PENGELOLAAN PROSES PRODUKSI DAN PASCA PANEN SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA AEROPONIK DAN HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG
BENNY RAHARDIAN PRAWOTO A24070191
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
THE PRODUCTION PROCESS AND POST HARVEST MANAGEMENT OF AEROPONIC AND HYDROPONIC DEEP FLOW TECHNIQUE LETTUCE (Lactuca sativa L.) IN AMAZING FARM LEMBANG BANDUNG
Benny Rahardian Prawoto dan Juang Gema Kartika Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga, Bogor, West Java Indonesia Phone: +62 8211 734 8580
ABSTRACT Vegetables are needed by human being as their consumption to fulfill their daily nutrition, that’s why the opportunity of vegetables production is widely opened to be developed. This opportunity drives people to use the suitable technique to gain optimum production as well as the quality, quantity and continuity, such as using aeroponic and hydroponic system. The internship was implemented in Amazing Farm, Field Cikahuripan 1, Lembang, Bandung. Amazing farm is one of the leading companies in horticultural products. The purposes of the internship were to get working experience and practical knowledge about production of aeroponic and hydroponic lettuce (green curly, lollorossa and romaine), discover the difference between aeroponic and hydroponic system, get management and post harvest experience and also help the company to solve problems in cultivation technique. Aeroponic system can produce lettuce crop better than hydroponic does. The post harvest observation of aeroponic and hydroponic lettuce didn’t show significant diference. The business analysis of lettuce production shows that aeroponic lettuce is more promising than hydroponic, although it needs large amount of capital for the investment. Keywords: aeroponic, hydroponic, lettuce, Amazing Farm
RINGKASAN
BENNY RAHARDIAN PRAWOTO. Pengelolaan Proses Produksi dan Pasca Panen Selada (Lactuca sativa L.) Secara Aeroponik dan Hidroponik Deep Flow Technique di Amazing Farm, Lembang, Bandung. Dibimbing oleh JUANG GEMA KARTIKA.
Sayuran memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan, sehingga memacu berbagai pihak untuk menggunakan teknik budidaya yang paling sesuai untuk mencapai produksi yang optimal. Salah satu cara untuk mencapai produksi yang optimal adalah teknik budidaya sayuran secara hidroponik. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan kegiatan magang di Amazing Farm. Amazing Farm adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang hortikultura terutama budidaya sayuran secara hidroponik. Amazing Farm menggunakan sistem hidroponik berupa sistem aeroponik dan hidroponik DFT (Deep Flow Technique). Tujuan dari kegiatan magang adalah untuk mendapatkan pengalaman kerja dan pengetahuan praktis tentang aspek produksi budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT, mengetahui perbedaan antara teknik budidaya aeroponik dan hidroponik DFT dan membantu memecahkan masalah ataupun mencari solusi atas permasalahan yang ada di perusahaan. Kegiatan magang dilaksanakan selam empat bulan, yaitu pada bulan Maret sampai Juli 2011. Kegiatan yang dilakukan selama magang meliputi kegiatan lapang yang terdiri atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Amazing Farm yang berhubungan dengan aspek budidaya tiga jenis selada yaitu: selada keriting, lollorossa, dan romaine; melakukan pengamatan, analisis usaha tani dan juga mengamati saluran pemasaran. Data primer dan sekunder diolah menggunakan análisis kuantitif (uji T-student) dan deskriptif. Amazing Farm Kebun Cikahuripan memiliki luas lahan 2.5 ha dengan luas produktif seluas 1.8 ha. Kebun ini khusus membudidayakan sayuran daun seperti selada keriting, lollorossa, romaine dan sayuran daun lainnya. Teknik budidaya yang digunakan adalah aeroponik dan hidroponik DFT.
Aspek teknis kegiatan magang dilaksanakan mulai dari kegiatan budidaya, pasca panen hingga pemasaran. Aspek manajerial dilakukan dengan cara menjadi karyawan harian lepas, asisten supervisor produksi, asisten supervisor panen dan juga sebagai asisten manajer kebun Kegiatan persemaian yang dilakukan oleh Amazing Farm menggunakan rockwool. Media rockwool merupakan pilihan yang baik. Tindakan pencelupan rockwool yang sudah terdapat benih diatasnya ke dalam air tidak baik, sebab dapat menghanyutkan benih. Penggunaan styrofoam yang rusak dapat mengurangi area tanam dan juga aerasi larutan nutrisi pada budidaya hidroponik DFT, selain juga dapat memacu tumbuhnya ganggang yang dapat menyumbat nozzle pada budidaya aeroponik. Permasalahan pada budidaya selada keriting aeroponik adalah tinggi tanaman yang bervariasi. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengganjal selang yang mengalirkan nutrisi di dalam bak tanam dengan menggunakan potongan styrofoam bekas. Perlakuan ini dilakukan agar posisi selang menjadi lebih tinggi sehingga semprotan nutrisi mampu mencapai akar tanaman di atasnya. Pertumbuhan selada keriting, lollorossa dan romaine yang dibudidayakan secara aeroponik menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan sayuran pada budidaya hidroponik DFT. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan di lapangan dan didukung dengan data produktivitas yang dimiliki oleh Amazing Farm. Secara umum perlakuan pasca panen pada sayuran aeroponik dan hidroponik DFT tidak menunjukkan perbedaan. Kehilangan hasil akibat perlakuan pasca panen terbesar diakibatkan oleh perompesan daun akibat daun tua atau kerusakan mekanis, yang diakibatkan oleh kerusakan saat pengangkutaan di dalam kontainer atau saat pengangkutan ke packing house, disamping kerusakan produk akibat hama dan juga penyakit. Analisis
usaha
tani
budidaya
selada
keriting
secara
aeroponik
menunjukkan bahwa biaya investasi yang diperlukan lebih mahal daripada budidaya selada hidroponik DFT. Akan tetapi, berdasarkan dari hasil analisis usaha tani, usaha budidaya selada aeroponik lebih layak dan menguntungkan jika dijalankan, dibandingkan dengan budidaya selada hidroponik DFT.
PENGELOLAAN PROSES PRODUKSI DAN PASCA PANEN SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA AEROPONIK DAN HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
BENNY RAHARDIAN PRAWOTO A24070191
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: PENGELOLAAN PROSES PRODUKSI DAN PASCA
PANEN SELADA (Lactuca sativa
L.) SECARA
AEROPONIK DAN HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG Nama
: BENNY RAHARDIAN PRAWOTO
NIM
: A24070191
Menyetujui, Pembimbing
Juang Gema Kartika, SP., M.Si NIP. 19810701 200501 2 005
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, M. Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 8 Februari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Murhari Tri Prawoto dan Ibu Endah Praestiningsih. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SD Negeri Belotan 1, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Kawedanan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Madiun, Jawa Timur. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif di PASMAD (Organisasi Mahasiswa Daerah Madiun), UKM Paduan Suara Agriaswara IPB dan AGROHOTPLATE (Koperasi Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura). Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Praktik Usaha Pertanian pada tahun 2011.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Proses Produksi dan Pasca Panen Selada (Lactuca sativa L.) secara Aeroponik dan Hidroponik Deep Flow Technique di Amazing Farm, Lembang, Bandung” disusun oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Juang Gema Kartika, SP., M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberi masukan, kritik dan juga motivasi kepada penulis. 2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan. 3. Ir. Heni Purnamawati, M. Sc. Agr sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan. 4. Papa, Mama, Dek Rara dan segenap keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan untuk penulis hingga penulis menyelesaikan mampu pendidikannya dengan baik. 5. Para pengajar dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah membantu penulis selama menjalani perkuliahan. 6. Bapak Dede, Bapak Supri, Ibu Aria, karyawan dan staf PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) dan Bapak Asep sekeluarga dan juga berbagai pihak di di Lembang, Bandung yang telah memberikan bantuannya. 7. Desir, Edo, Kosmas, Vicky, Namira, Amin, rekan-rekan AGH 44 dan temanteman yang telah banyak membantu penulis selama menulis skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Februari 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vii
PENDAHULUAN ........................................................................................ Latar Belakang .................................................................................. Tujuan ...............................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ Botani Selada (Lactuca sativa L.) ...................................................... Budidaya secara Hidroponik .............................................................. Aeroponik ......................................................................................... Larutan Nutrisi .................................................................................. Panen dan Pasca Panen ......................................................................
4 4 6 7 8 9
METODE MAGANG ................................................................................... Tempat dan Waktu Magang ............................................................... Metode Pelaksanaan .......................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data .................................................. Analisis Data dan Informasi ...............................................................
11 11 11 12 14
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN .......................................................... Sejarah, Letak Wilayah Administratif dan Letak Geografis ................ Tata Areal dan Fasilitas Produksi....................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan...........................................
16 16 17 21
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .................................................. Aspek Teknis ..................................................................................... Aspek Manajerial ..............................................................................
24 24 38
PEMBAHASAN ........................................................................................... Proses Produksi ................................................................................. Panen dan Pasca Panen ...................................................................... Analisis Usaha Tani ...........................................................................
41 41 56 62
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... Kesimpulan ....................................................................................... Saran .................................................................................................
65 65 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
67
LAMPIRAN .................................................................................................
69
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Larutan Stok A, B dan Larutan Asam…………………………………..
9
2. Komposisi Nutrisi AB Mix Amazing Farm…………………………….
31
3. Standar Kualitas Sayuran di Amazing Farm Kebun Cikahuripan………
33
4. Daya Berkecambah Benih Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine.....
42
5. Pertumbuhan Selada Keriting…………………………………………...
46
6. Pertumbuhan Lollorossa………………………………………………...
50
7. Pertumbuhan Romaine………………………………………………….
53
8. Bobot Panen Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine………………..
56
9. Presentase Tanaman yang Tidak Dipanen………………………………
58
10. Kehilangan Hasil saat Perlakuan Pasca Panen………………………….
60
11. Perlakuan Perompesan Daun……………………………………………
61
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Beberapa Varietas Botanis Selada .........................................................
6
2. Sistem Budidaya Deep Flow Technique (DFT)......................................
7
3. Sistem Budidaya Aeroponik ..................................................................
7
4. Tipe Greenhosue Piggy-back System .....................................................
17
5. Tipe Greenhouse Bulbo .........................................................................
18
6. Layout Bak Tanam ................................................................................
19
7. Struktur Organisasi PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) 2011 ...
21
8. Proses Persemaian .................................................................................
24
9. Bibit Selada Keriting .............................................................................
27
10. Kegiatan di Dalam Greenhouse Produksi. .............................................
30
11. Panen Sayuran di Amazing Farm...........................................................
33
12. Kemasan Produk Aeroponic Vegetables……………………………………
36
13. Ilustrasi Semprotan Nozzle ....................................................................
44
14. Masalah pada Budidaya Aeroponik .......................................................
45
15. Pertambahan Tinggi Tanaman Selada Keriting ......................................
48
16. Pertambahan Jumlah Daun Selada Keriting ...........................................
48
17. Pertambahan Lebar Daun Selada Keriting .............................................
48
18. Pertambahan Panjang Akar Selada Keriting...........................................
49
19. Pertambahan Tinggi Tanaman Lollorossa ..............................................
52
20. Pertambahan Jumlah Daun Lollorossa ...................................................
52
21. Pertambahan Lebar Daun Lollorossa .....................................................
52
22. Pertambahan Panjang Akar Lollorossa ..................................................
53
23. Pertambahan Tinggi Tanaman Romaine ................................................
55
24. Pertambahan Jumlah Daun Romaine......................................................
55
25. Pertambahan Lebar Daun Romaine ........................................................
55
26. Pertambahan Panjang Akar Romaine .....................................................
56
27. Produktivitas Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine Periode Maret-Mei 2011 (Data Sekunder) .............................................
57
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Magang ..........................................................................
70
2. Layout Amazing Farm Kebun Cikahuripan. .........................................
72
3. Luas Produksi Amazing Farm Kebun Cikahuripan. ..............................
73
4. Sebaran Komoditas di Amazing Farm (Juni 2011) ................................
74
5. Data Iklim selama Kegiatan Magang (Maret-Juni 2011) .......................
75
6. Cashflow Budidaya Selada Aeroponik ..................................................
77
7. Nilai Sisa Budidaya Selada Aeroponik. ................................................
79
8. Cashflow Budidaya Selada Hidroponik DFT ........................................
80
9. Nilai Sisa Budidaya Selada Hidroponik DFT ........................................
82
10. Analisis Laba Rugi ...............................................................................
83
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pangan merupakan sumber energi bagi manusia, dan makanan tersebut secara langsung atau tidak langsung berasal dari tanaman yang sebagian besar termasuk dalam kelompok sayuran (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Sayuran mutlak diperlukan dalam konsumsi masyarakat sehari-hari karena kandungan gizinya, terutama vitamin dan mineral yang dapat mendukung kecukupan gizi masyarakat, sehingga menyebabkan permintaan komoditas sayuran terjadi setiap hari. Hal inilah yang menjadikan komoditas sayuran memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Peluang budidaya sayuran juga dapat dilihat dari perkembangan nilai ekspor komoditas sayuran di Indonesia yang terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu senilai US$ 47 000 000 pada tahun 2007, menjadi US$ 52 300 000 pada tahun 2008 dan mencapai nilai US$ 74 200 000 pada tahun 2009 (Kementrian Perdagangan RI, 2011). Peluang-peluang ini memacu berbagai pihak untuk menggunakan teknik budidaya yang paling sesuai untuk mencapai produksi yang optimal, selain untuk mencapai kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi. Salah satu cara yang sesuai untuk budidaya sayuran adalah teknik budidaya sayuran secara hidroponik. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu sistem bercocok tanam dengan media tanpa tanah (Lingga, 1999). Media tersebut bermacam-macam, mulai dari air, pasir, kerikil, rockwool dan media-media yang lain yang dapat menyimpan nutrisi di dalamnya. Prinsip dasar dari budidaya hidroponik adalah menyediakan suplai nutrisi ke tanaman tanpa menggunakan media tanah. Beberapa sistem hidroponik yang biasa digunakan untuk produksi sayuran di Indonesia antara lain: aeroponik, DFT (Deep Flow Technique), NFT (Nutrient Film Technique) dan THST (Teknologi Hidroponik Sistem Terapung). Kelebihan budidaya hidroponik antara lain: produksi tanaman lebih tinggi dibandingkan menggunakan media tanah biasa, tanaman lebih terjamin bebas dari hama dan penyakit, kerja kebun lebih efisien dan tidak ada risiko akibat kondisi alam yang kurang mendukung, misalnya saja banjir atau kekeringan (Lingga,
2
1999). Produk yang dihasilkan pun juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan produk sayuran daun hasil budidaya secara konvensional, yaitu harga jual yang lebih tinggi dan menghasilkan produk yang bersih, sehat, renyah dan lebih enak (Agung, 2008). Praktik budidaya seperti ini dapat digunakan untuk beberapa jenis tanaman, antara lain stroberi, mentimun jepang, paprika, sishito (cabai Jepang), tomat, dan sayuran daun (Untung, 2004). Jenis sayuran daun yang dapat dibudidayakan dengan sistem hidroponik antara lain selada keriting, lollorossa, romaine, caisim, kangkung, bayam, bayam merah, kailan dan sayuran daun yang lain. Salah satu perusahaan yang mengusahakan budidaya sayuran secara hidroponik adalah Amazing Farm. Amazing Farm didirikan pada tahun 1998 di bawah manajemen PT. Momenta Agrikultura. Amazing Farm memproduksi beberapa macam sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT. Pemilihan Amazing Farm sebagai lokasi magang karena perusahaan ini telah memproduksi sayuran secara hidroponik DFT cukup lama dan merupakan pelopor budidaya sayuran secara aeroponik di Indonesia (Agung, 2008), sehingga perusahaan ini telah berpengalaman dalam praktik budidaya hidroponik DFT dan aeroponik. Alasan lain yang melatarbelakangi pemilihan perusahaan ini sebagai tempat magang karena Amazing Farm menghasilkan sayuran dengan kualitas baik, skala usaha yang besar dan telah memiliki pasar yang luas hingga Brunei Darussalam. Sistem budidaya aeroponik dan hidroponik DFT menarik untuk dipelajari lebih lanjut, karena sistem budidaya ini masih belum banyak dikembangkan di Indonesia dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan budidaya konvensional yang telah disebutkan sebelumnnya. Hal-hal yang perlu dipelajari oleh penulis adalah mengenai perbedaan dari kedua jenis sistem budidaya tersebut baik dari segi fasilitas yang digunakan, produk yang dihasikan, aspek teknis yang dijalankan, aspek pasca panen produk dan juga analisisi usaha taninya. Hal lain yang menarik perhatian penulis adalah mengenai cara Amazing Farm menerapkan sistem manajemennya untuk melakukan kegiatan produksi sayuran secara aeroponik dan hidroponik DFT.
3
Tujuan Kegiatan magang yang dilaksanakan di Amazing Farm bertujuan untuk: 1. Mendapatkan pengalaman kerja dan pengetahuan praktis tentang aspek produksi (kuantitas, kualitas dan kontinuitas) budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT di Amazing Farm 2. Mengetahui perbedaan antara teknik budidaya aeroponik dan hidroponik DFT, mulai dari kegiatan persiapan, produksi, pasca panen produk hingga analisis usaha tani dari kedua jenis teknik budidaya tersebut. 3. Mendapatkan pengalaman pasca panen dan manjemen di Amazing Farm. 4. Membantu
memecahkan
masalah
permasalahan yang ada di perusahaan.
ataupun
mencari
solusi
atas
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Selada (Lactuca sativa L.) Selada merupakan sayuran yang termasuk ke dalam famili Compositae dengan nama latin Lactuca sativa L. Asal tanaman ini diperkirakan dari dataran Mediterania Timur, hal ini terbukti dari lukisan di kuburan di Mesir yang menggambarkan bahwa penduduk Mesir telah menanam selada sejak tahun 4500 SM (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Berikut ini adalah klasifikasi selada: Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotylodonae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae (Compositae)
Genus
: Lactuca
Spesies
: Lactuca sativa
Selada cocok dibudidayakan pada daerah dengan suhu optimum berkisar antara 20oC pada saing hari dan 10 oC pada malam hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari, pada suhu 15oC-25oC (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Selada merupakan tanaman setahun polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat mengghasilkan akar tunggang dalam yang diikuti dengan penebalan dan perkembangan ekstensif akar lateral yang kebanyakan horizontal. Daun selada sering berjumlah banyak dan biasanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam susunan padat. Bentuk daun yang berbeda-beda sangat beragam warna, raut, tekstur dan sembir daunnya. Daun tak berambut, mulus, berkeriput (savoy) atau kisut berlipat. Sembir daunnya membundar rata atau terbagi secara halus, warnanya beragam, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, kultivar tertentu berwarna merah atau ungu. Daun bagian dalam pada kultivar yang tidak membentuk kepala cenderung
5
berwarna lebih cerah, sedangkan pada kultivar yang membentuk kepala berwarna pucat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Menurut Nonnecke (1989), pada ada dasarnya terdapat kurang lebih enam perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada, yaitu: crisp-head, butterhead, cos, selada daun/selada potong, selada batang dan selada latin. Hal senada juga dinyatakan oleh Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tentang tipe-tipe selada yang meliputi beberapa kelompok varietas botanis yang terdiri atas: 1. L. sativa var. Capitata yang merupakan kelompok varietas dari selada kepala renyah (crisphead) dan kepala mentega (butterhead). Menurut Haryanto et al. (2003) selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada bagian bawah tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau terang, tetapi ada juga yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah. 2. L. sativa var. Longifolia yaitu selada cos (romaine). Selada jenis ini mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung mirip petsai (Gambar 1C). Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai ke bawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini rasanya enak. Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhnannya. 3. L. sativa var. Crispa yaitu selada daun longar (selada keriting dan lollorossa). Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri lainnya adalah tipe selada ini tidak membentuk krop (Gambar 1A dan 1B). 4. L. sativa var. Asparagina yaitu selada batang. Selada jenis ini memiliki ciri-ciri daun berukuran besar, panjang dan bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Daunnya berlepasan dan tidak membentuk krop. 5. L. sativa kelompok varietas selada latin, contohnya Sucrine dan Creole.
6
A
B
C
Gambar 1. Beberapa Varietas Botanis Selada: (A). Selada Keriting yang termasuk dalam kelompok varietas Crispa, (B). Lollorossa yang termasuk ke dalam kelompok varietas Crispa, (C). Romaine yang termasuk ke dalam kelompok varietas Longofolia.
Budidaya secara Hidroponik Menurut Lingga (1999) prinsip-prinsip dasar terpenting dari hidroponik sebenarnya sudah dikenal sejak tiga abad yang lampau. Pada tahun 1936 di Inggris, hidroponik telah diuji coba di laboratorium, sampai pada tahun 1969 dimana Dr. W. F. Gericke yang bekerja pada laboratorium Universitas California berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 meter dan menghasilkan buah yang baik dengan menanamnya di dalam bak-bak berisi air bermineral. Berawal dari sini, muncul istilah hydroponics, yaitu istilah baru yang merujuk kepada suatu sistem bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Menurut Karsono (2008), terdapat enam tipe dasar sistem hidroponik, yaitu: sistem wick (sumbu), water culture (kultur air), ebb and flow / flood and drain (pasang surut), drip (tetes) yang terdiri atas sistem recovery dan non-recovery, DFT (deep flow technique) dan aeroponik.
Hidroponik DFT (Deep Flow Technique) DFT adalah suatu sistem dalam teknik budidaya hidroponik yang menggunakan wadah (bak tanam) dengan posisi yang mendatar dan air sebagai media utama (Gambar 2). Sistem ini mirip dengan NFT (Nutrirent Film Technique), namun berbeda dengan NFT yang menggunakan lapisan tipis air sebagai penyuplai nutrisi pada tanaman, pada sistem DFT larutan nutrisinya
7
menggenang sehingga apabila listrik mati dan pompa tidak menyala, maka tanaman pada sisitem DFT tidak mengalami gangguan asupan nutrisi karena akar tanaman masih berada dalam larutan nutrisi.
Gambar 2. Sistem Budidaya Deep Flow Technique (DFT)
Aeroponik Aeroponik merupakan salah satu dari metode bercocok tanam secara hidroponik. Aeroponik tidak sama dengan metode seperti NFT (Nutrient Film Technique) atau DFT (Deep Flow Technique). Sistem aeroponik diteliti pertama kali dan dikembangkan oleh Dr. Franco Massatini dari Universitas Pia, Italia.
Gambar 3. Sistem Budidaya Aeroponik
Pada dasarnya, kata aeroponik diambil dari kata aero dan phonos. Aero berarti udara dan phonos berarti cara budidaya, aeroponik berarti bercocok tanam di udara. Aeroponik merupakan metode untuk membudidayakan tanaman tanpa media tanah tetapi dengan memberi tanaman nutrisi melalui pengabutan yang mengandung nutrisi/pupuk, dimana akar digantung di udara (Agung, 2009) seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3. Menurut Karsono (2008), pengabutan ini
8
biasanya dilakukan setiap beberapa menit. Pengaturan pengabutan harus dilakukan secara teliti, sebab akar tanaman yang dibudidayakan secara aeroponik terekspos di udara, sehingga akar bisa cepat mengering jika pengaturan pengabutan terganggu.
Larutan Nutrisi Larutan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam budidaya secara hidroponik, karena tanaman yang dibudidayakan dengan sistem tersebut hanya mendapat asupan nutrisi dari larutan nutrisi yang disediakan. Menurut Resh (2004), formulasi larutan nutrisi berbeda-beda dan sangat bergantung dari beberapa variabel berikut ini: spesies dan varietas tanaman, tahap pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang ingin dipanen atau dikonsumsi, musim (panjang hari), dan cuaca (suhu, intensitas cahaya, dan lama penyinaran). Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan larutan nutrisi untuk budidaya hidroponik harus memiliki sifat larut sempurna di dalam air. Terdapat 12 jenis bahan kimia yang mengandung unsur-unsur yang berguna bagi tanaman. Unsur-unsur tersebut dibagi ke dalam dua kelompok unsur, yaitu unusr makro dan unsur mikro. Unsur makro terdiri atas Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg), sadangkan unsur mikro terdidri dari Boron (B), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Molibdenum (Mo) (Untung, 2004). Larutan nutrisi dibuat dari larutan stok. Larutan stok adalah konsentrat dari larutan nutrisi. Larutan stok biasanya terdiri atas larutan stok A, larutan stok B dan larutan asam (Tabel 1). Masing-masing jenis larutan stok harus dipersiapkan dan disimpan pada tangki tersendiri (tidak dicampur). Pemisahan tersebut harus dilakukan untuk menghindari terjadinya pengendapan antara sulfat dan nitrat apabila dicampur bersama dalam konsentrasi tinggi dari beberapa komposisi kimiawi masing-masing larutan stok. Misalnya saja larutan stok akan mengendap apabila sulfat dari senyawa magnesium sulfat dicampur dengan kalsium dari senyawa kalsium nitrat (Resh, 2004).
9
Tabel 1. Larutan Stok A, B dan Larutan Asam Stok A Komposisi
Stok B
Solubilitas (g/100 ml air)
KNO3
13.3
Ca(NO3) NH4NO3 HNO3 Chelate Besi
121.2 118.3 tidak terbatas sangat mudah larut
Komposisi
Asam
Solubilitas (g/100 ml air)
Komposisi
KNO3
13.3 HNO3
42%
K2SO4 KH2PO4 H3PO4 Mg SO4.7H2O
12.0 H2SO4 33.0 H3PO4 548 HCl 71.0
66% 75% -
Sumber: Resh (2004)
Menurut Untung (2004), cocok atau tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman dapat diketahui melalui pengukuran aliran listrik dalam air. Aliran listrik dalam air di dalam bak tanam tersalurkan sesuai dengan kandungan ion-ion dari beragam bahan kimia terlarut. Ukuran aliran listrik disebut electric conductivity (EC), satuan yang digunakan adalah millimhos (mmho), tetapi dalam praktik budidaya, satuan EC biasa menggunakan satuan millisiemens/centimeter (mS/cm). Nilai EC sangat penting di dalam budidaya hidroponik. Berdasarkan angka EC inilah produktivitas tanaman bisa dipacu. Larutan nutrisi yang digunakan untuk tanaman muda berkisar antara 1-1.5 mS/cm, sedangkan larutan nutrisi untuk tanaman dewasa memiliki nilai EC berkisar antara 2-4 mS/cm. Nilai EC berbedabeda untuk setiap tanaman, bergantung pada varietas tanaman, umur tanaman dan iklim setempat (Untung, 2004).
Panen dan Pasca Panen Menurut Simpson dan Straus (2010) panen adalah mengumpulkan bagian tanaman yang ditujukan untuk kepentingan komersial. Masing-masing tanaman memiliki kriteria tersendiri dalam hal panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen adalah keadaan tanaman yang berupa tingkat kematangan dan juga waktu panen. Tanaman selada merupakan sayuran yang dikonsumsi karena kelembutan, kerenyahan dann karakteristiknya yang berair (Denisen, 1979), oleh sebab itu pemanenan selada harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak terlalu awal
10
karena akan menghasilkan hasil yang rendah, dan apabila dipanen terlambat dapat mengakibatkan kualitas hasil panen menurun. Namun demikian, penentuan waktu panen untuk tanaman selada sangat bergantung pada kultivarnya. Masing-maasing varietas memiliki waktu panen dan tingkat kemasakan yang berbeda, sehingga pemanenan selada kadang-kadang sangat subyektif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Grubben dan Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa pada penanaman selada secara konvensional, selada biasanya dipanen pada umur 30-50 hari setelah semai dan menghasilkan hasil 3-8 ton/ha, sedangkan menurut Resh (2004), potensi hasil untuk selada yang dibudidayakan dengan media tanpa tanah (soiless) sebesar 9 000 lb (4 082 kg) per acre, atau sekitar 10 ton/ha. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa kriteria panen untuk selada adalah ukuran sudah cukup besar namun sebelum berbunga, kecuali jika memang diinginkan untuk berbunga. Menurut Pantastico et al. (1986) pemanenan selada dimulai segera setelah tanaman mencapai ukuran dan ketegaran yang diinginkan. Pemanenan harus sudah dilakukan sebelum daun menjadi kaku dan terasa pahit. Penanganan pasca panen adalah tahap dari produksi tanaman yang dilakukan sesaat setelah panen. Kegiatan pasca panen meliiputi kegiatan pendinginan, pembersihan, sortasi dan grading (Simpson dan Straus, 2010). Sebuah survey yang dilakukan oleh Bautista dan Cadiz pada tahun 1986 menunjukkan bahwa terjadi kehilangan hasil 22% sampai 70% sayuran akibat penanganan yang tidak baik, ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti: busuk, lewat matang, kerusakan mekanik, susut bobot, pemotongan, bertunas dan pencoklatan. Preece dan Read (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan kualitas selada dapat dilihat dari turgiditas, warna, kemasakan (firmness), perlakuan perompesan (jumlah daun terluar), bebas dari tip burn dan kerusakan fisiologis, bebas dari kerusakan mekanis, cacat dan juga busuk. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa dalam praktik pasca panen, tidak ditemukan adanya perlakuan yang dapat meningkatkan kualitas pasca panen suatu produk, yang dapat dilakukan adalah hanya menjaga kualitas produk tersebut.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Amazing Farm, Kebun Cikahuripan, Kampung Pojok, Desa Cikahuripan RT 5 RW 1, Kecamatan Lembang, Bandung Jawa Barat, mulai bulan Maret 2011 sampai bulan Juli 2011.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang dilakukan meliputi kegiatan lapang yang terdiri atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Amazing Farm yang berhubungan dengan aspek budidaya tiga jenis selada yaitu: selada keriting, lollorossa, dan romaine, yaitu mulai dari persiapan media, penyemaian, penanaman, perawatan, panen, pasca panen dan pemasaran. Kegiatan lain yang dilaksanakan selama magang adalah melakukan pengamatan yang terdiri atas: pengamatan daya berkecambah benih, pengamatan pertumbuhan tanaman, pegamatan pasca panen dan juga mengumpulkan data dan informasi dari arsip perusahaan, studi pustaka, dan wawancara dengan karyawan dan juga mengamati saluran pemasaran sayuran. Hal lain yang dilaksanakan adalah melakukan analisis informasi yang diperoleh. Bentuk kegiatan yang dilakukan pada saat magang adalah sebagai berikut:
1. Orientasi Lapangan Kegiatan orientasi lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan umum perusahaan seperti profil perusahaan, tata areal dan sistem kerja yang diterapkan dan juga sebagai ajang perkenalan dengan para staf dan juga untuk mengetahui permasalahan yang ada di perusahaan. Kegiatan ini juga dilakukan untuk mengetahui tentang semua aktivitas yang dilakukan selama magang.
2. Bekerja sebagai Karyawan Harian Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai karyawan harian adalah melaksanakan praktik budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik
12
DFT, mulai dari persiapan media, persemaian, perawatan di nursery, kegiatan tanam, perawatan hingga proses panen, pasca panen dan distribusi produk.
3. Pendamping Supervisor Pendamping supervisor memiliki tugas membantu supervisor dalam hal pengawasan produksi, pengawasan panen, membantu taksasi, dan membantu memperhitungkan jumlah sayuran yang dipanen.
4. Pendamping Manajer Kebun Kegiatan yang dilakukan sebagai pendampig manajer kebun antara lain membantu setiap kegiatan di lapangan, membuat jurnal kegiatan harian di lapangan, serta mempelajari manajerial tingkat lapang.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dan informasi yang dilakukan berupa pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapang berupa data yang berkaitan dengan aspek budidaya, yang terdiri atas: data pertumbuhan tanaman, pembibitan, pemeliharaan dan produksi tanaman, panen dan pasca panen hingga pemasaran hasil dan juga kegiatan wawancara dan diskusi dengan manajer dan karyawan. Data sekunder didapat dari arsip dan juga studi literatur perusahaan berupa produktivitas, kondisi perusahaan, bangunan tanam, tenaga kerja dan data-data lain yang mendukung. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data baik primer maupun data sekunder antara lain: 1. Mengikuti secara langsung kegiatan persiapan, produksi, dan pasca panen hingga pemasaran sayuran daun, 2. Wawancara dengan staf dan pekerja Amazing Farm selama magang berlangsung, 3. Mengumpulkan data mengenai produksi, baik data dari pengamatan yang dilakukan maupun data dari perusahaan,
13
4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT.
Beberapa pengamatan yang dilakukan berkenaan dengan aspek produksi dan pasca panen sayuran daun adalah sebagai berikut: 1. Produksi Pengamatan pada bagian produksi terdiri atas semua kegiatan produksi, mulai dari persiapan bahan tanam, persemaian, penanaman dan perawatan. Komoditas yang menjadi objek pengamatan terdiri atas tiga jenis selada yaitu selada keriting, lollorossa, dan juga romaine secara aeroponik maupun hidroponik DFT. Parameter yang diamati untuk pengamatan persemaian adalah daya berkecambah,
sedangkan parameter untuk pengamatan
pertumbuhan tanaman adalah tinggi tanaman, lebar daun tanaman, jumlah daun tanaman, panjang akar tanaman dan bobot per tanaman saat panen. a. Tinggi tanaman diukur dengan cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan atas styrofoam hingga daun tertinggi. b. Lebar daun tanaman diukur dengan cara mengukur lebar daun yang memiliki ukuran paling lebar, dan bukan merupakan daun tua (daun terluar). c. Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka (tidak termasuk daun yang masih menguncup dan plumula saat masih bibit). d. Panjang akar diukur dengan cara mengukur panjang akar dari permukaan bawah styrofoam hingga ujung akar. 2. Panen Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan kegiatan panen yang dilakukan oleh perusahaan, pengumpulan data tentang persentase tanaman yang tidak dipanen, dan juga produktivitas. Presentase tanaman yang tidak dipanen dihitung dengan cara mengambil sampel secara acak sebanyak lima kali panen. Tanaman yang tidak dipanen dikumpulkan kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan bobot tanaman yang dipanen lalu disajikan dalam bentuk persentase.
14
3. Pasca Panen Pengamatan pasca panen meliputi pengamatan presentase rompesan daun, presentase tanaman yang tidak masuk standar kualitas (sortasi), pengamatan pengemasan, dan juga kehilangan hasil. a. Pengamatan sayuran yang tidak masuk standar kualitas (persentase sortasi) dilakukan dengan cara menimbang bobot sayuran hasil sortasi yang dilakukan oleh karyawan packing, kemudian membandingkannya dengan bobot kotor sayuran. Hasil pengamatan ini disajikan dalam bentuk presentase. b. Pengamatan rompesan daun (persentase rompesan) diambil dari lima sampel pada masing-masing komoditas pada setiap sistem budidaya. Hasil penimbangan bobot rompesan kemudian dibandingkan dengan bobot kotor panen dan disajikan dalam bentuk presentase. Hasil penimbangan rompesan tersebut kemudian diambil sampel lagi sebanyak 10% dari total bobot rompesan, kemudian memilahnya menjadi tiga kategori rompesan, yaitu rompesan akibat penyakit, rompesan akibat hama, dan rompesan akibat daun tua /kerusakan mekanik. Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk prsentase. c. Presentase kehilangan hasil dilakukan dengan cara menjumlahkan persentase sayuran yang tidak masuk standar kualitas dan presentase rompesan daun. Rumusnya adalah sebagai berikut: % Kehilangan Hasil= % Sortasi + % Rompesan 4. Pemasaran Pengamatan pemasaran yaitu mengamati saluran pemasaran sayuran daun yang diproduksi ke outlet penjualan di sekitar Bandung. 5. Analisis Usaha Tani Melakukan analisis usaha tani terhadap produksi selada secara aeroponik dan hidroponik DFT.
Analisis Data dan Informasi Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari kegiatan magang berupa data primer dan sekunder, diolah dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis
15
deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan pada data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan persentase dan juga uji-t student, sedangkan data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah, Letak Wilayah Administratif dan Letak Geografis PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya di bidang sayuran aeroponik dan hidroponik DFT berdiri pada tahun 1998 dengan Dani Rusli sebagai pemilik. Bentuk perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Pada awalnya perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang finansial dan pembiayaan, namun dengan adanya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 perusahaan finansial ini mulai melakukan kegiatan budidaya sayuran secara aeroponik dan hidroponik DFT agar tetap berjalan. PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) tidak langsung melakukan budidaya sayuran melainkan melakukan riset terlebih dahulu. Riset ini bertujuan untuk menemukan jenis sayuran yang cocok dan formulasi nutrisi yang tepat agar pertumbuhan sayuran baik dan berkualitas, kemudian pada tahun 2000, perusahaan memfokuskan diri untuk membudidayakan sayuran dengan sistem aeroponik dan hidroponik DFT. PT Momenta Agrikultura memiliki kebun di beberapa lokasi antara lain kebun di Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat yang memproduksi berbagai macam sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT yang diantaranya adalah selada keriting, lollorossa, dan romaine. Kebun di Sentul, Bogor, Jawa Barat yang dikhususkan untuk budidaya kangkung, caisim, bayam hijau, bayam merah dan pakcoy secara aeroponik. Kebun Cisaroni, Lembang yang dikhususkan untuk budidaya paprika, tomat dan tanaman hias jenis mawar potong, gerbera dan ruskus. Kebun Kayuambon, Lembang yang dikhususkan untuk budidaya timun mini, paprika dan sayuran organik. PT Momenta Agrikultura merupakan pelopor perkebunan sayuran komersial di Indonesia yang menggunakan sistem budidaya tanaman dengan teknologi aeroponik dan hidroponik DFT. Kebun yang terletak di dataran tinggi di daerah Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat memiliki curah hujan 3 000 mm per tahun dan memilki suhu udara rata-rata antara 19-23° C dan ketinggiannya
17
1 312 hingga 2 084 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang sangat ideal yaitu untuk membudidayakan sayuran jenis sayuran daun seperti selada.
Tata Areal dan Fasilitas Produksi Amazing Farm kebun Cikahuripan memiliki lahan seluas 2.5 ha dengan luas produktif 1.8 ha. Sebagian besar lahan digunakan untuk greenhouse budidaya, sisanya digunakan fasilitas pendukung lainnya. Layout dan tata guna lahan dapat dilihat pada Lampiran 2. Luas produksi Amazing Farm kebun Cikahuripan dapat dilihat pada Lampiran 3.
1. Greenhouse Kegiatan produksi sayuran daun di Amazing Farm dilakukan di dalam greenhouse. Bentuk greenhouse di Amazing farm dibangun dengan struktur Gutter-Connected
greenhouse
yaitu
greenhouse
yang
dibangun
secara
bersambung dengan dinding yang disatukan. Penggunaan Gutter-Connected greenhouse sangat efisien dalam penggunaan lahan dan bangunan yang berada di tengah susunan terlindung oleh greenhouse lainnya. Atap greenhouse terbuat dari plastik polyethylene dan dinding greenhouse menggunakan kasa plastik yang mengandung polyethylene dan dibentuk menyerupai jaring. Bentuk greenhouse piggy-back system adalah suatu bentuk greenhouse yang memakai bentuk konvesional yang dimodifikasi dengan menambahkan atap kecil di bagian atasnya untuk ventilasi (Gambar 4). Rangka yang digunakan untuk jenis greenhouse ini terbuat dari kayu.
ventilasi
atap
dinding
Gambar 4. Tipe Greenhosue Piggy-back System
18
Bentuk greenhouse lain yang digunakan di Amazing Farm Kebun Cikahuripan adalah tipe Bulbo, yaitu suatu model greenhouse dengan atap melengkung dan saling menyilang, sehingga sirkulasi udara dapat masuk dari persilangan rangka atap. Greenhouse tipe Bulbo disajikan pada Gambar 5. Rangka yang digunakan untuk greenhouse tipe bulbo berupa rangka alumunium dengan atap berupa plastic UV 14% yang terbuat dari polyethylene dan dinding yang terbuat dari kassa.
atap
ventilasi
dinding
Gambar 5. Tipe Greenhouse Bulbo
Jenis greenhouse lain yang digunakan Amazing Farm adalah greenhouse yang terbuat dari rangka bambu dan kayu. Bentuk bangunan greenhouse rangka kayu dan bambu menggunakan bentuk greenhouse tipe piggy-back system. Atap greenhouse ini terbuat dari plastic UV yang berbahan dasar polyethylene. Bahan yang digunakan untuk dinding adalah kassa dan juga plastik polyethilen pada bagian bawahnya. Dalam satu greenhouse terdapat bak penanaman sebanyak 52-90 bak tanam untuk budidaya aeroponik, dan 36-92 bak tanam untuk budidaya hidroponik DFT. Jumlah bak tanam yang digunakan berbeda-beda, karena luas masing-masing greenhouse memang tidak sama (Lampiran 3). Bak tanam yang digunakan untuk teknik budidaya secara aeroponik semuanya menggunakan bak fiberglass dengan ukuran 4 m x 1 m x 0.5 m, sedangkan bak tanam untuk budidaya secara hidroponik DFT menggunakan dua jenis bak tanam. Bak tanam jenis yang pertama merupakan bak tanam yang menggunakan bak fiberglass dengan ukuran 16 m x 1 m x 0.10 m. Bak fiberglass ini disusun di dalam greenhouse dengan cara ditopang oleh kerangka bambu yang membentuk struktur
19
bangku. Bak jenis yang kedua yang digunakan untuk budidaya secara hidroponik DFT adalah jenis bak cor beton yang dibuat di atas tanah yang pada permukaan bagian dalamnya dialasi plastik. Bak model cor beton seperti ini memiliki lebar 1 m dan tinggi 0.15 m dari permukaan tanah, dengan panjang bak yang disesuaikan dengan lebar greenhouse. Penyusunan bak-bak tanam di dalam greenhouse (bench) memakai susunan crossbenching dan peninsula seperti yang tampak pada Gambar 6.
A
B
Gambar 6. Layout Bak Tanam, (A). Peninsula dan (B). Cross-benching
Penyusunan bak tanam secara peninsula banyak digunakan untuk bak tanam hidroponik DFT yang terbuat dari cor beton. Penyusunan layout bak tanam secara peninsula akan lebih mengefisienkan bak cor beton karena bak beton dapat dibuat langsung melintang dari ujung ke ujung. Penyusunan bak tanam secara cross-benching digunakan untuk bak tanam yang terbuat dari fiberglass, baik untuk budidaya aeroponik ataupun hidroponik DFT, sebab akan lebih memudahkan perawatan dan pergerakan di dalam greenhouse apabila disusun dengan layout cross-benching (Acquaah, 2009). Bak fiberglass untuk budidaya sayuran secara aeroponik, di dalamnya terdapat selang polyetilene dengan diameter 19 mm dengan panjang yang disesuaikan dengan panjang bak. Setiap 80 cm selang polyethylene, ditancapkan nozzle hijau dengan curah 0.83 l/menit dengan tekanan 1.52 atm pada lubang nozzle. Pompa yang digunakan untuk mendorong air ke luar nozzle adalah pompa dengan daya listrik antara 800 – 1 600 watt dengan debit 200-240 l/menit. Penyemprotan berlangsung selama 5 menit dan berhenti selama 3 menit, sehingga dalam satu jam, pompa menyemprotkan nutrisi kurang lebih sebanyak delapan
20
kali. Pengaturan pengeluaran air diatur di dalam panel listrik yang sudah disesuaikan menggunakan timer untuk penyemprotan, komponen panel yang digunakan terdiri atas: 1. Timer, berfungsi sebagai pengatur waktu 2. WCC
(Water
Level
Control),
berfungsi
untuk
menghentikan
penyemprotan apabila nutrisi di dalam tangki kurang dari 500 liter. 3. MCB (Manual Contact Breaker) berfungsi sebagai stop kontak 4. Contactor, pengatur panel dan pompa
Cara menyuplai air pada budidaya sayuran secara hidroponik DFT hanya menggunakan kran air biasa, karena larutan nutrisi pada teknik budidaya hidroponik DFT cukup dialirkan tanpa perlu menyemprotkannya. Kran air yang difungsikan sebagai inlet diletakkan di salah satu bagian ujung bak, sedangkan pada bagian ujung bak yang lain terdapat lubang berupa pipa yang sedikit menyembul kurang lebih 4 cm dari permukaan bak tanam berfungsi sebagai outlet larutan nutrisi. Potongan pipa ini dibuat sedikit menyembul agar di dalam bak tanam terbentuk genangan air sehingga dapat membasahi akar tanaman. Secara keseluruhan, greenhouse yang terdapat di Amazing Farm berjumlah 19 greenhouse yang dibagi menjadi 6 blok greenhouse, yaitu blok A, B, C, D, E, F dan Nursery (Lampiran 2). Sebaran komoditas yang ditanam di Amazing Farm disajikan pada Lampiran 4.
2. Bangunan Kantor dan Tempat Pencucian Styrofoam Bangunan ini difungsikan untuk kegiatan perkantoran seperti rapat antara manager kebun dengan supervisor, ataupun rapat manager kebun dengan para karyawan, kegiatan pencatatan, dan kegiatan lainnya. Di dalam kantor terdapat komputer dan juga arsip-arsip kebun. Fasilitas yang lain berupa whiteboard untuk menuliskan rencana kegiatan, pencapaian produksi sementara dan pencapaian produksi per minggu. Tempat pencucian styrofoam terletak tepat di samping bangunan kantor. Terdapat tiga buah bak air yang terbuat dari cor beton yang digunakan untuk mencuci styrofoam.
21
3. Packing House, Gudang Plastik dan Gudang Nutrisi Packing house terletak di bagian depan area kebun. Tujuan penempatan packing house di bagian depan adalah untuk memudahkan pengangkutan dan penurunan barang. Fasilitas yang terdapat di dalam packing house adalah mejameja stainless steel yang digunakan untuk kegiatan pasca panen sayuran. Selain itu, terdapat lemari pendingin (chiller) berukuran besar yang digunakan untuk menyimpan sayuran yang belum dapat dikirim pada hari tersebut. Bagian belakang packing house digunakan untuk gudang plastik yang berisi kemasan dan segala kerperluan untuk mengepak sayuran seperti barcode, kardus dan selotip. Pada bagian samping gudang plastik terdapat gudang nutrisi sebagai tempat penyimpanan nutrisi dan juga tempat untuk memformulasikan larutan AB Mix.
4. Mess Karyawan Mess Karyawan terletak di depan packing house. Mess ini cukup untuk ditempati 4 orang karyawan. Penempatan mess karyawan di depan packing house bertujuan untuk
mempermudah pengawasan
apabila
sedang
melakukan
pengangkutan (loading) ataupun penurunan barang pada malam hari.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi menunjukkan wewenang serta tanggung jawab pada masing-masig bagian dalam organisasi PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm). Struktur organisasi Amazing Farm dapat dilihat pada Gambar 7.
Direktur Utama
Manajer Kebun
Manajer Keuangan
Supervisor
Supervisor
Produksi
Panen
Manajer Pemasaran
Marketing
Salesman
Gambar 7. Struktur Organisasi PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) 2011
22
Struktur organisasi tersebut menjelaskan suatu garis koordinassi masingmasing bagian, sehingga terlihat tugas dari masing-masing bagain. Berikut ini merupakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing jabatan: 1. Direktur Utama, memiliki tanggung jawab penuh terhedap pengambilan keputusan tertinggi dalam menentukan kebijakan dan rencana perusahaan. Selain itu, direktur utama juga memiliki fungsi sebagai penasihat perusahaan. 2. Manajer Kebun, memiliki tanggung jawab untuk mengontrol kegiatan produksi sehari-hari di kebun yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Manajer Keuangan, memiliki tanggung jawab untuk mengelola keuangan perusahaan. 4. Manajer Pemasaran, memiliki tanggung jawab untuk mengatur prosedur pengiriman sayuran, jadwal pengiriman sayuran, dan mempromosikan produk perusahaan kepada masyarakat umum. 5. Supervisor Produksi, memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan kegiatan produksi secara langsung pada kebun yang menjadi tanggung jawabnya. 6. Supervisor Panen, memiliki tanggung jawab dalam kegiatan panen dan juga melakukan pengawasan pada bagian packing. 7. Marketing, memiliki tanggung jawab untuk memasarkan produk dengan cara tidak langsung, atau dengan menggunakan media seperti telepon, surat elektronik dan juga media komunikasi yang lain. 8. Salesman, memiliki tanggung jawab untuk memasarkan produk dengan pendekatan langsung berupa pertemuan langsung dengan konsumen.
Karyawan yang bekerja di Amazing Farm terdiri atas karyawan tetap, karyawan harian dan karyawan borongan. Karyawan tetap merupakan karyawan yang sudah lama bekerja di Amazing Farm, mereka biasanya menjabat sebagai PIC (Person in Charge), dengan sistem gaji yang diberikan kepada mereka adalah gaji per bulan (gaji tetap). Karyawan harian adalah karyawan yang digaji dengan sistem harian. Karyawan harian biasanya merupakan karyawan yang baru bekerja di Amazing Farm. Karyawan harian dapat ditempatkan pada bagian apa saja
23
tergantung pada kebutuhan kebun. misalnya jika kebun sedang membutuhkan karyawan panen, maka karyawan harian ditempatkan pada bagain panen. Sedangkan karyawan borongan adalah karyawan yang bekerja di bagian packing house. Semua karyawan pada bagian packing house adalah wanita dengan rentang umur 25-40 tahun. Mereka adalah para wanita yang bertempat tinggal di sekitar perusahaan. Karyawan ini digaji berdasarkan presetasi kerja, yang biasanya dihitung dalam satuan per kemasan sayur yang dikemas, kemudian dikalikan dengan besaran rupiah per kemasan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. PIC adalah karyawan yang bertugas untuk melakukan semua kegiatan produksi yaitu penanaman dan perawatan di dalam greenhouse yang menjadi tanggung jawabnya. Masing-masing PIC mengelola satu greenhouse, kecuali untuk greenhouse nursery dan greenhouse F. Orang yang bertanggungjawab untuk mengelola greenhouse nursery adalah karyawan pada bagian persemaian, sedangkan greenhouse F dikelola oleh PIC dari greenhouse E. Jumlah karyawan di Amazing Farm kebun Cikahuripan adalah 26 orang yang terdiri 1 orang manajer kebun, 2 orang supervisor, 1 orang salesman, 5 orang PIC, 3 orang karyawan semai, 2 orang karyawan bagian panen, 3 orang bagian pencucian styrofoam, 6 orang bagian packing dan 3 orang bagian keamanan. Jam kerja di Amazing Farm berbeda-beda, tergantung pada masing-masing bagian. Bagian produksi yang meliputi PIC, pencucian styrofoam, dan bagian semai memiliki jam kerja yang diimulai pada pukul 07.00 WIB, kemudian istirahat pada pukul 11.00 dan dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 hingga pukul 16.00 WIB. Karyawan panen memiliki jam kerja yang dimulai pukul 06.30 WIB, kemudian istirahat pada pukul 10.00 WIB, kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 18.00 WIB. Karyawan packing bekerja mulai pukul 09.00 WIB kemudian beristirahat pada pukul 14.00 WIB kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 15.00 WIB dan selesai pada pukul 17.00 WIB atau bisa lebih lama tergantung pada jumlah sayuran yang harus dikemas pada hari yang bersangkutan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Persemaian Kegiatan persemaian merupakan kegiatan paling awal dalam rangkaian kegiatan produksi sayuran aeroponik dan hidroponik DFT di Amazing Farm kebun Cikahuripan. Kegiatan persemaian dimulai dari pemilihan varietas yang dapat menghasilkan produk sayuran berkualitas baik dan sesuai untuk dibudidayakan secara aeroponik dan hidroponik DFT. Pemilihan varietas yang akan ditanam merupakan kewenangan dan tanggung jawab manajer kebun. Benih selada keriting yang digunakan Amazing Farm adalah benih selada keriting varietas New Grand Rapid yang berasal dari produsen Known You Seeds Distribution (S.E.A) Pte. Ltd dari Taiwan. Benih lollorossa yang digunakan berasal dari produsen Enza Zaden dari Belanda dengan varietas Estafet. Sedangkan benih Romaine yang digunakan adalah varietas Maximus yang berasal dari produsen benih Rijk Zwaan dari Belanda.
A
B
Gambar 8. Proses Persemaian (A). Potongan Rockwool di Dalam Tray Persemaian dan (B) Penyemaian Benih Romaine Varietas Maximus pada Media Rockwool Benih-benih yang akan disemai direndam dalam air di dalam wadah plastik kecil selama satu malam atau beberapa jam sebelum disemai. Masingmasing wadah berisi satu komoditas. Benih yang telah direndam kemudian diletakkan di atas rockwool dengan menggunakan pinset satu per satu dengan
25
sedikit menekan dan memasukkan benih tersebut ke dalam serat rockwool (Gambar 8A). Perlakuan perendaman benih tidak dilakukan untuk benih romaine varietas Maximus yang berasal dari perusahaan Enza Zaden, sebab benih tersebut sudah mendapat perlakuan coating dari perusahaan pembuatnya. Perlakuan perendaman dapat merusak lapisan coating, sehingga benih romaine tersebut langsung disemai di atas rockwool. Benih-benih sayuran disemai dengan menggunakan potongan rockwool yang disusun dalam tray plastik. Tray plastik tersebut berukuran 24 cm x 35 cm x 5 cm (Gambar 8B). Rockwool awalnya berupa satu lembar besar yang berukuran 120 cm x 60 cm x 5 cm yang kemudian dipotong-potong untuk disesuaikan dengan ukuran tray persemaian. Satu lembar besar rockwool dipotong menjadi potongan-potongan rockwool kecil dengan ukuran 24 cm x 5 cm x 1.5 cm. Rockwool dipotong dengan serat rockwool memanjang dan menghadap ke atas, agar memudahkan perkembangan akar bibt untuk menembus rockwool sehingga dapat berkembang dengan baik. Jumlah potongan rockwool dalam satu tray persemaian berjumlah 6 slab rockwool. Slab adalah istilah yang biasa digunakan di kebun untuk menyatakan suatu satuan lembaran atau potongan rockwool. Satu lembar rockwool besar bisa dibuat menjadi 200 slab rockwol atau sebanyak 34 tray semai. Benih disusun di atas rockwool menurut susunan 3 x 12 baris dengan jarak tanam 1.67 cm x 1.67 cm, sehingga di dalam satu potongan rockwool terdapat 36 benih sayuran, baik itu selada keriting, lollorossa maupun romaine. Jumlah keseluruhan benih di dalam satu tray persemaian adalah 216 benih. Jumlah standar benih yang disemai oleh satu orang tenaga penyemai adalah sekitar 40 tray atau 240 slab benih per hari. Angka ini akan bertambah apabila cuaca sedang mendung, yaitu mencapai kurang lebih 50 tray atau 300 slab per hari Tray yang sudah berisi benih kemudian dicelupkan secara perlahan-lahan ke dalam bak air untuk membasahi rockwool. Kegiatan ini perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian, untuk meminimalisir benih yang sudah disusun di atas potongan rockwool hanyut dalam air. Tray yang sudah dicelupkan kemudian ditiriskan sesaat lalu dimasukkan ke dalam ruang gelap. Tray yang terdapat di ruang gelap disusun di atas rak-rak yang sudah dibagi per komoditas. Tray
26
tersebut dibiarkan di dalam ruang gelap selama dua hari. Suhu di dalam ruang gelap berkisar antara 17-25°C. Tujuan meletakkan benih yang baru disemai di dalam ruang gelap adalah untuk menginisiasi perkecambahan.
Nursery Tray persemaian yang telah berada di dalam ruang gelap selama dua hari kemudian dikeluarkan. Benih yang telah disemai sudah mulai berkecambah dan siap dipindahkan ke greenhouse nursery. Di dalam greenhouse nursery, rockwool yang berisi kecambah dikeluarkan dari tray, kemudian rockwool tersebut disusun di atas styrofoam yang diapungkan di atas larutan nutrisi. Asupan nutrisi didapatkan bibit dari larutan nutrisi yang dialirkan di dalam bak tanam dengan menggunakan metode DFT. EC larutan nutrisi untuk greenhouse nursery berkisar antara 1.00-1.50 mS/cm. Karyawan penyemai tidak dapat mengukur jumlah bibit yang dibutuhkan secara pasti dengan menggunakan hitungan, melainkan lebih berdasarkan pengalaman dan juga berdasarkan keadaan cuaca yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir. Tenaga penyemai akan memperbanyak jumlah semaiannya jika dilihat keadaan cuaca mendung. Hal ini dilakukan untuk memperbesar peluang jumlah bibit yang tumbuh pada saat cuaca mendung, sebab kondisi cuaca mendung berpotensi menurunkan jumlah bibit akibat serangan cendawan, namun sebaliknya, tenaga penyemai akan menyemai bibit dalam jumlah standar pada saat cuaca panas atau matahari berinar cerah, karena serangan cendawan berkurang saat cuaca cerah. Bibit siap tanam adalah bibit yang berumur sekitar 14 hari atau bibit dengan ukuran yang sudah siap tanam, yaitu memiliki tinggi kurang lebih antara 5-7 cm dan memiliki 2-3 helai daun. Konsdisi bibit harus dalam keadaan sehat, tidak leggy dan berwarna hijau-kekuningan (Gambar 9). Bibit yang tidak sehat akan dimusnahkan. Pasokan bibit harus selalu dipenuhi oleh bagian persemaian dan nursery, namun adakalanya terjadi kekurangan pasokan akibat serangan cendawan pada saat cuaca mendung. Keadaan kekurangan pasokan seperti ini biasanya diatasi dengan menanam bibit sulaman yang terdapat di dalam greenhouse produksi.
27
Bibit sulaman sebenarnya bibit yang disiapkan untuk menyulam tanaman yang mati atau tidak tumbuh pada 2 HST, namun jika keadaan mendesak, bibit sulaman tersebut digunakan sebagai bibit cadangan agar rantai produksi tidak terputus.
A
B
C
Gambar 9. Bibit Selada Keriting, (A). Bibit yang Diapungkan di atas Styrofoam dengan Sistem DFT di dalam Greenhouse Nursery, (B). Bibit yang Baik, dan (C). Bibit yang Diserang Cendawan (bertanda panah)
Permasalahan penyakit yang menyerang nursery seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah serangan cendawan. Cendawan ini menyerang bagian batang dan daun bibit. Bagian batang dan daun bibit yang terserang cendawan akan menjadi busuk dan layu, yang akhirnya menyebabkan kematian bibit. Langkah yang digunakan untuk menanggulangi masalah ini adalah dengan cara menguras bak tanam di greenhouse nursery dan juga menguras tempat penampungan nutrisi. Setelah semuanya bersih, larutan nutrisi di dalam greenhouse nursery ditambahkan vitamin B dan sejenis suplemen untuk meningkatkan daya tahan bibit, sehingga bibit mampu bertahan dari serangan penyakit. Amazing Farm tidak menggunakan pestisida dalam menanggulangi serangan penyakit, sejak dari awal rantai produksi, sehingga terjamin keamanan pangannya. Hama yang sering menyerang bibit di nursery adalah siput. Hama ini mampu memakan bibit sampai habis, sehingga sangat merugikan, karena dapat mengurangi jumlah bibit yang tersedia. Cara yang biasa digunakan adalah dengan cara memasang perangkap berupa makanan yang telah diberi moluscasida. Tidak terjadi kontak langsung antar moluscasida dengan bibit.
28
Produksi Kegiatan produksi di Amazing Farm semuanya dilakukan di dalam greenhouse produksi. Secara umum, kegiatan produksi antara tanaman yang dibudidayakan dengan aeroponik maupun hidroponik DFT sama, antara lain: pengecekan keadaan air dalam tangki nutrisi, memeriksa nilai EC agar sesuai dengan kebutuhan tanaman, mencuci styrofoam bekas tanaman yang telah dipanen, membersihkan bak tanam, membersihkan sisa-sisa sayuran yang tidak dipanen, menyusun styrofoam yang sudah dicuci, menanam dan khusus untuk budidaya aeroponik, terdapat kegiatan pengecekan nozzle. Pengecekan nozzle tidak dilakukan pada budidaya hidroponik DFT sebab sistem budidaya ini tidak menggunakan nozzle, melainkan hanya menggunakan kran air biasa. Berdasarkan Lampiran 4, diketahui bahwa dalam satu greenhouse, komoditas yang ditanam tidak hanya terdiri atas satu jenis komoditas, melainkan dapat ditanami berbagai komoditas sekaligus. Misalnya saja untuk greenhouse A3, yang berisi 6 komoditas sekaligus, yaitu lollorossa, selada keriting, kailan, romaine, horenzo dan pakcoy. Greenhouse C adalah satu-satunya greenhouse yang ditanami hanya satu komoditas, yaitu selada keriting, sebab berdasarkan pengalaman para karyawan, greenhouse C merupakan greenhouse yang paling cocok untuk penanaman selada keriting. Produktivitas selada keriting dalam greenhouse C mencapai 1.77 kg/m2, sedangkan pada greenhouse yang lain misalnya saja greenhouse B yang berkisar 1.43 kg/m2 Hal ini disebabkan oleh jumlah bak tanam di greenhouse C yang sesuai dengan kekuatan pompa pengalir nutrisi. Jumlah rata-rata bak tanam di greenhouse C adalah 70 bak tanam dengan daya pompa rata-rata sebesar 2 420 - 3 080 watt, sedangkan jumlah bak di greenhouse B yang mencapai 82 bak tanam dengan kekuatan daya pompa 2 112 - 2 440 watt. Perbandingan daya pompa dan jumlah bak yang sesuai ini menyebabkan produktivitas greenhouse C lebih baik daripada greenhouse yang lain, sebab larutan nutrisi dapat disemprotkan ke akar tanaman secara lebih optimal. Tajuk tanaman selada keriting yang lebih besar diduga membutuhkan unsur hara yang lebih banyak dibandingkan dengan dua komoditas lain, yaitu lollorossa dan romaine. Daya pompa yang sesuai dengan perbandingan jumlah
29
bak menyebabkan suplai nutrisi untuk tanaman dapat mencukupi sehingga produksi menjadi lebih baik. Pada pagi hari, PIC masing-masing greenhouse mengecek keadaan air pada tangki nutrisi di dalam greenhouse yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan ketentuan dari perusahaan, tangki nutrisi harus berisi lebih dari 1 800 liter air, jika kurang dari volume tersebut, maka PIC menambahkan air hingga mencapai minimal volume 1 800 liter. Penambahan air seperti ini dapat menyebabkan penurunan EC, oleh sebab itu PIC perlu menambahkan larutan nutrisi AB Mix untuk meningkatkan EC sesuai dengan nilai EC yang telah ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 2.5-3.0 mS/cm. Para
PIC
menggunakan
perhitungan
sederhana
berdasarkan
pengalamannya untuk menentukan banyaknya larutan stok AB Mix yang perlu ditambahkan untuk meningktakan nilai EC, yaitu untuk menaikkan nilai EC sebesar 0.1 mS/cm, maka perlu ditambahkan larutan stok sebanyak 1 liter larutan stok A dan 1 liter untuk larutan stok B. Misalnya saja untuk menaikkan nilai EC dari 1.5 mS/cm menjadi 2.5 mS/cm, maka dibutuhkan 10 liter larutan stok A dan 10 liter larutan stok B. Kegiatan lain yang dilakukan PIC adalah mengangkat styrofoam kotor. PIC mengangkat styrofoam kotor dari bak tanam, kemudian mengumpulkannya di antara bak tanam, agar memudahkan petugas pencuci styrofoam untuk mengambilnya. Styrofoam kotor dikumpulkan oleh PIC dari greenhouse yang bersangkutan kemudian diangkut oleh petugas pencuci styrofoam dengan menggunakan troli ke tempat pencucian. Styrofoam kotor disikat dengan menggunakan sabun hingga bersih dari ganggang. Setelah styrofoam bersih dari ganggang, PIC mengambilnya dari tempat pencucian kemudian menyusunnya kembali di atas bak tanam. Styrofoam ini dapat digunakan berulang-ulang hingga kurun waktu mencapai tiga tahun. Kegiatan berikutnya adalah kegiatan penanaman (Gambar 10) yang diawali dengan mengambil bibit yang terdapat di greenhouse nursery. PIC mengambil bibit di greenhouse nursery dengan jumlah slab bibit yang disesuaikan dengan pola tanam yang telah dibuat oleh supervisor produksi. PIC biasa menanami satu styrofoam ukuran 1 x 1 m2 dengan 2 slab bibit. Lubang tanam
30
yang terdapat pada styrofoam berjumlah 49 lubang, dengan 7 lubang melintang dan 7 lubang membujur, sehingga jarak tanam antar lubang pada styrofoam adalah 14 cm x 14 cm. Bibit yang dijadikan bibit sulaman bisanya berjumlah 2-4 slab rockwool per bak tanam. Tugas PIC yang lain adalah membersihkan sayuran yang tidak dipanen. Sayuran tersebut dikumpulkan lalu dibuang ke tempat pembuangan khusus limbah sayuran. Bak tanam dibersihkan dari potongan akar, ganggang dan juga sayuran yang tertinggal di bak tanam. Pada budidaya aeroponik, PIC menguras bak tanam dari sisa larutan nutrisi yang menggenang, sedangkan pada budidaya hidroponik DFT, PIC menggunakan jaring untuk menyaring kotoran berupa endapan ganggang lalu membuangnya.
A
B
C
Gambar 10. Kegiatan di Dalam Greenhouse Produksi (A). Kegiatan Penanaman, (B) Cara Memeriksa Nozzle dan (C) PIC sedang Membersihkan Nozzle dengan Kawat.
Kegiatan lain yang PIC lakukan adalah pengecekan nozzle pada budidaya aeroponik seperti yang terlihat pada Gambar 10. Pengecekan ini bertujuan untuk memastikan keadaan nozzle baik sehingga suplai nutrisi ke akar tanaman tidak terganggu. Masalah yang biasa terjadi pada nozzle adalah penyumbatan oleh ganggang. Hal yang dilakukan PIC untuk mengatasinya adalah dengan membersihkan nozzle tersebut dengan cara menusuknya menggunakan kawat. Nozzle yang tersumbat memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan tanaman, dan pengaruhnya tersebut dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Bak yang nozzle-nya tersumbat dalam kurun waktu satu jam pada siang hari dapat mengakibatkan tanaman layu, dan apabila tidak segera ditangani, maka tanaman
31
tersebut dapat mencapai pada keadaan layu permanen dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Nutrisi Masing-masing greenhouse memiliki sebuah tangki nutrisi berukuran 2 000 liter dan satu buah pompa yang menyuplai larutan nutrisi ke setiap bak di dalam greenhouse tersebut. Pompa pada greenhouse yang menggunakan sistem budidaya aeroponik harus memiliki daya yang kuat agar mampu menyalurkan dan menyemprotkan air melalui nozzle, sehingga menciptakan kabut yang dapat digunakan untuk menyuplai nutrisi ke akar tanaman di atasnya. Pompa yang digunakan untuk greenhouse dengan sistem budidaya hidroponik DFT cukup menggunakan pompa air yang mampu mengalirkan air tanpa membutuhkan tekanan yang besar seperti halnya pada sistem budidaya aeroponik.
Tabel 2. Komposisi Nutrisi AB Mix Amazing Farm Stok A - Kalsium Nitrat Ca(NO3)2.4H2O - Fe-EDTA 13.2% [CH2.N(CH2).COO)2]2FeNa
-
Stok B Tembaga Sulfat CuSO4.5H2O Zinc Sulfat ZnSO4.7H2O Monokalium Fosfat KH2PO4 Kalium Nitrat KNO3 Magnesium Sulfat MgSO4.7H2O Asam Borat H3BO3 Mangan Sulfat MnSO4.4H2O Amonium Heptamolibdat (NH4)6Mo7O24.4H2O
Nutrisi yang digunakan untuk budidaya sayuran secara aeroponik dan hidroponik DFT adalah nutrisi AB Mix dengan komposisi yang tertulis pada Tabel 2. Amazing Farm memformulasikan sendiri nutrisi AB Mix yang digunakannya. Kebutuhan nutrisi untuk masing-masing greenhouse adalah 1.5 set per bulan dengan harga per set-nya Rp 600 000. Istilah set digunakan Amazing Farm untuk menyebutkan paket nutrisi AB Mix yang telah diformulasikan oleh salah seorang karyawan yang khusus bertugas di bagian gudang nutrisi. Nutrisi yang akan digunakan telah ditakar dan ditimbang terlebih dahulu oleh karyawan
32
tersebut, sehingga menjadi nutrisi siap pakai. Setiap set nutrisi dimasukkan ke dalam karung plastik. Nutrisi yang telah ditakar tersebut selanjutnya dibawa oleh PIC ke greenhouse masing-masing. PIC cukup melarutkan nutrisi tersebut ke dalam 200 liter air. Nutrisi A dan B dilarutkan pada wadah yang berbeda. Nutrisi A dan B akan dicampurkan pada tangki penampung
larutan nutrisi
jika
ingin
menambahkan EC yang diinginkan. EC standar yang digunakan untuk greenhouse produksi adalah berkisar antara 2.5-3.0 mS/cm. Setiap pagi, supervisor produksi melakukan pengecekan EC pada setiap greenhouse. Hasil pengecekan ini kemudian diinformasikan kepada PIC greenhouse yang bersangkutan untuk ditindaklanjuti. Jika nilai EC terlalu tinggi, maka PIC harus mengencerkannya dengan menambahkan air, sebaliknya, jika nilai EC terlalu rendah, maka PIC harus menambahkan nutrisi untuk mencapai nilai EC yang dikehendaki.
Panen Kegiatan panen dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Panen pagi dilakukan mulai pukul 6.30 WIB dan harus selesai sebelum pukul 9.30 WIB dan panen sore dilakukan mulai pukul 15.30 WIB dan harus selesai sebelum pukul 17.00 WIB. Panen dilakukan oleh dua orang karyawan panen. Karyawan panen tersebut bertanggung jawab untuk memanen sayuran, memasukkannya ke dalam kontainer dan mengangkutnya ke packing house memakai troli. Cara panen yang dilakukan karyawan panen yaitu mencabut sayuran dengan cara memegang pangkal batang sayuran lalu menariknya ke atas, seperti yang terlihat pada Gambar 11. Kegiatan ini harus diakukan secara hati-hati agar tangkai daun tidak patah. Karyawan panen menggunakan sarung tangan karet, sepatu boot dan juga celemek plastik seperti standar operasional yang telah ditetapkan perusahaan. Sayuran yang dipanen harus memiliki kriteria seperti pada Tabel 3. Umur tanaman dapat diketahui dengan melihat label tanggal penanaman pada masing-masing bak tanam. Setelah dicabut dari styrofoam, sayuran tersebut kemudian disusun di dalam kontainer plastik. Kegiatan panen baik untuk sayuran aeroponik dan hidroponik DFT memiliki prosedur yang sama.
33
Tabel 3. Standar Kualitas Sayuran di Amazing Farm Kebun Cikahuripan Tinggi (cm)
Selada Keriting 15-20
20-25
Warna
hijau segar
hijau tua
segar, tidak layu, daun tidak patah. Daun keriting, bebas hama dan penyakit
segar, tidak layu, ujung daun berbentuk oval, tepi daun tidak bergelombang
daun keriting, bebas hama dan penyakit, segar dan tidak layu
80
60
50
sehat, panjang dan putih 28-29
sehat, panjang dan puih 28-29
sehat, pendek dan putih 28-29
Keadaan Fisik
Berat per Tanaman (gram) Kondisi Akar Umur (hari)
Romaine
Lollorossa 12-15 daun: merah gelap, batang: hijau
Standar operasional perusahaan untuk pengisian sayuran ke dalam kontainer plastik adalah sayuran tersebut disusun secara rapi, dengan cara menyusunnya berlawanan arah, dimana akar diposisikan pada bagian tengah kontainer (Gambar 11). Sayuran tersebut tidak boleh ditekan ataupun berisi terlalu padat karena akan menyebabkan kerusakan. Standar yang ditetapkan perusahaan adalah satu kontainer digunakan untuk mengangkut hasil panen dari 2 buah styrofoam (2 m2), sehingga dibutuhkan 2 buah kontainer untuk mewadahi panen satu bak tanam.
A
B
C
Gambar 11. Panen Sayuran di Amazing Farm, (A). Cara Mencabut Sayuran dari Styrofoam, (B). Cara Menyusun Sayuran di dalam Kontainer Plastik, (C). Kontainer Dianngkut Menggunakan Troli
34
Sayuran yang telah disusun rapi di dalam kontainer kemudian dinaikkan ke atas troli. Kontainer-kontainer tersebut ditumpuk dengan terlebih dahulu ditutupi plastik pada bagian atas kontainer, agar tanah yang menempel pada bagian kaki kontainer di atasnya tidak terjatuh ke kontainer di bawahnya. Penyusunan kontainer maksimal empar tumpukan. Troli pengangkut panen dapat mengangkut 16 buah kontainer dalam sekali pengangkutan (Gambar 11). Jumlah sayuran yang dipanen setiap hari oleh karyawan panen mangacu pada taksasi mingguan yang telah dibuat sebelumnya oleh supervisor produksi. Taksasi ini memberikan informasi berupa berapa banyak jumlah bak yang harus dipanen dalam satu hari. Taksasi ini digunakan karyawan panen untuk bekerja, sehingga mereka sudah mengetahui seberapa banyak jumlah panen pada hari yang bersangkutan dengan melihat taksasi mingguan tersebut. Karyawan panen setiap hari memanen sayuran dengan jumlah yang telah tertulis pada taksasi mingguan, namun jumlah tersebut dapat berubah tergantung dari purchasing order (pesanan pembelian) yang berasal dari kantor pusat di Tangerang, pada hari yang bersangkutan. Pada bulan Maret sampai bulan Mei 2011, Amazing Farm mampu memproduksi selada keriting dengan total berat bersih sebesar 10 921.25 kg dari luas panen 6 579 m2, lollorossa dengan berat total sebesar 1 601.75 kg dari luas panen 1 970 m2 dan romaine dengan berat total sebesar 2 324.25 kg dari luas panen 2 042 m2.
Pasca Panen Kontainer yang berisi sayuran yang berasal dari greenhouse kemudian dibawa ke packing house dan diturunkan di bagian pemasukkan barang dan diberi label nama greenhouse asal sayuran tersebut dipanen, agar memudahkan rekapitulasi hasil panen. Karyawan packing mengambil kontainer tersebut kemudian memasukannya ke ruang packing dan mulai melakukan perlakuan perompesan daun pada sayuran tersebut. Secara umum, tindakan pasca panen yang dilakukan oleh Amazing Farm hanya terdiri atas sortasi dan perompesan daun. Tindakan paling awal dalam melakukan sortasi tanaman di Amazing Farm adalah melakukan sortasi tanaman saat panen di dalam greenhouse. Karyawan panen tidak memanen tanaman yang
35
terlalu kecil (kerdil). Sortasi di dalam packing house dilakukan dengan cara memisahkan sayuran yang tidak masuk ke dalam standar kualitas untuk dikemas dengan sayuran yang layak untuk dikemas, sedangkan perompesan daun dilakukan dengan cara membuang daun tua yang biasanya terletak pada bagian luar sebanyak 3-5 helai daun, tergantung dengan keadaan sayuran. Karyawan packing tidak mencuci sayuran yang telah dipanen tetapi langsung merompes daun-daun tua dan juga daun yang jelek akibat diserang hama dan penyakit. Setelah melalui tahap perompesan, akar sayuran kemudian digulung sampai rapi kemudian ditimbang. Karyawan packing menimbang sayuran tidak tepat pada angka yang ditetapkan oleh perusahaan, melainkan menimbang dengan berat 10-20 gram lebih berat dari berat yang tertulis di kemasan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika sayuran tersebut mengalami penyusutan bila dikirim keesokan harinya. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan meja. Produk yang dihasillkan oleh Amazing Farm kebun Cikahuripan terdiri atas empat macam merk, yaitu: Aeroponic Vegetables, Disney Aeroponic Vegetables, Kids Disney Aeroponic Vegetables dan Mr. Vegie. Masing-masing merk dikemas dengan plastik tersendiri. Berat merk Aeroponic Vegetables dan Disney Aeroponic Vegetables adalah 250 gram, sedangkan berat produk Kids Disney dan Mr. Vegie adalah 200 gram. Aeroponic Vegetables merupakan merk dengan jumlah produksi yang paling banyak, sebab permintaan produk untuk merk Aroponic Vegetables merupakan permintaan paling banyak, sedangkan merk yang lain hanya diproduksi jika ada pesanan dari kantor pusat (Tangerang). Cara pengemasan untuk komoditas selada keriting dan lollorossa adalah dengan cara dibentuk bucket (Gambar 12). Plastik yang digunakan adalah plastik dengan ukuran 30 cm x 35 cm yang kedua ujungnya terbuka. Sayuran dimasukkan ke dalam plastik, diratakan akarnya, kemudian plastik pada bagian bawah diikat dengan menggunakan selotip sebanyak dua kali lilitan, agar memperkuat hasil bungkusan, sedangkan pada bagian atas dibiarkan terbuka. Cara mengemas seperti ini menghasilkan produk dengan bentuk bucket seperti pada rangkaian bunga. Pengemasan romaine menggunakan plastik ukuran 45 cm x 25 cm. Cara pengemasan romaine berbeda dengan selada keriting dan lollorossa, dimana cara
36
pengemasan romaine menggunakan sealer yang dipanaskan pada bagian atasnya seperti yang ditampilkan pada Gambar 12.
A
B
C
Gambar 12. Kemasan Produk Aeroponic Vegetables, (A). Selada Keriting, (B). Lollorossa, dan (C). Romaine
Amazing Farm juga memasarkan produk sayurannya ke luar negeri (ekspor). Produk yang dikirim Amazing Farm untuk pasar ekspor bermacammacam, mulai dari labu siam, edamame, dan juga sayuran daun. Khusus untuk Amazing Farm Kebun Cikahuripan, komoditas yang diproduksi untuk ekspor adalah sayuran daun. Negara tujuan ekspor untuk produk sayuran daun Amazing Farm adalah Brunei Darussalam. Beberapa komoditas sayuran daun yang diekspor adalah selada keriting, lollorossa, romaine dan mix lettuce. Sayuran daun yang akan diekspor tersebut diberi perlakuan khusus dalam pengemasannya. Sayuran daun yang sebelumnya dikemas menggunakan plastik dimasukkan ke dalam kotak styrofoam yang berukuran 50 cm x 40 cm x 30 cm, masing-masing kotak styrofoam berisi satu jenis komoditas yang terdiri atas 20 kemasan. Kotak stryfoam tersebut kemudian diberi dua bongkah es batu. Es batu tersebut terbuat dari air kran yang dibekukan di dalam botol air mineral 600 ml. Es batu kemudian dibungkus koran untuk menahan air embun es batu agar tidak langsung mengenai produk, karena dapat menyebabkan kerusakan. Es batu diselipkan di bagian pojok dalam kotak styrofoam. Pengemasan khusus seperti ini juga dilakukan pada sayuran daun yang dikirim ke Semarang, Jawa Tengah.
37
Amazing Farm mengatakan bahwa perlakuan seperti ini akan membuat produk dapat bertahan lebih lama.
Distribusi Produk Amazing Farm memasarkan produknya melalui empat jalur, yaitu jalur Tangerang, jalur ekspor, jalur Semarang dan jalur Bandung. Jalur distribusi produk ke Tangerang menggunakan truk besar yang berpendingin, namun pada kenyataannya, pendingin yang terdapat di dalam truk tidak dapat difungsikan. Truk ini memiliki kapasitas 60 kontainer sekali angkut. Sayuran dikirim ke Tangerang pada malam hari sekitar pukul 18.00 WIB, sehingga suhu masih dapat dipertahankan agar tidak terlampau tinggi. Kondisi sayuran yang dibawa tidak menunjukkan penurunan kualitas. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi sayuran saat sampai di tempat tujuan (Tangerang), yang masih segar dan dapat dikonsumsi. Jalur Tangerang juga digunakan untuk mengangkut sayuran yang akan diekspor. Sayuran tersebut diangkut sampai ke Tangerang, lalu dari Tangerang akan langsung dilanjutkan menuju Bandara Internasional SoekarnoHatta. Amazing Farm juga mengirim produknya ke Semarang. Pengiriman produk ke Semarang tidak tetap setiap bulannya. Amazing Farm hanya melakukan pengiriman
produk
ke
Semarang
apabila
terdapat
permintaan.
Cara
pendistribusian produk ke Semarang menggunakan jasa pengiriman paket. Jalur distribusi produk ke Bandung menggunakan mobil bak tertutup ukuran kecil (mobil pick up). Mobil ini tidak dilengkapi dengan pendingin karena mengambil rute distribusi yang pendek, yaitu di sekitar bandung. Distribusi produk ke sekitar Bandung dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dan sekitar pukul 09.00 WIB semua produk sudah selesai didistribusikan. Keadaan produk ketika dikirimkan hingga sampai di tempat tujuan masih baik, walaupun mobil tidak dilengkapi dengan pendingin udara. Hal ini disebabkan keadaan suhu pada pagi hari di sekitar Lembang hingga Bandung masih dingin, sehingga keadaan suhu udara di dalam mobil tidak panas dan produk masih dapat tetap bertahan kesegarannya saat didistribusikan.
38
Aspek Manajerial Supervisor Produksi Supervisor produksi memiliki posisi struktural dibawah manajer kebun dan setara dengan supervisor panen. Tugas supervisor produksi adalah bertanggung jawab dan mengawasi langsung kegiatan produksi di kebun. Supervisor produksi melakukan pengecekan dan pengawasan yang meliputi keadaan tanaman, keadaan nutrisi, keadaan fasilitas produksi seperti bak tanam, pipa, greenhouse dan fasilitas produksi lainnya. Tugas supervisor produksi yang lain adalah membuat taksasi mingguan yang biasanya dilakukan pada hari Jumat. Taksasi digunakan untuk mengetahui jumlah panen per hari pada minggu berikutnya dan juga untuk mengetahui kemampun kebun dalam memenuhi permintaan pembelian. Pada hari Jumat setiap minggunya, supervisor produksi mengecek keadaan tanaman di seluruh greenhouse, kemudian mencatat berapa banyak tanaman yang dapat dipanen pada minggu berikutnya. Hasil dari pencatatan tersebut kemudian dihitung dan ditabulasi lalu dibuat sebagai taksasi mingguan yang kemudian dijadikan patokan supervisor panen untuk melakukan panen setiap harinya pada minggu berikutnya. Penulis menjadi asisten supervisor produksi selama satu bulan. Kegiatan penulis selama menjadi asisten supervisor produksi adalah membantu supervisor produksi mengawasi kegiatan produksi, seperti melakukan pengecekan EC, pencatatan suhu di dalam greenhouse dan ruang gelap, dan juga ikut membantu supervisor produksi mencatat tanaman untuk taksasi mingguan (Lampiran 1).
Supervisor Panen Supervisor panen memiliki posisi struktural di bawah manager kebun dan setara dengan supervisor produksi. Tugas dan tanggung jawab supervisor panen adalah mengawasi panen, menentukan tanaman yang akan dipanen pada hari yang bersangkutan, menerima purchasing order dari kantor pusat di Tangerang, menentukan jumlah produk yang dikirim, mengawasi kegiatan di packing house, melakukan pencatatan administrasi di kebun, dan juga bertanggung jawab pada semua ketersediaan sarana dan prasarana di packing house seperti ketersediaan
39
plastik pembungkus, selotip, kotak stryfoam, dan semua fasilitas pengemasan lainnya. Uraian kegiatan yang dilakuakn oleh supervisor panen memang lebih banyak jika dibandingkan oleh supervisor produksi, karena supervisor panen bertanggung jawab pada dua aspek sekalgus, yaitu panen dan pasca panen dan juga administrasi di kantor kebun. Setiap hari, supervisor panen memeriksa keadaan tanaman yang terdapat di dalam semua greenhouse, kemudian berdasarkan taksasi mingguan, supervisor panen menentukan komoditas, jumlah dan lokasi bak yang akan dipanen dan menginformasikannya kepada karyawan panen. Taksasi mingguan hanya berisi informasi mengenai banyaknya jumlah sayuran yang dapat dipanen setiap harinya, tanpa disertai informasi mengenai lokasi sayuran yang akan dipanen, oleh sebab itu supervisor panen perlu menentukkan lokasi panen agar kegiatan panen dapat berjalan sesuai dengan taksasi yang telah dibuat sebelumnya. Misalnya saja, pada taksasi mingguan tertulis bahwa panen yang dilakukan pada hari Senin sebanyak 14 bak selada keriting, maka supervisor panen, berdasarkan taksasi tersebut, menentukan lokasi selada kerting yang siap dipanen sebanyak 14 bak. Setelah menentukan lokasi selada keriting yang siap dipanen, supervisor panen kemudian memberi instruksi kepada karyawan panen untuk memanen selada keriting sebanyak 14 bak yang misalnya saja terdiri atas 8 bak di greenhouse C1, 4 bak di greenhouse E4 dan 2 bak di greenhouse A1. Supervisor panen juga bertanggung jawab dan mengawasi kegiatan packing di packing house yang meliputi megawasi keadaan produk yang telah dikemas, mengawasi cara kerja karyawan panen, dan juga member instruksi mengenai jumlah produk yang harus dihasilkan. Supervisor panen bertanggung jawab terhadap keadaan produk mulai dari selesai dikemas, hingga diangkut ke dalam truk pengangkut. Beberapa kegiatan yang penulis lakukan saat menjadi asisten supervisor panen antara lain membantu supervisor panen dalam menentukan lokasi panen, membantu melakukan inventarisasi kebutuhan packing house, membantu mengawasi karyawan panen, membantu mengawasi kegiatan packing, membantu supervisor panen dalam mengawasi produk hingga produk siap diangkut ke dalam truk (Lampiran 1).
40
Manajer Kebun (Farm Manager) Manajer kebun merupakan posisi struktural tertinggi yang terdapat di kebun. Tugas dari manajer kebun adalah bertanggung jawab atas semua kegiatan yang terdapat di Amazing Farm Kebun Cikahuripan dan juga mengambil keputusan dan kebijakan yang diberlakukan di kebun atas persetujuan direktur. Penulis menjadi asisten manajer kebun selam satu bulan. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi asisten manajer kebun adalah membantu memecahkan masalah di kebun. Kegiatan membantu memecahkan masalah di kebun dilakukan penulis dengan cara diskusi langsung dengan manajer kebun dan juga para supervisor, misalnya saja penulis diminta bantuan dalam menghitung kehilangan hasil dan mencari tahu
faktor-faktor penyebabnya. Penulis
mengumpulkan data kehilangan hasil kamudian didiskusikan bersama dengan manajer dan para supervisor. Kegiatan lain yang penulis lakukan adalah mencari data tentang biaya pembuatan greenhouse yang dilakukan penulis dengan cara mendatangi salah satu perusahaan kontraktor greenhouse dan bangunan pertanian di Bogor. Penulis juga diminta untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja dan juga manajemen di kebun (Lampiran 1).
PEMBAHASAN
Proses Produksi Persemaian dan Nursery Media tanam untuk persemaian berupa rockwool merupakan pilihan yang baik, sebab menurut Resh (2004), rockwool dapat menyediakan oksigen, air, nutrisi dan dapat menunjang akar tanaman. Rockwool memiliki ruang pori sebanyak 95% dan memiliki kapasitas pegang air sebesar 80%. Keunggulan rockwool tersebut mampu memperbesar peluang benih berkecambah dengan baik dan dapat tumbuh menjadi bibit yang baik. Penelitian Susila dan Koerniawati (2004) juga menyatakan bahwa penggunaan media rockwool secara umum memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan dan bobot panen selada pada sistem teknologi hidroponik sistem terapung (THST). Proses pencelupan rockwool yang sebelumnya telah disusun benih di atasnya menurut penulis tidak efisien dan memiliki risiko yang sangat besar merusak susunan benih-benih. Benih-benih yang telah disusun dapat terlepas dan berpindah ke tempat yang lain. Masalah ini akan nampak ketika bibit sudah berumur 14 hari atau ketika bibit siap tanam. Pada saat penanaman, banyak ditemui bibit yang tumbuh pada satu tempat yang sama di slab rockwool. Bibit tersebut sulit untuk dipisahkan, karena akar kedua bibit tersebut telah menyatu, sehingga jika dipisahkan akan merusak akar bibit. Masalah ini akan berlanjut sampai pada saat penanaman. PIC cenderung menanam dua bibit yang berhimpitan tersebut pada satu lubang tanam, tanpa memisahkannya. Hasil dari metode penanaman yang demikian akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang berhimpitan tersebut kurang optimum, karena terbatasnya ruang bagi kedua tanaman tersebut untuk tumbuh. Selain masalah pertumbuhan, penanaman dua bibit dalam satu lubang tanam juga akan menyebabkan pemborosan bibit, dimana seharusnya satu lubang tanam diisi satu bibit, menjadi satu lubang tanam diisi dua bibit. Masalah lain yang akan timbul dengan metode pencelupan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah dapat mengakibatkan jumlah benih yang ditanam berkurang akibat benih hanyut dalam air. Walaupun pada saat pencelupan
42
dikerjakan dengan sangat hati-hati, tetapi ada risiko benih hanyut pada saat pencelupan, akibatnya jumlah benih disemai juga berkurang yang pada akhirnya akan memperkecil jumlah bibit yang tumbuh di greenhouse nursery. Masalah pencelupan seperti ini dapat diatasi dengan cara membasahi atau mencelupkan potongan rockwool terlebih dahulu sebelum disemai benih diatasnya. Mencelupkan rockwool terlebih dahulu ke dalam air, akan menghilangkan risiko benih hanyut dalam air dan juga menghilangkan risiko benih berpindah tempat. Dengan menghilangkan risiko-risiko tersebut, maka diiharapkan akan memperbesar peluang benih yang disemai tumbuh dengan optimal. Perlakuan perkecambahan yang dilakukan Amazing Farm di dalam ruang gelap dengan suhu berkisar antara 17–25o C sudah baik. Grubben dan Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari, pada suhu 15-25oC. Berikut ini daya berkecambah benih yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Daya Berkecambah Benih Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine. Komoditas Selada keriting Lollorossa Romaine
Rata-Rata Daya Berkecambah (%) 77.50 72.38 85.31
Daya berkecambah benih romaine dan selada keriting sudah baik, hanya benih lollorossa saja yang memiliki daya berkecambah yang kurang baik, yaitu hanya sebesar 72.38%. Menurut Sunarjono (2010) untuk penanaman selada di lapang, daya berkecambah di atas 75% sudah dikatakan bagus. Penulis menduga bahwa hal ini disebabkan karena benih lollorossa kurang lama diberi perlakuan perendaman. Menurut Grubben dan Sukprakarn. (1994) benih selada sering menunjukkan kondisi dormansi, khususnya ketika benih disimpan pada suhu yang tinggi dan disemai pada tanah dengan temperatur di atas 24 0 C. Cara paling baik
43
untuk mematahkan dormansi adalah dengan menyimpan benih yang telah dibasahi dalam kulkas pada suhu 2-50 C selama 1-3 hari. Amazing Farm tidak memproduksi secara terpisah antara bibit yang akan ditanam untuk budidaya aeroponik ataupun bibit yang akan ditanam untuk budidaya hidroponik DFT. Bibit-bibit tersebut diproduksi secara bersamaan dan berasal dari nursery yang sama. Bibit yang akan ditanam memiliki kriteria yang sama, yaitu berumur kurang lebih 14 hari dan memiliki daun sebanyak 2-3 helai. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, meskipun memiliki umur yang sama, bibit tersebut memiliki tinggi yang bervariasi saat dipindah tanam. Bibit selada keriting yang digunakan memiliki kisaran tinggi 5.4-9.2 cm, sedangkan bibit lollorossa berkisar pada tinggi 3.80-9.40 cm, sedangkan bibit romaine memiliki kisaran tinggi 5.10-10.00 cm. Data tersebut menunjukkan bahwa kisaran tinggi bibit berbeda cukup jauh. Penggunaan bibit yang tidak seragam akan berpeluang menghasilkan tanaman yang tidak seragam. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam melakukan penanaman dilakukan seleksi terlebih dahulu, untuk mencari bibit yang memiliki tinggi yang lebih seragam.
Produksi Sayuran Styrofoam yang digunakan Amazing Farm untuk media penyangga saat ditanam di dalam bak tanam dapat digunakan berulang kali, hingga mencapai masa pakai tiga tahun. beberapa styrofoam bahkan telah mengalami kerusakan dimana styrofoam tersebut sudah robek. Penggunaan styrofoam yang sudah rusak tidak baik untuk kegiatan produksi tanaman. Styrofoam yang rusak dapat mengurangi area penanaman dan juga menyebabkan celah yang dapat membuat cahaya matahari dapat langsung mengenai larutan nutrisi. Cahaya matahari yang langsung mengenai larutan nutrisi pada budidaya hidroponik DFT dapat memacu tumbuhnya ganggang hijau yang dapat mengurangi kadar oksigen di dalam larutan nutrisi. Kadar oksigen yang rendah di dalam larutan nutrisi dapat menyebabkan akar tanaman kekurangan oksigen sehingga dapat memicu proses fermentasi pada akar tanaman. Proses fermentasi ini dapat menyebabkan kerusakan akar tanaman. Penggunaan styrofoam yang rusak pada budidaya aeroponik juga dapat memacu tumbuhnya ganggang yang
44
dapat menyumbat nozzle. Penggunaan styrofoam yang memiliki kondisi baik dapat menutup seluruh permukaan bak tanam, sehingga mengurangi kesempatan ganggang untuk tumbuh, sehingga dapat memperkecil peluang nozzle tersumbat oleh ganggang. Pada budidaya secara aeroponik, khususnya selada keriting, sering dijumpai kondisi tinggi tanaman yang tidak merata. Apabila dilihat dari jauh, tinggi tanaman selada keriting tidak seragam dan tampak seperti gelombang seperti pada Gambar 13. Kondisi ini disebabkan oleh tidak meratanya semprotan larutan nutrisi oleh nozzle di bawahnya. Semprotan nozzle tidak dapat mencapai akar tanaman yang berada tepat di atasnya, sehingga menghasilkan tanaman yang pendek pada bagian yang tepat berada di atas nozzle. namun tinggi pada bagian samping kiri dan kanannya (Gambar 14).
Selada
Akar Selada
Nozzle
Selang
Semprotan Larutan Nutrisi
Gambar 13. Ilustrasi Semprotan Nozzle
Nozzle yang digunakan oleh Amazing Farm merupakan nozzle yang memiliki arah semprotan ke dua arah yang saling berlawanan (seperti kerucut terbalik). Bentuk semprotan seperti ini menghasilkan suatu bagian yang tidak mendapatkan semprotan nutrisi, yaitu pada bagian tepat di atas nozzle. Bagian ini seharusnya masih bisa mendapat semprotan nutrisi yang berasal dari nozzle disebelahnya, namun pada kenyataannya, semprotan nozzle tidak mampu menyemprotkan nutrisi pada bagian tersebut dengan sempurna, sehingga bagian tersebut hanya mendapatkan sedikit semprotan nutrisi.
45
A
B
Gambar 14. Masalah pada Budidaya aeroponik (A) Tinggi Tanaman Selada Keriting yang Tidak Merata (B) Selang yang Diganjal Styrofoam Bekas.
Kondisi ini secara langsung dapat mengurangi produktivitas, dan keseragaman sebab tidak semua tanaman dalam satu bak menghasilkan ukuran yang besar secara seragam, melainkan ada beberapa yang kecil. Tanaman yang terlalu kecil tidak dapat dijual, sehingga akan mengurangi jumlah sayuran yang diproduksi. Upaya yang telah dilakukan untuk menganggulangi masalah ini adalah dengan mengganjal selang yang berada di dalam bak tanam dengan potongan styrofoam bekas, sehingga membuat kedudukan nozzle menjadi lebih tinggi, sehingga nozzle mampu saling mengisi bagian kosong seperti yang telah dijelaskan di atas, sehingga semprotan air mampu mengenai akar tanaman dengan lebih merata.
Pertumbuhan Selada Keriting Tinggi tanaman. Tabel 5 menunjukkan bahwa tinggi bibit selada keriting (0 HST) menunjukkan tinggi yang berbeda, dimana bibit selada keriting untuk budidaya aeroponik lebih tinggi dibandingkan bibit selada keriting yang digunakan untuk budidaya hidroponik DFT. Hasil Uji-T student menunjukkan bahwa tinggi tanaman selada keriting mulai dari 5 HST hingga 30 HST dan menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa selada keriting yang dibudidayakan secara hidroponik DFT mampu mengimbangi pertumbuhan tinggi tanaman selada keriting yang dibuidayakan secara aeroponik,
46
sehingga dapat dikatakan bahwa kedua teknik budidaya mampu menghasilkan tinggi tanaman selada keriting yang sama. Lebar daun. Tabel 5 menunjukkan lebar daun yang berbeda nyata pada 5 HST dan menunjukkan nilai yang tidak nyata pada 10 HST dan 15 HST, kemudian menunjukkan nilai yang nyata mulai dari 25 HST hingga 30 HST. Lebar daun selada keriting aeroponik saat panen menunjukkan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan lebar daun selada keriting hidroponik DFT. Jumlah daun. Perkembangan jumlah daun selada keriting menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada 0, 5, 10 dan 15 HST kemudian menjadi berbeda nyata pada 20, 25 dan 30 HST. Jumlah daun selada keriting aeroponik pada saat panen (30 HST) sebanyak 10.10 helai, sedangkan jumlah daun selada keriting hidroponik DFT sebanyak 7.50 helai.
Tabel 5. Pertumbuhan Selada Keriting.
Aeroponik DFT
0 7.49a 5.92b
Umur Selada Keriting (HST) 5 10 15 20 25 30 8.16a 8.62a 12.49a 16.74a 22.63a 26.27a 7.95a 10.40a 12.89a 15.29a 21.28a 24.77a
Lebar Daun (cm) Aeroponik DFT
3.11a 2.34b
3.92a 3.20b
5.37a 5.67a
9.14a 12.43a 15.43a 15.83a 8.51a 10.88b 12.85b 14.19b
Jumlah Daun (helai)
Aeroponik DFT
3.00a 3.00a
3.50a 3.10a
4.10a 3.70a
5.20a 4.80a
Panjang Akar (cm)
Aeroponik DFT
2.18a 0.80b
6.75a 12.15a 19.44a 27.29a 36.91a 37.57a 3.30b 6.31b 6.96b 6.83b 8.38b 7.68b
Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Teknik Budidaya
6.90a 6.00b
9.40a 10.10a 7.20b 7.50b
Keterangan: Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%
Panjang akar. Tabel 5 menunjukkan panjang akar yang berbeda nyata antara selada keriting aeroponik dan selada keriting hidroponik DFT mulai dari 0 HST sampai 30 HST atau pada saat panen. Pertumbuhan akar selada keritiing aeroponik lebih baik dibandingkan dengan selada keriting hidroponik DFT. Hal disebabkan oleh kondisi fisik akar selada keriting aeroponik menunjukkan penampakan yang berwarna putih, panjang, berserat banyak dan kuat, sedangkan
47
penampakan akar selada keriting hidroponik DFT menunjukkan kondisi fisik akar yang berwarna coklat, pendek dan rapuh. Menurut Resh (2004), akar yang sehat memiliki penampakan berwarna putih, tegar dan berserat banyak. Akar yang tidak sehat menunjukkan warna kecoklatan pada bagian ujung akar atau bagian akar. Penyebab akar cokelat pada selada keriting hidroponik DFT dapat disebabkan oleh serangan penyakit seperti serangan Phytium sp. Infeksi cendawan ini pada akar dapat menyebabkan akar cokelat, namun serangan cendawan ini menyebabkan tanaman menjadi kerdil Resh (2004). Hal ini tidak terjadi pada selada keriting hidroponik DFT di Amazing Farm. Pertumbuhan bagian tajuk selada keriting hidropnik masih tetap aktif tumbuh. Hal ini sama seperti yang dinyatakan oleh Juliansyah (2010) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa akar cokelat pada tanaman bayam tidak mempengaruhi pertumbuhan dan produksi bayam. Kondisi akar selada keriting hidroponik DFT yang telah dijelaskan sebelumnya diduga karena akar selada keriting hidroponik DFT tersebut terendam dalam air sehingga tidak mendapat cukup udara, yang pada akhirnya menyebabkan akar menjadi kecoklatan dan tidak sehat. Lakitan (1993) menyatakan bahwa pada sistem perakaran yang tergenang biasanya akan terjadi proses fermentasi akibat oksigen yang tidak tersedia. Sistem budidaya hidroponik seperti ini menurut (Acquaah, 2009) memang dapat menimbulkan masalah aerasi pada akar. Walaupun larutan nutrisi dipompa dan dialirkan kembali menggunakan pompa, namun kondisi akar tetap menunjukkan penampakan berwarna kecoklatan. Menurut Resh (2004) masalah aerasi pada budidaya secara hidroponik dapat diatasi dengan menggunakan pompa atau kompresor yang digunakan untuk membuat gelembung-gelembung udara ke dalam bak tanam atau tangki nutrisi melalui pipa perforasi ataupun batu gelembung (airstoned). Laju pertumbuhan. Dilihat dari laju pertambahan tinggi tanaman (Gambar 15), lebar daun (Gambar 17) dan panjang akar selada keriting (Gambar 18), selada keriting aeroponik memberikan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan selada keriting hidroponik DFT. Bahkan pertambahan pertumbuhan panjang akar selada keriting aeroponik memiliki nilai yang jauh lebih tinggi jika dibanding nilai pertambahan panjang akar selada keriting hidroponik DFT.
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
48
7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 5
10
15
20
25
30
Umur Tanaman (HST) Hidroponik DFT
Aeroponik
Pertambahan Jumlah Daun (hhelai)
Gambar 15. Pertambahan Tinggi Tanaman Selada Keriting
3.00
2.00
1.00
0.00 5
10 15 20 Umur tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
25
30
Pertambahan Lebar Daun (cm)
Gambar 16. Pertambahan Jumlah Daun Selada Keriting
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 5
10
15
20
25
Umur Tanaman (HST) Aeroponik
Hidroponik DFT
Gambar 17. Pertambahan Lebar Daun Selada Keriting
30
49
Pertambahan Panjang Akar (cm)
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 -2.00
5
10 15 20 Umur Tanaman (HST) Aeroponik
25
30
Hidroponik Hidroponik DFT
Gambar 18. Pertambahan Panjang Akar Selada Keriting
Selada keriting aeroponik memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan selada keriting hidroponik DFT, tetapi berdasarkan dari semua parameter yang diamati perbedaan yang paling signifikan tampak pada panjang akar. Panjang akar selada keriting aeroponik memiliki nilai hampir lima kali lipat lebih besar dibandingkan panjang akar selada keriting hidroponik DFT. Hal inilah yang diduga penulis memberikan kontribusi yang besar dalam perbedaan bobot panen selada keriting.
Pertumbuhan Lollorossa Tinggi tanaman. Berdasarkan Tabel 6, hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman lollorossa, pada 0 dan 5 HST menunjukkan pertumbuhan antara dua teknik budidaya, yaitu aeroponik dan hidroponik DFT berbeda nyata. Tinggi tanaman pada budidaya aeroponik pada 5 HST sebesar 7.99 cm, sedangkan pada lollorossa yang ditanam dengan teknik hidroponik DFT sebesar 5.51 cm. Menginjak 10 HST sampai 30 HST, pertumbuhan tinggi tanaman pada kedua jenis budidaya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Walaupun menggunakan bibit yang tidak seragam, namun pada saat panen, tinggi tanaman lollorossa yang ditanam pada dua jenis teknik budidaya menunjukkan pertumbuhan tinggi yang tidak nyata.
50
Lebar daun. Bibit yang digunakan pada penanaman lollorossa memiliki ukuran yang berbeda antara yang ditanam pada budidaya aeroponik dan yang ditanam pada budidaya hidroponik DFT. Nilai keseregaman bibit lollorossa pada 0 HST menunjukkan nilai yang berbeda nyata, dimana bibit yang digunakan pada budidaya aeroponik memiliki lebar daun sebesar 4.32 cm, sedangkan pada budidaya hidroponik DFT sebesar 2.72 cm. Pada 5 HST sampai 20 HST, lebar daun lollorossa pada kedua jenis teknik budidaya tidak menunjukkan perbedaan. Perbedaan mulai terlihat saat tanaman menginjak umur 25 HST, dimana terjadi perbedaan yang nyata dengan rata-rata lebar daun lollorossa pada budidaya aeroponik sebesar 13,73 cm dan lebar daun lollorossa pada budidaya hidroponik DFT sebesar 11,21 cm. Pada usia 30 HST, lebar daun lollorossa pada kedua jenis teknik budidaya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan rata-rata lebar daun lollorossa aeroponik lebih baik daripada lollorossa hidroponik DFT.
Tabel 6. Pertumbuhan Lollorossa
Aeroponik DFT
0 7.49a 4.33b
5 7.99a 5.51b
Umur Lollorossa (HST) 10 15 20 25 30 8.51a 9.62a 11.26a 15.44a 19.10a 7.66a 9.55a 11.11a 13.79a 17.71a
Lebar Daun (cm)
Aeroponik DFT
4.32a 2.72b
4.41a 3.94a
5.26a 7.31a 5.50a 6.77a
9.81a 13.73a 15.35a 9.46a 11.21b 13.02b
Jumlah daun (helai)
Aeroponik DFT
2.60a 3.00a
3.40a 3.10a
3.60b 4.30b 4.20a 5.20a
6.50a 5.70b
Panjang Akar (cm)
Aeroponik DFT
2.45a 1.68a
4.23a 4.36a
9.43a 16.74a 29.89a 42.63a 41.64a 6.76a 7.03b 6.87b 6.66b 7.37b
Pengamatan
Teknik Budidaya
Tinggi Tanaman (cm)
8.60a 6.90b
9.20a 8.50b
Keterangan: Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%
Jumlah daun. Jumlah daun bibit lollorossa yang ditanam pada 0 HST, baik pada sistem budidaya secara aeroponik maupun hidroponik DFT menunjukkan angka yang hampir sama yaitu berkisar pada angka 3 helai daun. Pertumbuhan jumlah daun lollorossa yang dibudidayakan secara aeroponik pada rentang waktu 10 HST sampai 15 HST menunjukkan angka yang lebih rendah
51
daripada jumlah daun lollorossa yang dibudidayakan secara hidroponik DFT. Pada usia tanaman 20 HST, lollorossa yang ditanam dengan teknik budidaya aeroponik memiliki jumlah daun yang lebih banyak daripada jumlah daun lollorssa yang ditanam dengan teknik budidaya hidroponik DFT, dan menjadi lebih banyak bila dibandingkan dengan lollorossa yang ditanam dengan sistem budidaya hidroponik DFT. Pada saat panen, jumlah daun lollorossa yang ditanam dengan teknik aeroponik menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada lollorossa yang ditanam dengan teknik budidaya hidroponik DFT. Panjang akar. Pada Tabel 6, akar lollorossa kedua jenis teknik budidaya pada 5 HST dan 10 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Panjang akar mulai menunjukkan perbedaan yang nyata pada 15 HST hingga panen yaitu pada 30 HST, panjang akar lollorossa pada teknik budidaya secara aeroponik memiliki nilai rata-rata 41.64 cm, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan akar lollorossa pada budidaya hidroponik DFT yang rata-ratanya hanya sebesar 7.37 cm. Sistem perakaran lollorossa yang dibudidayakan dengan teknik budidaya secara aeroponik jauh lebih baik. Akarnya lebat, berwarna putih, panjang dan sehat seperti halnya akar pada selada keriting aeroponik. Hal ini dikarenakan akar tanaman yang dibudidayakan secara aeroponik memiliki aerasi yang baik, sehingga mampu tumbuh lebih optimal, sedangkan akar tanaman pada budidaya hidroponik DFT berwarna coklat, pendek, dan rapuh pada ujung-ujungnya. Laju pertumbuhan. Dilihat dari laju pertumbuhannya, lollorossa yang dibudidayakan secara aeroponik juga menunjukkan laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan lollorossa yang dibudidayakan secara hidroponik DFT. Semua parameter menunjukkan laju pertumbuhan yang lebih baik walaupun pada 30 HST, parameter laju pertumbuhan jumlah daun (Gambar 20) dan lebar daun lollorossa (Gambar 21) pada kedua teknik budidaya berada pada titik yang kurang lebih sama. Namun dengan melihat analisis data sebelumnya, dapat diketahui bahwa lollorossa aeroponik dapat tumbuh lebih baik dengan menunjukkan perbedaan yang nyata pada lebar daun, jumlah daun dan panjang akar. Grafik laju pertambahan panjang akar lollorossa aeroponik (Gambar 22) pada 5 MST hingga 20 MST menunjukkan pertambahan yang sangat drastis, lalu mulai menurun pada 25 MST dan kemudian turun drastis pada 30 HST. Hal ini diduga karena akar
52
banyak yang patah saat perawatan, sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
akar lollorossa.
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 5
10 15 20 25 Umur Tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
30
Pertambahan Jumlah Daun (helai)
Gambar 19. Pertambahan Tinggi Tanaman Lollorossa
5.00 4.00
3.00 2.00
1.00 0.00 5
10 15 20 25 Umur tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
30
Pertambahan Lebar Daun (cm)
Gambar 20. Pertambahan Jumlah Daun Lollorossa
5.00 4.00 3.00
2.00 1.00
0.00 5
10
15 20 25 Umur Tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
Gambar 21. Pertambahan Lebar Daun Lollorossa
30
Pertambahan Panjang Akar (cm)
53
15.00 10.00 5.00 0.00 5
10
15
20
25
30
-5.00 Umur tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
Gambar 22. Pertambahan Panjang Akar Lollorossa
Pertumbuhan Romaine Tinggi tanaman. Tabel 7 menunjukkan bahwa mulai dari 0 HST sampai 25 HST, pertumbuhan tunggi tanaman romaine aeroponik maupun hidroponik DFT menunjukkan angka yang berbeda nyata. Pertumbuhan tinggi tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik DFT lebih baik daripada yang dibudidayan secara aeroponik. Romaine yang menjadi tanaman sampel dipanen pada usia 25 HST karena tanaman tersebut sudah mulai menunjukkan tanda-tanda diserang penyakit berupa blackspot. Supervisor panen kemudian mengambil tindakan dengan memanennya lebih awal untuk mengurangi serangan penyakit lebih parah.
Tabel 7. Pertumbuhan Romaine Umur Romaine (HST) 5 10 15 20 6.79b 8.15b 12.36b 16.39b 11.24a 14.38a 16.96a 20.86a
Pengamatan
Teknik Budidaya
Tinggi Tanaman (cm)
Aeroponik DFT
0 6.04b 8.15a
Lebar Daun (cm)
Aeroponik DFT
1.61b 2.31a
2.24b 3.46a
3.03b 5.31a
5.54b 7.17a
7.61b 9.49a
9.99a 10.02a
Jumlah Daun (helai)
Aeroponik DFT
2.10b 3.60a
3.30b 4.10a
3.60b 5.80a
5.10b 7.40a
8.20a 8.60a
10.10a 10.20a
Panjang Akar (cm)
Aeroponik DFT
1.57a 0.91a
3.65a 2.79a
8.73a 6.74b
13.93a 6.72b
23.59a 6.96b
38.61a 9.59b
25 22.45b 24.51a
Keterangan: Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%
54
Jumlah daun. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah daun bibit yang digunakan untuk menanam romaine berbeda antara yang ditanam dengan teknik budidaya aeroponik maupun yang ditanam dengan teknik hidroponik DFT. Bibit yang ditanam pada budidaya hidroponik DFT memilliki rata-rata jumlah daun yang lebih banyak. Pada 0 HST sampai 20 HST, jumlah daun romaine aeroponik lebih sedikit dibandingkan dengan romaine hidroponik DFT. Menginjak usia tanaman 25 terlihat bahwa jumlah daun romaine aeroponik dan hidroponik DFT saat panen adalah sama. Panjang akar. Tabel 7 menunjukkan bahwa pada 0 dan 5 HST, panjang akar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara budidaya aeroponik dan hidroponik DFT. Perbedaan yang nyata mulai terlihat pada 15 HST sampai 25 HST, dengan rata-rata panjang akar romaine yang dibudidayakan secara aeroponik sebesar 38.61 cm, jauh diatas nilai panjang akar romaine yang dibudidayakan secara hidroponik DFT yang rata-ratanya hanya sebesar 9.59 cm. Kondisi akar romaine hidroponik DFT juga menunjukkan penampakan yang sama seperti selada keriting hidroponik DFT dan lollorossa hidroponik DFT, yaitu berwarna coklat, pendek dan rapuh pada bagian ujungnya. Penulis menduga hal ini juga disebabkan oleh masalah aerasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada komoditas selada keriting dan lollorossa. Laju pertumbuhan. Laju pertambahan tinggi tanaman (Gambar 23) dan lebar daun romaine aeroponik (Gambar 25) lebih baik jika dibandingkan dengan laju pertambahan tinggi tanaman romaine hidroponik DFT. Hal ini bertentangan dengan analisis data yang menunjukkan bahwa pertumbuhan romaine hidroponik DFT lebih baik. Keadaan tersebut diduga karena penggunaan bibit yang memiliki ukuran yang berbeda cukup jauh, dimana secara umum bibit romaine yang ditanam pada budidaya hidroponik DFT lebih besar daripada bibit yang ditanam untuk budidaya aeroponik. Laju pertumbuhan akar romaine aeroponik meningkat drastis setiap periode, dan sangat berbeda jauh dengan laju pertumbuhan panjang akar romaine hidroponik DFT.
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
55
7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 5
10 15 20 Umur Tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
25
Pertambahan Jumah Daun (Helai)
Gambar 23. Pertambahan Tinggi Tanaman Romaine
3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 5
10 15 Umur Tanaman (HST) Aeroponik
20
25
Hidroponik DFT
Pertambahan Lebar Daun (cm)
Gambar 24. Pertambahan Jumlah Daun Romaine
3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 5
10 15 20 Umur Tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
Gambar 25. Pertambahan Lebar Daun Romaine
25
Pertambahan Panjang akar (cm)
56
20.00 15.00 10.00
5.00 0.00 -5.00
5
10
15
20
25
Umur Tanaman (HST) Aeroponik Hidroponik DFT
Gambar 26. Pertambahan Panjang Akar Romaine
Panen dan Pasca Panen Bobot Panen Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot selada keriting dan romaine menunjukkan perbedaan yang nyata, dimana bobot selada keriting dan romaine menunjukkan nilai yang lebih baik. Lebar daun, jumlah daun dan juga panjang akar selada keriting menunjukkan perbedaan yang cukup nyata, dimana selada keriting yang dibudidayakan secara aeroponik menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara hidroponik DFT.
Tabel 8. Bobot Panen Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine Teknik Budidaya
Bobot per Tanaman Saat Panen (gram) Selada Keriting
Lollorossa
Romaine
Aeroponik
89.00a
42.00a
93.00a
DFT
53.00b
41.00a
59.00b
Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%
Berdasarkan dari semua parameter yang diamati, perbedaan yang paling signifikan tampak pada panjang akar. Panjang akar selada keriting aeroponik memiliki nilai hampir lima kali lipat lebih besar dibandingkan panjang akar selada keriting hidroponik DFT. Hal inilah yang diduga penulis memberikan kontribusi yang besar dalam perbedaan bobot panen selada keriting. Hal yang sama diduga
57
terjadi pada romaine dimana panjang akar romaine aeroponik lebih panjang empat kali lipat daripada akar romaine hidroponik DFT. Bobot lollorossa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara lollorossa yang ditanam dengan teknik budidaya aeroponik maupun hidroponik DFT. Dilihat dari semua parameter pertumbuhan tanaman lollorossa, hanya tinggi tanaman saja yang menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, sedangkan jumlah daun, lebar daun dan juga panjang akar menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikan hal tersebut.
Produktivitas Analisis menunjukkan
pertumbuhan
selada
keriting,
lollorossa
kecenderungan
bahwa
budidaya
secara
dan
romaine
aeroponik
dapat
memberikan hasil panen yang lebih baik. Hal ini juga dapat dilihat pada data produktivitas yang dimiliki Amazing Farm (data sekunder) pada bulan Maret-Mei 2011 (Gambar 28). Selada keriting, lollorossa dan romaine yang dibudidayakan secara aeroponik memang mampu memberikan hasil yang lebih baik jika
Produktivitas (kg/m2)
dibandingkan dengan sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik DFT.
1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 Selada Keriting
Lollorossa
Romaine
Komoditas Aeropoik
Hidroponik DFT
Gambar 27. Produktivitas Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine Periode Maret-Mei 2011 (Data Sekunder)
Berdasarkan data yang diperoleh selama periode bulan Maret hingga Mei 2011, produktivitas selada keriting yang dibudidayakan secara aeroponik sebesar
58
1.67 kg/m2 atau memiliki potensi hasil sebesar 16 ton/ha, sedangkan selada keriting hidroponik DFT memiliki produktivitas sebesar 1.28 kg/m2 atau memiliki potensi hasil sebesar 12 ton/ha. Potensi hasil selada aeroponik dan hidroponik DFT memiliki potensi hasil yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan potensi hasil selada keriting yang dibudidayakan secara konvensional yaitu sebesar 3-8 ton/ha (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Menurut Resh (2004), potensi hasil untuk selada keriting yang dibudidayakan dengan media tanpa tanah (soiless) mencapai 9 000 lb (4 082 kg) per acre, atau sekitar 10 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya selada keriting secara aeroponik ataupun hidroponik DFT yang dilakukan oleh Amazing Farm mampu menghasilkan produk yang lebih baik yang ditandai dengan potensi hasil selada keriting Amazing Farm lebih tinggi daripada yang dinyatakan di dalam literatur.
Tanaman yang Tidak Dipanen Panen yang dilakukan oleh Amazing Farm pada pukul 6.30 WIB dan 16.00 WIB merupakan pemilihan waktu yang tepat, sebab menurut Haguluha dan Natera (2007) waktu panen yang baik adalah pada waktu terdingin pada suatu hari, yaitu pada awal pagi ataupun pada sore hari jika ingin memanen sayuran yang akan dikirim ke daerah lain. Melakukan panen pada kedua waktu tersebut, akan mengurangi kerusakan hasil panen akibat transpirasi.
Tabel 9. Presentase Tanaman yang Tidak Dipanen. Komoditas
Selada Keriring Lollorossa Romaine
Tanaman yang Tidak Dipanen Aeroponik DFT ….…………………. (%) ………………………. 5.01a 3.98a 5.90a 4.99a 6.22a 7.50a
Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%
Pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa presentase tanaman yang tidak dipanen pada tanaman selada kerititng aeroponik maupun hidroponik DFT menunjukkan angka yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa baik budidaya aeroponik maupun
59
hidroponik DFT mampu menghasilkan tanaman selada keriting yang baik, karena kurang lebih 93% tanaman dapat dipanen. Tanaman lolloroosa juga menunjukkan hal yang sama. Pada Tabel 9, presentase tanaman lollorossa aeroponik yang tidak dipanen sebesar 5.90% dan sebesar 4.99% pada budidaya secara hidroponik DFT. Angka tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman lollorossa dapat menghasilkan hasil panen yang sama baik saat dibudidayakan secara aeroponik maupun hidroponik DFT. Pada tanaman romaine, presentase tanaman yang tidak dipanen pada budidaya secara aeroponik sebesar 6.22%, sedangkan yang dibudidayakan secara hidroponik DFT sebesar 7.50%. Walaupun presentasenya sedikit lebih tinggi daripada selada keriting dan lollorossa, namun hasil panen romaine masih dianggap baik, sebab presentase tanaman yang dapat dipanen masih diatas 90%.
Kehilangan hasil Pada Tabel 10 disajikan data pada aspek pasca panen tiga jenis selada. Selada keriting menunjukkan angka yang tidak berbeda nyata pada tanaman yang mengalami sortasi baik pada tanaman yang dibudidayakan secara aeroponik maupun hidroponik DFT. Lollorossa juga menunjukkan hasil analisis perlakuan pasca panen yang sama seperti hasil yang ditunjukkan oleh selada keriting, sehingga tanaman yang dihasilkan dari kedua teknik budidaya tersebut baik. Analisis data tanaman yang tidak memenuhi standar packing untuk romaine menunjukkan angka yang berbeda nyata. Romaine yang dibudidayakan secara aeroponik menunjukkan angka yang lebih kecil, yaitu sebesar 2.65%, sehingga romaine yang dibudidayakan secara aeroponik dapat menghasilkan kualitas tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan romaine hidroponik DFT. Pada semua komoditas, hasil analisis data (Tabel 10) menunjukkan bahwa rompesan daun yang dilakukan terhadap tanaman yang dibudidayakan secara aeroponik dan hidroponik DFT tidak berbeda nyata. Rompesan daun pada selada keriting berkisar pada angka 24%, sedangkan pada romaine 27%. Lollorossa yang dibudidayakan secara hidroponik DFT menunjukkan angka yang lebih besar yaitu
60
sebesar 19.83% daripada lollorossa yang dibudidayakan secara seroponik yaitu sebesar 15.71%.
Tabel 10. Kehilangan Hasil saat Perlakuan Pasca Panen Komoditas
Selada Keriting
Lollorossa Romaine
Teknik Budidaya Aeroponik DFT Aeroponik DFT Aeroponik DFT
Sortasi
Rompesan Daun
Kehilangan Hasil
………….……. (%) ……....……… 6.40a 24.09a 30.50a 1.94a 24.01a 25.96a 6.25a 15.71a 21.96a 6.60a 19.83a 26.40a 2.65b 27.05a 29.70b 7.82a 27.34a 35.16a
Keterangan: Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%
Kehilangan hasil selada keriting akibat sortasi dan rompesan daun pada teknik budidaya aeropoonik maupun hidroponik DFT tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yaitu sebesar 30.50% pada selada keriting aeroponik, dan 25.96% pada selada keriting hidroponik DFT. Lollorossa juga menunjukkan hasil analisis data yang tidak berbeda nyata, dengan rata-rata kehilangan hasil sebesar 21.96% pada lollorossa aeroponik dan 26.40% pada lollorossa hidroponik DFT. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh romaine dimana hasil analisis data menunjukkan bahwa kehilangan hasil antara romaine aeroponik dan hidroponk menunjukkan nilai yang berbeda nyata. Kehilangan hasil romaine aeroponik sebesar 29.70%, lebih baik jika dibandingkan dengan romaine hidroponik DFT yang menunjukkan rata-rata kehilangan hasil sebesar 35.16%. Kehilangan hasil akibat perompesan daun di Amazing Farm termasuk tinggi, hal ini dilakukan demi menjaga kondisi produk agar konsumen yang membeli mendapatkan produk yang bersih dan berkualitas. Faktor-faktor penyebab dilakukannya perompesan daun di Amazing Farm diantaranya karena tiga hal berikut ini, yaitu perlakuan perompesan daun akibat daun rusak diserang hama, perompesan daun akibat penyakit, dan perompesan daun yang dilakukan terhadap daun tua atau kerusakan mekanis. Perompesan
61
dilakukan dengan cara membuang daun terluar seperti yang dinyatakan oleh Haguluha dan Natera (2007) bahwa perlakuan perompesan daun dilakukan terhadap daun yang kering (berwarna cokelat) yang terdapat pada bagian dasar atau bagian paling luar termasuk daun yang rusak atau memar juga harus dibuang. Data perompesan daun (Tabel 11) yang dilakukan terhadap selada keriting baik yang ditanam secara aeroponik maupun hidroponik DFT, kebanyakan dlakukan karena faktor daun tua/mekanis. Nilai perompesan daun akibat daun tua/mekanis pada selada keritng menunjukkan angka yang berbeda nyata, dimana nilai pada selada keriting aeroponik lebih kecil yaitu sebesar 76.90%. Perompesan daun akibat hama atau penyakit memiliki presentase yang kecil. Namun pada selada keriting hidroponik DFT, perompesan akibat serangan penyakit cukup tinggi, yaitu sebesar 22.53% dan menunjukkan nilai yang berbeda nyata dibandingkan dengan nilai pada selada keriting aeroponik. Penyakit yang biasa menyerang daun sehingga harus mendapat perlakuan perompesan adalah penyakit black spot. Apabila terdapat daun yang terkena black spot, maka karyawan di packing house harus membuang seluruh bagian daun tersebut untuk menjaga kualitas produk, meskipun bercak black spot yang terlihat kecil.
Tabel 11. Perlakuan Perompesan Daun Komoditas
Selada Keriting Lollorossa Romaine
Teknik Budidaya
Aeroponik DFT Aeroponik DFT Aeroponik DFT
Perompesan Daun Hama Penyakit Daun Tua/ Mekanis ………………(%).......................... 0.89a 1.43a 97.68a 0.57a 22.53b 76.90b 10.34a 27.59a 62.07a 0.57a 22.53a 76.90a 3.13a 29.39a 67.48a 5.00a 20.50a 74.50a
Keterangan: Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%
Perompesan daun lollorossa kebanyakan dilakukan terhadap daun tua, seperti halnya pada selada keriting. Namun tidak seperti selada keriting, nilai perompesan daun akibat penyakit pada lollorossa cukup tinggi, baik pada lollorossa aeroponik maupun lollorossa hidroponik DFT. Penyakit yang
62
menyerang lollorossa juga sama seperti selada keriting yaitu black spot. Nilai perompesan daun akibat hama juga cukup tinggi pada lollorossa aeroponik yaitu sebesar 10.34%. Daun yang dirompes akibat serangan hama memiliki ciri-ciri berupa gerigitan pada daun, selain itu juga terdapat kotoran ulat pada bagian dalam pangkal batang dan juga terdapat luka seperti koreng pada bagian pangkal batang bagian dalam akibat serangan kutu daun. Perompesan daun romaine akibat daun tua/mekanis juga tinggi seperti selada keriting dan lollorossa, sedangkan untuk perompesan daun akibat penyakit memiliki presentase sebesar 29.39% untuk romaine aeroponik, sedangkan untuk romaine hidroponik DFT memiliki presentasr yang lebih kecil yaitu 20.50%. Rata-rata kehilangan hasil sebesar kurang lebih 30% untuk semua komoditas, menandakan bahwa dari total produksi kotor sayuran yang dihasilkan, hanya 70% saja yang merupakan produk bersih (net product). Angka ini memang cukup besar jika dibandingkan SOP perusahaan yang hanya menghendaki kehilangan hasil sayuran yang hanya sebesar 15%. Hal yang menjadi sumber kehilangan hasil terbesar adalah perompesan daun akibat kerusakan mekanis atau daun tua. Kerusakan mekanis dapat terjadi akibat sayuran disusun terlalu padat di dalam kontainer atau terjadi kerusakan selama pengangkutan ke packing house. Daun yang rusak tersebut menyebabkan perompesan daun tidak hanya dilakukan daun tua (daun terluar) saja, melainkan beberapa daun pada bagian dalam yang juga mengalami kerusakan. Daun yang rusak tersebut terpaksa harus dibuang untuk menjaga kualitas produk. Hal inilah yang diduga menyebabkan kehilangan hasil menjadi besar.
Analisis Usaha Tani Budiaya Selada Aeroponik Asumsi budidaya selada aeroponik yang diusahakan, berada pada lahan seluas 4 000 m2 dengan menggunakan greenhouse tipe bulbo dengan bahan dasar alumunium dengan luas greenhouse 2 000 m2. Asumsi ini berdasarkan pada luas greenhouse C yang terdapat di Amazing Farm, Kebun Cikahuripan yang memiliki luas sekitar 2000 m2. Greenhouse C diambil sebagai contoh, sebab greenhouse ini
63
mampu menghasilkan selada keriting dengan produktivitas yang paling tinggi diantara greenhouse lainnya, yaitu sebesar 1.77 kg/m2 (Lampiran 3) Usaha budidaya selada keriting ini akan membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 1 152 760 000 dan biaya operasional per tahun sebesar Rp 303 179 000. Biaya yang dikeluarkan cukup mahal, namun biaya ini sebanding dengan pemasukan yang akan didapatkan, dimana pemasukan setiap tahun dari penjualan selada aeroponik mencapai Rp 730 080 000 per tahun. Angka tersebut berdasarkan asumsi dalam satu bulan, kegiatan panen dilakukan sebanyak 26 kali dengan jumlah bak yang dipanen setiap harinya sebanyak 10 bak tanam (40m2) dan dengan produktivitas sebesar 1.63 kg/m2. Kegiatan panen sebanyak 26 kali dihitung berdasarkan kegiatan panen yang dilakukan oleh Amazing Farm, yaitu sebanyak kurang lebih 26 kali dalam satu bulan. Jumlah bak yang dipanen sebanyak 10 bak per hari berdasarkan perhitungan jumlah total bak tanam yaitu sebanyak 260 bak tanam dibagi dengan jumlah hari panen per bulannya yaitu sebanyak 26 kali, sehingga didapatkan hasil sebesar 10 bak tanam yang dipanen setiap harinya. Perhitungan jumlah total bak tanam sebanyak 260 buah berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh penulis dengan karyawan Amazing Farm yang menyatkan bahwa dalam budidaya aeroponik dan hidroponik DFT, pengaturan jumlah bak tanam lebih berdasarkan pada optimalisasi kekuatan semprotan pompa daripada optimalisasi lahan. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 3 yang menunjukkan bahwa rata-rata luas produktif dibandingkan dengan luas greenhouse sebesar 57.21%. Net B/C adalah manfaat bersih yang menguntungkan terhadap bisnis yang dihasilkan setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al., 2009). Dengan kata lain, net B/C adalah manfaat bersih yang diterima oleh suatu perusahaan untuk setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk suatu usaha. Suatu usaha dikatakan layak apabila memiliki nilai net B/C lebih besar dari 1.00. Net B/C dari usaha ini mencapai 2.48, sehingga dapat dikatakan layak karena memenuhi syarat net B/C lebih besar dari 1.00. IRR (Internal Rate of Return) adalah tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh suatu usaha yang dijalankan, yang berasal dari investasi yang digunakan. IRR dinyatakan dalam
64
presentase. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari faktor diskonto yang berlaku. IRR yang dimiliki usaha budidaya selada aeroponik menunjukkan nilai yang baik, yaitu sebesar 32.64%, jauh lebih besar dari diskon faktor yang berlaku yaitu 17% (bunga deposito). Periode pengembalian (payback periode) adalah waktu yang dibutuhkan untung mengembalikan lagi uang investasi. Periode pengembalian untuk budidaya selada aeroponik adalah selama 4 tahun. Perhitungan analisis usaha tani usaha budidaya selada aeroponik secara rinci dilampirkan pada Lampiran 6.
Budidaya Selada Hidroponik (DFT) Budidaya
selada
hidroponik
menggunakan
sistem
DFT
dengan
menggunakan asumsi luas lahan dan luas greenhouse yang sama dengan budidaya selada aeroponik membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 916 760 000.00. Pemasukan per tahun yang didapatkan dari penjualan selada adalah sebesar Rp 584 064 000.00, Nilai ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pemasukan selada aeroponik. Hal ini disebabkan oleh produktivitas selada hidroponik DFT yang lebih kecil, dimana produktivitas maksimal hanya mencapai 1.30 kg/m2. Net B/C yang diperoleh dari usaha budidaya selada hidroponik DFT adalah 1.85 dengan IRR 19.6%. periode pengembalian lebih lama daripada usaha budidaya selada aeroponik, yaitu selama 5.3 tahun. Perhitungan analisis usaha tani usaha budidaya selada aeroponik secara rinci dilampirkan pada Lampiran 8. Apabila dibandingkan antara biaya investasi yang dikeluarkan dan juga pendapatan yang diterima, maka usaha budidaya selada secara aeroponik lebih menjajikan dibandingkan usaha budidaya selada secara hidroponik DFT. Walaupun biaya investasi dan operasional per tahunnya mahal, analisis usaha tani budidaya selada keriting aeroponik menunjukkan nilai Net B/C, IRR dan juga payback period yang lebih baik dibandingkan usaha budidaya hidroponik (DFT).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang yang dilakukan penulis selama empat bulan di Amazing Farm Kebun Cikahuripan telah banyak memberikan pengetahuan mengenai budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT baik dari aspek teknis yang meliputi: persiapan media tanam, persemaian, nursery, produksi sayuran, panen dan pasca panen maupun dari aspek manajerial seperti: pengetahuan manajerial produksi sayuran dalam kebun, taksasi produksi dan penentuan tanaman yang siap dipanen. Dilihat dari cara budidayanya, budidaya sayuran dengan teknik budidaya aeroponik maupun hidroponik DFT kurang lebih sama. Persamaannya dapat dilihat mulai dari kegiatan persemaian, penanaman, panen dan juga pasca panen. Perbedaan budidaya secara aeroponik dan hidroponik DFT terletak pada kegiatan perawatan yaitu pada perawatan nozzle. Perbedaan yang lain terletak pada pertumbuhan tanaman dan juga dari segi analisis usaha tani. Hasil pengamatan pertumbuhan menunjukkan bahwa pertumbuhan selada keriting, lollorossa dan romaine menunjukkan hasil yang lebih baik pada budidaya aeroponik. Pada aspek pasca panen selada keriting, lollorossa dan romaine, baik yang ditanam secara aeroponik maupun hidroponik DFT, secara umum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kehilangan hasil akibat pasca panen Amazing Farm cukup tinggi dengan rata-rata sebesar 30%, dan kebanyakan berasal dari perompesan daun akibat daun tua atau kerusakan mekanis, dibandingkan dengan kerusakan akibat hama dan penyakit. Analisis usaha tani menunjukkan bahwa angka investasi untuk budidaya selada aeroponik lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha budidaya selada hidroponik DFT, namun berdasarkan analisis usaha tani, usaha budidaya aeroponik lebih layak dan menguntungkan jika dijalankan. Penulis diberi kesempatan dalam membantu memecahkan masalah yang terdapat di kebun dengan cara melakukan diskusi langsung dengan manajer dan supervisor dan juga dengan cara melakukan tindakan langsung seperti melakukan kegiatan survey harga dan juga pengumpulan data kehilanngan hasil di kebun.
66
Saran Amazing Farm sebaiknya menggunakan bibit yang lebih seragam, agar peluang tanaman yang tumbuh seragam di dalam greenhouse produksi menjadi lebih besar. Bibit yang seragam dapat diperoleh dengan cara seleksi bibit oleh PIC pada saat penanaman. Styrofoam yang rusak sebaiknya tidak digunakan lagi, karena dapat menyebabkan pertumbuhan ganggang yang mampu menyumbat nozzle pada budidaya aeroponik ataupun dapat menyebabkan tumbuhnya ganggang yang menyebabkan persaingan akan oksigen di dalam larutan nutrisi pada budidaya hidroponik DFT. Akar cokelat pada budidaya hidroponik DFT perlu ditanggulangi dengan cara memberikan aerasi yang cukup. Kehilangan hasil yang besar sebaiknya ditekan, misalnya saja dengan cara menjaga sayuran agar tidak banyak yang rusak karena terlalu padat di dalam kontainer ataupun lebih berhati-hati saat mengangkutnya ke packing house. Pembagian kerja antara supervisor produksi dan supervisor panen sebaiknya lebih berimbang, agar fungsi manajemen dari masing-masing jabatan berjalan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2009. Horticulture: principles and practices. Fourth Edition. Pearson Prentice Hall. Ohio. 760 hal. Agung, L. S. 2008. Aeroponic Systems on Vegetables. http://amazingfarm.com/. [2 Februari 2011]. _______. 2009. Cultivation of Aeroponic Vegetables. . http://amazingfarm.com/. [2 Februari 2011]. Bautista, O. K and T. G. Cadiz. 1986. Post harvest handling of vegetables, p.206227. In O. K. Bautista and R. C Mabesa (Eds.). Vegetable Production. College of Agriculture. University of the Philippines. Los Banos. Denisen, E.L. 1979. Principles of Horticulture. Second edition. Macmillan Pub Co. 483 p. Grubben, G. J. H., and S. Sukprakarn. 1994. Lactuca sativa L, p. 186-190. In J. S. Siemonsma and K. Pileuk (Eds). PROSEA (Plant Resources in South east Asia 8): Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Haguluha, V dan E. Natera. 2007. Quality Management of Fresh Produce from The Highlands of Papua New Guinea. Australian Center for International Agricultural Research. Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, H. Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada (Edisi Revisi). Penerbit Swadaya. Jakarta. 112 hal. Juliansyah, D. 2010. Pengaturan Pemberian Nutrisi untuk Mengatasi Akar Cokelat Tanaman Bayam yang Dibudidayakan secara Aeroponik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 32 hal. Karsono, S. 2008. Pengenalan Sistem Hidroponik. Parung Farm. Bogor. Tidak Dipublikasikan. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 2011. Ekspor Non-migas Utama. http://www.kemendag.go.id. [2 Februari 2011]. Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. 205 hal. Lingga, P. 1999. Hidoponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hal. Nonnecke, I. L. 1989. Vegetabels Production. AVI Book: Van Nostrand Feinhold. New York. 657 p.
68
Nurmalina, R., T. Sarianti dan A. Karryadi. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor.183 hal. Pantastico, Er. B., H. Subramanyam, M. B. Bhatti, N. Ali, dan E. K. Akamine. 1986. Petunjuk-petunjuk untuk pemanenan hasil, hal. 91-119. Dalam Er. B. Pantastico (Ed). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayursayuran Tropika dan Subtropika (diterjemahkan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables, penerjemah: Kamariyani). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 906 hal. Preece, J.E dan P.E. Read. 2005. The Biology of Horticulture: An Introductury textbook. Second edition. John Wiley & Sons, Inc. Australia. 514 p. Resh, H.M. 2004. Hydroponic Food Production. New Concept Press. New Jersey. 567 p. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. World Vegetables: Principles, production, and nutritive values. Second Edition. Aspen Publishers, Inc. Maryland. 843 p. Simpson, S.P. dan M.C. Straus. 2010. Post-harvest Technology of Horticultural Crops. Oxford Book Company. Jaipur. India. 306 p. Sunarjono, H. 2010. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 hal. Susila, A.D, dan Y. Koerniawati. 2004. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik sistem terapung. Bul Agron. 32(3): 16-21. Sutiyoso, Y. 2003. Aeroponik Sayuran: Budidaya dengan Sistem Pengabutan. Penebar Swadaya. Jakarta. Untung, O. 2004. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal
69
LAMPIRAN
61
Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Waktu 7 Maret-1 April 2011
Status Karyawan Harian
Kegiatan
Lokasi
Orientasi lapang Penyemaian benih selada keriting, lollorossa, romaine, petsai, horenzo, caisim
Kebun Cikahuripan Ruang semai
Persiapan media semai Perawatan greenhouse nursery Pemindahan kecambah dari ruang gelap ke greenhouse nursery Penanaman selada keriting, lollorossa dan romaine
Ruang semai Greenhouse nursery Ruang gelap dan greenhouse nursery Greenhouse produksi
Penanaman horenzo, kailan, caisim, pakchoy Perawatan nozzle Perawatan bak tanam Perawatan greenhouse nursery
Greenhouse produksi Greenhouse produksi Greenhouse produksi Nursery
Mencuci styrofoam
Tempat pencucian Styrofoam
Pengamatan pertumbuhan selada keriting, lollorossa dan romaine
Greenhouse produksi
Membersihkan packing house Panen selada keriting Packing selada keriting, mix lettuce, lollorossa, romaine, petsai, dan butterhead lettuce
Packing house Greenhouse produksi Packing house
Distribusi produk ke outlet di Bandung Panen curah
Bandung Greenhouse produksi
70
62
Lampiran 1. (lanjutan) Waktu 4 April-29 april 2011
2 Mei-27 Mei 2011
30 Mei - 4 Juli 2011
Status Supervisor Panen
Supervisor Produksi
Asisten Manajer
Kegiatan
Lokasi
Panen selada sayuran daun Sampling panen Packing Rekapitulasi hasil Inventarisasi sarana packing
Greenhouse produksi Greenhouse produksi Packing house Packing house Packing house dan gudang plastik
Panen curah Membantu penentuan panen Pembuatan monitoring harian
Greenhouse produksi Greenhouse produksi Packing house
Penanaman selada keriting, lollorossa dan romaine
Greenhouse produksi
Penanaman horenzo, kailan, caisim, pakchoy Pengukuran suhu harian
Greenhouse produksi Greenhouse produksi, greenhouse nursery dan ruang gelap
Pengukuran EC harian Membantu taksasi mingguan
Greenhouse produksi Greenhouse produksi
Pengamatan pasca panen Survey biaya investasi greenhouse Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data foto
Packing house Bogor Kantor kebun Greenhouse produksi, greenhouse nursery, Packing house dan ruang semai
Diskusi dengan manajer kebun, supervisor panen dan supervisor produksi
Kantor kebun
71
63 72
Lampiran 2. Layout Amazing Farm Kebun Cikahuripan GN
s
PH
B1
A1
B2
A2
u
S GN PH M P GS K CS
M P GS
B3
Simbol
RS RG G A1-A3 B1-B3 C1-C4 D1-D4 E1-E4 F N
RS
A3 RG K
CS
G
P
C1
D1
E1
C2
D2
E2
C3
D3
E3
C4
D4
E4
F
N
Keterangan : Pos satpam : Gudang nutrisi : Packing house : Mess karyawan : Penampung air : Genset : Kantor : tempat cuci styrofoam : Ruang semai : Ruang gelap : Gudang : Greenhouse A : Greenhouse B : Greenhouse C : Greenhouse D : Greenhouse E : Greenhouse F : Nursery
64
Lampiran 3. Luas Produksi Amazing Farm Kebun Cikahuripan
Greenhouse
Sistem Budidaya
Jumlah Bak Tanam
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4 E1 E2 E3 E4 F Nursery
DFT DFT DFT DFT Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik DFT DFT Aeroponik Aeroponik DFT DFT
92 95 87 86 85 77 69 90 52 66 71 91 51 67 36 72 50 58 35 15
Ukuran Greenhouse Panjang (m)
Lebar (m)
30.00 30.00 28.80 30.00 32.80 28.59 36.21 36.21 14.53 18.40 28.43 36.21 14.53 18.40 29.53 36.21 14.53 18.40 35.00 15.00
17.70 17.70 17.70 17.70 17.70 17.70 17.70 18.05 18.05 18.05 27.70 27.70 27.70 27.70 8.60 16.70 17.50 20.50 24.00 28.00
Luas GH (m²)
Luas Produktif (m²)
Presentase Luas Produktif (%)
Produktivitas* (kg/m2)
531.00 531.00 509.76 531.00 580.56 506.04 640.92 653.59 262.27 332.12 787.51 1003.02 402.48 509.68 253.96 604.71 254.28 377.20 840.00 420.00
368.00 380.00 348.00 344.00 340.00 308.00 276.00 360.00 208.00 264.00 284.00 364.00 204.00 268.00 144.00 288.00 200.00 232.00 140.00 60.00
69.30 71.56 68.27 64.78 58.56 60.86 43.06 55.08 79.31 79.49 36.06 36.29 50.69 52.58 56.70 47.63 78.65 61.51 16.67 14.29
2.02 2.13 2.14 1.41 1.45 1.77 1.77 1.78 1.76 1.65 1.68 1.64 1.67 1.37 1.44 1.39 -
*berdasarkan data produktivitas selada keriting pada periode bulan Maret-Mei 2011
73
65 74
Lampiran 4. Sebaran Komoditas di Amazing Farm (Juni 2011) No Greenhouse
Teknik Budidaya
1
A1
DFT
2 3
A2 A3
DFT DFT
4 5 6 7 8 9 10 11
B1 B2 B3 C1 C2 C3 C4 D1
DFT Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik Aeroponik
12 13 14 15 16 17
D2 D3 D4 E1 E2 E3
Aeroponik Aeroponik Aeroponik DFT DFT Aeroponik
18 E4 Aeroponik 19 F DFT Sumber: pengamatan
Jenis Sayuran yang Ditanam Selada keriting, Lollorossa, Romaine, Endive Lollorossa, Romaine, Kangkung Selada keriting, Lollorossa, Romaine, Horenzo, Kailan, Pakcoy Lollorossa, Kangkung Selada Keriting, Lollorossa Selada keriting, Romaine, Batavia Selada Keriting Selada Keriting Selada Keriting Selada Keriting Selada Keriting, Romaine, Petsai, Lollorossa Selada Keriting, Romaine, Petsai Selada Keriting, Batavia, Horenzo, Petsai Romaine, Horenzo, Petsai Romaine Selada Keriting, Romaine, Lollorossa Selada Keriting, Lollorossa, Batavia, Butterhead Selada Keriting, Batavia Romaine
66
Lampiran 5. Data Iklim selama Kegiatan Magang (Maret-Juni 2011) Maret Tanggal. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Suhu (0C)
RH (%)
19.00 20.20 20.20 20.20 20.80 20.90 20.40 20.40 21.00 20.90 21.60 21.80 20.90 20.70 21.50 20.20 21.00 19.90 21.00 20.50
88 78 86 84 86 82 88 85 85 83 83 86 83 83 86 84 83 83 83 83
April Curah Hujan (mm) 0 0 0 0 0 0 0 0 11.5 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 6.5
Suhu (0C)
RH (%)
21.10 20.80 20.50 21.10 20.60 21.10 21.50 21.10 20.10 20.40 20.60 20.50 20.00 20.00 20.00 20.20 20.30 20.00 20.00 20.80
82 85 85 85 84 85 87 84 83 82 86 84 85 85 84 83 83 84 83 82
Mei Curah Hujan (mm) 0 0 0 0 0 0 0 5 6 0 0 47 0 0 13.5 0 13 0 8.5 0
Suhu (0C)
RH (%)
20.50 20.20 20.20 21.20 20.70 20.00 20.80 20.70 21.30 21.50 21.20 21.00 21.50 21.30 21.50 21.30 20.50 20.50 19.80 19.30
90 89 88 86 87 91 90 85 86 88 89 85 84 91 91 84 88 86 91 91
Juni Curah Hujan (mm) 0 40 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 56 0 11 0 0
Suhu (0C)
RH (%)
20.50 21.00 21.00 21.00 21.00 21.00 20.00 20.00 21.00 21.00 21.00 21.00 21.00 20.00 20.00 21.00 20.00 19.00 21.00 19.60
88 87 89 88 88 85 83 85 85 86 84 84 83 87 85 84 86 85 89 86
Curah Hujan (mm) 15.5 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75
67
Lampiran 5. (Lanjutan) Maret Tanggal. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total Rata-rata
Suhu (0C)
RH (%)
20.90 20.40 20.20 20.80 21.00 20.50 20.20 20.40 20.70 20.50 20.60 639.30 22.83
85 84 83 83 83 83 83 85 85 84 83 2603 92.96
April Curah Hujan (mm) 20 0 0 0 7 16 9.5 0 0 0 0 76.5 2.73
Mei
Suhu (0C)
RH (%)
20.50 21.20 21.10 21.10 20.40 20.20 20.50 20.60 20.00 20.30 -
83 83 84 84 83 84 85 83 84 81 -
Curah Hujan (mm) 9 10.5 27 0 14 15.5 14 0 0 90 -
616.60 19.89
2515 81.13
273 9.10
Suhu (0C)
RH (%)
19.90 20.90 20.70 21.00 21.20 20.70 20.50 21.00 20.40 20.50 20.90 642.70 21.42
86 88 88 88 89 87 84 89 88 88 90 2725 90.83
Juni Curah Hujan (mm) 0 13 10 0 0 0 0 0 0 0 0 142.5 4.75
Suhu (0C)
RH (%)
20.00 21.00 20.00 20.80 22.00 20.80 21.00 20.50 20.00 19.50 -
87 87 86 87 84 89 88 85 90 91 -
Curah Hujan (mm) 0 0 0 0 0 0 0 0 9 16 -
616.70 22.03
2591 92.54
47.5 1.70
76
68
Lampiran 6. Cashflow Budidaya Selada Aeroponik Uraian Komponen INFLOW Selada Keriting Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW A. Biaya Investasi Greenhouse 2 000 m² Greenhouse nursery (10 x 4) Bangunan & fasilitas pendukung Peralatan kantor Bak tanam (260 buah) & instalasi Bak tanam nursery 2 buah Mesin pompa produksi Mesin pompa nursery Tangki 2 000 liter ( 5 buah) Tangki 20 000 liter (1 buah) Timer & instalasi Styrofoam EC Meter Mesin pompa luar Instalasi Listrik Perijinan Peralatan Produksi -troli 1 unit Peralatan Semai -tray 50 pcs -pinset 4 pcs -gergaji 2 pcs
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000 1,583,333 731,663,333
340,000,000 6,800,000 200,000,000 12,000,000 396,000,000 2,100,000 36,000,000 2,000,000 5,000,000 4,000,000 5,000,000 33,280,000 2,500,000 2,000,000 2,000,000 15,000,000
12,000,000
36,000,000 2,000,000
5,000,000 33,280,000
33,280,000 2,500,000
33,280,000 2,500,000
450,000 40,000
450,000 40,000 40,000
2,000,000
500,000 450,000 40,000 40,000
33,280,000
500,000 450,000 40,000 40,000
450,000 40,000 40,000
77
69
Lampiran 6. (Lanjutan) Uraian Komponen -kontainer 40 pcs -troli 1 unit -timbangan 5 kg 1 unit -timbangan 50 kg 1 unit -timbangan digital Transportasi (1 unit mobil) Total Biaya Investasi B. Biaya Operasional 1. Biaya Tetap Sewa lahan 4000 m² Benih Rockwool Gaji karyawan 5 orang Listrik 6600 VA Total Biaya Tetap 2. Biaya Variabel BBM Gaji tenaga packing 2 orang Plastik Nutrisi Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFOW Net Benefit Discount Factor (17%) Percent Value PV Positif PV Negatif NPV net B/C IRR PP
Tahun 1 6,000,000 500,000 200,000 1,000,000 350,000 80,000,000 1,152,760,000
2
3
4 6,000,000
5
6
7 6,000,000
8
9
10 6,000,000
500,000 200,000
200,000 1,000,000
200,000
350,000
200,000
350,000
34,010,000
6,350,000
37,470,000
58,040,000
40,320,000
350,000 -
36,510,000
6,350,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 11,400,000 134,555,000
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 1,455,939,000 (725,859,000) 0.85 (620,392,308) 1,535,907,515 (620,392,308) 915,515,207 2.48 32.64% 4.0
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 303,179,000 426,901,000 0.73 311,856,965
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 337,189,000 392,891,000 0.62 245,309,572
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 309,529,000 420,551,000 0.53 224,427,061
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 340,649,000 389,431,000 0.46 177,623,822
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 361,219,000 368,861,000 0.39 143,796,253
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 343,499,000 386,581,000 0.33 128,807,002
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 303,179,000 426,901,000 0.28 121,573,880
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 339,689,000 390,391,000 0 95,022,629
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 303,179,000 309,529,000 420,551,000 0 87,819,722
78
70
Lampiran 7. Nilai Sisa Budidaya Selada Aeroponik. Keterangan Peralatan kantor Mesin pompa produksi Mesin pompa nursery Timer & instalasi Styrofoam Mesin pompa luar EC Meter troli produksi 1 unit tray 50 pcs pinset 4 pcs gergaji 2 pcs kontainer 40 pcs troli panen 1 unit timbangan 5 kg 1 unit timbangan 50 kg 1 unit timbangan digital Total Nilai Sisa
Jumlah 1 4 1 5 1040 1 1 1 50 4 2 40 1 1 1 1
Umur Ekonomis
Harga Satuan (Rp/Unit) 5 5 5 5 2 5 4 5 2 2 2 3 5 2 5 3
12,000,000 9,000,000 2,000,000 1,000,000 32,000 2,000,000 2,500,000 500,000 9,000 10,000 20,000 150,000 500,000 200,000 1,000,000 350,000
Umur Sisa
Nilai per tahun (Rp) 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2
2,400,000 1,800,000 400,000 200,000 16,000 400,000 625,000 100,000 4,500 5,000 10,000 50,000 100,000 100,000 200,000 116,667
Nilai sisa (Rp) 1,250,000 100,000 233,333 1,583,333
79
71
Lampiran 8. Cashflow Budidaya Selada Hidroponik DFT Uraian Komponen INFLOW Selada Keriting Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW A. Biaya Investasi Greenhouse 2 000 m² Greenhouse nursery (10 x 4) Bangunan & fasilitas pendukung Peralatan kantor Bak tanam (64 buah) & instalasi Bak tanam nursery 2 buah Mesin pompa produksi Mesin pompa nursery Tangki 2 000 liter (5 buah) Tangki 20 000 liter (1 buah) Timer & instalasi Styrofoam EC Meter Mesin pompa luar Instalasi Listrik Perijinan Peralatan Produksi -troli 1 unit Peralatan Semai -tray 50 pcs -pinset 4 pcs -gergaji 2 pcs
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000 1,583,333 585,667,333
340,000,000 6,800,000 200,000,000 12,000,000 188,000,000 2,100,000 8,000,000 2,000,000 5,000,000 4,000,000 5,000,000 33,280,000 2,500,000 2,000,000 2,000,000 15,000,000
12,000,000
36,000,000 2,000,000
5,000,000 33,280,000
33,280,000 2,500,000
33,280,000 2,500,000
450,000 40,000
450,000 40,000 40,000
2,000,000
500,000 450,000 40,000 40,000
33,280,000
500,000 450,000 40,000 40,000
450,000 40,000 40,000
80
72
Lampiran 8. (Lanjutan) Uraian Komponen -kontainer 40 pcs -troli 1 unit -timbangan 5 kg 1 unit -timbangan 50 kg 1 unit -timbangan digital Transportasi (1 unit mobil) Total Biaya Investasi B. Biaya Operasional 1. Biaya Tetap Sewa lahan 4000 m² Benih Rockwool Gaji karyawan 5 orang Listrik 6600 VA Total Biaya Tetap 2. Biaya Variabel BBM Gaji tenaga packing 2 orang Plastik Nutrisi Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFOW Net Benefit Discount Factor (17%) Percent Value PV Positif PV Negatif NPV net B/C IRR PP
Tahun 1 6,000,000 500,000 200,000 1,000,000 350,000 80,000,000 916,760,000
2
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000 15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 1,215,559,000 (631,495,000) 0.85 (539,739,316) 997,137,942 (539,739,316) 457,398,626 1.85 19.6% 5.3
3
4 6,000,000
5
6
7 6,000,000
8
9
10 6,000,000
500,000 200,000
200,000 1,000,000
200,000
350,000
200,000
350,000
34,010,000
6,350,000
37,470,000
58,040,000
40,320,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 298,799,000 285,265,000 0.73 208,389,948
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 332,809,000 251,255,000 0.62 156,876,224
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 305,149,000 278,915,000 0.53 148,843,003
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 336,269,000 247,795,000 0.46 113,022,063
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 356,839,000 227,225,000 0.39 88,581,074
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 339,119,000 244,945,000 0.33 81,614,542
350,000 -
36,510,000
6,350,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
27,200,000 1,155,000 46,800,000 48,000,000 7,020,000 130,175,000
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 298,799,000 285,265,000 0.28 81,238,444
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 335,309,000 248,755,000 0 60,547,897
15,600,000 19,968,000 89,856,000 43,200,000 168,624,000 298,799,000 305,149,000 278,915,000 0 58,354,139
81
73
Lampiran 9. Nilai Sisa Budidaya Selada Hidroponik DFT Keterangan Peralatan kantor Mesin pompa produksi Mesin pompa nursery Timer & instalasi Styrofoam Mesin pompa luar EC Meter troli produksi 1 unit tray 50 pcs pinset 4 pcs gergaji 2 pcs kontainer 40 pcs troli panen 1 unit timbangan 5 kg 1 unit timbangan 50 kg 1 unit timbangan digital Total Nilai Sisa
Jumlah 1 4 1 5 1040 1 1 1 50 4 2 40 1 1 1 1
Umur Ekonomis 5 5 5 5 2 5 4 5 2 2 2 3 5 2 5 3
Harga Satuan (Rp/Unit) 12,000,000 9,000,000 2,000,000 1,000,000 32,000 2,000,000 2,500,000 500,000 9,000 10,000 20,000 150,000 500,000 200,000 1,000,000 350,000
Umur Sisa
Nilai per tahun 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2
2,400,000 1,800,000 400,000 200,000 16,000 400,000 625,000 100,000 4,500 5,000 10,000 50,000 100,000 100,000 200,000 116,667
Nilai sisa 1,250,000 100,000 233,333 1,583,333
82
74
Lampiran 10. Analisis Laba Rugi Budidaya Selada Aeroponik Tahun
Uraian Komponen 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
730,080,000
731,663,333
Outflow
1,455,939,000
303,179,000
337,189,000
309,529,000
340,649,000
361,219,000
343,499,000
303,179,000
339,689,000
309,529,000
Net Benefit
(725,859,000)
426,901,000
392,891,000
420,551,000
389,431,000
368,861,000
386,581,000
426,901,000
390,391,000
422,134,333
-
106,725,250
98,222,750
105,137,750
97,357,750
92,215,250
96,645,250
106,725,250
97,597,750
105,533,583
(725,859,000)
320,175,750
294,668,250
315,413,250
292,073,250
276,645,750
289,935,750
320,175,750
292,793,250
316,600,750
Inflow
Pajak 25% Pendapatan Setelah Pajak
Budidaya Selada Hidroponik DFT Tahun
Uraian Komponen 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
584,064,000
585,647,333
Outflow
1,215,559,000
298,799,000
332,809,000
305,149,000
336,269,000
356,839,000
339,119,000
298,799,000
335,309,000
305,149,000
Net Benefit
(631,495,000)
285,265,000
251,255,000
278,915,000
247,795,000
227,225,000
244,945,000
285,265,000
248,755,000
280,498,333
-
71,316,250
62,813,750
69,728,750
61,948,750
56,806,250
61,236,250
71,316,250
62,188,750
70,124,583
(631,495,000)
213,948,750
188,441,250
209,186,250
185,846,250
170,418,750
183,708,750
213,948,750
186,566,250
210,373,750
Inflow
Pajak 25% Pendapatan Setelah Pajak
83