1 Lampiran 1 Perbedaan sistem perencanaan spasial Tabel Lampiran 1 Matriks karakteristik sistem perencanaan spasial yang umum dilakukan dan yang diaju...
Lampiran 1 Perbedaan sistem perencanaan spasial Tabel Lampiran 1 Matriks karakteristik sistem perencanaan spasial yang umum dilakukan dan yang diajukan
1.
2.
Karakteristik Perencanaan Aspek analisis
Pedoman Perencanaan Departemen Pedoman Perencanaan Departemen Pekerjaan Umum 1) Kelautan dan Perikanan 2) Kebijakan tata ruang Kebijakan tata ruang Analisis wilayah Analisis wilayah Ekonomi dan sektor unggulan; Ekonomi dan sektor unggulan, dengan penekanan pada sektor perikanan; Sumberdaya manusia; Sumberdaya manusia; Sumberdaya buatan; Sumberdaya buatan, terdapat penekanan untuk prasarana perikanan seperti pelabuhan perikanan; Sumberdaya alam
Sumberdaya alam, dengan penekanan pada sumberdaya pesisir (perairan);
Sistem permukiman; Penggunaan lahan; Kelembagaan.
Substansi rencana Arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang;
Sistem permukiman; Penggunaan lahan; Kelembagaan. Pemanfaatan umum perairan Arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang, diperjelas untuk ruang perairan;
Sistem Perencanaan yang Diajukan Dalam Penelitian Kebijakan tata ruang Analisis wilayah Ekonomi dan sektor unggulan, tidak dilakukan penekanan pada sektor tertentu; Sumberdaya manusia; Sumberdaya buatan, diperjelas prasarana yang berhubungan dengan penggunaan perairan seperti pelabuhan, dan pelabuhan perikanan; Sumberdaya alam, memberikan keseimbangan perhatian antara sumberdaya pesisir (perairan) dan daratan; Sistem permukiman; Penggunaan lahan; Kelembagaan. Pemanfaatan umum perairan Arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang, diperjelas untuk ruang perairan; 235
35
No.
36
No.
Karakteristik Perencanaan
Pedoman Perencanaan Departemen Pedoman Perencanaan Departemen Pekerjaan Umum 1) Kelautan dan Perikanan 2) Arahan pengelolaan kawasan Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya; konservasi dan kawasan pemanfaatan umum, diperjelas untuk ruang perairan; Arahan pengelolaan kawasan Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, perdesaan dan permukiman nelayan, kawasan perkotaan, dan dan kawasan tertentu kawasan tertentu; Arahan pengembangan kawasan Arahan pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, permukiman (dengan penjelasan untuk permukiman nelayan), pertanian, pertambangan, kehutanan, pertanian, perindustrian, pariwisata dan pertambangan, perindustrian, kawasan lainnya; pariwisata dan kawasan lainnya; Arahan pengembangan sistem Arahan pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan pusat permukiman perdesaan dan perkotaan; perkotaan; Arahan pengembangan sistem Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah yang meliputi prasarana wilayah yang meliputi prasarana transportasi, prasarana perikanan seperti telekomunikasi, energi, pelabuhan perikanan, pengairan dan prasarana transportasi, telekomunikasi, pengelolaan lingkungan energi, pengairan tambak, dan prasarana pengelolaan lingkungan;
Sistem Perencanaan yang Diajukan Dalam Penelitian Arahan pengelolaan kawasan lindung/konservasi dan kawasan budidaya/pemanfaatan umum, diperjelas untuk ruang perairan; Arahan pengelolaan kawasan perdesaan dan permukiman masyarakat pesisir, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu; Arahan pengembangan kawasan permukiman (dengan penjelasan untuk permukiman masyarakat pesisir), kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya; Arahan pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan; Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah yang meliputi prasarana kelautan dan perikanan maupun daratan, transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan tambak, dan prasarana pengelolaan lingkungan;
3.
Karakteristik Perencanaan
Pedoman Perencanaan Departemen Pedoman Perencanaan Departemen Sistem Perencanaan yang Diajukan Pekerjaan Umum 1) Kelautan dan Perikanan 2) Dalam Penelitian Arahan pengembangan kawasan Arahan pengembangan kawasan Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan; yang diprioritaskan, dengan yang diprioritaskan, dengan penekanan pada ruang perairan; keseimbangan pada ruang daratan dan perairan. Dengan penjelasan bahwa perairan akan menerima pengaruh yang lebih besar dari daratan, dibandingkan dengan sebaliknya, oleh karena itu keseimbangan harus berbasis pada daya tampung perairan yaitu kemampuan perairan menerima pengaruh dari daratan. Arahan kebijaksanaan tata guna Arahan kebijaksanaan tata guna Arahan kebijaksanaan tata guna tanah, air, udara, dan sumber tanah, air, udara, dan sumber tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya. daya alam lainnya; dengan daya alam lainnya; termasuk penekanan pada sumberdaya pada sumberdaya dan jasa pesisir yang meliputi mangrove, lingkungan pesisir. terumbu karang, lamun, dan perikanan. Kerangka analisis Analisis dilakukan secara parsial Analisis dilakukan secara parsial Analisis dilakukan secara dengan melakukan proyeksi pada dengan melakukan proyeksi pada holistik, dimana proyeksi pada masing-masing aspek analisis masing-masing aspek analisis masing-masing aspek analisis secara terpisah. secara terpisah. dilakukan secara simultan dengan menggunakan analisis sistem.
237
37
No.
No.
Karakteristik Perencanaan
4.
Corak sektoral
5.
Sifat partisipatif
Pedoman Perencanaan Departemen Pedoman Perencanaan Departemen Sistem Perencanaan yang Diajukan Pekerjaan Umum 1) Kelautan dan Perikanan 2) Dalam Penelitian Simulasi dilakukan secara parsial Simulasi dilakukan secara parsial Dapat dilakukan analisis simulasi pada masing-masing aspek pada masing-masing aspek secara komprehensif dengan analisis. analisis. melibatkan semua aspek analisis. Perumusan kebijakan tidak dapat Perumusan kebijakan tidak dapat Dapat dilakukan intervensi dilakukan secara komprehensif dilakukan secara komprehensif terhadap sistem yang dibangun, dengan melibatkan seluruh aspek dengan melibatkan seluruh aspek dan menunjukkan pengaruhnya (terutama analisis terkait analisis. terhadap sistem secara utuh, sumberdaya kelautan). yang berguna untuk perumusan kebijakan komprehensif. Lebih menekankan sektor-sektor Lebih menekankan sektor-sektor Bebas terhadap kecenderungan yang berbasis pada ruang yang berbasis pada pada ruang sektoral, dan menekankan pada daratan, dengan penekanan pada perairan, dengan penekanan pada objektivitas rencana. prasarana ke-pekerjaan-umum-an prasarana kelautan dan perikanan. Dilakukan secara prosedural Dilakukan secara prosedural Dilakukan oleh para pemangku melalui workshop, seminar, melalui workshop, seminar, kepentingan secara langsung dan diseminasi, dan sosialisasi, diseminasi, dan sosialisasi, bersama-sama melalui analisis terutama terhadap perencanaan terutama terhadap perencanaan kebutuhan. yang telah disusun. yang telah disusun. Penyusunan rencana merupakan hasil kerja para pemangku kepentingan.
38
Keterangan: 1) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 327 tahun 2002 tentang Penetapan 6 (Enam) Pedoman Bidang Penataan Ruang; yang telah diperbaharui dengan Per. Men. Pekerjaan Umum No. 15, 16, dan 17 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota. 2) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 34 tahun 2002 tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Lampiran 2 Sistem lahan wilayah penelitian Tabel Lampiran 2 Sistem lahan di wilayah pesisir Teluk Lampung Kemiringan (%)
Relief (m)
Kelompok Tanah
Simbol
Nama
Deskripsi Singkat
1
AHK
Air Hitam Kanan
Punggung sangat curam di atas sedimen tufaan
41-60
51-300
2
BBG
Bukit Balang
41-60
>300
3
BBR
Bukit Barangin
41-60
51-300
Riolit, granit
4
BGA
Batang Anai
41-60
51-300
Kuarzit, filit, sekis, shale, batu pasir
5
BLI
Beliti
<2
<2
Aluvium sungai muda, bergambut
Tropaquepts, Fluvaquents
6
BMS
Bukit Masung
41-60
51-300
Andesit, basalt, breksia
7
BTA
Batu Ajan
Punggung pegunungan tak beraturan di atas batuan volkanik basaltik Perbukitan sangat curam di atas batuan beku asam Punggung panjang berlereng sangat curam di atas batuan metamorfik Dataran banjir rawa pada pelembahan sempit Punggung sangat curam di atas batuan volkanik basa/intyermedier Kerucut kecil volkanik basaltik muda
Kipas aluvial nonvolkanik yang sangat landai Dataran sedimen tufaan yang berombak sampai bergelombang
9-15
11-50
14
PKS
Pakasi
Dataran tufa volkanik bergelombang
9-15
11-50
15
PLB
Pidolidombang
2-8
2-10
16
SAR
Sungai Aur
Dataran metamorfik berombak sampai bergelombang Dataran sedimen tufa yang berbukit kecil
16-25
11-50
17
SKA
Sukaraja
9-15
11-50
40
No.
Dataran batuan beku asam berombak sampai bergelombang
Litologi Aluvium muda berasal dari campuran endapan muara, endapan laut dan endapan sungai, bergambut Aluvium muda berasal dan campuran endapan muara dan endapan laut Endapan kipas aluvium muda berasal dari volkanik Endapan kipas aluvium
Tefra berbutir halus, tufa, batu lumpur, batu lanau, batu pasir, aluvium sungai muda, pasir tua, dan kerikil Tefra berbutir halus, tefra berbutir kasar Filit, kuarzit, sekis, shale, aluvium sungai muda Tufa, batu pasir, batu lumpur, serpih, tefra berbutir halus Granit, riolit
Keterangan: NA = tidak tersedia data Sumber: Peta land systems and land suitability Sumatra, Sheet 1110 Tanjungkarang Series RePPProt (1988)
42
Lampiran 3 Nilai awal dan parameter Tabel Lampiran 3 Nilai awal dan parameter model Peubah
Deskripsi
1
AKTIVITAS_ EKONOMI
2 3 4
Angkatan_Kerja Angkutan_Laut Dampak_ Penganggur
5
Degradasi_SD_ Pesisir
6 7
Emigrasi Fraksi_Angkt_ Kerja
8 9 10
Fraksi_Lahir Fraksi_Mati Fraksi_Pert_ Angkt_Laut
11
Fraksi_Pert_ Industri
Aktivitas perekonomian, yang digambarkan dari nilai besarnya PDRB harga konstan di wilayah penelitian, yang ditentukan oleh produksi 9 sektor, didalam model dikelompokkan ulang menjadi 5 sektor ditambah 1 sektor lain. Jumlah angkatan kerja kumulatif. Sumbangan sektor transportasi laut terhadap PDRB harga konstan (ADHK) Parameter yang menunjukkan daya tarik tenaga kerja, bernilai 0 sampai 1; Dampak penganggur akan bernilai mendekati 0 bila tingkat penggangguran < 10% (hanya satu digit), dan bernilai 1 bila tingkat penggangguran >10% (ke arah dua digit). Oleh karena itu, bila dampak penganggur bernilai 0 menunjukkan kondisi yang sangat menarik bagi tenaga kerja, sehingga dapat menarik imigrasi dan menahan emigrasi, dan sebaliknya untuk nilai 1 akan mencegah imigrasi dan mendorong emigrasi. Degradasi sumberdaya pesisir akibat terjadinya konversi kawasan lindung, dinyatakan dalam skala mendekati nilai 0 berarti tidak terjadi degradasi dan mendekati nilai 1 berarti terjadi degradasi maksimum. Jumlah emigrasi yang keluar wilayah studi setiap tahun. Rasio antara penduduk yang berusia >15 tahun dan bukan ibu rumah tangga, lanjut usia, atau sedang bersekolah terhadap populasi (tanpa satuan), berdasarkan data sensus tahun 2000 dan PODES 2007. Tingkat kelahiran yang terjadi. Tingkat kematian yang terjadi. Pertumbuhan sektor transportasi laut, tanpa satuan, diambil dari rata-rata pertumbuhan 2003-2007. Pertumbuhan sektor industri, tanpa satuan, diambil dari rata-rata pertumbuhan 2003-2007.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
2.628.969
Rp juta
S
Persamaan 123.704 graph
orang Rp juta -
PS S E
graph
-
E
Persamaan 0,4886
orang/tahun -
PS PS
0,0130 0,0024 0,0621
-
PS PS PS
0,0728
-
PS
243
43
No.
Peubah
Deskripsi
12
Fraksi_Pert_ Perikanan
13
Fraksi_Pert_ Pertanian
14
Fraksi_pert_invest
15
Fraksi_Pert_Lain
16
Fraksi_Pert_Wisata
17
Gap_penggunaan_ ruang
18 19 20 21
Ikan_awal Imigrasi Industri Investasi
22
Kaw_Lindung_ Perairan
Pertumbuhan awal sektor perikanan, diambil dari rata-rata pertumbuhan 20032007, sebesar 10,296%, fraksi pertumbuhan merupakan fraksi yang didapat dari pengaruh grafik antara rasio perairan lindung dengan fraksi pertumbuhan awal. Pertumbuhan sektor pertanian (setelah dikeluarkan sub-sektor perikanan), tanpa satuan, diambil dari rata-rata pertumbuhan 2003-2007. Fraksi pertumbuhan investasi diambil rata-rata dari angka pertumbuhan yang tidak teratur antara tahun 2000-2007. Pertumbuhan sektor selain dari angkutan laut, perikanan, pertanian, industri, dan pariwisata, tanpa satuan, diambil dari rata-rata pertumbuhan 2003-2007. Pertumbuhan sektor Pariwisata (dipecah dari hotel dan restoran dan jasa hiburan, dll), tanpa satuan, diambil dari rata-rata pertumbuhan 2003-2007. Merupakan jumlah rasio antara kawasan lindung daratan dengan kawasan budidaya daratan terpakai ditambah dengan rasio kawasan lindung perairan dengan kawasan budidaya perairan terpakai. Nilai rasio akan menjadi 0 bila tidak ada penetapan kawasan lindung daratan dan perairan, dan semakin membesar dengan adanya penetapan kawasan lindung daratan dan perairan. Parameter ini merupakan indikasi kesenjangan penggunaan ruang ideal dengan penggunaan ruang aktual darat dan perairan, dinyatakan dengan grafik nilai 0 sampai 1. Skala mendekati nilai 0 berarti tidak terjadi gap yang berarti dan mendekati nilai 1 berarti terdapat gap yang sangat besar antara penggunaan ruang dan ketersediaan ruang, tanpa satuan. Nilai maksimal jumlah gap daratan dan perairan adalah 0,7730. Rerata pertumbuhan sektor perikanan 2003 - 2007 dari PDRB Jumlah imigrasi yang masuk ke wilayah studi setiap tahun. Sumbangan sektor industri pengolahan terhadap PDRB ADHK Merupakan investasi langsung (direct investment) asing dan domestik yang dilakukan di wilayah penelitian, didasarkan pada data BKPMD di Kota Bandar Lampung dan Lampung Selatan (masih tergabung dengan Kabupaten Pesawaran) Merupakan luas total kawasan lindung perairan yang ditetapkan sesuai dengan tutupan terumbu karang dan lamun dengan luas total 4.823 ha.
44
No.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
graph
-
E
0,0284
-
PS
0,1143
-
PS
0,0603
-
PS
0,0379
-
PS
graph
-
E
0,1020 Persamaan 371.899 188.395
orang/tahun Rp juta Rp juta
PS PS S S
0
ha
E
Peubah
Deskripsi
23
Kawasan_ Lindung_Darat
24
Keb_Bisnis_dan_ Industri
Merupakan luas total kawasan lindung yang ditetapkan sesuai dengan kriteria yang termasuk lahan kelas 8, 7, 6, dan 5, yang meliputi lahan atas, sempadan sungai, dan sempadan pantai, total luas ideal adalah sebesar 42,60% dari luas daratan. Laju pertambahan kebutuhan ruang untuk bisnis dan industri yang disebabkan oleh meningkatnya investasi, didapatkan dari ruang per investasi dikali dengan total investasi.
25
Keb_Lahan_Militer
26 27
Keb_Naker_ Investasi Keb_Pelabuhan
28
Keb_Pemukiman
29
Keb_Prasarana
30
Kebangkrutan
31
KEBIJAKAN
32
Kecepatan_ Reklamasi
33 34
Kelahiran Kematian
Laju pertambahan kebutuhan lahan militer disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan pembangunan pangkalan TNI-AL Armada Barat dan Korps Marinir. Kebutuhan tenaga kerja akibat adanya investasi. Laju pertambahan luas pelabuhan, diasumsikan perluasan sebesar 5 ha per tahun. Laju pertambahan kebutuhan ruang untuk pemukiman yang disebabkan oleh meningkatnya populasi, didapatkan dari ruang mukim per kapita dikali dengan pertambahan populasi. Laju pertambahan kebutuhan ruang untuk prasarana yang disebabkan oleh meningkatnya populasi dan aktivitas perekonomian, terutama untuk bisnis dan industri. Laju kebangkrutan yang terjadi dari investasi yang telah dilakukan, didapatkan dari perkalian antara investasi dengan tingkat kebangkrutan. Merupakan faktor pengali yang mewakili kebijakan penetapan kawasan lindung dan budidaya darat dan perairan . Reklamasi (penimbunan pantai) pantai telah terjadi dan cenderung terus terjadi di Teluk Lampung, terutama di Kota Bandar Lampung. Pada tahun 2007 telah direncanakan akan direklamasi laut di Bandar Lampung dan sebagian Pesawaran (Padang Cermin) seluas 1.447 ha selama 20 tahun.; dan diasumsikan di wilayah Pesawaran dan Lampung Selatan sebesar 15% dari jumlah tersebut. Jumlah kelahiran yang terjadi setiap tahun Jumlah kematian yang terjadi setiap tahun.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
0
ha
E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan Persamaan
orang ha/tahun
E E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
PS
0-1
Rp juta/tahun -
83
ha/tahun
PS
Persamaan Persamaan
orang/tahun orang/tahun
PS PS
E
245
45
No.
Peubah
Deskripsi
35
Kendala_Ruang
36
Konversi_kws_ lindung_perairan
37
Konversi_Lahan_ Atas
38
Konversi_Semp_ Pantai
39
Konversi_Semp_ Sungai
Menunjukkan kendala pengembangan wilayah akibat tidak tersedianya ruang dan terjadinya degradasi sumberdaya, ditunjukkan oleh nilai yang mendekati 0 berarti tidak terdapat kendala, dan mendekati 1 berarti kendala sangat besar dengan konsekuensi tidak mungkin lagi dilakukan pengembangan kawasan budidaya. Penambahan luas perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya laut, yang meliputi keramba jaring apung (KJA), budidaya rumput laut, dan budidaya mutiara; akan cenderung mengambil tempat di atau sekitar areal terumbu karang dan padang lamun, hal ini akan memicu konversi perairan lindung menjadi budidaya. Diasumsikan sebagian dari penambahan luas kawasan budidaya laut akan mengkonversi kawasan lindung perairan. Laju konversi lahan atas, disebabkan oleh pembukaan lahan pertanian dan kebutuhan permukiman; diasumsikan 15% lahan pertanian bersumber dari lahan atas, dan 10% kebutuhan permukiman berasal dari lahan atas. Pembangunan tambak (lahan BD pesisir) akan merubah 20% bagian sempadan pantai; reklamasi juga akan merubah 10% sempadan pantai; selain itu, kebutuhan permukiman pada desa-desa sekitar pantai juga akan merubah sempadan pantai yang diasumsikan sebesar 5%; oleh karena itu ketiga aktivitas akan mengkonversi sempadan pantai. Laju konversi sempadan sungai, diasumsikan berlangsung sebesar 0,1 x kebutuhan permukiman.
Lahan yang digunakan untuk tambak. Merupakan luas lahan yang mungkin untuk dimanfaatkan bagi kawasan budidaya. Merupakan lahan yang digunakan sebagai kawasan budidaya baik pertanian maupun non-pertanian, yang meliputi Lahan_BD_Pesisir, Lahan_Bisnis_dan_Industri, Lahan_Militer, Lahan_Pelabuhan, Lahan_Permukiman, Lahan_Pertanian, Lahan_Prasarana, dan Lahan_Wisata_Pantai.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
graph
-
E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
E
1.531 2.477 Persamaan
ha ha ha
PS PS E
Persamaan
ha
E
Peubah
44
Lahan_Bisnis_ dan_Industri
45 46 47 48 49 50
51
52 53
54
Deskripsi
Lahan yang digunakan untuk bisnis dan industri, termasuk pertokoan, industri manufaktur (pabrik), dan sebagainya, didapat dari berdasarkan analisis citra. Lahan_Militer Lahan yang digunakan untuk pangkalan TNI-AL di Teluk Ratai, diperkirakan dari analisis citra. Lahan_Pelabuhan Luas lahan areal pelabuhan, dari analisis citra diperkirakan luas lahan seluruh pelabuhan di Teluk Lampung. Lahan_Permukiman_dan_Pe Merupakan jumlah dari Lahan_Bisnis_dan_Industri+ Lahan_Pelabuhan+ rkotaan Lahan_ Permukiman+Lahan_Prasarana. Lahan_Pertanian Ruang yang digunakan untuk pertanian (pangan, perkebunan, sawah, dan peternakan). Lahan_Prasarana Lahan untuk prasarana, termasuk fasos dan fasum, meliputi antara lain jalan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Lahan_Rawa_ Pantai Merupakan luas lahan rawa pantai dan lahan landai di sekitar pantai yang dapat dijadikan sebagai tambak berdasarkan pertimbangan fisik semata. Luasnya diperkirakan 4 x luas lahan kelas 5. Lahan_Tersedia Lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan kawasan budidaya baik pertanian maupun non-pertanian, yang meliputi Lahan_BD_Pesisir, Lahan_Bisnis_dan_Industri, Lahan_Militer, Lahan_Pelabuhan, Lahan_Permukiman, Lahan_Pertanian, Lahan_Prasarana, dan Lahan_Wisata_Pantai. LAHAN_TOTAL Total luas daratan yang ada, sama dengan luas darat wilayah daratan penelitian. Lahan_Wisata_ Pantai Lahan yang digunakan untuk areal wisata pantai dan bahari di Teluk Lampung, didapatkan dari analisis citra; yang terluas adalah Merak Belantung (krakatau), Pasir Putih, Pulau Pasir, dan Tanjung Selaki. Laju_kebutuhan_ lahan Merupakan perubahan lahan tersedia (baik positif maupun negatif) akibat digunakan sebagai kawasan budidaya baik pertanian maupun non-pertanian, yang meliputi Lahan_BD_Pesisir, Lahan_Bisnis_dan_Industri, Lahan_Militer, Lahan_Pelabuhan, Lahan_Permukiman, Lahan_Pertanian, Lahan_Prasarana, dan Lahan_Wisata_Pantai, kawasan lindung darat.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
880
ha
PS
115
ha
PS
210
ha
PS
Persamaan
ha
PS
105.223
ha
PS
890
ha
PS
11.920
ha
PS
0
ha
PS
127.902 60
ha ha
PS PS
Persamaan
ha/tahun
E
247
47
No.
Peubah
Deskripsi
55
Laju_penambahan_perairan _pel
56
Laju_perb_ pertanian
57
Laju_perb_BD_ Pesisir
58
Laju_perb_lhn_ wisata
59
Laju_Prb_Lhn_ Lain
60
Landuse__tak_sesuai
61 62
Lap_Kerja_dari_ Perekonomian Lapangan_Kerja
63 64
Lapangan_Kerja_ Awal Lindung_Lahan_ Atas
65
Mukim_per_kapita
Laju penambahan perairan pelabuhan (DLKr, DLKp, dan alur pelayaran masuk keluar pelabuhan) diasumsikan sebesar 100 ha pertahun mulai tahun 2008 dan berhenti pada tahun 2027. Laju perubahan lahan pertanian yang digunakan untuk keperluan non-pertanian setiap tahun. Laju perubahan luas lahan budidaya pesisir (tambak), didapAtkan dari perkalian fraksi perluasan tambak dari analisis citra 2001-2009, sebesar 51,36%; pertambahan luas harus berhenti setelah luas total tambak menyamai 0,6 x lahan rawa dan landai pantai. Laju pertambahan kebutuhan lahan wisata disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan pembangunan pariwisata pantai dan bahari di Teluk Lampung. Parameter penentu laju perubahan penggunaan lahan lain, menjadi budidaya (pertanian maupun non-pertanian). Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, yaitu lahan kelas 5, 6, 7, dan 8, yang digunakan untuk aktivitas budidaya. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap akibat adanya aktivitas perekonomian (yang dicerminkan dari besarnya PDRB) pada tahun yang bersangkutan. Jumlah lapangan kerja yang dapat disediakan bagi angkatan kerja pada tahun bersangkutan. Lapangan kerja yang telah tersedia sejak tahun 2003. Merupakan luas total kawasan lindung atas (lahan kelas 8,7 dan 6 yang berlereng >40%, dan lahan kelas 5) sebagai bagian dari kawasan lindung yang seharusnya dilakukan, pada awal simulasi belum ditetapkan (0 ha). Standard ruang yang dibutuhkan untuk pemukiman (rumah) per kapita, berdasarkan standart Dep. PU yang dimodifikasi, ditetapkan sebesar 25 m2/kapita untuk perkotaan; dan untuk perdesaan diasumsikan 100 m2/kapita. Dengan proporsi penduduk di wilayah penelitian yaitu 46,86% perkotaan dan 53,14% perdesaan; maka didapatkan kebutuhan mukim per kapita untuk wilayah penelitian secara tertimbang adalah 70 m2/kapita.
48
No.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
100
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
PS
Persamaan
ha/tahun
E
100
ha/tahun
PS
Persamaan
ha
Persamaan
PS
Persamaan
orang/Rp juta orang
248.607 0
orang ha
S PS
70
m2/orang
PS
PS
Satuan
Pendugaan
graph
-
E
0,0094
orang/Rp juta
PS
0,0172 0,0046 0
ha
PS PS PS
Persamaan
ha/tahun
E
Persamaan
ha/tahun
E
54.489
ha
PS
Luas lahan lain yang ditetapkan menjadi status kawasan lindung darat.
Persamaan
ha
PS
Angkatan kerja dan tambahan angkatan kerja yang tidak tertampung oleh lapangan kerja dan tambahan lapangan kerja yang tersedia.
Jumlah lapangan kerja yang tersedia akibat aktivitas perekonomian, didapatkan dari analisis jumlah tenaga yang bekerja pada level PDRB tertentu, dan dinyatakan sebagai nilai rasio yang berkisar antara 0 sampai dengan 0,006. Rasio antara jumlah tenaga kerja terhadap nilai investasi, didapatkan dari hasil analisis terhadap 50 buah perusahaan yang berinvestasi di wilayah penelitian (tahun 2000-2007). Tingkat imigrasi yang telah terjadi. Tingkat emigrasi yang telah terjadi. Total inkonsistensi tata ruang yang terjadi merupakan akumulasi dari penggunaan kawasan lindung untuk aktivitas budidaya. Laju penambahan daratan akibat adanya kegiatan reklamasi, laju penambahan lahan daratan akan berhenti bila 75% dari luas laut tepi yang memiliki kedalaman < 5 m telah habis digunakan untuk reklamasi (dengan luas sekitar 333 ha). Merupakan pertambahan luas perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya laut, yang meliputi keramba jaring apung (KJA), budidaya rumput laut, dan budidaya mutiara; baik milik perusahaan besar maupun masyarakat. Diasumsikan pertumbuhan sektor perikanan sebesar 10,296%; disumbang oleh budidaya laut sebesar 20% darinya. Pertumbuhan tersebut hanya akan terjadi dengan adanya perluasan aktivitas budidaya laut, dengan laju pertumbuhan penggunaan perairan dalam fraksi yang sama pula. Fraksi kawasan lindung darat ditetapkan megikuti perbandingan luas kelas lahan (Kelas 8, 7, 6, dan 5) terhadap lahan total, yaitu didapatkan sebesar 42,60%, atau seluas 54.489 ha.
74
Penetapan_status_menjadi_l indung Pengangguran
75
249
49
Nilai Awal/ Parameter
No.
Peubah
Deskripsi
76
Penggunaan_ Lahan_Lain
77
Pengrh_angktlaut
78 79
Pengurangan_ Perairan_Total Penurunan_Lhn_ Lain
80
Penurunan_Lhn_ Tani
81
Penyediaan_Lahan
82 83 84
Penyedian_Lhn_ tak_ramah_lingk PERAIRAN_ TOTAL Perairan_BD_ Terpakai
85
Perairan_BD_Ideal
86
Perairan_BD_Laut
87
Perairan_Ikan_ Tangkap
88
Perairan_Militer
Merupakan lahan yang tidak digunakan untuk aktivitas budidaya, yang meliputi hutan primer, hutan bekas tebangan, mangrove, semak belukar, rawa, dan lainnya, berdasarkan analisis citra tahun 2001 dan 2009. Faktor pemercepat pertumbuhan sektor angkutan laut , akibat pertumbuhan sektor industri, pertanian, dan perikanan. Perubahan perairan total merupakan pengurangan perairan akibat dilakukannya reklamasi, jadi merupakan nilai negatif dari Pertambahan_Reklamasi. Merupakan laju perubahan penggunaan lahan lain, menjadi budidaya (pertanian maupun non-pertanian). Merupakan laju perubahan penggunaan lahan budidaya pertanian, menjadi budidaya non-pertanian. Merupakan laju penyediaan lahan yang berasal baik secara tidak ramah lingkungan, maupun dari konversi lahan budidaya untuk lindung. Merupakan jumlah dari Konversi_Lahan_Atas+ Konversi_ Semp_ Pantai+Konversi_Semp_Sungai Luas total perairan total wilayah studi. Merupakan perairan yang digunakan sebagai kawasan budidaya baik perikanan maupun non-perikanan, yang meliputi Perairan_BD_Laut, Perairan_Ikan__Tangkap, Perairan_Militer, dan Perairan_Pelabuhan. Merupakan luas perairan yang mungkin untuk dimanfaatkan bagi kawasan budidaya. Merupakan luas perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan laut, yang meliputi keramba jaring apung (KJA), budidaya rumput laut, dan budidaya mutiara; baik milik perusahaan besar maupun masyarakat. Merupakan perairan yang secara tradisional yang digunakan oleh nelayan di Teluk Lampung untuk wilayah tangkap. Merupakan perairan yang ditetapkan untuk pelatihan tempur laut TNI-AL Armada Barat dan Komar. Berdasarkan peta Teluk Lampung (Dishidros TNIAL, 1998), yang dianalisis dari SIG.
Merupakan perairan yang menjadi daerah lingkungan kerja (DLKr) dan daerah lingkungan kepentingan (DLKp) pelabuhan, berdasarkan Pergub No. 30 Tahun 2006 tentang Penataan Daerah Penangkapan Ikan Dalam Perairan Wajib Pandu dan Alur Pelayaran Pelabuhan Umum Panjang. Kumulasi perambahan perairan terumbu karang dan padang lamun, ditentukan oleh penambahan perairan budidaya laut dan konversi kawasan lindung perairan. Pada awal simulasi diasumsikan bernilai nol. Perairan pelabuhan (DLKr, DLKp, dan alur pelayaran masuk keluar pelabuhan) dapat berubah-ubah, yaitu berkurang dengan adanya reklamasi (terutama di wilayah Kota Bandar Lampung), dan bertambah dengan mengubah ketetapan DLKr, DLKp, dan alur pelayaran masuk keluar. Diasumsikan bahwa pengurangan luas perairan adalah sebesar 0,75 x luas reklamasi; dan penambahan diasumsikan sebesar 100 ha pertahun mulai tahun 2010 dan berhenti pada tahun 2025. Faktor yang mempercepat terjadinya imigrasi dan emigrasi, dinyatakan bernilai -0,01 sampai 0,01; dimana nilai MINUS akan meingkatkan Emigrasi dan menurunkan Imigrasi, dan sebaliknya untuk nilai PLUS. Faktor ini didapatkan dengan membuat grafik dengan variabel bebas adalah jumlah nilai dampak penganggur+kendala ruang, dimana bila bernilai 2 memberikan arti terjadinya banyak pengangguran dan kendala ruang yang besar, dan sebaliknya untuk nilai 0. Faktor penambah (dapat positif atau negatif) yang mempercepat laju investasi, akibat adanya kemudahan tenaga kerja berkualitas (positif) atau kendala ruang (negatif). Sumbangan sektor perikanan terhadap PDRB ADHK. Laju perluasan pelabuhan. Persentase pertumbuhan sektor angkutan laut, pada tahun berjalan. Persentase pertumbuhan ekonomi, pada tahun berjalan. Persentase pertumbuhan sektor perikanan, pada tahun berjalan. Persentase pertumbuhan sektor industri pengolahan, pada tahun berjalan. Persentase pertumbuhan sektor lain, pada tahun berjalan.
Persentase pertumbuhan sektor pertanian, pada tahun berjalan. Persentase pertumbuhan sektor pariwisata, pada tahun berjalan. Pertumbuhan sektor transportasi laut akibat pangsa pertumbuhan normalnya, dan dipercepat (baik secara positif maupun negatif oleh percepatan investasi), kemudian dipengaruhi juga oleh peningkatan sektor perikanan dan industri yang mebutuhkan sektor angkutan laut (sebagai pengali). Fraksi pertambahan luas lahan budidaya pesisir (tambak), didapatkan dari analisis citra 2001-2009, bernilai cukup besar yaitu 628 ha/tahun, atau mencapai 51,36% per tahun. Untuk mendapatkan laju pertumbuhan yang rasional, digunakan rata-rata pertumbuhan (%) antara tahun 2001 - 2009 yang dihitung per tahun, dan didapatkan 17,77%. Pertumbuhan sektor industri pengolahan akibat pertumbuhannya sendiri dan dipercepat (baik secara positif maupun negatif oleh percepatan investasi), merupakan hasil perkalian nilai initial sektor industri pengolahan dengan jumlah pangsa pertumbuhannya dan percepatan akibat investasi. Laju perkembangan investasi yang terjadi akibat adanya pertumbuhan investasi dan percepatan investasi, didapatkan dari hasil perkalian antara investasi dengan jumlah pertumbuhan dan percepatan investasi. Laju perluasan lahan militer. Laju perluasan lahan wisata. Penambahan lahan pertanian yang hanya mungkin berasal dari penggunaan lahan lain yang merupakan lahan kelas 8 dan sebagian kecil kelas 7. Diasumsikan petani tidak mampu lagi merambah lahan kelas 8, sehingga bila luas lahan sudah mencapai luas lahan kelas 8 (13.364 ha), maka pertambahan lahan pertanian akan berhenti (mendekati 0 persen).
110
Pert_Perikanan
Pertumbuhan sektor perikanan laut akibat pertumbuhannya sendiri dan dipercepat (baik secara positif maupun negatif oleh percepatan investasi), merupakan hasil perkalian nilai initial sektor perikanan laut dengan jumlah pangsa pertumbuhannya dan percepatan akibat investasi..
52
No.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
Persamaan Persamaan Persamaan
% % Rp juta/tahun
E E PS
graph
-
E
Persamaan
Rp juta/tahun
PS
Persamaan
Rp juta/tahun
PS
2,5 2 graph
ha/tahun ha/tahun -
PS PS E
Persamaan
Rp juta/tahun
PS
Peubah
111
Pert_Pertanian
112
113
114 115
116 117
118
119
120
Deskripsi
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
Pertumbuhan sektor pertanian akibat pertumbuhannya sendiri dan dipercepat (baik secara positif maupun negatif oleh percepatan investasi), merupakan hasil perkalian nilai initial pertanian dengan jumlah pangsa pertumbuhannya yang dipengaruhi oleh percepatan akibat investasi dan rasio luas lahan pertanian terhadap lahan total. Pert_Sektor_Lain Pertumbuhan sektor lain akibat pertumbuhannya sendiri dan dipercepat (baik secara positif maupun negatif oleh percepatan investasi), hasil perkalian nilai initial sektor lain dengan jumlah pangsa pertumbuhannya dan percepatan akibat investasi. Pert_Wisata Pertumbuhan sektor pariwisata, hotel, dan restoran akibat pertumbuhannya sendiri dan dipercepat (baik secara positif maupun negatif oleh percepatan investasi), hasil perkalian nilai initial sektor pariwisata dengan jumlah pangsa pertumbuhannya dan percepatan akibat investasi. Pertambahan_ Penduduk Laju pertambahan penduduk (neto) per tahun. Pertambahan_ Reklamasi Pertambahan lahan reklamasi adalah sama dengan kecepatan reklamasi, dimulai tahun 2008 dan berhenti setelah tahun 2027 (83 ha per tahun) ditambah dengan kebutuhan permukiman penduduk yang diasumsikan sebesar 2% dari kebutuhan permukiman penduduk. Pertanian Sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB ADHK. Pertumbuhan_ Ekonomi Sumbangan sektor-sektor terhadap aktivitas perekonomian (PDRB harga konstan) wilayah penelitian yang terdiri dari sektor lain, pariwisata, perikanan laut, pertanian, industri pengolahan, dan transportasi laut Peruntukan_ Lindung_Darat Penyediaan kawasan lindung yang seharusnya dilakukan, diasumsikan dalam waktu 15 tahun sejak tahun 2003, penetapan dan pelestarian kawasan lindung mencapai luas 54.489 ha (yaitu yang termasuk kelas lahan 8, 7, 6, dan 5). Peruntukan_Semp_Pantai Penetapan dan penyediaan kawasan lindung sempadan pantai (100 m dari garis pasang tertinggi ke arah darat) sebagai bagian dari kawasan lindung yang seharusnya dilakukan, luas sempadan pantai adalah 0.09737 x luas kawasan lindung darat.
Persamaan
Rp juta/tahun
PS
Persamaan
Rp juta/tahun
PS
Persamaan
Rp juta/tahun
E
Persamaan Persamaan
orang/tahun ha/tahun
PS E
431.943 Persamaan
Rp juta Rp juta/tahun
S PS
Persamaan
-
PS
Persamaan
ha
E
Peruntukan_Semp_Sungai
Persamaan
ha
E
Penetapan dan penyediaan kawasan lindung sempadan sungai (100 m kiri kanan
Deskripsi sungai besar, dan 50 m kiri-kanan sungai kecil) sebagai bagian dari kawasan lindung yang seharusnya dilakukan, luas sempadan sungai adalah 0.08138 x luas kawasan lindung darat. Jumlah penduduk total yang dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi, berdasarkan data BPS. Luas ruang yang dibutuhkan untuk prasarana yang meliputi jalan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi dan sebagainya, diasumsikan secara tertimbang untuk kawasan perkotaan dan perdesaan. Merupakan laju penetapan dan pengendalian kawasan lindung perairan, yang dimulai dari tahun 2008 dan berlangsung selama 15 tahun (sampai tahun 2022). Penetapan dan penyediaan kawasan lindung atas (lahan kelas 8,7 dan 6 yang berlereng >40%) sebagai bagian dari kawasan lindung yang seharusnya dilakukan, luas kawasan lindung lahan atas adalah 0,8212 x kawasan lindung darat. Rasio antara kawasan lindung darat dengan kawasan lahan budidaya terpakai. Nilai rasio akan menjadi 0 bila tidak ada penetapan kawasan lindung darat, dan semakin membesar dengan adanya penetapan kawasan lindung darat. Nilai akan menjadi maksimal bila kawasan lindung darat menjadi maksimal (yaitu 54.489 ha) dan nilai rasio maksimal akan menjadi 0,7422. Rasio antara kawasan lindung perairan dengan kawasan budidaya perairan terpakai. Nilai rasio akan menjadi 0 bila tidak ada penetapan kawasan lindung perairan, dan semakin membesar dengan adanya penetapan kawasan lindung perairan. Nilai akan menjadi maksimal bila kawasan lindung perairan menjadi maksimal (yaitu 4.823 ha) dan nilai rasio maksimal akan menjadi 0,0308. Rasio antara luas lahan pertanian terhadap luas lahan total. Reklamasi (penimbunan pantai) pantai telah terjadi dan cenderung terus terjadi di Teluk Lampung, terutama di Kota Bandar Lampung. Aktivitas reklamasi di Teluk Lampung telah dimulai sejak tahun 1983, dan dihentikan sampai tahun 1990, sudah dilakukan seluas 650 ha (seluas 450 ha terjadi di Bandar Lampung). Pada tahun 2007 telah direncanakan akan direklamasi laut di Bandar Lampung dan sebagian Pesawaran (Padang Cermin) seluas 1.447 ha selama 20
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
533.298
orang
S
50
m2/orang
PS
Persamaan
ha
PS
Persamaan
ha
PS
Persamaan
-
E
Persamaan
-
E
Persamaan 0
ha
E PS
No.
Peubah
129
Ruang_per_ Investasi
130
Sbr_lind_darat
131
Sektor_Lain
132
Semp_Pantai
133
Semp_Sungai
134 135
Tahapan_Kw_ Lindung Terumbu_Karang
136
Tgkt_ Kebangkrutan
137 138
Tingkat_ Pengangguran Wisata
Deskripsi tahun. Untuk kepentingan model, luas lahan reklamasi pada tahun 2003, diasumsikan mulai dari awal yaitu 0 hektar. Luas ruang yang dibutuhkan untuk setiap Rp juta investasi, berdasarkan data dari lima puluh perusahaan Selisih antara parameter Penetapan_Lindung_Darat dan Penetapan_status_ menjadi_lindung Sumbangan PDRB dari sektor lain di luar sektor perikanan laut, pariwisata, pertanian, industri pengolahan, dan transportasi laut, berdasarkan data PDRB ADHK. Merupakan luas total kawasan lindung sempadan pantai, total luas ideal adalah sebesar 0.09737 x luas kawasan lindung darat, pada tahun awal simulasi diasumsikan belum ditetapkan. Merupakan luas total kawasan lindung sempadan sungai, total luas ideal adalah sebesar 0.08138 x luas kawasan lindung darat, pada tahun awal simulasi diasumsikan belum ditetapkan. Fraksi penetapan kawasan lindung, yaitu untuk waktu 15 tahun. Merupakan luas tutupan perairan terumbu karang, yang seharusnya dilindungi, dengan luas 80% x 4.823 ha = 3.860 ha ditambah dengan tutupan padang lamun yang diasumsikan sama dengan 20% tutupan terumbu karang, dengan demikian luasan tetap menjadi 4.823 ha Peluang kebangkrutan investasi yang dapat terjadi dari investasi yang telah terlaksana. Rasio Pengangguran dan Angkatan Kerja. Sumbangan sektor pariwisata, hotel, dan restoran terhadap PDRB ADHK.
Nilai Awal/ Parameter
Satuan
Pendugaan
22
m2/Rp juta
PS
Persamaan
ha
E
1.258.411
Rp juta
S
0
ha
PS
0
ha
E
1/15 4.823
ha
PS PS
0,005
-
PS
Persamaan 63.457
% Rp juta
PS S
255
55
Keterangan: S = data sekunder; PS = Pengolahan data sekunder, analisis citra satelit, dan SIG; E = simulasi model, graph = fungsi grafik dari Stella. Sumber: Analisis (2010)
265 Lampiran 5 Kriteria analisis SIG Tabel Lampiran 4 Kriteria kawasan lindung daratan No. Kriteria Nilai 1 Kawasan Lindung Lahan Atas Lereng>40% 2 Sempadan Sungai 50 m kiri kanan sungai 3 Sempadan Pantai 100 m dari garis pantai ke arah darat Sumber: Kep. Presiden No. 32 (1990)
Tabel Lampiran 5
Kriteria kawasan konservasi perairan Kawasan Konservasi Kriteria Sangat Baik Baik Persentase tutupan karang 75-100% 50-75% Keanekaragaman karang >40 jenis 30-40 jenis Kelimpahan karang 8-10 famili 5-7 famili
Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep. 34/MEN/2002 (Disederhanakan)
Tabel Lampiran 6
Kriteria kesuaian lahan untuk pertanian tanaman pangan (semusim)
Kelas Lahan Kurang Tidak Sesuai Sesuai Sesuai 1 Kemiringan lereng (%) <3 <8 <15 2 Kedalaman efektif tanah (cm) >50 >25 >10 3 Tekstur tanah halus-agak halushalus-kasar halus sedang 4 Drainase baik baik-agak buruk baik 5 Erodibilitas tanah sangat sangat sangat sangat rendah rendahrendahrendahrendah sedang tinggi Sumber: Pusat Penelitian Tanah Deptan (1983, dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007) (Disederhanakan) No.
Kriteria
Tabel Lampiran 7
No. 1 2
Sangat Sesuai <3 >75 halus-agak halus baik
Kriteria kesuaian lahan untuk pertanian tanaman perkebunan (tahunan)
Kriteria
3
Kemiringan lereng (%) Kedalaman efektif tanah (cm) Tekstur tanah
4
Drainase
Sangat Sesuai <8 >100 halus-agak halus baik
Kelas Lahan Kurang Sesuai Sesuai <8 <15 >75 >50 halus-agak halus baik
halus-sedang
Tidak Sesuai <45 >25 halus-kasar
baik-agak buruk baik 5 Erodibilitas tanah sangat rendah sangat sangat sangat rendahrendahrendahtinggi rendah sedang Sumber: Pusat Penelitian Tanah Deptan (1983, dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007) (Disederhanakan)
266 Tabel Lampiran 8 Kriteria Kawasan Tipe pantai
Kriteria kawasan untuk budidaya pesisir (tambak) Sangat Sesuai • sangat landai • berlumpur • berupa teluk/laguna
Sesuai • terjal • karang berpasir sedikit berlumpur • terbuka • sama dengan kategori tinggi • 10-30 m
Tidak Sesuai • terjal • karang berpasir • terbuka
• dapat diairi cukup pada saat pasang tinggi • dapat dikeringkan total pada saat surut rendah rataan • 0-10 m • 0-2 % • 2-8 %
• di bawah tinggi rata-rata rendah • >30 m
Amplitudo rataan
• kuat • >50-75 cm/dt • 11-21 dm
Pasang-surut
• 1-3 m
• • • • •
Elevasi
Slope Kondisi Perairan Arus
Kondisi Tanah Tekstur Permukaan air tanah
• sandyclay • sandyclay-loam • tidak bergambut Di bawah LLWL
• • • • •
sedang >25-50 cm/dt 7-11 dm 21-29 dm 0,5-1m atau >3-3,5m
• sandyclay • sandyclay-loam • tidak bergambut Di antara MLWL dan LLWL
• >8 % lemah 12-25 cm/dt <6 dm >29 dm <0,5 m atau >3,5 m
• loam • sandyclay-loam Di bawah MLWL
Aksesbilitas dan Sumber Air Jarak dari sungai <500 m 500-2000 m >2000 m Jarak dari pantai <2000 m 2000-4000 m >4000 m Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep. 34/MEN/2002 (Disederhanakan)
Tabel Lampiran 9 Kriteria kesesuaian kawasan bisnis dan industri No. Kriteria Nilai 1 Kelerengan 0% ≤ lereng<25% 2 Jarak dari sungai tipe C dan D >5.000 m 3 Jarak dari garis pantai >100 m. 4 Jarak dari jalan <2.000 m 5 Drainase baik-sedang 6 Banjir tidak pernah tergenang Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 (Disederhanakan, dan dimodifikasi pada buitir 4)
Tabel Lampiran 10 Kriteria kawasan permukiman dan prasarana wilayah No. Kriteria Nilai 1 Kelerengan 0% ≤ lereng<25% 2 Jarak dari Sungai >50 m 3 Jarak dari garis pantai >100 m 4 Jarak dari jalan <5.000 m 5 Drainase baik-sedang 6 Banjir tidak pernah tergenang Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 (Disederhanakan, dan dimodifikasi pada buitir 4)
267 Tabel Lampiran 11 No. 1 2 3 4 5 6
Kriteria wilayah perairan perikanan budidaya keramba jaring apung (KJA) Kriteria Nilai Tunggang Pasut >1,0 m Arus 0,2-0,4 cm/detik Kedalaman >10 m Oksigen terlarut 5 ppm Salinitas >30 ‰ Perubahan cuaca Jarang
Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep. 34/MEN/2002 (Disederhanakan)
268
269 Lampiran 6 Daftar investasi langsung swasta Tabel Lampiran 12 No. 1
Daftar investor dan investasi langsung swasta di wilayah penelitian tahun 2000-2007
Perusahaan
Tahun
Pesawaran
2002
Investasi (Rp ribu) 8.910.000
Pesawaran
2005
TDA
Pesawaran
2005
TDA
Pesawaran
2006
TDA
Bandar Lampung Bandar Lampung Pembangunan Bandar Gedung Resto Lampung Eksportir Bandar Lampung Pelengkapan Bandar Gudang Pulp Lampung Kontraktor Bandar pabrikasi Lampung Eksportir kopi Bandar Lampung Perdagangan Bandar ekspor impor Lampung Alsin Bandar Pertanian/perika Lampung nan Industri. Bandar Makanan Lampung Pengolahan Bandar Kopi Lampung Jasa-jasa Bandar Lampung Pergudangan Bandar Lampung Pembangkit Bandar Listrik Lampung Oxigen cair Bandar Lampung Perdagangan Bandar ekspor impor Lampung
2000
TDA
2000
2.000.000
2000
56.040.000
2000
61.000.000
2001
3.502.850
2001
11.000.000
2001
4.279.500
2001
8.100.000
2001
104.481.000
2002
915.600
2002
TDA
2002
TDA
2002
TDA
2003
200.000
2003
1.559.688
2003
45.791.590
Perkebunan Bandar (industri kopi) Lampung Telekomunikasi Bandar Lampung Industri Bandar Makanan Lampung Angkutan Peti Bandar Kemas Lampung
2004
13.025.000
2004
TDA
2004
381.095.500
2004
TDA
6
Budidaya Mutiara PT. Hikari Lampung Budidaya Permai Mutiara PT. Grobest Pengolahan Indomakmur Udang/Ikan PT. Indo Boga Jaya Pengolahan Makmur ikan PT. Budi Mutu Prima Obat Nyamuk Padat PT. Ironik Konstruksi
7
PT. Bina Nusarama
8
PT. Lakop
9
PT. Tanjung Enim Lestari PT. Tekniko Indonesia PT. Andira Indonesia
2 3 4 5
10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
PT. Berkah Indah
Kab/Kota
Sektor
PT. Sinhei Javindo Raya PT. Sarana Agroindustri PT. Indofood Sukses Makmur PT. Sari Makmur Tunggal Mandiri PT. Garuda Panca Artha PT. Rettania Java Mas Sakti PT. Tunas Baru Lampung PT. Aneka Gas Ind
23
PT. Ned Commodities Makmur PT. Benteng Mas Sejahtera PT. Primindo Ikat Nusantara PT. Nestle Beverages
24
PT. Tempo Land
21 22
270 No.
Perusahaan
Sektor
25
PT. Indo Cafco
Eksportir kopi coklat Restoran
Kab/Kota
Tahun
Investasi (Rp ribu) 2.754.010
Bandar 2004 Lampung 26 PT. Sari Melati Bandar 2004 288.880 Kencana Lampung 27 PT. Aman Jaya Minyak Sawit Bandar 2005 7.000.000 Perdana Lampung 28 PT. Garuda Food Industri. Bandar 2005 44.890.727 Putra Makanan Lampung 29 PT. Hanjung Alsin Baja dan Bandar 2005 145.472.200 Indonesia pabrikasi Lampung 30 PT. Berindo Jaya Eksportir kopi Bandar 2005 32.237.460 Lampung 31 PT. Matahari Graha Rekreasi Bandar 2005 18.461.110 Fantasy permainan Lampung 32 PT. Hindoli Perdagangan Bandar 2005 TDA ekspor impor Lampung 33 PT. Sumu Asih Kimia dasar Bandar 2006 TDA organik Lampung 34 PT. Nedcoffe Pengolahan Bandar 2006 42.041.990 Indonesia Kopi Lampung 35 PT. Grenpia Indah Komponen Bandar 2006 TDA Indonesia Bangunan Kayu Lampung 36 PT. Indocarbon Arang briket Bandar 2006 TDA Lampung 37 PT. Surya Bayu Sakti Perhotelan Bandar 2006 159.220.000 Lampung 38 PT. Suri Tani Pakan Bandar 2007 185.000 Pemuka Ikan/Udang Lampung 39 PT. Biru Laut Pembenuran Lampung 2000 55.656.000 Khatulistiwa Udang Selatan 40 PT. Gerbang Cahaya Perdagangan Lampung 2000 5.500.000 Utama Ekpor Impor Selatan 41 PT. Multi Agro Santan dan Lampung 2000 TDA Selaras sabut kelapa Selatan 42 PT. Bea Sari Jelita Sabun dan Lampung 2001 TDA Pembersih Selatan 43 CV. Petco Energi Penampungan Lampung 2002 TDA Indonesia BBM dan BBG Selatan 44 PT. Budi Harum Angkutan Lampung 2004 TDA Sentosa Kontainer Selatan 45 PT. Crest Perdagangan Lampung 2005 TDA Internasional Dev. Ekpor Impor Selatan Ind. 46 PT. Sichuan Boyu Perdagangan Lampung 2005 TDA Int. Ekpor Selatan 47 PT. Charoen Pembibitan Lampung 2006 262.222.220 Pokphand Jaya F. Ayam Induk Selatan 48 PT. Glory Pearl Penyimpanan Lampung 2006 TDA Nusantara BBM Selatan 49 PT. Sari Segar Pengolahan Lampung 2007 TDA Husada Kelapa Selatan 50 PT. Juang Jaya Abadi Penggemukan Lampung 2007 29.330.340 Alam Sapi Selatan Keterangan: TDA = tidak terdata lengkap Sumber: Data diolah dari Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Provinsi Lampung (2008)
Fasilitas pelayanan Desa perkotaan TK SD SLTP SMU SMK PT RS RS Bersalin Poliklinik Puskesmas Pustu Praktek dokter Praktek didan Apotik Toko dbat Dokter Dokter gigi Mantri kesehatan Bidan Dukun bayi Masjid Surau/langgar Gereja Kristen Gereja Katholik Pura Vihara/ Klenteng Majelis ta'lim Tempat rekreasi komersial Gedung Bioskop Pub/diskotik/ karaoke Terminal penumpang Pengguna listrik PLN dan non-PLN Pelanggan telepon kabel Wartel/kiospon Kantor pos/Pos Pembantu/ Desa yang dapat menerima
desa unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit orang orang orang
A 6 45 13 2 2 1 5 3 7 1 2 8
B 3 19 41 14 5 2 6 1 4 2 11 2 2 4 1 21
C 5 17 45 15 10 5 4 1 2 1 2 10 3 16 4 2 19 4 33
D 1 2 21 5 1 1 1 4 1 8 1 13
G 11 10 40 9 5 1 2 3 2 4 21 11 8 5 7 1 10
H 6 9 18 10 4 2 4 5 2 3 11 3 4 4 1 11
I 1 12 74 19 10 1 3 6 4 4 4 19
J 1 22 6 1 2 1 1 6 13
orang orang unit unit unit unit
11 45 107 119 5 1
8 67 101 133 6 2
35 64 140 90 2 2
7 49 30 27 -
5 37 37 26 3 3
7 19 32 57 -
8 18 43 120 3 2
2 4 36 76 3 2
6 131 162 186 6 3
3 76 58 64 1 1
unit unit
-
4 -
1
-
1 -
1
1 7
2
1
-
unit unit
12 2
15 -
26 9
15 5
5 2
8 1
11 -
7 -
21 2
18 3
unit
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
unit
-
-
1
-
-
-
4
3
-
-
unit
-
-
1
2
2
-
2
1
2
-
keluar 12.36 9.47 18.2 5.53 3.71 10.4 19.1 12.4 12.4 960 ga 8 7 35 1 0 49 50 21 99 keluar ga unit
250
unit
1
1
21
13
5
1
2
1
7
-
desa
11
15
27
15
5
8
11
7
19
2
21
268 1.19 9 16 28
1
581 1.00 3.89 1.11 69 0 9 2 13 28 60 44 127
40
272 No
38
39
40 41 42
43 44
45
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
56
57
58 59
60 61
Fasilitas pelayanan siaran TV tanpa antena parabola Desa yang dapat menerima sinyal telepon genggam Kios sarana produksi pertanian Industri besar Industri sedang Industri kecil dan rumah tangga/mikro Koperasi Bengkel/repara si kendaraan bermotor Bengkel/repara si alat-alat elektronik Usaha foto kopi Biro perjalanan wisata Tempat pangkas rambut Salon kecantikan Bengkel las Persewaan alatalat pesta Pos hansip/ kamling Pos polisi Kelompok pertokoan Bangunan pasar permanen/semi permanen Pasar tanpa bangunan permanen Super market/ pasar swalayan/toserba/ mini market Restoran Warung/ kedai makanan minuman Toko/warung kelontong Hotel
Satuan
Kecamatan E F
A
B
C
D
G
H
I
J
desa
11
14
27
14
5
8
11
7
4
5
unit
-
9
13
2
2
2
13
1
2
-
unit unit unit
1 5 88
696
8 360
4
29
4 473
5 12 90
10 4 419
147
-
unit unit
1 25
27 27
7 55
2 -
13
3 18
5 61
11 23
30
3
unit
9
7
22
2
5
13
12
20
21
1
unit unit
2 -
3 -
9 -
-
2 6
3 -
14 1
11 -
6 -
-
unit
4
11
9
-
2
10
13
17
-
-
unit
10
7
21
5
7
12
54
26
11
-
unit unit
10 18
5 13
8 11
1 -
7 4
13 7
13 6
13 19
17 13
-
unit
10
15
22
14
5
8
11
7
21
20
unit unit
2 -
2 2
4 4
1 -
1 1
1 2
2 6
1 1
1 2
1 2
unit
4
1
2
-
1
2
4
1
1
2
unit
-
-
5
1
-
1
6
1
2
1
unit
-
2
13
-
-
2
14
3
1
-
unit unit
12 154
5 50
28 61
31
12 38
9 35
28 388
19 62
21 182
1 -
1.042 704
655
136
133
237
332
6
-
-
1
9
495 1.26 122 0 5 -
unit unit
4
-
273 Kecamatan Fasilitas Satuan pelayanan A B C D E F G H I J 62 Penginapan unit 12 1 3 63 Bank umum unit 3 6 1 1 14 4 64 BPR/Bank unit 1 3 1 8 1 Pasar/ Bank Desa 65 Rumah rumah 8.071 5.594 10.093 907 1.253 3.433 10.612 6.442 7.745 1.293 permanen 66 Rumah semi rumah 3.322 5.041 7.299 1.837 2.262 2.297 2.514 4.170 6.010 3.032 permanen 67 Rumah tidak rumah 3.554 4.126 5.224 2.767 971 2.603 2.484 2.139 7.724 2.373 permanen Keterangan nama kecamatan: A = Ketibung; B = Sidomulyo; C = Kalianda; D = Rajabasa; E = Bakauheni; F = Teluk Betung Barat; G = Teluk Betung Selatan; H = Panjang; I = Padang Cermin; J = Punduh Pidada Sumber: Data diolah dari BPS Pusat (2008) No
274
275 Lampiran 8 Validasi model dinamik Tabel Lampiran 14 Uji nilai tengah data historis dan model No
Peubah
Tahun
1
Populasi (orang)
2
Angkatan Kerja (orang)
3
Aktivitas Ekonomi (PDRB harga konstan tahun 2000) (Rp Juta)
4
Investasi (Rp Juta)
5
Sektor Industri (Rp Juta)
6
Sektor Pertanian (Rp Juta)
7
Sektor Perikanan (Rp Juta)
8
Sektor Angkutan Laut dan Penyeberangan (Rp Juta)
2003 2004 2005 2006 2007 mean 2003 2004 2005 2006 2007 mean 2003 2004 2005 2006 2007 mean 2003 2004 2005 2006 2007 mean 2003 2004 2005 2006 2007 mean 2003 2004 2005 2006 2007 mean 2003 2004 2005 2006 2007 mean 2003 2004 2005 2006 2007 mean
311 Lampiran 10 Pemilihan skenario model dinamik Tabel Lampiran 48 Nilai kriteria composite performance index (CPI) tahun 2014 Kebutuhan pemangku kepentingan Kualitas SDM
Penegakan hukum Pertumbuhan penduduk
Infrastruktur wilayah Aktivitas ekonomi kerakyatan Zonasi wilayah
Nilai skenario tahun 2014 Peubah model
Satuan
PDRB per kapita Pengangguran Inkonsistensi tata ruang Jumlah penduduk Tingkat pertumbuhan Investasi
Rp juta/orang % ha
Pertanian Perikanan Industri Penyediaan kawasan lindung Rente ruang
Sangat Pesimis 6,89
Pesimis
Moderat
Optimis
6,89
6,89
6,89
15,52 45.044
15,52 44.330
15,52 43.304
15,52 42.869
616.901
616.901
616.901
616.901
0,52
0,52
0,52
0,52
Rp juta
407.579
407.683
407.824
407.880
Rp juta Rp juta Rp juta ha
577.970 617.446 681.418 9.592
577.970 617.565 681.503 10.292
577.970 617.738 681.613 11.476
577.970 617.812 681.655 11.998
17,14
17,19
17,26
17,29
orang %
Rp juta/ha
Tabel Lampiran 49 Transformasi CPI, nilai alternatif, dan peringkat skenario tahun 2014 Kebutuhan pemangku kepentingan Kualitas SDM Penegakan hukum Pertumbuhan penduduk
Infrastruktur wilayah Aktivitas ekonomi kerakyatan Zonasi wilayah
Transformasi nilai CPI Peubah Model PDRB per kapita Pengangguran Inkonsistensi tata ruang Jumlah penduduk Tingkat pertumbuhan Investasi
Pertanian Perikanan Industri Penyediaan kawasan lindung Rente ruang Nilai alternatif skenario Simpangan baku nilai alternatif Rata-rata nilai alternatif Peringkat nilai alternatif
312 Tabel Lampiran 50 Nilai kriteria composite performance index (CPI) tahun 2019 Kebutuhan pemangku kepentingan Kualitas SDM
Penegakan hukum Pertumbuhan penduduk
Infrastruktur wilayah Aktivitas ekonomi kerakyatan Zonasi wilayah
Nilai skenario tahun 2019 Peubah model
Satuan
PDRB per kapita Pengangguran Inkonsistensi tata ruang Jumlah penduduk Tingkat pertumbuhan Investasi
Rp juta/orang % ha
Pertanian Perikanan Industri Penyediaan kawasan lindung Rente ruang
Sangat Pesimis 8,88
Pesimis
Moderat
Optimis
8,90
8,93
8,96
14,18 45.975
14,12 42.854
14,05 37.151
13,95 34.363
629.371
629.374
629.382
629.386
0,36
0,36
0,36
0,36
Rp juta
712.673
716.389
723.800
730.190
Rp juta Rp juta Rp juta ha
658.192 680.943 977.510 8.919
653.526 684.516 980.502 12.193
636.562 691.338 986.307 18.713
636.542 695.746 990.488 21.932
22,41
22,72
23,31
23,68
orang %
Rp juta/ha
Tabel Lampiran 51 Transformasi CPI, nilai alternatif, dan peringkat skenario tahun 2019 Kebutuhan pemangku kepentingan Kualitas SDM Penegakan hukum Pertumbuhan penduduk
Infrastruktur wilayah Aktivitas ekonomi kerakyatan Zonasi wilayah
Transformasi nilai CPI Peubah Model PDRB per kapita Pengangguran Inkonsistensi tata ruang Jumlah penduduk Tingkat pertumbuhan Investasi
Pertanian Perikanan Industri Penyediaan kawasan lindung Rente ruang Nilai alternatif skenario Simpangan baku nilai alternatif Rata-rata nilai alternatif Peringkat nilai alternatif
Tabel Lampiran 53 Transformasi CPI, nilai alternatif, dan peringkat skenario tahun 2024 Kebutuhan pemangku kepentingan Kualitas SDM Penegakan hukum Pertumbuhan penduduk
Infrastruktur wilayah Aktivitas ekonomi kerakyatan Zonasi wilayah
Transformasi nilai CPI Peubah Model PDRB per kapita Pengangguran Inkonsistensi tata ruang Jumlah penduduk Tingkat pertumbuhan Investasi
Pertanian Perikanan Industri Penyediaan kawasan lindung Rente ruang Nilai alternatif skenario Simpangan baku nilai alternatif Rata-rata nilai alternatif Peringkat nilai alternatif
Tabel Lampiran 55 Transformasi CPI, nilai alternatif, dan peringkat skenario tahun 2029 Kebutuhan pemangku kepentingan Kualitas SDM Penegakan hukum Pertumbuhan penduduk
Infrastruktur wilayah Aktivitas ekonomi kerakyatan Zonasi wilayah
Transformasi nilai CPI Peubah Model PDRB per kapita Pengangguran Inkonsistensi tata ruang Jumlah penduduk Tingkat pertumbuhan Investasi
Pertanian Perikanan Industri Penyediaan kawasan lindung Rente ruang Nilai alternatif skenario Simpangan baku nilai alternatif Rata-rata nilai alternatif Peringkat nilai alternatif
315 Lampiran 11 Dokumentasi perangkat lunak sistem dinamik Perangkat lunak sistem dinamik yang digunakan sebagai alat bantu dalam pemodelan sistem adalah Stella 7.r. dari HPS Inc. (2001). STELLA® merupakan merek dagang dari High Performance Systems (HPS), Inc. Untuk menginstalasi Stella 7.r. dibutuhkan prosesor dengan spesifikasi minimum 233 MHz Pentium, dan 128 MB RAM 90 MB disk; dengan sistem operasi Microsoft Windows™ 2000/XP/Vista/7 dan QuickTime 7.6.5 atau yang lebih mutakhir. Instalasi dilakukan dengan mengklik ganda ikon “setup” berupa file application, kotak dialog akan muncul dan memberikan instruksi selanjutnya. Setelah proses instalasi selesai, komputer dihidupkan kembali dan program Stella 7.r, siap digunakan. Operasi Perangkat Lunak: Perangkat lunak Stella 7.r. akan menampilkan tiga lapis (layer) berbeda, yaitu
antar muka (interface), peta/model (map/model), dan lapis persamaan
(equations), seperti disajikan pada Gambar Lampiran 1. Pada saat membuka program, perangkat lunak akan menampilkan lapias, sebagai tempat menuangkan ide dan pemikiran untuk membentuk suatu peta. Oleh karena itu, lapis peta/model menjadi sangat penting yang berfungsi sebagai “kamar mesin” dalam pembuatan model. Di atas lapis peta/model, dijumpai lapis antar muka yang dapat difungsikan untuk menunjukkan gambaran global model yang dibangun. Lapis antarmuka, dapat digunakan untuk penjelasan model dalam suatu proses pembelajaran, yaitu sebagai alat peraga, dan penggunaan demonstrasi lainnya. Akhirnya, di bawah lapis peta/model dapat dijumpai lapis persamaan, yang memberikan suatu daftar semua persamaan yang dibuat dalam membangun model. Lapis ini dapat diakses, dan berfungsi mendokumentasikan semua persamaan yang dibuat, dan berguna dalam verifikasi model. Bagi pembuat model, ketiga lapis di atas sangat membantu dalam mengelola konsep yang kompleks secara visual, sehingga dapat lebih fokus pada interkasi input/output dalam model. Bagi pihak lain, pemisahan lapis tersebut dapat memberikan kemudahan dalam memahami model yang dibangun.
316
Gambar Lampiran 1
Lapisan pada Stella 7.r. Dari atas ke bawah: Lapis antarmuka, peta/model, dan persamaan (HPS Inc., 2001)
317 Kontrol Lapis: Operasi pada masing-masing lapis dihubungkan oleh beberapa kontrol, seperti disajikan pada Gambar Lampiran 2 sampai dengan Gambar Lampiran 4.
Gambar Lampiran 2 Kontrol pada lapis antarmuka (HPS Inc., 2001)
318
Gambar Lampiran 3 Kontrol pada lapis peta/model (HPS Inc., 2001)
319
Gambar Lampiran 4 Kontrol pada lapis persamaan (HPS Inc., 2001) Operasi Pemodelan dengan Blok Bangunan Dasar: Pemetaan dan pembuatan model pada lapis peta/model menggunakan blok bangunan dasar, yang meliputi stok (stock), aliran (flow), pengubah (converter), dan penghubung (connector). Uraian ringkas pemodelan dengan penggunaan blok bangunan dasar tersebut, disajikan pada bagian berikut. Stok Stok adalah akumulasi yang mengkoleksi semua materi atau energi yang masuk atau merupakan sisa dari yang keluar, melalui aliran. Prosedur memilih dan meletakkan stok, disajikan pada Gambar Lampiran 5, yang meliputi langkah sebagai berikut:
320
Pilih ikon stok dengan klik sekali pada palette bangunan dasar. Gerakkan tetikus ke tempat yang diinginkan pada diagram. Klik sekali dan letakkan stock tersebut.
Aliran Aliranberfungsi mengisi atau mengeluarkan akumulasi dari stok. Kepala panah yang tidak diarsir dari aliran menunjukkan arah positif, dan bila diarsir menunjukkan arah negatif. Prosedur memilih dan meletakkan aliran, disajikan pada Gambar Lampiran 6, yang meliputi langkah sebagai berikut Pilih ikon aliran dengan klik sekali pada palette bangunan dasar. . Gerakkan tetikus ke tempat yang diinginkan pada diagram. Klik dan tahan. Seret kursor ke tempat akhir dari aliran. Pengubah Pengubah berfungsi sebagai utilitas, ia menyimpan nilai untuk konstanta, membatasi input eksternal, menghitung hubungan aljabar, dan menyimpan informasi dalam fungsi grafik; secara umum pengubah akan mengubah input menjadi output. Prosedur memilih dan meletakkan pengubah, disajikan pada Gambar Lampiran 7, yang meliputi langkah sebagai berikut Pilih ikon pengubah dengan klik sekali pada palette bangunan dasar. . Gerakkan tetikus ke tempat yang diinginkan pada diagram. Klik sekali untuk menempatkan pengubah. Penghubung Penghubung berfungsi menghubungkan antar komponen dalam model. Prosedur memilih dan meletakkan penghubung, disajikan pada Gambar Lampiran 8, yang meliputi langkah sebagai berikut Pilih ikon penghubung dengan klik sekali pada palette bangunan dasar. . Geser kursor ke tempat mulainya. Klik dan tahan, dean tempatkan kursor sampai pada target, dan lepaskan.
Gambar Lampiran 5 Prosedur pemilihan, peletakan stok, dan kotak dialognya (HPS Inc., 2001) 321
Gambar Lampiran 6 Prosedur pemilihan, peletakan aliran, dan kotak dialognya (HPS Inc., 2001)
322
322
Gambar Lampiran 7 Prosedur pemilihan, peletakan pengubah, dan kotak dialognya (HPS Inc., 2001)
323
Gambar Lampiran 8 Prosedur pemilihan dan peletakan penghubung (HPS Inc., 2001)