Sweet Seventeen, Yang Muda Yang Berprestasi “Harapan saya, semoga it’s milk menjadi starbucks-nya susu alias susu terbaik di Indonesia bahkan dunia.”
“Raihlah cita-citamu setinggi mungkin. Dalam berkarir di kepolisian saya ingin menggapai hingga kursi Jenderal dan bintang di pundak.”
Mohamad Faisal, Owner It’s Milk
Iptu Dhayita Daneswari, Kapolsek Perempuan Termuda
“Waktu itu masih SMP. Kan sedang ngeboom modern dance. Saya dibilang ndeso gara-gara nari tradisional.”
“Intinya semua harus dilalui dengan kerja keras. Kalau dilakukan setengah hati ya mungkin bakal lebih susah.”
Sangghita Anjali, Penari Sanggar Greget
Yuni Anggraeni, Atlet Basket Nasional
“Sebagai generasi yang tumbuh dan berkembang di era ini, kita perlu mensyukuri berbagai macam kemudahan tersebut dengan aktif, serta bijak memanfaatkannya.” Didi Andrian Indra Kusuma, Communication & Relations PT Pertamina JBT
“Senangnya lagi pasienku ini udah lama nggak hamil. Kemarin dia datang ke aku, kita program lagi, dan akhirnya hamil.” Olivia Franciska Laksmana, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Semangat Muda di Sweet Seventeen SUDAH 17 tahun koran Jawa Pos Radar Semarang menemani pembaca. Semakin dekat dan penuh warna. Beragam berita kami tampilkan. Mulai dari hukum, ekonomi bisnis, politik, perkotaan, kuliner, lifestyle, otomotif hingga olahraga. Dari sudut pandang pemerintah sampai rakyat jelata. Membagi informasi dan pengetahuan seiring tahun demi tahun yang menyapa. Dengan bertambahnya usia, koran Jawa Pos Radar Semarang justru semakin muda. Tampilan, rubrik, serta yang paling penting semangatnya. Semangat baru yang semakin bergelora. Semangat dalam peringatan Sweet Seventeen ini dan seterusnya. Semangat untuk terus menjadi media terdepan dalam menyajikan berita yang terkini dan berkualitas, untuk Anda pembaca setia koran ini. Sengaja pada edisi milad ini, kami menghadirkan sejumlah sosok generasi muda usia 17 hingga 30 tahunan yang memiliki prestasi cemerlang di berbagai bidang. Harapan kami, kiprah mereka bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Usia boleh menua, tapi semangat tetap muda. Demikian pula dalam mengelola media ini. Kami senantiasa menggelorakan semangat muda. Setidaknya ada empat wartawan muda wajah baru yang menghuni ruang redaksi. Seli, Giza, Diaz dan Wahab. Usia mereka di kisaran 22-24 tahun. Kehadiran wartawan baru ini diharapkan bisa memperkuat kerja redaksi. Karena bagaimana pun konten koran ini yang selalu ditunggu-tunggu para pembaca sekalian. Akhirnya, di usia ke-17 tahun ini, kami seluruh karyawan baik redaksi, pracetak, iklan, pemasaran, keuangan, umum, dan off print, mengucapkan terima kasih kepada para pembaca, pemasang iklan, narasumber, dan lainnya yang tetap setia dengan Jawa Pos Radar Semarang. Semoga di usia sweet seventeen ini, Jawa Pos Radar Semarang tetap menjadi koran besar yang inspiratif dan mencerdaskan. (*) Arif Riyanto Pemimpin Redaksi
“Sejak kecil saya memang penggila sepatu roda, sampai sekarang.” Ajeng Anindya Prasalita, Atlet Sepatu Roda
“Agenda sosialnya tidak pasti, tergantung waktu luang dari masing-masing anggota. Apalagi saat ini semua sudah bekerja. Untuk sumbangan, semua dari kantong pribadi menyisihkan gaji.” Finda Dwi Jayanti, Koordinator GCG Peduli
B
SABTU 1 APRIL 2017
• RA RADA RADAR DA AR SE SEMARANG EMA ARA RANG NG
Olivia Franciska Laksmana, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
TERTARIK JADI DOKTER SETELAH NONTON FILM PENGALAMAN adalah guru terbaik dalam kehidupan manusia. Itupula yang dialami Dr Olivia Franciska Laksmana, SpOG. Ia pernah merasakan segudang pengalaman berharga selama menjalani pendidikan di Filipina. Wanita cantik kelahiran Semarang, 31 Januari 1984 ini mengaku bukan berlatar belakang keluarga dokter. Keputusan untuk menjadi dokter, diakui Olivia, terjadi begitu saja. Saat lulus dari SMU Nasional Karang Turi Semarang, dia sering menonton beberapa film dengan peran dokter sampai pada akhirnya ia bermimpi melihat dokter yang sedang berlarian. Kala itu, orangtua Olivia juga menyarankan untuk melanjutkan pendidikan kedokteran agar bisa hidup lebih mandiri. Filipina memang bukan tujuan utama Olivia untuk melanjutkan studi setelah lulus dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Tarumanegara, Jakarta. Sebelumnya, ia lebih tertarik untuk melanjutkan pendidikan di Jerman. Namun setelah bertemu seorang dokter di Malaysia, pikirannya pun berubah. Saat mengantar papanya operasi jantung di Malaysia, Olivia ditawari untuk jadi dokter spesialis. Namun dia tidak langsung mengiyakan karena masih bingung akan melanjutkan kuliah di mana. “Saya pikir kalau sekolah di Jerman kan keren ya, tapi dokter papa nyaranin di Filipina, soalnya kedokteran di sana basic-nya United State,” kata wanita berambut panjang ini saat berbincang dengan Jawa pos Radar Semarang di Rumah Sakit Columbia, belum lama ini. Tepatnya pada 2009, Olivia berangkat ke Filipina untuk melanjutkan studi spesialis di Jose R. Reyes Memorial Medical Center, Manila yang merupakan salah satu rumah sakit pemerintah. Di sanalah awal mula Olivia mendapatkan pengalaman seru, mengharukan hingga menyedihkan sebelum akhirnya menjadi dokter di Semarang. “Enaknya di sana itu pasiennya adalah masyarakat menengah ke bawah, jadi pasiennya banyak dan aku bisa menangani macam-macam kasus di sana,” ujarnya.
TENTANG OLIVIA ◆ Nama Lengkap : Dr Olivia Franciska Laksmana SpOG ◆ Tempat & Tanggal Lahir : Semarang, 31 Januari 1984
Riwayat Pendidikan Formal ◆ 1. Adaptasi Spesialis Obstetri dan Ginekologi, FKUI 2014 – 2015 ◆ 2. Pendidikan Program Spesialis Obstetric and Gynecology, Jose R. Reyes Memorial Medical Center, Manila, Filipina, 2009 – 2013 ◆ 3. Pendidikan Kedokteran Umum, Universitas Tarumanegara 2001 – 2007 ◆ 4. SMU Nasional Karang Turi 1998 – 2001 ◆ 5. SLTP Negeri 1 Kudus 1995 – 1998 ◆ 6. SD Masehi 1 Kudus 1989 – 1995
Pengalaman Kerja ◆ 1. Dokter di bagian neurology RS Husada – Prof. Bob Santoso Sp.S (EMG, EEG, Brain Mapping specialty), 2008-2009 ◆ 2. Praktek dokter umum, Jakarta, 2008 – 2009 ◆ 3. Dokter Obgyn di RS. Columbia Asia, Semarang, Januari 2016 – Sekarang
Empat tahun belajar di Filipina, Olivia menemukan segala masalah yang belum pernah ia hadapi sebelumnya. Belum lagi di sana ia harus menguasai bahasa Tagalog untuk berkomunikasi dengan pasien. Meski sempat belajar bahasa Tagalog selama tiga bulan, Olivia tidak terlalu mengalami kendala ka-
rena sebagian besar pasien juga bisa berbahasa Inggris. “Untung di sana orang-orangnya banyak yang bisa bahasa Inggris, jadi aku tidak terlalu sulit dalam berkomunikasi,” tutur wanita 33 tahun ini. Selain berprofesi menjadi dokter, Olivia juga turut aktif menjadi pembicara dalam seminar
atau sosialisasi kepada masya- buah dan sayur. Di sela aktivitas rakat awam tentang kandungan padatnya, Olivia menyempatkan dan masalah organ intim, hing- diri untuk melakukan perawatan ga menjadi pengajar para bidan kulit seperti spa dan massadi Kudus dan Semarang. ge. Olahraga juga tak pernah Olivia mengaku pernah menda- dilewatkan oleh Olivia. Ia patkan pengalaman berharga. selalu menyempatkan renang Yakni, berhasil menangani ke- atau melakukan aktivitas fisik lahiran bayi kembar dari seorang lainnya, seperti zumba dan ibu yang memiliki penyakit jan- fitness. “Tapi sekarang sudah tung. “Senangnya lagi pasien- jarang, habis nggak ada temanku ini udah lama nggak hamil, nya. Kalau sendiri itu males,” dia pernah ikut program ujarnya disusul tertawa sama dokter lain tapi renyah. nggak sukses. KemaSepulangrin dia datang ke aku, nya mengamkita program lagi, dan KESEHATAN bil spesialis DOKTER SPESIALIS di Filipina, akhirnya hamil. Dia Olivia tidak senang banget mungkin timing-nya lagi diizinkan untuk pas ya,” ujarnya. praktik di Indonesia Tak hanya piawai memkarena status penbantu kelahiran pasien, Olivia didikan di sana berbeda juga memiliki penampilan fisik dengan Indonesia. Di yang cantik dan awet muda. Hal Indonesia, ada aturan yang ini membuat dia terdorong untuk tidak membolehkan dokikut kompetisi model pada 2008. ter asing berpraktik di “Awalnya iseng-iseng. Jadi, sete- semua rumah sakit selah saya lulus dokter nggak belum menjalani penditahu mau ngapain, akhirnya dikan khusus untuk mendacoba ikutan Puteri Pariwisata pat gelar SpOG (gelar dokIndonesia mewakili Jawa Tengah. ter yang merupakan kepanSaya nggak ada background jangan dari Spesialis Obmodeling tapi ya pengalaman sih,” stetri dan Ginekologi). ucapnya tersipu malu. “Untuk prosesnya masuk Namun sayangnya, ketika ke Indonesia itu aku harus masuk karantina, Olivia gugur adaptasi di Rumah Sakit Umum akibat tak mampu menguasai Pusat Nasional Dr Cipto jalan di atas panggung yang Mangunkusumo (RSCM) Unimengharuskannya mengenakan versitas Indonesia (UI) selama sepatu hak tinggi 15 sentimeter. satu tahun. Mereka akan “Saya paling tidak bisa catwalk, melihat kompetensinya sama katanya jalannya guyung-gu- nggak gitu,” jelasnya. Berkat jerih payahnya, Oliyung. Tapi lumayan sih pengalamannya, terus diajarin make via kini sudah berhasil meup juga di sana,” kenangnya. nembus izin praktik spesialis Dalam menjaga tubuh, Oli- kebidanan dan penyakit kandunvia mengaku tak pernah keting- gan di Rumah Sakit Columgalan mengonsumsi air mineral bia Asia, Semarang, sejak Jadi pagi hari, juga segelas jus nuari 2016. (afiati tsalitsati/aro)
Olivia Franciska Laksmana
NUR CHAMMIM/JAWAPOS RADAR SEMARANG
NUR CHAMMIM/JAWAPOS RADAR SEMARANG
SAYANG ANAK: Olivia Franciska Laksmana menggendong bayi pasien yang pernah dibantu saat melahirkan.
REDAKTUR H. ARIF RIYANTO
GRAFIS DHANI
C
C
SEMARANG SABTU• 1RADAR APRIL 2017
SABTU 1 APRIL 2017 • RADAR SEMARANG
Kreativitas Siswa SMAN 3 Semarang, Buat Produk Tas Trilogic
MANFAATKAN APLIKASI GAME UNTUK PEMASARAN KREATIVITAS siswa SMAN 3 Semarang berhasil mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Setelah juara II di ajang Asia Pacific Company of the Year (Apcoy) di Tokyo, Jepang, pada 19-23 Februari, lalu. Meski harus puas menyabet medali perak. Namun usaha para putra putri Semarang ini patut diacungi jempol. Delegasi Indonesia yang diwakili 14 siswa SMAN 3 Semarang ini berangkat membawa nama perusahaan pribadi bernama Great, Golden, Ganesha Student Company (3GSC). Produk yang mereka bawa dalam ajang bergengsi tingkat Asia Pacific bernama Trilogic Coolturnesia, yakni tas sekolah, backpack dan handbag, serta jaket. “Produksinya dibuat secara profesional dan berkualitas. Bahkan, untuk motif kami mempertahankan kearifan lokal dengan menyertakan motif batik pada setiap produk,” kata Azarina Widya, selaku Vice President of Finance 3GSC ini. Sebelum mewakili Indonesia, para siswa ini harus menyingkirkan ratusan peserta di tingkat kota, provinsi hingga memenangkan ajang Student Company tingkat nasional pada Agustus tahun lalu. Dan akhirnya tim SMAN 3 ini dipercaya mewakili Indonesia dalam lomba tingkat Asia Pasifik yang diikuti oleh 19 tim dari 13 negara. Ide pembuatan Trilogic Coolturnesia sendiri terinsiprasi dari masalah sehari-hari anak sekolah. Contohnya buat tas yang antiair agar tidak basah. “Untuk bahan, kami menggunakan kanvas dan polister. Bahkan harus blusukan ke pasar-pasar dan milih sendiri bahannya. Sementara untuk pembuatan kami menggandeng penjahit lokal. Untuk packing dan kualiti kontrol dilakukan sendiri,” jelasnya. Yang menarik dan kreatif lagi adalah strategi pemasaran produk tersebut. Azarina dkk membuat aplikasi game bernama Trilogic yang bisa diunduh
perusahaan besar di Jepang. Ke depannya Gaby dan rekannya akan berusaha meningkatkan kualitas produk agar lebih dite rima masya rakat. “Tentunya kami ingin makin meningkat, ternasuk dengan
ADENNYAR WICAKSONO/JAWA POS RADAR SEMARANG
MEMBANGGAKAN: Empat siswi SMAN 3 Semarang bersama kepala sekolah memamerkan tas Trilogic yang pernah diikutkan lomba Asia Pacific Company of the Year (Apcoy) di Jepang.
di Playstore. Dalam game tersebut misi hingga program CSR. Meskipun pemain akan mendapat poin yang masih berusia sekolah, mereka sudah bisa ditukar kupon diskon pembelian membuat kegiatan CSR dalam bentuk membagi tas Trilogic gratis ketas sebesar 10 persen. ”Selain pada anak panti asuhan. “Jadi, itu pemasaran melalui direct setiap bisa menjual 10 tas, selling, sosial media, online akan dibagikan 1 tas gratis dan masuk ke perusahaan. PENDIDIKAN kepada anak panti,” tamBelum lama ini, dua peruSMAN 3 SEMARANG bahnya. sahaan besar memesan tas Sementara itu Camelia yang kami buat,” tuturnya. Gaby salah satu anggota tim Dalam lomba kemarin, dari 3GSC mengungkapkan, para siswa juga harus menjewalaupun hanya meraih juara II, laskan perusahaan 3GSC yang mereka kembangkan. Mulai dari visi dirinya tetap bangga. Apalagi dalam
REDAKTUR H. ARIF RIYANTO
ajang tersebut, selain harus bersaing dengan 19 tim dari 13 negara se Asia Pasifik, tim dari SMAN 3 ini adalah satu-satunya wakil dari Indonesia. Gaby mengaku banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari lomba tersebut. “Salah satunya tentang teknologi kita jadi tahu kalau kita nggak kalah sama negara lain, seperti Korea dan Jepang,” tambahnya. Tim 3DSC juga berhasil menjual 8 buah tas dalam pameran produk di sana. Bahkan salah satu pembeli Tas Trilogic mereka adalah direktur
GRAFIS DHANI
mengikuti ber bagai lomba bisnis dan kewi rausahaan lainnya. Selain itu setelah lulus sekolah nanti, bisnis ini terus akan kami kembangkan,” tandas Gaby. (adenyar wicaksono/zal)
D
SABTU 1 APRIL 2017
• RADAR SEMARANG
Finda Dwi Jayanti, Koordinator GCG Peduli
SISIHKAN GAJI, KELUARKAN SUMBANGAN UNTUK SESAMA Untuk memiliki jiwa sosial dan kepedulian terhadap sesama, tak semuanya harus memiliki organisasi resmi atau menjadi pejabat public. Demikianlah yang mengispirasi Finda Dwi Jayanti bersama enam sahabatnya, Famila Hidayah, Dessy Kurniawati, Komariyah, Mitel Septria, dan Riyanda Hidayati Rahayu aktif berbagi terhadap sesama melalui komunitas yang dirintisnya bernama Good Charity Generation (GCG) Peduli sejak awal 2007 lalu. Menariknya semua kebutuhan sumbangan adalah hasil dari menyisihkan gaji. Seperti apa? TERGERAK karena panggilan jiwa dan hati yang mendasari Sekretaris Perusahaan Jasa
Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Sukses Mandiri Utama Cabang Batang ini peduli
pergerakan adalah Batang, terhadap sesama melalui Good Charity Generation (GCG) Peduli. Pekalongan, Kendal dan seputar Pantura. Adapun sumbangan yang “Agenda sosialnya tidak pasti, diberikan adalah sembako, paksemua tergantung waktu luang aian layak pakai, dan sejumlah dari masing-masing anggota. uang, yang diberikan langsung Apalagi saat ini semua sudah kepada warga kurang mampu, janda kurang mampu, bekerja. Berkaitan keuanpanti asuhan, kaum gan sumbangan, duafa dan manula semua dari kantong berkebutuhan menyisiKOMUNITAS pribadi khusus. hkan gaji. Setiap SOSIAL Wanita kelahiran seminggu sekali, Batang, 18 Februari selalu meng1992 ini juga menumpulkan uang gaku, dalam komunitaskas seikhlasnya,” nya yang terdiri atas 7 orang kata Koordinator GCG dengan usia rata-rata antara Peduli, Finda Dwi Jayanti 24-25 tahun. Semuanya adalah kepada Jawa Pos Radar pendiri dengan koordinator Semarang, Rabu (29/3) dirinya. Komunitasnya sendiri kemarin. dirintis sejak masih duduk di Pihaknya berharap bangku SMA, dengan wilayah melalui contoh kecil yang dilakukan komunitasnya, bisa menggugah masyarakat agar terus membantu sesama dan menanamkan kepedulian terhadap orang-orang yang masih membutuhkan uluran tangan. “Kami rutin memberikan edukasi melalu media sosial dengan cara mem-
REDAKTUR ARO
GRAFIS DJATI
posting foto kegiatan yang sudah dilakukan. Kemudian mengajak orang lain agar tergugah hatinya dan termotivasi untuk ikut berpatisipasi,” ungkapnya. Finda juga sudah merencanakan agenda bersama
rekan-rekannya untuk mengadakan buka bersama di panti asuhan dan berbagi nasi kotak untuk berbuka puasa bersama pedagang keliling, tukang becak, pemulung, pengemis dan lainnya di Batang. (joko susanto/ida)
E
E
SEMARANG SABTU• 1RADAR APRIL 2017
• RADAR SEMARANG SABTU 1 APRIL 2017
Mohamad Faisal, Owner It’s Milk
Modal Rp 1,3 Juta, Kini Beromzet Rp 1 Miliar KECIL-kecil pintar mencari uang. Itu- Meski tidak rugi, keuntungan yang lah Mohamad Faisal. Alumni D3 Teknik didapatkan hanya cukup untuk bertaElektro Universitas Negeri Semarang han hidup. Karena itulah, ia mencoba (UNNES) ini bercita-cita mengembang- memutar otak sambil melihat peluang kan produk lokal yang diakui di seluruh yang ada. Melihat modal yang semakin Indonesia bahkan dunia. Melalui kerja menipis, akhirnya Faisal menjatuhkan keras dan inovasi dalam menekuni pilihannya untuk menjual susu. Ia memiliki ide berjualan susu dari usaha, kini pria kelahiran Bekasi, 2 September 1993 ini memiliki 16 outlet pengalaman pribadinya saat mengikuti gikuti program pengabdian masyarakat. at. Ia susu di 5 provinsi. Faisal --sapaan akrabnya-- mence- melihat produk susu segar yang meritakan awal mula merintis bisnis susu limpah ruah di Gunungpati, Semarang, rang, dengan brand it’s milk yang kini namun tidak dapat tersalurkan rkan berhasil meraup omzet Rp 1 dengan baik. Hal tersebut yang miliar per bulan. Putra pamembuatnya beralih ide, sangan Eko Suhino dan dari semula ingin membuka buka Elinawati ini mulai merintis ENTREPRENEUR bisnis kedai kopi menjadi njadi KULINER usaha penjualan susu sejak kafe susu. Bermodalkan uang Rp 1,3 2 September 2013. Besar dari keluarga sederjuta yang diperoleh darii Prohana dan pengalaman tidak gram Mahasiswa Wirausaha sahaa mengenakkan sewaktu kecil, (PMW), Faisal nekat menyewa yewa membuatnya berusaha memutar otak kios di Jalan Cempaka, Sekaran. Karena arena untuk mendapatkan uang dari hasil keterbatasan modal, ia sampai berhutang utang jerih payahnya. pada teman-temannnya sekadar untuk Keadaan ekonomi yang pas-pasan dan membeli peralatan serta merenovasi ovasi berpindah-pindah dari Bekasi ke Klaten, outlet. Bahkan, kedua pegawai yang dan akhirnya kembali ke Brebes untuk direkrut pun tak diberinya gaji. Hanya nya menetap, sempat membuatnya pesimis- dijanjikan saham. Kebetulan salah satis bisa melanjutkan kuliah. Hingga akhir- tunya adalah pacar Faisal. Tak disanggnya, Faisal memberanikan diri merantau ka, Faisal dapat mengantongi keunnke Semarang dan membuktikan bahwa tungan hingga Rp 5 juta pada bulann dirinya mampu menjadi orang yang sukses pertama, dan digunakannya untukk berkat kegigihannya. melunasi sewa kios. Awalnya, Faisal mencoba merintis Keberuntungan tak selalu berpihak ak usaha jual stiker, sate aji, olos, penye- padanya. Salam merintis usahanya. ya. tan, membuka event organizer, kopi Ia juga mengalami jatuh bangun yang ang serta coklat dengan gerobak yang ia membuatnya harus menutup beberapa erapa miliki. Ia berjualan di sekitar kampus. outlet lantaran mengalami kerugian. gian
Titik balik it’s milk adalah saat manajemennya gagal bermitra (investor). Ia terpaksa menutup beberapa outlet dikarenakan gagal bertahan alias bangkrut lantaran ketidaksiapan secara manajemen menanggulangi operasional it’s milk pada skala yang lebih besar. “Investor pertama kami menginvestasikan dananya cukup besar, sehingga outlet yang dibuka pun besar. Karena bangkrut, kami harus mengganti kerugian yang ditanggung. Sejak kejadian itu, kami berusaha keras agar manajemen dan standar operasional op perasio onal prosedur prosed pr edur u itit”ss m milk ililkk leb lebih ebih ih terstandar,” tegasnya. Masih menurutnya, n ya, kegagalan ter-
besar yang pernah ia alami saat mengalami kerugian pada bisnis event organizer yang juga dijalankannya. Saat itu, ia harus menanggung kerugian hingga ratusan juta saat masih duduk di bangku semester 6. Puncaknya, ia harus menjual 3 outlet it’s milk yang baru beroperasi sekitar satu tahun beserta warung makan penyetannya untuk mem-backup kerugian di bisnis event organizer. Dari pengalaman gagal tersebut, Faizal berusaha lebih gigih dan niat dalam mengembangkan usahanya. Terbukti, da-
Tentang Faizal Nama : Mohamad Faizal Hidayat Tempat & Tgl Lahir : Bekasi 2 September 1993 Alamat : Jalan AR Hakim No 28 Brebes
PRESTASI: ◆ Juara 1 Lomba Lukis se-eks Karesidenan Pekalongan tingkat SMA ◆ 10 Wirausaha Terbaik UNNES 2014 Nominasi (Nominasi HIPMI Semarang) ◆ Wirausaha Terbaik UNNES 2015 (Nomisasi HIPMI Semarang)
n e r e K n a r o K TIDAK diragukan lagi, pastilah hari ini ribuan bunga warna-warni nan indah dengan aroma suka cita tengah bertebaran di Kantor Jawa Pos Radar Semarang. Kami atas nama jajaran Pemerintah Kabupaten Kendal dalam gegap gempita kebahagiaan memberikan ucapan selamat atas genap usianya Jawa Pos Radar Semarang ke-17. Suatu keberhasilan yang luar biasa bagi seluruh jajaran Jawa Pos Radar Semarang telah bisa sampai di tahun ke 17. Sebab, kami menyadari tidak mudah untuk mencapai kesuksesan ini tanpa adanya kerja sama dan kekompakan dari seluruh tim. Apalagi sekarang ini media mulai menjamur di Jateng baik cetak maupun elektronik. Saya kira tidak berlebihan jika saya katakan Jawa Pos Radar Semarang adalah media yang tidak sekadar menyuguhkan berita-berita yang berbeda dari koran lainnya. Tapi telah mampu menja-
lam 3,5 tahun cabang usahanya cepat bertambah hingga 16 titik, dengan jumlah karyawan sebanyak 8 orang di masing-masing outlet. Meski sibuk, Faizal memiliki trik tersendiri mengatur waktu antara bisnis dan kuliahnya. Lebih tepatnya membagi prioritas, di mana usaha tidak bisa dianggap sampingan dan ilmu harus tetap dikejar. Menurutnya, ketika usaha dianggap Menuru sampingan, hasil yang didapat akan sampin sampingan alias kurang berkembang. sampin “Saya ambil studi kasus. Waktu semester 4, saya fokus ke tiga bidang yakni kulia kuliah, organisasi, dan usaha. Di saat saya ik ikut kegiatan organisasi, maka prioritas saya adalah organisasi tapi kuliliah ah ttetap etaa jalan. Kalo nilainya jelek, bisa et diulang diul di ulang semester berikutnya. Untuk usaha kkan ada sistemnya. Yang penting tetap diawasi, dikoordinir dan tetap berinovasi,” bebernya. beri Faizal juga memberikan kiat khuFa sus dalam mengembangkan usaha, yakni perkuat konsep dasar, ha
wab dan mengerti betul ettul akan ng dibutuhdibuttuh hkebutuhan informasi yang ya. kan pembacanya. Saya sangat berharap p Jawa Jawa Pos Pos menyajikan Radar Semarang terus menyajikan berita-berita yang berkualitas. rkualitas. en ndapatkan Sehingga pembaca mendapatkan eluruh dan informasi secara menyeluruh w atau isu wa detail atas suatu peristiwa masyarakat. yang berkembang di masyarakat. Hal ini penting, mengingat ng gat sekaarr rang ini banyak kabar bohong atau hoax yang menyebar. Selain itu, Jawa Poss Radar Semarang bisa sa a an di di KenKenmengawal pembangunan m untuk mi dal. Sehingga visi kami Permata mewujudkan Kendal Permata da an dirasaPantura bisa terwujud dan endal. kan masyarakat Kendal. an selamat Akhirnya, kami ucapkan ta ahun. Kami ulang tahun yang ke-17 tahun. tahun menmenberdoa semoga tahun-tahun ya ang gemidatang menjadi tahun yang em moga kerja lang bagi kita semua. Semoga ma ini ke sama yang baik selama bih baik. baiik. (*) (*) depan bisa semakin lebih
dr. MIRNA ANNISA, MSi. BUPATI KENDAL
REDAKTUR ARO
GRAFIS ERY
LWX
kemas nilai jual produk dengan baik, buatlah logo yang baik dan representatif untuk menjelaskan produk jual, miliki karakter usaha, baik dari warna identik perusahaan, produk sampai dengan konsep. Setelah semua siap, sosialisasi serta promosikan produk ke pasaran. Yang terpenting, buatlah produk menjadi top of mind. Keberhasilan Faisal tidak terlepas dari doa serta dukungaan kedua orang tua, pacarnya Ifah, dan sahabatnya, Fendy. Dia mengaku selalu di-support baik lahir maupun batin. Bahkan awal merintis usaha, orang tua Faisal ikut terjun secara langsung untuk membantunya. Kesuksesannya tak ia rasakan sendiri, terbukti ia membelikan keluarganya mobil, memperbaiki rumah, serta membiaya sekolah adik-adiknya. Ke depan, Faizal berencana membesarkan usahanya dengan membuka outlet di seluruh kota besar di Indonesia, dan masuk pasar Asia. Selain itu, ia ingin meluncurkan konsep premium untuk memasarkan susu di mal atau pusat perbelanjaan dan juga membuat it’s milk versi kemasan. “Yang penting tekad, niat, mimpi, serta tujuan, harus satu visi dan dilakukan semaksimal mungkin ketika memiliki kesempatan. Karena itu, yang akan menuntun kita di saat sulit, senang dan bangkit lagi. Temukan solusi dan jangan menyerah dengan kondisi. Harapan saya, semoga it’s milk menjadi starbucks-nya susu alias susu terbaik di Indonesia bahkan dunia,” tutupnya (sheila lestari giza pudrianisa/aro)
F
• RADAR SEMARANG
SABTU 1 APRIL 2017
KOMUNITAS CHEVROLET / ISTRI PARERA 7x250 (ajie / falakh)
PARERA 7x250 (ajie / falakh)
G
G
• RADAR SEMARANG SABTU 1 APRIL 2017
SABTU 1 APRIL 2017 • RADAR SEMARANG
Didi Andrian Indra Kusuma, Communication & Relations PT Pertamina JBT
Kreatif Memanfaatkan Teknologi Digital GEMPURAN dunia digital tak dapat dihindari. Sebagai anak muda yang kental dengan dunia tersebut, Didi Andrian Indra Kusuma tak ketinggalan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam meningkatkan personal branding maupun mengenalkan berbagai program dari badan usaha tempatnya berkarir saat ini. Alumnus jurusan Public Relations FISIP Universitas Indone-
sia (UI) ini boleh dibilang memiliki aktivitas yang padat dengan berbagai prestasi yang mengikuti. Mulai dari aktif sebagai Communication & Relations PT Pertamina Jawa Bagian Tengah (JBT), Duta BUMN dan berbagai organisasi di bidang olahraga maupun pengembangan bakat lainnya. “Saya mulai aktif berorganisasi sejak SMP. Saat itu, terpilih menjadi Ketua OSIS. Begitu
juga saat di SMA. Saat jadi ma- ini. Baik seminar, kompetisi, hasiswa, aktif juga di senat, maupun sejumlah fasilitas pendan mulai sering ikut dukung lainnya. Hal terberbagai kompesebut dinilai sangat tisi,”ujarnya kepada bermanfaat. Tak hanya Jawa Pos Radar pengembangan PUBLIC RELATIONS dalam Semarang. diri, namun juga saat D U TA B U M N Menurutnya, berterjun dalam dunia bagai kemudahan kerja. serta kegiatan yang “Sebagai generasi yang mengasah pengemtumbuh dan berkembang di era ini, kita perlu mensyubangan diri banyak diselenggarakan dalam era digital kuri berbagai macam kemuda-
Selamat dan Sukses HUT JAWA POS RADAR SEMARANG KE-17
DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KENDAL
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KAB. KENDAL
Mohamad Toha, ST, M.Si. Kepala
Drs. Agus Rifai, MPd. Kepala
DINAS PEMUDA OLAH RAGA DAN PARIWISATA KAB. KENDAL
BAGIAN UMUM SETDA KENDAL
Dinporapar Tavip Poernomo, SH, MM. Kepala
Alfebian Yulando, ST, MA. Kabag Umum Setda Kendal
PDAM TIRTO PANGURIPAN KAB. KENDAL�
RSUD DR. SOEWONDO KENDAL
Agus Tri Suharyono, SE, MM. Direktur PDAM Tirto Panguripan
dr. Sri Mulyani, Sp.A, Mkes Direktur RSUD dr. Soewondo Kendal
SATPOL PP DAN DAMKAR KAB. KENDAL
BADAN KEUANGAN DAERAH KAB. KENDAL�
Subarso, S.Sos, MA Kepala
Dra. Tri Marti Handayani, MM. Kepala
Didi Andrian Indra Kusuma DOKUMEN PRIBADI
han tersebut dengan aktif, serta bijak memanfaatkannya. Banyak ilmu dan pengalaman yang bisa kita dapat,” kata cowok yang akrab disapa Didi ini. Usaha tak mengkhianati hasil, boleh dibilang seperti itu. Pada 2014, setelah melewati sejumlah seleksi internal Pertamina dan nasional, Didi terpilih sebagai Wakil 1 Duta BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Bersama dengan sejumlah rekan yang tergabung dalam BUMN Youth Community, Didi aktif memopulerkan BUMN di kalangan anak muda. “Setidaknya kita punya 119 BUMN, dan banyak anak muda yang belum mengenal. Karena itu, kita komunikasikan visi misi BUMN ini ke mereka. Sedangkan untuk insan-insan muda yang ada di dalam BUMN ini sendiri, kita pacu untuk lebih peka dengan berbagai perkembangan,”ungkapnya. Komunitas ini juga banyak bersinergi dengan berbagai organisasi kepemudaan lainnya dalam rangkaian kegiatan sosial. Di antaranya, pemberian materi pembelajaran aspek keselamatan kehidupan sehari-hari bagi anak-anak, kemudian mengundang komunitas kelas inspirasi jelajah pulau untuk berbagi pengalaman pada anak-anak. Selain aktif sebagai Duta BUMN, cowok yang pernah bertugas sebagai protokoler kepresidenan pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini juga aktif di internal Pertamina. Bersama rekannya, baru-baru ini Didi menduduki peringkat I dari D’Gil Marketing Competition skala nasional. Sebuah kompetisi mengeksplor ide-ide gila yang dapat dijadikan terobosan program kerja untuk mencapai kinerja melebihi target yang telah ditetapkan. Dalam kompetisi ini, ia memberikan ide berupa inovasi da-
lam peningkatan keterlibatan sumber daya manusia (SDM) di Pertamina dalam penggunaan sosial media. Yakni, untuk menyosialisasikan berbagai program maupun produk-produk dari badan usaha tersebut. Dengan perhitungan, Pertamina memiliki setidaknya 14.000 pekerja. Dari jumlah tersebut, 57 persen atau sekitar 7.000 merupakan generasi milenial yang lekat dengan sosial media dan dunia digital. Alih-alih sekadar untuk sebatas curhat, media sosial ini
bisa digunakan untuk tuk personal branding dan mempromosikan promosikan produk maupun program ogram perusahaan. “Kami menyebutnya enyebutnya Pertamina Social Media Troopers,”ujar bungsu dari lima bersaudara ini. Tak berhenti di situ, tu, di waktu luang Didi juga aktif mengembangkan kemampuan bahasa ahasa asing lewat Y-Pro Community munity y yang juga dirintisnya. “Biarr nggak jenuh kadang juga ngarang arang lagu, nyanyi dan lari,”kata a Didi. (nurul pratidina/aro)
Jaga Konsistensi dan Mutu Berita TAK TERASA sudah 17 tahun Jawa Pos Radar Semarang sebagai salah satu koran terbesar di Jateng telah ikut mewarnai sisi kehidupan pembacanya. Dengan memberikan kontribusi positif berupa informasi yang faktual, up to date dan beritaberita yang berkualitas setiap harinya. Konsistensi inilah yang diharapkan seluruh pembaca. Bahwa
media tidak sekadar menyuguhkan berita saja. Tapi jjuga g informasi yang bersifat edukasi dan membangun. Fungsi media tidak sekadar mengawal perkembangan masyarakat, Tapi harus bisa mengarahkan pada kondisi yang lebih h baik. Sehing Sehingga gga menguntungkan gkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Informasi
yang diberikan harus bersifat membangun g kesadaran, kebanggaan nasional dan nasionalisme suatu negara. Bertepatan HUT Jawa Pos w Radar SemaRad rang pada pad 1 April 2017 ini, saya Ketua DPRD Kendal, Prapto Utono, berharap agar terus menjaga konsistensinya. Memberikan pencerahan terhadap masyarakat dengan menginformasikan berbagai kemajuan dan prestasi pemerintahan. Terakhir, saya ucapkan selamat dan sukses untuk seluruh jajaran tim redaksi dan marketing Jawa Pos Radar Semarang. (*) H. Prapto Utono, S.Sos KETUA DPRD KABUPATEN KENDAL
REDAKTUR H. ARIF RIYANTO
GRAFIS FALAKH
H
SABTU 1 APRIL 2017
• RADAR SEMARANG
• RADAR SEMARANG
SABTU 1 APRIL 2017
I
J
J
SEMARANG SABTU• 1RADAR APRIL 2017
SABTU 1 APRIL 2017 • RADAR SEMARANG
Iptu Dhayita Daneswari, Kapolsek Perempuan Termuda
KEJAR KARIR HINGGA MENJADI JENDERAL
Karir Iptu Dhayita Daneswari tergolong cemerlang. Di usia belum genap 24 tahun, dia sudah diangkat menjadi Kapolsek Candisari. Perempuan kelahiran Semarang 24 Desember 1991 ini pun belum merasa puas meski telah menjadi orang nomor satu di Mapolsek Candisari. Bahkan, wanita yang akrab disapa Dhayita ini bercita-cita bisa menjadi seorang Jenderal. “DULU saat masih kecil, para orangtua bilang: raihlah citacitamu setinggi mungkin. Dalam berkarir di kepolisian pun saya ingin menggapai hingga kursi Jenderal dan bintang di pundak,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang, kemarin. Dhayita sendiri mendapat amanah menjadi Kapolsek Candisari sejak September 2015 lalu. Saat itu, usianya 23 tahun 9 bulan.
Menurut putri kedua dari empat bersaudara pasangan Ir Purboyo Paminggir Baroto, 56, dan Dra Riche Hariyati, 55, ini, untuk menjadi seorang polisi menuju kesuksesan karir harus disiplin, dan taat terhadap aturan. “Kalau menurut saya, menjadi seorang pemimpim harus bekerja giat, tidak mengeluh, melaksanakan perintah pimpinan untuk kebaikan institusi dan masyarakat, menanamkan di dalam diri bahwa tugas Polri adalah menegakkan hukum, melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat,”paparnya. Meskipun menjadi seorang pemimpin, lanjut dia, bukan berarti harus bersikap otoriter. Menurutnya, bekerja akan lebih mudah diterima anggota dan masyarakat dengan cara melaksanakan tugas dengan setulus hati dan humanis. Bahkan, ketika bertugas melayani masyarakat, Dhayita meminta personelnya memegang erat sopan santun, bijaksana, namun tak menghilangkan ketegasan. “Saya mengajak personel menjalankan tugas dan fungsi kepolisian dengan cara humanis dan ramah kepada masyarakat. Begitu juga tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Saat giat malam, saya pun ikut hadir
di tengah anggota. Saya tidak lingkungan masyarakat. “Saya tisekadar memerintah, tapi sebisa dak bosan-bosannya mengingatmungkin juga ikut membaur,” kan anggota agar tidak melakuujanya. kan pungli. Di ruang kerja saya Sebagai kapolsek muda, pasang CCTV untuk memantau Dhayita membawahi puluhan pelayanan yang dilakukan anganggota polisi yang usianya gota kami,” tandasnya. lebih tua darinya. Namun Dikatakan, keberhasilannya demikian, hal ini tidak memmenjadi seorang pemimpin buatnya melakukan tindakan tidak terlepas dari peran doa semena-mena, utamanya saat dan dukungan dari kedua orang memberikan tugas kepada tuanya. Selain itu, motivasi juga bawahannya. Namun ketegasan datang dari kekasihnya, Candra terus ditekankan demi Yusuf, yang kini telah resmi tewujudnya kedismenjadi pendampiplinan sebagai anging hidupnya sejak gota Polri. Desember 2016 lalu. HUKUM “Kalau ada ang“Orang tua saya KEPOLISIAN gota tidak disiplin, yang mengarahkan seperti terlambat dan mendidik menjadatang apel pagi, dikan saya seperti ini. kami beri sanksi horSaya merasa bangga dan mat bendera selama lima sekarang saya bisa membamenit di lapangan. Kalau tidak hagiakan keduanya dengan cara masuk kerja selama tiga hari mengemban tugas sepenuh hati tanpa keterangan, kita buatkan dan penuh tanggung jawab,” laporan untuk unit Provos. Kalau katanya. pungli (pungutan liar) atau Dhayita menceritakan, awal narkoba kita serahkan ke proses keinginannya untuk masuk menhukum,”tegasnya. jadi anggota Polri, karena sering Diakuinya, peran penting melihat seorang polisi selalu masyarakat juga sangat dibutuh- hadir di tengah masyarakat. Hal kan dalam menciptakan suasana ini sering dilihatnya ketika setiap kondusif, aman, dan nyaman. berangkat sekolah mulai SD Masyarakat juga diminta aktif hingga SMA Negeri 6 Semarang. melapor apabila ada sesuatu “Yang mendasari keinginan saya yang meresahkan di tengah menjadi polisi, karena sudah citacita sejak kecil. Melihat polisi sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sejak itu, saya berkeinginan untuk melayani masyarakat dalam bidang keamanan, ketertiban masyarakat dan penegakan hukum,” terangnya. Demi mewujudkan cita-cita tersebut, Dhayita terus mengasah kemampuan akademiknya di bangku sekolah. Dan, setelah lulus SMAN 6 Semarang, ia langsung mendaftar Akademi Polisi (Akpol) pada 2009. “Saat mendaftar di Akpol, tahap demi tahap test saya lalui dengan usaha yang keras. Belajar, berdoa serta restu dari kedua orang tua. Saya juga banyak membaca buku dan mencari referensi tentang penerimaan Akpol serta latihan fisik,” katanya. Selepas dari Akpol pada 2012, Dhayita melanjutkan STIK-PTIK
REDAKTUR ARO
dan lulus pada 2013. Bahkan pada kelulusan di Akpol tersebut, Dhayita satu-satunya wanita dari 10 laki-laki yang lulus. Selesai menempuh pendidikan, ia ditempatkan kali pertama di Mapolda Jateng. “Dari 10 orang lulusan Akpol, saya wanita sendiri. Di polda kurang lebih 3 bulan, baru saya ditempatkan di polres jajaran Polda Jateng. Saya di Polrestabes Semarang menjabat Panit SPK Polrestabes, lalu Panit Reskrim Polsek Tembalang, Panit Unit PPA Polrestabes, baru setelah itu menjadi Kapolsek Candisari,” terangnya. Menurut Dhayita, banyak suka dan duka selama bertugas di lapangan. Ia mengakui dengan usia yang masih muda, banyak kendala dalam penanganan kasus. Terlebih pada penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun upaya penyelesaian terus dilakukan dengan cara dilaksanakan proses mediasi terlebih dahulu sebelum proses hukum. “Di situlah kami harus bisa memposisikan diri kami sebagai penengah dan tidak berpihak kerpada siapapun, menasehati orang yang lebih tua menjadi hal yang baru bagi saya saat menjadi polisi. Namun di situ saya banyak belajar bahwa orang dikatakan dewasa bukan hanya dari umur TENTANG DHAYITA Nama Lengkap : Dhayita Daneswari Lahir: Semarang, 24 Desember 1991 Anak ke 2 dari 4 Bersaudara Ayah : Ir Purboyo Paminggir Baroto Ibu : Dra Riche Hariyati Suami : Candra Yusuf Lulus Akpol Tahun 2012 Bertugas di Polda Jateng melanjutkan STIK PTIK lulus 2013 Bertugas di Polrestabes Semarang Panit SPKT Polrestabes Semarang Panit Reskrim Tembalang Pembina Polwan di Purwokerto 7 bulan 2015 awal ke Unit PPA Polrestabes Semarang September 2015 Kapolsek Candisari sampai sekarang.
GRAFIS DJATI
saja, namun dewasa itu dinilai dari sikap, sifat, dan tingkah laku dari seseorang,” jelasnya. Masalah pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak juga menjadi salah satu perhatian Dhayita Daneswari. Banyaknya kasus kekerasan seksual utamanya kepada anak, membuat dirinya prihatin. Sebagai bentuk antisipasi tindakan kekerasan seksual terhadap anak, Dhayita pun getol memberi penyuluhan kepada anak-anak. Salah satunya lewat program peduli anak (Polpenak). Program itu sudah dijalankan sejak September 2016 lalu. Dalam program tersebut, ia memberikan pemahaman tanda-tanda kekerasan yang mengarah pada perbuatan seksual agar bisa dicegah. “Anak cenderung tidak mengetahui apa-apa ketika mengalami perbuatan ini oleh pelaku. Biasanya mereka cenderung takut, dan lebih parahnya lagi mereka tidak tahu kalau itu pelecehan seksual. Maka kita buat program namanya Polpenak,” ungkap Dhayita. Selain itu, program Polpenak juga sosialisasi kedekatan polisi terhadap anak dan polisi peduli anak. Tujuannya, untuk meningkatkan kepercayaan di masyarakat terhadap citra polisi. Dhayita mendorong kepada para juniornya maupun generasi muda yang bercitacita menjadi seorang polisi untuk tidak mudah
menyerah dan harus selalu optimistis. Selain itu, kejujuran juga menjadi modal dalam meniti karir untuk bisa menjadi sosok seorang pemimpin. “Jangan cepat mengeluh, selalu semangat yang terpenting selalu jujur baik pada pimpinan maupun masyarakat. Juga harus 5S, yakni senyum, sapa, salam, sopan, dan santun dalam pelayanan kepada masyarakat,” pungkas perempuan yang tinggal di Jalan Abdulrahman Saleh, Semarang Barat ini. (m agus hariyanto/aro)
• RADAR SEMARANG
SABTU 1 APRIL 2017
Yuni Anggraeni, Atlet Basket Nasional
BERAMBISI SUMBANG EMAS DI SEA GAMES 2017 N A MA Yuni Anggraeni mungkin sudah tidak asing lagi di dunia basket Jawa Tengah, bahkan Nasional. Maklum saja, pemain BOLA berusia 23 tahun itu termasuk pebasket putri yang saat ini paling konsisten di Indonesia. Mengawali karir basket di ajang bola basket pelajar terbesar di Indonesia, Honda DBL pada tahun 2010 Yuni berkesempatan masuk ke dalam DBL All-Star yang kala itu bertolak ke Amerika untuk meBASKORO SEPTIADI/ JAWA POS RADAR SEMARANG nimba ilmu.
Sejak saat itu karir bola basket Yuni mulai menanjak. Tahun 2012 Anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Suryoko Dibyo Suwarno dan Sarini tersebut memulai karir timnasnya dengan berlaga di ajang Asean School Games. BASKET Ke m u d i a n setelah itu Yuni juga menjadi langganan tim Nasional Indonesia di ajang cukup bergengsi SEA Games. Tercatat sudah dua kali SEA Games diikuti oleh pemain power forward yang akrab dengan jersey nomor 13 itu. Karir Yuni di ajang multievent empat tahunan paling bergengsi di Indonesia yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON) juga dibilang mengkilap. Yuni berhasil menyandingkan emas PON Riau 2012 dan emas PON Jabar 2016.
OLAHRAGA
TENTANG YUNI NAMA:
Yuni Anggraeni TEMPAT TANGGAL LAHIR:
Purworejo 28 Juni 1994 KARIR: 1. 2012 Timnas Asean School Games 2. 2012 PON Riau 3. 2013 Timnas SEA Games 4. 2015 Timnas SEA Games 5. 2015 Timnas Asean University Games 6. 2016 PON Jabar 7. 2016 Timnas 3x3 World Championship 8. 2012 – Sekarang Tim Basket Sahabat Wisma Sehati Semarang
“Perjalanan paling berkesan di SEA Games 2015 kami dapat perak dan PON 2016 berhasil mendapat emas. Di game final dua ajang tersebut sangat luar biasa. Prosesnya juga sangat luar biasa,” kata pemain kelahiran Purworejo 28 Juni 1994. Hasil yang dicapai Yuni di separuh perjalanan karir bola basketnya juga bukan tanpa kerja keras. Sejumlah pengorbanan harus dilalui pemain yang kini turun di liga professional bersama tim basket putri Sahabat Wisma Sehati Semarang itu. “Intinya semua harus dilalui dengan kerja keras. Pelatih sudah kasih semua ilmu tinggal bagaimana kita menerapkannya. Kalau dilakukan setengah hati ya mungkin bakal lebih susah,” bebernya. Pemain yang juga pernah menekuni olahraga atletik itu juga mengaku belum berpuas diri. Masih ada target yang akan dia kejar di bola basket baik bersama timnya Sahabat maupun bersama Timnas Indonesia. “Penginnya sih bisa main di Asian Games 2018 dan menyumbang emas di SEA Games 2017. Tentunya dengan kerja yang lebih keras lagi,” pungkas pebasket bertinggi 177 cm tersebut. (baskoro septiadi/zal)
Donasi Konsumen Alfamart-Alfamidi
Bangun Rumah Singgah Penderita Kanker di Semarang SEMARANG- Sebagai bentuk kepedulian bagi penderita kanker telah dibangun Rumah Singgah yang dikelola oleh Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) untuk anak-anak penderita kanker yang berada di Jalan Kedungjati Nomor 6, Semarang. Pembangunan rumah singgah tersebut didanai oleh donasi konsumen Alfamart-Alfamidi. Di antara banyaknya anak dan orang tua yang tinggal, satu di antaranya Haris Fitra Nugraha, 8, penderita kanker darah (Leukimia), warga Desa Madurejo, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Sejak Januari 2017, Haris di dampingi ibunya, Ribut Andayani, 46, tinggal di rumah singgah tersebut selama berobat di Semarang dengan memanfaatkan rumah singgah yang berada tak jauh dari RSUP dr Kariadi Semarang. “Jauh sekali kalau harus bolak-balik Kalimantan. Makanya saya sementara tinggal di rumah singgah ini,” jelas Andayani saat sedang merawat anaknya di rumah singgah, Senin (30/3) lalu. Andayani mengaku, mengetahui sakit yang diderita anaknya dari gejala yang muncul sekitar September 2016. Haris sering mengalami kesakitan pada bagian tubuhnya, seperti pada kaki dan tangannya hingga tak bisa digunakan secara normal.
MAU PASANG IKLAN
Jawa Pos RADAR SEMARANG HUB:
08122887287
REDAKTUR H. ARIF RIYANTO
K
GRAFIS FALAKH
EKO MUJIANTO FOR JAWA POS RADAR SEMARANG
TERBANTU: Anak-anak penderita kanker beserta orang tua yang tinggal di Rumah Singgah Alfamart-Alfamidi didampingi para guru dari Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).
Kemudian, saat diperiksakan pada November 2016 lalu di RSUD Sultan Imanuddin, Haris
terpaksa harus dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dari tes awal hasilnya negatif, tapi untuk tes yang kedua bulan Januari hasilnya positif ada keganasan darah atau Leukimia. Selama menunggu hasil pemeriksaan, sempat selama satu minggu Haris harus diberi obat penghilang rasa sakit. Bahkan, Haris harus minum obat itu sebanyak satu kali dalam empat jam agar tidak merasakan sakit. “Setelah hasilnya positif dan kemoterapi, obat penghilang rasa sakitnya sudah tidak diberi. Sekarang berangsur nyeri yang dikeluhkan mulai hilang,”
jelas Andayani. Kendati demikian, menurut keterangan dokter, Haris harus melakukan kemoterapi selama dua tahun atau 110 kali kemoterapi. “Saya terbantu adanya rumah singgah ini, jadi biayanya yang dikeluarkan tidak terlalu besar,” jelas ibu berjilbab ini. Regional Corporate Communication Manager Alfamart, Firly Firlandi, menjelaskan, pembangunan Rumah Singgah tersebut merupakan suatu perwujudan dari Donasi Konsumen Alfamart - Alfamidi, sudah empat rumah singgah yang dibangun berdasarkan ketersediaan rumah sakit dengan dokter kanker anak, yakni Makassar, Pekanbaru, Semarang dan Malang. “Ini donasi konsumen, di sinilah kembalian Rp 200-Rp 300 itu kemana? Salah satunya ke sini,” jelas Firly. (adv/aro)
L
L
• RADAR SEMARANG SABTU 1 APRIL 2017
SABTU• 1RADAR APRIL 2017 SEMARANG
Ahmad Zuhri, Anggota Tim Robotik Universitas Islam Sultan Agung
BUTUH SETAHUN LEBIH, WUJUDKAN ROBOT PEMADAM KEBAKARAN la nasional, kami berhasil. Akhirnya kami jadi wakil untuk kontes robot pemadam api di Amerika. Di Amerika, kami membawa empat robot sekaligus,” ujarnya mahasiswa semester VIII ini bangga. Saat kontes robot, mereka membawa empat yang terdiri atas dua robot pemadam api beroda bernama Khaum I dan Khaum II serta dua robot pemadam api berkaki, dengan nama Sultan Agung I dan Sultan Agung II. “Cara bekerja robot mengikuti dinding, dimana ada dinding robot berjalan mendekati. Robot kemudian menghitung jarak kosong yang ada di depannya. Jadi, kalau ada jarak yang lebih kosong maka disitu dia beloknya mengikuti jalannya. Proses pemadamannya menggunakan sensor api, warna, UV, tiup angin dan air,” urainya. Tidak mudah dalam menyiapAHMAD Zuhri salah satu dari kan robot untuk kontes robot anggota tim, bersama Faisal pemadam api ini. Anak pertama Aminuddin (Ketua tim) dan La dari tiga bersaudara ini mengaOde Muhammad Idris. Ketiganya ku harus kerja siang malam mewakili Indonesia dalam ajang bersama tim, untuk menyeletersebut. Mereka bersaing saikan robot pemadam apinya. dengan sekitar 80 kontestan Pertama, proses membuat lain dari beberapa negara de- robot mulai dari riset, ide, pemngan kategori umum. rograman, mekanik memakan Kebetulan hanya Zuhri waktu hampir satu tahun. yang masih belum lulus Kesulitan tim yang dirakuliah, sementara dua sakan banyak. Zuhri rekannya sudah lulus menuturkan, rule atau TEKNOLOGI aturan dari Amerika dan mengambil proROBOTIK gram studi S2 samsering berubah-ubah. bil bekerja di sebuah Ini yang menjadi kenperusahaan. “Kebedala tersulitnya, katulan tinggal saya, yang rena harus mengikuti lain sudah lulus. Sekarang dengan mengubah konsep saya dengan yang lain juga yang sudah terlanjur dibuat. masih membuat robot-robot “Kalau kendala banyak. Yang untuk maju di ajang kontes se- paling terasa dari Amerika sering lanjutnya,” kata Zuhri di ruang update rule. Seumpama kita laboratorium teknik elektro sudah punya konsep, beberapa Unissula kepada Jawa Pos Ra- minggu kemudian diubah lagi. dar Semarang, kemarin. Jadi kita yang sudah punya Lelaki kelahiran Demak, 25 konsep kaya gini robotnya suJuli 1994 ini menceritakan kem- dah jadi dicoba, ternyata ada bali pengalamannya saat mengik- pembaruan. Nah jadi kita ubah uti ajang kontes robot di Ame- lagi,” katanya. rika. Kala itu, tim diharuskan Kendati begitu, kesulitan tim tidak lolos seleksi kontes robot ka- terlalu dirasakan. Mengingat setiap tegori pemadam api di regional hari ketiga orang selalu bertemu Jawa Tengah. Ia juara ketiga di laboratorium elektro kampus dan berhak maju untuk seleksi yang sekaligus dijadikan base lagi di skala nasional. camp. Kalau dari sisi bahan baku, “Setelah maju seleksi di ska- tidak ada kesulitan.
Masih ingat dengan prestasi yang ditorehkan oleh tim robotik dari Fakultas Teknik Universitas Sultan Agung Semarang (Unissula) pada April 2016 lalu? Tim yang terdiri dari tiga orang ini membanggakan Indonesia dengan memenangkan kontes robot internasional di Oosting Gymnasium Trinity College Ferris Athletic Center, Hartford, Amerika Serikat. Seperti apa?
Tentang Zuhri ◆ ◆ ◆ ◆ ◆ ◆
Nama : Ahmad Zuhri Tempat & Tanggal Lahir : Demak, 25 Juli 1994 Ayah-Ibu : Zumron-Fatonah Adik : Yulia Uswatun Khasanah (3 SMP) dan Novi Tatkhirotul Khoiriah (3 SMA): Pendidikan : Teknik Elektro Unissula Alamat : Karangawen, Demak
Atas prestasinya ini, ia sempat diundang oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang. Mereka melakukan presentasi dan pihak dinas tertarik. Namun masalahnya, untuk mengembangkan robot masih terkendala pendanaan. “Andaikan ada pendanaan, mungkin kita bisa mengembangkan. Seenggaknya membantu dinas pemadam kebakaran. Karena untuk pemadam kebakaran sekarang masih manual, Itu terlalu berisiko terjadi kecelakaan dari petugasnya,” ujar penggemar mantan Presiden BJ Habibie ini. Untuk saat ini, ia sedang menyiapkan kontes robot selanjutnya. Zuhri dan tim barunya sedang persiapan mengikuti lomba kontes robot Indonesia (KRI) regional 3 se-Jawa Tengah & DIJ pada 18 Mei 2017 ini. Seca-
ra konsep, Zuhri akan mengikuti divisi kontes robot api Indonesia (KRAI) dengan membuat robot pemadam api berkaki. Pesaingnya di regional 3 Jateng-DIJ diakui memiliki kemampuan bagus dan merata di setiap kampus. Sehingga yang paling sering menang di ajang kontes robot berasal dari Jawa tengah. “Semua sama rata kalau soal kemampuan. Tapi dari Semarang juga bagus-bagus. Sekarang yang baru muncul itu Udinus, lumayan. Yang paling berat mungkin UNY dan UGM,” ujar pecinta futsal ini. Zuhri memiliki tips untuk berprestasi. Ia hanya perlu terus belajar mengatasi permasalahan yang ada pada robot karyanya. Semua persiapan harus dilakukan sesempurna mungkin. Bila ada kerusakan, maka berpikir
DIAZ AZMINATUL ABIDIN/JAWA POS RADAR SEMARANG
CIPTAKAN ROBOT : Ahmad Zuhri bersama dua temannya Faisal Aminuddin dan La Ode Muhammad Idris saat menjadi tim robotik Unissula memenangkan kontes robot internasional di Oosting Gymnasium Trinity College Ferris Athletic Center, Hartford, Amerika Serikat.
untuk mengatasinya sesegera mungkin dengan konsep baru. Selain itu, dukungan dari orang
tua jadi motivasi tersendiri. Apalagi jika sudah berprestasi akan membuat orang tua bangga.
Untuk saat ini Zuhri masih terus mengembangkan robotnya. (diaz azminatul abidin /ida)
Hotel Star 2 x 100 (nurchamim)
KINI JAYA 3x270 (bang roma)
INDOCEMENT 4x270 (aro)
REDAKTUR H. ARIF RIYANTO
GRAFIS DHANI
• RADAR SEMARANG
SABTU 1 APRIL 2017
Tentang Ajeng Nama Lengkap: Ajeng Anindya Prasalita Tempat/Tanggal Lahir: Semarang, 12 Juli 1990 ip Pendidikan: Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Undip Ayah: Hadi Sudjadi Ibu: Tisnaningsih Pekerjaan: PNS Dinpora Jateng Hobi: Jalan-jalan
OLAHRAGA S E PAT U R O DA
PRESTASI TERBAIK: ◆ 1 Emas PON XVI/2000 Surabaya ◆ 4 Emas Porprov XII/2005 Kota Semarang ◆ 1 Emas PON XVII di Kalimantan Timur 2008 ◆ 4 Emas Porprov VIII/2009 Solo ◆ Peringkat VI Haining Skate Festival 2010 ◆ Pon Jabar 2016: 1 Perak (relay), 2 Perunggu (15k Eliminasi, Team Time Trial) ◆ Pon Riau: 1 Emas 1 Perak ◆ Pon Palembang 2008: 2 Emas ◆ SEA GAMES 2011 Palembang 2 emas (10k poin, 5k Eliminasi) ◆ ASIAN BEACH GAMES 2012 peringkat 5 (15 Km Eliminasi) ◆ WORLDCHAMP 2015 Peringkat 12 (Marathon 42k) ◆ ASIA Championship Oktober 2016 Peringkat 6 (10k point track), Peringkat 6 (1000 m track), Peringkat 6 (10k point road), Peringkat 6 (15k eliminasi road).
Ajeng Anindya Prasalita, Atlet Sepatu Roda
Jadikan Latihan Sebagai Ritual AJENG Anindya Prasalita, gadis mungil yang memiliki karir gemilang berkat sepatu roda. Di balik kesederhanaan gadis kelahiran Semarang, 12 Juli 1990 ini sudah tak asing lagi di dunia olahraga di Jawa Tengah maupun nasional. Terutama sebagai atlet sepatu roda. Sebab, Ajeng sapaan akrabnya, berkali ulang menggondol medali emas di berbagai ajang kejuaraan. Bahkan, warga Jalan Padi Utara IV/K.104 Genuk Indah, Semarang, ini mulai menekuni olahraga sepatu roda sejak usia 6 tahun. Bahkan saat masih duduk di bangku kelas IV SD, ia meraih medali di PON 2000 Jatim bersaing dengan para seniornya. Tentu ini awal yang gemilang mengingat ia baru tahap awal terjun di cabang olahraga itu. “Sejak kecil memang penggila sepatu roda, sampai sekarang,” kata Ajeng kepada Jawa Pos Radar Semarang, belum lama ini. Sejak awal menekuni sepatu roda secara profesional, ia seolah tanpa henti menorehkan prestasi. Sosok Ajeng menjadi kian melambung. Bukan hanya menjadi idola anak-anak dan remaja penggila sepatu roda di Semarang, tapi juga menjadi atlet andalan Jawa Tengah. Bahkan teman-temannya menjulukinya “Ratu Sepatu Roda Nasional”. Meski memiliki segudang prastasi, ia tak merasa berbangga diri. Bahkan ia mengaku akan terus belajar, bekerja keras, dan menjaga disiplin latihan. Cita-citanya, mengharumkan nama bangsa Indonesia di panggung olahraga internasional. “Harus pandai-pandai bagi waktu, karena saya sekarang juga bekerja (PNS) di Dinpora (Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jateng). Saat ini sedang persiapan buat Asian Game,” kata wanita yang pernah menyabet emas di PON 2004 di Sumsel dan 2008 di Kaltim untuk kontingen Jawa Tengah ini. Selain menjalankan tugas sebagai PNS, Ajeng selalu tak lupa mengatur jadwal latihan rutin. Tidak jarang, atlet lulusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini ditemani oleh ibundanya, Tisnaningsih saat berlatih. Latihan secara berkelanjutan, kata dia, menjadi kunci kesuksesan. Bahkan latihan seperti menjadi bagian ‘ritual’ untuk mengakrabi sepatu roda kesayangan. Bagi Ajeng, butuh waktu tiga bulan untuk bisa merasakan karakteristik sepatu roda. Setelah tiga bulan, lanjutnya, baru akan terasa nyaman dengan sepatu roda tersebut. Bahkan saat masa latihan, hingga akan bertanding, tak jarang kakinya seperti mati rasa. “Sebab sepatu roda memang didesain seperti menggigit kaki dengan sangat kuat. Sehingga otot kaki rasanya seperti tertusuk. Semua atlet sepatu roda pasti pernah merasakan seperti itu. Makanya dibutuhkan latihan rutin agar kaki dan sepatu telah nyaman,” katanya. Gadis berpostur 164 cm dan berat 54 kg yang selalu menyumbangkan emas untuk kontingen Jateng ini juga mengaku berkali-kali mengalami cedera hingga tulang retak.
Baik di bagian tangan dan kaki pada 2013. “Butuh waktu istirahat berbulan-bulan untuk penyembuhan,” kata perempuan yang mengaku mengenal olahraga sepatu roda dari kakaknya, Arya Perdana ini. Di sisi lain, ternyata biaya untuk merawat sepatu miliknya tidak
murah. Sebab, harga sepatu (tanpa roda) seperti yang ia gunakan, minimal Rp 15 juta. “Sepasang rodanya mencapai Rp 2,5 juta. Setiap 1,5 bulan, masing-masing roda sepatu perlu diganti karena sudah aus,” katanya. Klub Eagle tercatat sebagai tem-
pat awal Ajeng berguru tentang sepatu roda, sebelum akhirnya ia berkembang pesat di arena-arena kejuaraan nasional hingga internasional. Termasuk terbang di Kejuaraan Dunia Yeosu, dan World Cup Marathon di Cina. Saat ini ia sedang mempersiapkan
diri menyambut Asian Game 2018 di Jakarta. Tapi rupanya ia juga sedang deg-degan menunggu hari bersejarah sepanjang hidupnya. Sebab, tinggal menghitung hari Ajeng akan meninggalkan masa lajang. “Cuman menghitung hari,” ujarnya. (abdul mughis/zal)
SELAMAT HUT
REDAKTUR ARO
GRAFIS ERY
M
N
SABTU• 1RADAR APRIL 2017 SEMARANG
N
• RADAR SEMARANG SABTU 1 APRIL 2017
FAKSI GOLKAR SMG 3 x 100 (mughis/falakh)
• RADAR SEMARANG
SABTU 1 APRIL 2017
O
P
P
• RADAR SEMARANG SABTU 1 APRIL 2017
SEMARANG SABTU•1RADAR APRIL 2017
Sangghita Anjali, Penari Sanggar Greget
Berkat Menari, Terbang ke Korsel Hingga Suriname
Sangghita Anjali tak pernah menyangka jika ketekunannya mendalami tarian Jawa bisa membawanya terbang keliling dunia. Pemilik nama lengkap ini pernah menunjukkan gemulai tariannya sejumlah gelaran seni bergengsi di berbagai negara. Seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan (Korsel), hingga Suriname.
BAKAT memang punya peran dalam mendongkrak eksistensi. Tapi porsinya hanya sekian persen saja. Selebihnya adalah usaha dan kerja keras. Ghitta –panggilan akrabnya--telah membuktikannya. Soal bakat, sudah pasti dia dikaruniai keluwesan gerakan untuk menari Jawa. Dia mengaliri darah penari dari orang tuanya. Ayahnya adalah pengasuh Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo. Sementara ibunya, Tri Narimastuti, juga sarat dengan tari tradisional. Meski orang tuanya seniman tari, Ghita tidak lantas bisa menari begitu saja. Dia harus latihan keras untuk menguasai setiap detil gerakan tari. Bahkan, meski sudah 13 tahun menggeluti dunia tari tradisonal, Ghita mengaku masih belum lihai gerakan tari Jawa ‘alusan’. “Bisa sih bisa. Tapi rasanya belum enak. Susah antara menyamakan gerakan dan musik pengiringnya. Kan lembut banget. Harus pakai perasaan,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Semarang ketika ditemui di Sanggar Greget, belum lama ini. Dara kelahiran Semarang, 18 Januari 2000 ini juga merasa belum pantas memerankan tokoh wayang dalam sendratari. Menurutnya, memerankan tokoh wayang harus benar-benar totalitas. Harus mengerti dahulu bagaimana sifat dan kepribadian sosok yang akan diperankan. “Sampai sekarang, saya terus memelajarinya,” tegasnya.
memang kepingin. Bukan Tak ada istilah bosan dalam dipaksa orang tua lho,” akunya. kamusnya. Ghita sudah Namanya anak-anak, Ghita berkomitmen untuk terus kecil minder ketika disuruh menari tradisional hingga usia pentas. Dia baru punya senja mendatang. Baginya keberanian menari di depan menari adalah sebuah kesenangan. Selain menyalurkan umum ketika usia 6 tahun. Saat itulah, dia baru berani hobi, dia juga bisa bergabung di sanggar nguri-uri budaya Jawa tari. Baru beberapa yang kabarnya sudah tahun, Ghita coba nyaris terkubur era SENI BUDAYA mengikuti lomba tari globalisasi. TA R I T R A D I S I O N A L antar SD tingkat Di saat remaja Kota Semarang. masa kini sibuk Sebelum hari H, dia belajar modern dance dilatih khusus oleh agar dicap gaul, Ghita ayahnya. “Akhirnya bisa jadi tetap enggan meninggalkan juara II,” kenangnya. tari tradisional. Bahkan dia Kali pertama ikut lomba sempat disebut cupu oleh langsung menjadi juara, teman-temannya karena tidak menjadi percikan motivasi Ghita mau lepas dari tari Jawa. “Waktu untuk terus bergelut di kancah itu masih SMP. Kan sedang tari tradisonal. Nyaris tidak ada ngeboom modern dance. Saya yang membuat semangatnya dibilang ndeso gara-gara nari mengendur. Padahal dia pernah tradisional,” kenangnya. mewati pengalaman yang cukup Meski begitu, toh Ghita coba memalukan. Saat menyuguhkan menerjuni modern dance. Tari Warak Dugder di Mal Dasarnya suka tarian Jawa yang Paragon Semarang, 2012 silam, begitu detil, disuruh dia terjatuh karena tersandung jejingkrakan model modern lampu panggung. Ghita harus dance jadi terasa mudah. menahan malu karena ditonton Buktinya, dia pernah dua kali banyak orang. “Mau nggak mau menjuarai kompetisi modern harus cuek. Kalau malu nggak dance mewakili sekolahnya, bisa ditahan, nanti malah SMP 2 Kesatrian Semarang. kurang konsentrasi. Kan harus Baginya, modern dance hanya segera nari lagi menyesuaikan untuk menambah pengalaman iringan musiknya,” bebernya. saja. Dari hati yang paling Semangat menarinya itu dalam, Ghita tetap setia pada disambut dengan tawaran tari tradisional. Maklum, tari manggung di Chingay Parade tradisional sudah dikenalnya Singapura 2011 silam. Tanpa sejak dia menginjak usia 4 pikir panjang, Ghita langsung tahun. Saat itu dia hanya mengiyakannya. Latihan berat sekadar coba-coba ikut tari jadi terasa enteng karena tradsional di TKnya. “Waktu itu
TENTANG GHITA Nama Lengkap: Sangghita Anjali Tempat & Tanggal Lahir: Semarang, 18 Januari 2000 Postur: 168 cm/50 kg Anak ke 1 dari 2 bersaudara Orang Tua: Yoyok Bambang Priyambodo dan Tri Narimastuti Obsesi: Seniman Tari Makanan Favorit: Olahan ayam Minuman Favorit: Jus buah Pendidikan: SD Siliwangi Semarang, SMP Kesatrian 2 Semarang, SMAN 7 Semarang Prestasi
Mendapatkan kesempatan mengikuti Chingay Parade Singapura (2011); mendapatkan kesempatan menari di Enchanting, Singapura (2011); mendapatkan kesempatan menari di Matta Fair Malaysia (2011); 2011 mendapatkan kesempatan menari di Yeousu Expo, Korea Selatan (2011); berpartisipasi dalam Pawai Budaya Nusantara tari Batik mendapatkan 5 besar tingkat nasional (2013); berpartisipasi kembali dalam Chingay Parade Singapura (2014); berpartisipasi dalam Pawai Budaya Nusantara dengan tari Kriya mendapatkan 10 besar penyaji terbaik (2014); Juara 1 Gemar Membaca sejuta buku di Gedung Wanita Semarang (2015); mendapatkan kesempatan menari di Indofair Paramaribo, Suriname (2015); juara 1 kategori kelompok Festival Seni Tari Unggulan (2015); Juara 1 Parade Seni Jawa Tengah di Magelang (2015); mengikuti Duta Seni Pelajar se Jawa-Bali (2015); Juara 2 Lomba Porsimaptar se Jawa-Bali (2016); Juara 2 Lomba Porsimaptar se Jawa-Bali (2017); Juara 1 Lomba Tari Kreasi Jawa Hari Bahasa Ibu di Upgris.
REDAKTUR ARO
GRAFIS DJATI
obsesinya memang mengenalkan tarian Jawa di kancah internasional. Hasilnya, dia berhasil membawa pulang gelar 1st Winner of Champion Dance. Setelah itu, di tahun yang sama, penyuka olahan ayam dan jus buah ini kembali mendapat kesempatan pentas tingkat internasional. Yakni, Matta Fair Malaysia dan Yeousu Expo Korsel. Pada 2014, dia kembali ditawari pentas lagi di Chingay Parade Singapura. Sementara tahun berikutnya, penas di Indofair di Paramaribo, Suriname. “Jelas senang bisa jalan-jalan ke luar negeri, tapi dibayar. Di sana menyalurkan hobi, lagi,” katanya. Yang tak kalah prestis, Ghita juga pernah menyuguhkan tari tradisional di Istana Negara. Momennya ketika upacara bendera 17 Agustus 2014 ketika pemimpin negara dijabat Susilo Bambang Yudhoyono. “Di Istana Negara dua kali kok. Yang satunya waktu acara penurunan bendera pusaka tahun 2015,” cetusnya. Hingga saat ini, Ghita masih sibuk mengikuti pentas di sejumlah kota di Indonesia. Praktis, siswi kelas 11 SMAN 7 Semarang ini jadi ketetaran mengikuti pelajaran di sekolah lantaran harus sering izin. Meski begitu, Ghita berupaya mengejar ketertinggalan. “Kalau guru-guru sih malah support. Mereka mau bantu kalau saya mau mengejar ketertinggalan pelajaran,” katanya. (ajie mahendra/aro)