1
METODE DONGENG UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PADA ANAK PASCA BENCANA Oleh: Reynoldus Michel Dwicahyo
[email protected] Ika Herani , Nur Hasanah Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya ABSTRACT This study aims to improve resilience in children after disaster occurs, using story telling. The method used was quasy experiment with one group pretest-posttest design. The treatment was the puppet show, while the resilience of children was measured using a scale of resilience which is developed by researcher. The number of subjects is 30 students of SDN Baturejo, Ngantang, by the age 10 to 12 years old. From the test results of the t-test, showed that the scores significantly difference in resilience after a given treatment, which is higher posttest scores than pretest scores. The conclusion is, the story telling method can increase the resilience of children who experience disaster. Keyword: Resilience, Disaster, Story Telling ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan resiliensi pada anak pasca bencana, menggunakan metode dongeng. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan one group pretest-posttes design. Treatmenyang diberikan berupa dongeng panggung boneka, sedangkan resiliensi anak diukur menggunakan skala resiliensi yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan 7 faktor resiliensi menurut Reivith & Shatte. Jumlah subjek adalah 30 orang anak dengan kriteria, usia 10 hingga 12 tahun di SDN Baturejo, Ngantang. Dari hasil uji t-test, menunjukan adanya perbedaan skor resiliensi secara signifikan setelah diberikan treatmen, dimana skor posttest lebih tinggi daripada skor pretest. Kesimpulannya adalah, metode dongeng dapat meningkatkan resiliensi pada anakpascabencana. Kata Kunci: Resiliensi, Bencana, Dongeng.
2
yang menunjang diantaranya, kontrol
PENDAHULUAN Bencanamerupakan peristiwa
yang
rangkaian
mengancam
emosi yang baik, dapat menyelesaikan
dan
masalah
kompetensi
mengganggu
kehidupan
dan
penghidupan
masyarakat
yang
secara
sosial
berkomunikasi,
atau faktor non alam, maupun faktor
berorientasi
manusia,
(Sulistyaningsih,
kejadian
itu
memiliki
seperti
empati,
emosional yang matang, terampil dalam
disebabkan baik oleh faktor alam dan
sehingga
mandiri,
dan pada
optimis masa
2011).
serta depan
Kapasitas-
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
kapasitas positif inilah yang apabila
manusia,
dilihat
kerusakan
lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Nirmalawati, 2011). United Nation
International
Strategy
sebagai
suatu
kesatuan
merupakan konsep darpi resiliensi. Resiliensi
merupakan
suatu
for
kapasitas dalam perkembangan yang
Disaster menyebutkan bahwa dari total
sehat demi mencapai kesuksesan yang
korban bencana di seluruh dunia, 60%
dimiliki setiap orang. Reivich dan
diantaranya adalah anak dan akan terus
Shatte
bertambah pada 10 hingga 20 tahun
kemampuan
mendatang (Pramesti, 2012). Direktur
beradaptasi terhadap kejadian yang
Yayasan
Lestari
berat atau masalah yang terjadi dalam
Yogyakarta,
Aris
Indonesiadi Sustiyono,
menjelaskan resiliensi adalah untuk
mengatasi
dan
juga
kehidupan, bertahan dalam keadaan
menegaskan bahwa anak merupakan
yang tertekan, dan bahkan berhadapan
kelompok
masyarakat
dengan kesengsaraan (adversity) atau
terhadap
dampak
yang dari
rentan bencana
trauma
yang
dialami
(Pramesti, 2012). Sebagai kelompok
kehidupannya
yang rentan maka mereka
diduga
Resiliensi bencana pada anak merujuk
banyak yang akan mengalami trauma
pada sebuah proses memahami dan
psikologis dengan gejala-gejala fisik,
beradaptasi secara baik dari keadaan
emosi, pikiran, dan perilaku yang
buruk dan rasa kehilangan akibat
mengganggu (Sulistyaningsih, 2011).
bencana (Peek, 2008).
Untuk dapat beradaptasi secara
Mengingat
(Aprilia,
dalam 2013).
pentingnya
postif terhadap bencana, anak harus
peningkatan resiliensi terhadap bencana
memiliki kapasitas-kapasitas positif lain
pada anak, maka pemberian metode
3
yang tepat dapat membantu peningkatan
yang baik dan buruk. Dari segi kognitif,
resiliensi anak khususnya bagi anak-
cerita dapat memperluas pengetahuan
anak yang baru saja terkena atau
anak
menjadi korban dari bencana.Sejalan
memperkenalkan
dengan itu peneliti menentukan lokasi
baru dan memperdalam pemahamannya
penelitian di daerah Sulerejo, Ngantang,
akan hal-hal yang telah dialaminya.
Jawa Timur.Desa Baturejo, Kecamatan
Dengan
Ngantang merupakan salah satu desa
berpikir kreatif serta dapat belajar dari
yang terkena dampak terberat dari
tokoh dalam cerita dan menimbulkan
bencana erupsi Gunung Kelud yang
sikap
terjadi
silam.Beratnya
dongeng inilah faktor-faktor yang dapat
dampak yang dialami warga desa
meningkatkan resiliensi pada anak lebih
Baturejo
mudah
tahun
2014
menyebabkan
dampak
psikologis yang cukup berat, terutama pada
ank-anak,
merupakan
karena
kelompok
yang
akan
dunia,
dengan
kepadanya
mendongeng
anak
antusiasme.Sehingga
di
situasi
dapat
melalui
pahami
dan
diimplementasikan dalam kehidupan.
mereka
Berdasarkan uraian di atas maka
rentan
dapat dikatakan bahwa resiliensi pada
terhadap dampak bencana.
anak perlu ditingkatkan dengan cara
Faktor-faktor yang mendukung
meningkatkan kemampuan anak dalam
peningkatan resiliensi anak ini perlu
beradaptasi serta serta menginternalisasi
diberikan menggunakan metode atau
nilai-nilai positif dan pantang menyerah
media
sejak dini, dengan demikian, faktor-
yang
menarik
dan
mudah
dipahami oleh anak.Salah satu metode
faktor
pemberian informasi dan pendidikan
ditingkatkan.
yang mudah diterima anak-anak adalah
faktor
dengan metode mendongeng (Fatyah &
menggunakan
metode
Harahab, 2007).
menyenangkan
dan
Melalui dialog batin dengan cerita
resiliensi
pada
anak
Meningkatkan
resiliensi
pada
anak,
dapat faktorperlu yang mudah
dipahami.Sehingga penelitian ini ingin
yang didongengkan, tanpa sadar anak
mengetahui
telah menyerap beberapa sifat positif,
metode dongeng dalam meningkatkan
seperti keberanian, kejujuran, rasa cinta
resiliensi pada anak.
tanah air, kemanusiaan, menyayangi binatang, serta membedakan hal-hal
bagaimana
efektivitas
4
dan setelah pemberian treatmen dengan
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah
prosedur pelaksanaan penelitian dapat
kuasi eksperimen dengan one group
diuraikan sebagai berikut:
pretest-posttest design. Subjek dalam
1. Pemilihan subjek
penelitian ini merupakan 30 siswa SDN,
Teknik pemilihan subjek adalah
Baturejo, Ngatang yang duduk dikelas 5
random sampling, sehingga pemilihan
dan kelas 6 dengan rentang usia 10-12
subjek dilakukan secara acak dari
tahun. Penentuan subjek dari kedua
jumlah anak yang berada pada sekolah
kelas dilakukan secara acak oleh guru
tersebut dengan kriteria usia 10-12
disaksikan oleh peneliti.
tahun. Peneliti bekerjasama dengan
Sesuai dengan desainnya, peneliti
guru setempat untuk memilih siswa
melakukan pengukuran sebanyak dua
secara acak dilihat dari presesi kelas,
kali dengan subjek yang sama dengan
sehingga terkumpul 30 orang subjek
menggunakan alat ukur yang sama pula
dengan porsi siswa perempuan dan laki-
yaitu
laki seimbang yang mewakili kelasnya
skala
resiliesni
yang
dikembangkan oleh peneliti mengacu
masing-masing.
pada 7 faktor resiliensi menurut Reivich
2. Pretest
dan
Shatteyang
berbentuk
sakla
Subjek yang telah terpilih dari hasil
lingkert. Pengujian validitas alat ukur
randomisasi, ditempatkan pada satu
dilakukan dengan metode professional
kelas tersendiri. Sebelum pembagian
judgment.
skala
Reliabilitas
aitem
pada
resiliensi,
subjek
diberikan
penelitian ini dilakukan pada 35 subjek
lebaran informed consent serta data diri.
siswa SD di lokasi yang berbeda.
Waktu pengisian informed consent
Analisa
adalah 10 menit. Setelah infomed
data
yang
digunakan
menggunakan analysis paired sampels
consent diberikan, subjek
diberikan
t-test untuk menguji perbandingan rata-
lembar
Sebelum
rata dari sampel yang berpasangan.
pengisian
Semua data
eksperimenter
dalam penelitian ini
skala
resiliensi. skala
resiliensi,
memberikan
dihitung menggunakan SPSS 20 for
pengisian
windows.
diminta untuk menjawab pernyataan-
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum pemberian treatmen
skala.
Kemudian,
instruksi subjek
pernyataan tersebut dengan jujur sesuai keadaan
diri
masing-masing.
5
Eksperimenter
bahwa
memeragakan cerita dongeng adalah
dalam hal ini tidak ada jawaban yang
orang yang sama pula yang melakukan
benar
salah.
rekaman suara cerita dongeng. Hal ini
Sehingga subjek diminta untuk mengisi
dimaksudkan agar peragaan boneka
sendiri skala
yang diterima tanpa
lebih menyatu dengan cerita dongeng
bekerja sama atau melihat skala orang
yang terdengar. Waktu dongeng pada
lain.
instruksi,
carita satu adalah 11,5 menit, sedangkan
subjek diminta untuk mengisi skala
dongeng pada cerita ke dua 14 menit.
dengan teliti agar tidak ada jawaban
Setelah perlakuan ke dua, eksperimenter
yang kosong.Waktu pretest 17 menit.
membagikan
atau
menegaskan
jawaban
Setelah
yang
pemberian
selembar
manipulation
check. Eksperienter meminta subjek 3. Treatment
untuk mengisinya dengan cara memberi
Sebelum memulai treatment atau
lingkaran pada angka sesuai dengan
perlakuan, ekperimenter menempatkan
pertanyaan yang diberikan. Angka yang
subjek pada kelas tersendiri kemudian
dilingkar
mengabsen subjek agar memastikan
diberikan berkaitan dengan perlakuan.
semua
setiap
Waktu pengisian manipulation check
subjek
adalah 5 menit.
subjek
perlakuan.
hadir
pada
Kemudian,
ditempatkan di tempat yang nyaman agar
dapat
nilai
yang
4. Posttest
dongeng
Posttest dijalakan setelah perlakuan
dengan baik waktu persiapan adalah 20
selesai diberikan. Sebelum mengisi
menit.Setelah semuanya telah duduk
posttest,
pada
perlakuan
instruksi yang sama pada saat pengisian
dimulai.Treatment atau perlakuan yang
pretest. Setelah subjek selesai mengisi
diberikan merupakan dongeng.Dongeng
posttest, peneliti memberikan kenang-
disajikan berupa dongeng panggung
kenangan.Setelah
boneka
dikembalikan ke kelas masing-masing.
tempatnya,
yang
timdongeng SIPUPA
menyaksikan
merupakan
dilaksanakan
SIPUPA.Tim
bertugas
oleh
eksperimenter
itu
memberikan
subjek
dongeng
sebagai
peraga
HASIL
boneka karakter sesuai dongeng yang
Berdasarkan analisis data statistik
telah di rekam sebelumnya. Orang-
yang dilakukan oleh peneliti yang
orang
diperoleh dari hasil dari skor pretest dan
dari
tim
SIPUAPA
yang
6
posttest, maka diperoleh hail sebagai
=0.521masuk dalam kategori sedang
berikut:
(Santoso, 2010). Maka dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh yang cukup
Tabel 07, Tabel Hasil Uji-t Hasil Analisis Skor Resiliensi
Jumlah Mean Signifikasi T hitung Df (n-1) T table
pretest 30 3.1288
postest 30 3.3091 0.009 2.814 29 2.045
kuatvariabel X yaitu metode dongeng terhadap variabel Y yaitu resiliensi anak.
DISKUSI Perubahan kondisi resiliensi yang terjadi bisa disebabkan karena anak
Berdasarkan tabel hasil uji t diatas,
belajar pada pengelaman-pengalaman
maka dapat dikatakan bahwa, nilai t
sang tokoh dalam dongeng tersebut.
hitung yang diperoleh dalam penelitian
Setelah itu anak dapat memilah mana
ini adalah 2.814 denga (df) 29, sehingga
yang dapat dijadikan panutan, sehingga
diperoleh t tabel sebesar 2.045. Nilai t
anak dapat belajar dari proses adaptasi
hitung > dari t tabel menunjunkan
para tokoh yang disaksikan dalam cerita
adanya pengaruh varibel bebas terhadap
dongeng
veriabel
terikat.Dengan
yang mengacu pada teori peningkatan
hipotesis
penelitian
demikian
(Hariyani,
2010).Dongeng
yaitu
resiliensi menjadi terdukung karena
“metode dongeng efektif meningkatkan
adanya peningkatan aspek-aspek positif
resiliensi anak”.
pada diri anak. Proses peningkatan
Berdasarkan melalui
skala
diterima
hasil
pengukuran
resiliensi,
subjek
resiliensi yang diperoleh dari cerita dongeng
yaitu
peroses
penguatan-
mengalami peningkatan skor resiliensi
penguatan dengan statement “kita kan
dari skor pretest M = 3.1288 dan skor
anak rajin”, “kita anak yang pantang
posttest M = 3.309.
menyerah”, “kalau kita saling tolong-
Analisis tabahan yang dilakukan
menolong,
kita
pasti
peneliti adalah analisis effect size.
membersihkan
Analisis effect size diperoleh dari rumus
rusak”,” kita kan punya teman yang bisa
PVD dan nilai f,menunjukan (f = 0.521).
saling membantu” merupakan aplikasi
Berdasarkan kategorisasi Cohen yang
dari penguatan-penguatan yang dapat
telah
meningkatkan resiliensi pada anak.
dijelaskan
pada
BAB
III,f
sekolah
kita
dapat yang
7
Menurut
Grotbergh,
penguatan-
yang diterima oleh anak-anak dianggap
penguatan yang dapat meningkatkan
menarik.Anak-anak di sekolah SDN
resiliensi anak adalah dengan penguatan
Baturejo sebelumnya belum pernah
“I Am” untuk penguatan internal, “I
menyaksikan
Have”, untuk meningkatkan kekuatan
boneka,
sehingga
ekseternal
disajikan
dapat
dan
sumber-sumbernya
dongeng
panggung
dongeng menarik
yang
perhatian
sedangkan “I can” untuk meningkatkan
mereka. Selain itu melalui dongeng,
penguatan interpersonalnya (Grotberg,
kapasitas anak ditingkatkan baik dari
2001).
perkembangan emosionalnya, serta anak
Alur cerita yang yang dibuat sesuai dengan
keadaan
memudahkan
sehari-hari,
anak
memproyeksikan
kehidupan
menjadi paham tentang proses sebab akibat dari sebuah kejadian. Dengan
untuk
demikian
anak-anak
menjadi
cerita
paham apa yang mereka lakukan untuk
dalam dongeng kedalam kehidupan
menyelesaikan
sehari-hari, seperti misalnya pada cerita
dihadapinya (Hariyani, 2010)
pertama, anak-anak diajarkan untuk mengerjakan
begitu
kemudian belajar yang rajin, kemudian
merupakan
sebuah
mengurangi
dibangun
merupakan dimensi
waktu belajar. aplikasi
resiliensi
hingga
selesai,
bermain
untuk
yang
Resiliensi pada anak, tentunya tidak terbentuk
keperluan
tugas
masalah
lebih
atau
saja.Resiliensi konstrak
terbentuk
perkembangan
yang selama
Hal-hal
tersebut
manusia
dari
dimensi-
(Sulistyaningsih, 2011). Resiliensi dapat
yang
berguna
berubah
tergantung
pada
meningkatkan resiliensi pada anak.
perkembangannya
Sehingga dengan penguatan tersebut,
selanjutnya. Proses perkembangan dan
anak belajar dan dapat mengaplikasikan
pengalaman-pengalaman yang dialami
statement tersebut dalam kehidupan
akan
sehari-hari.
resiliensinya. Bencana yang terjadi serta
Hasil
penghitungan
effect
size
dan
proses
pengalaman
mempengaruhi
pemberian
faktor-faktor
dongeng
dapat
menunjukan adanya pengaruh metode
mempengaruhi perubahan faktor-faktor
dongeng dalam meningkatkan resiliensi
resiliensi pada anak. Berikut merupakan
pada anak dengan kategori sedang.Hal
kondisi
ini bisa disebabkan karena dongeng
diberikan
resiliensi dongeng
anak dan
sebelum setelah
8
diberikan dongeng berdasarkan faktor-
serta adanya usaha secara postif untuk
faktornya:
mencapai cita-citanya.
Tabel 8. Rata-Rata Skor Resiliensi Anak Berdasarkan Faktornya Faktor Regulasi emosi Kontrol impuls Optimisme Analisis kausal Empati Efikasi diri Pencapaian Apabila
Pretest 2.77 2.88 3.30 3.2 3.2 3.26 3.27
melihat
Posttest 3.26 3.25 3.35 3.4 3.3 3.33 3.27
resiliensi
anak
menurut tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebelum diberikan dongeng, faktor resiliensi yang paling rendah adalah regulasi emosi.Sulistyaningsih (2011),
dalam
penelitiannya
menyebutkan bahwa kerentanan anak terhadap bencana menyebabkan anak lebih mudah terkena dampak psikologis pasca bencana. Salah satu aspek yang paling berpengaruh adalah gejala emosi dimana anak akan mudah mengalami kecemasan serta ketakutan. Sedangkan faktor yang paling tinggi sebelum diberikan dongeng adalah optimisme. Optimisme dalam resiliensi mengarah pada suatu keyakinan adanya perubahan yang lebih baik dimasa depan serta memliki harapan akan masa depannya (Liud, 2012). Hal ini menujukan adanya sikap postif anak akanmasa depannya
Setelah
diberikan
dongeng,
resiliensi anak terjadi peningkatan.Bila dilihat
dari
faktor-faktornya,
yang
mengalami perubahan paling
besar
adalah faktor Regulasi Emosi. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya proses pengembangan
emosional
yang
didapatkan dari dongeng (Hariyani, 2010).
Melalui
disampaikan,
dongeng
yang
belajar
untuk
anak
menghadapi bencana dengan keadaan emosional yang tepat, sehingga tetap dapat
melakukan
tugasnya
dengan
baik.Selain itu, faktor yang memiliki nilai tertinggi setelah diberikan dongeng adalah faktor optimisme.Dongeng dapat membentuk sikap positif yang ajarkan oleh para tokoh (Hariyani, 2010).Hal ini sangat
membantu
optimisme tinggi,
anak,
perkembngan
yang
semakin
sebelumnya
meningkat
dengan
pemberian dongeng. Faktor optimisme yang
baik
pada
anak-anak
dapat
mendorong anak-anak untuk melewati masalah berat yang dihadapi dengan harapan adanya hal baik yang akan terjadi dimasa depan (Liud, 2012) . Selain
kedua
dijelaskan
di
faktor atas,
yang
telah
faktor-faktor
9
resiliensi lain juga meningkat setelah
melihat perubahan perilaku setelah
diberikan dongeng.
mendapatkan perlakuan. 3. Perlu ketelitian dan pemahaman
KESIMPULAN DANA SARAN
yang baik dalam membuat cek
Kesimpulan
manipulasi agar cek manipulasi
Kesimpulan dari penelitian adalah,
analisis
uji-t,
ini
dapat digunkan secara maksimal
menunjukan
dalam mengukur kinerja manipulasi
adanya perbedaan skor resiliesni anak
yang diberikan dalam penelitian.
pretest dan posttest secara signifkan.
Salain
saran
bagi
peneliti
Rata-rata skor resiliensi anak meningkat
selanjutnya,
penulis
juga
ingin
setelah mendapatkan dongeng melalui
memberikan
saran
media panggung boneka. Selain itu
dalam pemberian pemahaman anak
dalam penelitian ini, dongeng juga
tentang kebencanaan, sebagai berikut:
memiliki pengaruh dengan kategori
1.
pengembangan
Dalam pemberian pemahaman anak
sedang dalam meningkatkan resiliensi
tentang
pada anak, dengan effect size (f =
menggunakan media yang menarik
0,521).Faktor
dan menyenangkan serta mudah
yang
mengalami
peningkatan paling besar adalah faktor regulasi emosi. Sedangkan faktor yang
bencana,
perlu
dipahami oleh anak-anak. 2.
Perlu
adanya
dukungan
dari
paling tinggi skornya baik sebelum
lingkungan sekitar dalam proses
diberikan dongeng
peningkatan resiliensi pada anak.
maupun setelah
diberikan dongeng adalah optimisme. Saran Saran berikutnya
DAFTAR PUSTAKA Ahyani, L. N. (2010). Metode Dongeng
bagi yang
peneliti-peneliti akan
melakukan
penelitian serupa adalah,
Dalam
Perkembangan Kecerdasan Moral Anak
1. Jeda dalam pemberian perlakuan sebaiknya tidak terlalu lama agar
Meningkatkan
Usia
Prasekolah.
Jurnal
Pendidikan , Volume 1. Aprilia,
W.
(2013).
Resiliensi
dan
efek dongeng yang diterima tidak
Dukungan Sosial Pada Orang Tua
hilang saat dilakukan pengukuran.
Tunggal "Studi Kasus Pada Pada
2. Perlu
adanya
observasi
secara
Ibu Tunggal di Samarinda. eJurnal
berkala terhadap subjek, agar dapat
Psikologi, 3, 268-279. Diundunh
10
dari:http://portal.fisip-
Peek, L. (2008). Children and Disaster:
unmul.ac.id/site/?p=1456.
Understanding
Fatiyah, K., & Harahab, F. (2007). Aplication Playing
Storytelling Method
To
And Improve
Psychological
Preparedness
Earthquake
In
For
Vulnerability,
Developing
Capacities,
and
Promoting
Resilience-
An
Introduction. Children, Youth and Environments, 18.
Kindergarten
Pramesti, O. L. (2012). 60% Anak Dunia
Children. Journal in Psychology .
Korban Bencana Alam. Artikel
Diunduh
Nasional Geografis Indonesia .
dari:
http://a-
research.upi.edu/skripsilist.php?exp ort=html. Grotberg,
E.
Ratnawati,
E.
(2010).
Kemampuan H.
(2001).
Resilience
Dongeng
Peningkatan
Berbicara
Dalam
Melalui
Pembelajaran
Programs for Children in Disaster.
Bahasa Indonesia Siswa Kelas I
Research Ambulatory Child Health,
Sekolah Dasar Negeri 2 Bendosari
7, 75-83. Diunduh dari: http://a-
Kecamatan
research.upi.edu/skripsilist.php?exp
Boyolali Tahun 2010. Skripsi Tidak
ort=html.
Diterbitkan. Surakarta :Universitas
Hariyani. (2010). Mencerdaskan Anak Dengan Dongeng. Koran Ilmiah. Yogyakarta:
Universitas
Gajah
Mada.
Kabupaten
Sebelas Maret: Santoso, A. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas
Liud, I. Y. (2012). Resiliensi Pada
Sawit
Psikologi
Universitas
Sanata Dharma. Jurnal Penelitian ,
Penyintas Erupsi Gunung Merapi
vol.14.
Dari Latar Belakang Budaya Jawa
:https://www.usd.ac.id/lembaga/lpp
Usian Dewas Madya Akhir. Skripsi
m/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vol14n
TidakDiterbitkan.
o1nov2010/2010%20November_01
Depok:
Universitas Indonesia. Nirmalawati.
(2011).
Diunduh
dari
%20Agung%20Santoso.pdf. Pembentukan
Sulistyaningsih, W. (2011). Pemulihan
Konsep Diri Pada Siswa SD Dalam
Anak Pasca Bencana: Pelibatan
Memahami
Komunitas Untuk Hasil Intervensi
Mitigasi
Bencana.
Journal Smartek, 9. Diunduh dari: http://download.portalgaruda.org/ar ticle.php?article=10749&val=750.
yang Efektif. Concep Paper .