MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I
ELIZABET SAGALA A24070076
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
ELIZABET SAGALA. Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku Industri Tapioka PT Sinar Pematang Mulia I. (Dibimbing oleh SUWARTO).
Produksi ubi kayu sebagai bahan baku tapioka
masih menghadapi
berbagai kendala. Produksi ubi kayu yang masih rendah dan sifat ubi kayu yang mudah busuk merupakan dua masalah yang perlu diatasi. Salah satu upaya dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan manajemen panen dan pasca panen yang baik. Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di PT PAL dan PT SPM I. Kegiatan magang dimulai pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah untuk mengetahui manajemen panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL dalam memasok bahan baku PT SPM I. Magang ini juga bertujuan untuk mempelajari secara langsung teknik-teknik, pemasalahan, dan solusi pasca panen ubi kayu. Magang dilaksanakan dengan mengikuti pekerjaan teknis budidaya di lapangan, manajerial kebun dan pengambilan data. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Kegiatan magang ini juga dilakukan penulis secara langsung dengan mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan di lapangan. Kegiatan sebagai asisten mandor dilaksanakan selama empat minggu, sebagai asisten kepala divisi selama lima minggu, sebagai quality control di pabrik PT SPM I selama dua minggu, sebagai asisten pengawas lapang kurang lebih empat minggu, dan mengikuti kegiatan tambahan dari perusahaan di perkebunan kelapa sawit kurang lebih tiga minggu. Pengumpulan data selama magang berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan panen dan pasca panen. Data panen yang dikumpulkan berupa kriteria panen ubi kayu, persiapan panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen, pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen, pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), pencapaian produksi, dan kegiatan pasca panen di kebun. Pengamatan pasca panen di pabrik dilakukan
terhadap lama penyimpanan ubi kayu di lapangan, analisis bahan baku berupa penentuan kadar aci dan rafaksi. Berdasarkan hasil pengamatan selama magang dapat disimpulkan bahwa: 1) manajemen panen dan pasca panen ubi kayu yang baik diperlukan dalam mengatasi masalah kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku, 2) masalah panen dan pasca penen di kebun PT PAL adalah penundaan umur panen, terbatasnya ketersediaan angkutan panen, selang waktu antara panen dan pelelesan yang terlalu lama, pengawasan panen tidak maksimal dan kurangnya tenaga kerja. Sedangkan masalah panen dan pasca panen di petani mitra adalah ubi kayu dipanen terlalu muda, kondisi jalan yang buruk, dan pengawasan yang kurang maksimal, 3) penundaan umur panen sampai 18 bulan tidak meningkatkan bobot panen ubi kayu, 4) semakin lama ubi kayu dibiarkan di area maka semakin besar kehilangan hasil, mencapai 5.90 %, 5) kehilangan hasil juga timbul akibat tidak dilakukannya pelelesan di kebun petani mitra mencapai 5 % dari total hasil panen, 6) ubi kayu hasil panen dari kebun PT PAL dan petani mitra hanya mampu memenuhi 22.49 % dari kebutuhan bahan baku minimum, 7) kekurangan bahan baku dipenuhi dari pembelian umum (petani bukan mitra).
MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ELIZABET SAGALA A24070076
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
JUDUL : MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I NAMA : ELIZABET SAGALA NIM
: A24070076
Menyetujui: Pembimbing
(Dr. Ir. Suwarto, MSi) NIP 19630212 198903 1 004
Mengetahui: Ketua Departemen
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP 19611101 198703 1 003)
Tanggal Lulus:……………….
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 September 1988. Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Penulis merupakan anak dari Dirman Sagala dan Hiana Sinaga. Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 035950 Silencer dan pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1 Sidikalang. Penulis menjadi murid teladan untuk tahun ajaran 2001/2002. Selain menjadi murid teladan, penulis juga pernah meraih beberapa kejuaraan sains antar sekolah. Tahun 2004 penulis diterima di SMAN 1 Sidikalang. Selama di SMA penulis
aktif dalam kegiatan ekstra
kurikuler, bahkan beberapa kali meraih juara dalam bidang olahraga volley puteri, tolak peluru dan vocal group. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti berbagai aktivitas baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Tahun 2007 penulis menjadi anggota Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) cabang volley. Pada tahun yang sama penulis juga menjadi anggota paduan suara mahasiswa Kristen IPB. Pada tahun 2008 penulis menjadi bendahara Perkumpulan Mahasiswa Dairi PERSADA selama dua periode yaitu tahun 2008 dan tahun 2009.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) di PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku Industri Tapioka PT Sinar Pematang Mulia I. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapan terima kasih kepada: 1.
Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
2.
Dr. Ir. Maya Melati, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
3.
Dr. Ir. Iskandar Lubis, MSi dan Ir. A. Pieter Lontoh, MSi selaku dosen penguji.
4.
Orang tua, keluarga, dan teman-teman khususnya AGH 44 atas dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi.
5.
Seluruh direksi, manajemen, dan karyawan Lambang Jaya Group, PT PAL, dan PT SPM I atas kesempatan magang yang telah diberikan serta bantuan dan dukungan selama penulis melaksanakan magang.
6.
Pak Mustofa, Pak Erwin, Pak Dimin, Pak Posdin, Pak Wiro, Bu Eliz, Hazzilil, Kusuma Ayu,
yang telah membantu penulis selama penulis
berada di Lampung. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Tujuan..............................................................................................
xi 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Manajemen Panen dan Pasca Panen ................................................ Sejarah dan Botani Ubi Kayu .......................................................... Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu ................................................. Budidaya Ubi Kayu ......................................................................... Panen Ubi Kayu .............................................................................. Pasca Panen Ubi Kayu .................................................................... Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu ............................................. Pemanfaatan Ubi Kayu ....................................................................
3 3 5 5 6 9 10 11 11
METODOLOGI MAGANG ...................................................................... Tempat dan Waktu .......................................................................... Metode Pelaksanaan ........................................................................ Analisis Data dan Informasi ............................................................
16 16 16 18
KEADAAN UMUM ................................................................................... Letak Geografis dan Administratif .................................................. Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................... Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... Ubi Kayu ............................................................................. Kelapa Sawit ........................................................................ Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL ......................... Struktur Organisasi .............................................................. Ketenagakerjaan .................................................................. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I ...................... Struktur Organisasi .............................................................. Ketenagakerjaan ..................................................................
19 19 19 20 21 21 22 23 23 26 26 26 27
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. Aspek Teknis ................................................................................... Ubi Kayu ............................................................................. Kelapa Sawit ........................................................................ Pengolahan Ubi Kayu di PT SPM I.................................... Aspek Manajerial ............................................................................
31 31 31 41 46 50
Asisten Mandor ................................................................... Asisten Kepala Divisi I ........................................................ Asisten Pengawas Lapangan ............................................... Quality Control (QC) SPM I ...............................................
50 50 50 51
PEMBAHASAN ......................................................................................... Panen ............................................................................................... Kriteria Panen ...................................................................... Persiapan Panen ................................................................... Peralatan Panen ................................................................... Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen ..................................... Organisasi dan Administrasi Penen ..................................... Pelaksanaan Panen............................................................... Pemeriksaan Kualitas Panen................................................ Sistem Panen ....................................................................... Upah Panen .......................................................................... Pengangkutan Hasil Panen .................................................. Kehilangan Hasil (Losses) ................................................... Pencapaian produksi ............................................................ Pasca Panen di Kebun ..................................................................... Pasca Panen di Pabrik .....................................................................
54 54 54 58 58 60 62 63 67 68 69 69 70 73 76 76
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... Kesimpulan...................................................................................... Saran ................................................................................................
80 80 80
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
81
LAMPIRAN ................................................................................................
84
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011 ..................................
12
2.
Produktivitas Ubi Kayu di PT PAL .................................................
22
3.
Keadaan Tanaman Kelapa Sawit PT PAL .......................................
22
4.
Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu PT PAL..........................
54
5.
Rata-rata Bobot Ubi Kayu pada Umur Panen 16 dan 18 Bulan.......
55
6.
Hasil Ubi Segar dan Pati Ubi Kayu pada Umur Panen Berbeda .....
56
7.
Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu Petani Mitra ...................
57
8.
Ketersediaan Angkutan dan Alat Panen PT PAL ............................
59
9.
Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu PT PAL ............................................................................................
61
10. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu Petani Mitra ......................................................................................
62
11. Pelaksanaan Panen Ubi Kayu PT PAL ............................................
65
12. Penurunan Bobot Ubi Kayu .............................................................
71
13. Pelaksanaan Leles Petani Mitra .......................................................
73
14. Bobot Umbi Ubi Kayu .....................................................................
74
15. Lama Bahan Baku di Lapangan .......................................................
78
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Pohon Industri Ubi Kayu .................................................................
13
2.
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun PT PAL Tahun 2006 - 2010 ........................................................................... 20
3.
Kondisi Guludan (a. Dibentuk Menggunakan Ridger; b. Dibentuk Menggunakan Furrow) ................................................
32
4. Pemupukan Ubi Kayu di Kebun PT PAL (a. Pembuatan Lubang; b. Pemberian Pupuk). .......................................................................
35
5.
Pemupukan pada Petani Mitra .........................................................
36
6.
Cara Penyemprotan Herbisida .........................................................
38
7.
Penyemprotan Herbisida pada Tanaman Muda ...............................
38
8.
Tanaman Mati dan Stres Akibat Terkena Herbisida (3 HSA) .........
39
9.
Gancu sebagai Alat Bantu Panen Ubi Kayu pada Musim Kemarau ...........................................................................................
41
10. Diagram Alir Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka PT SPM I..........................................................................................
49
11. Pelaksanaan Panen di PT PAL (a. Bajak Panen; b. Penyecekan) .................................................................................
64
12. Perubahan Warna Ubi Kayu UJ-5 (a. 1 HSP; b. 2 HSP; c. 3 HSP; d. 4 HSP; e. 5 HSP)..........................................................................
66
13. Ubi Kayu Hasil Pencurian yang Berhasil Ditemukan ......................
72
14. Busuk Umbi pada Blok B9 ..............................................................
75
15. Blok B9 yang Tergenang Air ...........................................................
75
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Varietas Ubi Kayu yang Telah Dilepas.............................................
85
2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL .............
86
3. Jurnal Harian Magang sebagai Quality control (QC) PT SPM I ......
88
Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun PT PAL ............................................................................................
89
Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Pengawas Kemitraan di PT PAL ............................................................................................
91
6.
Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun Kelapa Sawit PT PAL
92
7.
Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL .............................................
93
8.
Curah Hujan di Kebun PT PAL .......................................................
97
9.
Struktur Organisasi PT PAL ...........................................................
98
10. Struktur Organisasi PT SPM I ........................................................
99
11. Skema Pengolahan Ubi Kayu PT SPM I ........................................
100
12. Debet Order Ubi Kayu PT PAL ......................................................
104
13. Upah panen pada Petani Mitra ........................................................
105
14. Pemasukan Ubi Kayu Petani Mitra .................................................
106
15. Kadar Aci pada Ubi Kayu yang Dibeli PT SPM I ..........................
107
4. 5.
PENDAHULUAN Latar Belakang Ubi kayu merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup penting. Ubi kayu tidak hanya sebagai sumber bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri, etanol, dan pakan temak (Kasim, 2009; Puspitasari, 2009; Costa, 2010). Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan akan membusuk dalam 2 - 5 hari (Barrett dan Damardjati, 1984). Selain daya simpan yang singkat, susut saat panen dan pasca panen yang tinggi menjadi masalah. Diperkirakan susut pada saat panen ubi kayu sebesar 7 % dan susut pasca panen lebih dari 24 % . Susut yang terjadi pada ubi kayu dapat disebabkan oleh faktor fisik, fisiologis, hama dan penyakit. Susut fisik dapat terjadi akibat kerusakan mekanis selama pemanenan dan penanganan, dan akibat perubahan suhu. Susut fisiologis terutama disebabkan oleh air, enzim dan respirasi. Sedangkan faktor hama dan penyakit mencakup mikro-organisme (jamur, bakteri, dan virus), insek, tikus, dan hama (Barret dan Damardjati, 1984). Sistem panen juga menjadi masalah, dimana kadang terdapat ubi kayu yang sangat melimpah di pasaran dan kadang kebutuhan tidak tercukupi. Kebutuhan ubi kayu setiap tahun selalu meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Pada tahun 2004 sampai 2006 ekspor ubi kayu Indonesian semakin meningkat dari 53 304 ton menjadi 139 096 ton (Deptan, 2007). Tidak hanya ubi kayu, ekspor produk olahan ubi kayu seperti tapioka dan gaplek juga tinggi yaitu 31 juta pada tahun 2007 (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2011). Ketersediaan bahan baku sangat diperlukan dalam industri tapioka (Bank Indonesia, 2004). Apabila terjadi kelangkaan bahan baku maka produksi akan terhambat. Kualitas bahan baku juga sangat penting dalam industri tapioka karena kualitas bahan baku akan menentukan kualitas dari tepung tapioka yang dihasilkan. Untuk menghasilkan bahan baku tapioka yang berkualitas dengan kontinuitas yang terjamin dan dengan jumlah yang memadai diperlukan manajemen panen dan pasca panen yang baik.
2 Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan panen dapat dilaksanakan dengan pembentukan organisasi panen, penentuan kebutuhan tenaga kerja, penetapan kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan (Sulaiman, 2007). PT Pematang Agri Lestari (PAL) dan PT Sinar Pematang Mulia I (SPM I) merupakan dua perusahaan yang berada di bawah grup Lambang Jaya. PT PAL memiliki perkebunan ubi kayu yang bekerja sama dengan petani dalam bentuk kemitraan. Ubi kayu yang dihasilkan PT PAL diolah PT SPM I menjadi tapioka. Untuk memenuhi bahan baku PT SPM, maka PT PAL memerlukan manajemen panen dan pasca panen yang baik.
Tujuan Tujuan umum magang di PT PAL dan PT SPM I adalah: 1.
Membandingkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan keadaan nyata di lapangan.
2.
Menambah pengetahuan dan wawasan serta melatih penulis untuk mengikuti pekerjaan dalam proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis, manajerial, serta analisis kegiatan di lapangan.
Tujuan khusus magang adalah : 1.
Untuk mempelajari manajemen panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL untuk bahan baku tapioka PT SPM I.
2.
Mempelajari secara langsung teknik-teknik, pemasalahan panen dan pasca panen ubi kayu, serta solusinya.
TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Panen dan Pasca Panen Manajemen adalah rangkaian dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen dapat juga diartikan sebagai perpaduan antara ilmu dan seni. Sebagai ilmu dapat dipelajari, dipahami, diteliti, ditingkatkan, dan dibuktikan kebenarannya. Sebagai seni berupa kekuatan pribadi yang kreatif ditambah dengan keterampilan (skill) yang timbul dari pengalaman sebagai hasil pengamatan dalam pelaksaan pekerjaan (Wachjar, 2010). Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan panen dapat dilaksanakan dengan melakukan pembentukan organisasi panen, penentuan jumlah kebutuhan tenaga kerja panen dan pasca panen, penetapan kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan (Sulaiman, 2007). Kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pasca panen, yaitu: Perencanaan Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Fungsi perencanaan sudah termasuk di dalamnya penetapan budget. Budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai pada tahun tertentu. Sebelum menetapkan budget, kebun akan memperkirakan terlebih dahulu potensi produktivitas/ha tanaman ubi kayu terhadap kondisi yang ada. Oleh karena itu lebih tepat bila perencanaan dirumuskan sebagai penetapan tujuan, kebijakan, prosedur, budget, dan program dari suatu organisasi. Perencanaan panen dan pasca panen dilakukan sebelum pelaksanaan panen dan pasca panen. Kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keberhasilan panen dan pasca panen. Persiapan panen dan pasca panen yang harus dilakukan mencakup persiapan sarana dan prasarana panen dan pasca panen, perencanaan pengadaan panen dan pasca panen, pengangkutan, serta kesediaan pabrik dalam menerima
4 hasil panen. Perencanaan panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik untuk mencapai target produk ubi kayu yang berkualitas. Pengorganisasian dan Administrasi Pengorganisasian atau organizing dimaksud mengelompokkan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdayaguna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kegiatan panen dan pasca panen harus terorganisasi dengan baik supaya berjalan lancar dan mencapai target produksi yang diinginkan perusahaaan. Mandor panen bertanggung jawab kepada mandor besar agar ubi kayu yang dipanen sesuai dengan kriteria panen; mandor besar bertanggung jawab kepada asisten divisi. Produksi umbi yang dihasilkan menjadi tanggung jawab asisten divisi. Alat panen disiapkan oleh setiap pemanen. Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen. Administrasi panen yang dilakukan berupa pelaporan nota pengiriman ubi kayu dan buku-buku yang bersangkutan dengan panen dan pasca panen. Penggerakan Penggerakan adalah tindakan menggerakan karyawan atau bawahan agar dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien dalam kondisi tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Misalnya, mandor yang dipilih untuk mengawasi para karyawan harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang dapat menggerakkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan. Tenaga Panen Tenaga kerja panen dan pasca panen sebaiknya tenaga kerja tetap agar memiliki spesialisasi sebagai pemanen. Hal ini bertujuan agar dapat memanen sesuai kriteria panen (tidak rusak). Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung
5 berdasarkan luas area yang akan dipanen, dengan memperhitungkan kapsitas ratarata pemanen. Pengawasan Pengawasan (controlling) sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud mencapai tujuan yang sudah digariskan semula. Pengangkutan Pengangkutan tergantung pada faktor kondisi jalan, kapasitas pabrik, ketersediaan truck pengangkut, jarak dengan pabrik.
Sejarah dan Botani Ubi Kayu Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Meksiko ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika (Isnanimurti, 2008). Dalam sistematika tanaman, ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Arhichlamydeae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Sub Famili
: Manihotae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot esculenta Crantz
(Direktorat budidaya kacang-kacangan dan umbi-umbian, 2007).
Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik.
6 Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia berpH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu (BPP IPTEK, 2000). Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu 10 - 700 m dpl, sedangkan toleransinya 10 – 1 500 m dpl (BPP IPTEK, 2000). Pada ketinggian sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik, tetapi tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan bunga dan biji (Prihandana et al., 2008). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu 1 500 – 2 500 mm/tahun (Bank Indonesia, 2004). Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60 – 65 %, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10 oC (Prihandana et al., 2008). Jika suhunya di bawah 10 0C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya (BPP IPTEK, 2000).
Budidaya Ubi Kayu Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur (BIP Irian Jaya, 1995), sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen (Bank Indonesia, 2004; Roja, 2009). Pengolahan tanah juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah yaitu memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi. Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Stek berasal dari batang bagian tengah yang sudah berkayu, panjang 15 - 20 cm, diameter 2 - 3 cm.
7 Pangkal stek dipotong rata atau runcing (BIP Irian Jaya, 1995; Roja. 2009). Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata. Stek ditanam dalam posisi vertikal. Stek yang ditanam dalam posisi lain (miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Kedalaman tanam 15 cm, pada musim hujan maupun musim kemarau (Onwueme, 1978; Prihandana et al., 2008; Roja. 2009). Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga
kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab. Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan (November – Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubi kayu dapat juga tumbuh di lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubi kayu dapat ditanam setiap waktu. Permasalahan budi daya ubi kayu di Indonesia adalah saat tanam serentak, yakni sebagian besar pada awal musim hujan. Hal ini mengakibatkan waktu panen yang serentak pula. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengatur setiap wilayah dengan menanam ubi kayu berdasarkan umur panen, yaitu genjah (7 - 9 bulan), sedang (8 - 11 bulan), dan dalam (10 - 12 bulan). Petani tidak akan menderita karena harga yang merosot karena panen raya ubi kayu. Cara lain adalah dengan mengatur suatu wilayah dengan pembagian kelompok tanam, yakni kelompok Oktober, kelompok November, kelompok Desember, kelompok Januari, Kelompok Februari, dan seterusnya. Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1 - 3 minggu (Bank Indonesia, 2004). Bila penyulaman dilaksanakan sesudah umur 5 minggu, tanaman sulaman akan tumbuh tidak sempurna karena ternaungi tanaman sekitarnya. Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman ubi kayu khusunya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Penelitian menunjukkan
8 kompetisi dengan gulma menurunkan produktivitas ubi kayu hingga 7,5 % (Roja, 2009). Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu : - Pupuk Organik
: 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam
- Urea
: 150 – 200 kg/ha
- SP36
: 100 kg/ha
- KCl
: 100 – 150 kg/ha
Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl diberikan sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan guludan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat (BIP Irian Jaya, 1995; Roja, 2009). Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas campestris pv. manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB) (BIP Irian Jaya, 1995). Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8 % untuk varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 – 90 % untuk varietas yang agak rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap kedua penyakit ini. Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae) (BIP Irian Jaya, 1995; Roja. 2009). Hama ini menyerang hanya pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 – 53 %, tergantung umur tanaman dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca, serangan tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga 95 %. Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering, kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah.
9 Pengendalian tungau merah sebaiknya dilakukan dengan menanam ubi kayu pada awal musim hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu maksimum 2 bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang ditimbulkan semakin tinggi. Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau, sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 ditanam di daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung) sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang (Wargiono at al., 2006).
Panen Ubi Kayu Hasil panen bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kultivar yang digunakan, cara budidaya, tingkat kesuburan, jenis tanah, jarak tanam, dan iklim (Onwueme, 1978). Kriteria utama umur panen ubi kayu fleksibel. Ubi kayu dapat dipanen pada saat tanaman berumur 7 - 9 bulan dimana kadar pati dalam keadaan optimal (Prihandana et al., 2008). Ciri tanaman yang sudah bisa dipanen yaitu saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok (BPP IPTEK, 2000). Penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Di daerah beriklim basah, pemanenan ubi kayu dapat ditunda sampai dengan 12 bulan, karena kadar pati cenderung stabil pada umur 7 - 9 bulan (Prihandana et al., 2008). Hal ini disebabkan bobot hasil panen ubi kayu tidak tergantung pada berapa umur tanaman, tapi lebih tergantung pada berapa bulan pertumbuhan yang vigor berlangsung (Onwueme, 1978). Panen ubi kayu dilakukan secara manual dengan cara mencabut. Jika dalam mencabut tersebut dirasakan susah, maka sebelumnya tanah disekitar batang ubi kayu sebagian terlebih dahulu digali dengan cangkul, baru setelah itu batang dicabut sampai umbinya terangkat semuanya. Ubi kayu yang tertinggal, karena patah/putus pada waktu pencabutan, maka sisa umbi tadi diambil dengan
10 digali dengan cangkul. Cara lain yaitu dengan menggunakan tali/tambang yang dililitkan pada batang, lalu diungkit (Bank Indonesia, 2004 ; Sutrisno, 2007 ).
Pasca Panen Ubi Kayu Penanganan pasca panen pada ubi kayu merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha ubi kayu. Hal ini disebabkan ubi kayu memiliki daya simpan yang pendek, sementara kebutuhan sangat mendesak. Pada kegiatan pasca panen, hasil panen sebaiknya dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Setelah itu perlu dilakukan pemilahan dan penyortiran. Pemilihan atau penyortiran umbi ubi kayu sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi kayu dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di dalam tanah yang diberi alas dan penutup dari jerami atau daun-daun (BPP IPTEK, 2000). Pengemasan umbi ubi kayu bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000). Penyimpanan ubi kayu jarang dilakukan dalam bentuk segar. Susut selama penyimpanan cukup tinggi terutama disebabkan oleh jamur dan serangga (Tengah, 1996). Masalah utama yang dihadapi petani ubi kayu adalah kepoyongan, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna ubi kayu setelah panen. Pada awal busuk ubi kayu akan berwarna biru dan lama kelamaan akan berubah menjadi warna kecoklatan atau coklat kehitaman (Both and Wholley, 1978). Salah satu penyebab reaksi pencoklatan ini di duga karena aktivitas enzim fenolase (Winarno, 1980). Selama penyimpanan metabolisme dalam umbi ubi kayu masih berlangsung terus sehingga perombakan karbohiadrat/pati menjadi senyawa gula yang lebih sederhana tetap berlangsung. Hal ini mengakibatkan selama penyimpanan, rendemen pati ubi kayu menurun. (Tengah at al., 1996).
11 Batang ubi kayu setelah panen sebagian disiapkan sebagai bibit untuk penanaman selanjutnya, sedangkan batang ubi kayu yang tidak dijadikan bibit, hendaknya dipotong- potong/dicincang untuk dikembalikan lagi ke dalam tanah/ dibenamkan agar lapuk dan terurai menjadi hara tanah dan memperbaiki struktur tanah, sehingga kesuburan tanah relatif dapat dipertahankan. Karena ubi kayu diambil hasilnya yang berupa umbi, maka dengan dicabutnya umbi tidak ada bagian tanaman yang berupa bahan organik tertinggal di dalam tanah. Oleh karena itu sangat dianjurkan diadakannya upaya mengembalikan sisa-sisa tanaman yang ada ke dalam tanah dengan terlebih dahulu dicacah. Upaya lain dengan menghentikan kegiatan tanam setelah lahan dipergunakan untuk tanaman ubi kayu lebih dari dua kali, lahan bisa ditanami dengan tanaman kacang-kacangan atau diberakan untuk memulihkan kesuburannya (Bank Indonesia, 2009).
Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13 300 000 ton) setelah Brazil (25 554 000 ton), dan Thailand (13 500 000 ton), disusul negara-negara seperti Nigeria (11 000 000 ton), dan India (6 500 000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122 134 000 ton/tahun (Bigcassava, 2007). Peningkatan produksi ubi kayu tahun 2005 – 2011 mencapai 4.42 %, sedangkan sasaran indikatif produksi dan produktivitas ubi kayu pada tahun 2011 pada setiap wilayah tertera pada Tabel 1. Dimana sasaran rata-rata produktivitas Indonesia adalah 185 ku/ha dengan luasan 1 264 900 ha.
Pemanfaatan Ubi Kayu Ubi kayu merupakan bahan makanan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Lebih kurang 60 % dari produksi ubi kayu di Indonesia digunakan sebagai bahan makanan, sedangkan 32 % digunakan sebagai bahan industri dalam negeri, dan 8 % diekspor dalam bentuk gaplek. Dibidang industri, ubi kayu menghasilkan bioethanol, yang dapat dijadikan bahan bakar nabati karena ramah lingkungan. Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung aromatic, dan pellets
12 (Depperin, 2007). Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir. Skema pohon industri ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011 No Provinsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
N. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Sumatera D.K.I. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Jawa Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Bali dan NT Kalimatan Barat Kalimatan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Maluku dan Papua Indonesia
Luas tanam (ha) 3 954 44 029 5 877 6 411 2 992 14 158 7 480 338 729 1 923 1 282 426 836 53 119 677 205 161 68 387 243 628 12 823 649 729 12 609 9 083 90 826 112 518 17 417 9 296 9 189 8 548 44 451 6 625 4 808 32 270 14 319 4 488 1 603 64 113 11 754 11 754 2 671 4 274 30 454 1 328 100
Luas Produktivitas panen (ha) (ku/ha) 3 765 128 41 934 202 5 597 202 6 106 114 2 850 141 13 484 156 7 124 121 322 610 248 1 832 146 1 221 110 406 524 232 51 120 113 982 192 195 398 181 65 133 155 232 035 165 12 212 145 618 810 173 12 009 151 8 650 124 86 504 110 107 163 115 16 588 149 8 854 121 8 752 151 8 142 159 42 336 145 6 310 134 4 580 166 30 734 175 13 637 171 4 274 145 1 527 124 61 062 166 11 195 132 11 195 125 2544 117 4 071 120 29 004 126 1 264 900 185
Produksi (ton) 48 256 845 105 112 803 69 417 40 052 210 440 86 141 7 987 217 26 694 13 379 9 439 504 610 2 185 809 3 527 670 1 009 709 3 830 583 176 699 10 731 079 181 201 107 282 947 654 1 236 136 246 874 107 061 132 061 129 579 615 575 84 773 76 201 536 807 232 549 61 845 18 932 1 011 108 148 091 139 992 29 713 48 803 366 598 23 400 000
13 BIBIT PAPAN BATANG
KERAJINAN PARTIKEL BRIKET ARANG MAKANAN
DAUN
FARMASI
UBI PAKAN KAYU BIJI
TERNAK MINYAK KULIT
GLUKOSA
PAKAN TERNAK
TAPIOKA
TAPIOKA
FRUKTOSA
PEARL DEKSTRIN
ALKOHOL
MALTOSA
ASAM
PEREKAT
ORGANIK SORBITOL
UMBI
BAHAN MAKANAN GAPLEK PELLET
DAGING TEPUNG UBI KAYU
BAHAN MAKANAN
SENYAWA KIMIA LAIN PAKAN TERNAK
PAKAN ONGGOK TERNAK ASAM/Ca MAKANAN RINGAN
SITRAT
Gambar 1. Pohon Industri Ubi Kayu Sumber: Depperin.go.id Tapioka Ubi Kayu yang digunakana sebagai bahan baku tapioka adalalah ubi kayu yang dipanen setelah berumur 7 sampai 10 bulan. Ubi kayu yang dipanen pada umur 7 - 10 bulan akan menghasilkan tapioka berkualitas baik (Bank Indonesia, 2004). Selain itu, varietas ubi kayu yang dikembangkan untuk industri tapioka biasanya memiliki kadar HCN (asam sianida) yang tinggi (Hafsah, 2003). Pada Lampiran 1 ditunjukkan kadar HCN beberapa jenis ubi kayu yang telah dilepas di Indonesia.
14 Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2009) yaitu : 1.
Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.
2.
Kandungan air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga kandungan air nya rendah. Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air 15 – 19 %.
3.
Banyaknya serat dan kotoran; ubi kayu yang digunakan harus yang berumur kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih tinggi.
4.
Tingkat kekentalan; daya rekat tapioka diusahakan tetap tinggi dengan menghindari penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi. Adapun cara pembuatan tepung tapioka adalah sebagai berikut:
1.
Pengupasan; pengupasan dilakukan dengan cara manual, bertujuan untuk memisahkan daging ubi kayu dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih ubi kayu berkualitas tinggi dari ubi kayu lainnya. Ubi kayu yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka dan dijadikan pakan ternak.
2.
Pencucian; pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremasremas ubi kayu di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada ubi kayu.
3.
Pemarutan; parut yang digunakan ada dua jenis yaitu : a.
Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga manusia sepenuhnya.
b. 4.
Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator.
Pemerasan/ekstraksi; pemerasan dilakukan dengan dua cara yaitu: a.
Pemerasan bubur ubi kayu yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.
b.
Pemerasan bubur ubi kayu dengan saringan goyang (sintrik). Bubur ubi kayu diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air
15 melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan. 5.
Pengendapan; pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam. Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan dikeringkan.
6.
Pengeringan; sistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan cara menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang diletakkan di atas rak-rak bambu selama 1 - 2 hari (tergantung dari cuaca). Dengan kualitas bahan baku yang baik, 1 ton ubi kayu dapat menghasilkan
200 - 250 kg tapioka. (Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan Umbi‐umbian, 2007).
METODOLOGI MAGANG Tempat dan Waktu Magang dilaksanakan di PT Pematang Agri Lestari dan PT Sinar Pematang Mulia I, Lampung pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011.
Metode Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan selama mengikuti magang meliputi pekerjaan teknis budidaya, manajerial kebun dan pengambilan data. Kegiatan dalam pengumpulan data meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Kegiatan magang ini juga dilakukan penulis secara langsung dengan mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan di lapang. Kegiatan sebagai asisten mandor selama empat minggu, asisten kepala divisi selama lima minggu, quality control selama dua minggu, asisten pengawas lapang kurang lebih empat minggu,dan mengikuti kegiatan tambahan dari perusahaan kurang lebih tiga minggu. Jurnal kegiatan magang disampaikan pada Lampiran 2, 3, 4, 5, dan 6. Kegiatan sebagai pendamping mandor adalah memotivasi, mengawasi dan mengorganisir karyawan, melakukan kegiatan administratif dan berdiskusi dengan mandor. Pada saat sebagai pendamping asisten kepala divisi I, pekerjaan yang dilakukan adalah mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan), membantu asisten dalam membantu mandor tetap, dan mempelajari laporan harian. Selama menjadi karyawan pabrik, penulis bertugas di bagian quality control. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengecekan kekentalan aci, mengukur pH tepung tapioka, mengukur kadar air tepung, residu, memeriksa kondisi tepung (keras ataupun basah) melakukan pengacaan tepung, membuat analisis bahan baku, dan membuat laporan harian. Pada saat menjadi pendamping pengawas
kemitraan,
penulis
mendampingi
pengawas
lapangan
ketika
mengunjungi petani-petani mitra, melakukan wawancara, dan diskusi dengan petani mitra.
17 Penulis juga secara khusus melakukan kegiatan pengamatan yang berhubungan dengan panen dan pasca panen, yang meliputi: 1.
Pengumpulan data panen berupa: kriteria panen ubi kayu, persiapan panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen, pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen, pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), dan pencapaian produksi. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan mengamati secara langsung di kebun PT PAL dan di kebun petani mitra. Pengamatan terhadap kriteria panen ubi kayu, berupa umur panen ubi kayu dan pengaruh penundaan umur panen terhadap bobot ubi kayu yang dipanen. Data diambil dari empat blok dengan dua umur panen yang berbeda. Dua blok untuk satu umur panen yang sama. Setiap blok diambil 1 ha, dalam satu hektar diambil lima baris dan dalam baris diambil 3 batang ubi kayu secara acak.
2.
Pasca panen di kebun Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan mengamati secara langsung kegiatan pasca panen di kebun PT PAL dan di kebun mitra.
3.
Pasca panen di Pabrik a.
Sumber dan Kebutuhan bahan baku. Sumber bahan baku PT SPM I saat ini tidak hanya berasal dari PT PAL. Kebutuhan bahan baku akan dianalisis berdasarkan kebutuhan minimum pabrik.
a.
Lama penyimpanan ubi kayu di lapangan; pabrik akan mengolah ubi kayu apabila tercapai bobot 700 ton. Lama penyimpanan ubi kayu dicatat selama periode pengolahan 15 hari.
b.
Analisis bahan baku (pengukuran kadar aci dan rafaksi); pengukuran kadar aci dilakukan untuk membantu menetukan besarnya potongan bahan baku yang dibeli. Pengamatan terhadap pengukuran kadar aci dilakukan selama 1 hari dengan mengambil sampel dari bahan baku yang dibeli; rafaksi merupakan potongan bobot di pabrik karena adanya kotoran dan materi lain yang terbawa saat panen. Untuk analisis bahan baku yang diamati adalah persentasi rafaksi.
Data sekunder diperoleh dari literatur dan laporan manajemen mengenai keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal
18 penanaman, produksi, struktur organisasi (kelompok-kelompok tenaga kerja, deskripsi tugas, dan fungsi-fungsi manajemen), dan ketenagakerjaan.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan data sekunder yang diperoleh dinalisis dengan menggunakan uji t dan secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentasi hasil pengamatan. Data diuraikan secara deskriptif dan dibandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan ubi kayu dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu, penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik yang telah ditetapkan oleh kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan
mulai dari pendamping
mandor, asisten kepala kebun, karyawan pabrik, dan pendamping pengawas mitra.
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Administratif PT PAL dan PT SPM I terletak di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Lampung Timur. Lokasi kebun PT PAL dan PT SPM I berjarak 220 km dari kota Bandar Lampung. Transportasi masuk ke wilayah PT PAL dan PT SPM I dapat ditempuh dengan dengan kendaraan dalam waktu lima jam. Sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten yaitu 16 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan dalam waktu satu jam. Kantor Kebun PT PAL berada di wilayah Desa Suka Agung (SP3D). Lokasi kebun PT PAL tersebar di beberapa desa yaitu Desa Rejo Mulyo, Desa Suka Agung, Desa Hadi Mulyo (SP4D), dan Desa Agung Batin (SP5D). PT SPM I berada di wilayah Desa Rejomulyo (SP2D). Kantor PT PAL dan PT SPM I dibangun secara berdekatan. PT SPM I didirikan pada tahun 1994. PT SPM I merupakan perusahan yang bergerak dalam pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dan juga bergerak dalam pemasaran. Kegiatan produksi di PT SPM I dilakukan selam 24 jam, yang dibagi dalam tiga shift. Setiap shift terdiri dari 8 jam kerja, yaitu shift I pada pukul 08.00 – 16.00 WIB, shift II pada pukul 16.00 – 24.00 WIB, dan shift III pada 00.00 – 08.00 WIB. Pertukaran shift akan dilakukan setiap minggu. Hari kerja efektif PT SPM I sendiri dibagi menjadi dua, yaitu 6 hari kerja efektif/minggu untuk karyawan tetap, dan 7 hari kerja efektif/minggu untuk karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas. Proses produksi dilakuakn setiap hari, kecuali pada saat bahan baku sedikit. Kapasitas mesin sendiri sebesar 1 400 ton/hari. Namun, tidak menutup kemungkinan pabrik membeli bahan baku lebih dari kapasitas sebagai stock.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Ubi kayu adalah komoditi utama yang dibudidayakan oleh PT PAL pada awal berdirinya. Seiring berjalannya waktu, tanaman ubi kayu diganti menjadi
20 kelapa sawit. Perubahan jenis tanaman yang dibudidayakan dari ubi kayu menjadi kelapa sawit disebabkan kondisi lahan sudah kurang optimal lagi untuk ditanami ubi kayu. Luas area penanaman ubi kayu yang tersisa ± 100 ha dan ± 1 810 ha lahan dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit. Berkurangnya luas areal yang ditanami ubi kayu mengakibatkan pasokan bahan baku ke PT SPM I tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku PT SPM I maka PT PAL membentuk pola kemitraan dengan petani. Luas area petani mitra I yang aktif sampai dengan Mei 2011 adalah 3 292 ha (Lampiran 7). Kebun petani mitra yang tersisa tersebar di sembilan wilayah sentra, yaitu Buko Poso, Brabasan, Gedung Aji, Lingkungan Pabrik, Menggala C, Oki, Simpang Pematang, dan Talang Gunung.
Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson maka tipe iklim di sekitar PT PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim B dengan bulan basah 7 - 9 bulan. (curah hujan > 200 mm/bulan) dan 1 bulan kering (<100 mm/bulan) berturutturut. Curah hujan rata-rata selama lima tahun (2005 - 2010) berkisar 61.10 332.06 mm/bulan dengan hari hujan rata-rata 2 - 14 hari/bulan (Gambar 2). Curah hujan dan hari hujan selama 6 tahun terahir dapat tertera pada Lampiran 8.
Gambar 2. Rata-rata Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) di Kebun PT PAL Tahun 2006 - 2010
21 Tingkat kesuburan tanah di PT PAL, terutama untuk tanah lapisan atas tergolong sangat rendah-rendah dengan jenis tanah Ultisol dan Incepticol. Kedalaman efektif tanah secara umum > 100 cm. Pada lapisan atas mengandung bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan yang terdapat dibawahnya, dan kandungan bahan organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Namun pada profil ke-1 dan ke-3 kandungan bahan organik tanah pada lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan lapisan atasnya. Struktur tanahnya terdiri dari liat (clay/C), liat berpasir (sandy clay/SC), dan lempung liat berpasir (sandy clay loam/SCL). Struktur dan konsistensi tanah pada umumnya remah dan sangat gembur atau gembur. Sehingga, kondisi tanah tersebut sesuai untuk tanaman ubi kayu. Permeabilitas tanah bervariasi, mulai dari permeabilitas lambat, sedang, hingga cepat. Warna tanah di PT PAL adalah kuning dan merah. Sebagian besar drainase tanah di areal PT PAL adalah baik, namun pada beberapa areal dijumpai tanah-tanah yang berdrainase buruk dengan warna tanah abu-abu atau grey. Derajat kemasaman (pH) berkisar 4.35 - 4.65. Topografi lahan bervariasi, mulai datar (flat) sampai berombak (undulating) dengan tingkat kemiringan 2 – 5 %. Kondisi di atas sesuai untuk syarat tumbuh ubi kayu. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan penambahan pupuk, bahan organik, dan teknik budidaya yang tepat.
Keadaan Tanaman dan Produksi Ubi Kayu Varietas ubi kayu yang ditanam di PT PAL adalah varietas Kasetsart (UJ5). Selain varietas Kasetsart, terdapat beberapa petak ubi kayu sambung (mukibat). Jarak tanam yang digunakan yaitu 90 cm x 60 cm, sehingga populasi 18 000 tanaman/ha dengan produktivitas rata-rata Januari 2007 sampai dengan Juni 2011 yaitu 21.91 ton/ha (Tabel 2).
22 Tabel 2. Produktivitas Ubi Kayu di PT PAL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Rata-rata
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Luas area panen (ha) 958.25 955.50 698.00 739.90 680.98 418.85 253.75 365.03 195.05 198.05 23.25
Produktivitas (kg/ha) 17 045 17 235 17 547 21 200 20 527 24 136 26 560 24 506 23 106 26 839 22 270 21 906
Sumber: Data PT PAL (Diolah)
Kelapa Sawit Varietas kelapa sawit yang ditanam PT PAL terdiri dari beberapa jenis yang ditanam pada tahun yang berbeda-beda (Tabel 3). Varietas kelapa sawit yang ditanam terdiri dari varietas Dura, Tenera, D x P Marihat dan Socfin. Jarak tanam yang digunakan yaitu jarak tanam segitiga sama sisi dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m, sehingga populasi 143 tanaman/ha. Tabel 3. Keadaan Tanaman Kelapa Sawit PT PAL No Tahun tanama Luas 1 1999 140.95 2 2000 111.37 3 2001 36.83 4 2002 119.51 5 2003 65.02 6 2004 296.77 7 2005 232.10 8 2006 341.16 9 2007 442.64 10 2008 0 11 2009 350.91 12 2010 419.73 13 2011 8.39 Total 2 565.38 Sumber: Data Sekunder (Diolah)
Total tanaman 20 157 15 937 5 266 17 090 9 300 42 438 33 191 48 786 63 298 0 50 180 4 670 1 200 307 310
TM/TBM TM 9 TM 8 TM 7 TM 6 TM 5 TM 4 TM 3 TM 2 TM 1 0 TBM 2 TBM 1 TB
23 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL Struktur Organisasi Pematang Agri Lestari merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan ubi kayu. PT PAL dipimpin oleh seorang General Manager (GM) yang membawahi tiga divisi yaitu Divisi Kebun, Divisi Kemitraan, dan Divisi Pupuk Organik. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang manajer. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan keuangan, GM dibantu oleh dua orang staf administrasi dan keuangan. Struktur Organisasi PT PAL tertera pada Lampiran 9;
Divisi Kebun Manajer Kebun. Kebun PT PAL dipimpin oleh seorang manajer kebun. Fungsi pokok manajer kebun yaitu: 1) menyusun, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan operasional kebun secara periodik (tahunan, bulanan, mingguan, dan harian) setiap divisi, 2) mengkoordinasikan dan mengawasi departemen di bawahnya, 3) menetapkan standar kerja dan standar biaya operasional setiap departemen, 4) mendelegasikan dan mengkoordinasikan kepala divisi untuk melaksanakan poin 1, 5) mencari dan membeli bibit apabila kekurangan bibit, sesuai dengan kriteria yang ditentukan, 6) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, dan peralatan kebun, dan 7) menilai prestasi bawahan. Dalam pelaksanaan di lapangan, manajer kebun dibantu oleh asisten manajer kebun. Kepala Wilayah/Divisi. Areal kebun di PT PAL dibagi menjadi tiga wilayah. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang kepala divisi atau kepala wilayah. Untuk wilayah I, ada dua komoditas yang ditanam yaitu ubi kayu dan kelapa sawit. Di wilayah II dan III komoditas yang ditanam hanya satu, yaitu kelapa sawit. Tugas dan tanggung jawab dari kepala wilayah yaitu: 1) mengkoordinasikan dan mengawasi bawahannya, 2) melaksanakan jadwal tugas dari atasan, mendelegasikan, dan mengawasi mandor-mandor secara teratur, 3) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, peralatan kebun, serta penggantian upah harian sesuai dengan wilayah masing-masing, dan
24 4) mencari dan meberhentikan tenaga harian atau borongan dengan persetujuan manajer kebun. Mandor. Tugas dan tanggung jawab mandor yaitu : 1) mengawasi dan memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di lapangan, 2) ikut aktif dalam upaya mencari tenaga kerja harian dan borongan, 3) membuat laporan permintaan uang untuk upah harian dan borongan, dan 4) membuat laporan areal tanam, pupuk, dan laporan lain yang ditentukan oleh kepala wilayah/divisi masing-masing. Divisi Kemitraan. Divisi kemitraan dibentuk dengan tujuan untuk penyelenggara peningkatan hasil usaha pertanian masyarakat khususnya tanaman ubikayu, kelangsungan industri tapioka khususnya industri tapioka milik Grup Lambang Jaya dan menjadi sasaran kelangsungan usaha PT PAL melalui program kemitraan. Jabatan di divisi kemitraan terdiri atas manajer divisi kemitraan, advisor site kemitraan, legal, kepala wilayah, administrasi dan keuangan, pengawas lapangan kebun, pengawas lapangan pengolahan lahan, dan surveyor kredit. Manajer Kemitraan. Manajer kemitraan mempunyai fungsi pokok untuk menjalankan kebijakan perusahaan untuk mengembangkan tanaman ubi kayu dengan pola kemitraan. Tugas dan tanggung jawab manajer kemitraan, yaitu: 1) menyusun dan mengevaluasi program kerja dan anggaran biaya tahunan, bulanan, mingguan maupun harian dan melaporkannya kepada manajer kebun, 2) melakukan koordinasi dengan pihak pabrik dalam hal kebijakan penjualan maupun pembayaran hutang, refraksi, harga, dan lain-lain bagi anggota kemitraan, 3) monitoring pelaksanaan tugas bawahan dan mengevaluasi perkembangan anggota kemitraan, dan 4) bertanggung jawab terhadap pengembalian dana yang telah disalurkan kepada anggota mitra. Manajer divisi kemitraan mempunyai wewenang untuk menandatangani setiap surat-surat perjanjian, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan lainnya yang diperlukan setiap anggota kemitraan, serta memberikan dan menetapkan sanksi kepada anggota kemitraan yang melanggar perjanjian. Advisor Site. Advisor site mempunyai fungsi pokok melakukan pembinaan terhadap kegiatan divisi kemitraan apakah dilaksanakan sesuai dengan
25 sistem dan prosedur yang telah ditetapkan. Advisor site juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengusulkan tindakan perbaikan kepada manajer kebun atau kepala divisi kemitraan apabila dalam pelaksanaan kegiatannya belum memenuhi sistem dan prosedur yang berlaku. Legal. Bagian legal mempunyai fungsi pokok untuk memberikan informasi mengenai legalitas data permohonan agar tidak timbul perselisihan atau kerugian perusahaan di kemudian hari. Wewenang dari bagian legal yaitu menandatangani surat perjanjian sebagai saksi. Kepala Wilayah. Kepala wilayah mempunyai fungsi pokok untuk mengembangkan dan mengelola kemitraan sesuai dengan wilayah masing-masing. Kepala wilayah berwenang untuk menandatangani persetujuan berita acara hasil survei apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan perusahaan, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan yang diperlukan setiap anggota kemitraan, dan menentukan besarnya angsuran pinjaman anggota mitra. Administrasi dan Keuangan. Fungsi pokok bagian administrasi dan keuangan yaitu membantu kepala wilayah untuk mengumpulkan data dan informasi seluruh kegiatan kemitraan. Administrasi dan keuangan mempunyai wewenang untuk menerima uang penjualan ubi kayu anggota mitra dari bagian kasir pabrik untuk selanjutnya dilakukan pemotongan sebagai angsuran pinjaman berdasarkan persetujuan kepala wilayah. Pengawas Lapangan. Pengawas lapangan kebun mempunyai fungsi pokok melakukan pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan yang menerima kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatankegiatan lainnya yang berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah kerjanyasehingga dana yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas lapangankebun mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam penjadwalan pemanenan. Pengawas Lapangan Pengolahan Lahan. Pengawas lapangan bagian pengolahan lahan memiliki fungsi pokok untuk melakukan pengawasan kegiatan pengolahan areal tanaman ubi kayu anggota mitra agar produksi. Wewenangnya yaitu mengatur operator dan mekanik untuk melaksanakan tugas dengan baik.
26 Surveyor Kredit. Surveyor kredit mempunyai tugas pokok melaksanakan survey terhadap personal, areal tanaman, dan agunan calon anggota mitra untuk proses persetujuan permohonan kredit. Surveyor kredit mempunyai wewenang untuk menandatangani surat berita acara hasil survei.
Ketenagakerjaan Ketenagakerjaa PT PAL terdiri dari karyawan tetap (KT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan tetap di PT PAL berjumlah 80 orang yang terdiri dari satu orang pimpinan perusahaan (general manager), karyawan Divisi Kebun 54 orang, karyawan Divisi Kemitraan 20 orang, dan karyawan Divisi Pupuk Organik 6 orang. Gaji karyawan tetap diberikan setiap bulan. Untuk karyawan harian lepas (KHL) jumlahnya tidak tetap, karena sewaktu-waktu karyawan bisa masuk maupun keluar. Upah KHL dihitung per hari dan diberikan setiap akhir minggu. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I Struktur Organisasi Sinar Pematang Mulia I merupakan perusahan yang bergerak dalam pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dan juga bergerak dalam pemasaran. PT SPM I dipimpin oleh seorang manajer pabrik (factory manager) yang membawahi lima departemen. Kelima departemen tersebut yaitu Departemen Produksi, Personalia dan Umum, Administrasi dan Keuangan Site, Logistik, dan Purchasing. Secara struktur, tugas manajer pabrik dalam menangani empat departemen (selain Departemen Produksi) dibantu oleh seorang office manager. Karena belum ada staf yang menempati posisi tersebut, manajer pabrik bertanggung
jawab
langsung
terhadap
kelima
departemen
dibawahnya.
Departemen produksi berfungsi sebagai penyelenggara pengelolaan proses produksi untuk mencapai visi, misi, nilai dasar dan tujuan perusahaan. Departemen Produksi dipimpin oleh kepala departemen produksi atau manajer produksi yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang asisten.Struktur Organisasi PT SPM I tertera pada Lampiran 10; Manajer Produksi. Manajer produksi mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan dan mengendalikan kegiatan operasional pabrik agar
27 produktivitas dan efisiensi proses produksi dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. Kepala Departemen Personalia dan Umum. Kepala Departemen Personalia dan Umum mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan dan pengendalian ketenagakerjaan atau hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan baik secara internal maupun eksternal demi terciptanya kenyamanan dan kelangsungan usaha. Untuk urusan administrasi, kepala Departemen Personalia dan Umum dibantu oleh staf Administrasi Personalia. Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site. Fungsi pokok kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site yaitu mengelola keuangan dan administrasi site agar kegiatan operasional berjalan dengan lancar. Untuk pembayaran biaya-biaya pembelian bahan dan biaya operasional pabrik, kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site dibantu oleh kasir pabrik dan kasir lapak. Urusan administrasi dibantu oleh staf administrasi site. Kepala Bagian Logistik. Kepala bagian logistik memiliki fungsi pokok kepala bagian logistik yaitu mengatur ketersediaan barang kebutuhan operasional pabrik dan hasil produksi agar kegiatan dan distribusi barang berjalan dengan lancar. Kepala Pembelian Bahan Baku (Purchasing). Kepala pembelian bahan baku memiliki fungsi pokok memenuhi kebutuhan bahan baku yang berkuallitas agar produktivitas pabrik berjalan dengan stabil. Kepala pembelian bahan baku berwenang untuk menetapkan potongan refraksi dan menandatangani laporan harian pembelian.
Ketenagakerjaan Tenaga kerja di PT SPM I terdiri dari tiga golongan karyawan, yaitu karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan tetap (KT). Perbedaan gaji ketiga golongan tersebut yaitu terdapat pada sistem penghitungan, waktu pemberian, dan upah lembur. Sistem penghitungan gaji KHL yaitu gaji dihitung berdasarkan jumlah hari karyawan tersebut bekerja dan diberikan setiap minggu. Gaji KHT diberikan setiap bulan dan dilakukan pemotongan sebanyak jumlah hari karyawan tersebut tidak bekerja. Karyawan
28 tetap diberikan gaji tetap, tidak dilakukan pemotongan, dan diberikan setiap bulan. Pada perhitungan upah lembur antara karyawan tetap (karyawan harian tetap dan karyawan tetap) dan karyawan lepas berbeda. Pada karyawan lepas, upah lembur dihitung sama dengan upah harian, sedangkan karyawan tetap, upah lembur dihitung menggunakan upah lembur (misalnya, karyawan yang bekerja hari minggu maka akan mendapat upah lembur sebesar 2 HK). PT SPM I memiliki karyawan sebanyak 164 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 60 orang KHT yang ditempatkan di bagian bagging dan sortir bonggol, 27 orang KHT bekerja di bagian operator, dan 77 orang yang termasuk KT.
Pola Hubungan Kemitraan, PT PAL, dan PT SPM I
Pada awalnya, kebun
ubikayu PT PAL merupakan kebun inti untuk
mensuplai bahan baku bagi pabrik tapioka PT SPM I. Namun karena adanya penggantian tanaman dari ubi kayu menjadi kelapa sawit. PT PAL tidak mampumemenuhi kebutuhana bahan baku PT SPM I. Masalah ini diatasi PT PAL dengan membentuk divisi mitra. Divisi ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan PT SPM I melalui kerja sama dengan petani. Dalam kerjasama , PT SPM I, PT PAL, dan petani mitra memiliki kewajiban dan hak yang berbeda-beda.
PT SPM I Kewajiban PT SPM I yaitu: 1.
Menerima seluruh ubi kayu divisi kemitraan.
2.
Menentukan harga beli ubi kayu divisi kemitraan minimal senilai harga ubi kayu diluar ubi kayu divisi kemitraan (umum) yang dibeli PT SPM I atau bahkan lebih tinggi dari harga umum.
3.
Memberikan fee kepada PT PAL (divisi kemitraan) atas ubi kayu yang dikirim ke PT SPM I yang besarnya telah disepakati bersama.
Hak PT SPM I yaitu: 1.
Seluruh ubi kayu divisi kemitraan harus dijual kepada PT SPM tanpa kecuali
29 2.
Menentukan standarisasi ubi kayu divisi kemitraan yang dipanen, berkaitan dengan umur, tingkat kebersihan dari kotoran dan lain-lain
PT PAL (Divisi Kemitraan) Kewajiban PT PAL yaitu : 1.
Menjual seluruh hasil ubi kayu kepada PT SPM I.
2.
Mengirimkan/menjual ubi kayu dengan kualitas baik.
3.
Memberikan kontribusi bahan baku kepada PT SPM I dengan hasil rata-rata adalah 20 – 25 ton/ha.
4.
Memberikan laporan jadwal panen per bulan kepada PT SPM I.
5.
Memberikan pinjaman yang berbentuk dana untuk digunakan dalam pengadaan barang dan jasa yang akan digunakan oleh petani mitra untuk pembelian pupuk, herbisida dan pengolahan lahan.
6.
Menerima dan membeli seluruh ubi kayu petani mitra yang berasal dari lahan yang diperjanjikan dalam perjanjian ini, yang diterima di pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra dalam hal ini adalah pabrik PT SPM I dengan harga pasaran yang berlaku.
Hak-hak PT PAL yaitu : 1.
Mendapat prioritas dalam penerimaan ubi kayu oleh PT SPM I.
2.
Memperoleh fee dari PT SPM I atas penjualan ubi kayu.
3.
Memperoleh harga beli ubi kayu dari PT SPM I yang kompetitif.
4.
Bersama-sama petani mitra menentukan jadwal waktu panen yang berkaitan dengan umur tanaman dan luas tanaman yang dipanen yang berkaitan dengan jumlah kebutuhan pabrik.
5.
Menerima pengembalian pinjaman dari petani mitra melalui pemotongan atas nota penjualan ubi kayu petani mitra dipabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra.
6.
Menerima barang atau surat–surat berharga dari
petani mitra sebagai
jaminan atas pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.
30 Petani Mitra Kewajiban-kewajiban petani mitra adalah: 1.
Menyediakan lahan untuk dikelola dalam budidaya ubi kayu.
2.
Membiayai seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses budidaya tanaman ubi kayu, mulai dari penyiapan lahan sampai dengan pengangkutan hasil panen ke pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.
3.
Memelihara dan mengawasi usaha budidaya tanaman ubi kayu secara intensif agar mencapai hasil produksi yang berkualitas baik dengan produksi minimal 25 ton/ha.
4.
Bersedia untuk tidak mengalihkan dalam bentuk apapun pinjaman dari divisi mitra kepada orang lain tanpa persetujuan dari divisi mitra.
5.
Melakukan panen pada umur tanaman 9 – 14 bulan (untuk ubi kayu Kasetsart), dan menjual seluruh hasil produksi tanaman ubi kayu diatas lahan yang diperjanjikan ke pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra dan tidak diperbolehkan menjual kepada pihak lain dalam kondisi apapun.
6.
Membayar kembali seluruh pinjaman yang diterima dari divisi mitra, yang dipotong dari akumulasi nota penjualan ubi kayu petani mitra di pabrik divisi mitra.
7.
Menyerahkan barang atau surat–surat berharga sebagai jaminan atas pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.
Hak–hak petani mitra yaitu: 1.
Menerima pinjaman dari divisi mitra.
2.
Menerima pembayaran dari divisi mitra atas penjualan ubi kayu petani mitra kepada divisi mitra, setelah dipotong seluruh pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan selama magang di PT PAL yaitu sebagai pendamping mandor, asisten kepala divisi, dan pendamping pengawas lapangan. Pada saat menjadi pendamping mandor dan asisten kepala divisi, kegiatan dimulai pada pukul 07.00 WIB - 15.00 WIB. Waktu istirahat pada pukul 12.00 - 13.00 WIB, kecuali pada hari jumat jam istirahat pada pukul 11.30 - 13.00 WIB. Sebagian besar pekerjaan di lapangan dilakukan dengan sistem borongan sehingga tidak menutup kemungkinan pekerjaan selesai lebih awal ataupun lebih lama dari waktu yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilakukan selama magang di PT SPM yaitu sebagai QC (quality control). Kegiatan di pabrik dimulai pada pukul 08.00 - 16.00 WIB.
Ubi Kayu Persiapan lahan. Kegiatan pengolahan lahan di kebun PT PAL untuk area penanaman ubi kayu menggunakan bajak. Pembajakan dilakukan tiga kali sebelum tanam. Jika penanaman terlambat, maka akan dilakukan pembajakan ke empat. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah. Pembajakan pertama, kedua dan ketiga berselang kurang lebih dua minggu. Setelah dibajak langsung dibentuk guludan dengan menggunakan furrow. Jarak antar guludan yang terbentuk dengan furrow yaitu 90 cm. Pengolahan lahan di petani mitra dilakukan dengan menggunakan tractor. Pengolahan lahan oleh petani berbeda-beda, yaitu bajak satu kali, bajak dua kali, bajak satu kali dan gulud, serta bajak dua kali dan gulud. Perbedaan cara pengolahan disebabkan berbagai faktor. Pengolahan lahan di petani yang lahannya tidak digulud biasanya dikarenakan kondisi modal yang terbatas, dan tidak tersedianya alat untuk membuat gulud. Adanya pola pikir bahwa dengan melakukan pembajakan lahan satu kali pada lahan sudah pernah diolah atau ditanami ubi kayu dan gulmanya sedikit cukup dilakukan satu kali. Namun secara umum, pembajakan dilakukan dua kali dan gulud. Selang waktu antara bajak satu dan bajak dua ± 2 minggu. Setelah dibajak akan dibentuk guludan dengan
32 menggunakan ridger. Jarak antar guludan dapat disesuaikan dengan keinginan petani. Guludan yang dibentuk dengan furrow berbeda dengan guludan yang dibentuk dengan menggunakan ridger. Guludan yang dibentuk dengan menggunakan furrow lebih tinggi dibanding dengan guludan yang dibentuk dengan menggunakan ridger. Guludan yang dibentuk dengan menggunakan ridger pada umunya setelah
satu bulan setelah pembentukan tidak terlihat lagi
(Gambar 3a), sedangkan guludan yang dibentuk dengan menggunakan furrow masih jelas bentuknya pada saat satu bulan setelah pembentukan (Gambar 3b).
a
b Gambar 3. Kondisi Guludan (a. Dibentuk Menggunakan Ridger; b. Dibentuk Menggunakan Furrow) Persiapan bahan tanam. Bahan tanam yang digunakan di kebun PT PAL sebagai bibit adalah stek batang. Stek diambil dari batang ubi kayu yang telah dipanen dari penanam sebelumnya. Batang ubi kayu yang dijadikan bibit saat ini adalah bagian batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan panjang
33 kurang lebih 1 m. Satu batang ubi kayu dipotong menjadi lima bagian, sehingga panjang setiap stek
± 20 cm. Pada saat awal penanaman
bibit dibeli dari
perusahaan lain. Varietas yang banyak ditanam di kebun PT PAL yaitu varietas Kasetsart. Varietas Kasetsart merupakan salah satu varietas ubi kayu yang dipakai untuk bahan baku tapioka. Varietas ini relatif tahan hama dan penyakit, kadar air yang cukup rendah, berwarna putih, kandungan HCN tinggi, kadar pati yang cukup tinggi, dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yang pernah ditanam. Selain varietas UJ-5, PT PAL pernah menanam varietas Thailand, Umas (ubi kayu kuning), M31, M30, Mangu, dan Mukibat (ubi kayu sambung). Pada persiapan bahan tanam terdapat kegiatan tebang bibit. Tebang bibit biasanya dilakukan oleh BHL laki-laki. Upah akan diberikan berdasarkan jumlah batang ubi kayu yang berhasil ditebang. Setiap batang ubi kayu berukuran 1 m diberi upah Rp. 20. Maka untuk mencapai 1 HK, BHL harus menebang sebanyak 1 710 batang. Jika area tanam bersih dari gulma, seorang BHL dapat menebang sebanyak 2 500 batang atau setara dengan Rp. 50 000. Pada areal tebang bibit umumnya banyak ditumbuhi gulma dan batang ubi kayu banyak yang telah rebah sehingga
memperlambat
penebangan.
BHL
hanya
dapat
menebang
1 500 - 2 000 batang/hari atau setara dengan Rp. 30 000 - Rp. 40 000. Kegiatan persiapan bahan tanam pada petani mitra berupa tebang bibit. Apabila bibit yang dibutuhkan tidak mencukupi, petani mitra akan membeli bibit. Varietas Kasetsart adalah varietas yang disarankan untuk ditanam oleh petani mitra, namun sebagian petani masih menggunakan varietas Thailand. Panjang stek yang digunakan petani mitra sebagai bahan tanam bervariasi. Perbedaan panjang stek yang digunakan dipengaruhi ketersediaan bibit dan kebiasaan petani. Jika kondisi tanaman sebelumnya kurang baik, maka bibit yang digunakan kurang baik. Apabila diameter batang tanaman sebelumnya kecil maka bibit yang ditanaman akan kecil. Apabila ketersediaan bibit sangat melimpah, maka panjang bibit yang ditanam cenderung panjang. Petani berharap dengan semakin panjangnya bibit yang ditanam akan menghasilkan umbi yang banyak dan besar.
34 Beberapa petani juga melakukan penyimpanan bibit. Penyimpanan dilakukan untuk mempersiapakan bibit untuk penanam berikutnya pada area yang sama. Bibit yang disimpan adalah batang umbi yang belum dipotong. Batang-batang ubi kayu tersebut diikat dan disimpan ditempat teduh dengan cara ditidurkan ataupun diberdirikan. Penyimpanan ini akan menyebabkan penurunan daya tumbuh bibit. Bibit pada umunya disimpan sampai satu bulan
Penanaman. Penanaman ubi kayu di PT PAL dilakukan pada sepanjang tahun, tergantung kesiapan lahan dan kondisi cuaca. Penanaman pada saat curah hujan cukup tinggi dapat menyebabkan biaya perawatan untuk pengendalian gulma menjadi tinggi, karena pada saat tersebut gulma akan cepat tumbuh dan dapat menyaingi tanaman ubi kayu. Selain menyebabkan peningkatan biaya perwatan juga meningkatkan waktu penanaman menjadi lama. Kondisi tanah yang mudah terkena banjir menyebabkan kondisi berlumpur. Kondisi ini akan menyebabkan petani susah berjalan di area. Jarak tanam yang digunakan adalah 90 cm x 60 cm, sehingga populasi ± 18 000 tanaman/ha dengan pola monokultur. Pola tanam yang digunakan petani mitra yaitu monokultur dan tumpang sari. Tumpang sari biasanya dengan karet. Jarak tanam yang digunakan petani mitra berbeda-beda, biasanya disesuaikan dengan kondisi tanah, vairtas yang ditanam, sistem tanam (monolultur/tumpangsari), ketersediaan bibit, dan kebiasaan. Jarak tanam di kebun petani mitra pada umumnya lebih rapat dibanding di kebun PT PAL. Penyulaman. Setelah penanaman ubi kayu biasanya akan dilakukan penyulaman. penyulaman di PT PAL dilakukan 2 - 4 MST hari setelah tanam. Jumlah tanaman yang disulam tidak tentu, biasanya sekitar 20 %. Tanaman akan disulam jika persentase bibit tidak tumbuh lebih dari 10 %. Bibit sulaman yang digunakan adalah bibit sisa penanaman yang biasanya disimpan di pinggiran petakan. Karena bibit sulaman yang digunakan tidak disimpan ditempat teduh sehingga daya tumbuh bibit sulaman juga tidk 100 %. Jika bibit sulaman tidak mencukupi, akan diambil dari tanaman yang sudah siap panen. Penyulaman juga dilakukan pada petani mitra. Namun, penyulaman tidak dilakukan oleh semua petani. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan penyulaman yaitu kondisi modal dan persentase bibit yang mati. Jika
35 persentase bibit yang mati rendah, biasanya bibit tidak perlu disulam. Penyulaman biasanya dilakukan sebelum pemupukan pertama, yaitu sebelum 2 - 6 MST. Pemupukan. Pemupukan ubi kayu di kebun PT PAL biasanya dilakukan dua kali. Pada kondisi tertentu dilakukan pemupukan sebanyak tiga kali. Pemupukan ketiga sangat jarang dilakukan. Pemupukan pertama dilakukan 2 – 6 MST (sebelum dua bulan), pemupukan kedua dilakukan 3 - 6 BST, dan pemupukan ketiga pada 7 BST. Pemupukan dilakukan setelah pengendalian gulma. Karena pengendalian gulma secara kimia, diharapkan setelah penyemprotan tanaman langsung dapat dipulihkan kembali. Cara Pemupukan di Kebun PT PAL dapat dilihat pada Gambar 4.
a
b Gambar 4. Pemupukan Ubi Kayu di Kebun PT PAL (a. Pembuatan Lubang; b. Pemberian Pupuk). Pupuk yang digunakan di kebun PT PAL yaitu pupuk Urea, TSP, dan KCl.
Perbandingan dosis pada setiap hektaran untuk pupuk I yaitu 100 kg : 100 kg : 50 kg, pupuk II 50 kg : 0 kg : 150 kg, dan pupuk III 0 kg : 0 kg : 100 kg atau 0 kg : 0 kg : 150 kg. sistem pemupukan di kebun PT PAL adalah sistem target, ditaman pupuk yang harus disebar adalah 75 kg/HK. Pemupukan ubi kayu di petani mitra juga dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur kurang dari satu bulan, pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 3 - 6 bulan, dan pemupukan ketiga pada saat tanaman berumur 7 bulan. Waktu pemupukan disesuaikan dengan waktu panen. Jika ubi kayu akan dipanen pada umur muda (7
36 atau 8 bulan), maka pemupukan kedua akan dilakukan pada bulan ke 3 atau ke 4. Jika pemanenan akan dilakukan pada umur 9 atau 10 bulan, pemupukan akan dilakukan pada bulan ke 5 atau 6. Pemupukan ketiga jarang dilakukan, hanya dilakukan jika diperlukan saja. Pemupukan ketiga dilakukan jika ubi kayu akan dipanen dengan umur lebih dari 9 bulan. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea, KCL, dan NPK, SP-36. Dosis yang digunakan berbeda-beda. Dosis yang diberikan biasanya disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Anggapan semakin banyak pupuk semakin tinggi hasil masih berlaku untuk sebagian petani mitra. Hal ini mengakibatkan, saat kondisi keuangan petani mitra membaik, petani akan cenderung memupuk ubi kayu dengan dosis pupuk yang lebih tinggi dan begitu juga sebaliknya. Selain pupuk kimia, petani mitra juga menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang pernah digunakan PT PAL berupa onggok dan kompos. Pupuk organik biasanya diberikan oleh petani pada saat pembajakan atau setelah penanaman. Cara pemupukan di petani mitra berbeda dengan di kebun PT PAL. Pada petani mitra, pupuk biasanya disebar di sekitar tanaman tanpa ditutup (Gambar 5). Pemupukan ubi kayu di kebun PT PAL dilakukan dengan pembuatan lubang di sekitar (5 - 10 cm) dari tanaman. Pupuk yang telah dicampur dimasukkan ke dalam lubang dengan dosis 1 sendok the/tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Gambar 5. Pemupukan pada Petani Mitra Pewiwilan. Pewiwilan/perempelan yang dilakukan perusahaan yaitu dengan menyisakan dua tunas. Perempelan dilakukan pada saat tanaman berumur
37 kurang dari dua bulan. Perempelan bertujuan untuk memperoleh indeks luas daun yang maksimal. Dengan indeks luas daun yang maksimal, diharapkan akan diperoleh hasil umbi yang maksimal. Perempelan di kebun petani mitra dilakukan berkisar 4 - 16 MST. Namun, tidak semua petani melakukan pewiwilan. Sebagian petani melakukan pewiwilan sebanyak dua kali. Petani mitra yang melakukan perempelan dua kali biasanya akan menyisakan dua batang dan sebagian menyisakan satu batang. Perempelan kedua pada umunya dilakukan jika tanaman terlalu rimbun. Pada sebagian petani, alasan untuk tidak melakukan perempelan adalah untuk menghemat biaya dan dikarenakan jumlah tunas varietas Kasetsart biasanya tidak banyak. Pengendalian Gulma. Pengendalian gulma di area penanam ubi kayu PT PAL saat ini dilakukan secara kimia. Pada tahun sebelumnya, pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimia. Beberapa faktor yang menyebabkan pengendalian gulma dilakukan secara kimia adalah terbatasnya tenaga kerja, mengurangi biaya perawatan, dan pengendalian gulma secara kimia cenderung lebih cepat dan awet. Pengendalian gulma dilakukan sebelum pemupukan. Selain sebelum pemupukan, penyemprotan herbisida juga dilakukan sebelum panen. Pengendalian gulma sebelum panen bertujuan untuk memepermudah proses panen. Namun, terkadang pengendalian gulma sebelum panen tidak dilakukan karena tanaman yang dipanen sudah terlalu tua. Cara penyemprotan untuk tanaman muda dibedakan dengan penyemprotan tanaman tua. Pada tanaman muda, ujung alat semprot dilengkapi dengan mangkok. Penyemprotan dilakukan dengan posisi mangkok lebih rendah dari tanaman dan hanya menjangkau satu baris alur guludan dan menggunakan nozel kuning. Hal ini disebabkan tanaman muda tidak tahan terhadap herbisida. Apabila tanaman muda terkena herbisida, maka dapat mengakibatkan tanaman stress bahkan mati. Pada tanaman dewasa, ujung alat semprot tidak dilengkapi mangkok. Ketinggian alat semprot diatur agar semprotan dapat menjangkau tiga baris alur guludan. Pada tanaman tua, batang tanaman sudah tahan terhadap herbisida. Cara penyemprotan herbisida dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
38
Gambar 6. Cara Penyemprotan Herbisida
Gambar 7. Penyemprotan Herbisida pada Tanaman Muda Pada kenyataan di lapangan, BHL sering tidak memperhatikan nozel yang digunakan saat penyemprotan. Akibatnya terdapat batang dan daun tanaman terkena herbisida sehingga mengalami stres sesaat bahkan ada yang mati (Gambar 8). Tanaman yang mudah mengalami stres dan bahkan mati adalah tanaman muda. Herbisida yang digunakan yaitu herbisida dari golongan Glifosat dengan bahan aktif isopropil Glifosat 480 g/l atau setara dengan Glifosat 356 g/l. Dosis herbisida yang digunakan yaitu sebanyak 3 - 4 l/ha, konsentrasi 2.5 – 3.3 %, dan volume semprot 120 l/ha.
39
Gambar 8. Tanaman Mati dan Stres Akibat Terkena Herbisida (3 HSA) Gulma dominan yang tumbuh di areal ubi kayu PT PAL yaitu Boreria sp., Chromolaena odorata, Phylantus niruri, Echinocloa colonum, Eleusine indica, dan Brachiaria mutica,. Pengendalian gulma di lahan petani dilakukan dengan dua cara yaitu secara kimia dan secara manual dan secara kimia.pengendalian secara manual pada umunya dilakukan satu kali. Pengendalian gulma dilakukan pada 1 - 6 BST dan sebelum panen. Herbisida yang umum digunakan petani mitra adalah Glifosat dengan dosis
1 - 5 l/ha. Selain Glifosat, herbisida lain yang digunakan petani
yaitu herbisida 2.4 D dan Diuron masing-masing dengan dosis 0.25 - 3 l/ha dan 1 kg/ha. Pengendalian Hama dan Penyakit. Terdapat beberapa hama yang menyerang ubi kayu di kebun PT PAL dan lahan petani mitra, yaitu ulat dan white scale (Aonidomytillus albus). Karena hama hanya beberapa tanaman, maka tidak dilakukan pengendalian hama secara khusus. Masalah yang utama saat ini dan telah terjadi selama beberapa tahun terahir baik di kebun PT PAL dan petani mitra adalah adanya busuk umbi. Busuk umbi dapat mencapai 50 % dari total hasil. Busuk umbi akan terlihat pada saat 4 BST, dan kadang pada saat 5 BST. Gejala tanaman yang mengalami kebusukan tidak akan terlihat jika umbi tidak dicabut karena tajuk umbi tetap utuh. Busuk umbi tidak secara terus menerus terjadi walaupun umbi ditanam pada area yang
40 sama. petani menduga bahwa busuknya umbi disebabkan curah hujan yang terlalu tinggi, busuk akar, dan kiondisi tanah yang sudah terlalu banyak herbisida. Beberapa cara yang dilakukan petani untuk memecahkan masalah ini adalah dengan melakukan pemberian pupuk dolomit ke dalam tanah, pemberian pupuk kompos, penguranan intensitas penggunaan herbisida, pewiwilan, diberakan, dan penanaman berselang. Dari hasil perlakuan belum ditemukan solusi yang tepat. Panen. Ubi kayu di kebun PT PAL akan dipanen jika tanaman telah berumur 9 bulan atau lebih. Jika kondisi cuaca baik, tenaga kerja tersedia, dan cuaca baik, maka pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 bulan. Namun, karena suatu hal, pemanenan sering terlambat dan akan dipanen pada batas waktu yang tidak ditentukan. Sistem panen yang digunakan adalah sistem rombongan berdasarkan bobot hasil panen (tonase). Pemanenan dilakukan dengan cara dicabut secara mekanis dengan menggunakan bajak panen. Ubi yang telah dipanen akan langsung diangkut. Pada kodisis tertentu, seperti angkutan panen tidak tersedia, hujan lebat, maka pengangkutan ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Lokasi kebun yang dekat (± 1 km) dengan pabrik menjadi keuntungan. Ubi kayu yang telah dipanen dan dimasukkan ke dalam truk pada waktu kapanpun dapat langsung dikirim ke pabrik tanpa terlebih dahulu disimpan. Kondisi pabrik yang dekat dengan kebun juga dapat digunakan sebagai acuan dalam memanen. Kondisi bahan baku pabrik dapat dilihat setiap saat, sehingga ketika diketahui bahan baku masih banyak di lapangan, maka pemanenan dapat ditunda. Pemanenan pada petani dilakukan secara manual menggunakan tangan dan kadang menggunakan cangkul. Pencabutan ubi kayu dengan cangkul hanya akan dilakukan jika ukuran umbi besar. Pada kondisi kemarau, petani mitra menggunakan alat bantu panen yaitu gancu (Gambar 9). Pemanenan ubi kayu akan dilakukan jika umur panen sudah cukup (9 bulan). Namun, pada kondisi tertentu, petani sering memanen pada umur 6 bulan. Tanaman yang telah cukup umur dan kondisi jalan tidak mendukung (rusak, berlumpur, lengket), pemanenan biasanya ditunda, bahkan sampai dengan
41 umur tanaman 12 bulan. Sistem panen yang digunakan petani adalah sistem tonase.
Gambar 9. Gancu sebagai Alat Bantu Panen Ubi Kayu pada Musim Kemarau Hasil panen biasanya dijajarkan untuk memudahkan pengangkutan. Hasil panen yang tidak bisa diangkut pada hari yang sama biasanya akan tetap dibiarkan di lahan untuk kemudian diangkut pada hari berikutnya.
Kelapa Sawit Seluruh area kebun di PT PAL pada awal berdirinya ditanami ubi kayu. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi tanah menjadi semakin tidak sesuai untuk penanaman ubi kayu. Area penanaman yang tidak sesuai untuk ubi kayu kemudian dikonversi menjadi area penanaman kelapa sawit. Proses konversi dilakukan sejak tahun 1999 dan masih dilakukan sampai dengan saat ini. Persiapan bahan tanam. Persiapan bahan tanaman dilakukan 8 - 12 bulan sebelum penanaman. Persiapan bahan tanaman berupa pembibitan kelapa sawit. Pembibitan kelapa sawit di kebun PT PAL dilakukan dengan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan ini terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Sebelum ditanam di dalam polibag biji yang telah berkecambah diseleksi terlebih dahulu. Kecambah yang telah dipilih lalu direndam dengan fungisida. Fungisida yang
42 digunakan yaitu Dithane (Mankozeb 80 %) dengan konsentrasi 0.15 %. Kecambah ditanam dengan posisi plumula di bagian atas. Pembibitan awal dilakukan selama 2.5 - 3 bulan. Pada pembibitan awal di kebun PT PAL, biasanya tidak diberi naungan. Setelah di pembibitan awal, tanaman dipindahkan ke pembibitan utama. Tanaman dipelihara di pembibitan utama sampai dengan umur 12 bulan.Bibit yang telah ditanam perlu pemupukan. Pupuk majemuk (Scrbok) dan pupuk esensial (Alpadin dan Saputra) adalah pupuk yang digunakan selama di pembibitan. Pemupukan pupuk majemuk dilakukan satu minggu sekali, sedangkan pupuk organik esensial setiap satu bulan sekali. Penyiraman dilakukan jika kondisi curah hujan kurang. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprinkler. Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan biasanya yaitu kumbang Apogonia (penggerek daun), ulat, dan jangkrik. Pengendalian Apogonia biasanya menggunakan Bestox, sedangkan jangkrik dapat dikendalikan dengan menggunakan Furadan 3G. Selama di pembibitan sampai dengan penanaman dilakukan seleksi bibit. Bibit yang terserang penyakit dan abnormal tidak akan ditanam. Ciri-ciri bibit abnormal yaitu bibit yang tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah dengan batang kecil, pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit tumbuh lemah, bentuk anak daun tidak sempurna, dan daun berwarna kuning muda. Persiapan lahan. Persiapan tanam dimulai pengajiran untuk menandai titik-titik mana yang akan ditanami kelapa sawit. Setelah dilakukan pengajiran lalu dilakukan pembuatan lubang tanam. Jika lubang tanaman telah selesai dilakukan, maka setiap lubang tanam diberi pupuk kompos dan pupuk kiserit. Dosis pupuk kiserit yang digunakan adalah 0.3 kg/lubang tanam. Pembuatan lubang dilakukan dengan menggunakan holdiger. Penanaman. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan. Bibit yang ditanam adalah bibit yang telah berumur 8 - 12 bulan. penanaman dilakukan dengan cara polibag dari bibit disobek, lalu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanaman. Tanah di sekitar lubang tanam dimasukkan ke dalam lubang tanam, lalu pada perpaduan antara tanah di polibag dengan tanah dari luabang tanam ditekan sampai keras.
43 Pada saat penanaman akan terlihat lubang tanam yang tidak sesuai dengan alur atau baris. Jika tidak sesuai dengan alur maka dilakukan pembuatan lubang secara manual, dan bibit yang telah ditanam dibongkar kembali untuk dipindahkan ke lubang tanam yang baru. Pengawetan tanah. Pengawetan tanah di PT PAL dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan tanah yang lebih buruk. Pengawetan tanah dilakukan secara fisik dan secara biologis. Pengawetan tanah secara fisik dilakukan dengan membuat parit jalan. Pengawetan secara biologis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah atau legume cover crop (LCC). LCC yang digunakan yaitu Peuraria javanica (PJ) dengan dosis 4 kg/ha. Pada saat penanaman, benih PJ dicampur dengan pupuk Rock phosphat dengan perbandingan 1:1. LCC ditanam 1 m dari tanaman sawit. Setiap gawangan terdiri dari 3 baris kacangan, dimana jarak antar lubang dalam baris 30 cm. Selain PJ, di kebun PT PAL juga ditanam Mucuna chonchinchinensis (MC) Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Pemeliharaan
pada TBM terdiri dari penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan, pemeliharaan tanaman penutup tanah, pemupukan, kastrasi, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyisipan tanaman dilakukan jika terdapat tanaman mati. Selain penyisipan untuk tanaman mati, penyisipan juga dilakuakan untuk mengganti tanaman yang tumbuh tidak normal. Pemeliharaan piringan pada TBM dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara kimia. Pemeliharaan secara manual dilakukan dengan menggaruk kacangan dan gulma yang ada di piringan dibabat menggunakan sabit (arit). Sepanjang jari-jari proyeksi daun harus bebas dari gulma dan LCC. Jari-jari piringan yang harus bebas dari gulma dan LCC yaitu 2 m. Perawatan piringan dilakukan dengan sistem target dan harian. Sistem target diberlakukan jika BHL sudah dianggap mampu. Target yang harus dicapai oleh BHL adalah 50 tanaman/HK. Sistem ini sering merugikan jika pengawasan kurang baik. BHL menjadi lebih fokus untuk menyelesaikan target tanpa memperhatikan kebersihan dari piringan. Keuntungan dari sistem ini adalah, apabila dilakukan pengawasan yang baik, maka pekerjaan dapat diselesaikan lebih
44 cepat. BHL yang baru mengikuti kegiatan perawatan piringan biasanya akan dimasukkan dalam kelompok sistem harian. Keuntungan dari sistem harian adalah piringan hasil babatan cenderung lebih bersih. Namun, jika tidak diawasi dengan baik, hasil yang diperoleh sedikit. Pada sistem harian BHL cenderung lebih fokus pada kebersihan bukan pada kecepatan. Pengendalian gulma pada piringan dengan cara kimia merupakan alternatif yang dipilih jika terjadi kesulitan tenaga kerja. Namun pada tanaman muda tidak dianjurkan. Herbisida yang dipakai biasanya herbisida dengan bahan aktif Glifosat. Konsentrasi yang digunakan 100 ml/15 l. Selaian pemeliharaan tanaman, PT PAL juga melakukan pemeliharaan LCC. Pemeliharaan LCC berupa dongkel anak kayu (DAK) dan aplikasi herbisida. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan dengan cara wiping dan spot. Konsentrasi herbisida untuk spot yaitu 0.3%, sedangkan untuk wiping menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 0.5%. Pada TBM pemupukan dilihat dari jenis tanahnya. Keadaan tanah di kebun PAL merupakan tanah mineral, sehingga dosis pemupukan yang diberikan disesuaikan dosis anjuran untuk TBM di tanah mineral. Sistem pemupukan dilakuan dengan sistem target, dimana target yang harus dicapai adalah 7 - 8 zak/HK. Kastrasi dilakukan untuk membuang tandan buah yang belum sesuai kriteria panen. Kastrasi dilakukan agar pada saat tanaman memasuki TM buah yang dihasilkna sudah memenuhi kriteria dan mencegah serangan penyakit busuk tandan Marasmius (Marasmius bunch rot). Rotasi kastrasi yang dilakukan yaitu satu sampai dua bulan sekali dan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja. Kastrasi dilakukan pada semester pertama (Januari - Juni). Setelah bulan Juni, bunga dipersiapkan untuk memasuki masa TM. Hama yang menyerang TBM diantaranya yaitu ulat api, ulat kantung, tikus, dan belalang. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan sesuai dengan tingkat serangan. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan dengan menggunakan insektisida. Dosis dan jenis insektisida disesuaikan dengan jenis hamanya. Pada ulat api pengendalian dilakukan dengan cara diambil menggunakan tangan. Hama tikus dikendalikan dengan menggunakan racun tikus Klerat.
45 Penyakit yang menyerang TBM yaitu Crown Disease. Penyakit ini merupakan penyakit genetis. Tanaman yang terserang penyakit akan dibiarkan sampai tumbuh besar. Pada saat tanaman sudah besar biasanya tanaman akan normal kembali. Jika tanaman sudah besar dan masih terserang penyakit, maka tanaman tersebut dicabut. Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan pada TM berupa pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah, pemupukan, dan pemeliharaan jalan. Gulma dominan di area sawit PT PAL adalah alang-alang (Imperata cylindrica) dan gulma-gulma berkayu (Melastosoma malabatricum dan Lantana camara), micania michranta, dan ageratum conizoides. Pengendalian gulma pada TM berupa pengendalian gulma di piringan dan di gawangan. Diameter piringan yang harus bersih yaitu 1.5 m. Rotasi perawatan piringan TM yaitu 2 - 3 kali setahun. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan mencampur herbisida Glifosat dan Mesulfuron methyl dengan dosis masing-masing 1 - 2 l/ha dan 20 g/ha. Pengendalian gulma di gawangan dengan cara manual dilakukan dengan cara mendongkel anakan kayu. Rotasi perawatan gawangan yaitu dua kali setahun. Penunasan atau pruning pada TM dilakukan setiap 8 bulan. Jumlah daun yang disisakan yaitu songgo dua dan sebagian songgo tiga. Pada TM yang sudah besar biasanya digunakan songgo dua. Sulitnya mendapat tenaga kerja menyebabkan pemangkasan sering terlambat. Hal ini dapat mengakibatkan banyak buah masak yang tertinggal di pohon dan mengganggu proses pemanenan. Hama yang menyerang TM yaitu tikus. Jika gawangan bersih, pengendalian hama tikus dilakukan dengan memberikan rodentisida Klerat. Tanaman menghasilkan dipupuk berdasarkan hasil analisis daun. Hasil analisis daun digunakan sebagai dasar pemberian dosis pemupukan untuk satu tahun. Penempatan pupuk pada TM disesuaikan dengan jenis pupuknya. Pupuk Urea diaplikasikan dengan cara disebar di piringan. Pupuk yang tidak mudah larut seperti KCl disebar di sekitar gawangan mati. Perbaikan jalan sangat perlu dilakukan. Jalan yang masih semi permanen sangat mudah rusak pada saat musim hujan. Perbaikan dilakukan dengan cara
46 meratakan jalan dengan alat berat Grader. Rotasi perbaikan jalan disesuaikan dengan kebutuhan. Panen. Sistem panen kelapa sawit di Kebun PT PAL dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ancak panen tetap dan giring. Sistem yang digunakan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing mandor panen. Penentuan sistem panen didasarkan pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Berdasarkan standar perusahaan, rotasi panen setiap 10 - 15 hari. Namun hampir di semua blok mengalami keterlambatan panen. Meskipun rotasi panen mengalamai keterlambatan, tidak menutup kemungkinan adanya buah mentah yang dipanen. Hal ini pada umumnya terjadi jika basis borong masih kurang. Curah hujan yang tinggi akan sangat mempengaruhi rotasi panen. Pada kondisi curah hujan tinggi, maka proses pemasakan buah akan semakin cepat. Namun, jarang terjadi percepatan rotasi panen. Hal ini disebabkan ketersediaan tenaga kerja panen yang tidak mencukupi. Ketersediaan tenaga kerja menjadi sangat berpengaruh dalam rotasi panen. Pada saat musim buah, panen dilakukan dengan sistem borongan. Harga setiap tandan berbeda tergantung dari umur tanaman. Pada saat musim buah sedang sedikit, sistem panen yang digunakan adalah sistem harian target.
Pengolahan Ubi Kayu di PT SPM I Ubi kayu yang telah tiba di pabrik terlebih dahulu dilakukan penimbangan. Karena timbangan yang tersedia di pabrik hanya satu, maka pada saat panen raya, sering terjadi antrian panjang. Jika antrian sudah terlalu banyak, biasanya bahan baku di kirim ke PT SPM II. Ubi yang telah ditimbang di lapak tidak akan ditimbang lagi di pabrik. Penimbangan ubi kayu dilakukan dengan cara setiap supir ataupun pemilik ubi kayu mendaftar ke bagian penimbangan. Setelah mendapat giliran untuk melakukan penimbangan, angkutan ubi kayu baik puso, truck, trailer, maupun angkutan panen lainnya masuk ke mesin timbangan, termasuk supir angkutan. Setelah ditimbang maka setiap angkutan akan diambil 5 kg ubi kayu untuk diuji kadar acinya. Selanjutnya ubi kayu dikeluarkan ke lapangan penampungan.
47 Angkutan yang telah kosong kemudian ditimbang kembali bersama denga sopir. Kapasitas timbangan yang digunakan PT SPM I adalah 60 ton. Ubi kayu yang telah ditimbang kemudian diukur kadar acinya. Setelah dilakukan pengukuran kadar aci, lalu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan lanjutan dilakukan saat penurunan ubi kayu dari dalam angkutan. Pemeriksaan dilakukan untuk menentukan besarnya rafaksi. Ubi kayu yang telah diturunkan dari angkutan siap untuk diolah. Pengolahan ubi kayu akan segera dilakukan jika bahan baku SPM yang tersedia tercukupi. Tercukupi dalam arti bahan baku telah mencapai 700 ton. Pengolahan ubi kayu dimulai dengan pemasukan ubi kayu ke dalam hopper dengan menggunakan loder. Ubi kayu dalam hopper kemudian
diproses di
screwpeller atau molen. Di dalam molen akan terjadi proses pembersihan bahan baku. Ubi kayu akan tepisah dari pasir, tanah, bonggol, dan benda asing yang tercampur. Ubi kayu dari molen akan dimasukkan ke dalam bak pencucian. Kotoran-kotoran dan kulit ari yang masih melekat akan dibersihkan pada proses pencucian (washer). Proses pencucian berlangsung dalam dua tahap. Limbah pencucian diproses lagi di dalam molen limbah. Pada molen limbah akan dipisahkan antara limbah padat dan limbah cairnya. Limbah padat berupa kulit ari akan dijual yang nantinya digunakan untuk pakan ternak. Sedangkan limbah cair akan digunakan untuk biogas. Ubi kayu yang telah dicuci disortir. Pada penyortiran dilakuakan pembuangan batang kayu maupun benda lain yang terbawa selama pembersihan. Bonggol ubi kayu yang masih menempel dipisahkan yang nantinya akan dipotong secara manual. Ubi yang telah bersih dimasukkan ke dalam chopper. Chopper berfungsi untuk mencacah ubi kayu. Setelah dicacah, bahan baku masuk ke dalam rasper melalui screwfeeder. Rasper berfungsi untuk menghaluskan ubi kayu dengan sistem seperti parut. Hasil parutan diekstrak di dalam extractor. Di dalam extractor parutan ubi kayu dipisahkan antara starch mill dan ampasnya (onggok). Strarch mill dari extractor kemudian dimasukkan ke dalam separator untuk membersihkan sisa fiber dan kotoran. Proses ini disebut pemurnian. Starch mill kemudian dikeringkan. Pengeringan tepung dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengeringan dengan menggunakan centrifuge kemudian dikeringkan lagi
48 dengan menggunakan oven. Centrifuge menghasilkan tapioka basah dengan kadar air 30 - 35%. Tapioka basah kemudian
dikeringkan di oven dengan suhu
o
180 - 200 C. Kadar air tapioka yang telah dikeringkan berkisar 12.5 – 13 %. Kadar air ini akan berpengaruh terhadap warna tepung yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air tepung maka semakin putih tepung yang dihasilkan. Namun, jika kadar air terlalu tinggi maka tepung tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tapioka yang telah kering dimasukkan ke dalam shifter bagging. Shifter bagging berfungsi untuk menyaring tepung yang telah kering. Saringan yang terdapat dalam shifter bagging adalah 80 mes. Tepung yang telah disaring kemudian dikemas. Tapioka yang telah di bagging kemudian disimpan di gudang untuk selanjutnya dipasarkan. Diagram alir pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka tertera pada Gambar 10, sedangkan foto setiap kegiatan dari tiap tahapan pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dapat dilihat pada Lampiran 10.
49
Loader Hoper Root Peller Air bersih
Limbah Padat
Washer Rotary screen
Choper Sulfur
Extractor v
Extractor iv
Rasper
Extractor i
Extractor ii
Extractor iii
Sparator & hydrocyloon Centrifuge Drayer (oven)
Pulp
Shiffter bagging
Xilo bagging
Limbah cair
Packing Storage tapioca starch Gambar 10. Diagram Alir Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka PT SPM I
50 Aspek Manajerial Asisten Mandor Mandor bertugas untuk mengawasi dan memberi pengarahan kepada, membuat laporan kegiatan di lapangan, membantu mencari tenaga kerja harian, dan membuat pengajuan upah karyawan harian. Mandor membawahi ketua-ketua rombongan (mandor-mandor harian). Penulis menjadi pendamping mandor selama satu bulan. selama satu bulan penulis membantu mandor mengawasi tenaga kerja harian dan membuat laporan. Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengawasi persiapan penanaman ubi kayu, tebang bibit, penanaman, penyemprotan herbisida, pemupukan, dan panen.
Asisten Kepala Divisi I Kepala divisi memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan jadwal tugas dari atasan. Kepala divisi juga bertugas mengawasi dan mengevaluasi kerja mandor-mandor. Untuk bagian perawatan, kepala divisi bertanggung jawab atas mandor-mandor harian karena tidak ada mandor perawatan secara khusus. Penulis mengikuti kegiatan sebagai asisten kepala divisi I selama lima minggu. Pada divisi I terdapat kebun ubi kayu dan kelapa sawit. Selama menjadi asisten kepala divisi I, penulis bertugas untuk membantu mandor dan ikut mengontrol kebun. Mandor yang diawasi selama menjadi kepala wilayah yaitu mandor perawatan piringan, mandor perawatan gawangan, mandor pupuk, mandor pembuatan jalan pikul, mandor kastrasi, mandor panen, dan mandor kutip brondol. Dari hasil pengamatan, terdapat kegiatan yang memerlukan pengawasan yang lebih baik. Kegiatan yang perlu pengawasan yang lebih baik seperti kegiatan perawatan piringan, pemupukan, aplikasi herbisida, dan pemupukan.
Asisten Pengawas Lapangan Pengawas
lapangan
kebun
mempunyai
tugas
pokok
melakukan
pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan yang menerima kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang
51 berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah kerjanya sehingga dana yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas lapangan kebun mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam penjadwalan pemanenan. Penulis menjadi asisten pengawas lapangan selama kurang lebih selama empat minggu (24 hari). Selama menjadi asisten pengawas punulis terlebih dahulu mengikuti penjelasan kegiatan kemitraan, wawancara dengan petani, memeriksa kondisis kebun mitra, kunjungan ke rumah petani mitra, memeriksa kondisi lapak bersama pengawas lapang, mengikuti pendaftaran anggota mitra baru, mengembalikan sertifikat, dan memberikan penjelasan-penjelasan budidaya ubi kayu bagi petani mitra.
Quality Control (QC) SPM I Quality control memiliki fungsi pokok menjalankan pengawasan terhadap mutu produk agar dapat memenuhi syarat-syarat mutu yang diinginkan oleh pelanggan. Selain itu, QC juga bertanggung jawab atas kebersihan laboratorium. Penulis mengikuti menjadi QC selama dua minggu. Pada awal menjadi QC , penulis mengikuti orientasi pabrik selama satu hari. Selama menjadi QC, penulis bertugas untuk mengukur pH sagu, mengukur residu tepung, membuat gumpalan dan perebusan sagu, mengukur losses sagu, pengacaan tepung, mengukur bume, memeriksa tingkat kekasaran dan kehalusan tepung, mengukur kadar air tepung membuat analisis untuk pengiriman sagu, belajar menentukan great sagu, dan membuat laporan harian. Laporan harian berupa hasil analisis selama satu hari. Apabila terjadi pengembalian sagu dari konsumen, maka QC yang memeriksa dan membuat analisi harus bertanggung jawab. Pengukuran pH dilakukan dengan cara, tepung diambil dari setiap kemasan yang belum diberi label. Setiap sampel diambil sebanyak 20 gr tepung. Tepung tersebut kemudian dicampur dengan air sebanyak 80 ml. air dan tepung dicampur sampai rata. Setelah itu, campuran air dan tepung diukur pH dengan menggunakan pH meter. Standar pH yang digunakan adalah pH 20%. Pengukuran residu dilakukan dengan cara, tepung diambil dari setiap kemasan, lalu ditimbang sebanyak 100 gr. Tepung kemudian dicampur dengan air
52 sebanyak 1000 ml, tepung yang telah dicampur dengan air disaring dengan menggunakan saringan 60 mess. Benda asing ataupun tepung kasar yang tertinggal dalam saringan disebut residu. Residu tersebut kemudian dipindahkan ke dalam kertas HVS yang telah ditimbang terlebih dahulu (bobot awal) . Kertas yang berisi residu kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selam 20 menit dengan suhu 1150C. Setelah 20 menit residu ditimbang (bobot akhir) dimana bobot residu = bobot akhir- bobot awal. Penggumpalan tepung dilakukan untuk mengetahui warna tepung jika digunakan sebagai bahan makanan. Penggumpalan tepung dilakukan dengan cara tepung dimasukkan ke dalam panci masak kemudian dipanaskan sambil menambahan air secara berlahan. Tepung dan air dicampur sampai membentuk gumpalan. Banyaknya tepung ± 20 gr, dan tidak semua tepung akan membentuk gumpalan, karena lingkaran yang dibentuk tidak lebih dari ukuran koin Rp 100. Pemasakan tepung juga dilakukan untuk mengetahui warna tepung. Warna hasil pemasakan biasanya akan digunakan sebagai acuan penggunaan tepung sebagai bahan perekat. Pemasakan tepung dilakukan dengan mengambil tepung dari setiap kemasan yang belum dilberi label. Sebanyak 50 gr tepung dicampur dengan 100 ml air kemudian dicampur. Air yang sudah dicampur dengan tepung kemudian dimasukkan ke dalam 160 ml air mendidih sambil diaduk sampai menggumpal. Air yang digunakan adalah air biasa. Setelah menggumpal lalu dimasukkan ke dalam plastik. Pengacaan tepung dilakukan pada saat bagging. Pada setiap kemasan diambil sampel kemudian dilakukan pengacaan. Tepung diletakkan di atas kaca transparan dimana di dalam kotak tersebut terdapat lampu 200 Watt. Tepung kemudian diratakan setipis mungkin kemudian lampu dinyalakan. Setiap pengacaan cukup menggunakan satu sedok teh tepung. Pada pengacaan, maka pemula tidak dapat menentukan great tepung, karena pada saat awal pengacaan, pada umumnya akan melihat tepung berwarna putih bersih. Untuk itu perlu dilakukan latihan pengacaan agar hasil pengacaan lebih akurat. Pengukuran kekentalan aci (Bume) bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aci. Pengukuran kekentalan dilakukan pada tanky final, separator dan extractor. Tingkat kekentalan untuk tanky final sebaiknya 22 Bume, untuk
53 separator 5 Bume, dan untuk separator 22 Bume. Jika tingkat kekentalan pada setiap unit terlalu besar, maka nozel extractor akan buntu dan jika terlalu kecil maka aci yang terkandung akan sedikit. Alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan adalah viscometer. Pemeriksaan tingkat kekasaran dan kehalusan tepung juga perlu dilakukan. Pada setiap kemasan tepung harus diraba. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan agar tepung yang dihasilkan benar-benar halus dan seragam. Pengecekan harus secara terus menerus karena saringan pada bagging sering rusak. Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan infraret moisture. Pada setiap kemasan diambil 5 gr tepung lalu dimasukkan ke dalam infraret moisture. Tepung dibiarkan di dalam infraret moisture selama 10 menit. Kadar air tepung tapioka yang baik adalah 12 % sampai 13 %. Jika kadar air tepung lebih dari 13 %, maka tepung akan diolah kembali karena dengan kadar air yang lebih dari 13 % memiliki daya simpan kurang dari 1 tahun. Jika kadar air tepung kurang dari 12 % maka akan mempengaruhi warna tepung, dimana warna tepung akan menjadi lebih hitam dan lebih merah sehingga tidak baik untuk bahan makanan maupun bahan perekat. Selain denngan menggunakan infraret moisture, pemeriksaan kadar air juga dilakukan dengan cara diraba. Bila terasa lembab, maka tepung tidak perlu diukur kadar airnya tetapi langsung diolah kembali. Perabaan kadar tepung harus dilakukan sesering mungkin agar keakuratan tangan lebih terjamin. Setiap pengiriman bahan baku akan dilampirkan hasil analisis bahan baku. Hasil analisis digunakan sebagai bukti bahwa tepung tapioka yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen.
PEMBAHASAN Panen Kriteria Panen Berdasarkan umur panen tanaman, varietas ubi kayu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu umur genjah, sedang, dan dalam yang masing-masing dipanen pada fase kadar pati optimal, mulai umur 7 - 9 bulan (Tonglum at al., 2001). Varietas berumur genjah, dipanen pada umur 7 - 9 bulan, varietas berumur sedang pada umur 8 - 11 bulan, dan varietas berumur dalam pada umur 10 - 12 bulan (Wargiono et al., 2006).
Ubi kayu yang di tanam di PT PAL dan petani mitra adalah UJ-5 (Kasetsart). Ubi kayu UJ-5 sebaiknya dipanen setelah berumur 9 - 10 bulan (Hafsah, 2003). Pada umur 9 - 10 bulan, kandungan pati yang terkandung dalam umbi ubi kayu sudah maksimal, yaitu antara 19 - 30% (Balitkabi, 2003). Umur panen dan produktivitas ubi kayu PT PAL pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu PT PAL Blok A20 A4 B13 B14 B15 B16 B17 B9 B1 B2 B3
Waktu tanam Waktu panen November 2009 Februari 2011 November 2009 Februari 2011 Rata-rata Desember 2009 April 2011 Desember 2009 April 2011 Desember 2009 April 2011 Desember 2009 April 2011 Desember 2009 April 2011 Rata-rata November 2009 April 2011 Rata-rata November 2009 Mei 2011 November 2009 Mei 2011 November 2009 Mei 2011 Rata-rata Rata-rata total Sumber: Data Primer
Umur panen (bulan) 15 15 16 16 16 16 16 17 18 18 18
Produktivitas 30.01 20.59 25.30 20.24 22.90 18.79 18.30 23.22 20.69 14.75 14.75 19.54 23.85 29.29 24.23 22.27
55 Ubi kayu PT PAL dipanen lebih dari 12 bulan. Perbedaan umur panen sendiri disebabkan oleh sulitnya mendapatkan tenaga kerja panen, curah hujan yang tinggi, terbatasnya angkutan panen, dan kendala dalam pembagian tugas antara kebun ubi kayu dengan kelapa sawit. Penundaan umur panen sampai pada 18 bulan dapat meningkatkan hasil ubi segar (Tonglum at al., 2011). Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa produktivias ubi kayu ubi kayu dipanen pada umur 15 bulan lebih tinggi dibanding dengan ubi kayu yang dipanen dengan umur 16, 17, dan 18 bulan, sedangkan berdasarkan pengamatan berdasarkan bobot pertanaman diperoleh bahwa penundaan panen ubi kayu di PT PAL tidak berbeda nyata terhadap bobot ubi kayu yang dipanen pada umur panen 16 dan 18 bulan (Tabel 5). Hal ini disebabkan berbagai faktor seperti, ubi kayu setelah umur 9 bulan tidak dipelihara lagi, sehingga ubi kayu bersaing dengan gulma, umbi busuk, dan adanya area yang tergenang air. Tabel 5. Rata-rata Bobot Ubi Kayu pada Umur Panen 16 dan 18 Bulan Umur panen 16 18
Blok B2, B3 B14, B15
Jumlah tanaman sampel 30 30
Rata-rata bobot/tanaman 3.425a 3.055a
Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunujukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %.
Kadar pati ubi kayu tidak menurun meski panen ditunda beberapa bulan setelah fase kadar pati optimal, bahkan hasil pati meningkat karena bobot ubi cenderung meningkat dengan bertambahnya umur tanaman (Wargiono et al., 2006). Namun, penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering karena pertumbuhan tanaman pada pertanaman April - Mei akan terhambat dan hasilnya rendah jika terjadi cekaman kekeringan atau curah hujan <25 mm/10 hari selama tiga bulan pertama (Wargiono, 2001). Hasil ubi kayu pada umur panen berbeda dari tanaman yang ditanam pada awal musim hujan tidak mengalami kekeringan sampai 6 bulan dan hasilnya tinggi (Tabel 6).
56 Tabel 6. Hasil Ubi Segar dan Pati Ubi Kayu pada Umur Panen Berbeda Umur panen (bulan) 8 10 12 14 16 18
Hasil ubi segar (ton/ha) 16.19 23.06 31.31 37.56 41.50 42.25
Hasil pati (ton/ha) 2.31 4.81 5.94 7.38 8.69 9.19
Rendemen aci (%) 14.27 20.86 18.97 19.64 20.94 21.75
Sumber: Tonglum et al. 2001.
Kadar aci ubi kayu PT PAL yang di panen pada umur 15 - 18 bulan adalah 24 %. Ubi kayu varietas Kasetsart sendiri jika dipanen pada umur panen yang tepat (9 - 11 bulan) menghasilkan kadar aci 19 – 30 % (Hafsah, 2003). Karena kadar aci ubi kayu PT PAL hanya diukur saat ubi kayu yang ditanam diganti, sehingga perbedaan kadar aci pada umur panen yang berbeda tidak dapat dianalisis. Pemanenan ubi kayu yang tepat akan menghasilkan tapioka dengan kualitas yang baik dan dengan rendemen yang tinggi. Waktu panen yang terlalu cepat akan merugikan karena kandungan kadar pati ubi kayu masih rendah menyebabkan kulalitas ubi kayu menjadi kurang baik (Asnawi, 2003). Hal tersebut biasanya terjadi pada saat kebutuhan mendesak (hari raya, anak-anak masuk sekolah) sehingga petani terpaksa menjual ubi kayu sebelum masa panen. Keadaan seperti ini sering terjadi terutama di desa yang belum mengembangkan industri tapioka rakyat (ITTARA). Ketidakjelasan mengenai saat panen yang tepat menyebabkan petani memanen ubi kayu atas dasar kebutuhan (Nurdjanah, 2003). Ubi kayu yang dipanen pada kebun petani mitra biasanya berumur 9 - 12 bulan (Tabel 7). Pada kondisi tertentu, pemanenan sering ditunda. Penundaan umur panen menjadi lebih lama biasanya disebabkan karena faktor cuaca dan harga. Pada saat curah hujan tinggi akan menyebabkan jalan menjadi rusak sehingga waktu panen harus ditunda. Sebaliknya jika curah hujan terlalu rendah dapat menyebabkan tanah menjadi sangat keras, sehingga menyulitkan pemanenan. Jika harga jual rendah, beberapa petani biasanya akan menunda pemanenan sampai dengan harga jual kembali tinggi.
57 Pemanenan ubi kayu sering juga dilakukan petani mitra sebelum pada umur panen yang seharusnya walaupun petani memahami umur panen ubi kayu yang tepat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan yang mendesak. Panen pada umur muda biasanya terjadi sebelum lebaran dan awal semester. Pemanenan pada umur muda akan berpengaruh pada besarnya potongan di pabrik. Namun, hal ini tidak menjadi pertimbangan bagi petani jika kebutuhan sudah sangat mendesak. Faktor harga dan menghindari gagal panen juga menjadi faktor panen sebelum waktunya. Hasil pengamatan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa, 20 % petani yang melakukan panen lebih awal yaitu 7 bulan, sedangkan petani yang lain melakukan panen sesuai dengan kriteria panen UJ-5. Dari hasil panen yang diperoleh, ubi kayu yang dipanen pada umur 12 bulan memiliki produktivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ubi kayu yang dipanen pada umur 7, 8, 9, 10, dan 11 bulan. Tabel 7. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu Petani Mitra No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lokasi Bandar Jaya Mataram Jaya Bandar Sakti Rata-rata Bandar Mataram SP3D Rata-rata Metro Kibang Bandar Rejo Bandar Mataram Rojo Mulio Menggala Rata-rata OKI Gedung Boga Rata-rata SPUA SP5A Rata-rata Palembang Rata- rata Rata- rata total
Umur panen (bulan) 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9 10 10 11 11 12
Produktivitas (ton/ha) 25 20 30 25 18 22 20 25 25 25 25 23 24.6 20 15 17.5 20 18 19 35 35 23.73
Sumber: Data Primer
Perbedaan hasil panen pada petani mitra disebakan oleh berbagai faktor, seperti teknik budidaya, jarak tanam dan kesuburan tanah. Perbedaan teknik
58 budidaya akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Jarak tanam akan memepengaruhi populasi tanaman dalam luasan tertentu. Pada umunya petani mitra menanam ubi kayu lebih rapat dibanding dengan PT PAL sedangkan jarak tanam yang digunakan PT PAL sendiri sudah terlalu rapat. Seperti ubi kayu petani mitra yang berada di Palembang, lokasi penanaman ubi kayu merupakan bukaan hutan sehingga tanahnya masih subur.
Persiapan Panen Persiapan panen ubi kayu di PT PAL berupa persiapan penyediaan tenaga kerja dan angkuatan. Sebelum panen, mandor harus memastikan ada atau tidaknya tenaga kerja panen begitu pula dengan angkutan panen. Persiapan panen untuk petani mitra berupa persiapan area panen. Persiapan area panen yang dimaksud adalah berupa penyemprotan gulma di gawangan (sekitar tanaman) dengan mengunakan herbisida agar ubi yang telah dicabut terlihat dan mempermudah pencabutan ubi kayu. Petani mitra pada umumnya menggunakan herbisida Round up dan Clean up dengan dosis 4 l/ha. Selain persiapan area panen, persiapan penyediaan tenaga kerja pemanen merupakan hal penting. Banyaknya Perusahaan di lingkungan sekitar petani mitra menyebabkan petani mitra kesulitan dalam mempersiapkan tenaga kerja panen meskipun upah yang diberikan oleh petani mitra lebih besar dibanding di perusahaan-perusahaan. Upah panen bajak yang diberikan oleh PT PAL adalah Rp. 40 000/ton sedangkan upah yang diberikan petani kepada buruh adalah Rp. 45 000 – Rp. 85 000/ton. Persiapan angkutan juga sangat sulit, karena petani ubi kayu banyak dan sering panen pada waktu yang bersamaan. Peralatan Panen Alat-alat panen yang biasa digunakan di kebun inti PT PAL adalah bajak panen, parang, karung, angkutan (truck, trailler, dum truck), dan batu asah. Pisau digunakan untuk memisahkan umbi dari batang, karung digunakan untuk memasukkan ubi kayu ke dalam truck untuk mempermudah pengangkutan. Parang dan karung biasanya disediakan sendiri pemanen, tetapi karung berasal dari PT PAL dengan syarat tidak untuk dibawa pulang. Alat angkut panen seperti truck, trailler, dan dum truck yang digunakan adalah milik PT PAL.
59 Bajak panen telah digunakan PT PAL sejak panen ubi kayu pada tahun pertama didirikannya perusahaan. Penggunaan bajak panen bertujuan untuk mempercepat pemanenan. Selain mempercepat proses panen, bajak panen juga berfungsi mempermudah panen. Ubi kayu yang dipanen tua biasanya sulit untuk dicabut, maka dengan adanya bajak pemanenan dapat dilakukan dengan mudah. Kelemahan dari bajak panen adalah ubi kayu banyak yang terpotang. Ubi kayu yang terpotong akan cepat membusuk jika tidak segera diolah. Jika panen menggunakan bajak hendaknya diikuti dengan ketersediaan tenaga kerja yang memadai. Penggunaan bajak panen saat ini kurang optimal, karena ketersediaan tenaga kerja yang terbatas. Bajak panen tidak digunakan setiap hari pada setiap pemanenan (Tabel 8). Bajak panen dalam 1 HKM dapat membajak area seluas 3 ha. Tabel 8. Ketersediaan Angkutan dan Alat Panen PT PAL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tanggal 6 April 2011 7 April 2011 9 April 2011 11 April 2011 12 April 2011 13 April 2011 14 April 2011 15 April 2011 16 April 2011 11 Mei 2011 12 mei 2011 13 Mei 2011 14 Mei 2011 15 Mei 2011 16 Mei 2011 17 Mei 2011 18 Mei 2011 19 Mei 2011
Angkutan (unit) 1 trailler 1 trailler 1 trailler 2 trailler 1 trailler 1 trailler 1 trailler 2 trailler 2 trailler 1 trailler 1 trailler 1 trailler 2 trailler 1 trailler
Alat panen (unit) 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak 1 bajak
Sumber: Data Primer
Alat Panen yang biasa digunakan di kebun mitra adalah parang, karung, batu asah, gancu, angkutan (truck), dan cangkul. Cangkul digunakan untuk mengambil ubi kayu yang tidak dapat dicabut dengan tangan karena umbi besar. Sebagian petani menggunakan gancu untuk mengeluarkan umbi dari yang
60 tertinggal. Gancu pada umunya digunakan pada saat musim kemarau karena kondisi tanah yang sangat keras sehingga tidak memungkinkan menggunakan cangkul. Cangkul, gancu dan parang berasal dari pekerja, sedangkan karung berasal dari petani mitra. Transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil panen petani mitra adalah sewaan dan milik sendiri. Panen di petani mitra tidak menggunakan bajak. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya petani mitra tidak memiliki bajak panen, tidak tersedianya jasa sewa bajak panen, ketersediaan tenaga kerja tidak terjamin.
Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Tenaga kerja panen ubi kayu PT PAL pada umumnya bekerja juga di area sawit. Tenaga kerja yang terbatas menyebabkan pemanenan ubi kayu sering terlambat. Pada saat ini, tenaga kerja yang digunakan untuk melaksanakan panen ubi kayu adalah tenaga kerja yang sudah biasa bekerja di area ubi kayu. Tenaga kerja panen tidak hanya pria tetapi juga wanita. Beberapa tenaga kerja dibentuk dalam satu rombongan yang dipimpin oleh seorang mandor harian. Jumlah tenaga kerja dan jumlah rombongan pemanen setiap hari tidak tetap (Tabel 9). Tenaga kerja panen Wanita di PT PAL lebih banyak dibanding dengan laki-laki. Tenaga kerja laki-laki dan perempuan bercampur dalam satu rombongan sehingga tidak dapat dibandingkan hasil panen antara pemanen lai-laki dengan hasil panen perempuan. Demikian juga dengan perbedaan usia pemanen, karena hasil panen berdasarkan rombongan sehingga tidak dapat dibandingkan antara tenaga kerja pemanen usia muda dengan tenaga kerja panen usia tua. Jumlah rombongan pemanen berkisar 1 - 3 rombongan. Rata-rata tenaga kerja panen yang digunakan PT PAL adalah 17 orang pemanen. Jika dilihat berdasarkan kemampuan bajak panen dan tenaga kerja panen di lapangan, maka 17 orang tenaga kerja panen terlalu sedikit. Satu unit bajak hendaknya diikuti dengan 73 pemanen. Kebutuhan tenaga kerja untuk satu unit mesin bajak dapat dihitung sebagai berikut: = 72,5 =73 orang Jika dilihat berdasarkan standar perusahaan, 1 HK = 2 ton
61 Maka: kebutuhan tenaga kerja =
= 35 orang
Tabel 9. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu PT PAL No
Tanggal
Laki-laki (orang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
9 April 11 April 12 April 13 April 14 April 15 April 16 April 12 Mei 13 Mei 14 Mei 15 Mei 16 Mei 17 Mei 18 Mei 19 Mei Rata-rata
9 3 4 3 4 3 1 6 11 11 8 13 10 8 10 6.93
∑ Tenaga kerja (orang) 13 22 1 4 9 13 1 4 10 14 4 7 9 10 9 15 13 24 12 23 4 11 9 22 11 21 8 16 10 20 8.20 15.07
Wanita (orang)
∑ Rombo ngan 3 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1.73
Hasil panen (kg) 14 500 7 180 11 420 6 300 13 580 5 900 6 970 2 560 19 790 16 620 16 330 23 410 17 730 20 970 18 050
Rata-rata (kg/orang/ hari) 659.09 1795.00 878.46 1575.00 970.00 842.86 697.00 170.67 824.58 722.61 1484.55 1064.09 844.29 1310.63 902.50 921.33
Sumber: Data Primer
Kemampuan tenaga kerja dalam pemanenan ubi kayu
rata-rata untuk
panen bajak di kebun PT PAL adalah 921.33 kg/orang/hari. Hasil ini jauh dari standar perusahaan. Rata-rata kapasitas panen dapat mencapai 2 – 2,5 ton/HK untuk wanita dan 2,5 – 3 ton/HK untuk tenaga kerja pria. Jika hasil yang diperoleh hanya 921.33 kg/orang/hari, maka upah yang diperoleh untuk pemanen adalah Rp. 32 246. Sedangkan untuk mencapai 1 HK, maka hasil minimal yang harus dipanen BHL adalah 978 kg/orang. Tidak tercapainya target panen disebabkan berbagai faktor, dan faktor transportasi (angkutan panen) menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pemanenan. Transportasi panen yang terbatas, mengakibatkan setiap rombongan harus saling menunggu. Karena jumlah pemanen tidak sama setiap hari untuk setiap rombongan, pemanen enggan untuk memanen untuk diangkut keesokan harinya. Hal ini disebabkan untuk mempermudah pembagian upah. Jika anggota dalam satu group banyak, angkutan yang tersedia sedikit dan rombongan pemanen banyak, maka rombongan yang memiliki anggota sedikit akan memperoleh hasil
62 yang lebih banyak jika dibandingkan dengan rombongan yang memiliki anggota banyak. Hal ini berhubungan dengan kapasitas angkutan. Curah hujan yang terlalu tinggi sangat menggagu proses pemanen. Tidak hanya mengakibatkan umbi tertimbun, tetapi juga memperlambat pemanenan. Tanah menjadi berlumpur sehingga pemanen susah untuk berjalan di area. Pengaruh usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja pada pemanenan tidak dapat dianalisis karena hasil panen dimasukkan pada satu rombongan. Pembagian hasil dilakukan secara merata. Hal ini dapat mengakibatkan sebagian BHL tidak bekerja maksimal. Maka dalam hal ini, ketegasan dari ketua rombongan dan pengawasan yang baik dari mandor sangat diperlukan. Tenaga kerja di petani mitra adalah pria. Jumlah tenaga kerja di petani mitra cenderung lebih sedikit dibanding dengan PT PAL. Satu rombongan berkisar antara enam sampai sepuluh orang (Tabel 10). Rata-rata jumlah tenaga kerja pemanen pada petani mitra adalah 7 orang. Pemanen juga hanya satu rombongan pada satu lokasi pemanen. Tabel 10. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu Petani Mitra No Lokasi ∑ Tenaga Rombong Kapasitas Rata-rata kerja (orang) an panen (kg) (kg/orang/hari) 1 Gedung Boga 6 1 5 000 659.09 2 SP3D 6 1 10 000 1795.00 3 SPUA 6 1 7 000 878.46 4 Rojo Mulio 7 1 10 000 1575.00 5 SP5A 6 1 5 500 970.00 6 Bandar jaya 8 1 16 000 842.86 7 Mataram Jaya 8 1 8 000 697.00 8 Metro Kibang 10 1 15 000 170.67 9 Bandar Rejo 8 1 15 000 824.58 10 Bandar Sakti 8 1 20 000 722.61 11 Bandar Mataram 8 1 7 000 1484.55 12 Bandar Mataram 6 1 7 000 1064.09 13 OKI 6 1 10 000 844.29 14 Palembang 6 1 7 000 1310.63 15 Menggala 6 1 8 000 902.50 Rata-rata 7 1 10 500 1 406 35 Sumber: Data Primer
63 Organisasi dan Administrasi Penen Seorang mandor panen ubi kayu membawahi mandor harian. Jumlah mandor harian disesuaikan dengan jumlah rombongan. Mandor harian bertugas dalam mengawasi anggotanya (BHL). Jumlah anggota pada satu rombongan tergantunng pada ketua rombongan. Ketua rombongan bersifat tetap. Ketua rombongan dipilih sendiri oleh anggotanya. Ketua rombongan juga bertugas dalam membantu mandor dalam membuat laporan harian. Laporan harian berisi jumlah tenaga kerja yang hadir setiap hari. Mandor panen bertugas dalam mengawasi BHL dan juga ketua rombongan. Upah BHL panen juga ditentukan oleh mandor. Upah BHL dan banyaknya ubi kayu yang dipanen akan ditulis di debet order (DO). Debet order akan diserahkan kepada supir angkutan panen untuk digunakan di pabrik. Pihak pabrik akan mengisi bobot umbi yang dipanen berdasarkan hasil timbangan. DO tersebut akan diambil oleh admin PT PAL. DO akan digunakan pada saat pembayaran upah BHL. Contoh DO tertera pada Lampiran 11. Laporan harian yang telah dibuat oleh mandor harian diserahkan kepada mandor panen. Mandor panen harus memeriksa laporan tersebut saat di lapangan agar tidak terjadi kecurangan. Laporan harian tersebut kemudian diserahkan kepada kepala divisi yang nantinya akan diserahkan kepada bagian administrasi dan keuangan. Pelaksanaan Panen Pemanen di PT PAL dimulai dengan kegiatan pembajakan (Gambar 11a). Operator yang bertugas untuk bajak panen biasanya membajak area sehari sebelum dilakukan pengumpulan dan pengangkutan. Operator panen merupakan karyawan tetap dari PT PAL. Jika tidak ada gangguan, tenaga kerja tersedia, maka pembajakan area panen dilakukan setiap hari. Tenaga kerja pemanen tiba di lapangan pada pukul 07.00 WIB dan kegiatan panen langsung dimulai. Kegiatan panen dipimpin oleh ketua rombongan dan diawasi oleh mandor. Beberapa tenaga kerja pemanen mengumpulkan beberapa baris ubi kayu hasil bajakan pada satu jalur yang berupa tumpukantumpukan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pada saat pengangkutan.
64 Beberapa tenaga kerja yang lainnya bertugas melakukan penyecekan (kegiatan memisahkan umbi dari bonggol seperti terlihat pada Gambar 11b). Penyecekan hendaknya dilakukan dengan benar, dimana bagian pangkal umbi sebaiknya jangan tertinggal di bonggol. Hal ini disebabkan bagian pangkal ubi kayu memiliki kadar pati yang lebih tinggi dibanding bagian tengah maupun dibanding dengan bagian ujung umbi (Nurdjanah, 2007). Setelah ubi kayu yang dikumpulkan banyak, ubi kayu dimasukkan ke dalam truck/trailer/dum truck. Pada pengangkutan, semua pekerja turut serta, agar mempercepat pengangkutan agar angkutan dapat segera digilir ke rombongan lainnya.
b
a
Gambar 11. Pelaksanaan Panen di PT PAL (a. Bajak Panen; b. Penyecekan) Panen ubi kayu di kebun PT PAL pada saat ini kurang terlaksana dengan baik. Pada saat pelaksanaan panen, ubi kayu yang telah dibajak tidak langsung dikumpulkan, demikian juga ubi yang telah dikumpulkan tidak langsung diangkut ke pabrik (Tabel 11). Hal ini akan sangat merugikan perusahaan. Penundaan pengangkutan juga mengakibatkan tingginya tingkat kehilangan hasil (losses). Pemanenan tanpa langsung diangkut akan mengakibatkan ubi kayu kepoyongan. Kepoyongan dapat mengakibatkan penurunan kadar aci. Setelah dipanen, proses metabolisme masih terjadi dalam umbi ubi kayu sehingga perombakan karbohidrat/pati menjadi senyawa gula tetap berlangsung. Kepoyongan dapat menyebabkan rendemen pati ubi kayu mengalami penurunan 11 - 38 % (Soeharmadani, 1990). Dengan menurunnya kadar aci maka potongan di pabrik akan semakin besar.
65 Tabel 11. Pelaksanaan Panen Ubi Kayu PT PAL No 1 2 3
4
5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16
Pembajakan 6 April 2011 7 April 2011 9 April 2011 11 April 2011 12 April 2011 13 April 2011 14 April 2011 15 April 2011 11 Mei 2011 12 Mei 2011 13 Mei 2011 14 Mei 2011 16 Mei 2011 17 Mei 2011 18 Mei 2011 19 Mei 2011
Waktu pelaksanaan Pengumpulan dan perajangan 7 April 2011 9 April 2011 9 April 2011 11 April 2011 12 April 2011 11 April 2011 12 April 2011 13 April 2011 14 April 2011 12 April 2011 13 April 2011 14 April 2011 15 April 2011 14 April 2011 15 April 2011 15 April 2011 16 April 2011 12 Mei 2011 13 Mei 2011 13 Mei 2011 14 Mei 2011 14 Mei 2011 14 Mei 2011 15 Mei 2011 16 Mei 2011 16 Mei 2011 17 Mei 2011 17 Mei 2011 18 Mei 2011 19 Mei 2011 19 Mei 2011
Pengangkutan 9 April 2011 9 April 2011 9 April 2011 11 April 2011 12 April 2011 11 April 2011 12, 16 April 2011 14 April 2011 16 April 2011 12 April 2011 14 April 2011 14 April 2011 15 April 2011 14 April 2011 15 April 2011 15 April 2011 16 April 2011 12 Mei 2011 13 Mei 2011 13 Mei 2011 14 Mei 2011 14 Mei 2011 14 Mei 2011 15 Mei 2011 16 Mei 2011 16 Mei 2011 17 Mei 2011 17 Mei 2011 18 Mei 2011 19, 20 Mei 2011 19, 20 Mei 2011
Sumber: Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan panen pada bulan Mei lebih baik dibanding dengan pelaksanaan panen pada bulan April. Ubi kayu yang dipanen pada bulan April sering tidak langsung dikumpulkan maupun diangkut. Ubi kayu yang dipanen pada bulan April ada yang diangkut 5 hari setelah bajak panen. Ubi kayu yang terlalu lama di lapangan akan mengalami pembusukan (Gambar 12). Ubi kayu sendiri mudah rusak dan akan membusuk dalam 2 - 5 hari (Barrett dan Damardjati, 1984).
66
a
b
c
d
e Gambar 12. Perubahan Warna Ubi Kayu UJ-5 (a. 1 HSP; b. 2 HSP; c. 3 HSP; d. 4 HSP; e. 5 HSP)
67 Ubi kayu yang telah dibajak namun tidak langsung diangkut seperti pada bulan April disebabkan oleh berbagai faktor seperti: 1.
Terbatasnya angkutan panen; dimana angkutan panen sedang digunakan untuk mengangkut sawit.
2.
Hujan; karena pengangkutan ubi kayu dilakukan dengan memasukkan angkutan panen sampai ke dalam area, maka pada saat hujan angkutan sangat sulit berjalan di area.
3.
Lama pemasukan ke dalam angkutan panen; karena waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan ubi kayu lebih lama bila dibandingkan dengan memasukkan sawit ke dalam angkutan mengakibatkan supir angkutan kurang berkenan mengangkut ubi kayu. Pemanen di petani mitra dilakukan dengan cara dicabut. Tenaga kerja
mencabut ubi kayu dan langsung meletakkannya pada satu tumpukan yang berada pada satu baris. Beberapa baris hasil cabutan dikumpulkan pada satu baris. Ubi kayu yang tidah dapat dicabut karena terlalu besar langsung dicangkul. Setelah dicabut dan dikumpulkan, seluruh pekerja melakukan pemisahan ubi kayu dari batangnya dengan cara dipotong, kemudian ubi kayu langsung dimasukkan kedalam truck.
Pemeriksaan Kualitas Panen Pemeriksaan kualitas panen bertujuan untuk menjaga agar kegiatan panen berlangsung dengan baik. Pengawasan panen juga bertujuan agar tidak terjadi kecurangan saat panen (mencegah BHL membawa ubi kayu untuk kebutuhan rumah ataupun untuk dijual). Pengawasan dilakukan selama panen yang dilakukan oleh mandor. Luasan ubi kayu PT PAL yang tinggal 100 ha mengakibatkan mandor ubi kayu juga harus bertugas untuk mandor sawit, sehingga terkadang area pemanenan tidak diawasi satu hari penuh. Adapun hal yang menjadi perhatian dalam pengawasan dan pemeriksaan kualitas panen ubi kayu di PT PAL adalah: 1.
Ubi kayu yang tertinggal di area. Biaya leles yang lebih tinggi dibandingkan biaya panen menyebabkan pekerja sering dengan sengaja meninggalkan ubi
68 kayu di area agar hasil lelesan nantinya menjadi banyak. 2.
Bonggol ubi kayu dan tanah. BHL sering memasukkan bonggol dan tanah ke dalam truck dengan tujuan agar hasil panen banyak, dengan adanya bonggol dan tanah maka potongan dari pabrik akan besar.
3.
Proses kerja. Sarana transportasi yang terbatas dan pemanenan dengan sistem rombongan menyebabkan perlu pengawasan kerja agar rombongan lain tidak terlalu lama mengantri angkutan. Pengawasan di kebun petani mitra tidak sama dengan pengawasan di PT
PAL Sistem kerja di kebun petani lebih bersifat kekeluargaan. Hal ini mengakibatkan ubi kayu hasil panen beberapa petani mitra memiliki kualitas yang lebih rendah (banyak bonggol dan tanah). Permasalahan- permasalahan baik di petani mitra dan di kebun PT PAL perlu diatasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperketat pengawasan dan
memberi peringatan kepada pemanen yang melakukan
kecurangan.
Sistem Panen Sistem panen yang digunakan PT PAL dan petani mitra adalah sistem tonase. Kelebihan dari sistem ini adalah pemanen akan berusaha memanen sebanyak mungkin dan dapat mengurangi biaya panen. Jika dilakukan sistem harian, pemanen cenderung untuk bermalas-malasan sehingga hasil panen lebih sedikit. Kelemahan dari sistem ini adalah banyak ubi kayu yang tertinggal di area, pada kodisi kemarau atau saat terlalu banyak hujan tonase sering tidak tercapai sehingga upah tidak mencapai 1 HK (Rp. 34 200). Hal ini akan merugikan pekerja. Hasil panen dari setiap rombongan pada sistem tonase akan dipisah antara satu rombongan dengan rombongan lainnya sehingga ketika pemanenan dalam satu area dilakukan oleh beberapa rombongan maka dibutuhkan transportasi panen sesuai dengan jumlah rombongan. Hal ini sangat menyulitkan PT PAL, mengingat transportasi tidak hanya digunakan untuk kebun ubi kayu saja tetapi juga untuk kebun kelapa sawit. Dengan menggunakan sistem ini, hendaknya diikuti dengan ketersediaan angkutan dan pengawasan yang lebih ketat.
69 Upah Panen Upah panen di kebun PT PAL disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pekerja (BHL). Upah untuk panen cabut sebesar Rp. 45 000/ton sedangkan untuk panen bajak Rp. 35 000/ton. Namun untuk situasi tertentu (hujan) yang mengakibatkan BHL memasukkan ubi kayu ke dalam truck dengan cara langsir, BHL diberi tambahan upah Rp. 5 000/ton, sehingga upah panen cabut menjadi Rp 50 000/ton dan untuk panen bajak Rp. 40 000/ton . Pembayaran upah dilakukan satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari sabtu. Selain upah panen, terdapat pula upah leles. Upah leles berkisar Rp. 75 000/ton – Rp. 130 000/ton. Perbedaan upah leles tergantung dengan kondisi area. Semakin banyak ubi yang masih teringgal di area maka upah leles semakin murah dan begitu juga sebaliknya. Leles di kebun PT PAL biasanya dilakukan satu kali, namun untuk kondisi tertentu seperti pada saat musim hujan, pelelesan dilakukan dua kali. Upah untuk leles I lebih murah dibanding upah untuk leles II. Upah panen di kebun PT PAL berbeda dengan upah panen di kebun mitra. Upah untuk panen cabut di kebun mitra adalah Rp 45 000/ton - Rp. 85 000/ton (Lampiran 12). Perbedaan upah tergantung kesepakatan dengan pemanen, tergantung wilayah dan kondisi area panen. Kondisi arean panen yang banyak gulma akan mengakibatkan biaya cabut lebih mahal. Upah panen untuk satu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya tergantung standar upah BHL masingmasing wilayah. Sedangkan upah untuk leles Rp. 100 000/ton.
Pengangkutan Hasil Panen Pengangkutan hasil panen sangat penting saat panen ubi kayu. Sifat ubi kayu yang mudah busuk dan sistem panen yang bersifat tonase menyebabkan angkutan panen harus ada saat panen. Transportasi panen yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil panen dari kebun ke pabrik yang digunakan PT PAL adalah milik dari PT PAL. Sarana jalan untuk pengangkutan hasil panen dari kebun PT PAL tidak terdapat masalah karena kebun dan pabrik berada pada lokasi yang berdekatan (± 1 km), yang menjadi masalah adalah ketersediaan kendaraan, karena angkutan panen digunakan tidak hanya untuk mengangkut hasil panen ubi
70 kayu tetapi juga untuk mengangkut sawit. Di pabrik PT SPM I, ubi kayu yang berasal dari kebun PT PAL tidak perlu mengikuti antrian. Alat angkutan yang sering digunakan untuk petani mitra adalah truck. Truck yang digunakan petani mitra ada yang sewaan dan ada yang milik sendiri. Pengangkutan hasil dari kebun petani mitra sering terhambat. Hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang sangat buruk dan lokasi yang sangat jauh. Saat kondisi hujan, petani mitra akan lebih memilih untuk tidak melakukan panen. Petani pada umumnya melaksanakan panen jika curah hujan tidak terlalu tinggi. Saat curah hujan tidak terlalu tinggi banyak petani yang melaksanakan panen, sehinmga ubi kayu yang berasal dari mitra perlu mengikuti antrian dalam penimbangan. Pada saat panen raya antrian penimbangan bisa mencapain satu hari. Hal ini mengakibatkan pengangkutan dari lahan petani menjadi terganggu, karena angkutan yang dimiliki petani maupun angkutan sewaan terbatas. Pengangkutan ubi kayu dari petani mitra sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut; Pabrik Besar Lapak Petani mitra
Pabrik
Pabrik Kecil Lapak
Pabrik
Kehilangan Hasil (Losses) Kehilangan hasil (losses) merupakan salah satu hal yang sangat dihindari dalam kegiatan panen karena dapat menurunkan produksi. Memperkecil losses merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi. Terdapat beberapa sumber losses di kebun PT PAL. Area penanaman ubi kayu yang semakin sempit sehingga perhatian untuk ubi kayu semakin minim, ubi kayu dipanen melebihi batas umur panen yang dianjurkan membuat ubi kayu banyak yang busuk, dan kondisi iklim yang tidak beraturan sehingga terkadang panen dilakukan saat musim hujan. Panen pada musim hujan mengakibatkan tanah hasil bajakan menggumpal sehingga ubi kayu tertimbun di tanah.
71 Selang waktu antara bajak panen dengan pengumpulan dan pengangkutan yang terlalu lama mengakibatkan penyusutan bobot umbi terutama pada saat kemarau sedangkan pada musim hujan mengakibatkan umbi cepat busuk. Panen menggunakan bajak mengakibatkan banyak umbi yang terpotong. Umbi yang terpotong menjadi kecil biasanya tidak dipungut. Semakin banyak ubi terpotong akibat bajak maka losses akan semakin besar. Kualitas kerja juga sangat mempengaruhi jumlah losses. Apabila BHL tidak diawasi, biasanya BHL akan sengaja meninggalkan sebagian umbi di area agar ubi kayu yang akan dileles lebih banyak. Kehilanganm hasil biasanya terjadi di kebun PT PAL adalah akibat ubi kayu terlalu lama di lapangan. Ubi kayu yang telah dipanen akan tetap melakukan respirasi sehingga akan terjadi penurunan bobot jika dibiarkan di lapangan. Semakin lama ubi kayu dibiarkan di lapang, maka semakin besar losses yang ditimbulkan (Tabel 12). Tabel 12. Penurunan Bobot Ubi Kayu No
1 HSP 2HSP 3 HSP (kg) (kg) (kg) 1 0.01 0.04 0.16 2 0.18 0.32 0.42 3 0.23 0.28 0.36 4 0.70 0.72 0.83 5 0.01 0.03 0.12 6 1.05 1.11 1.30 7 0.01 0.07 0.09 8 0.54 0.58 0.61 9 0.14 0.17 0.19 10 0.03 0.13 0.18 11 0.16 0.18 0.34 12 0.20 0.30 0.40 13 0.05 0.09 0.10 14 0.20 0.30 0.39 15 0.37 0.45 0.46 Rata-rata 0.26 0.32 0.40 Dalam 1 ha 579.02 712.64 890.80
4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP (kg) (kg) (kg) (kg) 0.19 0.22 0.24 0.25 0.43 0.44 0.52 0.56 0.38 0.40 0.46 0.50 0.87 0.91 0.94 0.97 0.17 0.18 0.19 0.22 1.35 1.52 1.66 1.75 0.09 0.12 0.22 0.26 0.63 0.65 0.68 0.73 0.22 0.28 0.29 0.34 0.23 0.31 0.34 0.36 0.39 0.46 0.54 0.66 0.44 0.55 0.65 0.70 0.17 0.20 0.26 0.27 0.42 0.48 0.53 0.56 0.50 0.60 0.68 0.72 0.43 0.49 0.55 0.59 957.61 1 091.23 1 224.85 1 313.93
Sumber : Data Primer
Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa ubi kayu dibiarkan selama tujuh hari setelah panen (HSP), maka rata-rata penurunan bobot mencapai 0.59 kg/tanaman atau setara dengan 1 313.93 kg/ha (produktivitas PT PAL tahun 2011
72 yaitu 22.27 ton/ha). Dengan demikian kehilangan hasil selama tujuh hari mencapai 5.9 % (suhu rata-rata saat selama tujuh hari pengamatan adalah 28 oC dan tidak terjadi hujan). Kehilangan hasil juga dapat ditimbulkan karena adanya pencurian dari area. Ubi yang sering hilang adalah ubi hasil bajak yang belum selesai dikumpulkan maupun yang sudah dikumpulkan tetapi belum diangkut ke pabrik (Gambar 13). Selama panen hendaknya dilakukan pengawasan di area pemanenan.
Gambar 13. Ubi Kayu Hasil Pencurian yang Berhasil Ditemukan Kehilangan produksi untuk sebagian petani mitra juga tinggi . Kehilangan hasil pada petani mitra akan tinggi jika tidak dilakukan pelelesan (Tabel 13). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 40 % petani mitra yang melakukan pelelesan. Adanya petani mitra yang tidak melakukan pelesan adalah karena kurangnya tenaga kerja dan dikarenakan biaya leles yang lebih tinggi dibanding panen. Kehilangan hasil pada petani mitra akibat tidak melaksanakan leles mencapai 5 % dari hasil panen.
73 Tabel 13. Pelaksanaan Leles Petani Mitra No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lokasi Gedung Boga SP3D SPUA Rojo Mulio SP5A Bandar Jaya Mataram Jaya Metro Kibang Bandar Rejo Bandar Sakti Bandar Mataram Bandar Mataram OKI Palembang Menggala
Tidak dileles/dileles Leles : 400 kg/ha Tidak dileles Leles : 500 kg/ha Leles : 400 kg/ha Tidak dileles Tidak di leles Leles : 1 000 kg/ha Leles : 1 000 kg/ha Tidak dileles Tidak dileles Tidak dileles Tidak dileles Leles : 1 000 kg/ha Tidak dileles Tidak dileles
Produktivitas 15 22 20 25 18 25 20 25 25 30 18 25 20 35 23
Losses (%) 2.67 2.5 1.6 5 4 5 -
Sumber : Data Primer
Pencapaian produksi Pencapaian produksi merupakan jumlah nyata produksi yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Produksi ubi kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jumlah tanaman/hektar, kondisi tanah, bahan tanam, dan
faktor luar
seperti pencurian. Setiap musim tanam, produksi ubi kayu berubah-ubah. Curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan produksi ubi kayu menurun. Penanaman terus menerus pada lokasi yang sama akan menyebabkan tanah semakin tidak subur sehingga produksi semakin menurun. Jika: Jarak tanam ubi kayu 90 cm x 60 cm populasi tanaman/ha = 18 518/ha Luas area produktif adalah 95 % Populasi tanaman 17 592 tanaman/ha Tanaman yang berhasil tumbuh diperkirakan 90 % Populasi tanaman adalah 15 833 tanaman/ha Perkiraan bobot umbi yang dapat dipanen (berdasarkan bobot rata-rata pada Tabel 14) adalah: Blok B2
: 15 833 tanaman x 3.08 kg/tanaman = 48 765.64 kg/ha 48 765.64 kg/ha = 48.76 ton/ha
74 Blok B3
= 59.69 ton/ha
Blok B14
= 49.56 ton/ha
Blok B15
= 47.18 ton/ha
Tabel 14. Bobot Umbi Ubi Kayu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-rata
Blok B2 (kg) 1.60 2.65 3.60 4.30 5.50 1.10 4.55 2.53 2.85 2.14 4.07 1.03 5.16 3.35 1.70 3.08
Blok B3 (kg) 7.10 4.60 2.55 1.56 2.60 5.62 4.05 5.15 1.30 3.25 3.82 2.20 1.86 5.75 5.10 3.77
Blok B14 (kg) 2.50 5.60 4.20 3.00 3.85 2.90 2.84 3.18 3.50 1.00 4.20 3.20 2.43 2.60 1.95 3.13
Blok B15(kg) 5.86 4.40 5.90 2.44 2.25 2.53 2.60 0.93 3.86 2.49 1.63 2.78 3.24 2.77 1.04 2.98
Sumber: Data Primer
Potensi hasil varietas Kasetsart adalah 25 - 38 ton/ha (Hafsah, 2003). Perkiraan pada analisis berdasarkan bobot/ tanaman, maka ubi kayu di kebun PT PAL memiliki potensi hasil yang lebih tinggi. Pada kenyataan di lapangan, hasil yang diperoleh jauh lebih rendah dari hasil analisis. Dari hasil panen diperoleh produktivitas blok B2, B3, B14 dan B15 secara berturut-turut adalah 23.85 ton/ha, 29.29 ton/ha, 22.90 ton/ha, dan 18.79 ton/ha. Blok A20 memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding blok yang lainnya, yaitu 30.01 ton/ha. Pada kondisi di lapangan, pada blok A20 tidak terdapat area yang tergenang air, tanah lebih subur, dan dipanen lebih awal dibanding blok yang lainnya. Sedangkan blok B9 memiliki produktivitas yang paling rendah, yaitu 14.75 ton/ha. Pada blok B9 terdapat masalah busuk umbi (Gambar 14) dan banyak area yang tergenang air sehingga banyak ubi kayu yang matin (Gambar 15).
75
Gambar 14. Busuk Umbi pada Blok B9
Gambar 15. Blok B9 yang Tergenang Air Produktivitas yang tidak mencapai potensi hasil varietas Kasetsart juga disebabkan kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah di PT PAL termasuk sangat
rendah sampai dengan rendah. Pada kondisi tanah yang kurang subur sebaiknya jarak tanam yang digunakan yaitu 100 cm x 66 cm atau 125 cm x 64 cm dengan populasi per hektarnya antara 12 500 sampai dengan 15 000 tanaman sedangkan populasi tanaman ubi kayu di PT PAL adalah ± 18 000 tanaman/ha. Dengan jarak tanam yang terlalu rapat mengakibatkan hasil ubi kayu menjadi menurun karena populasi dan jarak tanam yang optimal berpengaruh terhadap pemaksimalan pemanfaatan hara dan cahaya surya (matahari) oleh tanaman (Wargiono et al., 2006).
Rata-rata produktivitas ubi kayu untuk petani mitra lebih tinggi bila dibandingkan dengan PT PAL. Produktivitas rata-rata ubi kayu petani mitra mencapai 23.73 ton/ha. Namun, produktivitas rata-rata dari petani mitra belum
76 mencapai potensi hasil dari varietas Kasetsart. Rendahnya produktivitas pada petani disebabkan berbagai faktor seperti lahan yang kurang subur karena ditanami secara terus-menerus, jarak tanam, (ubi kayu tidak dibudidayakan dengan baik (gulma dibiarkan samapai tinggi, penggunaan pupuk yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi), adanya petani mitra yang tidak melakukan leles, dan terjadinya masalah busuk umbi.
Pasca Panen di Kebun Setelah ubi kayu dipanen, maka ubi kayu langsung dikirim ke pabrik. Baik PT PAL maupun petani mitra melakukan hal tersebut. Sebagian brangkasan dari ubi kayu di kebun PT PAL dikembalikan ke tanah dan sebagian batang digunakan untuk bibit. Petani mitra pada umumnya menggunakan daun ubi kayu untuk makanan ternak. Pucuk ubi kayu biasanya sudah dipotong beberapa minggu sebelum panen, sedangkan batang ubi kayu digunakan untuk bibit pada penanaman berikutnya. Sebagian petani juga menjual batang ubi kayu untuk bibit. Dengan demikian hanya sedikit sisa tanaman yang kembali ke tanah. Hal ini akan memepercepat penurunan kesuburan tanah.
Pasca Panen di Pabrik Sumber dan Kebutuhan Bahan Baku SPM I Kebutuhan bahan baku PT SPM I saat ini tidak dapat dipenuhi oleh PT PAL. Untuk memenuhi kebutuhan PT SPM I maka dibangun lapak di sentra produksi ubi kayu. Lapak ini berfungsi untuk menampung ubi kayu yang berasal dari petani mitra dan bukan mitra disekitar lapak, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya trasnportasi yang besar untuk menjual hasil panennya ke pabrik. Hasil panen ubi kayu petani mitra sendiri hanya dapat memenuhi 22.49 % dari total kebutuhan minimal (Lampiran 14). Berdasarkan permintaan PT SPM I, diharapkan ubi kayu yang berasal dari petani mitra dapat memenuhi 60 % dari total kebutuhan bahan baku minimum. Namun, sampai pada saat ini kebutuhan bahan baku didominasi dari petani bukan mitra. Ubi kayu dari PT PAL, petani
77 mitra, dan dari petani umum pada saat ini mampu memenuhi kebutuhan PT SPM I. Namun ketersediaan bahan baku dalam jangka panjang tidak dapat dipastikan karena saat ini sudah banyak petani mengganti tanamannya dengan komoditi yang lain seperti karet dan sawit. Untuk itu diperlukan penambahan petani mitra untuk menjamin ketersediaan bahan baku. Kebutuhan minimum bahan baku PT SPM I setiap hari adalah 700 ton ubi kayu. Jika jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 25 hari, maka dalam satu tahun dibutuhkan sebanyak 210 000 ton ubi kayu.
Jika rata-rata produktivitas
ubi kayu adalah 22 ton/ha (produktivitas PT PAL), maka diperlukan penambahan area penanaman seluas 5 008 ha untuk menjamin ketersediaan bahan baku dimasa yang akan datang. Penambahan area penanaman ini bisa dicapai dengan penambahan petani mitra. Kurangnya bahan baku mengakibatkan PT SPM I mendirikan lapak-lapak dibeberapa wilayah. Dengan adanya lapak diharapkan, ubi kayu dari petani yang bukan mitra dapat diserap. Petani yang bukan anggota mitra menjadi lebih mudah menjual ubi kayunya karena lokasi pasar menjadi lebih dekat. Bagi petani mitra, adanya lapak juga memberikan pengaruh. Petani mitra tidak harus menjual hasil panen ke pabrik, tetapi dapat dijual di lapak terdekat.
Lama Bahan Baku di Lapangan Penundaan pengolahan ubi kayu dapat menurunkan kandungan pati (Tengah at al., 1996). Menurunnya kadar pati disebabkan proses metabolisme dalam
umbi
ubi
kayu
yang berlangsung
terus
sehingga
perombakan
karbohidart/pati menjadi senyawa gula yang lebih sederhana tetap berlangsung, akibatnya akan terjadi penurunan kadar pati umbi (Soeharmadi, 1990). Untuk itu ubi kayu yang telah dipanen hendaknya langsung diolah. Pabrik PT SPM I akan mengolah ubi kayu apabila tersedia bahan baku sebanyak 700 ton. Pada kenyataan di lapangan, bahan baku yang dipereleh lebih dari 700 ton. Pada musim panen, bahan baku
sering ditimbun di lapangan.
Penimbunan bahan baku di lapangan diupayakan hanya sampai 3 hari untuk menghindari busuknya ubi kayu (Tabel 15). Selain pada musim panen, penim-
78 bunan ubi kayu juga dapat terjadi karena adanya ganguan mesin. Namun, penimbunan akibat kerusakan mesin jarang terjadi. Tabel 15. Lama Bahan Baku di Lapangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15
Waktu penerimaan 18 April 2011 19 April 2011 20 April 2011 21 April 2011 22 April 2011 23 April 2011 24 April 2011 25 April 2011 26 April 2011 27 April 2011 29 April 2011 30 April 2011 1 Mei 2011 2 Mei 2011
Lama di lapangan (hari) 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Sumber: Data Primer
Analisis Bahan Baku Pengukuran Kadar Aci. Pada saat dilakukan penimbangan, ubi kayu dari dalam angkutan diambil sebagian sampel (± 5 kg). Sampel ini digunakan untuk mengkur kadar Aci. Pengukuran kadar aci dilakukan untuk menetukan besarnya potongan yang akan diberikan. Untuk ubi kayu yang berasal dari PT PAL pengukuran kadar aci hanya dilakukan jika varietas yang ditanam diganti. Kadar aci untuk PT PAL untuk varietas Kasetsart adalah 24 % sedangkan kadar aci untuk petani bervariasi berkisar 10 - 30 %. Kadar aci ubi kayu yang rendah disebabkan adanya pencampuran ubi kayu secara sengaja dan pemanenan ubi kayu dengan umur panen 7 bulan. Ubi kayu dengan umur 7 bulan belum memenuhi standar mutu karena ubi kayu yang dipanen pada umur 7 bulan memiliki kadar pati kurang dari 19 % sedangkan kadar pati untuk Kastsart adalah 19 - 30 %. Untuk kebutuhan bahan baku industri dibutuhkan ubi kayu dengan kadar pati tinggi (Nurdjanah, 2007). Pada umunya, ubi kayu yang dicampur adalah ubi kayu varietas Kasetsart dengan ubi kayu varietas Thailand. Pada saat pengamatan tidak terdapat ubi kayu yang dicampur sehingga kadar aci ubi kayu petani cukup bagus yaitu 24 – 28 % (Lampiran 15).
79 Penentuan Rafaksi. Rafaksi adalah besarnya potongan yang diberikan pihak pabrik terhadap bahan ubi kayu yang dibeli berdasarkan kondisi ubi kayu. Besarnya rafaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Semakin muda umur panen, maka rafaksi yang diberikan akan semakin besar. Dalam hal ini, yang dimaksud panen muda adalah ubi kayu yang dipanen kurang dari 9 bulan. Semakin banyak benda asing yang tercampur pada ubi kayu, maka semakin besar rafaksi yang diberikan. Benda asing yang sering tercampur maupun yang sengaja dicampur adalah bonggol ubi kayu, tanah, dan batu. Penentuan rafaksi dilakukan pada saat ubi kayu dikeluarkan dari angkutan panen. Rafaksi untuk ubi kayu yang berasal dari PT PAL saat ini sebesar 5 %. Besarnya rafaksi untuk PT PAL berdasarkan kesepakatan kerja. Sedangkan rafaksi untuk petani mitra maupun petani bukan mitra berbeda-beda. Rafaksi untuk petani mitra dan bukan petani mitra berkisar 5 – 30 %. Rafaksi sebesar 5 % sangat jarang terjadi karena kualitas ubi dari petani mitra dan petani sangat jarang sama dengan kualitas ubi kayu dari PT PAL. Pada umunya kulaitas ubi kayu dari petani mitra dan dari petani bukan mitra lebih rendah. Rafaksi 30 % juga sangat jarang terjadi. Rafaksi 30 % hanya terjadi jika ubi kayu dipanen kurang dari 7 bulan, karena umbi kecil, banyak benda asing yang tercampur, dan jenis ubi kayu bukan Kasetsart. Besarnya rafaksi yang umum diberikan adalah 6 - 8 %.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Manajemen panen dan pasca panen ubi kayu yang baik diperlukan dalam mengatasi masalah kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku. Masalah panen dan pasca penen di kebun PT PAL adalah penundaan umur panen, terbatasnya ketersediaan angkutan panen, selang waktu antara panen dan pelelesan yang terlalu lama, pengawasan panen tidak maksimal dan kurangnya tenaga kerja. Sedangkan masalah panen dan pasca panen di petani mitra adalah ubi kayu dipanen terlalu muda, kondisi jalan yang buruk, dan pengawasan yang kurang maksimal. Penundaan umur panen sampai 18 bulan tidak meningkatkan bobot panen ubi kayu. Semakin lama ubi kayu dibiarkan di area maka semakin besar kehilangan hasil, mencapai 5.9 %. Kehilangan hasil di kebun petani mitra mencapai 5 % dari total hasil panen. Ubi kayu hasil panen dari kebun PT PAL dan petani mitra hanya mampu memenuhi 22.49 % dari kebutuhan bahan baku minimum. Kekurangan bahan baku dipenuhi dari pembelian umum (petani bukan mitra).
Saran Penulis menyarankan agar: 1) pada saat pelaksanan panen sebaiknya dilakukan pengawasan yang lebih baik agar hasil kerja yang diperoleh maksimal, 2) pemanenan ubi kayu sebaiknya dilakukan sesuai dengan umur panen, 3) ubi yang telah dibajak sebaiknya langsung diangkut dan setelah panen langsung dileles, 4) perlu dilakukan pelelesan untuk memperkecil kehilangan hasil, 5) perlu dilakukan penambahan luas area ubi kayu petani mitra 5 008 ha agar kebutuhan bahan baku PT SPM I tetap teramin dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Agrica. 2007. Bensin singkong. Lembaga Pers Mahasiswa AGRICA Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto, Edisi XIX/Tahun XXI September 2007. Aswani, R. 2003. Analisis fungsi produksi usaha tani ubi kayu dan industri tepung tapioka rakyat di Provinsi Lampung. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 6, No. 2: 131-140. Bank Indonesia. 2004. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Budidaya Ubi Kayu. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. Jakarta. 32 halaman. Barrett, D. M. dan Damardjati, D. S. 1984. Peningkatan mutu hasil ubi kayu di Indonesia. http://www.linkpdf.com. [05 Agustus 2010]. Bigcassava. 2007. Proyek Pengembangan Budi Daya Singkong Varietas Darul Hidayah sebagai Upaya Meningkatkan Taraf Kehidupan Ekonomi Petani, Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku Biofuel. http://www.bigcassava.com. [01 Agustus 2010]. BIP Irian Jaya. 1995. Budidaya ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz). Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Sentani – Jayapura. Agdex: 170/20. BPP IPTEK. 2000. Ketela pohon/singkong (Manihot utilissima Pohl). www.ristek.go.id. [01 Agustus 2010]. BPS. 2005. Luas Panen- Produktivitas- produksi tanaman ubi kayu seluruh provinsi. www.bps.go.id. [01 Agustus 2010]. Both, R.H, dan D.W. Wholey. 1978. Cassava processing in South Asia, p 711. In A. Ghoninard, J.H. Cook and E. J. Weber (Eds.). Cassava Harvesting and Processing. CIAT/IDR. Costa, Y. W. 2010. Memanfaatkan limbah ubi kayu menjadi kecap. http://www.deptan.go.id . [15 September 2010]. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. 2007. Pohon industri ubi kayu. http://www.depperin.go.id. [15 September 2011].
Deptan. 2007.peluang pengembangan industri berbasis casava. Deptan.go.id pengolahan ubi kayu.pdf. [15 September 2011]. Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan umbi‐umbian. 2007. Vademikum Ubikayu. http://pse.litbang.deptan.go.id.pdf . [20 September 2011]. Dirjen P2HP. 2005. Kebijakan dan program pengembangan agroindustri ubi kayu. www.agribisnis.deptan.go.id. [15 September 2010].
82 Fitriyani, D. 2009. Aplikasi unit proses flotasi udara terlarut (dissolved air flotation) pada produksi tapioka. http://www.Corporation Hydraq.html. [05 Agustus 2010]. Hafsah, M.J. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 263 hal. Isnanimurti, 2008. Ubi kayu (Manihot esculenta) sebagai bahan alternatif pengganti bensin (bioetanol) yang ramah lingkungan. Isnanimurti.wordpress.com. [05 Agustus 2010]. Kasim, Y. 2009. Pemanfaatan pati ubi kayu dalam berbagai industri. http://www.iptek.net.id. [01 Agustus 2010]. Martono, B. dan Sasongko. 2007. Prospek pengembangan ubi kayu sebagai bahan baku bioethanol. http://www.diy.go.id. [01 Agustus 2010]. Mentri Negara Riset dan Teknologi. 2009. Pengolahan pangan: tepung tapioka. http://www.iptek.net.id. [01 Agustus 2010]. Nurdjanah, S., Susilawat, Sabatini, M. R. 2007. Prediksi kadar pati ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) pada berbagai umur panen dengan menggunakan penetrometer. J. Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. Vol. 12, No. 2:65-73. Onwueme, I. C. 1978. The Tropical Tuber Crops. John Wileys & Sons Ltd. Chichester. Majalah Ilmiah Teknologi. 234 p. Prihandana, R., K. Noerwijan, P.G. A. Nurani, D. Setyaningsih, S.Setiadi, dan R.Hendroko. 2008. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia. Jakarta. 194 hal. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2011. Indikator Makro Sektor Pertanian. BltnMakro. Vol. V, No. 8: 1-29. Puspitasari, A. D. 2009. Wilayah kesesuaian untuk tanaman ubi kayu di kabupaten lampung tengah. Http://Www.Scribd.Com. [01 Agustus 2010]. Roja, A. 2009. Ubikayu: Varietas Dan Teknologi Budidaya. Makalah. Peneliti Madya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 15 halaman. Sulaiman, Y. 2007. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaesis guinansis jaqc.) dan Aspek Taksasi Produksi di PT. Sentosa Mulia Bahagia, Musi Bayuasin, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 86 halaman. Soeharmadi. 1990. Usaha meningkatkan daya simpan ubi segar. Litbang.go.id. [15 September 2010].
83 Sutrisno, I. 2007. Model kelayakan proyek kemitraan terpadu komoditas ubi kayu. http://www.scribd.com. [15 September 2010]. Tengah, I G.P., Mulyani, S., Ina, P.T., Ekawati, I G.A., Utama, I. B. D. 1996. Pengaruh penundaan pengolahan ubi kayu menjadi gaplek terhadap mutu pelet yang dihasilkan. Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian. Vol. 2, No.1:21-25. Tongglum, A., P. Suriyanapan, and R.H. Howeler. 2001. Cassava Agronomy Research and Adoption of Improved Practices in Thailand, Major Achievement During the Past 35 years. Proc. of the Sixth Regional Workshop, Cassava's Potential in Asia in the 21st Century: Present Situation and Future Research and Development Needs. Centre of Tropical Agriculture (CIAT). Ho Chi Minch City. 228-258. Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubi kayu Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor; 42 halaman. Winarno, F.G. 1980. Enzim Pangan. Pusbangtepa/Food Technology Department Centre.IPB. Bogor Wachyar, A. 2010. Manajemen produksi tanaman. Manajemen produksi. Wordpress.com. [15 Agustus 2010].
84
LAMPIRAN
85 Lampiran 1. Varietas Ubi Kayu yang Telah Dilepas No
Varieta
Tahun pelepasan
Umur (bulan)
Warna
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gading Valenca SPP Bogor Muara Adira1 Adira2 Adira 4 Malang 1
1978 1978 1986 1992
7-8 8 10-11 8-10 7-10 7-10 8-12 10,15-11,5 9-10
10
Malang 2
1992
8-10
11
Darul hidayah
1998
8-12
Putih Putih Putih Putih Putih Kuning Kuning Putih Putih kekuningan Kuning muda Putih
12
UJ -3
2000
8-10
13 14 15
UJ- 5 Malng 4 Malang 6
2000 2001 2001
9-10 9 9
Putih kekuningan Putih Putih Putih
Potensi hasil (ton/ha) 15-20 15-20 20-30 20-30 20-30 22 21 35 36,5
Rasa
Kadar tepung (%)
Kadar HCN (mg/kg)
Manis Manis Pahit Pahit Pahit Sedang sedang Agak pahit Manis
45 41 18-22 32-36
<45 <45 >100 >100 >100 27,5 124 68 <40
31,5
Manis
32-36
<40
102
Kenyal seperti ketan Pahit
25-31.5
<40
Pahit
19-30
20-35 25-38 39,7 36,4
20-27
Sumber : Balitkabi Malang dalam Hafsah, 2003
85
86 Lampiran 2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL
Tanggal
Uraian kegiatan
14/02/2011 Tiba di Lambang Jaya Group
15/02/2011 Tiba di kantor PT PAL Hari libur 16/02/2011 Melapor ke kantor PT PAL dan orientasi kebun (mempelajari laporan biaya dan operasional kebun bulan Januari) 17/02/2011 - Pengangkutan hasil panen 18/02/2011 - Persiapan area penanaman ubi kayu (bajak II). 19/02/2011 - Bajak II 20/02/2011 Hari minggu 21/02/2011 - Tebang bibit - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu 22/02/2011 - Panen dan pengangkutan ubi kayu 23/02/2011 - Panen dan pengangkutan ubi kayu hasil panen - Semprot II herbisida 24/02/2011 - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu - Seleksi bibit - Semprot herbisida II 25/02/2011 - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu - Seleksi bibit ubi kayu 26/02/2011 - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu 27/02/2011 Hari minggu 28/02/2011 - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu - Seleksi bibit ubi kayu
Prestasi kerja Jumlah Luas Lama KH area kegiyang yang atan diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) -
Lokasi
Bandar Lampung Kebun PT PAL Kebun PT PAL
-
-
-
-
-
-
5 1
3,00
7 4
A20 B7
1
1.75
4
B7, B8
10
7
B10, A20
11
7
A20
10
4
A20
3 7
B9 A26
7
B7 B7
9 6
2
8 6
6
1
7
B7
6
1
7
B7 dan B8
87 Lampiran 2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL (Lanjutan)
Tanggal
Uraian kegiatan
Prestasi kerja Jumlah Luas area KH yang yang diawasi diawasi (orang) (ha) 5 1
01/03/2011 - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu; - Melakukan seleksi bibit 02/03/2011 - Pengangkutan bibit 5 dan penanaman ubi kayu - Seleksi bibit ubi kayu 03/03/2011 - Penanaman ubi kayu 5 dan penyulaman 04/03/2011 - Panen dan Pengang9 kutan bibit dan penanaman ubi kayu; 05/03/2011 Hari libur 06/03/2011 Hari minggu 23/03/2011 - Semprot herbisida I 10 24/03/2011 - Semprot herbisida I 9 26/03/2011 - Semprot herbisida I B5 27/03/2011 Hari minggu
Lama kegiatan (jam) 7
B8
1
7
B8
2
2
B8
Lokasi
A20
1.8 2 6
7 7 7
B6 B6 B5
88 Lampiran 3. Jurnal Harian Magang sebagai Quality control (QC) PT SPM I Tanggal
18/04/2011 19/04/2011
20/04/2011 21/04/2011 22/04/2011 23/04/2011 24/04/2011 25/04/2011 26/04/2011 27/04/2011 28/04/2011 29/04/2011 30/04/2011 01/05/2011
Uraian kegiatan
- Orientasi pabrik - Orientasi Quality Control - mengukur pH dan losses sagu, pengacaan tepung, mengukur bume, mengukur kadar air sagu, memeriksa kehalusan dan kekerasan tepung, membuat laporan harian, dan membuat analisis bahan baku yang akan dikirim ke konsumen (Quality Control) - Quality Control - Bagian penimbangan Hari libur - Quality Control Hari minggu - Quality Control - Quality Control - Quality Control - Quality Control - Quality Control - Quality Control Hari minggu
Lama kegiatan (jam) 8
Lokasi
Pabrik SPM I
8
Pabrik SPM I
8 8 8 8
Pabrik SPM I Pabrik SPM I
8 8 8 8 8 8
Pabrik SPM I Pabrik SPM I Pabrik SPM I Pabrik SPM I Pabrik SPM I Pabrik SPM I
Pabrik SPM I
89 Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun PT PAL
Tanggal
Uraian kegiatan
30/03/2011 - Kontrol perawatan piringan, perawatan gawangan, panen, pemupukan, kutip brondolan, dan pembuatan jalan pikul 31/03/2011 - Pemupukan I ubi kayu 01/04/2011 - Pemupukan I ubi kayu 02/04/201 - Pemupukan I ubi kayu 03/04/2011 Hari minggu 04/04/2011 - Panen sawit 05/04/2011 - Panen sawit 06/04/2011 - Panen sawit 07/04/2011 - Panen ubi kayu - Pemupukan I ubi kayu 08/04/2011 Hujan (tidak ke area) 09/04/2011 - Panen ubi kayu - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu 10/04/2011 Hari minggu 11/04/2011 - Panen ubi kayu - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu 12/04/2011 - Panen ubi kayu - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi 13/04/2011 - Panen ubi kayu - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu 14/04/2011 - Panen ubi kayu - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu 15/04/2011 - Panen ubi kayu - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu - SUPERVISI
Prestasi kerja Jumlah Luas Lama mandor area kegiyang yang atan diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) 9 7
1 1 1 5 6 6 2
2 2 2
Lokasi
Kebun PT PAL
7 7 7
B5 B5 B4, B5
8 8 8 7
3
0.5
7 7
C1 C1 C1, C2 B9, B11 Kantor B9
1
0.3
7
B9
2
7
B9, B14
1
7
B13
2
7
B14
1
7
B13
1 2
90 Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun PT PAL (Lanjutan) Prestasi kerja Tanggal
Uraian kegiatan
16/04/2011 - Panen ubi kayu - Pengangkutan bibit dan penanaman ubi kayu 17/04/2011 Hari minggu 02/05/2011 - Pemupukan sawit 03/05/2011 - Tanam LCC di gawangan kelapa sawit 04/05/2011 - Leles I 05/05/2011 - Leles I dan bajak leles 06/05/2011 - Leles II dan bajak leles 07/05/2011 - Leles II dan bajak leles. 08/05/2011 Hari minggu 09/05/2011 - Leles II dan bajak leles 10/05/2011 - Leles II dan bajak leles 11/05/2011 - Pengangkutan hasil leles II - Bajak panen 12/05/2011 - Pupuk borak - Panen ubi kayu. 13/05/2011 - Panen dan pengangkutan ubi kayu 14/05/2011 - Panen dan pengangkutan ubi kayu 15/05/2011 Hari minggu 17/04/2011 Hari minggu 18/05/2011 - Panen dan pengangkutan ubi kayu hasil panen 19/05/2011 - Panen dan pengangkutan ubi kayu 20/05/2011 - Panen dan pengangkutan ubi kayu 21/05/2011 - Leles I dan pengangkutanubi kayu hasil panen 22/05/2011 Hari minggu
Jumlah mandor yang diawasi (orang) 2
Luas area yang diawasi (ha)
Lama kegiatan (jam)
Lokasi
7
B14
1 1
18.2 4
7 7
1 1
1.75 2
7 7
C2 A1, A2, A3, B1 B17 B15, B17
1
2
7
B16, B17
1 1 1
2.5 2.5 6
7 7 7
1
7
2
7
B13, B15 B14, B15 B13, B14, B15, B16, B2 I8, I9, I11, I11, B2 B2
2
7
B2
2
7
B2, B3
2
7
B3
1
7
B3
2
7
B2, B3
91 Lampiran 5. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Pengawas Kemitraan di PT PAL Tanggal 23/05/2011
Urain kegiatan
- Penjelasa kegiatan kemitraan - Memeriksa kondisi kebun petani mitra 24/05/2011 - Mengikuti seminar ketenagakerjaan PT PAL dan PT SPM I 25/05/2011 - Memeriksa kebun petani mitra 26/05/2011 - Bersama Surveyor memeriksa area panen 27/05/2011 - Kunjungan ke rumah petani mitra dan memeriksa kondisi lapak 28/05/2011 - Kunjungan ke petani mitra (Supartan) 29/05/2011 Hari minggu 30/05/2011 - Pendamping pengawas mitra 31/05/2011 - Mendaftarkan Priwoto sebagai anggota mitra ke kantor notaris dan memeriksa kebun petani mitra 01/06/2011 - Memeriksa kondisi kebun Marsudi 02/06/2011 Hari libur 03/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 04/06/2011 - Kunjungan ke petani mitra (Rani) dan memeriksa kodisi lapak 05/06/2011 Hari minggu 06/06/2011 - Memeriksa kondisi kebun petani mitra dan kondisi lapak 07/06/2011 - Memriksa kondisi area panen ubi kayu petani mitra - Kunjungan ke rumah petani mitra 08/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 09/06/2011 - Mengembalikan sertifikat petani yang sudah selesai bermitra 10/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 11/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 12/06/2011 Hari minggu 13/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 14/06/2011 - Perpisahan dengan kariawan mitra dan kariawan PT PAL
Lama kegiatan (jam) 9
Lokasi Kantor dan Gedung Boga
8
Q. house
9 9
8
SP3D SPUA dan kantor Rojo Mulyo, lapak Bukoposo SP5D
9 9
Kantor mitra Bandar Jaya
9.5
Mataram Jaya
8 8.5
Kantor mitra Metro Kibang, lapak Sukadana
9
8 12.5
8 8.5 8 8 8 8
Metro, lapak Sukadana Bandar Rejo
Kantor mitra HTI (Bandar Mataram) Kantor mitra Kantor mitra Kantor mitra Kantor mitra dan kantor PT PAL
92 Lampiran 6. Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun Kelapa Sawit PT PAL
Tanggal
18/02/2011 19/02/2011
Uraian Kegiatan
- Perawatan piringan - Perawatan piringan dongkel anak kayu 03/03/2011 - Pupuk dolomit 07/03/2011 - Kutip berondolan 08/03/2011 - Pupuk dolomite 09/03/2011
10/03/2011
11/03/2011 12/03/2011
13/03/2011 14/03/2011 15/03/2011
16/03/2011
17/03/2011 18/03/2011 19/03/2011 20/03/2011 21/03/2011 22/03/2011
dan
- Semprot gawangan sawit dan wiping - Pembuatan jalan pikul Persiapan gorong-gorong - Perawatan piringan - Sebar kompos - Pengangkutan dan penanaman bibit sawit - Pengangkutan dan sebar bibit sawit - Sebar kompos - Sebar bibit sawit dan penanaman Hari minggu - Hujan Belajar memancang Penggantian lubang tanam dan penanaman sawit - Belajar memancang - Penggantian lubang tanam dan penanaman sawit - Belajar memancang - Belajar memancang - Pupuk urea Hari minggu - Panen dan Kutip brondolan. - Perawatan piringan
Prestasi kerja Jumlah Luas area Lama KH yang kegiyang diawasi atan diawasi (ha) (orang) 23 3 27 5
Lokasi
20 14 20
5 7 7
26
7
J12, J16 I12 dan I13 I2 dan I3 B1 J1,J2,J3, J7 J9
13
7
Kantor J3
7
J1 dan J2 J6
6
9
4
7
J2
4
1.5
5
Kantor A1, A2 J1, J2
4
1
5 2
A1, B2 J1, J2
5 14
2.5 2 7
7 7 25.33
A2, B1 J7 F1, F2
7
C1, C2
7
J6
11 10 15
6
93 Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL No 1 2 3 4 5
Nama Mitra Liyon Made Yandye Nyoman Nade Sujo I.Wayan Suwardana
Alamat Areal Buko Poso Buko Poso Buko Poso Buko Poso Buko Poso
Total sisa areal (ha) 14 8 10 5 10
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Abu Rosid S Dr. Harisno H. Juanda Jaya Bs Lasino Maraundak H Miswan Muawan Mujiono Muktar Daulay Pujiaman Sugeng Sugito Sutan Baun S Sutrisno Suyatno Tugiyono
Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan Brabasan
12 30 13 15 24 17 0 4 10 5 80 35 13 17 10 3 30
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Bani Handoko Budi Yanto Hermanto I Wayan Merdana Idris Imam Mustopa Istanto Jamaludin Ketutjarse Munawir Sugito Musafa Rahman Putu Santika Rabidi Rizal Ghifari Rohmat Soleh Samsul
Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji
27 25 5 7 30 24 5 12 25 50 70 70
94
Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL 31 Mei 2011 (Lanjutan) No 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Nama Mitra Sarimin Sarwadi Siti Aminah Sujarno Supendi Supriyatno Sutoyo Suyoto Wayan Sudiarte Wayan Suwarta
Alamat Areal Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji Gedung Aji
Total sisa areal (ha) 37 10 5 3 30 55 20 67 50 20
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Adi Mujito Awan Darlis Edison Jimin Karyono ( Sp 3d) Komang Swastra Kuseni Maryani Miskun Hadi Sarwono Sugeng Untung Sopoyono Yunizar
Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik Lingk. Pabrik
3 4 8 17 3 45 9 9 5 2 25 3
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 75 76 77
Ade Nuryanto Andi Bizar Boymin Ciptadi Jw Dwi Sutanto Gimun Saputra Gusti Ketut S Heriyanto I. Wayan Suastika Jalalludin Jasman Matjono Misran Muke
Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C
25 13 42 34 9 60 1 1 25 70 14 33 15
95 Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL (Lanjutan) No 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
Nama Mitra Ny Daryati Rudi Hartono Sadiyo Sadut Sarni Sumiati Sunardi Supangat Tolu Trumit Yahya Sarbini Jumino
Alamat Areal Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C Menggala C
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108
Agustri Saputro I Made Tarip Iskandar Jauhari M.Dhopir Purno Susanto Rumanto Siswo Supeno Sonny Imawan Sugiyono(Sp) Sulisdianto Suroto Suyamtoyoga Ardi Thomson Tri Suwarso Tugimin Wahyu Purnomo Yusri Perwadi M.Habib Anshori
Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki Oki
109 110 111 112 113 114 115 116
Heriyanto(Spua) Karyono (B. Aji) Muktawadik Sariaman Sarno Sopian Sujarwo Susanto
Simpang Pematang Simpang Pematang Simpang Pematang Simpang Pematang Simpang Pematang Simpang Pematang Simpang Pematang Simpang Pematang
Total sisa areal (ha) 3 53 70 20 20 65 60 90 90 8 10 18 40 29 11 15 50 12 20 29 35 26 128 300 26 17 25 6 3 10 7 20
96 Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL (Lanjutan) No 117 118 119
Nama Mitra Suyadi Yan Ishar Yusuf
Alamat Areal Simpang Pematang Simpang Pematang Simpang Pematang
120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 Total
Agung Maksum Ali Mulyana Bayu Sukamto Budi S Darlis Dkk Eka Putra Gilik Rohim H. Tumid M. Ady Saeputera Sarmin Sugiono Sujudi Sukarmin Ready Sukrin Suparto Suyatno Wiwit /Wiji Lestari Jumino Karnadi Yuliantoro
Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung Talang Gunung
Sumber : PT PAL (Diolah). . \
Total sisa areal (ha) 10 3 35 28 17 4 9 17 9 30 20 18 97 10 8 104 10 10 30 3 292
97
Lampiran 8. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun PT PAL Tahun 2006 - 2010 Bulan
HH Januari 12 Februari 10 Maret 13 April 11 Mei 11 Juni 7 Juli 5 Agustus 0 September 0 Oktober 1 November 3 Desember 15
2006 CH 292.00 244.00 24.00 29.00 20.00 121.00 173.00 0.00 0.00 60.00 50.00 296.00
2007 HH CH 18 400.00 9 258.00 15 315.00 13 244.50 7 93.50 7 47.00 9 166.50 3 16.00 3 61.50 6 281.00 7 354.00 10 196.50
2008 HH 15 7 13 11 7 5 2 8 2 11 11 16
CH 450.30 191.50 267.50 289.10 68.00 128.50 52.00 211.50 134.00 174.00 207.00 339.50
2009 HH CH 11 264.50 13 399.50 15 403.00 8 282.00 2 158.00 3 175.00 3 36.00 2 67.00 2 52.00 13 162.00 14 253.00 12 359.00
2010 HH 14 18 21 11 10 15 22 16 5 12 8 11
CH 253.50 406.00 408.00 230.00 218.50 805.00 663.00 460.00 58.00 209.00 201.00 228.00
Rata-rata/bulan HH CH 14 332.06 11 299.80 15 283.50 11 214.92 7 111.60 7 255.30 8 218.10 6 150.90 2 61.10 9 177.20 9 213.00 13 283.80
Sumber : Data PT PAL (Diolah) Keterangan : berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson maka tipe iklim di sekitar PT PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim B dengan bulan basah 7 - 9 bulan. HH (Hari Hujan) CH (Curah Hujan)
97
98
Lampiran 9. Struktur Organisasi PT PAL 98
99
Lampiran 10. Struktur Organisasi PT SPM I 99
100 Lampiran 11. Skema Pengolahan Ubi Kayu PT SPM I
1) Penimbangan
2). Pengukuran Kadar Aci
3) Pembongkaran
4) Penampungan Bahan Baku
5) Pengangkutan ke Dalam hopper
6) Ubi Kayu Dalam Hopper
101
7) Washing
8) Penyortiran dan Pemotongan Bonggol
9) Chopper dan Rassper
10) Tanky Final
11) Extractor
12) Centrifuge
102
13) Pengangkutan ke oven
15.a) Bagging Ukuran 25 dan 50 Kg
16) Pengacaan
14) Pengeringan (oven)
15.b) Bagging Ukuran Jumbo (800 kg)
17) Pelabelan
103
18) Gudang Penyimpanan
104 Lampiran 12. Debet Order Ubi Kayu PT PAL Cabut Rp………………… Angkutan Rp…………... Tanda Terima BE :………………….Kg B. Bruto :………………….Kg B. Kendaraan :…………………..Kg Netto :………………….Kg Peman :…………………. No. Petak :…………………. Luas :…………………..Ha Pematang Sopir Mandor Penimbang …………. ………….. …………….
105 Lampiran 13. Upah panen pada Petani Mitra No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lokasi Gedung Boga SP3D SPUA Rojo Mulio SP5A Bandar Jaya Mataram Jaya Metro Kibang Bandar Rejo Bandar Sakti Bandar Mataram Bandar Mataram OKI Palembang Menggala
Sumber: Data Primer
Upah panen ton/ha(Rp) 60 000 60 000 80 000 75 000 60 000 40 000 40 000 45 000 40 000 40 000 60 000 50 000 60 000 60 000 65 000
106
Lampiran 14. Pemasukan Ubi Kayu Petani Mitr No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 Mei 2011 24 Mei 2011 25 Mei 2011 26 Mei 2011 27 Mei 2011 28 Mei 2011 29 Mei 2011 30 Mei 2011 31 Mei 2011 1 Juni 2011 2 juni 2011 3 Juni 2011 4 Juni 2011 5 Juni 2011 6 Juni 2011 7 Juni 2011 8 Juni 2011 9 Juni 2011 10 Juni 2011 11 Juni 2011 12 Juni 2011 13 Juni 2011 Rata-rata
Lingkungan pabrik (kg) 12.140 2.840 4.460 4.600 20.620 9.820 16.550 16.140 28.780 12.460 16.660 6.020 27.310 9.390 8.610 9.750
OKI SP Pema- Brabasan TL Gunung Lapak Lapak Buko- Menggala (kg) tang (kg) A (kg) (kg) unit 4 (kg) poso (kg) C (kg) 9.660 14.010 35.430 59.120 62.120 4.300 21.320 38.620 44.830 51.970 24.640 2.330 22.430 31.620 33.270 44.800 48.530 14.710 12.670 10.970 57.160 55.740 5.170 21.720 28.040 35.850 54.590 16.820 13.800 34.400 42.190 34.790 18.370 20.660 41.310 62.820 34.120 11.020 23.140 5.120 21.610 23.640 24.620 40.920 8.520 22.370 6.260 12.920 6.100 38.160 61.380 9.090 16.350 11.690 13.090 24.920 38.410 5.330 14.000 29.900 20.760 5.340 7.210 25.360 79.980 9.330 18.790 13.980 44.880 79.600 4.260 16.810 18.130 11.400 31.880 65.910 9.660 11.690 20.220 44.960 61.540 11.250 32.510 7.070 26.790 48.980 13.780 4.180 23.640 11.720 54.320 30.590 19.030 10.400 10.040 11.930 37.600 55.150 26.580 10.450 31.610 7.560 65.140 85.730 9.850 16.530 10.140 31.460 11.830 60.380 64.530 13.740 21.780 11.470 4.240 12.540 8.050 57.370 40.509 11.320
Total (kg) 192.480 163.880 114.290 97.790 155.850 165.990 151.820 204.850 163.710 185.060 122.250 86.660 127.900 188.820 153.520 159.320 129.130 152.090 161.450 210.340 208.610 167.279 157.143
Sumber : Data Mitra (Diolah)
106
107 Lampiran 15. Kadar Aci pada Ubi Kayu yang Dibeli PT SPM I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kendaraan BE 9384 EO BE 9275 BJ BE 4685 JR BE 9553 T BE 9454 FD BE 8522 RG BE 4457 CG BE 9551 BK BE 9247 N BE 9892 GF BE 9645 BW BE 9156 TD BE 9317 BU BE 9044 TE BE 8662 AJ BE 9420 TC BE 9832 TB BE 9583 JA BE 9526 FA BE 4094 AL
Rata-rata Sumber: Data Primer
Kadar aci (%) 24 25 27 24 25 26 25 25 27 21 25 26 28 26 25 26 27 25 24 25 25.3