu. 5. Manfaat apa yang dirasakan oleh perusahaan (management) dari kegiatan Community Relation ini? Jawab: Kalau nggak ada manfaatnya ngapain juga dijalankan? Kita disini selalu membidik sasaran dengan tepat.......... meleset ya berarti buang peluru dong. Bagi perusahaan jelas seperti tadi saya jelaskan bahwa perusahaan akan memenuhi kebutuhan tenaga trampil melalui program dan bersamaan dengan itu perusahaan juga memiliki eksistensi yang baik di mata publik. Pada saat masyarakat mengalami kesulitan akan biaya pendidikan dan ditambah lagi dengan lapangan pekerjaan, perusahaan membuka peluang bagi mereka yang berprestasi untuk belajar dan sekaligus jaminan masa depan. 6. Bagaimana tahapan pelaksanaan community relations melalui program pelatihan keterampilan otomotif yang dilakukan oleh perusahaan? Jawab: Tahapan-tahapan kami ya seperti biasa............mulai dari analisa kebutuhan perusahaan dalam pengembangan jaringan bisnis dan kondisi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan kesempatan belajar dan lapangan kerja. Terus data itu kita olah untuk menyesuaikan program bagi calon peserta dan kebutuhan jaringan. Habis itu kita hitung deh sumber daya, biaya bagi pelaksanaan program serta kapasitas tempat pelatihan, Kalau sudah siap semua saya terus kerahkan tim buat menyebar informasi kepada publik tentang akan dimulainya program pelatihan dan sekaligus melakukan rekruitment bagi calon peserta program. Evaluasi sudah pasti dong dilakukan secara berkala dimulai dari awal program, pertengahan, akhir program dan dilanjutkan dengan evaluasi rutin terhadap para lulusan dengan tindak lanjut pelatihan untuk tingkat yang lebih tinggi. 7. Apakah PT. Mercedes-Benz menjalin kerjasama dengan perusahaan atau lembaga lain dalam pelatihan keterampilan otomotif? Jawab: Wah......kalau tidak ada mereka kita tidak bisa apa-apa. Siapa yang mau beri kesempatan praktek kerja lapangan? Terus sapa juga yang
89
mau pakai tenaga lulusan? Masa habis latihan 3 tahun terus jadi pengangguran? Sayang dongggg. Dalam pelatihan ketrampilan otomotif PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia bekerja sama dengan Dealer Resmi Mercedes-Benz dan Pemilik Armada Angkutan (bus dan truk) yang di seluruh Indonesia. Kerja sama yang dilakukan disini dalam bentuk pemanfaatan bengkel dealar dan pemilik armada sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan (On The Job Training) yang dilanjutkan dengan penempatan para lulusan diklat untuk bekerja di bengkel dealer dan pemilik armada Mercedes-Benz. Kan dari tadi saya sudah bilang.........”.jaminan masa depan bagi para lulusan”. 8. Selama ini apakah ada keluhan dari pengguna tenaga lulusan dari lembaga pelatihan ini, misalnya karena kemampuan mereka pada saat diterjunkan bekerja di lapangan? Jawab: Bukan manusia kalau nggak ngeluh, biar baik tetep saja pera pemakai lulusan pada ngeluh. Tapi bagus sih buat kami terus berusaha meningkatkan program. Kami sudah cukup tua........30 tahunan lebih. Dengan perjalanan yang sudah sepanjang ini pastilah ada masukan-masukan dari pengguna lulusan mengenai mutu ketrampilannya. Bagi kami keluhan seperti itu justru jadi masukan berharga bagi guna meningkatkan mutu program secara berkesinambungan. Kami tidak pernah diam diri baik ada keluhan maupun tidak ada keluhan. Faktor pemicu pengembangan bagi kami adalah kemajuan teknologi yang diterapkan di bidang otomotif. Pokoknya maju terus demi mutu. 9. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pelatihan? Jawab: Kalau soal langkah, kami ini nggak pernah berhenti melangkah biarpun kadang-kadang terasa cape juga. Bukan Cuma langkah........tapi lari biar bisa ngejar. Buat fasilitas pelatihan kami terus menerus melakukan investasi peralatan dan model yang dipergunakan dalam pelatihan guna menyesuaikan diri terhadap perkembangan kendaraan di pasar. Dan terhadap sumber daya manusia perusahaan secara rutin mengirimkan tenaga instruktur untuk mengikuti pelatihan baik didalam maupun di luar negeri. Tenaga instruktus juga harus menjalani sertifikasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan pusat di Jerman.
90
Soal peningkatan mutu instruktur, kita nggak main-main dan jelas nggak mau sampai malu di lapangan. Yang kita usung itu logo ”bintang” lhoooo. 10. Apakan ada rencana perusahaan untuk mengembangkan program Community Relation dalam bentuk lain? Jawab: Sementara ini dulu deh sampai kita merasa bener-bener mampu dan perlu untuk melakukan nyang lainnya. Sementara ini kami masih fokus pada kegiatan latihan ketrampilan otomotif dalam konteks pemenuhan kebutuhan dan manfaat timbal balik. Pada masa-masa mendatang tetap terbuka kemungkinan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi kegiatan yang masih dalam koridor pelatihan ketrampilan akan tetapi target kelompoknya berkembang ke sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya dalam upaya peningkatan mutu program pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Yaaahhh, biar dikit tapi kan sudah bantu pemerintah
91
Nama
: Benz Susanto
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 12.00 – 13.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Saya sekarang sudah berada di tahun ketiga, berarti sudah hampir selama 3 tahun saya berada dan mengikuti program pelatihan disini. Sebentar lagi pelatihan saya akan selesai dan akan diakhiri dengan wisuda.
2.
Dari mana anda mengetahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Saya tahu adanya tempat pelatihan ini pas saya liat dari salah satu berita di Metro TV yang menayangkan acara wisuda para lulusan. Beberapa hari kemudian saya membaca iklan dikoran yang menyebutkan bahwa PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia membuka pendaftaran angkatan baru untuk pelatihan., kemudian saya datang ke Ciputat dan mendaftarkan diri untuk mengikuti program.
3.
Alasan anda untuk masuk di tempat pelatihan keterampilan otomotif itu apa? Jawab: Alasan saya masuk sini ya karena memang dari awal saya memang tertarik sama otomotif dari kecil, jadinya saya kembangkan lagi dengan baik di tempat pelatihan ini.
4.
Oh.......Jadi anda memang sudah niat dari awal untuk masuk tempat pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab:
92
Iya mbak, lagi pula saya juga pengen buka bengkel mbak makanya saya belajar di sini. 5.
Terus bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Pelatihan disini dilakukan secara profesional dengan tenaga instruktur yang handal dan para lulusan disini juga dapat sertifikasi dari Jerman. Peralatan yang dipergunakan disini semuanya sangat lengkap dan bahkan pas kita praktek kita pake mobil baru sebagai model. Udah gitu para siswa diwajibkan tinggal di asrama selama pelatihan jadinya kesempatan untuk berdiskusi, belajar dalam waktu ektra sangat besar. Pokoknya, lulusan dari sini dijamin jadi teknisi yang trampil dan pastinya bakalan dapat lapangan kerja tanpa harus melamar kesana kemari pada saat lulus nanti.
6.
Wah enak banget dong kalau gitu, lulus langsung dapat kerjaan jadinya nggak perlu repot-repot buat ngelamar sana sini? Jawab? Iyalah, soalnya disini kerjasama sama dealer-dealer Mercedes-Benz yang ada diseluruh Indonesia, bahkan kita juga bisa bekerja di luar negeri.
7.
Terus selama anda melaksanakan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif disini, anda merasa kesulitan pas kapan? Jawab : Yang paling susah disini itu pas di tahun ketiga, soalnya waktu pas di tahun pertama dan kedua kita diarahkan pada spesialisasi diagnosa kerusakan dan kita juga harus bisa mengambil keputusan dengan tepat untuk penggantian suku cadang. Kalau misalnya sekali salah analisa maka uang puluhan juta yang merupakan harga suku cadang yang salah ganti Cuma keluar sia-sia Cuma gara-gara salah analisa doang, jadi sama kaya dokter spesialis, kalau misalnya salah bedah wah nyawa paien kan yang jadi taruhannya mbak, ya kan?(sambil tersenyum)
93
8.
Wah ternyata susah juga ya mas belajar otomotif?harus butuh kesabaran buat nyari kerusakan mobilnya? Jawab: Ya iyalah mbak, kalau kita nggak sabar ya kasian entar mbak sama customernya dan entar kitanya juga kena marah.
9.
Apa sih faktor pendukung dan Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab : Faktor pendukung disini kita belajar keterampilan otomotif disini yaitu kerena PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat mempunyai Hubungan erat antara training center dengan dealer dan para pemilik armada yang menjamin tersedianya lapangan kerja pada saat kita lulus nanti. Ini yang merupakan pendorong semangat yang sangat tinggi dan memberikan rasa aman bagi kita tentang masa depan yang cukup menjanjikan”. Terus faktor penghambatnya belajar disini yaitu pas kita ragu sama pendidikan yang bersifat non-formal ini, soalnya orang tua kita suka nanya gimana nantinya kamu kerja kalau kamu ikut pendidikan yang non formal yang ngga ada ijazahnya. Tapi kita para siswa disini meyakinkan orang tua bahwa mereka jangan khawatir kalau masalah kerjaan, soalnya disini kalau lulus pastinya sudah bakalan keterima kerja di dealer-dealer.
10.
Ya sudah kalau begitu mas, makasih ya atas waktunya! Jawab: Iya sama-sama, mbak.
94
Nama
: Rachmat Fauzan
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 16.00-15.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat peltihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Saya sekarang sudah 3 tahun saya berada dan mengikuti program pelatihan disini. Sebentar lagi akan ujuan akhir tahun kedua dan akan dilanjutkan dengan pemograman tahun ketiga.
2.
Dari mana anda ketahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Pas saya lagi UAS di sekolah terus ada petugas dari PT. MercedesBenz Distiburion Indonesia yang datang ke sekolah terus mereka pada masang brosur tentang penerimaan siswa baru di ciputat untuk pelatihan keterampilan otomotif.
3.
Terus anda langsung tertarik nggak sama brosur tersebut? Jawab: Ya......awalnya sich nggak mbak soalnya saya awalnya mau nyoba daftar ke perguruan tinggi. Tapi berhubung orang tua saya nggak punya biaya buat nguliahin saya di perguruan tinggi jadinya saya nyoba-nyoba daftar disini lagi pula nggak ada salanya juga daftar disini soalnya udah terkenal sich mbak tempat disini apalagi kalau udah lulus pasti langsung keterima kerja dimana aja.
4.
sekarang setelah anda belajar disini menurut anda gimana? Jawab: Ya.....enak-enak aja sich mbak apalagi orang-orangnya pada seru-seru semua nggak pada sombong-sombong, soalnya disini semua orang sama, sama-sama belajar.
95
5.
Bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Menurut saya ini pelatihan keterampilan otomotif disini yang sangat baik dan bersifat sosial, soalnya sangat membantu kami yang berasal dari daerah dan dari kalangan yang kurang mampu karena pelatihan disini tidak menguras biaya. Yang penting disini adalah kemauan dan kesungguhan para siswa dalam menjalani program. Tentang fasilitas disini benar-benar sangat menjamin siswa yang mengikuti program dengan baik karena semua tersedia secara lengkap dan mutakhir.
6.
Memangnya disini fasilitas yang disediakan apa saja? Jawab: Disini kita disediakan asrama, satu kamar ditempati empat siswa, ada lapangan olah raga, terus fasilitas lainnya yaitu alat-alat yang dipake buat praktek disini semuanya lengkap.
7.
Selama anda melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini, kapan anda merasakan kesulitan dalam pelatihan? Jawab : Disini saya benar-benar merasa kesulitan pas pada tahun pertama, tahun pertama disini merupakan tahun yang terberat bagi para siswa. Disamping harus beradaptasi dengan banyak hal baru yang belum pernah saya temui selama di SMU, saya harus mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang saya sendiri merasa berontak sama tujuan yang masih sangat ngambang bagi saya meskipun dijelaskan berkali-kali oleh para instruktur dan pembimbing praktek kami
8.
Kalau boleh saya tahu maksudnya dari jawaban anda ngambang itu seperti apa? Jawab: Maksudnya itu tujuan program di tahun pertama yang masih ngambang buat saya yang baru mempelajarinya, karena kita harus beradaptasi sama hal baru yang belum pernah ditemui udah gitu kita juga mempelajari dan mempraktekkan banyak hal yang kita sendiri nggak tahu. 9. Apa sih faktor pendukung dan Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini?
96
Jawab: Kalau buat saya sich disini faktor pendukungnya kita bisa belajar mau teori atau praktek, baik itu di dealer maupun di training center selalu tersedia dan ditambah lagi sama sarana belajar yang benar-benar sangat memadai. Kalau yang faktor penghambatnya itu awalnya saya beranggapan bahwa ini adalah ujung/akhir dari karir kami, maksudnya sekali jadi teknisi ya....akan terus jadi teknisi seumur hidup. Tapi anggapan saya sebelum tahu tentang sistem pengembangan karir yang ada di jaringan Mercedes-Benz
10. emangnya tempat pelatihan keterampilan di luar nggak bisa belajar kapan aja? Jawab: Ya.......nggak juga sich, tapi disini enak aja semua yang kita butuhkan ada semua dan benar-benar memadai banget.
11.
oh.......begitu toh, ya sudah kalau begitu makasih ya mas atas waktunya! Jawab: Ya.....sama-sama
97
Nama
: Hadi Bayu Aji
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 12.00-13.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Saya sekarang baru 3 tahun dalam mengikuti program pelatihan disini. Sebentar lagi akan ujuan akhir tahun untuk masuk program tahun kedua. Mudah-mudahan lolos dari ujian akhir
2.
Dari mana anda ketahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Saya tahu adanya tempat pelatihan ini dari teman kakak saya yang kebetulan bekerja di perusahaan angkutan sebagai kebala bengkel disana. Begitu ada pengumuman penerimaan siswa baru saya langsung mendaftar lewat perusahaan tempat kerja teman kakak saya itu (PT LORENA).
3.
Apa alasan anda masuk ke sini? Jawab: Alasan saya masuk kesini biar saya bisa dapet kerja dengan cepat, soalnya saya masih harus ngebantu orang tua saya untuk biaya adekadek saya.
4.
Memangnya anda masih punya adek ya? Jawab: Ya saya masih punya adek dia sekarang kelas 2 SMU.
5.
Terus apa nantinya adek anda juga akan anda suruh masuk disini juga? Jawab: Ya......saya sich maunya dia masuk disini juga, tapi saya juga nggak mau maksa dia, saya mah terserah dia aja lah...
98
6.
Bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Kalau menurut saya pelatihan disini sangat menjamin masa depan para lulusannya nanti pada saat selesai mengikuti keseluruhan pemograman. Udah gitu ada jaminan mendapatkan pekerjaan tetap, jaminan ketrampilan yang tinggi dan jaminan masa depan dalam pengembangan karir. Begitu masuk disini saya sudah merasakan seolah-olah saya sudah bekerja karena semua programnya benar-benar disamakan dengan pekerjaan nyata di lapangan..
7. Selama anda melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini, kapan anda merasakan kesulitan dalam pelatihan? Jawab: Tingkat kesulitan saya disini yaitu pada saat kita diterjunkan langsung ke tempat bengkel resmi Mercedes-Benz yang kami rasa sangat minim, dalam kondisi seperti ini kita harus menangani mobil-mobil yang harganya bener-bener sangat mahal. Selama diterjunkan langsung ke bengkel kita tetap masih dibawah pengawasan dan bimbingan para instruktur atau tenaga ahli, soalnya masih ada keraguan pada diri kita untuk melakukan pekerjaan, udah gitu kita juga perlu keyakinan dan keberanian serta kemauan buat tanya kepada pembimbing kita dilapangan.setelah kembali ke training center barulah kita sadar bahwa itu semua proses pembentukan keberanian dan rasa percaya diri kami buat maju ke tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi lagi.
8.
Buat anda apa sih faktor pendukung dan Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab: Faktor pendukung disini yaitu sarana dan prasarana disini semuanya lengkap dan benar-benar memadai dimulai dari asrama, lapangan olah raga, alat-alat mesin yang dipake buat praktek dari alat-alat yang kecil sampai yang besar, udah gitu kita juga disediain beberapa mobil yang khusus dipake buat praktek pelatihan keterampilan otomotif, disini juga kita dikasih makan sehari-harinya. Terus faktor penghambat disini yaitu buat para mekanik yang nantinya pasti kerja dibengkel seperti kami, apa masih perlu menguasai bahasa inggris? Ternyata memang perlu sekali, soalnya kalau nggak ada
99
kemampuan bahasa inggris yang baik maka kita nggak akan bisa berkembang dilapangan. 9.
maksudnya anda itu kalau kita nggak menguasai bahasa inggris maka kita nggak bisa berkembang dilapangan? Jawab: Benar banget mbak, saya merasakannya sendiri.
10.
memangnya disini nggak diajarin pake bahasa inggris? Jawab: Diajarin mbak malahan setiap materi atau praktek pasti selalu pake bahasa inggris.
100
Nama
: Syarifan
Jabatan
: Siswa
Waktu
: Pkl. 16.00-15.00 WIB
Tempat
: Di asrama
1.
Sudah berapa lama anda berada di tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Ditribution Indonesia ini? Jawab: Sudah tahun ketiga dan sekarang sedang persiapan untuk menghadapi ujian untuk kelulusan
2.
Dari mana anda ketahui tentang adanya tempat pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia ini?. Jawab: Dari brosur tentang penerimaan siswa baru di Ciputat, saya tertarik karena biaya untuk kuliah sangat berat bagi orang tua sayat..Saya langsung mengisi formulir pendaftaran di sekolah dan langsung saya kirimkan melalui pos ke PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia di Ciputat
3.
Bagaimana menurut anda tentang pelatihan keterampilan otomotif di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa pendidikan dan pelatihan yang diberikan secara Cuma-Cuma mempunyai mutu dan fasilitas pelatihan yang begini hebatnya. Semua serba modern dan bahkan kalau kami bisa berprestasi maka peluang untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut di Jerman terbuka lebar bagi kami..
4.
emangnya selama ini anda tempat pelatihan keterampilan itu semua fasilitasnya gimana? Jawab:
101
Ya.....selama ini saya liat fasilitas di tempat pelatihan keterampilan pada biasa aja malahan bisa dibilang udah nggak layak lagi buat dipake 5.
Selama anda melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini, kapan anda merasakan kesulitan dalam pelatihan? Jawab: Ditahun kedua saya benar-benar merasa kesulitan, karena di tahun kedua ini benar-benar fokus sama materi teknik kendaraan MercedesBenz. Dari pengalaman lapangan yang udah kami dapatkan dilapangan pada saat praktek di bengkel tahun pertama, kami lebih cepat dapat memahami materi pelatihan yang diberikan. Metode yang diterapkan disini benar-benar effektif dimana para siswa dapat mengatur materi yang dipelajari sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan diberikan kebebasan waktu belajar sampai malam dan pada saat hari libur kami juga boleh melakukan praktek mandiri
6.
Buat anda apa sih faktor pendukung dan nggak Faktor penghambat yang anda rasakan selama melaksanakan pelatihan keterampilan otomotif disini? Jawab: Faktor pendukung disini pada saat kami praktek di dealer yang memberikan kesempatan kami untuk mengikuti pelatihan yang ada di dealer, ini menunjukkan bahwa kesempatan belajar dan pengembangan karir Sedangkan faktor penghambat yang saya rasakan disini yaitu bagi para siswa baru yang berasal dari kampung seperti saya, bahasa inggris adalah pelajaran tersulit selama belajar di SMK, dan sekarang saya nggak punya pilihan lain lagi, karena satu-satunya cara untuk bisa mengikuti pelatihan adalah dengan belajar bahasa inggris sampai benar-benar bisa menggunakannya.
102
Nama
: Bapak. Budianto
Jabatan
: Manager
Waktu
: Pkl. 12.00-13.00 WIB
Tempat
: Di ruangan kantor PT. Dipo Service
1. Sejak kapan perusahaan PT. Dipo Service bekerjasama dengan PT. MercedesBenz Distibution Indonesia dalam otomotif? Jawab: Yaahhh, perusahaan kami kan ibarat orang tua sama anak, kalau soal kerja sama pastilah kita jalin dengan baiik. Kerja sama PT Dipo Service dengan training center ya dilakukan sejak awal pendirian dealer kami,bahkan sebelum dealer kami berdiri sudah bersama-sama training center mempersiapkan tenaga teknisi yang nantinya akan bekerja di tempat kami. Ini merupakan syarat mutlak dari PT PercedesBenz Distribution Indonesia bahwa dealer harus menerima lulusan dari training center dan juga menerima mereka selama praktek kerja lapangan. Pokoknya kalau Mercedes-Benz Distribution Indonesia bilang harus yaaaa harus. 2. Bagaimana Pendapat Bapak mengenai para lulusan mekanik otomotif dari PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia? Jawab: Dari pengalaman menerima teknisi dari lulusan SMK atau bahkan perguruan tinggi rata-rata mereka tidak mempunyai bekal yang ketrampilan memadai untuk bekerja di bidang perbengkelan, dalam hal disiplin mereka juga sangat lemah. Ini berbeda total dengan para lulusan dari Central Training Department yang semuanya sudah siap untuk bekerja dan mempunyai tingkat kedisiplinan yang sangat tinggi”. Tapi mereka itu rata-rata besar kepala.............., kalau sudah ketemu masalah baru lah mereka akan nyerah. Saya bisa ngomong begini karena kebetulan saya juga lulusan dari training center PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Jabatan saya sekarang merupakan salah satu bukti bahwa lulusan training center mempunyai masa depan yang cukup baik jika mereka tekun mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya. 3. Apa perusahaan nggak mau ngambil dari lulusan luar? Jawab:
103
Kita nggak akan ngmbil dari luar mbak soalnya perusahaan sudah sreg sama yang lulusan dari PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia
104
Nama
: Bapak. Mardi
Jabatan
: General Manager
Waktu
: Pkl. 12.00-13.00WIB
Tempat
: di ruangan kantor PT. Adedanmas
1. Sejak kapan perusahaan PT. Adedanmas bekerja sama dengan PT. MercedesBenz Distribution Indonesia? Jawab: Dari awal berdirinya PT Adedanmas kami sudah menjalin kerja sama dengan training center untuk menerima calon tenaga teknisi kami. Ini kan syarat wajib pendirian bengkel resmi guna menjamin mutu pelayanan bagi pelanggan Mercedes-Benz di Indonesia. Kalau nggak nurut ya jangannharap bengkel bisa berdiri.
2. Berarti perusahaan ini sudah lama menggunakan para lulusan teknik otomotif yang ada di PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia? Jawab: Ya......begitulah perusahaan kami sudah lama bekerja sama dengan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia. 3. Bagaimana Pendapat Bapak mengenai para lulusan mekanik otomotif dari PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia? Jawab: Tidak ada alasan buat kami tntuk tidak mengacungkan jempol,.....bravo deh buat para lulusan. mereka benar-benar siaptempur sejak hari pertama mulai bekerja. Kebiasaan disiplin dan kejujuran yang telah tertanam selama mereka mengikuti pelatihan terbawa terus dalam disiplin kerja mereka, Ini sangat memudahkan kami dalam mencapai kinerja bengkel yang optmal. Saya ceritanya pernah mencoba menerima tenaga teknisi dari lulusan universitas (S1) tetapi pada saat di lapangan ternyata mereka tidak mampu menandingi keahlian lulusan dari training center PT MercedesBenz Distribution Indonesia baik dalam hal disiplin maupun ketrampilan kerja. Sebagai timbal balik bagi mereka, PT Adedanmas juga memberikan kesempatan bagi para lulusan training center untuk
105
mengembangkan karir dengan berbagai peluang promosi/kenaikan sesuai dengan prestasinya masing-masing.
4. kalau perusahaan ditawarin teknisi otomotif dari tempat peltihan lain mau atau tidak? Jawab: Saya rasa perusahaan ini tidak akan mengambil teknisi dari luar karena sudah trauma. 5. Sebelumnya apa perusahaan ini pernah menggunakan lulusan teknik otomotif dari luar? Jawab: Kami pernah menggunakan salah satu lulusan dari tempat pelatihan keterampilan yang didirikan oleh perusahaan lain juga tapi nggak ada yang sebagus kaya lulusan dari PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia
106
Data Siswa Pelatihan Keterampilan Otomotif No Subyek Penelitian.
Name Siswa
Asal, Kota
Asal Sekolah
1
Aditia Warman
Tangerang
SMU
2
Afriansyah
Lahat
SMK
3
Albertus Roni Widiyanto
Ungaran
SMU
4
Andika Wibowo
Gunung Putri
SMU
5
Bangkit Andig K.
Depok
SMU Aliyah
6
Benz Susanto
Jakarta
SMU
7
Ede Hendri
Ciamis
SMK
8
Hadi Bayu Adji
Gombong
SMK
9
M. Mozart Hutabarat
Depok
SMU
10
Moh. Syarifan
Kebumen
SMK
11
M. Ulil Azmi
Slawi
SMK
12
Mumu Muslihudin
Ciamis
SMK
13
Nova Fajar Aditya
Sukoharjo
SMU
14
Riska
Jakarta
SMU
15
Surahman
Yogyakarta
SMK
16
Yosep Trinarendra W.
Kediri
SMU
17
Dede Kurniawan
Jakarta
SMK
18
Hanindya Parahita HP.
Karawang
SMU
19
Huda Prasetyo
Surabaya
SMK
20
Ireng Prabu Putra
Jakarta
SMK
107
No Subyek Penelitian
Name Siswa
Asal, Kota
Asal Sekolah
21
Jahidin
Kuningan
SMK
22
Mukhsinin
Tasikmalaya
SMK
23
Nur Rochman
Purworejo
SMK
24
Rachmat Fauzan
Sukabumi
SMU
25
Reynaldo Aiegie S.
Cirebon
SMU
26
Rondi Sujarwo
Rembang
SMK
27
Simon Simanjuntak
Ciputat
SMK
28
Sukarto
Surabaya
SMK
29
Michael Leo
Bandung
SMU
30
Mochamad Aris Pudjianto
Jakarta
SMK
31
Toni Ristiawan
Kudus
SMK
32
Abdul Hidayat
Wonogiri
SMK
33
Darussalam Yahya
Temanggung
SMU
34
Erdyansyah Permana
Tasik Malaya
SMU
35
Kris Hendarto
Magelang
SMU
36
Mahfuziyah
Bogor
SMK
37
Noel Sabariman
Yogyakarta
SMU
38
Tonni Tri Suprayitno
Pekalongan
SMU
39
Usep Maulana Ibrahim
Tasik Malaya
SMK
40
Lestari
Gunung Putri
SMU
TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT. MERCEDES-BENZ DISTRIBUTION INDONESIA – CIPUTAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
AFRIEDA MARTHATILLA 106054102064 Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010