TAHAPAN dan PENGELOLAAN BENCANA pada PASCA TERJADINYA LUBANG BESAR (SINKHOLE)
MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kesehatan Dan Penanggulangan Bencana yang dibina oleh Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes dan Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.
Oleh
Ervina Mega S
(130351615583)
Rifka Amilia
(130351615569)
Vita Fatimah
(130351603587)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM September 2015 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan
geosfer
dengan
menggunakan
pendekatan
kelingkungan
dan
kewilayahan dalam kontek keruangan. Ilmu geografi memiliki ciri khas tersendiri yaitu menggambarkan tentang segala sesuatu aktivitas alam maupun manusia yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam ilmu grografi ada yang disebut dengan paham determinisme dan posibilisme. Paham determinis adalah paham yang menganggap bahwa manusia dipengaruhi penuh oleh kondisi alam sehingga segala aktivitas manusia ditentukan oleh kondisi alam. Sedangkan paham posibilis adalah paham dimana manusia adalah makhluk yang berakal. Dengan kemampuan akalnya itu manusia mampu merespon apa yang diberikan oleh alam. Pada faham ini juga disebutkan bahwa alam tidak selamanya mampu mendikte setiap kehidupan dan aktivitas manusia, namun alam memberikan berbagai alternatif (pilihan) dan manusia menanggapi setiap pilihan yang diberikan oleh alam tersebut. Dalam berkehidupan, manusia memang tidak akan pernah lepas oleh pengaruh alam. Alam akan mempengaruhi aktivitas manusia sehari-hari baik yang bersifat negatif maupun posotif. Berifat positf ketika alam membeikan andil atau keuntungan bagi manusia seperti hasil alam yang melimpah sehingga dapat membantu kesejahteraannya, kemudian
alam juga dapat berubah menjadi
merugikan saat alam mengeluarkan kekuatannya dengan bencana-bencana yang ditimbulkan dan manusia tidak bisa berbuat apa-apa, manusia hanya mampu menghindar dan meniminimalisir kerugian yang ditimbulkan. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Efek yang ditimbulkan dari bencana alam maupun non alam bersifat merusak dan merugikan apapun yang ada di sekitarnya. Banyak sekali jenis-jenis bencana alam yang ada di dunia ini, salah satunya adalah lubang besar (sinkhole). Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tiba-tiba akibat amblasnya permukaan tanah.
1
Amblasnya permukaan tanah yang tiba-tiba mengakibatkan kerusakan dan kerugian dalam berbagai hal, terutama korban jiwa. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat judul makalah “Tahapan Dan Pengeloaan Bencana pada Pasca Terjadinya Lubang Besar (Sinkhole)”. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah: a. Apa pengertian dari lubang besar atau sinkhole? b. Bagaimana proses terjadinya lubang besar atau sinkhole? c. Tahapan dan pengelolaan bencana pada pasca terjadinya lubang besar (sinkhole)? 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui: a. Mendeskripsikan pengertian dari lubang besar atau sinkhole b. Mendeskripsikan proses terjadinya lubang besar atau sinkhole c. Mendeskripsikan tahapan dan pengelolaan bencana pada pasca terjadinya lubang besar (sinkhole)
BAB II ISI 2.1 Pengertian Lubang Besar (Sinkhole)
2
Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tiba-tiba akibat amblasnya permukaan tanah. Lubang runtuhan atau sinkhole adalah depresi alami atau lubang dalam topografi permukaan yang muncul akibat hilangnya lapisan tanah atau bantalan batuan, atau keduanya yang umumnya terjadi akibat aliran air di bawah tanah. Lubang runtuhan memiliki ukuran yang bervariasi dari kurang dari satu meter sampai ratusan meter dalam diameter dan kedalamannya, dan juga tidak bergantung dari jenis lapisan tanah dan bantalan batuan di atasnya. Pembentukan lubang runtuhan ini dapat terjadi berangsurangsur atau secara mendadak, berbedabeda, ditemukan di berbagai tempat di dunia.
Sinkhole kebanyakan terjadi pada daerah yang berada di atas permukaan batu kapur yang bisa menampung banyak air di aquifer, yaitu lapisan tempat air dapat mengalir di bawah tanah. Seiring dengan air tanah yang secara perlahan mengalir melalui batu kapur, air itu akan membentuk lanskap yang disebut karst. Pada akhirnya akan terbentuk sebuah gua, mata air, dan sejumlah lubang amblasan lainnya. Air di aquifer juga bisa memberi tekanan pada batu kapur dan membantu menstabilkan lapisan permukaan tanah. Bisanya berupa tanah liat, endapan lumpur, dan pasir
3
Sinkhole bisa juga dipicu oleh beban berlebih yang sering disebabkan hujan deras atau banjir. Saat air keluar dari rongga batu kapur, tekanan yang menopang material di permukaan tanah juga hilang. Karenanya, lapisan atas bisa tibatiba amblas. Sinkhole juga terbentuk dari aktivitas manusia, seperti runtuhnya tambang yang ditinggalkan hal ini jarang / langka tapi masih sesekali terjadi. Umumnya, sinkhole terjadi di daerah perkotaan akibat kerusakan pada saluran air utama atau runtuhnya saluran pembuangan ketika pipa-pipa tua telah rusak. Dapat juga terjadi karena overpumping dan ekstraksi air tanah dan fluida bawah tanah.
Sinkhole juga dapat terbentuk ketika pola drainase alam berubah dan system pengalihan air yang baru dikembangkan. Beberapa sinkhole terbentuk ketika permukaan tanah berubah, seperti ketika kolam industri dan penyimpanan 4
limpasan air diciptakan, berat substansial dari materi baru dapat memicu runtuhnya materi pendukung tanah, sehingga menyebabkan sebuah sinkhole. 2.2 Proses Terjadinya Lubang Besar (Sinkhole) Fenomena sinkhole, terjadi pada batugamping, limestone, atau masyarakat mengenal batu gamping ini sebagai batu kapur. Keterbentukan batuan ini melalui proses kimia dan biogenik. Mineral yang dominan pembentuk batuan ini adalah CaCO3, Calcium Carbonat. Batu gamping terbentuk pada umumnya pada daerah pantai, laut dangkal, dalam hal ini CaCO3 terakumulasi dalam bentuk padat, itulah yang disebut batu gamping atau batu kapur.
Reaksi terbentuk Calcium Carbonate, CaCO3, (dalam Samboggs,2006) H2O + CO2 + CaCO3 <‐‐‐‐> Ca²+ + 2 HCO3¯ reaksi tersebut merupakan reaksi bolak‐balik, reaksi kesetimbangan, kesetimbangan tersebut akan terganggu oleh hilangnya karbondioksida (CO2), konsentrasi ion hydrogen berkurang dan pH akan
bertambah.
Reaksi
kearah
kiri
menyebabkan
terendapkannya
CaCO3, atau batu gamping (Samboggs, 2006) Selain itu, aktivitas organik pun mempengaruhi dalam pengendapan batu kapur ini, Cangkang‐cangkang Foraminifera atau dikenal sebagai ‘kerang’ terbentuk dari CaCo3. Singkatnya, ketika organik yang memiliki CaCO 3 ini mati akan berpengaruh dalam pembentukan batu kapur.
5
Penyebab utama terjadinya sinkhole adalah larutnya batuan sekitar karena pengaruh air dan terbentuk gua di bawah permukaan tanah seperti gambar di bawah ini;
Stadia 1: Pada awalnya ada sebuah retakan kecil karena sesar dan kekar kemudian membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah ini biasanya terjadi pada daerah yg tersusun oleh batu gamping. Batu gamping ini relatif mudah terlarutkan ketimbang batupasir (batuan yang terssun oleh pasir, biasanya mineral kuarsa). Stadia 2: Karena adanya aliran bawah tanah, maka akan muncul rongga karena bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai bawah tanah. Stadia 3-4-5-6: Proses ini berlangsung terus menerus dengan kikisan serta jatuhan dari batuan diatasnya. Hingga akhirnya bolongan ini membentuk ruang cukup lebar dan jembatan dibagian atas tidak kuat menahan dan
6
Stadia 7: BLUNG ! Lubang ini tidak seluruhnya memenuhi hingga dasar terbawah, karena volume yang mengisi batuan atas tidak seluruhnya hilang. Kedalaman lubang bisa mulai hanya beberapa meter hingga berukuran besar sedalam 100 meter seperti yang di Guatemala itu. Stadia 8: Proses pengendapan diatas cekungan ini akhirnya menutup Lubang yang seringkali tidak disadari oleh penghuni diatasnya. Proses siklus ini berjalan ribuan tahun yang dalam skala geologi yang sering dalam juta tahun bisa saja hanya disebut proses yang sekejap. Tetapi walaupun telah terjadi hanya seribu tahun yang lalu, barangkali kita tidak memiliki rekaman itu, dan kita hanya menggunakan tanah diatasnya itu seolaholah dahulu tidak terjadi apa-apa. 2.3 Tahapan dan Pengelolaan Bencana pada Pasca Terjadinya Lubang Besar (sinkhole) Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) yang dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat diantaranya, a. Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman. b. Penyelamatan harta benda yang mungkin masih dapat diselamatkan. c. Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagi para pengungsi seperti tenda-tenda darurat. d. Menyediakan dapur umum. e. Menyediakan air bersih dan sarana kesehatan f. Memberikan pada dorongan semangat bagi para korban bencana agar para korban tersebut tidak frustasi. 7
g. Koordinasi dengan aparat secepatnya. Adapun tahapan mitigasi bencana lubang besar (sinkhole) adalah pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, rehabilitasi dan rekonstruksi. a. Pemetaan Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencan. b. Penyelidikan Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya. c. Pemerikasaan Melakukan pemeriksaan setelah terjadinya bencana sinkhole sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulanginya. d. Pemantauan Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. e. Sosialisasi Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat
umum,
tentang
bencana
alam
tanah
longsor
dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara
antara
lain,
mengirimkan
poster,
booklet,
dan
leaflet
atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah. Selain itu dapat ditambahkan, f. Rehabilitasi Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan sinkhole dan teknik pengendaliannya supaya sinkhole tidak berkembang dan penentuan relokasi korban sinkhole dikendalikan. g.
Rekonstruksi
8
bila bencana ini sulit
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah yang ditopang oleh batu kapur menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh sinkhole. Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
Perbaikan drainase tanah (menambah materimateri yang bisa menyerap).
Mencegah dibangunnya perumahan dan jalan raya diatas batu kapur yang rawan sinkhole.
BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan
9
Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tibatiba akibat amblasnya permukaan tanah. Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) dan masyarakat harus dilibatkan. Yaitu, penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman, penyelamatan harta benda yang mungkin masih dapat diselamatkan, menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagi para pengungsi seperti tenda-tenda darurat, menyediakan dapur umum. menyediakan air bersih dan sarana kesehatan, memberikan pada dorongan semangat bagi para korban bencana agar para korban tersebut tidak frustasi, koordinasi dengan aparat secepatnya. Adapun tahapan mitigasi bencana lubang besar (sinkhole) adalah pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.
DAFTAR PUSTAKA Charley, R.J.1984. Geomorphology, Menthusen & ci Ltd: London
10
Herlambang,s sudarno. 2004. Dasar-Dasar Geomorphologi. Universitas Negeri Malang : Malang Marsudi. 2001. Prediksi Laju Amblesan Tanah di Dataran Aluvial Semarang. Bandung. ITB Sarah, Lubis R.F.dkk.2010.Kajian Dampak Lingkungan Bawah Permukaan Wilayah Perkotaan Indonesia. Laporan Tenis Pusat Geoteknologi LIPI Bandung ( tidak diterbitkan) Syarif, Roestam, 2010.Tata Ruang Air. Jakarta: Gramedia
11